• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Kandungan P Tersedia, Rasio C/N Serta NilaiKapasitas Tukar Kation Pada Pengubahan Kompos Limbah Sawit Menjadi Bokashi Menggunakan Em-4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perubahan Kandungan P Tersedia, Rasio C/N Serta NilaiKapasitas Tukar Kation Pada Pengubahan Kompos Limbah Sawit Menjadi Bokashi Menggunakan Em-4"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sains Kimia

Vol. 11, No.1, 2007: 42-44

42

PERUBAHAN KANDUNGAN P TERSEDIA, RASIO C/N SERTA NILAI

KAPASITAS TUKAR KATION PADA PENGUBAHAN KOMPOS

LIMBAH SAWIT MENJADI BOKASHI MENGGUNAKAN EM-4

Tini Sembiring

Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara

Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155

Abstrak

Penelitian tentang perubahan kandungan P tersedia, C/N serta nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada pembuatan bokashi dari kompos limbah sawit menggunakan EM-4 telah dilakukan. Prosedur pembuatan bokashi dilakukan mengacu kepada pembuatan bokashi pada umumnya. Setelah empat hari dilakukan analisis terhadap kandungan P tersedia, rasio C/N serta nilai KTK. Dibandingkan dengan nilai sebelumnya yaitu sewaktu masih kompos ternyata diperoleh hasil sebagai berikut: kandungan P tersedia dan nilai KTK mengalami kenaikan, sedangkan rasio C/N mengalami penurunan.

Kata kunci: Kandungan, Rasio C/N, Kapasitas Tukar Kation, Kompos, Limbah Sawit, Bokashi, EM-4

PENDAHULUAN

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit, crude palm oil (CPO) menghasilkan hasil samping berupa limbah cair dan limbah padat. Oleh sebab itu berbagai teknologi telah dilakukan untuk penanganan limbah cair dan limbah padat tersebut

Sebelum dibuang ke lingkungan limbah cair yang masih memiliki kandungan lemak serta nilai BOD yang tinggi, harus diolah terlebih dahulu pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sampai memenuhi persyaratan yang ditetapkan melalui (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 KEP/MENLH/10/1995). Sedangkan limbah padat yang dominan adalah tandan kosong ditebar ke lahan sebagai mulsa. Lebih jauh telah dilakukan pula teknologi lain yaitu pembuatan kompos dengan jalan memfermentasikan rajahan tandan kosong bersama-sama limbah cair BOD 3000. Namun hasil yang diperoleh belum homogen, dalam arti apabila ingin diaplikasikan kepada tanaman hortikultura

masih perlu dilakukan pengayakan, sehingga pembuatan sampai kompos dianggap belum efisien.

Pada saat ini sedang giat dikembangkan pembuatan bokashi dengan memanfaatkan Efektif Mikroorganisme, EM-4.

Timbul pemikiran untuk untuk mengefisienkan pemanfaatan kompos, dengan jalan mengubahnya menjadi bokashi menggunakan teknologi EM-4.

Untuk melihat potensinya untuk dimanfaatkan sebagai pupuk, maka dilakukan analisis terhadap kandungan P tersedia, C/N serta nilai KTK.

METODE

Pembuatan Bokashi

Prosedur pembuatan bokasi dalakukan mengacu kepada prosedur pembuatan bokashi pada umumnya. Pembuatan 100 kg bokashi kompos sawit menggunakan pupuk kandang tinja kambing dan 4 (BKS EM-4) sebagai berikut:

(2)

Perubahan Kandungan P Tersedia, Rasio C/N Serta Nilai Kapasitas

(Tini Sembiring)

43 2. Masukkan ke dalamnya berturut-turut: 70

kg kompos sawit, 30 kg pupuk kandang (dalam hal ini tinja kambing), 250 g molase (dalam hal ini gula merah yang terlebih dahulu telah dilarutkan dalam air masak), 100 ml EM-4

3. Tambahkan air secukupnya, sampai dapat dilakukan pengadukan secara mudah 4. Campuran diaduk sampai merata, ditutup

rapat

5. Setelah itu setiap 12 jam dilakukan sekali pengadukan, untuk mengeluarkan gas-gas yang terbentuk, dan agar suhu adonan tidak terlalu tinggi.

Setelah 4 hari, bokashi kompos sawit telah matang (telah selesai terfermentasi), ditandai dengan terbentuknya campuran yang berwarna coklat kehitaman

Penentuan Kandungan P Tersedia, Rasio C/N serta Nilai KTK

Penentuan P Tersedia

Timbang 2 g sampel, kering udara, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 50 ml, ditambah 20 ml larutan pengekstrak, kocok selama satu menit dengan alat pengocok listrik. Biarkan labu erlenmeyer pada posisi miring selama satu menit, lalu cairan disaring dengan kertas saring whatman no.2. Pipet 10 ml filtrat masukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Siapkan sampel, juga sederetan larutan standar dan larutan blanko yang diberi larutan pengekstrak sedemikian sehingga mengandung 0; 2; 4; 8; 16, 32 dan 40 µg/ml. Ke dalam masing-masing labu ukur tersebut tambahkan lagi berturut-turut: 7,5 ml larutan H3BO3 0,8 M; 2 ml larutan (NH4)Mo7O24

2,5% dan 0,4 ml larutan SnCl2 2,5%.

Selanjutnya campuran diencerkan sampai tanda garis dengan akuades, lalu ukur absorbansnya dengan alat spektofotometer pada 660 nm.

Penentuan C

Timbang 1 g sampel, kering udara, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml, sediakan juga untuk penetapan blanko. Tambahkan padanya 10 ml larutan K2Cr2O7

1 N, lalu dengan perlahan tambahkan 20 ml asam sulfat pekat. Goyangkan dan dinginkan campuran di atas papan asbes selama 30 menit. Tambahkan lagi berturut-turut 200 ml akuades, 5 ml asam fosfst pekat (85%) dan 1 ml larutan difenilamin. Blanko dan sampel masing-masing dititrasi dengan larutan FeSO4 1 N, sampai warna hijau. Tambahkan

lagi 0,5 ml larutan K2Cr2O7 1 N, titrasi

kembali dengan larutan FeSO4 1 N sampai

timbul kembali warna hijau

Penentuan N

Timbang 0,5 g sampel, kering udara, masukkan ke dalam sebuah tabung reaksi mikro, siapkan juga untuk blanko. Untuk koreksi berat, tetapkan juga kadar air sampel. Kepada sampel dan blanko masing-masing tambahkan berturut-turut: 1 g campuran selenium, 2,5 ml asam sulfat pekat, panaskan pada penangas listrik khusus mula-mula pada suhu rendah, perlahan-lahan suhu dinaikkan hingga terbentuk suspensi putih. Setelah destruksi selesai, tabung diangkat dan didinginkan. Pindahkan suspensi sampel ke dalam labu alat destilasi secara kuantitatif, tambahkan 2–3 tetes indikator Fenolfthalein 1%, 5 ml larutan NaOH 50% hingga warna suspensi sampel berubah jadi merah. Destilat ditampung dengan larutan larutan asam boraks 3% dalam sebuah labu erlenmeyer, encerkan dengan akuades kira-kira 15 ml agar ujung pipa gelas tercelup ke dalam larutan asam boraks. Lakukan destilasi selama 15 menit, destilat dititrasi dengan larutan HCl 0,01 N hingga terbentuk larutan berwarna merah jambu.

Penentuan Nilai KTK

10 ml Perkolat 9-2 dipipet ke dalam sebuah labu destilasi, ditambah 1 tetes larutan NaOH 50%, satu tetes indikator fenolftalein. Destilat ditampung dalam 3 ml larutan H3BO3 3%. Destilasi dilakukan

(3)

Jurnal Sains Kimia

Vol. 11, No.1, 2007: 42-44

44

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengukuran, diperoleh hasil sebagai berikut:

Hasil

No Parameter Satuan Kompos

Limbah Sawit

Bokashi Limbah Sawit

1 pH - 7,8 6,6

4 C/N - 16,25 10,10

5 P tersedia mg/l 168 185

6 Nilai KTK me/100 g 28 35

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa, pengubahan kompos menjadi bokashi dapat menurunkan rasio C/N, dari 16,25 menjadi 10,10, yaitu mendekati nilai rasio C/N tanah, dan inilah yang sesuai untuk tanaman. Sedangkan kandungan P tersedia mengalami kenaikan dari 168 mg/l menjadi 185 mg/l. Hal ini dapat dijelaskan akibat dari kerja mikroba yang mengubah senyawa fosfor menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman. Dari nilai KTK ternyata ada kenaikan dari 28 menjadi 35. Hal ini sangat positif untuk pemanfaatannya dalam menyuburkan tanah.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Kompos limbah sawit dapat dijadikan bokashi limbah sawit melalui teknologi EM-4

2. Pengubahan kompos limbah sawit

menjadi bokahi limbah sawit dapat menaikkan kandungan P tersedia dan nilai Kapasitas Tukar Kation, serta dapat menurunkan rasio C/N.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., (1984), Metode Penelitian Air Usaha Nasional.

Bokashi Compost-Zing Helps Awaroa Lodge win NZ Tourism Award, 2005, http://www.bokashi.co.nz/ home.htm

Buchari, (2001), Kimia Lingkungan, Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Cara Pembuatan Bokashi Dari Sampah Rumah Tangga, 2005, http//dokumen.deptan.go.id/doc/ Diskusi.nsf/344525ª5f0de 1 ea 54725667c002 ab8ff/f5d8f.

Cara Pembuatan 1 Ton Bokashi, 2005, http//www .songgolangit.20m.com/buatbokashi.htm.

Fauzi, Y., (2004), Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha Dan Pemasaran, Edisi Revisi Jakarta. Greenberg, A. E, Trussel, R. R. N, dan Clesser, L. S.

(1985), Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater,

Sixteenh Edition, Washington DC. American Public Health Association.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Kegiatan pemuliaan sapi perah FH di koperasi ini hendaknya dijadikan unit usaha tersendiri yang didukung oleh pemerintah Kabupaten Sumedang secara administratif dan

Sebab adanya transaksi baik berupa pembelian barang dan jasa pada unit pertokoan, pembelian jasa-jasa lain yang ada di koperasi, serta penggunaan jasa kredit

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan nikmatnya, karena hanya dengan pertolongan-Nya, skripsi yang berjudul Studi Penggunaan Kombinasi

Alat Pencacah nilai turn naik adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan suatu perhitungan yang mempunyai output berupa tampilan di seven segment.. Rangkaian ini

Pertimbangan kami untuk pabrik sodium nitrat yang akan beroperasi pada tahun 2020 mendatang mengacu pada hasil perkiraan kebutuhan sodium nitrat pada tahun 2020 yaitu

(Jogiyanto H.M, 2000), “Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan”.. (Fathansyah,