HUBUNGAN PENAYANGAN IKLAN REXONA FOR MEN
DENGAN MINAT BELI KONSUMEN PRIA
(Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Penayangan Iklan Rexona
For Men Dengan Minat Beli Pegawai Negeri sipil Di Kabupaten
Serdang Bedagai)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan
Sarjana (S 1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
ADRIAN RINALDY
030922001
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Panitia Penguji Skripsi
Ketua : Drs. Amir Purba, MA. ( )
Anggota I : Dra. Rusni, MA. ( )
DAFTAR TABEL
Tabel I.8 : Operasionalisasi variabel.
Tabel IV.1 : Usia Responden
Tabel IV.2 : Pangkat/ Golongan
Tabel IV.3 : Tingkat Pendidikan Terakhir
Tabel IV.4 : Tingkat Penghasilan
Tabel IV.5 : Waktu Responden paling sering menonton Televisi
Tabel IV.6 : Frekuensi Menonton Televisi dalam Satu Hari
Tabel IV.7 :Stasiun Televisi yang paling sering Ditonton
Tabel IV.8 : Jenis Acara yang paling sering ditonton di Televisi
Tabel IV.9 : Alasan Utama Responden Menonton Televisi
Tabel IV.10 : Tingkat Keseringan Menyaksikan Tayangan Iklan di
Televisi
Tabel IV.11 : Alasan Utama Responden Menyaksikan Iklan di Televisi
Tabel IV.12 : Tingkat Keseringan Menyaksikan Tayangan Iklan Rexona
For Men
Tabel IV.13 : Waktu Responden paling sering menyaksikan Iklan Rexona
for Men
Tabel IV.14 : Tanggapan Responden terhadap Tayangan Iklan Rexona For Men
Tabel IV.15 : Frekuensi Stasiun Televisi Yang Paling Sering Menayangkan Iklan Rexona For Men
Tabel IV.16 : Tingkat Keseringan Menyaksikan Tayangan Iklan Rexona
For Men hingga saat ini
Tabel IV.17 : Tingkat ketertarikan Responden terhadap elemen-elemen
Iklan Rexona For Men
Tabel IV.18 : Frekuensi Durasi Iklan dalam Penyampaian Pesan
Tabel IV.19 : Tingkat Kejelasan Informasi dari Tayangan Iklan Rexona
For Men
Tabel IV.20 : Minat Responden pada Iklan Rexona For Men
Tabel IV.21 : Tingkat Ketertarikan Responden pada Produk Rexona For
Tabel IV.22 : Tingkat Ketertarikan Responden untuk membeli produk
Rexona For Men setelah menyaksikan tayangan iklannya
Tabel IV.23 : Faktor Utama Ketertarikan Responden untuk Membeli
Produk Rexona For Men
Tabel IV.24 : Rencana waktu untuk membeli produk Rexona For Men
Tabel IV.25 : Tabel Hubungan antara Pangkat/Golongan Responden
dengan Tingkat Keseringan Menyaksikan Tayangan Iklan
Rexona For Men di Televisi
Tabel IV.26 : Tabel Hubungan antara Usia Responden dengan Minat
Responden pada Iklan Rexona For Men
Tabel IV.27 : Tabel Hubungan antara Tingkat Keseringan Menyaksikan
Tayangan Iklan Rexona For Men dengan Tingkat
Ketertarikan Responden pada Produk Rexona For Men
Tabel IV.28 : Tabel Hubungan antara Tingkat Pendidikan Responden
dengan Kejelasan Informasi dari Tayangan Iklan Rexona
For Men
Tabel IV.29 : Tabel Hubungan antara Frekuensi Durasi Iklan Rexona For
Men dengan Kejelasan Informasi dari Tayangan Iklan
Rexona For Men
Tabel IV.30 : Tabel Hubungan antara Tingkat Kejelasan Informasi
Tayangan Iklan Rexona For Men dengan Tingkat
Ketertarikan Responden untuk membeli Produk Rexona
For Men
Tabel IV.31 : Tabel Hubungan antara Tanggapan Responden terhadap
Iklan Rexona For Men dengan Faktor Utama Ketertarikan
Responden untuk membeli Produk Rexona For Men
Tabel IV.32 : Tabel Hubungan antara Frekuensi Tingkat Penghasilan
Responden dengan Waktu Rencana Responden untuk
membeli Produk Rexona For Men
Tabel IV.33 : Tabel Skor Hubungan Penayangan Iklan Rexona For Men
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ………... 1
I.8. Operasionalisasi variabel ……… 10
I.9. Definisi Operasional ………. 10
I.10. Hipotesis Penelitian ……….. 11
I.11. Sistematika Penulisan ……….. 11
BAB II : LANDASAN TEORITIS II.1, Teori Komunikasi dan Komunikasi Massa ……… 13
II.1,1. Teori Komunikasi ……….. 13
II.1,2. Teori Komunikasi Massa ………. 15
II.2. Teori Agenda Setting ……….. 18
II.2.1. Sejarah Agenda Setting ……….. 18
II.3. Teori AIDDA ………. 25
II.4. Teori 7 C of Communication ……….. 27
II.5. Konsep Posisioning ………. 29
II.6. Implementasi Teori ……….. 30
BAB III METODOLOGIPENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 32
III.1 1 Deskripsi Kabupaten Serdang Bedagai ……… 32
III.1.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai 32 III.1.1.2 Geografis ... 35
III.1.1.3 Pemerintahan ... 35
III.1.1.4 Penduduk dan Ketenagakerjaan ... 36
III.1.1.5 Sosial ... 37
III.1 2 Deskripsi Pemkab Serdang Bedagai ……… 42
III.2 Metode Penelitian ……… 44
III.3 Lokasi Penelitian ……… 45
III.4. Waktu Penelitian ……… 45
III.5. Populasi dan Sampel ……… 45
III.5.1. Populasi ……… 45
III.5.2. Sampel ………. 46
III.6. Metode Pengumpulan Data ……… 48
III.7. Metode Analisa Data ……… 48
BAB IV: PEMBAHASAN IV. 1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ……….. 51
IV.1.1. Tahap Awal ……… …. 51
IV.I.2. Pengumpulan Data ……… 52
IV.2. Proses Pengolahan Data ………. 52
IV.2.1. Penomoran Kuesioner ………. 52
IV.2.2. Editing ………. 53
IV.2.3.Coditing ………. 53
IV.2.5. Tabulasi Data ……….. 53
IV.3.Analisa Tabel Tunggal ……… 53
IV.3.1. Karakteristik Responden ……… 53
IV. 3.2. Konsumsi Televisi dan Iklan ……… 58
IV. 3.3 Minat Beli Responden terhadap Produk ……….. 75
IV.4. Analisa Tabel Silang ………... 81
IV.5, Pengujian Hipotesis ……… 91
IV.6. Pembahasan ………... 97
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ………..… 100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Persetujuan Judul
Lampiran 2 : Berita Acara Seminar Outline Skripsi
Lampiran 3 : Surat Penelitian
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Pemerintah Kabupaten Serdang
Bedagai
Lampiran 5 : Kuesioner
Lampiran 6 : Tabel Frequency Column
Lampiran 7 : Tabel Harga Kritis
Lampiran 8 : Berita Acara Bimbingan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
hanya atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul Hubungan Penayangan Iklan Rexona For Men Dengan Minat
Beli Konsumen Pria ( Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Penayangan
Iklan Rexona For Men Dengan Minat Beli Pegawai Negeri Sipil Di
Kabupaten Serdang Bedagai ).
Sembah sujud dan terimakasih yang tak terhingga penulis haturkan
kepada kedua orang tua penulis, Eddie Asmadi dan Asliaty, atas kasih sayang
paling tulus yang pernah ada, cinta, perhatian, dukungan, semangat dan hal-hal
lain yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu sejak penulis kecil hingga
saat ini. Tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang terdalam untuk
istriku tercinta Sri Rahayu yang selama ini selalu setia mendampingi penulis,
memberikan dorongan moral dan semangat dikala penulis hampir menyerah
dalam menyelesaikan skripsi ini. Adik-adik penulis, Alda Windra dan Rizky
Triandi atas segala kasih sayang dan dukungan yang takkan tergantikan oleh
siapapun. Juga untuk Putri kecilku (Almh) Keysha Fathi Salsabila, yang akan
selalu menjadi kekuatan bagi penulis sampai kapanpun.
Segala usaha dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA.. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, atas
bantuan yang diberikan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Jurusan
Ilmu Komunikasi FISIP USU dan selama penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dra. Rusni, MA., Dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, terima kasih yang sedalam-dalamnya atas semua bimbingan, bantuan dan
dukungan yang telah Ibu berikan selama ini.
4. Bapak OK Arya Zulkarnain, MM. Kepala Dinas Pendapatan Daerah dan Plt.
Sekretaris Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, atas izin yang diberikan
untuk melaksanakan penelitian skripsi ini.
5. Dosen-dosen FISIP USU umumnya dan Dosen-dosen Ilmu Komunikasi
khususnya, atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
6. Staf Administrasi Jurusan, Kak Cut, Kak Ros, untuk bantuannya.
7. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi (extension) angkatan 2003.
8. My Best Friend Heri Aprianda Faisal ( keep our brotherhood lasts forever man….)
9. Sahabat-sahabatku ex G-Jo DETAK ’00, Alfian, Andri, Andrew, Amir, Andi,
Chrisman, Kandar & Ozzy. Semoga kita tetap satu selamanya.
10. Semua responden Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemkab Serdang
Bedagai, atas bantuan dan kesediaannya untuk mengisi kuisioner yang
diberikan. Karena tanpa bantuannya skripsi ini tidak akan pernah berhasil
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak guna menyempurnakan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Medan, Maret 2008
Penulis
Adrian Rinaldy
DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 : Model Teoritis
Gambar II.1 : Model Agenda Setting Dalam Periklanan
ABSTRAKSI
HUBUNGAN PENAYANGAN IKLAN REXONA FOR MEN DENGAN MINAT BELI KONSUMEN PRIA
(Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Penayangan Iklan Rexona For Men dengan Minat Beli Pegawai Negeri Sipil Pria di
Kabupaten Serdang Bedagai)
Di masa sekarang ini televisi muncul sebagai salah satu media
komunikasi massa yang utama. Dengan berbagai kelebihan yang
dimilikinya, terutama sifatnya yang audio-visual (dapat dilihat dan
didengar) membuat pesan yang disampaikan memiliki daya rangsang
yang tinggi dan menarik masyarakat untuk cenderung mengkonsumsinya.
Sementara persaingan usaha saat ini juga telah mendesak para
produsen untuk mencari cara untuk membuat iklan bagi produk mereka
sedemikian rupa sehingga pemirsa menjadi tertarik, dan salah satu media
periklanan yang efektif saat ini adalah iklan di Televisi karena mampu
menjangkau konsumen dalam ruang lingkup yang besar dan luas dengan
biaya yang lebih efisien dibandingkan media iklan lainnya.
Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Teori Agenda
Setting. Teori ini menyatakan bahwa media massa tidak mengatakan pada
publiknya yang harus dipikirkan, melainkan mempengaruhi publik untuk
berpikir tentang apa yang harus dipikirkan. Dalam penelitian ini
penggunaan Teori Agenda Setting adalah bagaimana iklan produk
Rexona for Men yang ditayangkan di Televisi mampu mempengaruhi
konsumen, dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil Pria di Kabupaten Serdang
Bedagai hingga tertarik untuk membeli produk tersebut.
Metode Penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah
metode korelasional yaitu untuk menemukan ada-tidaknya hubungan
antara dua variabel dan jika terdapat hubungan, seberapa erat hubungan
tersebut. Populasi penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil Pria di
Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah sample diperoleh dengan
menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10 % sehingga
diperoleh jumlah sample sebanyak 86 orang. Adapun teknik pengambilan
mengumpulkan data dari bahan pustaka yang diperoleh dari buku-buku
dan website serta bahan-bahan bacaan yang relevan, serta data-data
yang diperoleh melalui kuisioner kepada para responden. Metode analisa
data menggunakan dua metode yaitu analisa tabel tunggal dan analisa
tabel silang. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah
terdapat atau tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
Berdasarkan perhitungan data dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment diperoleh harga r temuan > r tabel (0,56 > 0,4).
Dengan menggunakan rumus t, diperoleh harga t temuan > t hitung
(5,801 > 1,668), hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa “terdapat
hubungan antara penayangan iklan produk Rexona For Men dengan
minat beli PNS Pria di lingkungan Pemkab Serdang Bedagai.” Dapat
diterima. Untuk melihat tinggi rendahnya hubungan digunakan Skala
Guildford dan diperoleh hubungan yang cukup berarti antara dua variabel
ABSTRAKSI
HUBUNGAN PENAYANGAN IKLAN REXONA FOR MEN DENGAN MINAT BELI KONSUMEN PRIA
(Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Penayangan Iklan Rexona For Men dengan Minat Beli Pegawai Negeri Sipil Pria di
Kabupaten Serdang Bedagai)
Di masa sekarang ini televisi muncul sebagai salah satu media
komunikasi massa yang utama. Dengan berbagai kelebihan yang
dimilikinya, terutama sifatnya yang audio-visual (dapat dilihat dan
didengar) membuat pesan yang disampaikan memiliki daya rangsang
yang tinggi dan menarik masyarakat untuk cenderung mengkonsumsinya.
Sementara persaingan usaha saat ini juga telah mendesak para
produsen untuk mencari cara untuk membuat iklan bagi produk mereka
sedemikian rupa sehingga pemirsa menjadi tertarik, dan salah satu media
periklanan yang efektif saat ini adalah iklan di Televisi karena mampu
menjangkau konsumen dalam ruang lingkup yang besar dan luas dengan
biaya yang lebih efisien dibandingkan media iklan lainnya.
Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Teori Agenda
Setting. Teori ini menyatakan bahwa media massa tidak mengatakan pada
publiknya yang harus dipikirkan, melainkan mempengaruhi publik untuk
berpikir tentang apa yang harus dipikirkan. Dalam penelitian ini
penggunaan Teori Agenda Setting adalah bagaimana iklan produk
Rexona for Men yang ditayangkan di Televisi mampu mempengaruhi
konsumen, dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil Pria di Kabupaten Serdang
Bedagai hingga tertarik untuk membeli produk tersebut.
Metode Penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah
metode korelasional yaitu untuk menemukan ada-tidaknya hubungan
antara dua variabel dan jika terdapat hubungan, seberapa erat hubungan
tersebut. Populasi penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil Pria di
Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah sample diperoleh dengan
menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10 % sehingga
diperoleh jumlah sample sebanyak 86 orang. Adapun teknik pengambilan
mengumpulkan data dari bahan pustaka yang diperoleh dari buku-buku
dan website serta bahan-bahan bacaan yang relevan, serta data-data
yang diperoleh melalui kuisioner kepada para responden. Metode analisa
data menggunakan dua metode yaitu analisa tabel tunggal dan analisa
tabel silang. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah
terdapat atau tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
Berdasarkan perhitungan data dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment diperoleh harga r temuan > r tabel (0,56 > 0,4).
Dengan menggunakan rumus t, diperoleh harga t temuan > t hitung
(5,801 > 1,668), hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa “terdapat
hubungan antara penayangan iklan produk Rexona For Men dengan
minat beli PNS Pria di lingkungan Pemkab Serdang Bedagai.” Dapat
diterima. Untuk melihat tinggi rendahnya hubungan digunakan Skala
Guildford dan diperoleh hubungan yang cukup berarti antara dua variabel
BAB I
Hal ini sejalan dengan salah satu teori komunikasi yaitu Agenda Setting.
