• Tidak ada hasil yang ditemukan

Burhanuddin,2005. prospek pengembangan usaha koperasi dalam produksi gula aren, jakarta

Scott C. James, 1976. Moral Ekonomi Petani “pergolakan dan subsistensi di Asia Tenggara. Diterjemahkan oleh Hasan Bahari. Ilmu-ilmu sosial: Jakarta Keesing M. Roger, (1992). Antropologi Budaya “Suatu Perspektif Kontemporer”

jilid 2. Jakarta: Erlangga

Koenjaraningrat, (1990). Sejarah Teori Antropologi II. Penerbit Universitas Indnesia (UI-PERS)

Koenjaraningrat, (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Koenjaraningrat.1985.metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta:PT.

Gramedia

Koentjaraningrat, (1997). Pengantar Antropologi “pokok-pokok etnografi” II.

Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Koenjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PERS)

Planck, Ulrick, (1990). Sosiologi Pertanian. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Prof, Dr. Damsar. Dr. Indrayani, S.E., M.M. 2009. Pengantar sosiologi Ekonomi,

edisi kedua. Kencana: Prenadamedia Grup

Prof. Dr. Damsar, (2009), Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana 2011.

Ed.1. Cet. 1;xvi, 268 hlm, 21 cm.

Putro, Brahma, (1995). Sejarah Karo Dari Zaman Ke Zaman. Penerbit: Ulih Saber Sairin, Sjafri, dan dkk, (2002). Pengantar Antropologi Ekonom. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Soekarwati,dkk. 1990. Ilmu Usaha dan Penelitian untuk Pembangunan Petani Kecil

Suharto, Edi,dkk. 2003. Kemiskinan dan Keberfungsian sosial:studi kasus Rumah tangga miskin di Indonesia. Bandung: STKS Pers.

Wolf, Eric R. 1985. Petani Suatu tinjauan antropologi. Jakarta: Cv. Rajawali

jurnal

Aman. A. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008

Arwina, Fadila. “Strategi Bertahan Keluarga Payobo di Kelurahan Rappokaling Kecaatan Tallo Kota Makasar”, Jurnal Sosiologi, Makasar 2013

Auza, Ara. Analisis Strategi Bertahan Hidup Penghuni Pemukiman Kumuh Di Sepanjang Bantaran Rel Kereta Api Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Kota Medan. www.academia.edu

Irwan dan Indranddin, Strategi Dan Perubahan Sosial—Ed.1.cet, 1 Jogjakarta 2000

M, Syakir dan Elma Kamawali, Tanaman Perkebunan BBN Aren” 2010

Rujiman, Eddy, Rahmata, Ananlisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pandapatan Petani Gula Aren dan Pengembangannya Pada Lahan Marjin Di Kabupaten Tapanuli Selatan 2015

Wulandari, Wenni Lubis, Luhut Sihombing Dan Salmiah: analisis nilai tambah usaha pengelolaan gula aren di desa suka maju kecamatan sibolangit Kabupaten deli serdang 2014

internet

http://arenindonesia.workpers.com/budidaya.are.html2015

htpp://bentuk.blogspot.ic.id/2012/07/review-buku-masyarakat-petani-dan.,html2016

http://dismut.sumutprop.go.id/statistik_2018/web/index.php?r=site%2flaporan-tahunan&tahun=2018Kabupaten=4sifat=1

Lampiran informan

1. Nama : Bulang Lesman Umur : 80 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : pembuat gula Pendidikan : -

Agama : Kristen Protestan Deskripsi:

Bulang Lesman adalah informan pertama peneliti. Beliau mulai belajar membuat gula aren sejak usia 15 tahun. Beliau bisa membuat gula karena sering memperhatikan dan membantu orang tua beliau yang juga bekerja sebagai perpola. Jadi beliau meneruskan usaha orang tuanya sampai sekarang. Beliau memiliki tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Bulang Lesman memiliki 6 pohon aren dan yang masih produktif untuk di sadap adalah 4 pohon.

Biasanya sekali menyadap bulang akan mendapat air aren sebayak 60 liter.

Namun hal ini tidak menentu kadang juga hanya 30 liter dalam sekali menyadap jadi hasilnya tidak menentu. Beliau biasanya menjual gula aren tiga kali sehari kalau air aren nya berlimpah, dengan harga Rp. 25000 per kg.

Sekitar jam setengah delapan pagi beliau sudah pergi keladang untuk menyadap, sepulang menyadap air aren hasil sadapan sore hari langsung di masak hingga setengah matang, karena jika tidak langsung dimasak air aren akan basi.

Peneliti bertanya kepada beliau kenapa memasaknya harus ditengah ladang atau harus dekat dengan pohonnya? Kata beliau kalau air nira dibawa pulang dan

masak dirumah maka akan memakan waktu serta mengeluarkan modal, karena untuk memasak air nira membutuhkan api yang besar, serta air nira harus langsung di masak kalau tidak akan air nira bisa basi. Kalau basi maka air nira yang sudah dimasak tidak dapat dicetak. Maka dari itu bulang membuat gubuk khusus untuk memasak gula aren, selain mempersingkat waktu juga mempermudah mencari kayu bakar. setelah bulang Lesman selesai mencari kayu bakar, bulang Lesman akan membantu istrinya di ladang. Tanaman yang ditanam di ladang bulang Lesman adalah padi yang dirawat oleh istrinya. Pekerjaan utama bulang lesman adalah sebagai perpola, meskipun terkadang pendaatannya tidak stabil tetapi dari pekerjaannya tersebut beliau mampu menyekolahkan tiga anaknya ketinggat yang lebih tinggi lagi.

2. Nama : Bulang Aditya Umur : 79 tahun Jeis kelamin : laki-laki Pekerjaan : Pembuat Gula Pendidikan : -

Agama : Kristen Protestan

Bulang Aditya adalah informan kedua peneliti, beliau mulai membuat gula sejak usianya 30 tahun hingga sekarang. Beliau memiliki anak 7 orang anak dan sekarang sudah pada berumah tangga, jadi beliau hanya tinggal berdua bersama istri. Bulang Aditya juga hapir sama dengan Bulang Lesman mengiuti jejak orang tua sebagai perpola. Bulang Aditya memiliki ladang satu rante dengan tanaman yang ditanam adalah padi. Demi memenuhi kebutuhan pokok dari penghasilan

membuat gula aren. bulang Aditya memiliki 5 pohon aren yang semuanya masih produktif. Dalam sehari biasanya bulang mendapat 50 liter namun kadang juga lebih. Kendala yang sering bulang Aditya hadapi adalah ketika musim kemarau karena air nira yang biasanya banyak akan berkurang serta sulitnya mencari kayu bakar. karena daerah ladang bulang Aditya itu posisinya ditengah ladang orang.

3. Nama : Bapak Antonius Silalahi Usia : 55 tahun

Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SD

Pekerjaan : petani

Bapak Antonius adalah informan ketiga peneliti. Beliau adalah seorang petani demi menghidupi kebutuhan pokok Bapak Antonius juga memiliki pekerjaan sampingan yakni sebagai pembuat gula aren dan juga menjual rempah kemiri. Beliau mulai membuat gula aren sejak 5 tahun terakhir ini, dan 94las an beliau kenapa membuat gula aren dikarenakan untuk menambah kebutuhan ekonomi keluarga. Beliau memiliki tiga batang aren yang masih produktif, dalam sehari tiga pohon menghasilkan 20 sampai 25 liter. Biasanya bapak Antonius menjual gulanya itu 5 hari sekali. Kendala yang sering dihadapi oleh bapak Antonius yakni air aren sering basi atau rasanya asam meskipun baru di ambil dari batangnya. Solusi yang dilakukan oleh bapak Antonius mengikat daun rih ke batang aren. beliau percaya bahwa daun in jika diikat kebatang aren dapat menetralisir atau menghilangkan rasa asam dari air nira terseut.

Beliau memiliki anak 4 orang anak, belau tinggak dirumah dengan istri dan anak terakhir beliau. Istri beliau bekerja sebagai aron di ladang orang. Dan beliau menjual gula aren dibantu oleh istrinya yakni dengan menjajakan nya tetangga-tetangga, jika tidak habis biasanya di bawa ke pajak sore.

4. Nama : Bapak M. Tarigan Usia : 55 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan : Pembuat Gula Pendidikan : SMA

Agama : Kristen Protestan

Bapak Tarigan mulai membuat gula aren sejak 20 tahun yang lalu sampai sekarang. Awalnya beliau hanya mencoba-coba karena pohon aren di sekitar ladang saya tumbuh beberapa batang pohon aren jadi saya memanfaatkannya.

Namun, tidak semudah yang beliau banyangkan ketika memasak gula aren, beliau juga sempat beberapa kali mengalami kekegagalan seperti gula aren yang gaga tidak bisa dicetak. Sehingga beliau bertanya kepada orang-orang tua bagaimana cara membuat gula aren yang enak dan bisa untuk dicetak. Peneliti bertanya biasanya yang apa factor yang membuat gula aren itu gagal?, beliau menjawab, orang karo percaya bahwa ketika ingin memasak atau mengelola air nira kayu bakar yang digunakan tidak boleh menggunakan kayu dari ranting jeruk, dan selama proses memasak tidak boleh ada jeruk meskipun itu jeruk manis. Kita juga harus selalu menjaga kebersihan baik itu pohon aren yang harus dicuci menggunakan air sabun maupun di tempat memasak semua nya harus bersih

termasuk hati kita. Kita juga tidak boleh pelit atau iri kepada seseorang. Jika orang ingin meminta air nira kita ya kita langsung kasih tidak boleh tidak.

Beliau memiliki 6 pohon aren yang masih produktif. Beliau menjual gula aren yang sudah jadi itu dua kali sehari dan dalam seminggu beliau akan menjual sekiar 40 kg. beliau jarang sekali menjual gula aren itu kepasar karena sudah ada toke yang datang langsung kerumah mereka jadi tidak perlu repot-repot menjual nya ke tiga kraben. Membuat gula aren adalah pekerjaan sampingan beliau yang mana pekerjaan utama beliau adalah petani kopi meskipun kopi yang dimiliki beliau tidaklah luas, jadi untuk mencari tambah-tambahan uang sekola anak, beliau pun akhirnya membuat gula aren. beliau memeiliki tiga orang anak, dua anak peremuan dengan satu anak laki-laki. Anak pertama beliau sudah bekerja salah satu hotel yang ada di jawa sedangkan anak yang dua lagi sedang berkuliah di UGM (universutas Gajah Mada) sedangkan anak yang laki-laki berkuliah di USU (Universitas Sumatera Utara) jurusan TI semester akhir.

5. Nama : Bapak Samudra Usia : 39 tahun

Agama : Kristen Katolik Pendidikan : SMP tidak sampi Pekerjaan : petani

Awalnya ketika beliau pergi dari rumah, karena saat itu beliau tidak ingin sekolah jadi beliau pergi kerumah pamannya yang ada di Desa Selakar. Selama tinggal dengan pamanya beliau mulai belajar bagaimana membuat gula aren.

hingga beliau menikah pekerjaan beliau selain membuat gula aren beliau juga bekerja sebagai aron (membabat jagung) diladang orang. Namun saat ini beliau mulai beralih tidak lagi membuat gula aren melainkan tuak (minuman tradisional), selain susahnya mencari bahan bakar untuk memasak beliau juga mulai kesulitan mencari bahan baku membuat gula. Karena pohon aren yang masih produktif hanya tinggal 2 saja, itu pun air yang dihasilkan sangat sedikit dalam sehari cuman 15 liter saja. Peneliti bertanya, kenapa tidak berhenti aja kan dapatnya cuman sedikit? Beliau menjawab: “ kan sayang kalau tidak disadap, biarpun cuman dapat 15 liter sekali menyadap, kan uangnya bisa buat tambaha-tambahan buat beli kebutuhan dapur, lagian buat tuak itu tidak mudah tidak rumit. Hanya tinggal tambahkan raru tuak masukkan di dalam derigen setelah itu sorenya kita ambi tinggal langsung aja bawa ke kedai. Biasanya satu liter itu dihargai sebesar Rp. 9000 ribu aja.

6. Nama : Bapak Roni Umur : 40 tahun

Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Bapak Roni memang bukan pekerja sebagai perpola melainkan pembuat tuak (minuman tradisuinal) sejak dua tahun terakhir. Tetapi beliau paham bagaimana tatacara membuat gula agar gulanya tidak gagal. Awalnya beliau menjual tuak karena ladang tempat beliau bekerja itu ada tumbuh pohon aren, jadi daripada di anggurin mendingan disadap. Beliau memilih membuat tuak karena beliau menganggap bahwa kalau membuat tuak kita hanya mencampurkan raru

tuak (akar kayu) setelah itu sorenya kita ambil udah bisa langsung dijual dapat uang. Sedangkan membuat gula kita membutuhkan waktu yang panjang.

Sebelumnya pekerjaan utama beliau adalah bertani, selain itu beliau juga memiliki satu ekor lembu.

7. Nama : Maryam Br sembiring Umur : 44 tahun

Agama : Katolit Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta

Beliau adalah salah satu toke yang suka membeli gula di Desa Munte, gula aren tersebut akan dijual ke pajak Singa. Dan biasnya beliau membeli langsung ke pembuatnya dengan harga tergantung bagaimana pemasaran gula aren. biasanya beliau membeli langsung di hargai Rp. 23.000 sampek Rp. 24.000 per kg.

Dokumen terkait