PENGARUH PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT PADA KELUARGA YANG MENJAGA PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
TESIS
Oleh
HERLINAWATY SIREGAR 107032124/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT PADA KELUARGA YANG MENJAGA PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
HERLINAWATY SIREGAR 107032124/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA KELUARGA YANG
MENJAGA PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
Nama Mahasiswa : Herlinawaty Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 107032124/IKM
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (
Ketua Anggota
Drs.Tukiman. M.K.M))
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 13 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. R.Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M
PERNYATAAN
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT PADA KELUARGA YANG MENJAGA PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2012
ABSTRAK
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit dikenal dengan istilah Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit disingkat dengan PKMRS yang salah satu kegiatannya memberi penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat keluarga yang menjaga pasien di Rumah Sakit yang dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit melalui pencegahan dan pengendalian Infeksi.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan Rumah Sakit terhadap pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga yang menjaga pasien.
Jenis penelitian Kuasi eksperimental (eksperimen semu) dengan menggunakan 2 kelompok subjek yang terdiri dari 51 responden pada setiap kelompok yang terdiri dari kelompok perlakuan dan tidak perlakuan serta dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Alat pengumpulan data adalah kuesioner dan uji yang digunakan adalah uji wilcoxon dengan tingkat signifikasi dengan α (=0,05)). Gambaran awal tingkat pengetahuan dan sikap terdapat perbedaan yang signifikans antara kelompok yang tidak diberi dan diberi perlakuan ( p. < 0,05 ).
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p = 0,0001 < α = 0,05 untuk perubahan pengetahuan dan sikap, artinya ada manfaat pemberian PKRS tentang PHBS pada keluarga yang menjaga pasien di Rumah Sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga. Tingkat Pengetahuan sebelum perlakuan baik 7 orang, sedang 21 orang, kurang 23 orang, sesudah perlakuan tingkat pengetahuan baik 25 orang, sedang 17 orang, kurang 9 orang, sedangkan sikap sebelum perlakuan setuju 11 orang, biasa-biasa saja 10 orang, kurang setuju 30 orang, sesudah perlakuan sikap setuju 22 orang, biasa-biasa saja 15 orang, kurang setuju 14 orang.
Disarankan kepada Petugas Promosi Kesehatan Rumah Sakit agar melakukan Penyuluhan tentang PHBS secara merata ke ruangan penjaga pasien.
ABSTRACT
With the failure to apply Clean and Healthy behaviors (PHBS) in the Hospital Nosocomial Infection can cause pain so that people get sick and the healthy to be sick. The purpose of research for health promotion mengetahuinpengaruh Hospital on knowledge and attitudes about the behavior of clean and healthy families keep patients.
Quasi experimental study types (fictitious experiment) by using two groups of subjects consisted of 51 respondents in each group consisting of n perlakua group and no treatment and seb yet been measured and after treatment. Data collection tool is a questionnaire and the test used is Uju wilcoxtingkat significance with α = 0.05 Wilcoxon test results showed p = 0.0001 <α = 0.05 for both knowledge and attitude changes, meaning there are no benefits of PKRS of PHBs in the family who keep patients in hospital to improve knowledge and attitudes family. Changes in the level of knowledge prior to treatment is less knowledge about 23, which was after knowledge and knowledge of 9 people 17 people and knowledge are both 20 0rang. Change of attitude before peralukan a lack of agreement of 30 people, the attitude of
mediocrity and a lack of treatment and after 14 oang agree. Usual attitude-usually 15 people and 22 people agree
There is an increase in knowledge and attitudes that keep the patient's family to conduct a clean and healthy life after being PKRS of PHBS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis limpahkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan
rahmadnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Promosi
Kesehatan Rumah Sakit terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat pada Keluarga yang Menjaga Pasien di Rumah Sakit Umum Pusat
H.Adam Malik di Medan 2012”.
Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, Sp.A (K) selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M. S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk mengikuti Pendidikan di
Program studi Paska Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
3. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.
4. Dr. Drs. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Drs. Tukiman. M.K.M selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, pemikiran dan
Bimbingan kepada Penulis.
5. Drs. Alam Bakti Keloko. M.Kes dan Siti Saidah S.Kep. M.Kep.Sp.Mat Selaku
Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa saran dan
kritikan demi peningkatan kualitas dan esensi penelitian ini.
6. Dr. H. Azwan Hakmi Lubis, SpA. M.Kes selaku Direktur Utama RSUP H.
Adam Malik yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik di Medan.
7. Semua responden yang sudah bersedia diwawancarai, terima kasih atas
informasi dan kerjasama yang baik selama penelitian.
8. Secara Khusus buat Suami Tercinta Salim Fahri Harahap. S.Sos. MM dan
Anak Saya Zulfadli Harahap, Adinda Nurfadilah Harahap yang penulis sangat
sayangi, terima kasih atas Do’a, Perhatian, Semangat, Dukungan Material dan
Moril, Semoga Allah SWT membalas semuanya dengan kebahagiaan.
9. Rekan-rekan satu stambuk di peminatan PromKes 2010 Masniah, Frida,
Nurhaida, Erwita, Rossi, irul, joni, Ratna, Yumna, Pesta, Lisna, Oky, Liza,
selama menjalani perkuliahan semoga kita masih menjalin silaturahim dimasa
mendatang.
Kiranya penelitian ini mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
pada berbagai pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis juga sangat terbuka pada saran
dan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak demi kepentingan kualitas
penelitian ini.
Medan, Oktober 2012 Penulis,
107032124/IKM
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Herlinawaty Siregar yang dilahirkan pada tanggal 30
Desember 1972 di Kecamatan Padang Sidimpuan Kabupaten Tapanuli selatan
Provinsi Sumatera Utara, anak ke tiga dari enam bersaudara dari pasangan ayahanda
Ali Adam Siregar dan Ibunda Doriomas Harahap.
Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negeri Sadabuan pada
tahun 1978 dan diselesaikan pada tahun 1984, Sekolah Tsanawiyah Negeri Sadabuan
1985 dan selesai tahun 1988, Sekolah Menengah atas Swasta Sadabuan 1989 dan
selesai tahun 1992, pada bulan Agustus tahun 1992 mulai masa pendidikan perguruan
tinggi di AKPER DEPKES dan selesaikan tahun 1995, pada tahun 2003 pendidikan
Profesi Keperawatan Di USU Jurusan Keperawatan dan selesai tahun 2006.
Pada tahun 1996 menjadi PNS di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik di
Medan dan tahun 2011 sampai saat ini menjadi Wakil Kepala Instalasi Diklat Rumah
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1. PENDAHULUAN ... ... 1
1.1 Latar Belakang... . 1
1.2 Permasalahan……... . 6
1.3 Tinjauan Penelitian... . 6
1.4 Hipotesis……….. ... 6
1.5 Manfaat Penelitian... . 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Pengertian Rumah Sakit ... 8
2.1.1 Fungsi Rumah Sakit ... 8
2.2 Promosi Kesehatan ... 9
2.2.1 Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit ... 11
2.2.2 Tujuan Promosi Kesehatan Masyarakat ... 13
2.2.3 Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat ... 15
2.2.4 Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit ... 17
2.2.5 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ... 18
2.2.6 Peluang Promosi Kesehatan ... 19
2.2.7 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di RS... 21
2.2.8 Promosi Bagi Pasien Rawat Inap ... 23
2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 24
2.3.1 Indikator dalam PHBS ... 25
2.3.2 Tujuan PHBS di Masyarakat ... 25
2.3.3 Manfaat PHBS ... 26
2.3.4 Manajemen PHBS ... 27
2.4.1 Pengertian Infeksi ... 27
2.4.2 Dampak Infeksi Nosokomial ... 27
2.4.3 Pencegahan Infeksi Nosokomial ... 28
2.5 Perilaku ... 28
2.5.1 Pengetahuan ... 29
2.5.2 Sikap ... 35
2.6 Landasan Teori ... 39
2.7 Kerangka Konsep ... 42
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 43
3.1 Jenis Penelitian ... 43
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44
3.3 Populasi dan Sampel... 44
3.3.1 Populasi ... 44
3.3.2 Sampel ... 45
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46
3.4.1 Data Primer ... 46
3.4.2 Data Sekunder ... 47
3.4.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 48
3.4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 54
3.5.1 Variabel Penelitian ... 54
3.5.2 Definisi Operasional ... 54
3.6 Metode Pengukuran ... 55
3.7 Metode Analisis Data ... 57
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 58
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit H.Adam Malik di Medan ... 58
4.2 Analisis Univariat ... 59
4.2.1 Gambaran Karakteristik Keluarga yang Menjaga Pasien di RSUP H.Adam Malik di Medan ... 59
4.2.2 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang Menjaga Pasien di RSUP H. Adam Malik di Medan Pengumpulan Data Awal Pada Kelompok yang Diberi Penyuluhan PHBS ... 61
di Medan Pengumpulan Data awal pada kelompok
yang tidak Diberi Penyuluhan PHBS ... 65 4.2.4 Gambaran Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Keluarga yang Menjaga Pasien di Rumah Sakit H.Adam Malik di Medan Pengumpulan pada
kelompok yang Diberi Penyuluhan PHBS ... 70 4.2.5 Gambaran Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Keluarga yang Menjaga Pasien di Rumah Sakit H.Adam Malik di Medan Pengumpulan Data
kedua pada kelompok yang tidak Diberi PHBS ... 74 4.3 Analisis Bivariat ... 78
4.3.1 Hubungan PKRS Terhadap Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang menjaga pasien tentang
PHBS dengan penyuluhan di RSUP H. Adam
Malik di Medan ... 78 4.3.2 Uji Perubahan Pengetahuan dan Sikap Responden
Setelah Penyuluhan tentang PHBS di RSUP
H. Adam Malik di Medan ... 80
BAB 5. PEMBAHASAN ... 86 5.1 Karakteristik Responden Keluarga Yang Menjaga
Pasien di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
di Medan ... 86 5.2 Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang menjaga Pasien
di Rumah Sakit Pusat H.Adam Malik pada Pengumpula Data Awal terhadap kelompok yang diberi penyuluhan dan kelompok yang tidak diberi
Penyuluhan ... 87 5.2.1 Pengetahuan Keluarga yang Menjaga Pasien pada
Kelompok yang Diberi dan tidak Penyuluhan
Tentang PHBS ... 87 5.2.2 Sikap Awal Keluarga yang Menjaga Pasien Pada
Kelompok yang Diberi dan tidak Diberi
Penyuluhan PKRS tentang PHBS ... 88 5.3 Perubahan Pengetahuan Keluarga yang Menjaga Pasien
pada Kelompok yang Diberi dan tidak Diberi penyuluhan
5.4 Perubahan Sikap Keluarga yang Menjaga pasien pada Kelompok yang Diberi penyuluhan dan tidak Diberi
Penyuluhan tentang PHBS ... 90
5.5 Hubungan PKRS terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang menjaga pasien di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik di Medan ... 91
5.6 Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang Menjaga Pasien di Rumah Sakit Sebelum dan Sesudah diberikan penyuluhan ... 93
5.7 Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang Menjaga Pasien di Rumah Sakit pada Pengukuran Pertama dan kedua pada kelompok yang Tidak Diberikan penyuluhan ... 93
5.8 Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang Menjaga pasien di Rumah Sakit Haji Adam Malik di Medan ... 94
5.9 Keterbatasan Penelitian ... 95
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
6.1 Kesimpulan ... 96
6.2 Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Konstrak
Pengetahuan Pasien tentang PHBS... 51
3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Konstrak Sikap
Keluarga Pasien tentang PHBS ... 52
4.1 Distribusi Karakteristik Keluarga yang Menjaga Pasien di
RS Haji Adam Malik Medan ... 60
4.2 Gambaran Pengetahuan Awal Keluarga yang Menjaga Pasien di RS Haji Adam Malik Medan pada kelompok yang Diberi
Penyuluhan PKRS ... 62
4.3 Gambaran Pengetahuan Awal Keluarga yang Menjaga Pasien di RS Haji Adam Malik Medan Pada Kelompok yang tidak
Diberi Penyuluhan PKRS ... 64
4.4 Gambaran Sikap Awal Keluarga yang Menjaga Pasien di RS Haji Adam Malik Medan Pada Kelompok yang Diberi
Penyuluhan PKRS ... 66
4.5 Gambaran Sikap Awal Keluarga yang Menjaga Pasien di RS Haji Adam Malik Medan Pada Kelompok yang tidak Diberi
Penyuluhan ... 68
4.6 Gambaran Perubahan Pengetahuan Keluarga yang Menjaga di RS Haji Adam Malik Medan Pada Kelompok yang Diberi
Penyuluhan ... 71
4.7 Gambaran Pengetahuan Keluarga yang Menjaga Pasien di RS Haji Adam Malik Medan Pada Kelompok yang tidak
Diberi Penyuluhan PKRS ... 73
4.8 Gambaran Perubahan Sikap Keluarga yang Menjaga Pasien di RS Haji Adam Malik Medan Pada Kelompok
4.9 Gambaran Perubahan Sikap Keluarga yang Menjaga Pasien di RS Haji Adam Malik Medan Pada Kelompok yang Diberi
Penyuluhan PKRS ... 77
4.10 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang Menjaga Pasien di Rumah Sakit dengan Konseling PKRS tentang
PHBS DI Institusi Kesehatan ... 80
4.11 Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang Menunggu Pasien di Rumah Sakit Sebelum
dan Sesudah Diberikan Penyuluhan PKRS ... 81
4.12 Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang Menunggu Pasien di Rumah Sakit pada Pengukuran Pertama dan Kedua Pada Kelompok yang tidak
Diberikan Penyuluhan PKRS ... 83
4.13 Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga yang
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Pustaka... 97
2. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Penelitian ... 100
3. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 104
4. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 105
5. Materi Penyuluhan ... 106
6. Master Data... 109
ABSTRAK
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit dikenal dengan istilah Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit disingkat dengan PKMRS yang salah satu kegiatannya memberi penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat keluarga yang menjaga pasien di Rumah Sakit yang dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit melalui pencegahan dan pengendalian Infeksi.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan Rumah Sakit terhadap pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga yang menjaga pasien.
Jenis penelitian Kuasi eksperimental (eksperimen semu) dengan menggunakan 2 kelompok subjek yang terdiri dari 51 responden pada setiap kelompok yang terdiri dari kelompok perlakuan dan tidak perlakuan serta dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Alat pengumpulan data adalah kuesioner dan uji yang digunakan adalah uji wilcoxon dengan tingkat signifikasi dengan α (=0,05)). Gambaran awal tingkat pengetahuan dan sikap terdapat perbedaan yang signifikans antara kelompok yang tidak diberi dan diberi perlakuan ( p. < 0,05 ).
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p = 0,0001 < α = 0,05 untuk perubahan pengetahuan dan sikap, artinya ada manfaat pemberian PKRS tentang PHBS pada keluarga yang menjaga pasien di Rumah Sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga. Tingkat Pengetahuan sebelum perlakuan baik 7 orang, sedang 21 orang, kurang 23 orang, sesudah perlakuan tingkat pengetahuan baik 25 orang, sedang 17 orang, kurang 9 orang, sedangkan sikap sebelum perlakuan setuju 11 orang, biasa-biasa saja 10 orang, kurang setuju 30 orang, sesudah perlakuan sikap setuju 22 orang, biasa-biasa saja 15 orang, kurang setuju 14 orang.
Disarankan kepada Petugas Promosi Kesehatan Rumah Sakit agar melakukan Penyuluhan tentang PHBS secara merata ke ruangan penjaga pasien.
ABSTRACT
With the failure to apply Clean and Healthy behaviors (PHBS) in the Hospital Nosocomial Infection can cause pain so that people get sick and the healthy to be sick. The purpose of research for health promotion mengetahuinpengaruh Hospital on knowledge and attitudes about the behavior of clean and healthy families keep patients.
Quasi experimental study types (fictitious experiment) by using two groups of subjects consisted of 51 respondents in each group consisting of n perlakua group and no treatment and seb yet been measured and after treatment. Data collection tool is a questionnaire and the test used is Uju wilcoxtingkat significance with α = 0.05 Wilcoxon test results showed p = 0.0001 <α = 0.05 for both knowledge and attitude changes, meaning there are no benefits of PKRS of PHBs in the family who keep patients in hospital to improve knowledge and attitudes family. Changes in the level of knowledge prior to treatment is less knowledge about 23, which was after knowledge and knowledge of 9 people 17 people and knowledge are both 20 0rang. Change of attitude before peralukan a lack of agreement of 30 people, the attitude of
mediocrity and a lack of treatment and after 14 oang agree. Usual attitude-usually 15 people and 22 people agree
There is an increase in knowledge and attitudes that keep the patient's family to conduct a clean and healthy life after being PKRS of PHBS
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu tatanan institusi kesehatan yang
perkembangannya sangat pesat sebagai sarana pelayanan kesehatan, maka di Rumah
Sakit terjadi interaksi antara penderita, petugas dan keluarganya serta lingkungan
Rumah Sakit yang cukup komplek dan akan memberikan andil terhadap citra Rumah
Sakit di Masyrakat. Perubahan cara pandang arah pembangunan kesehatan menuju
paradigma kesehatan menjadi kebijakan semua tatanan kesehatan termasuk Rumah
Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit atau lebih di kenal dengan istilah
penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit disingkat PKRS merupakan salah
satu bentuk pelayanan yang sejalan mendukung arah pembangunan kesehatan.
Promosi kesehatan di Rumah Sakit berdasarkan arus pasien meliputi lingkup promosi
kesehatan di luar Rumah Sakit dan promosi Rumah Sakit itu sendiri. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat keluarga di Rumah Sakit dapat meningkatkan mutu layanan Rumah
Sakit melalui pencegahan dan pengendalian infeksi (Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI,2007)
Salah satu kunci keberhasilan dari pelaksanaan promosi kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) adalah penampilan kepribadian petugas untuk menjalin hubungan antar
Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan di Rumah Sakit
diharapkan kepada risiko terinfeksi kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk
mencegah terjadinya infeksi. Infeksi Rumah Sakit (Nosokomial) merupakan masalah
yang penting diseluruh dunia dan terus meningkat. Umpamanya tingkat infeksi
nosokomial berkisar dari 1% di berapa Negara di Eropa dan Amerika sampai lebih
dari 40% di Asia, Amerika latin dan Afrika Sahara (panduan pencegahan infeksi
untuk fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas)
Menurut
Data survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Instansi Kesehatan
setiap provinsi tahun 2004 menunjukkan masih di bawah 50% dari instansi kesehatan
di provinsi yang sudah baik pelaksanaan PHBS-nya (DepKes, 2004). Perlunya
pembinaan PHBS di Rumah Sakit sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan penyakit dan mewujudkan Instansi Kesehatan Sehat. Untuk
melaksanakan hal tersebut diatas promosi kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) sangat
diperlukan. PKRS berusaha mengembangkan pengertian pasien, keluarga, dan
pengunjung Rumah Sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain itu, promosi Sedyaningsih (2011), kasus infeksi nosokomial atau infeksi yang
terjadi ketika pasien dirawat di Rumah Sakit di seluruh dunia rata-rata sembilan
persen dari 1,4 juta pasien rawat inap. Meski di Indonesia, data akurat tentang angka
kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit belum ada, tetapi, kasus ini menjadi
masalah serius. "Infeksi nosokomial persoalan serius yang bisa menyebabkan
langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kasus infeksi ini terjadi karena
kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien,
keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit untuk berperan secara positif dalam usaha
penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, promosi kesehatan di
Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2010).
Metode promosi kesehatan seperti kegiatan penyuluhan, penyebaran leaflet,
pembuatan poster-poster terbukti cukup berpengaruh terhadap perubahan perilaku
seseorang dalam menjaga kesehatan pribadi dan lingkungannya. Penelitian Suci Hati
(2008) di Patumbak, Deli Serdang menunjukkan ada pengaruh strategi promosi
kesehatan terhadap tingkat PHBS pada tatanan rumah tangga. Faktor yang paling
berpengaruh dalam penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini
menunjukkan, jika sebuah kelompok diberdayakan dengan baik, akan lebih
memudahkan tujuan pencapaian dari promosi kesehatan tersebut
Di Rumah Sakit PHBS dilakukan dengan cara membuang sampah pada
tempatnya serta tidak meludah dilantai (Karkhi, 2011). Strategi promosi kesehatan di
Rumah Sakit atau PKRS seperti telah dijelaskan diatas, berusaha mengembangkan
pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit tentang penyakit dan
pencegahannya. Selain itu, promosi kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha
menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit
untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit.
ataupun pengunjung telah diajak berperan serta secara aktif dan diberdayakan untuk
meningkatkan PHBSnya.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah Rumah Sakit umum milik
pemerintah pusat yang secara teknis berada dibawah Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, merupakan pusat rujukan kesehatan regional
untuk wilayah sumatera bagian utara dan bagian tengah yang meliputi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau dan Provinsi
Sumatera Barat (Profil RSUP HAM, 2010). Untuk melaksanakan pelayanan promosi
kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik di Medan memiliki Instalasi
Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yaitu instalasi yang memiliki program
kegiatan berupa promosi kesehatan melalui penyuluhan terhadap pasien, penjaga
pasien dan pengunjung pasien di rawat jalan dan rawat inap.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Staf Instalasi PKRS RSUP H. Adam
Malik, Instalasi PKRS memiliki 8 orang petugas yang bertugas memfasilitasi dan
mengkoordinir kegiatan penyuluhan untuk keluarga pasien/pengunjung Rumah Sakit
baik di rawat inap maupun rawat jalan. Setiap 1- 2 orang petugas PKRS bertugas
menjadi Fasilitator dalam pelaksanaan penyuluhan. Adapun yang memberikan
penyuluhan adalah dokter, apoteker dan ahli gizi yang terkait dengan materi
penyuluhan.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti, kegiatan yang dilakukan
staf Instalasi PKRS lebih banyak melakukan penyuluhan dengan mengumpulkan
penyuluhan ini sering tidak mendapat dukungan dari petugas di ruangan dengan
alasan kegiatan tersebut khususnya penyuluhan di rawat inap mengganggu kegiatan
pelayanan di ruangan. Menurut keterangan petugas di ruangan, materi penyuluhan
monoton dan tidak ada inovasi yang dilakukan untuk memperbaiki metode yang ada
sehingga tidak mendapat dukungan dari pihak pengelola ruangan. Misalnya materi
penyuluhan hanya berisikan tentang penyakit-penyakit saja sedangkan materi khusus
tentang PHBS itu sendiri selama menjaga pasien di rumah sakit tidak pernah
diberikan.
Adanya anggapan bahwa program-program atau kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh Instalasi PKRS tidak masuk keruang tunggu keluarga yang menjaga
pasien, hal ini disebabkan program-program Instalasi PKRS telah dilaksanakan
selama bertahun-tahun, namun perubahan perilaku pasien dalam PHBSnya tidak
cukup kelihatan. Hasil pengamatan peneliti selama memberikan pelayanan di ruangan
rawat inap terpadu A dan B, banyak keluarga pasien/pengunjung yang tidak
melaksanakan PHBS sesuai standar seperti membuang sampah dan meludah
sembarangan, merokok di dalam ruangan dan tidak menggunakan fasilitas yang
tersedia di Rumah Sakit sesuai fungsinya sehingga kebersihan lingkungan Rumah
Sakit tidak terjaga dengan baik khususnya pada sore dan malam hari. Perilaku ini
tentu akan meningkatkan angka kejadian infeksi nosokomial. Data infeksi
nosokomial di RSUP H. Adam Malik di Medan tahun 2011 menunjukkan ada 249
kasus infeksi nosokomial dari 61.123 pasien atau sekitar 0,4%. Dilihat dari angka ini,
Medan rendah, namun dari keterangan petugas Komite Pencegahan dan
Penanggulangan Infeksi Rumah Sakit yang bertugas melakukan survey infeksi
nosokomial, angka yang sebenarnya jauh lebih tinggi, dikarenakan pelaporan dari tiap
ruangan tidak akurat (Komite PPIRS, 2012).
Kesadaran akan perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah dapat berakibat
meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial. Untuk memperbaiki tingkat PHBS
ini diperlukan program kerja yang baik oleh PKRS. Selama ini belum pernah
dilakukan evaluasi terhadap kegiatan/program yang dilaksanakan PKRS terhadap
peningkatan PHBS keluarga pasien di Rumah Sakit. Penelitian tentang hal ini juga
belum pernah dilakukan.
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh promosi
kesehatan Rumah Sakit terhadap Pengetahuan dan sikap tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) pada keluarga yang menjaga pasien di RSUP H. Adam
Malik di Medan tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
promosi kesehatan Rumah Sakit terhadap Pengetahuan dan sikap tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada keluarga yang menjaga pasien di RSUP H.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh promosi kesehatan Rumah Sakit terhadap PHBS pada keluarga
yang menjaga pasien di RSUP H. Adam Malik di Medan tahun 2012
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi keluarga yang menjaga pasien sebagai acuan dalam rangka
meningkatkan kesehatan (mencegah penyakit) khususnya selama di Rumah
Sakit dan membantu penyembuhan pasien.
1.5.2. Bagi RSUP H. Adam Malik di Medan : sebagai masukan bagi pihak RSUP H.
Adam Malik dalam meningkatkan strategi promosi kesehatan Rumah Sakit di
RSUP H. Adam Malik di Medan.
1.5.3. Bagi Kalangan Pendidikan, hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi
dalam pengayaan materi PHBS di Rumah Sakit khususnya pada keluarga yang
menjaga pasien.
1.5.4. Bagi peneliti sendiri, pelaksanaan penelitian ini disamping dapat menambah
pengalaman dalam pengembangan ilmu, juga dapat mengenal karakteristik
dan perilaku keluarga yang menjaga pasien dalam PHBS selama di Rumah
Sakit.
1.5.5. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai studi
komparatif atau sebagai dasar pengembangan studi PHBS keluarga yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari
kata bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna
menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah
suatu lembaga yang bersifat kedermawanan (Charitable), untuk merawat pengungsi
atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang beruntung atau miskin,
berusia lanjut, cacat, atau para pemuda.
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga
merupakan institusi yang dapat memberi keteladan dalam budaya hidup bersih dan
sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2003).
2.1.1 Fungsi Rumah Sakit
Adapun fungsi-fungsi yang harus diselenggarakan oleh Rumah Sakit adalah :
a. Menyelenggarakan pelayanan medis, yang meliputi rawat jalan, rawat inap,
rawat darurat, bedah sentral, perawatan insentif, dan kegiatan pelayanan
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis, yang meliputi
radiologi, farmasi, gizi, rehabilitasi, medis, patologi klinis, patologi anatomi,
pemulasaraan jenasah, pemeliharaan sarana rumah sakit, dan penunjang medis
lain.
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
2.2 Promosi Kesehatan
Berdasarkan WHO promosi kesehatan adalah suatu proses yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (self
empowerment) ”promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundang-undangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan” (Maulana,
2009).
Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah bagian dari pendidikan kesehatan
dengan memberi informasi tentang kesehatan kepada pasien, keluarga pasien juga
Menurut Simnett (1994), promosi kesehatan adalah memperbaiki kesehatan
atau mendorong untuk menempatkan kesehatan sebagai kebutuhan yang lebih tinggi
pada agenda individu ataupun dalam masyarakat. Aspek promosi kesehatan yang
mendasar bertujuan untuk melakukan pemberdayaan sehingga orang memiliki
keinginan lebih besar terhadap aspek kehidupan yang mempengaruhi kesehatan.
Dengan peningkatan pengetahuan maka informasi masalah kesehatan akan membantu
individu maupun masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan cepat
bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan kesehatan atau untuk mendapatkan
pengobatan (Hartono, 2010)
Promosi kesehatan dilakukan dengan perencanaan melalui tahap analisis
untuk mengetahui permasalahan dan apa yang menjadi penyebabnya. Dengan
melakukan identifikasi permasalahan dan penyebabnya, dilakukan penyusunan
program agar dapat dilakukan penyelesaian permasalahan tersebut (Dignan dan Carr ,
1992).
Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan, WHO memberi pengertian
bahwa promosi kesehatan merupakan“ the process of enabling individuals and
communities to increase control over the determinants of health and thereby improve
their health “(proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan, dengan demikian meningkatkan derajat kesehatan). Di Indonesia promosi
kesehatan dirumuskan sebagai “ upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan “ (Depkes RI, 2005).
2.2.1 Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit
Jika promosi kesehatan Rumah Sakit di tetapkan diRumah Sakit, maka dapat
dibuat rumusan sebagai berikut : Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah
upaya Rumah Sakit meningkatkan kemampuan pasien kelompok masyarakat agar
dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan reabilitasinya, klien dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan
publik yang berwawasan Kesehatan (Depkes RI 2008).
Sebagaimana tercantum dalam keputusan menteri Nomor 1114/MENKES/SK/
VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Promosi
Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi
masalah-masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan
menanganinya secara efektif serta efisian. Dengan kata lain, masyarakat mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya (problem Solving), baik masalah-masalah kesehatan
yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri (dalam
batas-batas Tertentu). (Depkes RI, 2008).
Jika definisi itu diterapkan di Rumah Sakit, maka dapat dibuat rumusan
sebagai berikut ”promosi kesahatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya RS
untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat,
agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien
dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
mereka sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.” (Depkes RI, 2008).
Menurut Doherty (1997) dalam Agustin (2003), menyatakan bahwa beberapa
alasan mengapa Rumah Sakit dianggap perlu melaksanakan penyuluhan atau promosi
kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Karyawan Rumah Sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk memberikan
penyuluhan kesehatan karena pasien dan keluarganya saling berada pada keadaan
b. Bila dimanfaatkan dengan tepat maka sistem informasi di Rumah Sakit akan dapat
mendeteksi perubahan angka morbiditas yang berkaitan dengan perubahan pola
hidup, perilaku masyarakat setempat atau karena pencemaran lingkungan.
c. Sebagai suatu organisasi yang memiliki banyak karyawan dan sebagai pusat
sumberdaya untuk wilayahnya, maka Rumah Sakit mempunyai tanggung jawab
moral untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan karyawannya agar dapat
menjadi teladan masyarakat di wilayah cakupannya.
d. Karena relatif banyaknya karyawan Rumah Sakit dengan keluarganya, maka
mereka paling cocok untuk dijadikan panutan bagi masyarakat luas dalam segi
perilaku hidup sehat, keselamatan dan keamanan kerja, serta kesehatan
lingkungan.
e. Sebagai suatu instansi yang relatif besar dan dihormati dilingkungan sekitarnya,
maka pesan-pesan dari Rumah Sakit dalam penyuluhan kesehatan akan memiliki
bobot yang jauh lebih besar daripada instansi lain.
f. Sebagai pusat sumberdaya untuk jaringan rujukannya, kerjasama Rumah Sakit
dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain diwilayahnya, dalam hal penyuluhan
atau promosi kesehatan, akan memberi dampak dan cakupan yang lebih luas.
2.2.2 Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Menurut (Notoatmodjo, 2005) tujuan promosi kesehatan sesuai dengan
1) Bagi Pasien :
a) Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior): promosi kesehatan di
rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan sikap dan
perilaku tentang kesehatan khususnya masalah penyakit yang diderita pasien.
Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini dipunyai oleh pasien, maka
pengaruhnya antara lain:
1. Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.
2. Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhan
penyakit
3. Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain atau keluarga.
4. Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepada
orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.
b) Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.
2) Bagi Keluarga
Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan
pasien. Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya
semata-mata karena faktor Rumah Sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu promosi
kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:
a) Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.
b) Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit
3) Bagi Rumah Sakit
Pengalaman-pengalaman bagi rumah sakit yang telah melaksanakan promosi
kesehatan membuktikan bahwa mempunyai keuntungan bagi Rumah Sakit antara
lain:
a Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
b Meningkatkan Citra Rumah Sakit
c Meningkatkan angka hunian Rumah Sakit
2.2.3 Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) Strategi Promosi
kesehatan diharapkan dapat dilaksanakan secara paripurna (komprehensif) khususnya
dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah
menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu: (1) advokasi; (2) gerakan
pemberdayaan masyarakat dan; (3) bina suasana yang diperkuat oleh kemitraan serta
metode dan sarana komunikasi yang tepat.
Advokasi menurut Hopkins dalam Notoatmodjo (2003) adalah usaha untuk
mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif. Advokasi diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana
untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Bina Suasana dijelaskan oleh Departemen Kesehatan (2006) sebagai
upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
berada memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Selanjutnya
pemberdayaan oleh Notoatmodjo (2003) didefinisikan sebagai proses pemberian
informasi secara berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau
sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Promosi kesehatan di Rumah Sakit telah diselenggarakan sejak tahun 1994
dengan nama penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit (PKRS). Seiring
dengan perkembanganya, pada tahun 2003, istilah PKRS berubah menjadi Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk
pengembangan PKRS seperti penyusunan pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi
PKRS kepada Direktur Rumah Sakit Pemerintah, Pelatihan PKRS, pengembangan
dan Distribusi media serta pengembangan model PKRS antara lain di Rumah Sakit
Pasar Rebo di Jakarta dan Syamsuddin, SH di Sukabumi. Namun demikian
pelaksanaan PKRS dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun belum memberikan hasil
yang maksimal dan kesinambungannya di Rumah Sakit tidak terjaga dengan baik
tergantung pada kuat tidaknya komitmen Direktur Rumah Sakit
(www.Kemenkesstandarpkrs, 2010
Berdasarkan hal tersebut, beberapa Isu Strategi yang muncul dalam Promosi
Kesehatan di Rumah Sakit yaitu : ).
1. Sebagian besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu
2. Sebagian besar Rumah Sakit belum memberikan hak pasien untuk
mendapatkan informasi tentang pencegahan dan pengobatan yang
berhubungan dengan penyakitnya
3. Sebagian besar Rumah Sakit belum mewujudkan tempat kerja yang aman,
bersih dan sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan
untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat Preventif dan Promotif
2.2.4 Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/keluarga, masyarakat,
pemerintah/lintas sektor/politis/swasta dan petugas atau pelaksana program.
1. Individu/keluarga diharapkan
a. memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung
maupun melalui media massa)
b. mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatannya
c. mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d. berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan dengan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan.
2. Masyarakat diharapkan
a. menggalangkan potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya
kesehatan.
b. Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat
a. peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan
perilaku dan lingkungan sehat.
b. Membuat kebijakan sosial yang memerhatikan dampak dibidang
kesehatan
4. Petugas atau Pelaksana Program diharapkan
a. memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program
kesehatan
b. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberi kepuasan kepada
masyarakat
2.2.5 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Adapun ruang lingkup promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Kesehatan (perubahan perilaku)
2. Kampanye Sosialisasi (social marketing)
3. Penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi)
4. Upaya peningkatan (upaya promotif)
5. Advokasi (upaya mempengaruhi lingkungan)
6. Pengorganisasian dan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya lain sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
2.2.6 Peluang Promosi Kesehatan
Banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di RS
(Petunjuk Teknis PKRS. 2008), secara Umum peluang itu dapat dikategorikan
a. Di Dalam Gedung
Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan Rumah Sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di
dalam gedung terdapat peluang-peluang:
1. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi yaitu diruang dimana
pasien/klien harus melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan
Rumah Sakit.
2. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu
dipoliklinik-poliklinik seperti dipoliklinik-poliklinik kebidanan dan kandungan, dipoliklinik-poliklinik anak,
Bedah, poliklinik mata, poliklinik bedah, penyakit dalam, THT, dan
Lain-lain.
3. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien yaitu diruang-ruang
darurat, rawat Intensif dan rawat inap.
4. PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yang terutama di
pelayanan Obat Apotik, pelayanan Laboratorium dan pelayanan
rehabilitasi medik bahkan juga kamar mayat.
5. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat) adalah seperti di
pelayanan KB, konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan
(Chek Up), konseling kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja dan
6. PKRS diruang pemberdayaan rawat inap yaitu di ruang dimana pasien
rawat inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum
b. Di luar Gedung
Di luar gedung Rumah Sakit tidak tersedia peluang untuk melakukan PKRS.
Kawasan luar gedung Rumah Sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk PKRS yaitu
1. PKRS di tempat Parkir yaitu pemamfaatan ruang yang ada di
lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke
sudut-sudut lapangan/gedung parkir.
2. PKRS di taman Rumah Sakit yaitu taman-taman yang ada di depan,
samping/sekitar maupun di dalam/halaman dalam Rumah Sakit.
3. PKRS di dinding luar Rumah Sakit
4. PKRS di kantin/warung-warung/toko-toko/kios-kios yang ada dikawasan
Rumah Sakit.
5. PKRS di tempat ibadah yang tersedia di Rumah Sakit (mesjid dan
musholla)
6. PKRS di pagar pembatas kawasan Rumah Sakit
2.2.7 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan
evaluasi PKRS (Kemenkes, 2010). indikator keberhasilan mencakup indikator
masukan (input), indikator proses, indikator (output), dan indikator dampak.
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya
manusia, sarana/peralatan, dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini
dapat mencakup :
1. Ada/tidaknya komitmen direksi yang tercermin dalam rencana umum
PKRS
2. Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana
operasional PKRS
3. Ada/tidaknya unit dan petugas Rumah Sakit yang ditunjuk sebagai
koordinator PKRS dan mengacu kepada standar
4. Ada/tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas – petugas lain yang
sudah dilatih
5. Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu pada
standar
6. Ada/tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS
2. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS
untuk pasien (Rawat Inap, Rawat Jalan, Pelayanan Penunjang), PKRS untuk klien
sehat dan PKRS diluar gedung RS. Indikator yang digunakan disini meliputi :
1. Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster, konseling dan
lain-lain) dan atau frekuensinya.
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, giant banner,
3. Indikator Keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus, oleh karena itu, indikator
yang digunakan disini adalah berupa cakupan kegiatan, yaitu misalnya :
1. Apakah semua bagian RS sudah tercakup PKRS
2. Berapa pasien/klien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan PKRS
(konseling, biblioterapi, senam, dan lain-lain)
4. Indikator Dampak
Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya PKRS, yaitu
berubahnya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/klien Rumah Sakit serta
terpeliharanya lingkungan Rumah Sakit dan dimanfaatkannya dengan baik semua
pelayanan yang disediakan Rumah Sakit. Oleh sebab itu kondisi ini sebaiknya dinilai
setelah PKRS berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi. Kondisi
lingkungan dapat dinilai melalui observasi, dan kondisi pemanfaatan pelayanan dapat
dinilai dari pengolahan terhadap catatan/data pasien/ klien Rumah Sakit. Sedangkan
kondisi pengetahuan, sikap, perilaku pasien/ klien hanya dapat diketahui dengan
menilai diri pasien/klien tersebut. Oleh karena itu data untuk indikator ini biasanya
didapat melalui survei. Survei pasien/klien yang berada di Rumah Sakit maupun
mereka yang tidak berada di Rumah Sakit tetapi pernah menggunakan Rumah Sakit.
Penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan di luar sekolah yang
berfungsi untuk menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan
Dengan demikian, penyuluhan merupakan penghubung yang bersifat 2 arah antara :
1) Pengetahuan yang dibutuhkan dan pengalaman yang biasa dilakukan dan 2)
Pengalaman baru yang terjadi pada pihak para ahli dan kondisi yang nyata dialami
setelah menerima penyuluhan (Setiana, 2005).
2.2.8 Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Inap
Terdapat tiga kategori pasien rawat inap di Rumah Sakit yaitu: (1) pasien
yang sedang sakit akut, (2) pasien yang dalam proses penyembuhan, dan (3) pasien
dengan penyakit kronis. Promosi kesehatan bagi pasien Rumah Sakit dalam
pelaksanaannya perlu :
1. Pemberdayaan yang terdiri dari :
a) Konseling di tempat tidur
b) Biblioterapi (penggunaan bahan-bahan baca-bacaan sebagai sarana)
c) Konseling berkelompok
2. Bina Suasana terdiri dari
a) Pemanfaatan ruang tunggu
b) Pembekalan penjeguk secara berkelompok
c) Pendekatan keagamaan
3. Advokasi perlu diperhatikan yaitu membantu pasien miskin melalui program
2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes, 2008).
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat (Depkes, 2008)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sebagai wujud operasional
promosi kesehatan dalam upaya mengajak, mendorong kemandirian masyarakat
berperilaku hidup bersih dan sehat (Fatma, 2008).
Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk mewujudkan
kesehatan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
2.3.1 Indikator-indikator dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Ada sepuluh indikator perilaku hidup bersih dan sehat menurut Fatma (2008)
sebagai berikut :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Bayi diberi Asi sejak lahir sampai berusia 6 bulan
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
4. Ketersediaan air bersih
6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
7. Lantai Rumah bersih
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok dalam ruangan
Menurut (Karkhi, 2011), PHBS perilaku hidup bersih sehat di Rumah Sakit
1) Tidak membuang sampah sembarangan
2) Tidak meludah di lantai
3) Tidak merokok di ruangan
2.3.2 Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Masyarakat
Menurut Fatma (2008), tujuan perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat
sebagai berikut :
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan
4. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat
untuk pencapaian PHBS di rumah tangga
2.3.3 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Fatma (2008) manfaat PHBS sebagai berikut :
2. Pengeluaran biaya dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi, pendidikan, modal
usaha dan peningkatan pendapatan keluarga
3. Produktivitas kerja meningkat
4. Anak tumbuh sehat dan cerdas
2.3.4 Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Fatma (2008) manajemen yang ada di dalam PHBS yaitu
Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan.
1. Puskesmas
Merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS ditingkat kecamatan
dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun keluarga dan
masyarakat di wilayah puskesmas.
2. Rumah Sakit
Bertugas melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS kepada individu dan
keluarga yang datang ke Rumah Sakit.
3. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota harus dapat mengkoordinasikan dan
menyusun kegiatan promosi kesehatan dan PHBS diwilayah dengan
melibatkan sarana-sarana kesehatan yang ada di kabupaten/kota tersebut.
2.4 Infeksi Nosokomial 2.4.1 Pengertian Infeksi
Infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat di Rumah Sakit ( Istilah yang
biasa dingunakan bertukar-tukar). Infeksi yang tidak terjadi atau tidak dalam masa
inkubasi pada saat pasien masuk di Rumah Sakit.
2.4.2 Dampak Infeksi Nosokomial.
Infeksi nosokomial meningkatkan biaya pelayanan kesehatan di Negara-negara
yang kurang mampu karena meningkatnya :
- Lama rawat inap di Rumah Sakit
- Terapi dengan obat-obat mahal,
- Penggunaan pelayanan lain seperti pemilik pemeriksaan laboratorium,
rontsen, dan transfusi.
2.4.3 Pencegahan Infeksi Nosokomial
Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia,
secara relatif murah, yaitu :
- Mentaati praktek pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan
dan kebersihan tangan, serta pemakian sarung tangan.
- Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk
dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti
dengan sterilisasi.
Tiga cara pencegahan penyebaran infeksi di Rumah Sakit yaitu melalui udara,
percikan, dan kontak.
2.5 Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungannya.
Perilaku dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan seseorang.
Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan mengukur suatu perilaku melalui :
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Sikap atau Tanggapan (Attitude)
3. Praktek atau Tindakan (Practice)
Jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan, sikap serta tindakan yang baik
terhadap kesehatan maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki perilaku kesehatan
dan kepatuhan kesehatan yang baik.
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan pada Taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson dkk
(Widodo, 2003), dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin
pada umumnya merupakan abstraksi level rendah. Pengetahuan ini dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu :
a. Pengetahuan tentang terminologi : mencakup pengetahuan tentang label, atau
symbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Sebagai contoh
dalam biologi terdapat istilah gamet, genus, dan sebagainya.
b. Pengetahuan tentang bagian detail dari unsur-unsur : mencakup pengetahuan
tentang kejadian tertentu, tempat, orang, waktu dan sebagainya. Sebagai
contoh penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada keluarga yang
menjaga pasien.
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan antara
unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi secara
bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga bentuk yaitu :
a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori : mencakup pengetahuan tentang
kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu.
Sebagai contoh dalam kesehatan misalnya perbedaan antara Promosi
Kesehatan Rumah Sakit dan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan sehat di
rumah sakit.
b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisai : mencakup abstraksi dan hasil
observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip dan generalisasi. Sebagai
contoh dalam kesehatan dikenal prinsip adaptasi, hukum mendel, dan
c. Pengetahuan tentang teori, model, dan strukrtur : mencakup pengetahuan
tentang prinsip dan generalisasi serta aling keterkaitan antara keduanya yang
menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks. Sebagai
contoh dalam kesehatan dikenal teori model DNA dan RNA.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang cara untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural berisi
tentang langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan sesuatu.
Pengetahuan prosedural terdiri dari :
a. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu
bidang tertentu dan algoritma : mencakup pengetahuan tentang keterampilan
khusus yang diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau tentang
algoritma yang harus ditempuh untuk menyelasaikan permasalahan. Dalam
kesehatan misalnya Perilaku Hidup bersih dan sehat di rumah sakit
b. Pengetahuan tentang teknik khusus dan metode yang berhubungan dengan
bidang tertentu : meliputi pengetahuan yang pada umumnya merupakan hasil
konsensus, perjanjian, atau aturan yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu.
Pengetahuan ini lebih mencerminkan cara seseorang dalam berpikir dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam kesehatan misalnya dikenal
cara penyuluhan yang baik untuk keluarga yang menjaga pasien.
c. Pengetahuan tentang criteria untuk menentukan kapan menggunakan
teknik, strategi atau metode dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
yang dihadapi pada saat itu.
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengeahuan metakognitif
terdiri dari :
a. Pengetahuan strategic mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk
belajar, berpikir dan memecahkan masalah. Contoh : penggunaan strategi
belajar yang disesuaikan dengan sifat materi.
b. Pengetahuan tentang tugas kognitif : mencakup pengetahuan tentang jenis
operasi kognitif yang diperlukan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
situasi dan kondisinya. Contoh : mempersiapkan diri keluarga yang menjaga
pasien dalam penyuluhan.
c. Pengetahuan tentang diri sendiri : mencakup pengetahuan tentang kelemahan
dan kemampuan diri sendiri dalam belajar. Contoh : mencari informasi
kesehatan untuk penyuluhan Perilaku hidup bersih dan sehat.
Menurut Dirkes (1998), strategi metakognitif dasar adalah menghubungkan
informasi baru dengan pengetahuan terdahulu, memilih strategi berpikir secara
sengaja, merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses berpikir. Arends (1997)
mengemukakan pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan seseorang tentang
pembelajaran diri sendiri atau kemampuan untuk menggunakan strategi-strategi
Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
non formal. Konseling merupakan salah satu kegiatan pendidikan non formal
yang dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam
pelaksanaan konseling memiliki peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan pengetahuan sasaran.
2) Media Massa/Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut
3). Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
4). Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses tidak
masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
5). Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6). Umur
Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia muda akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
2.5.2 Sikap (Attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
Seperti halnya pengetahuan sikap juga mempunyai tingkatan-tingkatan
berdasarkan intensitasnya : (a) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa
seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek), (b)
Menanggapi (responding), diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, (c) Menghargai (valuing), diartikan
seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus dengan cara
membahas stimulus tersebut dengan orang lain atau menganjurkan orang lain untuk
merespons, (d) Bertanggung jawab (responsible), merupakan sikap yang paling tinggi
tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil resiko sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya dia harus mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan
atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Allport (1954), yang dikutip dari Notoatmodjo (2010), sikap
mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
1). Kepercayaan (Keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat
atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.
2). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut