• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Di Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Di Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo) SKRIPSI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Di Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo) SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi Oleh :. INTAN ANGGRAINI 150905034. DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019. Universitas Sumatera Utara.

(2) Universitas Sumatera Utara.

(3) Universitas Sumatera Utara.

(4) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK. PERNYATAAN ORIGINALITAS. STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Desa Munte Kecamatan Munte, Kabupaten Karo). SKRIPSI. Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.. Medan, Oktober 2019 Penulis. Intan Anggraini. i Universitas Sumatera Utara.

(5) ABSTRAK Intan Anggraini 150905034 (2019). Skripsi ini berjudul: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Desa Munte Kecamatan Munte, Kabupaten Karo) Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat bagaimana strategi bertahan hidup petani perpola dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa menjaga hubungannya dengan manusia lain agar aktivitas kehidupannya berjalan sesuai yang diinginkannya. Sementara makhluk ekonomi manusia selalau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berbagai cara. Manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas dan bermacam-macam ragamnya. Hal ini terlihat dari petani perpola yang ada di Desa Munte Kecamatan Munte. Desa Munte adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Karo yang mengusahakan aren menjadi gula aren, tetapi masalahnya di desa Munte sendiri sampai saat ini belum ada perlakukan baik dari petani maupun pemerintah setempat melakukan pembudidayaan sehingga petani perpola hanya memanfaatkan pohon aren yang masih tumbuh liar di lingkungan mereka. Sehingga semakin hari pendapatan yang mereka dapatkan dari mengusahakan gula aren semakin berkurang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan metode etnografi dengan pendekatan kualitatif dengan tipe deskripif serta menggunakan teknik observasi dan wawancara, serta dokumentasi. Observasi yang dilakukan dalam penelitia ini adalah observasi partisipasi untuk lebih memahami apa yang terjadi tempat penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berstruktur. Startegi yang dilakukan petani perpola stategi alternatif subsisten, dimana mereka menggunakan segala kemampuan dan potensi keluarga yaitu bekerja sebagai aron diladang milik warga yang sedang membutuhkan tenaga kerja diladang mereka, strategi jaringan sosial dimana keluarga perpola menggunakan jalinan hubungan sosial yang baik demi membatu usaha gula aren. Strategi selanjutnya yang dilakukan oleh petani perpola yakni dengan cara mengurangi pengeluaran untuk pangan, sandang dan papan. Dimana mereka dalam memenuhi untuk makan mereka tidak yang terlalu setiap hari harus makan makanan yang menurut mereka mewah, seperti jagan terlalu sering makan ikan ayam, daging dan sebagainya. Stategi yang dilakukan oleh perpola supanya terus dapat memproduksi gula aren adalah dilihat dari proses pemasakan, agar dapat mengurangi menggunakan bahan bakar yang berlebihan mereka yang bisanya memasak dua hari sekali menjadi 4 hari sekali bahkan 5 hari sekali. Hal ini dilakukan agar penghematan bahan bakar dan pendapatan yang maksimal. Kata-kata kunci : Petani, Aren , Strategi Bertahan Hidup. ii Universitas Sumatera Utara.

(6) UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul skripsi penulis adalah: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Desa Munte Kecamatan Munte, Kabupaten Karo) Penelitian ini dilakukan untuk mencapai gelar sarjana S1 Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima masukan, bantuan, serta motivasi dari kedua orang tua, dosen pembimbing dan berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: Orangtua penulis Bapak Musmujiono Talaumbanua dan Ibu Nurjanah yang selalu banting tulang untuk pendidikan penulis, terimakasih telah memberikan yang terbaik untuk masa depan penulis dan telah memberikan motivasi setiap hari tanpa mengenal lelah. Terimakasih atas nasehat yang telah di berikan kepada penulis, didikan, motivasi selama penulisan, doa yang selulu menyertai penulis, dan dana yang selalu diberikan kepada penulis sampai pada saat ini. Semoga selalu sehat dan murah rezeki. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, MA selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Agustrisno MSP, selaku Sekretaris Departeman Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara. Kepada Ibu Dra. Tjut Syahriani, M.Soc,Sc selaku dosen dosen Penasehat Akedemik, yang selalu menasehati dan memberikan motivasi selama penulis. iii Universitas Sumatera Utara.

(7) melakukan perkuliahan di Antropologi Sosial dan sebagai pembimbing penulisan skripsi. Terimakasih penulis ucapkan karena telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, materi, dan pikiran selama penulisan skripsi mulai dari penulisan proposal sampai skripsi ini selesai. Dorongan yang selalu diberikan supaya penulisan skripsi ini cepat selesai. Segala ilmu dan dukungan berharga disampaikan dengan tulus, sabar dan canda tawa yang diberikan mendorong semangat penulis untuk menulis skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada kedua penguji penulis yakni Ibu Dra. Aida Fitria Harahap dan Bapak Drs. Zulkifli. MA yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan mengoreksi serta memberikan masukan untuk hasil akhir terhadap dsekripsi ini. Terimakasih kepada seluruh dosen antropologi dan staf pegawai Departemen Antropologi: Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, Drs. Zulkifli Lubis, MA, Drs. Lister Berutu, MA, Dra. Sabariah Bangun, M.Soc, Sc, Dra. Nita Savitri, M.Hum, Alm. Drs. Ermansyah, M.Hum, Drs. Yance, M.Si, Dra. Rytha Tambunan, M.Si, dll, yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kak Nur dan Kak Sry yang telah membantu dalam hal pengurusan berkas maupun surat-surat. Penulis juga mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya kepada Kepala Desa dan para stafnya serta semua masyarakat Desa Munte Kecamatn Munte, begitu juga dengan para informan penulis yang telah banyak membantu berjalannya proses belajar penulis selama dilapangan. Terkhusus penulis ucapkan. iv Universitas Sumatera Utara.

(8) kepada Kakak Unjuk dan Bang Dedi sudah membantu peneliti selama penelitian di Desa Munte. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat yang meberikan perhatian, bantuan, dukungan, dan dorongan yang sangat membatu penulis baik dikeseharian khususnya dalam menyelesaikan. penyusunan skripsi ini: Sri. Wahyuni, Yupita Sari, Mia Kaban, Alifathul Jannah, Niki Setriyani, Ayu Wulan Sari, Rupitha Sary, Petrus Silalahi, Wawan, Aditiya Tarigan, Tri Handayani Akhmad Akhir, dan Jonson Adi Saputra penulis sangat bangga berteman dengan kalian, semoga pertemanan kita tetap terjaga. Dan seluruh teman-teman stambuk 2015 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Sangat bangga bisa bersama menuntut ilmu di Antropologi Sosial ini.. Medan, Oktober 2019 Penulis. Intan Anggraini. v Universitas Sumatera Utara.

(9) RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 09 September 1995 di Desa Batang Toru Kecamatan Aek Pining Kabupaten. Tapanuli. Selatan.. Penulis. merupakan anak sulung dari lima bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Wawan Setiawan dan Ibu Nurjanah. Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mabang Pasir Kecamatan Muara Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan 2003. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di MTS Nahdatul Ulama Batang Toru. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Batang Toru 2012 dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Antropologi Sosial melalui jalur SNMPTN. Penulis dapat dihubungin via email agrainiintan98@gmail.com Penulis pernah mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti: 1. Peserta Inisiasi Antropologi USU pada tahun 2015.. 2. Panitia Cadangan Inisiasi Antopologi pada tahun 2016.. 3. Panitia Inti Inisiasi Antropologi Sosial Sebagai anggota konsumsi pada tahun 2017.. vi Universitas Sumatera Utara.

(10) 4. Peserta Training Of Facilitator (TOF) pada Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat tahun 2017. 5. Peserta dalam seminar “Sosialisasi PILKADA Kota Medan” yang dilaksanakan di Gedung Magister Studi Pembangunan USU. 6. Peserta dalam seminar “Arkeologi sebagai Penguat Karakter Bangsa” yang dilaksanakan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Sumatera Utara.. 7. Sebagai Koor Konsumsi dalam acara Festival Karo Sehari tahun 2018.. 9. Melakukan PKL di BAKUMSU (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumatera Utara). 10. Dalam kepantiaan, penulis juga pernah menjadi salah satu bagian dari panitia KAMAN (Kongres Masyarakat Adat Nusantar) di Tajung Gusta Medan pada tahun 2017.. vii Universitas Sumatera Utara.

(11) KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis aturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PERPOLA (Studi Kasus Desa Munte Kecamatan Munte, Kabupaten Karo)”kemudian syalawat beriringan salam tidak lupa pula penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa Ilmu Pengetahuan dari alam yang kurang berilmu menjadi alam yang berilmu pengetahuan, seperti saat sekarang ini. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata 1 (SI) Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasehat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala hambata n tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan ribuan terimakasih kepada seluruh pihak, semoga segala bantuan yang telah diberikan, menjadi amal sholeh dan mendapat Ridho di sisi Allah SWT. Hanya kepada Allah penulis meminta ampun, dan hanya kepada manusia penulis meminta maaf.. Medan, Oktober 2019 Penulis. Intan Anggraini. viii Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ............................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR FOTO ............................................................................................. xiii DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 8 1.3 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 8 1.4 Tujuan dan Manfaat ................................................................................... 22 1.5 Metode Penelitian....................................................................................... 23 1.6 Pengalaman Penelitian ............................................................................... 29 BAB II. DESA MUNTE KABUPATEN KARO .......................................... 35 2.1 Letak Geografis Desa Munte ..................................................................... 35 2.2 Keadaan Penduduk ..................................................................................... 38 2.3 Hubungan Sosial Masyarakat Desa Munte ................................................ 39 2.4 Sistem Mata Pencaharian .......................................................................... 44 2.4 Sarana Dan Prasarana ................................................................................. 46 BAB III. PETANI PERPOLA DI DESA MUNTE ...................................... 50 3.1 Petani Perpola............................................................................................. 50 3.2 Budaya Petani Perpola ............................................................................... 54 3.3 Aktifitas dan Pembagian Kerja Perpola ................................................... 57 3.3.1. Waktu Kerja .................................................................................... 59 3.3.2.Tenaga Kerja Yang di Libatkan ....................................................... 59 3.3.3. Pembagian Kerja ............................................................................. 60 3.4. Bahan dan Alat Pembuatan Aren .............................................................. 62 3.5. Pemasaran ................................................................................................. 71 3.6. Kendala yang Dihadapi petani .................................................................. 72 3.7. Pendapatan Perbulan Petani perpola......................................................... 74 BAB IV. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PERPOLA......................... 76 4.1. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Perpola ................................................... 76 4.1.1. Kondisi rumah Dan perapotan Petani Perpola.................................... 77 4.1.2. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari Keluarga ..................................... 79 BAB V. Strategi Petani Perpola .................................................................... 82 5.1. Strategi Yang Dilalukan Petani Perpola ................................................... 82 ix Universitas Sumatera Utara.

(13) 5.1.1. Strategi Alternatif Subsisten .............................................................. 83 5.1.2. Strategi Jaringan Sosial ...................................................................... 87 5.1.3. Strategi Ikat Sabuk Lebih Kencang.................................................... 89 BAB VI. KESIMPULAN ............................................................................... 92 6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 92 6.2 Saran........................................................................................................... 93 Daftar Pustaka ................................................................................................ 94 Lampiran ........................................................................................................ 96. x Universitas Sumatera Utara.

(14) DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Peta Kecamatan Munte.................................................................... 35 Gambar 2 Air Nira .......................................................................................... 62 Gambar 3 Sendok Kayu ................................................................................... 68. xi Universitas Sumatera Utara.

(15) DAFTAR FOTO Foto 1Peta Desa Munte .................................................................................... 32 Foto 2 Tangga Bambu ..................................................................................... 58 Foto 3 Buah Kemiri .......................................................................................... 62 Foto 4 Raru gadung .......................................................................................... 63 Foto 5 Air Nira Yang Sedang Di Masak .......................................................... 64 Foto 6 Penyaringan Sampah............................................................................. 64 Foto 7 Pengadukan ........................................................................................... 65 Foto 8 Singkong Rebus .................................................................................... 65 Foto 9 Tempat Pencetakan ............................................................................... 65 Foto 10 Proses Pencetakan ............................................................................... 66 Foto 11 Gula Merah Yang Sudah Matang ....................................................... 67 Foto 12 Wajan .................................................................................................. 67 Foto 13 Derigen................................................................................................ 68 Foto 14 Saringan Kelapa .................................................................................. 69 Foto 15 Gayung ................................................................................................ 69 Foto 16 Pembungkus Gula ............................................................................... 70 Foto 17 Cetakan Gula....................................................................................... 71 Foto 18 Daun Rih ............................................................................................. 73. xii Universitas Sumatera Utara.

(16) DAFTAR TABEL. Tabel 1 Luas Aren, Produksi dan produktif Perkebunan Rakyat ............................... 6 Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 37 Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan umur............................................................ 38 Table 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ........................................................ 39 Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pendidikan ........................................ 47. xiii Universitas Sumatera Utara.

(17) BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang. Pertanian hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian. masyarakat. Indonesia.. Sekalipun diberbagai. daerah ekosistem. wilayahnya ada yang sudah berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian. Namun pertanian masih tetap merupakan andalan utama bagi kehidupan masyarakat. Mayarakat pedesaan khususnya pertanian merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang terserap pada bidang usaha pertanian. Selain itu, kondisi tanah indonesia yang sangat subur dengan kandungan unsur hara yang baik merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan pertanian di Indonesia. Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Potensi yang ada tersebut dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan sektor perkebunan dan pertanian menjadi sumber mata pencaharian. Pengembangan produk pertanian yang berpotensi di pasar, menjadi salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi dampak krisis ekonomi global. Apalagi, peluang pertanian di Indonesia masih sangat besar. Selain ditopang lahan yang sangat luas, kesuburan tanah ikut mendukung pengembangan pertanian yang masih bersifat tradisional menuju pertanian modern. Suku Karo di Sumatera Utara sebagai bagian dari masyarakat agraris nusantara juga memiliki corak kultural yang merefleksikan karakter agraris dari masyarakat Karo. Yang mana mayoritas penduduk Karo adalah petani. Selain 1 Universitas Sumatera Utara.

(18) pertanian sebagai kegiatan ekonomi subsisten (pertanian swasembada “selfsufficiency” dimana petani fokus pada usaha membudidyakan bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk mereka sendiri dan keluarga). Menurut Anderson (dalam Putro, 1995:21) mengatakan bahwa suku Karo adalah pengeskpor lada terbesar pada tahun 1800-an kemudian disusul oleh tembakau. Anderson kemudian mengatakan bahwa petani Karo adalah petani yang tangguh dan petani yang teladan karena pengalamannya yang melihat keuletan petni Karo saat itu. Petani modern (terutama jenis-jenis tanaman) pertama kali dikenalakna oleh para penginjil Zending Belanda ke dataran tinggi Karo. Pada akhirnya petani berkembang dan terus berkembang1. Produk yang paling terkenal dan pernah mencapai puncak kejayaan ekspor adalah kol dan kentang ke Malaysia dan Singapura. Pertanian Karo mulai bergejolak ketika berhenti mengekspor kedua Negara jiran tersebut pada tahun 1960-an. Masalah terbesar yakni ketika krisis moneter pada tahun 1997 secara perlahan membunuh perhatian di Karo. Masalah kemudian bertambah satu demi satu mulai dari harga pupuk pasar meningkat dipasaran dan sebagainya.2 Pembangunan pertanian dengan segala kebijakan di Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk (1) meningkatkan produksi dan pendapatan petani, (2) menambah lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran yang diharapkan dapat menekan kemiskinan, (3) menjaga kelestarian sumber daya alam, dan (4) meningkatkan devisa Negara3. Salah satu sub sektor pertanian yang cukup penting keberadaannya dalam pembangunan nasional adalah sub sektor perkebunan.. 1. Putro Brahma, 1995. Karo dari Zaman Ke Zaman. Penerbit ulih saber Ibid,. 3 Dikutip dari Tesis oleh A. Aman: Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008. USU e-Repositori 2008. 2. 2 Universitas Sumatera Utara.

(19) Komoditi perkebunan mampu menghasilkan devisa bagi Negara melalui ekspor hasil perkebunan. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini merupakan komoditi ekspor antara lain karet, kelapa sawit, teh, kopi dan tembakau. Sebagaian besar tanaman perkebunan tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar baik milik pemerintah maupun milik swasta. Oleh karena itu, pertanian yang terdiri dari berbagai subsektor merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian, dapat dilakukan dengan agroindustri. Salah satu komoditi pertanian yang ada di Indonesia dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi adalah tanaman aren. Pohon aren merupakan pohan berasal dari wilayah Asia tropis. Pohon aren diketahui menyebar alami mulai dari India timur, di sebelah Barat Asia dan menyebar hingga sejauh Malaysia, Indonesia, dan Filipina, di sebelah timur Asia. Di Indonesia, pohon aren tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 Mdpl. Biasanya aren banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai. Pohon aren merupakan pohon yang besar dan tinggi. Tinggi pohon aren dapat mencapai 25m, dan diameternya dapat mencapai hingga 65cm. Batang pohonnya diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk. Ijuk adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang pohon aren. Daun pohon aren majemuk menyirip, seperti daun kelapa. Panjang daunnya dapat mencapai 5m dengan tangkai daun hingga 1,5m. Tanaman aren sebagian besar diusahakan oleh petani dalam skala kecil. Pengelolaan tanaman belum menerapkan teknik budidaya yang baik sehingga produktivitasnya rendah. Produk utama tanaman aren adalah nira, selain dijadikan sebagai minuman tradisional nira juga bisa diolah menjadi gula. 3 Universitas Sumatera Utara.

(20) aren supaya memberi nilai tambah. Hasil produksi aren semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi hasil produksi aren yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk menghasilkan gula aren dan produk ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Begitu banyak ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang bahan bakunya berasal dari pohon aren dan permintaan produk-produk tersebut baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor semakin meningkat. Hampir semua bagian pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, baik bagian fisik (daun, batang, ijuk, akar) maupun bagian produksinya (buah, nira dan pati/tepung). Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Daerah penghasil aren terbesar di Sumut diantaranya, Kabupaten Karo, Kabupaten Mandailing Natal, Simalungun, Deli Serdang, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara. Perkebunan Sumut mencatat, produksi aren per tahun 2013 mencapai 3.288,00 ton dengan lahan seluas 5.175,00 ha. Jumlah itu semuanya berasal dari perkebunan rakyat. Hingga saat ini, produksi aren di Sumut memang masih jauh di bawah produksi tebu sebanyak 34.490 ton dengan lahan seluas 7.872 ha. Rinciannya, perkebunan tebu rakyat seluas 900 ha dan produksi 3.408 ton, kemudian PTPN seluas 6.972 ha dan produksi 31.082 ton. Sampai saat ini di Kabupaten Karo sendiri belum pernah dilakukan pengembangan untuk budidaya pohon aren, tapi pengembangan aren sudah di lakukan dilakukan di Kabupaten Deli Serdang. Daerah tersebut dinilai memiliki potensi dalam pengembangan komoditas aren, pohon aren memang tumbuh cukup bagus di Sumut.. 4 Universitas Sumatera Utara.

(21) Permintaan akan gula aren terus meningkat, terutama untuk pasar internasional. Dimana semakin banyak negara yang meminati gula aren, seperti negara Australia, Jepang, dan Arab Saudi. Luas pohon aren yang diusahakan di Indonesia sekitar 62.120 ha dengan jumlah produksi 36.991 ton dalam bentuk gula merah.. 5 Universitas Sumatera Utara.

(22) No.. Kabupaten. 4 KARO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17. Table 1. Luas Aren, Produksi dan Produktif perkebunan rakyat tahun 2018. Luas Areal (Ha) Produksi Rata-Rata Produksi Kecamatan (Ton) (Kg/Ha/Thn) TBM TM TTM Jumlah. Barus Jahe Berastagi Dolat Rakyat Juhar Kabanjahe Kuta Buluh Lau Baleng Mardingding Merdeka Merek Munte Namenteran Payung Simpang Empat Tiga Binanga Tiga Panah Tiganderket Jumlah Total Sumber: statistik perkebunan 2018. 9 0 0 22 0 68 1 9 0 2 50 5 0 0 0 2 10 178 178. 2 0 2 357 1 41 15 15 0 3 14 10 4 30 8 3 0 505 505. 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 37 37. 11 0 2 409 1 109 16 24 0 5 64 15 4 30 15 5 10 720 720. 1,45 0 1,35 491 0,7 28,7 12,53 12 0 2,7 11,2 8,5 2,85 22,35 5,56 2,4 0 603,29 603,29. 725 NaN 675 1.375,35 700 700 835,333 800 NaN 900 800 850 712,5 745 695 800 NaN 1.194,634 1.194,634. KK Petani. 26 0 5 225 10 217 64 33 0 15 365 65 96 42 45 20 0 1.228 1.228. 6 Universitas Sumatera Utara.

(23) Keterangan: TBM: Tanaman Belum Meghasilkan TM: Tanaman Menghasilkan TTM: Tanaman Tidak Menghasilkan Berdasarkan table di atas salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Karo yang mengusahakan aren menjadi gula aren adalah Kecamatan Munte tepatnya Desa Munte. Secara umum mayoritas penduduknya desa Munte berprofesi sebagai petani yang rata-rata memiliki lahan pertanian sendiri. Tetapi yang berprofesi sebagai perpola hanya sebagaian kecil masyarakat yang ada di Desa Munte. Perpola adalah sebuah profesi membuat gula aren yang berbahan baku air nira yang cara pembuatannya masih tradisional. Kata perpola sendiri diambil dari kata pola yang artinya aren yang berasal dari bahasa karo. Salah satu yang menjadi permasalahan sampai saat ini adalah tanaman aren khususnya di Desa Munte Kecamatan Munte, belum ada dilakukan pembudidayaan oleh petani maupun pemerintahan setempat. Sehingga para petani perpola hanya memanfaatkan apa yang ada di lingkungan mereka, banyak petani perpola kesulitan untuk mendapatkan nira sebagai bahan baku pembuatan gula, hal ini diakibatkan karena pohon aren yang mereka miliki ada beberapa yang sudah tidak memproduksi nira dan mereka hanya memiliki beberapa pohon aren saja. Usaha gula aren di Desa Munte yang saaat ini diusahakan petani aren sebagian besar adalah warisan dari orang tua dan menjadi pekerjaan pokok perpola serta ada beberapa membuat gula aren hanya sebagai pekerjaan sampingan.. 7 Universitas Sumatera Utara.

(24) Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana “Strategi Bertahan Hidup Keluarga Petani Perpola di Desa Munte Kecamatan Munte, Kabupaten Karo”. Dalam hal ini peneliti melihat ada tiga hal yang menarik sehubung dengan fakus kajian tersebut. Pertama, bagaimana kehidupan sosial keluarga petani perpola di Desa Munte Kecamatan Munte, Kabupaten Karo. Kedua, bagaimana bentuk strategi bertahan hidup keluarga petani perpola 1.2.Rumusan Masalah 1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi perpola di Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo? 2. Strategi apa saja yang dilakukan dalam mempertahankan kehidupan ekonomi petani perpola di Desa Munte Kecamatan Munte, Kabupaten Karo?. 1.3.Tinjauan Pustaka Aren (arenga pinnata meer) merupakan jenis palma yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, penyabarannya sangat luas di Indonesia. semua bagian dari tanaman aren mulai dari daun sampai akar dapat dimanfaatkan. Tanaman ini mudah beradaptasi pada berbagai agroklimat, mulai dari daratan rendah hingga ketinggian 1400m di atas permukaan laut. Tanaman aren sebagian besar di usahakan oleh petani dalam skala kecil. Pengelolaan tanaman belum menerapkan teknik budidaya sehingga produktifitas rendah produk tanaman utama aren adalah nira. Prospek pengembangan tanaman aren mendukung kebutuhan pangan di Indonesia adalah gula aren maupun minuman tuak, cuka dan. 8 Universitas Sumatera Utara.

(25) alkohol. Selain itu tanaman aren dapat menghasilkan makanan seperti kolangkaleng dari buah betina yang sudah masak dan tepung aren untuk bahan kue, roti, dan biskuit, yang berasal dari pengelolaan bagian empeur batang tanaman.4 Pohon arena tau enau (Arenga Pinnata) merupakan pohon yang mengasilkan bahan-bahan industry sejak lama kita kenal. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Namun sayang, tanama ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sunggu-sungguh oleh berbagai pihak. Padahal permintaan produk-produk yang dihasilkan tanaman ini, baik untunk kebutuhan ekspor maupun kebutuhan dalam negeriterus meningkat (Sunanto 1993) 5. Sejauh ini, meskipun manfaat pohon aren cukup luas, namun sebagai besar masyarakat yang telah mengenyam keuntungan dari keberadaan sumber daya hayati ini belum membudidayakan secara baik. Sebagian masyarakat Indonesia masih mengandalkan aren yang tumbuh secara alami untuk berbagai kebutuhan. Nilai ekonomis yang dimiliki oleh produk-produk yang dihasilkan tanaman aren tersebut. sangat. dibutuhkan. oleh. pasar. internasional. sehingga. mampu. meningkatkan nilai ekspor yang berdampak pada peningkatan perekonomian nasional. Produk yang paling besar nilai ekonomisnya adalah gula aren (Burhanudin, 2005)6. Dalam mengelola pertanian, petani merupakan unsur penting. Sebagian orang mengartikan pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan 4. https://arenindonesia.worprees.com/budidaya-aren/maret2019 Dikutip dari jurnal “analisis tambah usaha pengelola gula aren di Desa Suka Maju Kecamatan Sibolangit, kabupaten deli serdang. Oleh Wenni WulandariLubis, Luhut Sihombing, dan Salmiah, Mart2019 6 Burhanuddin, 2015. Prospek pengembangan usaha koperasi dalam produksi gula aren, jakarta 5. 9 Universitas Sumatera Utara.

(26) menanamnya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman musiman maupun tanaman tahunan dan tanaman pangan maupun tanaman non pangan serta serta digunakan untuk memelihara ternak maupun ikan. Pengertian tersebut sangan sederhana tidak dilengkapai dengan berbagai tujuan dan alasan mengapa lahan dibuka dan diusahakan oleh manusia. Eric Wolf dalam karyanya disebutkan: “Pertanian adalah suatu mata pencaharian dan cara hidup, bukan suatu kegiatan untuk mencari keuntungan. Kita bisa mengatakan bahwa petani-petani yang mengerjakan pertanian untuk menambah modal kembali dan usaha, melihat tanahnya sebagai modal dan komoditi. Seseorang melihat petani sebagai seorang yang mengedalikan secara efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatanikatan tradisi dan perasaan”7. Menurut Wolf (1985) mendefenisikan petani adalah penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang otonom tentang proses tanam. Kategori itu dengan demikian mencakup penggarapan atau penerima bagi hasil maupun pemilik penggarap selama mereka ini berada pada posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka. Namun itu tidak memasukkan nelayan atau buruh tani tak bertanam. Wolf mengatakan peasant untuk petani pedesaan atau petani tradisonal peasant adalah orang desa yang bercocok tanam dipedesaan tidak di dalam ruangan tertutup (greenhouse) ditengah-tengah kota mereka bukan farmer atau pengusaha pertanian (agricultural entrepreneur) seperti yang di Amerika8. Dalam pemikiran Wolf, petani (peasant) zaman dulu bersifat subsisten dengan prinsip dahulukan selamat (safety first). Peasant ditujukan kepada golongan yang mempunyai lahan pertanian dan mengerjakan lahan pertaniannya sendiri. Petani memproduksi hasil tani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari7 8. http://bentuk.blogspot.ci.id/2012/07/review-buku-masyarakat-petani-dan.html,Maret2019 Eric R. Wolf,petani. Suatu Tinjauan Antropologi, Cv Rajawali, Jakarta, 1985, halaman 2. 10 Universitas Sumatera Utara.

(27) hari saja dan tidak untuk mencari keuntungan. Tidak seperti farmer yang memproduksi hasil pertanian sebayak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri dan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil tani. Soekarwati menyebut peasant merupakan golongan terbesar dalam kelompok petani di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Soekarwati menjelaskan ciri-ciri petani sebagai peasant, yaitu: 1. Mengusahakan pertanian dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat. 2. Mempunyai sumber daya yang terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah. 3. Bergantung seluruhnya atau sebagai kepala produksi yang subsisten. 4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan yang lain.9. Perilaku ekonomi yang khas dari Keluarga petani yang berorientasi subsisten merupakan akibat dari kenyataan bahwa, berbeda dari suatu perusahaan kapitalis, ia sekaligus merupakan satu unit konsumsi dan unit produksi. Ekonomis petani bersumber pada kenyataan bahwa perjuangan untuk memperoleh hasil yang minimum Oleh karena mereka hidup begitu dekat dengan batas subsistensi dan menjadi sasaran permainan cuaca serta tuntutan- tuntutan dari pihak luar, maka rumah tangga petani tidak mempunyai banyak peluang untuk menerapkan ilmu hitung keuntungan maksimal menurut ilmu ekonomi neoklasik yang tradisional. Satu hal yang khas ialah bahwa yang dilakukan oleh petani yang bercocok tanam. 9. Soekarwati, dkk, Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pembangunan Petani Kecil, h. 1.. 11 Universitas Sumatera Utara.

(28) itu adalah berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan kehidupannya dan bukan berusaha memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko. Oleh karena itu ada 3 prinsip sikap dari petani terkait dengan pertaniannya yang dikembangkan oleh Scott, yakni sebagai berikut: a. Dahulukan Selamat : Ekonomi Subsistensi Prinsip “safety-first” alias dahulukan selamat inilah yang melatarbelakangi banyak sekali pengaturan teknis, sosial dan moral dalam satu tatanan agraris prakapitalis. Penggunaan lebih dari satu jenis bibit, cara bertani tradisional Eropa pada lahan-lahan yang terpencar-pencar, merupakan sekedar dua contoh tentang cara-cara klasik untuk menghindari resiko yang tidak perlu, seringkali dengan akibat berkurangnya hasil rata-rata. Kaum ekonomi moral petani memandang keamanan sebagai sesuatu yang paling penting. Mengingat bahwa, petani itu miskin dan selalu dekat dengan garis bahaya, sehingga penurunan sedikit saja terhadap produksi dapat menimbulkan bencana besar bagi kelangsungan hidup rumahtangga mereka. Perhatian besar terhadap subsistensi. dan keamanan ini. dinamakan prinsip “dahulukan. selamat”(safety first): para petani enggan mengambil resiko dan lebih memusatkan diri pada usaha menghindarkan jatuhnya produksi, bukan pada usaha memaksimumkan keuntungan-keuntungan harapan. Strategi “dahulukan selamat” menurut petani dapat mengesampingkan pilihanpilihan yang mengandung resiko-resiko kerugian yang besar yang dapat membahayakan subsistensinya.. 12 Universitas Sumatera Utara.

(29) b. Etika Subsitensi Scott menjelaskan “etika subsitensi”. Yaitu etika yang terdapat di kalangan petani yang merupakan konsekuensi dari satu kehidupan yang begitu dekat dengan garis batas. Misalnya, sekali panen yang buruk hanya tidak akan berarti kurang makan. Agar dapat makan, petani mungkin terpaksa mengorbankan rasa harga dirinya dan menjadi beban orang lain, atau menjual sebahagian dari tanah atau ternak sehingga memperkecil bagi petani untuk mencapai subsistensi yang memadai tahun berikutnya. Secara kasarnya dapat dikatakan bahwa masalah yang dihadapi keluarga petani adalah bagaimana dapat menghasilkan beras yangcukup untuk makan keluarga, untuk membeli beberapa barang kebutuhan seperti garam dan kain, dan untuk memenuhi tagihan-tagihan yang tak dapat ditawar-tawar lagi dari pihak-pihak luar. Perilaku ekonomis petani bersumber pada kenyataan bahwa perjuangan untuk memperoleh hasil yang minimum bagi subsistensi berlangsung dalam konteks kekurangan tanah, modal, dan lapangan kerja diluar. c. Distribusi Resiko dalam Masyarakat petani Dengan resiko menjelaskan tentang dua tuntutan yang tipikal idealnya dari pihak luar atas sumberdaya petani. Sikap menghindari resiko dari petani ini, juga dikemukakan untuk menjelaskan mengapa petani lebih suka menanam tanaman subsistensi dari pada tanaman bukan pangan yang hasilnya untuk dijual. Misalnya pemutusan dalam tanaman “komersil”. Peralihan dari produksi subsistensi ke produksi komersil hampir selalu memperbesar resiko. Tanaman subsitensi yang berhasil sedikit-banyaknya menjamin persediaan pangan keluarga, sedangkan nilai tanaman komersil yang tidak dapat dimakan tergantung kepada harga pasarnya.. 13 Universitas Sumatera Utara.

(30) Scott memandang wajar sekali bahwa petani yang setiap musim bergulat dengan lapar dan segala konsekuensinya. Petani seperti ini mempunyai pandangan yang agak berbeda tentang soal mengambil resiko dibandingkan dengan penanaman modal yang main “ditingkat atas”. Sikap menghindari resiko juga dikemukakan untuk menjelaskan mengapa petani lebih suka menanam tanaman subsistensi dari pada tanaman bukan pengan yang hasilnya untuk di jual. Hal tersebut dilakukan petani dengan alasan rasionalnya ialah, jika petani menanam tanaman subsistensi maka hasil produksi tanaman dapat di memenuhi kebutuhan dasar keluarga atau sedikit banyaknya dapat menjamin kebutuhan pangan keluarga. Berbeda dengan jenis tanaman komersil, jika petani menanam tanaman komersil petani akan bergantung dengan harga pasar yang terkadang tidak stabil. James C. Scott, menambahakan bahwa para petani adalah manusia yang terikat sangat statis dan aktivitas ekonominya. Mereka dalam aktivitasnya sangat tergantung pada norma-norma yang ada. Penekanan utama adalah pada moral ekonomi petani yang dikemukakan Scott yang menekankan bahwa petani cenderung menghindari resiko dan rasionalitas. pertama kalinya teorinya tentang bagaimana “etika subsistensi” (etika untuk bertahan hidupdalam kondisi minimal) melandasi segala perilaku kaum tani dalam hubungan sosial mereka di pedesaan, termasuk pembangkangan mereka terhadap inovasi yang datang dari penguasa mereka. Itulah yang disebut sebagai “moral ekonomi” yang membimbing mereka sebagai warga desa dalam mengelola kelanjutan kehidupan kolektif dan hubungan sosial resiprokal saat menghadapi tekanan-tekanan struktural dari hubungan kekuasaan baru yang mencengkam.. 14 Universitas Sumatera Utara.

(31) Ekonomi moral dengan ciri khas “desa” dan “ ikatan patron-klien” pendekatan ekonomi moral menunjuk “desa” dan “ ikatan patron-klien” sebagai dua institusi kunci yang berperan dalam menjamin terpenuhinya kebutuhankebutuhan anggota komunitas. Fungsi operasional desa yang menjamin suatu pendapatn minimum, dan meratakan kesempatan serta resiko hidup warganya dengan jalan memaksimumkan keamanan dan meminimalkan resiko warganya. Dalam fungsinya itu desa menerapkan aturan dan prosedur bagi terciptanya sebuah kondisi dimana warga desa yang miskin ( siapa mendapat apa) akan tetap memperoleh jaminan pemenuhan kebutuhan subsisten minimum dengan cara menciptakan mekanisme kedermawanan dan bantuan dari warga desa yang kaya ( siapa meberi apa). Desa akan memberikan jaminan kebutuhan subsisten minimum kepada seluruh warga desa, sejauh sumber-sumber kehidupan yang dimiliki desa memungkinkan untuk melakukan itu. Institusi yang menjadi pasangan desa adalah ikatan patron-klien. Intitusi ini tercipta dalam kondisi-sosial ekonomi yang timpang: ada sebagian orang yang menguasai sumber-sumber kehidupan, sementara yang lainnya tidak. Ikatan patron-klien bersifat rangkap yang meliputi hubungan timbal-balik antara dua orang yang di jalin secara khusus (pribadi) atas dasar saling menguntungkan, serta saling memberi dan menerima (legg, 1983). Dalam ikatan ini pihak patron memiliki kewajiban untuk memberi perhatian kepada kliennya layaknya seorang bapak kepada anaknya. Dia juga harus tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan kliennya. Sebaliknya, pihak klien memiliki kewajiban untuk menunjukkan perhatian dan kesetian kepada patronnya layaknya seorang anak kepada bapaknya. Langgeng tidaknya sebuah ikatan patron-klien bergantung pada. 15 Universitas Sumatera Utara.

(32) keselarasan antara patron dan klien dalam menjalankan hak dan kewajiban yang melekat pada masing-masing pihak dengan terjalinnya hubungan yang saling menguntungkan,serta saling memberi dan menerima. Desa dan ikatan patron-klien ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Desa berperan dalam mengatur distribusi sumber-sumber kehidupan yang tersedia di dalam desa untuk menjamin tersedianya sumber-sumber kehidupan yang dibutuhkan warganya, sementara ikatan patron-klien menjadi institusi yang memungkinkan terjadinya distribusi kekayaan, sumber-sumber kehidupan di dalam desa, dari si kaya kepada si miskin melalui praktik-praktik ekonomi dan pertukaran sosial diantara warga desa. Jaminan yang diberikan desa dan ikatan patron-klien tertuju pada pemenuhan kebuthan subsisten warga desa. Pada intinya berdasarkan perilaku ekonomi subsisten yang dikemukakan oleh Scott ini hanya diarahkan kepada sikap petani dalam memenuhi kebutuhan hidup paling minimal. Perilaku petani ini bukan terlahir sendirinya atau sudah demikian adanya, yang terbentuk berdasarkan kondisi kehidupan, lingkungan alam, dan sosial-budaya, yang menempatkan petani berada dalam garis antara hidup dan mati, makan dan kelaparan. Kondisi yang membentuk etika subsistensi sebagai kelompok masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sumber agraria, kondisi petani sangat rentan terhadap gangguan yang berasal dari alam, bencana, ancaman hama, cuaca dan sebagainya. Sementara sebagai warga komunitas desa, hal tersebut memberikan arah terhadap petani tentang bagaimana mensiasati pertaniannya, dan bukan mengubah kondisi dan tekanan yang datang dari lingkungan alam dan sosialnya. Melalui prinsip dan cara hidup yang berorientasi pada keselamatan. 16 Universitas Sumatera Utara.

(33) prinsip mengutamakan selamat dalam menghindari setiap resiko yang dapat menghancurkan hidupnya. Kondisi inilah yanga dimaksud Scott telah melahirkan “etika subsistensi”, yakni kaidah tentang benar atau salah”, kondisi yang membimbing petani unutk mengatur dan mengelola sumber-sumber kehidupan (agraria). Dalam pilihan tindakan secara kolektif, prinsip moral ini menekankan petani untuk bersikap: pengorbanan yang harus dikeluarkan termasuk resikonya, hasil yang mungkin diterima, bila menguntungkan mereka akan ikut dan bila tidak mereka akan pasif, proses yang pertimbangkan petani apakah bermanfaat kolektif atau tidak, dan terakhir kepercayaan pada kemampuan pemimpin, dalam hal ini ialah tuan tanah. Situasi yang krisis, untuk tetap bisa mempertahankan subsistensinya, para petani harus memiliki strategi untuk mempertahankannya, strategi tersebut dalam scott (1983) dinamakan dengan mekanisme survival, terdapat 3 mekanisme survival: 1. Menggunakan relasi atau jaringan sosial, meminta bantuan relasi atau jaringan sosial seperti sanak saudara, kawan-kawan sedesa atau memanfaatkan hubungan dengan perlindungan patron. Dimana hubungan patron-klien merupakan bentuk pertolongan asuransi dikalangan petani. 2. Alternatif subsistensi, menggunakan alternatif subsisten yaitu swadaya yang mencakup kegiatan seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, sebagai buruh lepas, atau melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan. Cara ini dapat melibatkan seluruh sumber daya yang ada di dalam rumah tangga miskin, terutama istri sebagai pencari nafkah tambahan bagi suami. 17 Universitas Sumatera Utara.

(34) 3. Mengikat sabuk lebih kencang, mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan jalan makan hanya sekali sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah, seperti beralih makan jewawut atau umbi-umbian.10 Petani dan lahan merupakan dua sisi yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Lahan merupakan sarana yang dimiliki petani untuk beraktifitas dalam mempertahankan keberlangsungan kehidupan keluarganya, dengan terbatasnya lahan yang petani miliki maka mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Bagi petani, alam dan manusia memiliki keterkaitan hubungan yang erat, sebagai aset penting yang dimiliki oleh mereka. Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang pekerja keras dan dinamis. Nilai kerja merupakan perilaku manusia yang dapat terjadi sebagai bagian dari sistem norma masyarakat. Maka dengan mudah mereka dapat beradaptasi dengan keadaan. Hal itu terjadi karena individu bebas memilih alternatif tertentu secara rasional untuk mencapai tujuan. Dalam kehidupannya, manusia hidup dengan alam secara timbal balik, yakni bagaimana manusia beradapatasi dengan alam agar dapat bertahan demi keberlangsungan hidupnya dengan mengalihkan energi dari alam pada dirinya. Adaptasi merupakan sifat sosial dari setiap manusia yang akan muncul akibat adanya kebutuhan tujuan, dan hasrat para individu. Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian individu, kelompok terhadap norma-norma, perubahan agar dapat disesuaikan dengan kondisi yang diciptakan. Lebih lanjut tentang proses. 10. James C. Scott: Moral Ekonomi Petani”pergolakan dan subsistensi di Asia Tenggara. 1982. 18 Universitas Sumatera Utara.

(35) penyesuaian tersebut Aminuddin (dalam Rabanta, 2009:18) menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan demi tujuan-tujuan tertentu, diantaranya: 1. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan 2. Menyalurkan ketegangan sosial 3. Mempertahankan kelangsungan keluarga/unit sosial 4. Bertahan hidup11 Kebudayaan sebagai suatu kesatuan yang holistik memfokuskan pada watak khas atau etos yang dipancarkan oleh kebudayaan itu sendiri. Dalam penelitian etos (etos kebudayaan) yang berarti watak khas yang dipancarkan oleh suatu kebudayaan suatu budaya atau komuniti. Seseorang ahli dapat mendiskripsikan etos dari suatu kebudayaan terutama mengamati tingkah laku dan gaya hidup dari warga suatu kebudayaan dan juga menganalisis sifat-sifat dari berbagai unsur-unsur dalam kebudayaan, seperti unsur-unsur sistem mata pencarian hidup. Sistem ekonomi misalanya mempunyai wujud sebagai konsep, rencana, kebijakan, adat-istiadat yang terhubung dengan ekonomi, tetapi mempunyai juga wujudnya yang berupa tindakan dan interaksi berpola antara produsen, tengkulak, pedagang, ahli transportasi, pengecer dan konsumen, dan selain itu dalam sistem ekonomi terdapat juga unsur-unsurnya yang berupa peralatan, komoditi, dan benda ekonomi12. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya individu tersebut melakukan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi dalam usaha memperoleh sumber daya yang merupakan kebutuhan hidup dari individu tersebut. untuk memperoleh sumber daya. maka perlu. 11. James C. Scott: Moral Ekonomi Petani”pergolakan dan subsistensi di Asia Tenggara. 1982 Sejarah teori antropologi II, Koenjaraningrat.—cet.1. Jakarta: Universitas Indonesia (UIPerss),1990hal45 12. 19 Universitas Sumatera Utara.

(36) dilakukan suatu usaha baik usaha kecil maupun usaha besar makan perlu dilakukan suatu usaha kecil maupun usaha besar dan juga melaukan suatu pekerjaan baik pekerjaan sektor formal dan sektor informal. Seperti yang dikatan Damsar dan indrayani (2016) mengatakan: “… Ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat (rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) yang terbatas diantara bervagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemanpuan, usaha, dan keinginan masing-masing. Dengan kata lain bagaimana masyarakat termasuk rumah tangga dan pebisnis/perusahaan mengelola sumber daya yang langka melalui suatu pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntut individu dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti yang diproduksi, bagaimana memproduksi, dan dimana memproduksi nya yang mana tuntutan tersebut biasaya dipengaruhi oleh budaya. Tindakan ekonomi biasanya tidak berada di ruang hampa, suatu ruangan yang tidak melibatkan hubungan sosial dengan orang atau kelompok lain tetapi pada umumnya sebuah tindakan ekonomi terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan orang lain sehingga tindakan ekonomi dapat berlangsung dengan melibatkan kerjasama, kepercayaan dan jaringan, atau sebaliknya suatu tindakan ekonomi dapat menghasilkan perselisihan, 13 ketidakpercayaan dan pemutusan hubungan…” Dari penjelasan Damsar dan Indrayani tersebut dikatakan bahwa suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu merupakan usaha yang dilakukan individu atau kelompok dalam mengelola sumber daya. Apa yang boleh danbagaimana memproduksi serta mengola sumber daya tersebut, dan kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak bersifat individualis melain kan melibatkan kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat. Petani itu hidup di dunia sosial, dimana mereka secara ekonomis maupun politik dirugikan. Mereka tidak memiliki cukup capital atau kekuasaan untuk mempegaruhi masyarakat kota. Akan tetapi mereka tidak berkhayal tentang. 13. Damsar , Indrayani. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi.. Halm9. 20 Universitas Sumatera Utara.

(37) kedudukan mereka. Memang, mereka sering tidak mengerti sama sekali tentang dunia angan-angan mobilitas sosial, pengasuh-pengasuh….. dan kemungkinan akan adanya pertumbuhan ekonomi, dan bukan suatu stabilitas yang berkisar di sepanjang pembatasan bencana (Diaz, 197:56) 14. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan pada tahun April 2013, yakni tentang kondisi sosial ekonomi petani pernah dilakukan oleh Wenny Wulandari Lubis, Luhut Sihombing, dan Salmiah. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Dengan Judul Analisis Nilai Tambah Usaha Pengolahan Gula Aren Di Desa Suka Maju Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Hasil dari penelitin tersebut adalah Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang potensial untuk usaha pengolahan gula aren di Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Sibolangit, Desa Suka Maju. Pengolahan gula aren yang berasal dari bahan baku nira ini ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah dari nira tersebut. Dalam penelitian tersebut fokus permasalahan yaitu: 1. Berapa besar pendapatan yang diperoleh petani dari usaha pengolahan gula aren di daerah penelitian? 2. Berapa besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan gula aren di daerah penelitian? 3. Apa saja masalah yang dihadapi petani dalam usaha pengolahan gula aren di daerah penelitian? Pada rumusan masalah nomor tiga ada kesamaan dalam penelitian yang akan saya lakukan, yaitu apasaja masalah yang dihadipi petani dalam usaha pengelolahan gula aren. untuk rumusan masalah yang nomor satu hanya berfokus pada berapa besar pendapatan yang diperoleh petani dari usaha pengolahan gula aren dan rumusan masalah nomor dua berfokus pada. 14. Antropologi budaya “suatu perspektif kontemporer” edisi kedua. Keesing M. Roger. Halm198. 21 Universitas Sumatera Utara.

(38) berapa besar nilai tambah yang dari usaha pengolahan gula aren. Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan focus penelitian tidak hanya pada nilai ekonomisnya saja melainkan hubungan social budayanya bagaimana seorang petani bertahan pada jenis pertanian yang bersumber dayakan air nira sebagai bahan produksi utama dalam usahanya dan disini juga membahas tentang pengetahuan yang dimiliki petani dalam mengelola air nira sebagai bahan pembuatan gula aren. Penelitian sebelumya juga pernah dilakukan oleh Eddy Muzdahar Batubara, Rujiman, dan Rahmanta Pada tahun 2014 yang berjudul: Ananlisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Gula Aren Dan Pengembangannya Pada Lahan Marginal Di Kabupaten Tapanuli Selatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan produksi gula aren, peningkata harga gula aren dan peningkatan rendaman serta peningkatan jumlah batang sadapan memeberikan pengaruh nyata terhadap pendapatan petani gula aren. usaha pengelolaan gula aren di Tapanuli Selatan menguntugkan serta berdasarkan strategi AWOT, maka pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan sebaiknya melakukan strategi yang dikembangkan adalah dengan melakukan strategi-S-O (Strengths-Oppurtinity) dengan cara mengembangkan budidaya tanaman aren dan peningkatan inpud teknologi pertanian.. 1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai seperti halnya penelitian ini. Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:. 22 Universitas Sumatera Utara.

(39) 1. Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi petani perpola di Desa Munte Kecamatan Munte. 2. Untuk mengetahui kendala apasaja yang dihadapi perpola dalam kegiatan pembutan gula aren di Desa Munte Kecamatan Munte. 3. Untuk mengetahui bagaimana strategi apasaja yang dilakukan oleh petani perpola dalam mempertahankan kehidupan ekonomi yang mereka hadapi. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan, khususnya dalam bidang kajian budaya masyarakat yang ada di Indonesia. 2. Secara metodologis, dapat menjadi kajian bagi peneliti selanjutnya utamanya bagi yang meneliti pada hal yang sama dan sesuai dengan kebutuhan praktis maupun teoritis dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan, serta mengembangkan kajian budaya yang ada di Indonesia.. 1.5.Metode Penelitian Menurut Koentjaraningrat, metodologi merupakan pengetahuan tentang berbagai macam cara kerja yang disesuaikan dengan objeknya terhadap studi-studi ilmu yang bersangkutan, sedangkan metode artinya jalan (cara) dalam mengadakan suatu penelitian agar dapat memahami objek yang menjadi sasaransasaran ilmu-ilmu yang bersangkutan15. Metode penelitian adalah sebuah karya. 15. Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia, 1985). Hal. 7. 23 Universitas Sumatera Utara.

(40) ilmiah mempunyai peranan yang sangat penting karena akan memberikan aturanaturan yang harus ditaati sebagai standar penulisan skripsi sehingga akan menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas. Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan (field research) dengan mengambil lokasi di Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif. Metode kualitatif merupakan metode yang mengutamakan bahan yang diambil secara nyata dari masyarakat dan tidak diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan ilmiah, maka penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: Sumber data Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membaginya ke dalam dua sumber data, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Data Primer: adalah sumber data peneliti yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jejak pendapat dari individu atau kelompok maupun dari observasi dari suatu obyek. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset. Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran berdasarkan dengan apa yang dilihat dan didengar langsung oleh peneliti sehingga unsur-unsur kebohongan dari sumber yang fenomenal dapat dihindari. Data Sekunder: adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, jurnal, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak. 24 Universitas Sumatera Utara.

(41) dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data atau membaca buku yang berhubungan dengan penelitiannya. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang optimal dan relevan perlu memperhatikan sumber data yang akan diperoleh dan metode pengumpulan data yang tepat. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observation (pengamatan) Observasi pada hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Observasi yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yakni observasi partisipasi. Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ditempat penelitian yaitu di Desa Munte, Kecamatan Munte Kabupaten Karo. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai kehidupan perpola dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga, kemudian untuk mendapatkan data bagaimana kehidupan sosial ekonomi perpola, disaat aren di Desa Munte mulai mengalami kelangkaan. Dan bagaimana mereka menghadapi kendala yang perpola alami serta strategi apasaja yang perpola lakukan demi memenuhi kebutuhan keluarga. Pada dasarnya observasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas pembuatan gula aren.. 25 Universitas Sumatera Utara.

(42) Penulis melakukan observasi secara langsung dan dibantu oleh Kaka Unjuk dan bang Dedi untuk memperoleh data yang sesuai. Dimulai dari observasi kondisi tempat penulis mencari data hingga mencari calon informan-informan dan memilah-milahnya. Selain itu, disini penulis juga berpartisipasi merekam setiap prosesnya pembuatan gula, membantu mempersiapkan segala perlengkapan mulai dari menyiapkan tempat untuk mencetak gula yang sudah matang dan membungkus gula yang sudah keras. 2. Interview (wawancara) Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. Wawancara dapat dibagi menjadi dua yaitu: wawancara mendalam (indepthinterview) dan wawancara terarah (guidedinterview). Wawancara mendalam (in-depthinterview) merupakan wawancara yang mengharuskan peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga dapat menghidupkan suasana, dan dilakukan berulang-ulang. Sedangkan wawancara terarah (guided interview) adalah penulis menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian,. 26 Universitas Sumatera Utara.

(43) maka penulis menggunakan wawancara mendalam. Karena melalui wawancara dapat diperoleh data yang menyangkut permasalahan dalam penelitian ini. Disini penulis menggunakan metode wawancara takberstruktur untuk mendapatkan data sedetailnya dengan dibantu oleh Kakak Unjuk. Hal ini dikarenakan para informan penulis kurang fasih dalam berbahasa indonesia, mereka lebih fasih berbahasa Karo. Sedangkan penulis kurang paham bahasa Karo, oleh sebab itu penulis meminta bantuan Kakak Unjuk untuk keberlangsungan proses wawancara. Setelah proses kegiatan wawancara, sepulang dari proses wawancara peneliti mulai menyusun perlahan. Dalam melakukan wawancara ini penulis juga membagi tiga tingkatan informan yang nantinya diwawancarai yaitu: • Informan Pangkal Informan Pangkal merupakan informan yang bisa memberi petunjuk dan arah menuju informan kunci. Informan ini biasanya berupa tokoh-tokoh masyarakat misalnya Kepala Desa dan para Staffnya. Disini informan pangkal penulis berjumalah 2 orang. • Informan Kunci Informan Kunci merupakan informan yang benar-benar khusus dalam bidang tersebut. Informan Kunci di dalam penelitian ini adalah orang sudah lama menggeluti profesi sebagai perpola baik itu informan yang pengetahuan membuat gula secara turun temurun maupun otodidak. Informan kunci penulis berjumlah 6 orang.. 27 Universitas Sumatera Utara.

(44) • Informan Biasa Informan Biasa merupakan informan yang umum atau informan yang sedikit mengerti tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan yang boleh dilakukan selama proses pembuatan gula aren Untuk dapat melakukan semua metode tersebut yang paling penting adalah membangun rapport (menjalin hubungan baik) terlebih dahulu agar masyarakat dan yang ingin penulis wawancari merasa nyaman sehingga mereka akan memberikan jawaban yang sesuai kita inginkan dan tidak menyembunyikan apapun. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, prasasti dan lain sebagainya. Dengan dokumen ini dapat diperoleh data monografi dan demografi penduduk guna memenuhi kelengkapan penulisan gambaran umum mengenai lokasi penelitian. Selain itu dokumentasi yang peneliti lampirkan adalah semua real mengenai kondisi seketika berada di lapangan tanpa ada rekayasa. Pengumpulan informasi dan pencarian data tidak akan bisa dilakukan tanpa alat bantu, untuk penelitian dilakukan dengan menggunakan: Kamera: digunakan untuk memfoto benda yang dianggap penting atau mengabadikan hal yang memang perlu dibutuhkan dalam menunjang hasil penelitian agar hasil penelitian nya dibuat memiliki bukti yang kuat sehingga dapat diakui penelitian tersebut.. 28 Universitas Sumatera Utara.

(45) Rekaman: digunakan untuk merekam hasil wawancara yang dilakukan agar hasil dari wawancara dapat di dengar dan tidak lupa, dan menjadi bukti dari penelitian. Alat tulis: digunakan untuk mencatat hal yang perlu agar tidak lupa dan hilang, mencatat apa yang ingin kita tanyakan, agar pertanyaan yang diajukan tidak kabur. Metode Analisis Data Hal pertama yang akan peneliti lakukan adalah membaca, mempelajari, dan menelaah data yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dan hasil observasi yang terkumpul serta data-data lainnya. Langkah kedua, mereduksi data secara keseluruhan dari data yang telah dibaca, dipelajari, dan ditelaah agar dapat dikategorikan sesuai tipe masing-masing data. Dan selanjutnya akan ditulis dalam bentuk laporan dari hasil yang diperoleh secara deskriptif analisis, yaitu penyajian dalam bentuk tulisan yang menerangkan apa adanya sesuai dengan yang diperoleh dari penelitian. 1.6.Pengalaman Penelitian Penelitian skripsi ini dimulai saat proposal penelitian dinyatakan layak untuk pergi kelapangan oleh Ketua Departemen Antropologi. saya pergi kelapangan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2019 yaitu tepatnya di Desa Munte, Kecamatan Munte, Kabupate Karo Provinsi Sumatera Utara. Kenapa saya memilih tema tentang strategi bertahan hidup petani perpola dan mengambil studi kasus di Desa Munte Kecamatan Munte, kebetulan saya pada saat itu mencari-cari tema ataupun jurnal yang bisa dijadikan sebebuah referensi untuk judul skripsi. Dan peneliti membaca satu jurna tentang kepercayaan masyarakat Karo terhadap. 29 Universitas Sumatera Utara.

(46) pohon aren akhirnya peneliti mulai tertarik dan mulai mengumpulkan beberapa data sebagai reverensi sebagai penguat data saya untuk mengangkat tema tentang kehidupan social ekonomi petani perpola. Sebelumnya saya belum pernah ke Desa Munte, dan kebetulan teman saya dengan teman saya mengambil studi kasus di desa yang sama yakni desa Munte. Jadi saya berangkat ke desa Munte dengan teman saya yang bernama Mia. Trasportasi yang kami gunakan untuk menuju desa Munte yakni dengan menggunkan bus murni perjalan kami cukup panjang dan kebetulan saat itu tidak terjadi macet sehingga kami sampai lebih cepa dari perkiraan. Sesampainya kami di Kabanjahe kami memutuskan untuk berjalan kaki, dan kami pun berjalan cukup jauh menuju simpang empat yang biasanya angkot yang menuju desa Munte mangkal. Setelah sampai kami tidak langsung berakat karena harus menunggu angkot tersebut penuh. Selama perjalan banyak yang kupikirkan “bagaimana aku selama disana, jujur saat itu peneliti takut tidak bisa menyelaisaikan tugas akhir ini. Karena ini pertama kalinya saya pergi ke suatu desa yang asing, dan sendirian apakah peneliti mampu, sanggup dan banyak lagi yang dipirkan peneliti”. Selama diperjalanan kami melewati ladang jeruk, padi tetapi makin kedalam sepanjang perjalanan yang saya lihat adalah ladang jagung, ada yang baru tanam ada yang sudah mau panen ada yang sudah hampir panen. Sekitar 1 jam perjalanan akhirnya kami sampai. Di sana suhu udaranya. lumayan dingin bahkan air untuk mandi saja dingin ya minta ampun seperti air es batu yang mencair. Hari minggu nya peneliti di ajak berkeliling oleh Mia. Senin pagi sekitar jam 9 pagi, sesuai yang telah direncanakan bahwa kami akan pergi ke juma salah satu warga yang membuat gula. Kami pergi kejuma berjalan kaki,. 30 Universitas Sumatera Utara.

(47) karena tidak ada kendaraan yang mengarah kesana. Kami berjalan melewati rumah-rumah warga, sekolah SD, dan puskesmas. Untuk sampai ke Juma waktu yang dibutuhkan sekitar 45 menit lamanya waktu yang dibutuhkan. Untuk pertama kalinya saya melihat buah srikaya. Bentuk dan rayanya sebenarnya hapir sama dengan buah sirsak cuman buah ini tidak memiliki serat seperti buah sirsak, dan rasanya manis sekali seperti bauh manggis. Sedikit kesulitan sebenarnya mewawancari informan saya yakni bulang Silalahi tersebut karena bahasa Indonesianya masih pasif. Jadi saya dibantu oleh Mia untuk menjelaskan beberapa pertanyaan tersebut. Setelah berbincang-bincang akhirnya kami pun pamit untuk pulang kerumah. Mia juga memberi beberapa saran agar saya jangan langsung menanyakan nama karena orang karo seditit sensitive jika di tanyak nama. Hari keempat yang saya lakukan hanya mengantarkan surat ke Kantor Kepala Desa. Namun saat itu saya tidak ada bapak kepala desa melainkan sekretaris. Setelah menyampaikan tujuan peneliti dan megajukan surat penelitian, peneliti juga menyampaikan bahwa peneliti juga memerlukan data tentang desan Munte. Cuman, karena ibu Mariana tidak tahu banyak jadi beliau hanya memberikan data-data yang umum, ibu itu menyuruh saya menjumpai kepala desa langsug karena beberapa data tersimpan di dalam komputer jadi ibu itu tidak tahu menau apalagi tentang jumlah penduduk. Esoknya peneliti langsung menjumpai bapak kepala desa yang kebetulan rumah beliau hanya berjarakak beberapa meter dari rumah yang saya tempati, setelah saya berjumpa beliau menyarankan peneliti untuk datang aja langsung ke kantor kepala desa sekitar jam 10 pagi. Akhirnya peneliti pergi kekantor kepala desa sekitar jam 10 WIB. Dan berjumpa dengan ibu. 31 Universitas Sumatera Utara.

(48) Mariani peneliti menyampaikan apa yang telah disampaikan oleh bapak kepala desa. Namun saya disuruh pergi kekantor camat untuk melihat data-data yang peneliti butuhkan. Akhirnya peneliti pun pergi ke kantor camat dengan naik becak, jaraknya lumayan jauh juga dengan ongkos Rp.3000 ribu, setelah saya sampai saya menjumpai salah satu staf dan menyampaikan maksud dan tujuan saya kepada bapak tersebut, dan saya berbincang-bincang kepada bapak tersebut yang kebetulan beliau orang Medan. Bapak tersebut juga memberi tahu bahwa sebelum saya juga ada beberpa mahasiswa yang melakukan penelitian namun mereka berkelompok tidak sendirian seperti peneliti hanya sendiri. Jadi beliau heran kenapa peneliti berani sendirian ditempat yang yang belum yang asing dengan orang dan kebudyaan yang baru, bapak itu berkata kenapa nekat kali memilih penelitian disini. Setelah data yang peneliti butuhkan dapat, akhirnya peneliti ijin pulang setelah jalan beberapa menter ke jalan besar Hari selanjutnya tidak banyak yang peneliti lakukan karena yang punya rumah (kak inju) pergi ke ladang memanen jagung mereka jadi, kak Unjuk meminta tolong untuk menjaga anak keduanya yang berusia satu tahun setengah namanya Deena, sedangkan Kevin anak pertama sudah sekolah TK kelas B. Masuklah minggu kedua saya baru mempunyai satu informan, disitu peneliti mulai resah karena sudah minggu ke dua belum dapat data apa-apa. Hari berikutnya peneliti pergi ke kantor kepala desa menayai tentang kekurangan data peneliti. Dalam perjalanan pulang peneliti menyapa beberapa orang-orang yang lewat. Peneliti bertemu salah satu warga dan beliau bertanya sedang melakukan apa di Desa Munte, lalu peneliti menjelsakan tujuannya adalah melakukan. 32 Universitas Sumatera Utara.

(49) penelitian tentang petani perpola. Lalu karo itu bilang bulang du dirumah juga itu kerjanya sudah lama ada 15 tahunan lah membuat gula aren. Jadi peneliti ijin apakah peneliti diperbolehkan bertamu, ia udah datang aja tapi sekarang bulang du lagi pergi ke juma. Malamnya peneliti ijin ke kak Unjuk kalau peneliti mau ke rumah bulang Aditya. Peneliti datang ke rumah bulang Aditya namun, peneliti kalah cepat karena bulang Aditya sudah pergi ke warung kopi. Tapi malam itu peneliti usahanya tidak sia-sia karena anak mamak aditya suaminya juga bekerja sebagai perpola, namun belakang abang itu berhenti membat gula karena selain bahan baku air niraya sedikit dan susahnya mencari kayu/ranting untuk memak air aren. Hari-hari selanjutnya peneliti jika ingin menjumpai informan harus menunggu informan pulang dari ladang, karena jika ingin melakukan wawancara di siang hari pasti tidak akan ketemu karena mereka masih di ladang. Hampir semua masyarakat Munte pagi hari sudah pergi ke ladang dan pulangnya sore sekitar jam enam sore. Kalaupun ingin menjummpai kedalangnya tidak mungkin karena peneliti tidak tahu letak ladangnya apalagi jaraknya sungguh-sungguh jauh. Jadilah peneliti menjumpai informan itu pada saat malam hari, Alhamdulillah selama peneliti melakukan interaksi dengan informan bahasa yang digunaka adalah bahasa indonesai meskipun tidak pasif. Ada banyak lagi peristiwa-peristiwa sepanjang peneliti melakukan penelitian membuat banyak mengambil pelajaran, yang mungkin tidak. bisa. diceritakan di sini satu-persatu tetapi hal itu membekas dan memperkaya pribadi penulis untuk memahami berbagai perpektif orang lain diluar kebudayaan kita. Peneliti belajar untuk lebih banyak mendengarkan, belajar membangung rappot,. 33 Universitas Sumatera Utara.

(50) belajar untuk hidup sebagai orang asing di kampung orang tetapi merasa diterima dengan baik.. 34 Universitas Sumatera Utara.

(51) BAB II DESA MUNTE DI KABUPATEN KARO. 2.1. Letak geografis Desa Munte Desa Munte merupakan salah satu desa dari 22 desa yang terletak di kecamatan Munte, Kab Karo, Provinsi Sumatera Utara, secara adminitratif desa Munte sebelah utara berbatasan dengan desa Singgamanik, sebelah timur berbatasan dengan desa Buluhnaman, sebelah selatan berbatasan dengan desa Parimbalang dan sebelah barat berbatasan dengan desa Selakar. Jarak desa Munte sendiri dari ibu kota Kabupaten Kabanjahe yaitu 25 Km, sedangkan jarak dari Ibu kota Provinsi Medan yaitu 103 Km. Luas wilayah desa Munte yaitu 10,34 Km 2. Untuk luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah dan desa yaitu untuk luas lahan persawahan mencapai 313 Km2, lahan bukan sawah mencapai 696 Km2, lahan bukan pertanian mencapai 25 Km2. Secara kesain, desa Munte memiliki 5 kesain yaitu: Desa Munte dibagi 5 area yaitu: 1. Kesain Munte, merupakan area bagi bernarga Ginting Munte, terletak dibarat daya. 2. Kesain Babo, merupakan area bagi yang bermarga Ginting Babo, terletak di bagian selatan. 3. Kesain Tarigan, merupakan area bagi bermarga Tarigan Sibero, terletak di bagian tenggara. 4. Kesain Depari, merupakan area bagi bermarga Sembiring Depari, terletak di antarakesain Tarigan dan kesain Babo. 5. Kesain Rumah Darat, merupakan area bagi pendatang, terletak di bagian utara.. 35 Universitas Sumatera Utara.

(52) Gambar I peta kecamatan Munte sumber google. Topografi desa Munte sendiri sebagian besar berbukit-bukit kecuali pemukiman penduduk dan sekitarnya, serta dikelilingi oleh hamparan sawah dan bukit yang ditanami cokelat, kemiri dan jagung. Untuk desa Munte sendiri dikenal dengan sawah yang luas namun hal ini sudah mengalami pergeseran karena sistem gotong royong sudah tidak semaksimal dulu yang mengakibatkan lahan persawahan kekurangan air sehingga beralih ke tanaman jagung. Susunan pemukiman Desa Munte terpusat dan melingkar, yang dimana pemukiman penduduk dikelilingi oleh persawahan milik masyarakat. Tata ruang Desa Munte lumayan rapi yang dimana rumah-rumah penduduk dibangun berbaris rapi dan berbentuk gang yang dimana jalan di gang tersebut dapat dilalui oleh kendaraan roda empat sebagaian lagi kendaraan roda dua. Bentuk jalannya sebagaian sudah. 36 Universitas Sumatera Utara.

(53) menjadi jalan permanen dimana jalan tersebut sudah diaspal, dan jalan setapak juga bagus tidak berlubang-lubang. Desa Munte merupakan desa yang terbilang maju dibandingkan dengan desa yang lain yang ada di kecamatan Munte dikarenakan Munte sendiri adalah desa kecamatan, disamping itu hal ini juga terlihat dari aktivitas masyarakat yang menurut penulis untuk ukuran sebuah desa sudah sangat lengkap, seperti adanya pekan pada sore hari “Tiga Karaben”, dan pekan pada hari jumat, disamping itu desa ini merupakan desa perlintasan menuju beberapa desa seperti Sukababo, Gunung Manumpak, Nageri, Batu Mamak dan beberapa desa lainnya. Transportasi dari Kabanjahe ke desa ini terbilang lancar karena merupakan perlintasan menuju beberapa desa, tersedianya fasilitas umum juga menunjang kenyamanan masyarakat yang tinggal disini.. Foto 1 peta desa munte Sumber dokumentasi pribadi. 37 Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji T menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi mempunyai pengaruh negative signifikan terhadap return saham dan suku bunga mempunyai pengaruh positif

Penawaran uang adalah salah satu unsur yang penting untuk mencapai suatu keseimbangan pasar secara keseluruhan. Keynes menjabarkan pandangannya tentang bagaimana tingkat

At the second meeting, learning activities that are some class activities that are included into kinesthetic domain of multiple intelligences in the whilst

[r]

BERBAGAI JENIS PUPUK KANDANG SEBAGAI PENUNJANG PERTUMBUHAN BIBIT SIRSAK ( Annona muricata Linn).. (Various Types Of Fertilizers As Supporting The Growth Of Sirsak (Annona

Aqil Ibnu ,(2010), Analisis Fluid Viscous Damper Pada Bangunan Dua Belas Lantai Akibat Gaya Gempa, Universitas Sumatera Utara, Indonesia. Naurah Nazifa, (2015), Analisis

[r]

Respons spektrum dari gempa Aceh akan dihitung berdasarkan pada SNI 03-1726-2012.. Kategori Resiko