• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Tulisan Yang Terdapat Pada Kaca Angkutan Umum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Makna Tulisan Yang Terdapat Pada Kaca Angkutan Umum."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA TULISAN YANG TERDAPAT

PADA KACA ANGKUTAN UMUM

SKRIPSI

Oleh

NURISA OKSILA

NIM 050701017

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang penulis perbuat ini tidak benar, maka penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang penulis peroleh.

Medan, September 2009

(3)

MAKNA TULISAN YANG TERDAPAT PADA KACA ANGKUTAN UMUM

ABSTRAK

(4)

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahim

Alhamdu lillahi rabbil ‘aalamiin puji syukur penulis ucapkan kepada Allah

SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

kepada ayahanda kusen dan ibunda tercinta genab yang telah memberikan dukungan

dan motivasi berupa moril maupun materil kepada penulis, keluarga besar tercinta

keponakan-keponakan, kakak dan abang (ipar) yang selalu memberikan semangat dan

dukungan serta doanya kepada penulis sehingga penulis dapat lebih kuat setiap saat.

Sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulis juga banyak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara, PD I Bapak Drs. Aminullah, M.A., Ph.D., PD II Bapak Drs.

Samsul Tarigan, dan PD III Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum.

2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap. M. Hum., selaku Ketua Departemen dan Ibu Dra.

Mascahaya, M. Hum., selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I dan Drs.

Pribadi Bangun selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi

(5)

4. Ibu Dra. Salliyanti, M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan nasehat selama perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU

yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis menjalankan

perkuliahan.

6. Pegawai administrasi di Departemen Sastra Indonesia USU.

7. Komunitas Tanpa Nama (Fitri, Muze, Tika, Putri) yang akan selalu penulis

ingat pertemanan kita.

8. Semua teman-teman penulis di Departemen Sastra Indonesia stambuk 05, 06,

07 dan anak-anak kost sofyan 62 yang mendorong penulis untuk menghasilkan

yang terbaik dalam skripsi ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Medan, September 2009

Penulis

Nurisa Oksila

(6)

DAFTAR ISI

(7)

3.2.1 Populasi………. ... 20

3.2.2 Sampel……… ... 20

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……….. 22

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data………... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 26

4.1 Bentuk Tulisan yang Terdapat Pada Kaca Angkutan Umum………. 26

4.1.1 Pemakaian Huruf……… 26

4.1.1.1 Lafal Singkatan Dibaca Kata ... 26

4.1.1.2 Lafal Singkatan Angka Dibaca Kata ... 27

4.1.1.3 Lafal Singkatan Berupa Akronim ... 28

(8)

MAKNA TULISAN YANG TERDAPAT PADA KACA ANGKUTAN UMUM

ABSTRAK

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang

Kailani (2001:76) menyatakan bahwa “bahasa merupakan alat komunikasi yang

berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat, tanpa ada bahasa

berarti tidak ada masyarakat dan tidak ada pergaulan dan sifat-sifat masyarakat

terutama dapat dipelajari dari bahasanya, yang memang menyatakan sesuatu yang

hidup dalam masyarakat tersebut”.

Bahasa merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Tanpa

bahasa maka manusia sulit untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi kita mengenal

komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan dan tulisan adalah komunikasi yang

paling banyak digunakan oleh manusia atau disebut juga dengan komunikasi verbal.

Artinya komunikasi lisan dan tulisan dapat mewakili sesuatu yang bermakna yang

berkaitan dengan aspek kehidupan manusia.

Keraf (dalam Sringenana,1992:1)menyatakan bahwa “perkembangan suatu

bahasa dapat terjadi berbagai peristiwa, peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui

dalam perkembangan suatu bahasa meliputi arti dan bentuk, hubungan antara bentuk

(signifier) sebagai penanda dengan yang memberi arti (signified) sebagai petanda

yang ada dalam konsep mental”.

Tulisan sebagai salah satu komponen bahasa mempunyai makna yang

(10)

adalah hasil menulis; barang apa yang ditulis; yang berupa karangan (dalam

majalah, surat kabar dan sebagainya atau yang berupa cerita, dongeng dan

sebagainya); atau gambaran; lukisan”.

Semua tulisan memiliki makna tertentu sesuai dengan arti atau maksud yang

dilambangkannya. Dengan kata lain, setiap kata pada semua bahasa mempunyai

referensi atau hubungan dengan benda atau hal yang dilambangkannya. Misalnya,

tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum itu semuanya memiliki makna

tersembunyi yang tidak kita pahami. Selain memiliki makna, tulisan yang terdapat

pada kaca angkutan umum juga memiliki pesan dari para sopir. Sopir sebagai

komunikator atau pemilik kendaraan menyampaikan pesan kepada publik untuk

menunjukkan adanya sistem komunikasi yang dapat menghasilkan respon, efek,

atau sebab akibat. Selain itu tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum

memiliki makna tersendiri, sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau kronologis

munculnya kata-kata itu. Sehingga kata-kata yang terdapat pada kaca angkutan

umum memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para pembaca karena

tidak selamanya tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum memiliki makna

serta maksud yang sama bagi para pembaca. Dalam http://rizkibeo.wordpress.com

dijelaskan bahwa,

(11)

Tanpa kita sadari banyak angkutan umum yang bertuliskan kata-kata,

misalnya; salsabila bizlani harahap, sheika sarah harahap, tiang aras, rahasia,

garang,dan lain sebagainya.Ternyata tulisan-tulisan seperti itu mempunyai

makna-makna tersembunyi yang berhubungan dengan kehidupan manusia, selain memiliki

makna tulisan-tulisan tersebut juga memiliki pesan untuk menunjukkan adanya

sistem komunikasi yang dapat menghasilkan respon, efek atau sebab akibat. Hal

seperti ini menurut Chaer (1995:2) mengingat bahwa,

“studi mengenai makna menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari studi linguistik lainnya, karena manusia mulai menyadari bahwa kegiatan berbahasa sesungguhnya adalah kegiatan mengekspresikan lambang-lambang bahasa tersebut untuk menyampaikan makna-makna yang ada pada lambang tersebut, kepada lawan bicaranya (dalam komunikasi lisan) atau pembacanya (dalam komunikasi tulis). Jadi, pengetahuan akan adanya hubungan antara lambang atau satuan bahasa dengan maknanya sangat diperlukan dalam komunikasi dengan bahasa itu”.

Pemberian tulisan pada kaca angkutan umum, sama halnya dengan

pemberian nama kepada manusia atau benda-benda lainnya, karena penamaan dan

penafsiran itu termasuk kedalam ilmu semantik. Chaer (2002:43) menjelaskan

bahwa “penamaan adalah dua buah proses pelambangan suatu konsep untuk

mengacu kepada sesuatu refren yang berada di luar bahasa, yang terdiri atas (1)

peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan

pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan

baru”. Samsuri (dalam Djajasudarma, 1993:5) menyatakan bahwa,

(12)

yang hadir dalam komunikasi sesuai dengan butir informasi yang diperoleh penanggap”.

Makna sebagai komponen bahasa memegang peranan yang sangat penting

karena bukan hanya menyangkut persoalan bahasa saja tetapi juga menyangkut

persoalan luar bahasa, seperti masalah agama, pandangan hidup, budaya, norma, dan

tata nilai yang berlaku dalam masyarakat. Makna termasuk juga objek semantik

dalam bidang linguistik, di mana semantik itu berkaitan dengan kajian semiotika

yang merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna. Sebagaimana bahasa

adalah salah satu cabang dari ilmu semiotika, dari sudut tujuan linguistik semiotika

termasuk ke dalam linguistik terapan yaitu penelitian atau kegiatan dalam bidang

bahasa yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis pada bidang

yang mempelajari makna yang mempunyai cakupan yang luas.

Menurut Grince dan Bolinger (dalam Sringenana, 1988:52) “makna adalah

hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh

pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti, dengan demikian dapat dikatakan

bahwa makna adalah arti atau maksud”.

Makna juga mempunyai ruang lingkup yang luas dan ditandai dengan

ciri-ciri sistem unsur internal kebahasaan yang melatari pemakai, penutur atau

penanggap (pragmatik), serta ciri-ciri unsur eksternal meliputi informasi dan ragam

tuturan yang disimpulkan. Pengertian yang bermacam-macam tentang makna dapat

disejajarkan yaitu; isi, firasat, arti, gagasan, pesan, informasi, maksud. Filosof dan

linguis Kempson (dalam Pateda, 2001:79) menyebutkan bahwa,

(13)

leksikal dan makna gramatikal, (2) makna refrensial dan non refrensial, (3) makna denotatif dan konotatif, (4) makna kata dan makna istilah, (5) makna konsep dan makna asosiatif, (6) makna idiomatikal dan peribahasa, (7) makna kias.

Makna dapat pula ditinjau dari pendekatan analitik atau refrensial, yakni

pendekatan yang mencari esensi makna dengan cara menguraikannya atas

unsur-unsur utama. Pendekatan tersebut berbeda dengan pendekatan operasional, yang

mempelajari kata dalam penggunaannya, menekankan bagaimana kata secara

operasional dibandingkan dengan makna gramatikal. Dalam pendekatan analitik

makna kata dapat dirinci, seperti pada kata gadis, secara analitik dapat diartikan

(bernyawa, manusia, dewasa, belum kawin, perempuan, dan berambut panjang).

Sedangkan secara operasional kata gadis dapat digunakan dalam kalimat.

(1) Gadis pujaannya telah lama pergi

(2) Si Ali mengidamkan gadis tetanggannya

Dari contoh di atas dapat dinyatakan bahwa pemahaman tentang makna kata

sangat penting. Misalnya, pemahaman makna kata pada tulisan yang terdapat pada

kaca angkutan umum, tulisan tersebut merupakan ungkapan hati dari komunikator

(sopir atau pemilik kendaraan) kepada masyarakat pembaca dan pendengar atau

masyarakat publik (pengguna jalan), maka setiap kata yang ada di dalam tulisan itu

memiliki makna tersendiri. Bila masyarakat ingin mengetahui makna dari tulisan

tersebut terlebih dahulu memahami materi yang ditulisnya sehingga masyarakat

tidak menganggap tulisan tersebut sebagai sesuatu yang mudah dibaca tetapi

merupakan sesuatu hal yang memiliki arti. Aminuddin (dalam Sobur, 2004:249)

menyatakan bahwa,

(14)

kata berdasarkan aspek bentuk, ciri semantis kata itu secara internal, maupun hubungan asosiatifnya dengan kata lain, baik dihadirkan dalam untaian teks ataupun tidak”.

Setiap tulisan itu tersusun dari kata-kata yang memiliki makna, pada

dasarnya makna-makna itu bersifat konvensional dan tidak membawa maknanya

sendiri secara langsung bagi pembaca atau pendengarnya.

Menurut Aristoteles “kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna.

Bahwa kata itu memiliki dua macam makna, yaitu (1) makna yang hadir dari kata

itu sendiri secara otonom, dan (2) makna yang hadir sebagai akibat terjadinya proses

gramatika”.

Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi daya tarik penulis

untuk memilih judul makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah

tidak terlepas dari masalah yang telah ditentukan yaitu menjelaskan bentuk tulisan

dan mengungkapkan makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum. Selain

itu juga yang membuat peneliti tertarik memilih judul tersebut karena tulisan

tersebut memiliki makna tersembunyi yang tidak semua orang pahami. Tulisan

tersebut juga memiliki adanya sistem komunikasi yang ingin disampaikan oleh para

sopir kepada pengguna jalan yang nantinya akan menghasilkan respon efek atau

sebab akibat atau adanya hubungan antara bentuk (signifier) sebagai penanda

(15)

1.1.2 Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan bentuk tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum?

2. Mengungkapkan makna apa sajakah yang terdapat pada tulisan di kaca

angkutan umum?

1.2 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi agar penelitian terarah dan tujuan penelitian

tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan makna tulisan yang terdapat pada

kaca angkutan umum sebagai objek penelitian, dan yang menjadi batasan masalah

dalam penelitian ini hanya dari bentuk tulisan dan makna apa saja yang terdapat

pada tulisan di kaca angkutan umum.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, tujuan merupakan awal langkah yang

mendasar. Dengan adanya tujuan tersebut maka kita dapat mengetahui ke arah mana

tujuan penelitian tersebut. Tanpa tujuan penelitian tidak memperoleh hasil yang di

harapkan.

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menjelaskan bentuk tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum.

(16)

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoretis

Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian makna tulisan

yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam memahami bentuk dan

makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum.

2. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membicarakan tentang

makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum dengan cara yang lain.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum

secara praktis dapat digunakan sebagai pemikiran atau bahan bacaan dalam

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep

Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar

bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain. Jadi, konsep dari

penelitian ini adalah pemahaman tentang makna tulisan yang terdapat pada kaca

angkutan umum. Menurut Grince dan Bolinger (dalam Sringenana, 1993:3)

menyatakan bahwa “makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang

telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti,

dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna adalah arti atau maksud”.

Sedangkan pemahaman yang lain mengenai tulisan, dimana pemahaman

tulisan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:918) “hasil menulis; barang

apa yang ditulis; yang berupa karangan (dalam majalah, surat kabar dan sebagainya

atau yang berupa cerita, dongeng dan sebagainya); atau gambaran; lukisan”. Tulisan

juga sebagai salah satu komponen bahasa yang mempunyai makna yang termasuk

ke dalam objek studi semantik yang tidak dapat dilepaskan dalam pembicaraan

linguistik. Selanjutnya pemahaman yang lain dari penelitian ini tentang angkutan

umum. Dala

(18)

Dari pemaparan pemahaman di atas tentang makna, tulisan dan angkutan

umum tersebut di atas. Jadi, secara keseluruhan pemahaman mengenai makna

tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah suatu bentuk komunikasi

dari para sopir untuk disampaikan kepada publik atau pengguna jalan, serta

mempunyai makna tersembunyi yang belum kita ketahui maknanya dari tulisan pada

kaca angkutan umum tersebut.

2.1.2 Landasan Teori 2.1.2.1Kaidah Ejaan

Tasai dan Arifin (2004:170) menyatakan bahwa “ejaan adalah keseluruhan

peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar

lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa, penulisan

huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca”.

Secara praktis ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di

dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi

praktis itu dapat dicapai bila semua ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah

diterapkan dengan baik. Kaidah ejaan tidak sama dengan kaidah bahasa, karena

dasar penyusunan kaidah ejaan haruslah memperoleh kesepakatan ahli bahasa dan

persetujuan dari masyarakat bahasanya atau suatu negara yang didasarkan pada

sifat-sifat khas bahasa tertentu sebelum kesepakatan itu diberlakukan terlebih dahulu

oleh pemerintah yang meresmikan pemakaian ejaan tersebut. Setelah resmi berlaku

para pengguna bahasa diharapkan menaati kaidah yang telah disepakati tersebut.

Selanjutnya ejaan juga bersifat normatif karena melibatkan pertimbangan

(19)

Menurut kaidah diserap menjadi pasif dan aktif. Jika pemakaian itu mengikuti

kaidah, penulisan itu dipandang benar. Tetapi jika ditulis dengan passive dan active,

penulisan itu tentu dipandang salah karena tidak menaati kaidah yang telah

disepakati.

2.1.2.2 Semantik

Semantik berasal dari bahasa Yunani semainein ‘yang bermakna’.

Slametmuljana (1964:1) menyatakan bahwa “semantik adalah penelitian makna

kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan”. Semantik termasuk juga

ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana asal mula adanya makna sesuatu

misalnya, sejarah kata, dalam arti bagaimana kata itu muncul dan bagaimana

perkembangannya, serta mengapa terjadi peubahan makna dalam sejarah bahasa.

Teori semantik merupakan teori yang digunakan dalam penelitian ini,

semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau

tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lainnya,

dan pengaruh terhadap mansusia dan masyarakat. Oleh karena itu semantik

mencakup makna-makna kata perkembangan dan perubahannya.

Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari

hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandai. Dengan kata

lain, semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau

arti dalam bahasa. Oleh karena itu, semantik diartikan sebagai ilmu tentang tanda

atau tentang arti, seperti yang dikemukakan oleh Chaer (1995:3) “semantik yaitu

(20)

dalam setiap bahasa sering kali ditemui adanya hubungan kemaknaan antara sebuah

kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi”.

Setiap kata yang kita ucapkan memiliki arti atau makna, dan makna kata

yang sama bisa berbeda-beda artinya, tergantung pada konteks ruang dan waktu.

Terdapat komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat.

Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dalam

manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan

makna dalam pikiran orang.

Seperti halnya tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum memiliki

makna tersendiri, makna-makna tersebut hanya memiliki satu makna dan

adakalanya memiliki makna yang lebih dari satu, dan ada pula yang mengalami

perubahan makna pada tulisan-tulisan tersebut, Chaer (2004:131) menyebutkan

bahwa perubahan makna antara lain:

(1) Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan

Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa

yang digunakan masyarakat tertentu belum tentu sama maknanya dengan makna

kata yang digunakan di lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya kata cetak, bagi

mereka yang bergerak dalam bidang persuratkabaran, kata cetak selalu

dihubungkan dengan kata tinta, huruf, kertas. Tetapi bagi tukang bata, kata cetak

biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat batu bata pada cetakannnya.

Sedangkan bagi petani, kata cetak biasanya dikaitkan dengan usaha membuka lahan

(21)

(2) Perubahan Makna Akibat Pertukaran Indera

Pertukaran makna akibat pertukaran indera, disebut dengan sinestesi (kata

Yunani: Sun = sama dan aesthetikos = tampak). Pertukaran indera yang dimaksud,

misalnya indera pendengaran dengan indera penglihatan. Misalnya, kata terang

seperti telah dikatakan di atas, berhubungan dengan indera penglihatan. Tetapi jika

orang berkata “suaranya terang” , maka hal itu berhubungan dengan pendengaran.

Maka kata terang adalah matahari cukup cahaya yang berubah menjadi lelas.

(3) Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Pemakai Bahasa

Dalam bahasa Indonesia terdapat kata gerombolan yang dahulu bermakna

orang yang berkelompok, orang yang berkerumun, misalnya berkerumun didekat

penjual obat. Maknanya bersifat baik, menjadi amelioratif. Dengan munculnya

pemberontak di Indonesia dan akhir-akhir ini berkembang istilah GPK (gerakan

pengacau keamanaan), makna kata gerombolan menjurus kepada hal yang tidak

menyenangkan, bahkan menakutkan karena dihubungkan dengan gerombolan

pengacau, gerombolan perampok, pencuri, dan penodong. Tanggapan pemakai

bahasa terhadap kata gerombolan berubah dari perasaan senang atau amelioratif

menjadi tidak senang atau peyoratif.

(4) Perubahan Makna Akibat Asosiasi

Selametnuljana (1964:2) mengatakan bahwa “yang dimaksud dengan

asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan tempat

tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru, yakni makna di

dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakai bahasa”.

(22)

kita bukan lagi amplop yang berfungsi sebagai sampul surat, tetapi amplop yang

berisi uang, uang pelancar, uang pelicin, uang sogok. Secara kasar kawan kita

berkata “berilah ia uang agar urusanmu segera selesai”.

(5) Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk

Akibat perubahan bentuk terjadi perubahan makna, misalnya kata

berlompatan bermakna banyak orang atau binatang yang melompat dari suatu

tempat ke tempat yang lain. Orang berkata, “udang berlompatan dari perahu” ,

yang maknanya udang-udang yang berada di dalam perahu melompat ke dalam.

Makna kata berlompatan berbeda dengan makna kata berlompat-lompat. Kata

berlompat-lompat bermakna melaksanakan pekerjaan melompat secara

berulang-ulang, atau seseorang yang menyatakan bahwa kegiatan itu dilakukan karena

seseorang sedang bergembira.

2.1.2.3 Informasi

Chaer (1995:34) mengemukakan bahwa “informasi merupakan sesuatu

gejala di luar ujaran yang dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan

(utterance- external phenomenon )”. Misalnya pada kata ayah dan bapak memang

memberi infomasi yang sama yaitu orang tua laki-laki, tetapi maknanya tetap tidak

persis sama karena bentuknya berbeda. Dari kata tersebut kita dapat melihat dalam

bentuk kalimat ayah saya sakit, kata ayah dapat diganti dengan kata bapak sehingga

menjadi bapak saya sakit. Tetapi dalam kalimat bapak presiden yang terhormat,

(23)

2.1.2.4 Maksud

Chaer (1995:35) “maksud adalah dilihat dari segi si pengujar, atau orang

yang berbicara mengujarkan sesuatu ujaran yang berupa kalimat ataupun frase,

tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri”.

Kita dapat melihat contoh maksud berikut di terminal- terminal bis, banyak

pedagang asongan menawarkan barang dagangannya kepada para pengemudi atau

penumpang kendaraan dengan kalimat “ koran, koran?” atau “jeruk, pak?”. Dari

ujaran pedagang itu seperti bertanya, tetapi sebenarnya ujaran mereka itu

menawarkan.

2.1.2.5 Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Menurut

Saussure (dalam Sobur 2004:64) “semiologi didasarkan pada anggapan bahwa

selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem perbedaan dan

konvensi yang memungkinkan makna itu”. Dimana ada tanda di sana ada sistem,

artinya sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang

ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier (bidang penanda atau

bentuk) dan aspek lainnya yang disebut signified (bidang petanda konsep atau

makna). Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama, penanda terletak pada

tingkatan ungkapan dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti

bunyi, huruf, kata, gambar, warna, obyek, dan sebagainya. Petanda terletak pada

tingkatan isi atau gagasan dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan,

hubungan antara kedua unsur tersebut melahirkan makna. Menurut Ferdinand de

(24)

bahasa sebagai tanda yang diindikasi oleh adanya hubungan yang erat yaitu

Qualisign, Sinsign, dan Legisign. Qualisign adalah penanda yang bertalian dengan

kualitas dan berdasarkan sifatnya, misalnya tulisan pada kaca angkutan umum yaitu bergambar donal bebek, karena gambar tersebut untuk menunjukkan bahwa sopir kendaraan tersebut sudah tua, sehingga angkutan umumnya tidak bisa melaju dengan cepat sesuai dengan donal bebek yang kita ketahui dalam gaya berjalannya tidak bisa cepat, sinsign adalah tanda yang berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Misalnya suatu jeritan yang dapat berarti heran, senang, atau kesakitan, artinya seseorang dapat dikenali dari caranya berjalan, caranya tertawa, nada suara dan caranya berdehem, legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode, misalnya warna merah yang mempunyai tanda bahaya dan larangan, seperti pada rambu lalu lintas, warna merah mengacu pada jalan berhenti, selain itu sifat merah yang panas dapat dipakai untuk menunjukkan gairah, semangat dan cinta, seperti pada bendera Indonesia yang memakai warna merah pada bagian atas bendera, yang berarti berani, sedangkan warna-warna lainnya yang memiliki arti yaitu warna putih yang menegaskan sesuatu yang terang, ringan dan netral, seperti pada bendera Indonesia yang memakai warna putih pada bagian bawah bendera yang berarti suci.

2.1.2.6 Pragmatik

Untuk mewujudkan gagasan, ide, pemikiran suatu tulisan diperlukan bahasa.

Bahasa yang digunakan sangat berperan penting untuk menyampaikan pesan yang

terdapat di dalam tulisan tersebut. Pesan yang terdapat dalam tulisan harus dapat

tersampaikan meskipun harus menggunakan bahasa yang sulit dimengerti

Pragmatik digunakan untuk melihat pesan atau makna yang ingin disampaikan

para sopir yang sebagai komunikator pada tulisannya tersebut. Leech (1983:322)

menyatakan bahwa “pragmatik merupakan studi yang membahas bahasa dan

hubungannya dengan konteks pemakainya dimana pragmatik menelaah makna dan

pesan sebuah kalimat menurut tafsiran pendengar sebagaimana yang dimaksudkan

oleh si pembicara”. Dengan tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum

tersebut merupakan pesan yang ingin disampaikan para sopir sebagai komunikator

(25)

2.2 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah hal- hal atau pengetahuan yang berhubungan dengan

penelitian itu sebagai bahan refrensi yang mendukung penelitian tersebut, atau

menjelaskan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkitan dengan topik yang

akan diteliti agar semakin jelas permasalahan penelitian yang akan dipecahkan.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, maka ada sejumlah sumber yang relevan

untuk menjadi bahan refrensi dalam penelitian ini, adapun sumber-sumber tersebut

adalah sebagai berikut:

Dahlia Sringenana (1999) dalam penelitian yang berjudul “Kajian Makna

Denotasi dan Konotasi Lagu-lagu Karya Katon Bagaskara” dalam penelitian ini

makna denotasi dan konotasi dibutuhkan untuk menjelaskan arti yang dimaksud

dalam sebuah kata tersebut sehingga dapat diketahui apa sebenarnya yang ingin

disampaikan oleh pencipta lagu kepada pembaca atau pendengar.

Kartinawati (2003) dalam penelitian yang berjudul “ Misteri Gambar-gambar di

Bak-bak Truk (analisis semiotika)” semiotika dibutuhkan karena dijadikan metoda

untuk memecahkan masalah yang ada, artinya apakah rumusan masalah tentang

problematik tersebut baik yang terjadi pada ranah pesan, saluran, partisipan

komunikasi, maupun efek, semiotika juga mampu mengungkapkan citra kehidupan

dan bentuk identitas para sopir, dari penelitian terdahulu juga menafsirkan persoalan

pesan-pesan yang digunakan untuk menganalisis subjek kajian yang berbasis

pragmatik (praktek komunikasi), maksudnya menganalisa tanda-tanda yang disertai

maksud (signal) yang secara sadar digunakan oleh komunikator kepada mereka yang

(26)

Ade Azwida (2007) dalam penelitian yang berjudul “Pemakaian Bahasa

Gaul pada Iklan Produk Komersial Televisi” pada intinya penelitian ini

menganalisis struktur pembentukan kata-kata dalam bahasa gaul yang terdapat pada

iklan komersial, dan menganalisis perubahan makna yang terjadi dalam bahasa gaul

menjadi bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa gaul dalam iklan produk komersial di

televisi merupakan fenomena masyarakat yang menyukai sesuatu yang baru, baik itu

dalam produk-produk yang ditawarkan maupun bahasa yang digunakan. Dampak

yang terjadi dari keadaan itu membuat pengiklan khususnya penulis naskah iklan

(copy writer) akan terus menggunakan bahasa yang unik dan menarik, meskipun

kata-kata tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Nona Yohana (2008) dalam penelitian yang berjudul “Variasi Bahasa Dalam

SMS pada Majalah Hai” dalam penelitan ini dibicarakan mengenai bentuk tampilan

dalam sms yang berupa bahasa slang terdiri dari bentuk tampilan fonem dibaca kata,

selanjutnya dibicarakan juga mengenai makna variasi dalam sms yang berupa

bahasa slang dilihat dari makna fonem, kemudian dibicarakan juga perubahan

makna dalam sms yaitu perubahan makna kata dari bahasa Indonesia menjadi

bahasa slang.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan para peneliti terdahulu, seperti

Dahlia Sringenana mengungkapkan makna denotasi dan konotasi, kemudian

Kartinawati membicarakan semiotika dalam gambar-gambar di bak-bak truk,

selanjutnya Ade Azwida membicarakan pemakain bahasa gaul, demikian pula Nona

(27)

Namun penelitian dengan kajian makna tulisan yang terdapat pada kaca

angkutan umum belum pernah dilakukan. Beberapa tinjauan pustaka di atas yang

dapat menjadi suatu acuan untuk memperkuat penelitian ini sendiri, sehingga

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di terminal Pinang Baris Medan, dan waktu penelitian

dilakukan pada bulan Maret 2009.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah seluruh objek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam

penelitian ini kaca angkutan yaitu angkutan umum roda empat yang melalui KPUB

(Koperasi Angkutan Umum Brandan dan Sekitarnya). Trayek Medan – Pangkalan

Brandan yang terdiri dari enam puluh lima angkutan umum KPUB (Koperasi

Angkutan Umum Brandan dan Sekitarnya).

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari unsur populasi yang dipandang dapat mewakili

keseluruhan populasi. Sudaryanto (1990:35) “sampel adalah sebagian tuturan yang

diambil atau dengan kata lain sampel sama dengan bentuk mini”. Kemudian

Sudaryanto (1990:35) juga menjelaskan bahwa,

(29)

Jadi, dari pernyataan di atas jumlah populasi yang ada terlalu besar maka

sampel yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah dua puluh satu,

yang dapat mewakili dari keseluruhan. Adapun dua puluh satu tulisan di angkutan

umum itu adalah:

1. Www. Marlumba. COM 21. Garang

2. Ito Hasian

3. Madona

4. Tunggal Putra

5. Cahaya Ilahi

6. Bismillahirrahmanirrahim

7. Mafia Onces

8. Anak Hasian

9. Anorda Level

10.635

11.M. Paluti

12.Tiang Aras

13.Rahasia

14.Salsabila Bizlani Harahap

15.Sheika Sarah Harahap

16.Sakilla Aftar Harahap

17.Darussalam

18.Marbun Group

(30)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Nawawi (dalam Yohana, 2008:9) menyatakan bahwa “metode adalah cara yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian”. Untuk mencapai tujuan penelitian

ini digunakan metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Dalam hal ini,

Bogdan dan Taylor (dalam Sriana, 2003:11) mengatakan bahwa “prosedur kualitatif

menghasilkan penelitian yang mengungkapkan data kualitatif dengan pendekatan

yang diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh) atau memandangnya

sebagai satu kesatuan”.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan demikian sumber

data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari lokasi

(31)

1.Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung

ke objek penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengenali dan menemukan

beberapa data berkenaan dengan tradisi objektif yang ada di lokasi penelitian.

Bersamaan dengan observasi diadakan pencatatan dan pemotretan.

2.Wawancara

Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara

mendalam melalui informan yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dengan menggunakan metode simak.

Sudaryanto (1993:133) menyatakan bahwa “metode simak adalah metode yang

dipakai dengan menyimak penggunaan bahasa”. Sedangkan teknik dasar yang

digunakan dalam metode simak adalah teknik sadap. Teknik sadap adalah teknik

yang dipakai untuk mendapatkan data dengan menyadap pembicaraan seseorang

yang menjadi lawan bicara yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian,

dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara bersruktur dan langsung. Dalam

penyadapan peneliti sendiri sebagai instrumen yaitu mengembangkan informasi

yang diperoleh dan diperdalam sesuai dengan data yang dibutuhkan.

Teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap

semuka yang diikuti dengan teknik catat. Teknik catat dengan metode cakap

semuka adalah data yang diperoleh dengan percakapan langsung, tatap muka agar

memperoleh data selengkap-lengkapnya. Sedangkan teknik catat adalah teknik

(32)

Selanjutnya data sekunder yaitu data yang mengutip dari sumber lain. Data

sekunder diperoleh melalui sumber perpustakaan yang berupa buku cetak dan juga

memperoleh data melalui sumber internet yang berhubungan dengan masalah

penelitian. Kemudian mencatat data-data yang terkait dengan permasalahan yang

diteliti.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Semua data telah terkumpul mulailah diadakan analisis terhadap data untuk

menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditentukan. Data yang telah

terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang

dilakukan selama proses pengumpulan data, yaitu peneliti membaca, mempelajari

dan memeriksa data yang telah terkumpul tersebut. Dalam penelitian ini, terlebih

dahulu akan dibicarakan bentuk tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum,

kemudian penulis menjelaskan makna, informasi serta maksud dalam sebuah makna

tulisan tersebut sehingga dapat diketahui apa sebenarnya yang ingin disampaikan

sopir yang sebagai komunikator atau pemilik kendaraan kepada publik (pengguna

jalan). Selanjutnya data yang telah dianalisis disajikan berupa uraian kata-kata

secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah yang berupa skripsi.

Makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum merupakan informasi

tersembunyi dari para sopir yang ingin disampaikan kepada pengguna jalan. Tulisan

yang terdapat pada kaca angkutan umum itu salah satunya adalah “mafia cencen”.

Tulisan mafia cencen pada angkutan umum KPUB mengalami perubahan makna

akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa yaitu gejala yang terjadi pada sebuah

(33)

tersebut. Tulisan mafia cencen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata

mafia adalah perkumpulan rahasia yang bergerak dibidang kejahatan (kriminal).

Sedangkan kata cencen tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI). Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi

dan kondisi objek penelitian maka, tulisan mafia cencen itu sendiri dimaksudkan

oleh komunikator (sopir) adalah karena angkutan umum yang dimilikinya digemari

anak-anak muda. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna

yang sesuai dengan konteks tuturan.

Tulisan mafia cencen mengalami perubahan makna akibat pertukaran

tanggapan pemakai bahasa, karena jika diartikan dalam bahasa gaul tulisan tersebut

dapat berubah makna, dimana dalam bahasa gaul tulisan mafia adalah “penjahat

gembong besar”, dan cencen dalam bahasa gaul bermakna “anak muda yang

usianya beranjak dewasa”.

Tulisan mafia cencen memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang

diartikan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang

dihasilkan itu sama, tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima

pesan.

(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

MAKNA TULISAN YANG TERDAPAT PADA KACA ANGKUTAN UMUM

4.1 Bentuk Tulisan yang Terdapat pada Kaca Angkutan Umum

4.1.1 Pemakaian Huruf

4.1.1.1 Lafal Singkatan dibaca Kata

Defenisi singkatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil

menyingkat (memendekkan) berupa huruf atau gabungan huruf . Misalnya DPR, KKN,

Yth, hlm. Selain itu Sugihastuti (dalam Yohana, 2004:23) mengatakan bahwa

“singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik dilafalkan

huruf demi huruf maupun dilafalkan dengan mengikuti bentuk lengkapnya”. Singkatan

dalam tulisan pada angkutan umum sebagai berikut:

(1) WWW ‘World Wide Website’

(11) M ‘Muhammad’

Tampilan singkatan dibaca kata dalam angkutan umum banyak terlihat bahkan

singkatan tersebutlah yang menjadi tampilan dasar, dan tidak terdapatnya aturan untuk

singkat menyingkat kata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “kata adalah

unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan

(35)

WWW dan M merupakan bagian dari tulisan yang terdapat pada kaca angkutan

umum. WWW dan M adalah sebuah fonem yang berdiri sendiri tanpa diikuti oleh

fonem-fonem lain. Fonem W dan M merupakan tanda untuk menggantikan sebuah kata

yang terdapat dalam tulisan pada kaca angkutan umum tersebut. Fonem W (1)

merupakan kata World Wide Website dan M (11) merupakan kata Muhammad.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) W (we) adalah huruf ke-23

abjad Indonesia, WWW dapat dibaca huruf atau kata, dibaca huruf berarti we-we-we

dan dibaca kata berarti threeple dabelyuw. Sedangkan M (em) adalah huruf ke-13 abjad

indonesia.

4.1.1.2 Lafal Singkatan Angka Dibaca Kata

Pada dasarnya angka merupakan sebuah tanda untuk menggantikan kata, dan

tanda-tanda tersebutlah yang dibaca kata.

Adapun singkatan angka dibaca kata dalam tulisan yang terdapat pada kaca

angkutan umum adalah:

(10) 635 ‘ Enam Ratus Tiga Puluh Lima’

Tampilan angka dalam angkutan umum banyak terlihat bahkan angka

tersebutlah yang menjadi tampilan dasar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) “angka adalah tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan; nilai

(36)

635 (Enam Ratus Tiga Puluh Lima) merupakan bagian dari tulisan yang terdapat

pada kaca angkutan umum. 635 adalah sebuah angka yang tanpa diikuti unsur-unsur

lain. 635 merupakan tanda untuk menggantikan sebuah kata yang terdapat pada kaca

angkutan umum tersebut. Angka 6 (enam) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) merupakan bilangan dari hasil penjumlahan lima ditambah satu atau bilangan

sesudah angka lima dan sebelum angka enam, sedangkan angka 3 (tiga) dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan bilangan dari hasil penjumlahan dua

ditambah satu; kembar tiga: anak kembar tiga orang atau bilangan sesudah angka dua

dan sebelum angka empat, dan angka 5 (lima) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) merupakan bilangan dari hasil penjumlahan empat ditambah satu, atau bilangan

sesudah angka empat dan sebelum angka enam.

4.1.1.3 Lafal Singkatan Berupa Akronim

Apabila kita amati tampilan singkatan berupa akronim juga banyak terdapat

pada kaca angkutan umum. Menurut Sugihastuti (2000: 36) “Akronim adalah

kependekan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan

huruf awal dan suku kata yang ditulis dan dilafalkan sepertihalnya kata biasa”.

Tampilan singkatan berupa akronim dalam kaca angkutan umum sebagai berikut:

(21) Garang ‘ Gara-gara Rantang ‘

Singkatan berupa akronim seperti di atas adalah kata-kata biasa yang sering di

ucapkan tetapi memiliki makna tersendiri. Kata-kata biasa yang sering diucapkan

(37)

sebagian bentuknya, tetapi bunyi dari tampilan tersebut tidak berbeda dengan kata-kata

biasa.

Tampilan singkatan berupa akronim di atas khususnya pada kata garang

merupakan bagian dari tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum. Garang adalah

sebuah singkatan berupa akronim, dan merupakan tanda untuk menggantikan sebuah

kata yang terdapat dalam tulisan pada kaca angkutan umum tersebut.

Garang dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya “galak,

bengis, ganas, atau sebutan untuk laki-laki yang berwajah tampan”. Garang merupakan

tampilan singkatan yang berupa akronim, hal ini disebabkan karena tampilan singkatan

garang dibaca dalam bentuk akronim, atau garang dapat juga dibaca gara-gara rantang.

4.2 Makna Tulisan yang Terdapat pada Kaca Angkutan Umum

4.2.1 Makna Penyebutan Sifat Khas

Chaer (2002: 46) menyatakan bahwa “penyebutan sifat khas adalah penamaan

sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda it, Penyebutan sifat

khas terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu

mendesak kata bendanya, karena sifatnya yang amat menonjol, sehingga kata sifatnya

itulah yang menjadi nama bendanya”.

Penyebutan sifat khas dalam tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum

adalah:

(3) Madona

(11) M. Paluti

(38)

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti “perwujudan santa maria dalam seni

rupa (lukisan, patung dan sebagainya); sebagai ibu dengan kanak-kanak Yesus”.

Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya.

Selain itu tulisan Madona juga merupakan nama artis luar negri yang sangat terkenal.

Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang memahami situasi dan kondisi

objek penelitian maka, tulisan Madona yang dimaksudkan sopir (komunikator) adalah

nama adik dari pemilik kendaraan umum tersebut. Agar nama Madona sesuai dengan

makna aslinya atau angkutan umum tersebut diberi tulisan Madona seperti halnya artis

luar negri yang terkenal, pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu

makna yang sesuai dengan konteks. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir

(komunikator), tulisan Madona mempunyai arti sesuai dengan etimologi ( asal usul

kata) atau kronologis munculnya kata-kata tersebut, sehingga pemilihan kata Madona

pada tulisan di kaca angkutan umum dikarenakan sopir (komunikator) ingin

menyampaikan pesan kepada pengguna jalan. Tulisan Madona dimaksudkan oleh

komunikator (sopir) karena angkutan umum yang dimilikinya agar dapat terkenal

seperti artis luar negri, sehingga angkutan umum tersebut diberi tulisan Madona.

Tulisan Madona memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang ditafsirkan

bagi para penerima pesan, karena tidak semuanya informasi atau kata yang dihasilkan

itu sama, tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

Sedangkan penyebutan sifat khas M. Paluti (11), tulisan M. Paluti merupakan

lafal singkatan dibaca kata, dimana M adalah untuk penyebutan “Muhammad” yang

merupakan nabi ke-25 pada umat islam, nabi Muhammad mempunyai akhlak yang baik

dan soritauladan yang mulia sebagai panutan bagi umat islam. Sedangkan Paluti

(39)

semantis yaitu makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan

yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian maka, M. Paluti yang

dimaksudkan oleh komunikator (sopir) pada tulisan di kaca angkutan umum adalah

nama anak dari pemilik angkutan umum yang artinya “dewa kemerdekaan” agar dapat

mempunyai akhlak yang baik dan soritauladan yang mulia seperti nabi Muhammmad.

Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna sesuai dengan

konteks. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator) untuk

penyebutan nama angkutannya, tulisan M.Paluti mempunyai arti sesuai dengan

etimologi (asal-usul kata) atau kronologis munculnya kata-kata tersebut. Sehingga

pemilihan kata M.Paluti pada tulisan di kaca angkutan umum, dikarenakan sopir

(komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan. Tulisan M.Paluti

yang dimaksudkan oleh komunikator (sopir) karena angkutan umum yang dimilikinya

dapat menjadi dewa yang membawa berkah, sehingga angkutan umum tersebut diberi

tulisan M. Paluti.

Tulisan M. Paluti memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang

ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak semuanya informasi atau kata yang

dihasilkan itu sama, tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

4.2.2 Makna Tempat Asal

Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda

tersebut. Misalnya, kata magnit berasal dari nama tempat magnesia; kata kenari yaitu

nama sejenis burung yang berasal dari nama pulau Kenari di Afrika.

Seperti halnya tulisan di kaca angkutan umum yang menggunakan kata berasal

(40)

Tampilan di atas tersebut yang merupakan kata yang menggunakan tempat asal,

kata Darussalam (17) berasal dari kata Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang

biasa dikenal dengan kata kota serambi Mekah. Pernyataan tersebut dapat dikatakan

makna semantis yaitu makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari

informan yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian maka, penulusan kata

Darussalam pada angkutan umum tersebut sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) dan

kronologis munculnya kata-kata tersebut, sehingga pemilihan kata Darussalam pada

tulisan di kaca angkutan umum tersebut dikarenakan pemilik angkutan umum berasal

dari kota Nangroe Aceh Darussalam. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna

pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan konteks.

Tulisan Darussalam memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para

penerima pesan, karena tidak semuanya informasi atau kata yang dihasilkan itu sama,

tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

4.2.3 Makna Kias

Makna kias yang ditampilkan pada tulisan di kaca angkutan umum mempunyai

makna atau arti tertentu. Penggunaan istilah kiasan yang digunakan oleh sopir

(komunikator) kepada pengguna jalan sebagai komunikasi yang ingin disampaikan dari

arti yang sebenarnya, sehingga tidak semua pengguna jalan dapat memahami arti dari

(41)

Makna kias yang terdapat pada tulisan di kaca angkutan umum adalah:

(2) Ito Hasian

(5) Cahaya Ilahi

(8) Anak Hasian

Pada tampilan di atas tulisan-tulisan tersebut yang merupakan makna kias, makna

kias Ito Hasian (2), tulisan Ito merupakan kata dari bahasa batak yang artinya

“saudara” dan Hasian yang juga merupakan kata dari bahasa batak yang artinya

“sayang”. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang

sebenarnya. Jadi, kata tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator), tulisan Ito

Hasian yang mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau kronologis

munculnya kata-kata tersebut yaitu “adek sayang atau abang adek”. Tetapi setelah

didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian

maka, pemilihan kata Ito Hasian pada tulisan di kaca angkutan umum tersebut,

dikarenakan sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan,

tulisan Ito Hasian dimaksudkan oleh komunikator (sopir) adalah karena pemilik

angkutan umum tersebut memiliki jumlah saudara dua orang. Pernyataan tersebut dapat

dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan konteks. Jadi, istilah Ito

Hasian merupakan ungkapan hati si abang yang sangat menyayangi adik perempuan

satu-satunya.

Tulisan Ito Hasian tersebut memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para

penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama tetapi

makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

(42)

sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, lampu)”, dan Ilahi mempunyai arti dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “sifat-sifat tuhan atau hal-hal yang

berhubungan dengan tuhan. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu

makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang

mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian maka, tulisan Cahaya Ilahi yang

dimaksudkan sopir (komunikator) tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia,

karena tulisan Cahaya Ilahi merupakan makna kias yang dimaksudkan oleh sopir

(komunikator) tersebut, yaitu memiliki arti “anugerah yang terindah dari tuhan”.

Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan

konteks. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator), kata-kata

Cahaya Ilahi yang mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau

kronologis munculnya kata-kata tersebut.

Sehingga pemilihan kata Cahaya Ilahi pada tulisan di kaca angkutan umum,

dikarenakan sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada publik (pengguna

jalan). Tulisan Cahaya Ilahi dimaksudkan oleh sopir (komunikator) karena dari

angkutan umum yang dimilikinya dapat menafkahi keluarganya, sehingga angkutan

umum tersebut diberi tulisan Cahaya Ilahi yang artinya “anugerah terindah dari tuhan”

Tulisan Cahaya Ilahi memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para

penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama tetapi

makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

Selanjutnya makna kias Anak Hasian (8) tulisan Anak mempunyai arti dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “turunan yang kedua; manusia yang

masih kecil”, dan Hasian merupakan kata dari bahasa batak yang artinya “sayang”.

(43)

Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan kondisi

objek penelitian maka, tulisan Anak Hasian yang dimaksudkan oleh sopir

(komunikator) yaitu memiliki arti “barang berharga”. Pernyataan tersebut dapat

dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan konteks. Jadi, tulisan

tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator), tulisan Anak Hasian memiliki arti

sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau kronologis munculnya kata-kata tersebut.

Sehingga pemilihan kata Anak Hasian pada tulisan di kaca angkutan umum dikarenakan

sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan. Tulisan Anak

Hasian dimaksudkan oleh komunikator (sopir) karena angkutan umum yang

dimilikinya merupakan barang berharga seperti layaknya seorang anak, sehingga

angkutan umum tersebut diberi tulisan Anak Hasian.

Tulisan Anak Hasian memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang

ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan

itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

4.2.4 Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan

Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna bahasa yang

digunakan pada lingkungan masyarakat tertentu, karena belum tentu sama maknanya

dengan makna kata yang digunakan dilingkungan masyarakat yang lain. Misalnya, kata

cetak bagi mereka yang bergerak dalam bidang persuratkabaran, kata cetak selalu

dihubungkan dengan kata tinta, huruf, kertas. Tetapi bagi pengrajin batu bata, kata

cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat batu bata pada cetakannya.

(44)

Seperti halnya perubahan makna akibat perubahan lingkungan yang terdapat pada

tulisan di kaca angkutan umum, adalah:

(20) Sang Idola

Tampilan di atas tulisan tersebut yang merupakan perubahan makna akibat

lingkungan, makna perubahan lingkungan sang idola(20), kata sang mempunyai arti

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “sebutan untuk orang yang

dimuliakan, dan sesuatu yang hidup dan berwujud”, dan idola dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti “orang, gambar, patung, dan sebagainya yang

menjadi pujaan”. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna

sebenarnya.

Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan

kondisi objek penelitian maka, tulisan sang idola dimaksudkan sopir (komunikator)

adalah seorang yang menjadi pujaan, dimana kata seorang itu berasal dari kata sang.

Jadi, tulisan sang idola mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal usul kata) atau

kronologis munculnya kata-kata tersebut, sehingga pemilihan kata sang idola pada

tulisan di kaca angkutan umum tersebut dikarenakan sopir (komunikator) ingin

menyampaikan pesan kepada pengguna jalan yaitu agar angkutan umum yang

dimilikinya menjadi terkenal dan banyak menghasilkan rupiah, sehingga angkutan

umum tersebut diberi tulisan sang idola. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna

pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan konteks.

Tulisan sang idola memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang ditafsirkan

bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama

(45)

4.2.5 Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Pemakai Bahasa

Tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum mempunyai makna atau arti

tertentu, yang ingin disampaikan oleh komunikator (sopir) dengan masyarakat

(pengguna jalan). Selain itu, makna atau arti dari tulisan yang terdapat di kaca angkutan

umum juga menimbulkan perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai

bahasa.

Perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa adalah gejala

yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya di kenal dan

digunakan dalam bidang tersebut.

Perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa dalam tulisan

yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah:

(1)

(7) Mafia Onces

(21) Garang

Pada tampilan di atas tulisan-tulisan tersebut yang mengalami perubahan makna

akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa, perubahan makn

(1) tulisan marlumba yang artinya berlomba, kata tersebut mengalami perubahan

makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa, karena komunikator (sopir) dari

angkutan umum tersebut berasal dari Samosir (tanah batak) yang mayoritas

masyarakatnya bersuku batak. Tulisan marlumba itu sendiri, dimaksudkan oleh

komunikator (sopir) adalah “kejar-kejaran”, dan kata marlumba itu dituliskan atau

(46)

dan com biasa digunakan untuk pencarian situs di internet, pernyataan tersebut dapat

dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan

tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian maka,

tulisan

bukanlah merupakan nama situs yang ada di internet, melainkan tulisan

tersebut yang dikemudikan oleh sopirnya dengan kecepatan tinggi dan mendahului

angkutan yang lainnya. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu

makna yang sesuai dengan konteks tuturan.

Tulisan www.marlumba.com memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda

yang ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang

dihasilkan itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

Selanjutnya perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa

mafia onces (7) tulisan mafia onces yang artinya “penjahat anak-anak muda”. Tulisan

tersebut mengalami perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa,

tulisan mafia dan onces itu sendiri diambil dari bahasa gaul. Di mana dalam bahasa

gaul, mafia diartikan sebagai gembong besar dan onces yang artinya anak muda yang

usianya beranjak dewasa. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu

makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang

mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian maka, tulisan mafia onces itu sendiri

dimaksudkan oleh komunikator (sopir) adalah karena angkutan umum yang dimilikinya

banyak diminati oleh anak-anak muda. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna

(47)

bukan diartikan dengan makna sebenarnya yaitu penjahat besar anak-anak muda, tetapi

diartikan secara etimologi (asal-usul kata).

Tulisan mafia onces memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang

ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan

itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

Kemudian perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa

adalah garang (21) tulisan garang yang artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah “galak; bengis; ganas; atau garang dapat juga diartikan untuk anak

laki-laki yang berwajah tampan”. Pernyataan tersebut dapat dikatakan dengan makna

semantis yaitu makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan

yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian maka, tulisan tersebut mengalami

perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa, karena tulisan garang

dapat diartikan berbeda-beda seperti yang telah ditulis di atas, tulisan garang itu sendiri

dimaksudkan oleh komunikator (sopir) adalah “gara-gara rantang”, karena pemilik

kendaraan tersebut mendapatkan angkutan umumnya hasil dari pemberian rantang oleh

rekan kerjanya. Pernyataan tersebut dapat dikatakan dengan makna pragmatis yaitu

makna yang sesuai dengan konteks tuturan. Jadi, tulisan garang bukan diartikan dengan

makna sebenarnya, tetapi diartikan secara etimologi (asal-usul kata).

Tulisan garang memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang ditafsirkan

bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama

(48)

4.2.6 Perubahan Makna Akibat Asosiasi

Selametmuljana (1964:2) menyatakan bahwa “asosiasi adalah hubungan antara

makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan

dengan makna yang baru, yaitu makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan

ke dalam pemakai bahasa”.

Penggunaan perubahan makna akibat asosiasi pada tulisan di kaca angkutan

umum, karena tulisan yang terdapat pada angkutan umum memiliki arti yang

berbeda-beda bagi para penerima pesan, sesuai dengan asosiasi (pemikiran yang ada di dalam

pikiran setiap orang).

Perubahan makna akibat asosiasi dalam tulisan di kaca angkutan umum adalah:

(4) Tunggal Putra

(9) Anorda Level

(10) 635

(18) Marbun Group

Pada tampilan di atas tulisan-tulisan tersebut yang merupakan perubahan makna

akibat asosiasi, makna asosiasi tunggal putrra (4), tulisan tunggal mempunyai arti

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “bukan jamak (bukan majemuk);

hanya satu; satu-satunya”, dan putra mempunyai arti dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah “anak laki-laki; untuk laki-laki; berputra; beranak”.

Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya.

Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan kondisi

objek penelitian maka, tulisan tunggal putra yang dimaksudkan sopir (komunikator)

(49)

berubah akibat asosiasi (gambaran yang ada di dalam pikiran setiap orang), sopir

(komunikator) memaknai tulisan tunggal putra yaitu anak laki-laki satu-satunya.

Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan

konteks. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator), tulisan

tunggal putra yang mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau

kronologis munculnya kata-kata tersebut.

Sehingga pemilihan kata tunggal putra pada tulisan di kaca angkutan umum

dikarenakan sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan.

Tulisan tunggal putra dimaksudkan oleh komunikator (sopir), karena sopir pemilik

angkutan umum tunggal putra merupakan anak satu-satunya dalam keluarga. Sehingga

angkutan umum tersebut diberi tulisan tunggal putra. Penafsiran makna tunggal putra

mungkin dapat berbeda-beda bagi para penerima pesan, sesuai asosiasi

(gambaran-gambaran yang ada dalam pikiran setiap orang tentang makna sesuatu).

Tulisan tunggal putra memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang

ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan

itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

Selanjutnya perubahan makna akibat asosiasi pada tulisan di kaca angkutan

umum adalah anorda level (9) tulisan anorda merupakan kata dari sebuah nama

perusahaan, dan level dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna

“lapisan; tingkatan; taraf; untuk menyatakan besaran sebuah sinyal yang digunakan

untuk tegangan”. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna

yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang memahami

(50)

merupakan makna yang berubah akibat asosiasi (gambaran yang ada di dalam pikiran

setiap orang), sopir (komunikator memaknai tulisan anorda level yaitu karena pemilik

dari angkutan umum tersebut bekerja disebuah perusahaan yaitu PT. Anorda, sebagai

meneger level marketing. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu

makna yang sesuai dengan konteks tuturan. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari

sopir (komunikator), tulisan anorda level mempunyai arti sesuai dengan etimologi

(asal-usul kata) atau kronologis dari kata-kata tersebut.

Sehingga pemilihan kata anorda level pada tulisan di kaca angkutan umum

dikarenakan sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan.

Tulisan anorda level dimaksudkan oleh sopir (komunikator) karena pemilik dari

angkutan umum tersebut bekerja di sebuah perusahaan PT. Anorda sebagai meneger

level marketing, sehingga angkutan umum tersebut diberi tulisan anorda level.

Tulisan anorda level memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang

ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan

itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

Kemudian perubahan makna asosiasi 635 (10), tulisan 635 merupakan lafal

singkatan huruf yang dapat dibaca kata yaitu enam ratus tiga puluh lima. Tulisan yang

terdiri dari ratusan, yaitu enam ratus, puluhan yaitu tiga puluh dan satuan yaitu lima.

Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya.

Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang memahami situasi dan kondisi

objek penelitian maka, tulisan 635 yang dimaksudkan oleh sopir (komunikator) tidak

sesuai dengan arti sebenarnya, karena tulisan 635 merupakan makna yang berubah

akibat asosiasi (gambaran-gambaran yang ada di dalam setiap pikiran orang), sopir

(51)

ketiga anak pemilik angkutan umum tersebut, dimana anak yang pertama lahir pada

bulan 6 (juni), anak ke dua lahir pada bulan 3 (maret), dan anak ketiga lahir pada bulan

5(mei). Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai

dengan konteks tuturan. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir

(komunikator), tulisan 635 mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal-usul kata)

atau kronologis munculnya kata-kata tersebut.

Sehingga pemilihan kata 635 pada tulisan di kaca angkutan umum dikarenakan

sopir (komunikator) ingin menyampaikan kepada pengguna jalan. Tulisan 635

dimaksudkan oleh komunikator (sopir) karena merupakan singkatan dari bulan

kelahiran ketiga anak pemilik angkutan umum tersebut. Sehingga angkutan umum

tersebut dibberi tulisan 635.

Tulisan 635 memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang ditafsirkan bagi

para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama tetapi

makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.

Sedangkan perubahan makna asosiasi yang terakhir dalam tulisan yang terdapat

pada kaca angkutan umum adalah Marbun Group (18), tulisan marbun group

merupakan nama pemilik angkutan umum KPUB dan group dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti “kelompok; golongan; rombongan”.

Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya.

Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang memahami situasi dan kondisi

objek penelitian maka, tulisan marbun group yang dimaksudkan oleh sopir

(komunikator)tidak sesuai dengan arti sebenarnya, karena tulisan marbun group

Referensi

Dokumen terkait

Guna menangani masalah tersebut dibuatlah sistem aplikasi E-Office yang bertujuan untuk mempermudah, mempercepat dan mengoptimalkan kinerja administrasi perkantoran

Lebih lanjut, pada Rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2015, BI rate diperkirakan masih akan dipertahankan di level 7,50% karena tingkat suku bunga

Setelah mendapatkan nilai dari notasi seluruhnya maka kita dapat menentukan besarnya Tahanan Totalnya, yaitu dengan rumusan sebagai berikut:. R T =

CR29 yang telah diterjemakan merupakan kuesioner yang valid dan reliabel untuk menilai kualitas hidup pasien kanker kolorektal di Indonesia.. Kata kunci: Kualitas

(Islamic Financial Services Board, 2017). 5) Untuk dapat bersaing secara global di perlukan evaluasi kinerja yang serius baik dari indikator keuangan maupun ketaatan

Pychyl, Coplan dan Reid (2002) menemukan bahwa prokrastinator mengaku mengalami masalah emosional, seperti cemas, takut gagal, rendahnya harga diri, frustasi, dan

Hasil yang diperoleh dari respon siswa kelompok kecil terhadap media pembelajaran lectora inspire 17 adalah sebesar 381 dengan persentase 88,9% yang termasuk kategori “sangat

Admin gagal melakukan login [X] Diterima [ ] Ditolak Klik Tombol Login Menampilkan pesan “ada kesalahan pada username dan password” dan admin tidak dapat masuk