ABSTRAK
PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh
LITA YUDHITYA
Hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA kelas VII SMP Padjajaran
Bandar Lampung menyatakan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa adalah modelProblem Based Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan modelPBL
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa pada
materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
Desain penelitian ini adalahpretest-postest non ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIAdan VIIB yang dipilih secarapurposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilaipretest, posttest, danN-gainyang dianalisis menggunakan uji-t dan U. Data kualitatif diperoleh dari skor aktivitas
Lita Yudhitya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan modelPBLdapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan rata-rataN-gaindari nilaipretestdan
posttestkelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 50,54; kontrol = 34,30). Rata-rata peningkatan pada aspek merumuskan masalah
adalah 43,48, memberi argumen 34,78, melakukan induksi 60,87, melakukan
deduksi 53,62, dan melakukan evaluasi 39,86. Peningkatan ini didukung dengan
aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen yang berkriteria ‘tinggi’dan
tanggapan positif siswa terhadap penerapan model pembelajaranPBL. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan modelPBLberpengaruh dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa pada materi
pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh
LITA YUDHITYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2014/2015)
(Skripsi)
Oleh
LITA YUDHITYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 8 2. Desainpretest-posttestnon-ekuivalen ... 24 3. Grafik tanggapan siswa mengenai penerapan modelPBLterhadap
KBK siswa... 41 4. Jawaban siswa dalam merumuskan masalah (LKK pertemuan II
kelas eksperimen)... 46 5. Jawaban siswa dalam melakukan induksi (LKK pertemuan I kelas
eksperimen) ... 48 6. Jawaban siswa dalam melakukan deduksi (LKK pertemuan II kelas
eksperimen) ... 49 7. Jawaban siswa dalam memberikan argumen (LKK pertemuan II
kelas eksperimen)... 50 8. Jawaban siswa dalam melakukan evaluasi (LKK pertemuan I kelas
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahap pembelajaran berbasis masalah ... 16
2. Karakteristik kemampuan berpikir... 17
3. Kemampuan berpikir kritis siswa... 19
4. Lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 31
5. Item pernyataan pada angket tanggapan siswa... 33
6. Kriteria aktivitas belajar siswa ... 36
7. Skor perjawaban angket ... 36
8. Data angket tanggapan siswa terhadapPBL... 37
9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadapPBL... 37
10. Hasil uji normalitas dan homogenitas nilaipretest, posttest,dan N-gainKBK siswa pada kelas eksperimen dan kontrol... 38
11. Hasil analisis rata-rataN-gainsetiap aspek KBK siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 39
12. Aktivitas belajar siswa pada kelas ekperimen dan kontrol ... 40
13. Nilaipretest, posttest,danN-gainkelas eksperimen ... 132
14. Nilaipretest, posttest,danN-gainkelas kontrol ... 133
15. Analisis butir soalpretestdanposttestkelas eksperimen ... 134
16. Analisis butir soalpretestdanposttestkelas kontrol ... 135
17. Analisis per aspek KBK pada soalpretestdanposttestkelas eksperimen ... 136
18. Analisis per aspek KBK pada soalpretestdanposttestkelas kontrol . 137 19. Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 138
20. Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaanPBL... 139
xvii
22. Hasil uji Hasil ujiMann-Whitney Upostes kelas eksperimen dan
kontrol ... 141
23. Hasil uji normalitasposttestkelas eksperimen dan kontrol ... 142
24. Hasil ujiMann-Whitney U posttestkelas eksperimen dan kontrol ... 143
25. Hasil uji normalitasN-gainkelas eksperimen dan kontrol ... 144
26. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rataN-gain kelas eksperimen dan kontrol... 145
27. Hasil uji satu pihakN-gainkelas eksperimen dan kontrol... 146
28. Hasil uji normalitas N-gainaspek merumuskan masalah kelas eksperimen dan kontrol... 147
29. Hasil ujiMann-Whitney U N-gainaspek merumuskan masalah kelas eksperimen dan kontrol ... 148
30. Hasil uji normalitasN-gainaspek memberikan argumen kelas eksperimen dan kontrol ... 149
31. Hasil ujiMann-Whitney U N-gainaspek memberikan argumen kelas eksperimen dan kontrol ... 150
32. Hasil uji normalitasN-gainaspek melakukan induksi kelas eksperimen dan kontrol ... 151
33. Hasil ujiMann-Whitney U N-gainaspek melakukan induksi kelas eksperimen dan kontrol ... 152
34. Hasil uji normalitas N-gainaspek melakukan deduksi kelas eksperimen dan kontrol ... 153
35. Hasil ujiMann-Whitney U N-gainaspek melakukan deduksi kelas eksperimen dan Kontrol ... 154
36. Hasil uji normalitasN-gainaspek melakukan evaluasi kelas eksperimen dan kontrol ... 155
Motto
Katakanlah: tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing, maka Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih benar jalannya
(Q.S. Al-Isra : 84)
What did FD Rosevelt do during the World
War II?
Believe. He believed what he had done for the world.
So you have to believe that you ll gonna make it too
(Rizky Vedyanto)
Keep what you have to keep and don t let it go
away from you
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Persembahan
Segala puji kupersembahkan untuk-Mu, Ya Allah, pencipta sel hingga supercluster semesta,
Shalawat dan salam kucurahkan pada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat
karya ini kupersembahkan untuk:
IbuTrilistiani dan BapakTaufik, kedua pahlawan yang terus berjuang membahagiakanku
dengan kesabaran dan kasih sayang abadi,
Terima kasih telah menjadi yang terbaik dalam hidupku.
Dianita Ananda, Jelita Zuhra I, Angger Gilang M, M Nayaka A,
para anggota pandawaku yang mengalirkan semangat dan kebahagiaan tanpa batas.
My amazing Genk Skripsi, Tyas Kharimah T dan Fadhilah Khairani
Irreplaceable Bioblast 2011
Chibi Zhakia LS, Q Aina, Tyas KT, Fadhilah K, Karyanti, Herlinda O, Chintia M, Indah SP, Winda R
Lab Bio s Ani S, Yogi F, N Hidayah,
Harry Haryono, Soni Satrian Syah, Feri Pernando
Anak Lemong Desrina H, Evi N, Selvia O, Wulan S, Tia AP, Fredy S, G Agung I, Ewo PS, Muhrodin
Keluarga Cemara Gang Bukitku, ibu Dina Maulina, bapak Rio Arif
Lia S, Galuh AM, Ave SF, Janggan AAP
Guru, dosen, kakak pengajar, murobbi, yang telah mengajarkanku indahnya menikmati ilmu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung,
pada 8 Maret 1993. Penulis adalah anak pertama dari
lima bersaudara pasangan Taufik dengan Trilistiani.
Penulis beralamat di Jl. H. Syarif, Gg, Tarya, No.50, LK
II, Kalibalau Kencana, Sukabumi, Bandar Lampung. No.
HP 089631604013.
Pendidikan yang ditempuh penulis untuk pertama kali adalah TK Arussydah II
Bandar Lampung (1997-1999), SDN 1 Tanjung Agung (1999-2005), SMP Negeri
5 Bandar Lampung (2005-2008), SMA Negeri 2 Bandar Lampung (2008-2011).
Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) tertulis.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mewakili Universitas Lampung dalam
Olimpiade Nasional di tingkat Regional II (tahun 2013). Penulis juga pernah
menjadi assisten praktikum mata kuliah Struktur dan Perkembangan Tumbuhan,
Fisiologi Tumbuhan, dan Struktur Hewan. Penulis ditunjuk sebagai laboran di
Laboratorium Pembelajaran Biologi (2014-2015). Penulis melaksanakan program
viii
Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat dan Program pengalaman Lapangan
(PPL) di SMP Negeri 2 Lemong, Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat
(Tahun 2014), kemudian melaksanakan penelitian di SMP Padjajaran Bandar
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah,
rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Semu pada Kelas VII Semester Genap SMP
Padjajaran Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung.
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Unila.
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si, selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik
penulis, yang terus memberi motivasi, nasehat, bimbingan, ilmu, saran, dan
xiii
5. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II, yang tanpa henti
memberi semangat, motivasi, bimbingan, perhatian dan kesabarannya kepada
penulis hingga skripsi ini dapat selesai.
6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembahas dan dosen terbaik bagi penulis,
yang selalu memberi saran perbaikan dan motivasi berharga bagi penulis.
7. Drs. H.A. Zainuddin Ys, M.TI., selaku Kepala SMP Padjajaran Bandar
Lampung, L.A. Widiastuti, S.Pd., dan Daryono, S.Pd. selaku guru mitra yang
telah memberikan izin, arahan, dan bantuan selama penelitian; seluruh warga
SMP Padjajaran Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian
berlangsung;
8. Orangtua dan adik-adikku yang menjadi sumber kekuatan dan kesenangan,
yang terus menyadarkanku tentang adanya kebahagiaan sederhana dalam
kerasnya kehidupan.
9. SahabatBioblast(pendidikan biologi 2011), adik dan kakak tingkat P. Biologi UNILA yang terus memotivasi, menyemangati, dan memberi kekuatan untuk
berjuang menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh rekan di Lab Pembelajaran Biologi atas segala bentuk kerja sama,
serta ledakan kegembiraan dan kehebohan yang tak pernah surut.
11. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita
semua.
Bandar Lampung, 25 Agustus 2015 Penulis
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pikir... 7
G. Hipotesis Penelitian ... 9
II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 10
B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 17
C. Aktivitas Belajar Siswa ... 20
III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 23
C. Desain Penelitian ... 23
D. Prosedur Penelitian ... 24
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data ... 34
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
xv
V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 54
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
LAMPIRAN 1. Silabus ... 61
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 65
3. Kisi-kisi Soal ... 74
4. Soal PretestPosttest ... 79
5. Soal LKK ... 81
6. Kunci Jawaban Soal ... 83
7. Rubrik Soal ... 99
8. Data Hasil Penelitian ... 102
9. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 110
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di era globalisasi saat ini merupakan suatu tantangan setiap bangsa
untuk menciptakan generasi yang dapat memperkuat landasan segala sektor
kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas
pendidikan suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Salah satu
upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melakukan
berbagai inovasi dalam kurikulum, saat ini salah satunya adalah dengan
memasukkan pendidikan kecakapan hidup atau life skill, soft skill, dan
pendidikan berkarakter. Dalam kehidupan, life skill dan soft skill dapat dengan mudah dikembangkan karena menurut Sudarma (2013:1), pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang dapat menciptakan kreativitas dan mampu
berpikir secara kritis dalam menghasilkan sesuatu yang inovatif, didukung
oleh karakter yang mampu dalam mengendalikan inovasi itu sendiri sehingga
kemampuan berpikir kritis menjadi hal yang sangat penting untuk
dimunculkan pada setiap individu terutama siswa.
Kemampuan berpikir kritis sendiri merupakan kunci dari peluang kerja dan
ekonomi pada abad ke-21. Menurut Rowles, et. al., Choy dan Cheah,
2
modal yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi
dan mendapatkan pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan kemampuan
kerja namun juga pemahaman konsep. harapan terbesar di masa depan adalah
para guru di indonesia mampu meningkatkan kualitas pendidikan dengan
menghasilkan lulusan yang memiliki soft skill dan life skill dengan
kemampuan berpikir kritis yang tinggi sehingga berkompeten dan mampu
bersaing di era globalisasi.
Faktanya, berdasarkan hasil penelitian PISA (dalam Kemendikbud, 2011:1) yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali menunjukkan bahwa pada prestasi
literasi sains siswa Indonesia meduduki peringkat ke-38 pada tahun 2000 dan
2003, dan menurun ke peringkat 50 pada 2006 dengan rata-rata skor prestasi
393, yang berarti 110 di bawah rata-rata internasional yaitu 500. Literasi sains
sendiri adalah salah satu ranah prestasi yang diukur oleh PISA dalam hal pengetahuan dan cara siswa dalam mengidentifikasi masalah untuk memahami
fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi
pada lingkungan. Lebih lanjut, laporan penelitian Puspendik pada 2009 (dalam
HEPI, 2015:1) menunjukkan bahwa estimasi kemampuan rata-rata siswa
Indonesia berdasarkan data TIMSS 2007, paling tinggi adalah kemampuan
pada level pengetahuan (knowing), sedangkan kemampuan pada level pena-laran (reasoning) dan penerapan (applying) lebih rendah. Dari data yang ditunjukkan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia belum mampu
3
Hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA di SMP Padjajaran Bandar
Lampung menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan masih banyak
menggunakan metode ceramah. Pada materi tertentu, guru hanya memberikan
tugas dari buku ajar tanpa menjelaskan materi dan pemahaman konsep terlebih
dahulu sehingga kemampuan berpikir siswa hanya sebatas mengingat dan
memahami. Selain itu, dalam pembelajaran biologi, pemberian materi masih
bersifat teoritis sehingga saat siswa diberikan suatu permasalahan, siswa tidak
mampu mengidentifikasi serta memberikan solusi penyelesaian masalahnya.
Guru juga hanya menilai siswa hanya berdasarkan ranah kognitif. Selain itu,
aktivitas belajar dalam proses pembelajaran sangat menentukan hasil belajar
siswa. Seharusnya siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran
sehingga siswa mampu mengembangkan potensi dirinya terutama dalam
kemampuan berpikir. Corebima (dalam Jailani, 2014:48-49) menyatakan
bahwa implementasi aspek pelaksanaan pembelajaran harus selalu diupayakan
agar tidak semata-mata mengacu kepada kepentingan transfer informasi, tetapi
mengacu kepada kepentingan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang salah
satunya adalah kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan dengan model
pembelajaran yang tepat. Salah satu alternatif solusinya adalah dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based learning atau PBL. Guedri (2001:1) menyatakan bahwa PBL adalah sebuah pendekatan pembelajaran pedagogik konstruktif yang mungkin dapat menjadi alat yang sangat berguna
dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Model ini
4
berpikir kritis karena siswa dituntut untuk mengidentifikasi suatu
permasalahan, menyelesaikannya, serta memberikan berbagai macam solusi
dari pengetahuan maupun pengalaman yang telah ia dapatkan. Penelitian yang
dilakukan oleh Magsino (2014:1) menunjukkan bahwa PBL merupakan strategi instruksional pada kurikulum konvensional yang efisien dalam
membangun atau meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill) mahasiswa biologi kelautan De La Salle Lipa College. Serupa dengan penelitian Cinar dan Bayraktar (2014:1), PBL lebih efektif dibandingkan dengan instruksi tradisional dalam meningkatkan pencapaian
siswa dalam level pemahaman. Lebih jauh, PBL juga dikatakan lebih berhasil dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan proses ilmiah
siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan
judul ”Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Aktivitas belajar siswa pada Materi Peran Manusia Dalam
Pengelolaan Lingkungan (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII
Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2014/2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah model PBL berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan
5
2. Apakah model PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan model PBL pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh model PBL terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
2. Pengaruh model PBL berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
3. Tanggapan siswa mengenai penerapan model PBL pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti, yaitu dapat memberikan pengalaman baru, wawasan, dan bahan
masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memilh model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Guru, yaitu mendapatkan informasi alternatif model yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran.
3. Siswa, yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya dalam
6
4. Sekolah, yaitu dapat memberi masukan untuk mengoptimalkan
penggunaan model PBL dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas pembelajaran.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model PBL yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) mengorientasi siswa pada masalah; (2)
mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil
karya; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah
(Nurhadi dalam Kunandar, 2011:358).
2. Kemampuan berpikir kritis dengan aspek: (1) merumuskan masalah; (2)
memberikan argumen; (3) melakukan induksi; (4) melakukan deduksi; (5)
melakukan evaluasi (Jufri, 2013:104-105).
3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang ditinjau berdasarkan
perbandingan nilai N-gain yang diperoleh dari hasil pretes dan postes. 4. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran yang diukur melalui
lembar observasi aktivitas belajar dan angket tanggapan siswa.
5. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Padjajaran Bandar
Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dengan kelas VII A sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol.
6. Materi yang digunakan adalah peran manusia dalam pengelolaan
7
mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran IPA merupakan salah satu pemegang peran penting dalam
menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dalam hal teori maupun
penerapan. Pada pembelajaran IPA, salah satunya adalah mata pelajaran
biologi, siswa tidak hanya dituntut untuk mengingat dan memahami materi
pembelajaran, namun juga mencari tahu suatu kebenaran dari konsep sains
dengan melakukan berbagai pengamatan. Dalam prosesnya, siswa harus aktif
dalam menghubungkan antara suatu konsep dengan fakta yang mereka
temukan melalui kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah satunya adalah
kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis sangat perlu untuk dilatih dan dikembangkan oleh
siswa. Kemampuan berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam
berpikir dan bekerja dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan yang lainnya secara akurat. Karenanya, kemampuan berpikir kritis
sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah maupun pencarian solusi
dengan sudut pandang yang aktual.
Kemampuan ini dapat dikembangkan dengan menerapkan model PBL atau di Indonesia dikenal dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Model PBL
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa karena
8
mengembangkan kemampuan tersebut. Tahap awal PBL dilaksanakan ketika guru mengorientasikan siswa pada masalah dengan cara memberi suatu
masalah pada siswa dan memberikan motivasi untuk terlibat dalam berdiskusi
dan mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu
merumuskan masalah dan membuat hipotesis. Tahap selanjutnya, siswa
mengumpulkan informasi yang sesuai untuk memecahkan masalah. Siswa
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dengan melakukan
induksi berdasarkan permasalahan. Kemudian siswa merencanakan dan
menyiapkan laporan. Pada kegiatan ini, siswa diharapkan mampu melakukan
deduksi terhadap hasil identifikasi permasalahan. Saat menyampaikan laporan
hasil diskusi, siswa diharapkan mampu memberi argumen dan melakukan
evaluasi terhadap data pada hasil diskusi.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel
Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran PBL dan variabel Y adalah variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis siswa.
Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram di
bawah ini.
Keterangan: X = Model PBL
Y1 = Kemampuan berpikir kritis siswa Y2 = aktivitas belajar siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
X
Y1
9
G. Hipotesis Penelitian
1. Model PBL berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
2. Model PBL berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Djamarah (2005:66), guru perlu menciptakan suatu masalah untuk
dipecahkan oleh anak didik di kelas. Pemecahan masalah dapat mendorong
anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah belajar.
Johnson (2008:215) menyatakan bahwa suatu permasalahan membutuhkan
pencarian beberapa solusi serta alternatifnya. Walaupun akan sedikit
menghabiskan waktu, namun proses ini akan menjadi kebiasaan yang cepat
dan mudah serta akan membantu seorang anak dalam mengatasi masalahnya
secara efektif, apakah itu masalah di sekolah, kehidupan karir masa depan,
atau kehidupan pribadi.
Dickson (dalam Akcay, 2009:27) menyatakan bahwa siswa diharuskan untuk
berbagi, berkomunikasi, dan bekerja sama. Dickson juga menyebutkan praktik
Vygotskian mampu membimbing konstruktivisme sosial, menggabungkan ide
yang sama dengan konstruktivisme individual Piaget dan kemudian
mengaplikasikannya pada interaksi siswa. Peran guru adalah membentuk
kemampuan siswa untuk dapat menjelaskan berbagai konsep, proses, dan
11
PBL, atau di Indonesia lebih dikenal sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah, merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah
yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada sekitar tahun
1980-1990 an, model PBL diadopsi ke dalam berbagai sekolah kesehatan dan menjadi pendekatan instruksional yang diterima di Amerika dan Eropa. Ada
beberapa pertanyaan mengenai efektivitas model ini terhadap keprofesionalan
dokter, apakah dokter yang dilatih menggunakan model PBL lebih siap untuk praktik secara profesional dibandingkan dengan dokter yang dilatih dengan
pendekatan tradisional. Penelitian secara luas telah membuktikannya.
Meta-analisis selama 20 tahun mengenai studi evaluasi PBL yang dilakukan oleh Albanese dan Mitchell juga oleh Vernon dan Blake pada 1993 (dalam Savery,
2006:10), menyimpulkan bahwa model PBL memiliki kemampuan yang sama dengan pendekatan tradisional dalam hal tes konvensional pengetahuan dan
bahkan siswa yang belajar menggunakan PBL menunjukkan kemampuan berpikir kritis lebih baik. Studi yang lebih kecil oleh Denton, Adams, Blatt,
dan Lorish pada 2000 (dalam Savery, 2006:10) mengenai lulusan dokter
program terapi, penggunaan PBL memperlihatkan kualitas lulusan program yang sama baiknya antara PBL dan pendekatan tradisional namun siswa lebih memilih pendekatan berbasis masalah.
PBL memiliki dasar permasalahan ill-structured yang bersifat tentative dan tidak biasa, memiliki kompleksitas dan ketidakjelasan, membutuhkan
12
pada pemikiran terbuka, pembelajaran tentang investigasi dan permasalahan
dunia nyata. Tiga karakteristik utama dari PBL adalah: 1. Siswa sebagai stakeholder dalam situasi permasalahan
2. Mengorganisasi kurikulum dalam permasalahan, memungkinkan siswa
belajar dalam cara yang relevan.
3. Menciptakan lingkungan belajar dimana guru melatih kemampuan berpikir
siswa dan membimbing siswa, serta memfasilitasi pemahaman yang lebih
mendalam (Akcay, 2009:27-28).
Kunandar (2011:354-355) menyebutkan pembelajaran berbasis masalah
digunakan untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam situasi
berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Guru
dituntut untuk mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan
terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Dalam hal ini, Fogarty (dalam
Hillman, 2003:3-4) menyatakan PBL biasa dipresentasikan kepada siswa melalui skenario non-fiksi. Skenario dapat diambil dari sebuah artikel di
dalam jurnal, atau suatu informasi faktual, sebuah argumen, atau sebuah
representasi. Ketika skenario dipresentasikan kepada siswa, mereka mengatur
alur eksplorasi dalam menyelesaikan skenario yang telah diberikan.
Ommundsen (2015:1) mengatakan bahwa PBL adalah cara yang menyenangkan untuk mempelajari biologi dan model ini telah siap
dimasukkan ke dalam kelas besar dalam lingkup perkuliahan. PBL melibatkan siswa dalam menyelesaikan kasus biologikal autentik, menstimulasi diskusi
pada siswa, dan memperkuat pembelajaran. Lingkungan pendidikan yang
13
dan membentuk sikap belajar mandiri. Hal ini sangat disarankan terutama
dalam lingkungan pembelajaran yang melibatkan siswa hanya melihat,
mengingat, dan mengulang apa yang telah mereka dapatkan.
Biasanya siswa lebih termotivasi dalam mempelajari materi ataupun isu
berdasarkan kisah nyata, terutama masalah yang berdampak pada kehidupan
pribadi mereka. Implikasi terpenting untuk praktik pembelajaran adalah siswa
dapat belajar dengan lebih baik jika isi dari silabus terkait dengan isu atau
konteks kehidupan sebenarnya. Guru dapat membuat pembelajaran menjadi
lebih efektif dengan memasukkan kejadian sehari-hari dimana siswa dapat
berperan di dalamnya sehingga siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar
(Chin dan Chia, 2015:2).
Berdasarkan penelitian McPhee (2002:66), penggunaan sintaks PBL dalam pembelajaran memungkinkan siswa dapat melihat isu penting dalam skala
menyeluruh. Kesempatan yang ada pada pembelajaran mengenai teori, sikap,
dan isu yang berkaitan dengan motivasi, disiplin dan kontrol, dan untuk
investigasi kebijakan dan standar nasional. Model PBL sangat
direkomendasikan karena siswa dapat menginvestigasi hubungan sebab akibat
antara sosial dan komunitas dan dapat melihat isu-isu sejenis sebagai
hubungan antara pembelajaran dan masyarakat luas, faktor keluarga yang
dapat diasosiasikan dengan pembelajaran, bahkan mengamati kasus seperti
obat-obatan terlarang pada remaja.
Menurut Nurhadi (dalam Kunandar, 2011:355:356), ciri-ciri pembelajaran
14
a. Pembelajaran pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan
prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, tetapi mengorganisasikan
pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara
sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik. Mereka
mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
situasi itu.
b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin
Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu, tetapi dalam pemecahannya melalui solusi, siswa dapat
meninjaunya dari berbagai mata pelajaran yang ada.
c. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan peserta didik melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah.
Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis, membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat interferensi, dan
merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan
15
mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip debat, laporan, model
fisik, video.
e. Kolaborasi
Hosnan (2014:300) menambahkan kolaborasi sebagai salah satu ciri dari
pembelajaran berbasis masalah. Tugas-tugas berupa masalah harus
diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik dalam
kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antarsiswa dan guru.
Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan
masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan (Hosnan,
2014:300).
Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan
sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian
belajar dan keterampilan sosial peserta didik yang terbentuk ketika mereka
berkolaborasi uuntuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber
belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah (Hosnan, 2014:299).
Menurut De Graaf dan Kolmos (dalam Magsino, 2014:2), terdapat 7
16
Universitas Maastricht di Belanda. Kerangka pembelajarannya terdiri dari
2 sesi pembelajaran dengan sesi antara. Sesi pertama memiliki lima langkah yaitu: (a) Mengklarifikasi konsep, (b) Mendefinisikan masalah,
(c) menganalisis masalah (brainstorming), (d) mengorganisasikan fakta dan pengetahuan, (e) membuat objek pembelajaran. sesi kedua memiliki dua langkah yaitu (a) belajar mandiri (self-study), dan (b) diskusi. Sintaks atau langkah pembelajaran dalam model PBL lainnya tertuang
dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Tahap pembelajaran berbasis masalah
Tahap Perilaku guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
17
B. Kemampuan Berpikir Kritis
Karakteristik 4 kemampuan berpikir oleh Swartz dan Perkin (dalam Bruning
et. al., 1995:204)
Tabel 2. Karakteristik kemampuan berpikir
Tipe kemampuan Tujuan Komponen kemampuan
Berpikir kritis Untuk mengevaluasi suatu perbedaan dalam keadaan atau mengklarifikasi ide
Mengidentifikasi keadaan atau ide, menganalisis berbagai pandangan, mempertimbangkan fakta, mengumpulkan informasi baru
Berpikir kreatif Untuk menciptakan ide baru, membangun produk baru
Menetapkan kebutuhan untuk ide, menstruktur ulang sudut pandang permasalahan, menciptakan berbagai kemungkinan
Membuat keputusan Untuk mencapai keputusan yang telah dibuat
Mempertimbangkan informasi yang ada, mengevaluasi informasi, mengidentifikasi opsi, mempertimbangkan opsi, membuat keputusan
Pemecahan masalah Untuk mencapai satu atau beberapa solusi yang memungkinkan untuk suatu permasalahan
Mengidentifikasi, mengambarkan, memilih strategi, menjalankan strategi, mengevaluasi proses
Kemampuan berpikir kritis dikategorikan sebagai kemampuan yang sulit.
Walaupun terlihat mendasar, namun kemampuan berpikir kritis membutuhkan
proses yang cukup rumit dalam pencapaiannya. Terlebih lagi, manusia tidak
secara alami dapat berpikir kritis. Sekalipun manusia terlahir dengan
kemampuan berpikir kritis, manusia tersebut masih belum mampu
menguasainya karena berpikir kritis adalah aktivitas kompleks yang dibangun
dengan kemampuan lainnya yang lebih mudah diperoleh (Gelder, 2005:42).
Bagaimanapun, anak memang terlahir dengan rasa keingintahuan alami, yang
menjadi salah satu pengenalan awal untuk pembelajaran dan lingkungan harus
mengajarkan mereka untuk mengeksplorasi, bertanya, dan menyelesaikan
18
lingkungan yang disisipkan suasana discovery terlihat lebih siap untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan siap pula untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya (Thompson, 2011:3).
Zuchdi (dalam Zubaedi, 2012:241) menyebutkan ciri-ciri orang yang berpikir
kritis yaitu: 1) mencari kejelasan pernyataan atau pernyataan; 2) mencari
alasan; 3) mencoba memperoleh informasi yang benar; 4) menggunakan
sumber yang dapat dipercaya; 5) mempertimbangkan keseluruhan situasi; 6)
mencari alternatif; 7) bersikap terbuka; 8) mengubah pandangan apabila ada
bukti yang dapat dipercaya; 9) mencari ketepatan suatu permasalahan; 10)
sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan
orang lain.
Ciri-ciri tersebut di atas hanya dapat dikembangkan lewat latihan yang
dilakukan secara terus-menerus sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan.
Berpikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana. Berpikir
kritis memungkinkan seseorang dapat menganalisis informasi secara cermat
dan membuat keputusan yang tepat dalam menghadapi isu-isu yang
kontroversial (Zubaedi, 2012:241).
Jufri (2013:104-105) menyatakan terdapat 6 indikator kemampuan berpikir
19
Tabel 3. Kemampuan berpikir kritis siswa
Indikator kemampuan berpikir kritis
Deskripsi kemampuan berpikir kritis
Merumuskan masalah a. memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi jawaban
Memberikan argumen a. argumen sesuai dengan kebutuhan
b. menunjukkan persamaan dan perbedaan
c. argumen yang ditunjukkan orisinil dan utuh
Melakukan deduksi a. mendeduksi secara logis b. menginterpretasikan secara tepat
Melakukan induksi a. menganalisis data b. membuat generalisasi c. menarik kesimpulan
Melakukan evaluasi a. mengevaluasi berdasarkan fakta b. memberikan alternatif lain Mengambil keputusan dan
menentukan tindakan
a. menentukan jalan keluar b. memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan
Menurut Rowles dkk. (dalam GDC, 2015), Asosiasi Universitas dan Kampus Amerika, Standar dan Akreditasi Program Pendidikan Kedokteran, dan
beberapa organisasi lainnya menempatkan kemampuan berpikir kritis sebagai
kemampuan intelektual dan praktikal terbesar, terutama pada bidang
kesehatan, sains, dan terutama di bidang pendidikan. Kemampuan berpikir
kritis adalah sesuatu yang telah banyak ditemukan pada sekolah tingkat dasar,
menengah atas, dan menengah tinggi, dimana siswa diajarkan untuk belajar
sebagaimana mereka mengolah dan menganalisis informasi yang mereka
20
Paul dan Elder (dalam Shriner, 2015:63) meneliti perkembangan kemampuan
berpikir kritis dengan membuat artikel tentang kemampuan berpikir kritis dan
dibuktikan melalui poling dan survei bahwa pada umumnya pendidik tidak
terlalu mengerti apa itu berpikir kritis dan bagaimana cara mengajarkannya.
Tiga template yang disediakan di dalam artikel telah ditulis dengan baik dan bermanfaat bagi banyak kelas. Template tersebut membantu siswa dalam menganasis logika pada artikel, essay, atau bab dan sub-bab. Setiap template
memiliki delapan pertanyaan yang menanyakan tentang ide pokok, kunci dari
pertanyaan, informasi yang paling penting, referensi utama atau implikasi, dan
sudut pandang utama. Dengan menggunakan tiga template tersebut saat membaca sebuah artikel atau sub-bab, siswa akan memahami kemampuan
berpikir kritis dengan baik seperti proses yang memungkinkan mereka untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi.
C. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 34), keaktifan siswa dalam
pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang
mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang
dapat diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca,
mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh
kegiatan psikis diantaranya adalah seperti mengingat kembali isi materi
21
yang dimiliki untuk memecahkan masalah, menyimpulkan hasil eksperimen,
membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan lainnya.
Pengalaman belajar merupakan segala aktivitas siswa yang dilakukan untuk
memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi
aktivitas mental. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja,
tidak berarti memiliki kadar aktivitas yang rendah dibanding dengan siswa
yang sibuk mencatat. Mungkin saja yang duduk itu secara mental aktif,
misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya dan menginternalisasi
nilai dari setiap informasi yang disampaikan. Sebaliknya siswa yang sibuk
mencatat, tidak dapat dikatakan memiliki kadar keaktifan yang tinggi, kalau
yang bersangkutan hanya sekadar secara fisik aktif mencatat namun tidak
diikuti dengan aktivitas mental (Sanjaya, 2009:180).
Paul D. Dietrich (dalam Hamalik, 2011: 172) membagi aktivitas belajar ke
dalam 8 kelompok, yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan visual, yang termasuk di dalam kegiatan visual
diantaranya membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang termasuk di dalamnya antara lain
mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
22
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang termasuk di dalamnya antara lain
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi,
mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, yang termasuk di dalamnya antara lain
menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yang termasuk di dalamnya antara lain
menggambar, membuat grafik, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk di dalamnya antara lain
melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental, yang termasuk di dalamnya antara lain
merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat,
hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional, yang termasuk di dalamnya antara lain
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 tahun pelajaran 2014/2015
di SMP Padjajaran Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap
SMP Padjajaran Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Pengambilan
sampel penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling atau pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti (Budiarto, 2003:27). Sampel
penelitian ini adalah kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa
23 orang dan kelas VIIA sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 21 orang.
C. Desain Penelitian
Pada penelitian ini, untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, desain yang
digunakan adalah desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen (Riyanto, 2001: 43). Penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni variabel X dan
variabel Y. Variabel X pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang
24
penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis. Kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang
homogen dalam hal jenjang pendidikannya yaitu kelas VII dan diajar oleh
guru yang sama. Kelas eksperimen (kelas VIIB) diberi perlakuan dengan
model PBL, dan kelas kontrol (kelas VIIA) diberi perlakuan dengan metode diskusi. Kedua kelas diberi tes/soal penyelesaian masalah berupa soal essay
yang sama. Pretest sebelum pembelajaran dimulai dan posttest pada akhir pertemuan kedua setelah pembelajaran (Gambar 2).
Kelas Pretest Perlakuan Posttest Berpikir Kritis
I O1 X O2 O3
II O1 C O2 O3
Keterangan:
I = Kelas eksperimen (kelas VIIB) II = Kelas kontrol (kelas VIIA) O1 = Pretest
O2 = Posttest
O3 = Kemampuan berpikir kritis
X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan PBL C = Perlakuan di kelas kontrol dengan diskusi
Gambar 2. Desain pretest-posttest non ekuivalen (Riyanto, 2001:43)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Prapenelitian
Kegiatan pada saat prapenelitian adalah sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian ke FKIP yang ditujukan ke sekolah
25
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi
subjek penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok
(LKK).
e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest/posttest, rubrik kemampuan berpikir kritis siswa, dan angket tanggapan siswa.
f. Menentukan jumlah kelompok beserta jumlah anggota diskusi yang
bersifat heterogen berdasarkan jenis kelamin. Jumlah siswa kelas
eksperimen 23 orang. Jumlah kelompok sebanyak 5 dengan setiap
kelompok berjumlah 3-4 siswa yang terdiri dari 2 siswa perempuan
dan 2 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan dan 2 siswa laki-laki dan
2 siswa perempuan dan 1 siswa laki-laki. Jumlah siswa kelas kontrol
21 orang. Jumlah kelompok sebanyak 5 dengan setiap kelompok
berjumlah 4-5 siswa yang terdiri dari 2 siswa perempuan dan 2 siswa
laki-laki dan 1 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model PBL untuk kelas eksperimen dan diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah
26
a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran Model PBL) 1) Kegiatan Pendahuluan
a) Siswa mengerjakan soal pretest pada pertemuan pertama dalam bentuk uraian dengan materi peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan.
b) Mengorientasi peserta didik terhadap masalah dengan
menginformasikan tujuan pembelajaran.
c) Pemberian apresepsi
(Pertemuan I) guru menunjukkan gambar orang membuang
sampah di sungai dan orang menanam pohon, lalu
menanyakan “pernahkah kalian melakukan kedua aktivitas
tersebut? Bagaimana dampaknya bagi lingkungan sekitar?”
(Pertemuan II) guru memberikan ulasan singkat mengenai
materi sebelumnya dengan melakukan tanya jawab.
d) Siswa memperoleh penjelasan dan motivasi dari guru:
(Pertemuan I) “Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui peran manusia dalam mengatasi pencemaran
lingkungan”.
(Pertemuan II) “Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui peran manusia dalam mengatasi kerusakan
27
2) Kegiatan Inti
a) Mengorganisasi siswa dengan membaginya dalam 5 kelompok
secara heterogen berdasarkan jenis kelamin, masing-masing
kelompok terdiri dari 3-4 orang.
b) Setiap kelompok memperoleh satu LKK berbasis masalah
dengan materi:
(Pertemuan I) peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
(Pertemuan II) : peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
untuk mengatasi kerusakan lingkungan
c) Memberikan pengarahan kepada siswa dalam mengerjakan
LKK
d) Guru membimbing siswa berdiskusi dan mencari informasi
dengan kajian literatur sesuai topik permasalahan yang ada
pada LKK di dalam kelompoknya masing-masing (untuk
pertemuan I dan II).
e) Setiap kelompok mengumpulkan LKK yang sudah dikerjakan
(pada pertemuan I dan II).
f) Guru memberi kesempatan kepada perwakilan setiap
kelompok mempresentasikan LKK dan kelompok lain
memberi tanggapan.
g) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
28
h) Guru memberi konfirmasi terhadap hasil diskusi dan presentasi
yang telah disampaikan siswa
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
b) Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan ke II yang sama dengan soal pretest pada pertemuan ke I.
c) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
b. Kelas Kontrol (Pembelajaran Metode Diskusi) 1) Kegiatan Pendahuluan
a) Siwa mengerjakan soal pretest pada pertemuan I dalam bentuk
essay dengan materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
b) Pemberian apresepsi
(Pertemuan I) guru menunjukkan gambar orang membuang
sampah di sungai dan orang menanam pohon, lalu
menanyakan “pernahkah kalian melakukan kedua aktivitas
tersebut? Bagaimana dampaknya bagi lingkungan sekitar?”
(Pertemuan II) guru memberikan ulasan singkat mengenai
materi sebelumnya dengan melakukan tanya jawab.
29
Pertemuan I “Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui peran manusia dalam mengatasi pencemaran
lingkungan”.
Pertemuan II “Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui peran manusia dalam mengatasi kerusakan
lingkungan”.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa dibagi dalam 5 kelompok secara heterogen berdasarkan
nilai dan jenis kelamin, masing-masing kelompok terdiri dari
4-5 orang.
b) Setiap kelompok memperoleh LKK dengan materi:
(Pertemuan ke I) peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
(Pertemuan ke II) : peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan
c) Setiap siswa mendiskusikan soal pada LKK dalam
kelompoknya masing-masing (untuk pertemuan ke I dan II).
d) Setiap kelompok menyelesaikan LKK kemudian
mengumpulkan LKK yang sudah dikerjakan.
e) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas dan kelompok lain memberi tanggapan (untuk
30
f) Siswa mengemukakan pendapat dan menanyakan hal-hal yang
belum dipahami kepada guru dan guru memberikan konfirmas
(untuk pertemuan ke I dan II).
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
b) Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan ke II yang sama dengan soal pretest pada pertemuan ke I.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data
kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan sebagai berikut:
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa skor kemampuan berpikir kritis siswa
yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Selisih dari nilai pretest
dan posttest didapatkan nilai gain. Untuk menghindari kesimpulan yang bias karena nilai kedua kelompok sudah berbeda, maka
digunakan uji normalitas. Kelebihan penggunaan model dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis ditinjau berdasarkan
31
b. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis
siswa yang diamati selama proses pembelajaran. Selain itu, digunakan
data pendukung berupa angket tanggapan siswa terhadap penggunaan
model PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pretest dan Posttest
Data kemampuan berpikir kritis adalah berupa perbandingan nilai
pretest dan posttest. Nilai pretest diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai posttest
di akhir pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah lima
butir soal essay.
b. Lembar Kerja Kelompok (LKK)
Lembar kerja kelompok digunakan selama proses pembelajaran
sebagai data pendukung dalam menganalisis peningkatan KBK siswa.
Kelas eksperimen menggunakan LKK berbasis masalah sedangkan
kelas kontrol menggunakan LKK dengan metode diskusi.
c. Lembar Observasi Aktivitas belajar siswa
Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Siswa pada
32
dengan cara memberi tanda (√) pada lembar observasi pada Tabel 4
sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Tabel 4. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
No Nama
Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa
A B C D E
Sumber: dimodifikasi dari Suwandi (2012: 32).
Keterangan skor aspek aktivitas belajar siswa:
A. Menuliskan/mengungkapkan rumusan masalah yang beragam pada LKK (Mengorientasikan Siswa Pada Masalah)
Skor Keterangan
0 Tidak mengungkapkan rumusan masalah yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran
1 Mengungkapkan rumusan masalah namun kurang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran
2 Mampu mengungkapkan rumusan masalah yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran
B. Melakukan induksi dengan menjabarkan permasalahan dari informasi yang didapatkan pada LKK (Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar)
Skor Keterangan
0 Siswa tidak menjabarkan permasalahan-permasalahan yang sesuai dengan topik pembicaraan pada LKK.
1
Siswa mengumpulkan informasi, namun kurang memahaminya sehingga penjabarkan dari permasalahan kurang sesuai dengan topik pada LKK
2
Siswa mengumpulkan dan memahami informasi yang didapat sehingga penjabarkan dari permasalahan sesuai dengan topik pada LKK
C. Membuat kesimpulan (deduksi) berdasarkan permasalahan (Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok)
Skor Keterangan
0 Siswa tidak membuat kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan
1 Siswa membuat kesimpulan namun kurang sesuai dengan permasalahan yang diberikan
33
D. Aktif dalam memberikan argumen yang sesuai dengan permasalahan (menyajikan hasil karya)
Skor Keterangan
0 Tidak memberikan argumen yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran
1 Memberikan argumen namun kurang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran
2 Mampu memberikan argumen yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran
E. Melakukan evaluasi dengan memberikan solusi (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah)
Skor Keterangan
0 Siswa tidak dapat memberikan solusi-solusi yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajraan.
1 Siswa memberikan solusi, namun kurang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajraan
2 Siswa mampu memberikan solusi-solusi yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajraan
d. Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi tentang pendapat siswa mengenai model
pembelajaran PBL. Angket ini berupa 8 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif dengan dua pilihan
jawaban yaitu setuju dan tidak setuju. Siswa menjawab setiap
pernyataan dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.
Tabel 5. Item pernyataan pada angket tanggapan siswa
No Pernyataan S TS
1 Saya mampu menentukan permasalahan yang terjadi berdasarkan wacana (merumuskan masalah)
2 Saya tidak dapat mengidentifikasi akibat dari suatu permasalahan (melakukan induksi)
3 Saya mampu memahami dan mengungkapkan kembali permasalahan yang diberikan (melakukan deduksi)
4 Saya mampu mempertahankan pendapat dengan memberi alasan yang logis (memberi argumen)
5 Saya tidak dapat memberi solusi yang mungkin dalam pemecahan masalah (melakukan evaluasi)
6 Saya merasa lebih kritis dalam menyikapi permasalahan setelah selesai pembelajaran
7 Saya kesulitan dalam menjawab soal-soal yang diberikan
34
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol diolah menggunakan rumus sebagai berikut:
S=
x 100
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
Kemudian mengukur peningkatan (N-gain) kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa baik secara keseluruhan maupun untuk setiap aspek,
digunakan rumus Hake (1999: 1) sebagai berikut:
N-gain = x 100%
Keterangan:
N-gain = rata-rata gain yang telah dinormalisasi
Spost = rata-rata skor posttest
Spre = rata-rata skor pretest
Smax = skor maksimum
Nilai pretest, posttest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji U dan uji-t dengan program SPSS versi 17,
yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan
homogenitas data:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.
1) Hipotesis
Spost – Spre
35
H0 = Sampel berdistribusi normal
H1 = Sampel tidak berdistribusi normal
2) Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto. 2004: 5).
Data berdistribusi normal dalam penelitian ini adalah data N-gain, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas, uji t1, dan uji t2 dengan
menggunakan program SPSS versi 17.
b. Uji Homogenitas
1) Hipotesis
Ho = Kedua sampel mempunyai varians yang sama
H1 = Kedua sampel mempunyai varians yang berbeda
2) Kriteria Uji
Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima,
Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:71).
c. Uji t1
1)Hipotesis
Ho = rata-rata pretes kedua sampel tidak berbeda secara
signifikan
H1 = rata-rata pretes kedua sampel berbeda secara signifikan
2)Kriteria Uji
Jika –ttabel <thitung < ttabel, maka Ho diterima, Jika thitung < -ttabel atau
36
d. Uji t2
1) Hipotesis
Ho = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
2) Kriteria Uji
Jika –ttabel <thitung < ttabel, maka Ho diterima, Jika thitung < -ttabel atau
thitung > ttabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:76).
e. Pengujian Hipotesis
Data pretest, posttest, dan semua aspek KBK tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann Whitney.
1) Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol
2) Kriteria Uji
a. Jika p-value > 0,05 maka terima Ho
37
2. Data Kualitatif
A. Aktivitas belajar siswa
1) Memberi skor sesuai rubrik penilaian observasi aktivitas belajar
siswa pada Tabel 4, lalu memasukkan data ke dalam Tabel 19
Lampiran 6.
2) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan:
P = persentase aktivitas belajar siswa R = skor yang diperoleh
M = skor maksimum dari tes bersangkutan (Purwanto, 2008:102).
3) Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka aktivitas belajar
siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut.
Tabel 6. Kriteria aktivitas belajar siswa
Nilai Kriteria
80,1 – 100
Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2010: 245).
B. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model PBL
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui
penyebaran angket. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan
38
Tabel 7. Skor perjawaban angket
Sifat Pernyataan Skor
1 0
Positif S TS
Negatif TS S
Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29).
2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan
klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran
frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan
pernyataan angket.
Tabel 8. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap PBL
No. Pertanyaan Angket
Pilihan Jawaban
Nomor Responden (Siswa)
Persentase Sumber: Rahayu (2010: 31).
3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap
penggunaan model PBL pada Tabel 10.
Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap PBL
Persentase (%) Kriteria
100
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan.
2. Model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan.
3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan
model Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya, dalam menentukan waktu pengerjaan soal
KBK berbasis masalah hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa
56
tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
sudah dirancang.
2. Untuk guru, model Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan
KBK oleh siswa pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan
Lingkungan.
3. Untuk siswa, sebaiknya lebih sering mengerjakan soal berbasis
permasalahan sehingga kemampuan berpikir kritis dapat lebih mudah
untuk ditingkatkan.
4. Untuk sekolah, lebih mendukung dan memfasilitasi guru dan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa dalam meningkatkan mutu
DAFTAR PUSTAKA
Akcay, B. 2009.Problem-Based Learning in Science Education. Journal of Turkish Science Education. Vol. 6. No. 1. April 2009. 26-36. (online). (https://www.pegem.net/dosyalar/dokuman/48116-20090429114931-04problem-based-learning-in-science-education.pdf, diakses pada 3 Maret 2015; 16:50 WIB).
Anggraeni, F.M. 2014. Studi tentang Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Mantup pada Materi Statistika. (online).
(http://www.researchgate.net/publication/50928365_STUDI_TENTANG_K EMAMPUAN_KOMUNIKASI_MATEMATIKA_SISWA_KELAS_XI_IP A_SMAN_1_MANTUP_PADA_MATERI_STATISTIKA, diakses pada 30 April 2015; 11.41 WIB).
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). PT. Rineka Cipta. Jakarta. 228 hlm.
Budiarto, E. 2003. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 309 hlm.
Bruning, R., G. Schraw, and R. Ronning. 1995. Cognitive Psychology and Instruction 2nd edition. Prentice-Hall, Inc. USA. 434 hlm.
Chin, C. dan C. Li-Gek. 2015. Implementing Problem-Based Learning in Biology. 1-10. (online).
(http://www.tp.edu.sg/staticfiles/TP/files/centres/pbl/pbl_christinechinligekc hia.pdf, diakses pada 3 Maret 2015; 16:47 WIB).
Cinar, D. dan S. Bayraktar. 2014. The Effects of the Problem Based Learning Approach on Higher Order Thinking Skills in Elementary Science Education. 1-6. (online).