ANALISIS KLAUSA VERBAL PADA HIKAYAT
/
JUNDĪYYUNMUSLIMUN/ DALAM BUKU /AL-QIRĂ’ATU
AL-ARABIYYATU/ KARYA IBNU MALIK DKK.
SKRIPSI SARJANA
O L E H
IRDANA SURYA 050704005
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB MEDAN
ANALISIS KLAUSA VERBAL PADA HIKAYAT
/
JUNDĪYYUNMUSLIMUN/ DALAM BUKU /AL-QIRĂ’ATU
AL-ARABIYYATU/ KARYA IBNU MALIK DKK.
O L E H
U
IRDANA SURYA
050704005
Pebimbing I Pembimbing II
U
Drs. Suwarto, M. HumU UDra. Murniati M. Hum
NIP: 195503061983031002 NIP: 195907201989032002
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu ujian sarjana sastra
dalam bidang ilmu Bahasa Arab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
Pengesahan Diterima oleh :
Panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana sastra dalam ilmu bahasa arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan pada.
Hari :
Tanggal :
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Dekan.
Drs.Syaifuddin, MA.,Ph.d
Panitia Ujian
NO Nama Tanda tangan
1. Dra. Khairawati, MA.,Ph.d ( )
2. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum ( )
3. Drs. Suwarto, M hum ( )
4. Dra. Khairina Nasution, MS ( )
Disetujui oleh :
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
Ketua. Sekretaris.
Dra. Khairawati, MA.,Ph.D
NIP: 196302111989032001 NIP: 196005041987031005
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya maka peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.
Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.
Skripsi ini berjudu l “Analisis KLAUSA VERBAL PADA HIKAYAT /JUNDĪYYUN MUSLIMUN/ DALAM BUKU /AL-QIRĂ’ATU AL-ARABI Peneliti tertarik menganalisis masalah klausa verba ini karena kehadiran klausa verba dalam bahasa Arab sangat dominan. Berbagai kenyataan bahasa menunjukkan bahwa kehadiran verba selalu terkait dengan kehadiran nomina sebagai pelakunya.
Hikayat
/
jundīyyun muslimun/ menceritakan tentang keberanianseorang pemimpin yang bernama Maslamah Ibnu Malik Ibnu Marwan pada masa kepemimpinan saudaranya Walid Ibnu Abdu Malik ketika melawan tentara Romawi.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Oktober 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Berkat ridho dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Teristimewa kedua orangtua tercinta, Ayahanda dan ibunda yang telah mengasuh, mendidik, dan selalu mendoakan penulis hingga penulis menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Hanya doa yang dapat penulis berikan sebagai balasan atas ketulusan dan keikhlasan yang tiada terhingga. “Allahumma igfir żunūba humā wa arhamhumā kamā rabbayanī șagīran, amin”
2. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I, II, dan III.
3. Ibu Dra. Khairawati, M.A.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi
Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Suwarto, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Murniati, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas telah rela meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
6. Ibu Dra. Murniati, M.Hum. selaku Penasehat Akademik yang telah
memberikan berbagai nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan perkuliahan di Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ini.
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara,
8. Adinda terkasih agus pangestu, gandi tri darma, naisyila safitri serta seluruh keluarga besar penulis. (Terima kasih atas kasih sayang, motivasi dan doanya)
9. Teman-teman stambuk ’05 (Boim, Dawie, Faisal, Fauzi, Habibi, Hafizh, Izala, Lubis, Mukhlis, Novri, Putra, Surya, Amah, Ape, Aqmalia, Bunda Raihan, Elly, Fitra, Fitri, Hafni, Kak Syam, Lira, Mbak Linda, Puteri, Qie_Qie, Reje, Sanah, Tini, Yunita. (Jazakumullahu khairan katsiran yach…)
10.Kakanda-kakanda Alumni dan teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Sastra USU, serta adik-adik stambuk ’06-’09 (tetap semangat yach kuliahnya..!)
11.Teman-teman PKK mundek, indo, fajar..pak kirol, rozy, dedi, andi (toyek) semoga kita jadi orang sukses semua amin...:)
12.Teman-teman di markas mahoni mustafa S Sos, said, ST, sai’in, ST.
mawadi, SS, haris SS, amin Amd kalian adalah kawan-kawan senasib sepenanggungan selama kos di mahoni, semoga kita semua jadi oorang sukses amin.
13.Sahabat-sahabatku tersayang dan tercinta : Ahmad Fauzi, AMd. & Ahmad Zubeir, S.S (syukran ya atas bantuannya selama ini) Putri Rahmawati, S.S. (syukran ya put uda mw bantuin buat skripsi, traktir makannya dan semua bantuannya) Zuraidah Hafni, S.S. & Fitrah Haqni, S.S. (syukran ya canda tawanya). Semoga persahabatan ini ‘kan tetap terjaga meski kita tak lagi bersama.
14.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi telah memberikan bantuan yang tidak terhingga kepada penulis. Syukran Katsiran.
Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan yang telah dilakukan.
Medan, Oktober 2010
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan
Huruf Arab
Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba B Be
Ta T Te
Sa Ś Es (dengan titik di atas)
Jim J Je
Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)
Kha Kh Ka dan ha
Dal D De
Zal Ż Zet (dengan titik di atas)
Ra R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Sad ș Es (dengan titik di bawah)
Dad ḍ De (dengan titik di bawah)
Ta ṭ Te (dengan titik di bawah)
Za ẓ Zet (dengan titik di bawah)
‘Ain ‘ Koma terbalik (di atas)
Gain G Ge
Fa F Ef
Qaf Q Ki
Kaf K Ka
Lam L El
Mim M Em
Nun N En
Waw W We
Ha H Ha
Hamzah ` Apostrof
Ya Y Ye
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap.
Contoh :
= muqaddimah
C. Vokal
1. Vokal Tunggal
--- (fathah) ditulis “a”, contoh :
= qara’a --- (kasrah) ditulis “i”, contoh :
= raḥima --- (dammah) ditulis “u”, contoh :
= kutubun
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap
---
(fathah dan ya) ditulis “ai ”Contoh :
= zainab
= kaifa
Vokal rangkap
---
(fathah dan waw) ditulis “au”Contoh :
= ḥaula
= qaulun
D. Vokal Panjang (maddah)
---
dan---
(fathah) ditulis “a”, contoh := qāma
= qaḍā
---
(kasrah) ditulis “i”, contoh : = raḥīmun---
(dammah) ditulis “u”, contoh : = ‘ulūmunE. Ta Marbutah
a. Ta marbutah yang berharkat sukun ditransliterasikan dengan huruf “h”
Contoh : = makkah al-mukarramah
= al-syarī‘ah al-islāmiyyah
b. Ta marbutah yang berharkat hidup ditransliterasikan dengan huruf “t”
Contoh : = al-ḥukūmatu al-islāmiyyah
F. Hamzah
Huruf hamzah ( ) di awal kata dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof.
Contoh : = imānun
G. Lafzu al-Jalālah
Lafzu al-Jalālah (kata ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasi tanpa hamzah.
Contoh : = ‘Abdullah
= ḥablullah
H. Kata Sandang “al”
1. Kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyah maupun syamsiyah.
Contoh : = al-amākinu al-muqaddasah
= al-siyāsah al-syar‘iyyah
2. Huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.
Contoh : = al-Māwardi
= al-Azhar
3. Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT, Qur’an” ditulis dengan huruf kapital.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……….………..i
UCAPAN TERIMA KASIH ………ii
DAFTAR ISI ……….………....iv
DAFTAR SINGKATAN .……….……….…v
ABSTRAK ...………...vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ...1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 4
1.5Metode Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
3.1. Klausa Verbal pada Hikayat /Jundīyyun Muslimun/ ... 13
3.2. Jenis-Jenis Klausa Verbal pada Hikayat /Jundīyyun Muslimun/ ... 21
3.2.1. Klausa Verbal Berdasarkan Struktrur Intern Klausa .... 21
3.2.1.a Klausa lengkap yang terdapat pada hikayat /jundiyyun muslimun/ ……...…...….. 21
3.2.1.b Klausa Tidak Lengkap yang Terdapat pada Hikayat /Jundīyyun Muslimun/.. 24
3.2.2. Klausa Verbal Berdasarkan Peran Fungtor S... 32
3.2.1.b Klausa Verba Pasif yang terdapat pada Hikayat
/Jundīyyun Muslimun/...36 3.2.3. Klausa Verbal Berdasarkan Urutan Fungtor S (Subjek)
dan P (Predikat) ... 36 3.2.4. Klausa Verbal Berdasarkan Urutan Fungtor S (Subjek) P
(Predikat) dan O (Objek) ... 38
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ... 40 4.2 Saran ... 41
ABSTRAKSI
IRDANA SURYA. 2010. Analisis Klausa Verbal Pada hikayat
Jundīyyun Muslimun/ dalam buku /al-qirā’atu al-arabiyyatu
/
Karya Ibnu Malik DKK.: Program Studi Bahasa Arab. Fakultas Sastra USU Medan.
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurang nya terdiri atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Klausa terbagi atas empat macam yaitu : Klausa Nominal, Klausa Verbal, Klausa Bilangan, Klausa Preposisional (depan).
Penelitian ini menggunakan teori Asrori.
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau Library Research dengan metode Analisis Deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak Klausa verbal yang
terdapat pada hikayat /Jundīyyun Muslimun/ kemudian penulis
melakukan pengklasifikasiannya.
Klausa verbal yang terdapat pada hikayat /Jundīyyun Muslimun/
ABSTRAKSI
IRDANA SURYA. 2010. Analisis Klausa Verbal Pada hikayat
Jundīyyun Muslimun/ dalam buku /al-qirā’atu al-arabiyyatu
/
Karya Ibnu Malik DKK.: Program Studi Bahasa Arab. Fakultas Sastra USU Medan.
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurang nya terdiri atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Klausa terbagi atas empat macam yaitu : Klausa Nominal, Klausa Verbal, Klausa Bilangan, Klausa Preposisional (depan).
Penelitian ini menggunakan teori Asrori.
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau Library Research dengan metode Analisis Deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak Klausa verbal yang
terdapat pada hikayat /Jundīyyun Muslimun/ kemudian penulis
melakukan pengklasifikasiannya.
Klausa verbal yang terdapat pada hikayat /Jundīyyun Muslimun/
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa merupakan satu sistem simbol vocal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu atau orang lain yang telah mempelajari sistem kebudayaan tersebut untuk berkomunikasi dan berinteraksi (Finocehiarno dalam Alwasila, 1992:2).
Fungsi bahasa merupakan suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan. Oleh karena itu, bahasa mempunyai peranan yang sangat penting. Bahasa mempunyai pengaruh yang luar biasa, karena bahasa merupakan salah satu pembeda ciri utama umat manusia dengan makhluk lainnya yang ada di dunia ini. (Tarigan, 1987:4-5).
Salah satu bidang ilmu yang dipelajari dalam bahasa (linguistik) adalah sintaksis. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti ’dengan’ dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Sintaksis mempelajari mengenai struktur sintaksis, satuan-satuan sintaksis, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya. (Chaer, 2003:206)
Struktur sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis sedangkan satuan-satuan sintaksis mencakup kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. (Chaer, 2003:206)
Seperti yang disampaikan oleh Tarigan (1987:27) bahwa satuan-satuan bahasa secara linguistik mempunyai urutan yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu wacana, kalimat, klausa, frase, kata, morfem dan fonem.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri yang mempunyai intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. (Asrori, 2004:96)
Menurut Kridalaksana dalam Asrori (2004:69), klausa adalah satuan gramatik berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Frase adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa. Sedangkan menurut Kridalaksana, frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. (Asrori, 2004:32)
Kata adalah satu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem.
. Menurut Asrori (2004:79) berdasarkan kategori kata, klausa dapat dibagi menjadi empat golongan:
1. Klausa Nominal adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau frase golongan nominal.
Contoh:
/Marwānu qā
`idan aẓīman/ “Marwan adalah seorang pemimpin yang besar” 2. Klausa Verbal adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau fraseverbal.
Contoh:
/Yaqzifūna al-muslimīna binīrānin syadīdatin/ “Mereka melempar umat Islam dengan api yang keras”
3. Klausa Bilangan adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau frase golongan bilangan.
Contoh:
/Qāma ṡalāṡatu junūdun/ ’’Tiga orang tentara berdiri.”
Contoh:
/Wā fī yadihi fa’sun hā’ilatun/ ”Di tangannya pedang yang sangat besar.”
Dalam penelitian ini, objek penelitian difokuskan pada klausa verbal yang terdapat dalam hikayat
/
jundīyyun muslimun/ dalam buku Al-Qirā’atu Al ‘Arabiyyatu karya Ibnu Malik DKK. Pemilihan objek penelitian tersebutdilakukan untuk membatasi objek penelitian agar tidak terlalu luas dan adanya
asumsi bahwa dalam hikayat
/
jundīyyun muslimun/ banyak ditemukanklausa verbal.
Peneliti tertarik menganalisis masalah klausa verbal ini karena kehadiran klausa verbal dalam bahasa Arab sangat dominan. Berbagai kenyataan bahasa menunjukkan bahwa kehadiran verba selalu terkait dengan kehadiran nomina sebagai pelakunya.
Hikayat
/jund
īyyun muslimun/ menceritakan tentang keberanianseorang pemimpin yang bernama Maslamah Ibnu Malik Ibnu Marwan pada masa kepemimpinan saudaranya Walid Ibnu Abdu Malik ketika melawan tentara Romawi.
1.2. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu diberikan perumusan masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan yang ingin dibahas. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.Berapa banyak klausa verbal yang terdapat pada hikayat /jundīyyun muslimun/?
2. Jenis klausa verbal apa saja yang ditemukan pada hikayat /jundīyyun muslimun/?
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.Untuk mengetahui jumlah klausa verbal yang terdapat pada hikayat
/
jundīyyun muslimun/.2. Untuk mengetahui struktur intern klausa verbal yang ditemukan pada hikayat /jundīyyun muslimun/.
3.untuk mengetahuai klausa verbal berdasarkan peran fungtor S (subjek).
4. Untuk mengetahui klausa verbal berdasarkan urutan fungtor S (subjek) dan (predikat).
5. Untuk mengetahui klausa verbal berdasarkan urutan fungtor P (predikat) S (subjek) O (objek).
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1.Untuk memperluas wawasan dan pemahaman penulis dan pembaca tentang
klausa dalam bahasa Arab khususnya mengenai klausa verbal.
2.Untuk menambah referensi dalam bidang ilmu kebahasaan (linguistik)
bahasa Arab dan menjadi bahan rujukan bagi mahasiswa Program Studi Bahasa Arab untuk menganalisis masalah klausa.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif, yakni metode yang berawal dari data kemudian mengaplikasikannya ke dalam teori. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teori Imam Asrori sebagai landasan teori dalam bukunya Sintaksis Bahasa Arab. Adapun data primer yang digunakan dalam penelelitian ini bersumber dari buku Al-qira’atu Al-Arabiyatu karya Ibnu Malik DKK. Sedangkan sebagai data sekunder, peneliti mengumpulkan buku-buku dan referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah klausa verbal ini.
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode analisis deskriptif.
Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan penulis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mencari buku dan memilih buku yang berkaitan dengan judul penelitian dan membacanya dengan cermat berulang kali.
2. Mengklasifikasi data yang telah diperoleh dari referensi yang ada. 3. Menganalisis data yang diperoleh.
4. Menyusun hasil penelitian secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah yang kemudian disajikan dalam bentuk skripsi.
BAB II
Penelitian tentang klausa belum pernah diteliti pada Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang telah ada adalah “Analisis Konstrastif Kalimat Verbal dan Kalimat Nominal dalam Bahasa Arab” kakanda Khairina Nasution (810711831), dan “Analisis Dasar Jumlah Murakkab dalam Bahasa Arab” oleh kakanda Mardiah Siregar (850706009). Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menganalisis tentang “Analisis Klausa Verbal pada Hikayat
/
jundīyyun muslimun/” dalam Buku Al-Qirā’atu Al ‘Arabiyyatu karya Ibnu Malik DKK.Menurut Al-khuli, klausa dalam A Dictionary of Theoretical Linguistics English-Arabic (1982:44) adalah :
/Tarkībun lugawiyyun yusybihu al-jumlata fī ‘anāșirihi illā annahu yusyakkilu jur’an min jumlatin. Wa qad takūnu al-jumaīlatu tābi‘atan aw ra’īsatan. Amma al-jumaylatu al-tābi‘atu fahiya jumailatun taqūmu bi waẓīfatin mā ḍimna jumlati raī’siyyati. Faqad tasuddu masadda al-na’ti aw al-ismi aw al-ẓarfi/ ‘Klausa secara bahasa adalah yang menyerupai kalimat dalam unsur-unsurnya akan tetapi klausa merupakan bagian dari kalimat. Kadang-kadang mengikuti / bergabung dengan kalimat atau kadang-kadang berdiri sendiri. Jika klausanya mengikuti kalimat maka klausanya lengkap yang terdiri dari kalimat utama, kadang bersandar pada kata sifat, kata benda, atau keterangan.’
Sedangkan menurut Badri dalam Asrori (2004:69) mengistilahkan klausa dengan /al-tarkīb/ yaitu:
Kridalaksana mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat. Hal ini mengindikasikan bahwa klausa itu bukan kalimat melainkan bagian dari kalimat. (Asrori, 2004:69)
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata frase, yang berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.(Chaer, 1994:231)
Asrori mengemukakan bahwa klausa mempunyai dua unsur inti, yaitu S (subjek) dan P (predikat) (Asrori, 2004:74). Dalam bahasa Arab, fungtor S (subjek)
dapat disepadankan dengan /musnad ilaihi/ dan fungtor P (predikat)
dapat disepadankan dengan /musnad/. Kedua istilah tersebut kurang populer di kalangan pembelajar bahasa Arab, karena kedua istilah itu digunakan dalam Ilmu Balagah (retorika bahasa Arab), bukan di dalam ilmu nahwu. Istilah-istilah yang
digunakan ilmu nahwu antara lain: /mubtada/’
,
/fa’il/, /na’ibfa’i/l, /isim kana/, /isim inna/, /khabar dan fi’il/. Tetapi istilah-istilah nahwu tersebut masing – masing mempunyai pengertian khusus
yang tidak seratus persen sama dengan konsep /musnad ilaih/ S (subjek)
dan musnad P (predikat), atau bahkan berlawanan. Karena itu /musnad
ilaih/ dan /musnad/ lebih sepadan dengan S (subjek) dan P (predikat).
Selain fungtor subjek S (subjek) dan P (predikat) terdapat juga fungtor O
(objek) dan K (keterangan). Fungtor O (objek) sepadan dengan maf’ul bih
dan dalam bahasa Arab fungtor K (keterangan) dapat dirinci menjadi: a. /Maf’ul fih/ = keterangan tempat dan waktu.
b. /Maf’ul mutlaq = keterangan penegas,frekuensi dan model.
c.
/Maf’ul liajlih/ = keterangan maksud / sebab.
e. /Hal/ = keterangan keadaan.
Bertolak pada penjelasan tersebut, berikut ini dikemukakan bagan padanan fungtor di atas.
1. Subjek (S) = Musnad ilaih = Mubtada’ Fa’il Naib fa’il Isim kana Isim inna 2. Predikat (P) = Musnad = Khabar
Fi’il
3. Objek (O) = Maf’ul bih
4. Keterangan (K) = K1 = Maf’ul fih K2 = Maf’ul muthlaq K3 = Maf’ul liajlih K4 = Maf’ul ma’ah K5 = Hal
Menurut Asrori (2004:76), klausa dapat dikelompokkan berdasarkan sejumlah aspek yaitu sebagai berikut:
A. Jenis kata/frasa yang menduduki fungsi P/M (predikat/ musnad)
Berdasarkan kata/frasa yang menduduki fungsi P/M, klausa dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan.
1. Klausa nominal adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau frase golongan nominal.
Contoh:
/Marwānu qā
`idan ’aẓīman/ “Marwan adalah seorang pemimpin yang besar 2. Klausa verbal adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau fraseverbal.
/Yaqzifūna al-muslimīna binīrānin syadīdatin/ “Mereka melempar umat Islam dengan api yang keras”
3. Klausa bilangan adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau frase golongan bilangan.
Contoh:
/Qāma ṡalāṡatu junūdun/ ’’Tiga orang tentara berdiri.”
4. Klausa preposisional (depan) adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari frase kata depan yaitu frase yang diawali oleh kata depan sebagai kata penanda.
Contoh:
/Wā fī yadihi fa’sun hā’ilatun/ ”Di tangannya pedang yang sangat besar.”
B. Struktur Intern Klausa
Struktur intern klausa adalah lengkap tidaknya kedua unsur inti klausa. Maksudnya klausa mempunyai unsur inti yaitu S dan P (subjek dan predikat) atau MI dan M (musnad ilaih dan musnad). Meskipun S/MI (subjek/musnad ilaih) merupakan unsur inti klausa, ia sering tidak dimunculkan sebagai akibat dari penggabungan klausa atau berada dalam kalimat jawaban ataupun dalam klausa, khususnya klausa bahasa Arab yang fungtor subjek atau musnad ilaihnya dapat diindikasikan secara spesifik oleh morfem yang ada pada predikat atau musnad. Klausa yang mengandung fungtor subjek dan predikat atau musnad ilaih dan musnad disebut klausa lengkap sedangkan yang tidak mengandung fungtor subjek
atau musnad ilaih disebut klausa tidak lengkap.
Contoh klausa lengkap dan yang tidak lengkap:
/ yahduru al-tājiru wa yadkhulūna al-sūqa/ ”datang pedagang itu dan mereka masuk ke pasar”
Contoh di atas adalah contoh klausa yang lengkap. Dimana klausa yang mengandung fungtor S (subjek) dan P (predikat) atau Mi dan M (musnad ilaihi dan musnad) disebut klausa lengkap. Karena klausa di atas menunjukan bahwasanya S (subjek) nya atau MI (musnad ilaih) di muncul kan.
/
wa yadkhulūna al-sūqa/ ”mereka masuk ke pasar”Contoh di atas adalah klausa yng tidak lengkap. Pada contoh ini, klausa yang tidak mengandung fungtor S/MI ( subjek atau musnad ilaihi) yang disebut klausa tidak lengkap. Karena S (subjeknya) berupa dhamir mustatir atau yang tidak di munculkan.
C. Berdasarkan Peran Fungtor S (subjek)
Apabila fungtor P (predikat) di tempati oleh verba aktif, maka fungtor S (subjek) berperan sebagai pelaku (fa’il), sebaliknya fungtor P (predikat) di tempati oleh verba pasif, maka S (subjek) berperan sebagai penderita (naib fa’il). Klausa yang S (subjek) nya berperan sebagi pelaku disebut klausa aktif (jumlah ma’lumiyah) dan yang S- nya (subjek) berperan sebagai penderita disebut klausa pasif (jumlah majhuliyah).
Selain itu terdapat klausa yang P (predikat) nya berupa kata atau frasa non verba (nominal dan preposisional), yang disebut klausa netral.
Klausa verba aktif :
/kataba muḥammadun al-darsa/’Muhammad menulis pelajaran’
Contoh kalimat diatas adalah klausa verba aktif, karena S (subjek) nya berperan sebagai pelaku (jumlah ma’lumiyah).
Klausa verba pasif :
/
kutiba al-darsa/
’pelajaran itu ditulis.’Contoh kalimat diatas adalah klausa verba pasif, karena S (subjek) nya berperan sebagai penderita (jumlah majhuliyah).
D. Berdasarkan Urutan Fungtor
Contoh :
/huwa yamsyī/’dia berjalan’
2. Klausa berfungtor P (predikat), S (subjek), dan O (objek)
Contoh :
/kataba muḥammadun al-risālata/ ’Muhammad menulis surat’ 3. Klausa berfungtor S (subjek), P (predikat), dan K (keterangan)
Contoh :
/anā ażhabu ila al-masjidi/’saya pergi ke mesjid.’
4. Klausa berfungtor P (predikat), S (subjek), O (objek), dan K
(keterangan)
Contoh :
/ḥafaẓat faṭimatu al-qur`ana fi al-gurfati/’Fatimah menghafal Al-Qur`an di kamar.’
5. Klausa berfungtor P (predikat) dan O (objek) Contoh :
/ya’kulu al-ṭa’āma/’dia makan makanan.’
6. Klausa berfungtor P (predikat) dan K (keterangan)
Contoh :
/ażkuru jayyidan/’saya menghafal dengan baik.’
7. Klausa berfungtor P (predikat), O (objek), dan K (keterangan) Contoh :
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Klausa Verbal pada Hikayat /Jundīyyun Muslimun/
Klausa verbal yang terdapat pada hikayat /Jundīyyun
Muslimun/ sebanyak klausa, dengan rincian :
/ Kāna maslamtu bnu ’abdi al-maliki bni marwān qā`idan ’azīman yazma’u `ilā al-syajā’ati makārima al-`akhlāqi/’maslamah Ibn’Abdul Malik Ibn Marwan adalah seorang pemimipin yang besar. Dia memiliki keberanian, akhlak yang mulia.’
/ qāda al-muslīmina min nasrin `ilā nasrin fi ’ahdi ’akhīhi al-walīdibni
’abdi al-maliki/’ dia pemimpin umat Islam (merebut) kemenangan demi
kemenangan pada masa (kepemimipinan) saudaranya Walid Ibn ’Abdul Malik’
/wa fī ba’di hurūbihi didda al-rūmi hāsar qal ’atan ’azīmatan himin qilā’ al-rūmi fawajadahāmanī’atan yas’ubu iqtihāmuhā/’ ’Dan pada sebuah peperangan nya melawan (tentara) Romawi, dia (dan umat islam) mengepung benteng yang besar (diantara) benteng-benteng Romawi. Dia mendapatinya sangat kuat, dan kesusahan (untuk mengalahkannya).
wa ahaza al-rūmu min dāhili al-qala’ati yaqzifūna al-muslimīna binīrānin syadīdatin hattā qutila ’adadun kabīran mina al- muslimīna/’ (Tentara) Romawi membalas dari dalam benteng, mereka melempar umat Islam dengan api sehingga menewaskan sebagian besar dari tentara Islam.’
10
/wa kabura ’alā maslamata wa jaisyihi al-bāsil ’an yar taddū ’ani al- qala’ati mahzūmīna. Wa bāta sl-jamī’u yufskkirūna fi tadhhiyatin tuhaqqiqu nashra al -islāmi/.’Dan berat (terasa) bagi Maslamah dan pasukannya untuk berbalik (mundur)
dari benteng tempat kekalahan mereka. Dan semua bermalam (di sana), mereka memikirkan pengorbanan untuk merealisasikan kemenangan Islam./
.
wa fī sabā
hi al-yaumi al-tālī ra`ā jundu maslamta jundiyyan mulassaman yandafa’u min sufūfi al-muslimīna nahwa sūri al-hisni. Wa fī yadihi fa’sun hā`ilatun’Dan pada pagi hari berikut nya. (seorang) tentara Maslamah melihat seorang tentara bertopeng bertolak pada barisan pasukan muslim menuju pagar (benteng) yang kokoh, di tangannya (ada sebilah) pedang yang besar
/summa `inqadda ’ala al-jad
āri yahudduhu hattā`ahda sa sa`ban/ kemudian ia meretakan dinding, merobohkannyasehingga terbuat lobang/’
/wa `indafa’a `ilā dāhili al-hisni syāhiran saifahu yadribu bihi yamīnan wa simālan hattā wasala `ilā al-bābi/ dan dia sampai di dalam (pagar) tadi (sambil) melambaikan pedangnya kekanan dan kekiri (untuk) memberi isyarat, ketiak sampai di pintu/'
fakasara al-qufla bifa`sihi fa`indafa`a al-jaisyu al-`islāmiyyu `ilā dāhili al-hisni/’
kan kunci dengan pedangnya, lalu pasukan Islam masuk ke dalam (pagar) itu.
/wa ba’da ma’rikati `ihtafā al-jundiyyu al-batalu fa lam yu’sar lahu ’alā `asirin/’ ’Dan setelah peperangan itu, tentara pemberani itu bersembunyi, belum terbuka rahasia tentang keberadaanya
/tasawwaqa al-qā`idu `ilāma’rifatihi liyukāfi’ahu/ ’dan pemimimpin berharap
balasan kebaikan sepenuh nya kepadanya.’
(seseorang) tentara untuk memanggil (nya)
/ anna al-`amīra yunāsyidullāhi sāhiba al-naqbi`an yasīra `ilaihi /
pimpinan bersumpah kepada Allah agar orang yang dalam lobang itu kembali kepadanya.
Wamadat salāsatu ayyāmin lam yataqaddam fīhā `ilā al-qā`idi ’ahadun /’
Setelah tiga hari berlalu, belum ada satu (orang-pun) yang menghadap kepada pimpinan
hattā `izā kāna al-yaumu al-rābi’u jā`a `ilā haimati al-qā`idi rajalun/
Sampai pada hari yang keempat, datang seorang pemuda ke kemah pimpinan,’
fasta`zana lilduhūli ffa`azina lahu fassalama wa qāla: `ayyuhā al-qāidu anā `a’rifu sāhiba al-naqbi walakinnīlan `uhbiraka/’ dia meminta izin untuk masuk, dan memberi salam lalu berkata: ”Wahai tuan (ku), aku mengetahui orang yang dalam lubang itu, dan akan tetapi aku tidak akan mengabarkanmu
38.
hattā tu’āhidanī billāhi `an tu’tiyanī mā`atlubu/’ sampai kamu berjanji kepada Allah untuk memenuhi apa yang saya pinta,
wa lan,`atlubu syai`an yugdibullāha aw yadurru musliman/’ dan saya tidak akan meminta sesuatu (apapun) yang membuat Allah murka atau membahayakan umat Islam
4 .
Wa lisyiddati syauqi al-qāidi lima’rifati al-batali ’āhaduhu ’alā mā talaba/’ dengan kerinduan yang mendalam, untuk kebaikan orang itu, pimpinan –pun berjanji apa atas yang dia pinta.
4 .
Faqāla al-rajulu: `inna sāhiba al-naqbi huwa anā/’ Pemuda itu berkata: ”sesungguhnya orang yang berada dalam lubang itu adalah saya,
47.
wa talabī `ilaika huwa`allā tas`alanī’an ismī,/’ dan saya pinta kepada tuan agar jangan menayakan nama saya,
’ wa`allā tabhasa ’annī wa`allā tad`ūnī `ilaika wa`allā tatba’anī litarā `aina `azhabu jangan selidiki saya, jangan rekrut saya, dan jangan ikuti saya kemana anda lihat saya pergi.”/
50
/wa insarafa al-batalu waqadi addahara ’ajrahu ’indallāhi ’dan pemuda itu pergi
sungguh kecil ganjarannya di sisi Allah.’
52.
/wazahida fīmā ’inda al-’abdi/ ’dan Dia menambah ganjarannya terhadap hambanya
(kelak di akhirat).’
waqad rūya `anna maslamata kāna `izā sallā da’āllāha qā`ilan fī`a’qābi salawātihi (Allāhuma ahsyurnī ma`a sāhibi al-naqbi) Dan telah diriwayat kan bahwa Malamah
(selalu) memanjatkan do’a di penghujung shalatnya kepada Allah (dengan) perkataan: ”Ya Allah, kasihanilah hamba dan pemuda itu.”/
Setiap kata yang bergaris bawah merupakan Predikat (Musnad) yang menunjukkan
kedudukan sebagai verbal.
3.2. Jenis-Jenis Klausa Verbal pada Hikayat /Jundīyyun Muslimun/
3.2.1. Klausa Verbal Berdasarkan Struktrur Intern Klausa
Klausa Verbal Berdasarkan Struktrur Intern Klausa tebagi kepada dua jenis yaitu klausa lengkap dan tidak lengkap.
Klausa lengkap adalah klausa yang mengandung fungtor S (subjek) dan P (predikat) atau MI dan M (musnad ilaih dan musnad) dan menunjukan S (subjeknya) di munculkan. Sedangkan klausa tidak lengkap adalah klausa yang tidak mengandung fungtor S/MI (subjek/musnad ilaih) karena S (subjek) nya berupa dhamir mustatir atau yang tidak di munculkan.
a. Klausa lengkap yang terdapat pada Hikayat
/Jundīyyun
wa ahaza al-rūmu min dāhili al-qala’ati yaqzifūna al-muslimīna binīrānin syadīdatin hattā qutila ’adadun kabīran mina al- muslimīna/’ (Tentara) Romawi membalas dari dalam benteng, mereka melempar umat Islam dengan api sehingga menewaskan sebagian besar dari tentara Islam.’
/wa kabura ’alā maslamata wa jaisyihi al-bāsil ’an yar taddū ’ani al- qala’ati mahzūmīna. Wa bāta sl-jamī’u yufskkirūna fi tadhhiyatin tuhaqqiqu nashra al -islāmi/. Dan berat (terasa) bagi Maslamah dan pasukannya untuk berbalik (mundur)
dari benteng tempat kekalahan mereka. Dan semua bermalam (di sana), mereka memikirkan pengorbanan untuk merealisasikan kemenangan Islam./
/wa fī sabāhi al-yaumi al-tālī ra`ā jundu maslamta jundiyyan mulassaman yandafa’u min sufūfi al-muslimīna nahwa sūri al-hisniDan pada pagi hari berikut nya. (seorang) tentara Maslamah melihat seorang tentara bertopeng bertolak pada barisan pasukan muslim menuju pagar (benteng) yang kokoh.
4.
/fa`indafa’a al-jaisyu al-`islāmiyyu `ilā dāhili al-hisni wa tamma nasrullāhi wa al-fathu/ / ’ maka pasukan islam masuk ke dalam (pagar) dan Allah menyempurnakan
pertolongan dan kemenangan nya.’
6
/wa ba’da ma’rikati `ihtafā al-jundiyyu al-batalu fa lam yu’sar lahu ’alā `asirin/’ ’Dan setelah peperangan itu, tentara pemberani itu bersembunyi, belum terbuka rahasia tentang keberadaanya
b. Klausa tidak lengkap yang terdapat pada Hikayat
/ Kāna maslamtu bnu ’abdi al-maliki bni marwān qā`idan ’azīman yazma’u `ilā al-syajā’ati makārima al-`akhlāqi/’maslamah Ibn’Abdul Malik Ibn Marwan adalah seorang pemimipin yang besar. Dia memiliki keberanian, akhlak yang mulia.’
/ qāda al-muslīmina min nasrin `ilā nasrin fi ’ahdi ’akhīhi al-walīdibni ’abdi al-maliki/’ dia pemimpin umat Islam (merebut) kemenangan demi kemenangan pada
masa (kepemimipinan) saudaranya Walid Ibn ’Abdul Malik’
3.
/wa fī ba’di hurūbihi didda al-rūmi hāsar qal ’atan ’azīmatan himin qilā’ al -rūmi/’ ’Dan pada sebuah peperangan nya melawan (tentara) Romawi, dia (dan umat islam) mengepung benteng yang besar (diantara) benteng-benteng Romawi.
7. fawajadahāmanī’atan yas’ubu iqtihāmuhā, wa ahaza al-rūmu min dāhili al-qala’ati Dia mendapatinya sangat kuat, dan kesusahan (untuk
mengalahkannya) (Tentara) Romawi membalas dari dalam benteng
/yaqzifūna al-muslimīna binīrānin syadīdatin hattāqutila ’adadun kabīran mina al- muslimīna/’ / mereka melempar umat Islam dengan api yang sangat keras sehingga menewaskan sebagian besar dari tentara Islam.’
8.
/wa kabura ’alā maslamata wa jaisyihi al-bāsil ’an yar taddū ’ani al- qala’ati mahzūmīna./ Dan berat (terasa) bagi Maslamah dan pasukannya untuk berbalik (mundur) dari benteng tempat kekalahan mereka.
Wa bāta sl-jamī’u yufskkirūna fi tadhhiyatin tuhaqqiqu nashra al-islāmi/’ Dan semua bermalam (di sana), mereka memikirkan pengorbanan untuk merealisasikan kemenangan Islam./
12.
/yandafa ’u min sufūfi al-muslimīna nahwa sūri al-hisni/ ’dia bertolak dari barisan
pasukan muslim menuju pagar (benteng) yang kokoh.’
13.
17.
/yadribu bihi yamīnan wa simālan hatta wasala `ilā al-bābi/ / ’dia melambaikan
pedang nya kekanan dan kekiri dan dia sampai ke pintu’.
fakasara al-qufla bifa`sihi fa`indafa`a al-jaisyu al-`islāmiyyu `ilā dāhili al-hisni/’ kan kunci dengan pedangnya, lalu pasukan Islam masuk ke dalam (pagar) itu.
20
/wa ba’da ma’rikati `ihtaf
ā al-jundiyyu al-batalu fa lam yu’sar lahu ’alā `asirin/’ ’Dan setelah peperangan itu, tentara pemberani itu bersembunyi, belum terbuka rahasia tentang keberadaanyawa tassawaqa al-qā`idu `ilā ma’rifatihi liyukāfi`ahu fa’arsala munādiyan yunādī fī sufūfī al-junūdi anna al-`amīra yunāsyidullāhi sāhiba al-naqbi`an yasīra `ilaihi. Dan pemimimpin berharap balasan kebaikan sepenuh nya kepadanya, dia mengirim (seseorang) tentara untuk memanggil (nya), bahwasannya pimpinan bersumpah kepada Allah agar orang yang dalam lobang itu kembali kepadanya.
24
Wamadat salāsatu ayyāmin lam yataqaddam fīhā `ilā al-qā`idi ’ahadun /’ Setelah tiga hari berlalu, belum ada satu (orang-pun) yang menghadap kepada pimpinan
25 hattā `izā kāna al-yaumu al-rābi’u jā`a `ilā haimati al-qā`idi rajalun/
Sampai pada hari yang keempat, datang seorang pemuda ke kemah pimpinan,’
26
fasta`zana lilduhūli ffa`azina lahu fassalama wa qāla/’ dia meminta izin untuk masuk, dan memberi salam lalu berkata
27
`ayyuhā al-qāidu anā `a’rifu sāhiba al-naqbi walakinnīlan `uhbiraka/ Wahai tuan (ku), aku mengetahui orang yang dalam lubang itu, dan akan tetapi aku tidak akan mengabarkanmu
hattā tu’āhidanī billāhi `an tu’tiyanī mā`atlubu wa lan,`atlubu syai`an yugdibullāha aw yadurru musliman/’ sampai kamu berjanji kepada Allah untuk memenuhi apa yang saya pinta, dan saya tidak akan meminta sesuatu (apapun) yang membuat Allah murka atau membahayakan umat Islam
Wa lisyiddati syauqi al-qāidi lima’rifati al-batali ’āhaduhu ’alā mā talaba/’ dengan kerinduan yang mendalam, untuk kebaikan orang itu, pimpinan – pun berjanji apa atas yang dia pinta.
37
Faqāla al-rajulu: `inna sāhiba al-naqbi huwa anā/’ wa talabī `ilaika huwa`allā tas`alanī’an ismī,/’ Pemuda itu berkata: ”sesungguhnya orang yang berada dalam lubang itu adalah saya, dan saya pinta kepada tuan agar jangan menayakan nama saya,
40
’ wa`allā tabhasa ’annī wa`allā tad`ūnī `ilaika wa`allā tatba’anī litarā `aina `azhabu jangan selidiki saya, jangan rekrut saya, dan jangan ikuti saya kemana anda lihat saya pergi.”/
42
/wa insarafa al-batalu waqadi addahara ’ajrahu ’indallāhi /wazahida fīmā ’inda al-’abdi/ ’ dan pemuda itu pergi sungguh kecil ganjarannya di sisi Allah dan Dia
menambah ganjarannya terhadap hambanya (kelak di akhirat).
waqad rūya `anna maslamata kāna `izā sallā da’āllāha qā`ilan fī`a’qābi salawātihi (Allāhuma ahsyurnī ma`a sāhibi al-naqbi) Dan telah diriwayat kan bahwa Malamah
(selalu) memanjatkan do’a di penghujung shalatnya kepada Allah (dengan) perkataan: ”Ya Allah, kasihanilah hamba dan pemuda itu.”/
Klausa di atas merupakn klausa tidak lengkap karena klausa tersebut tidak mengandung fungtor subjek atau musnad ilaihi atau dengan kata lain subjek atau musnad ilaihi nya tidak dimunculkan atau disebut dengan dhamir mustatir.
3.2.2. Klausa Verbal Berdasarkan Peran Fungtor S (Subjek)
P (predikat) di tempati oleh verba pasif, maka S (subjek)-nya berperan sebagai penderita (naib fa’il), maka disebut dengan Klausa Verba Pasif (jumlah majhuliyah).
Adapun Klausa Verba Aktif yang terdapat pada Hikayat /Jundīyyun
Muslimun/ adalah:
/ Kāna maslamtu bnu ’abdi al-maliki bni marwān qā`idan ’azīman yazma’u `ilā al-syajā’ati makārima al-`akhlāqi/’maslamah Ibn’Abdul Malik Ibn Marwan adalah seorang pemimipin yang besar. Dia memiliki keberanian, akhlak yang mulia.’
/ qāda al-muslīmina min nasrin `ilā nasrin fi ’ahdi ’akhīhi al-walīdibni
’abdi al-maliki/’ dia pemimpin umat Islam (merebut) kemenangan demi
kemenangan pada masa (kepemimipinan) saudaranya Walid Ibn ’Abdul Malik’
/wa fī ba’di hurūbihi didda al-rūmi hāsar qal ’atan ’azīmatan himin qilā’ al-rūmi fawajadahā manī’atan yas’ubu iqtihāmuhā/’ ’Dan pada sebuah peperangan nya melawan (tentara) Romawi, dia (dan umat islam) mengepung benteng yang besar (diantara) benteng-benteng Romawi. Dia mendapatinya sangat kuat, dan kesusahan (untuk mengalahkannya).
wa ahaza al-rūmu min dāhili al-qala’ati yaqzifūna al-muslimīna binīrānin syadīdatin hattā qutila ’adadun kabīran mina al- muslimīna/’ (Tentara) Romawi membalas dari dalam benteng, mereka melempar umat Islam dengan api sehingga menewaskan sebagian besar dari tentara Islam.’
10
/wa kabura ’alā maslamata wa jaisyihi al-bāsil ’an yar taddū ’ani al- qala’ati mahzūmīna. Wa bāta sl-jamī’u yufskkirūna fi tadhhiyatin tuhaqqiqu nashra al-islāmi/.’Dan berat (terasa) bagi Maslamah dan pasukannya untuk berbalik (mundur)
dari benteng tempat kekalahan mereka. Dan semua bermalam (di sana), mereka memikirkan pengorbanan untuk merealisasikan kemenangan Islam./
.
wa fī sabā
hi al-yaumi al-tālī ra`ā jundu maslamta jundiyyan mulassaman yandafa’u min sufūfi al-muslimīna nahwa sūri al-hisni. Wa fī yadihi fa’sun hā`ilatun’Dan pada pagi hari berikut nya. (seorang) tentara Maslamah melihat seorang tentara bertopeng bertolak pada barisan pasukan muslim menuju pagar (benteng) yang kokoh, di tangannya (ada sebilah) pedang yang besar
/summa `inqadda ’ala al-jad
āri yahudduhu hattā`ahda sa sa`ban/ kemudian ia meretakan dinding, merobohkannyasehingga terbuat lobang/’
/wa `indafa’a `ilā dāhili al-hisni syāhiran saifahu yadribu bihi yamīnan wa simālan hattā wasala `ilā al-bābi/ dan dia sampai di dalam (pagar) tadi (sambil) melambaikan pedangnya kekanan dan kekiri (untuk) memberi isyarat, ketiak sampai di pintu/'
.
fakasara al-qufla bifa`sihi fa`indafa`a al-jaisyu al-`islāmiyyu `ilā dāhili al-hisni/’
kan kunci dengan pedangnya, lalu pasukan Islam masuk ke dalam (pagar)
/wa ba’da ma’rikati `ihtafā al-jundiyyu al-batalu fa lam yu’sar lahu ’alā `asirin/’ ’Dan setelah peperangan itu, tentara pemberani itu bersembunyi, belum terbuka rahasia tentang keberadaanya
/tasawwaqa al-qā`idu `ilāma’rifatihi liyukāfi’ahu/ ’dan pemimimpin berharap
balasan kebaikan sepenuh nya kepadanya.’
(seseorang) tentara untuk memanggil (nya)
/ anna al-`amīra yunāsyidullāhi sāhiba al-naqbi`an yasīra `ilaihi /
pimpinan bersumpah kepada Allah agar orang yang dalam lobang itu kembali kepadanya.
Wamadat salāsatu ayyāmin lam yataqaddam fīhā `ilā al-qā`idi ’ahadun /’
Setelah tiga hari berlalu, belum ada satu (orang-pun) yang menghadap kepada pimpinan
hattā `izā kāna al-yaumu al-rābi’u jā`a `ilā haimati al-qā`idi rajalun/
Sampai pada hari yang keempat, datang seorang pemuda ke kemah pimpinan,’
fasta`zana lilduhūli ffa`azina lahu fassalama wa qāla: `ayyuhā al-qāidu anā `a’rifu sāhiba al-naqbi walakinnīlan `uhbiraka/’ dia meminta izin untuk masuk, dan memberi salam lalu berkata: ”Wahai tuan (ku), aku mengetahui orang yang dalam lubang itu, dan akan tetapi aku tidak akan mengabarkanmu
38.
hattā tu’āhidanī billāhi `an tu’tiyanī mā`atlubu/’ sampai kamu berjanji kepada Allah untuk memenuhi apa yang saya pinta,
wa lan,`atlubu syai`an yugdibullāha aw yadurru musliman/’ dan saya tidak akan meminta sesuatu (apapun) yang membuat Allah murka atau membahayakan umat Islam
4 .
Wa lisyiddati syauqi al-qāidi lima’rifati al-batali ’āhaduhu ’alā mā talaba/’ dengan kerinduan yang mendalam, untuk kebaikan orang itu, pimpinan –pun berjanji apa atas yang dia pinta.
4 .
Faqāla al-rajulu: `inna sāhiba al-naqbi huwa anā/’ Pemuda itu berkata: ”sesungguhnya orang yang berada dalam lubang itu adalah saya,
47.
wa talabī `ilaika huwa`allā tas`alanī’an ismī,/’ dan saya pinta kepada tuan agar jangan menayakan nama saya,
’ wa`allā tabhasa ’annī wa`allā tad`ūnī `ilaika wa`allā tatba’anī litarā `aina `azhabu jangan selidiki saya, jangan rekrut saya, dan jangan ikuti saya kemana anda lihat saya pergi.”/
50
/wa insarafa al-batalu waqadi addahara ’ajrahu ’indallāhi ’dan pemuda itu pergi
sungguh kecil ganjarannya di sisi Allah.’
52.
/wazahida fīmā ’inda al-’abdi/ ’dan Dia menambah ganjarannya terhadap hambanya
(kelak di akhirat).’
waqad rūya `anna maslamata kāna `izā sallā da’āllāha qā`ilan fī`a’qābi salawātihi (Allāhuma ahsyurnī ma`a sāhibi al-naqbi) Dan telah diriwayat kan bahwa Malamah
(selalu) memanjatkan do’a di penghujung shalatnya kepada Allah (dengan) perkataan: ”Ya Allah, kasihanilah hamba dan pemuda itu.”/
Klausa di atas merupakan klausa verbal aktif karena subjek merupakan (musnad
ilaihi)-nya berperan sebagi pelaku dan predikat (musnad)-nya yang bergaris bawah
merupakan kata kerja yang berawalan me atau kata kerja aktif (ma’lumiyah)
Adapun Klausa Verba Pasif yang terdapat pada Hikayat /Jundīyyun
Muslimun/ adalah:
1.
/qutila ’adadun kabīrun mina al-muslimīna/ ’menewaskan sejumlah besar dari umat islam.’
2.
/yughdibullāha/
3.2.3. Klausa Verbal Berdasarkan Urutan Fungtor S (Subjek) dan P (Predikat)
/wa kabura ’alā maslamata wa jaisyihi al-bāsil/ ’dan berat bagi maslamah dan
pasukannya yang tangguh.’
24.
/fa`indafa’a al-jaisyu al-`islāmiyyu `ilā dāhili al-hisni/ ’ maka pasukan islam
masuk ke dalam (pagar).’
25.
/wa tamma nasrullāhi wa al-fathu/ ’dan Allah menyempurnakan pertolongan dan
kemenangan nya.’
26.
/`ihtafā al-jundiyyu al-batalu/ ’bersembunyi tentara yang pemberani.’
43. .
/yughdibullāha/ ‘dimurkai oleh Allah.’
3.2.4. Klausa Verbal Berdasarkan Urutan Fungtor S (Subjek) P (Predikat) dan O (Objek)
1.
/wa ahaza al-rūmu min dāhili al-qala’ati/ ’dan mengambil romawi dari dalam
benteng.’
2.
/ra`ā jundu maslamata jundiyyan mulassaman/ ’seseorang tentara maslamah
Kāna maslamtu bnu ’abdi al-maliki bni marwān qā`idan ’azīman yazma’u `ilā
al-syajā’ati makārima al-`akhlāqi wa makhāfatallahi wa lizalika qāda al-muslīmina
min nasrin `ilānasrin fi ’ahdi ’akhīhi al-walīdibni ’abdi al-maliki.
/wa fī ba’di hurūbihi didda al-rūmi hāsar qal ’atan ’azīmatan himin qilā’ al-rūmi fawajadahā manī’atan yas’ubu iqtihāmuhā, wa ahaza al-rūmu min dāhili al-qala’ati yaqzifūna al-muslimīna binīrānin syadīdatin hattā qutila ’adadun kabīran mina al- muslimīna. /wa kabura ’alā maslamata wa jaisyihi al-bāsil ’an yar taddū
’ani al- qala’ati mahzūmīna. Wa bāta sl-jamī’u yufskkirūna fi tadhhiyatin tuhaqqiqu
/wa fī sabāhi al-yaumi al-tālī ra`ā jundu maslamta jundiyyan mulassaman yandafa’u min sufūfi al-muslimīna nahwa sūri al-hisni. Wa fī yadihi fa’sun hā`ilatun, summa `inqadda ’ala al-jadāri yahudduhu hattā`ahda sa sa`ban wa
`indafa’a `ilā dāhili al-hisni syāhiran saifahu yadribu bihi yamīnan wa simālan
hattā wasala `ilā al-bābi fakasara qufla bifa`sihi fa`indafa`a jaisyu
al-`islāmiyyu `ilā dāhili al-hisni, wa tamma nasrullāhi wa al-fathu/
/wa ba’da ma’rikati `ihtafā al-jundiyyu al-batalu fa lam yu’sar lahu ’alā `asirin, wa
tassawaqa al-qā`idu `ilā ma’rifatihi liyukāfi`ahu fa’arsala munādiyan yunādī fī sufūfī al-junūdi anna al-`amīra yunāsyidullāhi sāhiba al-naqbi`an yasīra `ilaihi. Wamadat salāsatu ayyāmin lam yataqaddam fīhā `ilā al-qā`idi ’ahadun hattā `izā
kāna al-yaumu al-rābi’u jā`a `ilā haimati al-qā`idi rajalun fasta`zana lilduhūli
ffa`azina lahu fassalama wa qāla: `ayyuhā al-qāidu anā `a’rifu sāhiba al-naqbi walakinnīlan `uhbiraka`anhu hattā tu’āhidanī billāhi `an tu’tiyanī mā`atlubu, wa lan,`atlubu syai`an yugdibullāha aw yadurru musliman. Wa lisyiddati syauqi
al-qāidi lima’rifati al-batali ’āhaduhu ’alā mā talaba. Faqāla al-rajulu: `inna sāhiba
al-naqbi huwa anā, wa talabī `ilaika huwa`allā tas`alanī’an ismī, wa`allā tabhasa ’annī wa`allā tad`ūnī `ilaika wa`allā tatba’anī litarā `aina `azhabu/
Wa insarafa al-batalu waqadi iddahara `azrahu ’indallāhi wazahida fīma ’inda al-’abdi, waqad rūya `anna maslamata kāna `izā sallā da’āllāha qā`ilan fī`a’qābi salawātihi (Allāhuma ahsyurnī ma`a sāhibi al-naqbi)/
/’maslamah Ibn’Abdul Malik Ibn Marwan adalah seorang pemimipin yang besar.
Dia memiliki keberanian, akhlak yang mulia. Dan (dia) takut kepada Allah, dan oleh karena itu dia pemimpin umat Islam (merebut) kemenangan demi kemenangan pada masa (kepemimipinan) saudaranya Walid Ibn ’Abdul Malik’.
’Dan pada sebuah peperangan nya melawan (tentara) Romawi, dia (dan umat islam) mengepung benteng yang besar (diantara) benteng-benteng Romawi.) Romawi membalas dari dalam benteng, mereka melempar umat Islam dengan Dia mendapatinya sangat kuat, dan kesusahan (untuk mengalahkannya). (Tentara api sehingga menewaskan sebagian besar dari tentara Islam.’
’Dan pada pagi hari berikut nya. (seorang) tentara Maslamah melihat seorang tentara bertopeng bertolak pada barisan pasukan muslim menuju pagar (benteng) yang kokoh, di tangannya (ada sebilah) pedang yang besar, kemudian ia meretakan dinding, merobohkannyasehingga terbuat lobang, dan dia sampai di dalam (pagar) tadi (sambil) melambaikan pedangnya kekanan dan kekiri (untuk) memberi isyarat, ketika sampai di pintu, dia memecah kan kunci dengan pedangnya, lalu pasukan Islam masuk ke dalam (pagar) itu. Allah menyempurnakan pertolongan dan kemenangan (Nya).’/
’Dan setelah peperangan itu, tentara pemberani itu bersembunyi, belum terbuka rahasia tentang keberadaanya. Dan pemimimpin berharap balasan kebaikan sepenuh nya kepadanya, dia mengirim (seseorang) tentara untuk memanggil (nya), bahwasannya pimpinan bersumpah kepada Allah agar orang yang dalam lobang itu kembali kepadanya. Setelah tiga hari berlalu, belum ada satu (orang-pun) yang menghadap kepada pimpinan. Sampai pada hari yang keempat, datang seorang pemuda ke kemah pimpinan, dia meminta izin untuk masuk, dan memberi salam lalu berkata: ”Wahai tuan (ku), aku mengetahui orang yang dalam lubang itu, dan akan tetapi aku tidak akan mengabarkanmu tentang keberadaannya sampai kamu berjanji kepada Allah untuk memenuhi apa yang saya pinta, dan saya tidak akan meminta sesuatu (apapun) yang membuat Allah murka atau membahayakan umat Islam.” dengan kerinduan yang mendalam, untuk kebaikan orang itu, pimpinan –pun berjanji apa atas yang dia pinta. Pemuda itu berkata: ”sesungguhnya orang yang berada dalam lubang itu adalah saya, dan saya pinta kepada tuan agar jangan menayakan nama saya, jangan selidiki saya, jangan rekrut saya, dan jangan ikuti saya kemana anda lihat saya pergi.”
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Klausa verbal adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau frase verbal.
2. Klausa verbal yang terdapat pada hikayat /Jundīyyun Muslimun/
sebanyak 54 klausa.
3. Klausa Verbal berdasarkan struktrur intern klausa terbagi kepada dua jenis yaitu klausa lengkap dan tidak lengkap. Klausa lengkap adalah klausa yang mengandung fungtor S (subjek) dan P (predikat) atau MI dan M (musnad ilaih dan musnad) dan menunjukan S (subjeknya) di munculkan. Klausa lengkap yang
terdapat pada hikayat /Jundīyyun Muslimun/ sebanyak 6 klausa.
Klausa tidak lengkap adalah klausa yang tidak mengandung fungtor S/MI (subjek/musnad ilaih) karena S (subjek) nya berupa dhamir mustatir atau yang tidak di munculkan. Sedangkan Klausa tidak lengkap yang terdapat pada hikayat
/Jundīyyun Muslimun/ sebanyak 45 klausa.
4. Klausa Verbal Berdasarkan Peran Fungtor S (Subjek) terbagi kepada dua jenis, yaitu: Klausa Verba Aktif dan Klausa Verba Pasif. Klausa Verba Aktif yang
terdapat pada Hikayat /Jundīyyun Muslimun/ sebanyak 52 klausa.
Sedangkan Klausa Verbal Pasif yang terdapat pada Hikayat
5. Klausa Verbal berdasarkan urutan fungtor S (Subjek) dan P (Predikat) yang
terdapat pada Hikayat /Jundīyyun Muslimun/ sebanyak 4 klausa, dan
Klausa Verbal Berdasarkan Urutan Fungtor S (Subjek) P (Predikat) dan O
(Objek) yang terdapat pada Hikayat /Jundīyyun Muslimun/ hanya 1
klausa.
4.2 Saran
Adapun beberapa saran dari penulis adalah:
1. Penulis berharap agar penulis sendiri dan juga para pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang klausa dalam bahasa Arab
khususnya klausa verbal terdapat pada Hikayat /Jundīyyun
Muslimun/.
2. Dengan melihat realita bahwa penelitian tentang klausa dalam bahasa Arab masih sangat sedikit dan terbatas, dan apa yang peneliti lakukan ini adalah bagian dari keterbatasan tersebut. Maka dengan segala kekurangan peneliti berharap tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi mahasiswa prorgam studi bahasa Arab khususnya dan para pembaca pada umumnya.
3. Penulis juga berharap agar kiranya para mahasiswa program studi bahasa Arab dapat mengkaji lebih dalam lagi mengenai klausa, karena masih sedikit penelitian yang mengkaji tentang klausa dalam bahasa Arab. Agar nantinya dapat menambah pemahaman dan referensi kita semua di bidang bahasa khususnya bidang ilmu Nahwu (sintaksis).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khulli, Muhammad Ali. 1982. A Dictionary Of Theoritical Linguistic (English Arabic). Libanon: Librarie Du Liban.
Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab Frasa-Klausa-Kalimat. Malang: Misykat.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Yogyakarta: Rineka Cipt.
Ejaan yang Disempurnakan (Kep. Mendikbud No. 0543 Th. 1987). Jakarta: Bumi Aksara.
Muhammad Al-Malik, Sholih dkk. 1977. Al-Qira’atu Al-Arabiyyati. Saudi Arabia: Al-Mamlakatu Al-‘Arabiyatu Al-Sya’udiyyah.
Ramlan. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: Karyono Yogyakarta. Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Simiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja
Rasda Karya.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.