• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISISFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK UMUM YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

ROBBY BUCHARI 110521109

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK UMUM YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Debt to

Equity Ratio (DER), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh terhadap Kinerja Bank yang diproksikan dalam Return on Asset (ROA) Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan 28 sampel Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan bank pada website www.bi.go.id periode tahun 2009-2012 sehingga jumlah observasi adalah 112 yang diperoleh dari (perkalian jumlah bank umum dengan periode tahun pengamatan). Metode pengumpulan data adalah data historis (documentary historical) dengan teknik analisis data yaitu: teknik analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Capital Adequacy Ratio (CAR),

Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Debt to Equity Ratio (DER), dan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2) Secara parsial, Capital

Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Debt to Equity Ratio

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap terhadap Return on

Asset (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

sedangkan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing

Loan, Debt to Equity Ratio, Biaya Operasional dan Pendapatan

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING

PERFORMANCE OF COMMERCIAL BANKS LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

Formulation of the problem in this study, namely: whether the Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non-Performing Loans (NPLs), Debt to Equity Ratio (DER), Operating Expenses and Operating Income (ROA) effect on performance banks are proxied in Return on Assets (ROA) Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange.

This study used a sample of 28 commercial banks listed on the Indonesia Stock Exchange. This study used secondary data from the financial statements of banks in the 2009-2012 period www.bi.go.id website so that the number of observations is 112 obtained from (multiplying the number of commercial banks with the period of observation). Methods of data collection are historical data (documentary historical) data analysis techniques, namely: multiple linear regression analysis techniques.

The results showed that: 1) Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non-Performing Loans (NPLs), Debt to Equity Ratio (DER), and Operating Expenses and Operating Income (ROA) simultaneously significant effect on Return on Assets (ROA) at Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange. 2) Partially, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Debt to Equity Ratio is positive and significant impact on Return on Assets (ROA) at Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange, Non-Performing Loans (NPL) and no significant negative impact on the Return on Assets (ROA) at Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange, while Operating Expenses and Operating Income (ROA) and a significant negative impact on Return on Assets (ROA) at Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karena atas rahmat serta

hidayah-Nya sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”. Ucapan terima kasih yang tak terhingga Ayahanda tercinta

Buchari dan Ibunda tercinta Piona atas kasih sayang, dukungan, kesabaran serta

doa untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Universitas Sumatera

Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen.

Disadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik

tanpa dukungan, bantuan, arahan serta doa dari berbagai pihak selama

penyusunan skripsi ini berlangsung. Pada kesempatan ini akan menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, C., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati

dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan mengarahkan

penulis.

7. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen M a n a j e m e n , s t a f , d a n p e g a w a i F a k u l t a s

E k o n o m i Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, memberikan

bimbingan, saran, dan informasi selama perkuliahan dan dalam penulisan

skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan di jurusan Manajemen Ekstensi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara, atas bantuan saran dan kerja sama,

motivasi, penghiburan, dan perhatian selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

kritikan yang membangun dari berbagai pihak agar penulisan skripsi ini dapat

lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi karya

tulis yang memberikan dampak positif kepada semua pihak.

Medan, Maret 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank... 15

2.2 Kinerja Keuangan Bank ... 17

2.3 Laporan Keuangan... 18

2.4 Analisis Rasio Keuangan ... 19

2.4.1 Return on Asset ... 20

2.4.2 Capital Adequacy Ratio ... 21

2.4.3 Loan to Deposit Ratio ... 22

2.4.4 Non Performing Loan ... 23

2.4.5 Debt to Equity Ratio ... 25

2.4.6 Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional ... 26

2.5 Penelitian Terdahulu ... 27

2.6 Kerangka Konseptual ... 31

2.6.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return on Asset ... 32

2.6.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Return on Asset ... 33

2.6.3 Pengaruh Non Performing Loan terhadap Return on Asset ... 34

2.6.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return on Asset ... 34

2.6.5 Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset .... 35

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Batasan Operasional ... 38

3.4 Definisi Operasional ... 39

3.4.1 Variabel Dependen (Y) ... 39

3.4.2 Variabel Independen (X) ... 40

3.4.2.1 Capital Adequacy Ratio (X1) ... 40

3.4.2.2 Loan to Deposit Ratio (X2) ... 41

3.4.2.3 Non Performing Loan (X3) ... 41

3.4.2.4 Debt to Equity Ratio (X4) ... 42

3.4.2.5 Biaya Operasional Pendapatan Operasional. 42 3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 44

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian... 44

3.7 Jenis Data... 46

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 47

3.9 Teknik Analisis Data ... 47

3.10 Pengujian Hipotesis ... 48

3.10.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 49

3.10.2 Uji F (Secara Simultan) ... 49

3.10.3 Uji-t (Secara Parsial)... 50

3.11 Uji Asumsi Klasik ... 51

3.11.1 Uji Normalitas ... 51

3.11.2 Uji Multikolinieritas ... 53

3.11.3 Uji Autokorelasi... 53

3.11.4 Uji Heteroskedastisitas ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Bank Umum yang Terdaftar di BEI ... 56

4.1.1 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ... 56

4.1.2 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ... 57

4.1.3 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk... 57

4.1.4 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk ... 58

4.1.5 PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk ... 58

4.1.6 PT. Bank ICB Bumiputera Tbk ... 59

4.1.7 PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk ... 59

4.1.8 PT. Bank Central Asia Tbk ... 59

4.1.9 PT. Bank Bukopin Tbk ... 60

4.1.10 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk ... 60

4.1.11 PT. Bank Mutiara Tbk ... 60

4.1.12 PT. Bank Danamon Indonesia Tbk ... 61

4.1.13 PT. Bank Kesawan Tbk ... 61

4.1.14 PT. Bank Bumi Arta Tbk ... 62

4.1.15 PT. Bank CIMB Niaga Tbk ... 62

4.1.16 PT. Bank Internasional Indonesia Tbk ... 63

(8)

