• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri)”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri)”"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP

PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN

LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN

PALUH KEMIRI)

TESIS

Oleh

MUHAMMAD IDRIS RITONGA

097003010/PWD

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP

PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN

LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN

PALUH KEMIRI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD IDRIS RITONGA

097003010/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PALUH KEMIRI)

Nama Mahasiswa : Muhammad Idris Ritonga Nomor Pokok : 097003010

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hasan Miraza, SE) Ketua

(Wahyu Ario Pratomo, SE. M. Ec) (Drs. Rujiman, MA)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

2. Drs. Rujiman, MA

(5)

PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PALUH KEMIRI) ABSTRAK

Muhammad Idris Ritonga, Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri) di bawah bimbingan Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec dan Bapak Drs. Rujiman, MA.

Sejak tahun 2004 Kabupaten Deli Serdang telah menjalankan Alokasi dana kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Populasi penelitian ini meliputi seluruh masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri yaitu sebanyak 2.983 orang dengan 793 kepala keluarga. Besar sampel yang diambil sebanyak 93 responden. Tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk menganalisis persepsi pimpinan kelurahan dan masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam terhadap manfaat Alokasi Dana Kelurahan, 2). Untuk mengetahui peran Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran di Kecamatan Lubuk Pakam, 3). Untuk menganalisis bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa manfaat alokasi dana kelurahan bagi kegiatan operasional LKMD/PPMK, peningkatan pendidikan dan peningkatan kesehatan serta pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat ialah bermanfaat di dalam pengembangan kelurahan baik bagi masyarakat kelurahan dan pimpinan kelurahan, akan tetapi bagi kegiatan bantuan operasional TP. PKK terdapat perbedaan manfaat. Pembiayaan pengeluaran kelurahan melalui alokasi dana kelurahan yaitu untuk penghasilan tetap Kepala Lingkungan, biaya operasional Pemerintah Kelurahan, bantuan operasional LKMD/LPMK, bantuan operasional TP. PKK, peningkatan pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan terkhir untuk pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat. Kondisi kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri berdasarkan rata-rata skor nilai jawaban responden adalah berada pada kriteria baik, sedangkan untuk rata-rata skor nilai jawaban responden terhadap kondisi masyarakat kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri adalah berada pada kriteria cukup baik. Jumlah alokasi dana kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setiap tahunnya tetap (stagna) sejak dijalankannya alokasi dana kelurahan ini, kepada Pemerintah Kabupaten diharapkan untuk meningkatkan jumlah alokasi dana kelurahan mengingat jumlah dan kepadatan penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya.

(6)

THE INFLUENCE OF URBAN VILLAGE FUND ALLOCATION TO THE DEVELOPMENT OF URBAN VILLAGE AT SUB-DISTRICT OF LUBUK

PAKAM (CASE STUDY ON THE PERCEPTION OF LOCAL PEOPLE AT URBAN VILLAGE OF PALUH KEMIRI)

ABSTRACT

Muhammad Idris Ritonga, The Influence of Urban Village Fund Allocation to the Development of Urban village at sub-district of Lubuk Pakam (Case Study on the Perception of local people at Urban village of Paluh Kemiri) under supervision of Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Wahyu Ario Pratomo, SE.M.Ec and Drs. Rujiman, MA Since 2004, regency of Deli Serdang distribute the urban village fund allocation from the Local Budget of regency of Deli Serdang to support the government program in urban village level either in government administration or to the strengthening of the society. The population in this research is all of local people at Urban Village of Paluh Kemiri for 2.983 persons and 793 household heads, while the sample is 93 respondents. This objective of this research are 1). To analyze the perception of urban village leadership and the local people of urban village of Paluh Kemiri sub-district of Lubuk Pakam to the benefit of the allocation of urban village fund. 2) To study the role of urban village fund allocation in expenditure at sub district of Lubuk Pakam, 3). To analyze the condition of urban village and the local people at the urban village of Paluh Kemiri, sub district of Lubuk Pakam post-allocation of urban village fund.

The results of research indicates that the benefit of the urban village fund allocation to the operational activity of LKMD/PPMK, the increasing of educational and health level and development of urban village infrastructure and society economic are useful for the development of urban village either for the local people or for the urban village leadership, but there is a different useful for the operational fund assistance for TP. PKK. The role of urban village fund allocation in support the urban village expenditure is the income for the Head of sub-urban village, urban village government operational cost, assistance fund for operational of LKMD/LPMK, TP.PKK, the assistance fund for educational and health operational and to for the development of urban village infrastructure and local people economic. The condition of urban village in post allocation of urban village fund at the urban village of Paluh Kemiri based on the average score of respond of respondent is in a good criteria while for average score of respond of the respondent to the condition of local people of urban village post allocation of urban village fund at urban village of Paluh Kemiri is in enough condition. The amount of urban village fund allocation at the urban village of Paluh Kemiri, sub-district of Lubuk Pakam is stagnant in each year since the implementation of this program, and it is suggested to the local government to increase the amount of fund allocation based on the growth rate of the population in each year.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis sanjungkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan

terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang

Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri)”. Tesis ini dibuat sebagai salah satu

syarat guna memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, penulisan tesis ini tidak

terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan

moril maupun materil. Ucapan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada

Ibunda Afridah Nasution, S.Pd dan Ayahanda Drs. Suhatta Ritonga, SH tercinta,

sumber “mata air” semangat yang tak pernah kering, kasih sayang yang telah

merawat, kucuran materi dalam membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh

ikhlas dan tawakkal serta doa yang selalu menyertai penulis, demi paripurnanya

perjuangan penulis yang tidak akan pernah penulis dapat lunasi sampai kapanpun.

Adik-adik penulis (Asmiyah Sari Ritonga dan Amysha Tri Rejeki Ritonga) yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis kepada penulis dalam menempuh pendidikan

dan meniti karir serta Dinda Riszianti yang begitu spesial di hati penulis yang

senantiasa memberikan warna dan semangat kepada penulis hingga tesis ini dapat

terselesaikan.

Selain itu di dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari semua pihak, maka dengan segala kerendahan dan ketulusan hati

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana USU yang banyak memberikan kemudahan dalam proses

(8)

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera

Utara dan pengajar yang banyak memberikan wawasan tentang pembangunan

wilayah dan pedesaan.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza, SE selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan dalam proses

penyusunan tesis ini.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec dan Bapak Drs. Rujiman, MA selaku

Anggota Komisi Pembimbing yang yang tanpa rasa bosan dengan tulus, kearifan

dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing

penulis pada saat penyusunan tesis.

5. Ibu Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D, Ak dan Bapak Dr. Drs. H.B. Tarmizi, SU

selaku Pembanding dan Penguji yang telah mendukung dan menyampaikan

berbagai masukan untuk perbaikan tesis ini hingga selesai.

6. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD) Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan

pengetahuannya kepada penulis selama penulis masih dalam bangku perkuliahan

pada Sekolah Pascasarjana PWD Universitas Sumatera Utara.

7. Civitas Akademika Pascasarjana PWD Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak membantu proses administrasi dan kelancaran kegiatan akademik.

8. Rekan-rekan seangkatan PWD’09 Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas

kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menjadi ketua kelas dan

terimakasih juga atas kebersamaan yang telah terbina dengan baik selama ini

semoga terus berlanjut untuk kedepannya.

9. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dimana penulis bertugas dan mengabdi

sebagai PNS yang telah memberikan kesempatan dan izin belajar kepada penulis

untuk dapat melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Khairil, ST selaku pimpinan di kantor Kelurahan Paluh Kemiri tempat

(9)

11. Bapak Safoan dan Bunda Rosmawati Purba serta Alfian Teguh Rianto yang

sudah seperti keluarga bagi penulis, yang selalu mengingatkan dan memberi

semangat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini hingga gelar Magister

Sians ini dapat penulis peroleh.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari

segi bahasa maupun isi, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima

kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Kepada pihak yang telah banyak

membantu namun tidak tercantum dalam tulisan ini, semoga segala bentuk kebaikan

yang telah diberikan mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir

kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

memerlukannya.

Medan, 28 Juli 2011

Penulis,

Muhammad Idris Ritonga

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

2.2. Keswadayaan Masyarakat... 9

2.3. Pemberdayaan Masyarakat... 10

2.4. Pembangunan Daerah... 16

2.4.1. Perencanaan Pembangunan Daerah ... 16

2.4.2. Tujuan Pembangunan Daerah Kab. Deli Serdang... 22

2.4.3. Sasaran Pembangunan Daerah Kab. Deli Serdang ... 22

2.5. Alokasi Dana Kelurahan ... 23

2.5.1. Pengertian Alokasi Dana Kelurahan ... 23

2.5.2. Tujuan Alokasi Dana Kelurahan... 23

2.5.3. Sasaran Alokasi Dana Kelurahan... 24

(11)

2.7. Penelitian Terdahulu ... 26

2.8. Kerangka Berfikir ... 28

2.9. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 31

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3. Pengambilan Sampel... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 35

3.5. Metode Analisis Data... 37

3.6. Defenisi Variabel Operasional Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Paluh Kemiri... 42

4.1.1 Kondisi Geografis ... 42

4.1.2 Kondisi Demografi... 44

4.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi ... 47

4.1.4 Sarana dan Prasarana... 48

4.1.5 Kelembagaan dan Hubungan Sosial Kemasyarakatan... 49

4.2. Deskripsi Alokasi Dana Kelurahan... 50

4.3. Persepsi Terhadap Manfaat Alokasi Dana Kelurahan ... 54

4.3.1 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi bantuan operasional terahadap LKMD/LPMK... 54

4.3.2 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Peningkatan Pendidikan ... 56

4.3.3 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Peningkatan Kesehatan kan ... 58

4.3.4 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Pembangunan Infrastruktur Kelurahan dan Perekonomian Masyarakat... 60

4.4. Peran Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluran... 63

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1. Kesimpulan ...70

5.1. Saran ...71

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan Paluh Kemiri

Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2010 ... 33

3.2 Jumlah Populasi dan Sampel... 35

3.3 Kriteria Hasil Skor Jawaban Responden ... 40

4.1 Penggunaan Tanah di Kelurahan Paluh Kemiri ... 43

4.2 Orbitasi/Jarak Kelurahan Paluh Kemiri dengan Pusat Pemerintahan Tahun 2010... 44

4.3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Paluh Kemiri... 45

4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Kelurahan Paluh Kemiri... 45

4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Paluh Kemiri... 47

4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 47

4.7 Rekapitulasi Alokasi Dana Kelurahan Paluh Kemiri dari Tahun 2004-2010 ... 53

4.8 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan ditinjau dari kegiatan bantuan operasional terahadap LKMD/LPMK ... 55

4.9 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Kegiatan Peningkatan Pendidikan ... 57

4.10 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Kegiatan Peningkatan Kesehatan ... 59

4.11 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Pembangunan Infrastruktur Kelurahan dan Perekonomian Masyarakat... 61

4.12 Rekapitulasi Perbedaan Tanggapan antara Masyarakat Kelurahan dengan Pimpinan Kelurahan tentang Manfaat Alokasi Dana Kelurahan ... 62

4.13 Rincian Pembiayaan Pengeluaran Kelurahan Paluh Kemiri ... 64

(14)

4.15 Tanggapan Masyarakat terhadap Kondisi Kelurahan

setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan ... 67

4.16 Tanggapan Masyarakat terhadap Kondisi Masyarakat di Kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan ... 68

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian... 29

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Kuisioner Penelitian ... 75

2. Perhitungan Chi-Square Bagi Bantuan Operasional LKMD/LPMK ... 78

3. Perhitungan Chi-Square Bagi Peningkatan Pendidikan ... 79

4. Perhitungan Chi-Square Bagi Peningkatan Kesehatan ... 80

5. Perhitungan Chi-Square Bagi Pembangunan Infrastruktur Kelurahan dan Perekonomian Masyarakat ... 81

(17)

PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PALUH KEMIRI) ABSTRAK

Muhammad Idris Ritonga, Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri) di bawah bimbingan Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec dan Bapak Drs. Rujiman, MA.

Sejak tahun 2004 Kabupaten Deli Serdang telah menjalankan Alokasi dana kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Populasi penelitian ini meliputi seluruh masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri yaitu sebanyak 2.983 orang dengan 793 kepala keluarga. Besar sampel yang diambil sebanyak 93 responden. Tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk menganalisis persepsi pimpinan kelurahan dan masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam terhadap manfaat Alokasi Dana Kelurahan, 2). Untuk mengetahui peran Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran di Kecamatan Lubuk Pakam, 3). Untuk menganalisis bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa manfaat alokasi dana kelurahan bagi kegiatan operasional LKMD/PPMK, peningkatan pendidikan dan peningkatan kesehatan serta pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat ialah bermanfaat di dalam pengembangan kelurahan baik bagi masyarakat kelurahan dan pimpinan kelurahan, akan tetapi bagi kegiatan bantuan operasional TP. PKK terdapat perbedaan manfaat. Pembiayaan pengeluaran kelurahan melalui alokasi dana kelurahan yaitu untuk penghasilan tetap Kepala Lingkungan, biaya operasional Pemerintah Kelurahan, bantuan operasional LKMD/LPMK, bantuan operasional TP. PKK, peningkatan pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan terkhir untuk pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat. Kondisi kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri berdasarkan rata-rata skor nilai jawaban responden adalah berada pada kriteria baik, sedangkan untuk rata-rata skor nilai jawaban responden terhadap kondisi masyarakat kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri adalah berada pada kriteria cukup baik. Jumlah alokasi dana kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setiap tahunnya tetap (stagna) sejak dijalankannya alokasi dana kelurahan ini, kepada Pemerintah Kabupaten diharapkan untuk meningkatkan jumlah alokasi dana kelurahan mengingat jumlah dan kepadatan penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya.

(18)

THE INFLUENCE OF URBAN VILLAGE FUND ALLOCATION TO THE DEVELOPMENT OF URBAN VILLAGE AT SUB-DISTRICT OF LUBUK

PAKAM (CASE STUDY ON THE PERCEPTION OF LOCAL PEOPLE AT URBAN VILLAGE OF PALUH KEMIRI)

ABSTRACT

Muhammad Idris Ritonga, The Influence of Urban Village Fund Allocation to the Development of Urban village at sub-district of Lubuk Pakam (Case Study on the Perception of local people at Urban village of Paluh Kemiri) under supervision of Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Wahyu Ario Pratomo, SE.M.Ec and Drs. Rujiman, MA Since 2004, regency of Deli Serdang distribute the urban village fund allocation from the Local Budget of regency of Deli Serdang to support the government program in urban village level either in government administration or to the strengthening of the society. The population in this research is all of local people at Urban Village of Paluh Kemiri for 2.983 persons and 793 household heads, while the sample is 93 respondents. This objective of this research are 1). To analyze the perception of urban village leadership and the local people of urban village of Paluh Kemiri sub-district of Lubuk Pakam to the benefit of the allocation of urban village fund. 2) To study the role of urban village fund allocation in expenditure at sub district of Lubuk Pakam, 3). To analyze the condition of urban village and the local people at the urban village of Paluh Kemiri, sub district of Lubuk Pakam post-allocation of urban village fund.

The results of research indicates that the benefit of the urban village fund allocation to the operational activity of LKMD/PPMK, the increasing of educational and health level and development of urban village infrastructure and society economic are useful for the development of urban village either for the local people or for the urban village leadership, but there is a different useful for the operational fund assistance for TP. PKK. The role of urban village fund allocation in support the urban village expenditure is the income for the Head of sub-urban village, urban village government operational cost, assistance fund for operational of LKMD/LPMK, TP.PKK, the assistance fund for educational and health operational and to for the development of urban village infrastructure and local people economic. The condition of urban village in post allocation of urban village fund at the urban village of Paluh Kemiri based on the average score of respond of respondent is in a good criteria while for average score of respond of the respondent to the condition of local people of urban village post allocation of urban village fund at urban village of Paluh Kemiri is in enough condition. The amount of urban village fund allocation at the urban village of Paluh Kemiri, sub-district of Lubuk Pakam is stagnant in each year since the implementation of this program, and it is suggested to the local government to increase the amount of fund allocation based on the growth rate of the population in each year.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

masyarakat seluruhnya. Pembukaan UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa tujuan

pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan

makmur, baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah

Daerah merupakan yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam kenyataan kebangsaan saat ini, perwujudan kesejahteraan masyarakat masih

jauh dari yang diharapkan. Kondisi ini terlihat dengan masih terdapatnya masalah

kesenjangan sosial yang belum terselesaikan dengan baik. Salah satu masalah sosial

yang perlu mendapat perhatian besar dan penanganan serius oleh Pemerintah dan

seluruh elemen masyarakat adalah permasalahan kemiskinan.

Keberadaan kelurahan secara yuridis formal diakui di dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor

73 Tahun 2005 tentang Kelurahan. Berdasarkan ketentuan ini Kelurahan diberi

pengertian sebagai wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota

dalam wilayah kerja kecamatan. Pemahaman kelurahan di atas menempatkan

kelurahan sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki

(20)

posisi tersebut kelurahan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang

kesuksesan Pemerintahan Nasional dan secara luas. Kelurahan menjadi garda terdepan

dalam menggapai keberhasilan dari segala urusan dan program dari pemerintah. Hal

ini juga sejalan apabila dikaitkan dengan komposisi penduduk Indonesia menurut

sensus terakhir pada tahun 2010 bahwa sebagian besar penduduk Indonesia saat ini

masih bertempat tinggal di kawasan permukiman kelurahanan. Maka menjadi sangat

logis apabila pembangunan kelurahan menjadi prioritas utama bagi kesuksesan

pembangunan nasional.

Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan

otonomi adalah tersedianya dana yang cukup. Sesuai dengan amanat Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, antara lain disebutkan bahwa

daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan-kebijakan tentang kelurahan

terutama dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta, peningkatan prakarsa

dan pemberdayaan masyarakat kelurahan yang ditujukan bagi kesejahteraan

masyarakat.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menegaskan bahwa keseluruhan belanja

daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Sumber pendapatan kelurahan

berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 73 Tahun 2005 tentang kelurahan, pasal 9

(21)

a. APBD Kabupaten/Kota yang dialokasikan sebagaimana perangkat daerah lainnya;

b. Bantuan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan bantuan

pihak ketiga;

c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Sesuai dengan pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah nomor 73 Tahun 2005 tentang

kelurahan menyatakan bahwa alokasi anggaran kelurahan yang berasal dari APBD

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (1) huruf a di atas,

memperhatikan faktor-faktor sekurang-kurangnya yaitu jumlah penduduk, kepadatan

penduduk, luas wilayah, kondisi geografis/karakteristik wilayah, jenis dan volume

pelayanan serta besaran pelimpahan tugas yang diberikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005, Pasal 3 ayat (1) menyatakan

Kelurahan merupakan Perangkat Daerah. Kelurahan-kelurahan yang ada di wilayah

Kabupaten Deli Serdang, pada umumnya memerlukan bantuan keuangan dari

Pemerintah Kabupaten guna menunjang dan memperlancar penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan Kemasyarakatan di Kelurahan termasuk biaya

Operasional Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKMK/LKMD) dan TP-PKK

Kelurahan yang juga memerlukan anggaran tersendiri guna mendukung Operasional

kegiatannya.

Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten

untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima kabupaten kepada kelurahan

dengan memperhatikan prinsip keadilan dan menjamin adanya pemerataan. Sejak

(22)

mana dalam kaitannya dengan pemberian alokasi dana kelurahan di Kabupaten Deli

Serdang, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah memberikan petunjuk teknis

melalui Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 757 tahun 2010 perihal Petunjuk

Pelaksanan Pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan Kabupaten Deli Serdang. Dalam

Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 757 tahun 2010 alokasi dana kelurahan

merupakan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kepada

Pemerintah Kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah

Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Pemenuhan hak atas kelurahan dalam menyelenggarakan otonominya agar

berkembang dan tumbuh mengikuti pertumbuhan dari kelurahan itu sendiri

berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, pemberdayaan

masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta menghela percepatan

pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis merupakan wujud dari

pemberian alokasi dana kelurahan. Sehingga hal ini dapat mengembangkan wilayah

tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Maksud pemberian langsung

alokasi dana kelurahan adalah sebagai bantuan stimulan atau dana perangsang untuk

mendorong dalam membiayai program Pemerintah Kelurahan yang ditunjang dengan

partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan

pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Kemampuan dan keterampilan aparatur

kelurahan merupakan dasar dari pelaksanaan pemerintah khususnya dibidang

(23)

Pelaksanaan alokasi dana kelurahan dilakukan melalui fisik dan non fisik

yang berhubungan dengan indikator perkembangan kelurahan meliputi tingkat

perhubungan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan serta peningkatan produksi.

Perkembangan kelurahan merupakan wujud dari pembangunan fisik, akan tetapi pada

saat ini sarana dan prasarana kelurahan masih kurang memadai dalam pencapaian

pembangunan yang bekerlanjutan. Pelaksanaan pemerintah kelurahan akan terlaksana

secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber keuangan yang

besarnya diselaraskan dengan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan tuntutan

kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu dana merupakan faktor penunjang dalam

pengembangan kelurahan. Pelaksanaan alokasi dana kelurahan membutuhkan persepsi

dari pimpinan dan masyarakat kelurahan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan dari

alokasi dana kelurahan tersebut mengingat maksud dari alokasi dan kelurahan tersebut

oleh pemerintah kabupaten ialah untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan

dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Sehubungan

dengan hal yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik melaksanakan penelitian

dengan judul “Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan

di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan

Paluh Kemiri)”.

(24)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah yang

ada di atas, Penulis mengungkapkan permasalahan dalam penelitian ini ke dalam suatu

perumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana persepsi pimpinan kelurahan dan masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri

Kecamatan Lubuk Pakam terhadap manfaat Alokasi Dana Kelurahan?

2. Bagaimana peranan Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran

kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam?

3. Bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri

Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara spesifik, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menganalisis persepsi pimpinan kelurahan dan masyarakat Kelurahan Paluh

Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam terhadap manfaat Alokasi Dana Kelurahan.

2. Untuk mengetahui peran Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran

di Kecamatan Lubuk Pakam.

3. Untuk menganalisis bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan

Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana

Kelurahan.

1.4 Manfaat Penelitian

(25)

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan dalam

permasalahan Alokasi Dana Kelurahan serupa, sehingga dapat dijadikan sebagai

bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Alokasi

Dana Kelurahan.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada

Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun bagi pihak-pihak yang

terkait dalam pembuatan kebijakan yang berhubungan dengan Alokasi Dana

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan

Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun

pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari

kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipakai sebagai suatu

proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan

peninjauan kembali seluruh sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal

ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi dan non ekonomi.

Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan

mempunyai 3 (tiga) sifat penting yaitu proses terjadinya perubahan secara terus

menerus, adanya usaha untuk menaikkan pendapatan masyarakat dan kenaikan

pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.

Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan

kembali dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemisikinan, ketimpangan dan

pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi negara yang sedang berkembang.

Menurut Hanafiah (1982) pengertian pembangunan mengalami perubahan

karena pengalaman pada tahun 1950-an sampai 1960-an menunjukkan bahwa

pembangunan yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa

(27)

masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan

nasional pertahun meningkat. Dengan kata lain ada tanda-tanda kesalahan besar dalam

mengartikan istilah pembangunan seara sempit. Akhirnya disadari bahwa pengertian

pembangunan itu sangat luas bukan sekedar hanya menaikkan pendapatan nasional

saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa hanya diartikan sebagi kegiatan-kegiatan

yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

masyarakatnya. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu

proses menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka

panjang.

2.2 Keswadayaan Masyarakat

Raharjo (1992) keswadayaan berarti semangat untuk membebaskan diri dari

ketergantungan pada sumber daya yang dimiliki. Keswadayan juga dapat dipahami

sebagai semangat yakni upaya yang didasarkan kepada kepercayaan kemampuan diri

dan berdasarkan sumber daya yang dimiliki.

Swadaya masyarakat merupakan semangat untuk membebaskan diri dari

ketergantungan dari pihak luar atau kekuatan diri dengan sumber daya yang mereka

miliki. Swadaya masyarakat juga kemampuan untuk memanfaatkan dan

mengembangkan fasilitas-fasilitas yang telah tersedia sebagai hasil pembangunan yang

dilaksanakan pemerintah (Raharjo, 1992).

Tidak berkembangnya swadaya masyarakat mengakibatkan penduduk miskin

(28)

sendiri bukanlah hal yang sederhana. Kemiskinan berakar dari berbagai faktor internal

dan eksternal yang melekat pada masyarakat miskin itu sendiri. Faktor inernal seperti

ketidak berdayaan, kerawanan, isolasi, kelemahan fisik dan kemiskinan itu sendiri,

sedangkan faktor eksternal seperti kebijaksanaan pembangunan yang lebih

mementingkan perkembangan lapisan masyarakat ekonomi kuat ketimbang

masyarakat yang ekonomi lemah.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Shardlow (1998:32) dalam Adi (2003:54) melihat bahwa pemberdayaan pada

intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa

depan sesuai dengan keinginan mereka.

Pemberdayaan tergantung pada kemampuan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri, karena kemiskinan mencerminkan ketiadaan pilihan bagi

seseorang. Dasar pandangannya adalah bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan

langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian

yang tertinggal dalam masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan

mengembangkan dan mendinamisasikan potensinya, dengn kata lain

memberdayakannya. Mas’oed (1993) menyatakan bahwa pemberdayan masyrakat

didefenisikan sebagai upaya memberi daya atau kekuatan kepada rakyat

(empowerment). Bentuk, jenis dan cara pemberdayaan masyarakat atau penguatan

(29)

Menurut Adam Malik dalam Alfian (1980) upaya pemberdayaan itu adalah

berwujud adanya kemauan untuk mengubah struktur masyarakat yang selama ini

belaku. Oleh karena itu upaya mengentaskan orang miskin dari kemiskinannya secara

hakiki (bersifat mendasar) sama sulitnya dengan usaha pemberdayaan masyarakat dan

bukan merupakan pekerjaan yang mudah dan bersifat instant (segera ada hasilnya).

Oleh karena itu, pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan

belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi lapisan

masyarakat dalam struktur kekuasaan. Kedua-duanya harus ditempuh dan menjadi

sasaran dari pada pemberdayaan.

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak

dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari

upaya pembangunannya sendiri.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru

pembangunan, yakni yang bersifat people centered, participatory, empowering dan

sustainable (Chambers dalam Kartasasmita, 1997: 42). Konsep pemberdayaan dalam

wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri,

partisipasi, jaringan kerja dan keadilan (Hikmat, 2001: 3). Partisipasi merupakan

komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan (Craig

dan Mayo dalam Hikmat, 2001: 4).

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya meletakkan masyarakat sebagai

(30)

pembangunan. Kepercayaan diberikan dalam bentuk peran aktif dalam setiap tahap

pembangunan. Untuk itu program-program pembangunan harus dapat memperkuat

masyarakat dan kelembagaan masyarakat dalam tingkat komunitas agar mereka secara

formal dapat melaksanakan pembangunan dengan baik.

Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin

tergantung pada berbagai program pemberian (charity), karena pada dasarnya setiap

apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri. Dengan demikian, tujuan

akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan dan membangun

kemampuan untuk memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara

berkesinambungan.

Dalam pemberdayaan masyarakat ada beberapa aspek yang dapat

dikembangkan sehingga menumbuhkan keberdayaan, aspek ini menurut Ndraha (2000:

80-81) adalah:

1. Pemberdayaan politik, bertujuan meningkatkan bargaining position yang

diperintah terhadap pemerintah. Melalui bargaining tersebut, yang diperintah

mendapatkan apa yang merupakan haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan dan

kepedulian tanpa merugikan orang lain.

2. Pemberdayaan ekonomi, dimaksudkan sebagai upaya untuk mening-katkan

kemampuan yang diperintah sebagai konsumer untuk berfungsi sebagai

penanggung dampak negatif pertumbuhan, pembayar resiko salah urus, pemikul

beban pembangunan, kambing hitam kegagalan program, dan penderitaan

(31)

3. Pemberdayaan sosial budaya, bertujuan meningkatkan kemampuan sumberdaya

manusia (human invesment), penggunaan (human utilization), dan perlakuan

seadil-adilnya terhadap manusia.

4. Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai program perawatan dan

pelestarian lingkungan, supaya antara yang diperintah dengan lingkungannya

terdapat hubungan saling menguntungkan.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan

diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain

memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Masyarakat

miskin harus diberdayakan untuk dapat berpartisipasi lebih efektif dalam proyek dan

program pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Dasar pandangnya adalah

bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya yaitu

meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus

ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikan

potensinya.

Upaya memberdayakan masyarakat menurut Kartasasmita (1996: 159) harus

dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yakni:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling).

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).

3. Melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.

(32)

Pemberdayaan dimaksudkan untuk menciptakan keberdayaan masyarakat.

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa

dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu

masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat,

akan memiliki keberdayaan yang tinggi. Namun selain nilai fisik seperti di atas, ada

pula nilai-nilai intrinsik dalam masyarakat yang juga menjadi sumber keberdayaan

seperti kekeluargaan, kegotongroyongan dan bagi bangsa Indonesia kebhinekaan.

Menurut Kartasasmita (1996: 144) keberdayaan masyarakat adalah: Unsur

dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan dalam pengertian yang

dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini

menjadi sumber dari apa yang didalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan

nasional.

Lebih lanjut Kartasasmita (1996: 159) mengemukakan bahwa: “yang akan

membuat masyarakat menjadi makin berdaya adalah dengan perkuatan yang meliputi

langkah-langkah nyata dan menyangkut berbagai masukan serta pembukaan akses

kepada berbagai peluang. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok

adalah peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan, serta akses kepada

sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan

pasar”.

(33)

1. Motivasi masyarakat yakni adanya suatu proses penciptaan kondisi yang

membangkitkan kesadaran akan potensi yang diiliki masyarakat dan ada usaha

untuk mengembangkannya.

2. Empowering yakni memperkuat potensi dan daya yang dimiliki masyarakat

dengan memberikan input dan membuka peluang untuk berkembang.

3. Proteksi yakni memberikan perlindungan agar yang lemah tidak semakin lemah.

Selanjutnya, Sumodiningrat (1997: 164) mengemukakan bahwa Masyarakat

dianggap berdaya bila ia mampu meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya

melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan kemampuan

permodalan, pengembangan usaha dan pengembangan kelembagaan usaha bersama

dengan menerapkan prinsip gotong royong, keswadayaan dan partisipasi.

Selain itu pemberdayaan kepada masyarakat harus diikuti pemberdayaan

kepada pemerintah sebagai agen pembangunan yang memberikan arahan, bimbingan

dan pembinaan kepada masyarakat dalam melaksanakan setiap program pembangunan.

Hal-hal yang perlu diperkuat yaitu kemampuan aparat pemerintah sebagi pembimbing

dan pembina masyarakat dan lembaga sosial masyarakat. Penguatan lembaga sosial

masyarakat harus diarahkan untuk dapat menumbuhkan tanggung jawab masyarakat

dalam penyelenggaran pembangunan. Peran serta masyarakat di satu daerah berkaitan

erat dengan pemahaman tentang potensi daerah, kemampuan untuk menciptakan dan

memanfaatkan peluang dalam pembangunan daerah.

Terdapat 2 (dua) hal yang dilakukan aparat dalam proses pemberdayaan

(34)

1. Bahwa peran tidak seharusnya berupaya melakukan sendiri, tetapi mengarahkan.

Artinya kalau dilakukan masyarakat jangan dilakukan oleh pemerintah.

2. Masyarakat hendaknya diikutsertakan mulai dari proyek survei, perencanaan,

pelaksanaan sampai evaluasi pembangunan juga proses pengambilan keputusan

(Sumodiningrat, 1997).

Peningkatan peran serta masyarakat juga dapat dilakukan dengan cara

medayagunakan perencanaan masyarakat di tingkat kelurahan dengan menghidupkan

musyawarah yang diperankan oleh masyarakat kelurahan yang dihimpun dalam wadah

LKMD. Kartodirjo (1987) mengemukakan bahwa tokoh masyarakat memegang peran

penting dalam mendukung pembangunan masyarakat pada umunya. Hal ini karena

tokoh masyarakat dengan otoritas tradisionalnya mempunyai pengaruh yang efektif

dalam pelaksanaan berbagai macam program pembangunan di kelurahan.

2.4 Pembangunan Daerah

2.4.1 Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu sistem yang dibentuk dari

unsur-unsur perencanaan, pembangunan dan daerah. Menurut Riyadi dan Deddy

(2005) unsur-unsur perencanaan meliputi:

1. Adanya asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta, ini berarti bahwa perencanaan

hendaknya disusun dengan berdasarkan asumsi yang didukung dengan fakta-fakta

atau bukti yang ada. Hal ini menjadi penting karena hasil perencanaan merupakan

(35)

2. Adanya alternatif atau pilihan sebagai dasar penentuan kegiatan yang akan

dilakukan, ini berarti bahwa dalam menyusun rencana perlu memperhatikan

berbagai alternatif sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Adanya tujuan yang ingin dicapai, dalam hal ini perencanaan merupakan suatu

alat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan kegiatan.

4. Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan yang

dapat mempengaruhi pelaksanaan perencanaan.

5. Adanya kebijaksanaan sebagai hasil keputusan yang harus dilaksanakan.

Dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai area pembangunan dimana

terbentuk konsep perencanaan pembangunan daerah, dapat dinyatakan bahwa

perencanaan pembangunan daerah adalah suatu perencanaan pembangunan yang

dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik

bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungan dalam wilayah tertentu.

Melalui pemanfaatan atau pendayagunaan berbagai sumber daya yang ada dan harus

memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap tetapi tetap berpegang pada azas

prioritas. Melakukan perencanaan pembangunan daerah berbeda dengan melakukan

perencanaan proyek atau perencanaan kegiatan yang bersifat lebih spesifik dan mikro.

Proses perencanaan pembangunan daerah jauh lebih rumit karena menyangkut

perencanaan pembangunan bagi suatu wilayah dengan berbagai komunitas, lingkungan

dan kondisi sosial yang didalamnya. Dalam kegiatan perencanaan pembangunan

daerah tidak bisa dilakukan secara individual, melainkan harus dilakukan secara tim

(36)

sangatlah penting, karena masyarakat dapat melakukan pengkajian dan analisis yang

akurat dalam rangka perumusan hasil perencanaanya. Keterlibatan masyarakat dalam

perencanaan pembangunan daerah akan sangat mendorong terciptanya suatu hasil

perencanaan yang baik, karena masyarakat sebagai salah satu unsur dalam

pembangunan, tentunya dapat mengetahui sekaligus memahami apa yang ada

diwilayahnya. Perencanaan pembangunan daerah memiliki beberapa aspek yang perlu

mendapatkan perhatian agar perencanaan pembangunan dapat menghasilkan rencana

pembangunan yang baik serta dapat diimplementasikan dilapangan. Menurut Riyadi

dan Deddy (2005) ada beberapa aspek-aspek antara lain:

1. Aspek lingkungan

2. Aspek potensi dan masalah

3. Aspek institusi perencana

4. Aspek ruang dan waktu

5. Aspek legalisasi kebijakan

Dalam proses pembangunan daerah dapat dilihat dengan tiga cara pandang yang

berbeda, yaitu; pertama, pembangunan bagi suatu kota, daerah, atau wilayah sebagai

wujud bebas yang pengembangannya tidak terikat dengan kota, daerah, atau wilayah

lain, sehingga penekanan perencanaan pembangunannya mengikuti pola yang lepas

dan mandiri; kedua, pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan

nasional; ketiga, perencanaan pembangunan daerah sebagai instrumen bagi penentuan

(37)

direncanakan terpusat yang berguna untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi

antar daerah.

Pada tanggal 15 Oktober 2004 diundangkan Undang-Undang Nomor 32 tahun

2004 Tentang “PEMERINTAHAN DAERAH” yakni sebagai pengganti

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang isinya penyempurnaan undang-undang No.22

tahun 1999. Pada waktu yang hampir bersamaan yakni pada tanggal 5 oktober 2004

diundangkan undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan

Nasional yang isinya meliputi pengaturan Perencanaan Pembangunan Nasional yang

didalamnya Mencakup Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan

Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, perencanaan pembangunan daerah perlu disusun secara berjangka yakni

Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah disingkat dengan RPJP daerah untuk

jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan

daerah yang mengacu kepada RPJP nasional. RPJP daerah kabupaten/kota, dalam hal

ini Kabupaten Deli Serdang, disusun dengan tahapan dan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Tahap pertama: Penyiapan Rancangan RPJP daerah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan gambaran awal dari visi, misi, dan arah pembangunan

Kabupaten Deli Serdang yang merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda,

dan selanjutnya menjadi bahasan dalam Musrenbang Jangka Panjang Daerah

(38)

dengan hasil analisis yang menggambarkan kondisi umum daerah dalam

periode perencanaan 20 tahun kedepan, sebagai bahan masukan bagi para

pemangku kepentingan (stake holder) pembangunan merumuskan dan

menyepakati visi, misi, dan arah pembangunan daerah.

b. Tahap kedua: Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Panjang Daerah Kabupaten/Kota yakni merupakan forum konsultasi dengan para

pemangku-kepentingan pembangunan untuk membahas visi, misi dan arah pembangunan

yang telah disusun, dibawah koordinasi Kepala Bappeda; dan untuk

mendapatkan komitmen para pemangku-kepentingan pembangunan yang

menjadi bahan masukan dalam penyempurnaan rancanagan RPJP daerah

Kabupaten/Kota.

c. Tahap ketiga: Penyusunan rancangan akhir RPJP daerah Kabupaten/Kota yakni merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, dengan bahan masukan

utama hasil Musrenbang Jangka Panjang daerah. Rancangan akhir ini

disampaikan kepada Kepala Daerah, dan selanjutnya diproses untuk ditetapkan

dalam Peraturan Daerah.

d. Tahap keempat: Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJP Daerah. Untuk memenuhi perundang-undangan yang berlaku, maka RPJP daerah

Kabupaten/Kota dilakukan, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah

penetapan RPJP Daerah provinsi. Dengan demikian RPJP Daerah

kabupaten/kota merupakan dokumen perencanaan jangka panjang daerah yang

(39)

Penyusunan RPJP dimaksudkan agar penyelenggaraan pembangunan disetiap

tingkatan pemerintahan terarah dan mempunyai target pencapaian (visi dan misi) yang

jelas dalam kurun waktu 20 tahun kedepan. Selanjutnya, tujuan daripada penyusunan

RPJP Daerah Kabupaten Deli Serdang adalah untuk dijadikan sebagai arah kebijakan

pembangunan Kabupaten Deli Serdang untuk periode 20 tahun kedepan dan sebagai

acuan dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah atau RPJM

Kabupaten Deli Serdang.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Peraturan

Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah. Bab III, Paragraf satu pasal 11 ayat 3. Rancangan Awal

RPJMD berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi

lingkungan strategis di daerah serta hasil evaluasi terhadap RPJMD periode

sebelumnya. Dalam rangka memenuhi ketentuan yang diamanatkan dalam peraturan

tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Deli Serdang menyusun Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2014, yang

memuat visi, misi, dan program Kepala Daerah.

Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 - 2014 adalah untuk menjabarkan visi,

misi dan program Bupati dan wakil bupati Deli Serdang terpilih pada saat kampanye

Pilkada 2008, dalam bentuk program dan kegiatan pembangunan yang akan

dilaksanakan oleh setiap SKPD di Kabupaten Deli Serdang lima tahun kedepan

(40)

Adapun tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah

untuk menggambarkan dan mewujudkan keadaan yang diinginkan dalam waktu 5

(lima) tahun mendatang, sebagai bagian dari Perencanaan Pembangunan Jangka

Panjang, untuk mewujudkan cita-cita pembangunan masyarakat Kabupaten Deli

Serdang.

2.4.2 Tujuan Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Melalui RPJM Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat tujuan dari pembangunan

Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut:

1. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia.

2. Mewujudkan infrastruktur perhubungan, irigasi dan permukiman yang baik.

3. Meningkatkan perekonomian daerah.

4. Mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat berlandaskan nilai nilai sosial,

budaya dan agama.

5. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tata kelola pemerintahan yang berbasis

good governance.

2.4.3 Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Adapun sasaran dari pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang tertuang di

dalam RPJM Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat sebagai berikut:

1. Terwujudnya peningkatan aksesbilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan

kepada seluruh masyarakat.

2. Terwujudnya ketersediaan infrastruktur dan permukiman yang memadai baik

(41)

3. Terwujudnya peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat.

4. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmoni dalam keberagaman.

5. Terwujudnya pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel.

2.5 Alokasi Dana Kelurahan

2.5.1 Pengertian Alokasi Dana Kelurahan

Alokasi dana kelurahan merupakan salah satu instrumen penting dalam

penyelenggaraan otonomi dan desentralisasi di tingkat kelurahan, pelaksanaan

kebijakan alokasi dan kelurahan yang sesuai dengan amanat Undang- Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang bertujuan untuk mengembangkan

pemerintahan kelurahan yang mandiri dan mampu menjalankan fungsi desentralisasi.

Dalam Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 757 tahun 2010 alokasi dana kelurahan

merupakan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kepada

Pemerintah Kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah

Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

2.5.2 Tujuan Alokasi Dana Kelurahan

Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor: 757 tahun 2010 tanggal 27 Juli 2010

tentang Pelaksanaan Pengelolaan Dana Alokasi Kelurahan Kabupaten Deli Serdang,

tujuan alokasi dana kelurahan ialah untuk:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dalam melaksanakan pelayanan

(42)

2. Meningkatkan kemampuan Lembaga Kemasyarakatan di kelurahan dalam melaksanakan

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Pembangunan secara partisipatif sesuai

dengan potensi kelurahan.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha

bagi masyarakat kelurahan.

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.

2.5.3 Sasaran Alokasi Dana Kelurahan

Adapaun sasaran alokasi dana kelurahan sesuai dengan Peraturan Bupati

Nomor: 757 tahun 2010 tanggal 27 Juli 2010 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Dana

Alokasi Kelurahan Kabupaten Deli Serdang, ialah untuk:

1. Meningkatnya efektifitas penyelenggaraan pemerintahan kelurahan.

2. Meningkatnya pelaksanaan pembangunan kelurahan.

3. Meningkatnya kualitas pelayanan masyarakat.

4. Meningkatnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat kelurahan.

2.5.4 Pengelolaan Alokasi Dana Kelurahan

Secara umum agar pemanfaatan alokasi dana kelurahan dapat mencapai tujuan yang

diinginkan, maka pengelolaan alokasi dana kelurahan harus berpegang pada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a. Pengelolaan dan pemanfaatan alokasi dana kelurahan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari pengelolaan keuangan kabupaten dalam APBD.

b. Seluruh kegiatan yang didanai oleh alokasi dana kelurahan

(43)

dilaksanakan serta dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur

masyarakat di kelurahan.

c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis

administratif dan hukum.

d. Alokasi dana kelurahan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat,

terarah dan terkendali.

e. Alokasi dana kelurahan digunakan untuk menigkatkan pelayanan terhadap

masyarakat, menunjang perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pemanfaatannya tidak diperbolehkan untuk ganti rugi tanah,

bangunan-bangunan mercusuar yang tidak memiliki nilai manfaat ekonomis dan

sosial, misalnya tugu batas kelurahan/lingkungan, gapura dll, maupun untuk

membangun tempat ibadah.

2.6 Persepsi Masyarakat

Menurut Langevelt (Permana, 1992) persepsi adalah pandangan individu

terhadap suatu stimulus/obyek sehingga individu tersebut memberi reaksi/respon yang

berhubungan dengan penerimaan atau penolakan. Persepsi juga berhubungan dengan

pendapat dan penilaian yang berakibat motivasi, kemauan, tanggapan-tanggapan,

perasaan dan fantasi terhadap stimulus.

Thoha (1988) menyatakan persepsi merupakan proses kognitif yang dialami

setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

(44)

mengemukakan persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi, dan

bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.

Sarwono (1986) mengemukakan kemampuan untuk membedakan,

mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya sebagai kemampuan untuk

mengorganisasikan persepsi. Organisasi persepsi mengikuti beberapa prinsip yaitu

wujud, latar belakang dan pengelompokan.

Memahami persepsi menurut Santoso (Permana, 1992) sangat penting sesuai

dengan masyarakat di mana kita mengerjakan sesuatu. Sebab, apapun yang menjadi

tujuan kegiatan kita apakah itu di bidang pertanian, tata laksana pemerintahan,

pendidikan dan sebagainya, kesemuanya tidak terlepas dari faktor manusiawi.

Dalam hubungannya dengan pemanfaatan dana bantuan kelurahan, persepsi

masyarakat terbentuk dari latar belakang, pengelompokan dan wujud kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan, serta objek yang dilihat oleh masyarakat karena

adanya kedekatan dalam ruang tertentu dan berhubungan dengannya.

2.7. Penelitian Terdahulu

Sulistianto (2001), melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Program

dana Bantuan Desa Terhadap Perkembangan Desa Di Kecamatan Stabat". Dalam

Penelitian ini menunjukkan bahwa desa-desa di Kecamatan Stabat menyatakan ada

hubungan yang positif dan signifikan antara Dana Bantuan Desa dengan indikator

Perkembangan Desa dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1999.

(45)

Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun" Dalam penelitian ini

menyatakan tujuan untuk menggambarkan proses dan peran masyarakat dalam

pelaksanaan Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) dan mengetahui

manfaat Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) di Kecamatan Dolok

Panribuan Kabupaten Simalungun. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) memberikan Pengaruh yang positif

terhadap Pembangunan Desa.

Sinaga (2006), melakukan analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dalam Pengembangan Wilayah

Kabupaten Deli Serdang. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pajak,

retribusi dan lain-lain PAD yang sah serta otonomi daerah terhadap PDRB Kabupaten

Deli Serdang. Hasil penelitiannya tersebut menyimpulkan bahwa PAD berpengaruh

nyata terhadap PDRB sehingga merupakan salah satu aspek Pengembangan Wilayah

dalam Bidang Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang.

Purba (2007), dengan judul tesis Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap

Program Bantuan Pembangunan Desa di Kecamatan Gunung Malela Kabupaten

Simalungun. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik umur,

pendidikan serta pendapatan berpengaruh positif terhadap partisipasi masyarakat,

sehingga Partisipasi Masyarakat dapat berpengaruh dalam keberhasilan program

bantuan pembangunan Desa.

Simanjuntak (2010), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Alokasi

(46)

Rampah. Dalam Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan

pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan sesudah pelaksanaan alokasi dana desa

di Kecamatan Sei Rampah.

2.8 Kerangka Berpikir

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang memberikan alokasi dana kelurahan ke

setiap kelurahan sebagai wujud nyata pemenuhan hak kelurahan dalam membiayai

program pemerintahan kelurahan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat di kelurahan. Alokasi dana kelurahan tersebut digunakan

dalam pembangunan fisik atau non fisik dengan tujuan pengembangan kelurahan.

Dalam melakukan pengembangan kelurahan ini ada beberapa indikator yang dijadikan

ukuran yaitu dalam hal ini meliputi tingkat pendapatan serta manfaat alokasi dana

(47)

Perubahan Sarana Perhubungan

APBD DELI SERDANG ALOKASI DANA

KELURAHAN

Persepsi Pimpinan dan Masyarakat Kelurahan

Perubahan Sarana

Kesehatan

Perubahan Sarana

Pendidikan

Perubahan Sarana

Peningkatan Produksi

Pengembangan Wilayah

(48)

2.9 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan tanggapan masyarakat kelurahan dan pimpinan kelurahan tentang

manfaat alokasi dana kelurahan.

2. Ada perubahan kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan

Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Penelitian akan dilaksanakan di 4 (empat)

lingkungan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang. Pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan keterbatasan waktu, biaya

sehingga dengan mudah dalam pengambilan data-data yang dibutuhkan serta lebih

mengenal keadaan kelurahan ini.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer.

Data Sekunder diperoleh Penulis dari buku-buku, data yang didapat dari lembaga

yang berkaitan dengan penelitian berupa BPS dan dokumen-dokumen dalam

Pengelolaan Alokasi Dana Kelurahan. Data Primer diperoleh Penulis dengan

menggunakan pedoman wawancara terhadap Pemimpin Kelurahan dan masyarakat

kelurahan, observasi serta kuesioner dari perseorangan masyarakat dan pemimpin

kelurahan sesuai dengan sasaran penelitian.

Menurut Arikunto (2006) sumber data adalah "subjek dari mana data dapat

(50)

1. Person adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan

melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

2. Place adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan

bergerak. Misalnya kelengkapan alat, ruangan, wujud benda, warna, surat pribadi

dan notulen. Bergerak misalnya bekerja. Paper adalah sumber data yang

menyajikan tanda-tanda berupa huruf,angka,gambar atau simbol-simbol lainnya.

3. Paper dalam penelitian ini antara lain: Kabupaten Serdang Bedagai Dalam

Angka, dokumen-dokumen, buku-buku, peraturan perundang-undangan dan data

yang berkaitan dalam penelitian ini.

3.3. Pengambilan Sampel

Dalam melakukan suatu penelitian, terlebih dahulu menentukan populasi yang

akan diteliti. Yang dimaksud dengan populasi adalah kelompok besar dan wilayah

yang menjadi lingkup penelitian dengan demikian populasi bukan hanya orang, tetapi

juga benda-benda alam lain yang merupakan subyek atau obyek yang berada pada

suatu wilayah serta memenuhi syarat-syarat tertentu yang memiliki hubungan dengan

permasalahan yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2002: 57) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(51)

Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah

perangkat kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk

Pakam seperti yang ada di Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2010

No Lingkungan Jumlah Populasi (KK) Jumlah Penduduk

1.

Sumber: Kelurahan Paluh Kemiri, 2010.

Teknik sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik

probability sampling untuk pengambilan sampel terhadap Perangkat Kelurahan dan

Masyarakat di Kelurahan. Menurut Sugiyono (2008) probability sampling yaitu

teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota)". Teknik probability sampling digunakan Penulis karena penelitian ini

harus sesuai dengan strata karena pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap

Pengembangan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam dapat berbeda

tingkat efektivitasnya dari setiap latar belakang responden. Dengan jumlah populasi

tersebut di atas Penulis menarik sampel berdasarkan teknik Proportionate Stratified

(52)

sebanyak 2.983 rumah tangga, maka untuk mengetahui besarnya jumlah respoden

yang akan dijadikan sampel digunakan rumus dari Frank Lynk dalam Ediwarsyah

(1987):

Adapun penentuan besar sampel digunakan rumus “solivin” dalam Umar

(2003: 108) sebagai berikut:

N.Z2.P

(1-Z : Nilai normal dari variabel (1,96) untuk tingkat kepercayaan 95%

P : Harga Patokan tertinggi (0,5)

d : Sampling Error (0,1)

Bila di hitung dengan menggunakan rumus di atas, maka diketahui sebagai

berikut:

Secara detail dapat dijelaskan jumlah responden dari masing-masing

(53)

Tabel 3.2. Jumlah Populasi dan Sampel No Lingkungan Jumlah Populasi

(KK) Perhitungan Sampel

1.

Sumber: Data yang diolah

Selain itu juga dilakukan indepth interview terhadap perangkat kelurahan

yang terdiri dari Lurah, Sekretaris Lurah, pegawai kelurahan, LKMD dan TP-PKK

beserta Kepala Ligkungan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara:

1. Observasi dan Pengamatan Langsung

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti maka penulis mengadakan

observasi terhadap objek atau sasaran pelaksanaan alokasi dana kelurahan.

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik

(54)

Observasi dilakukan penulis dengan pengamatan langsung ke lapangan agar

memperoleh data yang aktual.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mewawancarai atau tanya

jawab terhadap sumber informasi yang mempunyai pengetahuan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab responden.

Menurut Moh. Nasir (1999:234) wawancara adalah “proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara”.

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa " interview yang sering disebut dengan

wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara". Wawancara

dilakukan kepada Lurah, Sekretaris Kelurahan, Ketua LKMD, Ketua TP-PKK

Kelurahan dan Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Menurut Sugiyono (2008) teknik pengumpuian data yang efisien bila peneliti tahu

dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.1.  Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2010
Tabel 3.2. Jumlah Populasi dan Sampel
Tabel. 3.3. Kriteria Hasil Skor Jawaban Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dari perusahaan ini adalah tinggi rendahnya kinerja karyawan, untuk suatu upaya yang dapat meningkatkan kinerja karyawan, dengan permasalahan tersebut

[r]

[r]

[r]

besseyi asal Indonesia varietas Inpari Sidenuk, Ciherang, Hibrida Prima, dan Pandan Wangi menunjukkan homologi nukleotida 100% dengan isolat asal Cina dan Rusia,

Penelitian yang berjudul Potensi Pelanggaran Hukum Akibat Penggunaan Drone di Indonesia yang bertujuan pertama untuk mengetahui dan menganalisa karakteristik

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Fasilitator Masyarakat (FM) Reguler Lama dalam melaksanakan tugas pendampingan pada desa sasaran di kabupaten/kota Program

Ketiga dimensi pembaruan tersebut dapat dijadikan sebagai agenda besar dalam pembaruan hukum Islam di Indonesia yang berada pada tiga tempat yaitu pertama tersebar dalam