• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampun"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

LITA YUDHITYA

Hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA kelas VII SMP Padjajaran

Bandar Lampung menyatakan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa adalah modelProblem Based Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan modelPBL

dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa pada

materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

Desain penelitian ini adalahpretest-postest non ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIAdan VIIB yang dipilih secarapurposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilaipretest, posttest, danN-gainyang dianalisis menggunakan uji-t dan U. Data kualitatif diperoleh dari skor aktivitas

(2)

Lita Yudhitya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan modelPBLdapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan rata-rataN-gaindari nilaipretestdan

posttestkelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 50,54; kontrol = 34,30). Rata-rata peningkatan pada aspek merumuskan masalah

adalah 43,48, memberi argumen 34,78, melakukan induksi 60,87, melakukan

deduksi 53,62, dan melakukan evaluasi 39,86. Peningkatan ini didukung dengan

aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen yang berkriteria ‘tinggidan

tanggapan positif siswa terhadap penerapan model pembelajaranPBL. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan modelPBLberpengaruh dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa pada materi

pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

(3)

PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

LITA YUDHITYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

LITA YUDHITYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 8 2. Desainpretest-posttestnon-ekuivalen ... 24 3. Grafik tanggapan siswa mengenai penerapan modelPBLterhadap

KBK siswa... 41 4. Jawaban siswa dalam merumuskan masalah (LKK pertemuan II

kelas eksperimen)... 46 5. Jawaban siswa dalam melakukan induksi (LKK pertemuan I kelas

eksperimen) ... 48 6. Jawaban siswa dalam melakukan deduksi (LKK pertemuan II kelas

eksperimen) ... 49 7. Jawaban siswa dalam memberikan argumen (LKK pertemuan II

kelas eksperimen)... 50 8. Jawaban siswa dalam melakukan evaluasi (LKK pertemuan I kelas

(6)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran berbasis masalah ... 16

2. Karakteristik kemampuan berpikir... 17

3. Kemampuan berpikir kritis siswa... 19

4. Lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 31

5. Item pernyataan pada angket tanggapan siswa... 33

6. Kriteria aktivitas belajar siswa ... 36

7. Skor perjawaban angket ... 36

8. Data angket tanggapan siswa terhadapPBL... 37

9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadapPBL... 37

10. Hasil uji normalitas dan homogenitas nilaipretest, posttest,dan N-gainKBK siswa pada kelas eksperimen dan kontrol... 38

11. Hasil analisis rata-rataN-gainsetiap aspek KBK siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 39

12. Aktivitas belajar siswa pada kelas ekperimen dan kontrol ... 40

13. Nilaipretest, posttest,danN-gainkelas eksperimen ... 132

14. Nilaipretest, posttest,danN-gainkelas kontrol ... 133

15. Analisis butir soalpretestdanposttestkelas eksperimen ... 134

16. Analisis butir soalpretestdanposttestkelas kontrol ... 135

17. Analisis per aspek KBK pada soalpretestdanposttestkelas eksperimen ... 136

18. Analisis per aspek KBK pada soalpretestdanposttestkelas kontrol . 137 19. Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 138

20. Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaanPBL... 139

(7)

xvii

22. Hasil uji Hasil ujiMann-Whitney Upostes kelas eksperimen dan

kontrol ... 141

23. Hasil uji normalitasposttestkelas eksperimen dan kontrol ... 142

24. Hasil ujiMann-Whitney U posttestkelas eksperimen dan kontrol ... 143

25. Hasil uji normalitasN-gainkelas eksperimen dan kontrol ... 144

26. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rataN-gain kelas eksperimen dan kontrol... 145

27. Hasil uji satu pihakN-gainkelas eksperimen dan kontrol... 146

28. Hasil uji normalitas N-gainaspek merumuskan masalah kelas eksperimen dan kontrol... 147

29. Hasil ujiMann-Whitney U N-gainaspek merumuskan masalah kelas eksperimen dan kontrol ... 148

30. Hasil uji normalitasN-gainaspek memberikan argumen kelas eksperimen dan kontrol ... 149

31. Hasil ujiMann-Whitney U N-gainaspek memberikan argumen kelas eksperimen dan kontrol ... 150

32. Hasil uji normalitasN-gainaspek melakukan induksi kelas eksperimen dan kontrol ... 151

33. Hasil ujiMann-Whitney U N-gainaspek melakukan induksi kelas eksperimen dan kontrol ... 152

34. Hasil uji normalitas N-gainaspek melakukan deduksi kelas eksperimen dan kontrol ... 153

35. Hasil ujiMann-Whitney U N-gainaspek melakukan deduksi kelas eksperimen dan Kontrol ... 154

36. Hasil uji normalitasN-gainaspek melakukan evaluasi kelas eksperimen dan kontrol ... 155

(8)
(9)
(10)

Motto

Katakanlah: tiap-tiap orang berbuat menurut

keadaannya masing-masing, maka Tuhanmu lebih

mengetahui siapa yang lebih benar jalannya

(Q.S. Al-Isra : 84)

What did FD Rosevelt do during the World

War II?

Believe. He believed what he had done for the world.

So you have to believe that you ll gonna make it too

(Rizky Vedyanto)

Keep what you have to keep and don t let it go

away from you

(11)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Persembahan

Segala puji kupersembahkan untuk-Mu, Ya Allah, pencipta sel hingga supercluster semesta,

Shalawat dan salam kucurahkan pada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat

karya ini kupersembahkan untuk:

IbuTrilistiani dan BapakTaufik, kedua pahlawan yang terus berjuang membahagiakanku

dengan kesabaran dan kasih sayang abadi,

Terima kasih telah menjadi yang terbaik dalam hidupku.

Dianita Ananda, Jelita Zuhra I, Angger Gilang M, M Nayaka A,

para anggota pandawaku yang mengalirkan semangat dan kebahagiaan tanpa batas.

My amazing Genk Skripsi, Tyas Kharimah T dan Fadhilah Khairani

Irreplaceable Bioblast 2011

Chibi Zhakia LS, Q Aina, Tyas KT, Fadhilah K, Karyanti, Herlinda O, Chintia M, Indah SP, Winda R

Lab Bio s Ani S, Yogi F, N Hidayah,

Harry Haryono, Soni Satrian Syah, Feri Pernando

Anak Lemong Desrina H, Evi N, Selvia O, Wulan S, Tia AP, Fredy S, G Agung I, Ewo PS, Muhrodin

Keluarga Cemara Gang Bukitku, ibu Dina Maulina, bapak Rio Arif

Lia S, Galuh AM, Ave SF, Janggan AAP

Guru, dosen, kakak pengajar, murobbi, yang telah mengajarkanku indahnya menikmati ilmu.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung,

pada 8 Maret 1993. Penulis adalah anak pertama dari

lima bersaudara pasangan Taufik dengan Trilistiani.

Penulis beralamat di Jl. H. Syarif, Gg, Tarya, No.50, LK

II, Kalibalau Kencana, Sukabumi, Bandar Lampung. No.

HP 089631604013.

Pendidikan yang ditempuh penulis untuk pertama kali adalah TK Arussydah II

Bandar Lampung (1997-1999), SDN 1 Tanjung Agung (1999-2005), SMP Negeri

5 Bandar Lampung (2005-2008), SMA Negeri 2 Bandar Lampung (2008-2011).

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) tertulis.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mewakili Universitas Lampung dalam

Olimpiade Nasional di tingkat Regional II (tahun 2013). Penulis juga pernah

menjadi assisten praktikum mata kuliah Struktur dan Perkembangan Tumbuhan,

Fisiologi Tumbuhan, dan Struktur Hewan. Penulis ditunjuk sebagai laboran di

Laboratorium Pembelajaran Biologi (2014-2015). Penulis melaksanakan program

(13)

viii

Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat dan Program pengalaman Lapangan

(PPL) di SMP Negeri 2 Lemong, Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat

(Tahun 2014), kemudian melaksanakan penelitian di SMP Padjajaran Bandar

(14)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah,

rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGARUH MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Semu pada Kelas VII Semester Genap SMP

Padjajaran Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung.

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

FKIP Unila.

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si, selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik

penulis, yang terus memberi motivasi, nasehat, bimbingan, ilmu, saran, dan

(15)

xiii

5. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II, yang tanpa henti

memberi semangat, motivasi, bimbingan, perhatian dan kesabarannya kepada

penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembahas dan dosen terbaik bagi penulis,

yang selalu memberi saran perbaikan dan motivasi berharga bagi penulis.

7. Drs. H.A. Zainuddin Ys, M.TI., selaku Kepala SMP Padjajaran Bandar

Lampung, L.A. Widiastuti, S.Pd., dan Daryono, S.Pd. selaku guru mitra yang

telah memberikan izin, arahan, dan bantuan selama penelitian; seluruh warga

SMP Padjajaran Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian

berlangsung;

8. Orangtua dan adik-adikku yang menjadi sumber kekuatan dan kesenangan,

yang terus menyadarkanku tentang adanya kebahagiaan sederhana dalam

kerasnya kehidupan.

9. SahabatBioblast(pendidikan biologi 2011), adik dan kakak tingkat P. Biologi UNILA yang terus memotivasi, menyemangati, dan memberi kekuatan untuk

berjuang menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh rekan di Lab Pembelajaran Biologi atas segala bentuk kerja sama,

serta ledakan kegembiraan dan kehebohan yang tak pernah surut.

11. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita

semua.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2015 Penulis

(16)
(17)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir... 7

G. Hipotesis Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 10

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 17

C. Aktivitas Belajar Siswa ... 20

III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 34

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

(18)

xv

V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN 1. Silabus ... 61

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 65

3. Kisi-kisi Soal ... 74

4. Soal PretestPosttest ... 79

5. Soal LKK ... 81

6. Kunci Jawaban Soal ... 83

7. Rubrik Soal ... 99

8. Data Hasil Penelitian ... 102

9. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 110

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di era globalisasi saat ini merupakan suatu tantangan setiap bangsa

untuk menciptakan generasi yang dapat memperkuat landasan segala sektor

kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

pendidikan suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Salah satu

upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melakukan

berbagai inovasi dalam kurikulum, saat ini salah satunya adalah dengan

memasukkan pendidikan kecakapan hidup atau life skill, soft skill, dan

pendidikan berkarakter. Dalam kehidupan, life skill dan soft skill dapat dengan mudah dikembangkan karena menurut Sudarma (2013:1), pada dasarnya

manusia adalah makhluk yang dapat menciptakan kreativitas dan mampu

berpikir secara kritis dalam menghasilkan sesuatu yang inovatif, didukung

oleh karakter yang mampu dalam mengendalikan inovasi itu sendiri sehingga

kemampuan berpikir kritis menjadi hal yang sangat penting untuk

dimunculkan pada setiap individu terutama siswa.

Kemampuan berpikir kritis sendiri merupakan kunci dari peluang kerja dan

ekonomi pada abad ke-21. Menurut Rowles, et. al., Choy dan Cheah,

(20)

2

modal yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi

dan mendapatkan pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan kemampuan

kerja namun juga pemahaman konsep. harapan terbesar di masa depan adalah

para guru di indonesia mampu meningkatkan kualitas pendidikan dengan

menghasilkan lulusan yang memiliki soft skill dan life skill dengan

kemampuan berpikir kritis yang tinggi sehingga berkompeten dan mampu

bersaing di era globalisasi.

Faktanya, berdasarkan hasil penelitian PISA (dalam Kemendikbud, 2011:1) yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali menunjukkan bahwa pada prestasi

literasi sains siswa Indonesia meduduki peringkat ke-38 pada tahun 2000 dan

2003, dan menurun ke peringkat 50 pada 2006 dengan rata-rata skor prestasi

393, yang berarti 110 di bawah rata-rata internasional yaitu 500. Literasi sains

sendiri adalah salah satu ranah prestasi yang diukur oleh PISA dalam hal pengetahuan dan cara siswa dalam mengidentifikasi masalah untuk memahami

fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi

pada lingkungan. Lebih lanjut, laporan penelitian Puspendik pada 2009 (dalam

HEPI, 2015:1) menunjukkan bahwa estimasi kemampuan rata-rata siswa

Indonesia berdasarkan data TIMSS 2007, paling tinggi adalah kemampuan

pada level pengetahuan (knowing), sedangkan kemampuan pada level pena-laran (reasoning) dan penerapan (applying) lebih rendah. Dari data yang ditunjukkan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia belum mampu

(21)

3

Hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA di SMP Padjajaran Bandar

Lampung menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan masih banyak

menggunakan metode ceramah. Pada materi tertentu, guru hanya memberikan

tugas dari buku ajar tanpa menjelaskan materi dan pemahaman konsep terlebih

dahulu sehingga kemampuan berpikir siswa hanya sebatas mengingat dan

memahami. Selain itu, dalam pembelajaran biologi, pemberian materi masih

bersifat teoritis sehingga saat siswa diberikan suatu permasalahan, siswa tidak

mampu mengidentifikasi serta memberikan solusi penyelesaian masalahnya.

Guru juga hanya menilai siswa hanya berdasarkan ranah kognitif. Selain itu,

aktivitas belajar dalam proses pembelajaran sangat menentukan hasil belajar

siswa. Seharusnya siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran

sehingga siswa mampu mengembangkan potensi dirinya terutama dalam

kemampuan berpikir. Corebima (dalam Jailani, 2014:48-49) menyatakan

bahwa implementasi aspek pelaksanaan pembelajaran harus selalu diupayakan

agar tidak semata-mata mengacu kepada kepentingan transfer informasi, tetapi

mengacu kepada kepentingan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang salah

satunya adalah kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan dengan model

pembelajaran yang tepat. Salah satu alternatif solusinya adalah dengan

menerapkan model pembelajaran Problem Based learning atau PBL. Guedri (2001:1) menyatakan bahwa PBL adalah sebuah pendekatan pembelajaran pedagogik konstruktif yang mungkin dapat menjadi alat yang sangat berguna

dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Model ini

(22)

4

berpikir kritis karena siswa dituntut untuk mengidentifikasi suatu

permasalahan, menyelesaikannya, serta memberikan berbagai macam solusi

dari pengetahuan maupun pengalaman yang telah ia dapatkan. Penelitian yang

dilakukan oleh Magsino (2014:1) menunjukkan bahwa PBL merupakan strategi instruksional pada kurikulum konvensional yang efisien dalam

membangun atau meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill) mahasiswa biologi kelautan De La Salle Lipa College. Serupa dengan penelitian Cinar dan Bayraktar (2014:1), PBL lebih efektif dibandingkan dengan instruksi tradisional dalam meningkatkan pencapaian

siswa dalam level pemahaman. Lebih jauh, PBL juga dikatakan lebih berhasil dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan proses ilmiah

siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan

judul ”Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis dan Aktivitas belajar siswa pada Materi Peran Manusia Dalam

Pengelolaan Lingkungan (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII

Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2014/2015).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah model PBL berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan

(23)

5

2. Apakah model PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan model PBL pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh model PBL terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

2. Pengaruh model PBL berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

3. Tanggapan siswa mengenai penerapan model PBL pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti, yaitu dapat memberikan pengalaman baru, wawasan, dan bahan

masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memilh model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Guru, yaitu mendapatkan informasi alternatif model yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran.

3. Siswa, yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya dalam

(24)

6

4. Sekolah, yaitu dapat memberi masukan untuk mengoptimalkan

penggunaan model PBL dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model PBL yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) mengorientasi siswa pada masalah; (2)

mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil

karya; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah

(Nurhadi dalam Kunandar, 2011:358).

2. Kemampuan berpikir kritis dengan aspek: (1) merumuskan masalah; (2)

memberikan argumen; (3) melakukan induksi; (4) melakukan deduksi; (5)

melakukan evaluasi (Jufri, 2013:104-105).

3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang ditinjau berdasarkan

perbandingan nilai N-gain yang diperoleh dari hasil pretes dan postes. 4. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran yang diukur melalui

lembar observasi aktivitas belajar dan angket tanggapan siswa.

5. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Padjajaran Bandar

Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dengan kelas VII A sebagai kelas

eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol.

6. Materi yang digunakan adalah peran manusia dalam pengelolaan

(25)

7

mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk

mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA merupakan salah satu pemegang peran penting dalam

menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dalam hal teori maupun

penerapan. Pada pembelajaran IPA, salah satunya adalah mata pelajaran

biologi, siswa tidak hanya dituntut untuk mengingat dan memahami materi

pembelajaran, namun juga mencari tahu suatu kebenaran dari konsep sains

dengan melakukan berbagai pengamatan. Dalam prosesnya, siswa harus aktif

dalam menghubungkan antara suatu konsep dengan fakta yang mereka

temukan melalui kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah satunya adalah

kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis sangat perlu untuk dilatih dan dikembangkan oleh

siswa. Kemampuan berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam

berpikir dan bekerja dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu

dengan yang lainnya secara akurat. Karenanya, kemampuan berpikir kritis

sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah maupun pencarian solusi

dengan sudut pandang yang aktual.

Kemampuan ini dapat dikembangkan dengan menerapkan model PBL atau di Indonesia dikenal dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Model PBL

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa karena

(26)

8

mengembangkan kemampuan tersebut. Tahap awal PBL dilaksanakan ketika guru mengorientasikan siswa pada masalah dengan cara memberi suatu

masalah pada siswa dan memberikan motivasi untuk terlibat dalam berdiskusi

dan mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu

merumuskan masalah dan membuat hipotesis. Tahap selanjutnya, siswa

mengumpulkan informasi yang sesuai untuk memecahkan masalah. Siswa

dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dengan melakukan

induksi berdasarkan permasalahan. Kemudian siswa merencanakan dan

menyiapkan laporan. Pada kegiatan ini, siswa diharapkan mampu melakukan

deduksi terhadap hasil identifikasi permasalahan. Saat menyampaikan laporan

hasil diskusi, siswa diharapkan mampu memberi argumen dan melakukan

evaluasi terhadap data pada hasil diskusi.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel

Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran PBL dan variabel Y adalah variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis siswa.

Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram di

bawah ini.

Keterangan: X = Model PBL

Y1 = Kemampuan berpikir kritis siswa Y2 = aktivitas belajar siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

X

Y1

(27)

9

G. Hipotesis Penelitian

1. Model PBL berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Model PBL berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Djamarah (2005:66), guru perlu menciptakan suatu masalah untuk

dipecahkan oleh anak didik di kelas. Pemecahan masalah dapat mendorong

anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah belajar.

Johnson (2008:215) menyatakan bahwa suatu permasalahan membutuhkan

pencarian beberapa solusi serta alternatifnya. Walaupun akan sedikit

menghabiskan waktu, namun proses ini akan menjadi kebiasaan yang cepat

dan mudah serta akan membantu seorang anak dalam mengatasi masalahnya

secara efektif, apakah itu masalah di sekolah, kehidupan karir masa depan,

atau kehidupan pribadi.

Dickson (dalam Akcay, 2009:27) menyatakan bahwa siswa diharuskan untuk

berbagi, berkomunikasi, dan bekerja sama. Dickson juga menyebutkan praktik

Vygotskian mampu membimbing konstruktivisme sosial, menggabungkan ide

yang sama dengan konstruktivisme individual Piaget dan kemudian

mengaplikasikannya pada interaksi siswa. Peran guru adalah membentuk

kemampuan siswa untuk dapat menjelaskan berbagai konsep, proses, dan

(29)

11

PBL, atau di Indonesia lebih dikenal sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah, merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk membantu

siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah

yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada sekitar tahun

1980-1990 an, model PBL diadopsi ke dalam berbagai sekolah kesehatan dan menjadi pendekatan instruksional yang diterima di Amerika dan Eropa. Ada

beberapa pertanyaan mengenai efektivitas model ini terhadap keprofesionalan

dokter, apakah dokter yang dilatih menggunakan model PBL lebih siap untuk praktik secara profesional dibandingkan dengan dokter yang dilatih dengan

pendekatan tradisional. Penelitian secara luas telah membuktikannya.

Meta-analisis selama 20 tahun mengenai studi evaluasi PBL yang dilakukan oleh Albanese dan Mitchell juga oleh Vernon dan Blake pada 1993 (dalam Savery,

2006:10), menyimpulkan bahwa model PBL memiliki kemampuan yang sama dengan pendekatan tradisional dalam hal tes konvensional pengetahuan dan

bahkan siswa yang belajar menggunakan PBL menunjukkan kemampuan berpikir kritis lebih baik. Studi yang lebih kecil oleh Denton, Adams, Blatt,

dan Lorish pada 2000 (dalam Savery, 2006:10) mengenai lulusan dokter

program terapi, penggunaan PBL memperlihatkan kualitas lulusan program yang sama baiknya antara PBL dan pendekatan tradisional namun siswa lebih memilih pendekatan berbasis masalah.

PBL memiliki dasar permasalahan ill-structured yang bersifat tentative dan tidak biasa, memiliki kompleksitas dan ketidakjelasan, membutuhkan

(30)

12

pada pemikiran terbuka, pembelajaran tentang investigasi dan permasalahan

dunia nyata. Tiga karakteristik utama dari PBL adalah: 1. Siswa sebagai stakeholder dalam situasi permasalahan

2. Mengorganisasi kurikulum dalam permasalahan, memungkinkan siswa

belajar dalam cara yang relevan.

3. Menciptakan lingkungan belajar dimana guru melatih kemampuan berpikir

siswa dan membimbing siswa, serta memfasilitasi pemahaman yang lebih

mendalam (Akcay, 2009:27-28).

Kunandar (2011:354-355) menyebutkan pembelajaran berbasis masalah

digunakan untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam situasi

berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Guru

dituntut untuk mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan

terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Dalam hal ini, Fogarty (dalam

Hillman, 2003:3-4) menyatakan PBL biasa dipresentasikan kepada siswa melalui skenario non-fiksi. Skenario dapat diambil dari sebuah artikel di

dalam jurnal, atau suatu informasi faktual, sebuah argumen, atau sebuah

representasi. Ketika skenario dipresentasikan kepada siswa, mereka mengatur

alur eksplorasi dalam menyelesaikan skenario yang telah diberikan.

Ommundsen (2015:1) mengatakan bahwa PBL adalah cara yang menyenangkan untuk mempelajari biologi dan model ini telah siap

dimasukkan ke dalam kelas besar dalam lingkup perkuliahan. PBL melibatkan siswa dalam menyelesaikan kasus biologikal autentik, menstimulasi diskusi

pada siswa, dan memperkuat pembelajaran. Lingkungan pendidikan yang

(31)

13

dan membentuk sikap belajar mandiri. Hal ini sangat disarankan terutama

dalam lingkungan pembelajaran yang melibatkan siswa hanya melihat,

mengingat, dan mengulang apa yang telah mereka dapatkan.

Biasanya siswa lebih termotivasi dalam mempelajari materi ataupun isu

berdasarkan kisah nyata, terutama masalah yang berdampak pada kehidupan

pribadi mereka. Implikasi terpenting untuk praktik pembelajaran adalah siswa

dapat belajar dengan lebih baik jika isi dari silabus terkait dengan isu atau

konteks kehidupan sebenarnya. Guru dapat membuat pembelajaran menjadi

lebih efektif dengan memasukkan kejadian sehari-hari dimana siswa dapat

berperan di dalamnya sehingga siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar

(Chin dan Chia, 2015:2).

Berdasarkan penelitian McPhee (2002:66), penggunaan sintaks PBL dalam pembelajaran memungkinkan siswa dapat melihat isu penting dalam skala

menyeluruh. Kesempatan yang ada pada pembelajaran mengenai teori, sikap,

dan isu yang berkaitan dengan motivasi, disiplin dan kontrol, dan untuk

investigasi kebijakan dan standar nasional. Model PBL sangat

direkomendasikan karena siswa dapat menginvestigasi hubungan sebab akibat

antara sosial dan komunitas dan dapat melihat isu-isu sejenis sebagai

hubungan antara pembelajaran dan masyarakat luas, faktor keluarga yang

dapat diasosiasikan dengan pembelajaran, bahkan mengamati kasus seperti

obat-obatan terlarang pada remaja.

Menurut Nurhadi (dalam Kunandar, 2011:355:356), ciri-ciri pembelajaran

(32)

14

a. Pembelajaran pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan

prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, tetapi mengorganisasikan

pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara

sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik. Mereka

mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban

sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk

situasi itu.

b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin

Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata

pelajaran tertentu, tetapi dalam pemecahannya melalui solusi, siswa dapat

meninjaunya dari berbagai mata pelajaran yang ada.

c. Penyelidikan autentik

Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan peserta didik melakukan

penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah.

Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan

hipotesis, membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,

melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat interferensi, dan

merumuskan kesimpulan.

d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya

Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan

(33)

15

mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip debat, laporan, model

fisik, video.

e. Kolaborasi

Hosnan (2014:300) menambahkan kolaborasi sebagai salah satu ciri dari

pembelajaran berbasis masalah. Tugas-tugas berupa masalah harus

diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik dalam

kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antarsiswa dan guru.

Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan

masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan

sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan (Hosnan,

2014:300).

Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan

sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian

belajar dan keterampilan sosial peserta didik yang terbentuk ketika mereka

berkolaborasi uuntuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber

belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah (Hosnan, 2014:299).

Menurut De Graaf dan Kolmos (dalam Magsino, 2014:2), terdapat 7

(34)

16

Universitas Maastricht di Belanda. Kerangka pembelajarannya terdiri dari

2 sesi pembelajaran dengan sesi antara. Sesi pertama memiliki lima langkah yaitu: (a) Mengklarifikasi konsep, (b) Mendefinisikan masalah,

(c) menganalisis masalah (brainstorming), (d) mengorganisasikan fakta dan pengetahuan, (e) membuat objek pembelajaran. sesi kedua memiliki dua langkah yaitu (a) belajar mandiri (self-study), dan (b) diskusi. Sintaks atau langkah pembelajaran dalam model PBL lainnya tertuang

dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Tahap pembelajaran berbasis masalah

Tahap Perilaku guru

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(35)

17

B. Kemampuan Berpikir Kritis

Karakteristik 4 kemampuan berpikir oleh Swartz dan Perkin (dalam Bruning

et. al., 1995:204)

Tabel 2. Karakteristik kemampuan berpikir

Tipe kemampuan Tujuan Komponen kemampuan

Berpikir kritis Untuk mengevaluasi suatu perbedaan dalam keadaan atau mengklarifikasi ide

Mengidentifikasi keadaan atau ide, menganalisis berbagai pandangan, mempertimbangkan fakta, mengumpulkan informasi baru

Berpikir kreatif Untuk menciptakan ide baru, membangun produk baru

Menetapkan kebutuhan untuk ide, menstruktur ulang sudut pandang permasalahan, menciptakan berbagai kemungkinan

Membuat keputusan Untuk mencapai keputusan yang telah dibuat

Mempertimbangkan informasi yang ada, mengevaluasi informasi, mengidentifikasi opsi, mempertimbangkan opsi, membuat keputusan

Pemecahan masalah Untuk mencapai satu atau beberapa solusi yang memungkinkan untuk suatu permasalahan

Mengidentifikasi, mengambarkan, memilih strategi, menjalankan strategi, mengevaluasi proses

Kemampuan berpikir kritis dikategorikan sebagai kemampuan yang sulit.

Walaupun terlihat mendasar, namun kemampuan berpikir kritis membutuhkan

proses yang cukup rumit dalam pencapaiannya. Terlebih lagi, manusia tidak

secara alami dapat berpikir kritis. Sekalipun manusia terlahir dengan

kemampuan berpikir kritis, manusia tersebut masih belum mampu

menguasainya karena berpikir kritis adalah aktivitas kompleks yang dibangun

dengan kemampuan lainnya yang lebih mudah diperoleh (Gelder, 2005:42).

Bagaimanapun, anak memang terlahir dengan rasa keingintahuan alami, yang

menjadi salah satu pengenalan awal untuk pembelajaran dan lingkungan harus

mengajarkan mereka untuk mengeksplorasi, bertanya, dan menyelesaikan

(36)

18

lingkungan yang disisipkan suasana discovery terlihat lebih siap untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan siap pula untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya (Thompson, 2011:3).

Zuchdi (dalam Zubaedi, 2012:241) menyebutkan ciri-ciri orang yang berpikir

kritis yaitu: 1) mencari kejelasan pernyataan atau pernyataan; 2) mencari

alasan; 3) mencoba memperoleh informasi yang benar; 4) menggunakan

sumber yang dapat dipercaya; 5) mempertimbangkan keseluruhan situasi; 6)

mencari alternatif; 7) bersikap terbuka; 8) mengubah pandangan apabila ada

bukti yang dapat dipercaya; 9) mencari ketepatan suatu permasalahan; 10)

sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan

orang lain.

Ciri-ciri tersebut di atas hanya dapat dikembangkan lewat latihan yang

dilakukan secara terus-menerus sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan.

Berpikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana. Berpikir

kritis memungkinkan seseorang dapat menganalisis informasi secara cermat

dan membuat keputusan yang tepat dalam menghadapi isu-isu yang

kontroversial (Zubaedi, 2012:241).

Jufri (2013:104-105) menyatakan terdapat 6 indikator kemampuan berpikir

(37)

19

Tabel 3. Kemampuan berpikir kritis siswa

Indikator kemampuan berpikir kritis

Deskripsi kemampuan berpikir kritis

Merumuskan masalah a. memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi jawaban

Memberikan argumen a. argumen sesuai dengan kebutuhan

b. menunjukkan persamaan dan perbedaan

c. argumen yang ditunjukkan orisinil dan utuh

Melakukan deduksi a. mendeduksi secara logis b. menginterpretasikan secara tepat

Melakukan induksi a. menganalisis data b. membuat generalisasi c. menarik kesimpulan

Melakukan evaluasi a. mengevaluasi berdasarkan fakta b. memberikan alternatif lain Mengambil keputusan dan

menentukan tindakan

a. menentukan jalan keluar b. memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan

Menurut Rowles dkk. (dalam GDC, 2015), Asosiasi Universitas dan Kampus Amerika, Standar dan Akreditasi Program Pendidikan Kedokteran, dan

beberapa organisasi lainnya menempatkan kemampuan berpikir kritis sebagai

kemampuan intelektual dan praktikal terbesar, terutama pada bidang

kesehatan, sains, dan terutama di bidang pendidikan. Kemampuan berpikir

kritis adalah sesuatu yang telah banyak ditemukan pada sekolah tingkat dasar,

menengah atas, dan menengah tinggi, dimana siswa diajarkan untuk belajar

sebagaimana mereka mengolah dan menganalisis informasi yang mereka

(38)

20

Paul dan Elder (dalam Shriner, 2015:63) meneliti perkembangan kemampuan

berpikir kritis dengan membuat artikel tentang kemampuan berpikir kritis dan

dibuktikan melalui poling dan survei bahwa pada umumnya pendidik tidak

terlalu mengerti apa itu berpikir kritis dan bagaimana cara mengajarkannya.

Tiga template yang disediakan di dalam artikel telah ditulis dengan baik dan bermanfaat bagi banyak kelas. Template tersebut membantu siswa dalam menganasis logika pada artikel, essay, atau bab dan sub-bab. Setiap template

memiliki delapan pertanyaan yang menanyakan tentang ide pokok, kunci dari

pertanyaan, informasi yang paling penting, referensi utama atau implikasi, dan

sudut pandang utama. Dengan menggunakan tiga template tersebut saat membaca sebuah artikel atau sub-bab, siswa akan memahami kemampuan

berpikir kritis dengan baik seperti proses yang memungkinkan mereka untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi.

C. Aktivitas Belajar Siswa

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 34), keaktifan siswa dalam

pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang

mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang

dapat diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca,

mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh

kegiatan psikis diantaranya adalah seperti mengingat kembali isi materi

(39)

21

yang dimiliki untuk memecahkan masalah, menyimpulkan hasil eksperimen,

membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan lainnya.

Pengalaman belajar merupakan segala aktivitas siswa yang dilakukan untuk

memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi

aktivitas mental. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja,

tidak berarti memiliki kadar aktivitas yang rendah dibanding dengan siswa

yang sibuk mencatat. Mungkin saja yang duduk itu secara mental aktif,

misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya dan menginternalisasi

nilai dari setiap informasi yang disampaikan. Sebaliknya siswa yang sibuk

mencatat, tidak dapat dikatakan memiliki kadar keaktifan yang tinggi, kalau

yang bersangkutan hanya sekadar secara fisik aktif mencatat namun tidak

diikuti dengan aktivitas mental (Sanjaya, 2009:180).

Paul D. Dietrich (dalam Hamalik, 2011: 172) membagi aktivitas belajar ke

dalam 8 kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual, yang termasuk di dalam kegiatan visual

diantaranya membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,

demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang termasuk di dalamnya antara lain

mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

(40)

22

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang termasuk di dalamnya antara lain

mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi,

mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yang termasuk di dalamnya antara lain

menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,

membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yang termasuk di dalamnya antara lain

menggambar, membuat grafik, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk di dalamnya antara lain

melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,

membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yang termasuk di dalamnya antara lain

merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat,

hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yang termasuk di dalamnya antara lain

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 tahun pelajaran 2014/2015

di SMP Padjajaran Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap

SMP Padjajaran Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Pengambilan

sampel penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling atau pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti (Budiarto, 2003:27). Sampel

penelitian ini adalah kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa

23 orang dan kelas VIIA sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 21 orang.

C. Desain Penelitian

Pada penelitian ini, untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, desain yang

digunakan adalah desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen (Riyanto, 2001: 43). Penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni variabel X dan

variabel Y. Variabel X pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang

(42)

24

penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis. Kelompok kontrol maupun

kelompok eksperimen menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang

homogen dalam hal jenjang pendidikannya yaitu kelas VII dan diajar oleh

guru yang sama. Kelas eksperimen (kelas VIIB) diberi perlakuan dengan

model PBL, dan kelas kontrol (kelas VIIA) diberi perlakuan dengan metode diskusi. Kedua kelas diberi tes/soal penyelesaian masalah berupa soal essay

yang sama. Pretest sebelum pembelajaran dimulai dan posttest pada akhir pertemuan kedua setelah pembelajaran (Gambar 2).

Kelas Pretest Perlakuan Posttest Berpikir Kritis

I O1 X O2 O3

II O1 C O2 O3

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas VIIB) II = Kelas kontrol (kelas VIIA) O1 = Pretest

O2 = Posttest

O3 = Kemampuan berpikir kritis

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan PBL C = Perlakuan di kelas kontrol dengan diskusi

Gambar 2. Desain pretest-posttest non ekuivalen (Riyanto, 2001:43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Prapenelitian

Kegiatan pada saat prapenelitian adalah sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian ke FKIP yang ditujukan ke sekolah

(43)

25

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi

subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok

(LKK).

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest/posttest, rubrik kemampuan berpikir kritis siswa, dan angket tanggapan siswa.

f. Menentukan jumlah kelompok beserta jumlah anggota diskusi yang

bersifat heterogen berdasarkan jenis kelamin. Jumlah siswa kelas

eksperimen 23 orang. Jumlah kelompok sebanyak 5 dengan setiap

kelompok berjumlah 3-4 siswa yang terdiri dari 2 siswa perempuan

dan 2 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan dan 2 siswa laki-laki dan

2 siswa perempuan dan 1 siswa laki-laki. Jumlah siswa kelas kontrol

21 orang. Jumlah kelompok sebanyak 5 dengan setiap kelompok

berjumlah 4-5 siswa yang terdiri dari 2 siswa perempuan dan 2 siswa

laki-laki dan 1 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model PBL untuk kelas eksperimen dan diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini

dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah

(44)

26

a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran Model PBL) 1) Kegiatan Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretest pada pertemuan pertama dalam bentuk uraian dengan materi peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan.

b) Mengorientasi peserta didik terhadap masalah dengan

menginformasikan tujuan pembelajaran.

c) Pemberian apresepsi

(Pertemuan I) guru menunjukkan gambar orang membuang

sampah di sungai dan orang menanam pohon, lalu

menanyakan “pernahkah kalian melakukan kedua aktivitas

tersebut? Bagaimana dampaknya bagi lingkungan sekitar?”

(Pertemuan II) guru memberikan ulasan singkat mengenai

materi sebelumnya dengan melakukan tanya jawab.

d) Siswa memperoleh penjelasan dan motivasi dari guru:

(Pertemuan I) “Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui peran manusia dalam mengatasi pencemaran

lingkungan”.

(Pertemuan II) “Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui peran manusia dalam mengatasi kerusakan

(45)

27

2) Kegiatan Inti

a) Mengorganisasi siswa dengan membaginya dalam 5 kelompok

secara heterogen berdasarkan jenis kelamin, masing-masing

kelompok terdiri dari 3-4 orang.

b) Setiap kelompok memperoleh satu LKK berbasis masalah

dengan materi:

(Pertemuan I) peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

untuk mengatasi pencemaran lingkungan.

(Pertemuan II) : peran manusia dalam pengelolaan lingkungan

untuk mengatasi kerusakan lingkungan

c) Memberikan pengarahan kepada siswa dalam mengerjakan

LKK

d) Guru membimbing siswa berdiskusi dan mencari informasi

dengan kajian literatur sesuai topik permasalahan yang ada

pada LKK di dalam kelompoknya masing-masing (untuk

pertemuan I dan II).

e) Setiap kelompok mengumpulkan LKK yang sudah dikerjakan

(pada pertemuan I dan II).

f) Guru memberi kesempatan kepada perwakilan setiap

kelompok mempresentasikan LKK dan kelompok lain

memberi tanggapan.

g) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan

(46)

28

h) Guru memberi konfirmasi terhadap hasil diskusi dan presentasi

yang telah disampaikan siswa

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah

dipelajari dengan bimbingan guru.

b) Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan ke II yang sama dengan soal pretest pada pertemuan ke I.

c) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

b. Kelas Kontrol (Pembelajaran Metode Diskusi) 1) Kegiatan Pendahuluan

a) Siwa mengerjakan soal pretest pada pertemuan I dalam bentuk

essay dengan materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan

lingkungan.

b) Pemberian apresepsi

(Pertemuan I) guru menunjukkan gambar orang membuang

sampah di sungai dan orang menanam pohon, lalu

menanyakan “pernahkah kalian melakukan kedua aktivitas

tersebut? Bagaimana dampaknya bagi lingkungan sekitar?”

(Pertemuan II) guru memberikan ulasan singkat mengenai

materi sebelumnya dengan melakukan tanya jawab.

(47)

29

Pertemuan I “Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui peran manusia dalam mengatasi pencemaran

lingkungan”.

Pertemuan II “Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui peran manusia dalam mengatasi kerusakan

lingkungan”.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa dibagi dalam 5 kelompok secara heterogen berdasarkan

nilai dan jenis kelamin, masing-masing kelompok terdiri dari

4-5 orang.

b) Setiap kelompok memperoleh LKK dengan materi:

(Pertemuan ke I) peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan.

(Pertemuan ke II) : peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan

c) Setiap siswa mendiskusikan soal pada LKK dalam

kelompoknya masing-masing (untuk pertemuan ke I dan II).

d) Setiap kelompok menyelesaikan LKK kemudian

mengumpulkan LKK yang sudah dikerjakan.

e) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas dan kelompok lain memberi tanggapan (untuk

(48)

30

f) Siswa mengemukakan pendapat dan menanyakan hal-hal yang

belum dipahami kepada guru dan guru memberikan konfirmas

(untuk pertemuan ke I dan II).

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah

dipelajari dengan bimbingan guru.

b) Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan ke II yang sama dengan soal pretest pada pertemuan ke I.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data

kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa skor kemampuan berpikir kritis siswa

yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Selisih dari nilai pretest

dan posttest didapatkan nilai gain. Untuk menghindari kesimpulan yang bias karena nilai kedua kelompok sudah berbeda, maka

digunakan uji normalitas. Kelebihan penggunaan model dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis ditinjau berdasarkan

(49)

31

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis

siswa yang diamati selama proses pembelajaran. Selain itu, digunakan

data pendukung berupa angket tanggapan siswa terhadap penggunaan

model PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pretest dan Posttest

Data kemampuan berpikir kritis adalah berupa perbandingan nilai

pretest dan posttest. Nilai pretest diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai posttest

di akhir pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah lima

butir soal essay.

b. Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Lembar kerja kelompok digunakan selama proses pembelajaran

sebagai data pendukung dalam menganalisis peningkatan KBK siswa.

Kelas eksperimen menggunakan LKK berbasis masalah sedangkan

kelas kontrol menggunakan LKK dengan metode diskusi.

c. Lembar Observasi Aktivitas belajar siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Siswa pada

(50)

32

dengan cara memberi tanda (√) pada lembar observasi pada Tabel 4

sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 4. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No Nama

Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa

A B C D E

Sumber: dimodifikasi dari Suwandi (2012: 32).

Keterangan skor aspek aktivitas belajar siswa:

A. Menuliskan/mengungkapkan rumusan masalah yang beragam pada LKK (Mengorientasikan Siswa Pada Masalah)

Skor Keterangan

0 Tidak mengungkapkan rumusan masalah yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran

1 Mengungkapkan rumusan masalah namun kurang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran

2 Mampu mengungkapkan rumusan masalah yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran

B. Melakukan induksi dengan menjabarkan permasalahan dari informasi yang didapatkan pada LKK (Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar)

Skor Keterangan

0 Siswa tidak menjabarkan permasalahan-permasalahan yang sesuai dengan topik pembicaraan pada LKK.

1

Siswa mengumpulkan informasi, namun kurang memahaminya sehingga penjabarkan dari permasalahan kurang sesuai dengan topik pada LKK

2

Siswa mengumpulkan dan memahami informasi yang didapat sehingga penjabarkan dari permasalahan sesuai dengan topik pada LKK

C. Membuat kesimpulan (deduksi) berdasarkan permasalahan (Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok)

Skor Keterangan

0 Siswa tidak membuat kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan

1 Siswa membuat kesimpulan namun kurang sesuai dengan permasalahan yang diberikan

(51)

33

D. Aktif dalam memberikan argumen yang sesuai dengan permasalahan (menyajikan hasil karya)

Skor Keterangan

0 Tidak memberikan argumen yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran

1 Memberikan argumen namun kurang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran

2 Mampu memberikan argumen yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajaran

E. Melakukan evaluasi dengan memberikan solusi (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah)

Skor Keterangan

0 Siswa tidak dapat memberikan solusi-solusi yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajraan.

1 Siswa memberikan solusi, namun kurang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajraan

2 Siswa mampu memberikan solusi-solusi yang sesuai dengan topik pembicaraan saat pembelajraan

d. Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi tentang pendapat siswa mengenai model

pembelajaran PBL. Angket ini berupa 8 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif dengan dua pilihan

jawaban yaitu setuju dan tidak setuju. Siswa menjawab setiap

pernyataan dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.

Tabel 5. Item pernyataan pada angket tanggapan siswa

No Pernyataan S TS

1 Saya mampu menentukan permasalahan yang terjadi berdasarkan wacana (merumuskan masalah)

2 Saya tidak dapat mengidentifikasi akibat dari suatu permasalahan (melakukan induksi)

3 Saya mampu memahami dan mengungkapkan kembali permasalahan yang diberikan (melakukan deduksi)

4 Saya mampu mempertahankan pendapat dengan memberi alasan yang logis (memberi argumen)

5 Saya tidak dapat memberi solusi yang mungkin dalam pemecahan masalah (melakukan evaluasi)

6 Saya merasa lebih kritis dalam menyikapi permasalahan setelah selesai pembelajaran

7 Saya kesulitan dalam menjawab soal-soal yang diberikan

(52)

34

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol diolah menggunakan rumus sebagai berikut:

S=

x 100

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

Kemudian mengukur peningkatan (N-gain) kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa baik secara keseluruhan maupun untuk setiap aspek,

digunakan rumus Hake (1999: 1) sebagai berikut:

N-gain = x 100%

Keterangan:

N-gain = rata-rata gain yang telah dinormalisasi

Spost = rata-rata skor posttest

Spre = rata-rata skor pretest

Smax = skor maksimum

Nilai pretest, posttest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji U dan uji-t dengan program SPSS versi 17,

yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan

homogenitas data:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

1) Hipotesis

Spost – Spre

(53)

35

H0 = Sampel berdistribusi normal

H1 = Sampel tidak berdistribusi normal

2) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto. 2004: 5).

Data berdistribusi normal dalam penelitian ini adalah data N-gain, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas, uji t1, dan uji t2 dengan

menggunakan program SPSS versi 17.

b. Uji Homogenitas

1) Hipotesis

Ho = Kedua sampel mempunyai varians yang sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians yang berbeda

2) Kriteria Uji

Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima,

Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:71).

c. Uji t1

1)Hipotesis

Ho = rata-rata pretes kedua sampel tidak berbeda secara

signifikan

H1 = rata-rata pretes kedua sampel berbeda secara signifikan

2)Kriteria Uji

Jika –ttabel <thitung < ttabel, maka Ho diterima, Jika thitung < -ttabel atau

(54)

36

d. Uji t2

1) Hipotesis

Ho = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

2) Kriteria Uji

Jika –ttabel <thitung < ttabel, maka Ho diterima, Jika thitung < -ttabel atau

thitung > ttabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:76).

e. Pengujian Hipotesis

Data pretest, posttest, dan semua aspek KBK tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann Whitney.

1) Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas

eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen

dengan kelas kontrol

2) Kriteria Uji

a. Jika p-value > 0,05 maka terima Ho

(55)

37

2. Data Kualitatif

A. Aktivitas belajar siswa

1) Memberi skor sesuai rubrik penilaian observasi aktivitas belajar

siswa pada Tabel 4, lalu memasukkan data ke dalam Tabel 19

Lampiran 6.

2) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

P = x 100%

Keterangan:

P = persentase aktivitas belajar siswa R = skor yang diperoleh

M = skor maksimum dari tes bersangkutan (Purwanto, 2008:102).

3) Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka aktivitas belajar

siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut.

Tabel 6. Kriteria aktivitas belajar siswa

Nilai Kriteria

80,1 – 100

Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2010: 245).

B. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model PBL

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui

penyebaran angket. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan

(56)

38

Tabel 7. Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29).

2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan

klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran

frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan

pernyataan angket.

Tabel 8. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap PBL

No. Pertanyaan Angket

Pilihan Jawaban

Nomor Responden (Siswa)

Persentase Sumber: Rahayu (2010: 31).

3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap

penggunaan model PBL pada Tabel 10.

Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap PBL

Persentase (%) Kriteria

100

(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan.

2. Model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan

model Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Untuk peneliti selanjutnya, dalam menentukan waktu pengerjaan soal

KBK berbasis masalah hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa

(58)

56

tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

sudah dirancang.

2. Untuk guru, model Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan

KBK oleh siswa pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan

Lingkungan.

3. Untuk siswa, sebaiknya lebih sering mengerjakan soal berbasis

permasalahan sehingga kemampuan berpikir kritis dapat lebih mudah

untuk ditingkatkan.

4. Untuk sekolah, lebih mendukung dan memfasilitasi guru dan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa dalam meningkatkan mutu

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Akcay, B. 2009.Problem-Based Learning in Science Education. Journal of Turkish Science Education. Vol. 6. No. 1. April 2009. 26-36. (online). (https://www.pegem.net/dosyalar/dokuman/48116-20090429114931-04problem-based-learning-in-science-education.pdf, diakses pada 3 Maret 2015; 16:50 WIB).

Anggraeni, F.M. 2014. Studi tentang Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Mantup pada Materi Statistika. (online).

(http://www.researchgate.net/publication/50928365_STUDI_TENTANG_K EMAMPUAN_KOMUNIKASI_MATEMATIKA_SISWA_KELAS_XI_IP A_SMAN_1_MANTUP_PADA_MATERI_STATISTIKA, diakses pada 30 April 2015; 11.41 WIB).

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). PT. Rineka Cipta. Jakarta. 228 hlm.

Budiarto, E. 2003. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 309 hlm.

Bruning, R., G. Schraw, and R. Ronning. 1995. Cognitive Psychology and Instruction 2nd edition. Prentice-Hall, Inc. USA. 434 hlm.

Chin, C. dan C. Li-Gek. 2015. Implementing Problem-Based Learning in Biology. 1-10. (online).

(http://www.tp.edu.sg/staticfiles/TP/files/centres/pbl/pbl_christinechinligekc hia.pdf, diakses pada 3 Maret 2015; 16:47 WIB).

Cinar, D. dan S. Bayraktar. 2014. The Effects of the Problem Based Learning Approach on Higher Order Thinking Skills in Elementary Science Education. 1-6. (online).

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Tabel 1. Tahap pembelajaran berbasis masalah
Tabel 2. Karakteristik kemampuan berpikir
Tabel 3. Kemampuan berpikir kritis siswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada sequence diagram mahasiswa, mahasiswa melakukan login dengan menginputkan username dan password, apabila username dan password salah maka akan kembali ke form

[r]

Kaitannya dengan Persepsi Harga (kesadaran harga, kesadaran nilai fisik produk, potongan harga, harga–kualitas, harga–prestis) yang berpengaruh secara sgnifikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, artinya menunjukan bahwa semakin banyak corporate

Apakah hasil penelitian mengenai struktur anatomi daun tanaman beringin dapat diimplementasikan pada pembelajaran IPA Biologi dalam bentuk lembar kegiatan siswa (LKS) pada

bahwa dalam rangka penyediaan, pencairan, penyaluran, dan pertanggungjawaban dana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 pada Otoritas Jasa Keuangan, sesuai

Pada tingkat bunga keseimbangan, jumlah uang riil yang diminta sama dengan

positivisme , digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan