• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNIK EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN TEKNIK EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB

SD NEGERI 05 METRO TIMUR

(Skripsi)

Oleh

SRI SURANI KURNIAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENERAPAN TEKNIKEXAMPLE NON-EXAMPLEUNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR

Oleh

Sri Surani Kurniawati

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa mengkomunikasikan materi yang dipelajarinya kepada sesama teman dan hasil belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 05 Metro dengan menerapkan teknikExample Non-Example.

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan tahapan setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Alat pengumpul data penelitian adalah lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisisi kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan kemampuan berkomunikasi siswa “baik dan

sangat baik”siklus I sebesar 50%, siklus II sebesar 57,14%, dan siklus III 77,78%.

Persentase hasil belajar sikap “baik dan sangat baik” siklus I sebesar 46,43%,

siklus II sebesar 64,28%, dan siklus III sebesar 85,18%. Persentase hasil belajar

keterampilan “baik dan sangat baik” siklus I sebesar 46,43%, siklus II sebesar

71,43%, dan siklus III sebesar 85,18%. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan siklus I sebesar 59,25 dengan siswa yang mendapat kriteria baik dan sangat baik sebanyak 15 siswa (53,57%). Pada siklus II, nilai rata-rata adalah 64,82 dengan siswa yang mendapat kriteria baik dan sangat baik sebanyak 20 siswa (71,43%). Dan nilai rata-rata pada siklus III sebesar 75,56 dengan siswa yang mendapat kriteria baik dan sangat baik sebanyak 22 siswa (81,48%). Hal tersebut berarti penerapan teknik Example Non-Example dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Poncowarno Kecamatan Kalirejo

Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 27 Juli 1992,

merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari

pasangan bapak Poniran Asror dan Ibu Martini.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 02

Poncowarno Tahun 2003, SMPN 1 Kalirejo pada Tahun 2007, dan SMAN 1

Kalirejo pada Tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai

(8)

“Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.”

(9)

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah swt. dan terima kasih serta bangga kepada :

Ayahanda Poniran Asror serta Ibunda Martini yang selalu memberi nasehat agar selalu ingat kepada Allah SWT. dan selalu memberi semangat dalam menyelesaikan perkuliahan semoga keberhasilan ini dapat memberikan kebahagiaan dan kebanggaan bagi mereka.

Mamas dan Mbak ku yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang.

Keponakan-keponakanku yang selalu menjadi penghilang rasa penat disela-sela kesibukan menyelesaikan studi.

(10)

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufik

dan hidayahnya serta inayahnya sehingga skripsi penulis yang berjudul:

Penerapan Teknik Example Non-Example untuk Meningkatan Kemampuan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur

dapat penulis selesaikan. Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung, yang mengesahkan ijazah sarjana.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Unila yang telah

memberikan pengesahan terhadap skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Unila yang telah menyetujui skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah

memberikan persetujuan dalam melakukan rangkaian penulisan skripsi.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair M.Pd., Ketua Unit Pelaksanaan Program PGSD Metro

dan sekaligus sebagai Pembimbing Utama yang telah memberikan

(11)

xi Kedua atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Penguji Utama yang telah memberikan saran dan

masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Administrasi PGSD Metro yang telah

membantu sampai skripsi ini selesai.

9. Kepala SD Negeri 05 Metro Timur Ibu Yuliana, S.Pd. yang telah memberikan

izin untuk melaksanakan penelitian dan Ibu Dian Anita Sari, S.Pd. selaku

Guru kelas IVB yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

10. Roby Ansori yang selalu memberikan segala doa, bantuan, dukungan dan

semangat untukku. Indri, Titik, Wulan, Rosi, Catur, Nita, Yani, Mega, Putu,

dan Rimba serta Keluarga besar di kost’an yang selalu membantu dan

memberi semangat.

11. Teman-teman kelas 2010B yang selalu mendukung serta rekan-rekan PGSD

angkatan 2010 serta Almamater tercinta.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat

kekurangan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua .Aaaaaamiin.

Bandar Lampung, 1 Mei 2014 Penulis,

(12)

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pembelajaran Tematik... 8

1. Pengertian Pembelajaran Tematik... 8

2. Kelebihan dan Manfaat Pembelajaran Tematik ... 9

3. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)... 10

B. Belajar ... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Hasil Belajar... 13

3. Penilaian Autentik... 14

C. Kinerja Guru ... 14

D. Kemampuan Berkomunikasi... 17

1. Pengertian Komunikasi ... 17

2. Pengertian Kemampuan Berkomunikasi... 18

3. Jenis- Jenis Komunikasi... 19

(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Setting Penelitian ... 25

C. Teknik Pengumpulan Data... 26

D. Alat Pengumpul Data... 26

E. Teknik Analisis Data ... 27

F. Prosedur Penelitian ... 29

G. Indikator Keberhasilan... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN ... 34

A. Deskripsi Awal ... 34

B. Hasil Penelitian ... 35

1. Siklus I ... 35

a. Kinerja Guru... 38

b. Kemampuan Berkomunikasi Siswa... 39

c. Hasil Belajar Sikap ... 40

d. Hasil Belajar Keterampilan ... 42

e. Hasil Belajar Pengetahuan... 43

2. Siklus II ... 45

a. Kinerja Guru... 48

b. Kemampuan Berkomunikasi Siswa... 49

c. Hasil Belajar Sikap ... 50

d. Hasil Belajar Keterampilan ... 52

e. Hasil Belajar Pengetahuan... 53

3. Siklus III... 55

a. Kinerja Guru... 57

b. Kemampuan Berkomunikasi Siswa... 58

c. Hasil Belajar Sikap ... 60

d. Hasil Belajar Keterampilan ... 61

e. Hasil Belajar Pengetahuan... 62

C. Pembahasan Penelitian ... 64

1. Kinerja Guru... 64

2. Kemampuan Berkomunikasi Siswa ... 66

3. Hasil Belajar Sikap... 67

4. Hasil Belajar Keterampilan ... 69

5. Hasil Belajar Pengetahuan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(14)

xiv

Tabel Halaman

1. Kategori Keberhasilan Kinerja Guru ... 27

2. Kategori Tingkat Keberhasilan Kemampuan Berkomunikasi 28 3. Kategori Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ... 29

4. Kinerja Guru Siklus I... 38

5. Kemampuan Berkomunikasi Siswa Siklus I ... 39

6. Hasil Belajar Sikap Siklus I... 41

7. Hasil Belajar Keterampilan Siklus I ... 42

8. Hasil Belajar Pengetahuan Siklus I ... 43

9. Kinerja Guru Siklus II ... 48

10. Kemampuan Berkomunikasi Siswa Siklus II ... 49

11. Hasil Belajar Sikap Siklus II ... 51

12. Hasil Belajar Keterampilan Siklus II... 52

13. Hasil Belajar Pengetahuan Siklus II ... 53

14. Kinerja Guru Siklus III ... 58

15. Kemampuan Berkomunikasi Siswa Siklus III... 59

16. Hasil Belajar Sikap Siklus III ... 60

17. Hasil Belajar Keterampilan Siklus III ... 61

18. Hasil Belajar Pengetahuan Siklus III... 63

19. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I,II,III ... 64

20. Rekapitulasi Kemampuan Berkomunikasi Klasikal Siklus I,II,III ... 66

21. Rekapitulasi Hasil Belajar Sikap Klasikal Siklus I,II,III... 67

22. Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan Klasikal Siklus I,II,III ... 68

(15)

xv

Gambar Halaman

1. Alur Siklus PTK ... 25 2. Grafik Nilai Kinerja Guru Siklus I,II,III... 65 3. Grafik Persentase Kemampuan Berkomunikasi Klasikal

Siklus I,II,III ... 66 4. Grafik Persentase Hasil Belajar Sikap Klasikal

Siklus I,II,III ... 67 5. Grafik Persentase Hasil Belajar Keterampilan Klasikal

Siklus I,II,III ... 68 6. Grafik Persentase Hasil Belajar Pengetahuan Klasikal

(16)

xvi

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan dari Unila ... 78

2. Surat Penelitian Pendahuluan dari Unila ... 79

3. Surat Izin Penelitian dari Unila ... 80

4. Surat Izin Penelitian dari SD ... 81

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 82

6. Surat Keterangan Penelitian dari SD ... 83

7. Pemetaan Kompetensi Siklus I ... 84

8. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 85

9. Pemetaan Kompetensi Siklus II... 96

10. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 97

11. Pemetaan Kompetensi Siklus III ... 106

12. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III... 107

13. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru ... 129

14. Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Berkomunikasi ... 139

15. Rekapitulasi Hasil Belajar Sikap ... 144

16. Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan ... 149

17. Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan... 150

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara universal pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk

mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan

dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik, tujuannya untuk

mengembangkan atau mengubah kepribadian dan pola fikir sesorang. Hal

tersebut sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan emosional dan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat Bangsa dan Negara.

Seseorang yang ingin memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka ia harus menempuh

pendidikan. Peran pendidikan dalam upaya pembentukan generasi dimasa

mendatang menuntut guru sebagai bagian dari elemen pendidikan untuk

proaktif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas, sehingga terjadi

peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada tujuan

(18)

paling fundamental dalam pemberian konsep. Kurikulum 2013 mengarahkan

proses pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar menggunakan

pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu

yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang diikat dalam tema-tema

tertentu (Prastowo, 2013: 126).

Pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 pada pelaksanaannya

menekankan pada penggunaan pendekatan ilmiah dan penilaian autentik.

Kemendikbud (2013: 208), bahwa langkah-langkah penerapan pendekatan

ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran adalah mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), membentuk jaringan (networking). Sedangkan yang

dimaksud penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara

signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan,

dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013: 240).

Penerapan pembelajaran tematik menjadikan siswa dapat belajar dari

pengalaman maupun lingkungan sekitar. Upaya untuk menunjang tercapainya

pembelajaran tematik tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang

kondusif, dan iklim pembelajaran yang diciptakan guru di dalam kelas sangat

berpengaruh akan keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IVB SD

Negeri 05 Metro Timur pada tanggal 22-23 Januari 2014, diperoleh informasi

bahwa proses pembelajaran tematik belum dilaksanakan secara optimal dan

belum merujuk pada tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013.

(19)

Non-Examplekarena guru masih banyak menggunakan metode ceramah yang

menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar atau teacher centered dan pembelajaran lebih menekankan pada penguasaan materi

sebanyak-banyaknya daripada pengalaman yang didapat saat proses

pembelajaran serta penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku

pelajaran yang digunakan, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan belum

menampakkan adanya proses konstruktivis yang optimal dan bermakna bagi

siswa.

Selain itu, kegiatan belajar lebih ditandai dengan budaya hapalan

sehingga siswa kurang mampu untuk mengkomunikasikan materi yang

dipelajarinya kepada sesama teman karena hanya terfokus pada hapalan

materi semata tanpa bisa menjelaskannya. Siswa pun kurang antusias dalam

mengikuti pelajaran yang mengakibatkan siswa lebih memilih mengobrol

dengan teman sebangkunya dan suasana kelas menjadi gaduh.

Masalah-masalah tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang belum memenuhi

standar keberhasilan belajar yakni minimal mendapat nilai 66 atau minimal

masuk dalam kriteria baik. Hal ini terlihat dari nilai ulangan semester ganjil

siswa kelas IVA dan IVB. Dari 28 siswa kelas IVA yang mencapai standar

keberhasilan sebanyak 9 siswa (32,14%) dan yang belum mencapai standar

keberhasilan belajar sebanyak 19 siswa (67,86%). Sedangkan nilai ulangan

kelas IVB yakni dari 28 siswa, sebanyak 14 siswa (50%) sudah mencapai

standar keberhasilan belajar, sedangkan 14 siswa (50%) belum tuntas atau

belum mencapai standar keberhasilan belajar (data hasil ulangan semester

(20)

tindakan kelas IVB perlu dilakukan karena hasil belajar dan kemampuan

berkomunikasi siswa kelas IVB masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.

Penggunaan cara yang tepat akan mempengaruhi suasana pembelajaran,

untuk itu perlu digunakan teknik yang dapat membuat siswa benar-benar

fokus dalam pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh siswa untuk aktif

dalam pembelajaran. Salah satu teknik pembelajaran yang memungkinkan

adalah teknik Example Non-Example. Karena dengan menggunakan teknik tersebut dapat mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan

memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh

yang disajikan dan siswa harus mampu menyampaikan hasil pemecahan

permasalahan kepada siswa lain (Huda, 2013: 234).

Kelebihan menggunakan teknik Example Non-Example salah satunya adalah siswa dapat mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar

melalui kegiatan analisis contoh dan siswa diberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapat. Sehingga kegiatan belajar akan menjadi kondusif

karena masing-masing siswa akan fokus dengan tugasnya masing-masing.

Pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa mengalami proses pencarian

konsep secara langsung dan akan tertanam di benaknya sehingga konsep itu

tidak cepat hilang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini difokuskan pada

penerapan teknik Example Non-Example untuk meningkatkan kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur,

khususnya dalam pembelajaran tematik. Oleh karena itu, penulis melakukan

(21)

Example Non-Example untuk Meningkatan Kemampuan Berkomunikasi dan

Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran tematik belum dilaksanakan secara optimal.

2. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered) dengan didominasi oleh penggunaan metode ceramah.

3. Belum digunakannya teknikExample Non-Example.

4. Penyampaian materi ajar dilakukan secara formal dan terpaku pada buku

pelajaran, sehingga penerapan proses konstruktivis belum optimal.

5. Siswa kurang mampu untuk mengkomunikasikan materi yang

dipelajarinya kepada siswa lain.

6. Hasil belajar siswa rendah, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada

nilai semester pertama yakni dari 28 siswa, sebanyak 14 siswa (50%)

sudah mencapai standar keberhasilan belajar, sedangkan 14 siswa (50%)

belum tuntas atau belum mencapai standar keberhasilan belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan berkomunikasi melalui

(22)

2. Apakah melalui penerapan teknik Example Non-Example dalam

pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB

SD Negeri 05 Metro Timur?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam pembelajaran tematik

melalui penerapan teknikExample Non-Examplepada siswa kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur.

2. Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran tematik melalui penerapan

teknik Example Non-Example pada siswa kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat

berharga pada perkembangan ilmu pendidikan khususnya bidang ke-SD-an

berkaitan dengan penerapan teknik Example Non-Example untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, melalui penerapan teknik Example Non-Example diharapkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa kelas

IVB SD Negeri 05 Metro Timur pada pembelajaran tematik dapat

(23)

b. Bagi guru, dapat memperluas pengetahuan guru mengenai penggunaan

teknik Example Non-Example sehinga dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru

dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas sesuai kurikulum.

c. Bagi Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam

upaya meningkatkan mutu pembelajaran sebagai referensi bagi tenaga

(24)

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 yang saat ini sudah mulai diterapkan pada jenjang

sekolah dasar, tidak hanya dilaksanakan di kelas rendah saja akan tetapi di

kelas tinggi juga. Kurikulum 2013 telah menerapkan pembelajaran tematik

sehingga pemisah antar mata pelajaran tidak terlalu tampak.

Pembelajaran tematik membantu siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Prastowo (2013:117) mengemukakan bahwa pembelajaran

tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberi

pengalaman bermakna pada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat

Rusman (dalam Prastowo, 2013:118) bahwa model pembelajaran tematik

adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang

melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa.

Pengemasan pembelajaran tematik harus dirancang dengan tepat agar

pengalaman belajar yang didapat siswa benar-benar bermakna. La Iru dan

(25)

pembelajaran tematik memiliki sejumlah arti penting dalam membangun

kompetensi siswa, yaitu:

a. pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif, sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya; b. pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran dengan

menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata

pelajaran sekaligus dalam satu kali pembelajaran untuk memberikan

pengalaman yang bermakna kepada siswa.

2. Kelebihan dan Manfaat Pembelajaran Tematik

Kelebihan pembelajaran tematik menurut Kemendikbud (2013: 184)

adalah:

a. menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis;

b. relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar; c. menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman

belajar; dan

d. memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Sedangkan manfaat pembelajaran tematik menurut Kemendikbud

(2013: 188) adalah:

(26)

b. menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah;

c. mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak (brain-friendly classroom);

d. peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara siap;

e. proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik berada dalam format ramah otak;

f. materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari;

g. peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas; dan

h. program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

tematik memiliki kelebihan dan manfaat yang sangat banyak sehingga

sangat baik untuk digunakan dalam kurikulum 2013 karena memberikan

pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

3. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SD dan

sederajat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses

pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran

sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba,

mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata

(27)

proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,

prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah

jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:

a. substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata;

b. penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis;

c. mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran;

d. mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran;

e. mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran;

f. berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan; dan

g. tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. (Kemendikbud, 2013: 200).

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pendekatan ilmiah (scientific approach) merupakan salah satu pendekatan

yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk merangsang

kemampuan berfikir siswa dalam memperoleh pengetahuan bermakna

melalui pembelajaran berbasis kaidah ilmiah yang meliputi kegiatan

(28)

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam

pengetahuan, keterampilan, sikap. Artinya tujuan kegiatan belajar

mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.

Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah

melalui latihan atau pengalaman James O. whittaker (dalam Djamarah

2000: 12). Sedangkan menurut Slameto (dalam Djamarah 2000: 12)

merumuskan tentang belajar, menurutnya belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Kegiatan belajar mengajar

seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil

belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian

hasil belajar siswa.

Komalasari (2010: 2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa

perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun

perubahan sementara karena suatu hal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah serangkaian proses kegiatan jiwa raga untuk memproleh

(29)

laku dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut sikap,

pengetahuan dan keterampilan.

2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar

dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam

upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina

kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun

individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :

1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar) faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap (http://id.shvoong.com/).

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2012: 5).

Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai kemampuan keterampilan yang

dimiliki siswa setelah ia mendapatkan aktivitas belajar, hasil belajar

(30)

guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental berupa kognitif, afektif dan psikomotor yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil

belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Gagne dalam

Kosasih dan Angkowo, 2007: 54).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki siswa akibat

proses penyampaian informasi melalui kegiatan belajar. Data tentang hasil

belajar diperoleh melalui penilaian autentik.

3. Penilaian Autentik

Setiap proses pembelajaran diakhiri dengan penilaian untuk

mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut. Pada kurikulum

2013 dituntut untuk menggunakan penilaian yang autentik. Penilaian

autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil

belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan

(Kemendikbud, 2013: 240).

Penilaian autentik merupakan penilaian yang cocok digunakan dalam

pembelajaran tematik karena dianggap mampu untuk menggambarkan

hasil belajar peserta didik baik dalam rangka mengobservasi, menalar,

mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.

C. Kinerja Guru

Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria

(31)

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Sistem penilaian kinerja

guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang didesain

untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka

mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan

prestasi peserta didik (Kemendikbud, 2012: 5). Sistem ini merupakan bentuk

penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru dalam

melaksanakan pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah. Pada

dasarnya sistem penilaian kinerja guru bertujuan:

1. menentukan tingkat kompetensi seorang guru;

2. meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru dan sekolah; 3. menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam

mekanisme penetapan efektif atau kurang efektifnya kinerja guru;

4. menyediakan landasan untuk program pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru;

5. menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya serta mempertahankan sikap-sikap yang positif dalam mendukung pembelajaran peserta didik untuk mencapai prestasinya; dan

6. menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir guru serta bentuk penghargaan lainnya (Kemendikbud, 2012: 6).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru (Rusman, 2012: 54-58) standar kompetensi guru

dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

(32)

2. Kompetensi Kepribadian

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,

memengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota

masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan

menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru

dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang kedisiplinan diri,

belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, mematuhi

aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan

berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya.

3. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu

dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari.

Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka

pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Karena dengan dimilikinya

kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan

berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan para orang tua

siswa, guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial tersebut

meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul,

simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

4. Kompetensi Profesional

Kemampuan profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru

dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan

(33)

itu, guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Kemampuan

profesional tersebut adalah: (1) penyampaian pembelajaran, yaitu guru

sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses

pembelajaran, (2)-pelaksanakan pembelajaran, yaitu guru harus selalu

mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode/strategi yang tepat,

menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,

mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep

yang benar menggunakan multimedia, (3)-dalam proses pembalajaran,

yaitu guru harus memerhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai

ilmu keguruan, seperti cara menerapkan apersepsi, perhatian, kerja

kelompok, korelasi, dan sebagainya, dan (4) dalam hal evaluasi, yaitu

secara teori dan praktik guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan

tujuan yang ingin diukurnya, maka alat ukur tersebut harus benar dan

tepat.

Berdasarkan uraian di atas, kinerja guru dalam penelitian ini digunakan

sebagai acuan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kualitas

pembelajaran akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

D. Kemampuan Berkomunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam

sebuah aktivitas. Wiryawan & Noorhadi (dalam Solihatin, 2012: 35-36)

(34)

proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain, dan (3)

proses penciptaan arti terhadap gagasan yang disampaikan.

Solihatin (2012: 36) mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu

proses, bukan hal yang statis. Komunikasi menghasilkan perubahan dalam

usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama serta melibatkan suatu

kelompok.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

adalah proses menerima dan menyampaikan informasi yang didapat dari

seseorang kepada orang lain.

2. Pengertian Kemampuan Berkomunikasi

Kemampuan merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran

karena sebagai pendukung terbentuknya prestasi. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kata kemampuan berasal dari kata “mampu” yang

berarti “bisa, sanggup melaksanakan sesuatu”, sedangkan kata

“kemampuan” berarti “kesanggupan, kecakapan, kekuatan”.

Menurut Robbin (dalam Yusdi, milmanyusdi.blogspot.com, 2011)

kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut kemampuan (ability)

adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Berdasarkan uraian tentang pengertian kemampuan dan komunikasi di

atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan

berkomunikasi dalam penelitian ini adalah kecakapan seseorang untuk

menerima dan menyampaikan informasi yang didapat dari seseorang

(35)

3. Jenis- Jenis Komunikasi

Komunikasi digolongkan dalam dua jenis yakni komunikasi verbal

(komunikasi dengan kata-kata) dan komunikasi nonverbal (komunikasi

dengan menggunakan bahasa tubuh). Dalam proses komunikasi yang

bersifat langsung yaitu terjadi kontak langsung antara pengirim dengan

penerima pesan, kedua jenis komunikasi tersebut biasanya digunakan

secara bersama-sama.

a. Aspek- aspek komunikasi verbal

Menurut Harianto (2012: 29-30) komunikasi verbal sangat

dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut:

1) Perbendaharaan kata yaitu kemampuan mengelola kata dan

banyaknya kata yang diketahui;

2) Kecepatan (racing) yaitu kecepatan berbicara; 3) Intonasi atau tekanan suara;

4) Singkat dan jelas yaitu isi pesan yang disampaikan singkat dan jelas;

dan

5) Waktu yang tepat yaitu kemampuan mengelola waktu saat

menyampaikan pesan sehingga tidak membuang-buang waktu.

b. Aspek-aspek komunikasi nonverbal

Menurut Harianto (2012: 30-31) aspek-aspek komunikasi nonverbal

sangat meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Ekspresi wajah yaitu kemampuan mengendalikan ekspresi wajah

sesuai dengan pesan yang disampaikan;

(36)

3) Suara; dan

4) Gerak isyarat.

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi

digolongkan dalam komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal

adalah komunikasi dengan menggunakan kata-kata sedangkan komunikasi

nonverbal adalah komunikasi menggunakan bahasa tubuh. Dalam

penelitian ini kemampuan berkomunikasi diukur dengan komunikasi

verbal dan nonverbal. Dalam pembelajaran menggunakan teknik Example

Non-Example, kemampuan berkomunikasi siswa dilatih melalui diskusi kelompok kecil.

E. TeknikExample Non-Example

1. Pengertian TeknikExample Non-Example

TeknikExample Non-Examplemerupakan salah satu teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Hamdani (2011: 94)

mengemukakan bahwa Example Non-Example adalah teknik belajar yang menggunakan contoh-contoh.

Menurut Huda (2013: 215) pendekatan pembelajaran yang berbasis

komunikasi memungkinkan siswa untuk mampu menerima dan

menyampaikan informasi. Salah satu teknik yang termasuk pendekatan

berbasis komunikasi adalah Example Example. Example Non-Example merupakan teknik pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran, Huda (2013: 234).

(37)

menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat

mengenai apa yang ada didalam gambar.

Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara: pengamatan dan

definisi. Teknik Example Non-Example dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Teknik ini bertujuan untuk mempersiapkan

siswa secara cepat mempelajari definisi konsep dengan menggunakan 2

hal yang terdiri dari Example dan Non-Example. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi suatu contoh yang berkaitan dengan

materi yang dibahas, sedangkanNon-Examplememberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang dibahas. Penerapan

teknik Example Non-Example melatih siswa untuk menganalisis sebuah

contoh sehingga mendapat sebuah definisi konsep sesuai materi yang

diajarkan. Dengan demikian dalam teknik Examples Non Examples tercakup teori belajar konstruktivisme. Trianto (2011: 28) mengemukakan

bahwa teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa,

melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

benaknya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik

Example Non-Example adalah teknik pembelajaran yang diambil dari sebuah contoh, kasus, atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.

Siswa diberikan kesempatan dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan

contoh gambar yang diberikan oleh guru dan mempresentasikannya

(38)

2. Kelebihan dan Kelemahan TeknikExample Non-Example

a. Kelebihan TeknikExample Non-Example

Menurut Hamdani (2011: 94) kelebihan dari teknik Example

Non-Exampleantara lain:

1) siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar;

2) siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; dan

3) siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

b. Kelemahan teknikExample Non-Example

Menurut Hamdani (2011: 94) ada beberapa kelemahan dalam

menggunakan metode Example Non-Example, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar; dan

2) memakan waktu yang lama.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa teknik

Example Non-Example memilki kelebihan yaitu dapat merangsang siswa

memberdayakan segala kemampuan dan potensinya dalam setiap

pembelajaran. Siswa diajarkan untuk belajar berkomunikasi dengan baik

untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengkomunikasikannya kepada

teman-teman yang lain saat diskusi kelompok.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran TeknikExample Non-Example

Menurut Hamdani (2011: 94) langkah-langkah dalam menggunakan

teknikExample Non-Exampleadalah sebagai berikut:

(39)

b. guru menempalkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP;

c. guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memerhatikan atau menganalisis gambar;

d. melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.

e. setiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya;

f. mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai; dan

g. kesimpulan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan teknikExample Non-Example

adalah memberikan contoh, meminta siswa untuk mengamati, membagi

kelompok, siswa melaksanakan diskusi kelompok, mempresentasikan hasil

kerja kelompok. Secara umum penyelenggaraan teknik Example

Non-Example dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan kemampuan siswa dalam menerima informasi dan menyampaikan informasi.

F. Hipotesis penelitian

Berdasarkan kajian teori, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

“jika penerapan teknik Example Non-Example dalam pembelajaran tematik dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat

meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa kelas IVB

(40)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang

difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research (CAR). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa menjadi meningkat (Wardhani, 2007: 1.4).

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai strategi pemecahan

masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata kemudian melakukan refleksi

terhadap hasil tindakan. Hasil tindakan dan refleksi tersebut dijadikan sebagai

langkah pemilihan tindakan berikutnya sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi.

Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam pelaksanaan penelitian ini

mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan

tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap

(41)

Gambar 1: Alur Siklus PTK (Wardhani,2007: 2.4)

B. SettingPenelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri

05 Metro Timur dengan jumlah 28 siswa yang terdiri dari 14 siswa

laki-laki dan 14 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Metro Timur yang

beralamatkan di Jln. Tongkol No. 18 Yosodadi Kecamatan Metro Timur,

Kota Metro.

SIKLUS I Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

SIKLUS II Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

SIKLUS III Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

(42)

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan, dimulai bulan Februari

sampai Agustus 2014 yang dimulai dari tahap persiapan (penyusunan

perangkat) sampai tahap penyusunan laporan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik non tes

(observasi) dan tes.

1. Teknik Non Tes

Teknik nontes digunakan untuk mengukur variabel berupa kinerja

guru, kemampuan berkomunikasi siswa dan keterampilan serta sikap

melalui lembar observasi.

2. Teknik Tes

Teknik tes dilakukan dengan memberikan soal-soal tes untuk

memperoleh data hasil belajar.

D. Alat Pengumpul Data

1. Panduan Observasi, instrumen ini dirancang oleh peneliti yang

berkolaborasi dengan guru kelas untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan kemampuan berkomunikasi siswa dan kinerja guru selama

pembelajaran sedang berlangsung. Setiap data yang diamati selama

berlangsungnya proses pembelajaran dicatat dalam lembar observasi yang

telah disediakan.

2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk memperoleh data

(43)

khususnya mengenai penguasaan materi yang diajarkan melalui penerapan

teknikExample Non-Example.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang didapat dianalisis dengan menggunakan

analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kinerja guru dan

kemampuan berkomunikasi siswa. Data ini diperoleh dari data non tes

yaitu observasi.

Analisis dan pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk

mengungkapkan semua prilaku siswa dan perubahannya selama proses

pembelajaran dari siklus I, siklus II dan siklus III.

a. Kinerja guru

Tingkat pencapaian kinerja guru dapat diperoleh dengan rumus:

Nilai= × 100

Nilai tersebut dikategorikan dalam kategori keberhasilan guru dalam

menerapkan teknikExample Non-Examplesebagai berikut.

Tabel 1. Kategori Keberhasilan Kinerja Guru

Nilai Kategori

90≤ AB ≤ 100 Sangat Baik

75≤ B < 90 Baik

60≤ C < 75 Cukup

(44)

a. Kemampuan berkomunikasi

NA = 100

Keterangan:

NA = Nilai kemampuan berkomunikasi yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 1. = Bilangan tetap

(Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 2. Kategori Tingkat Keberhasilan Kemampuan Berkomunikasi

Konversi Nilai Predikat Kategori

Skala 0-100 Skala 1-4

86-100 4,00 A Sangat Baik

81-85 3,66

A-Untuk menghitung persentase kemampuan berkomunikasi siswa secara

klasikal:

kemampuan berkomunikasi klasikal = 100%

Sumber: (Purwanto, 2008 : 102).

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai

dinamika kemajuan kualitas hasil belajar siswa dalam hubungannya

dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif diperoleh

(45)

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai

rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa.

a. Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa secara individual digunakan

rumus:

Nilai individu = 100

Tabel 3. Kategori Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

Konversi Nilai Predikat Kategori

Skala 0-100 Skala 1-4

86-100 4,00 A Sangat Baik

81-85 3,66

A-76-80 3,33 B+ Baik

71-75 3,00 B

66-70 2,66

B-61-65 2,33 C+ Cukup

56-60 2,00 C

51-55 1,66

C-46-50 1,33 D+ Kurang

0-45 1,00 D

(Kemendikbud, 2013: 131)

b. Untuk menghitung persentase keberhasilan belajar siswa secara klasikal

Keberhasilan belajar klasikal = 100%

Sumber: (Purwanto, 2008 : 102)

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur

penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur

siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan

(46)

(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Wardhani,

dkk., 2007: 2.4).

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara fleksibel, maksudnya

penelitian ini tidak terikat dengan berapa siklus yang direncanakan. Penelitian

ini akan dihentikan apabila indikator yang diharapkan telah tercapai atau

penelitian ini telah sampai pada titik jenuhnya. Yang dimaksud dengan titik

jenuh penelitian ini adalah apabila hasil yang didapat selalu berada pada

kisaran persentase yang sama meskipun telah dilakukan refleksi

berulang-ulang.

Siklus I

Pada siklus I dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti bersama guru membuat rencana pembelajaran

yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Adapun

langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

a. membuat perangkat pembelajaran (pemetaan kompetensi dan rencana

perbaikan pembelajaran);

b. menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan

media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran;

c. menyiapkan instrumen nontes dan tes. Instrumen nontes berupa lembar

(47)

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari Rencana Pembelajaran

(RP) yang telah dibuat. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran

tematik melalui penerapan teknik Example Non-Example pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1) Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai melalui kegiatan yang dilaksanakan.

2) Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara belajar yang

akan ditempuh melalui penerapan teknikExample Non-Example. 3) Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan siswa

sebelum memulai pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan menempalkan di papan tulis.

2) guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa

untuk menganalisis gambar.

3) melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis

gambar tersebut dicatat pada kertas.

4) setiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil

diskusinya dan siswa yang lain diperbolehkan memberikan komentar

atau saran atau pertanyaan.

5) mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai

(48)

6) Guru memberi soal tes.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar.

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati

kemampuan berkomunikasi, kinerja guru menggunakan lembar observasi

dan hasil belajar afektif serta psikomotor menggunakan lembar penilaian

proses.

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus

pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses

pembelajaran melalui penerapan teknik Example Non-Example. Analisis

hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.

Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke II.

Siklus II

Siklus ke II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui

penerapan teknik Example Non-Example. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I.

Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I. Hasil

analisis pada tahap refleksi siklus II digunakan sebagai bahan perencanaan

(49)

Siklus III

Siklus ke III ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui

penerapan teknik Example Non-Example. Hasil pembelajaran pada siklus III ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus II.

Siklus III ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I dan II.

Hasil analisis pada tahap refleksi siklus III digunakan sebagai pertimbangan

apakah penelitian ini masih harus dilanjutkan atau diberhentikan karena sudah

mencapai indikator keberhasilan penelitian.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain

sebagai berikut:

1. Kemampuan berkomunikasi siswa meningkat setiap siklusnya dan siswa

yang berada pada nilai ≥2,66 atau minimal berada pada kategori baik

secara klasikal mencapai 75%.

2. Hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya dan siswa yang berada pada

nilai≥66 atau minimal berada pada kategori baik secara klasikal mencapai

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan teknik

Example Non-Example pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 05 Metro Timur dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan teknik Example Non-Example dalam pembelajaran tematik

dengan tepat dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Hal

tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase kemampuan

berkomunikasi klasikal. Kemampuan berkomunikasi siswa yang berada

pada kategori baik dan sangat baik secara klasikal pada siklus I yaitu 50%.,

pada siklus II yaitu 57,14%, dan siklus III yaitu 77,78%.

2. Penerapan teknik Example Non-Example dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar ini terdiri dari hasil

belajar sikap, keterampilan dan pengetahuan. Persentase ketuntasan hasil

belajar sikap pada siklus I sebesar 46,43%, siklus II sebesar 64,28%, dan

siklus III sebesar 85,18%. Persentase ketuntasan hasil belajar keterampilan

pada siklus I sebesar 46,43%, siklus II sebesar 71,43%, dan siklus III

sebesar 85,18%. Untuk hasil belajar pengetahuan, rata-rata nilai pada

(51)

53,57%. Pada siklus II nilai rata-rata adalah 64,28 dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 71,43%. Dan pada siklus III nilai rata-rata

adalah 75,56 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 81,48%.

B. Saran

1. Kepada Siswa

Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menyampaikan

materi pelajaran yang didapat kepada teman yang kurang memahami

materi pelajaran sehingga mereka sama-sama dapat mempermudah

memahami materi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.

2. Kepada Guru

Guru dapat meningkatkan atau mengembangkan kemampuan

profesionalnya dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai

kurikulum dengan mengaitkan materi pembelajaran siswa dengan dunia

nyata atau benda-benda yang ada di lingkungan siswa, sehingga lebih

mudah dipahami oleh siswa. Guru dapat menggunakan berbagai teknik

yang relevan dengan tema, subtema dan materi pembelajaran.

3. Kepada Sekolah

Sekolah dapat mengembangkan teknik Example Non-Examplesebagai inovasi dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas

(52)

Angga, Kadek. 2012. Contoh kisi-kisi. http://anggagocill.blogspot.com /2011 /12/contoh-kisi-kisi.html. Diakses pada tangga 14 Maret 2013 @14.00.

Aqib, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Bahri Syaiful. 2000.Psikologi Belajar . Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdani. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Harianto, Nanang. 2012. Efektivitas Penggunaan Model Think Pair Share Terhadap Minat Belajar dan Komunikasi Siswa Kelas V Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 03 Salahtiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. (Online) Hal 29-31. Tersedia di http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/941/T1_292 008220_BAB%20II.pdf?sequence=3. Diakses pada Senin 10 Maret 2013 @ 17:26. Skripsi diterbitkan.

Http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktivitas-belajar/ diakses tanggal 28 januari 2014.

Huda, Miftahul. 2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

(53)

Dikti.

. 2013. Tema 7: Cita-citaku Buku Guru SD/MI Kelas IV. Jakarta: Lazuardi GIS.

. 2013.Tema 7: Cita-citaku Buku Siswa SD/MI Kelas IV. Jakarta.: Lazuardi GIS.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kosasih dan Angkowo. 2007. Optimalisai Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva Press.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rusman. 2012.Model- Model Pembelajaran.Bandung: Rajagrafindo Persada.

Solihatin, Etin. 2012.Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya. Jakarta: Kencana.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2009. Jakarta: Sinar Grafika.

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

PEMETAAN KOMPETENSI DASAR

3.4.Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

4.4.Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

Indikator:

 Berdoa sebelum memulai belajar  Membiasakan bersyukur atas karunia

Tuhan YME yang telah diberikan  membiasakan untuk menghargai

pendapat teman dalam kehidupan sehari-hari

 Membuat daftar cita-cita dan usaha yang perlu diraih untuk mencapai cita-cita  Menceritakan interaksi yang

dilakukannya dengan lingkungan sosial yang berkaitan dengan cita-citanya.

Bahasa Indonesia

3.5.Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.5.Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

Indikator:

 Bersyukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan berdoa khusyuk

 menunjukkan perilaku peduli terhadap lingkungna dengan menggunakan bahasa yang sopan

 Menjawab dan membuat pertanyaan tentang teks cerita petualangan

 Menulis cerita petualangan dengan menggunakan kosakata baku

PPKn

3.3.Memahami manfaat keberagaman karakteristik individu di rumah, sekolah dan masyarakat

4.3.Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat Indikator:

 Menghargai perbedaan antar teman

(62)

Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) (Siklus I)

Satuan Pendidikan : SDN 05 Metro Timur Kelas/Semester : IV/2

Tema : Cita-citaku

Subtema : Giat Berusaha Meraih Cita-cita Pembelajaran Ke : 1

Alokasi Waktu : 6 x 35 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

3.4.Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.4.Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya

alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

Indikator:

(63)

 Menulis cerita petualangan dengan menggunakan kosakata baku

IPS

3.5.Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

4.5.Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

Indikator:

 Membuat daftar cita-cita dan usaha yang perlu diraih untuk mencapai cita-cita

 Menceritakan interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan sosial yang berkaitan dengan cita-citanya

PPKn

3.3.Memahami manfaat keberagaman karakteristik individu di rumah, sekolah dan masyarakat

4.3.Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat

Indikator:

 Menyebutkan manfaat keberagaman sifat individu di sekolah

 Menunjukkan kerja sama dengan teman dalam kegiatan belajar

C. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui diskusi kelompok, siswa mampu menghargai pendapat dan kerja sama setiap individu.

2. Setelah membaca teks, siswa mampu menjawab pertanyaan dan membuat pertanyaan lain tentang teks cerita petualangan dengan benar.

3. Dengan bekerja sama, siswa mampu bermain peran tentang teks cerita petualangan dengan menggunakan kosakata baku dengan benar. 4. Setelah melakukan wawancara, siswa mampu membuat daftar cita-cita

(64)

5. Dengan kegiatan diskusi, siswa mampu menyebutkan manfaat keberagaman sifat individu di sekolah dengan benar.

6. Dengan kegiatan diskusi, siswa mampu menunjukkan sikap bekerja sama dengan teman dengan benar.

D. Materi Pembelajaran

1. Wawancara tentang cita-cita 2. Kerjasama dalam sebuah cita-cita

3. Interaksi di lingkungan sekitar berkaitan dengan cita-cita

E. Teknik dan Metode Pembelajaran Pendekatan : Scientific

Teknik : Example Non-Example

Metode : Tanya Jawab, Bermain Peran, Diskusi kelompok, Ceramah dan Penugasan

F. Langkah-langkah Pembelajaran

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI

WAKTU

Pendahuluan

 Guru memberikan salam guru dan mengkondisikan siswa

agar siap belajar

 Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)

 Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa

 Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa

“siapa yang mempunyai cita-cita? bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencapai cita-cita?”

 Menginformasikan subtema yang akan dibelajarkan yaitu

tentang Giat Berusaha Meraih Cita-cita

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada

pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, yaitu bagaimana usaha untuk meraih cita-cita

15 menit

Inti 1. Siswa mengamati gambar tentang cita-cita di papan

tulis yang telah ditempelkan guru.

 Tanyakan pendapat siswa mengenai gambar yang

ditunjukkan oleh guru. 2. Siswa dibagi teks bacaan.

3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang untuk mengerjakan tugas kelompok.

4. Siswa diminta untuk mendeskripsikan tentang gambar cita-cita dan bagaimana usaha untuk meraih cita-cita

Gambar

Gambar 1: Alur Siklus PTK (Wardhani,2007: 2.4)
Tabel 1. Kategori Keberhasilan Kinerja Guru
Tabel 2. Kategori Tingkat Keberhasilan Kemampuan Berkomunikasi
Tabel 3. Kategori Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar melalui strategi Example Non Example pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Singopuran

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar melalui strategi Example Non Example pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Singopuran

Hasil Belajar siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jigsaw Di Kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur Tahum Pelajaran 2009/2010 ”

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya schnepper pada siswa kelas IVB di SD Negeri 4 Sawah Lama, Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya schnepper pada siswa kelas IVB di SD Negeri 4 Sawah Lama, Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas I B SD Negeri 01 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui

Atas kehendak-Nya pula skripsi dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Menerapkan Teknik Permainan Bahasa Pada Murid Kelas V SD Negeri 2

Dengan demikian kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi Time Token dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD