• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Fungsi Penulisan Huruf Katakana dalam Komik “Hime Chan no Ribon seri ke 4” karya Megumi Mizusawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Fungsi Penulisan Huruf Katakana dalam Komik “Hime Chan no Ribon seri ke 4” karya Megumi Mizusawa"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK “HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4” KARYA MEGUMI

MIZUSAWA

MIZUSAWA MEGUMI NO SAKUHIN NO “DAI YON SHIRIIZU HIME CHAN NO RIBON” NO MANGA NO KATAKANA WO KAKUKOTO NO

KINOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat

ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang Oleh:

KHADIJAH SA’ADAH 120722005

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK “HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4” KARYA MEGUMI

MIZUSAWA

MIZUSAWA MEGUMI NO SAKUHIN NO “DAI YON SHIRIIZU HIME CHAN NO RIBON” NO MANGA NO KATAKANA WO KAKUKOTO NO

KINOU NO BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam

bidang ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Nandi S.

NIP : 19600822 1988 03 1002 NIP : 19600919 1988 03 1 001 Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat, berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi Penulisan Huruf Katakana dalam Komik “Hime Chan no Ribon seri ke 4” karya Megumi Mizusawa”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dimana masih terdapat banyak kekurangan baik dari tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga skrisi ini menjadi lebih bermanfaat dan lebih sempurna.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, penghargaan dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku ketua Departemen Sastra Jepang Ekstensi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk lebih teliti dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Nandi S, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

(4)

masukan-masukan, bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Seluruh dosen dan staff pegawai Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen dan staff pegawai Departemen Sastra Jepang.

6. Kedua orang tua ku tersayang, Ayahanda Usman Lubis dan Ibunda Raihana Sipayung yang telah memberikan doa, nasihat, dukungan, perhatian, semangat dan bantuan yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Untuk kakak dan abang ku dr.Riauati Sinurat dan Denny Simarmata, S.H, terima kasih yang sebesar-besarnya, karena tanpa kalian, aku tidak akan bisa seperti sekarang.

8. Untuk Bu Niar, terima kasih atas pinjaman bukunya yang telah membantu selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Sastra Jepang Ekstensi 2012 (Kak Marwiyah, Ayya, Kak Yanthi, Kak Alfi, Reby, Tiwi, Aidil dan Zyda). 10.Teman-teman di CCMDN Telkomsel yang telah bersedia membantu dan

(5)

Kak Jelita, Bunga, Henny dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Aku sayang kalian semua.

11.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi peneliti yang memiliki bahan terkait dengan isi skripsi ini.

Medan, April 2014

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ··· i

DAFTAR ISI ··· iv

BAB I PENDAHULUAN ··· ··· 1

1.1Latar Belakang Masalah ··· 1

1.2Perumusan Masalah ··· 8

1.3Ruang Lingkup Pembahasan ··· 9

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ··· 11

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ··· 15

1.6Metode Penelitian ··· 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SEJARAH HURUF JEPANG, JENIS-JENIS HURUF JEPANG DAN FUNGSI PENULISANNYA, SERTA KOMIK ··· 17

2.1 Sejarah Huruf ··· 17

2.1.1 Sejarah Munculnya Huruf di Dunia ··· 17

2.2.2 Sejarah Munculnya Huruf Jepang ··· 18

(7)

2.2.1 Huruf Kanji dan Fungsi Penulisannya ··· 20

2.2.2 Huruf Hiragana dan Fungsi Penulisannya ··· 23

2.2.3 Huruf Katakana dan Fungsi Penulisannya ··· 29

2.2.4 Huruf Romaji dan Fungsi Penulisannya ··· 38

2.3 Komik ··· 41

2.3.1 Pengertian Komik ··· 41

2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Komik di Jepang ··· 42

2.3.3 Komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 ··· 44

BAB III ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4 KARYA MEGUMI MIZUSAWA ··· 46

3.1 Menunjukkan Kata Hewan dan Tumbuhan ··· 46

3.2 Menujukkan Nama Diri ··· 52

3.3 Menunjukkan Kata-Kata Seruan ··· 56

3.4 Menunjukkan Penekanan, Menarik Perhatian Pembaca ··· 59

3.5 Menujukkan Istilah-istilah Khusus (ingo) ··· 63

(8)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ··· 71

4.2 Saran ··· 73

DAFTAR PUSTAKA

(9)

ABSTRAK

ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4 KARYA MEGUMI MIZUSAWA

Huruf dalam bahasa Jepang disebut 文 字/ moji, termasuk di dalamnya

(10)

Komik Hime Chan No Ribon ini merupakan kisah seorang gadis kelas 2 SMP yang tomboi. Pada suatu malam, seorang putri dari negeri sihir bernama Erika menjumpai Hime. Erika memiliki wajah yang serupa dengan wajah Hime. Erika datang untuk meninjau bumi selama setahun dan untuk membuktikan bahwa dirinya layak menjadi seorang putri, dia harus memberikan benda ciptaannya sendiri untuk digunakan orang lain. Karena itu Erika memberikan Hime sebuah pita merah yang bisa merubahnya menjadi orang lain. Rahasia ini hanya diketahui oleh Hime, Erika, Daichi dan Arisaka yang juga merupakan penduduk dunia sihir. Komik ini menceritakan tentang pengalaman dan masalah-masalah yang mereka hadapi selama Hime memakai pita ajaib tersebut .

Penulis mengklasifikasikan dialog-dialog percakapan dalam komik tersebut berdasarkan fungsi penulisan huruf katakananya. Katakana selain dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti nama tempat dan nama orang asing, kata pungut dan kata-kata bahasa asing, dapat juga dipakai untuk kata-kata yang tergolong onomatope, (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, istilah-istilah khusus (ingo), istilah bidang keahlian (senmon yoogo), nomina nama diri (koyuu meishi), menggantikan huruf kanji, menuliskan telegram, menunjukkan kata-kata seruan, dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengartian khusus.

(11)

masing-masing fungsi tersebut diberikan 2 contoh cuplikan percakapan. Fungsi-fungsi huruf katakana yang dibahas, antara lain:

7. Menunjukkan nama hewan dan tumbuhan 8. Menunjukkan nama diri

9. Menunjukkan kata-kata seruan

10.Menunjukkan penekanan, menarik perhatian pembaca 11.Menunjukkan istilah-istilah khusus (ingo)

12.Menunjukkan onomatope

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

3. Untuk mengetahui latar belakang situasi dan kondisi yang memunculkan penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

4. Untuk mengetahui sejauh mana fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

Dari 10 contoh cuplikan percakapan dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4, beberapa fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang antara lain:

h. menunjukkan nama hewan dan tumbuhan terdapat 3 kata. i. menujukkan nama diri terdapat 2 kata.

j. menunjukkan kata-kata seruan terdapat 3 kata.

(12)

m. menunjukkan onomatope terdapat 4 kata.

n. menggantikan huruf kanji terdapat terdapat 3 kata.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Penguasaan terhadap bahasa, melebihi dari atribut manapun, memberikan perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya. Untuk memahami kemanusiaan kita, orang harus memahami atau mengetahui bahasa yang menjadikan kita sebagai makhluk manusia. Menurut ahli filsafat pengungkapan dalam kepercayaan atau agama oleh kebanyakan orang, bahasa adalah sumber kekuatan dan kehidupan (Ahmad, 1996: 2).

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi (Chaer, 2004: 11).

(14)

Sementara itu, Keraf (1980: 16) menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan demikian fungsi bahasa adalah media untuk menyampaikan makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan.

Bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya, diantaranya adalah bahasa bersifat manasuka (arbitrer), artinya bahwa hubungan antara bahasa dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah-ubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna tertentu (Chaer, 2004: 12).

(15)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bahasa dinyatakan dengan lisan dan tulisan. Perbedaannya ialah penyampaian informasi secara lisan menggunakan alat ucap manusia dengan bantuan udara pernafasan. Sedangkan penyampaian informasi secara tulisan menggunakan huruf-huruf yang dapat diterima, dibaca, dimengerti oleh penerima informasi tersebut (Sudjianto, 2007: 54). Tapi, dari kedua cara tersebut, ada satu kelemahan bahasa yang disampaikan secara lisan yaitu hanya sekejap bentuk bahasa itu akan hilang. Hal ini terjadi terutama pada zaman dulu sebelum ada alat perekam suara seperti sekarang ini. Dengan alasan itulah diperlukan huruf yang dapat merekam bahasa secara tertulis.

Diantara banyaknya bahasa di dunia, bahasa Jepang adalah salah satunya. Dalam bahasa Jepang juga dikenal dua cara penyampaian bahasa yaitu 話し言 葉/ hanashikotoba (ragam lisan, yaitu bentuk bahasa yang dipakai pada waktu

tukar menukar informasi secara lisan dalam berbagai kehidupan sehari-hari) dan 書き言葉/ kakikotoba (ragam tulisan, yaitu bentuk bahasa yang dipergunakan

pada waktu tukar menukar informasi secara tertulis menggunakan huruf dalam berbagai kehidupan sehari-hari).

(16)

informasi yang disampaikan orang lain pada saat ia membutuhkannya. Dapat dibayangkan kalau huruf tidak ada di dalam bahasa Jepang. Mungkin orang Jepang tidak akan dapat melihat jauh ke belakang bagaimana sejarah negaranya atau bagaimana sastra budayanya yang berlangsung terus sejak zaman dulu sampai sekarang.

Huruf dalam bahasa Jepang disebut 文 字/ moji, termasuk di dalamnya huruf-huruf kanji, hiragana, katakana, roomaji dan sebagainya. Ada yang menyebut huruf ini dengan istilah monji dan ada pula yang menyebutnya hanya dengan istilah ji. Bahasa Jepang adalah bahasa yang dapat dinyatakan dengan tulisan yang menggunakan huruf-huruf (kanji, hiragana, katakana, roomaji) ini (Iwabuchi, 1989: 180).

Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf tetapi miskin dengan bunyi. Hal ini dikarenakan bunyi dalam bahasa Jepang terdiri dari lima vokal, dan beberapa buah konsonan yang diikuti vokal tersebut dalam bentuk suku kata terbuka. Jumlah suku kata (termasuk bunyi vokal) dalam bahasa Jepang hanya 102 buah dan tidak ada suku kata tertutup atau kata yang diakhiri dengan konsonan kecuali bunyi [ん] saja (Sutedi, 2003: 6).

(17)

Untuk menyampaikan bunyi yang jumlahnya terbatas tadi (102 bunyi), digunakan empat macam huruf yaitu:

1) Huruf hiragana 2) Huruf katakana 3) Huruf kanji 4) Huruf romaji

Huruf hiragana dan katakana sering disebut dengan huruf Kana. Jumlah huruf hiragana dan katakana yang sekarang digunakan masing-masing 46 huruf, kedua jenis huruf ini digunakan untuk melambangkan bunyi yang sama. Dari huruf tersebut, ada yang dikembangkan dengan menambahkan tanda tertentu untuk membentuk bunyi lainnya yang jumlahnya masing-masing 56 bunyi. Huruf-huruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi dalam bahasa Jepang secara total terdiri dari sekitar 102 suku kata (Sutedi, 2003: 7).

(18)

percakapan tanpa baca tulis. Untuk mentransfer bunyi bahasa Jepang ke dalam huruf alphabet digunakan tiga sistem, yaitu: (1) sistem Jepang (日本式/nihon-shiki), (2) ) sistem Kunrei (訓令式/kunrei-(日本式/nihon-shiki), dan sistem Heppburn (ヘボン 式/Hebon-shiki) .

Secara umum, di kebanyakan tempat kursus bahasa Jepang, katakana agak lebih terburu-buru dipelajari, setelah pelajaran yang jauh lebih mendalam mengenai hiragana. Alasannya adalah bahwa buku-buku sekolah dasar maupun buku anak-anak di Jepang ditulis dalam hiragana. Para pelajar yang mempelajari bahasa Jepang dengan cara seperti ini mungkin saja lantas menyadari bahwa pengetahuan katakana mereka agak lemah dan oleh karena itu ingin memperkuatnya, sebagai bagian pelajaran umum mengenai bahasa Jepang tulisan (Matsumoto, 2002: 11).

Katakana dulunya adalah suku kata yang digunakan untuk menyederhanakan kanji, digunakan oleh para pendeta Budha untuk mengindikasi pelafalan yang tepat dari naskah-naskah Budha pada abad 9. Kata katakana, berarti ‘bagian (dari kanji) naskah’. Hal ini berarti suku kata katakana mewakili sebagian dari kanji, dulunya disebut sebagai ‘tulisan pria’ (http://www.coolest.com).

(19)

ada sedikit yang berbeda jika dibandingkan dengan fungsi katakana pada awalnya, dimana dalam komik bahasa Jepang, banyak terdapat kata-kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kanji atau hiragana, tapi dituliskan dengan huruf katakana.

Contohnya kanji 俺 / ore yang berarti ‘saya’ dalam komik Hime Chan no Ribon sering dituliskan オレ/ore, lalu pada kata いや/iya yang berarti ‘benci’

seharusnya dituliskan dengan kanji at au hiragana tapi dituliskan dengan イ ヤ/iya. Hal ini terkadang menimbulkan salah pengertian bagi pembelajar

bahasa Jepang. Misalnya saja pada kata い や/iya, saat kata ini dituliskan dengan hiragana atau kanji, tentu saja para pembelajar bahasa Jepang akan langsung tahu arti dari kata itu, akan tetapi jika kata tersebut dituliskan dalam katakana, maka bisa saja mereka mengira bahwa ada kosakata lain yang memang dituliskan dengan イヤ/iya dan mempunyai arti yang lain dari kata い や/iya yang ditulis dangan hiragana atau kanji. Karena jika dilihat dalam kamus Jepang-Indonesia Kenji Matsuura kata い や/iya terdiri dari dua arti yaitu いや/iya yang berarti ‘tidak, bukan’ dan 嫌/iya yang berarti ‘kebencian,

kejijikan’.

(20)

Ribon seri ke 4 Karya Megumi Mizusawa, melalui skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi Penulisan Huruf Katakana dalam Komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 Karya Megumi Mizusawa”.

1.2Perumusan Masalah

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa huruf Jepang terdiri dari huruf hiragana, katakana, kanji dan romaji. Di antara huruf-huruf tersebut, huruf katakana yang biasa sering digunakan sebagai penulisan bahasa asing tapi pada kenyataannya saat sekarang ini banyak juga digunakan dalam menuliskan kosa kata asli bahasa Jepang dan hal ini menyebabkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam mengartikan maknanya. Misalnya, munculnya penulisan huruf katakana dalam contoh cuplikan dialog berikut:

姫子 :きゃ―っ、きゃ―っ、きゃ―っ、きゃ―っ 、きゃ―っ、

でた ―っ...

Himeko : Kyaa…, kyaa…, kyaa…, kyaa…, kyaa…, detaa… ( Himeko : Aaa…aaa…aaa…aaa…!!!Pergiiii…..)

大地 :野々原!!オレだよ。おちつけ!!オレ

Daichi : Nonohara!! Ore da yo.Ochitsuke!! Ore!!

!!

(Daichi : Nonohara!! Ini aku. Tenanglah!! Ini aku!!)

姫子 :えっ!

(21)

大地 :オレ

Daichi : Ore da yo. Daichi kun!! Hora kao mite miro yo. だよ。大地くん!!ほら顔みてみろよ。

(Daichi : Aku loh. Daichi!! Ayo coba lihat wajahku.) (Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman17)

Dalam dialog tersebut terdapat kosa kata asli bahasa Jepang yaitu オレ/ore

yang dituliskan dalam huruf katakana. Konteks dialog-dialog seperti inilah yang akan penulis analisis pada penulisan ini. Untuk itu, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah latar belakang situasi dan kondisi yang memunculkan penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4?

2. Bagaimanakah fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Pada penulisan ini penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasannya mengenai latar belakang situasi munculnya penggunaan huruf katakana dan fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

(22)

digunakan dalam percakapan itu sendiri, maka untuk menganalisis fungsi penulisan kosakata asli bahasa Jepang dengan huruf katakana ini, penulis akan mencoba menghubungkannya dengan situasi percakapan yang sedang berlangsung dalam alur cerita pada komik tersebut.

Dari 10 fungsi penulisan huruf katakana yang penulis kumpulkan dari beberapa buku dan pendapat pakar, penulis hanya membahas 6 dari fungsi huruf katakana yang ditemukan dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 yang di masing-masing fungsi tersebut akan diberikan 2 contoh cuplikan percakapan. Fungsi-fungsi huruf katakana yang akan dibahas, antara lain:

1. Menunjukkan kata hewan dan tumbuhan 2. Menunjukkan nama diri

3. Menunjukkan kata-kata seruan

4. Menunjukkan penekanan, menarik perhatian pembaca 5. Menunjukkan istilah-istilah khusus (ingo)

6. Menunjukkan onomatope

(23)

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Salah satu ciri yang sekaligus menjadi hakekat setiap bahasa adalah bahwa bahasa itu merupakan sebuah sistem. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer, 2004: 11). Sistem bahasa yang dibicarakan adalah berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang itu berbentuk bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.

Keraf (1980: 16) menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbitrer. Artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Meskipun lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat konvensional. Artinya, setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya (Chaer, 2004: 12-13).

Huruf Jepang adalah huruf hiragana dan huruf katakana, huruf ini disebut 五 十音/gojuon (50 buah bunyi). Huruf hiragana dan katakana diperkirakan dibuat

(24)

huruf kanji. Pada awalnya huruf hiragana dipergunakan oleh wanita dan huruf katakana dipergunakan oleh kaum pria (Hamzon, 2007:81).

Katakana dapat dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti nama tempat asing, kata pungut dan kata-kata bahasa asing, kata-kata yang tergolong onomatope (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau benda mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan,istilah-istilah khusus bidang keahlian (senmongo), dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengertian yang khusus (Ishida, 1991: 75).

1.4.2 Kerangka Teori

(25)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Latar belakang adalah: 1 hiasan (berupa pemandangan atau musik) 2 efek musik dan suara yang melatari acara televisi maupun radio; 3 adegan di dalam film layar lebar, televisi, atau pada foto (dalam dunia produksi, fotografi, atau percetakan); 4 dasar (alasan) suatu tindakan (perbuatan); motif ; 5 keterangan mengenai suatu peristiwa guna melengkapi informasi yang tersiar sebelumnya. Sementara Fungsi adalah: 1 jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; 2 faal (kerja suatu bagian tubuh); 3 besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5 peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek).

Penulisan ini menggunakan pendekatan semiotik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semiotik adalah: segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia. Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa (Chaer, 2007: 37).

(26)

Secara garis besar semiotik digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotik pragmatik (semiotic pragmatic) yaitu menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek, semiotik sintaktik (semiotic syntactic) yaitu menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek, dan semiotik semantik (semiotic semantic) yaitu menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan.

Untuk latar belakang dan fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 yang akan dianalisis, penulis akan melihat fungsi penulisan huruf katakana dari teori-teori semiotik di atas.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mengelompokkan contoh-contoh dialog percakapan dalam komik Hime Chan bo Ribon seri ke 4 sesuai dengan fungsi-fungsi huruf katakana tersebut yang dilihat dari situasi dan kondisi percakapan.

(27)

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang situasi dan kondisi yang memunculkan penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

2. Untuk mengetahui sejauh mana fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai fungsi penulisan huruf katakana dalam bahasa Jepang khususnya dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

2. Sebagai referensi ilmu ketatabahasaan bagi instusi yang membutuhkan karangan ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut.

1.6Metodologi Penelitian

(28)

deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan. Dalam pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interprestasi tentang arti data ini.

Teknik pengumpulan data penulisan ini melalui studi kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung tulisan ini.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menyelesaikan penulisan ini adalah:

1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan.

2. Membaca komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

3. Mencari dan mengumpulkan serta mengklasifikasikan kosakata asli bahasa Jepang yang dituliskan dengan huruf katakana berdasarkan fungsinya dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

4. Menterjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu yang dituliskan dengan huruf katakana.

(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SEJARAH HURUF JEPANG, JENIS-JENIS HURUF JEPANG DAN FUNGSI PENULISANNYA, SERTA

KOMIK

2.1Sejarah Huruf

2.1.1 Sejarah Munculnya Huruf di Dunia

Sejarah huruf bermula di Mesir purba. Perkembangan bahasa tulis bermula sejak sebelum Masehi, di mana awalnya manusia menggunakan bahasa gambar untuk berkomunikasi. Bangsa Afrika dan Eropa mengawali pada tahun 3500-4000 sebelum Masehi dengan membuat lukisan di dinding gua. (http://hobyt.wordpress.com)

(30)

2.1.2 Sejarah Munculnya Huruf di Jepang

Menurut Iwabuchi Tadasu (1989: 280-281), huruf dimulai dari gambar untuk menunjukkan isi atau arti suatu hal atau perkara. Gambar-gambar itu disederhanakan, lalu pada akhirnya bersamaan dengan bentuk (gambar) tersebut ditentukanlah cara-cara pengucapannya berdasarkan kebiasaan atau adat istiadat masyarakat pemakainya. Huruf yang menyatakan isi atau arti dan sekaligus menyatakan pengucapan seperti ini disebut hyoo’i moji. Salah satu contoh hyoo’i moji adalah huruf kanji. Selain hyoo’i moji, ada juga hyoo’on moji yaitu huruf yang hanya menyatakan bentuk-bentuk pengucapan yang tidak memiliki arti tertentu. Di dalam hyoo’on moji terdapat onsetsu moji dan tan’on moji. Onsestsu moji adalah huruf yang pada prinsipnya menyatakan sebuah silabel seperti huruf hiragana dan katakana, sedangkan tan’on moji adalah huruf yang pada prinsipnya menyatakan sebuah fonem seperti huruf latin.

Sebelum adanya huruf Jepang yang digunakan sekarang ini, bangsa Jepang menggunakan aksara kanji China/Tionghoa. Secara resmi, aksara Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat barang-barang yang diimpor dari Tionghoa melalui aksara Tionghoa banyak dipakai untuk menulis di Jepang, termasuk untuk prasasti dari batu dan barang-barang lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kanji)

(31)

anak-anak dengan judul Jepang mungkin sudah mengenal aksara Tionghoa seja hadiah dari Tiongkok untuk raja negeri Wa (Jepang). (http://id.wikipedia.org/wiki/Kanji)

Dokumen tertua yang ditulis di Jepang menurut perkiraan ditulis keturunan dari Tiongkok bekerja di istana sebagai Jepang kuno yang disebut yamato kotoba dalam aksara Tionghoa. Selain itu, mereka juga menuliskan berbagai peristiwa dan kejadian penting.

Sebelum aksara kanji dikenal orang Jepang, bahasa Jepang berkembang tanpa bentuk tertulis. Pada awalnya, dokumen bahasa Jepang ditulis dalam bahasa Tionghoa, dan dilafalkan menurut cara membaca bahasa Tionghoa. Siste漢文) merupakan cara penulisan bahasa Jepang menurut bahasa

Tionghoa yang dilengkapi membantu penutur bahasa Jepang mengubah susunan kata-kata, menambah partikel, dan infleksi sesuai atura

(32)

hiragana. Sementara it sebagian kecil coretan dari sebagian karakter kanji yang dipakai dalam man'yoogana.

2.2Jenis-jenis Huruf Jepang 2.2.1 Huruf Kanji dan Fungsinya

Huruf kanji lahir pada kira-kira 1500 tahun sebelum Masehi di kalangan suku Kan di China. Huruf kanji adalah huruf yang mengutarakan arti yang dibentuk meniru bentuk bendanya, atau tanda-tanda yang diberikan dalam menunjukkan arti sesuatu benda atau sifat atau pekerjaan atau tanda-tanda lainnya.

Huruf kanji tersebut didatangkan ke Jepang pada abad ke-4 atau awal abad ke-5. Didatangkan ke Jepang juga disertai pengucapannya dalam bahasa Kan, yang kemudian di Jepang disebut dengan 音読み/on’yomi (cara baca on).

Tetapi arti huruf tersebut bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang asli, sehingga huruf kanji tersebut juga dibaca dengan bahasa Jepang asli yang disebut dengan 訓読み/kun’yomi. (Situmorang, 2007: 82)

(33)

dipelajari di Sekolah Dasar. Lalu setelah itu sudah beberapa kali diterbitkan daftar kanji yang standar. Pada tanggal 16 Nopember 1946 (dengan maklumat kabinet) ditetapkanlah Daftar Tooyo Kanji (Tooyo Kanjihyoo) yang memuat 1850 huruf kanji. Kanji-kanji yang termasuk pada Daftar Tooyo Kanji ini terbatas pada kanji-kanji yang dipergunakan dalam bidang perundang-undangan, dokumen-dokumen atau surat-surat dinas, surat kabar, majalah atau kanji-kanji yang dipakai secara umum dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu sebagai lampirannya ditetapkan pula Kyoiku Kanji (Kanji yang harus dikuasai oleh siswa SD dan SLTP di Jepang) yang memuat 881 kanji, Daftar Bentuk Kanji (Jitaihyoo), 92 huruf kanji yang biasa dipergunakan untuk nama orang (Jinmeihyoo Kanji), Daftar On-Kun (Onkunhyoo), dan sebagainya. Lalu pada tanggal 1 Oktober 1981 ditetapkan lagi daftar Jooyoo Kanji (Jooyoo Kanjihyoo) yang memuat 1945 kanji lengkap dengan cara membaca on’yomi dan kun’yomi beserta ontoh-contoh katanya. Jumlah jooyoo kanji ini berasal dari 1850 tooyoo kanji ditambah 95 huruf kanji sehingga seluruhnya berjumlah 1945 huruf kanji (Nihongo Kyooshi Tokuhon Henshuubu,1989: 130).

(34)

a) はし/hashi

Kata hashi dalam bahasa Jepang dapat menunjukkan arti yang berbeda-beda, diantaranya :

1) 箸 / hashi yang menunjukkan arti ‘sumpit’ 2) 橋 / hashi yang menunjukkan arti ‘jembatan’

3) 端 / hashi yang menunjukkan arti ‘tepi’, ‘pinggir’, ‘ujung’ b) かえる / kaeru

Kata kaeru dalam bahasa Jepang dapat menunjukkan arti yang berbeda-beda, diantaranya :

1) 帰る / kaeru yang menunjukkan arti ‘pulang’ 2) 蛙 / kaeru yang menunjukkan arti ‘katak’

3) 変える / kaeru yang menunjukkan arti ‘mengubah’ 4) 孵る/ kaeru yang menunjukka arti ‘menetas’ c) あつい / atsui

Kata atsui dalam bahasa Jepang dapat menunjukkan arti yang berbeda-beda, diantaranya :

1) 熱い/ atsui yang menunjukkan arti ‘panas’ (menyatakan cuaca) 2) 暑い/ atsui yang menunjukkan arti ‘panas’(menyatakan sifat benda) 3) 厚い/ atsui yang menunjukkan arti ‘tebal’

(35)

benda. Dengan adanya huruf kanji dapat memudahkan memahami arti tanpa harus memperhatikan cara baca dari huruf tersebut.

2.2.2 Huruf Hiragana dan Fungsinya

Untuk penulisan bahasa Jepang pada zaman Nara (710M – 794M) dipakai on-kun (cara baca on’yomi dan kun’yomi) huruf kanji secara hyoo’on moji. Oleh karena hal ini pada umumnya dipakai pada man’yooshuu, maka bentuk tulisan tersebut dinamai man’yoogana. Lalu pada akhir zaman Nara bentuk huruf man’yoogana berubah, dan akhirnya menjadi soogana. Setelah itu pada pertengahan zaman Heian (794M – 1192M), setelah dibentuk soogana ini diperbaiki, disederhanakan dan diperindah, maka jadilah huruf hiragana.

Oleh karena huruf hiragana pada mulanya dipergunakan oleh kaum wanita, maka huruf ini disebut onnade (Ishida, 1991: 75). Huruf hiragana yang sekarang adalah bentuk huruf hiragana yang dipilih dari soogana yang ditetapkan berdasarkan Petunjuk Departemen Pendidikan Jepang yang dimuat pada Daftar 1 Shoogakkorei Shiko Kisoku pada tahun 1900 (tahun 33 Meiji). Bentuk huruf-huruf soogana lainnya disebut hentaigana yang dipakai pada catatan-catatan atau tulisan-tulisan lama, pada waka, haiku, dan sebagainya (Iwabuchi, 1989: 230).

Huruf Hiragana diambil dari bahagian huruf kanji. Berikut ini merupakan asal usul huruf hiragana (Katoo, 1991:227)

(36)

か 幾 き 久 く 計 け 己

左 → さ 之 → し 寸 → す 世 → せ 曽 → そ

太 → た 知 → ち 川 → つ 天 → て 止 → と

奈 → な 仁 → に 奴 → ぬ 祢 → ね 乃 → の

波 → は 比 → ひ 不 → ふ 部 → へ 保 → ほ

ま 実 み 武 む 女 め 毛

也 → や 由 → ゆ 与 → よ

ら 利 り 留 る 礼 れ 呂

和 → わ

Sampai sekarang belum ada pendapat yang pasti mengenai pencipta huruf hiragana. Sebab, seperti dijelaskan oleh Sada Chiaki dalam bukunya Atarashii Kokugogaku bahwa ada pendapat yang menjelaskan bahwa pembuat huruf hiragana adalah Kooboo Daishi, namun pendapat ini tidak beralasan. Sebab hiragana tidak dibuat oleh perseorangan dan tidak dibuat dalam satu kurun waktu tertentu (Sada, 1991: 59).

Hiragana adalah huruf-huruf yang berbentuk あ(a)、い(i)、う(u)、え

(37)

Pendapat ini dapat dijadikan salah satu karakteristik hiragana yang membedakannya dengan huruf katakana. Walaupun ada huruf hiragana seperti か(ka)、き(ki)、せ(se)、へ(he)、や(ya)、り(ri) yang secara sepintas terlihat

sama dengan bentuk katakana カ(ka)、キ(ki)、セ(se)、ヘ(he)、ヤ(ya)、リ

(ri) namun ada perbedaan yang mendasar. Perbedaan-perbedaan tersebut terletak pada bentuk coretan-coretan atau garis-garisnya. Coretan-coretan yang membentuk hiragana tampak melengkung, sedangkan coretan-coretan yang membentuk katakana tidak melengkung. Katakana terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan yang lurus yang terkesan kaku.

Semua huruf dalam sistem penulisan bahasa Jepang dapat dipakai secara bersamaan. Huruf-huruf tersebut dipakai secara bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, untuk menguasai ragam tulisan, diperlukan penguasaan semua jenis huruf beserta fungsinya masing-masing. Beberapa fungsi huruf hiragana, antara lain

1) Huruf Hiragana digunakan untuk menulis bahasa jepang yang tidak menggunakan kanji, misalnya:

a) この/ kono (Ini)

b) こちら / kochira (Di sini)

c) ありがとう / arigatou (Terima kasih) d) はい / hai (Iya)

(38)
(39)

でんきスタンド

denki sutando

kango 電気+ gairaigoスタンド kango (denki) + gairaigo(sutando) なまビール

nama biiru

wago生 + gairaigoビール wago (nama)+ gairaigo (biiru)

3) Hiragana dapat dipakai untuk menulis bagian kata yang termasuk yoogen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na) yang dapat mengalami perubahan seperti berikut:

4) Hiragana dipakai untuk menulis partikel (助詞/ joshi), misalnya:

a) 私の 国から 日本まで

Watashi

飛行機で 4時間かかります。

(40)

b) 首相は 来月 アメリカへ 行くと 言いました。 Shushuo wa raigetsu amerika e iku to

c) あそこに 男の 人が いますね。あの人は だれですか。

Asoko

iimashita. (Perdana menteri mengatakan bulan depan akan pergi ke Amerika)

ni otoko no hito ga arimasu ne. Ano hito wa

5) Huruf hiragana dapat dipakai untuk menulis verba bantu (助 動 詞/ jodoushi) misalnya:

dare desu ka (Di sana ada laki-laki kan. Siapa orang itu?)

a) 桜がきれいです

Watashi wa kamera wo

kaitai

c) 電気予報に よると、明日は 寒くなる

(Saya ingin membeli kamera)(希望 /

kibou ‘keinginan’)

そう

Denkiyouhou ni yoru to, ashita wa samuku naru

sou

6) Huruf hiragana dapat dipakai untuk menulis prefiks atau sufik yang ditulis dengan kanji, misalnya

(Menurut ramalan cuaca, katanya besok cuaca akan menjadi dingin)(伝聞 /

denbun ‘katanya’, ‘kedengarannya’

(41)

b) 田中さん / tanaka san c) 長さ / taka

(tuan Tanaka) sa

7) Huruf Hiragana berfungsi sebagai Furigana. Furigana, yaitu cara membaca huruf kanji. Biasanya, terdapat di atas atau di bawah huruf kanji. Fungsinya, untuk mempermudah orang asing dan anak-anak dalam membaca kanji, misalnya:

(tingginya)

a) 国 際 空 港

こくさいくうこう

b)

/ kokusaikuukou (Bandara internasional)

伝 統 的

でんとうてき

c)

/ dentouteki (Tradisional) 自動販売機

じどうはんばいき

/ jidouhanbaiki (Mesin penjualan otomatis)

2.2.3 Huruf Katakana dan Fungsinya

Katakana adalah huruf-huruf yang berbentuk seperti ア(a)、イ(i)、ウ (u)、エ(e)、オ(o) dan sebagainya. Katakana terbentuk dari garis-garis atau

coretan-coretan yang lurus (chokusenteki), sedangkan hiragana terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan yang melengkung (kyokusenteki) (Iwabuchi, 1989: 51). Bentuk garis-garis atau coretan-coretan inilah yang menjadi salah satu karakteristik katakana yang membedakannya dengan hiragana.

(42)

(termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, istilah-istilah khusus bidang keahlian (senmon yoogo), nomina nama diri (koyuu meishi), dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengartian khusus (Ishida, 1991:75).

Namun selain untuk hal-hal tersebut di atas, pemakaian katakana dapat kita temukan pula pada bahasa-bahasa telegram . Dalam ilmu bahasa Jepang seperti dalam bidang fonologi, katakana biasa dipakai untuk penulisan lambang bunyi atau pengucapan. Katakana biasa dipakai juga untuk menulis ingo (bahasa rahasia) dan zokugo (slang). Selain itu, katakana sering dipakai pada surat-surat atau buku-buku yang berhubungan dengan urusan perkantoran atau perusahaan. Dalam hubungan ini, katakana sering dipakai pada buku-buku tabungan, pada resi atau pada rekening pembayaran listrik, gas, dan sebagainya (termasuk penulisan nama orang Jepang), dan lain-lainnya. Dengan demikian katakana tidak hanya dipakai untuk penulisan kata pungut, namun dapat dipakai juga untuk menuliskan kata-kata atau kalimat-kalimat yang sebenarnya bisa dituliskan dengan huruf hiragana atau huruf kanji.

(43)

menuliskan kata-kata serapan bahasa asing ke dalam bahasa Jepang saja, penggunaan huruf katakana sangatlah bervariasi.

かたかなというと、一般に外来語を表記する文字という印象が強

い が 、 本 来 の 日 本 語 を 表 記 す る こ と の ほ う が 多 い で あ る 。

(http://ja.wikipedia.org/wiki/片仮名)

Katakana to iu to, ippan ni gairaigo wo hyoukisuru moji to iu inshou ga tsuyoi ga, honrai no nihongo wo hyoukisuru koto no houga ooi dearu.

Terjemahan:

Katakana yang umumnya dianggap sebagai huruf yang semata-mata untuk menulis kata-kata asing, sebenarnya sering dipakai untuk menulis kata-kata Jepang asli.

かたかなは次の場合に用いられる。外来語、外国の人名・地名、

その他の固有名詞、動物・ 植 物 の名、擬声語(擬態語も、時によって

かたかなで表記される場合がある)、電報文、とくに他と区別しよう

とする場合:当用漢字外の漢字の使用を避ける場合、ひらがなで書くと、

まわりのひらがなの中に埋没してしまって、 印 象 が薄れてしまうこと

がある。そんな時にはひらがなかきにせず、かたかなにすると、漢

字 を 使 っ た と き よ り も 注 意 を ひ く と い う 効 果 が あ る 。

(http://ja.wikipedia.org/wiki/片仮名)

(44)

(gitaigo mo, toki ni yotte katakana de hyoukisareru baai ga aru), denpoubun, toku ni hoka to kubetsushiyou tosurubaai : touyou kanjigai no kanji no shiyou wo sageru baai, hiragana de kaku to,mawari no hiragana no naka ni maipotsushite shimatte, inzou ga usurete shimau koto ga aru. Sonna toki ni wa hiragana kaki ni sezu, katakana ni suru to, kanji wo tsukatta toki yori mo chuui wohiku to iu kouka ga aru.

Terjemahan:

Katakana dipakai untuk menulis dalam keadaan seperti berikut. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing, nama orang dan tempat asing, serta kata-kata benda asing, nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, kata-kata yang menirukan sesuatu bunyi (ada kalanya juga waktu menulis kata-kata yang menunjukkan gerakan atau keadaan makhluk hidup atau benda mati), surat kawat (telegram), kata-kata yang ingin ditekankan: kata-kata yang ditulis dalam huruf kanji yang tidak termasuk lagi dalam toyo-kanji, sering ditulis dengan huruf kana. Akan tetapi, bila ditulis dengan huruf hiragana, ada kalanya kurang dapat memberikan kesan yang kuat, karena terpengaruh oleh huruf-huruf hiragana disekitarnya. Oleh karena itu, kata tersebut ditulis dengan huruf katakana, yang dapat memberi kesan yang lebih menyolok daripada bila ditulis dengan huruf kanji.

Berikut ini merupakan asal usul huruf katakana (Katoo, 1991:228)

ア 伊 イ 宇 ウ 江 エ 於

(45)

サ 之 シ 須 ス 世 セ 曽

太 → タ 千 → チ 川 → ツ 天 → テ 止 → ト

奈 → ナ 仁 → ニ 奴 → ヌ 祢 → ネ 乃 → ノ

八 → ハ 比 → ヒ 不 → フ 部 → ヘ 保 → ホ

万 → マ 三 → ミ 牟 → ム 女 → メ 毛 → モ

ヤ 由 ユ 與

良 → ラ 利 → リ 流 → ル 礼 → レ 呂 → ロ

レ → ン

Beberapa fungsi huruf katakana antara lain:

1) Untuk menuliskan nama hewan dan tumbuhan

Nama tumbuhan dan hewan pada umumnya bisa ditulis baik dengan huruf Katakana atau pun dengan huruf Hiragana. Petunjuk umum menyarankan untuk lebih memprioritaskan menggunakan huruf katakana. Tentunya, bunyi o panjang dituliskan dengan huruf katakana ウ(u)、atau terkadang dengan huruf katakana オ(o) bukan dengan tanda

ー atau | (Mitamura, 1988: 38). Misalnya:

(46)

d) タコ / tako (gurita)

2) Untuk menuliskan onomatope

Onomatope adalah suatu bentuk ekspresi yang mengandung makna definisi tersendiri dengan cara menirukan bunyi yang mencerminkan makna tersebut, atau pun dengan menamakan bunyi-bunyian itu. Misalnya saja karakteristik suara hewan atau burung, menirukan suara alam, seperti angin, hujan, air yang mengalir, dan banyak suara-suara lain yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, menggambarkan pergerakan atau pun keberadaan sesuatu secara grafik dan sugestif (Mitamura, 1988: 41). Misalnya:

a) ワンワン / wan wan (guk guk)

b) ニャーニャー / nyaa nyaa(meow meow) c) ヒューヒュー / hyuu hyuu(suara angin) d) ゴロゴロ / goro goro(suara guntur) 3) Untuk menuliskan telegram

Pada waktu dulu, telegram dituliskan dengan huruf katakana. Cara penulisan ini sudah digunakan sejak lama. Misalnya:

a) アシタ イク ムカエ タノム

Ashita iku mukae tanomu (Besok datanglah, tolong jumpai aku) b) カネ オクレ

(47)

c) ニュウガク オメデトウ

Nyuugaku omedetou (Selamat atas keberhasilan masuk sekolah baru) Seperti yang ditunjukkan di sini, tanda baca dan partikel dihilangkan dan pada umumnya bentuk sederhana lebih digunakan dari pada bentuk sopan –masu/desu (Mitamura, 1988: 44)

4) Untuk menggantikan kanji

Penggunaan seperti ini sangat banyak dijumpai dalam penulisan di majalah-majalah atau koran, baik itu berfungsi untuk menggantikan penulisan kanji yang susah, maupun kanji yang jarang dipakai (Mitamura, 1988: 44). Misalnya,

a) カエルはどんなエサ

Kaeru wa donna

をたべますか。

esa

b)

wo tabemasuka. (Seperti apa makanan yang dimakan katak?)

カギをおとした。

Kagi c)

wo otoshita. (Menjatuhkan kunci) ハマキをすった。

Hamaki

d) よくきょうだい

wo sutta. (Menghisap cerutu) ケンカ

Yoku kyoudai

をする

kenka

5) Untuk menyatakan penekanan arti , menarik perhatian pembaca wo suru (Sering bertengkar dengan saudara)

(48)

a) ツケがまわってきた。 Tsuke

b) そんなことは

ga mawatta kita. (Aku harus membayar dosa-dosaku) <Tsuke: tagihan>

desu yo. (Hal seperti itu akan mudah loh) カンジ

Ano hito wa

がいい。

kanji

6) Untuk menuliskan kata-kata seruan dengan huruf katakana

ga ii. (Orang itu memberikan kesan yang baik)

Sering ditemui penulisan kata-kata seruan yang huruf-huruf terakhirnya ditulis dengan katakana, walaupun huruf sebelumnya ditulis dengan hiragana (Mitamura, 1988: 47). Misalnya,

a) あつ いナア

7) Untuk menuliskan bahasa percakapan sehari-hari, zokugo (bahasa slang). Ekspresi percakapan sehari-hari biasanya dituliskan dengan katakana (Mitamura, 1988: 47). Misalnya,

(…ya kan)

(49)

8) Untuk menuliskan kata serapan bahasa asing,

Cara pengenalan huruf katakana pun kebanyakan terbatas pada kata-kata yang memang berasal dari bahasa asing tersebut seperti ice cream, chocolate, milk, handkerchief, dan semacamnya yang dijadikan sebagai contoh (Mitamura, 1988: 49)

a) アイスクリーム / aisukuriimu (es krim) b) チョコレート/ chokoreeto (cokelat) c) ミルク/ miruku (susu)

d) ハンカチ / hankachi(sapu tangan)

9) Untuk menyatakan nomina nama diri (Ishida, 1991: 75)

Katakana juga bisadigunakan sebagai nomina nama diri (koyuu meishi). Misalnya,

a) ボク/ boku (saya) b) オレ/ ore (saya) c) アンタ/ anta (kamu)

10)Untuk menuliskan senmongo (bahasa keahlian) dan ingo (bahasa rahasia), (Ishida, 1991: 75).

Morita (1997: 25) dalam buku Shakai Gengogaku menyatakan:

「隠語」は、集団内での秘密保持心理的結合を強化する機能を

持つものとして生まれたことばである。

(50)

Terjemahan:

Bahasa rahasia adalah bahasa yang muncul dengan memiliki fungsi untuk menjaga kerahasiaan atau mempererat hubungan antar orang-orang yang ada dalam suatu kelompok.

Misalnya:

a) 「ルー」/ ‘ ruu’ (obat kadaluarsa)

b) 「 ル ー ナ オ シ 」/ ‘ruu naoshi’ (memperbaharui obat yang kadaluarsa)

c) 「 マ ー キ ス ル 」/ ‘maki suru’ (menempatkan obat yang sudah kadaluarsa).

2.2.4 Huruf Romaji dan Fungsinya

Dalam bahasan mengenai huruf-huruf Jepang, selain huruf-huruf kanji , hiragana, dan katakana, ada satu huruf lagi yang harus diperhatikan yaitu roomaji. Memang huruf yang utama untuk penulisan bahasa Jepang adalah kanji, hiragana dan katakana, tetapi ada saatnya diperlukan pemakaian roomaji. Sebagai bukti dalam tulisan yang berbahasa Jepang baik dalam surat kabar, majalah-majalah, buku-buku pelajaran dan sebagainya yang ditulis dengan huruf Jepang, disana-sini selalu tampak penggunaan roomaji.

(51)

yaitu huruf yang melambangkan sebuah silabel, sedangkan roomaji disebut tan’on moji yaitu huruf yang melambangkan sebuah fonem.

Pemakaian roomaji untuk penulisan bahasa Jepang dimulai oleh para penyebar agama Kristen yang datang ke Jepang pada akhir zaman Muromachi. Pada waktu itu huruf roomaji dipakai untuk menuliskan lafal (hatsuon) bahasa Jepang yang berdasarkan cara pemakaian roomaji bahasa Portugis. Lalu setelah memasuki zaman Meiji, dipakailah sistem Hepburn (hebonshiki, atau ada juga yang menyebutnya hyoojunshiki) yaitu sistem penulisan roomaji yang berdasarkan cara pemakaian roomaji bahasa Inggris. Namun timbul pemikiran bahwa pemakaian roomaji untuk penulisan bahasa Jepang ini akan lebih baik apabila berdasarkan sistem bunyi (suara) bahasa Jepang. Sehingga pada tahun 1886 lahirlah sistem yang baru yaitu Sistem Jepang (nihonshiki) yang dicetuskan oleh Tanakadate Aikitsu. Lalu selain itu, mempertimbangkan dan membandingkan kedua sistem itu (hebonshiki dan nihonshiki), pada tahun 1937 muncullah kunreishiki (Sistem Kunrei) yang lahir dan ditetapkan dengan instruksi kabinet (naikaku kunrei). Setelah Perang Dunia II selesai pada tahun 1954, dibuatlah “Roomaji no Tsuzurikata” (Sistem Ejaan Huruf Roomaji) sebagai salah satu maklumat kabinet Jepang. Di dalam Roomaji Ni Tsuzurikata itu kunreishiki dijadikan Daftar Kesatu, sedangkan cara penulisan dengan sistem lainnya yang berbeda dengan kunreishiki semuanya dicantumkan dalam Daftar Kedua (Iwabuchi, 1982: 302).

(52)

di antaranya dipakai untuk penulisan bahasa Jepang yang menyangkut hubungan internasional (Iwabuchi, 1989: 302). Kato Akihiko (1991: 233) berpendapat bahwa bagi siswa yang mempunyai latar belakang bahasa Inggris akan lebih baik bila memakai sistem Hepburn, namun bagi siswa lainnya (yang tidak memiliki latar belakang bahasa Inggris) malah lebih praktis apabila memakai sistem kunrei terutama untuk bidang pengajaran bentuk perubahan (konjugasi/deklinasi) misalnya dalam pengajaran tata bahasa dan sebagainya.

Perbedaan-perbedaan sistem huruf roomaji menurut Iwabuchi (1989: 302) tersebut dapat diihat dalam tabel berikut:

ヘボン式

hebon shiki

日本式

nihon shiki

訓令式

kunrei shiki

フ fu fu Hu

シ shi si si

チ chi ti ti

ツ tsu tu tu

ジ ji zi zi

ヂ ji di zi

ヅ zu du zu

シャ行 sh sy sy

チャ行 ch ty ty

(53)

ヂャ行 j dy zy

Fungsi dari huruf roomaji dalam bahasa Jepang, diantaranya adalah untuk menuliskan angka dan singkatan. Huruf ini juga digunakan dalam kamus, buku teks dan buku frase untuk pelajar asing bahasa Jepang.

2.3Komik

2.3.1 Pengertian Komik

Komik adalah cerita bergambar serial sebagai perpaduan karya seni rupa, atau seni gambar. Komik berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak, yang keseluruhannya merupakan rentetan cerita yang umumnya dilengkapi oleh teks untuk memperjelas jalan ceritanya (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990:54).

漫画とは、多くの場合はコム割、フキダシ、書き文字(擬音)、

動作線、集中線などの特有の記号的表現様式を特徴とし、絵と文字を中

心 と し て 情 報 を 創 作 的 に 表 現 す る 様 式 の 総 称 で あ る 。

(http://ja.wikipedia.org/漫画)

(54)

Terjemahan :

Yang disebut dengan manga, biasanya merupakan istilah asing untuk menggambarkan suatu penyampaian pesan atau informasi yang diciptakan dengan gambar dan huruf sebagai pusatnya, dengan ekspresi lambang tertentu yang menjadi keunggulannya seperti dibagi menjadi kotak-kotak, cerita yang lucu, huruf yang ditulis sebagai tiruan bunyi, garis-garis yang menggambarkan gerak atau tindakan, garis-garis pemusatan, dan lain-lain.

2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Komik di Jepang

Manga (漫画) merupakan istilah untuk komik Jepang, beda dengan

(55)

adalah Kimba the white lion, Black Jack dan Astro Boy. (http://naburo.wordpress.com)

Keahlian Osamu Tezuka membuat manga menjadikan tempat berguru para mangaka (penulis komik). Beberapa diantara muridnya adalah Ishinomori Shotaro, Akatsuka Fujio dan Fujiko Fujio yang terkenal dengan Doraemon. Osamu Tezuka merupakan salah satu orang yang paling mempengaruhi perkembangan manga.

Manga mulai menemukan ciri khasnya setelah perang dunia ke-2. Salah satu pelopornya adalah Fujiko Fujio yang sukses dengan Doraemon. Ciri khas itu meliputi karakter wajah serta penceritaan. Tokoh-tokoh manga kini bermata besar, memiliki raut wajah halus dan pipi bulat, hidung sempit dan bibir tipis. Latar belakangnya dibuat senatural mungkin. Para mangaka diketahui sangat memperhatikan detail.

Bila sebelumnya lembaran komik hanya terdiri atas 4 kotak gambar, kotak gambar manga bisa lebih dari itu. Para mangaka berusaha membuat gambarnya bergerak, karena itulah mereka kadang-kadang membuat hingga 10 kotak gambar dalam 1 lembar manga untuk mendapatkan kesan pergerakan. Membuat kita seolah sedang menonton film kartun saat membaca manga.

(56)

2.3.3 Komik Himechan no Ribon seri ke 4

Komik Hime Chan no Ribon 4 (姫ちゃんのリボン4)yang berarti Pita

(57)

pengalaman-pengalaman mereka di sekolah dan Daichi yang selalu membantu Hime ketika dia sedang dalam kesulitan.

(58)

BAB III

ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4 KARYA MEGUMI

MIZUSAWA

3.1 Menunjukkan Kata Hewan dan Tumbuhan

Cuplikan I:

お父さん :(コンコン)姫子―っ。スイカ

Otousan : (

切ったぞ―

kon kon) Himeko… Suika

(Ayah : (tok tok) Himeko… Semangkanya uda dipotong loh…) kitta zo…

姫子 :いらない

Himeko : Iranai

(Himeko : Gak butuh)

お父さん :どうしたんだい。姫子のだ~いすきなスイカ

Otousan : Doushitan dai. Himeko no daa~i suki na

だぞ。あま

いぞ―っ

suika

(Ayah : Kenapa? Ini semangka yang paaaling Himeko suka. Manis loh…)

(59)

姫子 :いらないってば、今それどころじゃないの!!

Himeko : Iranaitteba, ima sore dokoro ja nai no!!

(Himeko : Kalau sudah kukatakan tidak butuh, sekarang ini bukan itu yang penting!)

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, halaman 90)

Analisis:

Cuplikan dialog di atas merupakan dialog antara Hime dan ayahnya yang menceritakan situasi ayah yang mengetuk pintu kamar Hime yang ditunjukkan dengan bunyi コンコン/ kon kon dan mengajaknya untuk bergabung bersama keluarga yang lain untuk memakan buah semangka (スイカ/ suika). Tapi,

Hime menolak ajakan ayahnya tersebut karena Hime sedang bingung memikirkan bahwa rahasianya akan segera diketahui oleh Hibino. Ayah yang tidak mengetahui masalah tersebut, menanyakan penyebab Hime menolak ajakan ayah. Tapi, Hime hanya menjawab seadanya tanpa menyadari ayahnya yang pergi dengan sedih mendengar penolakan Hime itu.

Dalam dialog tersebut terdapat dua penulisan katakana yaitu スイカ/suika

dan コンコン/konkon. Kata スイカ mempunyai arti ‘semangka’ yang biasa dituliskan dengan huruf hiragana すいか atau jika dituliskan dengan huruf kanji

(60)

dikemukakan oleh Yasuko Mitamura (1988:38) bahwa nama tumbuhan dan hewan pada umumnya bisa ditulis baik dengan huruf katakana atau pun dengan huruf hiragana. Petunjuk umum menyarankan untuk lebih memprioritaskan menggunakan huruf katakana.

Fungsi katakana スイカpada dialog tersebut selain berfungsi menunjukkan

kata tumbuhan, juga bermakna sebagai pusat perhatian pembaca yang menerangkan bahwa Hime dan Erika memiliki persamaan yaitu sama-sama menyukai buah semangka walaupun ini tidak diceritakan pada masing-masing profil tokoh. Tapi, hal ini dapat dilihat dari beberapa dialog percakapan sebelumnya yang mengambarkan secara tidak langsung bahwa Erika juga menyukai buah semangka.

チャッピ :エ..エリカさま。おちついで。スイカ

Chappi : E… Erika sama. Ochitsuide.

でも食べて。

Suika

(Chappi : Pu… Putri Erika. Tenanglah. Makanlah semangka ini) demo tabete.

Dialog tersebut menerangkan, Chappi yang menawarkan スイカ/ suika

(61)

Sementara untuk katakana コンコン/konkon merupakan suatu onomatope yang menyatakan bunyi ‘suara ketukan pintu’ (tok tok). Bunyi ini muncul ketika ayah Hime mengetuk pintu kamar Hime. Katakana sebagai onomatope yang merupakan bunyi bahasa timbul dengan melihat benda (Gitaigo), ini sesuai dengan pendapat Yasuko Mitamura (1988:41) bahwa katakana digunakan untuk menuliskan onomatope menggambarkan pergerakan atau pun keberadaan sesuatu secara grafik dan sugestif.

Cuplikan II:

姫子 :どこっ?!

Himeko : Doko…?!

(Himeko : Dimana?!)

日比野 :どこって。そこの林ぬげて坂上がったとこの...ちょ

っと 野々原さん!! 行ったって無駄よ。流れてっち

ゃったんだから。

Hibino : Dokotte. Soko no hayashi nugete, saka agatta toko no… Chotto Himeko san!! Ittatte muda yo. Nagarete chattan dakara.

(Hibino : Ehm… Di atas lereng setelah melewati hutan itu… Himeko tunggu!! Kalaupun pergi percuma saja. Karena sudah terbawa arus…)

(62)

Himeko : (hashitte…)

(Himeko : (berlari…))

日比野 :<叫んで>キリンとカバ

Hibino : (sakende)

も買ってきてあげるから―っ

Kirin to kaba

(Hibino : (berteriak) Aku akan membelikan jerapah dan kuda nil…) mo katte kite ageru kara…

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, halaman 51)

Analisis :

Dialog di atas terjadi antara Hime dan Hibino. Pada cuplikan tersebut diceritakan Hime yang panik karena Hibino telah menghilangkan Pokota, boneka kesayangan Hime. Hibino yang merasa menyesal karena tidak menepati janjinya untuk menjaga Pokota, menjelaskan bahwa boneka itu tidak akan bisa ditemukan lagi karena sudah hanyut terbawa arus sungai yang deras. Hibino juga mengatakan akan menggantinya dengan boneka yang lain yaitu キリン /kirin (jerapah) dan カ バ/kaba (kuda nil) tanpa mengetahui bahwa Pokota bukanlah boneka biasa. Hime yang merasa cemas kehilangan Pokota langsung berlari ke arah hutan tanpa mendengarkan penjelasan dari Hibino.

Pada cuplikan teks tersebut terdapat dua buah kata yang dituliskan dengan huruf katakana yaitu キリン/kirin dan カバ/kaba. Kata キリン/kiri mempunyai

(63)

katakana tersebut sama-sama berfungsi sebagai menunjukkan nama hewan. Selain menyatakan fungsi katakana yang menunjukkan nama hewan, katakana di sini bukanlah membelikan hewan yang sebenarnya tapi bermaksud membelikan boneka hewan yang berbentuk jerapah dan kuda nil sebagai pengganti Pokota yang berbentuk singa, katakana di sini hanya sebagai lambang yang mewakili nama hewan tersebut. Dimana fungsi katakana sebagai nama hewan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yasuko Mitamura (1988: 38) bahwa nama tumbuhan dan hewan pada umumnya bisa ditulis baik dengan huruf katakana atau pun dengan huruf hiragana. Petunjuk umum menyarankan untuk lebih memprioritaskan menggunakan huruf katakana.

Kata キリン/ kirin biasa dituliskan dengan huruf hiragana きりん atau dengan huruf kanji dituliskan dengan麒麟 , tapi penulisan dengan huruf kanji sangat jarang digunakan, karena kanjinya yang sulit. Sedangkan kata カバ biasa dituliskan dengan huruf hiragana かば , atau jika dituliskan dengan huruf kanji dengan penulisan 河馬. Penulisan katakana berfungsi sebagai pengganti huruf

(64)

3.2 Menujukkan Nama Diri

Cuplikan I:

姫子 :きゃ―っ、きゃ―っ、きゃ―っ、きゃ―っ 、きゃ―っ、

でた―っ...

Himeko : Kyaa…, kyaa…, kyaa…, kyaa…, kyaa…, detaa… ( Himeko : Aaa…aaa…aaa…aaa…!!!Pergiiii…..)

大地 :野々原!!オレだよ。おちつけ!!オレ

Daichi : Nonohara!!

!!

Ore da yo.Ochitsuke!! Ore (Daichi : Nonohara!! Ini aku. Tenanglah!! Ini aku!!)

!!

(Daichi : Aku loh. Daichi!! Ayo coba lihat wajahku.) da yo. Daichi kun!! Hora kao mite miro yo.

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman17)

Analisis:

(65)

tanpa melihat kebelakang. Daichi yang pada saat itu juga panik mencoba menenangkan Hime tapi Hime justru menjerit semakin kuat. Daichi (オレ/ore

‘saya’ ) mencoba untuk menjelaskan kepada Hime bahwa dia bukanlah hantu dan meminta Hime untuk melihat wajahnya.

Penggunaan katakana yang digunakan dalam dialog tersebut adalah kataオ レ/ore yang berarti ‘saya’. Kata オ レ juga sering digunakan dengan menggunakan huruf kanji 俺. Fungsi kata オレ di sini sebagi penunjuk nama

diri yang sesuai dengan konsep fungsi katakana yang dikemukakan Toshiko Ishida (1991: 75) bahwa katakana digunakan untuk menyatakan nomina nama diri.

Selain berfungsi sebagai penunjuk nama diri, penulisan kata オレ pada

dialog tersebut juga sebagai penekanan arti pada saat kondisi Daichi yang panik karena Hime yang terus menjerit histeris dan ketakutan, sehingga Daichi berulang mengucapkan kata オレ/ore kepada Hime. Fungsi katakana sebagai

penekanan arti juga sesuai dengan konsep yang dinyatakan oleh Yasuko Mitamura (1988: 45).

Cuplikan II:

ポコ太 :姫ちゃん。リボンはずしてよ。

Pokota : Hime Chan. Ribon wa hazushite yo. (Pokota : Hime. Lepaskan pitamu)

(66)

Himeko : Ee…! (Himeko : Hah?!)

ポコ太 :リボンをはずして間は、ボクは普通ぬいぐみるだから。

たたかれても、落とされても、痛くなんかないし。ヘ

タにかくしたりするより、気がすむまで日比野さんに

ボク

Pokota : Ribon wo hazusite aida wa,

を見てもらったほうがいいと思うんだ。

boku wa futsuu nuigumiru dakara. Tatakaretemo, otisaretemo, itaku nanka naishi. Heta ni kakushitari suru yori, ki ga sumu made Hibino san ni boku

(Pokota : Karena selama melepaskan pita, aku adalah boneka biasa. Meskipun dipukul, dijatuhkan, tidak akan sakit. Menurutku sebaiknya perlihatkan aku kepada Hibino sampai dia tenang daripada menyembunyikanku dengan kurang pandai)

wo mitemoratta houga ii to omounda.

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman 27)

Analisis:

(67)

hanyalah boneka biasa dan meyakinkan kejadian saat Hibino melihat Hime dan Pokota sedang berbincang hanyalah ilusi semata. Dengan begitu kecurigaan Hibino bisa hilang dan rahasia mereka dapat tersimpan dengan aman.

Pada dialog tersebut terdapat dua kata yang menggunakan huruf katakana yaitu kata ボク/boku dan ヘタ/heta. Kata ボクjuga sering dituliskan dengan menggunakan huruf kanji 僕yang mempunyai arti ‘saya’. Walaupun kata ボク

/boku yang berarti ‘saya’ dalam dialog ini diucapkan oleh sebuah boneka, katakana ini berfungsi untuk menunjukkan nomina nama diri, tidak memperdulikan bentuk dan siapa yang mengucapkannya. Fungsi katakana sebagai penunjuk nama diri yang sesuai dengan konsep Toshiko Ishida (1991:75) yang menyatakan bahwa katakana digunakan untuk menyatakan nomina nama diri.

Selanjutnya, dalam dialog tersebut terdapat katakana ヘタ/heta yang berarti

‘kurang pandai’, ‘canggung’, ‘kaku’, ‘tidak cekatan’. Fungsi penulisan huruf katakana dalam dialog ini adalah sebagai penekanan arti pada kata ヘタ/heta

(68)

3.3 Menunjukkan Kata-Kata Seruan

Cuplikan I:

日比野 :それ!!ただのぬいぐみるじゃないわね!!

Hibino : Sore!! Tada no nuigumiru ja nai wa ne!!

(Hibino : Itu!! Bukankah itu hanya boneka hewan biasa kan!!)

姫子 :そ...そうよ。高かったんだから、5千円もしたの

Himeko : So… Sou yo. Takakattan dakara, gosen en mo shita no.

(Himeko : B…begitulah. Karena ini boneka mahal, sampai 5ribu yen)

日比野 :あたしはねエ

Hibino : Atashi wa

...冗談言ってんじゃないのよっ!!

nee

(Hibino : Aku ini… tidak sedang bercanda loh!!) … Joudan itten ja nai no yo!!

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman 8)

Analisis:

(69)

mengatakan bahwa dirinya tidak sedang bercanda (あたしはねエ/atashi wa ne) dan tetap berusaha untuk merampas Pokota tapi usahanya digagalkan oleh suara kentungan dari guru yang mengumumkan agar semua murid berkumpul di lapangan.

(70)

Cuplikan II:

有坂 :おっ、おい大地!!困るよ、 そんな!! 僕はっ...

Arisaka : O…,oi Daichi!! Komaru yo, sonna!! Boku wa…. (Arisaka : H…hei Daichi. Kau keliru, bukan seperti itu. Aku….)

大地 :うまいことやれよ―っ...

Daichi : Umai koto yare yo

(Daichi : Lakukan dengan baik ya…

有坂 :まいったなア

Arisaka : Maitta

...

naa (Arisaka : Cape deh…)

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman 15)

Analisis:

(71)

Huruf katakana yang digunakan dalam dialog tersebut adalah kata seruan なア/naa yang biasa digunakan untuk menyatakan keadaan perasaan pembicara

seperti rasa kagum, senang, aneh, kecewa dan sebagainya. Fungsi huruf katakana sebagai kata seruan seruan sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Yasuko Mitamura (1988: 47) bahwa katakana digunakan untuk menuliskan kata-kata seruan yang huruf-huruf terakhirnya ditulis dengan katakana, walaupun huruf sebelumnya ditulis dengan hiragana.

3.4 Menunjukkan Penekanan, Menarik Perhatian Pembaca

Cuplikan I:

日比野 :もちろん。イヤ

Hibino : Mochiron.

だなんていわないわよね。大事なぬいぐ

るみる没収されたら困るものねえ。

Iya

(Hibino : Pastinya, kamu tidak akan berkata ‘tidak’ kan . Kan bisa gawat kalau sampai boneka mu yang penting ini sampai disita.)

da nante iwanai wa yo ne. Daiji na nuigumiru bosshuusaretara komaru mono nee.

姫子 :<黙って>

Himeko : (damatte) (Himeko : (Terdiam))

日比野 :何よ。なにか問題ある?!ただのぬいぐるみるのに。

(72)

(Hibino : Kenapa? Apakah ada masalah. Bukankah ini hanya boneka biasa.)

姫子 :うん。いいよ。

Himeko : Un. Ii yo. (Himeko : Ya, baiklah.)

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman 32)

Analisis:

Dialog di atas terjadi antara Hibino dan Hime pada saat semua siswa bersiap-siap untuk berangkat mendaki gunung. Hibino yang beralasan bahwa dirinya sakit perut dan tidak bisa ikut mendaki gunung, memohon kepada Hime untuk meminjamkan Pokota kepadanya dengan alasan untuk menghilangkan rasa sepi karena ditinggal di camp sendirian. Hibino yang mempunyai maksud lain, berusaha untuk meyakinkan Hime yang dinyatakan dengan kalimat イヤだ なんていわないわよね/iyada nante iwanai wayo ne. Akhirnya Hime pun

setuju karena selama Hime tidak memakai pita, Pokota hanyalah boneka biasa. Tapi, hal ini semakin membuat Hibino semakin curiga, padahal kemarin Hime mati-matian mempertahankan Pokota agar tidak jatuh ke tangan Hibino.

(73)

や dengan kanji 嫌 yang berarti ‘benci’ atau ‘jijik’. Tapi untuk イヤ/iya dalam dialog tersebut bermakna ‘tidak’. Fungsi dari penulisan huruf katakana イヤ/iya disini bermaksud sebagai penekanan arti dan pusat perhatian pembaca.

Dimana Hibino yang secara tidak langsung mengancam Hime agar tidak menolak permintaannya untuk meminjamkan Pokota kepadanya. Karena jika Hime menolak, kecurigaan Hibino pasti benar, bahwa Pokota bukanlah boneka biasa dan pastinya hal ini akan membuat rahasia Hime terbongkar. Untuk mencegah hal itu, Hime pun mengizinkan Pokota untuk dititipkan kepada Hibino sementara waktu. Fungsi penulisan huruf katakana sebagai pusat perhatian pembaca sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Yasuko Mitamura (1988:45) bahwa katakana digunakan untuk menyatakan penekanan arti / pusat perhatian. Sering dipakai juga untuk mengekspresikan kalimat yang mengandung idiom. Kataイヤ/iya ini merupakan ancaman tidak langsung oleh Hibino.

Cuplikan II:

日比野 :あたし、雑誌記者に知り合いいるのよね。かくそうった

って、無駄よ。調べればすぐにバレ

Hibino : Atashi, zasshi kasha ni shiri ai iru no yo ne. Kakusouttatte, muda yo. Shirabereba sugu ni

ちゃうんだから

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan &amp;ara menyinari tulang Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan &amp;ara menyinari tulang dengan radiasi gamma atau

Berdasarkan hasil penelitian tindakan olahraga (PTO) yang telah dilaksanakan oleh peneliti disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode drill dapat meningkatkan

Kesimpulannya yaitu Kartu Edukasi memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A di TK Dharma Wanita Beringin – Mojokerto.Kebenaran

Üòл²¹»³¾¿²¹¿² Í«³¾»® Ü¿§¿ ¼· Ϋ³¿¸ Í¿µ·¬ ˳«³ Ü¿»®¿¸ ¼®. ͱ»¼·®¿² Ó¿²¹«² Í«³¿®-± Õ¿¾«°¿¬»²

Kelurahan Kalirejo-Sidomulyo yang mengalami peningkatan lahan permukiman merupakan akibat dari perkembangan Kota Semarang yang menuju arah pinggiran didorong juga dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keramahan dan produktivitas alat tangkap berdasarkan hasil tangkapannya di Kabupaten Indramayu, dengan melakukan

Tujuan dari Dialog Pakar adalah untuk bertukar pendapat dengan ahli kehutanan Jerman tentang masalah-masalah teknis seperti prasyarat struktural dan pengaturan umum dari

Penelitian ini dilatar belakangi berdasarkan fenomena yang ada menunjukan bahwa untuk mendapatkan konsumen yang loyal Giant Ekstra Bangka Tengah harus