• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh :

Nasibatun Umul Khairat

0900570

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran

Problem Solving

Model

Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK

Dalam Konteks Pengaktifan Kerja

Sabun Pembersih Badan

Oleh

Nasibatun Umul Khairat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nasibatun Umul Khairat 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE ABELL dan PIZZINI PADA

SISWA SMK DALAM KONTEKS

PENGAKTIFAN KERJA SABUN

PEMBERSIH BADAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Dosen Pembimbing I

Dr. Momo Rosbiono, M.Pd., M.Si.

NIP. 195712111982031006

Dosen Pembimbing II

Dr. Hernani, M.Si.

NIP. 196711091991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr. rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si.

(4)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari banyak yang berkaitan dengan materi-materi yang ada dalam kimia. Materi-materi yang ada dalam kimia memiliki keterkaitan konsep yang sangat erat. Untuk itu, diperlukan penguasaan konsep yang sangat mendasar untuk membangun konsep-konsep lain yang saling berhubungan.

Pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan pemahaman siswa yang kuat terhadap pengetahuan dasar kimia. Pemahaman siswa berawal dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks. Konsep-konsep yang dibangun siswa harus mampu diterapkan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait, karena dalam pembelajaran kimia siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal konsep-konsep kimia, akan tetapi siswa juga harus memahami konsep tersebut sehingga bisa menerapkan konsep yang dipahaminya untuk memecahkan masalah. Tetapi kenyataan di lapangan, siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi, bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya (Trianto 2009 : 89).

(5)

sehari-hari dan teknologi. Hal ini menjadi alasan lain yang menguatkan mengapa keterampilan pemecahan masalah perlu dimiliki oleh siswa.

Permasalahannya sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Bagaimana sebagai guru yang baik dan bijaksana mampu menggunakan model pembelajaran yang berkaitan dengan cara memecahkan masalah (Trianto 2009 : 90).

Model problem solving (pemecahan masalah) ini sangat baik diterapkan dalam pembelajaran kimia, mengingat dalam mempelajari ilmu kimia siswa dituntut untuk berpikir memahami konsep-konsep kimia dan menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Melalui model pembelajaran problem solving siswa diajak untuk memecahkan permasalahan pembelajaran sendiri dan menemukan konsep dari masalah-masalah yang ditampilkan, sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa untuk mencari pemecahan masalah dari permasalahan-permasalahan tertentu.

Model problem solving melatih siswa berpikir kritis dan bertindak kreatif untuk mendesain suatu penemuan, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Dalam melakukan pemecahan masalah, siswa bertanggung jawab membuat berbagai keputusan dan bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru seperti pada pembelajaran masa lampau.

Problem solving sebagai konteks dimaknai menjadi beberapa kategori, yaitu

(6)

3

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aktivitas-aktivitas yang menyenangkan yakni aktivitas yang dapat mengurangi kejenuhan belajar secara rutin, (6) media praktis, yakni meningkatkan keterampilan dan pemahaman apa yang telah dipelajarinya. Jadi ketika problem solving digunakan sebagai konteks, maka fokus yang harus menjadi perhatian adalah menemukan permasalahan yang dapat menarik minat dan menggali tugas-tugas yang membantu memperjelas konsep maupun prosedur; mengandung tujuan-tujuan ganda yang memberi kesempatan bagi siswa untuk membuat penemuan-penemuan konsep sains melalui media yang dikenalnya (memotivasi), membantu siswa agar konsep-konsep sains lebih konkrit (sifat praktis), dan mengupayakan adanya rasionalisasi tentang apa yang dipelajari (justifikasi) (Rosbiono 2007 : 4-5).

Menurut pendapat Bruner (dalam Dahar 1988 : 125), bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik (Trianto 2009 : 91).

Pada penelitian ini, pembelajaran masalah yang akan digunakan, yaitu pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini. Problem solving tipe Abell dan Pizzini mengembangkan model pembelajaran problem solving yang difokuskan pada tiga aspek yaitu (1) setting pembelajaran, (2) struktur pembelajaran, dan (3) perilaku guru dalam pembelajaran. Dari sisi struktur pembelajaran, pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep harus meliputi beberapa kegiatan yaitu menemukan masalah, menghaluskan masalah, merancang penyelidikan, menghimpun data, menganalisis data, menghimpun temuan dalam bentuk grafik, atau tulisan, menyajikan temuan, dan mengevaluasi.

(7)

memberikan pernyataan yang sifatnya menggerakan siswa melakukan sesuatu, menyampaikan pembelajaran (menyajikan konsep), memberikan input tentang hal-hal teknis, meminta output apa yang ditemukan siswa, meminta siswa mengemukakan strategi pemikirannya, mengarahkan siswa dalam hal kedisiplinan belajar, serta mengamati siswa secara berkeliling.

Masalah yang diangkat pada penelitian ini berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu pengaktifan kerja sabun mandi. Penggunaan sabun umumnya terkait dengan mengangkat kotoran yang menempel pada kulit, baik berupa kotoran keringat, lemak atau pun debu, mengangkat sel-sel kulit mati dan sisa-sisa kosmetik. Salah satu dampak dari pengaktifan sabun yang dirasakan oleh siswa adalah setelah menggunakannya badan terasa lebih segar. Tetapi sabun tidak dapat bekerja dengan baik pada air sadah dan sabun menghasilkan busa yang sedikit apabila digunakan dengan air sadah sehingga dibutuhkan sabun yang lebih banyak, hal ini mengakibatkan pemborosan pada penggunaan sabun. Air yang bagaimana yang dapat mengaktifkan kerja sabun mandi pada badan?.

Dalam hal ini siswa sendiri yang akan menentukan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang akan mengarahkan siswa agar diperoleh penyelesaian yang sesuai. Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh siswa mempunyai nilai yang beraneka ragam.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

(8)

5

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemecahan masalah pada siswa diharapkan dapat membantu siswa setelah menyelesaikan pendidikan formal di sekolah.

Pembelajaran problem solving ini menuntut siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah.

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan?”

1. Bagaimana keterlaksanaan (perencanaan dan pelaksanaan) pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini pada siswa SMK dalam konteks Pengaktifan Kerja

Sabun Mandi ditinjau dari sisi guru dan siswa?

2. Bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menggunakan konsep-konsep yang diterapkan pada Pengaktifan Kerja Sabun Mandi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan umum yang diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini dalam konteks pengaktifan kerja sabun mandi.

2. Memperoleh informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan masalah real life dengan menerapkan konsep-konsep pada pengaktifan kerja sabun mandi

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru

(9)

2. Bagi siswa

Untuk melatih keterampilan memecahkan masalah yang dapat digunakan siswa dalam kehidupan bermasyarakat kelak.

3. Bagi peneliti

Menambah kompetensi dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian menggunakan pembelajaran problem solving.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai penerapan problem solving dalam pembelajaran.

E. Struktur Organisasi

Berikut ini diuraikan secara terperinci mengenai urutan penulisan pada tiap bab dan bagian sub bab yang terdapat dalam skripsi. Penulisan dalam skripsi dibagi kedalam lima bab, yaitu Bab I pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian , Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Kesimpulan dan Saran.

(10)

7

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab II terdapat lima sub bab, yang terdiri dari Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini, Perencanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini, Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini, Penilaian Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini, Tinjauan Konteks Masalah Pengaktifan Kerja Sabun Mandi. Pada sub bab Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini dijelaskan mengenai pengembangan pembelajaran problem solving yang dikembangkan oleh Abell dan Pizzini. Pada sub bab Perencanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini dijelaskan secara terperinci mengenai perencanaan dalam

pembelajaran problem solving yang meliputi pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru perlu merencanakan apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Pada sub bab Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini dipaparkan mengenai kegiatan pengelolaan kelas,

penggunaan media dan sumber belajar, serta penggunaan metode dan strategi pembelajaran dengan mengimplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada sub bab Penilaian Pembelajaran Problem Solving Tipe Abell dan Pizzini dijelaskan sejauh mana penguasaan siswa terhadap pelajaran serta menilai sejauh mana ketepatan metode mengajar pada guru. Sub bab Tinjauan Konteks Masalah Pengaktifan Kerja Sabun Mandi dipaparkan secara terperinci mengenai materi yang akan diajarkan kepada siswa.

Bab III metodologi penelitian menjawab bagaimana rumusan masalah pada penelitian yang akan dipaparkan secara terperinci. Pada bab III ini terdiri dari delapan sub bab, yaitu Metode Penelitian, Lokasi dan Subyek Penelitian, Definisi Operasional, Alur penelitian, Prosedur Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisis Data. Metode Penelitian dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif dan metode evaluative.

(11)
(12)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain (Sukmadinata, 2012 : 72). Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variable-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka (Sukmadinata, 2012 : 73). Ada beberapa jenis informasi yang bisa diperoleh melalui penelitian deskriptif bagi pemecahan masalah. Pertama, informasi tentang keadaan saat ini (present condition). Kedua, informasi yang kita inginkan (what we may want). Ketiga, Bagaimana sampai kesana, bagaimana mencapainya (how to get there). (Sukmadinata, 2012 : 75). Untuk memecahkan suatu masalah mungkin hanya diperlukan satu jenis informasi, mungkin dua jenis tetapi untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan ketiga-tiganya. Untuk mengembangkan suatu program, kurikulum atau sistem pendidikan diperlukan ketiga jenis informasi diatas (Sukmadinata, 2012 : 76). Metode evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik (pendidikan). Nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan didasarkan atas hasil pengukuran atau pengumpulan data dengan menggunakan standar atau kriteria tertentu yang digunakan secara absolut ataupun relatif (Sukmadinata, 2012 : 120).

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

(13)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja

yang dipilih kelas XII karena pada penelitian ini diharapkan siswa telah mendapatkan dan mempelajari materi tentang Koloid.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dalam menterjemahkan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti mencantumkan beberapa definisi terkait istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut.

1. Pembelajaran Problem solving

Model Pembelajaran problem solving merupakan salah satu bentuk pembelajaran

yang berlandaskan paradigma konstruktivisme. Pada pembelajaran problem solving

aktivitasnya bertumpu kepada masalah dengan penyelesaiannya dilandaskan atas

konsep-konsep generik atau konsep-konsep dasar bidang ilmu (Rosbiono, 2007: 9).

2. Problem solving tipe Abell dan Pizzini

Problem solving yang diterapkan dalam pembelajaran adalah problem solving tipe

Abell dan Pizzini yang mengembangkan model pembelajaran problem solving difokuskan

pada tiga aspek yaitu (1) setting pembelajaran, Setting pembelajaran yang dapat dilakukan

dalam melaksanakan model pemecahan masalah adalah berupa pembelajaran untuk

keseluruhan kelas, kelompok kecil dan individu (2) struktur pembelajaran, pembelajaran

pemecahan masalah berbasis konsep harus meliput beberapa kegiatan yaitu : (a)

menemukan masalah (mencari masalah, mendaftarkan pertanyaan untuk dijawab), (b)

menghaluskan masalah (mempersempit masalah, memberikan definisi yang jelas, dan

menyiapkan kondisi), (c) merancang penyelidikan (merancang bagaimana memecahkan

(14)

24

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(eksperimen, survey, pengujian, pencatatan, observasi), (e) menganalisis data (merangkum,

membandingkan, menggeneralisasi), (f) menghimpun temuan dalam bentuk grafik, atau

tulisan, (g) menyajikan temuan (memberikan eksplanasi temuan atau menyeminarkan), (h)

mengevaluasi (evaluasi diri, atau secara team) dan (3) perilaku guru dalam pembelajaran,

yaitu : (a) melakukan hal prosedural (pengarahan atau memberikan pernyataan yang

sifatnya menggerakan siswa melakukan sesuatu), (b) menyampaikan pembelajaran

(menyajikan konsep kunci), (c) memberikan input tentang hal-hal teknis, (d) meminta

output apa yang ditemukan siswa, (e) meminta siswa mengemukakan strategi

pemikirannya (metakognitif), (f) memenej siswa dalam hal kedisiplinan belajar, (g)

mengamati siswa secara berkeliling dan melihat apa yang dikerjakan siswa tanpa interaksi

verbal.

3. Pengaktifan Kerja Sabun Mandi

Bahan pengaktif sabun mandi adalah surfaktan, Surfaktan adalah bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan, sifat aktif ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun netral, bagian polar mempunyai gugus hidroksil sementara bagian non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi dan limbahnya dapat mencemarkan lingkungan, karena sifatnya yang sukar terdegradasi.

D. Alur penelitian

(15)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja

(16)

26

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

(17)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja

Penelitian ini dibagi ke dalam empat tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, pengolahan dan analisis data serta penarikan simpulan. Keempat tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Mengidentifikasi masalah penelitian.

b. Melakukan studi pustaka berkaitan dengan pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini.

c. Melakukan studi pustaka mengenai permasalahan yang cocok diberikan sebagai masalah dalam pembelajaran kimia di kelas.

d. Mengkonsultasikan beberapa permasalahan yang diperoleh kepada dosen pembimbing

e. Memilih masalah pengaktifan kerja sabun mandi yang dijadikan permasalah dalam pembelajaran kimia di kelas.

f. Melakukan studi pustaka mengenai permasalaha pengaktifan kerja sabun mandi mulai dari penyebab dan beberapa alternatif penyelesaiannya.

g. Analisis standar isi mata pelajaran kimia terkait materi pH larutan dan Koloid pada kehidupan sehari-hari sebagai prasyarat untuk menyelesaikan masalah pengaktifan kerja sabun mandi.

h. Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengikuti pola problem solving tipe Abell dan Pizzini, naskah bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa.

i. Menyusun instrumen berupa instrumen penilaian LKS, soal tes, lembar penilaian sikap dan kinerja siswa mengikuti pola problem solving yang dikembangkan oleh Abell dan Pizzini.

j. Menyusun Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) I dan II.

k. Mengkonsultasikan perangkat pembelajaran RPP dan memvalidasi istrumen.

l. Melakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran dan instrumen yang telah melalui tahap validasi.

(18)

28

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tahap Pelaksanaan

a. Meminta evaluator untuk memberikan penilaian terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan IPKG I.

b. Pelaksanaan pretes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap kasus-kasus real life.

c. Melakukan pembelajarn problem solving tipe Abell dan Pizzini. d. Saat pembelajaran melakukan penilaian terhadap:

1) Penampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan IPKG II. 2) Sikap siswa selama pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini.

3) Kinerja siswa dalam melakukan eksperimen untuk menerapkan penyelesaian masalah yang telah dipilih.

e. Melakukan posttes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa setelah melakukan pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini terhadap kasus-kasus real life.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

a. Mengkategorikan hasil dari IKPG I dan II untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini dari sisi guru.

b. Mengolah jawaban siswa terhadap LKS, pretes dan postes menggunakan kriteria yang disiapkan.

c. Mengaktegorikan skor LKS untuk setiap tahap kemampuan pemecahan masalah dan hasil penilaian sikap serta kinerja siswa untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini dari sisi siswa.

d. Mengkategorikan skor pretes dan postes untuk setiap tahap kemampuan pemecahan masalah untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah.

e. Mengkonsultasikan temuan penelitian kepada dosen pembimbing.

(19)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah seluruh data yang diperoleh dianalisis dan kesimpulan tersebut disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diajukan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah butir soal tes, pedoman penilaian LKS, lembar penilaian sikap siswa, lembar penilaian kinerja siswa, instrumen penilaian kinerja guru (IPKG) 1 dan 2 dengan rincian sebagai berikut.

1. Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)

Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran problem solving pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dilihat dari kinerja guru. IPKG terdiri dari IPKG 1 dan IPKG 2. IPKG 1 digunakan untuk memberikan penilaian terhadap RPP yang telah dirancang oleh guru untuk pembelajaran problem solving. Penilaian terhadap RPP dilakukan oleh lima orang penilai untuk menghindari subyektifitas. Sedangkan IPKG 2 digunakan untuk memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer, yaitu guru kelas yang digunakan untuk penelitian.

2. Instrumen Penilaian LKS

Instrumen penilaian LKS digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran problem solving pada pelaksanaan dilihat dari sisi siswa. Instrumen penilaian LKS berupa format penilaian yang digunakan untuk menilai jawaban siswa pada LKS yang diberikan saat pembelajaran.

(20)

30

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyelesaian masalah bagian merancang prosedur eksperimen. LKS pertemuan 2 berisi tahap menerapkan penyelesaian masalah bagian melaksanakan prosedur eksperimen dan evaluasi terhadap hasil eksperimen. Adapun penilaian terhadap LKS mengacu pada kriteria penilaian yang dibuat oleh peneliti.

3. Lembar Observasi Sikap Siswa

Lembar observasi sikap digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran problem solving pada pelaksanaan dilihat dari kinerja siswa. Lembar observasi sikap siswa merupakan alat yang digunakan untuk melihat sikap siswa selama melakukan pembelajaran problem solving. Penilaian terhadap sikap siswa diobservasi untuk setiap tahap-tahap problem

solving tipe Abell dan Pizzini.

4. Lembar Observasi Kinerja Siswa

Lembar observasi kinerja digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran problem solving pada pelaksanaan dilihat dari kinerja siswa. Lembar observasi kinerja siswa merupakan alat yang digunakan untuk melihat kinerja siswa saat melakukan eksperimen penyelesaian masalah pengaktifan kerja sabun mandi.

5. Butir Soal Tes

(21)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja

tertuang pada butir soal nomor 4 dan 5 untuk setiap set. Penilaian terhadap jawaban dari setiap butir soal tes digunakan kriteria penilaian butir soal tes (Lampiran B.2). Kriteria penilaian butir soal tes ini berfungsi sebagai standar atas jawaban siswa sehingga dapat meminimalisasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian saat mengoreksi jawaban siswa.

G. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen butir soal tes, instrumen penilaian LKS, IPKG 1 dan 2, lembar observasi sikap serta kinerja digunakan untuk mengumpulkan data terkait penelitian. Adapun teknik pengumpulan data disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan data

menjawab butir soal tes Siswa

Dilakukan sebelum

3. Analisis RPP Skor analisis RPP Guru Dilakukan sebelum pembelajaran

5. Observasi Skor sikap siswa Siswa Dilakukan selama pembelajaran

1. Pengolahan dan Analisis Data dari IPKG

(22)

32

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menghitung skor rata-rata dari setiap komponen penilaian pada IPKG 1 dan 2. c. Menentukan nilai setiap komponen penilaian menggunakan persamaan berikut.

Nilai = Skor yang dipero leh

Skor maksimal × 100%

d. Mengkategorikan nilai yang diperoleh dari IPKG 1 dan 2 yang diadopsi menggunakan skala kategori kemampuan diungkapkan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan

e. Menganalisis kekurangan terhadap RPP dan pelaksanaan pembelajaran dari hasil penilaian menggunakan IPKG 1 dan 2.

2. Pengolahan dan Analisis Data dari Instrumen Penilaian LKS

(23)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja

atau secara team). Skoring ini didasarkan atas kriteria penilaian yang telah dibuat oleh peneliti.

Adapun langkah-langkah dalam mengolah datanya sebagai berikut:

a. Memberikan skor pada setiap jawaban siswa sesuai kriteria penilaian yang telah dibuat.

b. Skor yang diperoleh kemudian diubah ke dalam bentuk nilai persentase untuk setiap tahap kemampuan pemecahan masalah. Adapun perhitungannya sebagai berikut.

Nilai = Skor yang diperoleh

Skor maksimal × 100%

c. Menentukan nilai rata-rata untuk keseluruhan siswa pada setiap tahap kemampuan pemecahan masalah dengan rumus berikut.

Nilai rata-rata = skor total siswa

jumlah siswa

d. Menentukan kategori kemampuan siswa berdasarkan skala kategori kemampuan untuk seluruh siswa dengan acuan Tabel berikut pada halaman berikutnya.

3. Pengolahan dan Analisis Data dari Lembar Observasi Sikap dan Kinerja Siswa)

Langkah-langkah pengolahan lembar observasi sikap dan kinerja dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Menghitung skor pada setiap aspek yang dinilai untuk setiap kelompok.

b. Menjumlahkan setiap skor yang diperoleh sehingga diperoleh skor total untuk setiap kelompok

c. Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan persamaan berikut.

Nilai = Skor yang diperoleh

Skor maksimal × 100%

d. Mengkategorikan nilai yang diperoleh dari hasil penilaian sikap dan kinerja siswa menggunakan skala kategori yang diungkapkan Arikunto (2010)

(24)

34

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Pengolahan dan Analisis Data Tes Tertulis

Hasil jawaban siswa pada pretes dan postes diperiksa untuk mendapatkan skoring. Penilaian dilakukan berdasarkan tahap-tahap kemampuan pemecahan masalah yang diungkapkan oleh Abell dan Pizzini, yaitu (a) menemukan masalah (mencari masalah, mendaftarkan pertanyaan untuk dijawab), (b) menghaluskan masalah (mempersempit masalah, memberikan definisi yang jelas, dan menyiapkan kondisi), (c) merancang penyelidikan (merancang bagaimana memecahkan masalah, merangkai peralatan, dan menyiapkan pengumpulan data), (d) menghimpun data (eksperimen, survey, pengujian, pencatatan, observasi), (e) menganalisis data (merangkum, membandingkan, menggeneralisasi), (f) menghimpun temuan dalam bentuk grafik, atau tulisan, (g) menyajikan temuan (memberikan eksplanasi temuan atau menyeminarkan), (h) mengevaluasi (evaluasi diri, atau secara team). Skoring ini didasarkan atas kriteria penilaian yang telah dibuat oleh peneliti.

Langkah-langkah dalam mengolah datanya sebagai berikut:

a. Memberi skor pada setiap jawaban siswa sesuai dengan kriteria penilaian yang telah dibuat.

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes siswa

c. Menentukan peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah untuk setiap tahap digunakan data gain ternormalisasi (n-gain) dengan menggunakan rumus berikut.

N-gain = skor postes−skor pretes

skor maksimal −skor pretes

d. Menginterpretasikan nilai N-gain setiap siswa berdasarkan kriteria yang terdapat pada tabel 3.3 berikut.

Table 3.3 Interpretasi skor N-gain ternormalisasi

N-gain Kriteria Peningkatan

G ≥ 0,7 Tinggi

(25)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja

G < 0,3 Rendah

(Hake, 1999: 1) e. Menentukan nilai rata-rata pretes dan postes untuk keseluruhan siswa pada setiap

tahap kemampuan pemecahan masalah dengan rumus berikut.

Nilai rata-rata = skor total siswa

jumlah siswa

(26)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai proses dan hasil pembelajaran problem solving model Abell dan Pizzini pada siswa SMK dalam konteks pengaktifan kerja sabun pembersih badan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran problem solving tipe Abell dan Pizzini dalam konteks pengaktifan kerja sabun mandi secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Hal tersebut tampak dari performa guru yang memperlihatkan perencanaan pembelajaran yang berada pada kategori sangat baik. Selain itu, juga tampak dari performa siswa yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Performa siswa selama proses pembelajaran ditinjau dari tiga aspek selama pembelajaran yaitu aspek kognitif, sikap dan kinerja. Pada aspek kognitif siswa memperlihatkan kemampuan memecahkan masalah berada pada kategori baik, sikap berada pada kategori sangat baik serta kinerja berada pada kategori sangat baik.

2. Performa guru dalam pelaksaan pembelajaran berada pada kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada nilai N-gain sebesar 98%. Setiap aspek terdiri atas beberapa deskripsi yang menggambarkan keseluruhan kegiatan pembelajaran, tetapi tidak semua aspek memiliki nilai maksimum yaitu empat. Aspek yang memiliki nilai maksimum, yaitu kemampuan membuka pembelajaran, sikap guru selama pembelajaran, penguasaan bahan ajar, penggunaan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan kemampuan menutup pembelajaran. Sedangkan dua aspek sisanya, yaitu implementasi langkah-langkah pembelajaran dan keterampilan bertanya tidak mendapatkan nilai maksimum empat.

(27)

tinggi walaupun hanya pada tahap ini siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan tahap yang lainnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi guru

Pembelajaran problem solving disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah dengan menerapkan konsep-konsep kimia di dalam kehidupuan sehari-hari berdasarkan konsep-konsep kimia yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya.

2. Bagi siswa

Disarankan siswa agar terus melatih kemampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajarinya selama ini, terutama pada tahap menghaluskan masalah agar siswa dapat menerapkan ilmu yang dipelajarinya dalam kehidupan nyata. Dengan begitu pada akhirnya dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang terdapat di kehidupan sehari-hari. Agar siswa dapat terus menerus mengasah kemampuannya dalam memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi peneliti lain

(28)

121

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Arifin, M, Sudja, W.A, Ismail, A.K, Mulyono, dan Wahyu, W. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Davis, M.L. (2010). Water and Wastewater Engineering: Design Principles and Practice. New York: The McGraw-Hill Companies.Inc.

Departemen Pendidikan Nasioanal. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan

Fessenden, Fessenden. (1982). Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Harnanto, A, Ruminten. (2009). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Hake, R. (1998). Chapter IV Result The Hake Factor. [on line]. Tersedia: Http://dwb4.uni.edu/diss/royuk diss-04 pdf.

(29)

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Ibrahim, R dan Syaodih, N. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Mifbakhudin. 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap

Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. [online]. Tersedia di:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/52106978.pdf [5 Januari 2013]

Mulyono. (2010). Media Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Nasution. (2011). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Nurlaela, A. (2008). Pembelajaran Model Pemecahan Masalah Berbasis Eksperimen pada Materi Pengaruh suhu terhadap Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. (2005). Standar Nasional Pendidikan

Pizzini, E.L, Abell, S.K. (1992). The Effect of a Problem Solving In-Service Program on the Classroom Behaviors and Attitudes of Middle School Science Teachers.

(30)

123

Nasibatun Umul Khairat, 2014

Pembelajaran Problem Solving Model Abell Dan Pizzini Pada Siswa SMK Dalam Konteks Pengaktifan Kerja Sabun Pembersih Badan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rosbiono, M. (2007). “Teori Problem Solving Untuk Sains”. Materi Diklat TOT Bidang Olimpiade Matematika dan Sains, Jakarta.

Ruhimat, T, Asra, Riyana, C, Sukirman, D, Darmawan, D, dkk. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media

Sukardi, M. (2011). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sagala, Syaiful. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta

Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif (four ted). Yogjakarta: Remaja Rosdakarya.

Sunarya, Yayan. (2012). Kimia Dasar 2. Bandung: CV Yrama Widya

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (ktsp). Jakarta: kencana prenada media group

Usman, M.U. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gambar

Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan data
Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) terdapat pengaruh perhatian orang tua, sikap guru matematika kepada siswa dan motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi

The solution offered related to the problems encountered by the partners is the training of new products manufacturing in the form of solid alcohol (ethanol gel), the means to

Menurut Sugiyono (2013, hlm.199) menjelaskan bahwa angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi dan berperan penting dalam penentuan mutu produk dengan komposisi persentase yang tinggi dan merupakan bahan

Optimalisasi Produksi pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah Jember Melalui Pendekatan Goal Programming. Jember : Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMK.. Universitas Pendidikan Indonesia

 Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perawatan jenazah dan ziarah kubur  Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang

Implementasi Model Inkuiri Menggunakan Media LKS Berbasis Sains untuk Meningkatkan Hasil dan Minat Belajar Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |