Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap
Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1)
Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh :
RHOLAND MUARY
070902039
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
NAMA : RHOLAND MUARY
NIM : 070902039
Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Judul : “Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap
Kualitas Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara”
PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN
ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
(Agus Suriadi, S.Sos. M.Si) (Hairani Siregar, S.Sos. MSP)
DEKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
ABSTRAK
Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 32 tabel dan 27 kepustakaan)
Penelitian tentang pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di latar belakangi oleh masih rendahnya peningkatan kualitas pendidikan secara fisik maupun non fisik. Akibat dari kebijakan ini banyak terjadi kontra dari mahasiswa terhadap pihak universitas karena dinilai sangat memberatkan mahasiswa dan menutup akses pendidikan masyarakat kecil untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan.
Masalah yang ingin diangkat adalah “Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh dari kebijakan tersebut dan juga untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari kebijakan tersebut terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara. Dimana kualitas pendidikan yang di maksud adalah kualitas pendidikan secara fisik dan kualitas pendidikan secara non fisik. Penelitian ini dilakukan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara dengan jumlah sampel sebanyak 73 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner kepada mahasiswa stambuk 2010 yang menjadi objek kenaikan uang kuliah tersebut. Data yang didapat ditabulasi kedalam tabel selanjutnya dianalisa dan mengolah data kuantitatif melalui analisis uji regresi.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan telah dianalisis disimpulkan bahwa pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara adalah memiliki hubungan positif yang rendah dengan nilai korelasi (rxy) sebesar 0,083. Dan uji regresi bahwa setiap peningkatan sebesar 1 satuan, maka pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah akan meningkat sebesar 0,036 satuan dan koefisien determinasi sebesar 0,68%.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
ABSTRACT
Increase Policy Influence Of Money Lecture Quality Education In the Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatra (This
thesis is composed of 6 chapters, 101 pages, 32 tables and 27 libraries) Research on the effect of rising tuition policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science in the background backs by low education quality improvement of physical and non physical. As a result of this policy occurs cons of many students of the university as it is considered extremely burdensome students and close the small communities access to education to study at college bench.
Problem you want removed is "To what extent is the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra". This study aims to determine whether or not the effect of these policies and also to determine the extent of the effect of the policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra. Where the quality of education in the mean quality of physical education and the quality of education in non-physical. The research was conducted at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra with a sample size of 73 students. Techniques of data collection was conducted by questionnaire to students stambuk 2010, which became the object of tuition increases. The data obtained were tabulated into a table and process the data further analyzed quantitatively through regression test analysis.
Based on the data obtained have been analyzed and concluded that the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra is to have a low positive relationship with the correlation (rxy) of 0.083. And regression tests that every increase of 1 unit, then the effect of increase in tuition policy will increase by 0.036 units and the coefficient of determination of 0.68%.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Asyhaduallah illahaillaha wa’ asyhadu’anna muhammadarasullaha. Alhamdulillahirabbil’alamin dengan kesungguhan hati, segala rasa syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang karena berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skrispsi ini dengan baik. Tidak lupa shalawat berangkaikan salam
penulis haturkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, seorang
nabi dan rasul yang menjadi suri tauladan bagi ummat yang mampu membawa
perubahan di dunia ini, insya Allah syafa’at beliau masih kita nantikan sampai di
ya’umil akhir kelak. Amin ya rabbal a’lamin.
Adapun pihak-pihak yang sangat membantu di dalam penyusunan skripsi
peneliti ini, dan dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. kepada orang tua saya tercinta Eddy Munadjad dan Rosna lelawati
yang telah banyak memberikan dukungan materil maupun nonmateri
kepada penulis tidak hanya dalam penyusunan skripsi tetapi juga
dalam kehidupan sehari-hari dari kecil sampai saya dewasa. Saya
berjanji akan berusaha menjaga nama baik keluarga dan berusaha
berdoa agar keluarga kita diberkahi terus oleh Allh SWT.amin ya
rabb…
2. Buat adik-adik abang yang lucu dan bandel Merry Lovenia dan
Laura Nadyla, makasih mau nemenin abang kalau pulang ketebing,
tetap rajin-rajin terus belajarnya, raih terus cita-citanya, rajin
beribadah, terus berdoa buat bapak dan ibu, dan do’a kan abang. Insya
allah abang akan bantu kalian terus.
3. Bapak prof. Dr. Badaruddin, M.Si, sebagai dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, sebagai ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial.
5. Bang Agus Suriadi, S.Sos. M.si, sebagai dosen pembimbing yang
telah banyak membantu saya dalam memberikan arahan dalam
menyusun skrispsi. Terima kasih banyak bang atas masukan dan
ilmunya. Saya tunggu abang dengan gelar prof nya.amin.
6. Seluruh Staff Akademisi, Pegawai dan Staff Pengajar di FISIP
USU yang telah membantu saya dalam perkuliahan.
7. Buat kawan-kawan saya di kessos yang memang pertama kali kita
lebih mengenal yaitu kawan-kawan di mukondho. Buat Ridho
(ampun lah do ngekik kw, semua anak mukondo ada nama ejekan
yang kw buat, laen x jangan telat ngantar susu ke kost ku
kw ceritakan kemaren #yookkmaree), Boy Warongan (kw lah boy
orang yang dekat x ma ku semester awal, gak perlu aku ceritakan lagi
lah ya cemana masa”ababil kita dulu kn?haha. ditunggulah undangan
di hari yang special itu #cairr), Endika (yang udah jadi ass.dosen
inilah, kasi nilai A ya buat adek”ntu #mantapp), Acong (cong ingat
timbangan kw wda 90 kg lebih nanti sikawan gak mau lagi,
buktikanlah tinggal membalikkan telapak tangan #gakyakinn),
Ibrahim (em, madung heppeng do tu atm ki #sumberr), Ojan (wda
mamam menteri awakk, makanlah apa aja yg bisa dimakan
#gasteruss), Ferdy (lanjut aja ber jadi gubernurnya, masih yakin
rakyat anda yang terus memimpin #laksanakann), Mas Dika (maksih
banyak bro ya udah banyak bantu aku, aku doakan semoga makin
langgeng ajalah ma si LR, dan kita akan ketemu nanti di satu titik
#ehmasmas), Babang Amir (kalau rezeki kw tunggu aku dijakarta ya
mir, masih banyak mimpi kita belum tercapai kasian x petani karo
itu,tetap di bangun silaturahmi ma adek”itu hahah #salesmimpi),
Bolang dan Bill ( curiga aku kelen berdua terus, aku tunggu
secepatnya selesai dan berjuang di dunia nyata pal #semangat) dan
segenap buat kawan”kessos yang gak bisa disebut satu persatu
#kejulah
8. Buat teman-teman yang cakep di CNC (emang masih ada ya?). Buat
Malida (makasih ya malida udah banyak membantu, salam ma si
abang ditunggu juga untuk tahun depan ya), Miftah (semoga itha
semoga terus langgeng maksih banyak ya ithaa), Erlina ( ntar kalo
saya main ke Jakarta di anterin ya dan makasih wda mau bantu kasi
hadiah buat si kawan,hahaha), Wirda (rajin bgt baca novelnya
disimpan ya tanda tangan dari kang abik ntu), Titiq (yang udah jadi
pengusaha muda, pintar, ditunggu juga kabar bahagia), Vien, Ayu,
Tika ( semoga sukses selalu dan kapan kita kumpul lagi maen”ke
pantai cermin,hehehe)
9. Buat rekan-rekan Kolektif dan Sintesa connection tempat saya
mengaplikasikan ilmu yang sudah di dapat. Buat Bang Dadang
Darmawan ( makasih bang atas pembelajaran hidup yang telah
diberikan dan motivasinya selama saya mengikuti organisasi), Bang
Iskandar, Bang sofyan, Bang zulham,Bang Aulia, Bang Salmi, Bang
marwan, Bang Amru, Bang Kelana,Bang Wawan, Bang Timan, Bang
Densi, Pak Tedon, Bang Tata, Bang Mario,dll. Kemudian buat Bang
Henri Saragih ( makasih bang ilmu yang telah diberikan,tetap
istiqomah di gerakan rakyat), kak Lisda, Kak novi, kak Tanti, Kak
Epi, Kak andre, Kak novi Bang Sopyan (papi), Bang wagimin, Bang
dani, Bang Dika, Bang Fufu, Maspurwanto, Bang taufik, Bang harris,
Bang Untung, Bang Supan, cak kardi, Bang wawan Lentera,dll.
10. Buat Kawan-kawan Seperjuangan “BATU KRISTAL” HMI
KOMISARIAT FISIP USU. Buat Akbar (kw lah bay yang menjaga
pohon itu, kalau gak kuat ajak aja bang anto,hehehe,maksih bar udah
gak papa kan aku selesai duluan?hehehe,ika cepat menyusul yah!biar
bisa pake kebaya), Edo (tinggal menunggu kandidat ketum cabang aja
lah yakin medan bisa goyang di buatnya), Siti Maryam (manggil siti
aja gak bisa manggil aya, makasih ya sit wda ciptakan lagu temu
ramah), Afdal,Dedy dan budi (woi aku duluan lah ya, jangan sampe
ikut IMLT ajaran sesat si keeling ntu,hehehe), Kiki (salam sama
mama mu di rumah, jangan buat kayak dulu lagi lah), Trie (ibu trik
yang sabar ngajarin anak”SD ya,kalo bandel jitak aja), Wanda (wda
lama nunggu gak jadi-jadi juga si aluga melahirkan ya), Rozy
(sahabat satu kost, makasih zy wda banyak aku merepotkan mu, tapi
ente hati-hati juga kalo udah udara dingin ya), Taufik (makin merem
aja ntu mata ya,), Ara (mantap x kalo ara pake kemeja + dasi gaya
eksekutif muda, hahaha), Dina, Firdha, Nenda, Bang Boy, Sari,
Vira, dan lain-lain (mudah”an kita bisa ketemu dan tetap saling
menjaga silaturahmi). Insya allah kenangan kita suka maupun duka
tidak pernah luntur walaupun kita tidak lagi selalu dekat, dan terus
menjaga silaturahmi dan bisa kita tunnjukkan bahwa kita punya
kenangan manis secara bersama di HMI KOMISARIAT FISIP
USU.
11 Buat kakanda alumni dan juga senioren yang sudah meluangkan
waktu, pemikiran, dan mau berbagi cerita kepada saya. Bang Zulpadli
Mtg, Bang Sutan, Bang Naldi, Mas Purwanto, Bang Brem, Kak Ratih,
12 Buat kawan-kawan Kepengurusan HMI KOMISARIAT FISIP USU
PERIODE 2011-2012. Tetap terus menjalankan amanah yang telah
diberikan oleh keluarga besar. Jadikan proses selama berkomisariat
menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan
berorganisasi dan bermasyarakat. Tetap membangun kekuatan
bersama secara kolektif kepengurusan dan juga kepada keluarga
besar. Yakin Usaha Sampai…
13 Buat adinda-adinda stambuk 2010 dan 2011, tetap terus belajar
dikomisariat, karena komisariat rumah kita untuk belajar bagaimana
proses belajar yang baik dan bagaimana bentuk aplikasi dari proses
belajar itu dilakukan. Selamat belajar dengan sungguh-sungguh
karena kan dapat banyak sesuatu yang belum tentu kita dapatkan
diluar.
14 Buat kawan-kawan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih banyak dukungan dan do’a kepada saya dalam melakukan
proses penyelesaian skripsi. Insya allah akan di berikan yang terbaik
dari-Nya buat kita semua. Amin ya rabb.
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengakui banyak
kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam skripsi ini. Saya mohon maaf
atas kekurangan tersebut. Dan saya sangat berharap skripsi ini sangat
Medan, Oktober 2011
Hormat Saya,
DAFTAR ISI
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Perumusan Masalah...10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...10
1.4 Sistematika Penulisan...12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...14
2.1 Kebijakan...14
2.1.1 Teori Kebijakan Publik...15
2.2 Pendidikan...16
2.2.1 Kebijakan Pendidikan...18
2.3 Perkembangan Perguruan Tinggi...18
2.3.1 Tiga Pandangan Filosofis...18
2.4 Usaha Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi...23
2.4.1 Pemberdayaan Sumber daya Manusia (SDM)...23
2.4.2 Perencanaan PT yang Objektif, dimulai dari bawah yangMelibatkan Semua Pihak yang terkait DanbersifatTerbuka...25
2.4.3 Evaluasi Perguruan Tinggi...26
2.5 Kerangka Pemikiran...31
2.6 Hipotesis...33
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional...34
2.7.1 Defenisi Konsep...34
2.7.2 Defenisi Operasional...35
BAB III METODE PENELITIAN...37
3.1 Tipe Penelitian...37
3.2 Lokasi Penelitian...37
3.3 Populasi dan sampel...37
3.3.1 Populasi...37
3.3.2 Sampel...38
3.4 Teknik Pengumpulan Data...38
3.5 Teknik Analisa Data...39
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...42
4.1 Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara...42
4.1.2 KeunggulanKompetitif...43
4.1.3 Pimpinan Universitas...46
4.2 Profil Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik...47
4.2.1Sejarah...47
4.2.2 Dekanat...50
4.2.3 Departemen dan Program Studi...52
4.2.4 Akreditasi Departemen...54
4.2.5 Sarana dan Prasarana...54
BAB V ANALISA DATA...57
5.1 Data Identitas Responden...58
5.1.1 Data Indentitas Berdasarkan Jenis Kelamin...58
5.1.2 Data Indentitas Berdasarkan Status Kependudukan.59 5.1.3 Data Indentitas Responden Berdasarkan pekerjaan orang Tua...60
5.1.4 Data Identitas Responden Berdasarkan Sumber uang Kuliah...61
5.1.5 Data Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Keperluan...63
5.2 Gambaran Variabel...65
5.2.1 Kualitas Pendidikan Secara Fisik dan Non Fisik...65
5.2.2 Mengenai Kebijakan Kenaikan uang kuliah...83
5.3 Analisis Kuantitatif...88
5.4 Analisis Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah terhadap Kualitas Pendidikan di Fisip Usu………...……93
BAB VI PENUTUP...98
6.1 Kesimpulan...99
6.2 Saran...100
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Bagan Kerangka Pemikiran...32
Tabel 2 Struktur Dekanat...51
Tabel 3 Akreditasi Departemen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik..54
Tabel 4 Sarana Dan Prasarana...54
Tabel 5 Daftar Dosen dalam Strata Pendidikan...56
Tabel 6 Data Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...58
Tabel 7 Data Identitas Responden Berdasarkan Status Kependudukan...59
Tabel 8 Data Identitas Berdasarkan Profesi/Pekerjaan Orang Tua Laki- Laki………60
Tabel 9 Data Identitas Berdasarkan Profesi/Pekerjaan Orang Tua Perempuan...61
Tabel 10 Data Identitas Responden atas Sumber Biaya kuliah Diperole...62
Tabel 11 Data identitas Responden Berdasarkan Jumlah Keperluan setiap Bulan...63
Tabel 12 Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Ruangan kelas...65
Tabel 13 Tanggapan Responden atas Ketersediaan Proyektor, Spidol...66
Tabel 14 Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Jaringan Internet...67
Tabel 15 Tanggapan Responden Mengenai Parkiran Kenderaan dan Keamanan...68
Tabel 16 Tanggapan responden Mengenai Kondisi Kamar Mandi...69
Tabel 17 Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Kualitas Fisik...70
Tabel 18 Jumlah Indeks Prestasi komulatif...72
Tabel 19 Tingkat kepuasan dalam Indeks prestasi Komulatif...73
Tabel 21 Pemenuhan Dosen Minimal Strata dua (S2)...75 Tabel 22 Kesesuaian Dosen Terhadap Satuan Acara Praktikum (SAP)...76 Tabel 23 Tanggapan Responden Mengenai Sistem pengajaran Dosen...77 Tabel 24 Tanggapan Responden mengenai Sistem pengajaran Berbasis
Teknologi...78 Tabel 25 Tanggapan Responden atas Dukungan Dosen Menggunakan Sistem
Pengajaran Berbasis Teknologi...79 Tabel 26 Tanggapan Responden Terhadap Materi Perkuliahan Dosen...80 Tabel 27 Tanggapan Responden Mengenai Pelayanan Administrasi...81 Tabel 28 Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Kualitas Non
Fisik………82 Tabel 29 Tanggapan Responden Mengenai Kenaikan Uang Kuliah...83 Tabel 30 Sosialisasi dari Pihak Universitas tentang Kenaikan Uang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
ABSTRAK
Pengaruh Kebijakan Kenaikan Uang Kuliah Terhadap Kualitas Pendidikan Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 32 tabel dan 27 kepustakaan)
Penelitian tentang pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di latar belakangi oleh masih rendahnya peningkatan kualitas pendidikan secara fisik maupun non fisik. Akibat dari kebijakan ini banyak terjadi kontra dari mahasiswa terhadap pihak universitas karena dinilai sangat memberatkan mahasiswa dan menutup akses pendidikan masyarakat kecil untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan.
Masalah yang ingin diangkat adalah “Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh dari kebijakan tersebut dan juga untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari kebijakan tersebut terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara. Dimana kualitas pendidikan yang di maksud adalah kualitas pendidikan secara fisik dan kualitas pendidikan secara non fisik. Penelitian ini dilakukan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara dengan jumlah sampel sebanyak 73 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner kepada mahasiswa stambuk 2010 yang menjadi objek kenaikan uang kuliah tersebut. Data yang didapat ditabulasi kedalam tabel selanjutnya dianalisa dan mengolah data kuantitatif melalui analisis uji regresi.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan telah dianalisis disimpulkan bahwa pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, universitas sumatera utara adalah memiliki hubungan positif yang rendah dengan nilai korelasi (rxy) sebesar 0,083. Dan uji regresi bahwa setiap peningkatan sebesar 1 satuan, maka pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah akan meningkat sebesar 0,036 satuan dan koefisien determinasi sebesar 0,68%.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
ABSTRACT
Increase Policy Influence Of Money Lecture Quality Education In the Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatra (This
thesis is composed of 6 chapters, 101 pages, 32 tables and 27 libraries) Research on the effect of rising tuition policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science in the background backs by low education quality improvement of physical and non physical. As a result of this policy occurs cons of many students of the university as it is considered extremely burdensome students and close the small communities access to education to study at college bench.
Problem you want removed is "To what extent is the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra". This study aims to determine whether or not the effect of these policies and also to determine the extent of the effect of the policy on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra. Where the quality of education in the mean quality of physical education and the quality of education in non-physical. The research was conducted at the faculty of social sciences and political science, University of North Sumatra with a sample size of 73 students. Techniques of data collection was conducted by questionnaire to students stambuk 2010, which became the object of tuition increases. The data obtained were tabulated into a table and process the data further analyzed quantitatively through regression test analysis.
Based on the data obtained have been analyzed and concluded that the tuition increase policy influence on the quality of education at the faculty of social sciences and political science, university northern Sumatra is to have a low positive relationship with the correlation (rxy) of 0.083. And regression tests that every increase of 1 unit, then the effect of increase in tuition policy will increase by 0.036 units and the coefficient of determination of 0.68%.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia seutuhnya yang diidealisasikan menjadi titik puncak pencapaian
tujuan pendidikan nasional sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati
masih terus menjadi dambaan, ketika sosok yang sesungguhnya belum lagi
ditemukan pada saat arus globalisasi dan era pasar bebas terus menerpa secara
keras. Disinilah harus menerima secara taat asas bahwa pembangunan Indonesia
seutuhnya melalui pendidikan dengan beragam jenis, jenjang, sifat, dan bentuknya
sebagai proses yang tidak akan pernah selesai. Tatkala warga yang bermukim di
banyak negara secara percaya diri dan meyakinkan menyatakan siap berkompetisi
dan bermitra pada percaturan global itu, semisal melalui kemitraan sekaligus
persaingan pasar bebas terus berkutat untuk mencari jalan keluar dari multikrisis,
baik di bidang ekonomi, politik, sosial dan kemanusiaan, keadilan, maupun
penegakan hukum. Bahkan, ketika peradaban masyarakat dunia menunjukkan
tanda-tanda megapolis, sebagian besar masih jauh dari tatanan sehat, aman,
nyaman, dan berkeadilan yang menjadi ciri keberhasilan proses kemanusiaan.
Dengan tetap menghargai pencapaian pembangunan fisik dan kemajuan
peradaban yang ada saat ini, krisis proses kemanusiaan di Indonesia secara
kekinian benar-benar terjadi jika di soroti dengan tajam. Ketika itu pula,
pendidikan sebagai instrument utama proses kemanusiaan dan pemanusiaan terus
disoroti oleh masyarakat dan pemakai lulusan. Sebagai sebuah agenda proses
yaitu sebagai proses pendewasaan peserta didik untuk hidup di alam demokrasi
dan memasuki sektor ekonomi produktif. Memposisikan pendidikan sebagai
wahana penyiapan peserta didik untuk berkiprah pada sektor ekonomi produktif
ini menjadi nisbi, ketika ada kesadaran bahwa ada satuan waktu yang dipakai
untuk keperluan proses belajar dibandingkan dengan waktu yang tersedia bagi
mereka di masyarakat (Danim, 2003:4)..
John Dewey dalam bukunya (Democracy and Education) seperti di kutip oleh
adler (1985) mengatakan bahwa tidak pada tempatnya mengaitkan tatanan
perilaku kelembagaan pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja, mengingat
pendidikan bertujuan meneruskan cita-cita demokrasi. Agenda pendidikan secara
fungsional adalah membentuk komunitas-komunitas sosial yang ideal sebagai
bagian dari proses transformasi pendewasaan peserta didik, apapun bentuknya
dalam ragam pendidikan. Disinilah pendidikan dipandang sebagai proses
penanaman modal dalam bentuk manusia (human investment), dimana pendidikan
merupakan proses menyiapkan manusia untuk terjun di sektor produktif. Maka
demikian seleksi kelas sosial dalam memperoleh kesempatan pendidikan
merupakan pertanda praktik-praktik kemasyarakatan yang bersifat kapitalistik.
Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998 secara tidak langsung
berdampak banyak ke dalam setiap sektor yang ada. Tidak terkecuali dengan
sektor pendidikan. Krisis yang terjadi ternyata juga mau tidak mau mengalami
dampak terhadap anggaran pemerintah terhadap pendidikan yang terpaksa
mengalami pengurangan. Sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi
pengurangan anggaran pendidikan yang terjadi adalah dengan merumuskan suatu
Rumusan bentuk baru perguruan tinggi tersebut pada akhirnya dituangkan
dalam PP 60 dan 61 tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi kampus agar
perguruan tinggi bisa mengatur rumah tangganya sendiri tanpa intervensi dari
pemerintah. Sesuai dengan PP yang telah dikeluarkan, paradigma Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) mengalami pergeseran. Paradigma PTN yang pada awalnya
memiliki konsep sentralisasi secara perlahan bergeser menjadi desentralisasi, yang
mengisyaratkan perlunya dilakukan otonomi bagi setiap perguruan tinggi negeri
yang ada. Dan pada akhirnya pemerintah indonesia melakukan privatisasi
terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Salah satunya adalah dengan merubah status Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
Universitas Sumatera Utara (USU) adalah BUMN menjadi BHMN (Badan
Hukum Milik Negara) pada tahun 2003 dengan menggunakan PP No. 56 Tahun
2003. Sejak berstatus BHMN, Universitas Sumatera Utara secara perlahan-lahan
diarahkan untuk dapat menjadi mandiri dalam mencari dana. Sebab pemberian
status BHMN itu juga berarti tidak mendapat subsidi lagi dari pemerintah. Dengan
kata lain, PTN yang bersangkutan memiliki kebebasan sendiri untuk mencari dana
operasional pendidikannya masing-masing (Lidus Yardi S.Pd.I, Bebaskan
masyarakat dari belenggu pendidikan, dalam
Pendidikan merupakan hak setiap warganegara. Oleh karena itu, negaralah
yang seharusnya mengelola bidang pendidikan, baik pembiayaan maupun
kurikulumnya. Karena, baik atau buruknya pendidikan akan berdampak langsung
bagi baik atau buruknya suatu negara. Paradigma baru dalam bidang pendidikan
tersebut, seperti sebuah gagasan yang mulia. Akan tetapi, dampak yang nampak
tentu saja akan melepaskan negara dari tanggung jawabnya untuk memenuhi
kebutuhan dasar warganegaranya akan pendidikan. Dampak yang akan langsung
terlihat adalah berkurangnya subsidi pendidikan, sehingga biaya pendidikan akan
semakin mahal. Dengan kondisi ini, maka tidak menutup kemungkinan
pendidikan (tinggi) hanya akan menjadi sebuah khayalan bagi sebagian besar
warganegara negeri ini sebagaimana di jaman kolonial Belanda dulu. Akibatnya,
persentase rakyat yang bodoh semakin tinggi. Menurut Prof. HAR Tilaar, salah
seorang pakar pendidikan di Indonesia menegaskan bahwa pengalihan status PTN
menjadi BHMN, adalah bentuk lain dari neoliberaliasi dalam dunia pendidikan
(neoliberalisasi pendidikan, dalam Harian Surat Pembaharuan, tanggal 15 Maret
2007).
Konsep subsidi silang dalam dunia pendidikan, yaitu pemberian beasiswa bagi
golongan tidak mampu yang diambil dari biaya pendidikan dari golongan kaya,
tidak akan efektif. Hal ini karena jumlah golongan tidak mampu lebih banyak dari
pada golongan mampu. Disamping itu juga harus diperhatikan dampak psikis
yang mungkin akan muncul, jika biaya pendidikan golongan tidak mampu
menjadi beban bagi golongan mampu. Oleh karena itu, menjadikan pendidikan
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat adalah lebih bijak.
Kebijakan pemerintah dalam melakukan upaya privatisasi lembaga-lembaga
pendidikan tidak hanya berhenti pada tingkat perguruan tinggi, akan tetapi
melakukan perluasan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah dengan di
keluarkannya Undang-Undang No 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum
Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar.
Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan
tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang
sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan
Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan BHP adalah beberapa
contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada
melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan
publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran
utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap
tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor
yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana
pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen. Dari APBN 2005 hanya 5,82%
yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar
hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana
Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan,
seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU Badan Hukum
Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar
dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi
pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan,
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah
Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk
diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Berarti Pemerintah telah
melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki
otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah
tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan
mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk
menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin
terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.
Menurut pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. privatisasi pendidikan
merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh
negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Undang-Undang Badan Hukum
Pendidikan (UU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua
satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang
wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah
negeri, dari SD hingga perguruan tinggi . Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN
yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu
menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka
argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di
beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu
namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak
harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya
membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin
setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah
untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah
justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat
dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan. Hal ini sangat bertolak
belakang dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat 4
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
Semenjak diberlakukannya USU menjadi PT BHMN maka Universitas
Sumatera Utara memiliki Motto mewujudkan universitas yang berbasis industri
yaitu University for Industry. dilihat sebagai sebuah industri tetapi jika dilihat
prosesnya maka dapat dikatakan bahwa pengelolaan sebuah Perguruan Tinggi
mirip dengan pengelolaan sebuah industri. Di dalam penjelasan mengenai fungsi
dan kedudukan perguruan tinggi di Indonesia disebutkan bahwa perguruan tinggi
di Indonesia diantaranya berfungsi sebagai lahan/tempat untuk mempersiapkan
tenaga kerja bagi pembangunan nasional, yang memiliki kemampuan akademik
dan menyiapkan tenaga peneliti yang mampu mengembangkan, menciptakan dan
Sebagai sebuah organisasi atau jika dianalogikan bahwa perguruan tinggi
adalah seperti perusahaan yang melakukan produksi, perguruan memiliki ciri
unik. Perguruan tinggi sebagai perusahaan memiliki persamaan sekaligus
perbedaan dengan perusahaan atau industri lainnya. Persamaan di antara keduanya
adalah perguruan tinggi juga memerlukan keuntungan secara finansial karena
tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mengembangkan mutunya dan mengelola aset
yang dimiliknya memerlukan biaya (Ida Anggraeni Ananda dalam jurnal visi
komunikasi Vol 1 No 3, Oktober 2003).
Dalam menyesuaikan kebutuhan akan kepengelolaan sumber daya yang ada
maka pimpinan rektorat dalam hal ini mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan
uang kuliah pada tahun ajaran 2007-2008. Pada SK Rektor yang ditanda tanganin
oleh rektor USU Prof. dr. Chairuddin Panusunan Lubis, DTM&H, Sp.A(K), untuk
mahasiswa baru pada program diploma (D3). Kenaikan uang kuliah tersebut tidak
tangung-tanggung mulai dari 100% sampai 200%. Kemudian pada tahun ajaran
2010-2011 di tanda tanganin oleh rektor yang sama mengeluarkan SK bernomor
933/H5/1.R/SK/KEU/2010 pada tanggal 20 maret 2010. itu dikeluarkan tepat
sepuluh hari sebelum masa jabatannya sebagai rektor berakhir. SK tersebut
menyatakan SPP mahasiswa Strata Satu (S1) angkatan 2010 naik 100 persen dari
mahasiswa di tahun-tahun sebelumnya. Mahasiswa 2010 harus membayar SPP
dua kali lipat dari mahasiswa yang terdaftar di tahun-tahun sebelumnya. 2 juta per
tahun untuk eksakta, dan 1,5 juta untuk non-eksakta, padahal Rektor pada masa
jabatannya telah berjanji untuk tidak menaikkan uang kuliah. Kemudian SK
tersebut di cabut kembali dan diganti dengan SK No 2026/H5.1.R/SK/KEU/2010,
(CTM),Sp.A(K) tanpa ada perubahan didalamnya, Pada tanggal 31 Maret 2010,
kabar baik datang dari Mahkamah Konstitusi (MK). Undang-undang Badan
Hukum Pendidikan (UU-BHP) yang telah disahkan pada 17 Desember 2008 lalu
dan mendapat kecaman dari hampir seluruh mahasiswa Indonesia ini akhirnya
dibatalkan oleh MK. Alasannya cukup kuat, UU-BHP dinilai bertentangan dengan
UUD 1945 yang menjadi konstitusi negara ini (www.suarausu-online.com)
Akibat dari lepasnya tanggung jawab pemerintah dalam hal pendanaan
pendidikan maka terjadilah proses pendidikan dengan biaya yang mahal serta
komersialisasi pendidikan di negara ini. Namun perubahan status USU menjadi
BHMN tentunya tidak selalu membawa dampak yang negatif terhadap proses
pendidikan di USU, perubahan status ini tentunya juga memiliki dampak positif
yang dapat dirasakan secara langsung. Salah satunya adalah kebijakan yang
dihasilkan terkait dengan permasalahan kegiatan akademik tidak lagi hanya
menunggu instruksi yang dikeluarkan oleh pihak pusat. Semenjak diterapkannya
bentuk BHMN, USU memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijakan terkait
dengan kegiatan akademik seperti penyediaan fasilitas sarana dan prasarana,
system pengajaran, kualifikasi dosen, menaikkan uang kuliah dan lain sebagainya
dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan baik secara fisik maupun non fisik di
Universitas Sumatera Utara.
Berangkat dari latar belakang diatas penulis melakukan penelitian mengenai
pengaruh kebijakan Kenaikan uang kuliah yang terjadi di universitas sumatera
utara, khususnya pada mahasiswa Strata Satu (S1) stambuk 2010 pada tahun
pendidikan yang berkualitas di Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP)
Universitas Sumatera Utara (USU).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran yang disebutkan dalam latar belakang, maka penulis
dapat merumuskan masalah yang nantinya akan diteliti. Agar studi masalah
tersebut bias fokus dan tidak keluar jalur, dalam pembahasan skripsi ini penulis
mengajukan rumusan permasalahan pokok sebagai berikut :
1. “Apakah ada pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah terhadap
kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Sumatera Utara (USU)?”
2. “ Sampai sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan uang kuliah
terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU)?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh kebijakan
kenaikan uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebijakan kenaikan
uang kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :
A. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat menambah wawasan
dan pengalaman berharga dalam meningkatkan kapasitas kemampuan
untuk menganalisis bagaimana sebenarnya pengaruh kenaikan uang
kuliah terhadap kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.
B. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang berharga
terhadap keilmuan yang dikembangkan mahasiswa dalam disiplin Ilmu
Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan studi kebijakan sosial
dalam dunia perguruan tinggi serta menyikapi
permasalahan-permasalahan pendidikan yang ada didalamnya.
C. Secara teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam
penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan, mengasah
kemampuan dalam berfikir dan menganalisis masalah-masalah sosial
dalam dunia pendidikan.
D. Secara praktis, daharapkan memberikan masukan dan kontribusi yang
Sumatera Utara, baik kepada mahasiswa, masyarakat, aktivis
pendidikan, pemerintah, dekanat maupun rektorat.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang uraian teoritis tentang
konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan
objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran,
defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi
penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian
serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian tentang gambaran umum
lokasi penelitian dan data-data lain yang turut
memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh
dari hasil penelitian beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil
penelitian yang dilakukan. Bab ini juga akan
memberikan kritik dan saran dalam rangka proses
membangun kearah yang lebih baik lagi untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan
Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,
Sansekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani
masalah-masalah publik atau pemerintahan ( Dunn,1999:51).
Secara umum, saat ini kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang
dibuat oleh lembaga pemerintah, yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalah-permasalahan yang terjadi di masyarakat dalam sebuah negara (Dunn,
1999:132).
Dalam defenisi diatas dapat dilihat dengan jelas adalah bahwa pelaku yang
melahirkan kebijakan adalah pemerintah. Dimana untuk melahirkan suatu
kebijakan tidaklah dapat dilakukan hanya dalam waktu yang seketika. Namun
untuk membuat suatu kebijakan dibutuhkan suatu proses yang sering disebut
dengan proses pembuatan kebijakan. Proses pembuatan kebijakan itu sendiri
memiliki makna sebagai serangkaian aktivitas intelektual yang divisualisasikan
sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan
waktu.
Adapun tahapan yang harus dilalui dalam proses pembuatan kebijakan
adalah penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
Gambar 1 : Proses Pembuatan Kebijakan
Sumber : Dikutip dari Buku William Dunn, Pengantar Analisa Kebijakan
Publik (Edisi II), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999. Hal. 25.
Dalam proses melahirkan kebijakan yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa kebijakan yang
akan dilahirkan nantinya akan dapat dipengaruhi oleh kepentingan pihak lain.
2.1.1 Teori Kebijakan publik
Kebijakan publik mempunyai banyak pemahaman teoritis. Kebijakan
publik adalah keputusan yang di buat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai
strategi untuk merealisasikan tujuan dari Negara yang bersangkutan. Kebijakan
publik adalah strategi untuk menghantarkan masyarakat pada masa awal, Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
memasuki masyarakat pada masa transisi untuk menuju kepada masyarakat yang
di cita-citakan (Tilaar dan Nugroho, 2008:184).
Sebuh fakta strategis dari pada fakta politis ataupun fakta teknis. Sebagai
sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-preferensi
politis dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya pada
proses perumusan. Sebagai sebuah strategi, kebijakan publik tidak hanya bersifat
positif, namun juga negatif, dalam arti pilihan keputusan selalu bersifat menerima
salah satu dan menolak yang lain.
Meskipun terdapat ruang bagi win-win solutions dimana sebuah tuntutan
dapat diakomodasi, namun pada akhirnya ruang bagi win-win solutions sangat
terbatas, sehingga kebijakan publik lebih banyak pada ranah zero-sum-game, yaitu
yang menerima yang ini, dan menolak yang lain.
2.2 Pendidikan
Secara filosofis pendidikan bertujuan untuk mendorong kebebasan
pemikiran terhadap apa yang disebut sebagai kebenaran, berdimensi moral dan
mendorong seseorang untuk menemukan jati diri kemanusiannya (
http/multiply.com/yuyun harmono/pendidikan dalam pusaran neoliberal). Secara
sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek
dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga
merupakan proses sadar dan sistematis di institusi pendidikan, keluarga dan
masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah
ditetapkan. Tujuan pendidikan yaitu diharapkan individu mempunyai kemampuan
dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkatkan taraf hidup lahir batin
dan meningkatkan perannya sebagai pribadi,warga masyarakat,warga Negara.
Tingkat kualitas sumber daya manusia suatu bangsa pada hakikatnya ditentukan
oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan yang baik dan berkualitas
akan melahirkan individu yang baik dan berkuaitas pula. Sebaliknya apabila
pendidikan yang diperoleh tidak baik dan berkualitas, maka hal ini akan
berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia (human resource) yang
dibangun.
Paulo freire, salah satu tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh yang
cukup besar terhadap dunia pendidikan memiliki pendapat sendiri. Ia berpendapat
bahwa pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia
dan dirinya. Artinya adalah pendidikan haruslah mampu membawa manusia pada
kesadaran akan realitas kehidupan di sekeliling tempat manusia itu berada. Inti
dari proses pendidikan yang dikemukakannya adalah berupa penyadaran.
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif, akan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma, dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan manusia. Dengan kata lain, ilmu pendidikan bertugas merumuskan
peraturan-peraturan tentang tingkah laku perbuatan makhluk yang bernama
2.2.1 Kebijakan Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kesatuan antara teori dan praktek
pendidikan. Praksis pendidikan yang merupakan kesatuan antarteori dan praktik
meliputi unsur-unsur sebagai berikut : dalam lingkup teori dirumuskan gambaran
manusia mengenai visi, misi, dan program-program pelaksanaan untuk
mewujudkan visi misi tersebut. Di samping aspek-aspek teoritis terdapat aspek
pelaksanaan atau praktik dari tindakan pendidikan.
Proses pemanusiaan terjadi dalam interaksi sosial, berarti bahwa
pendidikan merupakan milik kemasyarakatan. Apabila pendidikan itu merupakan
milik masyarakat maka suara masyarakat dalam berbagai tingkat perumusan,
pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pendidikan perlu mendengar suara atau
aran-saran dari masyarakat.
Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan
langkah-lanhkah yang strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi
pendidikan, dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam
suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu (Tilaar dan Nugroho,
2008:140)
2.3 Perkembangan Perguruan Tinggi
2.3.1 Tiga Pandangan Filosofis
Dalam membicarakan perguruan tinggi (PT) di Indonesia, dua
pertanyaan dasar yang menjadi pusat perhatian adalah : (1) Untuk apa perguruan
mutu pendidikan atau, dalam praksis, manfaat pendidikan. Pertanyaan kedua
berkenaan dengan pemerataan pendidikan atau, dalam praksis, pendidikan itu
ditujukan untuk semua anggota masyarakat atau tidak. Tiga pandangan filosofis
perlu dikemukakan untuk menjelaskan kedua konsep itu, yaitu : elitisme,
populisme, dan integralisme
A. Elitisme
Dilihat dari perkembangan masyarakat, elitisme terbagi atas dua aliran, yaitu
elitisme tradisional dan elitisme modern. Namun, secara umum dapat dikatakan
bahwa elitisme adalah pandangan yang mengutamakan mutu dalam pengelolaan
pendidikan.
(1) Elitisme Tradisional
Elitisme tradisional bermula dan berkembang dalam era pramodern (pra
industri). Dalam era ini, ekonomi masyarakat bergantung pada sector pertanian
tradisional. Golongan pemilik tanah, yang umumnya kaum bangsawan sangat
dominan dalam masyarakat. Disamping itu, golongan agama juga berpengaruh
karena dipandang sebagai pembawa dan pembimbing kehidupan spiritual yang
sangat diperlukan masyarakat praindustri. Kedua golongan ini dipandang sebagai
golongan elit dalam masyarakat. Dari keduanya muncullah pemikir-pemikir yang
berpendapat bahwa pendidikan sangat penting terutama untuk melestarikan tradisi
kebangsawanan serta memperdalam pengetahuan tentang agama dan
golongan tersebut, terutama yang pertama mempersiapkan generasi muda melalui
pendidikan formal di sekolah, termasuk perguruan tinggi.
Menurut elitisme tradisional, kemampuan seseorang untuk didik dan belajar
banyak ditentukan oleh faktor keturunan yang berkaitan erat dengan status sosial.
Keturunan bangsawan dan golongan agama pada umumnya dianggap lebih
mampu dididik dan belajar setinggi-tinggiya ketimbang keturunan golongan
masyarakat bawah pun terbatas. Berdasarkan pandangan diatas, tujuan utama
perguruan tinggi adalah mutu, bukan pemerataan. Mutu diartikan sebagai
kemampuan akademik mahasiswa, yang banyak dikaitkan dengan sifat-sifat
keturunan dan dan kepentingan golongan bangsawan, karena yang diterima
menjadi mahasiswa terutama adalah keturunan golongan itu.
(2) Elitisme Modern
Elitisme modern timbul dalam era modern (masyarakat industry), karena: (a)
ada golongan masyarakat yang ingin mempertahankan nilai-nilai positif elitism
tradisional, terutama mutu; (b) semakin merosotnya mutu pendidikan tinggi akibat
populisme. Dalam elitisme modern, pembatasan memperoleh pendidikan tinggi
bukan lagi didasari faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial,
melainkan pada kemampuan akademik dan kemampuan ekonomi. Dasar pertama
pada hakikatnya sama dengan pandangan meritokratis, yaitu mengutamakan
kemampuan atau prestasi, dilihat dari IQ dan bakat yang unggul ditentukan
dengan berbagai cara seperti penelusuran minat dan bakat, prestasi disekolah, tes
IQ, dan ujian masuk. Dasar kedua umumnya dipergunakan oleh perguruan tinggi
Karena itu, disamping kemampuan akademik, kemampuan ekonomi merupakan
syarat penting penerimaan mahasiswa. Pada mulanya pelaksanaan pembatasan itu
berjalan dengan baik, karena kemampuan akademik yang lebih diperhatikan. Tapi,
lama kelamaan terjadi kecendrungan untuk mengutamakan kemampuan keuangan
(ekonomi), dalam arti siapa yang mampu membayar mahal dia yang di
prioritaskan. Dalam perkembangan ini, arti elitisme berubah. Bukan lagi elit
dalam arti yang berkaitan dengan keturunan, melainkan mutu yang dikaitkan
dengan kemampuan keuangan. Dengan kata lain kelompok elit adalah kelompok
“the have” .
B. Populisme
Populisme timbul dan berkembang dalam era modern (masyarakat industri).
Setelah revolusi industri, liberalisme berkembang dan pada gilirannya, mendorong
perkembangan demokrasi, egaliterisme, individualisme, dan sekulerisme.
Pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat.
Dengan pendapat yang semakin baik, kelas menengah dan atas berkembang.
Sejalan dengan itu, kesadaran akan persamaan hak dalam semua bidang
kehidupan termasuk pendidikan, meningkat. Di samping itu, industrialisasi juga
membuka berbagai lapangan kerja yang memerlukan tenaga-tenaga kerja
berpendidikan. Dengan demikian, peranan perguruan tinggi dan pendidikan
umumnya semakin penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM)
untuk industri, dan bukan lagi melestarikan tradisi kebangsawanan dan
keagamaan seperti dimasa lalu. Dengan menduduki berbagai posisi dalam
Dari masyarakat industri tersebut, terutama dari kelas menengah dan atas,
tampil pemikir-pemikir populis yang menyadari benar ketidakadilan elitisme
tradisional. Mereka berpendapat kesempatan untuk dididik dan belajar ditentukan
oleh faktor keturunan yang berkaitan dengan status sosial, tetapi terutama oleh
faktor-faktor lingkungan, termasuk proses belajar-mengajar itu sendiri. Karena itu,
kesempatan memperoleh pendidikan tinggi dan pendidikan pada umumnya, harus
diberikan kepada semua orang (warga negara). Seleksi masuk perguruan tinggi tak
perlu ada, tapi seleksi akhir dan ujian-ujian pengendalian selama proses
belajar-mengajar diadakan. Anak pintar (unggulan) tak perlu dipisahkan dari yang kurang
pintar agar secar wajar solidaritas, rasa saling menghargai dan menghormati
berkembang dalam diri peserta didik kelas-kelas elit tidak perlu berkembang.
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pemikiran-pemikiran di atas,
tujuan utama perguruan tinggi adalah pemerataan. Mutu juga diusahakan, tetapi
sering diabaikan karena mengutamakan pemerataan demi penyesuaian terhadap
tuntutan masyarakat akan kesempatan mendapatkan pendidikan tinggi. Mutu tetap
diartikan sebagai kemampuan akademik, karena dengan kemampuan itu para
lulusan diharapkan dapat bekerja diberbagai industri.
C. Integralisme
Pengalaman menunjukkan bahwa elitisme meninbulkan kesenjangan
sosial-ekonomi dan politik serta ekslusivisme, walaupun mutu lulusan terjmin baik.
Sebaliknya, populisme cenderung menimbulkan pengangguran karena banyak
lulusan yang tidak bermutu sehingga tidak diterima bekerja didunia usaha.
menimbulkan masalah social-ekonomi dan politik. Karena itu, dalam
penyelenggaraan pendidikan, mutu dan pemerataan harus sama-sama mendapat
perhatian, dengan kata lain harus terpadu atau diintegrasikan. Pandangan ini
disebut integralisme.
Integralisme timbul dalam dekade terakhir era modern dan terus berkembang
pada era pascaindustri (pascamodern). Menurut pandangan ini, tujuan perguruan
tinggi adlah mutu dan pemerataan secara terpadu. Dan mutu diartikan sebagai
kesesuaian produknya dengan kebutuhan mahasiswa, masyarakat dan dunia kerja
(Tampubolon, 2001:11).
2.4 Usaha peningkatan kualitas Perguruan Tinggi
2.4.1 Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM)
Pemberdayaan (empowerment) diartikan sebagai penciptaan dan
pengembangan situasi menang-menang dalam perguruan tinggi, sehingga semua
orang memiliki kemampuan dan kesempatan berkinerja bermutu, berkreasi,
berinovasi, serta mengembangkan diri, di Perguruan Tinggi. Sumber daya
manusia (SDM) terdiri dari :
a. Pimpinan
b. Dosen
c. Tenaga penunjang akademik
d. Pegawai administrasi
Keempat kategori itu merupakan unsur-unsur pengelola perguruan tinggi.
perguruan tinggi, serta kedudukannya sebagai civitas akademika. Mahasiwa juga
dapat dipandang sebagai kategori sumber daya manusia perguruan tinggi.
Menciptakan dan mengembangkan situasi menang dan menang adalah prinsip
utama dalam memberdayakan SDM. Agar situai tersebut tercipta dan
berkembang, semua kebijakan harus didasarkan pada data kebutuhan objektifserta
dilaksanakan dengan jujur dan sungguh-sungguh dalam semangat keterbukaan.
Kebijakan-kebijakan harus adal, bersifat memotivasi serta tidak refresif tetapi juga
tidak permisif. Semangat kebersamaan, keterpaduan, dan kerja sama tim jelas
terasa dalam kebijakan-kebijakan demikian (Tampubolon, 2001:89)
Dalam kebijakan dimaksud, yang paling pokok ialah sistem pemberdayaan
SDM, yakni dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai
administrasi. Adanya system ini menentukan keberhasilan dalam menciptakan dan
mengembangkan situasi yang baik. Sistem pemberdayaan SDM tersebut terdiri
dari tiga subsistem yang berkaitan erat satu sama lain. Sehingga harus sama-sama
di perhatikan karena saling mendukung. Ketiga subsistem itu diuraikan sebagai
berikut :
a. Subsistem pendidikan prajabatan
Subsistem ini berkenaan dengan pendidikan atau kualifikasi sebelum
menjadi dosen, pimpinan, tenaga penunjang akademik, dan pegawai
administrasi. Hal yang terpenting dalam subsistem ini ialah
syarat-syarat dan prosedur penerimaan tenaga untuk posisi-posisi tersebut
b. Subsistem pendidikan dan pelatihan dalam jabatan
Subsistem ini berkenaan dengan peningkatan kualifikasi setelah
memegang jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam hal ini
yang terpenting adalah penentuan persyaratan dan prosedur untuk
mendapatkan kesempatan meningkatkan kualifikasi dan pemanfaatan
tenaga yang bersangkutan setelah itu, sehingga semua merasakan
keadilan dan penghargaan.
c. Subsistem kesejahteran
Subsistem ini berkenaan dengan kebijakan-kebijakan dan ketentuan
penggajian dan kepangkatan, pengembangan karier, jaminan hari tua,
jaminan kesehatan, berbagai cuti (termasuk cuti penelitian), dan
penghargaan (reward), serta hal-hal lain yang menyangkut
kesejahteraan (Tampubolon, 2001:90).
Dalam sistem pemberdayaan ini, pemberdayaan SDM mahasiswa juga kan
berjalan dengan baik melalui semua kegiatan perguruan tinggi. Semua usaha itu
akan menghasilkan SDM bermutu, yaitu SDM yang mampu membenahi tuntutan
tugasnya dalam mengembangkan dirinya sebaik-baiknya. Dan hanya SDM
bermutulah perguruan tinggi dapat di kembangkan.
2.4.2 Perencanaan Perguruan tinggi yang objektif, dimulai dari bawah,
melibatkan semua pihak yang terkait dan bersifat terbuka
Perencanaan perguruan tinggi adalah untuk mencapai mutu, dalam arti
bukan untuk target kuantitatif semata-mata. Rencana tersebut adalah semua
jasa perguruan tinggi yang dapat memenuhi, bahkan melebihi kebutuhan
pelanggan, terutama mahasiswa dan dunia kerja harus diidentifikasikan dan
dianalisis lebih dahulu. Kegiatan-kegiatan ini tercakup dalam langkah-langkah
perencanaan.
Ada dua lapisan managemen, yakni manajemen strategis dan manajemen
teknis. Karena itu, mutu juga dilihat pada kedua lapisan itu, yakni mutu strategis
dan mutu teknis. Mutu strategis perguruan tinggi dilihat pada kebijakan-kebijakan
strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, dan berbagai Undang-Undang yang dibuat DPR. Pada tingkat rektorat
juga ada kebijakan-kebijakan strategis, terlebih apabila otonomi perguruan tinggi
sudah berjalan dengan sepenuhnya. Mutu teknis perguruan tinggi dilihat pada
unit-unit teknis, seperti biro administrasi, fakultas, lembaga dan jurusan. Karena
itu perencanaan juga terbagi atas perencanaan mutu strategis dan perencanaan
mutu teknis. Perencanaan mutu perguruan tinggi sangat menentukan tingkat
keberhasilan. Karena itu harus tersusun dengan sebaik-baiknya (Tampubolon,
2001:91).
2.4.3 Evaluasi Perguruan Tinggi
Evalusi dilaksanakan di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya untuk mengetahui tingkat kemampuan akademik mahasiswa.
Dan karena itu, yang terutama dievaluasi adalah produk hasil belajar. Khususnya
belajar tengah semester, akhir semester serta akhir studi. Kelemahan yang lebih
mendasar lagi dari system evaluasi masa lalu adalah hamper tak adanya
dari tidak adanya usaha inventarisasi dan analisis kelemahan-kelemahan
mahasiswa dimasa lalu dalam perbaikan masa depan. Hasil-hasil evaluasi
kemampuan dalam bentuk nilai ujian adalah data tentang keberhasilan dan
kegagalan. Pengevaluasian bukan hanya dosen, tetapi terdiri dari pihak-pihak
berikut :
a. Dosen
Mengevaluasi kemampuan mahasiswa, kemampuan lainnya serta berbagai
proses, terutama proses perkuliahan
b. Mahasiswa
Mengevaluasi proses-proses pembelajaran yang dialaminya, juga yang terjadi
pada dosen serta pengelola lainnya.
c. Pimpinan
Mengevaluasi unit tertentu atau seluruh unit perguruan tinggi (PT)
d. Pihak eksternal
Mengevaluasi seluruh unit perguruan tinggi atau unit tertentu. Badan
Akreditasi Nasional (BAN) merupakan badan penilaian independen terhadap
seluruh perguruan tinggi. Fungsi badan ini akan semakin penting di masa
depan, terlebih-lebih apabila otonomi perguruan tinggi telah berjalan
sepenuhnya. Pihak dunia usaha juga dapat menjadi penilai dan dapat
merupakan bagian dari jalinan kerja sama (Tampubolon, 2001:95).
Dalam mengelola (managing) perguruan tinggi harus diingat satu hal yang
menarik dan k has di lembaga pendidikan, yaitu mahasiswa berkedudukan sebagai
yang berkepentingan. Bukan hanya itu. Mahasiswa juga merupakan modal utama
(yang membiayai) proses itu, dan pada gilirannya ia akan menjadi produsen pada
lembaga yang sama. Oleh karena itu dalam setiap fungsi dan proses peningkatan
kualitas perguruan tinggi, mahasiswa berperan menurut mekanisme yang
disepakati bersama selayaknya bagi setiap unsur komunitas (Ndraha, 1988:145).
Peningkatan kualitas dalam perguruan tinggi tidak dapat dilihat sebagai proses
yang sederhana. Kegiatan ini merupakan sebuah proses jangka panjang yang
membutuhkan perubahan organisasi dan restrukturisasi yang tersistematis.
Komitmen untuk berubah ke arah mutu yang lebih baik harus dipahami oleh
semua level manajemen dan harus didasari oleh keinginan akan perubahan. Hal
yang lebih penting disamping kemauan mau berubah adalah kenyamanan dalam
melaksanakan peran dalam proses perubahan ini.
2.4.4 Pembiayaan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional maupun daerah
mengalami suatu transisi yang sangat signifikan dalam pengelolaan
sumber-sumber daya yang ada dalam bidang pendidikan terutama dalam hal pendanaan
pendidikan (pembiayaan pendidikan). Dalam hal ini pelaksanaan pendidikan harus
disertai dengan adanya peningkatan peran sumber-sumber daya pendidikan (dana
pendidikan) yang telah tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 23 yang
menjelaskan bahwa Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga
pembiayaan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
pendidikan di daerah. Lebih lanjut dalam pasal 47 disebutkan tentang sumber
pendanaan pendidikan yaitu
1. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.
2. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber
daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 4 juga menerangkan
dalam hal pembiayaan pendidikan bahwa;
”Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
pennyelenggaraan pendidikan nasional”
Sejalan dengan itu maka dalam implementasi kebijakan pendidikan di
daerah akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumber daya pendidikan
(pembiayaan pendidikan) yang memadai dan dapat diandalkan untuk
meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya di daerah. Pendidikan dalam
operasionalnya tidak dapat lepas dari masalah biaya. Biaya pendidikan yang
karena itu, dana yang dikeluarkan oleh pemerintah atau masyarakat maupun orang
tua untuk menghasilkan pendidikan dianggap sebagai investasi, maksudnya adalah
di masa yang akan datang harus dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat,
baik dalam bentuk uang atau pengetahuan.
Biaya pendidikan terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pelaksanaan pendidikan, sarana/prasarana. Anggaran pendidikan terdiri
dari dua sisi, yaitu anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan yaitu pendapatan yang diperoleh oleh
perguruan tinggi dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Misalnya
dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang tua
mahasiswa dan sumber lain. Sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah dana
yang dibelanjakan untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah misalnya
alat belajar, pengeluaran TU, sarana/prasarana kampus, kesejahteraan pegawai,
administrasi, pembinaan teknis educative dan pendataan. Perhitungan biaya harus
diatur menurut jenis dan volumenya dan harus diadakan analisis biaya yang
dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan dalam menentukan
diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas tapi
memberikan keuntungan tinggi. Pembiayaan itu meliputi tiga hal, yaitu: 1.
Budgeting (penyusunan anggaran), Penyusunan anggaran ini meliputi: Rencana
Anggaran dan Pendapatan Belanja Nagara serta Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja perguruan tinggi. 2. Accounting (pembukuan), kegiatan pembukuan ini
disebut pengurusan keuangan yang meliputi: kewenangan menentukan kebijakan
(pemeriksaan), yang dimaksud penerimaan disini adalah pemeriksaan semua
kegiatan dari mulai penerimaan dan pertanggungjawaban pengeluaran.
2.5 Kerangka Pemikiran
Pemerintah memberikan ruang sebesar-besarnya kepada seluruh lembaga
pendidikan untuk melakukan privatisasi. Yakni dengan lahirnya UU Nomor 20
tentang system pendidikan nasional yang baru pada tahun 2003 yang secara jelas
melegalkan pengalihan tanggung jawab Negara kepada masyarakat atau pemilik
modal dalam hal menyelenggarakan pendidikan dan pendanaan agar proses
pendidikan dapat berlangsung. Pada tahun 2003 pemerintah melakukan privatisasi
kepada Perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara dengan mengeluarkan PP
N0.56 Tahun 2003 tentang pengalihan USU menjadi BHMN. Hal ini berakibat
dengan adanya kenaikan uang kuliah di Universitas Sumatera Utara. Semenjak
diterapkannya bentuk BHMN, USU memiliki wewenang untuk mengeluarkan
kebijakan terkait dengan kegiatan akademik seperti penyediaan fasilitas sarana
dan prasarana, sistem pengajaran, kualifikasi dosen, dan lain sebagainya dalam hal
meningkatkan kualitas pendidikan baik secara fisik maupun non fisik di Fakultas
TABEL 1
Bagan Kerangka Pemikiran
Kualitas Pendidikan
Pendid
SK Rektor bernomor 2026/H5.1.R/SK/KEU/2010 Tentang kenaikan Uang Kuliah pada mahasiswa
tahun ajaran 2010/2011.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
(USU)
Kualitas non Fisik • Indeks prestasi
mahasiswa • Mutu dosen • Sistem pengajaran • Pelayanan administrasi Kualitas Fisik
• Sarana • Prasarana • Fasilitas