• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INFLUENCE OFPRINCIPAL SITUATIONALLEADERSHIP STYLE, SCHOOLCLIMATE, ANDWORK MOTIVATIONON THE PERFORMANCE OFSMK TEACHER IN METRO CITY PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH,IKLIM SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJATERHADAP KINERJAGURU SMK NEGERI K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE INFLUENCE OFPRINCIPAL SITUATIONALLEADERSHIP STYLE, SCHOOLCLIMATE, ANDWORK MOTIVATIONON THE PERFORMANCE OFSMK TEACHER IN METRO CITY PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH,IKLIM SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJATERHADAP KINERJAGURU SMK NEGERI K"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRACT

THE INFLUENCE OFPRINCIPAL SITUATIONALLEADERSHIP STYLE, SCHOOLCLIMATE, ANDWORK MOTIVATIONON THE PERFORMANCE

OFSMK TEACHER IN METRO CITY

By HARJIMAT

This studyaims to knowandanalyze: 1) the influence ofprincipal situational leadershipstyleson teacher performance, 2) the influence ofschool climateon teacher performance, 3) the influence ofwork motivation onteacher performance, and4) the influence ofprincipalsituationalleadership style, schoolclimate,andwork motivation on the SMK teachersperformancein Metro City

This research is usingan ex post facto methodthatinvestigateorexaminethe events that haveoccurred. Thestudy populationtotaled235teachersthat includeSMKteachersin Metro City. The research samplewas determined byproportional random sampling techniquewitha total sample of71respondents. Dataobtained usinga questionnaire, documentation,andobservation as foranalyzedusingsimpleregressionandmultiple regressiontechniques.

The results ofthis studyconclude: there isa positiveand significantinfluence ofsituational leadershipstyle, schoolclimateandwork motivationon SMKteacher performancein Metro City, means bettersituational leadershipstyle, more conduciveschoolclimateandhigherwork motivation,thenteachersperformance will be better.The variable thathas thestrongesttendencyin improvingteacher performanceisworkmotivation.

(2)

i ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH,IKLIM SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJATERHADAP

KINERJAGURU SMK NEGERI KOTA METRO

Oleh HARJIMAT

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis: 1) pengaruh gaya kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap kinerja guru, 2) pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru, 3) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru, dan 4) pengaruh gaya kepemimpinan situasional kepala sekolah, iklim sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK Negeri Kota Metro

Penelitian ini menggunakan metode ex post facto yaitu menyelidiki atau menguji peristiwa yang telah terjadi. Populasi penelitian ini berjumlah 235 guru yang meliputi guru SMK Negeri di Kota Metro. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik proportional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 71 responden. Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner, dokumentasi dan observasi adapun analisis menggunakan teknik regresi sederhana dan regresi berganda.

Hasil penelitian ini menyimpulkan : terdapat pengaruh yang positif dan signifikangaya kepemimpinan situasional, iklim sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMK Negeri Kota Metro, artinya semakin baik gaya kepemimpinan situasional, semakin kondusif iklim sekolah dan semakin tinggi motivasi kerja maka semakin baik pula kinerja guru.Variabel yang memiliki kecenderungan paling kuat dalam peningkatan kinerja guru adalah motivasi kerja. Kata kunci: gaya kepemimpinan situasional, iklim sekolah, motivasi kerja dan kinerja

(3)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA

SEKOLAH, IKLIM SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAPKINERJA GURU SMK NEGERI

KOTA METRO

Oleh HARJIMAT

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Harjimat, sosok pendiam dan senang mempersiapkan rencana masa depan lahir di Bantul, Yogyakarta pada tanggal 10 Maret 1974 merupakan anak ke- empat dari lima bersaudara sekaligus buah kasih dari pasangan Bapak Radiwiyono (alm) dengan Ibu Sarinem yang berprofesi sebagai petani.

Pendidikan formal ditempuh mulai dari jenjang sekolah dasar di SD Inpres Sembungan, Yogyakarta dan lulus pada tahun 1987. Melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Bantul, Yogyakarta dan lulus pada tahun 1990. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan lulus pada tahun 1993. Di tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri (IKIP) Yogyakarta pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan dan lulus pada tahun 1999. Merasa pendidikan adalah sesuatu yang sangat berharga maka pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke jenjang Program Pascasarjana FKIP Universitas Lampung pada Program Magister Manajemen Pendidikan.

(8)

iv

MOTO

“Sebaik

-Baik Umat Adalah Yang

Bermanfaat Bagi Orang Lain”

(Al- Hadist)

“Janganlah Engkau Punya Harap

,

Jika Engkau Tidak Pernah Ber

buat”

(9)

v

PERSEMBAHAN

Dengan segenap puji syukur kepada Alloh SWT, saya persembahkan tesis ini kepada :

1. Kedua orang tuaku (alm) Bapak Radiwiyono dan Ibu Sarinem, Kedua mertuaku (alm) Bapak Mudjianto dan Ibu Sri Harningsih yang tidak mengenal lelah memberikan do’a atas keberhasilan pendidikan yang saya tempuh

2. Istriku tercinta Ika Wulan Handayani, S.E., M.M dan ketiga buah hatiku Sekar Zahira Wibawani, Latulia Zanifa Hayunirbaya, dan Damar Amsyar Ludaya yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi selama saya menempuh pendidikan.

3. Segenap kakak dan adikku yang senantiasa memberikan semangat di saat kelelahanku

4. Segenap dosen Magister Manajemen Pendidikan FKIP Unila yang senantiasa bersabar dalam membimbingku.

(10)

vii

SANWACANA

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal tesis yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri Kota Metro” ini dapat selesai.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Pendidikaan di Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampunng.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan inspirasi keilmuan melalui artikel yang penulis baca di media masa

2. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas saran dan motivasi yang diberikan 3. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Lampung yang tiada mengenal lelah senantiasa mengingatkan akan pentingnya penelitian ilmiah.

(11)

viii

5. Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Pendidikan FKIP Unila dan sekaligus pembahas , atas dorongan semangat, bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

6. Dr. Alben Ambarita, M.Pd., selaku pembimbing I, atas dorongan semangat, bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan dalam penulisan tesis ini 7. Seluruh dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan FKIP

Unila yang tanpa mengenal lelah membimbing kami dalam masa perkuliahan 8. Seluruh staf administrasi Program Pascasarjana Magister Manajemen

Pendidikan FKIP Unila atas segala bantuan yang telah diberikan

9. Kepala SMK Negeri 1 Metro, SMK Negeri 2 Metro, dan Kepala SMK Negeri 3 Metro atas segala bantuan dan kerjasamanya

10. Istriku tercinta Ika Wulan Handayani, S.E., M.M utamanya anak-anakku: Sekar Zahira Wibawani, Latulia Zanifa Hayunirbaya dan Damar Amsyar Ludaya yang senantiasa setia memberikan semangat dalam penulisan tesis ini Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat berkah dari Alloh, S.W.T Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan yang selalu menghadapi tantangan seiring dengan tuntutan zaman

Bandar Lampung, 20 Februari 2014 Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis

(12)

ix

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

1.6Manfaat Penelitian ... 12

1.7 Ruang Lingkup Penelitian... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. ... 15

2.1Kinerja ... 15

2.1.1 Pengertian Kinerja .... ... 15

2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja.... ... 16

2.1.3 Kinerja Guru .... ... 18

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja .... ... 20

2.2Kepemimpinan Situasional ... 23

2.2.1 Pengertian Kepemimpinan .... ... 23

2.2.2 Sifat-Sifat Kepemimpinan .... ... 24

2.2.3 Teori Kepemimpinan Situasional.... ... 26

2.2.4 Pengertian Gaya Kepemimpinan Situasional .... ... 28

2.3 Iklim Sekolah ... 32

2.3.1 Organisasi sekolah .... ... 32

2.3.2 Pengertian Iklim Sekolah .... ... 34

2.3.3 Jenis-Jenis Iklim Sekolah ... 36

2.3.4 Faktor-Faktor Iklim Sekolah .... ... 37

2.4 Motivasi Kerja ... 40

2.4.1 Teori Motivasi .... ... 42

2.4.2 Motivasi Kerja .... ... 45

2.5Penelitian Yang Relevan ... 46

2.6 Kerangka Berpikir ... 47

(13)

x

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 51

3.1 Pendekatan Penelitian ... 51

3.1.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .... ... 51

3.2 Populasi dan Sampel ... 51

3.2.1 Populasi .... ... 51

3.2.2 Sampel .... ... 52

3.3 Variabel Penelitian ... 53

3.4 Definisi Konseptual Variabel ... 53

3.4.1 Kinerja Guru .... ... 54

3.4.2 Gaya Kepemimpinan Situasional.... ... 54

3.4.3Iklim Sekolah .... ... 54

3.4.4Motivasi Kerja .... ... 55

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 55

3.5.1 Kinerja Guru .... ... 55

3.5.2 Gaya Kepemimpinan Situasional.... ... 56

3.5.3 Iklim Sekolah .... ... 56

3.5.4 Motivasi Kerja .... ... 57

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 57

3.6.1 Uji Validitas Instrumen .... ... 58

3.6.2 Uji reliabilitas Instrumen.... ... 63

3.7Uji Persyaratan Analisis... .... 66

3.7.1 Uji Normalitas .... ... 67

3.7.2 Uji Homogenitas.... ... 69

3.7.3 Uji Linieritas.... ... 70

3.8 Analisis Data ... 71

3.8.1 Analisis Tabel .... ... 71

3.8.1 Analisis Uji Hipotesis .... ... 72

3.8.2 Uji Parsial.... ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 76

4.1.1 SMK Negeri 1 Metro .... ... 77

4.1.2 SMK Negeri 2 Metro .... ... 78

4.1.3 SMK Negeri 3 Metro .... ... 79

4.2 Deskripsi Data ... 80

4.2.1 Kinerja Guru .... ... 81

4.2.2 Gaya Kepemimpinan Situasional .... ... 82

4.2.3 Iklim Sekolah .... ... 84

4.2.4 Motivasi Kerja .... ... 86

4.3 Pengujian Hipotesis ... 88

4.3.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Guru .... ... 88

4.3.2 Pengaruh Iklim sekolah Terhadap Kinerja Guru.... ... 93

4.3.3 Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru.... ... 96

(14)

xi

4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

4.4.1 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Pertama .... ... 103

4.4.2 Pembahasan Analisis Hipotesis Kedua.... ... 105

4.4.3Pembahasan Analisis Hipotesis Ketiga .... ... 106

4.4.4 Pembahasan Analisis Hipotesis Kempat .... ... 107

4.4.5 Pembahasan Kecenderungan Pengaruh Antara Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat .... ... 108

4.5 Keterbatasan Penelitian ... 110

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 112

5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Implikasi ... 113

5.3 Saran ... 115

Daftar Pustaka... ... 118

(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Guru Bersertifikat Pendidik ... 9

2.1Indikator Kompetensi Guru ... 19

2.2Teori Dua Faktor Herzberg ... 44

3.1Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

3.2 Daftar Interpretasi nilai r (validitas Instrumen) ... 59

3.3 Hasil Perhitungan Validitas Kinerja Guru ... 60

3.4 Hasil Perhitungan Validitas Gaya Kepemimpinan Situasional ... 61

3.5 Hasil Perhitungan Validitas Iklim Sekolah ... 62

3.6 Hasil Perhitungan Validitas Motivasi Kerja ... 63

3.7 Daftar Interpretasi nilai r (reliabilitas Instrumen) ... 64

3.8 Statistika Reliabilitas Kinerja Guru ... 65

3.9 Statistika Reliabilitas Gaya Kepemimpinan Situasional ... 65

3.10 Statitika Reliabilitas Iklim Sekolah ... 66

3.11Statistika Reliabilitas Motivasi Kerja ... 66

3.12 Rekapitulasi Uji Normalitas ... 68

3.13Interaksi antara Variabel X1 dengan Y... 71

4.1Data Statistik Dasar Variabel Penelitian ... 80

4.2Distribusi Skor Variabel Kinerja Guru ... 81

4.3 Distribusi Skor Variabel Gaya Kepemimpinan Situasional ... 82

4.4Interaksi antara Gaya Kepemimpinan Situasiona dengan Kinerja Guru ... 84

4.5Distribusi Skor Variabel Iklim Sekolah ... 85

4.6 Interaksi antara Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru ... 86

4.7Distribusi Skor Variabel Motivasi Kerja ... 87

4.8 Interaksi antara Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru ... 88

4.9koefisien Gaya Kepemimpinan Situasional ... 89

4.10Uji Linieritas Gaya Kepemimpinan Situasional ... 90

4.11 Uji Signifikansi Gaya Kepemimpinan Situasional ... 91

4.12Model Summary Gaya Kepemimpinan Situasional ... 91

4.13koefisien Iklim Sekolahl ... 93

4.14 Uji Linieritas Iklim Sekolah ... 94

4.15 Uji Signifikansi Iklim Sekolah ... 95

4.16 Model Summary Iklim Sekolah ... 95

4.17koefisien Motivasi Kerja ... 97

4.18 Uji linieritas Motivasi Kerja... 97

4.19 Uji Signifikansi Motivasi Kerja ... 99

(16)

xiii

4.21 Koefisien Gaya Kepemimpinan Situasiona, Iklim Sekolah,

dan Motivasi Kerjal ... 101 4.22 Uji Signifikansi Gaya Kepemimpinan Situasiona, Iklim Sekolah,

dan Motivasi Kerjal ... 101 4.23Model summary Gaya Kepemimpinan Situasiona, Iklim Sekolah,

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Kinerja Guru ... 20

2.2Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Kinerja ... 22

2.3 Gaya Kepemimpinan Situasional ... 30

2.4 Unsur-Unsur Iklim Organisasi Sekolah ... 38

2.5 Kerangka Pikir Penelitian ... 49

4.1 Diagram Batang Skor Kinerja Guru ... 81

4.2Diagram Batang Skor Gaya Kepemimpinan Situasional ... 83

4.3 Diagram Batang Skor Iklim Sekolah ... 85

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 121

2.Uji Coba Instrumen Penelitian ... 122

3. Data Uji Coba Instrumen ... 132

4. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 136

5. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 150

6. Instrumen Kuesioner Penelitian ... 154

7. Data Penelitian untuk Pengujian Hipotesis ... 164

8. Data Analisis Deskriptif ... 176

9. Uji Normalitas ... 178

10. Uji Linieritas ... 179

11. Uji Homogenitas ... 185

12. Regresi Gaya Kepemimpinan Situasional dengan Kinerja Guru ... 186

13. Regresi Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru ... 188

14. Regresi Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru ... 190

15. Regresi X1, X2, X3 dengan Y ... 192

16. Daftar tabel r, t dan F ... 194

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi paling elimenter yaitu: (a) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlakmulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (b) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan menggembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (c) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian pendidikan merupakan wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita – cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.

(20)

2

unsur yang paling dinamis dan kompleks karena pengelolaan organisasi pada dasarnya merupakan proses pengelolaan manusia dengan perbedaan sifat-sifat individual yang dimilikinya.

Terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi tingi rendahnya kualitas pembelajaran. Salahsatu faktor yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah adalah kinerja guru. Kinerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin profesional guru dalam proses pembelajaran. Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sesusai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya kinerja guru dapat terlihat dari kompeten tidaknya dalam melaksanakan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru disamping kualifikasi akademik.

(21)

3

Kinerjadalamhalinimerupakanunjukkerja yang dilakukanoleh guru dalammelaksanakantugasnyasebagaiseorangpendidik. Dapat juga diartikanbahwakinerjaadalahhasilkerjasecaranyata yang ditunjukkanolehindividu. Untukmenunjanghaltersebut,makakualitasprofesitenagapendidikselaludiupayakan peningkatannya, baikmelaluiketentuankualifikasipendidikanmaupundalambentuk lain. Mutupendidikantidakbisalepasdarikondisi guru sebagaisalahsatuunsurpenyelenggarapendidikan. Guru

mempunyaiposisidanperanan yang

sangatpentingdanstrategisdalamkeseluruhanupayapencapaianmutupendidikan.

Terdapatberbagaifaktor yangmempengaruhikinerja, diantaranya;motivasi, gayakepemimpinan, fasilitaskerjadaniklimorganisasisekolah. Seperti yang disampaikanSimanjuntak (2005 : 10) “Kinerja orang dipengaruhiolehbanyakfaktor

yang dapatdigolongkanpada 3 (tiga) kelompok, yaitukompetensiindividu orang yang bersangkutan, dukunganorganisasidandukunganmanajemen”. LebihlanjutmenurutSimanjuntak (2005 : 10 - 13), faktor – faktortersebutapabiladijabarkanadalah;1) Kompetensiindividumeliputi; (a) kemampuandanketerampilankerja, (b) motivasidanetoskerja, 2) dukunganorganisasimeliputi; (a) pengorgansasian, (b) penyediaansaranadanprasaranakerja, (c) pemilihanteknologi, (d) kenyamanlingkungankerja, (e) kondisidansyaratkerja, 3) dukunganmanajemen;

(a) hubungan industrial, (b) kepemimpinan.

(22)

4

yaitukepemimpinan, sistem, tim, dansituasional”. Dengandemikiankinerja guru

selaindipengaruhiolehsumberdayamanusia-nyajugadapatdipengaruhiolehgaya kepemimpinankepalasekolah.

Wujuddarikinerja guru tercermindariempatkompetensi yang harusdimilikiolehseorang guru sesuaiuraian diatas, yang salahsatunyaadalahkompetensiprofesional.

Kepemimpinankepalasekolahmerupakansalahsatufaktor yang berpengaruhterhadapkualitasmutusekolah.Penerapangayakepemimpinankepalasek

olah yang tepatakanmempunyaipengaruhyang

berartidalampengambilankeputusan, maupundalammempengaruhi

guruuntukmelakukanpekerjaan yang

lebihefisiendanefektifuntukmencapaikinerjaguru yang baik. Pemimpinperlumemperhatikankematanganbawahansehinggatepatdalammemilihga

yakepemimpinan yang akanditerapkan.

Dalamhalinikepalasekolahtidakbersifatkakudalammenerapkangayakepemimpinan yang digunakanmelainkandisesuaikandengansituasi yang dihadapi.

Seperti yang dikembangkanoleh Hersey dan Blanchard (1982:152) yaitugayakepemimpinansituasionalberdasarkantingkatkematanganbawahan, meliputi :memberitahukan (telling), menjajakan (selling), mengikutsertakan

(participating), mendelegasikan (delegating).

(23)

5

sangatberpengaruhdanmenentukankemajuansekolahharusmemilikikemampuanad ministrasi, memilikikomitmentinggi, danluwesdalammelaksanakantugasnya.

Kepemimpinankepalasekolah yang baikadalah

dapatmengupayakanpeningkatankinerja guru melalui program pembinaankemampuantenagakependidikan.

SedangkankepalasekolahmenurutWahjosumidjo (2010 : 83) adalah

“seorangtenagafungsional yang

diberitugasuntukmemimpinsuatusekolahdimanadiselenggarakan proses belajarmengajar , atautempatdimanaterjadiinteraksiantara guru yang memberipelajarandanmurid yang menerimapelajaran”.

Olehkarenaitukepalasekolahharusmempunyaikepribadianatausifat-

sifatdankemampuansertaketerampilan-keterampilanuntukmemimpinsebuahlembagapendidikan.

Kepalasekolah sebagai seorang

pemimpinharusdapatmemperhatikankebutuhandanperasaan orang-orang yang bekerjasehinggakinerja guru selaluterjaga. Dalam kedudukannya sebagai pemimpin, kepala sekolah bukan sekedar pelaksana dari kebijakan melainkan sebagai penanggung jawab penuh secara profesional dalam manajemen sekolah. Apabila peran kepala sekolah tersebut dijalankan dengan sebaik – baiknya dan dengan profesionalitas yang tinggi serta didukung adanya iklim organisasi sekolah yang kondusif maka diharapkan dapat terwujud adanya peningkatan kinerja guru.

(24)

6

hubungan kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan tenaga kependidikan dan dengan siswa. Hubungan harmonis tersebut akan dapat menciptakan iklim organisasi sekolah yang kondusif. Iklim kerja dalam konteks ini adalah budaya kerja di sekolah yang implikasinya dapat meningkatkan kualitas kerja di sekolah.

Iklim kerja organisasi sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh kepala sekolah, karena dialah yang meletakkan landasan dan struktur dimana terjadinya iteraksi sosial dalam organisasi sekolah.Kusumawati (2000:45) mengemukakanbahwa “Pemimpinharusmenciptakaniklimorganisasidimanaseseorangmerasabebasnamun

bertanggungjawab”, karenapersoalan yang

seringdihadapiadalahsulitnyamenciptakansituasiiklimkerja yang kondusif di sekolahdikarenakanadanyakeanekaragamanindividu yang adapadatiap– tiapsekolah.

Keberhasilan pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya ditentukan oleh kepemimpinannyayang disesuaikan dengan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga pemimpin dapat menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya. Seperti dikemukakan oleh Newell (dalam Ambarita, 2013:72) kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang bisa menyesuaikan dengan kondisi dan situasi organisasi, beberapa komponen yang perlu dipertimbangkan adalah keadaan bawahan, tuntutan pekerjaan, dan lingkungan organisasi itu sendiri.

(25)

7

bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja yang efisien, efektif, dan produktif. Seorang guru yang dalam melakukan tugas didasari dengan motivasi kerja, akan menunjukkan kesungguhan dan kegairahan dalam bekerja. Guru tersebut akan berusaha memenuhi tuntutan yang ada dengan penuh semangat dan tanggungjawab.

Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak mempunyai motivasi maka guru tersebut tidak akan berhasil untuk mendidik/mengajar. Keberhasilan guru dalam mengajar karena dorongan/motivasi ini sebagai pertanda apa yang dilakukan guru telah menyentuh kebutuhannya. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh seorang guru dengan didasari oleh minat dan tercukupinya segala kebutuhanya akan menghasilkan proses pembelajaran yang optimal. Dengan kata lain seorang guru yang termotivasi dalam bekerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja, karena kebutuhan-kebutuhan guru yang terpenuhi akan mendorong guru meningkatkan kinerjanya.

MenurutMangkunegara (2010:15)

“kinerjaindividuakantercapaiapabiladidukungolehatributindividu, upayakerja

(work effort) dandukunganorganisasi “. Semangatkerja , tanggungjawab,

danmotivasikerja guru

dalammelakukanpekerjaannyasangatlahdibutuhkanolehlembagapendidikan.

Apabila guru

mempunyaikinerjarendahmakasekolahakansulituntukmencapaiprestasi yang baik.

(26)

8

(27)

9

pengembangan keprofesian berkelanjutan, (3) sebagai entry point PLPG, dan (4) sebagai alat kontrol penilaian kinerja guru.Dengan hasil UKG guru SMK bersertifikasi profesi Kota Metro tahun 2012 yang mencatat 0,05% yang dinyatakan lulus, hal ini mengindikasikan bahwa kinerja guru di SMK Negeri Kota Metro masih rendah. Secara lengkap data guru bersertifikasi profesi dan guru yang telah lulus UKG tersaji dalam tabel berikut;

Tabel 1.1 Guru yangBersertifikat Profesi dan Lulus UKG

No Nama Jumlah Kriteria Jumlah Prosentase

Sumber : Dinas DIKBUDPORA Kota Metro tahun 2012

(28)

10

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagian guru masih ada yang datang dan pulang mengajar yang belum sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, dan masih sedikit guru yang mau melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran yang telah berlangsung. Hal ini menunjukkan sebagian guru SMK negeri di Kota Metro belum mempunyai motivasi kerja yang kuat untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab seorang guru, (3) Sebagian guru SMK Negeri di Kota Metro mengaku belum faham betul dengan visi dan misi yang dicanangkan oleh sekolah, sering tidak mengikuti rapat koordinasi yang lakukan oleh sekolah dengan berbagai alasan dan sering tidak hadir dalam kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah. Hal ini menunjukkan sebagian guru SMK Negeri di Kota Metro merasa iklim sekolah masih belum kondusif seperti yang diharapkan.Olehkarenaitugayakepemimpinansituasional kepalasekolah, iklimsekolah, motivasi kerjadankinerja guru di SMK Negerin Kota Metro merupakanvariabel–variabel yang menarikuntukdikajimelaluipenelitianini.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalahyang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.2.1 Kinerja guru SMK Negeri Kota Metro belum memuaskan dan belum sesuai dengan harapan yang ditandai dengan rendahnya jumlah guru yang lulus UKG.

1.2.2 Belum semua guru mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik 1.2.3 Sarana dan prasarana sekolah yang belum mencukupi

(29)

11

1.2.6 Gaya kepemimpinan kepala sekolahSMK Negeri Kota cenderung melihat kesiapan dan kemampuan bawahan

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah terlihat bahwa permasalaan yang terjadi sangat luas. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa tidak semua permasalahan yang terjadi mampu diselesaikan dengan satu penelitian. Hal ini dikarenakan berbagai keterbatasan yang ada baik keterbatasan tenaga, waktu dan biaya. Adanya berbagai keterbatasan tersebut penelitian ini dibatasi pada masalah: 1) kinerja guru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, 2)gaya kepemimpinan situasional kepala sekolah, 3) iklim sekolah, dan 4) motivasi kerja guru.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1.4.1 Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan gaya kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Negeri KotaMetro. 1.4.2 Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan iklim sekolah

terhadap kinerja guru SMK NegeriKota Metro

1.4.3 Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMK Negeri Kota Metro

(30)

12

1.5 Tujuan Penelitian

Berpedoman pada perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis;

1.5.1 Pengaruh gaya kepemimpinan situasionalkepala sekolah terhadap kinerja guru di SMK Negeri KotaMetro.

1.5.2 Pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di SMK NegeriKota Metro 1.5.3 Pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru di SMK Negeri Kota

Metro

1.5.4 Pengaruh gaya kepemimpinan situasional kepala sekolah, iklim sekolah, motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SMK NegeriKota Metro

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan pertimbangan kontekstual dan konseptual serta manfaat praktis digunakan untuk perbaikan bagi sekolah bersangkutan. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut;

1.6.1 Manfaat teoritis

(31)

13

1.6.2 Manfaat praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut;

1.6.2.1Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para guru untuk meningkatkan kinerjanya melalui pemeliharaan atau peningkatan iklim organisasi, motivasi kerja dan gaya kepemiminan kepala sekolah

1.6.2.2Bagi kepala sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para pemimpin organisasi sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan gaya kepemimpinan dan dapat memberikan acuan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya manusia, melalui upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja guru.

1.6.2.3Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh pemangku jabatan terkait di Dinas Pendidikan untuk dapat merancang berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan kepala sekolah yang berhubungandengan gaya kepemimpinan yang efektif yang dapat meningkatkan kinerja guru.

(32)

14

Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya, baik dibidang yang sama maupun bidang lainnya dengan cakupan yang lebih luas, khususnya yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru.

1.7Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Kajian Ilmu

Penelitian ini merupakan bagian dari ilmu manajemen pendidikan khususnya manajemen sumber daya manusia, dan organisasi pendidikan yakni mengkaji perilaku individu guru dalam organisasi pendidikan

1.7.2 Obyek Penelitian

Penelitian ini obyeknya adalah kinerja guru sebagai variabel terikatnya, gaya kepemimpinan situasional, iklim sekolah dan motivasi kerja sebagai variabel bebas.

1.7.3 Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah seluruh guru di SMK NegeriKota Metro yang berjumlah 235 guru.

1.7.4 Tempat danWaktuPenelitian

(33)
(34)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada empat komponen pokok yang berupa tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis. Berdasarkan cakupan pembahasan tersebut, maka pada bagian ini akan diawali dengan pembahasan tentang tinjauan pustaka

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu. Menurut Harlay (dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:9) menyebut kinerja sebagai upaya yang dilakukan dalam penyelesaian pekerjaan untuk menghasilkan keluaran dalam periode tertentu. Sedangkan menurut Fatah (dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:9)mengartikankinerja sebagai kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Mangkunegara (2010:9) mengemukakan bahwa kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) adalah “prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang

(35)

16

Smith (dalam Sedarmayanti,2009:5) menyampaikan “bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses “. Sedangkan menurut Mangkuprawira dan

Vitayala(dalam Yamin dan Maisah,2010:129) menyatakan bahwa “kinerja merupakan suatu kontruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya”. Selanjutnya Wirawan (2008:5) mengemukakan bahwa “kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi – fungsi atau indikator – indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu” . Sedangkan

Barnawi dan Arifin ( 2012:12 ) menyatakan bahwa:

“kinerja adalah tingkat keberhasilan sesorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan organisasi”.

Berdasarkan pengertian tentang kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang bersangkutan. Atau dapat juga secara singkat disimpulkan bahwa kinerja merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan.

2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja

(36)

17

Sedangkan menurut Simanjuntak (2005:107), tujuan evaluasi kinerja adalah; (a) menjamin pencapaian sasaran atau tujuan perusahaan, (b) menunjukkan posisi dan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan perusahaan, (c) mengetahui pencapaian sasaran perusahaan, unit kerja, kelompok, individu.

Sunyoto (dalam Mangkunegara, 2010:10) menyatakan bahwa tujuan dari penilaian kinerja / evaluasi kinerja adalah; (a) meningkatkan saling pengertian antara karyawan, (b) mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, (c) memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya, (d) mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran, (e) memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuaindengan kebutuhan pelatihan.

Sedangkan Ardiansyah(dalam Barnawi dan Arifin, 2012:38) menyebutkan bahwa tujuan penilaian kinerja guru adalah; (a) pengembangan profesi dan karier guru, (b) pengambilan kebijaksanaan per sekolah, (c) cara meningkatkan kinerja guru, (d) penugasan yang lebih sesuai dengan karier guru, (e) mengidentifikasi potensi guru untuk program in-service training, (f) jasa bimbingan dan penyuluhanterhadap kinerja guru yang mempunyai masalah,(g) Penyempurnaanmanajemen sekolah, (h) penyediaan informasi untuk sekolah serta penugasan – penugasan.

(37)

18

dengan peningkatan mutu guru dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan. Oleh sebab itu penilaian atau evaluasi kinerja hendaknya dilakukan secara formal dan obyektif berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2.1.3 Kinerja Guru

Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran dengan sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Menurut Yamin dan Maisah (2010: 87) “kinerja pengajar adalah perilaku atau respons yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas”. Barnawi dan Arifin (2012:12 ) menyatakan bahwa :

“kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenagnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan”.

(38)

19

Menurut Hadis dan Nurhayati (2010:22-23) keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru seperti terlihat pada tabel berikut;

Tabel 2.1 Indikator Kompetensi Guru

No Kompetensi Indikator

1 Pedagogik a. Menguasai karakteristik peserta didik dari

aspek fisik, moral, sosial, cultural, emosional dan intelektual

b. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam kontek kebhinekaan budaya c. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar

peserta didik

d. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

e. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik

f. Mengembangkan kurikulum

g. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik h. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran

2 Kepribadian a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang

berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat

c. Mengevaluasi kinerja sendiri

d. Mengembangkan diri secara berkelanjutan

3 Sosial a. Berkomunikasi secara efektif dan empatik

dengan peserta didik, orang tua, sesama

pendidik, tenaga kependidikan dan

masyarakat

b. Berkontribusi terhadap pengembangan

pendidikan di sekolah dan masyarakat

c. Berkontribusi terhadap pengembangan

pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan global

d. Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri

4 Profesional a. Menguasai substansi bidang studi dan

metodologi keilmuan

b. Menguasai struktur dan materi kurikulum c. Menguasai dan memanfaatkan teknologi

komunikasi dan informasi dalam

pembelajaran

d. Mengorganisasikan kurikulum bidang studi e. Meningkatkan mutu pembelajaran melalui

(39)

20

2.1.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja guru tidak terwujud dengan begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor – faktor tertentu. Kinerja Guru akan menjadi optimal bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik.Simanjuntak(2005:10-13)mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja individu dalam melaksanakan tugasnya yaitu; (a) kompetensi individu, meliputi; kemampuan dan keterampilan,motivasi, sikap dan etos kerja, (b) dukungan organisasi, meliputi;struktur organisasi,teknologi dan peralatan, kondisi kerja, (c) dukungan manajemen meliputi;hubungan industrial, kepemimpinan

(40)

21

Kinerja guru menurut Taufik dalam Hadis dan Nurhayati (2010:9) dipengaruhi “faktor kualifikasi standar guru dan relevansi antara bidang keahlian guru dengan tugas mengajar“.Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Sedarmayanti

(2009: 72-76) antara lain; (a) sikap mental (motivasi kerja, disiplin

kerja), (b) pendidikan, (c) keterampilan, (d) manajemen kepemimpinan, (e) hubungan industrial pancasila, (f) tingkat penghasilan, (g) gizi dan kesehatan, (h) jaminan sosial, (i) lingkungan dan iklim kerja, (j) sarana produksi, (k) teknologi, dan (l) kesempatan berprestasi.

Selanjutnya Simanjuntak(2005:175) mengemukakan penyebab rendahnya kinerja adalah; (a) keterbatasan dana, (b) peralatan dan teknologi, (c) manajemen kurang efektif, (d) kepemimpinan kurang efektif, (e) supervisi dan pengawasan tidak efektif, (f) lingkungankerja, (g) kebijaksanaanpemegangsaham, (h) kompetensi kerja, (i) disiplin dan etos kerja.

Timple (dalam Mangkunegara,2010 : 15) menyatakan bahwa “faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal”. Masih

(41)

22

Sedangkan menurut Barnawi dan Arifin (2012:43) menyatakan bahwa “baik faktor internal maupun eksternal sama – sama membawa dampak terhadap kinerja guru”. Dijelaskan lebih lanjut oleh Barnawi dan Arifin (2012:43 ) bahwa

yang yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri guru, contohnya: kemampuan, keterampilan, kepribadian, persepsi, motivasi menjadi guru, pengalaman lapangan, dan latar belakang keluarga.Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar guru, contohnya: gaji, sarana prasarana, lingkungan kerja fisik, kepemimpinan. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja guru dapat digambarkan seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kinerja Guru (Sumber Barnawi dan Arifin, 2012:43 )

Bertolak dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja guru atau prestasi kerja (performace) adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang diukur dari kompetensi profesionalisme melalui berbagai macam dimensi yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Sarana Prasarana

Lingkungan Kerja Fisik

Gaji Kepemimpinan

(42)

23

2.2 Kepemimpinan

2.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Menurut Nawawi (2006: 26) “kemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan / kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih ) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan yang terarah pada tujuan bersama”.Kartono (1992:6) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan adalah

masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin”. Sedangkan menurut Thoha (2004: 264)“Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi

perilaku orang lain,atau seni mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan maupun kelompok”.

Subur (2007:76),berpendapat “Leader adalah seorang yang bertugas memadukan semua potensi yang dimiliki oleh anggota timnya untuk mencapai goal organisasi”.Selain itu masih menurut Subur (2007: 82 ), “Pemimpin yang kuat akan mampu memberikan pengaruh ( to influence) kepada bawahannya sehingga orang–orang tersebut mau melakukan pekerjaan mereka dengan baik”.Senada dengan Thoha,Maskat (1992:8)berpendapat bahwa “ kepemimpinan (leadership) adalah sebagai pengaruh , seni atau proses mempengaruhi orang – orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias”. Sedangkan menurut Dubrin (2010:2) “Leadership as the ability to inspire confidence and support among the people who are needed to achieve organizational goals “.

(43)

24

tujuan yang telah ditentukan”. Dari berbagai pengertian diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpian untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk bekerjasama mencapai suatu tujuan kelompok.

2.2.2 Sifat-Sifat Kepemimpinan

Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Menurut Danim (2007: 205-206), seseorang yang menjalankan fungsi kepemimpinan setidaknya harus memiliki persyaratan atau sifat – sifat sebagai berikut; (a) bertaqwa terhadap Tuhan Yang aha Esa, (b) memiliki intelegensi yang tinggi, (c) memiliki fisik yang kuat, (d) berpengetahuan luas, (e) percaya diri, (f) dapat menjadi anggota kelompok, (g) adil dan bijaksana, (h) tegas dan berinisiatif, (i) berkapasitas membuat keputusan, (j) memiliki kestabilan emosi, (k) sehat jasmani dan rohani, (l) bersifat prospektif.

(44)

25

Pemimpin yang efektif dilandasi oleh sifat–sifat yang dimilikinya. Menurut Pramudyo dalam Barnawi dan Arifin (2012:70) pemimpin yang efektif adalah “ yang mempunyai sifat – sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan seperti karisma, berpandangan ke depan, intensitas, dan keyakinan diri”. Sedangkan

menurut Ki Hajar Dewantara dalam Barnawi dan Arifin (2012:71-72) sifat - sifat yang harus dimiliki pemimpin adalah;

a. Tetep, teteg,antep lan mantep

Tetep artinya memiliki ketepatan berpendapat, teteg artinya tidak tergoyahkan, antep artinya berisi, berilmu dan berpengetahuan, sedangkan mantep artinya yakin dengan seyakin – yakinnya.

b. Ngandel, kendel, kandel lan bandel

Ngandel artinya percaya, iman dan bertakwa, kendel artinya berani, kandel artinya penuh ilmunya dan matang jiwanya, bandel artinya tawakal, percaya diri dan tidak mudah takut.

c. Ning, neng, nung lan nang

Ning artinya suci, iklas dan tanpa pamrih, neng artinya tenang pikirannya dan diam, nung artinya kuat, tahan bantingan dan ulet sedangkan nang artinya menang dan optimis.

d.Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karso, tut wuri handayani

(45)

26

handayani artinya mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada bawahannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran pemimpin yang mampu mengarahkan member inspirasi, dan motivasi hanya dapat dilakukan oleh pemimpin yang efektif yang dilandasi oleh sifat –sifat yang dimilikinya.

2.2.3 Teori Kepemimpinan

G.R Terry yang dikutip oleh Kartono (1992:72-79), dalam bukunya “ Pemimpin dan Kepemimpinan” mengemukakan teori – teori kepemimpinan sebagai berikut;

a.Teori Otokratis, Kepemimpinnan menurut teori ini didasarkan atas perintah – perintah, pelaksanaan dan tindakan –tindakan yang arbitrer ( sebagai wasit)

b. Teori Psikologis, teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik , untuk merangsang kesediaan bekerja dari para pengikut dan anak buah.

c.Teori Sosiologis, kepemimpinan dianggap sebagai usaha–usaha untuk melancarkan aktivitas antar relasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tecapai kerja sama yang baik

(46)

27

e. Teori Laissez Faire, kepemimpinan ditampilkan oleh seorang tokoh “ ketua dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua

tanggungan jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya.

f. Teori Kelakuan Pribadi, kepemimpinan ini berdasarkan kualitas – kualitas pribadi atau pola–pola kelakuan para pemimpinnya.

g. Teori Sifat Orang–Orang Besar (Traitsof Great Men), yaitu memiliki intelegensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memilih daya persuasif, dan keterampilan komunikatif, memilki keparcayaan diri,peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dll.

h. Teori Situasi, teori ini menjelaskan bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi / luwes pada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan situasi , lingkungan sekitar dan zamannya.

i. Teori Humanistik, menetralisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat.

Sedangkan tipe–tipe kepemimpinan menurut Danim(2007:213-214) adalah; a.Pemimpin otokratik, kata otokratik diartikan sebagai tindakan menurut kemauan

sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar,keras kepala, atau rasa “aku”

yang keberterimaanya pada khalayak bersifat dipaksakan.

(47)

28

c.Pemimpin permisif, kata permisif bisa berarti serba boleh, serba mengiyakan , tidak mau ambil pusing , tidak bersikap dalam makna sikap sesungguhnya dan apatis.

Pada kepemimpinan situasional tidak ada satu cara terbaik untuk mempengaruhi perilaku orang–orang, gaya kepemimpinan yang akan diterapkan seseorang terhadap orang–orang atau sekelompok orang bergantung pada level kematangan orang – orang yang akan dipengaruhi pemimpin.

2.2.4 Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya dapat diartikan sikap , gerakan ,tingkah laku, sikap yang elok , gerak gerik yang bagus, kekuatan , kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan menurut Barnawi dan Arifin (2012:73) menyatakan bahwa; “gaya kepemimpinan merupakan perilaku dan strategi sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahnnya”.Sehingga banyak pula yang

mengartikan bahwa gaya kepemimpinan merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, atau bisa juga dikatakan gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Seperti yang disampaikan Rivai dan Mulyadi (2009:4) yang menyatakan tentang gaya kepemimpinan, bahwa;

(48)

29

Menurut Hersey dan Blanchard (1982:126) “the style of leaders is the consistent

behavior patterns that use when they are working with and through other people as perceived by tose people” atau dapat diartikan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola – pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain seperti yang dipersepsikan orang – orang itu. Pada gaya kepemimpinan situasional berdasarkan tingkat kematangan bawahan menurut HerseydanBlanchard(1982:152)adalahselling,telling,participating,delegating.Gay a kepemimpinan yang sesuai bagi masing–masing level kematangan mencakup kombinasi perilaku tugas (direktif) dan perilaku hubungan (suportif) yang tepat. a. S 1. Telling (memberitahukan) adalah bagi tingkat kematangan yang rendah.

Orang – orang yang tidak mampu dan tidak mau (M1) memikul tanggung jawab untuk melakukan sesuatu adalah tidak kompeten atau tidak yakin.

b. S2. Selling (menjajakan) adalah bagi tingkat kematangan rendah ke sedang. Orang – orang tidak mampu tapi mau (M2) memikul tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas.

c. S3. Participating (mengikutsertakan) adalah bagi tingkat kematangan sedang ke tinggi. Orang – orang pada tingkat kematangan ini mampu tetapi tidak mau (M3) melakukan hal– hal yang dilakukan pemimpin.

(49)

30

GAYA KEPEMIMPINAN

(RENDAH) (TINGGI)

TINGGI RENDAH

M4 M3 M2 M1

Gambar 2.3Gaya kepemimpinan situasional Sumber: Herseydan Blanchard (1982:152)

Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpi- nan. Rivai dan Mulyadi (2009:42), berpendapat “Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu : 1) yang mementingkan pelaksanaan tugas, 2) yang mementingkan hubungan kerja sama, dan 3) yang mementingkan hasil yang dicapai”. Lebih lanjut menurut keduanya untuk menentukan gaya memimpin yang

paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu maka seorang pemimpin perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur yaitu: diri pemimpin, bawahan, dan situasi secara menyeluruh.

(50)

31

pemimpin mampu menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadaran untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin. Mulyasa (dalam Barnawi danArifin, 2012:72) juga mengatakan bahwa “gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan”. Begitu juga

menurut Handoko (dalam Barnawi dan Arifin, 2012:75) menyatakan bahwa dalam kenyataannya “pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas hidup kerja, dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi”.

Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi antar hubungan manusia. Dengan mengintegrasikan dan meningkatkan keduanya kepemimpinan akan menjadi efektif, yaitu mampu mencapai tujuan organisasi tepat pada waktunya. Sebab kepemimpinan yang efektif dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik termasuk melaksanakan perencanaan dengan baik pula.

Kepemimpinan yang efektif selalu memanfaatkan kerja sama dengan bawahan untuk mencapai cita-cita organisasi. Dengan cara seperti itu pemimpin akan banyak mendapat bantuan pikiran, semangat, dan tenaga dari bawahan yang akan menimbulkan semangat bersama dan rasa persatuan, sehingga akan memudahkan proses pendelegasian dan pemecahan masalah yang semuanya memajukan pendidikan. Oleh karena itu, mengusahakan kepemimpinan yang baik adalah sebuah keharusan dalam upaya meningkatakan kinerja guru.

(51)

32

mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai dengan menggunakan pendekatan memberitahukan (telling), menjajakan (selling), mengikutsertakan(participating), dan mendelegasikan (delegating).

2.3 Iklim Sekolah

2.3.1 Organisasi Sekolah

Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarkhi dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Rivai dan Mulyadi (2009:169-167) mendefinisikan bahwasanya “Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat

meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai individu secara sendiri – sendiri”.

Menurut Hasibuan (2010 : 22-23 ) “organisasi diartikan menggambarkan pola – pola, skema, bagan yang menunjukkan garis – garis perintah, kedudukan karyawan, hubungan – hubungan yang ada dan lain sebagainya”. Sedangkan menurut Indriyo Gitosudarmo dalam Ardana, Mujiati dan Sriathi (2008:1) “ Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang – ulang oleh kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan”. Dengan demikian organisasi merupakan suatu unit

(52)

33

Stephen P. Robbins(dalam Wirawan,2008: 2), mendefinisikan organisasi sebagai

“…Entitas sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan batas yang dapat diidentifikasi secara relatif bahwa fungsi pada dasar terus menerus secara relatif untuk mencapai tujuan umum atau tujuan yang telah ditetapkan”. Organisasi merupakan social entity, unit-unit dari organisasi yang terdiri atas orang atau kelompok orang yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut terkoordinasi secara sadar, artinya dikelola dalam upaya mencapai tujuannya. Pola interaksi yang diikuti oleh orang dalam organisasi bukan muncul seketika, tetapi telah direncanakan secara matang sebelumnya. Pola interaksi antara anggota organisasi seimbang dan harmonis sehingga menjamin tugas – tugas dapat terlaksana. Anggota organisasi mempunyai ikatan secara terus menerus (continuing bond). Ikatan secara terus menerus terjadi ketika anggota masih mau menjadi anggota organisasi. Seseorang dapat keluar – masuk untuk menjadi anggota organisasi, ketika menjadi anggota organisasi orang berpartisipasi secara tetap dan mematuhi aturan organisasi.

Hoy dan Miskel (2001:216) mengemukakan bahwa terdapat tingkah laku didalam setiap organisasi mempunyai fungsi yang tidak sederhana karena didalamnya terdapat sejumlah kebutuhan individu-individu dan tujuan-tujuan organisasi yang ingin dicapai bersama. Hubungan-hubungan antar unsur di dalamnya sangatlah dinamis, mereka membawa kebiasaan-kebiasaan unik dari rumah masing-masing dengan segala simbol dan motifasi.

(53)

34

yang disusun agar setiap anggotanya dapat mencapai tujuannya. Lebih lanjut menurut menurut Hasibuan (2010:23) ”Organisasi anya merupakan alat dan wada tempat manajer melakukan kegiatan kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi sekolah merupakan wadah sekumpulan orang – orang atau kelompok yang melakukan aktifitas kerjasama secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama secara efektif dan efisien. Suatu organisasi tidak terlepas dari lingkungan yang mengelilinginya, baik internal maupun eksternal yang salah satunya adalah iklim organisasi. Begitu juga dengan lembaga pendidikan yang juga merupakan organisasi yang di dalamnya terhimpun bagian – bagian dan subbagian yang yang saling berhubungan. Setiap unit kerja yang terdapat dalam lembaga pendidikan harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.3.2 Pengertian Iklim Sekolah

Iklim organisasi merupakan suasana dalam suatu organisasi yang diciptakan oleh pola hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) yang berlaku. Menurut Renato Taguiri (dalam Hoy dan Miskel, 2001:198) menyatakan bahwa;

“susunan tertentu dari ciri ekologi, lingkungan, sistem sosial dan budaya

akan membentuk sebuah iklim sebesar susunan tertentu dari ciri pribadi yang membentuk kepribadian.

Sedangkan menurut Rivai dan Mulyadi (2009:170) “Iklim organisasi yaitu

serangkaian sifat lingkungan kerja “. Pola hubungan yang ada bersumber dari

(54)

35

kepala sekolah atau sebaliknya antara kepala sekolah dengan guru. Pola hubungan antara pegawai dengan pemimpin (kepala sekolah) membentuk suatu jenis kepemimpinan (leadership style) yang diterapkan oleh pemimpin dalam melaksanakan fungsi – fungsi kepemimpinannya.

Selanjutnya definisi iklim sekolah yang lebih operasional dikemukakan oleh Stringer (1984:1)yaitu;“sifat-sifat yang dapat diukur dari lingkungan kerja

berdasarkan persepsi bersama dari orang-orang yang tinggal dan bekerja di dalamnya terbukti mempengaruhi perilaku mereka,” atau dengan kata lain iklim organisasi sekolah merupakan seperangkat persepsi orang-orang hidup dan bekerja dalam suatu lingkungan dan mempengaruhi perilaku mereka.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah adalah sejumlah persepsi orang-orang terhadap lingkungan di mana ia bekerja. Lebih jauh persepsi tersebut mempengaruhi perilaku mereka dalam bekerja. Banyak dimensi iklim organisasi sekolah seperti yang dikemukakan oleh Hoy dan Miskel, (2001:190-198) yaitu; suportive, directive, restrictive, collegial, intimate, dan disengaged. Dimensi-dimensi tersebut membentuk tipe-tipe iklim organisasi sekolah yaitu: open, engaged climate, disenganged climate, closed climate and open climate.

2.3.3 Jenis-Jenis Iklim Sekolah

(55)

36

Iklim terkendali ditandai dengan usaha yang tidak efektif oleh pimpinan untuk mengontrol dan adanya kinerja professional dari para guru. Pimpinan keras dan autokratik, dengan memberikan petunjuk, intruksi, perintah yang tinggi dan tidak respek kepada kemampuan profesional serta kebutuhan para guru. Selain iu pimpinan menghalangi para guru dengan aktivitas yang berat. Para pegawai tidak mempedulikan prilaku pimpinan dan memperlakukan mereka sendiri seperti para perofesional. Mereka satu sama lain saling menghormati dan saling mendukung, mereka bangga akan pesan kerja mereka dan menikmati pekerjaan, mereka benar-benar berteman. Selain itu guru tidak hanya respek atas kemampuan mereka masing-masing, tetapi mereka juga menyukai satu sama lain (benar-benar intim). Guru-gurunya profesional dan produtifitas walaupun memiliki pimpinan yang lemah, para guru bersatu, komitmen, mendukung dan terbuka.

2.3.3.2 Iklim Lepas (disengaged climate)

Iklim ini ditandai dengan adanya prilaku pimpinan bersifat terbuka, peduli dan mendukung. Pimpinan mendengar dan terbuka terhadap guru (sangat mendukung), nenberi kebebnasan terhadap untuk berbuat sesuai deengan pengetahuan profesional mereka. Namun demikian, guru tidak mau menerima pimpinan, guru secara aktif bekerja untuk melakukan sabotase terhadap pimpinan, guru tidak memperdulikan pimpinan. Guru tidak hanya tidak menyukai pimpinan, tetapi mereka tidak respek dan tidak menyukai satu sama lain (intimasi rendah atau hubungan kolega yang rendah). Guru benar-benar terlepas dari tugas-tugas. 2.3.3.3 Iklim Tertutup (closed climate)

(56)

37

sedangkan guru merespon secara minimal dan menunjukan komitmen yang rendah. Kepemimpinan atasan terlihat sebagai pengawasan, kaku, tidak peduli, tidak simpatik dan memberikan dukungan yang rendah. Bahkan pimpinan menunjukan kecurigaan, kurangnya perhatian terhadap guru, tertutup, kurang fleksible, apatis dan tidak komitmen.

2.3.3.4 Iklim Terbuka (open climate)

Iklim terbuka ditandai dengan adanya kerjasama dan respek diantara guru dan pimpinan. Kerjasama tersebut menciptakan iklim dimana pimpinan mendengarkan dan terbuka tehadap guru, peimpinan memberikan hadiah yang benar-benar ikhlas, terus menerus, dan respek terhadap kemampuan professionallisme dari guru (dukungan yang tinggi) serta memberikan kebebasan kepada guru untuk berbuat. Perilaku guru mendukung, terbuka, dan hubungan dengan teman sejawat tinggi. Guru menunjukan pertemanan yang terbuka (intimasi tinggi), dan komitmen terhadap pekerjaan. Singkatnya antara pemimpin dan guru saling terbuka.

2.3.4Faktor – Faktor Iklim Sekolah

Menurut Owens(1991:169) iklim organisasi sekolah terdiri dari: culture, ecology, organization and milieu. Yang apabila digambar adalah seperti pada gambar 2.4

(57)

38

Gambar 2.4Unsur – unsur iklim sekolah (Sumber Owens, 1991:169)

Menurut Owens (1991:187) lebih lanjut berpendapat bahwa iklim organisasi sekolah dapat dilihat dari aspek;

kedekatan- taraf kedekatan (kohesif) antara guru di sekolah; pelepasan- derajat dimana guru-guru terlihat dan terikat untuk mencapai tujuan sekolah; semangat- moral yang jelas dari suatu kelompok; hambatan- tingkat dimanaa guru-guru memandang aturan, kertas kerja, dan administrasi sebagai tugas yang akan datang”

….

“dorongan- perilaku yang dinamis dimana kepala sekolah menetapkan suatu contoh kerja keras; pertimbangan- tingkat dimana kepala sekolah terlihat memperlakukan guru-guru secara bermartabat dan dengan rasa kepedulian manusia; sikap masa bodoh- tingkat dimana kepala sekolah didefinisikan sebagai pemelihara jarak sosial (sebagai contoh dingin atau acuh dan berjarak atau menjauhi atau hangat dan bersahabat); penekanan produksi- taraf dimana kepala sekolah mencoba untuk mendapat guru-guru agar bekerja lebih keras (sebagai contoh, pengawasan melekat, memberikan instruksi, menuntut hasil)”.

(58)

39

iklim organisasi dibangun melalui kegiatan dan mempunyai akibat atau dampak bagi organisasi.

Iklim organisasi yang berkualitas ditandai adanya suasana penuh semangat dan adanya daya hidup, memberikan kepuasan kepada anggota organisasi. Jadi iklim organisasi adalah serangkaian sifat lingkungan kerja yang dinilai langsung atau tidak langsung oleh karyawan yang dianggap menjadi kekuatan utama dalam mempengaruhi perilaku karyawan.

Iklim organisasi mengacu pada persepsi anggota organisasi terhadap lingkungan kerjanya secara umum yang dipengaruhi oleh organisasi formal, organisasi informal, kepribadian partisipan dan kepemimpinan organisasi. Faktor–faktor penting yang membentuk iklim organisasi menurut Dharma(2003:15) mencakup “resiko, ganjaran, struktur, konflik, tanggung jawab, identitas, standar, dan

komunikasi dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas – tugas tertentu “. Pengaruh interaksi iklim organisasi berhubungan secara simultan dengan struktur dan proses - proses interaksi.

(59)

40

organisasi termasuk organisasi pendidikan untuk selalu memperhatikan iklim organisasinya.

Pemimpin harus berusaha mengelola iklim organisasinya, agar dapat menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan semangat dan kegariahan kerja para pegawainya. Melalui suasana yang demikian pegawai akan merasa tenang, nyaman, tidak ada yang ditakuti dalam bekerja. Menurut Suryaman (2004:8)“Iklim organisasi bergantung pada gaya kepemimpinan manager“, hal ini

menunjukkan bahwa keberadaan kepemimpinan dengan pola perilaku serta modal kepemimpinannya sangat mempengaruhi iklim kerja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan iklim sekolah dalam penelitian ini adalah serangkaian sifat lingkungan kerja yang dinilai langsung atau tidak langsung oleh guru yang dianggap menjadi kekuatan utama dalam mempengaruhi perilaku karyawan dengan memperhatikan berbagai indikator yang mempengaruhinya, yaitu; hubungan antar guru, komitmen guru, semangat kelompok guru, rintangan pekerjaan guru, keterpercayaan, perhatian kepala sekolah, kondisi yang diciptakan kepala sekolah.

2.4 Motivasi

(60)

41

Secara etimologis, Winardi (2002:1) menjelaskan istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Diserap dalam bahasa Inggris menjadi motivation yang berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.Selanjutnya Winardi (2002:33) mengemukakan, motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Berdasarkan hal tersebut diskusi mengenai motivasi tidak bisa lepas dari konsep motif. Pada intinya dapat dikatakan bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan.

Winardi (2002:33) menjelaskan, motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar ataau dalam kondisi di bawah sadar. Motif-motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka muncul dan mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu.

(61)

42

bagaimana ia diarahkan, dan pengaruh apa menyebabkan timbulnya persistensinya dan bagaimana motivasi dapat dihentikan.

Selanjutnya Gibson dalam Winardi (2002:4) menjelaskan bahwa apabila kita mempelajari berbagai macam pandangan dan pendapat mengenai motivasi, dapat ditarik sejumlah kesimpulan (1) para teoritisi menyajikan penafsiran-penafsiran yang sedikit berbeda tentang motivasi dan mereka menitikberatkan pada faktor-faktor yang berbeda-beda, (2) motivasi berkaitan dengan perilaku dan kinerja, (3) motivasi mencakup pengarahan ke arah tujuan dan (4) dalam hal mempertimbangkan motivasi, perlu memperhatikan faktor-faktor fisiologikal, psikologikal, dan lingkungan sebagai faktor-faktor penting.

2.4.1 Teori Motivasi

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap individu dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasaarnya didorongoleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha memenuhi kebutuhannya. Seseorang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya. Berkaitan dengan hal tersebut muncul beberapa teori tentang motivasi yang akan diuraikaan di bawah ini:

(62)

43

Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi. Mc. Clelland, seorang ahli psikologi bangsa Amerika dari Universitas Hardvard, dalam teori motivasinya mengemukakan bahwa produktivitas seseorang sangat ditentukan oleh “virus

mental” yang ada pada dirinya. Menurut Mc. Clelland dalam Mangkunegara

(2010:67), virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Virus mentall yang dimaksud terdiri dari tiga dorongan kebutuhan, yaitu; 1) need of achievement (kebutuhan berprestasi), 2) need of affiliation (kebutuhan memperluas sosialisasi), 3)need of power (kebutuhan menguasai sesuatu)

Menurut teori ini seseorang yang mempunyai need of achievement tinggi selalu mempunyai pola pikir tertentu, ketika ia merencanakan untuk melaksanakan sesuatu selalu mempertimbangkan pekerjaan tersebut cukup menantang atau tidak, sehingga perlu disiapkan strategi yang akan dilaksanakan. Selain itu seseorang yang memiliki need of achievement tinggi adalah kesediaannya untuk memikul tanggungjawab sebagaai konsekuensi dari usahanya dalam mencapai tujuan.

2.4.1.2 Teori Herzberg

Teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dikenal dengan nama teori dua faktor. Berdasarkan penelitian telah dikemukakan dua kelompok faktor yang mempengaruhi seseorang dalam organisasi, yaitu motivasi sebagai faktor intrinsik dan kesehatan sebagai faktor ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya kedua faktor tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Gambar

Tabel 1.1 Guru yangBersertifikat Profesi dan Lulus UKG
Tabel 2.1 Indikator Kompetensi Guru
Gambar 2.1 Model Kinerja Individu
Gambar 2.2 Faktor  Eksternal  yang Mempengaruhi Kinerja Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol memberikan aktivitas antibakteri yang efektif pada konsentrasi 150 mg/ml terhadap bakteri

Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol memberikan aktivitas antibakteri yang efektif pada konsentrasi 150 mg/ml terhadap bakteri

Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan

Bagi Anda yang ingin berwisata tanpa mengeluarkan biaya yang mahal sepertinya Gelaran adalah salah satu pilihan yang tepat untuk anda kunjungi// Gelaran terletak di

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen.Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan

Peraturan Daerah sesuai dengan bidang tugas Peraturan Daerah sesuai dengan bidang tugas masing-masing Komisi,.

Dalam tulisan ini, penulis bereksperimen dengan mencoba menganalisis percakapan wacana publik melalui media massa antara dua tokoh politik, yakni Amien Rais dan

Aplikasi Penolakan Surat Perintah Membayar dapat menghasilkan laporan penolakan Surat Perintah Membayar yang sesuai dengan format pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan