PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE LEONARD PADA SISWA SMA
DALAM KONTEKS PENSTABILAN EMULSI PRODUK PANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
Ida Martaliah Farida
0908848
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE LEONARD PADA SISWA SMA
DALAM KONTEKS PENSTABILAN EMULSI PRODUK PANGAN
Oleh
Ida Martaliah Farida
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ida Martaliah Farida 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
IDA MARTALIAH FARIDA
0908848
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE LEONARD PADA SISWA SMA
DALAM KONTEKS PENSTABILAN EMULSI PRODUK PANGAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Momo Rosbiono, M.Pd, M.Si
NIP. 195712111982031006
Pembimbing II,
Dr.Hernani, M.Si
NIP. 196711091991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Dr.rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si.
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini didasari pada permasalahan pembelajaran kimia yang hanya
menekankan konsep, penilaian pada aspek kognitif saja tanpa ada keterkaitan
dengan kehidupan nyata seperti fenomena ketidakstabilan Mayonaise. Penelitian
ini bertujuan agar siswa mampu memiliki keterampilan pemecahan masalah dan
terdorong merefleksikan pengetahuannya dalam kehidupan. Penelitian ini
merupakan penelitian evaluatif. Subyek dalam penelitian ini adalah 29 siswa kelas
XII di salah satu SMA Negeri Kota Bandung. Instrumen penelitian yakni Format
Penilaian Performa Guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
yang telah diadaptasi dengan menyisipkan aspek penting dari problem solving tipe
Leonard, Format Penilaian Performa Siswa (Format Penilaian LKS, lembar
observasi sikap dan lembar penilaian uji kinerja siswa) dan butir soal tes tentang
keterampilan pemecahan masalah real life terkait konteks penstabilan emulsi yang
mengikuti problem solving tipe Leonard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran problem solving tipe Leonard ditinjau dari performa guru
dikategorikan sangat baik (95%). Ditinjau dari performa siswa pada proses
penelusuran konsep awal dikategorikan baik (66%), identifikasi dan
pengelompokkan konsep dikategorikan sangat baik (79%), pengembangan
kemampuan analisis dan bernalar dikategorikan baik (68%), pengembangan
kemampuan pemecahan masalah dikategorikan baik (59%) dan penstrukturan
pengetahuan dalam ingatan sebesar dikategorikan cukup (42%), sikap siswa
dikategorikan baik (72%) dan kinerja siswa dikategorikan cukup (44%).
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah real life mengalami peningkatan
dengan kategori sedang (N-gain sebesar 0,3).
ABSTRACT
This research is based on chemistry learning set of problems which focus on the
concept, assessment on cognitive aspects only without any connection with the
real life application such as Mayonnaise instability phenomenon. This research
aims to enable students to be able to have problem solving skills and knowledge
are encouraged to reflect on life. This research is a evaluative research. The
subjects in this research were 29 students of third grade senior high school at one
of SMAN in Bandung. Reseach instrument which is Teacher Performance
Assessment Form in planning and executing learning that has adapted by inserting
important aspect of problem solving type Leonard, Student Performace
Assessment Form (worksheet assessment form, attitude observation sheet and
student performance test assessment) and test point regarding real life problem
solving skills related to emulsion stabilization context which follows problem
solving type Leonard. The results showed that the feasibility of Leonard type’s problem solving learning categorized in terms of the teachers are very good (95
%). Judging from the students at the beginning of the concept of well categorized
search (65 %), identification and grouping of concepts considered very good (81
%), development of analytical skills and reasoning are categorized either (68 %),
the development of problem solving skills are categorized either (62 %) and the
structuring of knowledge in memory for categorized fairly (42 %), student’s attitudes categorized either (64 %) and performance of students categorized fairly
(44 %). The ability of students to solve problems based on the results of the
pretest and posttest categorized less (N-Gain is 0.3).
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Pembelajaran Problem Solving ... 7
B.Perencanaan Pembelajaran Problem Solving ... 8
C.Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving ... 10
1. Kegiatan Awal ... 10
2. Kegiatan Inti ... 10
3. Kegiatan Penutup ... 13
D.Penilaian Pembelajaran Problem Solving ... 13
1. Penilaian Performa Guru ... 14
2. Penilaian Performa Siswa ... 16
E. Konse Kimia Terkait ... 19
1. Produk Pangan Hasil Emulsi ... 19
2. Mayonaise ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi dan Subyek Penelitian ... 23
B.Desain Penelitian ... 23
C.Definisi Operasional ... 26
D.Instrumen Penelitian ... 27
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data ... 28
G.Pengolahan dan Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Keterlaksanaan Pembelajaran ... 33
1. Perencanaan Pembelajaran Problem Solving tipe Leonard ... 33
2. Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving tipe Leonard ... 38
a. Performa Guru ... 38
b. Performa Siswa ... 44
1) Keterlaksanaan Pembelajaran pada Pertemuan Pertama ... 44
2) Keterlaksanaan Pembelajaran pada Pertemuan Kedua ... 59
B.Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Real Life ... 71
1. Tahap Penelusuran Konsep Awal ... 71
2. Identifikasi dan Pengelompokkan Konsep ... 75
3. Mengembangkan Kemampuan Analisis dan Bernalar ... 78
4. Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 82
5. Penstrukturan Pengetahuan dalam Ingatan ... 86
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 92
B.Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 97
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Instrumen Penelitian ... 29
3.2 Skala Kategori Kemampuan ... 30
3.3 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 32
4.1 Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving tipe Leonard ... 34
4.2 Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving tipe Leonard 39 4.3 Jawaban LKS 1 no 1c ... 49
4.4 Jawaban LKS 1 no 2, 3a dan 3b ... 52
4.5 Rumusan Masalah yang Dikemukakan Siswa ... 55
4.6 Hipotesis yang Dipaparkan ... 56
4.7 Alat dan Bahan yang Diajukan Siswa ... 58
4.8 Rancangan Percobaan Setiap Kelompok Siswa ... 60
4.9 Kesimpulan yang Dipaparkan Siswa ... 66
4.10 Hasil Penilaian Sikap Siswa... 69
4.11 Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Soal 1a dan 1b ... 72
4.12 Hasil Penilaian Kemampuan Rata-rata Siswa Tahap Penelusuran Konsep Awal ... 74
4.13 Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Soal 2a dan 2b ... 76
4.14 Hasil Penilaian Kemampuan Rata-rata Siswa Tahap Identifikasi dan Pengelompokkan Konsep ... 78
4.15 Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Soal 3a dan 3b ... 80
4.16 Hasil Penilaian Kemampuan Rata-rata Siswa Tahap Pengembangan Kemampuan Analisis dan Bernalar... 81
4.17 Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Soal 4a dan 4b ... 84
4.18 Hasil Penilaian Kemampuan Rata-rata Siswa Tahap Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 85
4.19 Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Soal 5a dan 5b ... 87
4.20 Hasil Penilaian Kemampuan Rata-rata Siswa Tahap Penstrukturan Pengetahuan dalam Ingatan... 88
4.21 Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Siswa secara Keseluruhan ... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bahan-bahan Pembuat Mayonaise ... 20 3.1 Alur Penelitian ... 25 4.1 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Penelusuran Konsep Awal .... 45 4.2 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Identifikasi dan
Pengelompokkan Konsep ... 48 4.3 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Pengembangan Kemampuan
Analisis dan Bernalar ... 50 4.4 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa padaTahap Pengembangan Kemampuan
Pemecahan Masalah ... 54 4.5 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Penstrukturkan Pengetahuan
dalam Ingatan ... 64 4.6 Nilai Rata-rata LKS ... 68 4.7 Nilai Rata-rata Kinerja Siswa ... 69 4.8 Kemampuan Rata-rata Setiap Siswa Pada Tahap Penelusuran Konsep Awal
... 71 4.9 Kemampuan Rata-rata Setiap Siswa Pada Tahap Identifikasi dan
Pengelompokkan Konsep ... 75 4.10 Kemampuan Rata-rata Setiap Siswa Pada Tahap Pengembangan
Kemampuan Analisis dan Bernalar ... 79 4.11 Kemampuan Rata-rata Setiap Siswa Pada Tahap Pengembangan
Kemampuan Pemecahan Masalah ... 82 4.12 Kemampuan Rata-rata Setiap Siswa Pada Tahap Penstrukturan Pengetahuan
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 97
Lampiran A.2. Naskah Ajar... 116
Lampiran A.3. Lembar Kerja Siswa ... 119
Lampiran B.1. Lembar Penilaian Kinerja Guru (RPP) ... 130
Lampiran B.2. Lembar Penilaian Kinerja Guru (Pelaksanaan Pembelajaran) ... 132
Lampiran B.3. Soal Tes ... 135
Lampiran B.4 Format Penilaian LKS ... 140
Lampiran B.5. Lembar Penilaian Uji Kinerja ... 144
Lampiran B.6. Lembar Observasi Sikap ... 146
Lampiran C.1. Hasil Validasi Soal Tes Pemecahan Masalah Real Life ... 151
Lampiran C.2. Hasil Penilaian Kemampuan Siswa Pada Tahap Penelusuran Konsep Awal ... 161
Lampiran C.3. Hasil Penilaian Kemampuan Siswa Pada Tahap Identifikasi dan Pengelompokkan Konsep ... 163
Lampiran C.4. Hasil Penilaian Kemampuan Siswa Pada Tahap Pengembangan Kemampuan Analisis dan Bernalar ... 165
Lampiran C.5. Hasil Penilaian Kemampuan Siswa Pada Tahap Pengembangan kemampuan Pemecahan Masalah ... 167
Lampiran C.6. Hasil Penilaian Kemampuan Siswa Pada Tahap Penstrukturan Pengetahuan dalam Ingatan ... 169
Lampiran C.7. Hasil Penilaian LKS Pada Tahap Penelusuran Konsep Awal.. 171
Lampiran C.8. Hasil Penilaian LKS Pada Tahap Identifikasi dan Pengelompokkan Konsep ... 172
Lampiran C.9. Hasil Penilaian LKS Pada Tahap Pengembangan Kemampuan Analisis dan Bernalar ...173
Lampiran C.10. Hasil Penilaian LKS Pada Tahap Tahap Pengembangan kemampuan Pemecahan Masalah ...174
Lampiran C.11. Hasil Penilaian LKS Pada Tahap Penstrukturan Pengetahuan dalam Ingatan ... 175
Lampiran C.12. Hasil Penilaian Kinerja Siswa ... 176
Lampiran C.13. Hasil Penilaian Sikap Siswa ... 178
Lampiran C.14. Rubrik Penilaian Soal Tes ... 181
Lampiran C.15. Rubrik Penilaian LKS 1 ... 190
Lampiran C.16. Rubrik Penilaian LKS 2 ... 194
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembangan diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (DPR, 2003:2).
Pendidikan kimia memiliki potensi besar dan memegang peran strategis
dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era
globalisasi. Potensi tersebut akan dapat terwujud jika pendidikan kimia mampu
melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dengan memiliki kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor yang handal.
Kebanyakan pembelajaran di kelas masih berfokus kepada guru sebagai
sumber utama pembelajaran dan metode ceramah masih menjadi pilihan utama
dalam proses pembelajaran (Garret, 2008:34). PP No.19 (2005:11) menyebutkan
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan secara fisik serta
psikologis siswa. Pembelajaran kimia seharusnya menekankan pada pemberian
pengalaman belajar pada siswa agar mampu memahami konsep kimia secara utuh,
sehingga dapat mengaitkan dan menerapkannya dalam konteks kehidupan nyata.
Sistem evaluasi di sekolah kebanyakan hanya terfokus pada evaluasi
kognitif saja sedangkan evaluasi aspek afektif dan psikomotor siswa sering
terabaikan. Guru beranggapan bahwa siswa dikatakan lulus dan berhasil bila nilai
ulangan dan tes yang diperolehnya sudah melewati KKM, terlepas bagaimana
sikap dan kinerja siswa dalam pembelajaran sehari-hari. Standar kompetensi
lulusan satuan pendidikan SMA menuntut lulusannya memiliki kompetensi untuk
2
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu1
pengambilan keputusan, menganalisis dan memecahkan masalah kompleks serta
menganalisis gejala alam dan sosial (DEPDIKNAS, 2006:2-3). Hal ini menjadi
satu alasan mengapa siswa SMA harus memiliki keterampilan pemecahan
masalah disertai dengan sikap dan kinerja yang baik.
Mata pelajaran kimia di SMA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa
melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan
instrumen, pengambilan, pengolahan, penafsiran data serta menyampaikan hasil
percobaan secara lisan dan tulisan, memahami konsep, prinsip, hukum dan teori
kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006). Hal ini menjadi alasan lain yang
menguatkan mengapa keterampilan pemecahan masalah perlu dimiliki oleh siswa.
Keterampilan pemecahan masalah diperlukan untuk melatih siswa dalam
menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Pemecahan masalah sebagai suatu konteks memiliki beberapa makna, yaitu
problem solving digunakan sebagai alat justifikasi (pembenaran) terhadap
pembelajaran sains. Untuk meyakinkan siswa terhadap nilai dan konten sains
yang berkaitan dengan pengalaman pemecahan masalah dunia nyata. Problem
solving juga digunakan sebagai alat memotivasi siswa, sebagai pembangkit minat
siswa dalam mempelajari konsep-konsep sains melalui contoh-contoh yang
ditemukan dalam dunia nyata. Problem solving digunakan juga sebagai media
rekreasi, yakni melibatkan siswa pada aktivitas-aktivitas yang menyenangkan
berupa aktivitas yang dapat mengurangi kejenuhan belajar secara rutin. Problem
solving juga digunakan sebagai media praktis, yakni meningkatkan keterampilan
dan pemahaman apa yang telah dipelajari. Jadi ketika problem solving digunakan
sebagai konteks, maka fokus yang harus menjadi perhatian adalah menemukan
permasalahan yang dapat menarik minat dan menggali tugas-tugas yang
membantu memperjelas konsep maupun prosedur, mengandung tujuan-tujuan
penemuan-3
penemuan konsep sains melalui media yang dikenalnya (memotivasi), membantu
siswa agar konsep-konsep sains lebih konkrit (sifat praktis) dan mengupayakan
adanya rasionalisasi tentang apa yang dipelajari (justifikasi) (Rosbiono, 2007:4).
Dalam melakukan pemecahan masalah, siswa bertanggung jawab
membuat keputusan dan bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru seperti
pada pembelajaran klasikal. Pada saat memutuskan metode dan prosedur
penyelesaian masalah, siswa hendaknya memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang berkaitan dengan masalah, mereka hendaknya menyusun dan mencoba
prosedur penyelesaian hingga merefleksikan dan menjelaskan pengalaman
pemecahan masalah.
Penelitian terkait dengan menggunakan pembelajaran problem solving
telah banyak dilakukan, baik di luar negeri maupun dalam negeri. Leonard et al.
(1999:16) mengungkapkan bahwa pembelajaran problem soving dapat
meningkatkan pemahaman konseptual siswa sehingga mampu memecahkan
masalah dan mendorong siswa untuk merefleksikan pengetahuannya dalam
kehidupan. Implementasi problem solving mengubah pola pembelajaran yang
semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sehingga lebih
meningkatkan mutu pembelajaran dan kreativitas siswa (Tanrere, 2008:50).
Penelitian yang dilakukan oleh Gok (2010:117) dalam Eurasian Journal Physics
and Chemical of Education menyebutkan terjadi peningkatan kemampuan
kognitif siswa dalam mengidentifikasi masalah, memberi solusi dan mengevaluasi
hasil. Selain itu, pembelajaran problem solving meningkatkan motivasi siswa
sehingga terdorong untuk melakukan pemecahan masalah (Gok, 2010:14).
Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita, dkk. (2008)
terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah secara signifikan yang
ditunjukkan dari hasil pretes dan postes yang naik sebesar 23,57% dan 13,36%.
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan keterampilan siswa dalam
membangun konsep dan hubungan sebab akibat terjadi setelah implementasi
pembelajaran problem solving. Didukung pula keberhasilan penelitian yang
4
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu1
Belakangan ini perkembangan ilmu dan teknologi pangan kian pesat. Di
sejumlah pasar baik tradisional maupun di mall tak sulit menemukan susu, saus,
Mayonaise, margarin dan mentega. Pengembangan produk pangan berbasis
emulsi tidak terlepas karena peran ganda emulgator. Senyawa penyambung yang
memiliki dua gugus berbeda yakni gugus liofil dan liofob berinteraksi secara
spesifik dengan dua cairan yang sukar larut. Apabila campuran minyak dan air
dikocok, butiran-butiran minyak terdispersi ke dalam air sehingga terbentuklah
sistem emulsi. Akan tetapi, sistem emulsi ini tidak stabil dan tak lama kemudian
minyak dan air terpisah kembali. Hal serupa terjadi pada susu, santan atau
Mayonaise yang didiamkan selama beberapa waktu dalam wadah tertutup akan
terpisah menjadi dua lapisan yang tidak saling menyatu. Oleh karenanya perlu
dilakukan penstabilan dengan mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi
kestabilan emulsi produk pangan tersebut. Masalah tersebut kemudian diangkat
dalam pembelajaran di kelas agar siswa memiliki keterampilan pemecahan
masalah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan
pendekatan problem solving sesuai dengan KTSP. Oleh karena itu, peneliti
memandang perlu untuk melakukan penelitian pembelajaran problem solving tipe
Leonard pada materi koloid, khususnya sistem emulsi. Alasan pemilihan materi
tersebut adalah menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang berjalan di SMA
sebagaimana yang tercantum dalam KTSP 2006. Selain itu, materi pembelajaran
sistem emulsi sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Problem
solving tipe Leonard lebih menekankan pada pengelompokkan konsep dan
analisis untuk menyelesaikan masalah sehingga siswa dapat menstrukturkan
5
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Kebanyakan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas hanya sekedar
menuntut siswa umtuk menghafal dan konsep-konsep kimia jarang dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Tanpa kita sadari ternyata konsep koloid banyak
diterapkan misalnya di industri-industri pangan dalam menghasilkan produk
pangan hasil emulsi salah satunya adalah Mayonaise. Emulsi merupakan suatu
campuran yang tidak stabil sehingga diperlukan pengontrolan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi agar diperoleh suatu emulsi yang
stabil. Masalah yang ada dalam kehidupan seharusnya diangkat dalam
pembelajaran di kelas agar siswa dapat memiliki kemampuan pemecahan
masalah, sehingga tidak terkesan pasif dalam pembelajaran karena hanya
mendengarkan saja tanpa pernah berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan suatu
masalah real life.
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan tersebut, masalah yang diteliti adalah “Bagaimanakah proses dan hasil pembelajaran problem solving tipe Leonard pada konteks penstabilan emulsi produk pangan?”.
Secara lebih spesifik rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimanakah performa guru dan siswa selama pembelajaran problem solving
tipe Leonard pada konteks penstabilan emulsi produk pangan dalam bentuk
perencanaan dan pelaksanaan ditinjau dari performa guru dan siswa?
2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah real life pada
konteks penstabilan emulsi produk pangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
yakni:
1. Memperoleh informasi mengenai performa guru dan siswa selama
pembelajaran problem solving tipe Leonard pada konteks penstabilan produk
emulsi pangan
2. Memperoleh informasi mengenai kemampuan siswa dalam memecahkan
6
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu1 D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Memberikan gambaran mengenai alternatif pembelajaran kimia yang dapat
dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah real life.
2. Bagi guru
a. Sebagai sumber informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran problem
solving berbasis konteks masalah real life.
b. Sebagai masukan dan perluasan wawasan untuk menginovasi metode
pembelajaran yang tepat agar siswa lebih termotivasi untuk belajar.
3. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ketertarikan bagi siswa
terhadap ilmu kimia dan mempermudah memahami kimia serta meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran kimia sehingga dapat
digunakan dalam kehidupan.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pembelajaran
problem solving berbasis konteks masalah real life dan menambah pengalaman
dalam melaksanakan pembelajaran kimia.
5. Bagi peneliti lain
Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh
peneliti lain, sebagai bahan acuan, masukan dan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya, baik berupa pengembangan penelitian ataupun pada konteks materi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri Kota Bandung yang berada
pada urutan kluster ketiga. Subyek penelitian yang dipilih adalah siswa kelas XII
IPA 4. Siswa kemudian dibagi secara heterogen menjadi lima kelompok untuk
melaksanakan diskusi dan percobaan untuk memecahkan masalah terkait
penstabilan Mayonaise.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluatif. Peneliti
berusaha mendeskripsikan pembelajaran problem solving tipe Leonard dalam
bentuk perencanaan dan pelaksanaan ditinjau dari performa guru dan siswa sesuai
dengan situasi sebenarnya, kemudian mengevaluasi kemampuan siswa SMA
Negeri Kota Bandung dalam memecahkan masalah real life terkait konteks
penstabilan emulsi produk pangan sesuai tahapan problem solving tipe Leonard.
Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam
mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai
atau manfaat dari suatu praktik (Sukmadinata, 2005:120). Penelitian evaluatif
bertujuan untuk mengetahui kinerja sebuah transformasi pembelajaran. Penelitian
evaluatif mengarah ke proses pembelajaran, untuk mengetahui seberapa baik
siswa telah menguasai materi pelajaran yang diberikan guru. Apabila tingkat
penguasaan siswa belum optimal sesuai tujuan pembelajaran, maka peneliti
bermaksud mengetahui faktor penyebab dari ketidakoptimalan hasil belajar
(Arikunto, 2010:41).
Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Tahap persiapan diawali dengan
mengidentifikasi permasalahan kimia kemudian menganalisis Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar SMA 2006 mata pelajaran kimia, tahap-tahap problem
24
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu23
pangan yaitu sistem emusi melalui beberapa sumber bacaan baik dari buku-buku
SMA, Universitas maupun sumber lainnya sebagai dasar dalam menyusun
instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Instrumen penelitian terdiri dari
format penilaian performa guru, format penilaian performa siswa dan soal tes,
sedangkan perangkat pembelajaran yang disusun terdiri dari RPP, naskah bahan
ajar, serta Lembar Kerja Siswa (LKS). Uji validitas konten instrumen penelitian
dan perangkat pembelajaran dilakukan dengan justifikasi oleh ahli di bidang
pendidikan kimia.
Tahap pelaksanaan dimulai dengan memberikan pretes untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah terkait penghilangan noda
pakaian. Pengamatan proses pembelajaran problem solving tipe Leonard ditinjau
dari performa guru dalam merealisasikan RPP dan siswa selama melaksanakan
pemecahan masalah. Setelah pembelajaran selesai dilakukan siswa diberikan
postes untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
yang dilakukan di luar jam pembelajaran.
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data
yang diperoleh selama pembelajaran kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti
dengan pembahasan hasil penelitian untuk mengambil kesimpulan dari penelitian
25
Ida Martaliah Farida, 2014
Tahap Akhir Tahap Persiapan
Analisis SK-KD KTSP SMA 2006
Analisis materi kimia terkait konteks penstabilan emulsi
produk pangan Studi Pustaka mengenai
problem solving tipe Leonard
Pembuatan Instrumen Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data
Kesimpulan Pembahasan Hasil Penelitian Tahap Pelaksanaan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Format Penilaian Performa Siswa
Soal Tes RPP Naskah Bahan
Ajar Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
dan Permasalahan Kimia
Validasi Instrumen Penelitian dan Perangkat Pembelajaran
Revisi Revisi
Format Penilaian Performa
Guru
LKS
Pelaksanaan Pretes Penilaian RPP
Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe
Leonard
Pelaksanaan observasi proses pembelajaran Pelaksanaan observasi
sikap dan kinerja siswa
26
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu23
Gambar 3.1 Alur Penelitian
C. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran maka peneliti mencantumkan
beberapa definisi terkait istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran problem solving adalah proses belajar mengajar yang memiliki
berbagai tahapan dimana problem solving harus menemukan hubungan di
antara pengalaman masa lalu dengan permasalahan yang dihadapi kemudian
ditindaklanjuti melalui suatu penyelesaian (Mayer dalam Rosbiono, 2007).
Pembelajaran problem solving yang digunakan yakni pembelajaran problem
solving tipe Leonard.
2. Pembelajaran problem solving tipe Leonard yang dilakukan dalam penelitian
ini terdiri atas lima tahapan, yaitu: a) penelusuran konsep awal; b) identifikasi
dan pengelompokkan konsep; c) pengembangan kemampuan analisis dan
bernalar; d) pengembangan kemampuan pemecahan masalah; serta e)
penstrukturan pengetahuan dalam ingatan (Rosbiono, 2007).
3. Kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran problem solving tipe
Leonard yang diteliti mengikuti keterampilan siswa dalam memecahkan
masalah real life terkait konteks penstabilan emulsi produk pangan
menggunakan konsep-konsep kimia yang telah dipelajari sebelumnya.
4. Penstabilan emulsi adalah pengendalian faktor-faktor yang mempengaruhi
kestabilan emulsi yakni pengaturan komposisi, homogenitas, pH dan jenis
emulgator.
5. Produk pangan yang diangkat dalam penelitian ini antara lain Mayonaise,
santan, dan susu.
6. Performa guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, sedangkan performa
siswa adalah kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran problem
solving tipe Leonard yang dilihat dari jawaban siswa dalam LKS, sikap siswa
27
Ida Martaliah Farida, 2014 D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini disusun beberapa instrumen sebagai alat pengumpul
data. Instrumen yang digunakan secara rinci dijelaskan sebagai berikut.
1. Format Penilaian Peforma Guru
Format penilaian perfoma guru digunakan untuk menjawab rumusan
masalah pertama, yaitu memperoleh informasi mengenai performa guru selama
pembelajaran problem solving dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan. Forrmat
penilaian performa guru dalam perencanaan pembelajaran (Lampiran B.1)
digunakan untuk memberikan penilaian terhadap RPP problem solving tipe
Leonard, sedangkan forrmat penilaian performa guru dalam pelaksanaan
pembelajaran (Lampiran B.2) digunakan untuk memberikan penilaian terhadap
guru selama pembelajaran problem solving tipe Leonard. Penilaian terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer, yaitu guru
yang ahli dalam bidang kimia.
2. Format Penilaian Perfoma Siswa
Format penilaian performa siswa yang digunakan terdiri dari format
penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi sikap serta kinerja siswa.
a. Format Penilaian Lembar Kerja Siswa
Format penilaian LKS digunakan untuk menjawab rumusan masalah
pertama, yaitu memperoleh informasi mengenai performa siswa selama
pembelajaran problem solving tipe Leonard.
LKS digunakan untuk menuntun siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan sesuai tahapan pembelajaran
problem solving tipe Leonard. Adapun penilaian terhadap LKS mengacu pada
kriteria penilaian yang dibuat oleh peneliti Hasil jawaban dinilai dengan
menggunakan format penilaian LKS yang terlampir di dalam lampiran B.4.
b. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja
Lembar observasi sikap dan kinerja digunakan untuk menjawab rumusan
28
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu23
selama pembelajaran problem solving tipe Leonard dilihat dari sikap (aspek
afektif) dan kinerja (psikomotor).
Lembar observasi sikap siswa (Lampiran B.6) merupakan alat yang
digunakan untuk melihat sikap siswa selama melakukan pembelajaran problem
solving. Penilaian terhadap sikap siswa dilakukan dengan mengobservasi setiap
tahap problem solving tipe Leonard, sedangkan lembar observasi kinerja siswa
(Lampiran B.5) merupakan alat yang digunakan untuk melihat kinerja siswa saat
melakukan percobaan penyelesaian masalah penstabilan Mayonaise.
3. Butir Soal
Butir soal digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu
memperoleh informasi mengenai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
real life terkait konteks penghilangan noda pada kain. Soal tes (Lampiran B.3)
yang diujikan berupa soal keterampilan pemecahan masalah yang mengikuti
tahapan problem solving tipe Leonard. Soal yang diberikan berupa dua set
permasalahan yang terkait konteks penstabilan susu dan santan. Setiap set terdiri
dari 7 pertanyaan penuntun untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Pada
penilaian terhadap jawaban dari setiap butir soal tes digunakan kriteria penilaian
butir soal tes (Lampiran C.14). Kriteria penilaian butir soal tes ini berfungsi
sebagai standar atas jawaban siswa sehingga dapat meminimalisasi faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi penilaian saat mengoreksi jawaban siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Format penilaian performa guru, format penilaian LKS, lembar observasi
sikap dan kinerja serta butir soal digunakan untuk mengumpulkan data terkait
29
Ida Martaliah Farida, 2014
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
No Jenis
Instrumen
Jenis Data yang diperoleh
Sumber
Data Keterangan
1. Format Penilaian Performa Guru (perencanan) Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran Guru Dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung 2. Format Penilaian Performa Guru (pelaksanaan) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Gurru Dilakukan selama pembelajaran berlangsung
3. Format
Penilaian LKS
Proses pemecahan
masalah Siswa
Dilakukan selama pembelajaran berlangsung 4. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja Aktivitas siswa
selama pembelajaran Siswa
Dilakukan saat pembelajaran
berlangsung
5. Soal Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa
Dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran
F. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh menggunakan instrumen penelitian selanjutnya
dianalisis. Analisis data yang dilakukan sebagai berikut.
1. Format Penilaian Performa Guru
Langkah-langkah pengolahan instrumen penilaian kinerja guru sebagai
berikut.
a. Menghitung skor yang diperoleh untuk setiap komponen penilaian pada
format penilaian performa guru (perencanaan dan pelaksanaan).
b. Menghitung skor rata-rata dari setiap komponen penilaian pada format
penilaian performa guru (perencanaan dan pelaksanaan).
c. Menentukan nilai setiap komponen penilaian menggunakan persamaan
30
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu23
d. Mengkategorikan nilai yang diperoleh dari format penilaian performa guru
(perencanaan dan pelaksanaan) menggunakan skala kategori yang
diungkapkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Skala Kategori Kemampuan
% Nilai Kriteria kemampuan
81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
< 20 Sangat kurang
(Arikunto, 2009:266)
e. Menganalisis kekurangan terhadap RPP dan pelaksanaan pembelajaran dari
hasil penilaian menggunakan format penilaian performa guru (perencanaan
dan pelaksanaan).
2. Format Lembar Kerja Siswa
Proses pemecahan masalah siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dianalisis dari jawaban LKS dengan cara:
a. Memberi skor terhadap jawaban siswa berdasarkan kriteria yang dibuat,
mengubah skor mentah ke dalam bentuk nilai persentase dengan cara sebagai
berikut:
b. Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelompok tinggi, sedang,
dan rendah pada setiap sub keterampilan pemecahan masalah.
c. Menentukan kategori kemampuan siswa untuk tiap sub keterampilan
pemecahan masalah berdasarkan skala kategori kemampuan yang terdapat
dalam Tabel 3.2.
31
Ida Martaliah Farida, 2014
3. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja Siswa
Data yang diperoleh dari lembar observasi dianalisis dengan cara berikut:
a. Lembar observasi sikap siswa
a) Memberikan skor 1 pada setiap aspek yang diobservasi yang dilakukan
b) Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap kelompok
c) Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan
persamaan berikut.
d) Mengkategorikan perolehan nilai yag diperoleh ke dalam kategori yang
tertera pada Tabel 3.2.
e) Menganalisis kekurangan terhadap sikap siswa selama pembelajaran
berdasarkan hasil observasi
b. Lembar observasi kinerja siswa
a. Memberikan skor pada setiap aspek yang diobservasi, skor 2 bila siswa
melakukan sesuai indikator penilaian kinerja, skor 1 bila melakukan
berbeda dengan yang tertera standar penilaian kinerja dan skor 0 nila tidak
melakukan.
b. Menjumlahkan setiap skor yang diperoleh sehingga diperoleh skor total
untuk setiap kelompok
c. Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan
persamaan berikut:
d. Mengkategorikan perolehan nilai yag diperoleh ke dalam kategori yang
tertera pada Tabel 3.2.
e. Menganalisis kekurangan terhadap kinerja siswa selama pembelajaran
32
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu23
4. Soal Tes
Kemampuan pemecahan masalah siswa dianalisis dari jawaban terhadap
butir soal dengan cara:
1) Memberi skor tiap jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban
2) Manghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes siswa
3) Menghitung gain ternormalisasi (N-gain) setiap siswa dengan menggunakan
rumus:
4) Menginterpretasikan rata-rata nilai N-gain ke dalam kategori dengan
klasifikasi pada tabel berikut.
Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
N-gain Kategori
N-gain 0,7 Tinggi
0,7 > N-gain 0,3 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
Hake (1998:64)
5) Menghitung nilai rata-rata keseluruhan siswa.
6) Menganalisis kekurangan terhadap jawaban siswa sehingga diperoleh
informasi mengenai kelayakan pembelajaran problem solving tipe Leonard
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah real
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan
dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Secara keseluruhanperforma guru dan siswa selama pembelajaran problem
solving tipe Leonard pada konteks penstabilan emulsi produk pangan
dikategorikan baik. Dilihat dari beberapa hal yakni:
a. Performa guru pada tahap perencanaan pembelajaran memperoleh
persentase nilai sebesar 95%.
b. Perrforma guru pada tahap pelaksanaan pembelajaran memperoleh
persentse nilai sebesar 94%.
c. Performa siswa pada tahap pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil
penilaian LKS sebesar 63%, lembar penilaian uji kinerja sebesar 44% dan
lembar observasi sikap siswa sebesar 72%.
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah real life terkait konteks
penstabilan emulsi peroduk pangan berdasarkan hasil pretes dan postes dilihat
dari perolehan N-Gain pada setiap tahap problem solving tipe Leonard secara
keseluruhan mengalami peningkatan dengan nilai N-Gain sebesar 0,3 dengan
93
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada penelitian “Pembelajaran
Problem Solving tipe Leonard pada Siswa SMA dalam Konteks Penstabilan
Emulsi Produk Pangan” terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran problem solving khususnya dalam pelajaran kimia di sekolah
sebaiknya dilaksanakan dengan proporsi waktu yang lebih banyak sebagai
upaya untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah.
2. Guru sebaiknya lebih melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan dan
keterampilan pemecahan masalah dengan menerapkan konsep-konsep kimia
di kehidupan sehari-hari.
3. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran ditemukan bahwa masih terdapat
kekurangan dalam alokasi waktu pembelajaran yang digunakan. Oleh karena
itu, peneliti harus memahami dengan baik setiap langkah yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran dapat selesai sesuai
waktu yang dialokasikan.
4. Berdasarkan penilaian LKS diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
membuat rumusan masalah tergolong cukup sedangkan untuk berhipotesis
tergolong kurang. Selain itu, saat menstrukturkan pengetahuan yang diperoleh
siswa dalam pembelajaran dikategorikan kurang. Oleh karena itu, siswa
diharapkan lebih berlatih lagi dalam membuat rumusan masalah, hipotesis,
memecahkan masalah real life dan memberi simpulan, sehingga dapat
menstrukturkan pengetahuan yang diperolehnya selama pembelajaran dalam
ingatannya dengan baik.
5. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran ini
disarankan untuk membuat perencanaan yang baik agar pembelajaran lebih
efektif. Selain itu, sumber belajar seperti naskah bahan ajar perlu lebih
dipersiapkan dengan tingkat keterbacaan tinggi, menarik dan esensi materi
ajar yang lebih mendalam lagi sehingga mudah dipahami oleh siswa dalam
94
DAFTAR PUSTAKA
Anief. (2000), Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Jogjakarta: Gadjah Mada University press.
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Astawan, M. dan Mita W.(1991).Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Jakarta: Akademika Pressindo.
Azhar, R.Y. (2011). Industri Pengolahan Mayonaise. Makalah pada kuliah Kimia Larutan Koloid Universitas Islam Negeri, Bandung.
BPPPK. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Indonesia.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
BSNP. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesa Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: BSNP.
Daryanto dan Rachmawati. (2013). Penilaian Kinerja Profesi Guru dan Angka Kreditnya. Yogyakarta: Gava Media.
DEPDIKNAS. (2006). Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta.
95
Ida Martaliah Farida, 2014
Pembelajaran Problem Solving Tipe Leonard Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penstabilan Emulsi Produk Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Garret, T. (2008). “Student Centered and Teacher Centered Classroom
Management: A Case Study of Three Elementary Teachers”. Journal of Classroom Interaction 1, (43), 34-47.
Gok, T. (2010). “The Effects of Problem Solving Strategies on Students Achievement, Attitude and Motivation”. Journal Physical of Education 4,
(1), 7-21.
Hake, R.R. (1998) “ Interactive-egagement Vs Traditional Methods: A Six Thousand Students Survey of Mechanics Test Data For Introductory Physics
Courses”. American Journal of Physics 66, 64-74.
Hidayat, L.N. (2008). Pembelajaran Model Pemecahan Masalah Berbasis Eksperimen Pada Materi Sistem Emulsi. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Leonard, William J. et al. (1994). Concept-based Problem Solving in Physics, Paper. University of Massachussets : Departmen Physics & Astronomy.
Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Munir, T. (2008). “Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for
High School Students”. Journal of Applied Sciences in Evironmental Senitation. 3, (1), 47-50.
Novita, E. (2008). Efektivitas Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Asam-Basa Arrhenius Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Sma Dalam Membangun Konsep Dan Hukum Sebab Akibat. Pendidikan Kimia Universitas Lampung.
96
Rosbiono, M. (1999), Concept-Based Problem Solving Dalam Perspektif Pembelajaran Konstruktivisme, Makalah. Disajikan pada Pekan Seminar Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis 45 IKIP Bandung di Lembaga Penelitian IKIP Bandung.
Rosbiono, M. (2007). Teori Problem Solving untuk Sains. Jakarta : Depdiknas
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sukmadinata, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Sunarya, Y. (2000). Kimia Dasar 1, edisi pertama. Bandung : Gracia Indah Bestari.
Sternberg, R.J. (2008). Terjemah: Psikologi Kognitif (Edisi empat). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tanrere, M. (2008). Environmental Problem Solving In Learning Chemistry For High School Student, Journal of Chemical Education, Volume 3, Number 1, pp. I88N 0126-2807.