• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB

SD NEGERI 02 TULUNG BALAK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh Fatih Istiqomah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur yang diketahui dari hasil observasi. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur pada pembelajaran tematik melalui penerapan model guided discovery learning.

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk data motivasi dan untuk data hasil belajar menggunakan tes. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kualitatif , sedangkan data hasil belajar digunakan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model guided discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur Tahun Pelalajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata motivasi siswa pada siklus I sebesar 61,58 kemudian meningkat sebesar 15,66 menjadi 77,24 pada siklus II. Sedangkan persentase motivasi belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 52,63% berada pada kategori “Kurang Sekali” kemudian meningkat sebesar 31,58% menjadi 84,21% pada siklus II dan berada pada kategori “Baik”. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 62,46 kemudian meningkat sebesar 13,77 menjadi 76,23 pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 63,16% berada pada kategori “Cukup” kemudian meningkat sebesar 21,05% menjadi 84,21% pada siklus II dan berada pada kategori “Baik”. Dengan demikian proses pembelajaran menggunakan model guided discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

(2)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

FATIH ISTIQOMAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

x Penulis dilahirkan di Metro, Provinsi Lampung pada tanggal

20 Oktober 1992, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak

Supardi dan Ibu Sutiarti. Pendidikan penulis dimulai dari TK

Dharma Wanita, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1996

dan selesai pada tahun

1998. Penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 02 Notoharjo, Kabupaten

Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah

dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA

Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis

melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(7)

MOTO

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk

tenang dan sabar”

(8)

x Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku kepada:

Ayahanda Supardi dan Ibunda Sutiarti Tercinta

Yang telah mendidik dengan penuh perjuangan, dan memberikan doa serta banyak motivasi dalam menyelesaikan studi, serta mengajarkan arti kehidupan.

Kakanda Tercinta Yudo Setiadi, Darna Setiadi dan Setyarini Wulandari Yang selalu memberikan senyum semangat untuk terus berjuang menggapai

cita-cita,terima kasih.

Keponakan Tercinta Taqi Elang Alfatih, Yasmin Taqiyya Anindita dan Fathan Pramatya

Yang selalu membuat tawa karena tingkah-tingkah lucu kalian.

Sahabat tercinta Renny Ambar Astika, Deasy Vivta Rini, Annisa Yulistia dan self;

Yang selalu membantu dan memberikan motivasi kepada

saya

(9)

x SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Penerapan Model Guided Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas IVB SD Negeri 02 Tulung

Balak Kabupaten Lampung Timur sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Mungkin dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan bahkan

kesalahan yang penulis tidak sadari. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan

program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna

syarat skripsi;

2. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan

program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat

guna syarat skripsi;

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas

Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis dan ide-ide kreatif

(10)

x bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;

5. Ibu Dr. Sowiyah, M. Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak

sekali masukan dan saran-saran yang membangun pada saat seminar;

6. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah

bersedia memberi bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Kedua sekaligus

Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberi bimbingan, saran,

kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Lapiyo Tri Sumarno, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 02 Tulung Balak,

Lampung Timur yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk

melaksanakan penelitian di SD Negeri 02 Tulung Balak;

9. Ibu Nely Lulita, S. Pd. SD, selaku Guru Kelas serta siswa-siswi kelas IV B SD

Negeri 02 Tulung Balak, Lampung Timur, yang bersedia bekerja sama dan

membantu dalam pelaksanaan penelitian;

10. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung, yang telah memberi

ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah;

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2010, yang telah sama-sama

berusaha dari awal sampai akhir;

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi calon guru khususnya dan

bagi para pembaca pada umumnya.

(11)

xi

A.Model Guided Discovery Learning ... 6

1. Model Pembelajaran ... 6

2. Model Guided Discovery Learning ... 7

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Discovery Learning. 8

4. Langkah-langkah Model Guided Discovery Learning. ... 9

(12)

xii

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 21

H.Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik ... 22

I. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik ... 23

J. Hipotesis Tindakan ... 25

b. Indikator Hasil Belajar Keterampilan Menanya ... 30

c. Indikator Kinerja Guru ... 30

d. Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Leaning ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 33

1. Analisis Kualitatif ... 33

2. Analisis Kuantitatif ... 37

G.Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 39

(13)

xiii

E. Pembahasan ... 104

1. Motivasi Belajar Siswa ... 104

2. Kinerja Guru ... 105

3. Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 105

4. Hasil Belajar Siswa... 106

a) Pengetahuan ... 106

b) Keterampilan ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

A.Kesimpulan ... 108

B.Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Indikator Kinerja Guru ... 30

