• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR SEMESTER HERMENEUTIK PERJANJ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TUGAS AKHIR SEMESTER HERMENEUTIK PERJANJ"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR SEMESTER

HERMENEUTIK PERJANJIAN LAMA I

(

Pemimpin Ideal

)

Nama : Hinna K. M. A. Praing

NIM : 12210030

Semester : III/A

Dosen MK : Pdt. Welfrid F. Ruku, M.Th

Dosen PA : Pdt. Yulius Rato, M.Th

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

FAKULTAS TEOLOGI

KUPANG

(2)

1

DAFTAR ISI

1. Daftar Isi... 1

2. Kata Pengantar... 2

3. BAB I Pendahuluan... 3

A. Latar Belakang... 3

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penulisan... 4

D. Metode Penulisan... 4

E. Sistematika... 4

4. BAB II Tafsiran... 5

A. Analisa Teks Ulangan 16:18-20... 5

1. Ayat 18... 6

2. Ayat 19... 7

3. Ayat 20... 8

B. Historis Kritis... 8

1. Latar Belakang Historis Kitab Ulangan... 9

2. Latar Belakang Historis Ulangan 16:18-20... 10

3. Hakim-hakim dan Para Petugas Pada Masa Deutronomis... 10

4. Kepemimpinan dalam Ulangan 16:18-20... 11

C. Rangkuman... 12

5. BAB III Penutup... 15

A. Implikasi... 15

B. Saran... 16

(3)

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, walaupun ada kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi.

Tugas yang penulis kerjakan ini merupakan suatu tafsiran dari kitab Ulangan

16:18-20, yang mengangkat dua isu besar yakni kepemimpinan dan keadilan. Penulis berterimakasih kepada:

1. Bapak Pdt. Welfrid F. Ruku, M.Th yang telah memberikan tugas ini untuk melatih penulis dalam mengembangkan pikiran.

2. Teman-teman yang telah mendukung serta membantu dalam menyelesaikan tugas ini.

3. Orang tua yang tidak henti-hentinya mendukung penulis melalui doa.

Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan sekali kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar tugas ini dapat diperbaiki kelak nanti. Semoga tugas ini bermanfaat bagi setiap kita yang membacanya.

Kupang, November 2013

(4)

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini bangsa Indonesia mulai jatuh dalam krisis kepimimpinan. Masyarakat sepertinya mulai kehilangan sosok pemimpin yang dapat dipercaya. Bahkan banyak

orang mulai tidak percaya pada keadilan dan kekuatan hukum di Indonesia. Hukum kita seolah-olah berat sebelah. Keadilan hanya berlaku bagi orang yang yang berduit. Orang-orang berduit menikmati kebebasannya di atas hukum, dan dengan hukum yang ada mereka menindas rakyat miskin. Korupsi merajalela di segala instansi pemerintahan. Bahkan tidak main-main, tiga kekuasaaan di negara kita yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif pun turut menjadi pemain-pemain utama dalam skandal korupsi di negara ini. Uang sepertinya telah meruntuhkan tembok-tembok dan benteng keadilan negeri ini. Hakim-hakim kita yang seharus menjadi penegak hukum dan pelaksana fungsi yudikatif di negara ini malah beleha-leha di atas uang-uang sogokan. Hukum dan jabatan seolah-olah bisa dibeli dengan uang.

Dalam Kitab Ulangan 16:18-20 disampaikan suatu petunjuk untuk menciptakan keadilan dalam suatu peradilan dan kepemimpinan1 yang adil dan bijaksana dalam mengayomi, melindungi, dan mengsejahterakan bangsa Israel. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengangkat bacaan ini untuk ditelaah lebih dalam dalam makalah yang berjudul “Pemimpin Ideal”. Agar menjadi suatu petunjuk bagi pemimpin kita di masa kini dan bagi kita sebagai calon

pemimpin-pemimpin di masa depan, bagaimana seharusnya kita menjadi pemimpin-pemimpin yang bijaksana dan tidak dibutakan matanya oleh uang. Dan bagaimana gereja sebagai

tubuh Kristus, secara tegas menyikapi ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada di dunia.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut: - Makna yang tekandung di dalam teks Ulangan 16:18-20

- Konteks dan Latar belakang teks Ulangan 16:18-20 - Implikasinya dalam kehidupan di masa kini.

1

(5)

4

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: - Memenuhi Tugas TAS untuk mata kuliah Hermeneutik PL I.

- Menjelaskan dan menganalisa secara mendalam maksud dari teks Ulangan 16:18-20.

- Menjelaskan implikasi dari teks tersebut terhadap kehidupan di dalam konteks masa kini, baik dalam kehidupan bernegara maupun bergereja.

D. Metode Penulisan

Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan metode kritik teks dan historis kritis yang didukung dengan telaah pustaka dari buku-buku teologi.

E. Sistematika

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan D. Metode Penulisan E. Sistematika BAB II Tafsiran

A. Analisa Teks Ulangan 16:18-20 1. Ayat 18

2. Ayat 19 3. Ayat 20 B. Historis Kritis

1. Latar Belakang Historis Kitab Ulangan 2. Latar Belakang Historis Ulangan 16:18-20

3. Hakim-hakim dan Para Petugas Pada Masa Deutronomis 4. Kepemimpinan dalam Ulangan 16:18-20

C. Rangkuman

(6)

5 BAB II

TAFSIRAN

Perikop yang dipakai oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) untuk nats bacaan Ulangan 16:18-20 adalah “Pengadilan yang Adil”. Jikalau membaca sepintas nats ini memang isinya berbicara keadilan. Namun John Sailhamer memberi tema “Instruction of Leadership”2

untuk nats ini, ini berarti bahwa nats ini tidak semata-mata berbicara mengenai keadilan dalam konteks “yudikatif” namun lebih dari itu. Keadilan yang dibicarakan di sini, lebih luas dari pada yang perikop yang dipakai oleh LAI. Kata

(shoph tiym) berasal dari kata yang artinya bukan saja judge (menghakimi)

namun juga govern (memerintah). Kata pun mengambarkan atau mendeskripsikan otoritas atau aktivitas dari pemerintah/pengatur3. Ini menunjukan bahwa kata kunci dalam nats ini menjelaskan lebih luas dari pada sekedar pengadilan. Tugas hakim dalam Perjanjian Lama (PL) pun lebih dari sekedar mengadili atau menghakimi, panggilan seorang hakim adalah untuk menyelamatkan/menjaga orang Israel dari musuh-musuhnya dan melayani kebutuhan dalam negerinya4. Menghakimi juga dalam bahasa ibrani tidak selalu berarti menetapkan suatu perkara kriminal. Kata menghakimi dalam bahasa Ibrani merupakan kesejajaran ide dengan kata menolong.5 Para hakim bertugas untuk menjaga dan melindungi orang-orang yatim piatu, janda, dan orang-orang asing6.

Dari pengertian-pengertian di atas kita mengetahui bahwa teks ini berbicara lebih dari sekedar fungsi yudikatif seorang hakim, namun juga eksekutif. Maka kata yang tepat untuk menggambarkan kedua fungsi adalah “pemerintahan”. Sebab kata ini mencakup fungsi yudikatif maupun eksekutif. Jadi dapat kita katakan bahwa, perikop yang dipakai LAI terlalu sempit, oleh karena itu dalam pembahasan selanjutnya penulis akan lebih menekankan pada pemerintahan yang mencakup kedua fungsi tersebut.

A. ANALISA TEKS ULANGAN 16:18-20

1. Ayat 18

2

John Sailhamer, The Pentaeuch, hlm 453

3

Willem A. VanGemeren, New International Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis Vol. 4,

Michigan: Zondervan Publishing House,1997. hlm 215

4

David N. Freedman, Dictionary of the Bible, Michigan:Eerdmans Publishing Company, 2000, hlm 752 (Judge-Judges, Book of)

5

Ernst Jenni, Theological Lexicon of the Old Testament Vol. 3, Massachusetts: Hendrickson Publisher, 1997. hlm 1393-1394

6

(7)

6

(BHS)

"Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka

harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil”. (TB LAI)

“You must appoint judges and scribes in each of the towns that Yahweh your

God is giving you, for all your tribes; these are to mete out proper justice to the people (NJB/New Jerusalem Bible)

“You shall appoint judges and officials throughout your tribes to administer true justice for the people in all the communities which the LORD, your

God, is giving you.” (NAB/New American Bible)

Hakim-hakim dan petugas-petugas diangkat menurut suku untuk memerintah/mengatur/memimpin7 bangsa itu secara adil. Hakim-hakim dan petugas-petugas adalah pemimpin dalam setiap sukunya8. Banyaknya bangsa Israel tidak memungkinkan untuk diatur oleh pemimpin tunggal yakni Musa9. Oleh karena itu Musa haruslah memilih orang-orang yang terpercaya, bijaksana dan cakap dari tiap-tiap suku untuk mengatur bangsa yang besar itu dan membantu Musa untuk memutuskan perkara-perkara yang dialami oleh bangsa Israel.

Kebanyakan terjemahan memang menggunakan kata judge/judgement

(menghakimi/penghakiman) sehingga terkesan tugas hakim dalam teks ini menjadi sempit. Namun penulis menemukan ada dua terjemahan Bahasa Inggris (NJB dan NAB) yang menggunakan kata-kata yang bermakna lebih luas dari pada kata judge. NJB menggunakan kalimat “...these are to mete out

proper justice to people” yang dapat diterjemahkan dengan

“...membagikan/mendistribusikan keadilan secara tepat kepada masyarakat”. Sedangkan NAB menggunakan kalimat “...to administer true justice...” yang

dapat diterjemahkan dengan “...untuk mengatur keadilan sejati...”. Kedua terjemahan di atas menunjukan bahwa tugas para hakim dan petugas adalah lebih dari sekedar menghakimi (judge) namun juga mendistribusikan,

7

Penulis merujuk pada penjelasan sebelumnya untuk memperluas makna yang dikandung oleh kata aslinya.

8

Sailhamer, The Pentateuch,op.cit

9

(8)

7

mengatur, serta menjamin keadilan itu secara merata dan tepat sasaran. Sedangkan dalam pembagian peran setelah masa Hakim-hakim, seorang hakim berperan sebagai eksekutor dan pelaksana sistem yang telah ditetapkan oleh raja10.

2. Ayat 19

(BHS)

Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan

janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar” (TB

LAI)

You must not distort justice; you must not show partiality; and you must not accept bribes, for a bribe blinds the eyes of the wise and subverts the cause of

those who are in the right.” (NRSV)

You must not pervert the law; you must be impartial; you will take no bribes, for a bribe blinds the eyes of the wise and ruins the cause of the upright.

(NJB)

Kepemimpinan seorang hakim turut menentukan jalannya keadilan dan kesejahteraan bangsa Israel pada saat itu oleh karena itu ketegasan dan keseriusan mereka dalam menjalankan tanggung jawab mereka sangatlah penting. Sebab kemakmuran dan kesejahterahaan di tiap-tiap suku Israel tergantung pada kinerja dari para hakim dan petugas yang bertugas di dalam suku itu.

Hakim dan petugas yang telah dipilih diharapkan tidak boleh menodai

keadilan dan kebenaran dengan menerima suap serta menunjukan keberpihakan. Uang suap dapat membutakan mata orang-orang bijaksana, yang lalu memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk menindas orang yang

lemah. Para hakim yang telah menerima uang suap akhirnya menjadi subjektif dalam mengambil keputusan-keputusan. Dan apabila hakim yang adalah pemimpin di tiap suku bangsa yang mengemban tugas sebagai pemelihara

10

(9)

8

perjanjian Allah, kemakmuran Israel, keamanan, dan bahkan pertahanan, tidak objektif dan adil dalam memutuskan perkara maka akan terjadi ketidakstabilan dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Israel.

3. Ayat 20

(BHS)

Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu” (TB

LAI)

Justice, and only justice, you shall pursue, so that you may live and occupy the land that the LORD your God is giving you.” (NRSV)

Strict justice must be your ideal, so that you may live long in possession of the country given you by Yahweh your God.” (NJB)

Ayat ini menegaskan bahwa posisi dan jabatan hakim yang tidak bisa dianggap remeh dan keadilan yang tidak bisa dikompromikan. Ayat ini menegaskan bahwa orientasi dan tujuan yang menjadi visi dan misi seorang hakim adalah keadilan. Keadilan harus menjadi jiwa, ideologi, dan cita-cita dari hakim untuk mencapai keadilan itu sendiri.

Terdapat bagian dari ayat ini yang berbunyi “...supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu”, yang menunjukan maksud dari penegasan tentang tugas hakim dan penjaminan keadilan pada ayat-ayat sebelumnya dari nats ini. Keadilan harus menjadi tujuan utama agar “hidup” itu tercapai. Kata asli yang dipakai untuk kata

engkau hidup” adalah . Kata ini berasal dari kata ( ) yang

tidak saja berarti “live/hidup” namun juga dapat “live properously/hidup

makmur”. Kata hidup dalam PL memiliki makna yang luas. Hidup yang

dimaksud adalah hidup yang bahagia, kaya, dan berkecukupan13. Sedangkan kata hidup dalam Kitab Ulangan lebih menekankan pengertian hidup untuk

11

Benjamin Davidson, Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon,Cet.14, Michigan: Zondervan Publishing, 1981. Hlm 755

12

R Laird Harris dkk, The Theological Wordbook of the Old Testament, Illinois: Moody Press, 1980, #664

13

(10)

9

menjaga dan memelihara perintah-perintah Allah, dan pengertian ini sangat beraitan kerat dengan kata “memiliki negeri”. Dan bila dipersempit ke dalam konteks Ulangan 16:20 maka kata “hidup” dan “memiliki negeri” memiliki kaitan atau hubungan dengan memelihara keadilan.14

Dari pengertian yang di atas, maka dapat kita pahami bahwa para pemimpin bangsa Israel ( para hakim dan petugas) menegakan keadilan dan menjadikan keadilan sebagai ideologinya demi mencapai suatu tingkat kehidupan yang sejahtera dan makmur, bukan sekedar hidup biasa. Dan hidup yang telah dicapai pun harus dipakai untuk mememelihara keadilan itu sendiri. Oleh karena itu hidup untuk memelihara keadilan itu harus didahului dengan

mencintai keadilan itu sendiri.

B. HISTORIS KRITIS

1. Latar Belakang Historis Kitab Ulangan

Kita mengetahui bahwa sumber D (Deutronomis) merupakan sumber utama Kitab Ulangan. Kitab ini ditemukan sekitar tahun 622 sM ketika Bait Allah sedang diperbaiki.15 Waktu penyusunan Kitab Ulangan itu sendiri menurut para ahli diperkiraan tidak jauh sebelum tahun 621 sM. Tetapi banyak pendapat ahli di abad 20 ini yang tidak sependapat dengan perkiraan itu. Ada yang mengatakan bahwa kitab ini disusun pada zaman Manase dan Hizkia, atau lebih awal dari Amos, atau bahkan sejak zaman Samuel. Yang lain malah berpendapat bahwa kitab itu disusun pada zaman Hagai dan Zakharia. Sementara ada ahli yang bependapat bahwa kitab Ulangan bukan penyebab reformasi Yosia namun hasil dari reformasi Yosia, yang berarti kitab ini disusun setelah masa reformasi Yosia. Ada pula anggapan bahwa Ulangan berasal dari Kerajaan Utara yang ditulis antara masa pembuangan hingga setelah pembuangan16. Namun yang pasti bahwa gaya bahasa yang dipakai bertumpu pada tradisi yang bersumber dari Musa itu sendiri. 17

14

Botterweck, ibid...hlm 334-335

15

J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. hlm 60 dan W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. hlm 250

16

D. Guthrie dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini I, Cet 11, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007. Hlm 67

17

(11)

10

2. Latar Belakang Historis Ulangan 16:18-20

Kitab Ulangan ditulis dan dipersiapkan untuk dua isu besar yang pastinya akan dihadapi bangsa Israel pada masa itu:

a. Hidup tanpa sosok Musa.

b. Perang-perang untuk menaklukan tanah yang dijanjikan.

Kedua isu ini merupakan latar belakang dari Ulangan 16:18 – 18:22. Yang mana bagian ini merupakan bagian terpenting dari kitab Ulangan yang memperlengkapi pemerintahan di Israel setelah kematian Musa melalui sistem hakim dan pengadilan, imam-imam dan kaum Lewi, raja-raja, dan nabi-nabi.18 Keberadaan para hakim sendiri terjadi karena usul mertua Musa, imam Yitro yang dimaksudkan untuk membantu pekerjaan Musa dalam memimpin bangsa Israel yang besar itu. Namun secara pribadi penulis berpendapat bahwa bila dikaitkan dengan reformasi Yosia yang terjadi di selatan bagaimana mungkin

Nats ini dikaitkan dengan Ulangan 1:16-1819 yang mana menunjukan sifat keadilan dan keperimanusiaan dari hukum Musa itu dilatarbelakangi oleh pengaruh Hukum Hamurabbi dari Babilonia. Perhatian terhadap orang yang kedudukannya mungkin menjadikan mereka mudah diperas dan ditindas mewujudkan ciri khas dari Kitab Ulangan20. Banyak penafsir memperkirakan bahwa bagian pasal 12-26 (termasuk nats yang sedang kita bahas) adalah hukum yang berasal dari Musa sendiri sedangkan pasal-pasal yang lain merupakan tambahan redaktur Deutronomis di kemudian hari.

3. Hakim dan Petugas-petugas Pada Masa Deutronomistis

Kaum deutronomis melukiskan pengharapan terhadap mereka yang memegang jabatan khusus yakni hakim, raja, imam dan nabi. Peranan yang dipegang oleh para hakim dalam masyrakat Israel tidak terbatas di bidang pengadilan saja. Para hakim kiranya sama dengan gubernur lokal yang bertanggung jawab atas masalah-masalah dari wilayah yang menjadi

wewenangnya. Mereka memiliki tugas-tugas baik sebagai eksekutor, legislator, maupun yudikator. Sementara para hakim merumuskan kebijaksanaan, para petugas berkewajiban menyampaikan dan mengawasi

18

Raymond B. Dillard dan Tremper Longman III, An Introduction to the Old Testament, Michigan: Zondervan Publishing House, 1995. hlm 92

19

D. Guthrie dkk, op. cit. 326

20

(12)

11

pelaksanaan keputusan-keputusan para hakim yang memberi tanggung jawab kepada mereka.

Hakim hendaknya mengawasi praktek-praktek kurban untuk meyakinkan bahwa Israel memperhatikan masalah ibadat dengan serius. Mengurbankan binatang yang murahan adalah sama saja dengan menipu tujuan utama dari ibadat demikian. 21

Selain itu, otoritas yang dimiliki oleh para hakim dan petugas semata-mata adalah kekuasaan yang diberikan oleh Allah demi menjaga dan memelihara perjanjian antara Allah dan umatNya22. Dalam kaitan dengan menjaga perjanjian Allah dan umatNya maka tugas hakim dapat dirumuskan dalam dua

hal berikut23:

a. Menegakkan hak milik Allah atas tanah perjanjian: hakim turut serta dalam menjaga pertahanan dan keamanan bangsa Israel dari musuh-musuhnya. Di mana bangsa asing tidak boleh mendiami wilayah yang telah dijanjikan kepada bangsa Israel.

b. Menegakkan hak milik Allah atas umatNya: bangsa Israel haruslah melakukan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada mereka dalam perjanjian itu.

Dan Otoritas ini harus dihormati karena memainkan peranan yang penting dalam menyampaikan perintah-perintah Allah. Kelalaian dalam pelaksanaan tugas ini dapat membahayakan perjanjian Allah dan umatNya.24

4. Kepimimpinan dalam Ulangan 16:18-20

Dilihat sekilas, apa yang diutarakan dalam 16:18-17:7 tampak mengganggu konteksnya yang berbicara mengenai kepemimpinan. Perhatian dari ayat-ayat ini adalah kemurnian ibadah Israel. Apa yang dilakukan bagian ini ialah memberi contoh bagaimana jalannya sistem pengadilan dan contoh-contoh dari hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadilan. Para hakim hendaknya

bermata jeli menghadapi setiap usaha memperkenalkan praktek-praktek keagamaan Kanaan dalam ibadat kepada Yahwe. Praktek demikian bertentangan dengan Allah dan merusak masyarakat Israel.

21

Deanne Bergant (Ed), Tafsir Alkitab Masa Perjanjian Lama, Cet 12, Yogyakarta: Kanisius, 2011. Hlm 215

22

Hill, op.cit... hal 234

23

I. Snoek, Sejarah Suci, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. hlm 96

24

(13)

12

Apa yang sangat menarik dari penyajian ulangan ini adalah pengandaian bahwa pemimpin Israel, terutama raja, diatur dalam hukum tetulis dan berwibawa seperti terdapat dalam Kitab Ulangan. Pemerintahan raja tidaklah mutlak. Semua pemimpin Israel terikat oleh tradisi suci seperti diungkapkan dalam Ulangan. Hal ini dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan kelompok pemimpin dan membuat mereka lebih bertanggung jawab terhadap rakyat sebagai keseluruhan. Ulangan dengan jelas mengemukakan keyakinan akan pemerintahan yang terbatas. 25

C. RANGKUMAN

Berdasarkan analisis di atas kita bisa menarik beberapa poin penting yang menjadi inti dari nats ini.

Pertama, bahwa kepemimpinan di masa Deutronomis merupakan hal yang amat sangat penting dan menjadi perhatian khusus bagi bangsa Israel.26 Kepemimpinan sebelum adanya kerajaan diberikan kepada para hakim yang memegang tongak pemerintahan di dalam wilayah-wilayah yang ditentukan menurut sukunya. Pada zaman Musa, merekalah yang membantu Musa dalam memutuskan perkara di tiap-tiap suku. Dalam perkembangannya tugas hakim amatlah penting. Seperti tersirat dalam teks Ulangan 16:18-21, tugas hakim itu dapat kita katakan sebagai berikut:

- Mendistribusikan keadilan dan kesejahteraan sosial serta menjamin bahwa hal itu terdistribusi secara merata dan tepat sasaran.27

- Mengatur kehidupan orang Israel28, dalam hal ini menjadi pemerintah dalam arti yudikatif maupun eksekutif yang didasarkan pada hukum dan tradisi suci yang mengikat dirinya sebagai pemimpin Israel29.

- Menjaga keberlangsungan dan pelaksanaan perjanjian Allah dengan bangsa Israel baik dalam mempertahankan tanah perjanjian (pertahanan dan

Didasarkan pada terjemahan NJB untuk ayat 18, ...these are to mete out proper justice to people” dan lht makalah ini di hlm. 4-5 dan 8

28

Didasarkan pada terjemahan NAB untuk ayat 18, ...to administer true justice... dan lihat makalah ini hlm 4-5 dan 8

29

(14)

13

keamanan) maupun dalam pelaksanaan hukum-hukum yang ditetapkan Allah dalam perjanjiannya dengan bangsa Israel.30

Bahkan tugas hakim setelah zaman Raja-raja pun tetaplah penting walaupun perannya dikurangi dari yang menguasai segala aspek pemerintahan regional (kesukuan) ,bahkan seluruh negeri ketika zaman Hakim, menjadi sebagai eksekutor atas sistem-sistem yang ditetapkan oleh raja berdasarkan penyataan Allah melalui nubuat nabi-nabi.31

Kedua, isu kepemimpinan dalam nats ini menunjukan bahwa bahaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) pada masa itu merupakan suatu hal yang menjadi ancaman terhadap keberlangsungan keadilan dan pemerataan kesejahteraan

bangsa Israel. Dan sebagai tokoh publik yang memegang kuasa yang besar, seorang Hakim pastinya menjadi sasaran dari upaya-upaya penyogokan dalam rangka entah untuk memuluskan jalannya rencana-rencana tertentu ataupun untuk menghindari perkara hukum tertentu termasuk perkara keagamaan. Selain suap, tentunya memandang bulu atau memperhatikan orang-orang tertentu ,atau dalam bahasa sehari-hari yang sederhana kita katakan sebagai “pilih kasih”, juga merupakan ancaman dalam menjalankan keadilan pemerintahan. Oleh karena masalah kehakiman bukanlah masalah yudikatif semata namun eksekutif pula maka apabila terjadi ketimpangan dalam kehakiman maka ini pun berarti ketimpangan pemerintahan dan keadilan sebagai yang menjiwai pemerintahan. Sehingga secara tegas nats ini menegur dan memperingatkan agar hakim-hakim janganlah menerima suap sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana

dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. Posisi hakim dan

petugas-petugas yang menolongnya sangatlah penting dalam berbagai aspek kehidupan oleh karena kejujuran dan kebersihan hati seorang hakim sangat menentukan kesejahteraan rakyatnya.

Ketiga, nats ini mengajarkan para hakim bahwa apa bila mereka ingin menegakan keadilan maka keadilan haruslah menjadi ideologi dan cita-cita

mereka32. LAI menggunakan kalimat “Semata-mata keadilan, itulah yang harus

kaukejar” untuk menggambarkan ideologi yang dimaksudkan. Sebenarnya yang

dimaksudkan teks itu adalah menjadikan keadilan sebagai ideologi lebih dari yang

(15)

14

digambarkan terjemahan LAI. Sebab suatu idea haruslah dijiwai dan menjadi bagian dari pegangan hidup orang yang memegangnya. Sedangkan terjemahan LAI menjelaskan bentuk tindakan dari idea itu.

Keempat, menjadikan keadilan sebagai idea -sebagaimana terlihat dalam

struktur kalimat ayat 20- adalah prasyarat untuk mencapai (live

properously/hidup makmur/kemakmuran) . Jadi hidup yang sejahtera baru bisa

tercapai setelah seorang hakim menjadikan keadilan sebagai idea yang dijiwai dan dijadikan pegangan hidup serta yang memampukannya mendistribusikan keadilan, mengatur pemerintahan, dan menjamin kesehateraan sosial secara tepat.34 Oleh karena itu yang pertama-tama harus diusahakan seorang hakim adalah menjadikan keadilan sebagai bagian dari jiwanya agar bisa mencapai kehidupan yang adil dan sejahtera. Dan kehidupan sejahtera yang telah dimilikinya pun harus dipakai untuk memelihara keberlangsungan keadilan di Israel.

33

Botterweck, TDOT Vol IV... hlm 334-335 dan R Laird Harris, TWOT...#664

34

(16)

15 BAB III

PENUTUP

A. IMPLIKASI

Sekalipun zaman Musa, Yosia ataupun Detronomis jauh ribuan tahun dibelakang kita sekarang, namun nilai-nilai teologisnya masih sangat sesuai dengan kehidupan di masa kini dan tak pernah kuno untuk diimplemetasikan dalam kehidupan kita di masa kini. Ada dua isu penting dalam nats Ulangan 16:18-20, yakni keadilan dan kepemimpinan. Kedua isu sampai pada saat masih menjadi isu yang hangat.

Menurut John Rawls dalam bukunya “The Theory of Justice”, keadilan

merupakan kebajikan utama dalam suatu institusi sosial, sebagaimana kebenaran dalam sistem pemikiran. Setiap orang memiliki kehormatan yang didasarkan pada keadilan. Karena itu, dalam masyarakat yang adil, hak-hak yang dijamin oleh keadilan tidak tunduk pada tawar menawar politik atau kalkulasi kepentingan sosial35. Hal yang sama pun disampaikan dalam nats tersebut. Hakim-hakim Israel diminta menjadikan keadilan sebagai ideologi tertinggi mereka, sehingga semata-mata keadilanlah yang menjadi purpose para hakim dan petugas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Para hakim diminta untuk tidak tedeng aling-aling dalam memutuskan perkara, melaksanakan tugas pemerintahan mereka. Ini menunjukan bahwa keadilan tidak ada tedeng aling-aling36.

Hal ini merupakan pelajaran bagi para pemimpin gereja maupun negara di masa kini. Terkhususnya untuk pemerintahan di negara kita yang sangat kental dengan isu KKN. Para pemimpin negara harus menjadikan keadilan sebagai ideologi mereka karena pemerintahan yang didasarkan pada keadilan adalha pemerintahan yang tidak kompromi terhadap kepentingan-kepentingan individual. Suatu masyarakat yang tertata baik diatur oleh konsesi publik mengenai keadilan.

Permasalahan yang memang kita hadapi pada masa ini dalam kaitan dengan isu

kepemimpinan maupun keadilan adalah orientasi kepemimpinan para pemimpin bangsa yang mengutamakan kepentingan-kepentingan kelompok/individu/pribadi diatas kepentingan rakyat. Suap-menyuap sudah menjadi hal yang lumrah dalam

35

John Rawls, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 hlm 3-4

36

(17)

16

birokrasi di negara kita karena para pemimpin tidak mencintai keadilan, tidak menjadikan keadilan sebagai ideologi dan bagian dari jiwa mereka.

Berkaitan dengan keadilan, isu kepemimpinan merupakan isu yang tak dapat dipisahkan dari kata keadilan. Sebab kepemimpinan seorang pemimpin turut menentukan bagaimana ia mendistribusikan keadilan kepada rakyat/jemaat. Ayat 19 dan 20 menegaskan kepemimpinan yang adil adalah pemimpin yang tidak menerima suap dan tidak memandang bulu. Keadilan dilaksanakan tanpa memandang status, sama halnya dengan prisip hukum, bahwa di mata hukum semua orang sama kedudukannya, demikianlah dalam keadilan semua orang dipandang sama kedudukannya. Sehingga atas nama keadilan maka seorang

Presiden dapat dihukum sama dengan seorang petani bila melakukan tindakan melawan aturan yang sama.

B. SARAN

(18)

17

DAFTAR PUSTAKA

VanGemeren, Willem A., New International Dictionary of Old Testament Theology and

Exegesis Vol. 4, Michigan: Zondervan Publishing House,1997.

Freedman, David N., Dictionary of the Bible, Michigan:Eerdmans Publishing Company, 2000.

Jenni, Ernst, Theological Lexicon of the Old Testament Vol. 3, Massachusetts: Hendrickson Publisher, 1997

Hill, Andrew E., Survey Perjanjian Lama, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2008.

Davidson, Benjamin, Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon,Cet.14, Michigan: Zondervan Publishing, 1981.

Harris dkk, R. Laird, The Theological Wordbook of the Old Testament, Illinois: Moody Press, 1980.

Botterweck, G. Johannes, Theological Dictionary of The Old Testament Vol. IV,

Michigan: Eerdmans Publishing House, 1980.

Blommendaal, J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.

LaSor dkk, W. S., Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Guthrie dkk, D., Tafsiran Alkitab Masa Kini I, Cet 11, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007.

Douglas, J. D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z), Cet. 7, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008.

Dillard, Raymond B., An Introduction to the Old Testament, Michigan: Zondervan Publishing House, 1995.

Bergant (Ed), Deanne, Tafsir Alkitab Masa Perjanjian Lama, Cet 12, Yogyakarta: Kanisius, 2011.

Snoek, I., Sejarah Suci, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Rawls, John, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Clinton, J. Robert, Pembentukan Pemimpin Sejati, Jakarta: Metanoia, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, adanya kecenderungan para wisatawan yang sangat tertarik ingin melihat sejarah perkembangan kota maupun bangunan di Surakarta dengan teknologi modern,

Dari pengertian laporan realisasi anggaran di atas menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,

Wisata sejarah di Muntok antara lain adalah Bukit Menumbing; tempat pengasingan para pejuang kemerdekaan, Wisma Ranggam; tempat para tokoh bangsa menggodok

Kemampuan dari jaringan syaraf tiruan tersebut, menurut para ahli menjadi faktor yang sangat mendukung yang menjadikan jaringan syaraf tiruan menjadi salah satu alat penting

Bahwa Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa dan Dasar Negara Republik Indonesia perlu dihayati dan diamalkan secara nyata untuk menjaga kelestarian

Meningkatkan kerja sama (team work) di antara para pegawai. Menimbulkan adanya saling pengertian di antara para pegawai dan saling menghargai dalam meleksanakan tugasnya

saya sendiri dan para pembaca untuk dapat mengambil manfaat yang ada pada

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara