• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengggunaan Celebrities Endorser Terhadap Brand Image (Study korelasional antara pengaruh penggunaan artis Sule, Sm*sh, dan Rianti Cartwright dalam iklan terhadap image kartu AS di kalangan mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2009-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengggunaan Celebrities Endorser Terhadap Brand Image (Study korelasional antara pengaruh penggunaan artis Sule, Sm*sh, dan Rianti Cartwright dalam iklan terhadap image kartu AS di kalangan mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2009-2010"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGGUNAAN CELEBRITIES ENDORSER TERHADAP

BRAND IMAGE

(Study korelasional antara pengaruh penggunaan artis Sule, Sm*sh, dan Rianti Cartwright dalam iklan terhadap image kartu AS di kalangan mahasiswa FISIP

USU jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2009-2010)

Diajukan oleh:

RAHMI SARI PURBA

090922043

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Penggunaan Celebrities Endorser (Sule, Sm*sh dan Rianti Catwright) terhadap Brand Image Kartu AS di Kalangan Mahasisw FISIP USU Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2009-2010. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh antara penggunaan celebrity endorser terhadap brand image kartu AS pada Mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu Komunikasi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: komunikasi pemasaran, periklanan, celebrity endorser dan brand image.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu Komunikasi Program Reguler dan Ekstensi angkatan 2009-2010. dimana jumlah populasi mahasiswa regular sebanyak 266 mahasiswa dan ekstensi sebanyak106 mahasiswa, jadi total populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 372 mahasiswa. Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Ari Kunto yaitu apabila jumlah populasi sedikit diambils semua sebagai sampel, dan apabila jumlah populasi banyak maka penarikan sampel dapat digunakan dengan cara mengambil sampel sebanyak 10-15% atau 20-25%. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari total populasi yaitu sebanyak 79 mahasiswa. Sementara teknik penarikan sampel dilakukan dengan dua tahap, yaitu dengan menggunakan Stratufied Proporsional Random Sampling, setelah total populasi dibagi kedalam beberapa strata kemudian dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan sistematikal random yaitu penarikan sampel dengan menggunakan interval atau kelipatan dari sampel pertama yang dipilih sampai didapat jumlah sampel yang sudah ditetapkan peneliti pada Stratified Proporsional Random Sampling.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Ada 2 (dua) variabel yang ditelii dalam penelitian ini yaitu Celebrity Endorser (X) dan Brand Image (Y). Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik dengan menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak SPSS 15.0 for Windows.

Adapun uji hipotesis menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho rank Orde Correlations) malaui program SPSS 15.0, diperoleh hasil rs=0,496 Dengan signifikansi 0,00. sesuai dengan skala Guilford,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Ynag Maha Esa, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Celebrities Endorser

(Sule, Sm*sh dan Rianti Cartwright Terhadap Brand Image Kartu AS dikalangan

Mahasiswa FISIP USU Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2009-2010”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna menyelesaikan program

sarjana social dengan jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosoal dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang terdalam penulis persembahkan kepada kedua

orang tua terkasih, ayahanda Amri Purba dan Ibunda Ngasali Sembiring untuk setiap

doa, kasih sayang, nasehat, didikan dukungan moral dan materil dan segala sesuatu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga peneliti

persembahkan kepada keluarga besar penulis tercinta, kakak, abang, kakak ipar dan

abang ipar semua atas doa, semangat dukungan moral materil yang setia

membimbing, memberi nasehat, menjadi inspirasi serta teladan bagi peneliti untuk

menjadi yang lebih baik dalam segala hal.

Peneliti menyadarai dalam penullisan skripsi ini, banyak pihak yang telah

memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun

tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu,

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MSi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua departemen Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Yovita Sabarina. S.Sos, MSi selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

menyediakan waktu untuk membagi pengetahuan, pandangan, masukan serta

bimbingan bagi penulis selama mengerjakan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar / dosen-dosen di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

pendidikan pelajaran dan bimbingan kepada penulis dari semester awal hingga

menamatkan perkuliahan.

5. Seluruh staf administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Teman-teman di jurusan Ilmu Komunikasi Ekstensi 2009 kelas A dan B, Terlebih

buat Putri, K’Erma, bg Hardman, bg July, dan lainya yang tidak dapat disebutkan

satu persatu. Terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan persahabatan yang

indah.

7. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya pada semua pihak

yang secara langsung atau tidak langsung membantu peneliti menyelesaikan

skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karena

(5)

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2011

Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

I.3. Pembatasan Masalah... 10

I.4. Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian... 11

1.4.1. Tujuan penelitian... 12

1.4.2. manfaat penelitian... 12

I.5. Kerangka Teori... 12

1.5.1 Komunikasi Pemasaran... 12

1.5.2. Periklanan... 13

1.5.3. Celebrity Endorser... 15

1.5.3. Brand Image... 15

I.6. Kerangka Konsep... 17

I.7. Model teoritis... 18

I.8. Operasional Variabel... 18

I.9. Defenisi Variabel Operasional... 20

I.10. Hipotesis... 22

BAB 11: URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi Pemasaran... 25

II.1.1. pengertian komunikasi pemasaran... 25

II.2. Periklanan... 28

II.2.1. Defenisi iklan... 28

II.2.2. Fungsi Iklan... 29

II.2.3. Tujuan Iklan... 31

II.3. Celebrity Endorser... 34

II.3.1. Pengertian celebrity Endorser... 34

II.3.2. Peran Celebrity... 36

II.3.3. Kriteria Celebrity... 37

II.4. Brand Image... 39

II.4.1. Pengertian Brand... 39

II.4.2. Pengertian Image... 41

(7)

BAB 111: METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian... 49

III.2. Lokasi Penelitian... 49

III.3. Populasi dan sampel... 49

III.3.1. Populasi... 49

III.3.2. Sampel... 50

III.3.3 Teknik Penarikan Sampel... 51

III.3.4. Teknik Pengumpulan Data... 53

III.3.5. Teknik Analisis Data... 54

III.4. Deskripsi Lokasi Penelitian... 57

III.4.1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosoal dan Ilmu Politik... 58

III.4.2. Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Ilmu Soasial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara... 59

III.5. Sejarah Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara... 64

III.5.1. Visi, Misi dan Tujuan Ilmu Komunikasi ... 65

III.6. Gambaran Umum telkomsel... 67

III.7. Gambaran Kartu AS... 71

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data... 74

IV.1.1. Tahap Awal... 74

IV.1.2. Pengumpulan Data... 74

IV.2 Teknik Pengolahan Data... 75

IV.3. Analisis Tabel Tunggal... 76

IV.3.1. Karakteristik Responden... 76

IV.3.2. Deskripsi Jawaban responden pada Variabel Celebrity Endorser Kartu AS... 78

(8)

DAFTAR TABEL

Bab I: Tabel 1 Operasional Tabel ……….………19

Bab III: Tabel 2 Jumlah Populasi………. 50

Bab IV: Tabel 3 Stratified Proporsional Random Sampling……… ………52

: Tabel 4 Jenis Kelamin responden………...………. 76

: Tabel 5 Usia responden……….. 77

: Tabel 6 Pengeluaran perbulan responden………... 78

: Tabel 7 Sosok selebriti yang menyenangkan………. 79

: Tabel 8 Penyampaian pesan iklan………. 80

: Tabel 9 Penampilan selebriti……….……….. 81

: tabel 10 Selebriti yang terkenal………. 82

: Tabel 11 Sesuai dengan target market……… 83

: Tabel 12 Layak menjadi bintang iklan……… 84

: Tabel 13 Memiliki keahlian sebagai endorser………..……. 85

: Tabel 14 Selebriti dapat dipercaya……….…… 86

: Tabel 15 Layak menjadi endorser……….……. 87

: Tabel 16 Dapat menciptakan kesan yang menyenangkan………….…… 88

: Tabel 17 Model iklan menarik………. 89

: Tabel 18 Iklan sangat ekslusif……….… 90

: Tabel 19 Iklan sangat unik………. 91

: Tabel 20 Dapat membentuk image kartu AS………. 92

: Tabel 21 Iinformasi tarif sangat jelas……….…… 93

: Tabel 22 Kartu AS sangat hemat……….……… 94

: Tabel 23 Tampilan produk menarik……..………...…… 95

: Tabel 24 Sesuai target market………..……… 96

: Tabel 25 Informasi jelas………...………..… 97

: Tabel 26 Kartu AS hemat………...………..…….. 98

: Tabel 27 Jaringan kuat dan tariff murah……….… 99

: Tabel 28 Kartu AS sangat berkualitas…….……….………..100

: Tabel 29 Slogan sesuai………..…...…..101

: Tabel 30 Hubungan penggunaan celebrity endorser dan target market…103 : Tabel 31 Hubungan celebrity endorser dan slogan kartu AS………...…105

: Tabel 32 Hubungan image dan kualitas kartu AS…………,,….……..….107

(9)

DAFTAR GAMBAR

Bab I : Gambar I Model Teoritis ... ... 18

Bab III : Gambar 2 Logo Telkomsel... 69

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Penggunaan Celebrities Endorser (Sule, Sm*sh dan Rianti Catwright) terhadap Brand Image Kartu AS di Kalangan Mahasisw FISIP USU Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2009-2010. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh antara penggunaan celebrity endorser terhadap brand image kartu AS pada Mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu Komunikasi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: komunikasi pemasaran, periklanan, celebrity endorser dan brand image.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu Komunikasi Program Reguler dan Ekstensi angkatan 2009-2010. dimana jumlah populasi mahasiswa regular sebanyak 266 mahasiswa dan ekstensi sebanyak106 mahasiswa, jadi total populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 372 mahasiswa. Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Ari Kunto yaitu apabila jumlah populasi sedikit diambils semua sebagai sampel, dan apabila jumlah populasi banyak maka penarikan sampel dapat digunakan dengan cara mengambil sampel sebanyak 10-15% atau 20-25%. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari total populasi yaitu sebanyak 79 mahasiswa. Sementara teknik penarikan sampel dilakukan dengan dua tahap, yaitu dengan menggunakan Stratufied Proporsional Random Sampling, setelah total populasi dibagi kedalam beberapa strata kemudian dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan sistematikal random yaitu penarikan sampel dengan menggunakan interval atau kelipatan dari sampel pertama yang dipilih sampai didapat jumlah sampel yang sudah ditetapkan peneliti pada Stratified Proporsional Random Sampling.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Ada 2 (dua) variabel yang ditelii dalam penelitian ini yaitu Celebrity Endorser (X) dan Brand Image (Y). Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik dengan menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak SPSS 15.0 for Windows.

Adapun uji hipotesis menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho rank Orde Correlations) malaui program SPSS 15.0, diperoleh hasil rs=0,496 Dengan signifikansi 0,00. sesuai dengan skala Guilford,

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin membaik, mendorong

timbulnya laju persaingan dunia usaha. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin

kreatif dan inovatif dalam menjalankan kegiatan usahanya. Berbagai upaya dilakukan

oleh perusahaan untuk meningkatkan penjualan perusahaan dan memuaskan

kebutuhan pelanggannya. Di dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat ini,

perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dalam menetapkan strategi yang tepat bagi

perusahaan sehingga dapat menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi

konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka (forum.detik.com).

Dewasa ini, konsumen semakin selektif dalam pemilihan produk untuk

digunakan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus informasi yang sangat cepat

dan ditunjang dengan keberadaan teknologi sehingga konsumen dapat menyerap

informasi serta pengetahuan tentang keberadaan suatu produk dengan cepat. Oleh

karena itu, perusahaan harus dapat mengkomunikasikan produknya secara tepat

kepada konsumen, sehingga konsumen akan memberikan tanggapan positif terhadap

produk. Strategi yang dilakukan perusahaan untuk memberikan informasi kepada

konsumen adalah dengan melalui media periklanan. Periklanan dapat diklasifikasikan

(12)

1993:362). Iklan merupakan salah satu alat promosi yang digunakan sebagai alat

untuk pengantar pesan yang bertujuan untuk membentuk dan merubah perilaku

konsumen. Media atau saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam

bentuk iklan ini diantaranya adalah televisi, radio, majalah dan surat kabar.

Pemasangan iklan di media televisi hingga saat ini masih dianggap cara yang paling

efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya

masih brand minded. Brand minded maksudnya merek yang pernah muncul di iklan

televisi lebih digemari oleh masyarakat daripada yang tidak diiklankan di televisi.

(http://communication.uii.ac.id).

Keunggulan-keunggulan media televisi diantaranya adalah sebagai berikut: (1) bersifat audio, visual, dan motion, (2) formatnya sangat fleksibel, (3) jangkauannya luas, (4) prestitusi, (4) sangat menarik perhatian, (5) menimbulkan dampak yang kuat, dan (6) kemampuannya sangat kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak (Fandy Tjiptono :244).

Sedangkan menurut (Frank Jefkins, 1997:110) menyatakan bahwa

kelebihan-kelebihan iklan televisi adalah:

1. Kesan Realistik.

Karena sifatnya visual, dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan

gerakan, maka iklan-iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata. Kelebihan ini

tidak dimiliki oleh media lain, kecuali iklan bioskop yang pamornya sekarang

jauh menurun (kedudukannya sebagai media iklan juga telah merosot sejak

adanya televisi). Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat menunjukkan dan

memamerkan kelebihan atau keunggulan produknya secara jelas sehingga para

(13)

konsumen terhadap apa yang diiklankan selalu timbul tenggelam, namun iklan

visual akan menancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga para konsumen,

begitu melihat produknya, akan segera teringat iklannya di televisi. Pengaruh ini

dapat diperkuat lagi, jika pembuatan iklan dilakukan dengan teknologi grafis

komputer.

2. Repetisi/pengulangan

Iklan televisi dapat ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai

dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk

menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu

bangkit. Dewasa ini, para pembuat iklan televisi tidak lagi berpanjang-panjang

mereka justru membuat iklan televisi yang singkat namun semenarik mungkin,

agar ketika ditayangkan berulang-ulang, para pemirsa tidak segera menjadi bosan.

3. Masyarakat Lebih Tanggap

Karena iklan di televisi disiarkan dirumah dalam suasana yang serba santai atau

rekreatif, maka masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian (dibandingkan

dengan iklan poster yang dipasang di tengah jalan, masyarakat yang sibuk dengan

segala aktifitasnya, menuju suatu tempat atau akan bergegas ke kantor tentunya

tidak akan sempat memperhatikannya). Perhatian terhadap iklan televisi akan

semakin besar, jika materinya dibuat dengan standar teknis tinggi, dan

menggunakan tokoh-tokoh ternama sebagai pemerannya (seorang aktor atau artis

(14)

iklan-iklan di televisi terbilang sangat tinggi, mengingat pihak pembuatnya para

profesional yang juga mampu mengahasilkan film-film bioskop yang terbaik.

Salah satu sutradara yang sukses menghasilkan film-film yang berkualitas yaitu

Nurkurniati Aisyah Dewi atau lebih dikenal sebagai Nia Dinata. Sebelum

bergabung dengan Kalyana Shira Film, Nia pernah magang di acara “Seputar

Indonesia” di RCTI, kemudian membuat iklan dan program TV.

Dan penghargaan yang pernah diterimanya yaitu 1. Film Arisan (2004) mendapat

penghargaan Festival Film Cinema Asia di Amsterdam. 2. .Film Janji Joni

mendapat penghargaan Film Indonesia MTV (2005). Dan iklan yang disutradarai

oleh Nia Dinata yaitu iklan yang bertema Pertamina. Mungkin Pertamina dipilih

karena juga mendukung BNN (Badan Narkotika Nasional), Iklan Pertamina yang

menggunakan model dan lagu Fariz RM bertema Your Smile. Iklan ini mengajak

semua orang untuk murah senyum (selebriti.kapanlagi.com).

4. Adanya pemilihan arena siaran dan jaringan kerja yang mengefektifkan jangkauan

masyarakat. Seorang pengiklan dapat menggunakan satu atau kombinasi banyak

stasiun televisi sekaligus untuk membuat iklannya, bahkan ia bisa saja membuat

jaringan kerja dengan semua stasiun televisi, sehingga iklannya akan ditayangkan

oleh semua stasiun televisi secara serentak.

5. Ideal bagi para pedagang eceran

Iklan televisi dapat menjangkau kalangan pedagang eceran sebaiknya ia

menjangkau konsumen. Selain karena pedagang eceran suka menonton televisi

(15)

membantu usaha mereka, bahkan seolah-olah iklan itu ditujukan semata-mata

kepada mereka. Iklan televisi merupakan sesuatu yang membuat dagangan

mereka laku. Pedagang eceran tahu jika sesuatu diiklankan di televisi, maka

permintaan konsumen atas barang yang telah diiklankan itu akan meningkat

sehigga stok dagang mereka akan jauh lebih mudah terjual. Perwakilan dagang

dari suatu perusahaan kadang-kadang sulit untuk menjual atau menitipkan

produk-produknya kepada pedagang eceran, jika mereka tidak dapat memberi

jaminan bahwa produk itu akan diiklankan di televisi. Periklanan di televisi itu

bahkan akan menjadi keharusan jika produsen berhubungan dengan perusahaan

super market yang mempunyai ratusan toko. Peredaran barang harus serata cepat,

dan tidak ada yang lebih mampu mempercepat peredaran barang dagang itu selain

iklan televisi.

6. Terkait erat dengan media lain

Tayangan iklan televisi mungkin saja terlupakan begitu cepat, tetapi kelemahan

ini dapat diatasi dengan wahana iklan lain. Sebagai contoh iklan Pons White

Beauty yang di bintangi oleh Afgan, iklan tersebut tidak hanya disiarkan di

televisi tetapi juga di radio. Hal tersebut dapat membuat iklan suatu produk lebih

lama diingat oleh konsumen karena disiarkan di beberapa media sekaligus.

Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam menyampaikan iklan agar

dapat menarik perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap merek.

Salah satu cara kreatif dalam mempromosikan suatu produk berupa iklan adalah

(16)

pendukung (celebrity endorser) harus melalui beberapa pertimbangan, diantaranya

adalah tingkat popularitas selebriti dengan permasalahan apakah selebriti yang dipilih

dapat mewakili karakter produk yang sedang diiklankan (Royan, 2004).

Selebriti harus mampu memberikan informasi tentang merek dan atribut

produk yang menyenangkan, meyakinkan dan menarik perhatian masyarakat umum.

Memanfaatkan selebriti sebagai endorser dirasa memang lebih mudah mempengaruhi

psikologi konsumsi konsumen. Penggunaan selebriti dalam suatu iklan melibatkan

daya tarik dan kredibilitas yang merupakan keunikan tersendiri (Sebayang dan

Siahaan 2008:118).

Daya tarik merupakan dimensi dalam celebrity endorser, yaitu kredibilitas

dan keahlian. Yang dimaksud dengan daya tarik yaitu sejumlah elemen yang terdapat

dalam diri selebriti yang meliputi sejumlah karakteristik yang dapat dilihat khalayak

seperti fisik, kecerdasan, sifat kepribadian dan gaya hidup. Sedangkan kredibilitas

yaitu suatu keterampilan dan nilai kepercayaan dalam meyakinkan orang lain

mengenai produk yang dipromosikan. Variabel celebrity endorser tediri dari faktor

daya tarik (attractiveness), kredibilitas (credibility), dan keahlian (expertise) yang

akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Sebayang dan

Siahaan 2008).

Bintang televisi, aktor film, dan atlit terkenal banyak digunakan dalam iklan

majalah maupun TV komersial untuk mendukung suatu produk. Bintang iklan

(celebrity endorser) berperan sebagai orang yang berbicara tentang produk, yang

(17)

yang didukungnya (Shimp,2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penjualan

produk meningkat akibat penggunaan selebritas sebagai model iklan ( celebrity

endorser). Sikap dan persepsi konsumen bertambah ketika selebritas mendukung

produk tersebut (Shimp,2003). Banyak celebrity yang dijadikan endorser dalam

sebuah iklan baik sebagai celebrity endorser maupun sebagai brand ambasador.

Diantaranya beberapa celebrity yang pernah dijadikan sebagai brand ambasador

yaitu Anggun sebagai brand ambasador dalam iklan Clear shampo, Marissa Nasution

sebagai brand ambasador dalam iklan ice cream Magnum dan masih banyak selebriti

lainnya yang dijadikan brand ambasador dalam sebuah iklan.

Strategi periklanan melalui celebrity endorser dilakukan juga oleh produsen

produk kartu seluler kartu AS. Kartu AS merupakan produk yang dikeluaran oleh PT.

Telkomsel, kartu AS merupakan kartu seluler prabayar yang ditujukan untuk segmen

menengah ke bawah, terutama kalangan remaja. Dan kartu ini juga menawarkan

fasilitas yang tidak berbeda jauh dengan produk kartu seluler lainnya (lebihcepat,

2009).

Pemilihan Sule, Smash dan Rianti Cartwright sebagai endorser kartu AS

diharapkan dapat lebih menarik perhatian konsumen dari pada pemakaian selebriti

sebelumnya. Pemilihan bintang iklan yang tepat dapat mempengaruhi tumbuhnya

market share, diharapkan personality sang bintang akan melekat pada merek dan

diharapkan sang bintang yang menjadi endorser yang handal sehingga dapat menarik

(18)

Produsen kartu AS memilih Sule sebagai salah satu celebrity endorser pada

produk kartu AS ini adalah karena adanya persaingan antara provider kartu AS dan

XL, dimana sebelumnya Sule merupakan celebrity endorser yang dipakai pada iklan

kartu XL. Singel terbaru Sm*sh yang berjudul ” I Heart You” banyak memunculkan

kontroversi, namun hal tersebut tidak membuat para anggota boyband Sm*sh

Indonesia mundur. Mereka tetap terus melaju mengarungi industri musik di tanah air

(iklan kartu AS.com).

Kesuksesan atas kontroversi itu, membuat boyband Sm*sh semakin dikenal

publik, dan hal tersebut membuat mereka dilirik oleh salah satu provider

telekomunikasi terbesar di Indonesia, yaitu Telkomsel. Sm*sh menjadi bintang iklan

salah satu produk dari Telkomsel, yaitu Kartu AS bersama Sule dan Rianti

Cartwright. Sedangkan Rianti merupakan selebriti yang sudah memiliki nama dan

sudah dikenal oleh banyak masayarakat, dan pada umumnya kebanyakan masyarakat

akan meniru semua hal yang dilakukan oleh sosok yang di idolakannya,

(www.phonecompi.co.cc//2011/10/kartu-as-termurah-dan-berkualitas).

Dipilihnya Sule, Sm*sh, dan Rianti Cartwright sebagai celebrity endorser

diduga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan kartu AS. Karena mereka

merupakan icon yang tengah populer pada saat ini, terlebih kepada Sm*sh yang

merupakan bintang baru yang sangat populer dikalangan remaja, dan seperti yang kita

ketahui sebelumnya pengguna Kartu AS lebih dikhususkan kepada kalangan remaja

(19)

Mahasiswa adalah salah satu pasar potensial dalam memasarkan produk kartu

AS, dimana Kartu AS pada saat sekarang ini memberikan promo besar-besaran yang

sangat dibutuhkan oleh kalangan remaja, baik mahasiswa pada umumnya. Dan salah

satu hal yang membuat kartu AS berbeda dengan kartu seluler lainnya adalah masa

berlakunya forever atau never dies (www.telkomsel.com).

Peneliti memilih kartu seluler AS karena kartu AS selalu memilih celebrity

endorser yang sedang populer sebagai bintang iklan untuk mempromosikan iklan

kartu AS tersebut. Sebagai contoh pada iklan sebelumnya, produsen kartu AS

memilih Sule yag sebelumnya dikenal sebagai seorang pelawak, dan kemudian

dikenal luas oleh masyarakat dengan kata ”prikitiew” yang menjadi ciri khasnya. Hal

tersebut tidak berbeda jauh dengan Rianti yang menggunakan kata ”i like it” sebagai

ciri khasnya. Selanjutnya pemilihan Kelantink sebagai celebrity endorser dikarenakan

Kelantink merupakan pemenang dalam ajang Indonesia Mencari Bakat (IMB) yang

dilaksanakan di salah satu televisi swasta. Dan dalam perlombaan tersebut Kelantink

dikenal luas oleh masyarakat dan memiliki banyak penggemar.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Sejauhmana

penggunaan celebrities endorser(Sule, Sm*sh dan Rianti Cartwright) berhubungan

dengan brand image kartu AS, dikalangan mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu

(20)

I.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah sebagai upaya membatasi penelitian agar lebih terarah

dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah ditentukan (Hariwijaya dan

Basri. 2005:59). Berdasarkan latar belakang dan pengertian di atas, maka perumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana hubungan antara karakteristik celebrities endorser (Sm*sh, Sule,

dan Rianti) berhubungan dengan image produk kartu AS?

2. Sejauhmana hubungan antara penggunaan celebrity endorser berhubungan

dengan brand image Kartu AS?

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah disebut juga ruang lingkup masalah yang akan diteliti.

Sebagai upaya membatasi masalah penelitian agar tidak terlalu luas dan

membingungkan. Pembatasan masalah berusaha menentukan fokus utama penelitian

yang dilakukan dan tujuan penelitian, dilanjutkan dengan penyusunan hipotesa jika

dimungkinkan (Hariwijaya dan Basri,2005:31)

Dan yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian terbatas pada hubungan antara penggunaan celebrity endorser

dan pembentukan brand image pada produk kartu AS.

2. Penelitian terbatas pada mahasiswa FISIP jurusan Ilmu Komunikasi angkatan

(21)

3. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 dengan lama penelitian

disesuaikan dengan kebutuhan.

1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara karakteristik celebrities

endorser (Sule, Sm*sh dan Rianti) berhubungan dengan image produk kartu

AS?

2. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara penggunaan celebrity

endorser berhubungan dengan brand image Kartu AS?.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan

memperkaya bacaan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di

lingkungan Universitas Sumatera Utara.

2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima penulis selama menjadi

mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah wawasan peneliti

(22)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkakan dapat menjadi masukan bagi pihak

yang membutuhkan, dan yang terkait di dalamnya agar dapat lebih

meningkatkan kualitasnya.

1.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir

dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut

mana penelitian akan disoroti.

Menurut Kerlinger teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruk,

defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis

dengan cara merumuskan hubugan antar konsep (singarimbun, 1993:37). Adapun

teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

1.5.1. Komuniasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran adalah cara yang digunakan perusahaan untuk

menginformasikan, mempersuasi dan mengingatkan konsumen baik secara langsung

maupun tidak langsung mengenai merek atau produk yang mereka jual. Komunikasi

pemasaran mewakili suara merek adalah cara yang digunakan untuk membangun

dialog dan hubungan dengan konsumen. Komunikasi pemasaran berhubungan

dengan ekuitas merek yaitu membangun merek dalam ingatan dan menciptakan citra

(23)

public relations dan publisitas, pemasaran langsung dan penjualan personal ( Kotller

dan Keller. 2006:496)

Aktivitas komunikasi pemasaran berkontribusi terhadap ekuitas merek dalam

berbagai cara dengan menciptakan kesadaran merek (brand awareness).

menghubungkan asosiasi yang benar kepada citra merek dalam ingatan konsumsi

(brand image), menekan pada perasaan atau penilaian merek yang positif (brand

responses), dan memfasilitasi hubungan yang lebih kuat antara konsumen dengan

merek ( brand relationship) (Kotller dan Keller. 2006:497).

1.5.2. Periklanan

1. Defenisi iklan

Iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran, bersama-sama

dengan komponen lainnya seperti personal selling, promosi, penjualan, dan publisitas

semuanya merupakan komponen promosi dalam marketing mix. Kasali (1992:10)

mengemukakan kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani yang artinya

”mengubah jalan konsumen untuk membeli”. Iklan adalah segala bentuk presentasi

non-pribadi dan promosi gagasan barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus

dibayar (Kotler, 2005:277).

Jadi, iklan sebagai salah satu bagian dari komunikasi pemasaran, merupakan

suatu bentuk komunikasi massa yang dibiayai oleh sponsor, dalam hal ini perusahaan

(24)

atau jasa yang dihasilkan, bersifat persuasif sehingga membangkitkan minat beli dari

target audience.

2. Fungsi iklan

Fungsi periklanan adalah sebagai berikut (Shimp, 2003:357):

a. Informing (Memberi Informasi) b. Persuasing (mempersuasi). c. Reminding ( mengingatkan)

d. Adding value ( memberikan nilai tambah) . e. Assisting ( bantuan untuk upaya lain perusahaan)

.

3. Tujuan Periklanan.

Tujuan periklanan adalah menjual atau meningkatkan penjualan barang , jasa

atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya penjualan

dengan segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi pada waktu

mendatang. Dari segi lain, periklanan yang rill yaitu dengan mengadakan komunikasi

secara efektif.

Tujuan periklanan diarahkan pada tahapan-tahapan kesiapan pembeli untuk

membeli produk, yaitu mengubah pelanggan dari yang tidak tahu menjadi

memahami, mengambil sikap, lalu membeli. Oleh karena itu, produsen harus

menentukan tahap mana yang perlu digarap lewat iklan.

Pemasaran bertujuan memberitahu serta memberi petunjuk kepada pembeli

potensial dan untuk meningkatkan penjualan. Dalam periklanan diusahakan agar

dapat menarik perhatian, minat, keinginan, keyakinan serta menimbulkan tindakan

membeli dengan memanfaatkan media yang tersedia seperti televisi, majalah, surat

(25)

Maraknya tayangan iklan di media televisi ini menyebabkan kompetisi

diantara merek produk yang diiklankan semakin tinggi. Maka di dalam pengolahan

pesan diperlukan strategi kreatif agar dapat menimbulkan kesadaran khalayak atas

suatu merek atau biasa yang dikenal dengan istilah ”brand awareness. ”Brand

awareness merupakan bentuk yang paling sederhana dari pengetahuan akan suatu

merek yang merupakan kesadaran konsumen akan suatu merek (Schultz dan Barnes.

1999:144)”.

1.5.3. Celebrity Endorser 1. Pengertian celebrity endorser

Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari peran bintang iklan dalam

mempromosikan sebuah merek produk, terutama bila iklan tersebut di tayangkan

dalam media televisi. Penggunaan bintang iklan dalam sebuah media televisi

merupakan alternatif strategi yang tepat untuk memperkenalkan produk kepada

konsumen.

Selebriti yaitu pribadi (bintang film, penghibur, atau atlet) yang dikenal oleh

masyarakat karena kemampuannya dalam bidang tertentu yang dapat mendukung

produk yang diiklankan. Selebriti dapat digunakan sebagai alat yang cepat untuk

mewakili segmen pasar yang dibidik ( Royan. 2005:12).

Endorser sering juga disebut direct source (sumber langsung) yaitu seorang

(26)

jasa (Belch dan Belch. 2004:168). Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih

mewakili image sebuah produk (product image).

1.5.4. Brand Image

I. Pengertian Brand Image

Brand image dapat diartikan “ the set of beliefs consumers hold about a

particular brand” (Kotler at al, 1999. hal.770). Maksudnya, “Brand image adalah

sejumlah kepercayaan yang dipegang oleh konsumen yang berkaitan dengan merek.

Kepercayaan terhadap merek akan membangun citra merek atau brand image”.

Brand image adalah persepsi pelanggan terhadap suatu merek yang

digambarkan melalui asosiasi merek yang ada dalam ingatan pelanggan sebagaimana

yang dikatakan Keller, 1993.hal:3) “ Brand image is perceptions about brand as

reflected by the brand association held in comsumen memory”. Menurut Kotler,

Armstrong (2001:225). Brand image adalah seperangkat keyakinan konsumen

mengenai merek tertentu. Brand image dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan

yaitu atributtes, benefit, dan brand attitudes, yang dapat dijelaskan sebagai berikut

(Keller, 1993.p3):

1. Atributtes

Atributtes merupakan suatu bentuk deskriptif yang memberikan karakteristik pada

(27)

2. Benefit

Benefit merupakan suatu penilaian pribadi konsumen terhadap atribut produk atau

layanan.

3. Brand Attitudes

Brand Attitudes berkaitan dengan evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh

terhadap suatu merek karena, sikap konsumen terhadap merek mendasari

konsumen dalam pemilihan merek untuk keputusan pembelian produk. Brand

image yang positif dapat diukur melalui tanggapan konsumen tentang asosiasi

merek.

Perkembangan suatu citra melalui iklan terkait dengan pemberian identitas

khusus atau personalitas bagi suatu merek. Hal ini penting bagi merek-merek yang

berkompetisi dalam kategori produk dimana secara relatif terdapat sedikit

differensiasi fisik dan seluruh merek relatif homogen.

Iklan citra merek (brand image) bisa juga digambarkan sebagai

transformational. Periklanan transformational (transformational advertising)

berhubungan dengan pengalaman atas penggunaan suatu merek yang diiklankan

dengan serangkaian karakteristik psikologis yang unik, yang tidak akan diasosiasikan

(28)

1.6. Kerangka konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian

yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat

mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi,2001:40).

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak di uji (Singarimbun,

1995:32). Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah

yang di uji kebenarannya. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor unsur yang menentukan atau

mempengaruhi ada tau munculnya gejala, faktor atau unsur lain (Nawawi,

1995:56). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Celebrity Endorser yaitu

Sule, Sm*sh dan Rianti Cartwright.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor unsur yang ada atau muncul

dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1995:57).

(29)

1.7. Model Teoritis

Model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.8. Operasional variabel

Tabel No 1

Variabel Teoritis

Variabel Operasional Indikator

1. Variabel Bebas (X)

Celebrity endorser

1. Familiarity (X1) - Pribadi yang tulus - Menyenangkan

- Bisa dipercaya

2. Relevance (X2) -Kecocokan antara image dengan selebrity

- Kecocokan antara

celebrity dengan targer

market

Celebrity Endorser

(30)

3. Esteem (X3) - Respek dari konsumen - Citra selebriti yang sesuai

- Kesan yang diinginkan

untuk merek

4. Differentiation (X4) - Pribadi yang unik - Berbeda

- Eksklusif

Variabel Teoritis Variabel Operasional Indikator

2.Variabel Terikat (Y)

Brand image

1. Atributtes (Y1) - Harga - Kemasan

- Informasi

- Penampilan produk

- Target market

2. Benefit (Y2) - Manfaat fungsional - Manfaat yang diinginkan

- Manfaat simbolis

3. Brand Attitudes (Y3)

- Sikap terhadap merek

(31)

1.9. Defenisi konsep Operasional

Defenisi konsep operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin

menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46)

1. Celebrity Endorser

a. Familiarity

Merupakan komponen pertama yang penting dalam celebrity endorser, artinya

khalayak sasaran harus mengenal pada sosok sang artis dan melihatnya sebagai

pribadi yang tulus, menyenangkan dan bisa dipercaya.

b. Relevance

Artinya terdapat hubungan yang berarti (kecocokan) antara image merek yang

diiklankan dengan selebriti, serta antara selebriti dengan target market. Pengiklan

seringkali mencocokkan image produk, karakteristik target market, dan

personalitas dari celebrity endorser (Belch dan Belch. 2004:175).

c. Esteem

Artinya terdapat respek dan kepercayaan yang tinggi dari konsumen terhadap

(32)

d. Differentiation

Artinya konsumen melihat endorser sebagai pribadi yang unik, berbeda dan

eksklusif atas produk yang diiklankannya. Ini merupakan sebuah kontribusi besar

bagi efektifitas seorang endorser.

2. Brand Image

1. Atributtes

Atributtes merupakan suatu bentuk deskriptif yang memberikan karakteristik

pada produk dan layanan. Berdasarkan hubungannya dengan produk dapat dibedakan

menjadi atribut yang berkaitan dengan produk dan atribut yang tidak berkaitan

dengan produk. Atribut yang berkaitan dengan produk membentuk fungsi produk

atau layanan. Sedangkan atribut yang tidak berkaitan dengan produk berhubungan

dengan pembelian dan konsumsi. Seperti harga, kemasan, informasi, penampilan

produk, tipe orang yang menggunakan dan situasi penggunaan.

2. Benefit

Benefit merupakan suatu penilaian pribadi konsumen terhadap atribut produk

atau layanan. Manfaat ini dibedakan menjadi tiga yaitu:

3. Brand Attitudes

Brand Attitudes adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk

mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung

(negatif) secara konsisten. Evaluasi konsumen terhadap merek tertentu ini dimulai

(33)

Brand Attitudes berkaitan dengan evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh

terhadap suatu merek dan membentuk dasar yang digunakan konsumen dalam

keputusan dan prilakunya. Objek yang dievaluasi oleh konsumen adalah pada

persepsi konsumen akan kemampuan merek untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Brand image yang positif dapat diukur melalui tanggapan konsumen tentang asosiasi

merek (Rossiter & Percy, 1998).

1.10. Hipotesis

Menurut (Rahmat, 1991:14) hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai penellitian tersebut

mengumpulkan data. Karenanya hipotesis adalah pernyataan sementara hal-hal yang

oleh peneliti ingin didukung atau ditolak.

Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana yang telah peneliti kemukakan

diatas maka peneliti menggunakan hipotesis asosiasi. Hipotesis asosiasi merupakan

pernyataan yang menujukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau

lebih. Hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dapat berbentuk

hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat. Metode statistik untuk menguji

kedua hubungan tersebut melalui analisis regresi, dan pengukuran koefisien korelasi.

Regresi digunakan untuk mencari bentuk hubungan dua variabel atau lebihdalam

bentuk fungsi atau persamaan, sedangkan korelasi digunakan untuk mencari derajat

(34)

dan teori sebagaimana yang telah peneliti kemukakan diatas maka peneliti akan coba

mengemukakan hipotesis penelitian, yakni:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara ” penggunaan celebrities endorser (Sule,

Sm*sh dan Rianti Cartwright) terhadap brand image produk kartu AS

dikalangan mahasiswa FISIP USU Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010”.

Ha: Terdapat hubungan antara ”penggunaan celebrities endorser (Sule, Sm*sh dan

Rianti Cartwright) terhadap brand image produk kartu AS dikalangan

(35)

BAB 11

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi Pemasaran

II.1.1. pengertian komunikasi pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dengan mana individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok

lain (Philip kotler, 1991:5). Menurut Kotler dan Armstrong mengenai pemasaran

yang dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro ( 2004, 7 ) pemasaran adalah:

Proses sosial dan manajerial yang dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain

Definisi pemasaran menurut Masaaki Kotabe dan Cristian Helsen ( 2001, 9)

mendefinisikan pemasaran sebagai berikut:

Marketing is essentially a creative corporate activity involving the planning and execution of the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, product, and service in an exchange that not only satifies customers current needs but also anticipates and creates their future needs at a profit

Artinya pemasaran adalah hal-hal yang diperlukan dalam suatu kegiatan yang

kreatif yang melibatkan perencanaan dan pelaksanaan konsep, penetapan harga,

promosi, dan distribusi ide, produk, dan jasa dalam suatu pertukaran yang tidak hanya

memberikan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan, tetapi juga mengantisipasi dan

(36)

Dari definisi di atas secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya pemasaran adalah suatu proses atau kegiatan bisnis yang dirancang untuk

memenuhi, memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang atau jasa

melalui proses pertukaran. Atau kesimpulan yang lain bahwa aktivitas pemasaran

merupakan suatu proses merencanakan, melaksanakan konsep harga, promosi, dan

distribusi barang-barang, jasa-jasa dan ide-ide untuk menciptakan pertukaran yang

sesuai target.

Defenisi pemasaran tersebut bertumpu pada konsep pokok sebagai berikut:

kebutuhan, permintaan, kepuasan dan pertukaran atau transaksi. Banyak akademisi

dan para praktisi memdefinisikan komunikasi pemasaran adalah sebagai berikut:

”semua elemen-elemen promosi dari marketing mix yang melibatkan komunikasi

antarorganisasi dan target audiens pada segala bentuknya yang ditujukan untuk

bentuk pemasaran (Prisgunanto 2006:8)”.

Hubungan antara pemasaran dan komunikasi merupakan hubungan yang erat.

Komunikasi merupakan proses pengoperan lambang-lambanag yang diartikan sama

antar individu kepada individu lain, individu kepada kelompok, kelompok kepada

kelompok lain, dan kelompok kepada massa. Komunikasi dalam kegiatan pemasaran

bersifat kompleks, artinya tidak sederhana seperti ketika kita berbincang-bincang

dengan rekan atau teman. Bentuk komunikasi yang lebih rumit mendorong

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dilakukan melalui sejumlah

(37)

Penggabungan dari dua kajian pemasaran dan komunikasi menghasilkan

kajian baru yang diberi nama komunikasi pemasaran (marketing comunication).

Komunikasi pemasaran merupakan aplikasi komunikasi yang diajukan untuk

membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Aplikasi ini sangat dipengaruhi

oleh beberapa bentuk media yang digunakan, daya tarik dan frekuensi penyajian.

Komunikasi pemasaran dapat juga dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi

yang ditujukan untuk penyampaian pesan kepada konsumen dan pelanggan dengan

menggunakan sejumlah media dan berbagai saluran yang dapat dipergunakan

denganharapan terjadinya tiga tahapan yaitu: perubahan pengetahuan, perubahan

sikap dan perubahan tidakan yang dikehendaki.

Komunikasi pemasaran adalah cara yang digunakan perusahaan untuk

menginformasikan, mempersuasi dan mengingatkan konsumen baik secara langsung

maupun tidak langsung mengenai merek atau produk yang mereka jual. Komunikasi

pemasaran mewakili suara merek adalah cara yang digunakan untuk membangun

dialog dan hubungan dengan konsumen. Komunikasi pemasaran kontribusi terhadap

ekuitas merek dengan menbangun merek dalam ingatan dan menciptakan citra merek

yang mencakup 6 komponen yaitu periklanan, promosi penjualan, event, public

relations dan publisitas, pemasaran langsung dan penjualan personal ( Kotller dan

Keller. 2006:496).

Aktivitas komunikasi pemasaran berkontribusi terhadap ekuitas merek dalam

berbagai cara dengan menciptakan kesadaran merek (brand awareness).

(38)

(brand image), menekan pada perasaan atau penilaian merek yang positif (brand

responses). Dan memfasilitasi hubungan yang lebih kuat antara konsumen dengan

merek ( brand relationship) (Kotller dan Keller. 2006:497).

Dari beberapa penjelasan diatas maka disimpulkan nahwa komunikasi

pemasaran adalah usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama

konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar dan memuaskan perhatian

pada produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Sedangkan untuk peranan komunikasi pemasaran adalah sebagai sarana yang

digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk,

mempengaruhi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang

produk dan merek yang mereka jual.

II.2. Periklanan II.2.1. Defenisi iklan

Iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran, iklan,

personal selling, promosi, penjualan, dan publisitas semuanya merupakan komponen

promosi dalam marketing mix. Kasali (1992:10) mengemukakan kata iklan

(advertising) berasal dari bahasa Yunani yang artinya ”mengubah jalan konsumen

untuk membeli”. Iklan adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi

gagasan barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler, 2005:277).

Menurut Kotler (2002 ; 658) yang dialih bahasakan oleh Hendra Teguh dkk

(39)

penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor

tertentu yang memerlukan pembayaran”.

Iklan merupakan salah satu bagian dari komunikasi pemasaran, dan iklan

adalah salah satu bentuk komunikasi massa yang dibiayai oleh sponsor, dalam hal ini

perusahaan produsen barang dan jasa yang di dalamnya menyediakan informasi

mengenai produk atau jasa yang dihasilkan. Bersifat persuasif sehingga

membangkitkan minat beli dari target audience.

II.2.2. Fungsi Iklan

Fungsi periklanan adalah sebagai berikut (Shimp, 2003:357):

a. Informing (Memberi Informasi)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru mendidik

mereka terhadap berbagi fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan

citra merek (brand image) yang positif, karena merupakan suatu bentuk

komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya

yang relatif rendah. Periklanan memfasilitasi pengenalan (introducing)

merek-merek baru, meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang telah ada dan

meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA- top of mind

awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang

(40)

b. Persuasing (mempersuasi)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk

memcoba produk dan jasa yang diiklankan. Persuasi berbentuk mempengaruhi

permintaan primer. Yakni, menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori

produk, lebih sering iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder yaitu

permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.

c. Reminding ( mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen

Saat kebutuhan muncul yang berhubungan dengan produk yang diiklankan.

Dampak periklanan di masa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di

benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli.

d. Adding value ( memberikan nilai tambah)

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi

konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih

elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.

e. Assisting ( bantuan untuk upaya lain perusahaan)

Pada saat-saat lain, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang

memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dari proses komunikasi

pemasaran. Peran penting lain dari periklanan adalah membantu perwakilan

penjualan. Iklan mengawali produk-produk penjualan dan memberikan

pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal

(41)

II.2.3. Tujuan Periklanan.

Segara garis besar tujuan spesifik periklanan menurut Uyung Sulaksana

(2007 : 91-93) di gatagorikan menjadi tiga, yaitu:

1. Iklan informatife yang dimana dianggap sangat penting untuk peluncuran

kategori produk baru, dengan tujuaan adalah merangsang permintaan awal.

2. Iklan persuatif yang merupakan iklan yang bertujuaan membangun preferensi

pada merek tertentu.

3. Iklan yang bertujuaan untuk mengingatkan yang dimana lebih cocok untuk

produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan.

Tujuan periklanan adalah menjual atau meningkatkan penjualan barang , jasa

atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya penjualan

dengan segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi pada waktu

mendatang. Dari segi lain, periklanan yang rill adalah mengadakan komunikasi

secara efektif.

Periklanan juga tidak hanya untuk mempengaruhi penjualan, sebab banyak

variabel yang mempengaruhi penjualan, termasuk iklan itu sendiri. Tujuan periklanan

diarahkan pada tahapan-tahapan kesiapan pembeli untuk membeli produk, yaitu

mengubah pelanggan dari yang tidak tahu menjadi memahami, mengambil sikap, lalu

membeli. Oleh karena itu produsen harus menentukan tahap mana yang perlu digarap

lewat iklan. Ada beberapa cara untuk menentukan tujuan periklanan yaitu:

(42)

Dalam pendekatan ini, tujuan pengiklan ditentukan atau diambil dari kumpulan

berbagai tujuan perusahaan dilihat dari seluruh sudut pandang pemasaran

perusahaan. Dengan pendekatan ini produsen dapat menyadari bahwa ada banyak

tujuan berbeda yang bisa ditekankan dalam pengiklan, dan pemilihan tujuan

hendaknya mempertimbangkan tujuan pemasaran lainnya.

2. Hierarchy Approach

Pendekatan ini didasarkan pada dugaan bahwa sebelum membeli produk,

pelanggan melalui tahapan-tahapan variabel psikologis. Oleh karena itu tujuan

periklanan haruslah menggerakkan tahapan-tahapan tersebut dalam suatu hirarki.

Tujuan periklanan seperti menarik perhatian awal pelanggan, persepsi, lalu

perhatian yang lebih besar, dan minat membeli. Atau dapat pula mempengaruhi

pemahaman, perasaan, emosi, motivasi, keyakinan, minat, ketulusan, citra,

asosiasi, ingatan dan pengenalan pelanggan.

3. Attitudinal Approach

Pendekatan ini menyarankan agar sasaran tujuan periklanan adalah

mempengaruhi struktur sikap seperti:

a. Mempengaruhi kekuatan yang paling berpengaruh dalam pemilihan kriteria untuk

mengevaluasi merek dari kelas produk tertentu.

b. Menambah karakteristik pada hal-hal yang dianggap menonjol pada kelas produk.

c. Meningkatkan atau menurunkan peringkat karakteristik kelas produk yang

(43)

d. Mengubah persepsi terhadap merek perusahaan pada beberapa karakteristik

produk tertentu yang menonjol atau penting.

e. Mengubah persepsi terhadap merek-merek yang bersaing pada beberapa

karakteristik produk tertentu yang menonjol atau penting (Fandy Tjiptono, 1995).

Menurut (Swastha dan Irawan 1983:252) tujuan lain dari periklanan adalah:

1. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi lain.

2. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjualan ataupun

salesman dalam jangka waktu tertentu.

3. Mengadakan hubungan dengan para penyalur, misalnya dengan mencantumkan

nama dan alamatnya.

4. Memperkenalkan produk baru

5. Memasuki daerah pemasaran baru atau menarik pelanggan baru

6. Menambah penjualan industri

7. Mencegah tumbuhnya barang-barang tiruan

8. Memperbaiki reputasi perusahaan dengan memberikan pelayanan umum melalui

periklanan.

Pemasaran bertujuan memberitahu serta memberi petunjuk kepada pembeli

potensial dan untuk meningkatkan penjualan. Dalam periklanan diusahakan agar

dapat menarik perhatian, minat, keinginan, keyakinan serta menimbulkan tindakan

membeli dengan memanfaatkan media yang tersedia seperti televisi, majalah, surat

(44)

Maraknya tayangan iklan di media televisi ini menyebabkan kompetisi

diantara merek produk yang diiklankan semakin tinggi. Maka di dalam pengolahan

pesan diperlukan strategi kreatif agar dapat menimbulkan kesadaran khalayak atas

suatu merek atau biasa yang dikenal dengan istilah ”brand awareness. ”Brand

awareness merupakan bentuk yang paling sederhana dari pengetahuan akan suatu

merek yang merupakan kesadaran konsumen akan suatu merek (Schultz dan Barnes.

1999:144)”.

II.3. Celebrity Endorser

II.3.1. Pengertian celebrity endorser

Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari peran bintang iklan dalam

mempromosikan sebuah merek produk, terutama bila iklan tersebut di tayangkan

dalam media televisi. Penggunaan bintang iklan dalam sebuah media televisi

merupakan alternatif strategi yang tepat untuk memperkenalkan produk kepada

konsumen.

Selebriti yaitu pribadi (bintang film, penghibur, atau atlet) yang dikenal oleh

masyarakat karena kemampuannya dalam bidang tertentu yang dapat mendukung

produk yang diiklankan. Selebriti memiliki kekuatan untuk menghentikan ( stopping

power) mereka dapat menarik perhatian atas pesan iklan di tengah banyaknya iklan

lain (Belch dan Belch. 2004:12). Selebriti dapat digunakan sebagai alat yang cepat

(45)

Endorser sering juga disebut direct source ( sumber langsung) yaitu seorang

pembicara yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan sebuah produk atau

jasa (Belch dan Belch. 2004:168). Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih

mewakili image sebuah produk (product image). Biasanya orang yang terpilih

sebagai endorser tersebut berasal dari kalangan tokoh masyarakat yang memiliki

karakter menonjol dan daya tarik yang kuat (Hardiman.2006:38). Maka keahlian yang

dimiliki selebriti dengan merek produk yang diiklankan haruslah relevan (Jewler dan

Drewniany. 2005:10). Menurut Amalia E Maulana (2005:2) kaitan antara celebrity

Endorser dengan citra merek adalah sebagai berikut

Selain untuk menigkatkan kredibilitas brand, keuntungan utama menggunakan selebriti adalah kemampuan iklan untuk diingat dalam waktu singkat. Citra (image) yang dimiliki oleh publik tentang bintang ini secara tidak langsung ditransfer ke dalam merek (brand) yang dibintanginya dibandingkan non-celebrity atau lay endorser. Penggunaan bintang-bintang terkenal ini lebih efektif untuk menghasilkan respons yang positif terhadap brand sekaligus meningkatkan keinginan untuk membeli.

Dari konsep-konsep diatas didisimpulkan bahwa Celebrity Endorser adalah

suatu iklan sebagai penyampai pesan mengenai produk terutama merek untuk lebih

mengkomunikasikan produk tesebut kepada konsumen.

II.3.2. Peran selebriti

Berikut ini adalah beberapa peran selebriti sebagai model iklan yang biasa

digunakan perusahaan dalam sebuah iklan (Schiffman dan Kanuk dalam Mahestu

(46)

a. Testimonial, jika secara personal selebriti menggunakan produk tersebut maka

pihak dia bisa memberikan kesaksian akan kualitas produk atau merek yang

diiklankan tersebut.

b. Endorsement, adakalanya selebriti diminta untuk membintangi iklan produk

dimana dia secara pribadi tidak ahli dalam bidang tersebut.

c. Actor, selebriti diminta untuk mempromosikan suatu produk atau merek tertentu

terkait dengan peran yang sedang ia bintangi dalam suatu program tayangan

tertentu.

d. Spokeperson, selebriti yang mempromosikan produk dalam kurun waktu tertentu

masuk dalam kelompok peran spokeperson.penampilan mereka akan

diasosiasikan dengan merek atau produk yang mereka wakili.

Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan diyakini memiliki daya tarik

tersendiri. Selain memiliki keuntungan publisitas dan kekuatan memperoleh perhatian

dari konsumen, selebriti juga mempunyai kekuatan untuk dijadikan sebagai alat untuk

membujuk, merayu dan mempengaruhi konsumen sasaran. Yaitu dengan ketenaran

yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan ketenaran tersebut diharapkan dapat

menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang

diiklankan.

Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan juga memiliki peranan penting

dalam membentuk personaliti merek (brand personality) pada sebuah produk. Bagi

perusahaan, personaliti merek ini sangatlah penting untuk membedakannya dengan

(47)

produk yang diiklankan dan kemudian personaliti tersebut ditransfer ke dalam merek

produk yang diiklankan sehingga konsumen sadar akan keberadaan dari merek

tersebut. Selain itu diharapkan pula dengan dibentuknya personaliti merek dapat

membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja merek produk tersebut

dipasarkan.

II.3.3. Kriteria celebrity endorser

Kriteria memilih selebriti yang menjadi endorser memerlukan

pertimbangan-pertimbangan dari pengiklan karena karakter endorser diukur sangat efektif dalam

mengangkat citra produk dan brand awareness (Royan.2005:23). Dalam

mengevaluasi selebriti yang akan dijadikan endorser Amy Dyson dan Douglas Turco

mengemukakan konsep FRED (Familiarity, Relevance, Esteem, Differentiation)

(Michiak & Shankim. 1994:51), yaitu:

a. Familiarity

Merupakan komponen pertama yang penting dalam celebrity endorser, artinya

khalayak sasaran harus mengenal pada sosok sang artis dan melihatnya sebagai

pribadi yang tulus, menyenangkan dan bisa dipercaya.

Dalam hal ini produsen kartu AS memilih Sule, Smash, dan Rianti Catwright

sebagai celebrity endorser dimana mereka merupakan sosok yang sudah sangat di

kenal dan familiar dimata masyarakat. Karena mereka merupakan sosok selebritis

(48)

b. Relevance

Artinya terdapat hubungan yang berarti (kecocokan) antara image merek yang

diiklankan dengan selebriti, serta antara selebriti dengan target market. Pengiklan

seringkali mencocokkan image produk, karakteristik target market, dan

personalitas dari celebrity endorser (Belch dan Belch. 2004:175).

Orang-orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki wawasan untuk isu

tertentu, seperti kehandalan merek akan mampu meyakinkan orang lain untuk

mengambil suatu tindakan. Sebagai contoh Michael Jordan dipilih untuk

mendukung Gatorade sejauh mana persona publiknya adalah penuh kepercayaan

dan sebagai atlet dia mengetahui semua tentang manfaat minuman olahraga

(Terence Shimp, 464)

c. Esteem

Artinya terdapat respek dan kepercayaan yang tinggi dari konsumen terhadap

selebriti.

Dalam hal ini sebagai contoh, selebriti yang dipilih sebagai endorser tidak pernah

tersangkut dalam tindak kriminal atau hal-hal yang buruk lainnya. Citra selebriti

harus sesuai dengan nilai, prilaku dan kesan yang diinginkan untuk merek yang

diiklankan. Contoh kasus pada artis Luna maya, yang sebelumnya dipercaya

sebagai endorser di beberapa iklan, tetapi setelah kasus yang di hadapinya

bersama Ariel peterpan dan Cut tari maka sejumlah iklan yang dibintanginya pun

ditarik dari media. Dan karena kasus tersebut maka respect dari masyarakat pun

(49)

pada citra sebuah produk apabila di iklankan dengan bnatuan celebrity endorser

yang citranya sudah buruk di mata para konsumen ataupun konsumen.

d. Differentiation

Artinya konsumen melihat endorser sebagai pribadi yang unik, berbeda dan

eksklusif atas produk yang diiklankannya. Ini merupakan sebuah kontribusi besar

bagi efektifitas seorang endorser.

II.4. Brand Image

II.4.1. Pengertian brand (merek)

Brand atau merek merupakan pembeda antara suatu produk dengan produk

lain. Merek merupakan salah satu faktor terpenting dalam stategi pemasaran. Bagi

produsen, pemilihan merek merupakan hal yang sangat penting dan produsen

menaruh perhatian yang sangat besar terhadap merek (Maulana.1999).

Menurut Kotler (1997, hal 443), ”Brand is a name, sign, symbol, or design, or

a combination of them, intended to identity the goods or service of one or group of

seller and to differentiate them from those of competitor”. Maksudnya, “merek

adalah nama, istilah, tanda, simbol atau desain atau kombinasi semuanya itu yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari seseorang atau sekelompok

penjual untuk membedakannya dari produk atau barang pesaing”. Merek merupakan

janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu

pada pelanggan. Merek-merek terbaik memberikan jaminan dan kualitas.

(50)

Menurut Kotler yang dialihbahasakan oleh Hendra Teguh dan Rony A. Rusli (

2002,400) merek memilki enam tingkatan, meliputi :

1. Atribut,merupakan hal yang pertama kali yang menandai ciri-ciri merek.

2. Manfaat, suatu merek lebih dari sekumpulan atribut, pelanggan tidak membeli

atribut tapi membeli manfaat yang ditawarkan produk tersebut. Dengan

demikian atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan

emosional.

3. Nilai, merupakan nilai-nilai yang dianut produsen yang tercermin dalam merek.

4. Budaya, merek juga memiliki budaya tertentu.

5. Kepribadian, merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

6. Pemakai, merek merupakan jenis konsumen yang membeli atau yang

menggunakan produk tersebut.

Tingkat merek menurut Gary Hamel dan Ck Prahalad ( Kertajaya, 2000,480 ),

yaitu :

1. Recognition: yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika

sebuah merek tidak dikenal, maka produk dengan merek tersebut harus

dijual dengan mengandalkan harga yang murah.

2. Reputation: yaitu suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah

merek karena lebih terbukti memiliki track record yang baik.

3. Affinity: yaitu suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah

(51)

oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk dengan persepsi

memiliki kualitas yang tinggi akan mempunyai reputasi yang baik.

4. Domain: yaitu menyangkut seberapa lebar scope dari suatu produk yang

mau menggunakan merek yang bersangkutan.

Menurut Maulana (1999,hal.5) merek merupakan salah satu yang terpenting

dalam strategi pemasaran, oleh karena itu, merek harus dipilih secara hati-hati karena

merek yang tepat dapat menambah peluang kesuksesan produk. Pada saat ini,

pelanggan tidak hanya melihat sesuatu produk dari kualitas dan harga tetapi juga

melihat brand image (citra merek) yang melekat pada produk yang dikonsumsi.

Assael (1992, hal:153), mengatakan, “Image is total perception of the obyect

that is formed by processing information from farios sources over time. Maksudnya,

image adalah keseluruhan persepsi atas objek yang diformulasi oleh pengolahan

informasi dari berbagai sumber dalam waktu yang lama.

II.4.2. Pengertian image

Di dunia usaha dewasa ini, citra (brand) suatu perusahaan merupakan suatu

hal yang sangat penting, karena secara tidak langsung citra turut mempengaruhi besar

kecilnya minat masyarakat dalam menggunakan produk/jasa yang dihasilkan

perusahaan. Beberapa pengertian citra ( image ), diantaranya :

1. Citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya yang di

Gambar

Tabel No 1
Tabel No: 2
Tabel No: 3 Stratified Proporsional Random Sampling
Gambar Logo KARTU AS
+7

Referensi

Dokumen terkait