ABSTRAK
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB
SD NEGERI 02 TULUNG BALAK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh Fatih Istiqomah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur yang diketahui dari hasil observasi. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur pada pembelajaran tematik melalui penerapan model guided discovery learning.
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk data motivasi dan untuk data hasil belajar menggunakan tes. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kualitatif , sedangkan data hasil belajar digunakan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model guided discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Lampung Timur Tahun Pelalajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata motivasi siswa pada siklus I sebesar 61,58 kemudian meningkat sebesar 15,66 menjadi 77,24 pada siklus II. Sedangkan persentase motivasi belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 52,63% berada pada kategori “Kurang Sekali” kemudian meningkat sebesar 31,58% menjadi 84,21% pada siklus II dan berada pada kategori “Baik”. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 62,46 kemudian meningkat sebesar 13,77 menjadi 76,23 pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 63,16% berada pada kategori “Cukup” kemudian meningkat sebesar 21,05% menjadi 84,21% pada siklus II dan berada pada kategori “Baik”. Dengan demikian proses pembelajaran menggunakan model guided discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA KELAS IVB SD NEGERI 02 TULUNG BALAK
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
FATIH ISTIQOMAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
x Penulis dilahirkan di Metro, Provinsi Lampung pada tanggal
20 Oktober 1992, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak
Supardi dan Ibu Sutiarti. Pendidikan penulis dimulai dari TK
Dharma Wanita, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1996
dan selesai pada tahun
1998. Penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 02 Notoharjo, Kabupaten
Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah
dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis
melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MOTO
“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk
tenang dan sabar”
x Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku kepada:
Ayahanda Supardi dan Ibunda Sutiarti Tercinta
Yang telah mendidik dengan penuh perjuangan, dan memberikan doa serta banyak motivasi dalam menyelesaikan studi, serta mengajarkan arti kehidupan.
Kakanda Tercinta Yudo Setiadi, Darna Setiadi dan Setyarini Wulandari Yang selalu memberikan senyum semangat untuk terus berjuang menggapai
cita-cita,terima kasih.
Keponakan Tercinta Taqi Elang Alfatih, Yasmin Taqiyya Anindita dan Fathan Pramatya
Yang selalu membuat tawa karena tingkah-tingkah lucu kalian.
Sahabat tercinta Renny Ambar Astika, Deasy Vivta Rini, Annisa Yulistia dan self;
Yang selalu membantu dan memberikan motivasi kepada
saya
x SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Penerapan Model Guided Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas IVB SD Negeri 02 Tulung
Balak Kabupaten Lampung Timur sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Mungkin dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan bahkan
kesalahan yang penulis tidak sadari. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan
program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna
syarat skripsi;
2. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan
program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat
guna syarat skripsi;
3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas
Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis dan ide-ide kreatif
x bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;
5. Ibu Dr. Sowiyah, M. Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak
sekali masukan dan saran-saran yang membangun pada saat seminar;
6. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah
bersedia memberi bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
7. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Kedua sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberi bimbingan, saran,
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
8. Bapak Lapiyo Tri Sumarno, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 02 Tulung Balak,
Lampung Timur yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk
melaksanakan penelitian di SD Negeri 02 Tulung Balak;
9. Ibu Nely Lulita, S. Pd. SD, selaku Guru Kelas serta siswa-siswi kelas IV B SD
Negeri 02 Tulung Balak, Lampung Timur, yang bersedia bekerja sama dan
membantu dalam pelaksanaan penelitian;
10. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung, yang telah memberi
ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah;
11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2010, yang telah sama-sama
berusaha dari awal sampai akhir;
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi calon guru khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya.
xi
A.Model Guided Discovery Learning ... 6
1. Model Pembelajaran ... 6
2. Model Guided Discovery Learning ... 7
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Discovery Learning. 8
4. Langkah-langkah Model Guided Discovery Learning. ... 9
xii
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 21
H.Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik ... 22
I. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik ... 23
J. Hipotesis Tindakan ... 25
b. Indikator Hasil Belajar Keterampilan Menanya ... 30
c. Indikator Kinerja Guru ... 30
d. Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Leaning ... 32
F. Teknik Analisis Data ... 33
1. Analisis Kualitatif ... 33
2. Analisis Kuantitatif ... 37
G.Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 39
xiii
E. Pembahasan ... 104
1. Motivasi Belajar Siswa ... 104
2. Kinerja Guru ... 105
3. Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 105
4. Hasil Belajar Siswa... 106
a) Pengetahuan ... 106
b) Keterampilan ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108
A.Kesimpulan ... 108
B.Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Indikator Kinerja Guru ... 30
1.2 Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 32
1.3 Kategori Motivasi Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai. .. 34
1.4 Kriteria Motivasi Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen ... 34
1.5 Kategori Keterampilan Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai ... 35
1.6 Kategori Nilai Keterampilan Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen ... 36
1.7 Kategori Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru ... 36
1.8 Kategori Penerapan Model Guided Discovery Learning... 37
1.9 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa ... 37
1.10 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa dalam Satuan Persen ... 38
4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 63
4.2 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 71
4.3 Rekapitulasi Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 74
4.4 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus I .. 75
4.5 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Siklus I ... 76
4.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan pada Siklus I ... 78
4.7 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 90
4.8 Rekapitulasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 92
4.9 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus II . 93
4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Siklus II ... 94
4.11 Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan Siswa Siklus II ... 95
4.12 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan II ... 98
4.13 Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I dan II ... 99
4.14 Rekapitulasi Penerapan Model Guided Discovery Learning Siklus I dan II ... 100
4.15 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siklus I dan II ... 101
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ... 27
4.1Grafik Nilai Klasikal Motivasi Belajar Siswa ... 98
4.2Grafik Peningkatan Kinerja Guru ... 99
4.3Grafik Peningkatan Penerapan Model Guided Discovery Learning ... 100
4.4Grafik Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Secara Klasikal ... 102
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan wahana bagi manusia untuk mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran baik secara formal, maupun non
formal. Dalam prosesnya pendidikan tidak hanya membekali peserta didik
dengan pengetahuan, melainkan juga keteladanan sikap. Hal ini telah
ditegaskan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 31 Ayat 3, pemerintah mengusahakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam
undang-undang.
Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu
bangsa. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan terus selalu dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan
manusia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2013/2014 diberlakukan kurikulum
baru yaitu Kurikulum 2013 secara bertahap. Pengembangan Kurikulum 2013
merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Seorang guru harus menciptakan suatu pembelajaran yang efektif,
efisien, dan inovatif. Guru hendaknya dapat mengadakan perubahan, dari
kelas yang tidak menyenangkan menjadi kelas yang menyenangkan, yang
diharapkan dari pembelajaran yang menyenangkan tersebut, siswa
bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika siswa bersemangat
untuk belajar, maka diharapkan motivasi dan hasil belajar mereka meningkat.
SD Negeri 02 Tulung Balak merupakan salah satu dari enam SD di
kabupaten Lampung Timur yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 sejak
semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan survei dan
wawancara dengan guru kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak pada tanggal
10 Januari 2014, diperoleh informasi bahwa guru belum maksimal dalam
menerapkan model pembelajaran. Pembelajaran masih terpusat pada guru
(teacher centered), guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran masih rendah sehingga mengakibatkan hasil
belajar siswa rendah juga. Hal ini sejalan dengan pemikiran Hamalik (2008:
58) belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. Peneliti
memilih melakukan perbaikan pembelajaran di kelas IVB karena hasil belajar
di kelas IVB lebih rendah dibandingkan kelas IVA. Hal ini dibuktikan dengan
atau sebesar 58 % siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu ≥ 66 dengan nilai rata-rata kelas yaitu 60. Sehubungan dengan
masalah tersebut, guru hendaknya mempunyai inovasi untuk mengubah cara
mengajar dalam pembelajaran tematik dengan lebih maksimal lagi dalam
menggunakan model pembelajaran.
Pada kurikulum 2013, disarankan untuk menggunakan model
pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Model-model pembelajaran tersebut antara lain: project based learning,
problem based learning, dan discovery learning (pembelajaran penemuan),
ada dua jenis pembelajaran penemuan yaitu pembelajaran penemuan murni
(free discovery) dan pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery).
Dalam penelitian ini, peneliti memilihmenggunakan model guided discovery
learning karena model ini sangat diperlukan oleh siswa, dengan belajar
melalui penemuan terbimbing, siswa akan dibimbing oleh guru untuk
menemukan konsep dari materi yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu melakukan
perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan
judul “Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IVB SD Negeri 02 Tulung Balak
Kabupaten Lampung Timur”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan
identifikasi masalah sebagai berikut:
2. Pola pembelajaran yang ada bersifat teacher centered
3. Rendahnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran tematik siswa kelas
IVB SD Negeri 02 Tulung Balak.
4. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dibuktikan
dengan adanya 58% siswa belum mencapai KKM pada ujian semester
ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan nilai rata-rata kelas yaitu 60.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan model guided discovery learning dapat
meningkatkan motivasi pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD
Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur ?
2. Bagaimanakah penerapan model guided discovery learning dapat
meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas IVB SD
Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten LampungTimur ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan model guided
discovery learning pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 02
Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model guided discovery
learning pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 02 Tulung
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi :
1. Siswa, dapat meningkatkan pemahaman tentang materi pembelajaran
tematik sehingga berbagai keterampilan, motivasi, dan hasil belajar siswa
dapat meningkat melalui model guided discovery learning.
2. Guru Sekolah Dasar, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru
mengenai penerapan model guided discovery learning dalam pembelajaran
tematik sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau
mengembangkan kemampuan professional guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran di kelas.
3. Kepala Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya
peningkatan hasil pembelajaran tematik.
4. Keilmuan ke SD-an, dapat memberi sumbangan yang berguna bagi
perkembangan ilmu pendidikan khususnya bidang ke SD-an dengan
model-model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Guided Discovery Learning 1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang digunakan
oleh guru yang bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Wahab (2007: 52) model pembelajaran adalah
sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang
ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik
pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Sejalan dengan pemikiran di
atas, Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran
pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Selanjutnya Rustaman (2011: 2.17) mengungkapkan pada
pengembangan model pembelajaran menurut pandangan konstruktivis
harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa
yang mungkin diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya
harus melibatkan siswa dalam suatu kegiatan yang nyata. Berdasarkan
pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran
digunakan untuk dijadikan pedoman dalam mengajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2. Model Guided Discovery Learning
Pengertian model Guided Discovery Learning (temuan terbimbing)
adalah satu pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa
contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut
(Eggen, 2012: 177). Bruner (dalam Widodo, 2010: 37) mengungkapkan
bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif
oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan
yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis
pembelajaran penemuan, yaitu:
Model pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan model pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (guided discovery). Model pembelajaran murni merupakan model pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. Sedangkan model pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (guided discovery) merupakan model pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) lebih banyak diterapkan dibandingkan pembelajaran penemuan murni, karena dalam pembelajaran penemuan terbimbing guru akan memberikan petunjuk kepada siswa sehingga siswa akan lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Eggen (2012: 201) selain mendorong pemahaman materi
secara mendalam dan mengembangkan pemikiran siswa, model temuan
terbimbing bisa efektif untuk meningkatkan motivasi siswa. Karena
merupakan ciri-ciri dari pelajaran saat model temuan terbimbing
digunakan, semua itu berkontribusi pada motivasi pembelajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
model guided discovery learning merupakan model pembelajaran yang
dalam pelaksanaannya siswa berfikir sendiri sehingga dapat menemukan
sebuah konsep, teori, pemecahan masalah, berdasarkan bimbingan atau
arahan dari guru.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Discovery Learning
Di dalam setiap model pembelajaran pasti ada keuntungan dan
kekurangannya, begitu juga dengan model pembelajaran guided discovery.
Menurut Marzano (dalam Markaban, 2008: 18) Kelebihan dari Model
Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut:
(a) siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan, (b) menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry
(mencari-temukan), (c) mendukung kemampuan problem solving
siswa, (d) memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (e) materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.
Sedangkan menurut Siadari (dalam Nupita, 2013: 4) keuntungan dari
model guided discovery learning, yaitu:
(a)pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru, (b) meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, (c) meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja, (d) terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.
Penemuan terbimbing membuat siswa dapat lebih mengenal sains dan
berperan aktif dalam pembelajaran sesuai dengan kemampuan
intelektualnya melalui bimbingan dari guru.
Sementara menurut Markaban (2008: 18-19) kekurangan dari model
guided discovery learning adalah sebagai berikut:
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.
Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan terbimbing.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
kelebihan model guided discovery learning adalah siswa dapat menjadi
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan siswa dapat memiliki
kemampuan untuk membuat konsep tentang materi yang telah diajarkan,
sedangkan kekurangannya adalah dibutuhkan waktu yang relatif lama
untuk melakukan penilaian terhadap individu siswa.
4. Langkah-langkah Model Guided Discovery Learning
Di dalam proses pembelajaran diperlukan suatu langkah-langkah
pembelajaran yang tepat untuk menentukan keberhasilan model
pembelajaran tersebut. Menurut Eggen (2012: 189) langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam menerapkan pembelajaran temuan terbimbing,
yaitu:
Fase 2: fase berujung-terbuka (open-ended phase)
a. Memberikan contoh dan meminta siswa mengenali pola-pola di dalam contoh-contoh itu.
b. Melaksanakan kelas pelajaran dalam situasi kelas-utuh, memberi siswa satu contoh dan meminta mereka mengamati dan menggambarkannya.
c. Memberikan satu contoh dan noncontoh serta meminta siswa untuk
membandingkan keduanya.
d. Memulai dengan satu noncontoh dan meminta siswa
menggambarkannya. Fase 3: Konvergen
Pada fase ini, guru membimbing para siswa agar respon mereka seragam terhadap satu tujuan belajar spesifik. Inilah fase dimana siswa secara aktual membangun pengetahuan mereka tentang konsep atau generalisasi.
Fase 4: Penutup dan Penerapan
Penutup terjadi kala siswa mampu secara lisan menyatakan
karakteristik-karakteristik dari konsep atau secara verbal
menggambarkan hubungan yang ada di dalam generalisasi. Fase 4
juga memberikan kesempatan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan mereka mengenali informasi yang tidak relevan, kemampuan yang merupakan keterampilan berpikir penting. Fase penerapan umumnya mencakup tugas di tempat duduk atau di rumah. Akan tetapi, terlepas dari pengembangan cermat konsep atau generalisasi, penerapan kerap menuntut bantuan tambahan dari guru. Memonitor secara cermat dan membahas upaya awal siswa dalam fase penerapan akan memperkuat pembelajaran dengan membantu siswa menjembatani kesenjangan antara kegiatan belajar yang dibimbing guru dan praktik mandiri.
Sedangkan menurut Markaban (2008: 17) langkah–langkah dalam
penemuan terbimbing yaitu:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
Langkah-langkah dalam pembelajaran model guided discovery
learning dapat dimodifikasi untuk menunjang pembelajaran yang lebih
baik. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan modifikasi dalam
langkah-langkah pembelajaran model guided discovery learning.
Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah
model guided discovery learning adalah : (1) pendahuluan, guru berusaha
untuk menarik perhatian siswa agar fokus pada pembelajaran, (2) guru
menyajikan contoh suatu konsep materi pembelajaran (3) guru menarik
perhatian siswa agar aktif bertanya (4) guru membuat pertanyaan yang
lebih spesifik untuk membimbing siswa mendapatkan sebuah konsep, dan
(5) guru membantu siswa untuk lebih memahami konsep dan menerapkan
konsep yang telah di dapat.
B. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Menurut Hamalik (2008: 27) bahwa belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Dengan belajar, dapat menambah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Komalasari (2010: 2)
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan
dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya
kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.
Menurut Hernawan (2007: 2) belajar adalah proses perubahan
perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan
bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam
pengetahuan, afektif (sikap), dan keterampilan.
Domain pengetahuan adalah domain pembelajaran yang berfokus pada pengetahuan dan keahlian intelektual, domain afektif terkait dengan sikap, motivasi, kesediaan berpartisipasi, menghargai apa yang sedang dipelajari dan pada akhirnya menghayati nilai-nilai itu ke dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan domain keterampilan berfokus pada menjalankan kegiatan motorik hingga satu tingkat akurasi, kelancaran, kecepatan, atau kekuatan tertentu (Eggen, 2012: 8-9).
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar
adalah proses kegiatan menambah dan mengumpulkan sejumlah
pengetahuan yang menghasilkan perubahan pemahaman, keterampilan,
dan tingkah laku.
C. Kinerja Guru
Guru merupakan salah satu pihak yang sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran, guru diibaratkan sebagai ujung tombak pelaksanaan
agarpembelajaran semakin berkualitas. Menurut Peraturan Pemerintah
(PP) Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 1
ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Seorang
guru harus mempunyai sejumlah kompetensi serta menguasai berbagai
aspek seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Selanjutnya, masih
sama dengan yang termuat dalam PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru
pada Pasal 3 ayat 2 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman
wawasan terhadap atau landasan kependidikan, (b) pemahaman terhadap
peserta didik, (c) pengembangan kurikulum atau silabus, (d) perancangan
pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
(f) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) evaluasi hasil belajar, dan (h)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian
yang: (a) beriman dan bertakwa, (b) berakhlak mulia (c) arif dan bijaksana,
(j) sportif, (k) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (l)
secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, (m) mengembangkan diri
secara mandiri dan berkelanjutan.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi komponen untuk: (a)
berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun, (b)
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, (c)
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik, (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (e) menerapkan
prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang
sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (a) materi pelajaran secara luas
dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan (b)
konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Susanto 2013: 29)
kinerja diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan, program, atau kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Lebih lanjut lagi
menurut Mangkunegara (dalam Susanto, 2013: 28) kinerja merupakan
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Kinerja seseorang berkenaan dengan hasil kerja, prestasi yang
ditunjukkan pada saat tertentu. Menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru yaitu
prestasi, hasil atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru
dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran. Dalam Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Permenpan) Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa penilaian kinerja guru
adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.Berdasarkan pendapat para
ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah
kemampuan seorang guru melaksanakan pembelajaran termasuk bagaimana
mempersiapkan perangkat pembelajaran dan cara mengevaluasinya.
D. Motivasi Belajar
Motivasi sangat penting bagi diri siswa. Dengan adanya motivasi dalam diri
siswa, siswa dapat lebih bersemangat untuk belajar. Menurut Sardiman (2011:
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif’, maka terdapat tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi yakni: motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan rangsangan karena adanya tujuan.
Sedangkan motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2010:
909) Merupakan kelas kata benda yang berarti: (1) dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu, dan (2) usaha yang dapat menyebabkan seseorang
atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai
tujuan yang dikehendaki.
Menurut Ryan (dalam Eggen, 2012: 118) teori motivasi yang
menonjol menyimpulkan bahwa kita semua memiliki dorongan untuk merasa
kompeten, yang merupakan cara lain untuk mengatakan kita ingin merasa
pintar. Terkadang siswa berbohong atau bahkan berpura-pura untuk tidak
peduli apakah mereka pintar atau tidak, padahal sebenarnya pintar itu penting
bagi mereka. Menurut Eggen (2012: 118) mengajar berpikir adalah salah satu
cara paling efektif untuk membantu siswa merasa pintar dan alhasil
meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Semakin banyak penekanan
yang diberikan pada proses berpikir di dalam pembelajaran, semakin besar
juga motivasi yang ada pada siswa. Sedangkan menurut Fathurrohman (2010:
31) motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Motivasi dapat mengarahkan siswa ke arah satu tujuan. Siswa yang
mempunyai motivasi untuk belajar memberikan kepuasan sendiri bagi guru.
Menurut Sardiman (2011: 85) fungsi motivasi dalam belajar yaitu:
(a) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (b) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, (c) menyeleksi perbuatan, yakni arah menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut
Dari beberapa pengertian tentang motivasi belajar yang telah
dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu, dalam
kaitannya dengan pembelajaran yaitu dapat mencapai tujuan pembelajaran.
E. Alat Ukur Motivasi
Dalam proses pembelajaran, motivasi sangat penting bagi siswa, jika
siswa tidak mempunyai motivasi, maka proses pembelajaran tidak akan
berjalan dengan lancar. Menurut Hanafiah (2010: 29), ada beberapa alat ukur
yang dapat digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang, yaitu sebagai
berikut:
Menurut Notoatmodjo (2005: 135) ada beberapa cara untuk mengukur
motivasi, yaitu: (a) tes proyektif, (b) kuesioner, dan (c) observasi perilaku.
Sedangkan menurut Kemendikbud (2013: 9) observasi merupakan teknik
penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
format observasi yang berisi sejumlah indikator yang diamati. Selanjutnya
menurut Sudjana (2010: 84) melalui pengamatan/observasi dapat diketahui
bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat
partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya,
kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.
Observasi memudahkan guru untuk mengetahui tingkat motivasi
siswa dalam pembelajaran. Menurut Arifin (2011: 153) tujuan utama
observasi adalah:
(1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik) interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya terutama kecakapan sosial. Sebagaimana instrumen lain, observasi memiliki kelebihan dan kelamahan, yaitu:
a. Kelebihan observasi:
1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan observasi.
4) Tidak terikat dengan laporan pribadi.
b. Kelemahan observasi:
1) Sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca.
2) Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
Sudjana (2010: 61) mengemukakan bahwa kriteria dalam menilai
motivasi belajar siswa yaitu: (a) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
(b) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, (c) tanggung
jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, (d) reaksi yang
ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, (e) rasa senang dan
puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Penulis menyimpulkan bahwa motivasi dapat diukur melalui lembar
observasi dengan mengamati minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab
siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi siswa yang
ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, rasa senang
dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Indikator tersebut dapat
dimodifikasi menyesuaikan dengan kondisi siswa.
F. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang sangat penting, karena melalui
belajar, diharapkan dapat mencapai tujuan atau hasil belajar. Dengan hasil
belajar tujuan pendidikan dapat diukur apakah telah tercapai ataukah belum
tercapai. Keller (dalam Nashar, 2004: 77), memandang hasil belajar sebagai
keluaran dari berbagai masukan. Berbagai masukan tersebut menurut Keller
dapat dibedakan menjadi masukan pribadi (personal inputs) dan masukan dari
lingkungan (environment inputs).
Sedangkan menurut Kunandar (2012: 276) hasil belajar siswa adalah
hasil nilai ulangan harian siswa yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran
pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Sedangkan
menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut
Poerwanti (2009: 7.4) keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan
pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang diperoleh melalui
pengalaman-pengalaman setelah dilakukannya proses belajar.
G. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013 mulai berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014.
Dalam pembelajaran tematik tidak ada lagi mata pelajaran, melainkan
menggunakan istilah tema. Menurut Trianto (2010: 70) pembelajaran
tematik adalah:
Suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2010: 79)
pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Sedangkan menurut Subroto (dalam Trianto, 2010: 82) pembelajaran
tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu
kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna bagi siswa.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model guided discovery
learning pada pembelajaran tematik tema “Cita-citaku”. Berdasarkan
pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang menggunakan tema, dalam tema tersebut berisi
materi-materi yang saling berkaitan antar pelajaran, jadi di dalam
pembelajaran tematik sudah tidak ada penggalan dalam bentuk mata
pelajaran.
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pada pembelajaran tematik terdapat model-model pembelajaran yang
membuat suatu aktivitas pembelajaran itu relevan, baik aktivitas formal
maupun yang informal. Menurut Sukaryati (dalam prastowo, 2013:
149-150)
Karakteristik dari pembelajaran tematik adalah: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, (3) belajar melalui pengalaman, (4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, dan (5) sarat dengan muatan keterkaitan. Karakteristik tersebut untuk menekankan seperti apa sebenarnya pembelajaran tematik tersebut.
Pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran yang lainnya.
Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas tersendiri. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2010: 91)
kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
karakteristik dari pembelajaran tematik antara lain yaitu pembelajaran
yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, minat siswa, dan dalam
pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada hasil.
H. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik
Dalam pembelajaran scientific, seorang siswa harus aktif dalam
melakukan keterampilan ilmiah, bukan lagi guru yang melakukan. Menurut
Kemendikbud (2013: 9-11) pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang
mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut:
1) Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
2) Menanya
Guru perlu membimbing pesrta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
3) Mengumpulkan informasi/ eksperimen
4) Mengasosiasikan/mengolah informasi
Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan.
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Anak perlu dibiasakan untuk mengemukakan dan mengkomunikasikan ide, pengalaman, dan hasil belajarnya kepada orang lain (teman atau guru bahkan orang luar).
Sedangkan menurut Sudrajat (dalam www.wordpress.com, 2013)
upaya penerapan pendekatan scientific bukan hal yang aneh tetapi memang
itulah yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena
sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah
Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan
scientific adalah pendekatan yang menggiring siswa untuk aktif berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran. Melalui pendekatan ini juga siswa dapat lebih
mandiri.
I. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013 mulai berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014,
mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilain
Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan
penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik
secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan
objektif, akuntabel, dan informatif. Standar penilaian pendidikan disusun
untuk menjadi acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dalam kurikulum 2013, salah satu yang ditekankan dalam kurikulum
ini adalah penilaian autentik. Menurut Kunandar (2013: 35-36), Penilaian
autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa
yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen
penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Menurut Stiggins (dalam
Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian autentik merupakan:
penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya. Dalam penilaian autentik, bukan hanya kompetensi afektif (sikap), pengetahuan (pengetahuan), keterampilan (keterampilan) yang diperhatikan, tetapi masalah input, proses, dan output siswa juga harus diperhatikan.
Penilaian input adalah penilaian yang digunakan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa, penilaian ini biasanya menggunakan pre tes.
Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran
berlangsung. Penilaian ini biasanya menggunakan soal latihan, Pekerjaan
Rumah (PR), diskusi kelompok. Penilaian output adalah penilaian yang
dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui hasil belajar dari siswa, apakah sudah mencapai
KKM atau belum. Penilaian output ini dapat dilakukan melalui ulangan
harian, ujian tengah semester, dan juga ujian semester. Menurut Kunandar
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus
mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.
6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian
peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas).
Menurut Kunandar (2013: 39-40) karakteristik penilaian autentik
adalah, (1) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (2) mengukur
keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, (3)
Berkesinambungan dan terintegrasi, dan (4) dapat digunakan sebagai feed
back.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
penilaian autentik adalah penilaian yang ditujukan untuk menilai apa yang
seharusnya dinilai dari siswa, baik itu proses ataupun hasil.
J. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan yaitu “Jika dalam pembelajaran menerapkan model guided
discovery learning dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 02
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action
Research. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus (cycle).
Penelitian Siklus ini berlangsung dua kali. Menurut Arikunto (2006: 16)
dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan
kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus
terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting).
Pada tahap awal peneliti bekerjasama dengan guru kelas IVB untuk
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah penyusunan tersebut
selesai, selanjutnya adalah menerapkan model guided discovery learning
dalam pembelajaran. Tahap selanjutnya yaitu pengamatan menggunakan
lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap
terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun
Permasalaha n
Gambar. 1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Arikunto, dkk., 2006: 74)
B. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Tulung Balak. Terletak di
Desa Tulung Balak, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung
Timur.
Refleksi II pengumpulan data Pengamatan dan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2013/2014. Dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juni 2014.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas IVB SD Negeri 02
Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah 19 orang siswa
yang terdiri 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui
teknik nontes, tes, dan dokumentasi.
1. Teknik Nontes
Teknik nontes dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat
kualitatif, mengenai motivasi belajar siswa, hasil belajar keterampilan,
penerapan model guided discovery learning dan kinerja guru. Dalam
penelitian ini, guru kelas IVB tetap bertindak sebagai guru, sedangkan
peneliti bertindak sebagai observer, mengamati motivasi siswa
menggunakan lembar observasi dengan indikator yang diperhatikan yaitu
minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk
melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi siswa yang ditunjukkan
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, rasa senang dan puas dalam
mengerjakan tugas yang diberikan. Observer juga mengamati kinerja guru
indikator yang diperhatikan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang dimiliki
oleh guru.
2. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat
kuantitatif. Tes ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
pengetahuan siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model
guided discovery learning yang diadakan setiap akhir pembelajaran di
setiap siklus yang direncanakan 3 kali kegiatan pembelajaran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data nilai hasil evaluasi
belajar dan keterangan dari guru mengenai kendala yang dihadapi selama
proses pembelajaran.
E. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah observasi, dan tes.
1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan
guru kelas yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan kinerja guru, motivasi, dan hasil belajar. Setiap indikator yang
diamati dicatat dalam lembar observasi yang telah disediakan. Adapun
instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut.
a) Indikator Motivasi Siswa
1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan
guru
5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan
(Sumber: Sudjana, 2010 : 61)
b) Indikator Hasil Belajar Keterampilan Menanya 1) Mengangkat tangan saat bertanya
2) Bertanya kepada guru untuk memperoleh informasi
3) Menggunakan bahasa yang soan dan formal saat bertanya
4) Pertanyaan terfokus pada masalah
5) Pertanyaan jelas, singkat dan mudah dimengerti
(Sumber: Kemendikbud, 2014: 61)
c) Indikator Kinerja Guru
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Guru
No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik
1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.
2 Mengajukan pertanyaan menantang.
3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.
4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema.
5 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
6 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
7 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
8 Menguasai kelas.
No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik
10 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (nurturant effect).
11 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan.
12 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
13 Memancing peserta didik untuk bertanya.
14 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 15 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 16 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.
17 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses
berpikir yang logis dan sistematis).
18 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.
19 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar
pembelajaran.
20 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran.
21 Menghasilkan pesan yang menarik.
22 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.
23 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.
24 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.
25 Merespon positif partisipasi peserta didik.
26 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.
27 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
28 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam
belajar.
29 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik
30 Memberihan tes lisan atau tulisan .
No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Pedagogik
32 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan
kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.
Kompetensi Kepribadian
1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
Kompetensi Sosial
1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.
2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja
kelompok, dan melakukan observasi. Kemampuan Profesional
1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan
pembelajaran.
2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.
3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.
4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)
5 Menyajikan pembelajaran sesuai tema.
6 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata
pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes.
7 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen
karakteristik terpadu.
8 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan
menyenangkan.
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 310-312)
d) Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning Tabel 3.2 Indikator Penilaian Penerapan Model Guided Discovery Learning
No Aspek yang diamati
1. Guru berusaha untuk menarik perhatian siswa agar fokus
pada
2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa
guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik melalui model guided discovery learning di kelas IVB SD Negeri
02 Tulung Balak di semester genap.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif.
a.Analisis kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang
menunjukkan dinamika proses yaitu motivasi siswa, keterampilan siswa,
penerapan model guided discovery learning, dan kineja guru selama
pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan
pengamatan terhadap motivasi siswa, keterampilan siswa, penerapan model
guided discovery learning, dan kineja guru dengan menggunakan lembar
observasi.
1) Nilai motivasi setiap siswa diperoleh dengan rumus:
100
No Aspek yang diamati
2. Guru menyajikan beberapa contoh dan bukan contoh dari
suatu konsep materi pembelajaran
3. Guru menarik perhatian siswa agar aktif bertanya
4. Guru membuat pertanyaan yang spesifik untuk
membimbing siswa mendapatkan sebuah konsep
5. Guru membantu siswa untuk lebih memahami konsep dan
R = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2012: 102)
Tabel 3.3 Kategori Motivasi Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai.
2) Nilai persentase motivasi siswa secara klasikal diperoleh dengan
rumus:
P =
x 100
(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)
Tabel 3.4 Kriteria Motivasi Siswa Secara Klasikal dalam Satuan
3) Nilai Keterampilan Siswa diperoleh dengan rumus:
Tabel 3.5 Kategori Keterampilan Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai
4) Nilai Keterampilan siswa secara Klasikal
Tabel 3.6 Kategori Nilai Keterampilan Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen
No Siswa yang memiliki Keterampilan (%) Arti
1 86 – 100 Sangat baik
5) Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:
(Sumber: Kemendikbud, 2014: 85)
Tabel 3.7 Kategori Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru.
No Konversi
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)
6) Nilai Penerapan Model Guided Discovery Learning diperoleh melalui rumus:
(Sumber: Kemendikbud, 2014: 85)
Tabel 3.8 Kategori Penerapan Model Guided Discovery Learning
No Konversi
Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar
siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru
melalui model guided discovery learning.
1) Menghitung hasil belajar pengetahuan siswa secara individual
Keterangan: S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor/item yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari tes
100 = Bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2012: 112)
Tabel 3.9 Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Siswa
∑ �
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)
2) Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa
Keterangan:
: Nilai rata-rata yang dicari
∑ : jumlah nilai siswa
n : banyaknya siswa
(Sumber: dari Muncarno, 2010: 15)
3) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal
dengan rumus:
(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)
Tabel 3.10 Kategori Hasil Belajar Siswa dalam Satuan Persen
No Rentang Nilai Kategori
1. 86 – 100 Sangat Baik
2. 76 – 85 Baik
3. 60 – 75 Cukup
4. 55 – 59 Kurang
5. ≤ 54 Kurang Sekali
(Sumber: Purwanto, 2012: 103)
G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian yang ditempuh adalah pengkajian berdaur siklus
yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran tematik terdiri dari
2 siklus, yaitu siklus I, dan siklus II.
1. Siklus I Pertemuan 1
a. Tahap Perencanaan (Planning)
1) Siklus pertama peneliti merencanakan mengambil tema 7
Cita-citaku dan subtema 2 Hebatnya Cita-Cita-citaku pembelajaran ke 4.
2) Membuat perangkat pembelajaran dengan memadukan 3 mata
pelajaran, yaitu (1) Matematika dengan materi pokok tentang
jaring-jaring bangun ruang, (2) SBdP dengan materi pokok tentang
media karya kreatif, (3) IPS dengan materi pokok tentang interaksi
sosial, yang akan disampaikan selama 1 kali pertemuan atau 6 x 35
menit.
3) Menganalisis kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi
serta tujuan pembelajaran yang ada di buku guru.
4) Bersama dengan guru, peneliti menyusun RPP, LKS, media
pembelajaran, dan lembar panduan observasi (motivasi,
keterampilan, IPKG, dan penerapan model guided discovery
learning). Dalam hal ini, peneliti dan guru saling berkolaborasi
memberikan saran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
6) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar
observasi untuk mengamati motivasi, kinerja guru, penerapan
model guided discovery learning dan hasil belajar keterampilan
siswa.
7) Menyusun alat evaluasi hasil belajar pengetahuan dan pedoman
penskoran.
8) Mempersiapkan kamera untuk dokumentasi saat pembelajaran
berlangsung.
b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama
skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
1) Kegiatan Awal
a) Guru memberikan salam.
b) Guru mengajak berdo’a sebelum mengawali pembelajaran agar
dalam proses belajar mendapat Ridho dari Tuhan Yang Maha
Esa.
c) Guru mengabsen siswa.
d) Guru mengondisikan siswa agar siap belajar.
e) Guru mengajak siswa untuk melakukan yel-yel agar siswa
termotivasi untuk belajar.
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan
tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, serta
menuliskan tanggal, bulan, tahun di sudut kiri atas papan tulis