• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap

Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1)

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

RHOLAND MUARY

070902039

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

NAMA : RHOLAND MUARY

NIM : 070902039

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : “Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap

Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara”

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Agus Suriadi, S.Sos. M.Si) (Hairani Siregar, S.Sos. MSP)

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 32 tabel dan 27 kepustakaan)

Penelitian tentang pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di latar belakangi oleh masih rendahnya peningkatan kualitas pendidikan secara fisik maupun non fisik. Akibat dari kebijakan ini banyak terjadi kontra dari mahasiswa terhadap pihak universitas karena dinilai sangat memberatkan mahasiswa dan menutup akses pendidikan masyarakat kecil untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan.

Masalah yang ingin diangkat adalah “Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh dari kebijakan tersebut dan juga untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari kebijakan tersebut terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara. Dimana kualitas pendidikan yang di maksud adalah kualitas pendidikan secara fisik dan kualitas pendidikan secara non fisik. Penelitian ini dilakukan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara dengan jumlah sampel sebanyak 73 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner kepada mahasiswa stambuk 2010 yang menjadi objek kenaikan uang kuliah tersebut. Data yang didapat ditabulasi kedalam tabel selanjutnya dianalisa dan mengolah data kuantitatif melalui analisis uji regresi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan telah dianalisis disimpulkan bahwa pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara adalah memiliki hubungan positif yang rendah dengan nilai korelasi (rxy) sebesar 0,083. Dan uji regresi bahwa setiap peningkatan sebesar 1 satuan, maka pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah akan meningkat sebesar 0,036 satuan dan koefisien determinasi sebesar 0,68%.

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

Increase Policy Influence Of Money Lecture Quality Education In the Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatra (This

thesis is composed of 6 chapters, 101 pages, 32 tables and 27 libraries) Research on the effect of rising tuition policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science in the background backs by low education quality improvement of physical and non physical. As a result of this policy occurs cons of many students of the university as it is considered extremely burdensome students and close the small communities access to education to study at college bench.

Problem you want removed is "To what extent is the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra". This study aims to determine whether or not the effect of these policies and also to determine the extent of the effect of the policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra. Where the quality of education in the mean quality of physical education and the quality of education in non-physical. The research was conducted at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra with a sample size of 73 students. Techniques of data collection was conducted by questionnaire to students stambuk 2010, which became the object of tuition increases. The data obtained were tabulated into a table and process the data further analyzed quantitatively through regression test analysis.

Based on the data obtained have been analyzed and concluded that the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra is to have a low positive relationship with the correlation (rxy) of 0.083. And regression tests that every increase of 1 unit, then the effect of increase in tuition policy will increase by 0.036 units and the coefficient of determination of 0.68%.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Asyhaduallah illahaillaha wa’ asyhadu’anna muhammadarasullaha. Alhamdulillahirabbil’alamin dengan kesungguhan hati, segala rasa syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang karena berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skrispsi ini dengan baik. Tidak lupa shalawat berangkaikan salam

penulis haturkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, seorang

nabi dan rasul yang menjadi suri tauladan bagi ummat yang mampu membawa

perubahan di dunia ini, insya Allah syafa’at beliau masih kita nantikan sampai di

ya’umil akhir kelak. Amin ya rabbal a’lamin.

Adapun pihak-pihak yang sangat membantu di dalam penyusunan skripsi

peneliti ini, dan dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. kepada orang tua saya tercinta Eddy Munadjad dan Rosna lelawati

yang telah banyak memberikan dukungan materil maupun nonmateri

kepada penulis tidak hanya dalam penyusunan skripsi tetapi juga

dalam kehidupan sehari-hari dari kecil sampai saya dewasa. Saya

berjanji akan berusaha menjaga nama baik keluarga dan berusaha

(6)

berdoa agar keluarga kita diberkahi terus oleh Allh SWT.amin ya

rabb…

2. Buat adik-adik abang yang lucu dan bandel Merry Lovenia dan

Laura Nadyla, makasih mau nemenin abang kalau pulang ketebing,

tetap rajin-rajin terus belajarnya, raih terus cita-citanya, rajin

beribadah, terus berdoa buat bapak dan ibu, dan do’a kan abang. Insya

allah abang akan bantu kalian terus.

3. Bapak prof. Dr. Badaruddin, M.Si, sebagai dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, sebagai ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial.

5. Bang Agus Suriadi, S.Sos. M.si, sebagai dosen pembimbing yang

telah banyak membantu saya dalam memberikan arahan dalam

menyusun skrispsi. Terima kasih banyak bang atas masukan dan

ilmunya. Saya tunggu abang dengan gelar prof nya.amin.

6. Seluruh Staff Akademisi, Pegawai dan Staff Pengajar di FISIP

USU yang telah membantu saya dalam perkuliahan.

7. Buat kawan-kawan saya di kessos yang memang pertama kali kita

lebih mengenal yaitu kawan-kawan di mukondho. Buat Ridho

(ampun lah do ngekik kw, semua anak mukondo ada nama ejekan

yang kw buat, laen x jangan telat ngantar susu ke kost ku

(7)

kw ceritakan kemaren #yookkmaree), Boy Warongan (kw lah boy

orang yang dekat x ma ku semester awal, gak perlu aku ceritakan lagi

lah ya cemana masa”ababil kita dulu kn?haha. ditunggulah undangan

di hari yang special itu #cairr), Endika (yang udah jadi ass.dosen

inilah, kasi nilai A ya buat adek”ntu #mantapp), Acong (cong ingat

timbangan kw wda 90 kg lebih nanti sikawan gak mau lagi,

buktikanlah tinggal membalikkan telapak tangan #gakyakinn),

Ibrahim (em, madung heppeng do tu atm ki #sumberr), Ojan (wda

mamam menteri awakk, makanlah apa aja yg bisa dimakan

#gasteruss), Ferdy (lanjut aja ber jadi gubernurnya, masih yakin

rakyat anda yang terus memimpin #laksanakann), Mas Dika (maksih

banyak bro ya udah banyak bantu aku, aku doakan semoga makin

langgeng ajalah ma si LR, dan kita akan ketemu nanti di satu titik

#ehmasmas), Babang Amir (kalau rezeki kw tunggu aku dijakarta ya

mir, masih banyak mimpi kita belum tercapai kasian x petani karo

itu,tetap di bangun silaturahmi ma adek”itu hahah #salesmimpi),

Bolang dan Bill ( curiga aku kelen berdua terus, aku tunggu

secepatnya selesai dan berjuang di dunia nyata pal #semangat) dan

segenap buat kawan”kessos yang gak bisa disebut satu persatu

#kejulah

8. Buat teman-teman yang cakep di CNC (emang masih ada ya?). Buat

Malida (makasih ya malida udah banyak membantu, salam ma si

abang ditunggu juga untuk tahun depan ya), Miftah (semoga itha

(8)

semoga terus langgeng maksih banyak ya ithaa), Erlina ( ntar kalo

saya main ke Jakarta di anterin ya dan makasih wda mau bantu kasi

hadiah buat si kawan,hahaha), Wirda (rajin bgt baca novelnya

disimpan ya tanda tangan dari kang abik ntu), Titiq (yang udah jadi

pengusaha muda, pintar, ditunggu juga kabar bahagia), Vien, Ayu,

Tika ( semoga sukses selalu dan kapan kita kumpul lagi maen”ke

pantai cermin,hehehe)

9. Buat rekan-rekan Kolektif dan Sintesa connection tempat saya

mengaplikasikan ilmu yang sudah di dapat. Buat Bang Dadang

Darmawan ( makasih bang atas pembelajaran hidup yang telah

diberikan dan motivasinya selama saya mengikuti organisasi), Bang

Iskandar, Bang sofyan, Bang zulham,Bang Aulia, Bang Salmi, Bang

marwan, Bang Amru, Bang Kelana,Bang Wawan, Bang Timan, Bang

Densi, Pak Tedon, Bang Tata, Bang Mario,dll. Kemudian buat Bang

Henri Saragih ( makasih bang ilmu yang telah diberikan,tetap

istiqomah di gerakan rakyat), kak Lisda, Kak novi, kak Tanti, Kak

Epi, Kak andre, Kak novi Bang Sopyan (papi), Bang wagimin, Bang

dani, Bang Dika, Bang Fufu, Maspurwanto, Bang taufik, Bang harris,

Bang Untung, Bang Supan, cak kardi, Bang wawan Lentera,dll.

10. Buat Kawan-kawan Seperjuangan “BATU KRISTAL” HMI

KOMISARIAT FISIP USU. Buat Akbar (kw lah bay yang menjaga

pohon itu, kalau gak kuat ajak aja bang anto,hehehe,maksih bar udah

(9)

gak papa kan aku selesai duluan?hehehe,ika cepat menyusul yah!biar

bisa pake kebaya), Edo (tinggal menunggu kandidat ketum cabang aja

lah yakin medan bisa goyang di buatnya), Siti Maryam (manggil siti

aja gak bisa manggil aya, makasih ya sit wda ciptakan lagu temu

ramah), Afdal,Dedy dan budi (woi aku duluan lah ya, jangan sampe

ikut IMLT ajaran sesat si keeling ntu,hehehe), Kiki (salam sama

mama mu di rumah, jangan buat kayak dulu lagi lah), Trie (ibu trik

yang sabar ngajarin anak”SD ya,kalo bandel jitak aja), Wanda (wda

lama nunggu gak jadi-jadi juga si aluga melahirkan ya), Rozy

(sahabat satu kost, makasih zy wda banyak aku merepotkan mu, tapi

ente hati-hati juga kalo udah udara dingin ya), Taufik (makin merem

aja ntu mata ya,), Ara (mantap x kalo ara pake kemeja + dasi gaya

eksekutif muda, hahaha), Dina, Firdha, Nenda, Bang Boy, Sari,

Vira, dan lain-lain (mudah”an kita bisa ketemu dan tetap saling

menjaga silaturahmi). Insya allah kenangan kita suka maupun duka

tidak pernah luntur walaupun kita tidak lagi selalu dekat, dan terus

menjaga silaturahmi dan bisa kita tunnjukkan bahwa kita punya

kenangan manis secara bersama di HMI KOMISARIAT FISIP

USU.

11 Buat kakanda alumni dan juga senioren yang sudah meluangkan

waktu, pemikiran, dan mau berbagi cerita kepada saya. Bang Zulpadli

Mtg, Bang Sutan, Bang Naldi, Mas Purwanto, Bang Brem, Kak Ratih,

(10)

12 Buat kawan-kawan Kepengurusan HMI KOMISARIAT FISIP USU

PERIODE 2011-2012. Tetap terus menjalankan amanah yang telah

diberikan oleh keluarga besar. Jadikan proses selama berkomisariat

menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan

berorganisasi dan bermasyarakat. Tetap membangun kekuatan

bersama secara kolektif kepengurusan dan juga kepada keluarga

besar. Yakin Usaha Sampai…

13 Buat adinda-adinda stambuk 2010 dan 2011, tetap terus belajar

dikomisariat, karena komisariat rumah kita untuk belajar bagaimana

proses belajar yang baik dan bagaimana bentuk aplikasi dari proses

belajar itu dilakukan. Selamat belajar dengan sungguh-sungguh

karena kan dapat banyak sesuatu yang belum tentu kita dapatkan

diluar.

14 Buat kawan-kawan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima

kasih banyak dukungan dan do’a kepada saya dalam melakukan

proses penyelesaian skripsi. Insya allah akan di berikan yang terbaik

dari-Nya buat kita semua. Amin ya rabb.

Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengakui banyak

kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam skripsi ini. Saya mohon maaf

atas kekurangan tersebut. Dan saya sangat berharap skripsi ini sangat

(11)

Medan, Oktober 2011

Hormat Saya,

(12)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah...10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...10

1.4 Sistematika Penulisan...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...14

2.1 Kebijakan...14

2.1.1 Teori Kebijakan Publik...15

2.2 Pendidikan...16

2.2.1 Kebijakan Pendidikan...18

2.3 Perkembangan Perguruan Tinggi...18

2.3.1 Tiga Pandangan Filosofis...18

2.4 Usaha Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi...23

2.4.1 Pemberdayaan Sumber daya Manusia (SDM)...23

2.4.2 Perencanaan PT yang Objektif, dimulai dari bawah yangMelibatkan Semua Pihak yang terkait DanbersifatTerbuka...25

2.4.3 Evaluasi Perguruan Tinggi...26

(13)

2.5 Kerangka Pemikiran...31

2.6 Hipotesis...33

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional...34

2.7.1 Defenisi Konsep...34

2.7.2 Defenisi Operasional...35

BAB III METODE PENELITIAN...37

3.1 Tipe Penelitian...37

3.2 Lokasi Penelitian...37

3.3 Populasi dan sampel...37

3.3.1 Populasi...37

3.3.2 Sampel...38

3.4 Teknik Pengumpulan Data...38

3.5 Teknik Analisa Data...39

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...42

4.1 Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara...42

4.1.2 KeunggulanKompetitif...43

4.1.3 Pimpinan Universitas...46

4.2 Profil Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik...47

4.2.1Sejarah...47

4.2.2 Dekanat...50

4.2.3 Departemen dan Program Studi...52

4.2.4 Akreditasi Departemen...54

4.2.5 Sarana dan Prasarana...54

(14)

BAB V ANALISA DATA...57

5.1 Data Identitas Responden...58

5.1.1 Data Indentitas Berdasarkan Jenis Kelamin...58

5.1.2 Data Indentitas Berdasarkan Status Kependudukan.59 5.1.3 Data Indentitas Responden Berdasarkan pekerjaan orang Tua...60

5.1.4 Data Identitas Responden Berdasarkan Sumber uang Kuliah...61

5.1.5 Data Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Keperluan...63

5.2 Gambaran Variabel...65

5.2.1 Kualitas Pendidikan Secara Fisik dan Non Fisik...65

5.2.2 Mengenai Kebijakan Kenaikan uang kuliah...83

5.3 Analisis Kuantitatif...88

5.4 Analisis Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah terhadap Kualitas Pendidikan di Fisip Usu………...……93

BAB VI PENUTUP...98

6.1 Kesimpulan...99

6.2 Saran...100

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Bagan Kerangka Pemikiran...32

Tabel 2 Struktur Dekanat...51

Tabel 3 Akreditasi Departemen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik..54

Tabel 4 Sarana Dan Prasarana...54

Tabel 5 Daftar Dosen dalam Strata Pendidikan...56

Tabel 6 Data Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...58

Tabel 7 Data Identitas Responden Berdasarkan Status Kependudukan...59

Tabel 8 Data Identitas Berdasarkan Profesi/Pekerjaan Orang Tua Laki- Laki………60

Tabel 9 Data Identitas Berdasarkan Profesi/Pekerjaan Orang Tua Perempuan...61

Tabel 10 Data Identitas Responden atas Sumber Biaya kuliah Diperole...62

Tabel 11 Data identitas Responden Berdasarkan Jumlah Keperluan setiap Bulan...63

Tabel 12 Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Ruangan kelas...65

Tabel 13 Tanggapan Responden atas Ketersediaan Proyektor, Spidol...66

Tabel 14 Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Jaringan Internet...67

Tabel 15 Tanggapan Responden Mengenai Parkiran Kenderaan dan Keamanan...68

Tabel 16 Tanggapan responden Mengenai Kondisi Kamar Mandi...69

Tabel 17 Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Kualitas Fisik...70

Tabel 18 Jumlah Indeks Prestasi komulatif...72

Tabel 19 Tingkat kepuasan dalam Indeks prestasi Komulatif...73

(16)

Tabel 21 Pemenuhan Dosen Minimal Strata dua (S2)...75 Tabel 22 Kesesuaian Dosen Terhadap Satuan Acara Praktikum (SAP)...76 Tabel 23 Tanggapan Responden Mengenai Sistem pengajaran Dosen...77 Tabel 24 Tanggapan Responden mengenai Sistem pengajaran Berbasis

Teknologi...78 Tabel 25 Tanggapan Responden atas Dukungan Dosen Menggunakan Sistem

Pengajaran Berbasis Teknologi...79 Tabel 26 Tanggapan Responden Terhadap Materi Perkuliahan Dosen...80 Tabel 27 Tanggapan Responden Mengenai Pelayanan Administrasi...81 Tabel 28 Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Kualitas Non

Fisik………82 Tabel 29 Tanggapan Responden Mengenai Kenaikan Uang Kuliah...83 Tabel 30 Sosialisasi dari Pihak Universitas tentang Kenaikan Uang

(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 32 tabel dan 27 kepustakaan)

Penelitian tentang pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di latar belakangi oleh masih rendahnya peningkatan kualitas pendidikan secara fisik maupun non fisik. Akibat dari kebijakan ini banyak terjadi kontra dari mahasiswa terhadap pihak universitas karena dinilai sangat memberatkan mahasiswa dan menutup akses pendidikan masyarakat kecil untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan.

Masalah yang ingin diangkat adalah “Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh dari kebijakan tersebut dan juga untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari kebijakan tersebut terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara. Dimana kualitas pendidikan yang di maksud adalah kualitas pendidikan secara fisik dan kualitas pendidikan secara non fisik. Penelitian ini dilakukan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara dengan jumlah sampel sebanyak 73 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner kepada mahasiswa stambuk 2010 yang menjadi objek kenaikan uang kuliah tersebut. Data yang didapat ditabulasi kedalam tabel selanjutnya dianalisa dan mengolah data kuantitatif melalui analisis uji regresi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan telah dianalisis disimpulkan bahwa pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara adalah memiliki hubungan positif yang rendah dengan nilai korelasi (rxy) sebesar 0,083. Dan uji regresi bahwa setiap peningkatan sebesar 1 satuan, maka pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah akan meningkat sebesar 0,036 satuan dan koefisien determinasi sebesar 0,68%.

(18)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

Increase Policy Influence Of Money Lecture Quality Education In the Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatra (This

thesis is composed of 6 chapters, 101 pages, 32 tables and 27 libraries) Research on the effect of rising tuition policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science in the background backs by low education quality improvement of physical and non physical. As a result of this policy occurs cons of many students of the university as it is considered extremely burdensome students and close the small communities access to education to study at college bench.

Problem you want removed is "To what extent is the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra". This study aims to determine whether or not the effect of these policies and also to determine the extent of the effect of the policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra. Where the quality of education in the mean quality of physical education and the quality of education in non-physical. The research was conducted at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra with a sample size of 73 students. Techniques of data collection was conducted by questionnaire to students stambuk 2010, which became the object of tuition increases. The data obtained were tabulated into a table and process the data further analyzed quantitatively through regression test analysis.

Based on the data obtained have been analyzed and concluded that the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra is to have a low positive relationship with the correlation (rxy) of 0.083. And regression tests that every increase of 1 unit, then the effect of increase in tuition policy will increase by 0.036 units and the coefficient of determination of 0.68%.

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia seutuhnya yang diidealisasikan menjadi titik puncak pencapaian

tujuan pendidikan nasional sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati

masih terus menjadi dambaan, ketika sosok yang sesungguhnya belum lagi

ditemukan pada saat arus globalisasi dan era pasar bebas terus menerpa secara

keras. Disinilah harus menerima secara taat asas bahwa pembangunan Indonesia

seutuhnya melalui pendidikan dengan beragam jenis, jenjang, sifat, dan bentuknya

sebagai proses yang tidak akan pernah selesai. Tatkala warga yang bermukim di

banyak negara secara percaya diri dan meyakinkan menyatakan siap berkompetisi

dan bermitra pada percaturan global itu, semisal melalui kemitraan sekaligus

persaingan pasar bebas terus berkutat untuk mencari jalan keluar dari multikrisis,

baik di bidang ekonomi, politik, sosial dan kemanusiaan, keadilan, maupun

penegakan hukum. Bahkan, ketika peradaban masyarakat dunia menunjukkan

tanda-tanda megapolis, sebagian besar masih jauh dari tatanan sehat, aman,

nyaman, dan berkeadilan yang menjadi ciri keberhasilan proses kemanusiaan.

Dengan tetap menghargai pencapaian pembangunan fisik dan kemajuan

peradaban yang ada saat ini, krisis proses kemanusiaan di Indonesia secara

kekinian benar-benar terjadi jika di soroti dengan tajam. Ketika itu pula,

pendidikan sebagai instrument utama proses kemanusiaan dan pemanusiaan terus

disoroti oleh masyarakat dan pemakai lulusan. Sebagai sebuah agenda proses

(20)

yaitu sebagai proses pendewasaan peserta didik untuk hidup di alam demokrasi

dan memasuki sektor ekonomi produktif. Memposisikan pendidikan sebagai

wahana penyiapan peserta didik untuk berkiprah pada sektor ekonomi produktif

ini menjadi nisbi, ketika ada kesadaran bahwa ada satuan waktu yang dipakai

untuk keperluan proses belajar dibandingkan dengan waktu yang tersedia bagi

mereka di masyarakat (Danim, 2003:4)..

John Dewey dalam bukunya (Democracy and Education) seperti di kutip oleh

adler (1985) mengatakan bahwa tidak pada tempatnya mengaitkan tatanan

perilaku kelembagaan pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja, mengingat

pendidikan bertujuan meneruskan cita-cita demokrasi. Agenda pendidikan secara

fungsional adalah membentuk komunitas-komunitas sosial yang ideal sebagai

bagian dari proses transformasi pendewasaan peserta didik, apapun bentuknya

dalam ragam pendidikan. Disinilah pendidikan dipandang sebagai proses

penanaman modal dalam bentuk manusia (human investment), dimana pendidikan

merupakan proses menyiapkan manusia untuk terjun di sektor produktif. Maka

demikian seleksi kelas sosial dalam memperoleh kesempatan pendidikan

merupakan pertanda praktik-praktik kemasyarakatan yang bersifat kapitalistik.

Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998 secara tidak langsung

berdampak banyak ke dalam setiap sektor yang ada. Tidak terkecuali dengan

sektor pendidikan. Krisis yang terjadi ternyata juga mau tidak mau mengalami

dampak terhadap anggaran pemerintah terhadap pendidikan yang terpaksa

mengalami pengurangan. Sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi

pengurangan anggaran pendidikan yang terjadi adalah dengan merumuskan suatu

(21)

Rumusan bentuk baru perguruan tinggi tersebut pada akhirnya dituangkan

dalam PP 60 dan 61 tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi kampus agar

perguruan tinggi bisa mengatur rumah tangganya sendiri tanpa intervensi dari

pemerintah. Sesuai dengan PP yang telah dikeluarkan, paradigma Perguruan

Tinggi Negeri (PTN) mengalami pergeseran. Paradigma PTN yang pada awalnya

memiliki konsep sentralisasi secara perlahan bergeser menjadi desentralisasi, yang

mengisyaratkan perlunya dilakukan otonomi bagi setiap perguruan tinggi negeri

yang ada. Dan pada akhirnya pemerintah indonesia melakukan privatisasi

terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Salah satunya adalah dengan merubah status Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah BUMN menjadi BHMN (Badan

Hukum Milik Negara) pada tahun 2003 dengan menggunakan PP No. 56 Tahun

2003. Sejak berstatus BHMN, Universitas Sumatera Utara secara perlahan-lahan

diarahkan untuk dapat menjadi mandiri dalam mencari dana. Sebab pemberian

status BHMN itu juga berarti tidak mendapat subsidi lagi dari pemerintah. Dengan

kata lain, PTN yang bersangkutan memiliki kebebasan sendiri untuk mencari dana

operasional pendidikannya masing-masing (Lidus Yardi S.Pd.I, Bebaskan

masyarakat dari belenggu pendidikan, dalam

Pendidikan merupakan hak setiap warganegara. Oleh karena itu, negaralah

yang seharusnya mengelola bidang pendidikan, baik pembiayaan maupun

kurikulumnya. Karena, baik atau buruknya pendidikan akan berdampak langsung

bagi baik atau buruknya suatu negara. Paradigma baru dalam bidang pendidikan

tersebut, seperti sebuah gagasan yang mulia. Akan tetapi, dampak yang nampak

(22)

tentu saja akan melepaskan negara dari tanggung jawabnya untuk memenuhi

kebutuhan dasar warganegaranya akan pendidikan. Dampak yang akan langsung

terlihat adalah berkurangnya subsidi pendidikan, sehingga biaya pendidikan akan

semakin mahal. Dengan kondisi ini, maka tidak menutup kemungkinan

pendidikan (tinggi) hanya akan menjadi sebuah khayalan bagi sebagian besar

warganegara negeri ini sebagaimana di jaman kolonial Belanda dulu. Akibatnya,

persentase rakyat yang bodoh semakin tinggi. Menurut Prof. HAR Tilaar, salah

seorang pakar pendidikan di Indonesia menegaskan bahwa pengalihan status PTN

menjadi BHMN, adalah bentuk lain dari neoliberaliasi dalam dunia pendidikan

(neoliberalisasi pendidikan, dalam Harian Surat Pembaharuan, tanggal 15 Maret

2007).

Konsep subsidi silang dalam dunia pendidikan, yaitu pemberian beasiswa bagi

golongan tidak mampu yang diambil dari biaya pendidikan dari golongan kaya,

tidak akan efektif. Hal ini karena jumlah golongan tidak mampu lebih banyak dari

pada golongan mampu. Disamping itu juga harus diperhatikan dampak psikis

yang mungkin akan muncul, jika biaya pendidikan golongan tidak mampu

menjadi beban bagi golongan mampu. Oleh karena itu, menjadikan pendidikan

dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat adalah lebih bijak.

Kebijakan pemerintah dalam melakukan upaya privatisasi lembaga-lembaga

pendidikan tidak hanya berhenti pada tingkat perguruan tinggi, akan tetapi

melakukan perluasan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah dengan di

keluarkannya Undang-Undang No 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum

(23)

Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar.

Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan

tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang

sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan

Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan BHP adalah beberapa

contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada

melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan

publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran

utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap

tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor

yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana

pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen. Dari APBN 2005 hanya 5,82%

yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar

hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana

Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan,

seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU Badan Hukum

Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar

dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi

pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan,

penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah

(24)

Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk

diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Berarti Pemerintah telah

melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab

penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki

otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah

tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan

mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk

menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin

terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.

Menurut pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. privatisasi pendidikan

merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh

negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Undang-Undang Badan Hukum

Pendidikan (UU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua

satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang

wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah

negeri, dari SD hingga perguruan tinggi . Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN

yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu

menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka

argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di

beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu

namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang

(25)

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak

harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya

membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin

setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah

untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah

justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat

dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan. Hal ini sangat bertolak

belakang dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat 4

“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh

persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

pendidikan nasional.

Semenjak diberlakukannya USU menjadi PT BHMN maka Universitas

Sumatera Utara memiliki Motto mewujudkan universitas yang berbasis industri

yaitu University for Industry. dilihat sebagai sebuah industri tetapi jika dilihat

prosesnya maka dapat dikatakan bahwa pengelolaan sebuah Perguruan Tinggi

mirip dengan pengelolaan sebuah industri. Di dalam penjelasan mengenai fungsi

dan kedudukan perguruan tinggi di Indonesia disebutkan bahwa perguruan tinggi

di Indonesia diantaranya berfungsi sebagai lahan/tempat untuk mempersiapkan

tenaga kerja bagi pembangunan nasional, yang memiliki kemampuan akademik

dan menyiapkan tenaga peneliti yang mampu mengembangkan, menciptakan dan

(26)

Sebagai sebuah organisasi atau jika dianalogikan bahwa perguruan tinggi

adalah seperti perusahaan yang melakukan produksi, perguruan memiliki ciri

unik. Perguruan tinggi sebagai perusahaan memiliki persamaan sekaligus

perbedaan dengan perusahaan atau industri lainnya. Persamaan di antara keduanya

adalah perguruan tinggi juga memerlukan keuntungan secara finansial karena

tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mengembangkan mutunya dan mengelola aset

yang dimiliknya memerlukan biaya (Ida Anggraeni Ananda dalam jurnal visi

komunikasi Vol 1 No 3, Oktober 2003).

Dalam menyesuaikan kebutuhan akan kepengelolaan sumber daya yang ada

maka pimpinan rektorat dalam hal ini mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan

uang kuliah pada tahun ajaran 2007-2008. Pada SK Rektor yang ditanda tanganin

oleh rektor USU Prof. dr. Chairuddin Panusunan Lubis, DTM&H, Sp.A(K), untuk

mahasiswa baru pada program diploma (D3). Kenaikan uang kuliah tersebut tidak

tangung-tanggung mulai dari 100% sampai 200%. Kemudian pada tahun ajaran

2010-2011 di tanda tanganin oleh rektor yang sama mengeluarkan SK bernomor

933/H5/1.R/SK/KEU/2010 pada tanggal 20 maret 2010. itu dikeluarkan tepat

sepuluh hari sebelum masa jabatannya sebagai rektor berakhir. SK tersebut

menyatakan SPP mahasiswa Strata Satu (S1) angkatan 2010 naik 100 persen dari

mahasiswa di tahun-tahun sebelumnya. Mahasiswa 2010 harus membayar SPP

dua kali lipat dari mahasiswa yang terdaftar di tahun-tahun sebelumnya. 2 juta per

tahun untuk eksakta, dan 1,5 juta untuk non-eksakta, padahal Rektor pada masa

jabatannya telah berjanji untuk tidak menaikkan uang kuliah. Kemudian SK

tersebut di cabut kembali dan diganti dengan SK No 2026/H5.1.R/SK/KEU/2010,

(27)

(CTM),Sp.A(K) tanpa ada perubahan didalamnya, Pada tanggal 31 Maret 2010,

kabar baik datang dari Mahkamah Konstitusi (MK). Undang-undang Badan

Hukum Pendidikan (UU-BHP) yang telah disahkan pada 17 Desember 2008 lalu

dan mendapat kecaman dari hampir seluruh mahasiswa Indonesia ini akhirnya

dibatalkan oleh MK. Alasannya cukup kuat, UU-BHP dinilai bertentangan dengan

UUD 1945 yang menjadi konstitusi negara ini (www.suarausu-online.com)

Akibat dari lepasnya tanggung jawab pemerintah dalam hal pendanaan

pendidikan maka terjadilah proses pendidikan dengan biaya yang mahal serta

komersialisasi pendidikan di negara ini. Namun perubahan status USU menjadi

BHMN tentunya tidak selalu membawa dampak yang negatif terhadap proses

pendidikan di USU, perubahan status ini tentunya juga memiliki dampak positif

yang dapat dirasakan secara langsung. Salah satunya adalah kebijakan yang

dihasilkan terkait dengan permasalahan kegiatan akademik tidak lagi hanya

menunggu instruksi yang dikeluarkan oleh pihak pusat. Semenjak diterapkannya

bentuk BHMN, USU memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijakan terkait

dengan kegiatan akademik seperti penyediaan fasilitas sarana dan prasarana,

system pengajaran, kualifikasi dosen, menaikkan uang kuliah dan lain sebagainya

dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan baik secara fisik maupun non fisik di

Universitas Sumatera Utara.

Berangkat dari latar belakang diatas penulis melakukan penelitian mengenai

pengaruh kebijakan Kenaikan uang kuliah yang terjadi di universitas sumatera

utara, khususnya pada mahasiswa Strata Satu (S1) stambuk 2010 pada tahun

(28)

pendidikan yang berkualitas di Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP)

Universitas Sumatera Utara (USU).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran yang disebutkan dalam latar belakang, maka penulis

dapat merumuskan masalah yang nantinya akan diteliti. Agar studi masalah

tersebut bias fokus dan tidak keluar jalur, dalam pembahasan skripsi ini penulis

mengajukan rumusan permasalahan pokok sebagai berikut :

1. “Apakah ada pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap

kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Universitas Sumatera Utara (USU)?”

2. “ Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah

terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU)?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh kebijakan

kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara

(29)

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan

uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

A. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat menambah wawasan

dan pengalaman berharga dalam meningkatkan kapasitas kemampuan

untuk menganalisis bagaimana sebenarnya pengaruh kenaikan uang

kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

B. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang berharga

terhadap keilmuan yang dikembangkan mahasiswa dalam disiplin Ilmu

Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan studi kebijakan sosial

dalam dunia perguruan tinggi serta menyikapi

permasalahan-permasalahan pendidikan yang ada didalamnya.

C. Secara teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam

penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan, mengasah

kemampuan dalam berfikir dan menganalisis masalah-masalah sosial

dalam dunia pendidikan.

D. Secara praktis, daharapkan memberikan masukan dan kontribusi yang

(30)

Sumatera Utara, baik kepada mahasiswa, masyarakat, aktivis

pendidikan, pemerintah, dekanat maupun rektorat.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian teoritis tentang

konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan

objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran,

defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi

penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian

serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan

(31)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran umum

lokasi penelitian dan data-data lain yang turut

memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh

dari hasil penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil

penelitian yang dilakukan. Bab ini juga akan

memberikan kritik dan saran dalam rangka proses

membangun kearah yang lebih baik lagi untuk

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan

Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

Sansekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani

masalah-masalah publik atau pemerintahan ( Dunn,1999:51).

Secara umum, saat ini kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang

dibuat oleh lembaga pemerintah, yang bertujuan untuk menyelesaikan

permasalah-permasalahan yang terjadi di masyarakat dalam sebuah negara (Dunn,

1999:132).

Dalam defenisi diatas dapat dilihat dengan jelas adalah bahwa pelaku yang

melahirkan kebijakan adalah pemerintah. Dimana untuk melahirkan suatu

kebijakan tidaklah dapat dilakukan hanya dalam waktu yang seketika. Namun

untuk membuat suatu kebijakan dibutuhkan suatu proses yang sering disebut

dengan proses pembuatan kebijakan. Proses pembuatan kebijakan itu sendiri

memiliki makna sebagai serangkaian aktivitas intelektual yang divisualisasikan

sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan

waktu.

Adapun tahapan yang harus dilalui dalam proses pembuatan kebijakan

adalah penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi

(33)

Gambar 1 : Proses Pembuatan Kebijakan

Sumber : Dikutip dari Buku William Dunn, Pengantar Analisa Kebijakan

Publik (Edisi II), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999. Hal. 25.

Dalam proses melahirkan kebijakan yang bertujuan untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa kebijakan yang

akan dilahirkan nantinya akan dapat dipengaruhi oleh kepentingan pihak lain.

2.1.1 Teori Kebijakan publik

Kebijakan publik mempunyai banyak pemahaman teoritis. Kebijakan

publik adalah keputusan yang di buat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai

strategi untuk merealisasikan tujuan dari Negara yang bersangkutan. Kebijakan

publik adalah strategi untuk menghantarkan masyarakat pada masa awal, Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

(34)

memasuki masyarakat pada masa transisi untuk menuju kepada masyarakat yang

di cita-citakan (Tilaar dan Nugroho, 2008:184).

Sebuh fakta strategis dari pada fakta politis ataupun fakta teknis. Sebagai

sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-preferensi

politis dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya pada

proses perumusan. Sebagai sebuah strategi, kebijakan publik tidak hanya bersifat

positif, namun juga negatif, dalam arti pilihan keputusan selalu bersifat menerima

salah satu dan menolak yang lain.

Meskipun terdapat ruang bagi win-win solutions dimana sebuah tuntutan

dapat diakomodasi, namun pada akhirnya ruang bagi win-win solutions sangat

terbatas, sehingga kebijakan publik lebih banyak pada ranah zero-sum-game, yaitu

yang menerima yang ini, dan menolak yang lain.

2.2 Pendidikan

Secara filosofis pendidikan bertujuan untuk mendorong kebebasan

pemikiran terhadap apa yang disebut sebagai kebenaran, berdimensi moral dan

mendorong seseorang untuk menemukan jati diri kemanusiannya (

http/multiply.com/yuyun harmono/pendidikan dalam pusaran neoliberal). Secara

sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk

menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani

maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan

(35)

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek

dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga

merupakan proses sadar dan sistematis di institusi pendidikan, keluarga dan

masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah

ditetapkan. Tujuan pendidikan yaitu diharapkan individu mempunyai kemampuan

dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkatkan taraf hidup lahir batin

dan meningkatkan perannya sebagai pribadi,warga masyarakat,warga Negara.

Tingkat kualitas sumber daya manusia suatu bangsa pada hakikatnya ditentukan

oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan yang baik dan berkualitas

akan melahirkan individu yang baik dan berkuaitas pula. Sebaliknya apabila

pendidikan yang diperoleh tidak baik dan berkualitas, maka hal ini akan

berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia (human resource) yang

dibangun.

Paulo freire, salah satu tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh yang

cukup besar terhadap dunia pendidikan memiliki pendapat sendiri. Ia berpendapat

bahwa pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia

dan dirinya. Artinya adalah pendidikan haruslah mampu membawa manusia pada

kesadaran akan realitas kehidupan di sekeliling tempat manusia itu berada. Inti

dari proses pendidikan yang dikemukakannya adalah berupa penyadaran.

Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif, akan merumuskan

kaidah-kaidah, norma-norma, dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya

dilaksanakan manusia. Dengan kata lain, ilmu pendidikan bertugas merumuskan

peraturan-peraturan tentang tingkah laku perbuatan makhluk yang bernama

(36)

2.2.1 Kebijakan Pendidikan

Proses pendidikan merupakan kesatuan antara teori dan praktek

pendidikan. Praksis pendidikan yang merupakan kesatuan antarteori dan praktik

meliputi unsur-unsur sebagai berikut : dalam lingkup teori dirumuskan gambaran

manusia mengenai visi, misi, dan program-program pelaksanaan untuk

mewujudkan visi misi tersebut. Di samping aspek-aspek teoritis terdapat aspek

pelaksanaan atau praktik dari tindakan pendidikan.

Proses pemanusiaan terjadi dalam interaksi sosial, berarti bahwa

pendidikan merupakan milik kemasyarakatan. Apabila pendidikan itu merupakan

milik masyarakat maka suara masyarakat dalam berbagai tingkat perumusan,

pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pendidikan perlu mendengar suara atau

aran-saran dari masyarakat.

Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan

langkah-lanhkah yang strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi

pendidikan, dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam

suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu (Tilaar dan Nugroho,

2008:140)

2.3 Perkembangan Perguruan Tinggi

2.3.1 Tiga Pandangan Filosofis

Dalam membicarakan perguruan tinggi (PT) di Indonesia, dua

pertanyaan dasar yang menjadi pusat perhatian adalah : (1) Untuk apa perguruan

(37)

mutu pendidikan atau, dalam praksis, manfaat pendidikan. Pertanyaan kedua

berkenaan dengan pemerataan pendidikan atau, dalam praksis, pendidikan itu

ditujukan untuk semua anggota masyarakat atau tidak. Tiga pandangan filosofis

perlu dikemukakan untuk menjelaskan kedua konsep itu, yaitu : elitisme,

populisme, dan integralisme

A. Elitisme

Dilihat dari perkembangan masyarakat, elitisme terbagi atas dua aliran, yaitu

elitisme tradisional dan elitisme modern. Namun, secara umum dapat dikatakan

bahwa elitisme adalah pandangan yang mengutamakan mutu dalam pengelolaan

pendidikan.

(1) Elitisme Tradisional

Elitisme tradisional bermula dan berkembang dalam era pramodern (pra

industri). Dalam era ini, ekonomi masyarakat bergantung pada sector pertanian

tradisional. Golongan pemilik tanah, yang umumnya kaum bangsawan sangat

dominan dalam masyarakat. Disamping itu, golongan agama juga berpengaruh

karena dipandang sebagai pembawa dan pembimbing kehidupan spiritual yang

sangat diperlukan masyarakat praindustri. Kedua golongan ini dipandang sebagai

golongan elit dalam masyarakat. Dari keduanya muncullah pemikir-pemikir yang

berpendapat bahwa pendidikan sangat penting terutama untuk melestarikan tradisi

kebangsawanan serta memperdalam pengetahuan tentang agama dan

(38)

golongan tersebut, terutama yang pertama mempersiapkan generasi muda melalui

pendidikan formal di sekolah, termasuk perguruan tinggi.

Menurut elitisme tradisional, kemampuan seseorang untuk didik dan belajar

banyak ditentukan oleh faktor keturunan yang berkaitan erat dengan status sosial.

Keturunan bangsawan dan golongan agama pada umumnya dianggap lebih

mampu dididik dan belajar setinggi-tinggiya ketimbang keturunan golongan

masyarakat bawah pun terbatas. Berdasarkan pandangan diatas, tujuan utama

perguruan tinggi adalah mutu, bukan pemerataan. Mutu diartikan sebagai

kemampuan akademik mahasiswa, yang banyak dikaitkan dengan sifat-sifat

keturunan dan dan kepentingan golongan bangsawan, karena yang diterima

menjadi mahasiswa terutama adalah keturunan golongan itu.

(2) Elitisme Modern

Elitisme modern timbul dalam era modern (masyarakat industry), karena: (a)

ada golongan masyarakat yang ingin mempertahankan nilai-nilai positif elitism

tradisional, terutama mutu; (b) semakin merosotnya mutu pendidikan tinggi akibat

populisme. Dalam elitisme modern, pembatasan memperoleh pendidikan tinggi

bukan lagi didasari faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial,

melainkan pada kemampuan akademik dan kemampuan ekonomi. Dasar pertama

pada hakikatnya sama dengan pandangan meritokratis, yaitu mengutamakan

kemampuan atau prestasi, dilihat dari IQ dan bakat yang unggul ditentukan

dengan berbagai cara seperti penelusuran minat dan bakat, prestasi disekolah, tes

IQ, dan ujian masuk. Dasar kedua umumnya dipergunakan oleh perguruan tinggi

(39)

Karena itu, disamping kemampuan akademik, kemampuan ekonomi merupakan

syarat penting penerimaan mahasiswa. Pada mulanya pelaksanaan pembatasan itu

berjalan dengan baik, karena kemampuan akademik yang lebih diperhatikan. Tapi,

lama kelamaan terjadi kecendrungan untuk mengutamakan kemampuan keuangan

(ekonomi), dalam arti siapa yang mampu membayar mahal dia yang di

prioritaskan. Dalam perkembangan ini, arti elitisme berubah. Bukan lagi elit

dalam arti yang berkaitan dengan keturunan, melainkan mutu yang dikaitkan

dengan kemampuan keuangan. Dengan kata lain kelompok elit adalah kelompok

“the have” .

B. Populisme

Populisme timbul dan berkembang dalam era modern (masyarakat industri).

Setelah revolusi industri, liberalisme berkembang dan pada gilirannya, mendorong

perkembangan demokrasi, egaliterisme, individualisme, dan sekulerisme.

Pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat.

Dengan pendapat yang semakin baik, kelas menengah dan atas berkembang.

Sejalan dengan itu, kesadaran akan persamaan hak dalam semua bidang

kehidupan termasuk pendidikan, meningkat. Di samping itu, industrialisasi juga

membuka berbagai lapangan kerja yang memerlukan tenaga-tenaga kerja

berpendidikan. Dengan demikian, peranan perguruan tinggi dan pendidikan

umumnya semakin penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM)

untuk industri, dan bukan lagi melestarikan tradisi kebangsawanan dan

keagamaan seperti dimasa lalu. Dengan menduduki berbagai posisi dalam

(40)

Dari masyarakat industri tersebut, terutama dari kelas menengah dan atas,

tampil pemikir-pemikir populis yang menyadari benar ketidakadilan elitisme

tradisional. Mereka berpendapat kesempatan untuk dididik dan belajar ditentukan

oleh faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial, tetapi terutama oleh

faktor-faktor lingkungan, termasuk proses belajar-mengajar itu sendiri. Karena itu,

kesempatan memperoleh pendidikan tinggi dan pendidikan pada umumnya, harus

diberikan kepada semua orang (warga negara). Seleksi masuk perguruan tinggi tak

perlu ada, tapi seleksi akhir dan ujian-ujian pengendalian selama proses

belajar-mengajar diadakan. Anak pintar (unggulan) tak perlu dipisahkan dari yang kurang

pintar agar secar wajar solidaritas, rasa saling menghargai dan menghormati

berkembang dalam diri peserta didik kelas-kelas elit tidak perlu berkembang.

Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pemikiran-pemikiran di atas,

tujuan utama perguruan tinggi adalah pemerataan. Mutu juga diusahakan, tetapi

sering diabaikan karena mengutamakan pemerataan demi penyesuaian terhadap

tuntutan masyarakat akan kesempatan mendapatkan pendidikan tinggi. Mutu tetap

diartikan sebagai kemampuan akademik, karena dengan kemampuan itu para

lulusan diharapkan dapat bekerja diberbagai industri.

C. Integralisme

Pengalaman menunjukkan bahwa elitisme meninbulkan kesenjangan

sosial-ekonomi dan politik serta ekslusivisme, walaupun mutu lulusan terjmin baik.

Sebaliknya, populisme cenderung menimbulkan pengangguran karena banyak

lulusan yang tidak bermutu sehingga tidak diterima bekerja didunia usaha.

(41)

menimbulkan masalah social-ekonomi dan politik. Karena itu, dalam

penyelenggaraan pendidikan, mutu dan pemerataan harus sama-sama mendapat

perhatian, dengan kata lain harus terpadu atau diintegrasikan. Pandangan ini

disebut integralisme.

Integralisme timbul dalam dekade terakhir era modern dan terus berkembang

pada era pascaindustri (pascamodern). Menurut pandangan ini, tujuan perguruan

tinggi adlah mutu dan pemerataan secara terpadu. Dan mutu diartikan sebagai

kesesuaian produknya dengan kebutuhan mahasiswa, masyarakat dan dunia kerja

(Tampubolon, 2001:11).

2.4 Usaha peningkatan kualitas Perguruan Tinggi

2.4.1 Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM)

Pemberdayaan (empowerment) diartikan sebagai penciptaan dan

pengembangan situasi menang-menang dalam perguruan tinggi, sehingga semua

orang memiliki kemampuan dan kesempatan berkinerja bermutu, berkreasi,

berinovasi, serta mengembangkan diri, di Perguruan Tinggi. Sumber daya

manusia (SDM) terdiri dari :

a. Pimpinan

b. Dosen

c. Tenaga penunjang akademik

d. Pegawai administrasi

Keempat kategori itu merupakan unsur-unsur pengelola perguruan tinggi.

(42)

perguruan tinggi, serta kedudukannya sebagai civitas akademika. Mahasiwa juga

dapat dipandang sebagai kategori sumber daya manusia perguruan tinggi.

Menciptakan dan mengembangkan situasi menang dan menang adalah prinsip

utama dalam memberdayakan SDM. Agar situai tersebut tercipta dan

berkembang, semua kebijakan harus didasarkan pada data kebutuhan objektifserta

dilaksanakan dengan jujur dan sungguh-sungguh dalam semangat keterbukaan.

Kebijakan-kebijakan harus adal, bersifat memotivasi serta tidak refresif tetapi juga

tidak permisif. Semangat kebersamaan, keterpaduan, dan kerja sama tim jelas

terasa dalam kebijakan-kebijakan demikian (Tampubolon, 2001:89)

Dalam kebijakan dimaksud, yang paling pokok ialah sistem pemberdayaan

SDM, yakni dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai

administrasi. Adanya system ini menentukan keberhasilan dalam menciptakan dan

mengembangkan situasi yang baik. Sistem pemberdayaan SDM tersebut terdiri

dari tiga subsistem yang berkaitan erat satu sama lain. Sehingga harus sama-sama

di perhatikan karena saling mendukung. Ketiga subsistem itu diuraikan sebagai

berikut :

a. Subsistem pendidikan prajabatan

Subsistem ini berkenaan dengan pendidikan atau kualifikasi sebelum

menjadi dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai

administrasi. Hal yang terpenting dalam subsistem ini ialah

syarat-syarat dan prosedur penerimaan tenaga untuk posisi-posisi tersebut

(43)

b. Subsistem pendidikan dan pelatihan dalam jabatan

Subsistem ini berkenaan dengan peningkatan kualifikasi setelah

memegang jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam hal ini

yang terpenting adalah penentuan persyaratan dan prosedur untuk

mendapatkan kesempatan meningkatkan kualifikasi dan pemanfaatan

tenaga yang bersangkutan setelah itu, sehingga semua merasakan

keadilan dan penghargaan.

c. Subsistem kesejahteran

Subsistem ini berkenaan dengan kebijakan-kebijakan dan ketentuan

penggajian dan kepangkatan, pengembangan karier, jaminan hari tua,

jaminan kesehatan, berbagai cuti (termasuk cuti penelitian), dan

penghargaan (reward), serta hal-hal lain yang menyangkut

kesejahteraan (Tampubolon, 2001:90).

Dalam sistem pemberdayaan ini, pemberdayaan SDM mahasiswa juga kan

berjalan dengan baik melalui semua kegiatan perguruan tinggi. Semua usaha itu

akan menghasilkan SDM bermutu, yaitu SDM yang mampu membenahi tuntutan

tugasnya dalam mengembangkan dirinya sebaik-baiknya. Dan hanya SDM

bermutulah perguruan tinggi dapat di kembangkan.

2.4.2 Perencanaan Perguruan tinggi yang objektif, dimulai dari bawah,

melibatkan semua pihak yang terkait dan bersifat terbuka

Perencanaan perguruan tinggi adalah untuk mencapai mutu, dalam arti

bukan untuk target kuantitatif semata-mata. Rencana tersebut adalah semua

(44)

jasa perguruan tinggi yang dapat memenuhi, bahkan melebihi kebutuhan

pelanggan, terutama mahasiswa dan dunia kerja harus diidentifikasikan dan

dianalisis lebih dahulu. Kegiatan-kegiatan ini tercakup dalam langkah-langkah

perencanaan.

Ada dua lapisan managemen, yakni manajemen strategis dan manajemen

teknis. Karena itu, mutu juga dilihat pada kedua lapisan itu, yakni mutu strategis

dan mutu teknis. Mutu strategis perguruan tinggi dilihat pada kebijakan-kebijakan

strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan

Nasional, dan berbagai Undang-Undang yang dibuat DPR. Pada tingkat rektorat

juga ada kebijakan-kebijakan strategis, terlebih apabila otonomi perguruan tinggi

sudah berjalan dengan sepenuhnya. Mutu teknis perguruan tinggi dilihat pada

unit-unit teknis, seperti biro administrasi, fakultas, lembaga dan jurusan. Karena

itu perencanaan juga terbagi atas perencanaan mutu strategis dan perencanaan

mutu teknis. Perencanaan mutu perguruan tinggi sangat menentukan tingkat

keberhasilan. Karena itu harus tersusun dengan sebaik-baiknya (Tampubolon,

2001:91).

2.4.3 Evaluasi Perguruan Tinggi

Evalusi dilaksanakan di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga

pendidikan lainnya untuk mengetahui tingkat kemampuan akademik mahasiswa.

Dan karena itu, yang terutama dievaluasi adalah produk hasil belajar. Khususnya

belajar tengah semester, akhir semester serta akhir studi. Kelemahan yang lebih

mendasar lagi dari system evaluasi masa lalu adalah hamper tak adanya

(45)

dari tidak adanya usaha inventarisasi dan analisis kelemahan-kelemahan

mahasiswa dimasa lalu dalam perbaikan masa depan. Hasil-hasil evaluasi

kemampuan dalam bentuk nilai ujian adalah data tentang keberhasilan dan

kegagalan. Pengevaluasian bukan hanya dosen, tetapi terdiri dari pihak-pihak

berikut :

a. Dosen

Mengevaluasi kemampuan mahasiswa, kemampuan lainnya serta berbagai

proses, terutama proses perkuliahan

b. Mahasiswa

Mengevaluasi proses-proses pembelajaran yang dialaminya, juga yang terjadi

pada dosen serta pengelola lainnya.

c. Pimpinan

Mengevaluasi unit tertentu atau seluruh unit perguruan tinggi (PT)

d. Pihak eksternal

Mengevaluasi seluruh unit perguruan tinggi atau unit tertentu. Badan

Akreditasi Nasional (BAN) merupakan badan penilaian independen terhadap

seluruh perguruan tinggi. Fungsi badan ini akan semakin penting di masa

depan, terlebih-lebih apabila otonomi perguruan tinggi telah berjalan

sepenuhnya. Pihak dunia usaha juga dapat menjadi penilai dan dapat

merupakan bagian dari jalinan kerja sama (Tampubolon, 2001:95).

Dalam mengelola (managing) perguruan tinggi harus diingat satu hal yang

menarik dan k has di lembaga pendidikan, yaitu mahasiswa berkedudukan sebagai

(46)

yang berkepentingan. Bukan hanya itu. Mahasiswa juga merupakan modal utama

(yang membiayai) proses itu, dan pada gilirannya ia akan menjadi produsen pada

lembaga yang sama. Oleh karena itu dalam setiap fungsi dan proses peningkatan

kualitas perguruan tinggi, mahasiswa berperan menurut mekanisme yang

disepakati bersama selayaknya bagi setiap unsur komunitas (Ndraha, 1988:145).

Peningkatan kualitas dalam perguruan tinggi tidak dapat dilihat sebagai proses

yang sederhana. Kegiatan ini merupakan sebuah proses jangka panjang yang

membutuhkan perubahan organisasi dan restrukturisasi yang tersistematis.

Komitmen untuk berubah ke arah mutu yang lebih baik harus dipahami oleh

semua level manajemen dan harus didasari oleh keinginan akan perubahan. Hal

yang lebih penting disamping kemauan mau berubah adalah kenyamanan dalam

melaksanakan peran dalam proses perubahan ini.

2.4.4 Pembiayaan Pendidikan

Dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional maupun daerah

mengalami suatu transisi yang sangat signifikan dalam pengelolaan

sumber-sumber daya yang ada dalam bidang pendidikan terutama dalam hal pendanaan

pendidikan (pembiayaan pendidikan). Dalam hal ini pelaksanaan pendidikan harus

disertai dengan adanya peningkatan peran sumber-sumber daya pendidikan (dana

pendidikan) yang telah tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 23 yang

menjelaskan bahwa Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang

dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga

(47)

pembiayaan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

pendidikan di daerah. Lebih lanjut dalam pasal 47 disebutkan tentang sumber

pendanaan pendidikan yaitu

1. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip

keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.

2. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber

daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3. Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 4 juga menerangkan

dalam hal pembiayaan pendidikan bahwa;

”Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua

puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan

pennyelenggaraan pendidikan nasional”

Sejalan dengan itu maka dalam implementasi kebijakan pendidikan di

daerah akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumber daya pendidikan

(pembiayaan pendidikan) yang memadai dan dapat diandalkan untuk

meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya di daerah. Pendidikan dalam

operasionalnya tidak dapat lepas dari masalah biaya. Biaya pendidikan yang

(48)

karena itu, dana yang dikeluarkan oleh pemerintah atau masyarakat maupun orang

tua untuk menghasilkan pendidikan dianggap sebagai investasi, maksudnya adalah

di masa yang akan datang harus dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat,

baik dalam bentuk uang atau pengetahuan.

Biaya pendidikan terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

keperluan pelaksanaan pendidikan, sarana/prasarana. Anggaran pendidikan terdiri

dari dua sisi, yaitu anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk mencapai

tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan yaitu pendapatan yang diperoleh oleh

perguruan tinggi dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Misalnya

dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang tua

mahasiswa dan sumber lain. Sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah dana

yang dibelanjakan untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah misalnya

alat belajar, pengeluaran TU, sarana/prasarana kampus, kesejahteraan pegawai,

administrasi, pembinaan teknis educative dan pendataan. Perhitungan biaya harus

diatur menurut jenis dan volumenya dan harus diadakan analisis biaya yang

dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan dalam menentukan

diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas tapi

memberikan keuntungan tinggi. Pembiayaan itu meliputi tiga hal, yaitu: 1.

Budgeting (penyusunan anggaran), Penyusunan anggaran ini meliputi: Rencana

Anggaran dan Pendapatan Belanja Nagara serta Rencana Anggaran Pendapatan

Belanja perguruan tinggi. 2. Accounting (pembukuan), kegiatan pembukuan ini

disebut pengurusan keuangan yang meliputi: kewenangan menentukan kebijakan

(49)

(pemeriksaan), yang dimaksud penerimaan disini adalah pemeriksaan semua

kegiatan dari mulai penerimaan dan pertanggungjawaban pengeluaran.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pemerintah memberikan ruang sebesar-besarnya kepada seluruh lembaga

pendidikan untuk melakukan privatisasi. Yakni dengan lahirnya UU Nomor 20

tentang system pendidikan nasional yang baru pada tahun 2003 yang secara jelas

melegalkan pengalihan tanggung jawab Negara kepada masyarakat atau pemilik

modal dalam hal menyelenggarakan pendidikan dan pendanaan agar proses

pendidikan dapat berlangsung. Pada tahun 2003 pemerintah melakukan privatisasi

kepada Perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara dengan mengeluarkan PP

N0.56 Tahun 2003 tentang pengalihan USU menjadi BHMN. Hal ini berakibat

dengan adanya kenaikan uang kuliah di Universitas Sumatera Utara. Semenjak

diterapkannya bentuk BHMN, USU memiliki wewenang untuk mengeluarkan

kebijakan terkait dengan kegiatan akademik seperti penyediaan fasilitas sarana

dan prasarana, sistem pengajaran, kualifikasi dosen, dan lain sebagainya dalam hal

meningkatkan kualitas pendidikan baik secara fisik maupun non fisik di Fakultas

(50)

TABEL 1

Bagan Kerangka Pemikiran

Kualitas Pendidikan

Pendid

SK Rektor bernomor 2026/H5.1.R/SK/KEU/2010 Tentang kenaikan Uang Kuliah pada mahasiswa

tahun ajaran 2010/2011.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

(USU)

Kualitas non Fisik • Indeks prestasi

mahasiswa • Mutu dosen • Sistem pengajaran • Pelayanan administrasi Kualitas Fisik

• Sarana • Prasarana • Fasilitas

Gambar

Gambar 1 : Proses Pembuatan Kebijakan
TABEL 1
TABEL 2 Dekan
TABEL 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pembukaan Dokumen Penawaran dan Evaluasi Penawaran Pembangunan Gedung Laboratorium MAN Sumberoto Kabupaten Malang, dengan ini kami undang Saudara untuk

[r]

kami undang Saudara untuk dapat hadir dalam kegiatan KLARIFIKASI DAN PEMBUKTIAN DOKUMEN KUALIFIKASI yang dilaksanakan pada :. Hari/ Tanggal : Jum’at / 10

[r]

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pengadaan Alat Kedokteran, Kesehatan dan KB (Belanja Modal Peralatan dan Mesin) RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yaitu Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan kualifikasi Kecil (Gred 2,3,4) pada

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten