PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE MOTHES PADA SISWA SMA
DALAM KONTEKS PENGHILANGAN NODA PADA KAIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
Elma Oktaria
0909180
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pembelajaran Problem Solving Tipe
Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks
Penghilangan Noda pada Kain
Oleh Elma Oktaria
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Elma Oktaria 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ELMA OKTARIA
0909180
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE MOTHES PADA SISWA SMA
DALAM KONTEKS PENGHILANGAN NODA PADA KAIN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Momo Rosbiono, M.Pd., M.Si
NIP. 195712111982031006
Pembimbing II
Dr. Hernani, M.Si
NIP. 196711091991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Dr. rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si
ABSTRAK
Penelitian yang telah dilakukan berjudul “Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks Penghilangan Noda pada Kain”. Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai performa guru dan siswa selama pembelajaran problem solving tipe Mothes pada konteks penghilangan noda pada kain serta kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 34 siswa kelas XII di salah satu SMA Negeri kota Bandung. Instrumen penelitian berupa format penilaian performa guru dan siswa serta butir soal tentang keterampilan pemecahan masalah yang mengikuti tahapan
problem solving tipe Mothes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa guru dalam pembelajaran problem solving tipe Mothes dikategorikan sangat baik, sedangkan performa siswa dikategorikan baik. Pencapaian kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada tahap motivasi dan penjabaran masalah dikategorikan sangat baik, tahap penyusunan opini serta perencanaan dan konstruksi dikategorikan baik, tahap melakukan percobaan dan membuat kesimpulan dikategorikan cukup, tahap membuat abstraksi dikategorikan kurang dan tahap konsolidasi dikategorikan baik. Sikap siswa selama pembelajaran dikategorikan sangat baik sedangkan kinerjanya dikategorikan baik. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan hasil pretes dan postes diperoleh N-gain sebesar 0,4 dengan kategori sedang.
ABSTRACT
This conducted research entitled “Mothes Type’s Problem Solving Learning on High School Students in Stains fabric remover context”. This research was based
on the problems of the low skill of students to solve problems. The purpose of this research was to obtain information on the performance of teachers and students
during the learning Mothes type’s problem solving in the context stain removal on
fabric and then the ability of students to solve problems. This research is evaluative. The subjects in this research were 34 students of XII grade at one of Senior High School in Bandung. The research instrument were the performance appraisal teacher and students form and also the test item about problem solving skills that followed Mothes type problem solving. The results showed that the
performance of the teacher in teaching Mothes type’s problem solving is very well
categorized, while the performance of students are well categorized. Achievement of students' ability to solve problems at the stage of elaboration of the problem of motivation and categorized very well , and opinion drafting stages of planning and construction of well categorized , stage conduct experiments and make inferences reasonably categorized, stage make abstraction categorized less well categorized and consolidation phase. The attitude of the students during the learning performance is considered very well, while the performance is well categorized. Students skills in problem solving based on pretest and posttest results obtained 0.4 of N-gain value with the medium category.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Belajar dan Pembelajaran ... 7
B. Pembelajaran Problem Solving ... 9
1. Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 12
a. Langkah Motivasi ... 13
b. Langkah Penjabaran Masalah ... 14
c. Langkah Penyusunan Opini ... 14
d. Langkah Perencanaan dan Konstruksi ... 15
e. Langkah Percobaan ... 15
f. Langkah Kesimpulan ... 16
g. Langkah Abstraksi ... 17
h. Langkah Konsolidasi Pengetahuan ... 17
2. Perencanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 17
3. Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 20
4. Evaluasi Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 21
C. Tinjauan Konteks Masalah Penghilangan Noda Pakaian ... 25
1. Pengertian Noda ... 25
2. Jenis-jenis Noda pada Pakaian ... 25
3. Cara Penghilangan Noda Pakaian... 26
4. Konsep Esensial Kimia Terkait ... 26
a. Tinta ... 26
b. Larutan ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30
B. Desain Penelitian ... 30
D. Definisi Operasional ... 33
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil dan Pembahasan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 40
1. Perencanaan Pembelajaran ... 40
2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 45
a. Performa Guru dalam Pembelajaran ... 45
b. Performa Siswa dalam Pembelajaran ... 52
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 75
1. Tahap Penjabaran Masalah ... 76
2. Tahap Penyusunan Opini ... 81
3. Tahap Perencanaan dan Konstruksi ... 86
4. Tahap Percobaan ... 88
5. Tahap Kesimpulan ... 91
6. Tahap Abstraksi ... 93
7. Tahap Konsolidasi ... 96
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 104
A. Simpulan ... 104
B. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 111
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 13
3.1 Instrumen Penelitian ... 36
3.2 Skala Kategori Kemampuan ... 37
3.3 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 39
4.1 Hasil Penilaian Kinerja Guru Tahap Perencanaan (RPP) ... 40
4.2 Hasil Penilaian Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan ... 46
4.3 Rumusan Masalah yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 54
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dikemukakan Kelompok Siswa 57 4.5 Rancangan Judul yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 59
4.6 Tujuan Percobaan yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 59
4.7 Rancangan Alat dan Bahan yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 60
4.8 Rancangan Langkah Kerja yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 70
4.9 Kesimpulan yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 65
4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Kinerja Kelompok Siswa Selama Kegiatan Praktikum ... 73
4.11 Hasil Penilaian Kemampuan Sikap Kelompok Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran ... 74
4.12 Perbandingan Jawaban Pretes dan Postes Siswa Tahap Penjabaran Masalah pada Permasalahan 1 ... 77
4.13 Perbandingan Jawaban Pretes dan Postes Siswa Tahap Penjabaran Masalah pada Permasalahan 2 ... 79
4.14 Perbandingan Jawaban Pretes dan Postes Siswa Tahap Penyususnan Opini pada Permasalahan 1 ... 83
4.15 Perbandingan Jawaban Pretes dan Postes Siswa Tahap Penyususnan Opini pada Permasalahan 2 ... 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Alur Penelitian ... 32
4.1 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Motivasi ... 53
4.2 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Penjabaran Masalah... 55
4.3 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Penyusunan Opini ... 58
4.4 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Perencanaan dan Konstruksi 62 4.5 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Percobaan ... 63
4.6 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Kesimpulan ... 66
4.7 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Abstraksi ... 68
4.8 Persentase Keterlaksanaan Kelompok Siswa Tahap Konsolidasi ... 70
4.9 Nilai Rata-rata LKS Siswa pada Keseluruhan Tahap Problem Solving Tipe Mothes ... 71
4.10 Kemampuan Setiap Siswa Pada Permasalahan 1 Tahap Penjabaran Masalah ... 77
4.11 Kemampuan Setiap Siswa Pada Permasalahan 2 Tahap Penjabaran Masalah ... 79
4.12 Rerata Kemampuan Siswa Pada Tahap Penjabaran Masalah ... 81
4.13 Kemampuan Setiap Siswa Pada Permasalahan 1 Tahap Penyusunan Opini ... 82
4.14 Kemampuan Setiap Siswa Pada Permasalahan 2 Tahap Penyususnan Opini ... 84
4.15 Rerata Kemampuan Siswa Pada Tahap Penyusunan Opini ... 85
4.16 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Perencanaan dan Konstruksi ... 86
4.17 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Perencanaan dan Konstruksi ... 87
4.18 Rerata Kemampuan Siswa Pada Tahap Perencanaan dan Konstruksi .. 88
4.19 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Percobaan ... 89
4.20 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Percobaan ... 90
4.21 Rerata Kemampuan Siswa pada Tahap Percobaan ... 90
4.22 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Kesimpulan .. 92
4.23 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Kesimpulan .. 92
4.24 Rerata Kemampuan Siswa pada Tahap Kesimpulan ... 93
4.25 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Abstraksi ... 94
4.26 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Abstraksi ... 95
4.27 Rerata Kemampuan Siswa pada Tahap Abstraksi ... 96
4.28 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Konsolidasi 97
4.29 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Konsolidasi 98
4.30 Rerata Kemampuan Siswa pada Tahap Konsolidasi ... 99
4.31 Perolehan Rata-rata N-gain Setiap Tahap Problem Solving pada Permasalahan 1 dan 2 ... 100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 111
A.2 Bahan Ajar ... 128
A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 132
B.1 Penilaian Kinerja Guru (RPP) ... 141
B.2 Penilaian Kinerja Guru (Pelaksanaan Pembelajaran) ... 143
B.3 Soal Pretes dan Postes ... 146
B.4 Format Penilaian Lembar Kerja Siswa ... 151
B.5 Lembar Observasi Kinerja Siswa ... 154
B.5 Lembar Observasi Sikap Siswa ... 156
C.1 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Penjabaran Masalah 160 C.2 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Penyusunan Opini 161
C.3 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Perencanaan dan Konstruksi ... 162
C.4 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Percobaan ... 163
C.5 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Kesimpulan ... 164
C.6 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Abstraksi ... 165
C.7 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Konsolidasi ... 166
C.8 Hasil Penilaian LKS ... 167
C.9 Hasil Penilaian Kinerja Siswa ... 169
C.10 Hasil Penilaian Sikap Siswa ... 170
C.11 Rubrik Penilaian Soal Tes Problem Solving Tipe Mothes ... 171
C.12 Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa ... 179
C.13 HasilValidasi Soal ... 190
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
kemajuan bangsa. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan
menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Peran ilmu pendidikan dalam
kehidupan individu dan dalam kemajuan ilmu dan teknologi untuk perkembangan
manusia dan masyarakat umum sangat penting.
Dalam proses pendidikan khususnya di sekolah, guru dan siswa memegang
peranan penting yang mengharuskan semuanya untuk dapat bersinergi dengan
baik. Adapun proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara dua
unsur manusia yaitu siswa sebagai subjek pokoknya dan guru. Guru dalam hal ini,
dituntut untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang mampu menunjang
peningkatan kemampuan siswa.
Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan masih banyak pembelajaran
yang hanya berupa “transfer ilmu”, yang tidak melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran secara maksimal. Kegiatan belajar cenderung berlangsung satu arah,
sehingga kurang memberikan kesempatan siswa aktif dalam mempelajari materi
yang diberikan guru. Penelitian yang dilakukan Garret (2008:34) mengungkapkan
pembelajaran di kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama
pembelajaran dan metode ceramah masih menjadi pilihan utama dalam proses
pembelajaran. Hal ini banyak juga terjadi dalam pembelajaran kimia dimana siswa
hanya mencatat dan menghapal materi yang disampaikan guru tanpa dapat
memahami isinya.
Beberapa hasil penelitian, diantaranya adalah Wiseman (1981), Nakhleh
(1992), Carter (1989) serta Kirkwood dan Symington (1996) dalam Rusmansyah
(2003), menyatakan bahwa banyak siswa dengan mudah mempelajari mata
pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan
2
ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga cara mempelajarinya
juga tidak sama.
Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya
dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk dapat memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul
dalam kehidupan sehari-hari banyak berkaitan dengan materi-materi yang ada
dalam kimia. Namun kebanyakan dari siswa masih menganggap bahwa kimia
merupakan pelajaran yang sulit. Kesulitan dalam memahami ilmu kimia
disebabkan karena materi kimia sering dijelaskan secara abstrak dan kurang
relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satu indikator keberhasilan belajar siswa dapat di lihat dari
kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan ini dapat dilatih melalui kegiatan
belajar mengajar yang dapat dianalisis melalui hasil belajar. Menurut Stice (1987)
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih sangat rendah atau dengan
kata lain siswa masih kesulitan dalam mewujudkan proses pemecahan masalah.
Menurut Sudjimat (1996), keterampilan pemecahan masalah merupakan
salah satu tujuan pendidikan yang sangat penting dan harus diajarkan kepada para
siswa dalam setiap pembelajaran. Dengan membelajarkan pemecahan masalah
berarti guru berusaha memberdayakan pikiran siswa, mengajari siswa berpikir
menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Seiring dengan kemajuan teknologi diperlukan suatu pembelajaran dalam
pendidikan sains yang dapat mengimbangi kemajuan teknologi. Salah satu upaya
yang dapat diterapkan adalah dengan mengangkat masalah-masalah yang ada di
kehidupan siswa yang kemudian digunakan sebagai bahan untuk membahas ilmu
kimia yang berhubungan dengan masalah-masalah tersebut.
Salah satu pembelajaran yang dapat dilakukan adalah problem solving.
Dalam pembelajaran ini, siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan
masalah, dimana siswa bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam
pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan
saling memberi informasi (Akinoglu dan Ozkardes, 2007). Pembelajaran problem
3
dalam mempelajari ilmu kimia, siswa dituntut untuk dapat berpikir memahami
konsep-konsep kimia dan menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, Hal ini sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
menjelaskan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran kimia adalah dapat
memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia dalam kehidupan sehari-hari
dan teknologi (Depdiknas, 2006:460). Sejalan dengan hal tersebut bahwa tujuan
mata pelajaran kimia di SMA yang dijelaskan di dalam BSNP (2006) agar peserta
didik memiliki kemampuan menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau
eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan
merancang percobaaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan,
penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tulisan.
Pembelajaran problem solving melatih siswa berpikir kritis dan bertindak
kreatif untuk mendesain suatu penemuan, mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Dalam melakukan
pemecahan masalah, siswa bertanggung jawab membuat berbagai keputusan dan
bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru seperti pada pembelajaran masa
lampau. Untuk memecahkan masalah, siswa hendaknya memiliki pengetahuan
yang berkaitan dengan masalah tersebut. Sebagai seorang guru maka sudah
sepantasnya memilih dan menyajikan permasalahan yang baik. Oleh karena itu,
Rosbiono (2007:2) mengungkapkan permasalahan yang dipilih haruslah: (1)
terbuka, yang menuntut berbagai metode penyelesaian dan jawaban; (2) merujuk
konsep-konsep sains tertentu; (3) menantang perhatian atau minat siswa; serta (4)
berkaitan dengan pengalaman siswa sebelumnya.
Dalam pembelajaran problem solving, siswa dituntut untuk dapat
menyelesaikan fenomena yang terjadi dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Siswa diperkenalkan pada konsep melalui masalah yang terjadi di lingkungan.
Dalam proses mencari penjelasan dan penyelesaian masalah, siswa diberi
kesempatan untuk menyusun pengetahuan yang dapat menjelaskan fenomena
serta kesempatan untuk merencanakan pemecahan masalah dan
4
Penelitian terkait mengenai penggunaan pembelajaran problem solving
telah banyak dilakukan. Jegede (2007) meneliti efek teknik problem solving
terhadap kompetensi peserta didik dalam mengerjakan problem kimia. Hasil
penelitian menunjukkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan teknik
problem solving memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan peserta
didik yang mengikuti perkuliahan dengan metode ceramah. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Tanrere (2008) menunjukkan model pembelajaran problem solving
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia dan membangkitkan peserta
didik untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, kreativitas, penalaran, dan
ketergantungan satu dengan yang lain.
Dalam pembelajaran tidak hanya melibatkan pemilihan metode tertentu
tetapi juga harus memperhatikan materi. Materi yang dapat diangkat sebagai
sebuah konteks dalam pembelajaran problem solving dapat meliputi energi,
makanan, kota masa depan, kesehatan manusia, gaya hidup dan rekreasi, bahan
baku dan mentah serta air dan udara (RSC, 2009:7).
Pada penelitian ini, permasalahan yang diangkat sebagai konteks yaitu
yang berhubungan dengan gaya hidup dan rekreasi, yaitu penghilangan noda pada
kain. Masalah ini mungkin dianggap sepele yang sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Pakaian yang biasanya berbahan dasar kain merupakan
kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan manusia yang secara tidak langsung
juga berhubungan dengan gaya hidup. Selain itu, konteks penghilamgan noda
pada kain diangkat karena berhubungan dengan tipe problem solving yang
digunakan, yaitu tipe Mothes. Karakteristik dari problem solving tipe Mothes
adalah tahapan pembelajarannya yang dimulai dari motivasi. Dengan mengangkat
masalah noda pada kain yang merupakan masalah kimia yang dekat dengan
kehidupan siswa maka siswa akan semakin termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran dari awal hingga akhir dan siswa diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan menggunakan konsep-konsep kimia yang telah
mereka punya, sehingga akhirnya konsep kimia tersebut dapat mereka terapkan
5
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dirasa perlu untuk
melakukan penelitian problem solving dengan judul penelitian adalah “Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks Penghilangan Noda pada Kain”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih banyak menggunakan
metode ceramah yang cenderung berlangsung satu arah. Pembelajaran tersebut
kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif sehingga kurang bisa
meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir, bertindak dan bersikap. Salah
satu tuntutan kurikulum mata pelajaran kimia dalam Standar Isi Mata Pelajaran
Kimia (Depdiknas, 2006:460) adalah memahami konsep, prinsip, hukum, dan
teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Oleh karena itu diperlukan
suatu pembelajaran yang dapat menjawab tuntutan kurikulum tersebut. Salah satu
pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu pembelajaran problem solving.
Pembelajaran problem solving dapat menumbuhkan keterampilan siswa
dalam menyelesaiakan masalah dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki
serta menerapkan metode ilmiah yang yang telah dipelajari sebelumnya.
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
proses dan hasil pembelajaran problem solving tipe Mothes dalam konteks
penghilangan noda pada kain?”
Untuk memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah dirinci
menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah performa guru dan siswa selama pembelajaran problem
solving tipe Mothes pada konteks penghilangan noda pada kain?
2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah real life
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasakan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Memperoleh informasi mengenai performa guru dan siswa selama
pembelajaran problem solving tipe Mothes pada konteks penghilangan noda
pada kain
2. Memperoleh informasi mengenai kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah real life menggunakan konsep-konsep kimia yang melandasi
pemecahan masalahnya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi peserta didik, guru, dan peneliti yaitu:
1. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif dalam
memecahkan masalah serta memberikan pengalaman yang menarik. Selain
itu, melatih kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan, dan
meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap materi yang dipelajari karena
materi dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari serta
menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa dalam memecahkan suatu
permasalahan kehidupan sehari-hari.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, masukan dan
wawasan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia serta memberikan alternatif
bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai salah satu referensi
untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai penerapan problem
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA di kota Bandung. Subjek
penelitian adalah siswa kelas XII IPA sebanyak satu kelas yang diambil dari salah
satu SMA di kota Bandung.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluatif. Peneliti
berusaha mendeskripsikan pembelajaran problem solving tipe Mothes dalam
bentuk perencanaan dan pelaksanaan ditinjau dari performa guru dan siswa sesuai
dengan situasi sebenarnya, kemudian mengevaluasi kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah real life terkait konteks penghilangan noda pada kain sesuai
tahapan problem solving tipe Mothes.
Penelitian evaluatif adalah suatu desain dan prosedur evaluasi dalam
mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai
atau manfaat dari suatu praktik (pendidikan) (Sukmadinata, 2012:120). Penelitian
evaluatif digunakan untuk mengetahui kinerja sebuah transformasi pembelajaran.
Penelitian evaluatif mengarah kepada proses pembelajaran, untuk mengetahui
seberapa baik siswa telah menguasai materi pelajaran yang diberikan guru.
Apabila mungkin tingkat penguasaan siswa belum optimal sesuai dengan tujuan
pembelajaran, maka peneliti bermaksud mengetahui penyebab ketidakoptimalan
tersebut (Arikunto, 2010:41).
Tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan
tahap akhir. Tahap persiapan diawali dengan mengidentifikasi masalah penelitian,
kemudian menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA 2006
mata pelajaran kimia, tahap-tahap problem solving tipe Mothes serta identifikasi
alternatif pemecahan masalah penghilangan noda pada kain melalui beberapa
sumber bacaan baik dari buku-buku SMA, Universitas maupun sumber lainnya.
31
performa siswa, dan soal tes, sedangkan perangkat pembelajaran yang disusun
terdiri dari RPP, naskah bahan ajar, serta Lembar Kerja Siswa (LKS). Uji validitas
konten instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran dilakukan dengan
justifikasi oleh ahli di bidang pendidikan kimia.
Tahap pelaksanaan dimulai dengan memberikan pretes untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah terkait penghilangan noda
pada kain. Pengamatan proses pembelajaran problem solving tipe Mothes ditinjau
dari performa guru dalam merealisasikan RPP dan siswa selama melaksanakan
pemecahan masalah. Setelah pembelajaran selesai dilakukan siswa diberikan
postes untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
yang dilakukan di luar jam pembelajaran.
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data
yang diperoleh selama pembelajaran kemudian dianalisis secara kualitatif dan
ditindaklanjuti dengan pembahasan hasil penelitian untuk mengambil kesimpulan
dari penelitian yang dilakukan. Adapun alur penelitian ditunjukkan pada Gambar
32
Pengolahan dan Analisis Data
Kesimpulan
Pelaksanaan Pretes Penilaian RPP
Pelaksanaan Pembelajaran
Problem Solving Tipe Mothes
Pelaksanaan observasi proses pembelajaran Pelaksanaan observasi
sikap dan kinerja siswa
33
C. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran beberapa definisi yang
digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini diberikan definisi operasional
istilah tersebut, yaitu:
1. Pembelajaran problem solving tipe Mothes yang dilakukan dalam penelitian
ini terdiri atas delapan tahapan, yaitu: a) motivasi, yaitu membangkitkan
minat dan keingintahuan siswa terhadap materi pembelajaran; b) penjabaran
masalah, yaitu merumuskan suatu pertanyaan ilmiah; c) penyusunan opini,
yaitu perumusan sejumlah hipotesis atau dugaan alternatif penyelesaian
masalah serta memilih alternatif yang paling efektif; d) perencanaan dan
konstruksi, yaitu menyusun peralatan percobaan yang fungsional; serta
menyusun rancangan percobaan, e) percobaan, yaitu melakukan percobaan
sesuai prosedur percobaan yang telah dirancang sebelumnya; f) kesimpulan,
yaitu menyimpulkan hasil dari aktivitas pemecahan masalah; g) abstraksi,
yaitu mengintisarikan hasil ilmiah yang sah; serta h) konsolidasi, yaitu
memperoleh pemahaman komprehensif dan terintegrasi. Tahap konsolidasi
dilakukan dengan cara membuat laporan hasil percobaan karena menurut
Rosbiono (2007:36) konsolidasi mensyaratkan penggunaan pengetahuan
secara berulang.
2. Kemampuan memecahkan masalah disesuaikan dengan tahap-tahap pada
pembelajaran problem solving tipe Mothes. Dalam penelitian ini kemampuan
memecahkan masalah merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
pengetahuan (konsep-konsep) yang telah dimiliki siswa.
3. Performa guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, sedangkan performa
siswa adalah kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran problem
solving tipe Mothes yang dilihat dari jawaban siswa dalam LKS, sikap siswa
selama pembelajaran dan kinerja siswa saat melakukan percobaan. Seperti
yang diungkapkan oleh Sedarmayanti (2001:50). performance atau kinerja
34
4. Noda adalah reaksi kimia antara agen pewarnaan dengan serat dari kain
(Cornell University, 2005). Noda pada kain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah noda tinta ballpoint, sedangkan kain yang digunakan dalam
penelitian adalah kain berwarna putih.
D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini disusun beberapa instrumen sebagai alat pengumpul
data. Instrumen yang digunakan secara rinci dijelaskan sebagai berikut.
1. Format Penilaian Performa Guru
Format penilaian perfoma guru digunakan untuk menjawab rumusan
masalah pertama, yaitu memperoleh informasi mengenai performa guru selama
pembelajaran problem solving dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan. Forrmat
penilaian performa guru dalam perencanaan pembelajaran (Lampiran B.1)
digunakan untuk memberikan penilaian terhadap RPP problem solving tipe
Mothes, sedangkan forrmat penilaian performa guru dalam pelaksanaan
pembelajaran (Lampiran B.2) digunakan untuk memberikan penilaian terhadap
guru selama pembelajaran problem solving tipe Mothes. Penilaian terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer, yaitu guru
yang ahli dalam bidang kimia.
2. Format Penilaian Perfoma Siswa
Format penilaian performa siswa yang digunakan terdiri dari format
penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi sikap serta kinerja siswa.
a. Format Penilaian Lembar Kerja Siswa
Format penilaian LKS digunakan untuk menjawab rumusan masalah
pertama, yaitu memperoleh informasi mengenai performa siswa selama
pembelajaran problem solving tipe Mothes.
LKS digunakan untuk menuntun siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan sesuai tahapan pembelajaran
35
kriteria penilaian yang dibuat oleh peneliti Hasil jawaban dinilai dengan
menggunakan format penilaian LKS yang terlampir di dalam Lampiran B.3.
b. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja
Lembar observasi sikap dan kinerja digunakan untuk menjawab rumusan
masalah pertama, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai performa siswa
selama pembelajaran problem solving tipe Mothes dilihat dari sikap (aspek
afektif) dan kinerja (psikomotor).
Lembar observasi sikap siswa (Lampiran B.5) merupakan alat yang
digunakan untuk melihat sikap siswa selama melakukan pembelajaran problem
solving. Penilaian terhadap sikap siswa dilakukan dengan mengobservasi setiap
tahap problem solving tipe Mothes, sedangkan lembar observasi kinerja siswa
(Lampiran B.4) merupakan alat yang digunakan untuk melihat kinerja siswa saat
melakukan percobaan penyelesaian masalah penghilangan noda tinta.
3. Butir Soal
Butir soal digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu
memperoleh informasi mengenai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
real life terkait konteks penghilangan noda pada kain. Butir soal (Lampiran B.6)
yang diujikan berupa soal keterampilan pemecahan masalah yang mengikuti
tahapan problem solving tipe Mothes. Soal yang diberikan berupa dua set
permasalahan yang terkait konteks penghilangan noda pada kain. Setiap set terdiri
dari 7 pertanyaan penuntun untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Pada
penilaian terhadap jawaban dari setiap butir soal tes digunakan kriteria penilaian
butir soal tes (Lampiran C.12). Kriteria penilaian butir soal tes ini berfungsi
sebagai standar atas jawaban siswa sehingga dapat meminimalisasi faktor-faktor
36
E. Teknik Pengumpulan Data
Format penilaian performa guru, format penilaian LKS, lembar observasi
sikap dan kinerja serta butir soal digunakan untuk mengumpulkan data terkait
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data disajikan pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
Data yang telah diperoleh menggunakan instrumen penelitian selanjutnya
dianalisis. Analisis data yang dilakukan sebagai berikut.
1. Format Penilaian Performa Guru
Langkah-langkah pengolahan instrumen penilaian kinerja guru sebagai
berikut.
a. Menghitung skor yang diperoleh untuk setiap komponen penilaian pada
format penilaian performa guru (perencanaan dan pelaksanaan).
b. Menghitung skor rata-rata dari setiap komponen penilaian pada format
37
c. Menentukan nilai setiap komponen penilaian menggunakan persamaan
berikut.
d. Mengkategorikan nilai yang diperoleh dari format penilaian performa guru
(perencanaan dan pelaksanaan) menggunakan skala kategori yang
diungkapkan pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2. Skala Kategori Kemampuan
% Nilai Kriteria kemampuan
81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
< 20 Sangat kurang
(Arikunto, 2010)
e. Menganalisis kekurangan terhadap RPP dan pelaksanaan pembelajaran dari
hasil penilaian menggunakan format penilaian performa guru (perencanaan
dan pelaksanaan).
2. Format Lembar Kerja Siswa
Proses pemecahan masalah siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dianalisis dari jawaban LKS dengan cara:
a. Memberi skor terhadap jawaban siswa berdasarkan kriteria yang dibuat,
mengubah skor mentah ke dalam bentuk nilai persentase dengan cara sebagai
berikut:
∑ ∑
b. Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelompok tinggi, sedang,
dan rendah pada setiap sub keterampilan pemecahan masalah.
c. Menentukan kategori kemampuan siswa untuk tiap sub keterampilan
pemecahan masalah berdasarkan skala kategori kemampuan yang terdapat
dalam Tabel 3.2.
38
3. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja Siswa
Data yang diperoleh dari lembar observasi dianalisis dengan cara berikut:
a. Lembar observasi sikap siswa
a) Memberikan skor 1 pada setiap aspek yang diobservasi yang dilakukan
b) Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap kelompok
c) Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan
persamaan berikut.
d) Mengkategorikan perolehan nilai yag diperoleh ke dalam kategori yang
tertera pada Tabel 3.2.
e) Menganalisis kekurangan terhadap sikap siswa selama pembelajaran
berdasarkan hasil observasi
b. Lembar observasi kinerja siswa
1) Memberikan skor pada setiap aspek yang diobservasi, skor 2 bila siswa
melakukan sesuai indikator penilaian kinerja, skor 1 bila melakukan
berbeda dengan yang tertera standar penilaian kinerja dan skor 0 nila tidak
melakukan.
2) Menjumlahkan setiap skor yang diperoleh sehingga diperoleh skor total
untuk setiap kelompok
3) Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan
persamaan berikut:
4) Mengkategorikan perolehan nilai yag diperoleh ke dalam kategori yang
tertera pada Tabel 3.2.
5) Menganalisis kekurangan terhadap kinerja siswa selama pembelajaran
berdasarkan hasil observasi
4. Soal Tes
Kemampuan pemecahan masalah siswa dianalisis dari jawaban terhadap
39
1) Memberi skor tiap jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban
2) Manghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes siswa
3) Menghitung gain ternormalisasi (N-gain) setiap siswa dengan menggunakan
rumus:
(Meltzer, 2002:1260)
Keterangan:
Spre = Skor pretes
Spos = Skor postes
Smaks = Skor maksimum
4) Menginterpretasikan rata-rata nilai N-gain ke dalam kategori dengan
klasifikasi pada tabel berikut.
Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
N-gain Kategori
N-gain 0,7 Tinggi
0,7 > N-gain 0,3 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
Hake (1998:65)
5) Menghitung nilai rata-rata keseluruhan siswa.
6) Menganalisis kekurangan terhadap jawaban siswa sehingga diperoleh
informasi mengenai kelayakan pembelajaran problem solving tipe Mothes
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan mengenai proses dan hasil pembelajaran problem solving tipe Mothes
pada konteks penghilangan noda pada kain bagi siswa SMA, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran problem solving tipe Mothes secara keseluruhan dapat
dikatakan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari, a) kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran tergolong kategori sangat
baik, b) kompetensi siswa selama pembelajaran yang ditinjau dari tiga aspek,
yaitu kemampuan pemecahan masalah (kognitif) tergolong kategori cukup,
sikap selama pembelajaran tergolong kategori sangat baik serta kinerja saat
melakukan percobaan tergolong kategori baik.
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah setelah dilakukan
pembelajaran pada tiap tahapnya dikategorikan sedang dengan peningkatan
N-gain setiap tahapnya yaitu tahap penjabaran masalah sebesar 0,4;
penyusunan opini sebesar 0,2; perencanaan dan konstruksi sebesar 0,4;
melakukan percobaan sebesar 0,4, membuat kesimpulan sebesar 0,4; tahap
abstraksi sebesar 0,3 dan tahap konsolidasi sebesar 0,2. Berdasarkan tahapan
tersebut, tahap yang paling rendah adalah tahap penyusunan opini dan
konsolidasi. Oleh karena itu perlu dilakukan bimbingan yang lebih pada
tahap-tahap tersebut.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada penelitian “Pembelajaran
Problem Solving Tipe Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks Penghilangan
Noda pada Kain” terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai
105
1. Bagi guru
Pembelajaran problem solving disarankan untuk diterapkan dalam
pembelajaran di kelas untuk melatih siswa dalam mengembangkan
kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah dengan menerapkan
konsep-konsep kimia di kehidupan sehari-hari.
2. Bagi siswa
Disarankan agar terus melatih kemampuannya dalam menyelesaikan suatu
permasalahan menggunakan konsep-konsep yang dimiliki dengan berbagai
cara penyelesaian. Dengan begitu pada akhirnya dapat menyelesaikan suatu
permasalahan yang terdapat di kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa
diharapkan lebih berlatih lagi dalam mengintisarikan suatu hasil percobaan.
3. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran ini
disarankan untuk membuat perencanaan yang baik agar pembelajaran lebih
efektif. Selain itu, sumber belajar seperti naskah bahan ajar perlu lebih
dipersiapkan dengan tingkat keterbacaan tinggi, menarik dan esensi materi
ajar yang lebih mendalam lagi sehingga mudah dipahami oleh siswa dalam
DAFTAR PUSTAKA
Akinoglu, O dan Ozkardes, R.T. (2007). “The Effects of Problem-Based Active
Learning in Science Education on Studnts’Academic Achievement,
Attitude and Concept Learning”. Eurasia Journalo of Mathematics,
Science & Technology Education, 3(1), 71-81.
Arifin, M. (2000). Common Textbook Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP.
Brady, J.E. (1998). General Chemistry Principles and Structure. New York: John Wiley and Sons.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti (edisi ketiga). Jakarta: Erlangga.
Cornell University. (2005). Removing Stains At Home. New York: Cornell University College of Human Ecology.
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Damayanti, R. (2008). Pembelajaran Model Pemecahan Masalah Berbasis Eksperimen pada Materi Ksp dalam Pengendapan. Skripsi pada FPMIPA
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Denman, A. et al. (2009). “Organic and Inorganic Discrimination of Ballpoint Pen Inks by ToF-SIMS and Multivariate Statistics”. Applied Surface Science.
107
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas.
. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.
. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Eckles, C.H., W.B. Combs. dan H. Macy. 1980. Milk and Milk Products. Mc Graw Hill Company. New York.
Garret, T. (2008). “Student Centered and Teacher Centered Classroom
Management: A Case Study of Three Elementary Teachers”. Journal of
Classroom Interaction 1, (43), 34-47.
Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement vs Traditional Methods: A
Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory
Physics Courses”. American Association of Physics Teachers. 66, (1),
64-74.
Harefa, L.M. (2010). Pengemabangan Kegiatan Praktikum Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kreatif Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Haryono, D. (2010). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kinerja Guru Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
108
Jegede, C.S.A. (2007). “The Effect ofProblem Solving Technique on Students
Competence in Tackling Chemical Problem”. Research Journal Applied of
Science. 2. (7). 801-803.
Joyce, B., M. Weil, dan E. Calhoun. (2009). Models of Teaching. Eighten Edition. USA: Pearson Education, Inc. Terjemahan A. Fawaid dan A. Mirza. (2011). Model-model Pengajaran. Edisi Delapan. Cetakan II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.
Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mastur. (2010). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Indihilang Kota Tasikmalaya. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Mayer, R.E. (2003). “Theories of Learning and Application to Technology”, dalam Lawrence Erlbaum Associate, Publisher. (2003). Technology Application Publisher.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship Between Mathemathics Perparation and
Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in
Diagnostic Pretest Scores”. American Association of Physics Teachers. 70, (12), 1259-1268.
Muchtaridi, dkk. (2009). Chemistry for Senior High School Year XI. Bogor: Yudhistira.
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Mutakinati, L. (2010). Pembelajaran Kooperatif Think Pair Square untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Larutan Penyangga. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
109
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. 16 Mei 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41. Jakarta: Depdiknas.
Permana, I. (2009). BSE Memahami Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Pursitasari, I.D. (2012). Pengembangan Perkuliahan Dasar-dasar Kimia Analitik dengan Open-Ended Experiment Berbasis Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving dan Penguasaan Materi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Purwanto, M.N. (1985). Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remadja Karya.
Redhana, I.W. (2008). Pengembangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia SMA. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Romizowski, A.Z. (1982). Designing Instructional System. London: Kogan Page.
Rosbiono, M. (2007). “Teori Problem Solving Untuk Sains”. Materi Diklat TOT
Baidang Olimpiade Matematika dan Sains, Jakarta.
Royal Society of Chemistry. (2009). Chemsitry for Tomorrow’s World: A
Roadmap for the Chemical Scinces. UK: RSC.
Rusmansyah. (2003). “Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Kimia Karbon melalui Strategi Peta Konsep (Concept Mapping)”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 9, (042), 348-361.
Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.
110
Sedarmayanti. (2001). Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mundarmaju.
Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif (fourth ed). Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.
Stice, J.E. (1987). Teaching Problem Solving [Online]. Tersedia:
http://educa.univpm.it/problemsolving/stice_ps.html. [21 Agustus 2013]
Sudjana, N. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjimat, D.A. (1996). Pembelajaran Pemecahan Masalah: Tinjauan Singkat Berdasar Teori Kognitif. Jurnal Pendidikan Humaniora dan sains. Malang. IKIP Malang.
Sukardi, M. (2011). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sunarya, Y. (2000). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Sunarya, Y dan Setiabudi, A. (2009). BSE Mudah dan Aktif belajar Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
. (2001). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: RosdaKarya.
Tanrere, M. (2008). “Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for
High School Studnts”. Journal of Aplied Sciences in Environmental
111
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Guru daan Dosen. 30 Desember 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157. Jakarta: Depdiknas.