SERVICE OF LAMPUNG PROVINCE IN PROVINCIAL MINIMUM WAGE DETERMINATION
By
AGUS WAHYUDI
This study aims to uncover the role of Service of Manpower and Transmigration Lampung Province in Provincial Minimum Wage determination.
The research method was descriptive qualitative data collection techniques interview, observation, and documentation. The informan came from members of Waging Council of Lampung that consist of representatives from the government, workers and employers. Sources of data derived from informants and dokumen related to the Lampung Provincial Minimum Wage determination.
The results showed that the role of the Manpower and Transmigration Service of Lampung Province in the minimum wage setting process Lampung province is administratively and technically been run in accordance with established procedures and has been effective, it can be seen from the indicators that each member or related party setting process Lampung Province Minimum Wage especially those in the Manpower and Transmigration Service of Lampung Province has carried out the duties and functions in a responsible manner in accordance with the existing rules, so that the resulting of Provincial Minimum Wage expected by all parties.
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PERANAN DINAS TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI PROVINSI LAMPUNG DALAM PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI
Oleh
AGUS WAHYUDI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan berasal dari para anggota Dewan Pengupahan Provinsi Lampung yang terdiri dari unsur pemerintah, pekerja dan pengusaha. Sumber data berasal dari informan dan dokumen terkait penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
Hasil penelitian diperoleh bahwa peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam proses penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung secara administratif maupun teknis telah berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan sudah efektif, hal ini dapat dilihat dari indikator bahwa setiap anggota maupun pihak yang terkait proses penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung khususnya yang berada di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung telah berperan tugas pokok dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan aturan yang ada sehingga dihasilkan besaran Upah Minimum Provinsi sesuai yang diharapkan oleh semua pihak.
RIWAYAT HIDUP
Dengan anugerah Tuhan Yesus Kristus penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 30 Agustus 1981, sulung dari empat
bersaudara dari ayah yang bernama Ridwan dan ibu yang bernama Sayektiningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Kristen 1 Metro pada
tahun 1988, menyelesaikan Sekolah Dasar Kristen 1 Metro pada tahun 1994, menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Metro pada
tahun 1997, kemudian menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2000. Penulis tidak langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi namun berkarir di PT. Matsushita Kotobuki
Electronic Indonesia Cibitung Kabupaten Bekasi selama 1 (satu) tahun. Kemudian pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNas) Yogyakarta pada jurusan Teknik Elektro. Pada tanggal 25
September 2005 penulis menyelesaikan studi STTNas Yogyakarta. Tahun 2006 mendapat kesempatan berkarir bergabung di Pemerintah Provinsi Lampung pada
satuan kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan pada Tahun 2009 memperoleh ijin belajar di Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan
Persembahan
Kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikanku hidup Ayah, Ibu dan Mama tersayang
Istriku tercinta Marya Devi Rumanti, S. I. Kom.
Adik – adikku yang terkasih Esti Suparyati, S.Si, Sugiarto, S.Kom, Wahyu
MOTO
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
“For to me to live is Christ, and to die is gain.”
(Filipi 1:21 / Philippians 1:21)
SANWACANA
Syalom
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Efektivitas Peranan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam Penetapan Upah
Minimum Provinsi” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Ilmu Pemeritahan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Yulianto, MS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga selaku Pembimbing
Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini
3. Bapak Dr. Suwondo, MA selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dan membantu penulis dalam proses perkuliahan.
4. Bapak Drs. Yana Ekana PS,M.Si selaku dosen pembimbing pembantu
sekaligus sebagai Sekretaris Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang telah memberikan motivasi yang luar biasa, kritik, saran serta masukan dalam penyelesaian
penguji utama ujian tesis yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan masukan bagi tesis ini.
6. Seluruh dosen MIP, staf administrasi mbak Nurma, mas Lukman, Mas Jum, Mas Daman, staf ruang baca dan seluruh karyawan/karyawati FISIP
Terima kasih atas bantuannya.
7. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung, Ketua
dan para Anggota Dewan Pengupahan Provinsi Lampung atas ijin serta proses penelitiannya.
8. Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta yang selalu sabar dan
senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil. 9. Istriku Marya Devi Rumanti, S.I.Kom atas doa dan dukungannya.
10.Ketiga adikku Esti Suparyati, S.I.Kom, Sugiarto,S.Kom dan Wahyu Kristanto (maju terus di dalam Tuhan dan Karir kalian)
11.Rekan – rekan seperjuangan di MIP 2009, terkhusus mas Yolly Maristo,
SH. dan Dedi Saputra, S.I.P, sukses selalu buat kita semua. 12.Untuk seluruh keluarga besarku tercinta.
13.Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
Akhir kata, semoga tesis yang sederhana dan jauh dari sempurna ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Amin.
Bandar Lampung, September 2014 Penulis
DAFTAR ISI
C.Tinjauan Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi Lampung ... 18
D.Pengertian Upah ... 19
F. Pengusulan Dan Penetapan Upah Minimum Provinsi... ... 30
G.Mekanisme Penetapan UMP... ... 31
H.Dampak Berlakunya Keputusan Gubernur Tentang UMP Dan UMK Bagi Pekerja dan perusahaan... ... 32
I. Penetapan Nilai Kebutuhan Hidup Layak... ... 36
J. Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum ... ... 37
K.Penelitian Terdahulu ... ... 38
L. Kerangka Pikir ... ... 39
III. METODE PENELITIAN A.Tipe Penelitian ... 42
F. Teknik PengumpulanData ... 45
G.Teknik Pengolahan Data ... 45
H.Teknik Analisa Data... 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Tinjauan Tentang Provinsi Lampung ... 47
a. Kondisi Geografis Daerah ... 47
b. Luas Wilayah ... 48
c. Topografi ... 48
d. Sumber Daya Alam ... 51
e. Demografis Provinsi Lampung ... 54
2. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung ... 54
a. Angkatan Kerja ... 55
b. Perusahaan Di Provinsi Lampung ... 56
3. Tinjauan Tentang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung ... 56
a. Pembentukan Organisasi ... 56
b. Gambaran singkat Tupoksi Organisasi ... 57
c. Gambaran Cakupan Kegiatan ... 58
d. Susunan Organisasi ... 60
e. Sumber Daya Manusia ... 62
4. Tinjauan Tentang Dewan Pengupahan Provinsi Lampung ... 62
a. Pembentukan Organisasi ... 62
b. Gambaran Singkat Tupoksi Organisasi ... 63
c. Susunan Organisasi ... 63
B. PEMBAHASAN ... 64
1. Upah Minimum Provinsi Lampung ... 64
2. Nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Provinsi Lampung ... 70
3. Mekanisme Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung ... 72
4. Efektivitas Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam penetapan UMP Lampung... 79
5. Langkah – langkah Untuk Menentukan Efektivitas ... 91
a. Ketercapaian Tujuan ... 91
b. Ketepatan Sasaran ... 93
6. Implementasi Tupoksi ... 94
a. Penetapan dan Pengawasan atas Pelaksanaan Upah Minimum Provinsi ... 95
b. Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi ... 97
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 99
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rincian Luas Wilayah Provinsi Lampung ... 44 2. Luas Wilayah Provinsi Lampung berdasarkan kemiringan ... 46
3. Data Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Tahun 2013 ... 50 4. Data Angkatan Kerja Provinsi Lampung menurut Kabupaten/Kota
dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... 51 5. Data Perusahaan di Provinsi Lampung ... 51
6. Data Pegawai Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi
Lampung ... 57
7. Daftar anggota Dewan Pengupahan Daerah ProvinsiLampung
Tahun 2013 ... 59
DAFTAR GAMBAR
GambarHalaman
1. Perbandingan UMP dengan KHL di Provinsi Lampung ... 6
2. Prosedur Penetapan UMP/UMK ... 29 3. Kerangka Pikir ... 37 4. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya
pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Hubungan kerja ini terjadi antara pekerja/buruh dengan pemberi kerja yang sifatnya individual. Para pekerja/buruh mempunyai hak untuk membentuk suatu organisasi pekerja bagi
kepentingan para pekerja/buruh tersebut sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan memberi upah atau imbalan dalam bentuk
lain. Sementara itu Pengusaha adalah :
a. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri.
b. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya
2
berkedudukan diluar wilayah Indonesia
Antara pekerja/buruh dan pengusaha mempunyai persamaan kepentingan ialah kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan, tetapi di sisi lain hubungan antar keduanya juga memiliki perbedaan dan bahkan potensi konflik, terutama apabila berkaitan dengan persepsi atau interpretasi yang tidak sama tentang kepentingan masing-masing pihak yang pada dasarnya memang ada perbedaan.
Pemerintah berfungsi utama mengadakan pengaturan agar hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha berjalan serasi dan seimbang yang dilandasi oleh pengaturan hak dan kewajiban secara adil serta berfungsi sebagai penegak hukum. Disamping itu pemerintah juga berperan sebagai penengah dalam menyelesaikan konflik atau perselisihan yang terjadi secara adil. Pada dasarnya pemerintah juga menjaga kelangsungan proses produksi demi kepentingan yang lebih luas.
Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Hubungan Industrial tersebut perlu diatur dengan tujuan akhir adalah terciptanya produktivitas atau kinerja perusahaan dalam bentuk peningkatan produktivitas serta kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan pengusaha secara adil. Untuk dapat mencapai tujuan akhir tersebut maka perlu adanya ketenangan kerja dan berusaha atau industrial peace, sebagai tujuan antara. Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan saling kait mengait, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan bahkan saling mempengaruhi. Produktivitas perusahaan yang diawali dengan produktivitas kerja hanya mungkin terjadi apabila didukung oleh kondisi pekerja/buruh yang sejahtera atau ada harapan yang nyata akan adanya peningkatan kesejahteraan diwaktu yang akan datang.
Sebaliknya kesejahteraan semua pihak khususnya para pekerja/buruh hanya mungkin dapat dipenuhi apabila didukung oleh tingkat produktivitas tertentu, atau adanya peningkatan produktivitas yang memadai mengarah pada tingkat produktivitas yang diharapkan.
Pengupahan merupakan sisi yang paling rawan di dalam hubungan industrial. Di satu sisi upah adalah merupakan hak bagi pekerja/buruh sebagai imbalan atas jasa dan / atau tenaga yang diberikan, di lain pihak pengusaha melihat upah sebagai biaya. Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap pekerja/buruh atas jumlah penghasilan yang diperolehnya, maka ditetapkan Upah Minimum oleh pemerintah.
4
mereka dan keluarganya. Sistem pengupahan perlu dikembangkan dengan memperhatikan keseimbangan antara prestasi atau produktivitas kerja, kebutuhan pekerja dan kemampuan perusahaan. Disamping itu perlu dikembangkan struktur upah yang tidak rumit dan adanya komponen upah yang jelas sesuai kebutuhan. Mekanisme penetapan upah dan kenaikan upah sebaiknya diatur didalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Perjanjian kerja bersama (PKB) dibuat oleh dan antara pekerja/buruh dengan pengusaha secara musyawarah mufakat. Seluruh hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha termasuk didalamnya upah, perlu diatur dan disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan adanya perjanjian kerja bersama tersebut diharapkan proses hubungan industrial dapat berjalan dengan baik dan harmonis karena segala hak dan kewajiban masing-masing pihak telah disepakati bersama.
Berkaitan dengan upah atau pengupahan, maka perlu dipahami mengenai Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum Sektor (UMS). UMP adalah merupakan tingkat upah terendah bagi kabupaten/kota yang berada di wilayah propinsi yang bersangkutan tanpa mempertimbangkan sektor tertentu. Apabila kabupaten/kota bermaksud akan mengatur besarnya Upah Minimum untuk daerah yang bersangkutan atau disebut UMK, maka UMK yang bersangkutan ditetapkan oleh Gubernur dan harus lebih tinggi dari UMP.
Minimum sektoral hanya diberlakukan terhadap sektorsektor tertentu yang memiliki kemampuan lebih baik.
Pengaturan pengupahan utamanya perlu mempertimbangkan dapat memenuhi kebutuhan pekerja/buruh yang dari waktu ke waktu senantiasa meningkat, serta kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu, penetapan Upah Minimum dan kenaikan Upah Minimum perlu dilakukan dan dikaji secara cermat sehingga semua pihak dapat menarik manfaat. Kenaikan Upah Minimum yang terlalu drastis akan merugikan perusahaan. Sebaliknya kenaikan yang terlalu datar/landai tidak menguntungkan pekerja/buruh, karena kenaikan tersebut akan kalah oleh inflasi sehingga tujuan menaikkan kesejahteraan pekerja/buruh tidak akan tercapai. Oleh karena itu kenaikan Upah Minimum perlu diketahui dan disetujui oleh semua pihak.
Penetapan Upah Minimum sampai saat ini umumnya masih jauh dibawah Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Upah Minimum setidaknya dapat diarahkan pada pencapaian upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup minimum. Hal ini dikarenakan pada faktor kemampuan perusahaan yang masih cukup kesulitan apabila Upah Minimum disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
6
Gambar 1
Diakui maupun tidak, keadaan penawaran tenaga kerja jauh lebih besar dibanding dengan permintaan (excess supply), maka kekuatan tawar tenaga kerja menjadi lemah. Hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat upah, khususnya bagi tenaga kerja dengan tingkat kemampuan rendah. Hal ini karena lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja. Terhadap pekerja/buruh yang terlalu menuntut macam-macam seperti misalnya menuntut upah yang terlalu tinggi maka tidak segan-segan pengusaha akan menawarkan dua pilihan kepada pekerja/buruh tersebut untuk memilih tetap bekerja dengan upah yang telah ditetapkan atau dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja.
Ketika pekerja/buruh dihadapkan pada kondisi tersebut, maka tidak ada pilihan lain dan tidak ada daya tawar lagi kecuali memilih untuk tetap bekerja walaupun dengan upah tidak sepadan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Apabila pekerja memilih untuk keluar dari pekerjaannya, pasti pekerja/buruh tersebut akan mengalami kesulitan karena
850,308 861,340 904,981
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 KHL
rata-rata kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) para pekerja/buruh hanya pas-pasan sehingga untuk mencari pekerjaan yang lain akan kesulitan karena harus bersaing dengan para pencari kerja yang masih menganggur dan karena lapangan pekerjaan yang sangat terbatas.
Untuk itu sangat diperlukan adanya campur tangan pemerintah melalui penetapan Upah Minimum sebagai upaya melindungi para pekerja/buruh sehingga upah yang diterimanya dapat menjamin kesejahteraan bagi dirinya maupun keluarganya dan para pekerja/buruh tidak diperlakukan semena-mena oleh pengusaha yang mempunyai kewenangan dan kekuasaan dibalik kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh para pekerja/buruh. Dalam hal ini tugas pokok dan fungsi pemerintah terkait dengan penetapan Upah Minimum Provinsi ada pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung.
Disisi lain perlu diperhitungkan dampak dari penetapan Upah Minimum terhadap peningkatan dan pertumbuhan perusahaan. Penetapan Upah Minimum yang hanya melihat dari sudut kepentingan pekerja/buruh sangat tidak menguntungkan terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya dua sisi yang perlu mendapatkan perlindungan secara adil. Pekerja/buruh sangat membutuhkan upah yang memadai demi pemenuhan kebutuhan hidupnya beserta keluarga namun demikian perusahaan perlu mendapatkan jaminan dalam peningkatan dan pengembangan usahanya.
8
maka tidak menutup kemungkinan akan banyak perusahaan yang tidak mampu melaksanakan Upah Minimum yang ditetapkan dan karena diwajibkan untuk
melaksanakan ketentuan ketetapan Upah Minimum maka harus berakhir dengan penutupan perusahaan (lock out).
Perlu kebijaksanaan dalam penetapan Upah Minimum sebagai upaya untuk memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh namun dengan tetap memperhitungkan kemampuan perusahaan sehingga dalam penetapan Upah Minimum mampu memberikan jaminan
kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan juga terjamin.
Perlu juga dilakukan kajian lebih mendalam apakah pemerintah provinsi Lampung dalam rangka penetapan Upah Minimum Provinsi memiliki peranan yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Lampung dan Undang-Undang Ketenagakerjaan telah sesuai
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana Prosedur Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung? b. Bagaimana Peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Lampung melalui Dewan Pengupahan Provinsi Lampung dalam
penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung?
c. Apakah Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Lampung melalui Dewan Pengupahan Provinsi Lampung dalam Penetapan Upah Minimum Provinsi sudah sesuai dan efektif?
C.TUJUAN PENELITIAN
Dari uraian latar belakang dan pokok permasalahan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengungkap prosedur penetapan Upah Minimum di Provinsi
Lampung.
b. Untuk mengetahui sejauh mana peranan pemerintah provinsi dalam penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
c. Untuk menganalisis apakah peranan Pemerintah Provinsi melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam penetapan Upah
Minimum Provinsi sudah efektif dan sesuai dengan harapan.
D.MANFAAT PENELITIAN
10
memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat dari segi teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pemerintahan : melengkapi bahan bacaan di bidang Ilmu Pemerintahan, khususnya Bidang Ketenagakerjaan dan menjadi kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi titik tolak dalam penelitian sejenis di masa mendatang.
b. Manfaat dari segi praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pekerja/buruh dan pengusaha serta pemerintah kaitannya dengan kebijakan penetapan Upah Minimum khususnya di wilayah Provinsi Lampung sehingga semua pihak yang terlibat mendapatkan manfaat
dari penetapan Upah Minimum yaitu :
a. Prosedur penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peranan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia peranan adalah yang diperbuat, tugas,
hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa tertentu. (1995 : 454). Menurut Margono Slamet (1985 : 15), peranan adalah mencakup tindakan ataupun perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu
posisi di dalam status social. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (1987 : 220), menyatakan bahwa peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak – hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Menurut Soleman B. Taneko (1986 : 23) peranan adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari
orang yang memangku suatu status.
Menurut Levinson (Soerjono Soekanto, 1991 : 269), peranan mencakup 3 hal
yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
12
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial organisasi.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat dikatakan peranan adalah status yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh orang atau
lembaga yang menempati atau memangku posisi dalam suatu posisi dalam suatu sistem sosial dengan memenuhi hak dan kewajibannya. Peranan suatu organisasi berkaitan erat dengan tugas dan fungsi yang harus dijalankan oleh
organisasi tersebut dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Karena itu untuk mengetahui besar ataupun kecilnya peranan suatu organisasi dapat diukur
dengan tingkat keberhasilannya dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini akan diukur adalah sejauh mana peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam
Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
B. Tinjauan Efektivitas dan Ukuran Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan
konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori efektivitas.
Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. Karena keduanya memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata
perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung
dihubungkan dengan pencapaian tujuan.
Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau
efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.
Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara lain :
1.Efektivitas Individu
Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi;
2.Efektivitas kelompok
Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah
kontribusi dari semua anggota kelompoknya; 3.Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya
14
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat
perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai.
Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya ”Efektivitas Implementasi
Kebijakan Otonomi Daerah” bahwa: Organisasi dapat dikatakan efektif bila
organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan.
Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat
diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang lain.
Studi tentang efektivitas bertolak dari variabel-variabel artinya konsep yang mempunyai variasi nilai, dimana nilai-nilai tersebut merupakan ukuran
daripada efektivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudarwan Danim dalam
bukunya “Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok” yang
menyebutkan beberapa variabel yang mempengaruhi efektivitas, yaitu: 1. Variabel bebas (independent variable)
Yaitu variabel pengelola yang mempengaruhi variabel terikat yang
sifatnya given dan adapun bentuknya, sebagai berikut: a. Struktur yaitu tentang ukuran;
c. Lingkungan yaitu keadaan fisik baik organisasi, tempat kerja
maupun lainnya;
d. Pemenuhan kebutuhan yaitu kebutuhan fisik organisasi, kebutuhan di
tempat kerja dan lain-lain. 2. Variabel terikat (dependent variable)
Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi atau dapat diikat oleh variabel lain
dan berikut adalah contoh dari variabel terikat, yaitu: a. Kecepatan dan tingkat kesalahan pengertian;
b. Hasil umum yang dapat dicapai pada kurun waktu tertentu. 3. Variabel perantara (interdependent variable)
Yaitu variabel yang ditentukan oleh suatu proses individu atau organisasi
yang turut menentukan efek variabel bebas. (Danim, 2004:121-122).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka hal-hal yang mempengaruhi efektivitas adalah ukuran, tingkat kesulitan, kepuasan, hasil dan kecepatan
serta individu atau organisasi dalam melaksanakan sebuah kegiatan/program tersebut. Disamping itu adanya evaluasi apabila terjadi kesalahan pengertian pada tingkat produktivitas yang dicapai, sehingga akan tercapai suatu
kesinambungan (sustainabillity).
16
“Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab
mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak” (dalam
Handayaningrat, 1985:16).
Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran
yaitu masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Duncan yang dikutip
Richard M. Steers dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” mengatakan
mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut: 1. Pencapaian Tujuan
2. Integrasi 3. Adaptasi
(Duncan, dalam Steers 1985:53).
Berdasarkan ukuran efektivitas diatas, maka keterkaitan antara variabel yang
mempengaruhi Efektivitas terdapat tujuh indikator yang sangat mempengaruhi terhadap efektivitas. Tujuh indikator tersebut, sangat dibutuhkan dalam menerapkan sistem informasi. Hal tersebut dapat dilihat
dari :
1. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan
periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (1)
Kurun waktu pencapaiannya ditentukan, (2) sasaran merupakan target yang kongktit, (3) dasar hukum (Duncan, dalam Steers 1985:53 ).
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan
komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (1) prosedur (2) proses sosialisai. ( Nazarudin, dalam Claude 1994:13).
3. Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk meyelaraskan suatu individu terhadap perubahan–perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (1) peningkatan kemampuan (2) sarana dan prasarana. ( Duncan, dalam Steers 1985:53 ).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pengukuran merupakan
penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sasaran yang tersedia. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif.
Jadi, apabila suatu tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka tidak efektif. Efektivitas merupakan fungsi dari
18
strategi, kebijaksanaan, program dan pedoman. Tercapainya tujuan itu adalah
efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap kepentingan bersama.
C. Tinjauan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung
Dinas Provinsi adalah unsur pelaksana Pemerintah Provinsi yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah dan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan
daerah berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan provinsi di bidang tenaga kerja dan transmigrasi berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas
dekonsentrasi dan pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menyelenggarakan tugasnya, sesuai dengan Peraturan Daerah
Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijaksan teknis operasional bidang tenaga kerja dan transmigrasi;
b. Perumusan kebijaksanaan, pengaturan, perencanaan dan penetapan standar/pedoman;
c. Penetapan pedoman jaminan kesejahteraan purna kerja; d. Penetapan dan pengawasan atas pelaksanaan upah minimum; e. Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi; f. Pelayanan administratif.
D. Pengertian Upah 1. Definisi Upah
Definisi upah menurut PP Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan upah adalah :
Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan, atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha (pemberi kerja) dan pekerja termasuk tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya.
Sedangkan definisi upah menurut Pasal 1 angka 30 Undang-undang
Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian upah adalah :
20
Upah memegang peranan penting dan ciri khas suatu hubungan kerja, karena upah merupakan tujuan utama bagi seorang pekerja dalam melakukan pekerjaan pada orang atau badan hukum lain, maka pemerintah turut serta dalam menangani masalah upah melalui berbagai kebijakan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 88 ayat (1) menyebutkan setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan untuk melindungi pekerja, meliputi:
a. Upah minimum; b. Upah kerja lembur;
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. Bentuk dan cara pembayaran upah;
g. Denda dan potongan upah;
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional; j. Upah untuk pembayaran pesangon;
Pasal 91 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu sesuai dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Apabila kesepakatan tersebut lebih rendah dari peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2. Komponen Upah
Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima. Imbalan yang diterima oleh pekerja tidak selamanya disebut sebagai upah,
karena dapat imbalan tersebut tidak termasuk dalam komponen upah.
a. Termasuk komponen upah adalah :
(1) Upah pokok merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasar perjanjian;
(2) Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan
keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan.
22
maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja dan diberikan
secara tidak tetap bagi pekerja dan keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.
b. Tidak termasuk komponen upah adalah :
(1) Fasilitas yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata karena hal-hal yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan
buruh;
(2) Bonus yaitu pembayaran yang diterima pekerja atas hasil
keuntungan perusahaan atau karena pekerja berprestasi melebihi target produksi yang normal atau karena peningkatan produksi;
(3) Tunjangan hari raya dan pembagian keuntungan lainnya.
3. Jenis-Jenis Upah
G. Kartasapoetra dalam bukunya menyebutkan, bahwa jenis-jenis upah meliputi :
a. Upah nominal
Yang dimaksud dengan upah nominal adalah sejumlah uang yang
dibayarkan kepada pekerja yang berhak secara tunai sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan
ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja di bidang industri atau perusahaan ataupun dalam suatu organisasi kerja, dimana ke dalam upah tersebut tidak ada tambahan atau
wujudnya yang memang berupa uang secara keseluruhannya.
b. Upah nyata (real wages)
Upah nyata adalah upah yang benar-benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ditentukan oleh daya beli
upah tersebut yang akan banyak bergantung dari :
(1) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;
(2) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.
Adakalanya upah itu diterima dalam wujud uang atau fasilitas atau in natura, maka upah nyata yang diterimanya yaitu jumlah upah uang
dan nilai rupiah dari fasilitas dan barang in natura tersebut.
c. Upah hidup
Dalam hal ini upah yang diterima seorang pekerja itu relatif cukup
untuk membiayai keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya kebutuhan pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga
sebagian dari kebutuhan sosial keluarganya, misalnya pendidikan, bagi bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang
lebih baik, iuran asuransi jiwa dan beberapa lainnya lagi.
d. Upah minimum
Pendapatan yang dihasilkan para buruh dalam suatu perusahaan
sangat berperan dalam hubungan ketenagakerjaan. Seorang pekerja adalah manusia dan dilihat dari segi kemanusiaan sewajarnyalah pekerja mendapatkan penghargaan dan perlindungan yang layak.
24
Upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan
para pekerjanya sebagai uang imbalan atas jasa-jasa yang diberikan pekerja kepada pengusaha atau perusahaan sesuai
dengan perjanjian kerja diantara mereka.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upah
Faktor-faktor yang mempengaruhi upah antara lain :
a. Pendidikan dan keterampilan
Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap produktifitas kerja.
b. Kondisi pasar kerja
Kondisi pasar kerja sangat mempengaruhi nilai tawar pekerja.
Dalam tingkat pengangguran tinggi menyebabkan kelebihan pekerja dengan penawaran upah rendah, hal ini menyebabkan
posisi tawar pencari kerja menjadi sangat lemah.
c. Biaya hidup
Tingkat biaya hidup di suatu tempat akan berpengaruh terhadap tingkat upah di tempat tersebut. Hal ini terjadi untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan pekerja yang bersangkutan.
d. Kemampuan perusahaan
e. Kemampuan serikat pekerja
Apabila serikat pekerja kuat dalam perundingan Perjanjian Kerja
Bersama dapat memperjuangkan perbaikan syarat kerja termasuk pengupahan dengan hasil yang maksimal.
f. Produktifitas kerja
Kelangsungan hidup dan dan kemajuan perusahaan sangat ditentukan oleh tingkat produktivitas kerja haruslah disadari penuh oleh pekerja dan pengusaha juga harus memahami bahwa
kemajuan itu adalah hasil sumbangan dari pekerja.
g. Kebijakan pemerintah
Dalam hal-hal tertentu pemerintah melaksanakan intervensi terhadap pengupahan dan tidak semata-mata diserahkan kepada mekanisme pasar. Tujuannya adalah untuk menjamin agar tingkat upah tidak merosot dengan menetapkan jaring pengaman dalam bentuk upah minimum. Intervensi ini juga memelihara kesempatan kerja.
5. Upah Minimum
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah minimum merupakan ketetapan
yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan Kebutuhan Hidup Layak (K HL) kepada pekerja yang pali ng rendah ti ngkat
26
yang merupakan perlindungan bagi kelompok pekerja lapisan bawah atau
pekerja yang mempunyai masa kerja maksimal 1 (satu) tahun, agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai Kebutuhan
Hidup Minimum.
Pasal 88 ayat (4) Undang – Undang No.13 Tahun 2003 menerangkan bahwa pemerintah menetapkan upah minimum sebagimana yang dimaksud dalam ayat (3) huruf (a) berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pencapaian kebutuhan hidup layak ini adalah setiap penetapan upah minimum harus disesuaikan dengan tahapan pencapaian perbandingan upah minimum dengan kebutuhan hidup layak yang besarnya
ditetapkan oleh Menteri.
Penetapan upah minimum adalah salah satu bentuk perlindungan yang
diberkan pemerintah kepada pekerja yang sekaligus merupakan jaring pengaman (safety net) agar upah pekerja tidak jatuh ke level terendah.
Pada dasarnya upah minimum diterima oleh : a. Pekerja yang berpendidikan rendah;
b. Pekerja yang tidak mempunyai keterampilan; c. Pekerja lajang;
d. Pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun.
Penetapan upah minimum ini sebaiknya dapat mencukupi kebutuhan- kebutuhan hidup buruh beserta keluarganya, sebagai standar minimum
pekerja dalam lingkungan usaha atau kerjanya yang berbeda-beda tingkat
pemenuhan kebutuhan sesuai daerah masing-masing. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sesuai
ketentuan dalam Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Beberapa jenis upah pokok minimum
adalah sebagai berikut :
a. Upah minimum sub sektoral regional
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan
pada sub sektor tertentu dalam daerah tertentu b. Upah minimum sektor regional
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan pada sektor tertentu dalam daerah tertentu
c. Upah minimum regional / upah minimum provinsi (UMR/UMP)
Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah tertentu. Upah minimum regional ditiap-tiap daerah besarnya berbeda- beda. Besarnya UMR/UMP didasarkan pada indek harga
konsumen, kebutuhan fisik minimum, perluasan kesempatan kerja, upah pada umumnya yang bersifat regional, kelangsungan dan perkembangan
perusahaan, tingkat perkembangan perekonomian regional dan nasional.
28
penangguhan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi disertai dengan rekomendasi dari Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat.
Dalam penetapan upah minimum tersebut, masih terjadi perbedaan yang didasarkan pada tingkat kemampuan, sifat, dan jenis pekerjaan di masing perusahaan yang kondisinya berbeda-beda, masing-masing wilayah/daerah yang tidak sama. Maka, upah minimum ditetapkan berdasar wilayah propinsi atau kabupaten kota dan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota.
Tidak adanya keseragaman upah di semua perusahaan dapat dipahami mengingat kondisi dan sifat perusahaan di setiap sektor wilayah/daerah tidak sama dan belum bisa disamakan. Belum adanya keseragaman upah tersebut justru masih didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan demi kelangsungan hidup perusahaan dan pekerja yang bersangkutan, mengingat strategi kebutuhan pokok terhadap pekerja yang berada pada sektor informal di daerah perkotaan yang pada umumnya masih mempunyai penghasilan di bawah taraf hidup tertentu.
E. Tinjauan Upah Minimum
Kebijakan upah minimum dimulai sejak tahun 1957 dan dinormatifkan mulai tahun 1989 melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-05/Men/1989. Dalam perkembangannya ketentuan yang mengatur upah
Tahun 2013 tentang Upah Minimum. Selanjutnya dengan otonomisasi,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan dan Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dimana Provinsi sebagai daerah otonom, penetapan upah minimum menjadi kewenangan Gubernur atas usulan dari
Dewan Pengupahan dimana di Provinsi Lampung dinamakan dengan Dewan Pengupahan Daerah Provinsi Lampung.
Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari Upah Pokok dan Tunjangan Tetap. Upah minimum meliputi :
a. Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah Upah minimum yang berlaku
untuk seluruh Kabupaten/Kota disatu Provinsi.
b. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) adalah Upah minimum yang
berlaku di daerah kabupaten/Kota.
c. Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di seluruh Kabupaten/Kota disatu Provinsi
d. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota adalah Upah minimum yang berlaku secara sektoral didaerah Kabupaten/Kota
UMP merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya konflik antara pengusaha dan pekerja dimana merupakan jarring pengaman terhadap upah yang diberikan pengusaha kepada pekerja dengan
tujuan agar tidak terjadi kemerosotan dan ketidakadilan dalam pengupahan, sebagai upaya mengurangi kesenjangan penerima upah terendah dan tertinggi
30
UMP pada hakikatnya merupakan produk unsur tripartite plus yang terbentuk
dalam Dewan Pengupahan Daerah
F. Pengusulan dan Penetapan Upah Minimum Provinsi
Landasan hukum dalam penetapan Upah Minimum Provinsi adalah sebagai
berikut:
1. UUD 1945 Pasal 27: “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
2. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Keppres RI. No. 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan
4. Permenakertrans No 7 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum
5. Kepmenakertrans No. 231/MEN/2003 tentang Tata Cara
Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum
6. Kepmenakertrans No. 49/MEN/IV/2004 tentang Ketentuan Struktur
dan Skala Upah
7. Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup layak
Dalam Keppres No. 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, kelembagaan Dewan Pengupahan terdiri dari Dewan Pengupahan Nasional (Depenas), Dewan Pengupahan Propinsi (Depeprov) dan Dewan Pengupahan
Kabupaten/Kota (Depekab/Depeko). Sedangkan, Pembentukan Dewan Pengupahan provinsi dilakukan oleh Gubernur, sehingga Dewan Pengupahan
Provinsi bertanggungjawan kepada Gubernur.
tentang Dewan Pengupahan bahwa keanggotaan Dewan Pengupahan adalah
sebagai berikut:
1. Anggota terdiri dari unsur Pemerintah, Asosiasi pengusaha Indonesia (APINDO), Serikat Pekerja (SP), dan Perguruan Tinggi.
2. Perwakilan serikat pekerja ditunjuk dari serikat pekerja yang memenuhi
persyaratan untuk menduduki dalam kelembagaan Dewan Pengupahan Provinsi.
3. Perbandingan keanggotaan adalah 2:1:1, artinya 2 bagian keterwakilan dari unsur pemerintah, satu bagian keterwakilan dari unsur APINDO,
dan satu bagian keterwakilan dari unsur serikat pekerja.
4. Berjumlah gasal dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Dewan Pengupahan Provinsi sendiri memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka: - Pengusulan Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum
Sektoral Provinsi
- Penerapan sistem pengupahan di tingkat kota
b. Menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan
G. Mekanisme Penetapan UMP
Mekanisme penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun Upah
32
Gambar 2 Prosedur Penetapan UMP/UMK
Hasil rumusan dewan pengupahan provinsi disampaikan kepada Gubernur, dari hasil tersebut Gubernur mempertimbangkan segala aspek baik dari segi pekerja, pengusaha, pendapatan daerah, dll. Rumusan yang disampaikan
oleh dewan pengupahan daerah tersebut biasanya dikonsultasikan kepada dinas-dinas yang terkait seperti dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi,
dinas perdagangan, dan dinas pendapatan, sehingga Gubernur bisa mengambil sebuah langkah yang strategis dalam pengambilan keputusan
untuk menetapkan UMP.
H. Dampak Berlakunya Keputusan Gubernur Tentang UMP dan UMK Bagi Pekerja dan perusahaan.
Pada dasarnya Pekerja/buruh melaksanakan kewajibannya sebagai pekerja/ buruh untuk melakukan pekerjaannya sehingga menghasilkan barang
Dewan Pengupahan
Prov/Kab/Kota Survey pasar & Dinas Prov. Kab.Kota
ataupun jasa dengan harapan mendapatkan upah atau imbalan dalam bentuk
uang atas pekerjaannya tersebut. Kaitannya dengan pengupahan tampak sekali perbedaan kepentingan antara pengusaha dengan pekerja/buruh. “Tidak
seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba, perbudakan dan perdagangan budak harus dilarang dalam berbagai bentuknya. Perbudakan pada
dasarnya tidak lepas dari kerja paksa”. Sampai saat ini para Pengusaha masih menganggap upah sebagai biaya (cost) yang akan membebani harga pokok produksi dan akan mempengaruhi laba/(rugi) perusahaan sehingga
para pengusaha menginginkan pembayaran upah yang sekecil mungkin sehingga dampak dari pembayaran upah tidak berpengaruh terhadap
produktivitas maupun pencapaian laba. Apabila dilihat dari sisi bisnis dan dari sisi biaya saja tampaknya hal ini masuk akal dan logis, karena setiap pengusaha menginginkan perusahaannya berkembang.
Di sisi pekerja/buruh masalah upah menjadi sangat penting karena para pekerja/buruh menginginkan pendapatan yang besar sehingga mampu
mencukupi kebutuhan bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Tuntutan terhadap upah yang besar dari para pekerja/buruh juga dinilai sangat wajar
karena kebutuhan hidup yang dari waktu ke waktu cenderung mengalami kenaikan sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup juga dibutuhkan biaya yang cukup tinggi. Terdapat hal prinsip yang bertolak
belakang dan perbedaan cara pandang kaitannya dengan pengupahan yang terjadi antara para pengusaha dengan para pekerja/buruh yang hal
34
Industrial. Kedua belah pihak (pengusaha dan pekerja/buruh) mempunyai
pendapat yang menurut persepsi masing-masing benar. Perbedaan tersebut apabila tidak dapat dikondisikan pada satu titik dalam persamaan persepsi
akan mengganggu stabilitas dalam pelaksanaan Hubungan Industrial. Permasalahan yang berkutat diseputar pengupahan akan menghabiskan energi
dan akan merugikan semua pihak baik pihak pengusaha maupun pihak pekerja/buruh. Ketika terjadi gejolak akibat permasalahan pengupahan pekerja/buruh tentunya pengusaha akan kehilangan tingkat produktivitas
perusahaan karena terganggu dengan adanya gejolak tersebut. Sementara pekerja/buruh tidak akan tenang bekerja atau bahkan terancam terkena
dampak gejolak permasalahan tersebut seperti misalnya terjadinya efisiensi perusahaaan akibat biaya tenaga kerja yang terlalu tinggi dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja, pembagian waktu kerja dengan sistem shift dan
lain sebagainya. Menyikapi hal tersebut tentunya kedua belah pihak yaitu pengusaha dengan pekerja/buruh perlu duduk bersama untuk menyatukan persepsi dan saling memahami hal-hal yang berhubungan dengan
pengupahan. Pengusaha tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan dapat melangsungkan usahanya apabila tidak mempunyai pekerja/buruh. Di sisi
lain pekerja/buruh juga tidak akan ada artinya sama sekali apabila tidak ada perusahaan. Ibarat dua sisi mata uang, masing-masing sisi memang mempunyai fungsi dan peran yang berbeda, namun kedua sisi tersebut
mempunyai kepentingan dan fungsi yang sama yaitu mempertahankan eksistensi perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik
kebutuhannya dalam hal upah. Mengingat fungsi dan kepentingan yang
sama tersebut tidak ada alasan bagi masing-masing pihak untuk mempertahankan pendapat dan cara pandangnya secara egois, karena
sebenarnya masing-masing pihak mempunyai ketergantungan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Untuk itu perlu hubungan yang
ideal dan harmonis antara pengusaha dengan pekerja/buruh dalam pelaksanaan hubungan industrial sehingga dapat tercapai keinginan bersama yaitu perusahaan berkembang dan lestari, sementara pekerja/buruh sejahtera.
Untuk mewujudkan perusahaan agar berkembang dan lestari diperlukan tenaga kerja yang berkwalitas dan mempunyai dedikasi tinggi dalam
menjalankan pekerjaannya sehingga menghasilkan produk baik berupa barang ataupun jasa sesuai target yang telah ditetapkan oleh pengusaha. Apabila target produksi dan kwalitas produknya sesuai dengan target atau dapat
melebihi target yang telah ditetapkan perusahaan tentunya hal ini merupakan dukungan yang positif bagi pengusaha dalam mengelola dan mengembangkan perusahaan. Pekerja/buruh akan dapat mampu bekerja dengan baik dan penuh
dedikasi apabila para pekerja/buruh tersebut juga terjamin kesejahteraannya yang hal ini perlu didukung dengan pengupahan yang memadahi.
Apabila terdapat jaminan kesejahteraan bagi pekerja/buruh maka para pekerja/buruh akan memberikan yang terbaik demi kepentingan perusahaan. Tidak ada penyelewengan yang akan dilakukan pekerja/buruh misalnya
memberikan tenaganya pada jam kerja untuk kepentingan pihak ketiga demi penambahan penghasilan bagi dirinya yang hal ini tentunya merugikan
36
bahwa kinerja perusahaan dengan paradigma baru bahwa tenaga kerja adalah
asset perusahaan yang perlu mendapatkan perhatian dan pengelolaan secara optimal sehingga mampu memberikan kontribusi kepada perusahaan. Ketika
pengusaha mau berpikir bahwa dengan mengeluarkan biaya tenaga kerja akan mendapatkan pemasukan bagi perusahaannya yang lebih besar dari biaya
tenaga kerja yang dikeluarkan maka paradigma baru sudah berjalan.
I. Penetapan Nilai Kebutuhan Hidup Layak
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian
Kebutuhan Hidup Layak menyatakan bahwa Kebutuhan Hidup Layak adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non-fisik dan sosial untuk
kebutuhan satu bulan. Komponen Hidup Layak (KHL) sebagai dasar dalam penetapan upah minimum merupakan peningkatan dari kebutuhan hidup
minimum.
Adapun Pedoman Survei Harga Penetapan Nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Survei oleh Ketua Dewan Pengupahan Kota 2. Tim Survei menetapkan metode survai, yaitu dengan metode
kuesioner yang ditanyakan kepada responden
3. Pemilihan tempat survei harga yang harus dilakukan di pasar
a. Bangunan fisik pasar relatif besar b. Terletak di daerah kota
c. Komoditas yang dijual beragam d. Banyak pembeli
e. Waktu keramaian berbelanja relatif panjang
4. Waktu survei dilakukan pada minggu pertama setiap bulan
5. Responden yang dipilih adalah pedagang yang menjual barang barang kebutuhan secara eceran.
6. Metode Survei Harga. Data harga barang dan jasa diperoleh dengan cara menanyakan harga barang seolah - olah petugas survai akan
membeli barang, sehingga dapat diperoleh harga yang sebenarnya. 7. Pengolahan data
8. Pelaporan
J. Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum
Perusahaan yang tidak mampu dapat mengajukan permohonan penangguhan
Upah Minimum Provinsi kepada Gubernur melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi selambat- lambatnya 10 hari sebelum berlaku Upah Minimum
Provinsi dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Naskah asli kesepakatan antara Pengusaha dengan Serikat
Pekerja/Serikat Buruh atau pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan.
2. Neraca rugi/laba beserta penjelasannya untuk 2 tahun terakhir (audit
38
3. Salinan akta pendirian perusahaan 4. Data upah menurut jabatan pekerja/buruh
5. Jumlah pekerja dan jumlah pekerja yang dimohonkan penangguhan.
6. Perkembangan produksi dan pemasaran selama 2 tahun terakhir serta rencana produksi dan pemasaran 2 tahun yang akan datang.
K. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai upah minimum pernah dilakukan oleh Tartopo Sunarto
(2004) dengan judul “Studi Kebijakan Upah Minimum dalam Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
proses perumusan kebijakan upah minimum dalam pelaksanaan otonomi daerahdan sejauh mana peran dan kepentingan stake holder yang terlibat dalam kebijakan upah minimum di Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana data diperoleh dari
informasi – informasi yang dihimpun dari para informan yang merupakan stake holder yang terlibat dalam kebijakan upah minimum yaitu : pekerja, pengusaha dan pemerintah.
Hasil penelitian ini memberi kesimpulan bahwa kebijakan upah minimum
setelah pelaksanaan otonomi daerah lebih baik disbanding sebelum pelaksanaan otonomi daerah dimana salah satunya dalam era otonomi daerah
keterlibatan peran serta stake holder yang ada sudah cukup aktif dalam proses
penetapan upah minimum provinsi dimana semuanya tergabung dalam satu wadah yang dinamakan Dewan Pengupahan Provinsi.
L. Kerangka Pikir
Penetapan Upah Minimum Provinsi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung dan petunjuk teknis yang tertuang dalam Peraturan
Gubernur Nomor 34 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas
– dinas Daerah pada Pemerintah Provinsi Lampung merupakan salah satu dari
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung yang salah satunya berperan dalam Dewan Pengupahan Provinsi Lampung dimana menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang efisien dan efektif sehingga Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung memiliki peranan yang pokok dalam hal
penentuan kebijakan mengenai penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung.
Masalah pengupahan di Provinsi Lampung tidak jauh berbeda dengan masalah pengupahan yang dihadapi oleh Provinsi lain yaitu sulitnya menetapkan kebijakan pengupahan yang lebih realistis dan lebih menyentuh
masyarakat industri khususnya masyarakat pekerja, karena hal ini sangat dipengaruhi oleh kedua kepentingan yang berbeda antara pengusaha dan pekerja. Selain itu, penetapan Upah Minimum yang acuan dasarnya adalah
40
dengan sekarang negara kita dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan dan
berpengaruh meningkatnya harga pokok dipasar sehingga sangat sulit menetapkan suatu Upah Minimum yang lebih realistis sesuai dengan kondisi
daerah dan kemampuan perusahaan baik secara menyeluruh maupun secara sektoral hingga penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP).
Melihat Tupoksi yang sudah ada pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dan peran serta Dinas di dalam Dewan Pengupahan
Provinsi Lampung, permasalahan yang ada serta adanya harapan bahwa penetapan Upah Minimum harus sesuai dengan aturan yang ada serta sesuai Kebutuhan Hidup Layak yang sesuai dengan fakta di lapangan maka dalam
Gambar 3 Kerangka Pikir
PROSES PENETAPAN UMP
PERAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI LAMPUNG
(Tupoksi Disnakertrans Prov. Lampung)
1. Melaksanakan dan Menyiapkan bahan juknis penetapan Upah Minimum
2. Merencanakan dan melaksanakan sidang Dewan Pengupahan dalam rangka penetapan Upah Minimum
3. Bahan rencana Survey KHL dan Survey Kemampuan Perusahaan membayar Upah
UKURAN EFEKTIVITAS
1. PENCAPAIAN TUJUAN
2. INTEGRASI
3. ADAPTASI
(Duncan, dalam Steers 1985:53)
42
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif – kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
B. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian ini adalah peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam Penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung
melalui tugas pokok dan fungsinya yang terkait dengan :
1. Penetapan dan pengawasan atas pelaksanaan upah minimum
2. Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi. 3. Pelayanan administrative yang meliputi :
a. Melaksanakan dan menyiapkan bahan petunjuk teknis penetapan
UMP.
b. Menyiapkan bahan rencana survey KHL dan survey kemampuan
perusahaan membayar upah.
c. Merencanakan dan melaksanakan sidang Dewan Pengupahan Provinsi dalam rangka penetapan UMP.
serta membahas faktor – faktor yang mempengaruhi penetapan UMP, efek yang di timbulkan secara sektoral provinsi.
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Lampung dan waktu penelitian ini di rencanakan pada Bulan April
2014.
D. Informan
44
1. Kepala Bidang HI dan Pengawasan Tenaga Kerja, Dinas
Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi Lampung selaku Ketua Dewan Pengupahan Provinsi Lampung.
2. Unsur Serikat Pekerja perwakilan Provinsi Lampung yang terdiri dari Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Provinsi Lampung, Serikat
Buruh Lampung (SBL), Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPMI) Provinsi Lampung, Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI) Provinsi Lampung selaku anggota Dewan Pengupahan Provinsi Lampung.
3. Unsur Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Provinsi Lampung 4. Unsur Akademisi tentang Pengupahan
5. Unsur Praktisi/ Pakar Pengupahan Provinsi Lampung.
E. Jenis Data Penelitian
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber penelitian
dan lokasi penelitian
2. Data Sekunder yaitu data tambahan yang diperoleh dai berbagai sumber yang terkait dengan penelitian seperti buku atau literatur
lainnya
F. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :
1. Wawancara yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data
terkait dengan masalah penelitian,dengan menggunakan pedoman
wawancara
2. Dokumentasi yaitu teknik untuk mendapatkan data dengan cara
mencari sumber informasi dari berbagai sumber dan referensi yang berkaitan dengan penelitian seperti buku,arsip dan internet
G. Teknik Pengolahan data
Teknik pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Editing yaitu proses dalam memperoleh data ringkasan atau suatu rangkaian atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan .
2. Intepretasi ,tahap ini dilakukan dengan memberikan interpretasi atau penjabaran berbagai data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian.
H. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan di interpretasikan (sofian effendi dan Chris Manning,1995:33). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa kualitatif yang berpinjak dari data yang di dapat dari hasil wawancara langsung serta dokumentasi ,melalui tahapan sebagai berikut : 1. Reduksi data
Reduksi data yaitu tahap pemulihan data kasar dan masih mentah yang berlangsung terus - menerus selama penelitian berlansung melalui tahapan
46
tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneiti dalam mencari
kembali data yang diperoleh bila diperlukan. 2. Penyajian data
Seperangkat hasil reduksi data kemudian diorganisasikan dalam bentuk matriks,grafik,atau bisa pula berbentuk naratif saja (display data)
3. Verifikasi data(kesimpulan)
Verfiasi data penelitian yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber ,kemudian peneliti mengambil kesimpulan
yang bersifat sementara sambil mencari data yang mendukung atau menolak kesimpulan.Kesimpulan harus senantiasa di uji selama penelitian
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Melalui analisis pada Bab hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan,
bahwa peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung dalam proses penetapan Upah Minimum Provinsi Lampung secara
administratif maupun teknis telah berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan sudah efektif, hal ini dapat dilihat dari indikator sebagai berikut, yakni setiap anggota maupun pihak yang terkait proses penetapan
Upah Minimum Provinsi Lampung khususnya yang berada di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung telah berperan sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan aturan yang ada
sehingga dihasilkan besaran usulan UMP Lampung sesuai yang diharapkan oleh semua pihak.
Secara teknis masih ditemukan kendala – kendala antara lain target pencapaian waktu dalam penetapan Upah Minimum Provinsi yang masih
kurang tepat dimana target ditetapkannya Upah Minimum Provinsi Lampung minimal 60 (enam puluh) hari sebelum diberlakukan belum tercapai, sehingga
102
B. SARAN
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Proses Penetapan Upah Minimum dapat dilaksanakan oleh para pihak yang
berkompeten sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dengan data – data yang lebih akurat melalui survey di lapangan dan acuan yang dipakai dalam
usulan penetapan minimal adalah nilai KHL yang mendekati riil sehingga lebih efektif dan efisien.
2. Monitoring dan Evaluasi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Lampung agar terus ditingkatkan.
3. Untuk meningkatkan nilai besaran usulan nilai UMP diperlukan pembekalan