Dalam teori ini dikatakan bahwa media memainkan peranan penting
dalam menentukan opini khalayak terhadap suatu hal (Rakhmat,
1993;68). Teori positioning sebagai bagian dari teori Agenda Setting
dimana penayangan iklan ditelevisi memiliki kaitan erat dengan teori ini
dimana dengan penayangan iklan suatu produk secara berulang-ulang
dan kontinyu dalam jangka waktu tertentu akan memberikan efek
terhadap minat beli pemirsa yang menyaksikan terhadap produk tersebut,
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh teori posisioning tersebut bahwa
posisioning adalah suatu usaha untuk menempatkan suatu produk, merek, PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi teknologi sekarang ini dimana teknologi
komunikasi dan informasi telah berkembang dengan demikian pesat dan
nyaris tanpa batas, televisi muncul sebagai salah satu media komunikasi
massa yang utama. Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya televisi
menjadi begitu populer, utamanya karena sifatnya yang audio-visual
(dapat dilihat dan didengar) sehingga pesan yang disampaikan memiliki
daya rangsang yang tinggi dan menarik masyarakat untuk cenderung
mengkonsumsinya.
Hadley Read (dalam Idris, 1979 : 3) menyatakan ada tiga hal
mengenai pentingnya kedudukan visual (gambar) pada televisi yaitu ;
pertama, gambar-gambar yang baik akan menarik dan mengikat perhatian
penonton. Gambar-gambar akan membantu memusatkan kembali
perhatian penonton pada pesan yang dikemukakan. Kedua,
Gambar-gambar membantu penonton untuk menafsir makna pesan yang
dikemukakan. Ketiga, Gambar-gambar meningkatkan kemampuan
penonton untuk menyimpan pesan-pesan yang dikemukakan (sesuatu
yang kita terima dengan bantuan gambar-gambar akan lebih lama
perusahaan, individu, atau apa saja dalam pikiran mereka yang dianggap
sebagai sasaran atau konsumennya.
Periklanan sendiri merupakan salah satu bagian dari usaha
pemasaran yang cukup penting dilakukan oleh perusahaan, lembaga
ataupun instansi untuk meningkatkan penjualan. Bagi dunia usaha, iklan
dapat merupakan suatu kekuatan ekonomi sosial yang penting. Hal ini
disebabkan karena masyarakat atau calon konsumen menganggap iklan
sebagai sumber informasi tentang produk yang baru.
Persaingan usaha saat ini juga telah mendesak para produsen
untuk mencari cara untuk membuat iklan bagi produk mereka sedemikian
rupa sehingga pemirsa menjadi tertarik, jadi tidak hanya sekedar
memberikan penjelasan terhadap produk tetapi juga menumbuhkan suatu
citra terhadap produk itu sendiri. Maka dari itu dibutuhkan kreativitas dari
produsen dalam membuat suatu iklan tersebut, misalnya dengan
memasukkan sosok seorang public figure dalam iklan, memasukkan
unsur-unsur tertentu seperti humor, kesan macho atau feminin, bahkan
terkadang dengan membandingkan produk dengan kompetitornya.
Rexona sebagai salah satu produk deodorant (pengharum tubuh)
selama ini telah dikenal luas dengan imagenya sebagai produk yang
digunakan oleh kaum hawa (wanita) saja, namun seiring dengan waktu
saat ini Rexona juga mulai menjadikan pria sebagai pangsa pasarnya,
untuk itu produsen membuat Rexona For Men sebagai deodorant khusus
bagi pria.
Untuk menunjang pemasaran produk baru tersebut maka pihak
produsen Rexona saat ini dengan gencar melakukan promosi, salah
satunya yang paling sering dilakukan adalah melalui iklan di televisi
swasta. Untuk lebih menimbulkan ketertarikan mereka mengemas iklan
tersebut sedemikian rupa, dimana digambarkan bahwa produk Rexona for
Men ini memang diciptakan untuk memberikan perlindungan bagi kaum
pria yang selalu aktif dan dinamis dari masalah keringat dan bau badan,
juga membutuhkan produk deodorant khusus untuk menjaga
penampilannya.
Sedangkan populasi sampel yang akan dijadikan responden dalam
penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pria di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai di kota Sei Rampah.
Adapun pertimbangan-pertimbangan populasi sampel adalah :
1. Populasi sampel adalah kelompok PNS pria yang telah aktif bertugas
(rentang usia 18 – 56 tahun) keseluruhan sebagai responden.
2. Populasi sampel adalah kelompok pria yang telah memiliki
penghasilan tetap yang memungkinkan mereka untuk mengambil
sikap atau tindakan membeli (buying action).
3. Efektivitas dan efisiensi waktu karena penulis saat ini berdomisili dan
bekerja di Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.
Uraian yang telah dikemukakan diatas tersebut menarik perhatian
peneliti untuk meneliti hubungan antara penayangan iklan Rexona For
Men dengan minat pria untuk menggunakannya.
I.2 Perumusan Masalah
Didasari oleh latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut yaitu, “Sejauh
manakah hubungan antara penayangan iklan Rexona for Men dengan
minat konsumen pria untuk menggunakannya.”.
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, dan
untuk menghasilkan uraian yang sistematis, maka diperlukan pembatasan
masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Objek penelitian adalah iklan Rexona for Men versi “Perlindungan
Ekstrim untuk Pria”
2. Produk yang diiklankan adalah produk deodorant (pengharum tubuh)
3. Responden yang diambil adalah Pegawai Negeri Sipil Pria di
4. Minat beli yang dimaksud adalah minat dalam arti dorongan, tujuan,
dan keinginan yang timbul dikalangan remaja pria dibalik tindakan
membeli produk, dimana akan dilihat pengaruh dari penayangan iklan
produk tersebut terhadap minat beli konsumen.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui sejauh mana minat PNS dilingkungan Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai terhadap iklan Rexona for Men.
2. Mengetahui dan melihat sejauh mana hubungan antara minat mereka
terhadap iklan Rexona for Men dengan minat mereka untuk
mengkonsumsi produk tersebut.
3. Manfaat penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai sumbangan
atau masukan dalam pengembangan ilmu komunikasi.
b. Secara praktis manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
I.5. Kerangka Teori
Untuk memecahkan suatu masalah dengan jelas, sistematis dan
terarah, diperlukan teori-teori yang mendukung sebagai landasan berpikir
sehingga menghasilkan pembahasan yang jelas. Karena itu perlu disusun
kerangka teori yang menunjukkan dari sudut mana masalah yang telah
dipilih akan disoroti (Nawawi, 1991:40).
Pada peneltian ini digunakan juga beberapa teori yang
berhubungan dengan penelitian untuk digunakan sebagai panduan atau
landasan, yaitu sebagai berikut :
1. Teori Agenda Setting
2. Teori AIDDA
I.5.1. Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting muncul pertama kali sekitar tahun 1973, teori
ini diperkenalkan oleh Maxwell Mc Combs dan Donald L. Shaw dengan
publikasi pertamanya berjudul “The Agenda Setting Function Of The Mass
Media”. Publikasi Opinion Quarterly No. 37.
Teori Agenda Setting menurut Cohen (Rakhmat, 1993;68) yaitu :
“The press is significantly more than a surveyor of information and opinion
it may not be successful much pf the time in telling the people what to
think, but is stunningly successful in telling them what to think about.”
Maksudnya adalah bahwa teori Agenda Setting tidak dapat
menentukan “apa yang harus dipikirkan” oleh masyarakat tetapi dapat
berpengaruh terhadap “apa yang dipikirkan” oleh masyarakat atau
persepsi masyarakat tentang apa yang dianggap penting dengan kata lain
media massa mungkin tidak selalu dapat mempengaruhi orang untuk
mengubah sikap tetapi cukup mampu memberikan pengaruh terhadap
apa yang dipikirkan orang.
Lebih lanjut Mc Combs dan L. Shaw (Rakhmat, 1993 ; 68)
memberikan asumsi dasar teori Agenda Setting ini yaitu bahwa apa yang
dianggap penting oleh media akan dianggap penting pula oleh
masyarakat. Jika media memberikan tekanan pada suatu kejadian maka
media itu akan mempengaruhi opini khalayak terhadap kejadian tersebut.
I.5.2. Teori AIDDA
Teori AIDDA atau disebut juga teori pendekatan persuasi adalah
proses komunikasi yang terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut :
1. A → Attention Perhatian
2. I → Interest Rasa Tertarik
3. D → Desire Keinginan
4. D → Decistion Keputusan
5. A → Action Sikap atau tindakan
Proses pentahapan ini mengandung makna bahwa konumikasi dimulai
komunikan telah terbangkit harus disusul dengan upaya menumbuhkan
minat (Interest), minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan
titik tolak timbulnya keinginan (Desire) komunikan untuk melakukan hal
yang diinginkan komunikator. Setelah timbul keinginan harus diikuti oleh
keputusan (Decision) yakni keputusan untuk mengambil sikap atau
tindakan (Action). (Effendy, 2000 ; 305)
I.5.3. Teori 7 C of Communication
Menurut Cutlip & Center ( Rosady, 1997; 72-74) bahwa teori 7 C of
Communication terdiri dari 7 elemen penting yang haru dipenuhi agar
suatu pesan yang disampaikan Komunikator dapat diterima dengan baik
oleh Komunikan yaitu :
1. Credibility.(Kredibilitas)
2. Context (Konteks)
3. Content (Isi)
4. Clarity (Kejelasan)
5. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi)
6. Channels (Saluran)
7. Capability of Audience (Kemampuan Audiens)
Konsep Posisioning
Rhenald Kasali (1992;157) Menyatakan posisioning sebagai salah
satu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk, merek,
perusahaan, individu, atau apa saja dalam pikiran mereka yang dianggap
sebagai sasaran atau kensumennya. Upaya ini dianggap perlu karena
situasi masyarakat atau pasar konsumennya sudah over communicated.
Menurut David A. Acker (Kasali, 1992;156) ada beberapa cara
untuk melakukan strategi posisioning. Strategi ini dapat diterapkan melalui
:
1. Penonjolan karakteristik produk
2. Penonjolan harga dan mutu
3. Penonjolan penggunaannya
5. Posisioning menurut kelas produk
6. Posisioning dengan menggunakan simbol-simbol budaya
7. Posisioning langsung terhadap pesaing.
Dalam hal ini positioning yang digunakan adalah penonjolan karakteristik
produk deodoran yang ditujukan untuk kaum pria.
I.6. Kerangka Konsep
Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus
untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak ditelitinya,
inilah yang disebut konsep, yakni istilah dan defenisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial, melalui konsep. Peneliti
diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan
menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (event) yang berkaitan
satu sama lain (Singarimbun, 1989 ; 32)
Kerangka konsep merupakan hipotesis terurai, karena hipotesis yang
sebenarnya adalah rumusan definitif (singkat, padat dan kompak) tentang
dugaan rasional sebagai jawaban sementara dari masalah yang akan diuji
kebenaran dan ketidakbenarannya. Kerangka konsep sebagai hasil
pemikiran nasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam
memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi,
1993 :40)
Dalam penelitian ini ditetapkan kerangka konsep metodologi
penelitian dalam bentuk kelompok variabel sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (X)
Adalah variabel yang menjadi pendahuluan atau penyebab dari
variabel lain, atau yang mempengaruhi munculnya variabel lain (Y)
Variabel X dalam penelitian ini adalah iklan Rexona For Men di
Televisi.
2. Variabel Terikat (Y)
Adalah Variabel yang muncul setelah adanya variabel bebas (X) dan
Variabel Y dalam penelitian ini adalah Minat Beli Konsumen terhadap
produk Rexona for Men setelah menyaksikan iklannya
I.7. Model Teoritis
Berdasarkan keseluruhan variabel yang telah disusun dan
dikelompokkan, maka dapat dibentuk suatu model teoritis sebegai berikut
: X Y
Gambar I.1 : Model Teoritis
Keterangan :
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
Yang menjadi variabel bebas dari penelitian ini adalah
elemen-elemen iklan Rexona for Men tersebut antara lain :
- Frekuensi penayangan iklan, semakin tinggi frekuensi penayangan
suatu iklan maka akan semakin sering iklan tersebut ditonton oleh
masyarakat sehingga akan semakin besar kemungkinan konsumen
tertarik terhadap iklan tersebut, dimana selama periode September
2006 frekuensi rata-rata untuk setiap stasiun televisi sekitar 10 – 20
kali penayangan.
- Frekuensi menyaksikan iklan, semakin sering responden menyaksikan
iklan maka akan semakin besar pula kemungkinan responden tertarik
pada iklan tersebut.
- Alur/jalan cerita iklan, selain durasi, alur/jalan cerita iklan juga berperan
dalam menarik minat konsumen, dimana iklan yang efektif adalah iklan
yang mampu menyentuh konsumen, baik itu melalui penonjolan
karakteristik propduk, penggunaan unsur seperti humor dalam iklan,
penggunaan public figure, dsb. Iklan Rexona for Men ini mengambil
setting cerita di sebuah kota fiktif bernama Stunt City dimana
masyarakatnya tampak begitu aktif dan dinamis. Adegan diawali oleh Iklan Rexona
For Men
seorang pria muda yang tengah bersiap untuk pergi dari rumahnya.
Terlebih dahulu dia mengambil deodoran Rexona for Men dari
lemarinya dan mengenakannya, lalu keluar dari jendela kamarnya
yang terletak di lantai atas bangunan dan langsung meloncat ke atap
sebuah bus yang melaju kencang. Adegan lalu menunjukkan pria lain
yang menghentikan taksi, namun ia tidak masuk ke taksi tersebut
melainkan melompat dan bergantung di bagian belakang taksi yang
juga melaju kencang. Adegan kemudian berpindah ke sekelompok pria
yang sedang bergantung di bawah sebuah helikopter, kemudian salah
seorang menjatuhkan diri ke kaca atap sebuah gedung, kemudian
langsung duduk di meja dimana teman-temannya sudah menunggu.
- Slogan/Jingle yang digunakan dalam iklan ini adalah “Perlindungan
ekstrim bagi pria ekstrim” dan diikuti juga dengan slogan yang sudah
menjadi tradisi bagi produk Rexona lainnya yaitu “ Setia setiap saat”.
Pemilihan slogan ini membuktikan bahwa Produk Rexona for Men ini
memang diciptakan untuk kaum pria, khususnya yang selalu aktif dan
dinamis dalam beraktivitas sepanjang hari.
- Isi pesan, iklan yang baik harus dapat menyampaikan pesan yang
ingin dikomunikasikan dengan baik sehingga tujuan komunikator
(produsen dan produk yang diiklankan) untuk mempengaruhi
komunikan (konsumen) dapat terwujud. Adapun iklan Rexona for Men
ini berusaha menyampaikan bahwa konsumen pria sebagai segmen
pasarnya berbeda dengan wanita sehingga membutuhkan produk
deodorant khusus dalam hal ini produk Rexona for Men.
- Model pada iklan ini adalah sejumlah pria yang terlihat sangat aktif dan
dinamis dalam beraktivitas. Pemilihan model ini sesuai dengan tema
yang di bawa dalam slogan iklan yaitu “Perlindungan ekstrim bagi pria
ekstrim”
- Durasi iklan atau masa tayang iklan, dengan durasi iklan yang lebih
lama maka berbagai keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut
dapat ditonjolkan dengan lebih baik dan lebih banyak, walupun tidak
dengan durasi pendek, durasi iklan Rexona for Men itu sendiri adalah
15 detik perpenayangan.
I.8. Operasionalisasi variabel.
Independent Variabel (X) Dependent Variabel (Y) Indikatornya :
a. Frekuensi penayangan iklan b. Frekuensi menyaksikan iklan c. Elemen-elemen iklan meliputi : - Alur/Jalan cerita
- Slogan/Jingle - Isi pesan - Model iklan
d. Durasi iklan
Indikatornya
a. Munculnya perhatian responden terhadap iklan
b. Munculnya minat responden terhadap produk
c. Munculnya keinginan responden untuk membeli produk
I.9. Definisi Operasional
Definisi Operasional digunakan untuk memberikan definisi/batasan atas
hal-hal akan dijadikan pembahasan dalam suatu penelitian Berikut
dikemukakan variabel-variabel definisi operasional :
1. Variabel bebas (Independent variabel).
Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang
menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya variabel lain yakni
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah iklan Rexona
for Men, indikator-indikatornya adalah sebagai berikut :
- Frekuensi penayangan Iklan
- Frekuensi menyaksikan Iklan
- Durasi Iklan
- Elemen-elemen iklan meliputi :
- Alur/Jalan cerita
- Jingle
- Isi pesan
- Model iklan
- Durasi Iklan
2. Variabel terikat (Dependent variabel).
- Responden tertarik / tidak tertarik terhadap iklan tersebut
- Responden berminat / tidak berminat terhadap produk yang diiklankan
- Responden berminat / tidak berminat untuk membeli produk tersebut
- Responden memutuskan untuk membeli / tidak membeli produk
tersebut
I.10. Hipotesis Penelitian
Menurut Kerlinger, hipotesis adalah pernyataan yang merupakan
terkaan mengenai hubungan dua variabel atau lebih (Sumanto, 1990:30).
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
Ho : Tidak terdapat hubungan antara penayangan iklan Rexona for Men
dengan minat pria Pegawai Negeri Sipil di Pemeritah Kabupaten
Serdang Bedagai untuk membeli dan menggunakannya.
Ha : Terdapat hubungan antara penayangan iklan Rexona for Men
dengan minat Pegawai Negeri Sipil di Pemeritah Kabupaten
Serdang Bedagai untuk membeli dan menggunakannya.
I.10. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
kerangka konsep, model teoritis, operasional variable,
defenisi operasional, hipotesis, metodologi penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian, deskripsi lokasi
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data
dan teknik analisa data.
Hasil dan pembahasan : analisa tabel tunggal, analisa tabel
silang dan uji hipotesa.
BAB V PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORITIS
II.1, Teori Komunikasi dan Komunikasi Massa
II.1,1. Teori Komunikasi
Setiap hari, dalam berbagai cara kita berkomunikasi. Kita
mengkomunikasikan pemikiran, perasaan, dan keinginan. Sederhana atau
kompleks, baik disengaja maupun tidak sengaja, direncanakan maupun
tak terencana, aktif maupun pasif, komunikasi merupakan salah satu
perlengkapan penting dalam mencapai hasil, pemuasan kebutuhan, dan
pemenuhan ambisi, sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan bagian terbesar dalam kehidupan kita sehari-hari.
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang
berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna atau sama arti.
(Effendy,1993;30).
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu
pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan
perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan dan
sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain yang dilakukan
secara tatap muka maupun tidak langsusng melalui media, dengan tujuan
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.
Dalam proses komunikasi paling sedikit terdapat tiga unsur pokok,
yaitu si penyampai pesan (komunikator), pesan (message), dan si
penerima pesan (komunikan).
Proses komunikasi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu (Effendy,2000;11) :
1. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses pencapaian pikiran
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang sebagai media. Lambang sebagai media dalam proses
komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran
dan perasaan komunikator kepada komunikannya.
2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu merupakan proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator dalam hal
ini menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya
karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang
relatif jauh atau berjumlah banyak.
Ditrinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut
(Effendy,1993;53):
1. Komunikasi lisan (oral communication)
2. Komunikasi tulisan (written communication)
b. Komunikasi nirverbal (non verbal communication)
1. Komunikasi kial (gestured communication)
2. Komunikasi gambar (pictorial communication)
3. Lain-lain.
c. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)
d. Komunikasi bermedia (mediated communication)
Pada dasarnya ada beberapa tujuan dilakukannya komunikasi yaitu
(Effendy,1993;55) :
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah masyarakat (to change the society)
Adapun fungsi komunikasi pada dasarnya yaitu (Effendy,1993;55):
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
II.1,2. Teori Komunikasi Massa
Komunikasi Massa merupakan salah satu dimensi dari komunikasi.
modern. Media massa modern meliputi surat kabar, siaran radio dan
televisi dan film yang dipertunjukkan digedung bioskop. (Effendy,1993;79)
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media memproduksi
dan mengirimkan pesan-pesan kepada khalayak luas dan juga merupakan
sebuah proses pencarian, penggunaan serta pengaruh pesan terhadap
khalayak.
Peradaban dan sejarah ditentukan oleh kekuasaan media pada
satu masa. Perkembangan teknologi membuat masyarakat kembali satu
dalam “desa global” (global village) yang memungkinkan jutaan orang
berhubungan langsung maupun tidak langsung melalui media komunikasi
massa.
Media sebagai instistusi sosial melihat media sebagai organisasi
yang kompleks dan sebuah instistusi sosial yang penting dalam
masyarakat, karena itu media tidaklah semudah mekanisme
penyebarluasan informasi dan media tidak mungkin dipisahkan dari
institusi masyarakat dimana khalayak berada. Kebanyakan teori kritikal
komunikasi melihat media massa sebagai hal yang utama karena potensi
media dalam menyebarluaskan ideologi yang dominan dan
memperlihatkan sisi alternatif.
Karakteristik media massa (Effendy,1993;81):
a. Komunikasi bersifat umum
Pesan komunikasi yang disampaikan melaui media massa adalah
terbuka untuk semua orang.
Massa dalam komunikasi massa terdiri dari orang-orang yang
heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam
kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam,
berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang
berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam
kepentingan, standar hidup, dan derajat kehormatan, kekuasaan, dan
pengaruh.
c. Media massa menimbulkan keserempakan
Yang dimaksudkan dengan keserempakan adalah keserempakan
kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari
komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam
keadaan terpisah.
d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi
Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan
komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim
dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang
bersifat umum sebagai komunikator.
Hubungan antara media dan khalayak menekankan pada dua jenis
khalayak, yaitu massa dan komunitas kecil dan khalayak pasif dan
khalayak aktif. Massa adalah khalayak dalam populasi besar yang
dianggap sama dan dapat dipengaruhi oleh media, tapi disisi lain ada
anggota-anggotanya yang terpinggirkan karena tidak sampai mendapat
pengaruh media sehingga mereka dipengaruhi kelompok lain. Komunitas
karena masing-masing khalayak mempunyai pemikiran, penilaian, dan
kepentingan tersendiri.
Khalayak pasif adalah khalayak yang mudah dipengaruhi oleh
media karena mendapat efek yang kuat dari media., karena itu khalayak
pasif dapat disamakan dengan massa. Khalayak aktif disamakan dengan
komunitas kecil karena khalayak menggunakan media yang mereka
anggap dapat memuaskan kebutuhan informasinya, sehingga efek dari
media secara keseluruhan diterima minimal.
Salah satu media massa yang lazim dikenal adalah televisi, televisi
memiliki kelebihan antara lain sifatnya yang audio-visual (memiliki gambar
dan suara) serta daya jangkau yang luas terhadap komunikan.
Adapun iklan sebagai salah satu usaha pemasaran yang digunakan
produsen untuk memperkenalkan produknya, baik barang maupun jasa,
juga turut memanfaatkan berbagai kelebihan televisi tersebut dengan
menciptakan iklan yang kreatif dan komunikatif untuk memperkenalkan
produknya kepada konsumen
II.2. Teori Agenda Setting
II.2.1. Sejarah Agenda Setting
Teori Agenda Setting muncul pertama kali sekitar tahun 1973, teori
ini diperkenalkan oleh Maxwell Mc Combs dan Donald L. Shaw dengan
publikasi pertamanya berjudul “The Agenda Setting Function Of The Mass
Teori Agenda Setting menurut Cohen (Rakhmat, 1993;68) yaitu :
“The press is significantly more than a surveyor of information and opinion
it may not be successful much pf the time in telling the people what to
think, but is stunningly successful in telling them what to think about.”
Maksudnya adalah bahwa teori Agenda Setting tidak dapat
menentukan “apa yang harus dipikirkan” oleh masyarakat tetapi dapat
berpengaruh terhadap “apa yang dipikirkan” oleh masyarakat atau
persepsi masyarakat tentang apa yang dianggap penting dengan kata lain
media massa mungkin tidak selalu dapat mempengaruhi orang untuk
mengubah sikap tetapi cukup mampu memberikan pengaruh terhadap
apa yang dipikirkan orang.
II.2.2. Implikasi Agenda Setting Dalam Periklanan
Meskipun kebanyakan studi-studi penelitian agenda setting
didasarkan pada berita yang diterbitkan media massa dan pemilihan
berita, namun kerangka teori agenda setting dapat juga diterapkan dalam
periklanan, khususnya semenjak periklanan masuk kedalam satu ruang
lingkup yang sama yaitu bidang komunikasi.
Iklan merupakan salah satu bentuk dari spesialisasi komunikasi
massa. Hal ini disebabkan dalam penyampaian tujuannya menggunakan
unsur-unsur komunikasi, yakni komunikator (periklanan), pesan, media
(melalui televisi, radio, surat kabar, majalah, komunikasi atau
khalayaknya, dan efek yang diharapkan dari penayangan iklan tersebut.
Iklan atau advertising berasal dari bahasa latin ad-vere berarti
mendefenisikan iklan sebagai suatu proses komunikasi yang mempunyai
kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu
menjual barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui
salinan tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif (Liliweri, 1992 :
20). Pandangan yang diajukan oleh Wright ini mengandung 2 makna,
yakni: (1) iklan dipandang sebagai alat pemasaran, dan (2) iklan dalam
pengertian proses komunikasi yang bersifat persuasif.
Institut praktisi periklanan Inggris mendefenisikan periklanan
merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan
pada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa
tertentu dan biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1996 :5) .
selanjutnya secara sederhana Rhenald Kasali (1995 :9) mendefenisikan
iklan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang diajukan
kepada masyarakat lewat suatu media.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan adalah
suatu proses komunikasi persuasif yang menginformasikan dan
mempromosikan suatu produk ataupun jasa melalui media massa kepada
masyarakat.
Penayangan iklan tentang suatu produk tidak pernah lepas dari
tujuan iklan itu dibuat. Suatu iklan senantiasa bertujuan untuk
mengenalkan atau mengingatkan kembali pada khalayak untuk ertarik
pada produk itu (efektif), dan kemudian menggunakannya (konatif).
khalayaknya, dengan tujuan utamanya adalah untuk membuat agar
khalayaknya terpengaruh dan mau membeli produk yang diiklankan.
Iklan berhubungan dengan pesan-pesan yang bersifat persuasif,
dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa iklan membujuk konsumen untuk
membeli produknya, hampir sama dengan metode yang digunakan media
massa dalam menyampaikan beritanya, periklanan juga menggunakan
metode agenda setting untuk menarik perhatian khalayaknya, metode
agenda setting akan dapat membantu iklan dalam membangun agenda
publiknya melalui penempatan iklan dalam media massa, lamanya
penayangan iklan tersebut juga melalui penayangan gambaran tentang
permasalahan yang ada dalam masyarakat untuk menawarkan
bagaimana solusi dari masalah tersebu.
Teori Agenda Setting menyatakan bahwa media massa tidak
mengatakan pada publiknya yang harus dipikirkan, tetapi untuk
mengatakan pada publik untuk berpikir tentang apa yang harus dipikirkan.
Menurut model agenda setting masyarakat akan menerima setiap
informasi yang diberikan dan penggabungan topik-topik atau isu-isu
penting menjadi suatu siklus pengetahuannya. Mc Combs and Shaw
mengatakan bahwa semakin penting suatu berita atau issu didalam media
massa maka semakin penting pula isu atau topik tersebut didalam publik
(dikutip dari
setting / media.html.
Sutherland dan Galloway mengatakan bahwa penerapan dari
yang mendasar dari periklanan tidak mencoba untuk membujuk sikap dan
tindakan membeli dari konsumen melainkan untuk memfokuskan
perhatian konsumen pada nilai-nilai produk, merek ataupun atribut dari
sebuah produk sebagai pertimbangan dalam menentukan sikap dan
keputusan untuk membeli (dikutip dari
Selanjutnya Sutherland dan Galloway menggambarkan diagram
yang menunjukkan implikasi model agenda setting dalam periklanan
adalah sebagai berikut :
Akibat dari agenda Akibat dari penelitian Setting Periklanan
Gambar II.1 : Model Agenda Setting Dalam Periklanan
Sumber :
agenda-setting/adv.html)
Menurut model diatas Sutherland dan Galloway mengatakan
bahwa dalam pengiriman pesan melalui media massa adalah melalui 2
tahapan, yaitu :
1. tahapan pertama dalam model tersebut menjelaskan bahwa
penonjolan isi pesan iklan yang berupa nilai-nilai, produk, merek
ataupun akibat dari suatu produk akan turut memperbesar pengaruh
penonjolan isi pesan iklan tersebut dalam agenda publiknya. Hal ini
dikarenakan sebagai akibat dari model agenda setting, penonjolan isi Advertising Salience
(Penonjolan dalam iklan)
Public Salience (Penonjolan dalam publik / masyarakat
pesan iklan pada media dalam lingkungan juga dapat diukur akan
menjadi penonjolan pada agenda publik pula.
2. Tahapan kedua adalah model tersebut menggambarkan sebuah
hubungan dari penonjolan dalam agenda publik kepada tindakan juga
dihasilkan. Hal ini terjadi dikarenakan sebagai akibat dari riset
periklanan / penonjolanan dalam pemikiran publik ini akan
berhubungan langsung dengan tindakan yang muncul, misalnya
tindakan membeli sebuah produk.
Dari model diatas dapat disimpulkan bahwa teori agenda setting
dalam periklanan menyatakan bahwa penonjolan pesan atau informasi
iklan dari suatu media iklan akan dapat menarik perhatian sekaligus
mempengaruhi publik untuk memikirkan pesan iklan yang dilihatnya
tersebut. Setelah konsumen tertarik pada iklan yang ditayangkan dan
menganggap pesan atau informasi iklan tersebut penting maka iklan
tersebut akan menonjol dalam agenda publiknya. Iklan yang menonjol ini
kemudian menimbulkan persepsi dan opini dalam pemikiran
konsumennya, baik itu mengenai isi pesan iklannya, nilai-nilai, ciri-ciri atau
merek produknya yang selanjutnya akan menentukan tindakan konsumen
terhadap produk yang diiklankan tersebut, yakni tindakan untuk membeli.
Dalam model agenda setting, terdapat elemen-elemen atau
keadaan-keadaan yang turut mempengaruhi hubungan antara periklanan
dan konsumennya. Pertama sangka terpaan (dutation of exposure)
terhadap isu-isu yang khusus, karena segala sesuatu akan menangkap
dipahami oleh khalayaknya, ketiga media yang digunakan dalam
penyampaian pesannya yang diharapkan akan memberikan pengaruh
yang kuat pada khalayaknya, mis. Televisi, radio, ataupun surat kabar
html).
Dalam periklanan, untuk mengkomunikasikan isu-isu atau hal-hal
yang menonjol dari iklan pada pemikiran atau kesadaran konsumen
adalah melalui :
1. Penempatan media iklan, adalah penggunaan media perantara yang
dipilih sebagai tempat iklan tersebut ditayangkan (baik media yang
bersifat nasional atau lokal kepada target pasarnya)
2. Headline iklan atau bentuk utama informasi dari iklan tersebu, adalah
bentuk pesan iklan yang disampaikan apakah yang bersifat humor /
lucu ataupun serius yang akan dapat membantu untuk menarik
perhatian konsumen akan iklan tersebut.
Lamanya waktu penayangan iklan, adalah lamanya iklan tersebut
ditayangkan ditengah, konsumen, apakah dalam waktu empat bulanan
ataupun tahunan menggambarkan efektifitas kegiatan kampanye, produk
yang beriklankan tersebut
Faktor-faktor diatas akan mempengaruhi persepsi dan pengenalan
konsumen mengenai produk tertentu. Iklan berperan dalam membuat
konsumennya mengamati, merasakan, melihat dan mempelajari secara
berupa layanan/service, ataupun nilai nilai ataupun keunggulannya melalui
informasi yang diberitahukan melalui iklan tersebut.
Menurut Sutherland dan Galloway, terdapat pandangan umum
dalam masyarakat bahwa jika konsumen melihat produk atau layanan
tertentu sering diiklankan di media massa, maka layanan yang sangat
bagus
advertising-bs.html). dengan kata lain produk yang diiklankan secara
terfrekuensi dan berulang-ulang dimedia massa akan dianggap sebagai
produk yang lebih baik dan populer dalam pemikiran atau agenda
konsumennya. Lebih jauh, produk yang sering diiklankan ini akan
dianggap lebih memiliki kualitas dibandingkan yang tidak diiklankan.
II.3. Teori AIDDA
Teori AIDDA disebut juga proses A-A atau A-A Procedure
(Attention-Action Procedure) AIDDA merupakan singkatan dari Attention
(Perhatian), Interest (Ketertarikan), Desire (Minat), Decision
(Keputusan),dan Action (Tindakan). Proses ini dimulai dengan adanya
kegiatan untuk membangkitkan perhatian, menumbuhkan minat melalui
pesan yang berisi info yang disampaikan komunikator dan diakhirnya
diambil keputusan untuk bertindak terhadap pesan itu, Proses AIDDA ini
Appeal (-)
Attractiveness
Appeal (+)
Gambar II.2 : Skema Proses Teori AIDDA
Proses AIDDA ini mengandung maksud bahwa komunikasi
hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini
komunikator harus mampu menimbulkan daya tarik pada komunikan.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan perhatian
ini adalah dihindarkannya munculnya himbauan (Appeal yang negatif)
yang akan menumbuhkan kegelisahan (Anexity Arrousing). William Mc
Guire, seorang ahli komunikasi kenamaan menyatakan dalam karyanya
“Persuasi” bahwa anexity arrousing communication menimbulkan efek
ganda, pada satu pihak menimbulkan rasa takut akan bahaya sehingga
mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan pencegahan
(preventive) dipihak lain rasa takut itu menimbulkan sikap kesiapan
bertarung (fight to fight) yang dalam kasus komunikasi dapat berbentuk
sikap permusuhan atau tidak menaruh perhatian sama sekali kepada
pesan.
Komunikasi yang diawali dengan membangkitkan perhatian
(Attention) akan merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila
perhatian komunikan tidak terbangkitkan, hendaknya disusul dengan Anexity Rasa Preventive(penolakan) Arrousing Takut Tidak ada perhatian
tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang
merupakan titik tolak timbulnya hasrat (Desire) untuk melakukan suatu
kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Hal ini belum cukup, untuk itu
harus dilanjutkan dengan munculnya keputusan (Decision) yaitu
keputusan untuk melakukan kegiatan (Action) sebagaimana diharapkan
komunikator.
Dalam model AIDDA ini hal utama yang harus dilakukan adalah
membangkitkan dan menumbuhkan perhatian dan minat komunikan,
berhasil tidaknya hal tersebut tergantung oleh attractiveness (ketertarikan)
dari komunikan karena perhatian tersebut adalah efek pada tahap
permulaan dalam diri seorang komunikan.
Sekali lagi perlu diingatkan bahwa langkah pertama yang harus
dilakukan pada model AIDDA ini adalah menarik perhatian, perhatian
terhadap sesuatu akan menimbulkan minat dan kecenderungan yang kuat
akan sesuatu dari minat yang kuat ini kemudian timbul hasrat / keinginan
yang merupakan akibat lanjutan. Sedang keputusan adalah efek lebih
jauh lagi yang timbul setelah melewati proses pemikiran dan
pertimbangan terlebih dahulu.
II.4. Teori 7 C of Communication
Cutlip & Center ( Rosady, 1997; 72-74) menyatakan bahwa teori 7 C of
Communication terdiri dari 7 elemen pentibg dalam komunikasi yaitu :
Komunikasi tersebut dimulai dengan membangun suatu kepercayaan.
Oleh karena itu untuk membangun iklim kepercayaan itu dimulai dari
kinerja, baik dari pihak komunikator dan komunikan akan menerima pesan
tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya, begitu juga
tujuannya.
2. Context
Suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan
hidup atau keadaan sosial yang tidak bertentangan dan seiring dengan
keadaan tertentu dan memperlihatkan sikap partisipatif.
3. Content
Pesan yang akan disampaikan itu mempunyai arti bagi audiensnya
dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang
banyak dan bermanfaat.
4. Clarity
Pesan dalam berkomunikasi itu disusun dengan bahasa yang dapat
dimengerti oleh komunikator dan komunikan atau mempunyai persamaan
arti antara komunikator dengan komunikannya.
5. Continuity and Consistency
Komunikasi tersebut merupakan suatu proses yang tidak ada akhirnya
yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan dan
bervariasi, yang merupakan kontribusi bagi fakta yang ada dengan sikap
penyesuaian melalui proses belajar. Isi atau materi pesan harus konsisten
dan tidak membingungkan audiensnya.
Menggunakan media sebagai saluran pesan yang setepat mungkin
dan efektif dalam penyampaian pesan yang dimaksud. Channel is any
way by which news, ideas, etc may travel ; (radio and television) band of
frequencies within which signals from a transmitter must be kept (to
prevent interference from other transmitters) -- saluran adalah segala jalan
untuk dapat menyampaikan berita, pemikiran,dll ; pita frekuensi dimana
sinyal-sinyal dari suatu pemancar (radio dan televisi) disimpan (untuk
mencegah gangguan dari pemancar lainnya (Hornby, et al, 1963 : 155)
7. Capability of Audience
Komunikasi tersebut memperhitungkan kemungkinan suatu
kemampuan dari audiens atau komunikan, kebiasaan membaca mereka
atau kemampuan menyerap ilmu pengetahuan dsb. perlu diperhatikan
oleh pihak komunikator dalam melakukan suatu kampanye.
II.5. Konsep Posisioning
Rhenald Kasali (1992;157) Menyatakan posisioning sebagai salah
satu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk, merek,
perusahaan, individu, atau apa saja dalam pikiran mereka yang dianggap
sebagai sasaran atau kensumennya. Upaya ini dianggap perlu karena
situasi masyarakat atau pasar konsumennya sudah over communicated.
Menurut David A. Acker (Kasali, 1992;156) ada beberapa cara
untuk melakukan strategi posisioning. Strategi ini dapat diterapkan melalui
1. Penonjolan karakteristik produk
3. Penonjolan penggunaannya
4. Posisioning munurut pemakaiannya
5. Posisioning menurut kelas produk
6. Posisioning dengan menggunakan simbol-simbol budaya
7. Posisioning langsung terhadap pesaing.
Dalam hal ini positioning yang digunakan adalah penonjolan karakteristik
produk yaitu deodoran yang ditujukan untuk kaum pria.
II.6. Implementasi Teori
Media Massa adalah media yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi antar mereka, secara massal dan cenderung bersifat satu
arah. Di Indonesia yang dimaksud dengan media massa adalah Surat
Kabar, Tabloid, Majalah, Radio dan Televisi. Tiga yang disebutkan
pertama adalah media cetak, sedangkan dua lainnya adalah media
elektronik. Bagi masyarakat modern media massa telah menjadi
kebutuhan dasar.
Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, Televisi saat ini
acapkali dijadikan media untuk menyampaikan pesan, termasuk juga iklan
berbagai jenis produk yang hendak dipasarkan. Salah satunya adalah
produk deodorant Rexona for Men. Produk ini adalah salah satu hasil
ekstensifikasi (perluasan) produk Rexona yang sebelumnya sudah cukup
terkenal sebagai salah satu produsen consumer goods khususnya produk
Produk tersebut dibuat untuk memenuhi tuntutan konsumen,
khususnya konsumen pria. Untuk itu produsen menjalankan strategi
positioning produk yaitu berusaha menonjolkan karakteristik produk
dimana produk ini dikhususkan untuk segmen konsumen pria saja.
Adapun iklan produk Rexona for Men ini juga dibuat berdasarkan
karakteristik produk tersebut, dimana dalam iklan tersebut digambarkan
bahwa pengguna produk adalah pria yang enerjik, yang menggunakan
produk dalam mendukung aktivitasnya. Selain itu produsen juga
menggunakan slogan didalam iklan bahwa pria mengeluarkan keringat
lebih banyak dari wanita, dengan kata lain produsen berusaha
menyampaikan bahwa pria juga membutuhkan sebuah produk yang
berbeda dari yang biasa digunakan wanita.
Didalam penelitian ini penulis mencoba melihat seberapa besar
minat responden untuk membeli poduk yang diiklankan, Untuk itu
digunakan juga teori AIDDA sebagai dasar teori untuk menelaah
hubungan tersebut. Teori AIDDA itu sendiri menggambarkan adanya
suatu kegiatan untuk membangkitkan perhatian, menumbuhkan minat
melalui pesan yang berisi info yang disampaikan komunikator dan
diakhirnya diambil keputusan untuk bertindak terhadap pesan itu. Hal ini
sesuai dengan tujuan penayangan iklan Rexona for Men di Televisi yang
bertujuan menarik minat konsumen unuk kemudian mendorong konsumen
1. Badan Pendukung Pemekaran Kabupaten Deli Serdang (BPPKDS)
Tahun 1992
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
III.1 1 Deskripsi Kabupaten Serdang Bedagai
III.1.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai Kronologi
Keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang
sebenarnya telah cukup lama muncul di kalangan masyarakat Kabupaten
Deli Serdang dan tahun 1992 hal tersebut telah menjadi kajian tersendiri
bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada masa itu. Dasar
pertimbangan untuk dilakukannya pemekaran adalah luas wilayah dan
jumlah penduduk yang begitu besar untuk suatu Kabupaten.
Kajian terhadap pemekaran wilayah pada masa itu telah sampai
pada dikeluarkannya Keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor
02/DPRD/1992 tanggal 27 Februari 1992 tentang Persetujuan Pemekaran
Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang yang menetapkan
Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah, yaitu
Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang. Perencanaan pemekaran
tersebut terhenti dan kembali bergulir pada saat reformasi terjadi tahun
1998.
Lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan di Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor : 129 Tahun
2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran,
Penghapusan dan Penggabungan Daerah, memberikan ruang yang
semakin terbuka terhadap keinginan masyarakat untuk melakukan
pemekaran.
Beberapa kelompok masyarakat yang terbentuk dalam upaya
pemekaran Kabupaten Deli Serdang yakni:
3. Panitia Pembentukan Pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai
(P3KSB) Tahun 2002.
BPPKDS merencanakan Kabupaten Deli Serdang di bagi menjadi
dua kabupaten sesuai dengan konsep Pemekaran Tahun 1992 dengan
usulan ibukota Kabupaten Pemekaran antara lain: Dolok Masihul, Sei
Rampah dan Perbaungan.
PPKD lebih menekankan pada pembentukan Kabupaten baru yakni
Kabupaten Deli dengan ibukota Patumbak, sehingga tujuan dari
diadakannya pemekaran tidak tampak, tetapi lebih pada keinginan untuk
memisahkan diri dari Kabupaten Deli Serdang.
P3KSB mengajukan konsep pemekaran Kabupaten Deli Serdang
menjadi 2 (dua) yakni Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk
dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran dengan
ibukota Kabupaten Sei Rampah.
Keinginan yang begitu besar dari masyarakat disikapi dengan arif
bijaksana oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dengan menyusun
konsep dasar pemekaran Kabupaten dan melakukan kajian-kajian dalam
rangka pemekaran tersebut.
Berdasarkan penelitian dan masukan dari berbagai elemen
masyarakat, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang mengusulkan
Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi 2 (dua) yaitu Kabupaten
Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk, dan Kabupaten Serdang Bedagai
sebagai kabupaten Pemekaran.
Dasar Hukum
Perjalanan panjang proses pemekaran Kabupaten Deli Serdang
secara hukum dimulai dari ditetapkannya Keputusan DPRD Kabupaten
Deli Serdang Nomor: 13/KP/Tahun 2002 Tanggal 2 Agustus 2002 Tentang
Persetujuan Pembentukan / Pemekaran Kabupaten Deli Serdang.
Selanjutnya DPRD Propinsi Sumatera Utara melalui Keputusan Nomor:
18/K/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 menetapkan Persetujuan Pemekaran
DPRD Kabupaten Deli Serdang melalui Keputusan Nomor
26/K/DPRD/2003 Tanggal 10 Maret 2003 menetapkan Persetujuan Usul
Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten
yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten
Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran dengan ibukota Sei
Rampah.
Pertimbangan nama Kabupaten Serdang Bedagai didasarkan pada
sejarah dimana wilayah ini dahulu berada dalam wilayah Kesultanan
Serdang dan Kesultanan Bedagai.
Menindaklanjuti Keputusan yang ada, Gubernur Sumatera Utara
melalui Surat Nomor: 136/6777 tanggal 30 Agustus 2002 meneruskan
usul Pemekaran Kabupaten Deli Serdang, Nias dan Toba Samosir kepada
Menteri Dalam Negeri di Jakarta.
Berdasarkan persetujuan DPR RI, Presiden Republik Indonesia
menerbitkan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di
Propinsi Sumatera Utara.
Tanggal 6 Januari 2004 Menteri Dalam Negeri mengeluarkan
Keputusan Nomor 131.21-26 Tahun 2004 tentang Pengangkatan Penjabat
Bupati Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara dan mengangkat Bapak
Drs.H.Chairullah S.IP,M.AP sebagai Penjabat Bupati Serdang Bedagai.
Atas nama Menteri Dalam Negeri Tanggal 15 Januari 2004
Gubernur Sumatera Utara Bapak T. Rizal Nurdin melantik Bapak Drs.
H.Chairullah S.IP,M.AP sebagai Penjabat Bupati Serdang Bedagai.
Setelah Masa Transisi 1 (satu) tahun diangkat kembali Penjabat Bupati
Drs.H.Kasim Siyo,M.si pada tanggal 3 Maret 2005 yang ditugaskan untuk
melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung maka
terpilihlah Ir. H.T. Erry Nuradi,MBA menjadi Bupati Serdang Bedagai masa
III.1.1.2 Geografis Letak Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 200 57” Lintang
Utara, 300 16” Lintang Utara, 9800 33” Bujur Timur, 9900 27” Bujur Timur
dengan luas wilayah 1900,22 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut:
sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Kabupaten
Simalungun, sebelah Timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten
Simalungun, serta sebelah Barat dengan Kabupaten Deli Serdang.
Dengan ketinggian wilayah berkisar 0 – 500 meter dari permukaan laut.
Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 11 kecamatan dan
243 desa/kelurahan.
Iklim
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi
iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai
kabupaten induk. Pengamatan Stasiun Cuaca Sampali menunjukkan
rata-rata kelembapan udara per bulan sekitar 84 %, curah hujan berkisar
sampai 30 sampai dengan 340 mm perbulan dengan periodik tertinggi
pada bulan Agustus – September 2004, hari hujan per bulan bekisar 8 -
26 hari dengan periode hari hujan yang lebih besar pada bulan Agustus -
September 2004. Rata - rata kecepatan udara berkisar 1,10 m/dt dengan
tingkat penguapan sekitar 3,74 mm/hari. Temperatur udara per bulan
minimum 23,70 C dan maksimum 32,20 C.
III.1.1.3 Pemerintahan
Kabupaten Serdang Bedagaai memiliki luas wilayah 1900,22
kilometer persegi, terbagi dalam 11 kecamatan dan 237 desa dan 6
kelurahan, didiami oleh penduduk dari beragam etnik/suku bangsa,
agama dan budaya. Dimana suku tersebut antara lain Karo, Melayu,
Tapanuli, Simalungun, Jawa dan lain – lain. Potensi sumber daya alam di
Kabupaten Serdang Bedagai yang paling menonjol diantaranya: sektor