4.1.18 PT. Bank Swadeshi Tbk ... 64

4.1.19 PT. Bank Arta Graha Internasional Tbk ... 64

4.1.20 PT. Bank Mega Tbk ... 65

4.1.21 PT. Bank OCBC NISP Tbk ... 65

4.1.22 PT. Bank Pan Indonesia Tbk ... 65

4.1.23 PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk ... 66

4.1.24 PT. Bank Pundi Indonesia Tbk ... 66

4.1.25 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk ... 67

4.1.26 PT. Bank Victoria Internasional Tbk ... 67

4.1.27 PT. Bank Capital Indonesia Tbk ... 67

4.1.28 PT. Bank Windu Kentjana International Tbk ... 68

4.2 Hasil Penelitian ... 68

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 68

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 70

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 71

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas ... 73

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 74

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 75

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 78

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 80

4.2.4.1 Uji F (Secara Simultan) ... 80

4.2.4.2 Uji-t (Secara Parsial) ... 81

4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 84

4.3 Pembahasan ... 84

4.3.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Kinerja Bank ... 84

4.3.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Kinerja Bank ... 85

4.3.3 Pengaruh Non Performing Loan terhadap Kinerja Bank ... 86

4.3.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Kinerja Bank ... 87

4.3.5 Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Kinerja Bank ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Laba dan ROA Perbankan Tahun 2008-2012 ... 10

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 30

Tabel 3.1 Definisi Operasionalisasi Variabel ... 43

Tabel 3.2 Jumlah Sampel pada Bank-bank Umum yang Terdaftar di BEI 45 Tabel 3.3 Sampel Penelitian Bank-bank Umum terdaftar di BEI ... 45

Tabel 3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson ... 54

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif... 69

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov) ... 73

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 74

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi (Uji Durbin-Watson) ... 74

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) Sebelum Transformasi Data ... 77

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) Setelah Transformasi Data ... 77

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi ... 78

Tabel 4.8 Hasil Uji F (Uji Hipotesis Secara Simultan) ... 81

Tabel 4.9 Hasil Uji-t (Uji Hipotesis Secara Parsial) ... 82

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 36

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas (Histogram) ... 71

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas (Normal P-P Plot) ... 72

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK UMUM YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Debt to

Equity Ratio (DER), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh terhadap Kinerja Bank yang diproksikan dalam Return on Asset (ROA) Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan 28 sampel Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan bank pada website www.bi.go.id periode tahun 2009-2012 sehingga jumlah observasi adalah 112 yang diperoleh dari (perkalian jumlah bank umum dengan periode tahun pengamatan). Metode pengumpulan data adalah data historis (documentary historical) dengan teknik analisis data yaitu: teknik analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Capital Adequacy Ratio (CAR),

Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Debt to Equity Ratio (DER), dan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2) Secara parsial, Capital

Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Debt to Equity Ratio

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap terhadap Return on

Asset (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

sedangkan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing

Loan, Debt to Equity Ratio, Biaya Operasional dan Pendapatan

(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING

PERFORMANCE OF COMMERCIAL BANKS LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

Formulation of the problem in this study, namely: whether the Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non-Performing Loans (NPLs), Debt to Equity Ratio (DER), Operating Expenses and Operating Income (ROA) effect on performance banks are proxied in Return on Assets (ROA) Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange.

This study used a sample of 28 commercial banks listed on the Indonesia Stock Exchange. This study used secondary data from the financial statements of banks in the 2009-2012 period www.bi.go.id website so that the number of observations is 112 obtained from (multiplying the number of commercial banks with the period of observation). Methods of data collection are historical data (documentary historical) data analysis techniques, namely: multiple linear regression analysis techniques.

The results showed that: 1) Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non-Performing Loans (NPLs), Debt to Equity Ratio (DER), and Operating Expenses and Operating Income (ROA) simultaneously significant effect on Return on Assets (ROA) at Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange. 2) Partially, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Debt to Equity Ratio is positive and significant impact on Return on Assets (ROA) at Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange, Non-Performing Loans (NPL) and no significant negative impact on the Return on Assets (ROA) at Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange, while Operating Expenses and Operating Income (ROA) and a significant negative impact on Return on Assets (ROA) at Commercial Bank listed on the Indonesia Stock Exchange.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan mengalami kemunduran

total akibat terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

Krisis ekonomi yang melanda di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997

mengakibatkan seluruh potensi-potensi ekonomi mengalami kemunduran dan

diambang kebangkrutan. Dampak yang muncul akibat kegagalan usaha bank

menimbulkan perlunya dilakukan serangkaian analisis rasio keuangan yang

sedemikian rupa sehingga risiko kegagalan bank dapat dideteksi sedini mungkin.

Kondisi perekonomian yang sulit, terjadinya perubahan peraturan yang cepat,

persaingan yang semakin tajam dan semakin ketat sehingga kinerja bank yang

menjadi rendah karena sebenarnya tidak mampu bersaing di pasar. Hal tersebut

mengakibatkan banyak bank yang sebenarnya kurang sehat. Sehat tidaknya

kinerja keuangan perbankan dapat dilihat melalui kinerja profitabilitasnya suatu

bank tersebut.

Perekonomian secara keseluruhan akan memperoleh manfaat dari

keberadaan suatu bank. Perekonomian mendapatkan manfaat berupa mekanisme

alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien. Ini yang dinamakan fungsi

intermediasi, yang dapat dikatakan bahwa bank merupakan penyalur dana dari

unit-unit ekonomi yang mempunyai kelebihan dana kepada unit-unit yang

kekurangan dana. Dengan proses intermediasi ini, bank sebagai lembaga

(15)

diputar sebagai salah satu sumber pembiayaan utama bagi dunia usaha, baik untuk

investasi maupun produksi, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara

mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang

pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas (funding). Pengertian

menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan

cara membeli dari masyarakat luas (Kasmir, 2008: 25-26).

Bank juga memberikan pelayanan dalam lalu lintas sistem pembayaran

sehingga kegiatan ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan lancar. Dengan

sistem pembayaran yang efisien, aman dan lancar maka perekonomian dapat

berjalan dengan baik. Selain itu, bank juga berfungsi sebagai media dalam

mentransmisikan kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral, karena

kebijakan moneter sendiri bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan

pertumbuhan ekonomi. Setiap negara berupaya agar perbankan selalu berada

dalam kondisi yang sehat, aman dan stabil. Hal ini dikarenakan, agar manfaat

yang diberikan bank semakin besar bagi perekonomian suatu negara.

Dalam menilai kinerja perusahaan yang bergerak di perbankan, investor

cenderung lebih menilai dari tingkat kesehatan bank yang dapat dinilai dengan

(16)

Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to market risk, yang mengacu

pada Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Tata Cara

Penilaian Kesehatan Bank dan Peraturan BI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Bila lembaga keuangan bank

meningkat kesehatannya diharapkan kinerjanya juga meningkat sehingga

menunjang reputasinya, terutama bagi bank yang terdaftar di pasar modal.

Kuantitas bank yang banyak menciptakan persaingan yang semakin ketat dan

kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan bersaing di pasar,

sehingga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat atau bahkan tidak sehat

secara financial. Sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan, dapat dilihat

dari kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan

perbankan tersebut.

Sektor perbankan perlu menumbuhkan kembali citra dari perbankan agar

kepercayaan masyarakat dan para pelaku bisnis kembali meningkat. Oleh karena

itu, pemerintah harus lebih memperhatikan sektor perbankan agar perusahaan

perbankan menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk untuk

meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan

masyarakat yang selama ini semakin menurun.

Kondisi perbankan saat ini mendorong pihak-pihak yang terkait di

dalamnya untuk melakukan penilaian atas kesehatan bank. Menurut Kasmir

(2008: 44) “Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang

terus meningkat”. Salah satu pihak yang perlu mengetahui kinerja dari suatu bank

(17)

keamanan atas dana yang diinvestasikan juga semakin besar. Investor juda dapat

mengetahui kinerja suatu bank, dengan menggunakan rasio keuangan. Sehingga,

menilai suatu kinerja lembaga keuangan sangatlah penting.

Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan

untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di

perusahaan tersebut atau mencari alternatif perusahaan lain. Sama halnya dengan

industri perbankan, kinerja keuangan sangat diperlukan untuk mendapatkan

evaluasi kinerja yang memadai.

Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada

suatu periode tertentu.Penilaian kinerja keuangan bank merupakan salah satu

faktor yang penting bagi perbankan untuk melihat bagaimana bank tersebut dalam

melakukan kinerjanya apakah sudah baik atau belum. Selain itu penilaian kinerja

keuangan bank juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar

profitabilitas atau keuntungan. Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank

pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan

keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi

keuangan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang

berkepentingan terhadap laporan tersebut.

Penilaian terhadap kinerja keuangan bank melalui analisis rasio keuangan

tersebut dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial dari bank,

sehingga dapat menilai apa yang telah dicapai di masa lalu dan di masa yang

sedang berjalan. Dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja keuangan bank,

(18)

mengukur kinerja perusahaan, yang memberikan informasi berkaitan dengan

tanggung jawab manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka (Munawir, 2002: 68).

Kegiatan analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi

rasio keuangan yang memberikan informasi secara terinci terhadap hasil interpretasi

mengenai prestasi yang dicapai perusahaan, serta masalah yang mungkin tejadi dalam

perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik

pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi

keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan. Dengan analisis

rasio, informasi keuangan yang rinci dan rumit dapat dengan mudah dibaca dan

ditafsirkan, sehingga laporan suatu perusahaan mudah dibandingkan dengan laporan

keuangan perusahaan lain, serta lebih cepat melihat perkembangan dan kinerja

perusahaan secara periodik.

Menurut Martono (2002: 86) “Efisiensi bank adalah kemampuan bank

untuk menggunakan faktor-faktor produksi secara tepat atau efektif”. Bank yang

dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan

bersaing dalam mengarahkan dana masyarakat maupun menyalurkan dana

tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Oleh

karena itu, dengan adanya efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasi

terutama efisiensi biaya, maka diperoleh tingkat keuntungan bank akan semakin

besar, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif,

peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan, dan kesehatan perbankan pun

(19)

Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur

kinerja suatu bank, sebab tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat

profitabilitas yang maksimal. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return

on Equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan Return on Asset (ROA)

pada perusahaan perbankan. Keduanya dapat digunakan dalam mengukur

besarnya kinerja keuangan pada industri perbankan. ROA memfokuskan pada

kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan,

sedangkan ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik

perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat 2002). Sehingga dalam penelitian ini

ukuran kinerja keuangan perbankan diukur dengan menggunakan ROA.

Di sisi lain profitabilitas bank merupakan aspek yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Ukuran

profitabilitas bank dapat dilihat dari berbagai macam rasio, seperti Return on

Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Rasio

Biaya Operasional (Dendawijaya, 2003: 119-120). Selain itu, dalam penentuan

kesehatan suatu bank, Bank Indonesialebih mengutamakan nilai profitabilitas

suatu bank yang diukur dengan asset,yang dananya sebagian besar berasal dari

dana simpanan masyarakat, sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur

tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2003: 121).

Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return on Asset (ROA).

ROA penting bagi bank, karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva

(20)

Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang

dicapai oleh bank tersebut dan menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik dari

segi penggunaan aset. Adapun rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi ROA

berdasarkan temuan-temuan penelitian terdahulu adalah Capital Adequacy Ratio

(CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non PerformingLoan (NPL), Debt to

Equity Ratio (DER) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).

Capital (modal) merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan

sebagai dasar pengukuran kinerja bank. Besarnya modal suatu bank akan

mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Penetapan

Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas

didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank. CAR mencerminkan modal

sendiri perusahaan. Semakin besar CAR maka semakin besar ROA, karena dengan

modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya ke

dalam aktivitas investasi yang menguntungkan.

Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

Return on Asset (ROA) yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002) dan Yuliani

(2007) menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Mawardi (2005) yang menunjukkan hasil bahwa Capital

Adequacy Ratio (CAR) tidak terbukti berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasioyang mengukur kemampuan

bank untuk memenuhikewajiban yang harus dipenuhi. Sehingga semakintinggi

LDR maka laba bank semakin meningkat(dengan asumsi bank tersebut mampu

(21)

maka kinerja bank juga meningkat. Dengandemikian besar kecilnya rasio LDR

suatu bank akanmempengaruhi kinerja bank tersebut.

Penelitian mengenai pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR)terhadap

Return on Asset (ROA)yang dilakukan oleh Mahardian (2008) menunjukkan hasil

Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return

on Asset (ROA), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002)

menunjukkan hasil bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA).

Non PerformingLoan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit

bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total

kredit yang dikeluarkan bank. Bank dikatakan mempunyaiNPL yang tinggi jika

banyaknya kredit bermasalahlebih besar daripada jumlah kredit yang diberikan

kepada debitur. Apabila suatu bank mempunyai NPLyang tinggi, maka akan

memperbesar biaya, baikbiaya pencadangan aktiva produktif maupun

biayalainnya, dengan kata lain semakin tinggi NPL suatubank, maka hal tersebut

akan mengganggu kinerjabank tersebut.

Penelitian mengenai pengaruh Non Performing Loan (NPL)terhadap

Return on Asset (ROA)yang dilakukan Prasnanugraha P (2007) menunjukkan

bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif terhadap Return on Asset

(ROA). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh

Mawardi (2005) memperlihatkan hasil bahwa Non Performing Loan (NPL)

(22)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ukuran mendasar dalam keuangan

perusahaan, yang dapat menunjukkan kekuatan keuangan perusahaan. DER

mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar atau memenuhi

kewajibannya dengan modal sendiri (ekuitas). Semakin tinggi rasio Debt to Equity

Ratio (DER) semakin besar pula risiko yang ditanggung perusahaan, meskipun

dalam keadaan dimana perusahaan dapat dengan baik mengelola hutangnya.

Dengan adanya hutang, pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya

keuntungan atau laba yang diterima dan pada akhirnya akan mempengaruhi

kinerja suatu bank.

Penelitian mengenai pengaruhDebt to Equity Ratio (DER) terhadap Return

on Asset (ROA)yang dilakukan oleh Widati (2012) menyatakan bahwa rasioDebt

to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Asset

(ROE). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bardosa dan Louri (2003)

menyatakan bahwa rasioDebt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif

terhadapReturn on Asset (ROA).

Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

merupakanperbandingan antara totalbiaya operasi dengan total pendapatan

operasi. Efisiensioperasi dilakukan oleh bank dalam rangka untukmengetahui

apakah bank dalam operasinya yangberhubungan dengan usaha pokok bank,

dilakukandengan benar (sesuai dengan harapan pihak manajemendan pemegang

saham) serta digunakan untukmenunjukkan apakah bank telah menggunakan

(23)

efisiensioperasi suatu bank yang diproksikan dengan rasioBOPO akan

mempengaruhi kinerja bank tersebut.

Kestabilan lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam lembaga

perekonomian. Kestabilan ini tidak saja dilihat dari jumlah uang yang beredar

namun juga dilihat dari jumlah bank yang ada sebagai perangkat penyelenggara

keuangan, oleh karena itu diperlukan pengolahan bank dalam melakukan

usahanya untuk menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas. Penilaian ini

dilakukan untuk meningkatkan kinerja keuangan perbankan baik dari segi

manajemen, pemegang saham maupun pemerintah.

Penelitian mengenai Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

terhadap Return on Asset (ROA)yang dilakukan oleh Widati(2012) menunjukkan

bahwa BOPO berpengaruh positif tidak siginifikan terhadap Return on Asset

(ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan Mawardi (2005) menunjukkan hasil

yang sebaliknya, yaitu BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on Asset

(ROA).

Kinerja perbankan selama tahun 2008-2012 dapat dilihat dari laba dan

Return on Asset (ROA) pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Laba dan ROA Perbankan di Indonesia Tahun 2008-2012

Tahun Laba ROA

2008 30,60 Triliun 2,33 %

2009 45,21 Triliun 2,60 %

2010 57,30 Triliun 2,86 %

2011 75,07 Triliun 3,03 %

2012 86,38 Triliun 3,62 %

(24)

Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa laba dan ROA perbankan selama 5

(lima) tahun berturut-turut mengalami kenaikan.Pada tahun 2008 laba sebesar

30,60 triliun dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebesar 14,61 triliun,

sehingga laba pada tahun 2009 sebesar 45,21 triliun. Pada tahun 2009 laba sebesar

45,21 triliun dan mengalami kenaikan pada tahun 2010 sebesar 12,09 triliun,

sehingga laba pada tahun 2010 sebesar 57,30 triliun. Pada tahun 2010 laba

sebesar57,30 triliun dan mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 17,77

triliun, sehingga laba pada tahun 2011 sebesar 75,07 triliun. Pada tahun 2011 laba

sebesar 75,07 triliun dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 11,31

triliun, sehingga laba pada tahun 2012 sebesar 86,38 triliun.

Sedangkan ROA pada tahun 2008 sebesar 2,33% dan mengalami kenaikan

pada tahun 2009 sebesar 0,27%, sehingga ROA pada tahun 2009 sebesar 2,60%.

Pada tahun 2009 ROA sebesar 2,60% dan mengalami kenaikan pada tahun 2010

sebesar 0,26%, sehingga ROA pada tahun 2010 sebesar 2,86%. Pada tahun 2010

ROA sebesar 2,86% dan mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 0,17%,

sehingga ROA pada tahun 2011 sebesar 3,03%. Pada tahun 2011 ROA sebesar

3,03% dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 0,59%, sehingga ROA

pada tahun 2012 sebesar 3,62%.

Hanya bank umum yang menyediakan jasa-jasa lalu lintas pembayaran

sehingga mampu mempermudah kehidupan masyarakat, sedangkan BPR tidak

diperkenankan melakukan kegiatan lalu lintas pembayaran. Oleh karena itu, bank

umum dipilih dalam penelitian. Laporan keuangan juga disajikan pada bank yang

(25)

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap kinerja

bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diproksikan

dalam rasio Return on Asset (ROA)?

2. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap kinerja bank

umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diproksikan dalam

rasioReturn on Asset (ROA)?

3. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap kinerja bank

umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diproksikan dalam

rasio Return on Asset (ROA)?

4. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap kinerja bank

umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diproksikan dalam

rasioReturn on Asset (ROA)?

5. Apakah Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh terhadap kinerja bank umum yang terdaftar di Bursa Efek

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang ada, maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

kinerja bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

diproksikan dalam rasio Return on Asset (ROA).

2. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap

kinerja bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

diproksikan dalam rasio Return on Asset (ROA).

3. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap kinerja

bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diproksikan

dalam rasio Return on Asset (ROA).

4. Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap kinerja

bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diproksikan

dalam rasio Return on Asset (ROA).

5. Untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO) terhadap kinerja bank umum yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang diproksikan dalam rasio Return on Asset (ROA).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat bagi:

(27)

Dapat memberikan masukan atau pertimbangan dan informasi tambahan

mengenai pengaruhCapital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio

(LDR), Non Performing Loan (NPL), Debt to Equity Ratio (DER)dan

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap tingkat

kinerja keuangan bank yang diukur dengan Return on Asset (ROA),

sehingga bank dapat menentukan langkah selanjutnya dalam mengambil

keputusan dalam meningkatkan kinerja bank yang lebih baik.

2. Investor

Dapat memberikan kontribusi bagi investor dalam berinvestasi dengan

melihat Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR),

Non Performing Loan (NPL), Debt to Equity Ratio (DER)dan Biaya

Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan perbankan.

3. Peneliti

Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengetahuan

dalam bidang perbankan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai pembanding hasil riset penelitian yang berkaitan

dengan Return on Asset (ROA) pada industri perbankan.

5. Masyarakat

Dapat memberikan pengetahuan sebagai bukti empiris di bidang

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bank

Menurut UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, bank memiliki pengertian,

yaitu:

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup masyarakat banyak.

2. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau yang berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sedangkan menurut Dendawijaya (2003: 25) berpendapat bahwa “Bank

adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa,

seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap

mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,

membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain”.

Menurut Kasmir (2008 : 11) bahwa “Bank adalah lembaga keuangan yang

(29)

menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa

lainnya”.

Menurut Hasibuan (2005: 2) bahwa “Bank adalah lembaga keuangan,

pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas

pembayaran, stabilisator moneter serta dinamisator pertumbuhan perekonomian”.

Berdasarkan beberapa definisi bank, bahwa fungsi utama bank adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kembali ke masyarakat

dalam bentuk pinjaman. Selain itu, bank bertujuan untuk menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan

dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah

peningkatan kemakmuran masyarakat.

Untuk pengertian bank umum di atas pada dasarnya merupakan fungsi

tambahan bank umum dalam hal pemberian pelayanan atau jasa-jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hanya bank

umumlah yang dapat melakukan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran,

sedangkan bank perkreditan rakyat tidak diperkenankan melakukan kegiatan

tersebut. Bank umum merupakan bank yang paling banyak dan luas kegiatannya.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh bank umum mencakup menghimpun dana dari

masyarakat (funding) dalam bentuk simpanan (giro, deposito, dan tabungan),

menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk pemberian kredit, dan

memberikan jasa-jasa lainnya (services) seperti menyediakan tempat untuk

(30)

2.2 Kinerja Keuangan Bank

Kinerja merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh perusahaan,

karena merupakan suatu gambaran tentang kondisi dari suatu perusahaan,

sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan suatu perusahaan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar

sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba

bersih yang tinggi, karena semakin tinggi laba perusahaan semakin flexible

perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Dengan

demikian laba perusahaan akan meningkat bila kinerja perusahaan perusahaan

meningkat (Dendawijaya, 2003).

Martono dan Harjito (2008: 52) menyatakan bahwa “Kinerja keuangan

suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti

investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak

manajemen sendiri”.

Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai

oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran

kondisi keungan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek

penghimpunan dana maupun penyaluran dananya (Kusumo, 2008: 111).

Kinerja keuangan perbankan dapat dikatakan sebagai suatu alat ukur

terhadap prestasi manajemen dalam menjalankan perusahaannya. Dari kinerja

keuangan inilah manajemen dapat mengetahui masalah-masalah keuangan yang

(31)

Pengukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur

kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai

kegiatan yang dilakukan. Sebagaimana umumnya tujuan perusahaan adalah untuk

mencapai nilai yang tinggi, dimana untuk mencapai nilai tersebut perusahaan

harus dapat secara efisien dan efektif mengelola berbagai kegiatannya. Ukuran

dapat diukur dengan rasio Return on Asset (ROA) dan rasio ini dapat digunakan

untuk mengukur kinerja perbankan.

2.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan

disiapkan oleh manjemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan

eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang

merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen

kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.

Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio

keuangan yang dapat dijadikan dasar kinerja keuangan bank. Laporan keuangan

merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu

periode tertentu.

Tujuan laporan keuangan menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan” (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002), adalah sebagai

berikut:

1. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva

hutang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.

(32)

3. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi

keuangan perusahaan.

4. Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan

relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.

2.4 Analisis Rasio Keuangan

Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk

menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau

pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan

menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan

memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau

posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.

Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui

hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara

individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir,

2002:64). Analisis rasio keuangan menggambarkan hubungan matematis antara

suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan, dengan

cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja bank yang telah distandarisasi, yang

dapat memberikan petunjuk, gejala, serta informasi keuangan lainnya mengenai

keadaan keuangan suatu bank.

Kinerja profitabilitas dalam penelititian ini diukur dengan Return on Asset

(ROA). Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur Return on Asset

(ROA) perusahaan dalam penelitian ini adalah terbatas pada aspek permodalan

(33)

produktif (Non Performing Loan/NPL), manajemen (Debt to Equity Ratio/DER),

earning (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional/BOPO). Dengan

menggunakan analisis rasio, maka dapat menentukan tingkat kinerja keuangan

suatu bank. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat dalam menilai suatu

kondisi bank.

2.4.1 Return on Asset

Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah Return on

Asset (ROA). ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. ROA memfokuskan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan.

Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang

dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisis asset

(Dendawijaya, 2003: 120).

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal

31 Mei 2004, rasio ROA dirumuskan sebagai berikut:

ROA =Laba Bersih

Total Aktiva x 100%

Laba bersih adalah laba yang dihasilkan oleh bank dimana tercantum di

dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank. Total aktiva meliputi

komponen yang terdiri dari kas, giro, surat-surat berharga, kredit yang diberikan,

pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka pajak,

aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap lain-lain, dimana komponen tersebut

(34)

akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total pendapatan

yang relatif besar sebagai akibat meningkatnya penjualan produk. Dengan

meningkatnya total pendapatan akan meningkatkan laba perusahaan sehingga

kinerja keuangan juga akan lebih baik.

2.4.2 Capital Adequacy Ratio

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang

menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi

dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,

mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul dan dapat berpengaruh

terhadap besarnya modal bank. Rasio CAR digunakan untuk mengukur

kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di

dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.

Menurut Dendawijaya (2003: 121) menyatakan bahwa “Capital Adequacy

Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva

bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada

bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh

dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang)

dan lain-lain”.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI 2001 besarnya CAR

perbankan untuk saat ini minimal 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR). Jika CAR kurang dari 8% maka bank dikatakan tidak sehat dan jika

lebih besar dari 8% maka bank dapat dikatakan sehat. Semakin besar Capital

(35)

lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang

diperoleh bank (Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 564).

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31

Mei 2004, rasio CAR dirumuskan sebagai berikut:

CAR =Modal Bank

Total ATMR x 100%

Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap

kerugian yang timbul dariaktivitas yang dilakukan. Hal ini menghubungkan

Modal Bank dengan bobot risiko dari asset yangdimiliki.

Modal bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri

darimodal inti dan modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri yang

diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri darimodal

disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan,laba tahun

lalu, laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaanyang laporan

keuangannya dikonsolidasikan. Modal pelengkap terdiri daricadangan revaluasi

aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yangdiklasifikasikan, modal kuasa, dan

pinjaman subordinasi. Sedangkan ATMRmerupakan penjumlahan ATMR aktiva

neraca dengan ATMR administratif.

2.4.3 Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan teknik yang digunakan untuk

mengukur posisi atau kemampuan likuiditas bank. LDR menggambarkan

(36)

dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya(Dendawijaya, 2003: 118).

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank

dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian

likuiditas bank atau kemampuan bank dalam menyalurkan dana dan

mengumpulkan dana dari masyarakat.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31

Mei 2004, rasio LDR dirumuskan sebagai berikut:

LDR =Total Kredit yang Diberikan

Total Dana Pihak Ketiga x 100%

Kredit yang diberikan adalah kredit yang diberikan bank yang sudahditarik

atau dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kreditkepada bank lain.

Sedangkan yang termasuk dalam dana pihak ketiga mencakup total simpanan

dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan masyarakat.

Semakin tinggi LDR, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank

yangbersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisibermasalah

akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain

sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro,tabungan, simpanan berjangka,

sertifikat deposito. Standar yang digunakanBank Indonesia untuk rasio LDR

adalah antara 80% hingga 110%.

2.4.4 Non Performing Loan

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang menunjukkan bahwa

(37)

oleh bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko

usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau

yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak

bank kepada debitur.

Non Performing Loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang

dihadapi bank. Menurut Siamat (1993: 36) “Risiko kredit (default risk) ini dapat

terjadi akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan

jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka

waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan”.

NPL merupakan persentase jumlah kredit yang bermasalah (dengan

kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang

dikeluarkan bank.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31

Mei 2004, rasio NPL dirumuskan sebagai berikut:

NPL = Kredit Bermasalah

Kredit yang Disalurkan x 100%

Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan,

dan macet, sedangkan kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada

pihak ketiga tidak termasuk kepada bank lain. Berdasarkan Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, jika rasio NPL ≤ 5%, maka

predikat bank tersebut dikatakan sehat. Dan jika rasio NPL > 5%, maka predikat

bank tersebut dikatakan dikatakan tidak sehat. Bank Indonesia menetapkan nilai

(38)

Semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak

profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasibahwa

tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah

dengan tingginya NPL yang dihadapi bank.

2.4.5 Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ukuran mendasar dalam keuangan

perusahaan, yang dapat menunjukkan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio DER

berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai

jaminan hutang, atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan sampai sejauh

mana modal sendiri perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak

luar.

Menurut Kasmir (2008: 158), “Debt to Equity Ratio (DER) merupakan

rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas”. Rasio DER

dirumuskan sebagai berikut:

DER =Total Hutang

Total Ekuitasx 100%

Semakin tinggi rasio DER menunjukkan bahwa perusahaan akan memiliki

masalah riil dalam jangka panjang, salah satunya adalah kemungkinan untuk

terjadinya kebangkrutan. Semakin besar hutang semakin besar pula risiko yang

ditanggung pihak perusahaan, meskipun dalam keadaan dimana perusahaan dapat

dengan sangat baik mengelola hutangnya, maka dengan adanya hutang akan

memberikan kesempatan yang baik bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan

(39)

2.4.6 Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering

disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan nasional.

Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi (Dendawijaya, 2003: 120).

Bank yang efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi

kerugian akibat ketidakefisien bank dalam mengelola usahanya sehingga laba

yang diperoleh juga akan meningkat.

Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapatan operasional. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio BOPO dirumuskan sebagai berikut:

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional x 100%

Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka

menjalankan aktivitas usaha pokoknya (biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya

pemasaran dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan

utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam

bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya.

BOPO juga menunjukkan efektivitas bank, semakin kecil BOPO

menunjukkan semakin efektif bank dalam menjalankan aktivitas usahanya

sekaligus kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Bank yang

(40)

bank yang kurang sehat adalah bank yang memiliki rasio BOPO-nya lebih dari 1

(satu). Rasioyang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank

dalammenekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya

yangdapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam

mengelolausahanya (SE. Intern BI, 2004).

Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO baik apabila dibawah 90%,

Apabila rasio BOPO melebihi 90% hinggamendekati angka 100% maka bank

tersebut dapat dikategorikan tidak efisiendalam menjalankan operasinya.

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Capital

Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan

(NPL), Debt to Equity Ratio (DER), dan BOPO terhadap Return on Asset (ROA).

Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan

perbandingan dalam penelitian ini, antara lain:

Werdaningtyas (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pramerger diIndonesia”.

Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA) dan

variabel independen yaitu pangsa aset, pangsa dana, pangsa kredit, Capital

Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Teknik analisis yang

digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

variabel independen yang signifikan positif terhadap ROA adalah Capital

(41)

ROA adalah LDR, sedangkan variabel independen yang tidak signifikan terhadap

ROA adalah pangsa aset, pangsa dana, dan pangsa kredit.

Mawardi (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi

Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang dari 1 Triliun). Penelitian ini

menggunakan variabel dependen yaitu kinerja bank umum yang diproksikan

dengan Return on Asset (ROA) dan variabel independen yaitu Capital Adequacy

Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional dan Pendapatan

Operasional (BOPO), dan Net Interest Margin (NIM). Teknik analisis yang

digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

keempat variabel CAR, NPL, BOPO, dan NIM secara simultan mempengaruhi

kinerja bank umum yang diproksikan dengan ROA. Variabel NIM mempunyai

pengaruh positif terhadap ROA,variabel BOPO dan NPL mempunyai pengaruh

negatif terhadap ROA, sedangkan variabel CAR tidak terbukti berpengaruh

terhadap ROA.

Prasnanugraha P (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia

(Studi Empiris Bank-Bank Umum yang Beroperasi di Indonesia)”. Penelitian ini

menggunakan variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA) dan variabel

independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO, Non Performing Loan

(NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Teknik

analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya

(42)

negatif signifikan terhadap ROA, NIM berpengaruh positif signifikan terhadap

ROA, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan NPL berpengaruh

positif terhadap ROA.

Yuliani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Efisiensi

Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public

di BEJ. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara tingkat

efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas perbankan di BEJ. Penelitian

ini menggunakan variabel dependen yaitu kinerja profitabilitas perbankan dan

variabel independen yaitu MSDN, CAR, BOPO, dan LDR. Teknik analisis yang

digunakan adalah regresi time-series cross-section. Hasil penelitiannya

menyatakan bahwa variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap

kinerja profitabilitas perbankan, sedangkan CAR berpengaruh signifikan positif

terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Variabel MSDN dan LDR tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan.

Mahardian (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR terhadap ROA(Studi Kasus Perusahaan

Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni 2007)”. Penelitian ini

menggunakan variabel dependen yaitu Returnon Asset (ROA) dan variabel

independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO, Non Performing Loan

(NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Teknik

analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya

menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. BOPO

(43)

signifikan terhadap ROA, sedangkan NPL tidak memiliki pengaruh terhadap

ROA.

Widati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Go Public”. Penelitian ini

menggunakan variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA) dan variabel

independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Penyisihan Penghapusan

Aktiva Poduktif (PPAP), Debt to Equity Ratio (DER), Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Teknik

analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya

menyatakan bahwa Variabel CAR, DER, dan LDR berpengaruh positif signifikan

terhadap ROA. Sedangkan, BOPO dan PPAP berpengaruh positif tidak signifikan

[image:43.595.55.571.445.731.2]

terhadap ROA.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian Dependen Independen

1 Werdaningtyas (2002)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank

Take Over Indonesia

ROA Pangsa Aset,

Pangsa Dana, Pangsa Kredit, CAR, dan LDR

Regresi Linier Berganda

1. CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 2. LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 3. Pangsa aset, pangsa dana, dan pangsa kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

2 Mawardi (2005)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang dari 1 Triliun)

ROA CAR, NPL,

BOPO, dan NIM

Regresi Linier Berganda

1. NIM berpengaruh

positif terhadap ROA. 2. BOPO dan NPL

berpengaruh negatif

terhadap ROA. 3. CAR tidak

(44)
[image:44.595.51.571.114.621.2]

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian Dependen Independen

3 Prasnanugraha P (2007)

Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia (Studi Empiris Bank-Bank Umum yang Beroperasi di Indonesia

ROA CAR, BOPO,

NPL, NIM, dan LDR

Regresi Linier Berganda

1. CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. 2. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 3. NIM dan NPL berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA. 4. LDR tidak berpengaruh

signifikan terhadap ROA.

5 Yuliani (2007)

Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di BEJ

ROA MSDN, CAR,

BOPO, dan LDR Regresi time-series cross -section

1. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 2.CAR berpengaruh positif dan signifikan positif terhadapROA. 3. MSDN dan LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. 6 Mahardian

(2008)

Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR terhadap ROA (Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-2007)

ROA CAR, BOPO,

NPL, NIM, dan LDR

Regresi Linier Berganda

1. CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 2. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 3. NIM dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 4. NPL tidak berpengaruh terhadap ROA.

6 Widati (2012)

Analisis Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan yang Go Public

ROA CAR, PPAP,

DER, BOPO, dan LDR

Regresi Linier Berganda

1. CAR, DER, dan LDR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA. 2. PPAP dan BOPO

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA.

2.6 Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan dan didukung dengan

penelitian terdahulu diduga bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to

(45)

dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap

Kinerja Bank Umum yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA) yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.6.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return on Asset

Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut sebagai rasio kecukupan

modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko

kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta

membiayai seluruh benda tetap dan invetaris bank. Seluruh bank yang ada di

Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal sebesar 8% dari Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Semakin Capital Adequacy Ratio (CAR)

maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko

suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank (Kuncoro dan

Suhardjono, 2002: 564).

Menurut Dendawijaya (2003: 121) menyatakan bahwa “Capital Adequacy

Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva

bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada

bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh

dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang)

dan lain-lain”.

Dengan demikian, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

(46)

sejauh mana penurunan asset bank yang masih dapat ditutup oleh equity bank

yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi bank.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Werdaningtyas (2002) dan

Yuliani (2007) menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Dengan

demikian CAR diprediksi berpengaruh positif terhadap ROA.

2.6.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratioterhadap Return on Asset

Secara konsep teori, Loan to Deposit Ratio(LDR) berpengaruh terhadap

Return on Asset (ROA), apabila LDR semakin besar maka ROA juga semakin

besar. Namun LDR bergantung pada manajemen bank dan besarnya LDR bank

tidak sama. Oleh karena itu, hubungan LDR dengan ROA bersifat bebas dan tidak

autokorelasi. Semakin besar LDR semakin besar potensi mencapai ROA, sejauh

NPL(Non Performing Loan) bisa ditekan. LDR menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya (Dendawijaya, 2003: 118).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008)

yang menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Return on Asset (ROA). Dengan demikian LDR diprediksi berpengaruh positif

(47)

2.6.3 Pengaruh Non Performing Loanterhadap Return on Asset

Non Performing Loan(NPL) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal

ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dan tidak termasuk kredit

kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar,

diragukan, dan macet.

Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang

menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Maka dalam hal ini

semakin tinggi rasio NPL maka semakin rendah profitabilitas suatu bank.

Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005) menunjukkan pengaruh

negatif Non Performing Loan(NPL) terhadap perubahan laba, sebab semakin

tinggi Non Performing Loan(NPL) maka semakin besar risiko yang disalurkan

bank, sehinggalaba yang diproksikan yang diproksikan dengan Return on Asset

(ROA) menurun.

2.6.4 Pengaruh Debt to Equity R

Gambar

Tabel 1.1 Laba dan ROA Perbankan di Indonesia
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN TERHADAP PRODUKTIVITAS (produksi segar, produksi bahan kering, serta proporsi daun dan batang) HIJAUAN Indigofera zollingeriana1. THE EFFECT

Dari indikator kemampuan bekerja sama yang merupakan tolak ukur terakhir untuk menilai kinerja sebanyak 42% (8 orang) responden menyatakan tidak melakukan koordinasi

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 4 faktor yang paling berperan dalam peningkatan angka kejadian sectio caesarea di RSUD Liun Kendage Tahuna pada tahun 2013, diantara

Sehubungan dengan pelaksanaan pelelangan PENGA DA A N PERA LATA N PRA KTEK DA N PERA GA SISWA SD pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Bima Tahun

THE ENGLISH TEACHERS’ PERCEPTION AND IMPLEMENTATION ON COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING (CLT) METHOD:1. A CASE STUDY AT SMA

Rangkaian penelitian tindakan, peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan model investigasi kelompok ( group investigation ) pada peserta didik kelas VIII SMP

Pada kegiatan wawancara yang harus dipersiapkan adalah menyiapkan pertanyaan yang tercantum pada 5W 1H, sebutkana. Siti ikut ibu belanja ke

[r]