MAKNA TULISAN YANG TERDAPAT
PADA KACA ANGKUTAN UMUM
SKRIPSI
Oleh
NURISA OKSILA
NIM 050701017
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang penulis perbuat ini tidak benar, maka penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang penulis peroleh.
Medan, September 2009
MAKNA TULISAN YANG TERDAPAT PADA KACA ANGKUTAN UMUM
ABSTRAK
PRAKATA
Bismillaahirrahmaanirrahim
Alhamdu lillahi rabbil ‘aalamiin puji syukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada ayahanda kusen dan ibunda tercinta genab yang telah memberikan dukungan
dan motivasi berupa moril maupun materil kepada penulis, keluarga besar tercinta
keponakan-keponakan, kakak dan abang (ipar) yang selalu memberikan semangat dan
dukungan serta doanya kepada penulis sehingga penulis dapat lebih kuat setiap saat.
Sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penulis juga banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara, PD I Bapak Drs. Aminullah, M.A., Ph.D., PD II Bapak Drs.
Samsul Tarigan, dan PD III Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum.
2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap. M. Hum., selaku Ketua Departemen dan Ibu Dra.
Mascahaya, M. Hum., selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas
Sastra Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I dan Drs.
Pribadi Bangun selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi
4. Ibu Dra. Salliyanti, M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat selama perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU
yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis menjalankan
perkuliahan.
6. Pegawai administrasi di Departemen Sastra Indonesia USU.
7. Komunitas Tanpa Nama (Fitri, Muze, Tika, Putri) yang akan selalu penulis
ingat pertemanan kita.
8. Semua teman-teman penulis di Departemen Sastra Indonesia stambuk 05, 06,
07 dan anak-anak kost sofyan 62 yang mendorong penulis untuk menghasilkan
yang terbaik dalam skripsi ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Medan, September 2009
Penulis
Nurisa Oksila
DAFTAR ISI
3.2.1 Populasi………. ... 20
3.2.2 Sampel……… ... 20
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……….. 22
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data………... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 26
4.1 Bentuk Tulisan yang Terdapat Pada Kaca Angkutan Umum………. 26
4.1.1 Pemakaian Huruf……… 26
4.1.1.1 Lafal Singkatan Dibaca Kata ... 26
4.1.1.2 Lafal Singkatan Angka Dibaca Kata ... 27
4.1.1.3 Lafal Singkatan Berupa Akronim ... 28
MAKNA TULISAN YANG TERDAPAT PADA KACA ANGKUTAN UMUM
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang
Kailani (2001:76) menyatakan bahwa “bahasa merupakan alat komunikasi yang
berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat, tanpa ada bahasa
berarti tidak ada masyarakat dan tidak ada pergaulan dan sifat-sifat masyarakat
terutama dapat dipelajari dari bahasanya, yang memang menyatakan sesuatu yang
hidup dalam masyarakat tersebut”.
Bahasa merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
bahasa maka manusia sulit untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi kita mengenal
komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan dan tulisan adalah komunikasi yang
paling banyak digunakan oleh manusia atau disebut juga dengan komunikasi verbal.
Artinya komunikasi lisan dan tulisan dapat mewakili sesuatu yang bermakna yang
berkaitan dengan aspek kehidupan manusia.
Keraf (dalam Sringenana,1992:1)menyatakan bahwa “perkembangan suatu
bahasa dapat terjadi berbagai peristiwa, peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui
dalam perkembangan suatu bahasa meliputi arti dan bentuk, hubungan antara bentuk
(signifier) sebagai penanda dengan yang memberi arti (signified) sebagai petanda
yang ada dalam konsep mental”.
Tulisan sebagai salah satu komponen bahasa mempunyai makna yang
adalah hasil menulis; barang apa yang ditulis; yang berupa karangan (dalam
majalah, surat kabar dan sebagainya atau yang berupa cerita, dongeng dan
sebagainya); atau gambaran; lukisan”.
Semua tulisan memiliki makna tertentu sesuai dengan arti atau maksud yang
dilambangkannya. Dengan kata lain, setiap kata pada semua bahasa mempunyai
referensi atau hubungan dengan benda atau hal yang dilambangkannya. Misalnya,
tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum itu semuanya memiliki makna
tersembunyi yang tidak kita pahami. Selain memiliki makna, tulisan yang terdapat
pada kaca angkutan umum juga memiliki pesan dari para sopir. Sopir sebagai
komunikator atau pemilik kendaraan menyampaikan pesan kepada publik untuk
menunjukkan adanya sistem komunikasi yang dapat menghasilkan respon, efek,
atau sebab akibat. Selain itu tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum
memiliki makna tersendiri, sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau kronologis
munculnya kata-kata itu. Sehingga kata-kata yang terdapat pada kaca angkutan
umum memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para pembaca karena
tidak selamanya tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum memiliki makna
serta maksud yang sama bagi para pembaca. Dalam http://rizkibeo.wordpress.com
dijelaskan bahwa,
Tanpa kita sadari banyak angkutan umum yang bertuliskan kata-kata,
misalnya; salsabila bizlani harahap, sheika sarah harahap, tiang aras, rahasia,
garang,dan lain sebagainya.Ternyata tulisan-tulisan seperti itu mempunyai
makna-makna tersembunyi yang berhubungan dengan kehidupan manusia, selain memiliki
makna tulisan-tulisan tersebut juga memiliki pesan untuk menunjukkan adanya
sistem komunikasi yang dapat menghasilkan respon, efek atau sebab akibat. Hal
seperti ini menurut Chaer (1995:2) mengingat bahwa,
“studi mengenai makna menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari studi linguistik lainnya, karena manusia mulai menyadari bahwa kegiatan berbahasa sesungguhnya adalah kegiatan mengekspresikan lambang-lambang bahasa tersebut untuk menyampaikan makna-makna yang ada pada lambang tersebut, kepada lawan bicaranya (dalam komunikasi lisan) atau pembacanya (dalam komunikasi tulis). Jadi, pengetahuan akan adanya hubungan antara lambang atau satuan bahasa dengan maknanya sangat diperlukan dalam komunikasi dengan bahasa itu”.
Pemberian tulisan pada kaca angkutan umum, sama halnya dengan
pemberian nama kepada manusia atau benda-benda lainnya, karena penamaan dan
penafsiran itu termasuk kedalam ilmu semantik. Chaer (2002:43) menjelaskan
bahwa “penamaan adalah dua buah proses pelambangan suatu konsep untuk
mengacu kepada sesuatu refren yang berada di luar bahasa, yang terdiri atas (1)
peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan
pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan
baru”. Samsuri (dalam Djajasudarma, 1993:5) menyatakan bahwa,
yang hadir dalam komunikasi sesuai dengan butir informasi yang diperoleh penanggap”.
Makna sebagai komponen bahasa memegang peranan yang sangat penting
karena bukan hanya menyangkut persoalan bahasa saja tetapi juga menyangkut
persoalan luar bahasa, seperti masalah agama, pandangan hidup, budaya, norma, dan
tata nilai yang berlaku dalam masyarakat. Makna termasuk juga objek semantik
dalam bidang linguistik, di mana semantik itu berkaitan dengan kajian semiotika
yang merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna. Sebagaimana bahasa
adalah salah satu cabang dari ilmu semiotika, dari sudut tujuan linguistik semiotika
termasuk ke dalam linguistik terapan yaitu penelitian atau kegiatan dalam bidang
bahasa yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis pada bidang
yang mempelajari makna yang mempunyai cakupan yang luas.
Menurut Grince dan Bolinger (dalam Sringenana, 1988:52) “makna adalah
hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh
pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa makna adalah arti atau maksud”.
Makna juga mempunyai ruang lingkup yang luas dan ditandai dengan
ciri-ciri sistem unsur internal kebahasaan yang melatari pemakai, penutur atau
penanggap (pragmatik), serta ciri-ciri unsur eksternal meliputi informasi dan ragam
tuturan yang disimpulkan. Pengertian yang bermacam-macam tentang makna dapat
disejajarkan yaitu; isi, firasat, arti, gagasan, pesan, informasi, maksud. Filosof dan
linguis Kempson (dalam Pateda, 2001:79) menyebutkan bahwa,
leksikal dan makna gramatikal, (2) makna refrensial dan non refrensial, (3) makna denotatif dan konotatif, (4) makna kata dan makna istilah, (5) makna konsep dan makna asosiatif, (6) makna idiomatikal dan peribahasa, (7) makna kias.
Makna dapat pula ditinjau dari pendekatan analitik atau refrensial, yakni
pendekatan yang mencari esensi makna dengan cara menguraikannya atas
unsur-unsur utama. Pendekatan tersebut berbeda dengan pendekatan operasional, yang
mempelajari kata dalam penggunaannya, menekankan bagaimana kata secara
operasional dibandingkan dengan makna gramatikal. Dalam pendekatan analitik
makna kata dapat dirinci, seperti pada kata gadis, secara analitik dapat diartikan
(bernyawa, manusia, dewasa, belum kawin, perempuan, dan berambut panjang).
Sedangkan secara operasional kata gadis dapat digunakan dalam kalimat.
(1) Gadis pujaannya telah lama pergi
(2) Si Ali mengidamkan gadis tetanggannya
Dari contoh di atas dapat dinyatakan bahwa pemahaman tentang makna kata
sangat penting. Misalnya, pemahaman makna kata pada tulisan yang terdapat pada
kaca angkutan umum, tulisan tersebut merupakan ungkapan hati dari komunikator
(sopir atau pemilik kendaraan) kepada masyarakat pembaca dan pendengar atau
masyarakat publik (pengguna jalan), maka setiap kata yang ada di dalam tulisan itu
memiliki makna tersendiri. Bila masyarakat ingin mengetahui makna dari tulisan
tersebut terlebih dahulu memahami materi yang ditulisnya sehingga masyarakat
tidak menganggap tulisan tersebut sebagai sesuatu yang mudah dibaca tetapi
merupakan sesuatu hal yang memiliki arti. Aminuddin (dalam Sobur, 2004:249)
menyatakan bahwa,
kata berdasarkan aspek bentuk, ciri semantis kata itu secara internal, maupun hubungan asosiatifnya dengan kata lain, baik dihadirkan dalam untaian teks ataupun tidak”.
Setiap tulisan itu tersusun dari kata-kata yang memiliki makna, pada
dasarnya makna-makna itu bersifat konvensional dan tidak membawa maknanya
sendiri secara langsung bagi pembaca atau pendengarnya.
Menurut Aristoteles “kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna.
Bahwa kata itu memiliki dua macam makna, yaitu (1) makna yang hadir dari kata
itu sendiri secara otonom, dan (2) makna yang hadir sebagai akibat terjadinya proses
gramatika”.
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi daya tarik penulis
untuk memilih judul makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah
tidak terlepas dari masalah yang telah ditentukan yaitu menjelaskan bentuk tulisan
dan mengungkapkan makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum. Selain
itu juga yang membuat peneliti tertarik memilih judul tersebut karena tulisan
tersebut memiliki makna tersembunyi yang tidak semua orang pahami. Tulisan
tersebut juga memiliki adanya sistem komunikasi yang ingin disampaikan oleh para
sopir kepada pengguna jalan yang nantinya akan menghasilkan respon efek atau
sebab akibat atau adanya hubungan antara bentuk (signifier) sebagai penanda
1.1.2 Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan bentuk tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum?
2. Mengungkapkan makna apa sajakah yang terdapat pada tulisan di kaca
angkutan umum?
1.2 Batasan Masalah
Suatu penelitian harus dibatasi agar penelitian terarah dan tujuan penelitian
tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan makna tulisan yang terdapat pada
kaca angkutan umum sebagai objek penelitian, dan yang menjadi batasan masalah
dalam penelitian ini hanya dari bentuk tulisan dan makna apa saja yang terdapat
pada tulisan di kaca angkutan umum.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, tujuan merupakan awal langkah yang
mendasar. Dengan adanya tujuan tersebut maka kita dapat mengetahui ke arah mana
tujuan penelitian tersebut. Tanpa tujuan penelitian tidak memperoleh hasil yang di
harapkan.
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menjelaskan bentuk tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoretis
Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian makna tulisan
yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam memahami bentuk dan
makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum.
2. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membicarakan tentang
makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum dengan cara yang lain.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum
secara praktis dapat digunakan sebagai pemikiran atau bahan bacaan dalam
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep
Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar
bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain. Jadi, konsep dari
penelitian ini adalah pemahaman tentang makna tulisan yang terdapat pada kaca
angkutan umum. Menurut Grince dan Bolinger (dalam Sringenana, 1993:3)
menyatakan bahwa “makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang
telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna adalah arti atau maksud”.
Sedangkan pemahaman yang lain mengenai tulisan, dimana pemahaman
tulisan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:918) “hasil menulis; barang
apa yang ditulis; yang berupa karangan (dalam majalah, surat kabar dan sebagainya
atau yang berupa cerita, dongeng dan sebagainya); atau gambaran; lukisan”. Tulisan
juga sebagai salah satu komponen bahasa yang mempunyai makna yang termasuk
ke dalam objek studi semantik yang tidak dapat dilepaskan dalam pembicaraan
linguistik. Selanjutnya pemahaman yang lain dari penelitian ini tentang angkutan
umum. Dala
Dari pemaparan pemahaman di atas tentang makna, tulisan dan angkutan
umum tersebut di atas. Jadi, secara keseluruhan pemahaman mengenai makna
tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah suatu bentuk komunikasi
dari para sopir untuk disampaikan kepada publik atau pengguna jalan, serta
mempunyai makna tersembunyi yang belum kita ketahui maknanya dari tulisan pada
kaca angkutan umum tersebut.
2.1.2 Landasan Teori 2.1.2.1Kaidah Ejaan
Tasai dan Arifin (2004:170) menyatakan bahwa “ejaan adalah keseluruhan
peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar
lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa, penulisan
huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca”.
Secara praktis ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di
dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi
praktis itu dapat dicapai bila semua ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah
diterapkan dengan baik. Kaidah ejaan tidak sama dengan kaidah bahasa, karena
dasar penyusunan kaidah ejaan haruslah memperoleh kesepakatan ahli bahasa dan
persetujuan dari masyarakat bahasanya atau suatu negara yang didasarkan pada
sifat-sifat khas bahasa tertentu sebelum kesepakatan itu diberlakukan terlebih dahulu
oleh pemerintah yang meresmikan pemakaian ejaan tersebut. Setelah resmi berlaku
para pengguna bahasa diharapkan menaati kaidah yang telah disepakati tersebut.
Selanjutnya ejaan juga bersifat normatif karena melibatkan pertimbangan
Menurut kaidah diserap menjadi pasif dan aktif. Jika pemakaian itu mengikuti
kaidah, penulisan itu dipandang benar. Tetapi jika ditulis dengan passive dan active,
penulisan itu tentu dipandang salah karena tidak menaati kaidah yang telah
disepakati.
2.1.2.2 Semantik
Semantik berasal dari bahasa Yunani semainein ‘yang bermakna’.
Slametmuljana (1964:1) menyatakan bahwa “semantik adalah penelitian makna
kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan”. Semantik termasuk juga
ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana asal mula adanya makna sesuatu
misalnya, sejarah kata, dalam arti bagaimana kata itu muncul dan bagaimana
perkembangannya, serta mengapa terjadi peubahan makna dalam sejarah bahasa.
Teori semantik merupakan teori yang digunakan dalam penelitian ini,
semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau
tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lainnya,
dan pengaruh terhadap mansusia dan masyarakat. Oleh karena itu semantik
mencakup makna-makna kata perkembangan dan perubahannya.
Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari
hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandai. Dengan kata
lain, semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau
arti dalam bahasa. Oleh karena itu, semantik diartikan sebagai ilmu tentang tanda
atau tentang arti, seperti yang dikemukakan oleh Chaer (1995:3) “semantik yaitu
dalam setiap bahasa sering kali ditemui adanya hubungan kemaknaan antara sebuah
kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi”.
Setiap kata yang kita ucapkan memiliki arti atau makna, dan makna kata
yang sama bisa berbeda-beda artinya, tergantung pada konteks ruang dan waktu.
Terdapat komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat.
Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dalam
manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan
makna dalam pikiran orang.
Seperti halnya tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum memiliki
makna tersendiri, makna-makna tersebut hanya memiliki satu makna dan
adakalanya memiliki makna yang lebih dari satu, dan ada pula yang mengalami
perubahan makna pada tulisan-tulisan tersebut, Chaer (2004:131) menyebutkan
bahwa perubahan makna antara lain:
(1) Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan
Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa
yang digunakan masyarakat tertentu belum tentu sama maknanya dengan makna
kata yang digunakan di lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya kata cetak, bagi
mereka yang bergerak dalam bidang persuratkabaran, kata cetak selalu
dihubungkan dengan kata tinta, huruf, kertas. Tetapi bagi tukang bata, kata cetak
biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat batu bata pada cetakannnya.
Sedangkan bagi petani, kata cetak biasanya dikaitkan dengan usaha membuka lahan
(2) Perubahan Makna Akibat Pertukaran Indera
Pertukaran makna akibat pertukaran indera, disebut dengan sinestesi (kata
Yunani: Sun = sama dan aesthetikos = tampak). Pertukaran indera yang dimaksud,
misalnya indera pendengaran dengan indera penglihatan. Misalnya, kata terang
seperti telah dikatakan di atas, berhubungan dengan indera penglihatan. Tetapi jika
orang berkata “suaranya terang” , maka hal itu berhubungan dengan pendengaran.
Maka kata terang adalah matahari cukup cahaya yang berubah menjadi lelas.
(3) Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Pemakai Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata gerombolan yang dahulu bermakna
orang yang berkelompok, orang yang berkerumun, misalnya berkerumun didekat
penjual obat. Maknanya bersifat baik, menjadi amelioratif. Dengan munculnya
pemberontak di Indonesia dan akhir-akhir ini berkembang istilah GPK (gerakan
pengacau keamanaan), makna kata gerombolan menjurus kepada hal yang tidak
menyenangkan, bahkan menakutkan karena dihubungkan dengan gerombolan
pengacau, gerombolan perampok, pencuri, dan penodong. Tanggapan pemakai
bahasa terhadap kata gerombolan berubah dari perasaan senang atau amelioratif
menjadi tidak senang atau peyoratif.
(4) Perubahan Makna Akibat Asosiasi
Selametnuljana (1964:2) mengatakan bahwa “yang dimaksud dengan
asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan tempat
tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru, yakni makna di
dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakai bahasa”.
kita bukan lagi amplop yang berfungsi sebagai sampul surat, tetapi amplop yang
berisi uang, uang pelancar, uang pelicin, uang sogok. Secara kasar kawan kita
berkata “berilah ia uang agar urusanmu segera selesai”.
(5) Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk
Akibat perubahan bentuk terjadi perubahan makna, misalnya kata
berlompatan bermakna banyak orang atau binatang yang melompat dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Orang berkata, “udang berlompatan dari perahu” ,
yang maknanya udang-udang yang berada di dalam perahu melompat ke dalam.
Makna kata berlompatan berbeda dengan makna kata berlompat-lompat. Kata
berlompat-lompat bermakna melaksanakan pekerjaan melompat secara
berulang-ulang, atau seseorang yang menyatakan bahwa kegiatan itu dilakukan karena
seseorang sedang bergembira.
2.1.2.3 Informasi
Chaer (1995:34) mengemukakan bahwa “informasi merupakan sesuatu
gejala di luar ujaran yang dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan
(utterance- external phenomenon )”. Misalnya pada kata ayah dan bapak memang
memberi infomasi yang sama yaitu orang tua laki-laki, tetapi maknanya tetap tidak
persis sama karena bentuknya berbeda. Dari kata tersebut kita dapat melihat dalam
bentuk kalimat ayah saya sakit, kata ayah dapat diganti dengan kata bapak sehingga
menjadi bapak saya sakit. Tetapi dalam kalimat bapak presiden yang terhormat,
2.1.2.4 Maksud
Chaer (1995:35) “maksud adalah dilihat dari segi si pengujar, atau orang
yang berbicara mengujarkan sesuatu ujaran yang berupa kalimat ataupun frase,
tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri”.
Kita dapat melihat contoh maksud berikut di terminal- terminal bis, banyak
pedagang asongan menawarkan barang dagangannya kepada para pengemudi atau
penumpang kendaraan dengan kalimat “ koran, koran?” atau “jeruk, pak?”. Dari
ujaran pedagang itu seperti bertanya, tetapi sebenarnya ujaran mereka itu
menawarkan.
2.1.2.5 Semiotika
Semiotika berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Menurut
Saussure (dalam Sobur 2004:64) “semiologi didasarkan pada anggapan bahwa
selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem perbedaan dan
konvensi yang memungkinkan makna itu”. Dimana ada tanda di sana ada sistem,
artinya sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang
ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier (bidang penanda atau
bentuk) dan aspek lainnya yang disebut signified (bidang petanda konsep atau
makna). Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama, penanda terletak pada
tingkatan ungkapan dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti
bunyi, huruf, kata, gambar, warna, obyek, dan sebagainya. Petanda terletak pada
tingkatan isi atau gagasan dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan,
hubungan antara kedua unsur tersebut melahirkan makna. Menurut Ferdinand de
bahasa sebagai tanda yang diindikasi oleh adanya hubungan yang erat yaitu
Qualisign, Sinsign, dan Legisign. Qualisign adalah penanda yang bertalian dengan
kualitas dan berdasarkan sifatnya, misalnya tulisan pada kaca angkutan umum yaitu bergambar donal bebek, karena gambar tersebut untuk menunjukkan bahwa sopir kendaraan tersebut sudah tua, sehingga angkutan umumnya tidak bisa melaju dengan cepat sesuai dengan donal bebek yang kita ketahui dalam gaya berjalannya tidak bisa cepat, sinsign adalah tanda yang berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Misalnya suatu jeritan yang dapat berarti heran, senang, atau kesakitan, artinya seseorang dapat dikenali dari caranya berjalan, caranya tertawa, nada suara dan caranya berdehem, legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode, misalnya warna merah yang mempunyai tanda bahaya dan larangan, seperti pada rambu lalu lintas, warna merah mengacu pada jalan berhenti, selain itu sifat merah yang panas dapat dipakai untuk menunjukkan gairah, semangat dan cinta, seperti pada bendera Indonesia yang memakai warna merah pada bagian atas bendera, yang berarti berani, sedangkan warna-warna lainnya yang memiliki arti yaitu warna putih yang menegaskan sesuatu yang terang, ringan dan netral, seperti pada bendera Indonesia yang memakai warna putih pada bagian bawah bendera yang berarti suci.
2.1.2.6 Pragmatik
Untuk mewujudkan gagasan, ide, pemikiran suatu tulisan diperlukan bahasa.
Bahasa yang digunakan sangat berperan penting untuk menyampaikan pesan yang
terdapat di dalam tulisan tersebut. Pesan yang terdapat dalam tulisan harus dapat
tersampaikan meskipun harus menggunakan bahasa yang sulit dimengerti
Pragmatik digunakan untuk melihat pesan atau makna yang ingin disampaikan
para sopir yang sebagai komunikator pada tulisannya tersebut. Leech (1983:322)
menyatakan bahwa “pragmatik merupakan studi yang membahas bahasa dan
hubungannya dengan konteks pemakainya dimana pragmatik menelaah makna dan
pesan sebuah kalimat menurut tafsiran pendengar sebagaimana yang dimaksudkan
oleh si pembicara”. Dengan tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum
tersebut merupakan pesan yang ingin disampaikan para sopir sebagai komunikator
2.2 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah hal- hal atau pengetahuan yang berhubungan dengan
penelitian itu sebagai bahan refrensi yang mendukung penelitian tersebut, atau
menjelaskan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkitan dengan topik yang
akan diteliti agar semakin jelas permasalahan penelitian yang akan dipecahkan.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, maka ada sejumlah sumber yang relevan
untuk menjadi bahan refrensi dalam penelitian ini, adapun sumber-sumber tersebut
adalah sebagai berikut:
Dahlia Sringenana (1999) dalam penelitian yang berjudul “Kajian Makna
Denotasi dan Konotasi Lagu-lagu Karya Katon Bagaskara” dalam penelitian ini
makna denotasi dan konotasi dibutuhkan untuk menjelaskan arti yang dimaksud
dalam sebuah kata tersebut sehingga dapat diketahui apa sebenarnya yang ingin
disampaikan oleh pencipta lagu kepada pembaca atau pendengar.
Kartinawati (2003) dalam penelitian yang berjudul “ Misteri Gambar-gambar di
Bak-bak Truk (analisis semiotika)” semiotika dibutuhkan karena dijadikan metoda
untuk memecahkan masalah yang ada, artinya apakah rumusan masalah tentang
problematik tersebut baik yang terjadi pada ranah pesan, saluran, partisipan
komunikasi, maupun efek, semiotika juga mampu mengungkapkan citra kehidupan
dan bentuk identitas para sopir, dari penelitian terdahulu juga menafsirkan persoalan
pesan-pesan yang digunakan untuk menganalisis subjek kajian yang berbasis
pragmatik (praktek komunikasi), maksudnya menganalisa tanda-tanda yang disertai
maksud (signal) yang secara sadar digunakan oleh komunikator kepada mereka yang
Ade Azwida (2007) dalam penelitian yang berjudul “Pemakaian Bahasa
Gaul pada Iklan Produk Komersial Televisi” pada intinya penelitian ini
menganalisis struktur pembentukan kata-kata dalam bahasa gaul yang terdapat pada
iklan komersial, dan menganalisis perubahan makna yang terjadi dalam bahasa gaul
menjadi bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa gaul dalam iklan produk komersial di
televisi merupakan fenomena masyarakat yang menyukai sesuatu yang baru, baik itu
dalam produk-produk yang ditawarkan maupun bahasa yang digunakan. Dampak
yang terjadi dari keadaan itu membuat pengiklan khususnya penulis naskah iklan
(copy writer) akan terus menggunakan bahasa yang unik dan menarik, meskipun
kata-kata tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Nona Yohana (2008) dalam penelitian yang berjudul “Variasi Bahasa Dalam
SMS pada Majalah Hai” dalam penelitan ini dibicarakan mengenai bentuk tampilan
dalam sms yang berupa bahasa slang terdiri dari bentuk tampilan fonem dibaca kata,
selanjutnya dibicarakan juga mengenai makna variasi dalam sms yang berupa
bahasa slang dilihat dari makna fonem, kemudian dibicarakan juga perubahan
makna dalam sms yaitu perubahan makna kata dari bahasa Indonesia menjadi
bahasa slang.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan para peneliti terdahulu, seperti
Dahlia Sringenana mengungkapkan makna denotasi dan konotasi, kemudian
Kartinawati membicarakan semiotika dalam gambar-gambar di bak-bak truk,
selanjutnya Ade Azwida membicarakan pemakain bahasa gaul, demikian pula Nona
Namun penelitian dengan kajian makna tulisan yang terdapat pada kaca
angkutan umum belum pernah dilakukan. Beberapa tinjauan pustaka di atas yang
dapat menjadi suatu acuan untuk memperkuat penelitian ini sendiri, sehingga
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di terminal Pinang Baris Medan, dan waktu penelitian
dilakukan pada bulan Maret 2009.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah seluruh objek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam
penelitian ini kaca angkutan yaitu angkutan umum roda empat yang melalui KPUB
(Koperasi Angkutan Umum Brandan dan Sekitarnya). Trayek Medan – Pangkalan
Brandan yang terdiri dari enam puluh lima angkutan umum KPUB (Koperasi
Angkutan Umum Brandan dan Sekitarnya).
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari unsur populasi yang dipandang dapat mewakili
keseluruhan populasi. Sudaryanto (1990:35) “sampel adalah sebagian tuturan yang
diambil atau dengan kata lain sampel sama dengan bentuk mini”. Kemudian
Sudaryanto (1990:35) juga menjelaskan bahwa,
Jadi, dari pernyataan di atas jumlah populasi yang ada terlalu besar maka
sampel yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah dua puluh satu,
yang dapat mewakili dari keseluruhan. Adapun dua puluh satu tulisan di angkutan
umum itu adalah:
1. Www. Marlumba. COM 21. Garang
2. Ito Hasian
3. Madona
4. Tunggal Putra
5. Cahaya Ilahi
6. Bismillahirrahmanirrahim
7. Mafia Onces
8. Anak Hasian
9. Anorda Level
10.635
11.M. Paluti
12.Tiang Aras
13.Rahasia
14.Salsabila Bizlani Harahap
15.Sheika Sarah Harahap
16.Sakilla Aftar Harahap
17.Darussalam
18.Marbun Group
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Nawawi (dalam Yohana, 2008:9) menyatakan bahwa “metode adalah cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian”. Untuk mencapai tujuan penelitian
ini digunakan metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Dalam hal ini,
Bogdan dan Taylor (dalam Sriana, 2003:11) mengatakan bahwa “prosedur kualitatif
menghasilkan penelitian yang mengungkapkan data kualitatif dengan pendekatan
yang diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh) atau memandangnya
sebagai satu kesatuan”.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan demikian sumber
data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari lokasi
1.Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung
ke objek penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengenali dan menemukan
beberapa data berkenaan dengan tradisi objektif yang ada di lokasi penelitian.
Bersamaan dengan observasi diadakan pencatatan dan pemotretan.
2.Wawancara
Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara
mendalam melalui informan yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dengan menggunakan metode simak.
Sudaryanto (1993:133) menyatakan bahwa “metode simak adalah metode yang
dipakai dengan menyimak penggunaan bahasa”. Sedangkan teknik dasar yang
digunakan dalam metode simak adalah teknik sadap. Teknik sadap adalah teknik
yang dipakai untuk mendapatkan data dengan menyadap pembicaraan seseorang
yang menjadi lawan bicara yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian,
dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara bersruktur dan langsung. Dalam
penyadapan peneliti sendiri sebagai instrumen yaitu mengembangkan informasi
yang diperoleh dan diperdalam sesuai dengan data yang dibutuhkan.
Teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap
semuka yang diikuti dengan teknik catat. Teknik catat dengan metode cakap
semuka adalah data yang diperoleh dengan percakapan langsung, tatap muka agar
memperoleh data selengkap-lengkapnya. Sedangkan teknik catat adalah teknik
Selanjutnya data sekunder yaitu data yang mengutip dari sumber lain. Data
sekunder diperoleh melalui sumber perpustakaan yang berupa buku cetak dan juga
memperoleh data melalui sumber internet yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Kemudian mencatat data-data yang terkait dengan permasalahan yang
diteliti.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Semua data telah terkumpul mulailah diadakan analisis terhadap data untuk
menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditentukan. Data yang telah
terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
dilakukan selama proses pengumpulan data, yaitu peneliti membaca, mempelajari
dan memeriksa data yang telah terkumpul tersebut. Dalam penelitian ini, terlebih
dahulu akan dibicarakan bentuk tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum,
kemudian penulis menjelaskan makna, informasi serta maksud dalam sebuah makna
tulisan tersebut sehingga dapat diketahui apa sebenarnya yang ingin disampaikan
sopir yang sebagai komunikator atau pemilik kendaraan kepada publik (pengguna
jalan). Selanjutnya data yang telah dianalisis disajikan berupa uraian kata-kata
secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah yang berupa skripsi.
Makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum merupakan informasi
tersembunyi dari para sopir yang ingin disampaikan kepada pengguna jalan. Tulisan
yang terdapat pada kaca angkutan umum itu salah satunya adalah “mafia cencen”.
Tulisan mafia cencen pada angkutan umum KPUB mengalami perubahan makna
akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa yaitu gejala yang terjadi pada sebuah
tersebut. Tulisan mafia cencen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
mafia adalah perkumpulan rahasia yang bergerak dibidang kejahatan (kriminal).
Sedangkan kata cencen tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi
dan kondisi objek penelitian maka, tulisan mafia cencen itu sendiri dimaksudkan
oleh komunikator (sopir) adalah karena angkutan umum yang dimilikinya digemari
anak-anak muda. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna
yang sesuai dengan konteks tuturan.
Tulisan mafia cencen mengalami perubahan makna akibat pertukaran
tanggapan pemakai bahasa, karena jika diartikan dalam bahasa gaul tulisan tersebut
dapat berubah makna, dimana dalam bahasa gaul tulisan mafia adalah “penjahat
gembong besar”, dan cencen dalam bahasa gaul bermakna “anak muda yang
usianya beranjak dewasa”.
Tulisan mafia cencen memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang
diartikan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang
dihasilkan itu sama, tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima
pesan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
MAKNA TULISAN YANG TERDAPAT PADA KACA ANGKUTAN UMUM
4.1 Bentuk Tulisan yang Terdapat pada Kaca Angkutan Umum
4.1.1 Pemakaian Huruf
4.1.1.1 Lafal Singkatan dibaca Kata
Defenisi singkatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil
menyingkat (memendekkan) berupa huruf atau gabungan huruf . Misalnya DPR, KKN,
Yth, hlm. Selain itu Sugihastuti (dalam Yohana, 2004:23) mengatakan bahwa
“singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik dilafalkan
huruf demi huruf maupun dilafalkan dengan mengikuti bentuk lengkapnya”. Singkatan
dalam tulisan pada angkutan umum sebagai berikut:
(1) WWW ‘World Wide Website’
(11) M ‘Muhammad’
Tampilan singkatan dibaca kata dalam angkutan umum banyak terlihat bahkan
singkatan tersebutlah yang menjadi tampilan dasar, dan tidak terdapatnya aturan untuk
singkat menyingkat kata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “kata adalah
unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan
WWW dan M merupakan bagian dari tulisan yang terdapat pada kaca angkutan
umum. WWW dan M adalah sebuah fonem yang berdiri sendiri tanpa diikuti oleh
fonem-fonem lain. Fonem W dan M merupakan tanda untuk menggantikan sebuah kata
yang terdapat dalam tulisan pada kaca angkutan umum tersebut. Fonem W (1)
merupakan kata World Wide Website dan M (11) merupakan kata Muhammad.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) W (we) adalah huruf ke-23
abjad Indonesia, WWW dapat dibaca huruf atau kata, dibaca huruf berarti we-we-we
dan dibaca kata berarti threeple dabelyuw. Sedangkan M (em) adalah huruf ke-13 abjad
indonesia.
4.1.1.2 Lafal Singkatan Angka Dibaca Kata
Pada dasarnya angka merupakan sebuah tanda untuk menggantikan kata, dan
tanda-tanda tersebutlah yang dibaca kata.
Adapun singkatan angka dibaca kata dalam tulisan yang terdapat pada kaca
angkutan umum adalah:
(10) 635 ‘ Enam Ratus Tiga Puluh Lima’
Tampilan angka dalam angkutan umum banyak terlihat bahkan angka
tersebutlah yang menjadi tampilan dasar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) “angka adalah tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan; nilai
635 (Enam Ratus Tiga Puluh Lima) merupakan bagian dari tulisan yang terdapat
pada kaca angkutan umum. 635 adalah sebuah angka yang tanpa diikuti unsur-unsur
lain. 635 merupakan tanda untuk menggantikan sebuah kata yang terdapat pada kaca
angkutan umum tersebut. Angka 6 (enam) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) merupakan bilangan dari hasil penjumlahan lima ditambah satu atau bilangan
sesudah angka lima dan sebelum angka enam, sedangkan angka 3 (tiga) dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan bilangan dari hasil penjumlahan dua
ditambah satu; kembar tiga: anak kembar tiga orang atau bilangan sesudah angka dua
dan sebelum angka empat, dan angka 5 (lima) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) merupakan bilangan dari hasil penjumlahan empat ditambah satu, atau bilangan
sesudah angka empat dan sebelum angka enam.
4.1.1.3 Lafal Singkatan Berupa Akronim
Apabila kita amati tampilan singkatan berupa akronim juga banyak terdapat
pada kaca angkutan umum. Menurut Sugihastuti (2000: 36) “Akronim adalah
kependekan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan
huruf awal dan suku kata yang ditulis dan dilafalkan sepertihalnya kata biasa”.
Tampilan singkatan berupa akronim dalam kaca angkutan umum sebagai berikut:
(21) Garang ‘ Gara-gara Rantang ‘
Singkatan berupa akronim seperti di atas adalah kata-kata biasa yang sering di
ucapkan tetapi memiliki makna tersendiri. Kata-kata biasa yang sering diucapkan
sebagian bentuknya, tetapi bunyi dari tampilan tersebut tidak berbeda dengan kata-kata
biasa.
Tampilan singkatan berupa akronim di atas khususnya pada kata garang
merupakan bagian dari tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum. Garang adalah
sebuah singkatan berupa akronim, dan merupakan tanda untuk menggantikan sebuah
kata yang terdapat dalam tulisan pada kaca angkutan umum tersebut.
Garang dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya “galak,
bengis, ganas, atau sebutan untuk laki-laki yang berwajah tampan”. Garang merupakan
tampilan singkatan yang berupa akronim, hal ini disebabkan karena tampilan singkatan
garang dibaca dalam bentuk akronim, atau garang dapat juga dibaca gara-gara rantang.
4.2 Makna Tulisan yang Terdapat pada Kaca Angkutan Umum
4.2.1 Makna Penyebutan Sifat Khas
Chaer (2002: 46) menyatakan bahwa “penyebutan sifat khas adalah penamaan
sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda it, Penyebutan sifat
khas terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu
mendesak kata bendanya, karena sifatnya yang amat menonjol, sehingga kata sifatnya
itulah yang menjadi nama bendanya”.
Penyebutan sifat khas dalam tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum
adalah:
(3) Madona
(11) M. Paluti
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti “perwujudan santa maria dalam seni
rupa (lukisan, patung dan sebagainya); sebagai ibu dengan kanak-kanak Yesus”.
Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya.
Selain itu tulisan Madona juga merupakan nama artis luar negri yang sangat terkenal.
Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang memahami situasi dan kondisi
objek penelitian maka, tulisan Madona yang dimaksudkan sopir (komunikator) adalah
nama adik dari pemilik kendaraan umum tersebut. Agar nama Madona sesuai dengan
makna aslinya atau angkutan umum tersebut diberi tulisan Madona seperti halnya artis
luar negri yang terkenal, pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu
makna yang sesuai dengan konteks. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir
(komunikator), tulisan Madona mempunyai arti sesuai dengan etimologi ( asal usul
kata) atau kronologis munculnya kata-kata tersebut, sehingga pemilihan kata Madona
pada tulisan di kaca angkutan umum dikarenakan sopir (komunikator) ingin
menyampaikan pesan kepada pengguna jalan. Tulisan Madona dimaksudkan oleh
komunikator (sopir) karena angkutan umum yang dimilikinya agar dapat terkenal
seperti artis luar negri, sehingga angkutan umum tersebut diberi tulisan Madona.
Tulisan Madona memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang ditafsirkan
bagi para penerima pesan, karena tidak semuanya informasi atau kata yang dihasilkan
itu sama, tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
Sedangkan penyebutan sifat khas M. Paluti (11), tulisan M. Paluti merupakan
lafal singkatan dibaca kata, dimana M adalah untuk penyebutan “Muhammad” yang
merupakan nabi ke-25 pada umat islam, nabi Muhammad mempunyai akhlak yang baik
dan soritauladan yang mulia sebagai panutan bagi umat islam. Sedangkan Paluti
semantis yaitu makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan
yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian maka, M. Paluti yang
dimaksudkan oleh komunikator (sopir) pada tulisan di kaca angkutan umum adalah
nama anak dari pemilik angkutan umum yang artinya “dewa kemerdekaan” agar dapat
mempunyai akhlak yang baik dan soritauladan yang mulia seperti nabi Muhammmad.
Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna sesuai dengan
konteks. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator) untuk
penyebutan nama angkutannya, tulisan M.Paluti mempunyai arti sesuai dengan
etimologi (asal-usul kata) atau kronologis munculnya kata-kata tersebut. Sehingga
pemilihan kata M.Paluti pada tulisan di kaca angkutan umum, dikarenakan sopir
(komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan. Tulisan M.Paluti
yang dimaksudkan oleh komunikator (sopir) karena angkutan umum yang dimilikinya
dapat menjadi dewa yang membawa berkah, sehingga angkutan umum tersebut diberi
tulisan M. Paluti.
Tulisan M. Paluti memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang
ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak semuanya informasi atau kata yang
dihasilkan itu sama, tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
4.2.2 Makna Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda
tersebut. Misalnya, kata magnit berasal dari nama tempat magnesia; kata kenari yaitu
nama sejenis burung yang berasal dari nama pulau Kenari di Afrika.
Seperti halnya tulisan di kaca angkutan umum yang menggunakan kata berasal
Tampilan di atas tersebut yang merupakan kata yang menggunakan tempat asal,
kata Darussalam (17) berasal dari kata Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang
biasa dikenal dengan kata kota serambi Mekah. Pernyataan tersebut dapat dikatakan
makna semantis yaitu makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari
informan yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian maka, penulusan kata
Darussalam pada angkutan umum tersebut sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) dan
kronologis munculnya kata-kata tersebut, sehingga pemilihan kata Darussalam pada
tulisan di kaca angkutan umum tersebut dikarenakan pemilik angkutan umum berasal
dari kota Nangroe Aceh Darussalam. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna
pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan konteks.
Tulisan Darussalam memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para
penerima pesan, karena tidak semuanya informasi atau kata yang dihasilkan itu sama,
tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
4.2.3 Makna Kias
Makna kias yang ditampilkan pada tulisan di kaca angkutan umum mempunyai
makna atau arti tertentu. Penggunaan istilah kiasan yang digunakan oleh sopir
(komunikator) kepada pengguna jalan sebagai komunikasi yang ingin disampaikan dari
arti yang sebenarnya, sehingga tidak semua pengguna jalan dapat memahami arti dari
Makna kias yang terdapat pada tulisan di kaca angkutan umum adalah:
(2) Ito Hasian
(5) Cahaya Ilahi
(8) Anak Hasian
Pada tampilan di atas tulisan-tulisan tersebut yang merupakan makna kias, makna
kias Ito Hasian (2), tulisan Ito merupakan kata dari bahasa batak yang artinya
“saudara” dan Hasian yang juga merupakan kata dari bahasa batak yang artinya
“sayang”. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang
sebenarnya. Jadi, kata tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator), tulisan Ito
Hasian yang mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau kronologis
munculnya kata-kata tersebut yaitu “adek sayang atau abang adek”. Tetapi setelah
didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian
maka, pemilihan kata Ito Hasian pada tulisan di kaca angkutan umum tersebut,
dikarenakan sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan,
tulisan Ito Hasian dimaksudkan oleh komunikator (sopir) adalah karena pemilik
angkutan umum tersebut memiliki jumlah saudara dua orang. Pernyataan tersebut dapat
dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan konteks. Jadi, istilah Ito
Hasian merupakan ungkapan hati si abang yang sangat menyayangi adik perempuan
satu-satunya.
Tulisan Ito Hasian tersebut memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para
penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama tetapi
makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, lampu)”, dan Ilahi mempunyai arti dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “sifat-sifat tuhan atau hal-hal yang
berhubungan dengan tuhan. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu
makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang
mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian maka, tulisan Cahaya Ilahi yang
dimaksudkan sopir (komunikator) tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
karena tulisan Cahaya Ilahi merupakan makna kias yang dimaksudkan oleh sopir
(komunikator) tersebut, yaitu memiliki arti “anugerah yang terindah dari tuhan”.
Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan
konteks. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator), kata-kata
Cahaya Ilahi yang mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau
kronologis munculnya kata-kata tersebut.
Sehingga pemilihan kata Cahaya Ilahi pada tulisan di kaca angkutan umum,
dikarenakan sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada publik (pengguna
jalan). Tulisan Cahaya Ilahi dimaksudkan oleh sopir (komunikator) karena dari
angkutan umum yang dimilikinya dapat menafkahi keluarganya, sehingga angkutan
umum tersebut diberi tulisan Cahaya Ilahi yang artinya “anugerah terindah dari tuhan”
Tulisan Cahaya Ilahi memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda bagi para
penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama tetapi
makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
Selanjutnya makna kias Anak Hasian (8) tulisan Anak mempunyai arti dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “turunan yang kedua; manusia yang
masih kecil”, dan Hasian merupakan kata dari bahasa batak yang artinya “sayang”.
Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan kondisi
objek penelitian maka, tulisan Anak Hasian yang dimaksudkan oleh sopir
(komunikator) yaitu memiliki arti “barang berharga”. Pernyataan tersebut dapat
dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan konteks. Jadi, tulisan
tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator), tulisan Anak Hasian memiliki arti
sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau kronologis munculnya kata-kata tersebut.
Sehingga pemilihan kata Anak Hasian pada tulisan di kaca angkutan umum dikarenakan
sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan. Tulisan Anak
Hasian dimaksudkan oleh komunikator (sopir) karena angkutan umum yang
dimilikinya merupakan barang berharga seperti layaknya seorang anak, sehingga
angkutan umum tersebut diberi tulisan Anak Hasian.
Tulisan Anak Hasian memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang
ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan
itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
4.2.4 Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan
Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna bahasa yang
digunakan pada lingkungan masyarakat tertentu, karena belum tentu sama maknanya
dengan makna kata yang digunakan dilingkungan masyarakat yang lain. Misalnya, kata
cetak bagi mereka yang bergerak dalam bidang persuratkabaran, kata cetak selalu
dihubungkan dengan kata tinta, huruf, kertas. Tetapi bagi pengrajin batu bata, kata
cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat batu bata pada cetakannya.
Seperti halnya perubahan makna akibat perubahan lingkungan yang terdapat pada
tulisan di kaca angkutan umum, adalah:
(20) Sang Idola
Tampilan di atas tulisan tersebut yang merupakan perubahan makna akibat
lingkungan, makna perubahan lingkungan sang idola(20), kata sang mempunyai arti
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “sebutan untuk orang yang
dimuliakan, dan sesuatu yang hidup dan berwujud”, dan idola dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti “orang, gambar, patung, dan sebagainya yang
menjadi pujaan”. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna
sebenarnya.
Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan
kondisi objek penelitian maka, tulisan sang idola dimaksudkan sopir (komunikator)
adalah seorang yang menjadi pujaan, dimana kata seorang itu berasal dari kata sang.
Jadi, tulisan sang idola mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal usul kata) atau
kronologis munculnya kata-kata tersebut, sehingga pemilihan kata sang idola pada
tulisan di kaca angkutan umum tersebut dikarenakan sopir (komunikator) ingin
menyampaikan pesan kepada pengguna jalan yaitu agar angkutan umum yang
dimilikinya menjadi terkenal dan banyak menghasilkan rupiah, sehingga angkutan
umum tersebut diberi tulisan sang idola. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna
pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan konteks.
Tulisan sang idola memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang ditafsirkan
bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama
4.2.5 Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Pemakai Bahasa
Tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum mempunyai makna atau arti
tertentu, yang ingin disampaikan oleh komunikator (sopir) dengan masyarakat
(pengguna jalan). Selain itu, makna atau arti dari tulisan yang terdapat di kaca angkutan
umum juga menimbulkan perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai
bahasa.
Perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa adalah gejala
yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya di kenal dan
digunakan dalam bidang tersebut.
Perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa dalam tulisan
yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah:
(1)
(7) Mafia Onces
(21) Garang
Pada tampilan di atas tulisan-tulisan tersebut yang mengalami perubahan makna
akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa, perubahan makn
(1) tulisan marlumba yang artinya berlomba, kata tersebut mengalami perubahan
makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa, karena komunikator (sopir) dari
angkutan umum tersebut berasal dari Samosir (tanah batak) yang mayoritas
masyarakatnya bersuku batak. Tulisan marlumba itu sendiri, dimaksudkan oleh
komunikator (sopir) adalah “kejar-kejaran”, dan kata marlumba itu dituliskan atau
dan com biasa digunakan untuk pencarian situs di internet, pernyataan tersebut dapat
dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan
tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian maka,
tulisan
bukanlah merupakan nama situs yang ada di internet, melainkan tulisan
tersebut yang dikemudikan oleh sopirnya dengan kecepatan tinggi dan mendahului
angkutan yang lainnya. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu
makna yang sesuai dengan konteks tuturan.
Tulisan www.marlumba.com memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda
yang ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang
dihasilkan itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
Selanjutnya perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa
mafia onces (7) tulisan mafia onces yang artinya “penjahat anak-anak muda”. Tulisan
tersebut mengalami perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa,
tulisan mafia dan onces itu sendiri diambil dari bahasa gaul. Di mana dalam bahasa
gaul, mafia diartikan sebagai gembong besar dan onces yang artinya anak muda yang
usianya beranjak dewasa. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu
makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang
mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian maka, tulisan mafia onces itu sendiri
dimaksudkan oleh komunikator (sopir) adalah karena angkutan umum yang dimilikinya
banyak diminati oleh anak-anak muda. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna
bukan diartikan dengan makna sebenarnya yaitu penjahat besar anak-anak muda, tetapi
diartikan secara etimologi (asal-usul kata).
Tulisan mafia onces memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang
ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan
itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
Kemudian perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa
adalah garang (21) tulisan garang yang artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah “galak; bengis; ganas; atau garang dapat juga diartikan untuk anak
laki-laki yang berwajah tampan”. Pernyataan tersebut dapat dikatakan dengan makna
semantis yaitu makna yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan
yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian maka, tulisan tersebut mengalami
perubahan makna akibat pertukaran tanggapan pemakai bahasa, karena tulisan garang
dapat diartikan berbeda-beda seperti yang telah ditulis di atas, tulisan garang itu sendiri
dimaksudkan oleh komunikator (sopir) adalah “gara-gara rantang”, karena pemilik
kendaraan tersebut mendapatkan angkutan umumnya hasil dari pemberian rantang oleh
rekan kerjanya. Pernyataan tersebut dapat dikatakan dengan makna pragmatis yaitu
makna yang sesuai dengan konteks tuturan. Jadi, tulisan garang bukan diartikan dengan
makna sebenarnya, tetapi diartikan secara etimologi (asal-usul kata).
Tulisan garang memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang ditafsirkan
bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama
4.2.6 Perubahan Makna Akibat Asosiasi
Selametmuljana (1964:2) menyatakan bahwa “asosiasi adalah hubungan antara
makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan
dengan makna yang baru, yaitu makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan
ke dalam pemakai bahasa”.
Penggunaan perubahan makna akibat asosiasi pada tulisan di kaca angkutan
umum, karena tulisan yang terdapat pada angkutan umum memiliki arti yang
berbeda-beda bagi para penerima pesan, sesuai dengan asosiasi (pemikiran yang ada di dalam
pikiran setiap orang).
Perubahan makna akibat asosiasi dalam tulisan di kaca angkutan umum adalah:
(4) Tunggal Putra
(9) Anorda Level
(10) 635
(18) Marbun Group
Pada tampilan di atas tulisan-tulisan tersebut yang merupakan perubahan makna
akibat asosiasi, makna asosiasi tunggal putrra (4), tulisan tunggal mempunyai arti
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “bukan jamak (bukan majemuk);
hanya satu; satu-satunya”, dan putra mempunyai arti dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah “anak laki-laki; untuk laki-laki; berputra; beranak”.
Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya.
Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang mengetahui situasi dan kondisi
objek penelitian maka, tulisan tunggal putra yang dimaksudkan sopir (komunikator)
berubah akibat asosiasi (gambaran yang ada di dalam pikiran setiap orang), sopir
(komunikator) memaknai tulisan tunggal putra yaitu anak laki-laki satu-satunya.
Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai dengan
konteks. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir (komunikator), tulisan
tunggal putra yang mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal-usul kata) atau
kronologis munculnya kata-kata tersebut.
Sehingga pemilihan kata tunggal putra pada tulisan di kaca angkutan umum
dikarenakan sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan.
Tulisan tunggal putra dimaksudkan oleh komunikator (sopir), karena sopir pemilik
angkutan umum tunggal putra merupakan anak satu-satunya dalam keluarga. Sehingga
angkutan umum tersebut diberi tulisan tunggal putra. Penafsiran makna tunggal putra
mungkin dapat berbeda-beda bagi para penerima pesan, sesuai asosiasi
(gambaran-gambaran yang ada dalam pikiran setiap orang tentang makna sesuatu).
Tulisan tunggal putra memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang
ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan
itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
Selanjutnya perubahan makna akibat asosiasi pada tulisan di kaca angkutan
umum adalah anorda level (9) tulisan anorda merupakan kata dari sebuah nama
perusahaan, dan level dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna
“lapisan; tingkatan; taraf; untuk menyatakan besaran sebuah sinyal yang digunakan
untuk tegangan”. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna
yang sebenarnya. Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang memahami
merupakan makna yang berubah akibat asosiasi (gambaran yang ada di dalam pikiran
setiap orang), sopir (komunikator memaknai tulisan anorda level yaitu karena pemilik
dari angkutan umum tersebut bekerja disebuah perusahaan yaitu PT. Anorda, sebagai
meneger level marketing. Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu
makna yang sesuai dengan konteks tuturan. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari
sopir (komunikator), tulisan anorda level mempunyai arti sesuai dengan etimologi
(asal-usul kata) atau kronologis dari kata-kata tersebut.
Sehingga pemilihan kata anorda level pada tulisan di kaca angkutan umum
dikarenakan sopir (komunikator) ingin menyampaikan pesan kepada pengguna jalan.
Tulisan anorda level dimaksudkan oleh sopir (komunikator) karena pemilik dari
angkutan umum tersebut bekerja di sebuah perusahaan PT. Anorda sebagai meneger
level marketing, sehingga angkutan umum tersebut diberi tulisan anorda level.
Tulisan anorda level memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang
ditafsirkan bagi para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan
itu sama tetapi makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
Kemudian perubahan makna asosiasi 635 (10), tulisan 635 merupakan lafal
singkatan huruf yang dapat dibaca kata yaitu enam ratus tiga puluh lima. Tulisan yang
terdiri dari ratusan, yaitu enam ratus, puluhan yaitu tiga puluh dan satuan yaitu lima.
Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya.
Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang memahami situasi dan kondisi
objek penelitian maka, tulisan 635 yang dimaksudkan oleh sopir (komunikator) tidak
sesuai dengan arti sebenarnya, karena tulisan 635 merupakan makna yang berubah
akibat asosiasi (gambaran-gambaran yang ada di dalam setiap pikiran orang), sopir
ketiga anak pemilik angkutan umum tersebut, dimana anak yang pertama lahir pada
bulan 6 (juni), anak ke dua lahir pada bulan 3 (maret), dan anak ketiga lahir pada bulan
5(mei). Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna pragmatis yaitu makna yang sesuai
dengan konteks tuturan. Jadi, tulisan tersebut merupakan simbol dari sopir
(komunikator), tulisan 635 mempunyai arti sesuai dengan etimologi (asal-usul kata)
atau kronologis munculnya kata-kata tersebut.
Sehingga pemilihan kata 635 pada tulisan di kaca angkutan umum dikarenakan
sopir (komunikator) ingin menyampaikan kepada pengguna jalan. Tulisan 635
dimaksudkan oleh komunikator (sopir) karena merupakan singkatan dari bulan
kelahiran ketiga anak pemilik angkutan umum tersebut. Sehingga angkutan umum
tersebut dibberi tulisan 635.
Tulisan 635 memiliki arti atau maksud yang berbeda-beda yang ditafsirkan bagi
para penerima pesan, karena tidak selamanya informasi yang dihasilkan itu sama tetapi
makna serta maksud dapat berubah bagi para penerima pesan.
Sedangkan perubahan makna asosiasi yang terakhir dalam tulisan yang terdapat
pada kaca angkutan umum adalah Marbun Group (18), tulisan marbun group
merupakan nama pemilik angkutan umum KPUB dan group dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti “kelompok; golongan; rombongan”.
Pernyataan tersebut dapat dikatakan makna semantis yaitu makna yang sebenarnya.
Tetapi setelah didapatkan tuturan dari informan yang memahami situasi dan kondisi
objek penelitian maka, tulisan marbun group yang dimaksudkan oleh sopir
(komunikator)tidak sesuai dengan arti sebenarnya, karena tulisan marbun group