• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara. Disusun Oleh : AGUSTRIANI SINURAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara. Disusun Oleh : AGUSTRIANI SINURAYA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN KARO

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh : AGUSTRIANI SINURAYA

140902105

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2022

(2)

KABUPATEN KARO

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Program Studi Kesejahteraan Sosial

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh :

AGUSTRIANI SINURAYA 140902105

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2022

(3)
(4)

i

KABUPATEN KARO ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah besar yang dialami oleh hampir seluruh negara di dunia. Secara umum kemiskinan diartikan sebagai kondisi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhannya dan mengembangkan kehidupan menjadi lebih bermartabat dan lebih manusiawi. Kemisikinan ialah tingkat hidup yang rendah karna kekurangan materi untuk memenuhi kebutuhannya. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa program yang dikeluarkan oleh pemerintaah yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia salah satunya yaitu Program Keluarga Sejahtera. Tujuan utama dari KKS adalah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Dengan adanya program ini, perlu kita lihat bagaimana proses implementasi program KKS tersebut sesuai atau tidak sesuai.

Ada pun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Keluarga Sejahtera di desa Manuk Mulia, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Metode pada penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai implementasi KKS di desa Manuk Mulia, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo dengan menggunakan teori dari David C Kourten yaitu kesesuaian anatara program dengan pemanfaat, kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, dan kesesuaian antara organisasi pelaksana dengan kelompok pemanfaat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan studi kepustakaan, observasi, dan wawancara. Berdasarkan penelitia ini dapat diketahui bahwa kesesuaian antara program dengan pemanfaat dapat dikatakan sesuai karena para peneriama manfaat merasa terbantu dan pemberian bantuan dari program KKS juga tepat sasaran kepada penerima yang benar-benar layak mendapatkan bantuan dari Program Keluarga Sejahtera.

Kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana dapat dikatakan tidak sesuai karena dinas sosial daerah tidak dilibatkan dalam penentuan siapa saja yang layak menerima bantuan dari program KKS. Kesesuaian antara organisasi pelaksanan dengan kelompok pemanfaat dapat dikatakan sesuai karena para pendamping dan orang dari dinas sosial sangat baik kepada kelompok pemanfaat dan ramah ditambah lagi dengan pendampingan yang dilakukan dengan intens.

Setelah diadakan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Program KKS desa Manuk Mulia, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo ini sudah berjalan dengan baik walau dinas sosial daerah tidak dilibatkan dalam menentukan siapa saja yang layak mendapatkan bantuan dari Program Keluarga Sejahtera.

Kata kunci : Implementasi, Program Keluarga Sejahtera (KKS).

(5)

ii ABSTRACT

Poverty is a big problem experienced by almost all countries in the world.

In general, poverty is defined as a condition in which a person cannot fulfill his needs and develop a life that is more dignified and more human. Poverty is a low level of life due to lack of material to meet their needs. In Indonesia, there have been several programs issued by the government that aim to reduce poverty in Indonesia, one of which is the Prosperous Family Program. The main objective of the PSC is to reduce poverty and improve the quality of human resources, especially for the poor. With this program, we need to see how the process of implementing the PSC program is appropriate or not. The purpose of this research is to find out how to implement the Family Welfare Program in Manuk Mulia village, Tiga Panah District, Karo Regency. The method in this research is descriptive qualitative to get a clear picture of the implementation of KKS in Manuk Mulia village, Tiga Panah District, Karo Regency using the theory of David C Kourten, namely the suitability between the program and the beneficiaries, the suitability between the program and the implementing organization, and the suitability between the program and the implementing organization. implementing organization with benefit groups. Data collection techniques in this study are literature study, observation, and interviews. Based on this research, it can be seen that the suitability between the program and the beneficiaries can be said to be appropriate because the beneficiaries feel helped and the provision of assistance from the KKS program is also right on target to recipients who really deserve assistance from the Prosperous Family Program.

The suitability between the program and the implementing organization can be said to be inappropriate because the regional social service office is not involved in determining who is eligible to receive assistance from the PSC program. The suitability between the implementing organization and the beneficiary groups can be said to be appropriate because the facilitators and people from the social service are very kind to the beneficiary groups and are friendly, coupled with intense mentoring. After conducting the research, it can be concluded that the implementation of the PSC Program in Manuk Mulia Village, Tiga Panah Subdistrict, Karo Regency has been going well even though the regional social service office is not involved in determining who is eligible to receive assistance from the Prosperous Family Program.

Keywords: Implementation, Prosperous Family Program (KKS).

(6)

iii

berkat dan lipahan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan moril dan material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto. S.Sos, M.Si selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hendra Harahap M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi S.Sos, M.Si Ketua Jurusan Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Agus Suriadi S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing, saya ucapkan banyak terima kasih telah bersedia membimbing, membantu, meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran dalam penyelesaian pengerjaan skripsi saya ini.

5. Kepada seluruh dosen-dosen dan staf administrasi Departemen Kesejahteraan Sosial USU yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama perkuliahan.

6. Kepada kedua orang tua saya (S. Sinuraya dan J. Br Tarigan) Terimakasih sudah selalu mendukung, membesarkan, mendidik, dan memberikan yang terbaik. Dengan kesabaran dan doa terbaik serta dukungan moral dan materil yang tidak ternilai sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga buat adik-adik ku tersayang Adi Efrianto Sinuraya, Sola Gratia br

(7)

iv

7. Terima kasih buat Abang, kakak, adik-adik kempu iting dan kempu tigan yang selalu mendukung penulis kalian yang terbaik.

8. Terima kasih buat teman terdekat penulis Samuel Franco Hutabarat yang selalu mendukung dan memotivasi penulis ketika berada di titik jenuh penulisan skripsi ini. “harus kuat berjuang, ingat adek-adek kam yang jadi contoh ke mereka” terima kasih semangatnya.

9. Terima kasih kepada teman-teman saya Putri Wulandari, Irma Agustina Sinaga, sari Romatua Tampubolon, Restu Riana Siregar, Vero Nika Siagian, Rimita Saragih, Tantri tampubolon, Oci Selpida Ginting, Ade Viaulina Sembiring, Yanti Siahaan yang selalu memberikan dukungan kepada saya dalam penyelesaian skripsi saya ini.

10. Terima kasih kepada abang Maja barus dan kakak yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Terima kasih kepada teman-teman KKN Kelompok 1 Lahewa Nias Utara yang memberi dukungan kepada penulis dan semoga kita semua sukses di kemudian hari.

12. Kepada teman-teman kessos stambuk 2014 semoga sukses untuk kita semua dan segala yang kita cita-citakan dapat tercapai.

13. Terima kasih juga buat informan dan orang-orang yang ikut serta memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran

(8)

v

kata dengan rendah hari penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Januari 2022 Penulis

Agustriani br Sinuraya 140902105

(9)

vi

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian ... 12

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12

1.4 Sistematika penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 15

2.1.1 Implementasi ... 16

2.1.2 Implementasi Program ... 18

2.1.3 Konsep Kartu Keluarga Sejahtera ... 20

2.1.3.1 Pengertian Kartu Keluarga Sejahtera ... 20

2.1.3.2 Fungsi Kartu Keluarga Sejahtera ... 22

2.1.4 Keluarga miskin ... 23

2.1.5 Kesejahteraan sosial ... 33

2.1.5.1 Penertian Kesejahteraan Sosial ... 33

2.1.5.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial ... 34

2.2 Penelitian yang Relevan ... 35

2.3 Kerangka Pemikiran... 37

2.4 Definisi Konsep ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Penelitian ... 42

3.3 Informan Penelitian ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.5 Teknik Analisis Data... 45

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis desa Manuk Mulia... 47

4.2 Profil desa Manuk Mulia ... 48

4.2.1 Potensi desa Manuk Mulia ... 48

4.2.2 Sosial Ekonomi desa Manuk Mulia ... 50

4.3 Visi dan Misi desa Manuk Mulia ... 53

(10)

vii

4.7 Keadaan Sarana Prasarana ... 66

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 77

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 91

(11)

1 1.1.Latar Belakang

Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat dipastikan adanya golongan konglomerat dan golongan melarat. Dimana golongan yang konglomerat selalu bisa memenuhi kebutuhannya, sedangkan golongan yang melarat hidup dalam keterbatasan materi yang membuatnya semakin terpuruk. Sebagai masalah yang menjadi isu global disetiap negara berkembang, wacana kemiskinan dan pemberantasanya haruslah menjadi agenda wajib bagi para pemerintah. Peran serta pekerja sosial dalam menagani permasalahan kemiskinan sangat diperlukan, terlebih dalam memberikan masukan (input) dan melakukan perencanaan strategis tentang apa yang akan menjadi suatu kebijakan dari pemerintah.

Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atau Menteri PPN Bambang Brodjonegoro menilai angka tingkat kemiskinan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu menjadi capaian tersendiri bagi pemerintah. Capaian yang dimaksud adalah tingkat penurunan angka kemiskinan nasional yang signifikan dalam 10 tahun terakhir. Data BPS per September 2016 lalu, terdapat 27,76 juta penduduk miskin. Sedangkan pada September 2017, jumlah penduduk miskin turun jadi 26,58 juta atau berkurang 1,18 juta jiwa dalam setahun.

Perkembangan penurunan kemiskinan dalam 10 tahun terakhir, rata-rata penurunannya orang miskinnya hanya 500.000. Baru di tahun 2017, terjadi

(12)

penurunan yang luar biasa kata Bambang saat ditemui di kantornya, Selasa (9/1/2018). Pada Senin (2/1/2018) lalu, BPS merilis data angka kemiskinan per September 2017 yang dibandingkan dengan data pada Maret 2017 atau dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Bambang menjelaskan, data yang mereka pakai untuk perbandingan ini adalah tahun ke tahun, sehingga mengacu pada data September 2016 lalu.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/09/174725326/bappenas-penurunan- angka-kemiskinan-2017-tertinggi-dalam-10-tahun-terakhir diakses pada 12 april 2018, pukul 21:15.

Secara umum, pada periode 2010 sampai September 2020, tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase, pengecualian pada September 2013, Maret 2015, Maret 2020, dan September 2020. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2013 dan Maret 2015 dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Sementara itu, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 dan September 2020 disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2020 mencapai 27,55 juta orang. Dibandingkan Maret 2020, jumlah penduduk miskin meningkat 1,13 juta orang. Sementara jika dibandingkan dengan September 2019, jumlah penduduk miskin meningkat sebanyak 2,76 juta orang. Persentase penduduk miskin pada September 2020 tercatat sebesar 10,19 persen, meningkat 0,41 persen terhadap Maret 2020 dan meningkat 0,97 persen terhadap September 2019. Berdasarkan

(13)

daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2020 sampai September 2020, jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 876,5 ribu orang, sedangkan di perdesaan naik sebesar 249,1 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 7,38 persen menjadi 7,88 persen. Sementara itu, di perdesaan naik dari 12,82 persen menjadi 13,20 persen.

https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/15/1851/persentase-penduduk-

miskin-september-2020-naik-menjadi-10-19-persen.htmldiakses pada 14 oktober 2021 pukul, 12:00.

Sedangkan Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2017 sebanyak 1.326,57 ribu orang (9,28%), turun sebesar 0,94 poin dibandingkan persentase penduduk miskin Maret 2017 yang berjumlah 1.453,87 ribu orang (10,22%).

1. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 8,96 persen, menurun dibanding Maret 2017 yang sebesar 9,80 persen. Demikian juga penduduk miskin di daerah perdesaan, turun dari 10,66 persen pada Maret 2017 menjadi 9,62 persen pada September 2017.

2. Pada September 2017, garis kemiskinan Sumatera Utara secara total sebesar Rp.423.696 per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp.438.894 sedangkan untuk daerah perdesaan sebesar Rp.407.157 per kapita per bulan.

3. Pada periode Maret 2017 sampai September 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. P1 turun dari 1,714 pada Maret 2017 menjadi

(14)

1,499 pada September 2017, dan P2 turun dari 0,445 pada Maret 2017 menjadi 0,366 pada September 2017.

https://sumut.bps.go.id/pressrelease/2018/01/02/508/penduduk-miskin-sumatera- utara-september-2017-sebanyak-1-326-57-ribu-orang--9-28-persen---.html diakses pada 12 April 2018 pukul 21:25.

Secara umum, pada periode Maret 2009 sampai Maret 2021 tingkat kemiskinan di Sumatera Utara terjadi fluktuasi turun naik dalam jumlah maupun persentase. Ada dua fase turun naik yang terjadi, fase pertama dari Maret 2009 cenderung menurun hingga Maret 2014 dan kemudian meningkat hingga Maret 2017. Fase kedua terjadi penurunan pada September 2017 hingga September 2019 dan kemudian meningkat lagi sejak Maret 2020 hingga Maret 2021. Kenaikan tingkat kemiskinan pada fase pertama, khususnya pada September 2013, September 2014 hingga September 2015 dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak.

Sementara itu, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada fase kedua, periode Maret 2020 hingga Maret 2021 merupakan dampak terjadinya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia. Kendati demikian, periode Maret 2021 mulai menunjukkan penurunan dibandingkan periode September 2020.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2021 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.343,86 ribu jiwa atau sebesar 9,01 persen terhadap total penduduk Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk miskin tersebut meningkat jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2020. Tercatat jumlah penduduk miskin sebanyak 1.283,29 ribu jiwa atau sebesar

(15)

8,75 persen pada Maret 2020, dimana terjadi pertambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 60,57 ribu jiwa pada periode Maret 2020 sampai Maret 2021, dengan peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,26 poin. Jika dibandingkan dengan keadaan semester lalu pada September 2020, dimana jumlah penduduk miskin sebanyak 1.356,72 ribu jiwa dengan persentase 9,14 persen, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin pada Maret 2021 sebanyak 12,86 ribu jiwa dan penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,13 poin. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2020 sampai Maret 2021, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,43 ribu jiwa sedangkan di perdesaan turun sebanyak 12,43 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin di perkotaan turun dari 9,25 persen menjadi 9,15 persen, demikian pula di perdesaaan, turun dari 9,02 persen menjadi 8,84 persen.

https://sumut.bps.go.id/pressrelease/2021/08/02/843/persentase-penduduk-miskin- di-sumatera-utara-maret-2021-turun--0-13-poin-menjadi-9-01-persen.html diakses pada 14 Oktober 2021 pukul, 12:34.

Di kabupaten karo sendiri jumlah kemiskinan bertambah pada dari 357.954 keluarga di tahun 2016 menjadi 400.261 di tahun 2017 lalu. Pada periode 2016 sampai 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. P1 naik dari 1,38 pada Maret 2017 menjadi 1,48 pada September 2017, dan P2 naik dari 0,33 pada Maret 2017 menjadi 0,54 pada September 2017.

https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/03/1263/indeks-keparahan-

kemiskinan-p2-menurut-kabupaten-kota-2015---2017.html (diaksespada 20 april 2018 pukul 15:45)

(16)

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada Maret 2020 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Karo sebanyak 36.570 orang atau sebesar 8,70 persen terhadap total penduduk. Angka tersebut bertambah 2.490 orang atau meningkat 0,47 persen poin dibandingkan tahun 2019 yang tercatat sebesar 34.080 orang akibat pandemi covid-19.

Secara umum persentase kemiskinan Kabupaten Karo cenderung fluktuatif dari tahun 2 016 hingga tahun 2020. Pada tahun 2016, persentase kemiskinan Kabupaten Karo tercatat sebesar 9,81 persen, pada tahun selanjutnya terjadi kenaikan sebesar 0,16 persen poin menjadi 9,97 persen. Selanjutnya, terjadi perbaikan yang dapat diihat dari penurunan persentase kemiskinan pada tahun 2018 dan 2019. Pada tahun 2018, angka persentase kemiskinan tercatat sebesar 8,67 persen, menurun 1,30 persen poin dibandingkan tahun 2017. Angka ini terus menurun sebesar 0,44 persen poin menjadi 8,23 persen pada tahun 2019. Namun, pada tahun selanjutnya, tahun 2020 persentase kemiskinan Kabupaten Karo kembali mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan adanya pandemi covid19 yang melanda seluruh dunia dan berdampak bukan hanya pada bidang kesehatan melainkan juga pada perekonomian.

Pada tahun 2020, persentase kemiskinan Kabupaten Karo tercatat sebesar 8,70 persen, meningkat 0,47 persen poin dibandingkan tahun 2019. Pada tahun 2020, tingkat kemiskinan Kabupaten Karo berada dibawah angka kemiskinan Provinsi Sumatera Utara. Persentase kemiskinan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2020 tecatat sebesar 8,75 persen. Angka ini lebih tinggi 0,05 persen poin dibandingkan dengan persentase kemiskinan Kabupaten Karo pada tahun yang sama.

(17)

Berdasarkan hasil Susenas 2016 sampai 2020, garis kemiskinan Kabupaten Karo cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 garis kemiskinan tercatat sebesar Rp 400.261 per kapita per bulan. Angka ini meningkat 25,15 persen menjadi Rp 500.921 per kapita per bulan pada tahun 2020. Jika dilihat lebih rinci per tahun, secara rata-rata garis kemiskinan Kabupaten Karo tumbuh sebesar 6,99 per tahun. Kenaikan garis kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yakni sebesar 11,82 persen sedangkan kenaikan terendah terjadi pada tahun 2018 yakni 3,31 persen.

https://karokab.bps.go.id/pressrelease/2021/07/27/79/profil-kemiskinan- kabupaten-karo-tahun-2020.html diakses pada 14 Oktober 2021 pukul, 13: 03.

Kemiskinan merupakan masalah kompleks tentang kesejahteraan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender dan lokasi lingkungan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Namun penanganan kemiskinan selama ini masih belum terlaksana secara maksimal dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga

(18)

belum optimal, untuk itu diperlukan perubahan yang menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah selama ini untuk memberikan peluang pada masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinan.

Kemiskinan terjadi akibatnya banyaknya jumlah orang dalam satu keluarga, ekonominya kurang baik, lapangan kerja yang masih kurang, pendidikan yang rendah, dan kurangnya keterampilan.

Menjadi negara sejahtera di berbagai aspek atau bidang merupakan impian dan cita-cita bersama masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Hal ini terlihat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu memajukan kesejahteraan umum. Berdasarkan hal tersebut dapat ditafsirkan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melakukan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan.

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dengan Boediono dibentuklah Lembaga Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sebagai wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan.

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah meluncurkan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dalam rangka Program Percepatan dan Perluasan Sosial.

Pada saat pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan Jusuf Kalla, Kartu Perlindungan Sosial (KPS) diganti dengan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang diterbitkan pemerintah sebagai identitas bagi penerima program perlindungan

(19)

sosial. Dalam menjalankan program-program perlindungan sosial ini, pemerintah mengeluarkan dua peraturan yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 166 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kemiskinan dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Sehat untuk membangun keluarga produktif.Pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui nawa citanya, pemerintah akan meningkatkan produktivitas kesejahteraan melalui program- program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Salah satu bentuk program tersebut adalah Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Sesuai dalam peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 166 tahun 2014 tentang program percepatan penanggulangan kemiskinan yang di atur dalam pasal 2 menyebutkan bahwa :(1) Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, pemerintah menetapkan program perlindungan sosial. (2) Program perlindungan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Program Keluarga Sejahtera b. Program Indonesia Pintar c. Program Indonesia Sehat

Kartu Keluarga Sejahtera adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda keluarga kurang mampu, sebagai pengganti Kartu Perlindungan Sosial (KPS), yang di atur dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif.

Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 terdiri atas 3 kartu yang dimana salah satunya yaitu Program keluarga sejahtera (KKS) Yang

(20)

menandai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat kurang mampu. Melalui pelaksanaan program ini, diperkenalkan penggunaan teknologi untuk menjangkau masyarakat kurang mampu agar penyaluran program dapat lebih baik dan efisien.

Dengan pelaksanaan program ini, pemerintah dapat meningkatkan martabat keluarga kurang mampu dengan perlindungan dan pemberdayaan serta tidak sekedar diberikan bantuan charity (amal).

Program Keluarga Sejahtera bagi pemegang Kartu Keluarga Sejahtera, merupakan program pemberian bantuan non tunai dalam bentuk simpanan yang diberikan kepada 15,5 Juta Keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia. Setiap keluarga mendapat dana sejumlah Rp.200.000 per Keluarga per Bulan dan kartu ini akan diisi setiap 2 bulan. Keberadaan program kartu keluarga sejahtera ini berawal dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2014 yang difungsikan sebagai pelaksanaan program kompensasi pengurangan subsidi BBM.

Tepatnya pada hari Senin, 3 November 2014 Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan 3 buah kartu yang bernama Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang sedianya akan segera di sosialisasikan kepada sebagian masyarakat Indonesia yang berhak mendapatkannya. Tahap awal, Presiden Jokowi mengutarakan bahwa yang berhak mendapatkannya adalah mereka yang sebelumnya telah memegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang pernah diterbitkan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Secara nasional penerima KKS telah mencapai 15,5 juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia, yang terdiri dari satu 1 juta keluarga diberikan dalam bentuk layanan keuangan digital dengan pemberian

(21)

simcard, dan sisahnya sebanyak 14,5 juta keluarga diberikan dalam bentuk giro pos secara bertahap di tahun 2015.

Untuk tahap awal, pembagian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), kartu sim berisi uang elektronik, dilakukan di 19 Kabupaten/Kota masing-masing di Jembrana, Pandeglang, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Cirebon, Kota Bekasi, Kuningan, Kota Semarang, Tegal, Banyuwangi, Kota Surabaya, Kota Balikpapan, Kota Surabaya, Kota Kupang, Mamuju Utara, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Karo.Program KKS yang diberikan dinilai dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dianggap sebagian kalangan masyarakat dapat mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia.

Dengan demikian penulis merasa perlu melakukan penelitian terkait program Kartu Keluarga Sejahtra (KKS) untuk mendapatkan gambaran secara luas terkait pelaksanaan program pemerintah untuk peningkatan ekonomi masyarakat melalui Program Kartu Keluarga Sejahtera. Penulis juga ingin melihat bagaimana pelaksanaan program dari Kementrian Sosial melalui Dinas Sosial dan pengimplementasiannya sampai di desa-desa yang ada di indonesia.

Masyarakat desa Manuk Mulia yang mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh tani tidak dapat memenuhi kebutuhannya karena pekerjaan buruh tani yang tidak ada setiap hari. Upah buruh tani hanya Rp 80.000 per harinya, dengan jam kerja dari jam 09:00 –17:00. Menjadi petani juga tidak menjamin tercukupinya kebutuhan karena harga jual hasil pertanian yang tidak stabil. Tingginya biaya pendidikan dan juga biaya pertanian membuat para petani memikul beban yang besar untuk memenuhinya.

(22)

Dari penjabaran di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai implementasi dari program KKS. Oleh karena itu penulis ingin mengambil judul

“Implementasi Program Kartu Keluarga Sejahtera Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Manuk Mulia Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka penulis menarik rumusan masalah dari penelitian ini ialah “Bagaimana pelaksanaan program kartu keluarga sejahtera (kks)di desa Manuk Mulia, Kecamatan Tiga Panah, kabupaten Karo?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program kartu keluarga sejahtera (KKS) bagi keluarga miskin di desa Manuk Mulia, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dengan tercapainya tujuan diatas antara lain

1. Secara subyektif, sebagai sarana melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis, dan metodologis untuk menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadi suatu penelitian yang bermanfaat.

2. Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap keilmuan di departemen kesejahteraan sosial, mengenai pelaksanaan

(23)

program kartu keluarga sejahtera (KKS) bagi masyarakat miskin serta dapat memberikan kontribusi keilmuan dan menambah refrensi badan kajian bagi peneliti dan mahasiswa.

3. Sebagai sarana memberi sumbangan pemikiran terhadap pembuat kebijakan, pemerintah daerah, serta masyarakat dalam penyelesaian masalah-masalah yang ada di keluarga penerima program kartu keluarga sejahtera (KKS).

1.4 Sistematika penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini, maka penulis menyajikan penelitian ini dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah-masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk bagan alur pikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III: METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis yang diterapkan.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(24)

Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data-data yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V: HASIL PENELITIAN

Berisikan uraian data yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian yaitu melalui observasi, dan wawancara.

BAB VI: PENUTUP

Berisikan kesimpulan penelitian dan saran yang di rekomendasikan berdasarkan kesimpulan penelitian yang di peroleh.

\

(25)

15 2.1 Landasan Teori

Menurut Suparlan dalam Suud (2006:5), kesejahteraan sosial menandakan keadaan sejahtera pada umumnya, yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial, bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja, tetapi merupakan suatu keadaan dan kegiatan.Kesejahteraan sosial menurut Friedlander dalam Suud (2006:8) :Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari pelayanan- pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapaitingkathidup, kesehatanyangmemuaskan,hubungan-hubungan personal, sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga danmasyarakat.

Kesejahteraan sosial menurut Segal dan Brzuzy yang dikutip dalam (Suud, 2006:5). Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat.Sedangkan kesejahteraan sosial menurut Midgley masih dalam (Suud,2006:5) menjelaskan bahwa:Suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari tiga unsur sebagai berikut.

Pertama, setinggi apa masalah-masalah sosial dikendalikan, kedua seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi dan terakhir, setinggi apa kesempatan- kesempatan untuk maju tersedia. Tiga unsur ini berlaku bagi individu- individu, keluarga-keluarga, komunitas-komunitas dan bahkan seluruh

(26)

masyarakat. Berikut definisi-definisi kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan menurut beberapa ahli:

Menurut Durham dalam (Suud, 2006:7), kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi bagi peningkatan kesejahteraan sosial melalui menolong orang untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan-pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas.

Pelayanan-pelayanan ini meliputi perawatan, penyembuhan, dan pencegahan.

Hal ini merupakan salah satu kegiatan yang mencerminkan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan harus saling membantu, agar kehidupan ini berjalan selaras dan harmonis menciptakan suasana yang sejahtera.

2.1.1 Implementasi

Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara dalam (Wahab 2001:65) mengemukakan pendapatnya mengenai Pelaksanaan atau implementasi sebagai berikut : Implementasi adalah tindakan–tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat–pejabat, kelompok–kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan–tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan–tindakan yang dilakukan oleh pihak–pihak

(27)

yang berwenang dan berkepentingan, baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita–cita serta tujuan yang telah ditetapkan.

Implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan dan merealisasikan program yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.

Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan Politik(2002:67) mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu Program.

Pengertian implementasi yang dikemukakan oleh Hanifah Harsono (2002:67) dapat dikatakan bahwa implementasi adalah suatu kebijakan dalam penyelesaian keputusan demi tercapainya tujuan yang baik dengan bergantung bagaimana implementasi yang berjalan dengan baik dalam melaksanakan proses penyempurnaan akhir. Oleh karena itu suatu implementasi baik diharapkan dalam setiap program untuk terciptanya tujuan yang diharapkan.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.

Majone dan Wildavsky dalam (Nurdin Usman, 2004:70) mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Majone dan Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan.

(28)

Adapun Schubert dalam (NurdinUsman, 2002:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah sistem rekayasa. Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Program adalah cara yang disiapkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut. Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, yang antara lain adalah:

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai,

b. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan, c. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui, d. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan,dan

e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

2.1.2 Implementasi Program

Implentasi program adalah suatu proses yang sangat penting untuk suatu program, yang merupakan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dari program itu sendiri. David c korten membuat Model Kesesuaian implementasi kebijakan atau program dengan memakai pendekatan proses pembelajaran. Inti dari Model ini adalah kesesuaian antara tiga elemen

(29)

yang ada dalam pelaksanaan program yaitu program itu sendiri. Pelaksanaan program dan kelompok sasaran program. Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi program.

1. kesesuaian antara program dengan pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat).

2. kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana.

3. kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh hasil program dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program.

Berdasarkan pola yang dikembangkan Korten, dapat dipahami bahwa jika tidak terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan, kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika hasil program tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran jelas outputnya tidak dapat dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program maka organisasinya tidak dapat menyampaikan hasil program dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran maka kelompok sasaran tidak mendapatkan output program.

(30)

Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

2.1.3 Konsep Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) 2.1.3.1 Pengertian Kartu Keluarga Sejahtera

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) merupakan bantuan non tunai melalui pembukaan rekening simpanan bagi masyarakat kurang mampu yang di atur dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif. Secara nasional penerima KKS telah mencapai 15,5 juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia, yang terdiri dari satujuta keluarga diberikan dalam bentuk layanan keuangan digital dengan pemberian kartu sim, dan sisahnya sebanyak 14,5 juta keluarga diberikan dalam bentuk giro pos secara bertahap di tahun 2015.

Setiap keluarga diberikan sebanyak 200.000 per bulan per keluarga yang diisi setiap 2 bulan sekali. Untuk tahap awal, pembagian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), kartu sim berisi uang elektronik, dilakukan di 19 Kabupaten/Kota masing- masing di Jembrana, Pandeglang, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Cirebon, Kota Bekasi, Kuningan, Kota Semarang, Tegal, Banyuwangi, Kota Surabaya, Kota Balikpapan, Kota Surabaya, Kota Kupang, Mamuju Utara, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Karo. Untuk memperbaiki efektivitas penyaluran bantuan sosial, pemerintah memutuskan untuk memberikan dalam bentuk simpanan. Alasan pemberian dalam bentuk simpanan adalah:

1. Simpanan/tabungan merupakan bentuk kegiatan produktif

(31)

2. Simpanan/tabungan merupakan bagian dari strategi nasional keuangan inklusif

3. Perbaikan dari program BLT 2013 yang sekedar membagikan uang tunai 4. Mengurangi antrian

2.1.3.2 Fungsi Kartu Keluarga Sejahtera

KKS ini berfungsi sebagai penanda bahwa si pemegang kartu ini berhak menerima bantuan uang dari pemerintah. Si pemilik KKS akan diberikan kartu sim yang bisa dipasang di handphone untuk mengecek saldo. Fungsi kartu sim ini mirip dengan rekening bank. Untuk mengambil uang bantuan dari pemerintah tersebut, bisa datang ke kantor pos terdekat dengan menunjukkan nomor kartu sim tersebut. Layanan ini biasa disebut e-money atau layanan keuangan digital, atau dengan carabisa melihat penyalurannya melalui aplikasi *141*6# dari telepon genggam mereka.

a. Kategori Penerima

Rumah tangga miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) , meliputi gelandangan, penghuni panti asuhan, panti jompo.

b. Pencairan Dana

Dana bantuan Rp. 6,4 triliun dari bantuan sosial kementerian sosial, yang dimana setiap keluarga mendapatkan bantuan Rp. 200.000 per bulan yang akan diisi setiap 2 bulan. Untuk pencairan melewati via Giropos. Adapun syarat untuk mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai berikut :

1. Datang ke kantor Pos membawa KPS. Bagi mereka yang tidak memiliki KPS lagi karena hilang, maka bisa dengan cara menyertakan identitas lain seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan atau

(32)

surat keterangan lain dari kelurahan (sesuai domisili) sebagaimana yang pernah dilakukan pada waktu pembuatan KPS.

2. Bagi mereka yang tidak lagi memiliki KPS dan atau baru menyertakan data-data lain pengganti KPS maka proses pengecekan akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Jadi mohon untuk bersabar karena proses pengecekan harus dilakukan secara komprehensif guna menghindari kerangkapan data atau kesalahan pendataan lainnya.

3. Setelah KPS diserahkan dan telah di verifikasi oleh petugas kantor Pos, maka selanjutnya warga akan mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) beserta dengan kartu sim (kartu telpon) uang elektronik. Jadi pastikan Anda memiliki telpon selular guna mengecek saldo yang nantinya dikirimkan melalui pesan singkat (SMS).

4. Setelah semua data telah di verifikasi keabsahannya, maka selanjutnya petugas akan memberikan tanda bukti serah terima yang harus ditanda tangani oleh penerima kartu yang bersangkutan beserta dengan KKS baru.

2.1.4 Keluarga Miskin 1. Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri atas kepala keluarga (ayah), ibu, dan anak yang terkumpul dan tinggal dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Hartomo dan Aziz keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, dimana hubungan tersebut sah di mata hukum dan agama dan hubungan tersebut berlangsung lama sehingga memiliki anak dan membesarkan anak-anak. Jadi

(33)

keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami istri dan anak-anak yang belum dewasa (Hartono & Aziz 2008:79).

Berdasarkan Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian keluarga adalah unit erkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami,istri,dan anaknya; atau anak dan ayahnya (duda),atau ibu dan anaknya (janda). (http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga diakses pada 30 desember 2020 pukul 12:15).

Disebutkan 5 sifat dari keluarga yaitu:

a. Hubungan Suami-Istri

Hubungan ini mungkin berkangsung seumur hidup atau mungkin dalam waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk monogramy ada yang berbentuk poligami.

b. Bentuk Suami-Istri itu diadakan dan dipelihara

Dalam pemilihan jodoh dapat dilihat, bahwa calon suami-istri itu dipilih oleh orangtua mereka. Sedangkan pada masyarakat lainnya diserahkan pada orang- orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan ini ada yang berbentuk indogami (yakni kawin dalam golongan sendiri) dan exogami (kawin diluar golongannya sendiri).

c. Susunan nama-nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung keturunan melalui garis laki-laki (patrilineal) atau garis perempuan (matrilineal).

d. Milik atau harta benda keluargadimana pun keluarga pasti mempunyai harta atau milik untuk keberlangsungan hidup para anggotanya.

e. Pada umumnya keluarga mempunyai rumah atau tempat tinggal bersama.

(34)

Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak manusia. Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan bahwa: “Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam membentuk keperibadian anak selain keluarga. Keluarga tidak hanya membentuk anak secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis”.

Pendapat diatas dapat dimungkinkan karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak manusia, di dalam keluarga seorang anak dibesarkan, mempelajari cara-cara pergaulan yang akan dikembangkannya kelak di lingkungan kehidupan sosial yang ada di luar keluarga. Dengan katalain di dalam keluarga seorang anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikis maupun sosial, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu pula seorang anak memperoleh pendidikan yang berkenaan dengan nilai-nilai maupun norma- norma yang ada dan berlaku di masyarakat ataupun dalam keluarganya sendiri serta cara-cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Sedangkan istilah keluarga itu sendiri memiliki beraneka ragam pengertian, salah satunya diungkapkan oleh Paul B Houton dan Chester L Hunt (1987:267) adalah sebagai berikut :

1. Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama

2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan 3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak

4. Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak 5. Satu orang dengan beberapa anak.

(35)

Karena beragam dan luasnya pengertian tentang keluarga maka penting adanya pembatasan atau definisi keluarga. Diantaranya pendapat Burgess dan Locke dalam (Khairuddin, 1997: 6) yang membedakan keluarga dengan kelompok sosial lainnya adalah sebagai berikut:

a. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan- ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Pertalian antara suami dan istri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah atau kadangkala adopsi. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga, kadang-kadang seperti masa lampau rumah tangga adalah keluarga luas, meliputi didalamnya empat sampai lima generasi. Sekarang rumah tangga semakin kecil ukurannya, umunya dibatasi oleh suami istri anak atau dengan satu anak, dua atau tiga anak.

b. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat melalui sentimen-sentimen yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional yang menghasilkan pengalaman.

c. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-

(36)

ciri yang berlainan dengan keluarga lain. Berbeda kebudayaan dari setiap keluarga timbul melalui komunikasi anggota-anggota keluarga yang merupakan gabungan dari pola-pola tingkah laku individu dalam (Khairudin, 1997: 6).

Pada garis besarnya keluarga dapat dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu keluarga luas (extended family) dan keluarga Inti (nuclear family). Keluarga luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan keluarga bukan hanya ayah, ibu dan anak-anak atau dengan perkataan lain, keluarga luas merupakan keluarga inti ditambah dengan anggota-anggota keluarga yang lain, atau keluarga yang lebih dari satu generasi. Sedangkan keluarga inti dapat didefinisikan dengan keluarga atau kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum menikah.

Di Indonesia keluarga telah diatur dalam berbagai peraturan atau undang- undang RI nomor 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga sebagai berikut :

”Keluarga merupakan wahana pertama seorang anak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi kelangsungan hidupnya”.

2. kemiskinan

Mencher dalam (Siagian,2012:5) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Menurut Pearce dalam (Siagian, 2012:5) kemiskinan

(37)

adalah produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam, modal, dan sumber daya manusia serta kelembagaan.

Analisis kemiskinan seperti ini didasarkan pada hipotesis bahwa sebagai unsur yang menjadi elemen suatu ekosistem senantiasa terlibat dalam suatu interaksi. Dalam hal ini kemiskinan itu merupakan suatu produk dari proses interaksi yang tidak seimbang atau interaksi yang bersifat timpang diantara berbagai macam elemen yang ada dalam suatu ekosistem, sehingga pada gilirannyaberdampak negatif pada kehidupan manusia (Siagian,2012:7).

Sedangkan World Bank dalam (Siagian, 2012:25) mendefinisiksn kemiskinan sebagai suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia baik fisik atau sosial sebagai akibat tidak tercapainya kehidupan yang layak karena penghasilannya tidak mencapai 1,00 Dolar AS perhari. Kemiskinan dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

1. Miskin.

Orang miskin adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras yakni 320-480 Kg/orang/tahun. Jumlah ini dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan makan minimum (1900 kalori/orang/hari dan 40 gr protein/orang/hari).

2. Sangat miskin.

Orang yang dikatakan sangat miskin adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras yakni240-320 kg/orang/tahun.

3. Termiskin.

Orang termiskin adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras antar 180-240 kg/orang/tahun (Siagian, 2012: 70). Konsep

(38)

kemiskinan yang dipakai dalam menganalisa rumah tangga miskin penerima KKS, antara lain kemiskinan absolut, kemiskinan struktural, dan kemiskinan buatan :

a. Kemiskinan Absolut

Seseorang dapat dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum hidupnya untuk memelihara fisiknya agar dapat bekerja penuh dan efesien. Orang yang dalam kondisi ini dikatagorikan dalam jenis kemiskinan absolut. Kemiskinan sangat ditentukan oleh nutrisi yang dibutuhkan setiap orang.

Nutrisi akan mempengaruhi jumlah kalori yang dibutuhkan terutama untuk orang bekerja. Garis batas minimum kebutuhan hidup ditentukan BPS sebesar 2.100 kalori perkapita pertahun.

b. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural lebih menunjuk pada orang atau sekelompok orang yang tetap miskin karena struktur masyarakat yang timpang, tidak menguntungkan bagi golongan yang lemah. Mereka miskin karena daya pembangunan yang dibuat pemegang kuasa dengan tujuan peningkatan kualitas hidup secara global tetapi berdampak pada masyarakat tertentu yang menjadikannya kelompok tersebut miskin (Siagian, 2012:61)

c. Kemiskinan buatan.

Terjadi karena kelembagaan-kelembagaan yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dilihat dari pengertiannya, konsep kemiskinan buatan identik dengan kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita suatu golongan masyarakat, dimana karena struktur sosial masyarakat

(39)

tersebut, mereka tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.

Dalam pengertian sistem, struktur dan institusi yang ada dalam masyarakat menyebabkan suatu kelompok menjadi miskin karena strukturt tersebut telah menghambat mereka dalam penguasaan sumber daya serta berbagai peluang (Soetomo, 2008 : 325). Lima karakteristik kemiskinan, antara lain adalah :

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan umumnya rendah.

4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.

5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai (Emil Salim, dalam Supriatna, 2000 : 124).

Salah satu cara atau langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti:

a. Kondisi kepemilikan faktor produksi.

Salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan, dan bekerja untuk mendapatkan pencaharian itu.

b. Angka ketergantungan penduduk.

c. Dalam sebuah keluarga yang memiliki empat anak atau lebih, dan yang mencari nafkah hanya satu orang, yang lima lainnya hanya bergantung

(40)

pada satu orang tersebut. Gejala seperti ini sangat umum terjadi di negara berkembang seperti indonesia yang menawarkan lapangan kerja dan kesempatan kerja yang sangat sedikit.

d. Kekurangan gizi

Berbagai media massa sering meinformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang.Tidak terpenuhinya kebutuhan fisik seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang tersebut.

e. Pendidikan yang rendah.

Diusia kemerdekaan negara kita yang sudah bagaikan manusia dewasa, kesadaran akan pentingnya pendidikan makin meningkat. Oleh karena itu rendahnya pendidikan yang dimiliki masyarakat dalam jumlah yang masih cukup banyak terutama bukanlah disebabkan oleh kesadaran atas pendidikan yang rendah, melaikan disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Dengan demikian pendidikan yang rendah juga merupakan gejala kemiskinan.

3. Keluarga Miskin

Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak berharta-benda. Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain.

(41)

Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan- kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal.

Kriteria Gakin menurut BKKBN: keluarga yang tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih dari enam indikator penentu kemiskinan dengan alasan ekonomi. Enam indikator penentu kemiskinan tersebut adalah:

1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih 2. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah,

bekerja/sekolah dan bepergian

3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah

4. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor

5. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stelpakaian baru.

6. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi untuk tiap penghuni.

(42)

Sedangkan kriteria keluarga miskin menurut BPS menggunakan pendekatan basic needs, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar. Batas kecukupan pangan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk makanan yang memenuhi kebutuhan minimum energi 2100 kalori perkapita perhari. Batas kecukupan non makanan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk non makanan yang memenuhi kebutuhan minimumseperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Keluarga miskin merupakan keluarga yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau memiliki pekerjaan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok keluarganya.Keluarga kurang mampu atau miskin, dimana keadaan yang terjadi ketidakmampuan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, pendidikan, tempat berlindung dan kesehatan.

2.1.5 Kesejahteraan Sosial

2.1.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sanskerta “catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini, sejahtera berarti orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakukatan atau kekwatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “sosius” yang berati kawan, teman atau kerja sama. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik.

(43)

Menurut Undang Undang No.11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial ialah terpenuhinya kebutuhan materil, spritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsinya.

Menurut Fridlander dalam Fahrudin (2012 :66 ) Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan- kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Proses yang terjadi dalam pembangunan kesejahteraan sosial juga dapat dipahami dari suatu kondisi yang paling buruk sampai pada kondisi yang ideal.

Menurut Soetomo (dalam Gunawan 2010: 10) perubahan dari realita yang disebut masalah sosial yang merupakan kondisi yang tidak diharapkan (illfare), menuju kondisi masyarakat yang disebut ideal yang biasa disebut wellfare. Dalam praktek kehidupan masyarakat, kondisi wellfare tidak pernah menjadi realitas sehingga lebih tepat disebut idealisme. Tolok ukur terhadap hasil yang dicapai dalam pembangunan juga dikemukakan oleh Migley (dalam Gunawan 2010: 10), bagi sebagian orang, pembangunan berkonotasi sebagai sebuah proses perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses industrialisasi.

2.1.5.2 Tujuan Kesejahteraan sosial

Fahrudin (2012:66) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial yaitu:

(44)

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan lingkungan masyarakat disekitarnya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memutuskan.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bertujuan untuk:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup.

b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.

c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah, dan menangani masalah kesejahteraan sosial.

d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian, dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan,

e. Meningkatkan kualitas managemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2014) dalam jurnal yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan program BLSM ini masih belum tepat sasaran,

(45)

sehingga masyarakat yang benar-benar miskin tidak mendapatkan dana BLSM, sedangkan masyarakat yang dirasa mampu malah mendapatkan dana bantuan dari pemerintah. Hal ini disebabkan karena pendataan terhadap masyarakat miskin di Kelurahan Dalam Bugis kurang serius dalam menanganinya dan tidak lengkapnya syarat-syarat yang dimiliki masyarakat miskin untuk mendapatkanBLSM.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Iqbal (2008) dalam tesis yang berjudul “Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 Di Kabupaten Kudus”. Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 di Kabupaten Kudus bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan program BLT dan menganalisis faktor- faktor yang mendukung dan yang menghambat keberhasilan pelaksanaan program BLT tahun 2008 di Kabupaten Kudus. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Pelaksanaan program berjalan dengan baik, tertib, lancar, dan aman.

Pelaksanaan lapangan berupa sosialisasi program, verifikasi data, pembagian kartu, pencairan dana, dan pembuatan laporan. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan pelaksanaan program adalah sikap pelaksana program yang kurang baik, kondisi sosial ekonomi yang hampir sama menimbulkan kecemburuan, situasi politik yang mendukung dan menolak program, keterampilan pelaksana program yang masih perlu ditingkatkan, dan koordinasi antara pelaksana program yang masih perludilegalkan.

Penelitian Yang Dilakuan Oleh Muhamad Rafiudin Pada Tahun (2016)yang berjudul “Implementasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak” ada pun fokus penelitian ini Guna mengetahui gambaran pelaksanaan program keluarga harapan di Kecamatan wanasalam

(46)

benar-benar sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan untuk mengetahui imlementasi program keluarga harapan di Kecamatan wanasalam serta bagaimana kondisi RTSM sesudah diimplementasikannya program PKH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan program keluarga harapan sudah dilakukan cukup baik dan proses pendataan sudah dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan PKH. Tetapi proses sosialisasinya tidak dilakukan dengan baik karena proses sosialisasi kepada tokoh masyrakat dan masyarakat luas tidak dilakukan dengan baik dan dengan pejabat kecamatan dengan pejabat dan dengan pejabat RT tidak dilakukan dengan baik. Sementara mengenai kodisi RTSM setelah adanya implementasi Program Keluarga Harapan masih suit melihat perubahannya hal itu dikarenakan masih banyak masyarakat yang masih belum memahami program tersebut dengan benar. Persamaan penelitian yang terdahulu dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di lokasi masing-masing. Sedangkan perbedaannya adalah peneliti sebelumnya ialah selain untuk mengetahui bagaimana proses implemntasi program PKH di lokasi penelitannya, penelitian tersebut juga dilakakukan untuk mengetahui bagaimana efek atau perkembangan RTSM setelah diimplementasikannya PKH di lokasi penelitian tersebut, sementara penelitian ini hanya meneliti bagaimana implementasi Program Keluarga Harapan di lokasi penelitian ini berlangsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Yulius tandigoa pada tahun 2016 yang berjudul

“Implemantasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa” ada pun fokus penelitian ini guna mengetahui bagaimana iplementasi program PKH dan faktor faktor yang mempengaruhi implementasi

Gambar

Tabel 1.1  Daftar Nama Informan
Gambar 1: Peta Kecamata Tiga Panah dan desa Manuk Mulia
Gambar 3 : SD Negeri 040534 Manuk Mulia
Gambar 4 : Gereja GBKP, GJAI, GPDI Manuk Mulia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Banyak faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sehingga penelitian ini merumuskan masalah mengenai pengaruh profitabilitas, leverage

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan untuk menemukan permasalahan yang diteliti dengan cara melakukan penelitian secara

Kekerasan seksual adalah aktivitas seksual yang dilakukan pelaku tanpa persetujuan atau kerelaan dari orang lain yang di kenai tindakan. Pelaku adalah orang yang

Dari keseluruhan uji yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-KP/2015)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang Upaya Masyarakat Kampung Kubur dalam mengubah stigma negatif Kampung Narkoba menjadi Kampung Sejahtera di

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Di Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan strategi pasif yang dilakukan pedagang pasar tradisional malam Kecamatan Pagar Merbau dalam beradaptasi ditengah pandemi

Dan dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwasannya para Informan Utama I, II dan III yang merupakan korban