• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESA MUNTE DI KABUPATEN KARO

1.3. Hubungan Sosial Masyarakat Desa Munte

Manusia sebagai makhluk sosial harus dapat mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendak agar dapat menyesuaikan diri serta berhadapan dengan lingkungan tempat ia tinggal. Praktik hidup di masyarakat diwarnai terjalinnya interaksi antara manusia dalam masyarakat, baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi yang tampak dalam pranata dan lembaga-lembaga sosial. Hubungan yang terjadi antara individu atau antar individu dengan kelompok yang menyangkut hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi dan juga mempunyai kesadaran untuk menimbulkan sikap tolong menolong sesama manusia. Dengan demikian hubungan sosial merupakan hubungan antara dua individu atau lebih yang melibakan sikap, nilai maupun harapan di dalam mencapai kebutuhan sehari-hari.

Struktur sosial dapat diartikan sebagai suatu realisasi yang relative berlangsung lama yang mempersatukan kelompok-kelompok yang ada dalam

suatu sistem sosial yang menyeluruh, dan merupakan identitas khususnya bagi suatu daerah. Di dalam buku Pokok-pokok Antropologi Budaya, yang telah diterjemahkan oleh T.O Ihromi mengemukakan “organisasi sosial mencakup pranata-pranata yang menentukan kedudukan laki-laki dan peremuan dalam masyarakat, dan dengan demikian menyalurkan hubunngan pribadi mereka”.

Sedangkan menurut (Kusnaka Admiharja, 1976: 32) disebut sebagai:

“keseluruhan dasar-dasar keluaga, perkawinan, sistem kekerabatan, status sosial, himpunan yang didasarkan pada kelompok usia dan keturunan, organisasi sosial, baik yang dianut oleh masyarakat yang masih sederhana tingkat kebudayaannya maupun yang modern”16.

Menurut (Keesing 1981: 74) Interaksi yang terjadi dalam suatu masyarakat diadakan dalam suatu sistem kapasitas ataupun idetitas sosial serta memainkan peran. Perilaku yang tepat dalam berbagai kapasitas adalah hubungan peran.

Indentitas berfokus pada kapasitas, peran menjelaskan perilaku yang tepat bagi seorang pelaku dalam kapasitas tertentu. Kelompok sosial adalah sekumpulan individu yang mengadakan hubungan secara berulang-ulang dalam perangkat hubungan identitas yang bertalian.

Keragaman yang terdapat dalam suatu masyarakat seperti perilaku, kepentingan, kedudukan juga mampu mewarnai interaksi dengan orang lain.

Setiap manusia diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan struktur dan susunan masyarakat di mana mereka bertempat tinggal.

Suatu sistem sosial terdiri dari berbagai kelompok, memandang hubungan sosial berdasarkan posisi dan peranan yang saling berkaitan. Kelompok dan

16 Skripsi “PANGESANG” (studi tentang strategi adaptasi buruh pikul barang di pasar Cabbeng, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng), oleh Aswar. Tahun 2014.

hubungan peran terutama didasarkan pada kekerabatan dan perkawinan, maka kajian antropologi mengenai struktur sosial hampir dipadankatakan dengan kajian mengenai hubungan kekerabatan17. Kekerabatan bagi kita secara intuisi menunjuk pada hubungan darah. Yang kita maksud dengan kerabat adalah mereka yang bertalian berdasarkan ikatan darah dengan kita. Kerabat perkawinan, untuk jelasnya menjadi kerabat perkawinan dan bukan karena hubungan darah dan begitu juga dengan beberapa dari paman dan bibi kita. Tetapi hubungan keturunan antara orang tua dan anaklah yang merupakan ikatan pokok kekerabatan18.

Kita mengangap bahwa hubungan kekerabatan, yang didasarkan pada darah sebagai suatu hal yang alamiah dan abadi, hal ini menyebabkan timbulnya kewajiban solidaritas. Hubungan ini berbeda dengan hubungan karena ikatan perkawinan, yaitu ketergantungan dan hubungan atas dasar hukum yang timbul karena adanya ikatan perkawinan.

Perkawinan adalah peralihan yang terpenting pada kehidupan dari semua manusia di seluruh dunia, dimana saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat berkeluarga. Dipandang dari sudut kebudayaan manusia, maka perkawinan merupakan pengatur kelakuan hidup manusia yang bersangkut paut dengan kehidupan sexnya, ialah kelakuan-kelakuan sex, terutama persetubuhan.

Sebagai akibat dari perkawinan, akan juga terjadi suatu kelompok kekerabatan yang disebut keluarga inti dan keuarga luas. Menurut sarjana antropologi, masalah istilah kekerabatan dapat dipandang dari tiga sudu, ialah: 1) dari sudut cara pemakaian daripada istilah-istilah kekerabatan pada umumnya, 2)

17 Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer (Jakarta, 1981, Erlangga) hal 208.

18Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer (Jakarta, 1981, Erlangga) hal 212.

dari sudut susunan unsur-unsur bahasa istilah-istilahnya; 3) dari sudut jumlah orang kerabat yang diklasifikasikan ke dalam suatu istilah19.

Adat sopan santun pergaulan memang menentukan bagaimana orang seharusnya bersikap terhadap kerabatnya yang satu, dan bagaimana terhadap kerabatnya yang lain, dan kerabatnya pada umumnya dalam masyarakat yang bersangkutan. Setatus dan peran bersumber dari penggolongan yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, dan yang berlaku menurut masing-masing pranata dan situasi-situasi sosial di mana interaksi sosial itu terwujud.

Klen kecil merupakan suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari segabungan keluarga luas yang merasakan diri berasal dari nenek moyang, dan yang satu dengan yang lain terikat melalui garis-garis keturunan laki-laki saja, ialah garis keturunan patrinlineal atau melalui garis-garis keturunan wanitanya saja, ialah matrilineal.

Fungsi dari suatu kelompok kekerabatan yang disebut klen kecil yaitu : 1. Memelihara sekumpulan harta pusaka atau memagan hak ulayat atau

hak milik komunal atas harta produktif, biasanya tanah dengan segala yang ada pada tanah itu.

2. Melakukan usaha produktif dalam lapangan mata pencaharian hidup sebagai kesatuan.

3. Melakukan segala macam aktivitas gotong royong sebagai kesatuan.

4. Mengatur perkawinan dengan memelihara ada exogami.

19 Koentjaranigrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta, 1992, DIAN RAKYAT) hal 143.

Dalam penelitian ini bentuk sistem kekerabatan yang dibuat berdasarkan difrensiasi suku bangsa Karo dan difrensiasi klen yang mengikuti garis keturunan ayah (patrilineal).

Sistem Kekerabatan suku bangsa Karo dapat terlihat didalam “Sangkep Nggeluh”.“Sangkep Nggeluh” sendiri adalah sistem kekeluargaan pada masyarakat Karo. Dalam kehidupan orang Karo sendiri, hubungan kekerabatan merupakan hal yang penting, hubungan kekerabatan dapat dilihat dari marga yang dipakai oleh seseorang hal ini juga yang terjadi di desa Munte yang bermayoritas suku Karo. “Sangkep Ngggeluh” sendiri terdiri dari berapa bagian yaitu:

1. Tutur

Tutur yang berdasarkan marga atau Merga yang dibawa seseorang, Marga adalah tanda pengenal seseorang sebagai tanda garis keturunan bahkan dari marga akan diketahui asal usul seseorang. Tutur sendiri akan menentukan posisi dalam suatu acara adat, baik dalam acara pernikahan, kematian, memasuki rumah baru dan lain sebagainya Pusat dari “Sangkep Nggeluh” adalah sukut yang dikelilingi oleh senina, anak beru dan kalimbubu.

Perkawinan merupakan suatu peralihan yang terpenting pada life cycle dari semua manusia di seluruh dunia adalah saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat berkeluarga, ialah perkawinan. Dipandang dari sudut kebudayaan, maka perkawinan merupakan pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut dengan kehidupan sexnya, ialah kelakuan-kelakuan sex, terutama persetubuhan.20

Berkaitan dengan marga, marga suku Karo sendiri terbagi atas 5 marga yaitu Ginting, Sembiring, Tarigan, Karo-Karo, dan Perangin-angin. Marga ini

20Koentjaranigrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial ( Jakarta: Universitas Indonesia ,1992) hal 93.

merupakan induk marga yang memiliki sub-sub marga, salah satu larangan yang dianut oleh suku Karo yang berkaitan dengan marga yaitu dilarang menikah dengan sesama marga yang termasuk dalam induk marga yang sama. Setiap marga ini, secara langsung akan terlibat dalam “sangkep nggeluh” yang terdiri dari senina, anak beru dan kalimbubu. Sangkep nggeluh adalah orang yang berperan dalam pelaksanan adat istiadat. Pusat dari sangkep nggeluh adalah sukut yaitu pribadi/keluarga/marga tertentu, yang dikelilingi oleh senina, anak beru dan kalimbubu. Sukut dalam pesta perkawinan akan menerima uang jujuren berupa bena emas (erdemu bayu) atau batang unjuken (pertuturken).

Dokumen terkait