1.2 Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 32

1.3 Kategori Motivasi Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai. .. 34

1.4 Kriteria Motivasi Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen ... 34

1.5 Kategori Keterampilan Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai ... 35

1.6 Kategori Nilai Keterampilan Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen ... 36

1.7 Kategori Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru ... 36

1.8 Kategori Penerapan Model Guided Discovery Learning... 37

1.9 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa ... 37

1.10 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa dalam Satuan Persen ... 38

4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 63

4.2 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 71

4.3 Rekapitulasi Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 74

4.4 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus I .. 75

4.5 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Siklus I ... 76

4.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan pada Siklus I ... 78

4.7 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 90

4.8 Rekapitulasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 92

4.9 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus II . 93

4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Siklus II ... 94

4.11 Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan Siswa Siklus II ... 95

4.12 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan II ... 98

4.13 Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I dan II ... 99

4.14 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus I dan II ... 100

4.15 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siklus I dan II ... 101

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ... 27

4.1Grafik Nilai Klasikal Motivasi Belajar Siswa ... 98

4.2Grafik Peningkatan Kinerja Guru ... 99

4.3Grafik Peningkatan Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 100

4.4Grafik Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Secara Klasikal ... 102

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan wahana bagi manusia untuk mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran baik secara formal, maupun non

formal. Dalam prosesnya pendidikan tidak hanya membekali peserta didik

dengan pengetahuan, melainkan juga keteladanan sikap. Hal ini telah

ditegaskan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 31 Ayat 3, pemerintah mengusahakan satu sistem pendidikan

nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam

undang-undang.

Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu

bangsa. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan terus selalu dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan

manusia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

(17)

menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2013/2014 diberlakukan kurikulum

baru yaitu Kurikulum 2013 secara bertahap. Pengembangan Kurikulum 2013

merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

Seorang guru harus menciptakan suatu pembelajaran yang efektif,

efisien, dan inovatif. Guru hendaknya dapat mengadakan perubahan, dari

kelas yang tidak menyenangkan menjadi kelas yang menyenangkan, yang

diharapkan dari pembelajaran yang menyenangkan tersebut, siswa

bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika siswa bersemangat

untuk belajar, maka diharapkan motivasi dan hasil belajar mereka meningkat.

SD Negeri 02 Tulung Balak merupakan salah satu dari enam SD di

kabupaten Lampung Timur yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 sejak

semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan survei dan

wawancara dengan guru kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak pada tanggal

10 Januari 2014, diperoleh informasi bahwa guru belum maksimal dalam

menerapkan model pembelajaran. Pembelajaran masih terpusat pada guru

(teacher centered), guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Motivasi siswa

dalam mengikuti pembelajaran masih rendah sehingga mengakibatkan hasil

belajar siswa rendah juga. Hal ini sejalan dengan pemikiran Hamalik (2008:

58) belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. Peneliti

memilih melakukan perbaikan pembelajaran di kelas IVB karena hasil belajar

di kelas IVB lebih rendah dibandingkan kelas IVA. Hal ini dibuktikan dengan

(18)

atau sebesar 58 % siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yaitu ≥ 66 dengan nilai rata-rata kelas yaitu 60. Sehubungan dengan

masalah tersebut, guru hendaknya mempunyai inovasi untuk mengubah cara

mengajar dalam pembelajaran tematik dengan lebih maksimal lagi dalam

menggunakan model pembelajaran.

Pada kurikulum 2013, disarankan untuk menggunakan model

pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

Model-model pembelajaran tersebut antara lain: project based learning,

problem based learning, dan discovery learning (pembelajaran penemuan),

ada dua jenis pembelajaran penemuan yaitu pembelajaran penemuan murni

(free discovery) dan pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery).

Dalam penelitian ini, peneliti memilihmenggunakan model guided discovery

learning karena model ini sangat diperlukan oleh siswa, dengan belajar

melalui penemuan terbimbing, siswa akan dibimbing oleh guru untuk

menemukan konsep dari materi yang diajarkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu melakukan

perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan

judul “Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi

dan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak

Kabupaten Lampung Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan

identifikasi masalah sebagai berikut:

(19)

2. Pola pembelajaran yang ada bersifat teacher centered

3. Rendahnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran tematik siswa kelas

IVB SD Negeri 02 Tulung Balak.

4. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dibuktikan

dengan adanya 58% siswa belum mencapai KKM pada ujian semester

ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan nilai rata-rata kelas yaitu 60.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan model guided discovery learning dapat

meningkatkan motivasi pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD

Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur ?

2. Bagaimanakah penerapan model guided discovery learning dapat

meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD

Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten LampungTimur ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan model guided

discovery learning pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 02

Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model guided discovery

learning pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 02 Tulung

(20)

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi :

1. Siswa, dapat meningkatkan pemahaman tentang materi pembelajaran

tematik sehingga berbagai keterampilan, motivasi, dan hasil belajar siswa

dapat meningkat melalui model guided discovery learning.

2. Guru Sekolah Dasar, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru

mengenai penerapan model guided discovery learning dalam pembelajaran

tematik sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau

mengembangkan kemampuan professional guru dalam menyelenggarakan

pembelajaran di kelas.

3. Kepala Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya

peningkatan hasil pembelajaran tematik.

4. Keilmuan ke SD-an, dapat memberi sumbangan yang berguna bagi

perkembangan ilmu pendidikan khususnya bidang ke SD-an dengan

model-model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Guided Discovery Learning 1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang digunakan

oleh guru yang bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan

pembelajaran. Menurut Wahab (2007: 52) model pembelajaran adalah

sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang

ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik

pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Sejalan dengan pemikiran di

atas, Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran

pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Selanjutnya Rustaman (2011: 2.17) mengungkapkan pada

pengembangan model pembelajaran menurut pandangan konstruktivis

harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa

yang mungkin diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya

harus melibatkan siswa dalam suatu kegiatan yang nyata. Berdasarkan

pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran

(22)

digunakan untuk dijadikan pedoman dalam mengajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

2. Model Guided Discovery Learning

Pengertian model Guided Discovery Learning (temuan terbimbing)

adalah satu pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa

contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut

(Eggen, 2012: 177). Bruner (dalam Widodo, 2010: 37) mengungkapkan

bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif

oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.

Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan

yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna. Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis

pembelajaran penemuan, yaitu:

Model pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan model pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (guided discovery). Model pembelajaran murni merupakan model pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. Sedangkan model pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (guided discovery) merupakan model pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) lebih banyak diterapkan dibandingkan pembelajaran penemuan murni, karena dalam pembelajaran penemuan terbimbing guru akan memberikan petunjuk kepada siswa sehingga siswa akan lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Eggen (2012: 201) selain mendorong pemahaman materi

secara mendalam dan mengembangkan pemikiran siswa, model temuan

terbimbing bisa efektif untuk meningkatkan motivasi siswa. Karena

(23)

merupakan ciri-ciri dari pelajaran saat model temuan terbimbing

digunakan, semua itu berkontribusi pada motivasi pembelajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

model guided discovery learning merupakan model pembelajaran yang

dalam pelaksanaannya siswa berfikir sendiri sehingga dapat menemukan

sebuah konsep, teori, pemecahan masalah, berdasarkan bimbingan atau

arahan dari guru.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Discovery Learning

Di dalam setiap model pembelajaran pasti ada keuntungan dan

kekurangannya, begitu juga dengan model pembelajaran guided discovery.

Menurut Marzano (dalam Markaban, 2008: 18) Kelebihan dari Model

Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut:

(a) siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan, (b) menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry

(mencari-temukan), (c) mendukung kemampuan problem solving

siswa, (d) memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (e) materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.

Sedangkan menurut Siadari (dalam Nupita, 2013: 4) keuntungan dari

model guided discovery learning, yaitu:

(a)pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru, (b) meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, (c) meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja, (d) terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.

Penemuan terbimbing membuat siswa dapat lebih mengenal sains dan

(24)

berperan aktif dalam pembelajaran sesuai dengan kemampuan

intelektualnya melalui bimbingan dari guru.

Sementara menurut Markaban (2008: 18-19) kekurangan dari model

guided discovery learning adalah sebagai berikut:

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.

Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan terbimbing.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

kelebihan model guided discovery learning adalah siswa dapat menjadi

lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan siswa dapat memiliki

kemampuan untuk membuat konsep tentang materi yang telah diajarkan,

sedangkan kekurangannya adalah dibutuhkan waktu yang relatif lama

untuk melakukan penilaian terhadap individu siswa.

4. Langkah-langkah Model Guided Discovery Learning

Di dalam proses pembelajaran diperlukan suatu langkah-langkah

pembelajaran yang tepat untuk menentukan keberhasilan model

pembelajaran tersebut. Menurut Eggen (2012: 189) langkah-langkah yang

harus dilakukan dalam menerapkan pembelajaran temuan terbimbing,

yaitu:

Fase 2: fase berujung-terbuka (open-ended phase)

(25)

a. Memberikan contoh dan meminta siswa mengenali pola-pola di dalam contoh-contoh itu.

b. Melaksanakan kelas pelajaran dalam situasi kelas-utuh, memberi siswa satu contoh dan meminta mereka mengamati dan menggambarkannya.

c. Memberikan satu contoh dan noncontoh serta meminta siswa untuk

membandingkan keduanya.

d. Memulai dengan satu noncontoh dan meminta siswa

menggambarkannya. Fase 3: Konvergen

Pada fase ini, guru membimbing para siswa agar respon mereka seragam terhadap satu tujuan belajar spesifik. Inilah fase dimana siswa secara aktual membangun pengetahuan mereka tentang konsep atau generalisasi.

Fase 4: Penutup dan Penerapan

Penutup terjadi kala siswa mampu secara lisan menyatakan

karakteristik-karakteristik dari konsep atau secara verbal

menggambarkan hubungan yang ada di dalam generalisasi. Fase 4

juga memberikan kesempatan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan mereka mengenali informasi yang tidak relevan, kemampuan yang merupakan keterampilan berpikir penting. Fase penerapan umumnya mencakup tugas di tempat duduk atau di rumah. Akan tetapi, terlepas dari pengembangan cermat konsep atau generalisasi, penerapan kerap menuntut bantuan tambahan dari guru. Memonitor secara cermat dan membahas upaya awal siswa dalam fase penerapan akan memperkuat pembelajaran dengan membantu siswa menjembatani kesenjangan antara kegiatan belajar yang dibimbing guru dan praktik mandiri.

Sedangkan menurut Markaban (2008: 17) langkah–langkah dalam

penemuan terbimbing yaitu:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang

dilakukannya.

(26)

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru

menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

Langkah-langkah dalam pembelajaran model guided discovery

learning dapat dimodifikasi untuk menunjang pembelajaran yang lebih

baik. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan modifikasi dalam

langkah-langkah pembelajaran model guided discovery learning.

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah

model guided discovery learning adalah : (1) pendahuluan, guru berusaha

untuk menarik perhatian siswa agar fokus pada pembelajaran, (2) guru

menyajikan contoh suatu konsep materi pembelajaran (3) guru menarik

perhatian siswa agar aktif bertanya (4) guru membuat pertanyaan yang

lebih spesifik untuk membimbing siswa mendapatkan sebuah konsep, dan

(5) guru membantu siswa untuk lebih memahami konsep dan menerapkan

konsep yang telah di dapat.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan. Menurut Hamalik (2008: 27) bahwa belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.

(27)

berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Dengan belajar, dapat menambah pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Komalasari (2010: 2)

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan

dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya

kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Menurut Hernawan (2007: 2) belajar adalah proses perubahan

perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan

bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam

pengetahuan, afektif (sikap), dan keterampilan.

Domain pengetahuan adalah domain pembelajaran yang berfokus pada pengetahuan dan keahlian intelektual, domain afektif terkait dengan sikap, motivasi, kesediaan berpartisipasi, menghargai apa yang sedang dipelajari dan pada akhirnya menghayati nilai-nilai itu ke dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan domain keterampilan berfokus pada menjalankan kegiatan motorik hingga satu tingkat akurasi, kelancaran, kecepatan, atau kekuatan tertentu (Eggen, 2012: 8-9).

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar

adalah proses kegiatan menambah dan mengumpulkan sejumlah

pengetahuan yang menghasilkan perubahan pemahaman, keterampilan,

dan tingkah laku.

C. Kinerja Guru

Guru merupakan salah satu pihak yang sangat berpengaruh dalam

proses pembelajaran, guru diibaratkan sebagai ujung tombak pelaksanaan

(28)

agarpembelajaran semakin berkualitas. Menurut Peraturan Pemerintah

(PP) Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 1

ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Seorang

guru harus mempunyai sejumlah kompetensi serta menguasai berbagai

aspek seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat

melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Selanjutnya, masih

sama dengan yang termuat dalam PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru

pada Pasal 3 ayat 2 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman

wawasan terhadap atau landasan kependidikan, (b) pemahaman terhadap

peserta didik, (c) pengembangan kurikulum atau silabus, (d) perancangan

pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,

(f) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) evaluasi hasil belajar, dan (h)

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian

yang: (a) beriman dan bertakwa, (b) berakhlak mulia (c) arif dan bijaksana,

(29)

(j) sportif, (k) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (l)

secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, (m) mengembangkan diri

secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi komponen untuk: (a)

berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun, (b)

menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, (c)

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta

didik, (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (e) menerapkan

prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang

sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (a) materi pelajaran secara luas

dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata

pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan (b)

konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,

yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan

pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan

(30)

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Susanto 2013: 29)

kinerja diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan, program, atau kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Lebih lanjut lagi

menurut Mangkunegara (dalam Susanto, 2013: 28) kinerja merupakan

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Kinerja seseorang berkenaan dengan hasil kerja, prestasi yang

ditunjukkan pada saat tertentu. Menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru yaitu

prestasi, hasil atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru

dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran. Dalam Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

(Permenpan) Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan

Angka Kreditnya Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa penilaian kinerja guru

adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka

pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.Berdasarkan pendapat para

ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah

kemampuan seorang guru melaksanakan pembelajaran termasuk bagaimana

mempersiapkan perangkat pembelajaran dan cara mengevaluasinya.

D. Motivasi Belajar

Motivasi sangat penting bagi diri siswa. Dengan adanya motivasi dalam diri

siswa, siswa dapat lebih bersemangat untuk belajar. Menurut Sardiman (2011:

(31)

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif’, maka terdapat tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi yakni: motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan rangsangan karena adanya tujuan.

Sedangkan motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2010:

909) Merupakan kelas kata benda yang berarti: (1) dorongan yang timbul

pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu, dan (2) usaha yang dapat menyebabkan seseorang

atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai

tujuan yang dikehendaki.

Menurut Ryan (dalam Eggen, 2012: 118) teori motivasi yang

menonjol menyimpulkan bahwa kita semua memiliki dorongan untuk merasa

kompeten, yang merupakan cara lain untuk mengatakan kita ingin merasa

pintar. Terkadang siswa berbohong atau bahkan berpura-pura untuk tidak

peduli apakah mereka pintar atau tidak, padahal sebenarnya pintar itu penting

bagi mereka. Menurut Eggen (2012: 118) mengajar berpikir adalah salah satu

cara paling efektif untuk membantu siswa merasa pintar dan alhasil

meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Semakin banyak penekanan

yang diberikan pada proses berpikir di dalam pembelajaran, semakin besar

juga motivasi yang ada pada siswa. Sedangkan menurut Fathurrohman (2010:

31) motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

(32)

lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Motivasi dapat mengarahkan siswa ke arah satu tujuan. Siswa yang

mempunyai motivasi untuk belajar memberikan kepuasan sendiri bagi guru.

Menurut Sardiman (2011: 85) fungsi motivasi dalam belajar yaitu:

(a) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (b) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, (c) menyeleksi perbuatan, yakni arah menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut

Dari beberapa pengertian tentang motivasi belajar yang telah

dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu, dalam

kaitannya dengan pembelajaran yaitu dapat mencapai tujuan pembelajaran.

E. Alat Ukur Motivasi

Dalam proses pembelajaran, motivasi sangat penting bagi siswa, jika

siswa tidak mempunyai motivasi, maka proses pembelajaran tidak akan

berjalan dengan lancar. Menurut Hanafiah (2010: 29), ada beberapa alat ukur

yang dapat digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang, yaitu sebagai

berikut:

(33)

Menurut Notoatmodjo (2005: 135) ada beberapa cara untuk mengukur

motivasi, yaitu: (a) tes proyektif, (b) kuesioner, dan (c) observasi perilaku.

Sedangkan menurut Kemendikbud (2013: 9) observasi merupakan teknik

penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan

indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan

format observasi yang berisi sejumlah indikator yang diamati. Selanjutnya

menurut Sudjana (2010: 84) melalui pengamatan/observasi dapat diketahui

bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat

partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya,

kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.

Observasi memudahkan guru untuk mengetahui tingkat motivasi

siswa dalam pembelajaran. Menurut Arifin (2011: 153) tujuan utama

observasi adalah:

(1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik) interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya terutama kecakapan sosial. Sebagaimana instrumen lain, observasi memiliki kelebihan dan kelamahan, yaitu:

a. Kelebihan observasi:

1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.

2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.

3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan observasi.

4) Tidak terikat dengan laporan pribadi.

b. Kelemahan observasi:

1) Sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca.

2) Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.

(34)

Sudjana (2010: 61) mengemukakan bahwa kriteria dalam menilai

motivasi belajar siswa yaitu: (a) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,

(b) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, (c) tanggung

jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, (d) reaksi yang

ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, (e) rasa senang dan

puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Penulis menyimpulkan bahwa motivasi dapat diukur melalui lembar

observasi dengan mengamati minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,

semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab

siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi siswa yang

ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, rasa senang

dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Indikator tersebut dapat

dimodifikasi menyesuaikan dengan kondisi siswa.

F. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang sangat penting, karena melalui

belajar, diharapkan dapat mencapai tujuan atau hasil belajar. Dengan hasil

belajar tujuan pendidikan dapat diukur apakah telah tercapai ataukah belum

tercapai. Keller (dalam Nashar, 2004: 77), memandang hasil belajar sebagai

keluaran dari berbagai masukan. Berbagai masukan tersebut menurut Keller

dapat dibedakan menjadi masukan pribadi (personal inputs) dan masukan dari

lingkungan (environment inputs).

Sedangkan menurut Kunandar (2012: 276) hasil belajar siswa adalah

hasil nilai ulangan harian siswa yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran

(35)

pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Sedangkan

menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut

Poerwanti (2009: 7.4) keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan

pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang diperoleh melalui

pengalaman-pengalaman setelah dilakukannya proses belajar.

G. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 mulai berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014.

Dalam pembelajaran tematik tidak ada lagi mata pelajaran, melainkan

menggunakan istilah tema. Menurut Trianto (2010: 70) pembelajaran

tematik adalah:

Suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2010: 79)

pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu

yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Sedangkan menurut Subroto (dalam Trianto, 2010: 82) pembelajaran

tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu

(36)

kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna bagi siswa.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model guided discovery

learning pada pembelajaran tematik tema “Cita-citaku”. Berdasarkan

pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik

adalah pembelajaran yang menggunakan tema, dalam tema tersebut berisi

materi-materi yang saling berkaitan antar pelajaran, jadi di dalam

pembelajaran tematik sudah tidak ada penggalan dalam bentuk mata

pelajaran.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pada pembelajaran tematik terdapat model-model pembelajaran yang

membuat suatu aktivitas pembelajaran itu relevan, baik aktivitas formal

maupun yang informal. Menurut Sukaryati (dalam prastowo, 2013:

149-150)

Karakteristik dari pembelajaran tematik adalah: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, (3) belajar melalui pengalaman, (4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, dan (5) sarat dengan muatan keterkaitan. Karakteristik tersebut untuk menekankan seperti apa sebenarnya pembelajaran tematik tersebut.

Pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran yang lainnya.

Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas tersendiri. Menurut

Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2010: 91)

(37)

kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

karakteristik dari pembelajaran tematik antara lain yaitu pembelajaran

yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, minat siswa, dan dalam

pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada hasil.

H. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik

Dalam pembelajaran scientific, seorang siswa harus aktif dalam

melakukan keterampilan ilmiah, bukan lagi guru yang melakukan. Menurut

Kemendikbud (2013: 9-11) pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang

mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut:

1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

2) Menanya

Guru perlu membimbing pesrta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

3) Mengumpulkan informasi/ eksperimen

(38)

4) Mengasosiasikan/mengolah informasi

Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari

keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai

kesimpulan dari pola yang ditemukan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa

yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut

disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Anak perlu dibiasakan untuk mengemukakan dan mengkomunikasikan ide, pengalaman, dan hasil belajarnya kepada orang lain (teman atau guru bahkan orang luar).

Sedangkan menurut Sudrajat (dalam www.wordpress.com, 2013)

upaya penerapan pendekatan scientific bukan hal yang aneh tetapi memang

itulah yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena

sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan

scientific adalah pendekatan yang menggiring siswa untuk aktif berpartisipasi

dalam kegiatan pembelajaran. Melalui pendekatan ini juga siswa dapat lebih

mandiri.

I. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 mulai berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014,

mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilain

Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan

penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan

berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik

secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan

(39)

objektif, akuntabel, dan informatif. Standar penilaian pendidikan disusun

untuk menjadi acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan

pemerintah pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dalam kurikulum 2013, salah satu yang ditekankan dalam kurikulum

ini adalah penilaian autentik. Menurut Kunandar (2013: 35-36), Penilaian

autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa

yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen

penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Menurut Stiggins (dalam

Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian autentik merupakan:

penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya. Dalam penilaian autentik, bukan hanya kompetensi afektif (sikap), pengetahuan (pengetahuan), keterampilan (keterampilan) yang diperhatikan, tetapi masalah input, proses, dan output siswa juga harus diperhatikan.

Penilaian input adalah penilaian yang digunakan untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa, penilaian ini biasanya menggunakan pre tes.

Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran

berlangsung. Penilaian ini biasanya menggunakan soal latihan, Pekerjaan

Rumah (PR), diskusi kelompok. Penilaian output adalah penilaian yang

dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Penilaian ini

dilakukan untuk mengetahui hasil belajar dari siswa, apakah sudah mencapai

KKM atau belum. Penilaian output ini dapat dilakukan melalui ulangan

harian, ujian tengah semester, dan juga ujian semester. Menurut Kunandar

(40)

1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil.

2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran

berlangsung.

3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.

4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus

mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.

6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian

peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas).

Menurut Kunandar (2013: 39-40) karakteristik penilaian autentik

adalah, (1) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (2) mengukur

keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, (3)

Berkesinambungan dan terintegrasi, dan (4) dapat digunakan sebagai feed

back.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

penilaian autentik adalah penilaian yang ditujukan untuk menilai apa yang

seharusnya dinilai dari siswa, baik itu proses ataupun hasil.

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan yaitu “Jika dalam pembelajaran menerapkan model guided

discovery learning dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action

Research. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus (cycle).

Penelitian Siklus ini berlangsung dua kali. Menurut Arikunto (2006: 16)

dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan

kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus

terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting).

Pada tahap awal peneliti bekerjasama dengan guru kelas IVB untuk

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah penyusunan tersebut

selesai, selanjutnya adalah menerapkan model guided discovery learning

dalam pembelajaran. Tahap selanjutnya yaitu pengamatan menggunakan

lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap

terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun

(42)

Permasalaha n

Gambar. 1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

(Sumber: Arikunto, dkk., 2006: 74)

B. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Tulung Balak. Terletak di

Desa Tulung Balak, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung

Timur.

Refleksi II pengumpulan data Pengamatan dan

(43)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2013/2014. Dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juni 2014.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas IVB SD Negeri 02

Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah 19 orang siswa

yang terdiri 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui

teknik nontes, tes, dan dokumentasi.

1. Teknik Nontes

Teknik nontes dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat

kualitatif, mengenai motivasi belajar siswa, hasil belajar keterampilan,

penerapan model guided discovery learning dan kinerja guru. Dalam

penelitian ini, guru kelas IVB tetap bertindak sebagai guru, sedangkan

peneliti bertindak sebagai observer, mengamati motivasi siswa

menggunakan lembar observasi dengan indikator yang diperhatikan yaitu

minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk

melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam

mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi siswa yang ditunjukkan

terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, rasa senang dan puas dalam

mengerjakan tugas yang diberikan. Observer juga mengamati kinerja guru

(44)

indikator yang diperhatikan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang dimiliki

oleh guru.

2. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat

kuantitatif. Tes ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

pengetahuan siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model

guided discovery learning yang diadakan setiap akhir pembelajaran di

setiap siklus yang direncanakan 3 kali kegiatan pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data nilai hasil evaluasi

belajar dan keterangan dari guru mengenai kendala yang dihadapi selama

proses pembelajaran.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah observasi, dan tes.

1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan

guru kelas yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan kinerja guru, motivasi, dan hasil belajar. Setiap indikator yang

diamati dicatat dalam lembar observasi yang telah disediakan. Adapun

instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut.

a) Indikator Motivasi Siswa

1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya

(45)

4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan

guru

5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan

(Sumber: Sudjana, 2010 : 61)

b) Indikator Hasil Belajar Keterampilan Menanya 1) Mengangkat tangan saat bertanya

2) Bertanya kepada guru untuk memperoleh informasi

3) Menggunakan bahasa yang soan dan formal saat bertanya

4) Pertanyaan terfokus pada masalah

5) Pertanyaan jelas, singkat dan mudah dimengerti

(Sumber: Kemendikbud, 2014: 61)

c) Indikator Kinerja Guru

Tabel 3.1 Indikator Kinerja Guru

No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan

pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

2 Mengajukan pertanyaan menantang.

3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema.

5 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

akan dicapai.

6 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi.

7 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.

8 Menguasai kelas.

(46)

No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik

10 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan positif (nurturant effect).

11 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

yang direncanakan.

12 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.

13 Memancing peserta didik untuk bertanya.

14 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 15 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 16 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.

17 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses

berpikir yang logis dan sistematis).

18 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

19 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar

pembelajaran.

20 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media

pembelajaran.

21 Menghasilkan pesan yang menarik.

22 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.

23 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

24 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.

25 Merespon positif partisipasi peserta didik.

26 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.

27 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

28 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam

belajar.

29 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan peserta didik

30 Memberihan tes lisan atau tulisan .

(47)

No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik

32 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan

kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

Kompetensi Kepribadian

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Kompetensi Sosial

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja

kelompok, dan melakukan observasi. Kemampuan Profesional

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan

pembelajaran.

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain

yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)

5 Menyajikan pembelajaran sesuai tema.

6 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata

pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes.

7 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen

karakteristik terpadu.

8 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan

menyenangkan.

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 310-312)

d) Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning Tabel 3.2 Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning

No Aspek yang diamati

1. Guru berusaha untuk menarik perhatian siswa agar fokus

pada

(48)

2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa

guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran

tematik melalui model guided discovery learning di kelas IVB SD Negeri

02 Tulung Balak di semester genap.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif.

a.Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukkan dinamika proses yaitu motivasi siswa, keterampilan siswa,

penerapan model guided discovery learning, dan kineja guru selama

pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan

pengamatan terhadap motivasi siswa, keterampilan siswa, penerapan model

guided discovery learning, dan kineja guru dengan menggunakan lembar

observasi.

1) Nilai motivasi setiap siswa diperoleh dengan rumus:

100

No Aspek yang diamati

2. Guru menyajikan beberapa contoh dan bukan contoh dari

suatu konsep materi pembelajaran

3. Guru menarik perhatian siswa agar aktif bertanya

4. Guru membuat pertanyaan yang spesifik untuk

membimbing siswa mendapatkan sebuah konsep

5. Guru membantu siswa untuk lebih memahami konsep dan

(49)

R = Skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2012: 102)

Tabel 3.3 Kategori Motivasi Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai.

2) Nilai persentase motivasi siswa secara klasikal diperoleh dengan

rumus:

P =

x 100

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Tabel 3.4 Kriteria Motivasi Siswa Secara Klasikal dalam Satuan

(50)

3) Nilai Keterampilan Siswa diperoleh dengan rumus:

Tabel 3.5 Kategori Keterampilan Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai

4) Nilai Keterampilan siswa secara Klasikal

(51)

Tabel 3.6 Kategori Nilai Keterampilan Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen

No Siswa yang memiliki Keterampilan (%) Arti

1 86 – 100 Sangat baik

5) Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

(Sumber: Kemendikbud, 2014: 85)

Tabel 3.7 Kategori Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru.

No Konversi

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

6) Nilai Penerapan Model Guided Discovery Learning diperoleh melalui rumus:

(Sumber: Kemendikbud, 2014: 85)

Tabel 3.8 Kategori Penerapan Model Guided Discovery Learning

(52)

No Konversi

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar

siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru

melalui model guided discovery learning.

1) Menghitung hasil belajar pengetahuan siswa secara individual

Keterangan: S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar

N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2012: 112)

Tabel 3.9 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa

(53)

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

2) Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa

Keterangan:

: Nilai rata-rata yang dicari

∑ : jumlah nilai siswa

n : banyaknya siswa

(Sumber: dari Muncarno, 2010: 15)

3) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

dengan rumus:

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Tabel 3.10 Kategori Hasil Belajar Siswa dalam Satuan Persen

No Rentang Nilai Kategori

1. 86 – 100 Sangat Baik

2. 76 – 85 Baik

3. 60 – 75 Cukup

4. 55 – 59 Kurang

5. ≤ 54 Kurang Sekali

(Sumber: Purwanto, 2012: 103)

(54)

G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian yang ditempuh adalah pengkajian berdaur siklus

yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi. Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran tematik terdiri dari

2 siklus, yaitu siklus I, dan siklus II.

1. Siklus I Pertemuan 1

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Siklus pertama peneliti merencanakan mengambil tema 7

Cita-citaku dan subtema 2 Hebatnya Cita-Cita-citaku pembelajaran ke 4.

2) Membuat perangkat pembelajaran dengan memadukan 3 mata

pelajaran, yaitu (1) Matematika dengan materi pokok tentang

jaring-jaring bangun ruang, (2) SBdP dengan materi pokok tentang

media karya kreatif, (3) IPS dengan materi pokok tentang interaksi

sosial, yang akan disampaikan selama 1 kali pertemuan atau 6 x 35

menit.

3) Menganalisis kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi

serta tujuan pembelajaran yang ada di buku guru.

4) Bersama dengan guru, peneliti menyusun RPP, LKS, media

pembelajaran, dan lembar panduan observasi (motivasi,

keterampilan, IPKG, dan penerapan model guided discovery

learning). Dalam hal ini, peneliti dan guru saling berkolaborasi

memberikan saran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan

dengan baik.

(55)

6) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar

observasi untuk mengamati motivasi, kinerja guru, penerapan

model guided discovery learning dan hasil belajar keterampilan

siswa.

7) Menyusun alat evaluasi hasil belajar pengetahuan dan pedoman

penskoran.

8) Mempersiapkan kamera untuk dokumentasi saat pembelajaran

berlangsung.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama

skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam.

b) Guru mengajak berdo’a sebelum mengawali pembelajaran agar

dalam proses belajar mendapat Ridho dari Tuhan Yang Maha

Esa.

c) Guru mengabsen siswa.

d) Guru mengondisikan siswa agar siap belajar.

e) Guru mengajak siswa untuk melakukan yel-yel agar siswa

termotivasi untuk belajar.

f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan

tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, serta

menuliskan tanggal, bulan, tahun di sudut kiri atas papan tulis

Gambar

Gambar. 1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Guru
Tabel 3.2 Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning
Tabel 3.3 Kategori Motivasi Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 3 Tempuran dan bertujuan untuk meningkatkan motivasi

penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Picture and Picture untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Siswa

yang berjudul : “ UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DI KELAS V SEMESTER II SD NEGERI POHIJO 02

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada tema 6 subtema 2 kelas VI SD Negeri 02 Trucuk Klaten dengan strategi pembelajaran

Data Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Tata Cara Menyikat Gigi Dengan Benar Pada Siswa/I Kelas IVB Di SD Negeri Baru 08 Pagi Jakarta Timur bahwa dari 30

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan keterampilan eksperimen pada siswa kelas IVB SD Negeri

Mengoptimalkan Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Tema ‘Makananku Sehat Dan Bergizi’ Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negeri Getasan Kecamatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan metode Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar tematik pada siswa kelas 4B SD Negeri