• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Puskesmas Dalam Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dengue

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Puskesmas Dalam Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dengue"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Judul

Lampiran 2 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 3 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Pembimbing Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Penguji Lampiran 5 : Jadwal Seminar Proposal

Lampiran 6 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Daftar Wawancara

(2)

ABSTRAKSI

PERANAN PUSKESMAS DALAM UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

(Studi pada Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan)

Nama : Mirna Hikmah Dalimunthe

NIM : 090921003

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, M. Si.

Sebagai salah satu puskesmas yang ada di kota Medan, Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan kesehatan diupayakan agar Visi dan Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dapat tercapai yaitu: “Medan Sehat Sejahtera 2011”.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD). Dimulai dari perencanaan kegiatan-kegiatan, dilanjutkan pengorganisasian dan pelaksanaannya pada wilayah kerja puskesmas serta dilakukannya pengawasan terhadap kegiatan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu Data-data yang diperoleh melalui wawancara kepada 2 orang key

informan dan 6 orang informan sebagai unit analisis, kemudian diolah melalui teknik

analisa deskriptif, berupa penganalisaan data yang telah dikumpulkan,

diklasifikasikan dan diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti. Adapun hasil penelitian ini yaitu: Upaya dan tindakan yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan tidak bertambahnya warga yang terkena DBD dan Kecamatan Sidorejo Hilir Medan tidak termasuk daerah endemik. Akan tetapi perlu ditingkatkan penyuluhan DBD dan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging di sekolah-sekolah dan tempat tinggal warga secara serentak serta pembagian bubuk abate gratis.

(3)

ABSTRAKSI

PERANAN PUSKESMAS DALAM UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

(Studi pada Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan)

Nama : Mirna Hikmah Dalimunthe

NIM : 090921003

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, M. Si.

Sebagai salah satu puskesmas yang ada di kota Medan, Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan kesehatan diupayakan agar Visi dan Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dapat tercapai yaitu: “Medan Sehat Sejahtera 2011”.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD). Dimulai dari perencanaan kegiatan-kegiatan, dilanjutkan pengorganisasian dan pelaksanaannya pada wilayah kerja puskesmas serta dilakukannya pengawasan terhadap kegiatan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu Data-data yang diperoleh melalui wawancara kepada 2 orang key

informan dan 6 orang informan sebagai unit analisis, kemudian diolah melalui teknik

analisa deskriptif, berupa penganalisaan data yang telah dikumpulkan,

diklasifikasikan dan diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti. Adapun hasil penelitian ini yaitu: Upaya dan tindakan yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan tidak bertambahnya warga yang terkena DBD dan Kecamatan Sidorejo Hilir Medan tidak termasuk daerah endemik. Akan tetapi perlu ditingkatkan penyuluhan DBD dan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging di sekolah-sekolah dan tempat tinggal warga secara serentak serta pembagian bubuk abate gratis.

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan kekayaan yang tidak ternilai bagi kehidupan manusia. Setiap manusia ingin selalu dapat hidup sehat, agar dapat menjalankan aktivitasnya masing-masing. Berbagai macam upaya yang dilakukan untuk dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit.

Dalam mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai salah satu tempat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, sesuai dengan fungsi puskesmas sebagai pengemban, pembinaan, dan pelayanan kesehatan yang sekaligus merupakan pos operasi terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 2004 penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah mengancam masyarakat. Penyakit DBD belakangan ini semakin marak di kota Medan. Penyakit “maut” yang disebarkan melalui sengatan nyamuk Aedes Aegypti itu sudah menyerang 213 penderita dan merenggut 7 nyawa warga kota. (Dinas Kesehatan Pemko Medan, 2004).

(5)

daerah Tingkat 11605 daerah Kecamatan, dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia. Sedangkan ramalan jumlah penderita DBD pada anak-anak (umur 5-14 tahun) untuk tahun 2006-2010 juga meningkat, terutama juga bulan Nopember dan Desember. (http://www.RSU Dr. Pirngadi Medan_ Analisa Kecenderungan Penderita Demam Berdarah Dengue Tahun 2001-2005 untuk Peramalan Tahun 2006-2010).

Binatangnya memang semakin lama makin kecil, dari sapi (gila) muncul (flu) burung dan terakhir mewabah nyamuk (demam berdarah). Dalam hal ini diperlukan kekompakan masyarakat untuk keluar dari masalah wabah.

Di Indonesia sejak dilaporkannya kasus DBD pada tahun 1968, terjadi kecenderungan peningkatan insidens. Sejak tahun 1994, seluruh provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan DBD juga meningkat. Namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% (1968) menjadi 3% (1984) dan sejak tahun 1991 CFR (Case Fertility Rate) atau angka kematian stabil dibawah 3%. (Thomas Suroso, 1996:15)

Sewaktu terjadi wabah, berbagai seterotype virus Dengue berhasil diisolasi. Virus Dengue tipe I, II, III, dan IV berhasil diisolasi dari penderita DBD di Indonesia. Virus Dengue tipe II dan tipe III secara bergantian merupakan seterotype virus yang dominan, namun virus Dengue tipe III sangat berkaitan dengan kasus DBD berat.

(6)

Masalahnya terlebih dalam kasus DBD sebelum dokter tiba, keluarga dekat korban perlu menstabilkan si korban dan mempersiapkannya untuk perawatan intensif dari tenaga medis professional. Di setiap puskesmas kalau ada kasus demam berdarah sesegera mungkin melaporkannya kepada Dinas Kesehatan.

DBD merupakan penyakit yang disebarluaskan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Penyebab penyakit adalah semacam virus yang termasuk dalam self limiting diseases. Istilahnya ini maksudnya adalah penyakit akan sembuh dengan sendirinya tanpa diobati anti virus. Kendati begitu, efek yang ditimbulkan dalam perjalanan penyakitnya terkadang tidak dapat diatasi secara simptomatik dan suportif, dan bisa menimbulkan komplikasi yang fatal.

Ada trauma psikologis di tengah masyarakat, DBD sulit dicegah karena hingga kini belum ditemukan obat atau vaksin pencegahnya. Selain itu, DBD ternyata tidak mengenal batas usia, batas wilayah serta status sosial di tengah masyarakat. Jadi, kita harus berkonsentrasi membasmi pembawa virus tersebut, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Dimana nyamuk Aedes Aegypti ternyata mempunyai kebiasaan-kebiasaan hidup yang unik.

(7)

Dalam hal ini, Pemko Medan (Walikota Medan) sudah jauh hari meniup “genderang perang” dengan penyakit yang sudah rutin setiap tahunnya menimpa warga kota. Pemko Medan menggulirkan rencana dalam usaha memberikan pelayanan publik, salah satunya dalam bidang kesehatan. Selain melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Pemko Medan juga memberikan pengobatan gratis bagi penderita DBD yang berobat di rumah sakit, dengan persyaratan pasien itu penduduk kota Medan.

Jika memang penyakit DBD ternyata lebih berbahaya dari pada SARS dan flu burung, dan kehadiran DBD yang sudah di anggap sebagai tamu rutin seharusnya penanganannya jadi agenda prioritas. Sama pentingnya dalam masalah penanggulangan banjir dan sektor pendidikan serta persoalan pembangunan lainnya.

Untuk menindaklanjuti program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau perang terhadap DBD oleh Pemko Medan maka di setiap puskesmas yang ada di kota Medan, terutama daerah-daerah yang endemik seperti tahun-tahun yang lalu dilaksanakan kegiatan 3M. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tenaga medis puskesmas yang berkoordinasi dengan pihak dari kecamatan dan kelurahan serta kepala lingkungan yang ada di kelurahan pada wilayah kerja puskesmas masing-masing.

(8)

penawarnya. Sehingga penderita terutama dari kalangan anak-anak bawah lima tahun (Balita) terhindar dari maut.

Sebagai masyarakat beragama, persoalan maut siapa pun tidak bisa menundanya karena sudah takdir dari Tuhan Yang Maha Esa, namun sebagai manusia kita pantas berusaha maksimal dengan berbagai cara antara lain mencari vaksin dan obat jitu baik untuk memberantas tuntas wabah DBD maupun mengenyahkan nyamuk Aedes Aegypti itu sampai akar-akarnya.

Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Terlebih dalam hal kasus penanggulangan DBD yang sedang melanda saat ini.

Demikian juga dengan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan merupakan salah satu puskesmas yang terdapat di kota Medan yang melaksanakan berbagai upaya dan kegiatan dalam perang terhadap DBD. Upaya dan kegiatan itu dalam kenyataannya tidak berhasil sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Kenyataannya di lapangan upaya dan tindakan puskesmas terlambat, karena masyarakat sudah ada yang terkena Demam Berdarah Darah (DBD). Apakah puskesmas terlambat dalam hal sosialisasi DBD dan melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau warga yang kurang peduli dan kurang kesadaran akan keberhasilan lingkungan.

(9)

puskesmas melaksanakan fogging dan penyuluhan. Seharusnya puskesmas harus berperan aktif terjun ke masyarakat dan bukan hanya menantikan laporan dari masyarakat. Padahal semestinya jauh-jauh hari pemerintah telah menetapkan kasus DBD sebagai prioritas penanganan. Karena seperti yang kita ketahui bersama kehadiran DBD yang sudah dianggap tamu rutin bagi masyarakat kota ini, seharusnya penanganannya menjadi agenda prioritas.

Dengan demikian, DBD tidak hanya diperangi saat penyakit maut itu sudah mengambil nyawa, tapi “perang” melawan nyamuk Aedes Aegypti itu dilaksanakan sebelum wabahnya datang. Antara lain melaksanakan kegiatan penyuluhan Demam Berdarah Dengue disekolah-sekolah dan kelurahan, gotong royong membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir, pemberian garam abate secara gratis kepada warga kota, fogging di rumah-rumah warga dan sekolah-sekolah dan bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk lebih awal.

1.2Perumusan Masalah

(10)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Peranan Puskesmas dalam Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dengue?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan puskesmas dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue yang dilaksanakan di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

2. Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan Demam Berdarah Dengue.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam meningkatkan kinerja dalam menanggulangi Demam Berdarah Dengue. 2. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan

sebagai penerapan dari berbagai teori yang di dapat selama masa perkuliahan. 3. Sebagai bahan referensi penelitian di bidang Ilmu-ilmu Sosial pada umumnya dan

(11)

1.5Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk melakukan penelitian dan teori dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Teori diartikan sebagai serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposal yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena (Singarimbun 1989:37).

1.5.1 Peranan Puskesmas 1.5.1.1Pengertian Peranan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta 1976:735), peranan berasal dari kata peran, yang artinya sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama.

Pengertian peranan menurut Miftah (1990:10), dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal.

Selain itu menurut Soerjono Soekanto (1990:10) juga memberikan pengertian mengenai peranan role yaitu aspek dinamis kedudukan/status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Jadi peranan menentukan apa yang diperbuat tertentu, sehubungan dengan posisinya dalam masyarakat.

(12)

utama dalam proses atau cara yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang.

Dalam hal ini adalah peranan puskesmas dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan tenaga medis untuk membina dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerjanya. Kegiatan tersebut dapat juga dilaksanakan berkoordinasi dengan pegawai kecamatan, keseluruhan dan kepala lingkungan di wilayah kerja puskesmas.

1.5.1.2 Pelayanan Publik

1.5.1.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Moenir (1992:16-17) mengemukakan arti pelayanan yaitu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.

Lebih lanjut Gie (1993:105) mendefenisikan pelayanan adalah suatu kegiatan dalam suatu organisasi atau instansi yang dilakukan untuk mengamalkan atau mengabdikan diri kepada masyarakat.

Ditambah lagi dengan pendapat Boediono (2003:6), bahwa pelayanan merupakan suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.

(13)

Berdasarkan beberapa defenisi dari pelayanan di atas dapatlah disimpulkan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang berbentuk uang, barang, ide, atau gagasan ataupun surat-surat berharga atas keikhlasan, rasa senang, jujur, dan mengutamakan rasa puas bagi yang menerima pelayanan.

Adapun bentuk dan sifat penyelenggaraan umum harus mengandung sendi-sendi; kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, efisiensi, ekonomis, keadilan, dan ketepatan waktu (Boediono, 2003:68-70). Uraiannya sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Yang dimaksud dengan kesederhanaan meliputi mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian

Arti adanya kejelasan dan kepastian disini adalah hal-hal yang berkaitan dengan: a. Prosedur atau tata cara pelayanan umum;

b. Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administratif;

c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum;

d. Rincian biaya/tarif pelayanan umum dan tata cara pembayarannya. e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum;

(14)

kelengkapannnya, sebagai alat untuk memastikan pemprosesan pelayanan umum;

g. Pejabat yang menerima keluhan masyarakat. 3. Keamanan

Artinya bahwa dalam proses dan hasil pelayanan umum dapat memberikan kepastian hukum.

4. Keterbukaan

Hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat.

5. Efisiensi

Yang dimaksud efisiensi disini adalah:

a. Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan produk pelayanan umum yang diberikan;

b. Dicegah dengan adanya penanggulangan kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terlait.

6. Ekonomis

Dalam pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan:

a. Nilai barang atau jasa pelayanan umum tidak menuntut biaya yang tinggi dan diluar kewajaran;

(15)

7. Dimaksud dengan sendi keadilan disini adalah keadilan yang merata, dalam arti cakupan/jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlukan secara adil.

8. Ketepatan Waktu

Yang dimaksud dengan ketepatan waktu disini adalah dalam pelaksanaan pelayanan umum bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 81 Tahun 1993 mengutarakan pula bahwa pelayanan umum mengandung unsur-unsur:

a. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.

b. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang pada efisien dan efektifitas.

c. Mutu, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(16)

Peraturan sudah ditetapkan, pola pelayanan sudah dirumuskan, tetapi terkadang pelayanan publik yang diberikan pegawai dan aparatur pemerintah belum dapat memuaskan bagi penerima layanan. Beberapa faktor yang menyebabkan pelayanan tidak memuaskan adalah:

1. Tidak atau kurangnya kesadaran terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya (santai), padahal orang yang menunggu hasil kerjanya sudah gelisah. Akibat dari hal ini ialah tidak adanya disiplin kerja.

2. Sistem, prosedur dan metode kerja yang tidak memadai, sehingga mekanisme kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan atau tidak berjalan semestinya. 3. Pengorganisasian tugas pelayan yang belum serasi, sehingga mekanisme

penanganan tugas, tumpang tindih atau tercecer suatu tugas tidak ada yang menanganinya.

4. Pendapatan pegawai tidak mencukupi memenuhi kebutuhan meskipun secara minimal. Akibatnya pegawai tidak tenang dalam bekerja, berusaha mencari tambahan pendapatan dalam jam kerja dengan cara antara lain menjual jasa pelayanan.

5. Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan padanya. Akibatnya hasil pekerjaan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

(17)

1.5.1.2.2 Kualitas Pelayanan Publik

Berbicara mengenai kualitas pelayanan berarti berbicara tentang bagaimana cara yang harus diperoleh dalam usaha meningkatkan mutu atau kualitas, dimana dalam hal ini setiap organisasi atau instansi memiliki cara agar pelayanan yang diberikan dapat dijalankan dengan sebaik mungkin.

Pelayanan yang diharapkan tentunya pelayanan yang dapat memberi rasa puas bagi si penerima layanan. Pemberi kualitas pelayanan yang baik dari suatu organisasi atau instansi bersumber dari aktifitas pegawai yang secara langsung menentukan keberhasilan organisasi. Jadi apabila pegawai dapat bekerja sebagaimana dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka pelayanan pun akan dapat diberikan dengan baik.

Secara sederhana defenisi mutu/kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkunganyang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pengertian mutu/kuallitas dapat diartikan kinerja untuk standar yang diharapkan oleh pelanggan. Titik temu kebutuhan pelanggan juga diartikan sebagai mutu yang pertama dan setiap waktu. Menyediakan pelanggan dengan jasa secara konsisten adalah pelayanan bermutu/berkualitas. Arti mutu tidak hanya memuaskan pelanggan, tetapi menyenangkan pelanggan, memberi inovasi kepada pelanggan, dan membuat pelanggan menjadi kreatif (Boediono, 2003:113).

Menurut asumsi Syahrir (1991:156), bahwa kepuasan dalam pelayanan publik mengandung unsur:

1. Pelayanan yang merata dan sama (equalible service).

(18)

3. Pelayanan yang diberikan memenuhi jumlah barang dan jasa (ample service). 4. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan (continuous

service).

5. Pelayanan merupakan pelayanan yang selalu meningkatkan kualitas dan penampilannya (progressive service).

1.5.1.2.3 Bentuk-Bentuk Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh siapapun, bentuknya tidak terlepas dari tiga macam yaitu:

1. Pelayanan dengan lisan

Bidang pelayanan lisan tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada yang memerlukan. Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu:

- Memahami benar masalah-masalah termasuk dalam bidang tugasnya.

- Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan dengan lancar, singkat, tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

- Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

- Meski dalam keadaan sepi tidak mengobrol dan bercanda dengan teman karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

(19)

2. Pelayanan melalui tulisan

Bentuk ini merupakan layanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi peranannya. Pada dasarnya pelayanan melalui tulisan cukup efisien terutama bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya, namun satu hal yang harus diperhatikan yaitu faktor kecepatan. Pelayanan ini terdiri atas dua golongan: pertama, layanan berupa petunjuk, informasi dan sejenisnya yang ditujukan pada orang yang berkepentingan; kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan, dan lain-lain.

3. Pelayanan yang berbentuk perbuatan

Umumnya layanan ini dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah dan bawah, karena ini faktor keahlian dan keterampilan petugas sangat menentukan terhadap hasil perbuatan dan pekerjaan. Tujuan utama orang yang berkepentingan dalam layanan ini adalah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan.

Namun pada dasarnya persyaratan pokok dalam memberi pelayanan, walau dalam bentuk apapun adalah tingkah laku yang sopan, cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan, waktu penyampaian yang tepat dan keramahan (Moenir, 1992:190-197).

(20)

1. Faktor kesadaran, yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran pegawai pada segala tingkat terhadap tugas menjadi tanggungjawabnya, membawa dampak yang sangat positif terhadap organisasi. Ia akan menjadi sumber kesungguhan dan disiplin tugas, sehingga hasilnya dapat diharapkan melalui standar yang telah ditetapkan.

2. Faktor aturan, yaitu dalam organisasi yang menjadi landasan kerja pelayanan. Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan teratur dan terarah. Agar peraturan dapat mencapai apa yang dimaksud, maka ia harus dipahami oleh semua orang yang bertugas dalam bidang yang diatur dengan disertai disiplin yang tinggi.

3. Faktor organisasi, yaitu merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan. Sebagai suatu sistem, organisasi merupakan alat yang efektif dalam usaha pencapaian tujuan, dalam hal ini pelayanan yang baik dan memuskan. Agar organisasi berfungsi dengan baik perlu ada pembagian, baik dalam hal organisasi maupun tugas pekerjaan sampai pada jenis organisasi atau pekerjaan yang paling kecil.

4. Faktor pendapatan, yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga ia tidak melakukan penyimpangan.

(21)

6. Faktor sarana, yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan layanan. Sarana terbagi atas dua macam: pertama, sarana kerja meliputi peralatan, perlengkapan dan alat bantu; kedua, fasilitas meliputi segala kelengkapannya dengan fasilitas komunikasi dan segala kemudahan lainnya (Moenir, 1992:88-127).

1.5.1.2.4 Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan manajemen pelayanan umum sangat sederhana yaitu kepuasan penerima layanan. Kepuasan terdiri atas dua komponen besar yaitu layanan dan produk. Uraiannya sebagai berikut:

1. Layanan, dalam hal ini agar dapat memuaskan kepada orang atau sekelompok orang yang dilayani. Pegawai harus dapat memenuhi empat persyaratan pokok yaitu:

- Tingkah laku yang sopan.

- Cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh yang bersangkutan.

- Waktu menyampaikan yang tepat.

- Keramahtamahan melalui cara berbicara yang wajar dan disampaikan dengan hati tulus dan terbuka.

2. Produk, dalam hal ini adalah kepuasan yang dapat berbentuk sebagai berikut: - Barang, yaitu sesuatu benda dalam bentuk nyata yang diterima oleh yang

(22)

- Jasa, yaitu sesuatu hasil yang tidak harus dalam bentuk fisik, tetapi dapat dinikmati oleh panca indera atau perasaan (gerak, suara, keindahan, kenyamanan, dan rupa).

- Surat menyurat berharga, yaitu suatu produk yang berupa surat-surat berharga sebagai hasil kegiatan atau pekerjaan administrasi perkantoran (Moenir, 1992:196-205).

1.5.1.2.5 Standar Pelayanan

Standar atau ukuran dasar khusus adalah untuk mengetahui mutu pelayanan. Oleh karena itu, sementara orang ada yang menyebutnya dengan mutu pelayanan. Sasaran ukuran adalah untuk mengetahui apakah pelayanannya sudah prima atau belum prima. Standar pelayanan bagi birokrasi pada umumnya ditentukan dalam Undang-Undang atau perundang-undangan lainnya. Apabila tidak ada ditentukan dalam perundang-undangan, bisa dilakukan dengan mengumpulkan pendapat para ahli untuk di analisis menghasilkan standar pelayanan. Dalam menentukan standar pelayanan, lebih baik melalui penelitian lapangan, atau mendengarkan pendapat pelanggan (Boediono, 2003:78).

1.5.1.3 Pengertian Penyuluhan

(23)

kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.

Claaretal, membuat rumusan penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program non edukatif (Zulkarimein, 1990:7). Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru (Zulkarimein, 1990:7).

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.

Menurut Zulkarimein (1990:11) hal-hal pokok dalam melakukan penyuluhan: 1. Masalah yang dihadapi

2. Siapa yang disuluh

3. Apa tujuan (objecvitives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan 4. Pendekatan yang dipakai

5. Pengemban pesan

(24)

1.5.1.4 Pengertian Administrasi Publik

Menurut Prajudi Atmosudirdjo (1982:272) mengemukakan administrasi publik adalah administrasi dari pada negara sebagai organisasi, dan administrasi yang mengejar tercapainya tujuan-tujuan yang bersifat kenegaraan.

Lebih lanjut Dwight Waldo (1955:26) mendefenisikan administrasi publik adalah manajemen dan organisasi dari pada manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah.

Ditambah lagi dengan pendapat Felix A. Nigro dan Lloyd G. Nigro (1970:21), bahwa administrasi publik adalah suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan pemerintahan; yang meliputi ketiga cabang pemerintahan: eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta hubungan di antara mereka; dan mempunyai peranan penting dalam perumusan kebijaksanaan pemerintahan, dan karenanya merupakan sebagian proses politik; serta berkaitan erat dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan dalam menyajikan pelayanan kepada masyarakat.

Menurut Gerald E. Caiden (1982:27), bahwa ada tujuh hal khusus dari administrasi publik yaitu: tidak dapat dielakkan, senantiasa mengharapkan ketaatan, mempunyai prioritas, mempunyai pengecualian, puncak pimpinan politik, sulit diukur, sehingga kita terlalu banyak mengharap dari publik administrasi ini.

1.5.1.5 Fungsi Administrasi

(25)

Menurut G. R. Terry (1986:5) fungsi administrasi dibagi 4, yaitu: 1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling Planning (Perencanaan)

Harold Koontz and Cyril O’Donnel mengemukakan arti perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari alternatif-alternatif yang ada (S. P. Hasibuan, 2003:40).

Sedangkan G. R. Terry (1986:163) menyatakan bahwa perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam arti hal menvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang di usulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.

Ditambah lagi pendapat S. P. Hasibuan (2003:40) bahwa arti perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.

(26)

Organizing (Pengorganisasian)

Malayu S. P. Hasibuan (2003:40) mengemukakan arti pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

Lebih lanjut G. R. Terry (1986:40) mengemukakan arti pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Actuating (Menggerakkan)

Menggerakkan merupakan manajemen ketiga, dimana bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang dihasilkan sampai kita mengimplementasikan aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi.

(27)

Controling (Pengawasan)

Kreitner (1986:533) mengemukakan arti pengawasan adalah proses melakukan tindakan koreksi yang dianggap perlu untuk menjamin tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut Henry Fayol mengartikan bahwa pengawasan merupakan pemeriksaan apakah semua yang terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, intruksi yang dikeluarkan sesuai dengan prinsip yang ditetapkan (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:42).

Berdasarkan beberapa defenisi pengawasan diatas dapat dismpulkan bahwa pengawasan dimaksud untuk melihat kelemahan dan kesalahan dan akhirnya memperbaikinya dan mencegah jangan timbul lagi.

1.5.1.6 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membinaperan serta masyarakat, disamping itu juga memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk usaha-usaha kegiatan pokok (Rozaini, 1996:36).

1.5.1.7 Fungsi Puskesmas

(28)

Menurut Rozaini (1996:38-39) menyatakan bahwa fungsi Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional dibagi atas 3 fungsi yaitu:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Sedangkan yang menjadi tujuan puskesmas dapat dibagi atas 2 yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh pada individu keluarga dan masyarakat yang meliputi pelayanan kuratif, preventif serta rehabilitif. 2. Memberikan pelayanan kesehatan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan agar terlaksananya proses fungsi puskesmas yaitu (Rozaini, 1996:42):

a. Merangsang masyarakat, termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong mereka sendiri.

b. Memberi petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggunakan sarana yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

(29)

Menurut Departemen Kesehatan (1984:23) yang menjadi sistem upaya kesehatan puskesmas yaitu:

a. Puskesmas dengan wilayah kerja tertentu. Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

b. Peran serta masyarakat dalam bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa. c. Peran serta dalam bentuk pembangunan kesehatan kuratif, prepentif, promotif,

dan rehabilitif serta pendidikan tenaga kesehatan.

d. Sistem rujukan yang efektif.

1.5.1.8 Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas terdiri dari satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Adapun faktor-faktor yang merupakan bahan pertimbangan wilayah kerja puskesmas yaitu: kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur lainnya.

(30)

1.5.2 Demam Berdarah Dengue

1.5.2.1Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti betina (D. S. Anggraeni, 2010:6).

1.5.2.2Tanda Dan Gejala DBD

Menurut D. S. Anggraeni (2010:15) bahwa tanda-tanda dan gejala seseorang yang menderita DBD yaitu:

1. Penderita mengalami demam tinggi.

2. Penderita mengalami pendarahan atau bintik-bintik merah pada kulit. 3. Penderita mengalami keluhan pada saluran pernapasan.

4. Penderita mengalami keluhan pada saluran pencernaan. 5. Penderita biasanya merasakan sakit pada waktu menelan.

6. Penderita mengalami keluhan pada bagian tubuh yang lain, misalnya nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang, sendi, dan ulu hati, serta pegal-pegal di seluruh tubuh.

7. Penderita dapat mengalami pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.

(31)

a. Kulit penderita terasa lembap dan dingin; b. Tekanan darah penderit menurun;

c. Denyut nadi penderita cepat dan lemah; d. Penderita mengalami nyeri perut yang hebat;

e. Penderita mengalami pendarahan,baik dari mulut, hidung, maupun anus; pendarahan pada anus umumnya terlihat seperti tinja yang berwarna hitam; f. Penderita lemah dan mengalami penurunan tingkat kesadaran;

g. Penderita mengalami kegelisahan;

h. Mulut, hidung, dan ujung jari penderita tampak kebiru-biruan; dan i. Penderita tidak buang air kecil selama 4-6 jam.

1.5.2.3Jenis-Jenis DBD

Demam Berdarah Dengue dibagi atas 3 jenis, yaitu:

a. Dengue Klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak pendarahan dibawah kulit.

b. Dengue Haemorhagic Fever (DBD), gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan pendarahan dari hidung, mulut, dan dubur.

(32)

1.5.2.4Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab DBD

Yang menjadi vektor penyakit DBD ialah nyamuk Aedes Aegypti, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih. 2. Hidup di dalam dan di sekitar rumah.

3. Menggigit/menghisap darah pada siang hari dan sore hari. 4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar.

5. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di got/comberan.

6. Di dalam rumah: bak mandi, tampangan, vas bunga, tempat minuman burung, perangakap semut dan lain-lain.

7. Di luar rumah: drum, tangki penampungan air, kaleng bekas, ban bekas, botol pecah, potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain.

Virus Dengue berukuran sangat kecil (35-45 mm). Virus ini ditularkan oleh nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui kontak seksual atau ditularkan dari induk ke telur nyamuk. Nyamuk yang sudah mengandung virus Dengue ini sangat berbahaya.

Virus masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul periode tenang selama lebih kurang empat hari. Dalam tubuh manusia, virus Dengue melakukan replikasi secara tepat.

(33)

1.5.3 Hubungan Peranan Puskesmas Dalam Upaya Penanggulangan DBD dengan Administrasi Negara

Administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari tentang lembaga-lembaga negara dalam segi aksi, operasionil dari lembaga tersebut. Dalam hal ini puskesmas sebagai lembaga pemerintah yang merupakan perangkat pemerintah daerah yang kedudukannya dibawah Pemko Medan yang menyelenggarakan pelayanan publik dalam bidang kesehatan.

Puskesmas mengusahakan pengobatan dan perawatan untuk masyarakat diseluruh wilayah Indonesia secara merata, agar tiap orang sehat dapat memperoleh pengobatan dan perawatan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan DBD puskesmas melakukan fungsi administrasi perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan.

1.6Defenisi Konsep

Defenisi Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1995:34).

Dalam penelitian ini penulis mengemukakan defenisi konsep yang digunakan yaitu:

(34)

kegiatan yang dilakukan tenaga medis puskesmas untuk membina dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

3. Peranan puskesmas yaitu kegiatan atau perbuatan yang dilakukan tenaga medis puskesmas untuk membina kesehatan masyarakat dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.

4. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti betina.

1.7Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut.

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel, variabel yang dimaksud adalah Peranan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan. Adapun fungsi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan:

(35)

- Melaksanakan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). - Melaksanakan penyuluhan dan pengawasan kebersihan lingkungan. 2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, dengan indikator.

- Mengadakan kegiatan gotong royong dengan warga masyarakat untuk membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir.

- Menghimbau masyarakat untuk melaksanakan program 3M.

- Mengajak masyarakat membersihkan/menguras dan menutup rapat penampungan air.

3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, dengan indikator: - Melaksanakan fogging di tempat tinggal warga dan sekolah-sekolah.

- Membagikan bubuk abate secara gratis dan menaburkan pada tempat penampungan air.

- Memberikan rujukan perobatan ke rumah sakit bagi pasien DBD.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

(36)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan, visi dan misi Puskesmas tersebut, gambaran fisik Puskesmas, struktur organisasi, kedudukan, tugas pokok dan fungsi organisasi, mekanisme pelaksanaan pencegahan DBD.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh dari hasil wawancara dan berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang data-data yang diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB VI PENUTUP

(37)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1991:31) metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan, melukiskan dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya. Sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki serta dilakukan juga pemberian interpretasi-interpretasi yang kuat.

Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah:

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang di selidiki sebagaimana adanya dengan interpretasi rasioanal.

2.2 Lokasi Penelitian

(38)

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi, 1991:144).

Berdasarkan hal itu yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga medis di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

2.3.2 Sampel

Menurut Singarimbun (1995:149), sampel dapat diartikan sebagai kegiatan dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili populasi.

Unit analisis yang menjadi key informan ada 2 orang dan yang menjadi informan ada 6 orang, yaitu:

1. Kepala Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan: 1 orang

2. Tenaga medis Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan bagian DBD: 1 orang

(39)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan 2 (dua) cara yaitu:

a. Data Primer yang diperoleh melalui: Observasi

Yaitu merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Wawancara

Yaitu digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Wawancara dilakukan kepada tenaga medis dan warga yang menderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

b. Data Sekunder yang diperoleh melalui: Studi Kepustakaan (Library Research)

(40)

2.5 Teknik Analisa Data

(41)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan didirikan pada tahun 1990 oleh Walikota KDH TK II Medan, atas Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan. Puskesmas ini dibangun karena semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kecamatan Sidorejo Hilir, sehingga dirasakan perlu dibangun sebuah puskesmas.

3.2 Visi dan Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

Visi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu: “Medan Sehat Sejahtera 2011”.

Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata serta terjangkau.

(42)

3.3 Gambaran Fisik Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan 3.3.1 Wilayah Kerja

Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan hanya melayani kelurahan Sidorejo Hilir saja.

3.3.2 Program Kerja

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan untuk tujuan pokok pembangunan kesehatan maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan melaksanakan berbagai upaya kesehatan dengan meningkatkan fungsi puskesmas melalui program pokok puskesmas. Ada 7 (tujuh) program kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) 3. Kesehatan Lingkungan

4. Peningkatan Gizi

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Pengobatan

7. Pencatatan dan Pelaporan

3.3.3 Fasilitas Fisik

(43)

3.4 Fasilitas gedung puskesmas permanen 3.5 Fasilitas alat-alat

3.6 Fasilitas administrasi 3.7 Fasilitas immunisasi

3.3.3.1Fasilitas gedung

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan ini merupakan satu gedung permanen yang terdiri dari:

1. Ruang periksa pasien/kamar dokter : 1 buah 2. Ruang Poliklinik gigi dan mulut : 1 buah 3. Ruang obat dan apotik : 1 buah 4. Ruang KIA, gizi, dan KB : 1 buah

5. Ruang suntik : 1 buah

6. Ruang kartu : 1 buah

7. Tata usaha : 1 buah

8. Toilet/WC : 1 buah

3.3.3.2Fasilitas Alat-Alat

Adapun peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

(44)

- Lemari pendingin tempat penyimpanan bahan-bahan immunisasi - Alat-alat laboratorium

3.3.3.3Fasilitas Administrasi

Adapun fasilitas administrasi yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

- Kartu berobat - Buku catatan - Lemari/rak kartu - Meja dan kursi - Mesin tik - Stempel - Arsip

3.3.3.4Fasilitas Immunisasi

Adapun fasilitas immunisasi yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

- Lemari pendingin - Alat-alat immunisasi

(45)

3.3.4 Fasilitas Kesehatan

[image:45.612.140.499.222.456.2]

Untuk menunjang kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan didirikan sarana-sarana kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel:

Tabel 1. Keadaan Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan / 2011

No. Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 1

2 RS. Bersalin 2

3 Praktek Dokter Umum 7

4 Praktek Dokter Gigi 2

5 Praktek Dokter Spesialis 1

6 Apotik 3

Jumlah 16

3.4 Struktur Organisasi, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi 3.4.1 Struktur Organisasi

(46)

Antara bidang/sub bidang yang satu dengan yang lainnya dapat dijelaskan dari Struktur Organisasi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan, yang dikepalai oleh seorang dokter. Segala kegiatan dipertanggungjawabkan kepada Dokter sebagai Kepala Puskesmas.

Adapun struktur organisasi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan terdiri dari 3 unsur yaitu:

1. Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas 2. Unsur pembantu puskesmas : Unsur Tata Usaha

3. Unsur Pelaksana : Unit terdiri dari tenaga jabatan fungsional

3.4.2 Jumlah Pegawai

[image:46.612.134.507.493.693.2]

Adapun jumlah pegawai di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan sebanyak 12 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2. Nama, Pendidikan dan Jabatan Pegawai di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

No. Nama Jabatan Golongan

1 Dr. Fredes Siahaan Ka. Pustu IV/C

2 Drg. Chairumahnum Dokter Gigi IV/B

3 Ernimi. M Bidan III/D

4 Tialam Gurning Perawat III/D

5 Rolimah Hasibuan Bidan III/D

(47)

7 Esra Ria Silalahi Akademi Bidan III/D 8 Juliana Sitepu Akademi Bidan III/C 9 Drg. Nurhafizah Nst Dokter Gigi III/B

10 Tirsem Perawat Gigi III/B

11 Mudianti .M. Saragih Perawat III/A

12 Maisarah Asisten Apoteker II/A

Sumber: Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan 2011

3.4.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan adalah unsur pelaksana Dinas Kesehatan Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala puskesmas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan. Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan kerumahtanggaan dalam bidang kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai fungsi:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

(48)

3.5 Mekanisme Pelaksanaan Pencegahan Terjangkitnya DBD

Pencegahan penyakit DBD dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dapat dilakukan dengan beberapa tehnik, yaitu kimia, biologi, dan fisika. Adapun masing-masing uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Pemberantasan secara Kimiawi

Pengendalian DBD secara kimia, dapat ditempuh dengan 2 (dua) teknik berikut, yaitu:

a. Pengasapan (fogging), yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengendalikan DBD dengan menggunakan senyawa kimia malathion dan fenthion, yang berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu tertentu.

b. Pemberantasan larva nyamuk dengan zat kimia. Namun, mengingat tempat perkembangbiakan larva vektor DBD banyak terdapat pada penampungan air yang airnya digunakan bagi kebutuhan sehari-hari terutama untuk minum dan masak, maka larvisida (kimia pemberantas larva) yang digunakan harus mempunyai harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

 Efektif pada dosis rendah

 Tidak bersifat racun bagi manusia/mamalia

 Tidak menyebabkan perubahan rasa, warna dan bau pada air yang

diperlakukan

(49)

2. Pemberantasan secara Hayati

Pengendalian larva Aedes Agypti secara hayati tidak sepopuler cara kimiawi oleh karena penurunan padat populasi yang diakibatkannya terjadi perlahan-lahan tidak sedrastis bila menggunakan larvisida (kimiawi). Organisme yang digunakan dalam pengendalian secara hayati umumnya bersifat predator, parasitik atau patogenik dan umumnya ditemukan pada habitat yang sama dengan larva yang menjadi mangsanya. Beberapa agen hayati adalah ikan cupang dan larva ikan nila yang mangsanya adalah larva nyamuk. Ada juga beberapa agen hayati berikut yang belum begitu dikenal oleh umum namun telah diuji coba di laboratorium dan lapangan pada skala kecil efektivitasnya untuk memberantas larva nyamuk Aedes Agypti.

3. Pemberantasan secara Fisika

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor DBD. Cara pemberantasannya adalah dengan melakukan kegiatan 3M, yaitu Menguras dan menaburkan bubuk abate, Menutup tempat penampungan air,dan Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air.

Mekanisme Pelayanan Penanggulangan DBD

Tindakan yang harus dilakukan bila ada penderita DBD:

(50)

3. Beri obat turun panas.

4. Selanjutnya penderita segera dibawa ke dokter/puskesmas yang terdekat untuk diperiksa. Bila diduga terserang demam berdarah akan dikirim ke rumah sakit untuk dirawat.

5. Lapor segera ke Puskesmas setempat dengan membawa surat ke rumah sakit. 6. Selanjutnya akan dilakukan tindakan penanggulangan di daerah rumah penderita

dan sekitarnya, tanpa dipungut bayaran.

Jadi sementara ini fogging dan penyuluhan dilakukan kalau memang ada indikasi kejadian luar biasa demam berdarah, atau jelas-jelas di situ ada kasusnya.

Pemberantasan Sarang Nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M sebagai berikut: 1. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang

berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.

2. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.

3. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.

4. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap.

(51)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian berupa data primer yang telah diperoleh dari lapangan. Data primer ini diperoleh melalui wawancara dilakukan terhadap 2 orang key informan dan 6 orang informan. Jadi seluruh respoden dalam penelitian ini berjumlah 8 orang.

4.1 Deskripsi Data Hasil Wawancara 4.1.1 Kriteria Key Informan

Agar key informan mampu menjelaskan tentang masalah pokok tersebut di atas secara mendalam, maka untuk itu penulis memberi syarat sebagai berikut:

1. Tenaga Medis di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yang mengepalai puskesmas (dalam hal ini Kepala Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan). 2. Tenaga Medis terutama yang menangani bagian DBD (dalam hal ini perawat

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan). 3. Pernah mendapat pelatihan mengenai DBD.

(52)

4.1.1.1Hasil Wawancara

Berikut ini diuraikan hasil wawancara penulis dengan key informan. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 17 pertanyaan yang terbagi atas 3 bagian, yaitu: 1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat, yang berisikan 7 pertanyaan dari 3

indikator Pengembangan Kesehatan Masyarakat.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, yang berisikan 7 pertanyaan dari 3 indikator Pembinaan Peran Serta Masyarakat untuk Hidup Sehat. 3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, yang berisikan 3

pertanyaan dari 4 indikator Pelayanan Kesehatan secara Menyeluruh kepada Masyarakat.

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat.

Untuk melaksanakan pengembangan kesehatan masyarakat Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) melaksanakan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging, abatisasi, dan Pengamatan Epidemis (PE).

(53)

Puskesmas menggerakkan beberapa orang tenaga medis dalam kegiatan penyuluhan ini setiap hari Jumat. Kegiatan pengawasan kebersihan lingkungan yang dilaksanakan puskesmas berkoordinasi dengan kelurahan dan kepala lingkungan setempat.

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan: Upaya dan tindakan apa saja yang dilakukan puskesmas dalam rangka perang terhadap DBD? Jawaban dari tenaga medis puskesmas bahwa tindakan yang dilakukan puskesmas adalah

melakukan penyuluhan tentang DBD kepada warga, penyuluhan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN), melaksanakan penyemprotan pada sekolah-sekolah, dan

rumah-rumah warga, memberikan penyuluhan agar warga tetap menjaga kebersihan

selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir dan mengadakan gotong royong di

lingkungan tempat tinggal.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa tindakan yang dilakukan puskesmas adalah memberdayakan seluruh tenaga medis dan tenaga administrasi

puskesmas untuk terjun langsung ke masyarakat pada hari Jumat untuk

melaksanakan penyuluhan tentang DBD kepada warga. Selain itu jika ada

pertemuan di kecamatan, kelurahan penyuluhan DBD tetap dilaksanakan.

Melaksanakan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau yang

dikenal dengan 3M, melaksanakan fogging pada sekolah-sekolah, rumah-rumah

warga, penyuluhan agar warga tetap menjaga kebersihan lingkungan dan

menghimbau warga agar melaksanakan gotong royong membersihkan saluran/parit

(54)

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Himbauan apa yang diberikan kepada warga dalam kegiatan perang terhadap DBD?

Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas sama yaitu:

1. Menghimbau warga agar melaksanakan program 3M pada lingkungan tempat

tinggalnya yaitu:

Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang

berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak

mandi.

Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (seperti tampayan, drum, dan

lain-lain) agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu. Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol

pecah, dan lain-lain) yang dapat menampung air hujan, agar tidak menjadi

tempat berkembang biak nyamuk. Kumpulkan potongan bambu, tempurung

kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya.

2. Melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan di dalam rumah dan di

halaman rumah.

3. Bila ada salah seorang warga diduga menderita DBD, segera mungkin

melaporkan ke puskesmas, kelurahan, dan kepling setempat agar dilakukan

fogging di rumah tersebut.

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) puskesmas berkoordinasi dengan pihak mana saja? Jawaban

(55)

dan kepala lingkungan di wilayah kerja puskesmas untuk melaksanakan kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah puskesmas melakukan pengawasan kebersihan lingkungan dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan rutinkah kegiatan tersebut dilaksanakan? Jawaban dari tenaga medis

bahwa puskesmas melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan di tiap-tiap

kelurahan. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dilaksanakan setiap hari

Jumat. Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa puskesmas dalam

melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan berkoordinasi dengan kepala

lingkungan pada tiap-tiap kelurahan. Menyarankan agar setiap kepala lingkungan

mau memonitor warga tiap-tiap rumah agar melaksanakan 3M di tempat tinggalnya

masing-masing. Karena kepala lingkungan yang dekat dengan warga sehingga

mudah dilakukan pengawasan.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah puskesmas melakukan penyuluhan DBD kepada masyarakat sebelum mendapat laporan dari masyarakat? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa puskesmas selalu melaksanakan

penyuluhan DBD sebelum menerima laporan dari warga, karena penyuluhan DBD

merupakan program kerja puskesmas, dan menghimbau agar melaksanakan kegiatan

3M pada tempat tinggal warga serta membagikan bubuk abate secara gratis.

Selanjutnya penulis menanyakan: Kapankah penyuluhan DBD kepada warga dilaksanakan puskesmas dan dengan pihak mana puskesmas berkoordinasi? Jawaban tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa penyuluhan DBD dilaksanakan setiap

(56)

yang sifatnya turun ke lapangan. Dalam hal ini puskesmas berkoordinasi dengan

pihak kelurahan dan kepala lingkungan untuk mengajak warga datang ke kelurahan

untuk mendapatkan penyuluhan DBD.

Pertanyaan selanjutnya yang penulis ajukan: Apa yang menjadi penyebab warga dapat terkena DBD? Jawaban dari tenaga medis bahwa penyebab warga dapat

terkena DBD karena warga kurang menjaga kebersihan lingkungan tempat

tinggalnya, kurangnya kesadaran untuk melaksanakan gotong royong membersihkan

selokan/parit, kurang perduli dengan pola hidup sehat, lalai melaksanakan program

3M, dan cuaca yang buruk.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa warga menunggu ada

yang menderita penyakit DBD dulu, setelah itu timbul kesadarannya akan kebersihan

lingkungan dan pola hidup sehat. Kemudian tidak melaksanakan program 3M. Hal

ini yang menjadi kendala utama bagi pihak puskesmas dalam kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk.

2. Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

(57)

Selain itu, kepala lingkungan juga mengawasi warga dalam kegiatan gotong royong. Jika ada yang kurang peduli maka puskesmas dan kepala lingkungan melakukan penyuluhan perlunya gotong royong dan pendekatan persuasif. Tujuannya agar warga lain waktu turut serta dalam kegiatan gotong royong.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah warga di ajak ikut serta dalam kegiatan gotong royong membersihkan selokan/parit? Jawaban dari tenaga medis adalah dalam hal ini, puskesmas bekerja sama dengan kelurahan terutama dengan

kepala lingkungan setempat untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan gotong

royong membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas sama dengan apa yang dijelaskan

oleh tenaga medisnya dan menambahkan bahwa dengan adanya koordinasi dengan

pihak kelurahan khususnya kepala lingkungan setempat memudahkan puskesmas

untuk mengajak warga melaksanakan kegiatan gotong royong.

Kemudian penulis menanyakan: Bagaimana respon masyarakat terhadap kegiatan gotong royong tersebut? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas

bahwa respon masyarakat positif atau menyambut dengan baik dan melaksanakan

kegiatan gotong royong untuk membersihkan selokan /parit yang airnya tidak/kurang

mengalir.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Dengan pihak mana saja puskesmas berkoordinasi dalam kegiatan gotong royong? Jawaban dari tenaga medis

bahwa dalam kegiatan gotong royong puskesmas berkoordinasi dengan camat, lurah,

(58)

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa dalam kegiatan gotong

royong puskesmas kerjasama lintas sektoral yaitu dengan camat, lurah, dan terutama

kepala lingkungan. Karena kepala lingkungan yang mengenal dan dekat dengan

masyarakat.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Kendala apa yang ditemukan puskesmas untuk mengajak warga ikut serta dalam kegiatan gotong royong serta bagaimana mengatasinya? Jawaban dari tenaga medis bahwa puskesmas

menemukan ada warga yang tidak ikut serta dan kurang kesadarannya dalam

kegiatan gotong royong. Solusinya adalah melakukan pendekatan persuasif terhadap

warga itu dan menjelaskan bahaya dari Demam Berdarah Dengue sehingga perlu

dilaksanakan gotong royong dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa selaku pimpinan

puskesmas selain ikut memberikan penyuluhan, juga berkoordinasi dengan kepala

lingkungan agar memberi pengarahan dan pendekatan persuasif terhadap warga

yang kurang kepeduliannya dan berharap lain waktu warga itu dapat ikut serta.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah warga ikut serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa ada warga yang ikut serta dan ada juga warga yang tidak ikut

serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Warga yang tidak ikut

berpartisipasi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk dikarenakan kurangnya

kesadaran akan bahaya DBD.

(59)

dan Kepala Puskesmas bahwa respon masyarakat positif terhadap kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk, tetapi dalam prakteknya warga masih ada yang

tidak melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilingkungan

tempat tinggalnya.

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Bagaimana tingkat kesadaran warga akan kebersihan lingkungan? Jawaban dari tenaga medis bahwa warga kurang

kesadaran akan kebersihan lingkungan. Sedangkan jawaban Kepala Puskesmas

bahwa warga kurang kesadarannya akan kebersihan lingkungan, sehingga apabila

ada yang terkena DBD maka kesadarannya mulai muncul.

3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat

Perencanaan kegiatan dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan berupa fogging dilaksanakan sebulan 1 (satu) kali. Pengorganisasian fogging oleh tenaga medis dan pegawai kelurahan. Fogging dilaksanakan di rumah warga yang terindikasi Demam Berdarah Dengue (DBD) dan disekolah-sekolah. Pada rumah warga, fogging dilaksanakan 1 (satu) kali, tetapi jika ada warga yang terindikasi atau meninggal terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) maka fogging dilakukan sebanyak 2 (dua) kali. Pengawasan kegiatan ini berkoordinasi dengan kepala lingkungan setempat.

(60)

Selain fogging pelayanan kesehatan lain berupa pemberian bubuk abate gratis. Hal ini bertujuan untuk melaksanakan abatisasi yaitu menaburkan bubuk abate di bak mandi dan tempat penampungan air. Puskesmas melakukan pengawasan pada rumah warga dan menjelaskan penggunaannya sekaligus menanyakan apakah warga telah melaksanakan abatisasi. Puskesmas berkoordinasi dengan kepala lingkungan agar melakukan pendekatan langsung kepada warga pada setiap rumah warga di lingkungannya.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apa tindakan yang di ambil puskesmas jika mendapatkan laporan DBD dari warga? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa puskesmas akan mendatangi rumah warga yang terkena DBD,

penderita dibawa ke puskesmas/dokter, lalu melakukan pemeriksaan Epidemologi,

bila positif terkena DBD akan dikirim langsung ke rumah sakit untuk dirawat, dan

selanjutnya puskesmas melaksanakan fogging di rumah warga yang menderita DBD .

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Berapa kali fogging dilakukan puskesmas pada rumah warga yang menderita DBD? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa fogging 2 (dua) kali dilakukan jika ada warga yang

terkena atau meninggal karena DBD dan 1 (satu) kali dilakukan fogging jika tidak

ada warga yang terkena DBD.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Dimana saja puskesmas melakukan fogging? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa

puskesmas melakukan fogging di rumah-rumah warga dan di sekolah-sekolah.

(61)

bahwa puskesmas membagikan bubuk abate secara gratis kepada warga serta

petunjuk penggunaannya.

4.2.1. Kriteria Informan

Agar informan mampu menjelaskan tentang masalah pokok tersebut di atas secara mendalam, maka untuk itu penulis memberi syarat sebagai berikut:

1. Warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

2. Pernah menderita DBD.

Berdasarkan kriteria diatas dianggap bahwa informan mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

4.2.1.1Hasil Wawancara

Berikut ini diuraikan hasil wawancara penulis dengan informan. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 16 pertanyaan yang terbagi atas 3 bagian, yaitu:

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat, yang berisikan 7 pertanyaan dari 3 indikator pengembangan kesehatan masyarakat.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, yang berisikan 6 pertanyaan dari 3 indikator pembinaan peran serta masyarakat untuk hidup sehat. 3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, yang berisikan 3

(62)

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan informan: Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang DBD dari pihak puskesmas sebelum terkena DBD? Adapun jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil dan Asbiah Lubis bahwa puskesmas pernah melaksanakan penyuluhan DBD, sedangkan menurut Tania Septari, Ikhsan, Putri Ayu Lestari, dan M. Pane bahwa puskesmas tidak

pernah melaksanakan penyuluhan DBD.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan kepada informan: Sepengetahuan Bapak/Ibu apakah puskesmas melaksanakan penyuluhan di kelurahan? Jawaban dari

informan seluruhnya sama yaitu: bahwa puskesmas pernah melaksanakan

penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada warga di kelurahan.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dari pihak puskesmas? Jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Asbiah Lubis, dan M. Pane bahwa puskesmas pernah melaksanakan penyuluhan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sewaktu mengadakan penyuluhan di

kelurahan dan pada saat pihak puskesmas penyuluhan turun lapangan ke

rumah-rumah warga. Sedangkan menurut Ikhsan dan Putri Ayu Lestari bahwa puskesmas

tidak pernah melakukan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? Jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Ikhsan, dan Asbiah Lubis mengetahui bahwa

(63)

Gambar

Tabel 1.  Keadaan Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan / 2011
Tabel 2. Nama, Pendidikan dan Jabatan Pegawai di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

Referensi

Dokumen terkait

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor : 54 Tahun 2010 dan perubahannya Nomor : 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah,

Utara terkhusus untuk sahabat tercinta penulis yang selalu mendukung dan banyak.. memberikan masukan Arnike Doya, Mia Rhamayani dan Ari

Kinerja campuran HRS-WC iller abu am pas tebu berdasarkan pengujian dengan alat Marshall yaitu, (1)KAO campuran sebesar 7,25%; (2) stabilitas campuran meningkat dan

Kebutuhan alumina PT Inalum saat ini sebanyak 500.000 ton (setara 775.000 ton) per tahun, sementara kemampuan produksi bijih bauksit per tahun di Kalimantan Barat sebesar

Kemampuan dasar keilmuan dan humanitas berdasar keimanan tentunya merupakan landasan bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berwujud sensitifitas dan

Eksplan daun yang dikulturkan dalam medium MS + 3 mg/l NAA + 0,1 mg/l kinetin dapat menginduksi akar dengan memberikan hasil terbaik berdasarkan peubah amatan

PENGEMBANGAN PRODUK EKSTRAK BAHAN AKTIF YANG MENGANDUNG SENYAWA OLIGORESVERATROL DARI TUMBUHAN MERANTI SEBAGAI OBAT KANKER 5.. Bidang Teknik Invensi : Obat-obatan (Therapeutics)