• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Sastra Dan Budaya Fakultas Sastra USU Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Pariwisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Sastra Dan Budaya Fakultas Sastra USU Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Pariwisata"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK DAN FUNGSI ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL KARO DI

DESA LINGGA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

TRI UTAMI BR SEMBIRING

NIM : 072204016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

(2)

BENTUK DAN FUNGSI ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL KARO DI

DESA LINGGA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

TRI UTAMI BR SEMBIRING

NIM : 072204016

Pembimbing

Dra. Nur Cahaya Bangun M.Si

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian

Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk mendapatkan gelar Diploma III dalam

Program Studi Pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN

(3)

DISETUJUI OLEH:

PROGRAM DIPLOMA SATRA DAN BUDAYA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

Medan, Maret 2010

Ketua Program Studi

Pariwisata

Drs. Ridwan Azar M.Hum

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA USU MEDAN

UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA

Pada : Tanggal : Hari :

PROGRAM PENDIDIKAN SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SATRA

UNIVERSITAS SUMATERAUTARA

Dekan

Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D, NIP 19650901994031004

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum. ( )

2. Mukhtar Madjid, S.Sos, S.Par, MA. ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan judul “Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo di Desa Lingga Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya, guna memenuhi syarat untuk memyelesaikan pendidikan Program Studi D-III Pariwisata, Bidang Keahlian Usaha Wisata, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga dan rasa cinta serta bangga kepada kedua orang tua yakni U. Sembiring dan N. br Ginting yang senantiasa memberikan perhatian, doa restu serta menempa penulis menjadi pribadi yang Mandiri.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini, baik bantuan moril maupun material. Untuk itu dengan segala keihlasan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Ridwan Azhar M.Hum selaku Ketua Program Studi Diploma III Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara selaku dosen pembaca yang telah banyak memberikan petunjuk dan saran atas penempurnaan kertas karya ini.

3. Bapak Mukthtar Madjid, S.Sos, S.Par, MA selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

(6)

5. Bapak Solahhidin Nasution, SE, MSP selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Program Diploma III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staff pengajar Program Diploma III Pariwisata yang telah mendidik penulis selama perkuliahan.

7. Terima kasih kepada kakak Penulis mendiang eva wina, Morina dan adik penulis Emta Kariyanus yang telah banyak memberi dukungan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya dan masa perkuliahan.

(7)

9. Semua teman-teman UW’07 jurusan Usaha Wisata dan Perhotelan yang tak dapat disebutkan namanya satu demi satu, penulis mengucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan masukan-masukan sehingga Kertas Karya ini menjadi lebih sempurna.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Medan, Maret 2010

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

ABSTRAK ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ...1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ...1

1.2 Ruang Lingkup Permasalahan ...4

1.3 Tujuan Penulisan ...5

1.4 Metode Penelitian ...5

1.5 Sistematika Penulisan ...5

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN ...7

2.1 Pengertian Keperiwisataan ...7

2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ...9

2.3 Sarana dan Prasarana Pariwisata ...12

2.3.1 Sarana Keperiwisataan ...12

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan ...13

2.4 Pengertian Produk Industri Pariwisata ...14

2.5 Wisata Budaya ...17

BAB III : GAMBARAN UMUM TANAH KARO ...19

3.1 Letak Geografis Kabupaten Karo ...19

3.2 Penduduk ...23

3.3 Sistem Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten Karo ...23

(9)

3.5 Potensi Pariwisata di Kabupaten Karo ...28

3.5.1 Objek Wisata Alam ...29

3.5.2 Objek Wisata Budaya ... 32

3.5.3 Atraksi Wisata ...33

3.5.4 Peninggalan Sejarah ...35

BAB IV : ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL KARO ...37

4.1 Pengertian Rumah Tradisional Karo ...37

4.2 Sejarah Pembuatan Ornamen ...39

4.3 Motif Ornamen yang Digunakan Pada Rumah Tradisional Karo ...41

4.4 Jenis dan Bentuk Ornamen Rumah Tradisional Karo ....42

4.4.1 Ornamen Pengeret-eret ...42

4.4.2 Ornamen Tapak Raja Sulaiman ...43

4.4.3 Ornamen Tupak Salah Silima-lima ...44

4.4.4 Ornamen Ipen-ipen ...45

4.4.5 Ornamen Desa Siwaluh...46

4.4.6 Ornamen Para-para/Gundur Mangalata ...47

4.4.7 Oranamen Tanduk Kerbo Payung ...48

4.4.8 Oranamen Bendi-bendi ...49

4.4.9 Ornamen Tampuk-tampuk Pinang ...50

4.4.10 Ornamen Pucuk Merbung ...51

4.4.11 Ornamen Tulak Paku Petundal ...52

4.4.12 Ornamen Tutup Dadu dan Cimba Lau ...53

(10)

4.4.14 Ornamen Embun Sikawiten ... 55

4.5 Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo ...56

4.5.1 Fungsi Ornamen Pengeret-eret ...56

4.5.2 Fungsi Ornamen Tapak Raja Sulaiman ...56

4.5.3 Fungsi Ornamen Tupak Salah Silima-lima ...56

4.5.4 Fungsi Ornamen Ipen-ipen ...57

4.5.5 Fungsi Ornamen Desa Siwaluh ... 57

4.5.6 Fungsi Ornamen Para-para/ Gundur Mangalata ...57

4.5.7 Fungsi Ornamen Tanduk Kerbo Payung ...57

4.5.8 Fungsi Ornamen Bendi-bendi ...58

4.5.9 Fungsi Ornamen Tampuk-tampuk Pinang ...58

4.5.10 Fungsi Ornamen:Pucuk Merbung ...58

4.5.11 Fungsi Ornamen Tulak Paku Petundal ...58

4.5.12 Fungsi Ornamen Tutup Dadu dan Cimba Lau ...59

4.5.13 Fungsi Ornamen Bindu matoguh ...59

4.5.14 Fungsi Ornamen Embun Sikawiten ...59

BAB V : PENUTUP ...60

5.1 Simpulan ...60

5.2 Saran ...61

DAFTAR PUSTAKA

(11)

ABSTRAK

Perkembangan pariwisata merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pembangunan, sebagai upaya dalam menciptakan kebudayaan dan keindahan alam, serta memupuk rasa cinta tanah air dan kesatuan bangsa.

Objek wisata yang menarik di dunia ini bukan hanya ditemukan pada keindahan alam pegunungan, laut dan keindahan hutan saja. Namun keindahan suatu bangunan bersejarah juga sangat mengagumkan dan tidak kalah menariknya.

Demikian juga halnya dengan ornamen yang ada pada rumah adat Karo. Masyarakat Karo sejak dahulu sudah mengenal ornamen, selain berfungsi sebagai hiasan juga memiliki fungsi magis yaitu sebagai penolak bala dan sebagainya. bentuk dan fungi ornamen pada rumah adat Batak Karo tersebut sudah melekat dan merupakan ikon maupun identitas bagi masyarakat Karo. Namun zaman sekarang masyarakat Karo lebih tertarik mendirikan bangunan dengan bentuk bebas, baik badan maupun ornamen-ornamen rumah tersebut.

Dalam hal ini, perlu ada peningkatan usaha dan pembinaan serta pengembangan hasil budaya daerah, dengan cara mengumpulkan serta menginformasikan secara lengkap mengenai data-data dari setiap tradisi, sehingga setiap orang dapat memiliki informasi yang jelas tentang keberadaan suatu tradisi sebagai salah satu warisan peninggalan budaya masa lalu. Salah satu tradisi itu berupa arsitrektur rakyat. Arsitektur rakyat inilah yang dijadikan sebagai tempat meletakkan simbol-simbol adat tersebut yang berupa gambar maupun bentuk lainnya.

(12)

ABSTRAK

Perkembangan pariwisata merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pembangunan, sebagai upaya dalam menciptakan kebudayaan dan keindahan alam, serta memupuk rasa cinta tanah air dan kesatuan bangsa.

Objek wisata yang menarik di dunia ini bukan hanya ditemukan pada keindahan alam pegunungan, laut dan keindahan hutan saja. Namun keindahan suatu bangunan bersejarah juga sangat mengagumkan dan tidak kalah menariknya.

Demikian juga halnya dengan ornamen yang ada pada rumah adat Karo. Masyarakat Karo sejak dahulu sudah mengenal ornamen, selain berfungsi sebagai hiasan juga memiliki fungsi magis yaitu sebagai penolak bala dan sebagainya. bentuk dan fungi ornamen pada rumah adat Batak Karo tersebut sudah melekat dan merupakan ikon maupun identitas bagi masyarakat Karo. Namun zaman sekarang masyarakat Karo lebih tertarik mendirikan bangunan dengan bentuk bebas, baik badan maupun ornamen-ornamen rumah tersebut.

Dalam hal ini, perlu ada peningkatan usaha dan pembinaan serta pengembangan hasil budaya daerah, dengan cara mengumpulkan serta menginformasikan secara lengkap mengenai data-data dari setiap tradisi, sehingga setiap orang dapat memiliki informasi yang jelas tentang keberadaan suatu tradisi sebagai salah satu warisan peninggalan budaya masa lalu. Salah satu tradisi itu berupa arsitrektur rakyat. Arsitektur rakyat inilah yang dijadikan sebagai tempat meletakkan simbol-simbol adat tersebut yang berupa gambar maupun bentuk lainnya.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Melihat semakin kompleksnya permasalahan dalam menyambut arena pasar bebas khususnya dibidang ekonomi, terlebih bagi negara-negara berkembang, sektor pariwisata sebagai peluang dalam meningkatkan perekonomian negara semakin terbuka untuk menjadi harapan.

Banyak organisasi-organisasi yang terbentuk sebagai sarana pariwisata untuk pengembangan industri kepariwisataan, sehingga di dalam hubungan dunia kepariwisataan, organisasi-organisasi internasional baik yang langsung berhubungan dengan kepariwisataan maupun tidak, mempunyai arti yang sangat penting, terutama dalam hubunganya dengan pariwisata internasional sebagai kelanjutan pariwisata domestik atau pariwisata nasional. Salah satu organisasi tersebut adalah Word Tourism Organization (WTO), yang merupakan organisasi internasional antar pemerintah yang bertujuan mempromosikan dan memajukan kepariwisataan guna membantu pembangunan ekonomi.

(14)

untuk memperbesar pemasukan devisa bagi negara. Pembinaan dan pengembangan kepariwisataan juga ditujukan untuk melestarikan kualitas kebudayaan bangsa dan memperkenalkan budaya bangsa itu sendiri ke dunia luar.

Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa dengan adat dan budaya yang beraneka ragam. Setiap daerah ataupun suku bangsa di Indonesia memiliki ciri khas atau keunikannya sendiri, dan hal ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang dapat menjadi motivasi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah.

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang cukup potensial di Sumatera Utara, karena memiliki berbagai objek wisata, baik itu objek wisata berupa pemandangan alam maupun objek wisata budaya. Semua potensi yang ada di tanah Karo telah diangkat menjadi daya tarik wisata dan sudah dikenal di Indonesia maupun ke luar negeri.

Desa Lingga yang berada di kabupaten Karo merupakan salah satu desa yang dikenal dengan desa wisata budaya. Desa Lingga telah dikukuhkan sebagai desa budaya, karena desa ini merupakan salah satu dari tiga desa yang memiliki sejarah peradaban dan budaya Karo. Desa lainnya adalah desa Peceren dan Dokan. Hal ini ditandai dengan masih berdirinya rumah tradisional Karo yang dinamakan rumah Si Waluh Jabu yang telah berusia ratusan tahun, yang menyiratkan kekayaan adat masyarakat setempat. Rumah tradisional Karo merupakan salah satu peninggalan budaya Karo yang memiliki nilai seni yang cukup tinggi, karena setiap struktur bangunan seperti ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo memiliki fungsi dan makna kebahagiaan bagi penghuni rumah tradisional Karo, Desain tradisional ataupun ornamen-ornamen tersebut dipercaya memiliki kaitan dengan kepercayaan masyarakat tradisional

(15)

penghias atau dekorasi suatu bidang. Sedangkan bagi masyarakat suku, ornamen ternyata tidak hanya ditempatkan sebagai penghias melainkan memiliki nilai seperti kekuatan magis atau mistis. Fungsi dan makna ornamen pada rumah tradisional Karo sudah melekat dan merupakan ikon maupun identitas yang telah ada berabad-abad sejak nenek moyang mereka ada. Berdasarkan berbagai fakta di lapangan, akhir-akhir ini jumlah rumah tradisional Karo cenderung berkurang dan semakin ditinggalkan oleh masyarakat Karo, yang tentu saja sangat mengkhwatirkan bahwa keberadaan dan makna rumah tradisional Karo akan berkurang atau bahkan meghilang.

Di beberapa kampung di Tanah Karo seperti Peceran, Lingga, Dokan, Barus Jahe, saat ini hanya terdapat sekitar 2 sampai 3 rumah adat dengan kondisi yang tidak terawat, padahal rumah adat tersebut jumlahnya pernah mencapai ratusan. Berkurangnya rumah adat bukan tanpa alasan. Hal ini dikarenakan perkembangan jaman dan adanya pengaruh dari luar terhadap masyarakat setempat, sehingga penduduk cenderung membangun rumah baru dengan bentuk rumah modern seperti yang ada di kota. Alasan lain berkurangnya rumah tradisional Karo tersebut adalah karena masyarakat Karo saat ini kurang menaruh minat untuk tinggal beramai-ramai dalam satu rumah yang besar. Mereka cenderung lebih senang tinggal dengan keluarganya dalam satu rumah yang bentuknya menyerupai rumah yang ada di kota.

(16)

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk memilih dan mengangkat topik dengan judul “Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo di Desa Lingga Sebagai

Daya Tarik Wisata Budaya”, dengan pertimbangan dan alasan bahwa ;

1. Kebudayaan adalah aset pariwisata yang sangat potensial untuk di kembangkan.

2. Onamen yang terdapat pada rumah tradisonal Karo belum pernah diangkat sebagai kertas karya.

3. Penulis yakin judul ini layak menarik dan cukup bermanfaat untuk dibahas

1.2 Ruang Lingkup Permasalahan

Masalah yang akan dibahas pada penulisan kertas karya ini adalah bentuk dan fungsi ornamen rumah tradisional Karo, khususya rumah tradisional yang ada di desa Lingga. Hal ini bertujuan untuk membatasi ruang lingkup penelitian kertas karya ini. Berdasarkan judul dalam penulisan kertas karya ini, maka masalah yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana bentuk ornamen rumah tradisional karo. 2. Apa fungsi ornamen rumah tradisional karo.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk ornamen rumah tradisional Karo. 2. Untuk mengetahui apa fungsi ornamen rumah trasional Karo.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

(17)

1.5Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Meliputi alasan pemilihan judul, ruang lingkup permasalahan, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Uraian Teoritis Kepariwisataan

Menguraikan kepariwisataan yang meliputi, pengertian pariwisata dan kepariwisataan, objek wisata dan daya tarik wisata, pengertian sarana dan prasarana pariwisata, produk industri pariwisata dan wisata budaya.

Bab III : Gambaran Umum Tanah Karo

Menguraikan letak geografis, penduduk, sistem mata pencaharian, budaya dan adat istiadat masyarakat Karo, serta Potensi pariwisata di Kabupaten Karo .

Bab IV : Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo di Desa Lingga

Sebagai daya Tarik Wisata Budaya.

Membahas pengertian rumah tradisional Karo, sejarah pembuatan ornamen, motif ornamen yang digunakan. Bentuk dan fungsi ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo.

Bab V : Penutup

Berisikan kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Kepariwisataan

Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta yang merupakan bentukan kata, dari kata “pari” dan “wisata”. Pari diartikan berkali-kali, sedangkan kata wisata berarti perjalanan atau berpergian. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berulang-ulang dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Pengertian tersebut di atas belum memiliki ketentuan mengenai pengertian pariwisata yang sesungguhnya. Sebagai pertimbangan dapat dilihat beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pariwisata, yaitu:

1. P.W Ogilve, ( dalam Pendit, 2002: 35 ) merumuskan bahwa pariwisata adalah kegiatan orang yang memenuhi dua syarat yaitu;

a. Mereka yang meninggalkan tempat tinggal mereka dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.

b. Mereka yang pergi ke tempat lain tanpa mencari nafkah di tempat yang di kunjunginya. 2. E. Guyer Freuler, ( dalam Yoeti, 1996 : 115 ) menyatakan bahwa,

(19)

3. Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf ( dalam Yoeti, 1983 : 106 ) memberikan batasan yang bersifat teknis, mengatakan bahwa pariwisata adalah:

kepariwisataan merupakan keseluruhan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara asalkan pendiaman tersebut tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu

4. Dr. Hubert Gulden ( dalam Yoeti, 1983 : 108 ) menyatakan bahwa,

kepariwisataan adalah suatu seni dari lalu lintas orang, dalam mana manusia –manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh dimaksudkan akan tinggal menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan.

5. Prof. Salah Wahab ( dalam Yoeti, 1983 : 106 ) pada bukunya yang berjudul An Introduction On Torism Theory menjelaskan bahwa,

pariwisata ialah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri di luar negri untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda-beda dengan apa yang di alaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Dalam mengambil batasan ini, ia berpedoman pada tiga unsur yaitu: a. Manusia (man), ialah orang yang melakukan perjalanan wisata

b. Ruang ( space ), yakni daerah tempat dimana kegiatan perjalanan wisata dilakukan. c. Waktu ( time), yaitu dipergunakan selama dalam perjalanan wisata dan tinggal di

daerah tujuan wisata.

Setelah melihat beberapa rumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pariwisata yaitu: perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang secara suka rela, teratur dan bersifat sementara dari suatu tempat ke tempat lain untuk menikmati objek dan daya tarik alam serta budaya setempat.

Dari kata pariwisata tersebut timbul banyak istilah dalam dunia kepariwisataan dalam ( dalam Yoeti, 1983 : 104 ), diantaranya adalah:

1. wisata : Perjalanan, dalam bahasa inggris dapat disamakan dengan perkataan “travel”.

(20)

3. Para wisatawan : Orang-orang yang melakukan perjalanan dan dalam bahasa inggris disebut dengan istilah “travelers” .

4. Pariwisata : Perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dalam bahasa inggris disebut dengan istilah “tourist”.

5. Pariwisatawan : Orang-orang yang melakukan perjalanan “tour”. Dalam bahasa inggris disebut dengan “ tourist”.

6. Kepariwisataan : Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata, dalam bahasa inggris disebut dengan istilah “tourism”.

2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Dalam dunia kepariwisataan, objek dan daya tarik wisata merupakan potensi yang sangat menentukan dalam perkembangan suatu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ). Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, seni dan budaya, dan tata cara hidup masyarakat setempat. Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu daerah, yaitu:

1. Tata cara hidup masyarakat ( way of life ).

2. Hasil ciptaan manusia ( man made supply ) berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan.

3. Benda-benda yang ada dan terdapat di alam semesta ( natural amenities ) antara lain: a. Flora dan fauna

b. Bentuk tanah c. Iklim

d. Pemandangan

(21)

Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istiah objek wisata seperti yang dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak menggunakan istilah Tourist Attractions, yang diartikan sebagai segala objek yang menimbulkan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Dalam kepariwisatan di Indonesia ada perbedaan antara objek dengan atraksi wisata. Objek wisata adalah semua daya tarik yang disajikan baik pemandangan alam maupun bangunan bersejarah. Sedangkan atraksi wisata adalah semua daya tarik yang dibuat oleh manusia / budaya manusia.

Untuk menyaksikan sebuah objek wisata tidak diperlukan suatu persiapan khusus. Seseorang dapat saja menikmatinya tanpa bantuan orang lain, karena memang sifat objek wisata itu tidak dapat dipindah-pindah atau bersifat monumental. Sedangkan untuk menyaksikan suatu atraksi wisata diperlukan suatu persiapan khusus. Atraksi wisata bersifat hiburan yang diperagakan oleh manusia.

Keberhasilan perkembangan suatu tempat menjadi daerah wisata sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Attraction ( daya tarik wisata ) yang terdiri dari: - Site attraction ( pemandangan indah )

- Event attraction ( peristiwa budaya dan lainnya )

b. Asccessibility ( kemudahan untuk mencapai objek wisata dengan tersediannya sarana transportasi yang teratur ke daerah wisata yang murah dan aman.

c. Amenities ( kenyamanan karena tersediannya sarana pokok dan penunjang yang memungkinkan wisatawan dapat berkunjung ke daerah wisata ).

(22)

Agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, disamping harus di pengaruhi oleh faktor-faktor diatas, suatu dearah tujuan wisata juga harus mempunyai beberapa syarat daya tarik yaitu:

- Something to see ( sesuatu yang menarik untuk dilihat ).

- Something to buy ( sesuatu yang khas untuk dibeli dan dimiliki ).

- Something to do ( sesuatu yang menarik untuk dilakukan dalam menikmati objek wisata ).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perkembangan objek dan daya tarik wisata sangat ditentukan oleh arus lalu-lintas wisatawan. Sebaliknya, bila tidak ada yang menarik untuk dilihat atau dinikmati di tempat yang dikunjungi, maka besar kemungkinan wisatawan tidak akan berkunjung ke tempat tersebut. Oleh karena itulah sebelum memulai suatu perjalanan wisatawan seseorang biasanya akan mencari tahu terlebih dahulu informasi tentang objek wisata apa saja yang menarik untuk di kunjungi selama melakukan perjalanan wisata.

2.3 Sarana dan Prasarana Pariwisata.

Pelayanan adalah faktor yang utama dalam pengembangan kepariwisataan. Salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan adalah kesiapan sarana dan prasarana kepariwisataan, karena baik sarana maupun prasarana kepariwisataan merupakan tourist supply yang perlu dipersiapkan.

2.3.1 Sarana Kepariwisataan ( Tourism Suprastructure)

(23)

Dalam dunia kepariwisataan ada tiga sarana yang saling melengkapi yaitu: 1. Sarana Pokok Kepariwisataan ( Main Tourism Superstructures).

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang kehidupannya bergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas pokok yang dapat memeberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Adapun perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: a. Perusahaan yang memberikan pelayanan di Daerah Tujuan Wisata. Yang biasa disebut

“Residential Tourism Plan” Contohnya hotel, cottage, dan lain-lain.

b. Perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalan wisatawan, atau disebut dengan“ Receptive Tourism Plan ” contohnya travel agent, tour operator, dan lain-lain.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan ( supplementing Tourism Superstructures ).

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan faslitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi dapat membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sarana/fasilitas olah raga dan dan sarana lainnya.

(24)

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan ( Tourism Infrastructures )

Yang dimaksud dengan Prasarana ( infrastructure ) adalah semua fasilitas yang memunginkan proses perekonomian dapat berjalan lancar, sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya ( dalam Yoeti, 1983 : 170 ). Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagai mana mestinya.

Prof. Salah Wahab, dalam bukunya yang berjudul Tourism Management, membagi prasarana menjadi tiga bagian yang terpenting yaitu:

1. Prasarana umum ( Genaral Infrastructures )

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum seperti jalan raya, listrik, dan lain-lain. 2. Prasarana Kebutuhan Masyarakat Banyak ( Basic Needs of Civilized Life ) yaitu prasarana

yang menyangkut kebutuhan orang banyak misalnya rumah sakit, bank, kantor pos, polisi, dan lain sebagainya.

3. Prasarana Kepariwisataan (Tourist Infrastructures)

Prasarana kepariwisataan adalah kegiatan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan. Sedangkan seorang ahli pariwisata, Lothar.A. Kreck dalam bukunya yang berjudul International Tourism, membagi prasarana atas dua yaitu:

1. Prasarana perekonomian ( Economic Infrastructures )

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah seperti pengangkutan, komunikasi, perbankan, dan lain-lain.

2. Prasarana sosial ( Social Infrastructures )

(25)

2.4 Pengertian Produk Idustri Pariwisata

Kata industri mengandung pengertian sebagai suatu rangkian perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan atau mengahasilkan barang-barang atau jasa-jasa melalui suatu proses produksi.

Produk industri pariwisata dapat berupa suatu susunan produk yang terpadu yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi, akomodasi, hiburan, keramah tamahan masyarakat, di mana tiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa produk industri pariwisata adalah keseluruhan pelayanan ( service ) yang dibutuhkan oleh wisatawan semenjak ia meninggalkan rumahnya, selama dalam perjalanan, di tempat tujuan wisata, hinggga ia kembali lagi ke rumahnya.

Keseluruhan unsur produk ini merupakan satu paket. Paket inilah yang ditawarkan pada wisatawan. Paket perjalanan wisata ialah rencana perjalanan wisata yang telah memasukkan biaya pengangkutan, penginapan dan darma wisata yang telah tercantum pada rencana perjalanan tersebut.

Berikut ini beberapa perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata yang berbentuk barang dan jasa.

1. Travel Agent atau Tour Operator.

(26)

Dapat berupa angkutan darat, laut maupun udara yang akan membawanya ke daerah tujuan wisata.

3. Akomodasi Perhotelan

Tempat di mana ia akan menginap untuk sementara waktu selama ia berada di daerah tujuan wisata.

4. Bar dan Restoran

Tempat penyediaan makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan wsatawan, dan juga sebagai tempat hiburan karena para tamu atau wisatawan dapat menikmati musik sambil menikmati hidangan makanan dan minuman.

5. Souvenirshop dan Handicraft.

Tempat wisatawan berbelanja untuk membeli oleh-oleh sebagai kenang-kenangan.

6. Perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan, yaitu perusahaan seperti tempat orang menjual dan mencetak film, camera, postcards, kantor pos, money changer, bank, dan lain-lain.

Keseluruhan perusahaan inilah yang sering saling melengkapi satu dengan yang lainnya, sehingga merupakan industri sendiri yang hasil produknya dibeli oleh wisatawan dalam bentuk paket wisata.

Ciri-ciri produk industri pariwisata:

a. Produk industri pariwisata tidak dapat dipindahkan. b. Penjualan produk tidak memerlukan perantara. c. Produk industri pariwisata tidak dapat ditimbun.

d. Produk industri pariwisata tidak mempunyai standart atau ukuran yang obyektif.

(27)

f. Konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang akan dibelinya ia hanya dapat melihat dari brochure, boolets, poster.

g. Produk industri pariwisata banyak tergantung pada tenaga manusia dan sedikit sekali dapat digantikan dengan mesin.

h. Dari segi pemilikan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan membangun sarana kepariwisataan yang memakan biaya besar, mempunyai tingkat resiko yang tinggi, karena perubahan elastis permintaan sangat peka sekali.

2.5 Wisata Budaya

Wisata budaya yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang objek dan daya tariknya berupa seni budaya serta ciri khas tradisi budaya yang berlaku di dalam masyarakat.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya dapat di golongkan menjadi: 1. Pengolahan peninggalan sejarah.

2. Pengolahan atau pembangunan museum. 3. Pengolahan atau pembangunan monumen.

4. Pengolahan atau pembangunan pusat-pusat kesenian dan budaya. 5. Pembangunan taman satwa, dan lain-lain.

(28)

Dengan demikian, pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret suatu bangsa/suku bangsa dengan masyarakatnya, yang merefleksikan keanekaragaman dan identitas dari masyarakat atau bangsa.

Kebudayaan digolongkan ke dalam tiga wujud utama yaitu:

1. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan, dan sebagainya. Hal ini bersifat abstrak.

2. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari mansia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul dan bersifat konkrit, dapat diobservasikan atau di foto.

(29)

BAB III

GAMBARAN UMUM TANAH KARO

3.1 Letak Geografis Kabupaten Karo

Kabupaten karo disebut juga dengan Tanah Karo, terletak di Propinsi Sumatera Utara. Ibu kotanya adalah Kabanjahe. Tanah Karo terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang merupakan salah satu daerah hulu sungai. Kabupaten Karo berjarak 71 km dari kota Medan, dan memiliki luas 2,97% dari luas Sumatera Utara, atau sekitar 212.275 Ha.

Kabupaen Karo berada di ketinggian 120-1600 m di atas permukaan laut, sehingga daerah ini disebut juga sebagai daerah dataran tinggi. Dataran tinggi Karo dikelilingi oleh dua belas gunung (dalam bahasa Karo disebut deleng ), yaitu Deleng Barus, Deleng Sibayak, Deleng Pinto, Deleng Similir, Deleng Temanggu, Deleng Tinaruh, Deleng Simulai, Deleng Linggaras, Deleng Sibuaten, Deleng Sipiso-piso, Deleng Simpang Payung, dan Deleng Sinabung. Dua diantaranya merupakan gunung merapi, yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak, dan terdapat enam sungai besar yang mengalir ke samudra luas.

Secara geografis kabupaten Karo mempunyai batas-batas sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Dati II Langkat dan Deli Serdang. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Dati II Simalungun.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dati II Dairi.

(30)

Kabupaen Karo memiliki udara yang cukup sejuk dengan suhu 13 - 260C dan dengan kelembaban udara rata-rata 89%, serta curah hujan rata-rata1000 mm/tahun. Pada bebepapa kawasan di Kabupaten Karo yakni daerah yang berada di sepanjang gugusan Bukit Barisan seperti, kecamatan Payung, kecamatan Simpang Empat, kecamatan Barus Jahe, kecamatan Tigapanah, kecamatan Merek, kecamatan Kabanjahe, dan kecamatan Berastagi, curah hujan lebih tinggi dari derah lainnya di Kabupaten Karo. Di kawasan sekitar gugus Bukit Barisan ini curah hujan dapat diharapkan turun sepanjang tahun dan musim kemarau /kering sangat pendek sekali yakni probalitas bulan hujan lebih kurang 8%. Curah hujan tahunan di kawasan gugus Bukit Barisan dimaksud di atas adalah rata-rata 240 mm, sedangkan di bagian lainnya rata-rata 1. 700 mm / tahun.

Temperatur udara di wilayah kabupaten Karo bervariasi antara 170hingga 310C. Daerah

di kawasan gugus Bukit Barisan relatif dingin yakni dengan rentang temperatur udara antara 17 0 C-280 C, sedangkan kawasan lainnya bervariasi antara 220 C 310 C.

(31)

Dengan kondisi letak geografis wilayah Kabupaten Karo sedemikian rupa sehingga menghasilkan beberapa potensi sumber daya alam yang memiliki keunggulan dari daerah lain di Propinsi Sumatera Utara yakni:

1. letaknya dekat dengan Kota Medan

2. Lahannya subur dan cocok untuk budidaya holtikultura

3. Udaranya sejuk sehingga cocok untuk pariwisata/ peristirahatan 4. memiliki potensi alam untuk pariwisata antara lan;

 Gunung berapi Sinabung dan Sibayak

 Danau Lau Kawar di kaki Gunung Sinabung

 Sumber Air Panas di kaki Gunung Sibayak

 Air Terjun SiPiso-Piso/Danau Toba di Tongging

 Gua Alam dan padang penggembalaan/ perburuan

Sarana dan prasarana yang memadai juga menjadi salah satu penunjang pariwisata di Kabupaten Karo yang diminati oleh wisatawan. Penyediaan air bersih berasal dari Perusahaan Air Minum ( PAM ), listrik dari PLN untuk kepentingan industri dan masyarakat, jaringan jalan raya yang teratur, dan jaringan telekomunikasi yang memadai adalah prasarana yang ada di Kabupaten Karo untuk menunjang pertumbuhan industri pariwisata. Adapun sarana-sarana pendukung industri pariwisata seperti hotel berbintang dan hotel kelas melati, losmen, cottage, restoran, travel agent, Tourist Information Center ( TIC) dan money changer juga tersedia di Kabupaten Karo.

(32)

No. Nama Restoran Alamat

1. ANDALAS JL. Mesjid No. 157 2. ASIA RESTAURANT Jl. Veteran No. 62 3. BUDIAMAN Jl.Veteran No. 62 4. BUDI JAYA Jl.Veteran No 51 5. BUNDO KANDUANG Jl. Veteran No. 21 6. SIANG MALAM Jl. Trimurti I No.91 7. MUSLIMIM Jl.Veteran No. 387 8. SEHAT Jl. Veteran No. 315 9. GARUDA Jl.Veteran No. 10 10. RAYMOND Jl. Veteran No. 49

No Nama Hotel Kelas Alamat

1. MIKIE HOLIDAY RESORT ***** Jl. Jamin Ginting Desa Sempa Jaya Berastagi ( 062891650) 2. GRAND MUTIARA ***** Jl. Peceren No. 168 Berastagi

(0628991311) 3. SINABUNG RESORT HOTEL ***** Jl. Kolam Renang Berastagi

(062891400) 4. HOTEL INT’L SIBAYAK **** Jl. Merdeka No 1 Berastagi

(062891301)

5. HOTEL GREEN GARDEN **** Jl. Jamin Ginting Desa Sempa Jaya Berastagi (062891777) 6. BERASTAGI COTTAGE ** Jl. Gundaling Desa Gongsol

Berastagi (06281345) 7. HOTEL RUDANG ** Jl. Sempurna No.16 Berastagi

(0628891313)

8. HOTEL BUKIT KUBU ** Jl. Jamin Ginting Desa Sempa Jaya Berastagi

9. HOTEL CITY INN * Jl. Jamin Ginting Desa Sempa Jaya Berastagi (062891348) 10 HOTEL DANAU TOBA INT’L * Jl. Gundaling Berastagi

(33)

3.2 Penduduk

Mayoritas penduduk Kabupaten Karo adalah suku Batak Karo yang terkenal gigih dan ulet dalam berusaha serta menjungjung tinggi norma-norma adat tang telah dipertahankan secara turun temurun. Saat ini jumalah penduduk Kabupaten Karo menurut BPS Tanah Karo sebanyak 276.763 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 130 jiwa/km. Orang Karo yang tinggal di wilayah Kabutaen Karo adalah 1/3 dari jumlah penduduk yang ada, selainnya tinggal di wilayah luar Kabupaten Karo, seperti Deli hulu, Langkat Hulu, Serdang dan Dairi. Kabupaten Karo terdiri dari 13 kecamatan yaitu kecamatan Mardinding, Tiga Binanga, Juhar, Munte, Lau baleng, payung, Kabanjahe, Berastagi, Simpang Empat, Barusjahe, Merek , dan Tigapanah.

3.3 Sistem Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten Karo

Penduduk daerah tingkat II Karo adalah masyarakat suku Karo dan ditambah pendatang lain seperti suku Tapanuli, Jawa, Simalungun, Cina dan lainnya, yang datang dari penjuru nusantara walau dalam jumlah yang terbatas.

Mayoritas penduduk Kabupaten Karo memeluk agama Kristen Protestan yakni sekitar 47,39%. Berikut ini data tentang pemeluk agama di Kabupaten Karo:

1. Agama Kristen Protestan 42,93% 2. Agama Kristen Katolik 28,08% 3. Agama Islam 24,12% 4. Agama Hindu dan Budha 2,48% 5. Agama lain-lain 2,39%

(34)

No Mata pencaharian Presentase

1. Pertanian 79.93%

2. Pedagang 11,49%

3. Pegawai Negeri 9,17% 4. Transportasi 1,13%

5. Konstruksi 1,12%

6. Industri 0,64%

7. Pertambangan 0,32%

8. Keuangan 0,09%

9. Perusahaan listrik, Gas, Air mineral 0,87%

10. Lain-lain 0,37%

3.4. Budaya dan Adat Istiadat Masyakat Karo

Sarjani Tarigan ( 2008 : 59 ) dalam bukunya yang berjudul Dinamika Orang Karo, Budaya dan modernisasi menyatakan bahwa,

suatu bangsa adalah gambaran cara hidup masyarakat dari bangsa yang bersangkutan. Tinggi rendahnya budaya suatu bangsa, tercermin dari materi-materi budaya yang ada pada bangsa itu. Suku Karo sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar, pada masa lampau telah memiliki budaya yang cukup tinggi ( kata cukup tinggi menunjukkan nilai luhur ), yang dapat dibuktikan dari materi Karo yang dapat dikatakan telah lengkap, seperti:

a. Tatanan kehidupan masyarakat Karo yang terikat di dalam suatu sistem, yaitu Merga silima, Tutur Siwaluh, Rakut Sitelu.

b. Tulisan dan bahasa Karo yang cukup kaya ( perhatikan istilah iluh, meluat, buganna , daluna, dan masih banyak lagi).

c. Peralatan hidup yang cukup lengkap, seperti : kudin, ukat, busan-busan, cuan, dan lain sebagainya. Hal ini sangat tinggi nilainya karena nama-namanya asli bahasa Karo, bukan berasal dari bahasa asing, seperti cangkul, piring, sendok dan lain sebagainya. d. Pembinaan rohaniah/ kepercayaan serta tata cara pelaksanaanya seperti ngelegi tendi,

(35)

e. Alat-alat kesenian Karo yang beragam jenisnya, sesuai dengan kepentingan, seperti perangkat gendang, sarune, belobat dan lain sebagainya.

f. Ragam busana, baik untuk pria maupun untuk wanita, bentuk busana berbeda-beda dalam berbagai jenis dan ragam pesta. Seperti pesta perkawinan, guro-guro aron, kemalengan. Semua acara ini memiliki bentuk yang berbeda-beda.

g. Penentuan hari untuk turun ke ladang menanam padi, didasarkan kepada musim ( semacam ramalan suaca ).

h. Nama-nama hari seperti aditia, suma, nggara dan lain sebagainya. i. Dan lain-lain

Wilayah daerah Kabupaten Karo mayoritas dihuni oleh suku Batak Karo yang terkenal gigih dan ulet dalam berusaha serta menjungjung tinggi norma-norma adat yang telah dipertahankan secara turun temurun. Ikatan adat ini membuat masyarakat Karo hidup penuh kekeluargaan, dinamis dan mengikuti zaman.

Sistem kekerabatan pada masyarakat Karo diatur melalui identitas merga yang merupakan warisan nenek moyang dari garis keturunan ayah ( patrilineal ). Masyarakat Karo mengenal lima marga atau dikenal dengan istilah merga silima.

Merga silima yaitu lima marga ( klan ) besar yang ada pada suku karo

 Ginting

 Sembiring

 Perangin-angin

 Karo-karo

 Tarigan

Dari marga di atas masih terdapat sub-sub marga. Berdasarkan marga ini maka tersusunlah pola kekerabatan yang dikenal dengan rakut sitelu, tutur siwaluh, perkade-kaden sepuluh dua.

(36)

- Kalimbubu yaitu kelompok pemberi dara bagi keluarga ( merga ) tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari sering juga disebut dibata ni idah (Tuhan yang dilihat ), karena kedudukannya yang sangat dihormati.

- Senina yaitu saudara semarga, atau bersaudara.

- Anak beru yaitu anak perempuan dan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat karo dikenal sebagai kelompok yang mengambil istri dari keluarga ( merga ) tertentu.

b. Tutur Siwaluh, yaitu jalur tutur atau hubungan kekerabatan dari pihak ayah atau ibu yang terdiri dari:

- Sembuyak; saudara kandung ( satu ayah ibu ), satu kakek ( nini ) atau satu empung nu empung atau sub marga.

- Senina; saudara semarga yang memiliki hubungan darah

- Senina si pemeren; orang-orang yang bersaudara ( ersenina, erturang ) karena ibu mereka bersaudara atau beru ibu mereka sama.

- Senina Siparibanen; orang-orang yang bersaudara ( ersenina ) karena istri mereka bersaudara ( sembuyak ) atau beru istri mereka sama.

- Anak Beru; anak perempuan yang telah menikah, atau seluruh anak perempuan beserta suaminya.

- Anak Beru Menteri; hubungan dari saudara dari seluruh anak perempuan dari pihak anak beru, sembuyak, senina siparibanen, senina siparibanen.

- Kalimbubu; saudara laki-laki dari ibu atau paman kita.

- Puang kalimbubu; kalimbubu dari paman kita, bila ia menikahi anak perempuan dari keluarga tertentu.

(37)

- Nini : nenek - Bulang : kakek

- Nande : ibu kandung - Bapa : ayah kandung

- Mama : paman, atau saudara laki-laki ibu - Mami : istri dari paman

- Bengkila : suami dari saudara perempuan ayah - Bibi : saudara perempuan ayah

- Permain : panggilan yang digunakan ayah/ibu untuk istri dari anak laki- lakinya - Bere-bere : panggilan yang digunakan paman/bibi untuk anak laki-laki atau perempuan - Kempu : cucu

- Anak

Dengan adanya pola kekerabatan ini, hubungan antar golongan atau marga dapat tercipta dengan seimbang dan serasi. Pihak semarga harus seia sekata, sepenanggungan, agar tidak terjadi perselisihan. Selain itu kepada kalimbubu harus hormat karena merelaka lah pemberi berkat yang dianggap sebagai Tuhan yang tampak (Dibata ni idah ).

Masyarakat suku Karo mengikut garis keturunan berdasarkan garis keturunan ayah, dalam hal ini anak laki-lakilah yang melanjutkan marga yang diturunkan dari ayahnya. Sedangkan anak perempuan yang telah menikah, akan keluar dari keluarga ayahnya, dan masuk ke keluarga suaminya.

(38)

Secara umum klen-klen marga bersifat eksogami ( pernikahan diluar kelompok/marga) kecuali pada sub klen tertentu. Disinilah marga sangat berperan untuk mengetahui seseorang itu berimpal ( boleh menikah ) atau berturang ( tidak boleh menikah ). Pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang memiliki marga yang sama dianggap pantang, dan mereka akan diusir dari masyarakat dan dikucilkan.

Hak dan kewajiban di dalam kekerabatan merupakan suatu kekuatan gotong-royong serta rasa solidaritas yang tinggi. Hal ini ditandai dengan adanya sanksi yang berlaku bagi orang yang lalai dalam melaksanakan kewajiban adat. Namum pada masa sekarang ini, ikatan seperti itu kian menipis dalam kehidupan bermasyarakat pada masyarakat Karo.

3.5Potensi Pariwisata di Kabupaten Karo

Objek wisata dan atraksi wisata di Kabupaten Karo sudah sangat dikenal di daerah Sumatera Utara dan bahkan di Indonesia dan manca negara. Kita dapat menjumpai objek-objek wisata seperti objek wisata budaya, objek wisata alam, dan objek wisata peninggalan sejarah. Kesemuanya ini adalah potensi yang dapat menjadikan Tanah Karo sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) yang diminati. Uraian berikut ini adalah mengenai objek dan atraksi wisata di Kabupaten Karo.

3.5.1Objek Wisata Alam

a.Lau Debuk-Debuk

(39)

membersihkan diri dari roh-roh jahat dan niat-niat yang tidak baik. Jarak antara dari kota Berastagi ke objek wisata ini 10 km.

b. Air Terjun Sikulikap

Ait terjun Sikulikap mempunyai ketinggian jatuh 30m. Tempat ini dikelilingi hutan hujan tropis tempat Gibon bergantungan yang kadang kala berteriak bersahut-sahutan. Di sekitar lokasi ini terdapat kupu-kupu yang berwarna-warni. Jarak dari kota Berastagi ke objek wisata ini adalah 11 km dan dapat ditempuh dengan menggunakan bus besar ataupun kecil tujuan Medan-Berastagi.

c. Penatapen

penatapen terletak tidak jauh dati kota Berastagi. Dari tempat ini kita bisa melihat pemandangan desa Bandar Baru dan kota Medan yang indah di malam hari sambil menikmati jagung bakar dan rebus. Untuk sampai ke tempat ini, kita dapat menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Di tempat ini kita juga dapat melihat monyet yang berkeliaran. Jaraknya 12 km dari Berastagi.

c. Bukit Gundaling

Bukit ini ditumbuhi oleh pohon kayu dan bunga-bungaan, sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda yang merupakan tempat rekreasi bagi para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dari puncak bukit terlihat panorama kota Berastagi, Gunung Sibayak, dan Gunung Sinabung. Jarak dari kota Berastagi ke Bukit Gundaling 2 km.

d. Danau Lau Kawar

(40)

wisata ini 27 km dan dapat menggunakan roda empat melintasi beberapa desa dan lahan pertanian.

e. Gunung Sinabung

Gunung berapi Sinabung berlokasi di atas ketinggian 2.417 m diatas permukaan laut. Pendakian melewati belantara tropis dan tebing yang penuh dengan tantangan, dan puncak gunung terdapat hamparan untuk berkemah. Dari puncak gunung terlihat kawah yang mengeluarkan asap sulfatara serta pemandangan indah yang menawan. Jarak dari kota Berastagi ke tempat awal pendakian Gunung sinabung 30 km yaitu Sigarang-garang, Lau Kawar, Mardinding memakan waktu 4 jam.

f. Gunung Sibayak

Gunung berapi Sibayak dalam keadaan aktif, berlokasi di atas ketinggian 2.17m dari permukaan laut. Dari puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif mengeluarkan sulfatara dan pemandangan yang indah dan menawan. Jarak dari kota Berastagi ke tempat awal pendakian dari desa Raja Berneh adalah 15 km. Lama pendakian diperkirakan 2 sampai 3 jam . g. Gua Liang Dahar

Gua Liang Dahar mempunyai 3 ruang besar dengan ukuran masing-masing 500 m2, 400m2, dan 300 m2, serta ruang ukuran kecil lainnya. Di dalam gua terdapat mata air yang mengalir melalui terowongan kecil ke Desa Bekerah. Jarak antara Berastagi ke objek wisata ini 40 km.

h. Air Terjun Sipiso-piso

(41)

i. Hutan Wisata Deleng Lancuk

Hutan Wisata Deleng Lancuk adalah nama sebuah bukit yang berada didalam kawasan hutan Sibayak II (Sinabung) dengan luas 435 Ha. Termasuk Danau Lau Kawar telah ditunjuk menjadi TWA sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No.08/Kpts/II/1989 tanggal 6 Pebruari 1989. Secara administratif pemerintahan kawasan hutan wisata ini terletak di Desa Lau Kawar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Daerah Tingkat II Tanah Karo. Lokasi ini dapat

ditempuh dari Medan melalui Kabanjahe ± 1 1/2 jam, selain itu juga dapat ditempuh dari Kota Pematang Siantar melewati pinggiran Danau Toba.

Hutan Wisata Deleng Lancuk dan Danau Kawar memiliki potensi kepariwisataan yang sangat tinggi berupa kombinasi antara pepohonan berbuah dengan danau yang berair jernih. Disamping itu keadaan cuaca sejuk yang dipengaruhi oleh hembusan angin pegunungan segar membuat perasaan kita bila berada di lokasi ini semakin nyaman. Selain itu dilokasi ini juga terdapat sarana dan prasarana yang memadai sehingga lokasi ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing untuk berbagai kegiatan pariwisata alam.

3.5.2Ojek Wisata Budaya

a. Desa Budaya Peceren

(42)

b. Desa Budaya Lingga

Di desa ini terdapat bangunan rumah tradisional Karo berusia 250 tahun yang dikenal dengan nama Siwaluh Jabu dihuni oleh delapan kepala keluarga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tentram. Bahan bangunan tradisional ini terbuat dari kayu bulat, papan, bambu, dan beratap ijuk tanpa menggunakan paku yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu. Jarak dari kota Berastagi ke onjek wisata ini 15 km yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum dan juga kendaraan bus pariwisata.

c. Desa Dokan

Desa Dokan merupakan sebuah desa yang dikenal dengan desa budaya, karena memiliki bangunan tradisional. Jumlah bangunan tradisional yang terdapat pada desa ini adalah sebanyak delapan rumah dan kini tinggal 7 rumah yang masih di pergunakan. Rumah tradisional ini dibangun pada Tahun 1993, tetapi kebanyakan rumah tersebut sudah tua dan tidak di renovasi atau sudah tidak terawat.

3.5.3Atraksi Wisata

Selain memiliki objek wisata alam dan budaya, Kabupaten Karo juga menampilkan atraksi wisata untuk menarik minat pengunjung. Atraksi wisata biasanya menampilkan seni dan budaya Karo yang dilaksanakan pada event tertentu misalnya pada pesta Mejuah-juah. a. Tarian Gundala-gundala

(43)

masa kemarau atau untuk mengadakan ritual, tetapi diadakan pada event-even tertentu seperti pesta buah atau untuk menerima tamu yang di tinggikan dan dihormati seperti pejabat negara. b. Tari Tungkat

Tarian ini disebut ngelandekken tungkat. Para pelaku sebenarnya terdiri dari tujuh orang pria yang sudah dewasa, melambangkan tujuh Guru Pakpak Sidalanen. Alat yang dipakai dalam tarian ini ialah tungkat malaikat. Tarian ini bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat yang mendatangkan bala atau wabah penyakit dalam suatu kampung. Dan hanya guru atau paranormal yang dapat melaksanakannya. Sekarang dengan memudarnya kepercayaan lama, tari tungkat tidak hanya dimainkan pada waktu ada bala atau wabah penyakit yang disebut nagari, tetapi sudah merupakan tarian hiburan untuk menyambut para wisatawan atau tamu. Namum nilai-nilai sejarahnya tidak hilang.

d. Pesta Tahunan

Banyak upacara tradisional Karo yang menarik yang tidak kelihatan lagi di kalangan masyarakat Karo, tetapi ada beberapa yang masih dilakukan. Salah satu kegiatan yang umum adalah pesta tahunan yang dilaksanakan setiap tahun. Biasanya dilakukan setelah panen. Tari-tarian tradisional Karo dikumandangkan dan sajian makanan tradisional Karo. Menari tradisional Karo biasanya dimulai pada sore hari, oleh anak-anak muda dan sampai pagi hari. e. Pesta mejuah-juah

Pesta Mejuah-juah merupakan event yang diadakan satu tahun sekali dan diadakan di Taman Mejuah-juah Berastagi. Dalam event ini masyarakat Karo akan menampilkan berbagai seni dan budaya yang khas.

f. Ngampeken Tulan-tulan

(44)

baik dan dalam bahasa Karo disebut dengan griten. Ini adalah cara untuk menaikkan status para leluhur ( yang diangkat tulang belulangnya )

Upacara ini dilaksanakan masyakat Karo apabila keluarga yang ditinggal oleh leluhur mendapat rezeki yang berlebih utau merupakan pesan leluhur sebelum ia meninggal.

3.5.4Peninggalan Sejarah

a. Puntungan Meriam Putri Hijau

Bukti peninggalan sejarah Puntungan Meriam Putri Hijau dapat ditemui di Desa Sukanalu dan Seberaya, yang hingga sekarang oleh masyarakat sekitar masih dianggap mempunyai kekuatan magis dan setiap tahun dibersihkan serta diberi sesaji ( upah-upah ) atau cabal-cibalen oleh masyarat setempat. Jarak dari kota Berastagi ke desa Sukanalu 23 km ke desa Seberaya 7 km. Untuk mengunjungi objek wisata ini dapat menggunakan kendaraan ukuran besar dan transportasi bus umum.

b. Legenda ( cerita rakyat )

(45)

Sang raja dan Permaisuri mengabulkan permintaan sang putri, Sang raja memanggil semua masyarakat untuk berpesta bersama sesuai dengan permintaan Sang putri. Dalam kemeriahan pesta ada satu hal yang menjadi Pantangan bagi Manuk Sigurda Gurdi yaitu ekornya yang panjang tidak bisa disentuh. Semua orang tidak tahu tentang pantangan bagi Manuk Sigurda-Gurdi, hanya raja dan Permaisuri yang mengetahuinya.

Semua bersorak menari bersama menikmati irama musik dan Sang Putripun Memegang Ekor Manuk Sigurda-gurdi, kemarahan Manuk Sigurda Gurdi Membuat pesta menjadi Kacau, Sang Putri dikejar oleh Manuk Sigurda-Gurdi, seakan ingin membunuhnya. Putri berlari mendekati sang raja dan Pemainsuri serta berlindung dibelakang mereka. Sang Panglima dengan kesigapan dan kegagahannya tetap berusaha melindungi keluarga raja dari serangan Manuk Sigurda-Gurdi. Manuk Sigurda-Gurdi menyerang dan Panglima tetap bertahan melindungi keluarga raja. yang akhirnya Panglima berhasil mengalahkan Manuk Sigurda-Gurdi.

(46)

BAB IV

ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL KARO

4.1 Pengertian Rumah Tradisional Karo

Salah satu arsitektur tradisional warisan budaya Karo adalah rumah tradisional Karo yang terkenal dengan sebutan rumah si waluh jabu, yaitu rumah delapan keluarga. Disebut demikian kerena memang rumah tradisional yang relatif besar ini dihuni oleh delapan keluarga. Kedelapan keluarga tersebut biasanya masih mempunyai hubungan kekeluargaan satu sama lain. Rumah ini biasanya didirikan berdasarkan aliran air sungai pada suatu kampung yaitu kenjahe ( hilir ) dan kenjulu ( hulu ).

(47)

Atap rumah tradisional Karo berbahan ijuk dan untuk menyanggah atap dibuat tiang pokok yang besar dan menjulang ke langit, yang disebut tunjuk langit. Pada ke dua ujung atap terdapat segi tiga yang disebut dengan ayo-ayo, melambangkan sangkep si telu ( sistem kekerabatan yang terdapat pada masyarakat Karo ). Pada puncak ayo-ayo digantungkan tanduk atau kepala kerbau dengan letak kepala menunduk ke bawah. Hal ini melambangkan keramah-tamahan penghuni rumah dalam menerima tamu-tamu yang datang, tetapi di sisi lain juga melambangkan kesiap-siagaan penduduk dalam menghadang dan menyerang orang-orang yang hendak berbuat jahat di kampung tersebut.

Sesuai dengan bentuk atapnya, rumah tradisional Karo terdiri dari dua macam, yaitu rumah tradisional biasa dan rumah anjung-anjung. Rumah tradisional Karo biasa mempunyai ayo-ayo dan dua kepala tanduk kerbau, sedangkan pada rumah anjung-anjung terdapat paling sedikit delapan ayo-ayo dan delapan kepala tanduk kerbau.

Setiap keluarga (jabu) menempati posisi di rumah tradisional sesuai dengan struktur sosialnya dalam keluarga. Di sebelah Timur disebut Bena Kayu (pangkal kayu) dan sebelah barat disebut Ujung Kayu. Sistem jabu dalam rumah tradisional Karo mencercerminkan kesatuan organisasi, di mana terdapat pembagian tugas yang tegas dan teratur untuk mencapai keharmonisan bersama yang dipimpin oleh Jabu Bena Kayu/Jabu Raja.

Urutan ruangan dalam rumah adat Siwaluh Jabu adalah sebagai berikut :

1. Jabu Bena Kayu yaitu ruangan di depan sebelah kiri, didiami oleh pihak marga tanah dan pendiri kampung, yang biasanya adalah penghulu atau pemimpin di rumah tersebut. 2. Jabu Sedapur Bena kayu yaitu ruangan yang biasanya ditempati oleh anak beru

(48)

peninggel-ninggel ( jabu yang didiami oleh orang-orang yang bertindak sebagai saksi ) 3. Jabu ujung kayu, disebut juga sebagai Jabu Sungkun Berita, didiami oleh Anak Beru

Tua, yang bertugas memecahkan setiap masalah yang timbul.

4. Jabu Sedapur Ujung Kayu yaitu ruangan sedapur dengan jabu ujung kayu, dinamai Jabu Silengguri. Jabu ini didiami oleh anak beru dari jabu Sungkun Berita.

5. Jabu Lepar Bena Kayu, yakni ruangan yang terletak berseberangan dengan Jabu Bena Kayu, didiami oleh Biak Senina.

6. Jabu Sedapur Lepan Bena Kayu yaitu ruangan yang sedapur dengan Jabu Lepar Bena Kayu, didiami oleh Senina Sepemeren atau Separiban.

7. Jabu Lepar Ujung Kayu, didiami oleh Kalimbubu yaitu pihak pemberi gadis, ruangan ini disebut Jabu Silayari.

8. Jabu Sedapur Lepar Ujung Kayu yaitu ruangan yang sedapur dengan Jabu Lepar Ujung Kayu. Didiami oleh Kalimbubu dari Jabu Silayari. Kedudukan Kalimbubu ini cukup dihormati didalam adat.

4.2 Sejarah Pembuatan Ornamen

Masyarakat Karo pada masa sebelum masuknya pengaruh Hindu, budha, Islam dan Barat masih hidup di alam primitif, dimana pada masa itu manusia belum mempunyai suatu kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam sekitarnya diakibatkan oleh suatu proses alam. Mereka selalu menghubungkan setiap kejadian dengan kepercayaan yang dianut yaitu animisme dan dinamisme.

(49)

berpikir dan berindak serba material cultural yang semuanya dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup lahir dan batin

Masyarakat suku Karo pada masa itu sangat percaya akan adanya kekuatan di luar alam ini yang menyebabkan hidup dan gerak di alam, dan dengan demikian mereka umumnya berusaha menjalin hubungan yang baik dengan kekuatan tersebut agar tetap dilindungi serta terhindar dari mara bahaya, supaya tidak digangu oleh mahluk halus atau sebangsanya, maka masyarakat Karo membuat simbol-simbol, baik berupa patung maupun ragam hias (ornamen ).

Dalam pembuatan ornamen pada jaman dahulu belum terpikir tentang unsur indah dan cantik, tetapi terpaut pada segi praktis. Dalam pembuatan wadah ( tempat makanan ) misalnya, maka yang diharapkan adalah agar makanan di dalam wadah tahan lama, makanan tetap awet, sehingga dibuat lambang-lambang ( simbol ) anti keracunan, yang selalu berhubungan dengan cara berpikir dan kepercayaan masyarakat Karo pada masa itu. Bila membuat rumah harus bebas dari serangan makhluk hidup lainnya, terhindar dari makhluk gaib, murah rezeki, panjang umur, terhindar dari serangan alam seperti bencana alam, gempa, petir dan lain sebagainya. Untuk itu dibuat simbol berupa penolak bala, kesuburan dan lainnya. Lambang-lambang tersebut kadang-kadang menggambarkan bentuk motif di luar yang ada di dunia ini, tetapi simbol yang paling banyak adalah berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.

(50)

4.3 Motif Ornamen Yang Digunakan Pada Rumah Tradisional Karo

Dilihat dari bentuknya maka ragam hias ( ornamen ) rumah tradisional Karo terdiri dari 1. Binatang

2. Manusia 3. Angkasa

4. Tumbuh-tumbuhan 5. Geometris

a. Motif binatang pola dasarnya adalah bentuk binatang dari berbagai jenis dan tingkatannya,

maupun bagian dari motif tersebut. Motif ini adakalanya hanya berbentuk sederhana dan menjurus ke dalam kelompok motif lainnya terutama geometris.

b. Motif manusia pada dasarnya adalah bentuk manusia atau bagian dari padanya.

c. Motif angkasa pola dasarnya nama-nama benda angkasa dari berbagai jenis yang disusun

secara tergabung atau merupakan unsur tersendiri.

d. Motif tumbuh-tumbuhan pola dasarnya adalah tumbuh-tumbuhan atau bagian daripadanya

yang penggabungannya sering benbentuk geometris. Motif ini sering melengkapi motif ragam hias lainnya yang disusun secara tergabung.

e. Motif geometris yaitu suatu hiasan dengan pola dasarnya adalah gambar-gambar sejajar,

(51)

4.4 Jenis dan Bentuk Ornamen Rumah Tradisional Karo

Jenis dan makna ornamen rumah tradisional Karo akan di jabarkan sebagai berikut:

4.4.1 Ornamen Pengeret-eret

(52)

4.4.2 Ornamen Tapak Raja Sulaiman

Ornamen ini bermotif geometris berupa garis yang menyimpul dan membentuk jalinan motif bunga dan membentuk segi empat. Nama ornamen ini diambil dari nama raja yakni Raja Sulaiman yang dianggap sakti dan ditakuti oleh makhluk jahat, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar dengan status sebagai raja yang tinggi kedudukannya. Selaian penggunaannya sebagai ornamen yang diterakan pada rumah tradisional Karo. Ornamen Tapak Raja Sulaiman disembah juga guna untuk meminta rezeki. Permintaan rezeki ini dilaksanakan dengan perantaraan dan petunjuk dukun yang mempunyai ilmu tinggi.

(53)

4.4.3 Ornamen Tupak Salah Silima-lima

[image:53.595.166.399.166.357.2]
(54)

4.4.4 Ornamen Ipen-ipen

Ornamen ipen-ipen dalam bahasa Indonesia adalah gigi. Ornamen ini berbentuk geometris yang mengandung makna sebagai kesehatan gigi, supaya pertumbuhan gigi anak-anak jangan tergangu. Manusia tanpa gigi sangat kurang menarik, begitu jugalah ornamen yang terdapat di rumah tradisional Karo, tanpa adanya ipen-ipen sangat kurang keindahan dan keharmonisannya. Biasanya ornamen ipen-ipen ini lebarnya antara dua sampai tiga sentimeter dipinggir papan dengan kata lain sebagai hiasan tepi yang cukup menarik.

(55)

4.4.5 Oramen Desa Siwaluh

Ornamen ini menggambarkan gambar mata angin. Ornamen ini berbentuk Geometris/alam. Masyarakat Karo pada jaman dahulu sudah mengetahui atau mengenal mata angin yang terdiri dari :

Utara : Utara

Daksina : Selatan Purba : Timur Putima : Barat Iresen : Timur laut Nariti : Barat Daya Mangabia : Barat Laut Aguni : Tenggara

(56)

suku Karo, maka dibuat dan diwujudkan dalam bentuk Oramen. Ornamen ini biasanya tedapat pada bagian ujung dinding depan sebelah kanan dan kiri.

4.4.6 Ornamen Para-para /Gundur Mangalata

(57)

4.4.7 Ornamen Tanduk Kerbo Payung

(58)

4.4.8 Ornamen Bendi-bendi ( Pengalo-ngalo )

(59)

4.4.9 Ornamen Tampuk-Tampuk Pinang

(60)

4.4.10 Ornamen Pucuk merbung

(61)

4.4.11 Ornamen Tulak Paku Petundal

(62)

4.4.12 Ornamen Tutup Dadu dan Cimba Lau

(63)

4.4.13 Ornamen Bindu Matoguh

(64)

4.4.14 Ornamen Embun Sikawiten

(65)

4.5 Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo

Ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo mempunyai fungsi tersendiri yang berhubungan dengan adat, kepercayaan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Karo. Berikut ini akan dijabarkan fungsi ornamen rumah tradisional Karo sesuai dengan ornamen-ornamen di atas.

4.5.1 Fungsi Ornamen Pengeret-eret

Ornamen ini mempunyai fungsi sebagai pengikat dinding ( derpih ) pada rumah adat Karo, motif ornamen berupa gambar cecak diyakini memiliki kekuatan magis yaitu sebagai penolak bala dan ancaman roh jahat yang ingin menggangu penghuni rumah, ornamen ini juga melambangkan suatu kekuatan dan kesatuan keluarga serta penangkal setan

4.5.2 Fungsi Ornamen Tapak Raja Sulaiman

Sesuai dengan maknanya maka ornamen ini selain berfungsi untuk penolak bala, menahan roh-roh jahat, anti racun, dan gatal-gatal, juga berfungsi sebagai petunjuk jalan supaya jangan tesesat di perjalanan terutama di hutan.

4.5.3 Fungsi Ornamen Tupak Salah Silima-lima

(66)

4.5.4 Fungsi Ornamen Ipen-ipen

Ornamen ini berfungsi sebagai penolak bala dan penangkal setan, selain fungsi magis ornamen ipen-ipen juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk memperindah ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo, karena tanpa adanya ornamen ini sangat kurang keindahannya.

4.5.5 Fungsi Ornamen Desa Siwaluh

Ornamen berfungsi sebagai simbol perbintangan untuk menentukan arah yang baik dan buruk dalam melakukan suatu pekerjaan. Karena pada masyarakat tradisional apabila hendak melakukan atau memulai suatu pekerjaan mereka selalu berpanduan terhadap arah mata angina, seperti untuk memulai pekerjaan di sawah mereka terlebih dahulu melihat arah mata angin, supaya pekerjaan yang dikerjakan tidak sia-sia atau hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

4.5.6 Fungsi Ornamen Para-para / Gundur Mangalata

Ornamen ini tidak mempunyai fungsi yang mendalam, hanya sebagai hiasan untuk memperindah ukiran rumah tradisional Karo, penggunaan ornamen ini dipercaya sebagai penolak bala, sama seperti ornamen lainnya yang terdapat pada rumah tradisional karo.

4.5.7 Fungsi Ornamen Tanduk Kerbo Payung

(67)

memegang yang baik ) kerena dengan berbuat baik dan jujur maka dipercaya bala atau roh-roh jahat lainnya tidak akan datang melanda manuisia.

4.5.8 Fungsi Ornamen Bendi-bendi ( Pengalo-ngalo )

Ornamen bendi-bendi mempunyai fungsi sebagai pegangan apabila hendak memasuki rumah tradisional Karo dan untuk pegangan ibu-ibu hamil yang ingin melahirkan, dengan cara memasukkan benang satu sangkilen atau kain putih pada ornamen ini. Karena pada jaman dahulu masyarakat Karo melahirkan di depan rumah atau balcon, sehingga dibuatlah ornamen ini sebagai pegangan.

4.5.9 Fungsi Oranamen Tampuk-Tampuk Pinang

Ornamen ini tidak memiliki fungsi yang mendalam, hanya saja penggunaan ornamen ini sebagai hiasan untuk memperindah ukiran rumah tradisional Karo.

4.5.10 Fungsi Ornamen Pucuk Merbung

Sesuai dengan maknanya, maka ornamen ini berfungsi sebagai alat untuk pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat Karo tidak membuat keributan, memelihara kedamaian, melestarikan lingkungan dan tidak merusak peninggalan yang ada.

4.5.11 Fungsi Ornamen Tulak Paku Petundal

(68)

4.5.12 Fungsi Ornamen Tutup Dadu dan Cimba Lau

Sesuai dengan maknanya ornamen ini berfungsi sebagai sindiran terhadap masyarakat Karo yang suka melakukan perbuatan yang tidak baik yaitu berjudi. Ornamen tutup dadu juga berfungsi sebagai penangkal setan atau penolak bala. Dengan menerakan ornamen tersebut pada rumah tradisional Karo maka hantu-hantu atau roh-roh jahat tidak akan menggangu penghuni rumah tradisional Karo.

4.5. 13 Fungsi Ornamen Bindu Matoguh

Ornamen ini berfungsi sebagai penolak bala. Ornamen Bindu Matoguh ini melambangkan encikep simehuli ( memegang yang baik ) filosofis encikep simehuli adalah sebagai penolak bala yang tidak akan melanda bila manusia berbuat baik. Ornamen ini juga berfungsi sebagai pelindung terhadap binatang buas seperti harimau, ular dan lain-lain

4.5.14 Fungsi Ornamen Embun Sikawiten

(69)

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Setelah penulis menguraikan, menjabarkan dan menganalisis bentuk dan fungsi dari ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo maka dapat disimpulkan bahwa ornamen tersebut memiliki fungsi yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat Karo tradisional, karena setiap ornamen dipercaya memberikan perlindungan bagi penghuni rumah tradisional Karo

Rumah tradisional Karo terdiri dari dua macam yaitu rumah tradisional biasa dan rumah anjung-anjung. Rumah tradisional Karo biasa mempunyai dua ayo-ayo dan dua kepala tanduk kerbau, dan biasanya yang menempati rumah tersebut adalah masyarakat biasa. Sedangkan rumah anjung-anjung terdapat paling sedikit delapan ayo-ayo dan delapan tanduk kerbau dan yang menempati rumah tersebut adalah pendiri kampung atau kepala suku. Dari kelengkapan ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo, maka masyarakat luar dapat mengetahui status sosial yang mendiami rumah tersebut.

(70)

Berdasarkan analisis penulis maka ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo ada empat belas jenis ornamen yaitu ornamen pengeret-eret, tapak raja sulaiman, tupak salah silima-lima, ipen-ipen, desa siwaluh, para-para, tanduk kerbo payung, tampuk-tampuk pinang, pucuk merbung, tulak paku petundal, tutup dadu, bindu matoguh dan embun sikawiten. Namun mengenai fungsi ornamen yang terdapat pada rumah adat Karo selain memiliki fungsi magis, ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo juga sebagai hiasan untuk memperindah rumah tradisional Karo tersebut, karena dalam pembuatan ornamen- ornamen yang terdapat pada rumah tradisional Karo tampak dikerjakan sesuai cita rasa seni masyarakat tradisional..

5.2 Saran

Setelah mengadakan penelitian ornamen rumah tradisional Karo, penulis mencoba untuk mememberi saran kepada pembaca supaya terus melakukan penelitian tentang ornamen-ornamen yang dimiliki masyarakat Karo. Karena masih banyak budaya-budaya masyarakat Karo yang belum diangkat menjadi karya tulis. Tujuannya adalah supaya kita dapat mempertahankan budaya dan adat istiadat Karo, sehingga budaya Karo tidak punah karena perkembangan zaman, olek karena itu penting untuk terus dilestarikan. Mengingat bahwa objek wisata budaya kampung Lingga merupakan salah satu aset kepariwisataan khususnya kepariwisataan untuk daerah kabupaten Karo. Dengan demikian perlu adanya kesadaran masyarakat Karo dalam mendukung dan melestarikan kebudayaan Karo

(71)
(72)

DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, Oka A.1983: Pengantar Ilmu Pariwisata.Bandung: Angkasa. Pendit, Nyoman S.1990: Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Tarigan, Sarjani. 2008: Dinamika Orang Karo, Budaya Dan Modernisme. Medan. Sitepu, Rahman,dkk. 2006: Bahasa Dan Budaya Daerah Karo : CV Sitepu.

Pendit, Nyoman S.2002: Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita. Prinst, Darwan. 2008: Adat Karo. Medan : Bina Media Perintis.

Sitepu, A.G. 1995: Raham Hias ( Ornamen ) Tradisional Karo. Medan : Ulih Sabar. Sitanggang, Hilderia : Arsitektur Tradisional Batak Karo.

(73)

BIODATA

Nama : Tri Utami Sembiring Tempat/Tempat Tanggal Lahir : Lau Solu/19 April 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katholik

Alamat : Jl. Parang 3 No 10 P. Bulan Medan 20142 Tinggi/Berat Badan : 155/50

Pendidikan

Gambar

gambar bintang di langit yang menerangi bumi di malam hari. Ornamen ini Melambangkan

Referensi

Dokumen terkait