EFEKTIVITAS MODEL
STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) BERBANTUAN
MODUL BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PADA
MATERI TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Mualimaturrochmah NIM 4401411097
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(Winston Churchill)
PERSEMBAHAN
Untuk Bapak, Ibu, Dosen Jurusan Biologi
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul Efektivitas Model Student Teams
Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Modul Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Tumbuhan terhadap Hasil Belajar Siswa dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan
kesempatan untuk menyelesaikan studi Strata 1 Universitas Negeri
Semarang.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin
dan kemudahan administrasi dalam melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
4. Prof. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si. yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan serta dorongan dengan penuh kesabaran sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan serta dorongan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Sri Sukaesih, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan saran, masukan dan
pengarahan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Dosen-dosen Jurusan Biologi Fakultas Matekatika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu dan
Negeri 1 Kragan yang telah memberikan bantuan dan bekerjasama dalam
penelitian ini.
10. Kedua orang tua, Bapak Sumadi dan Ibu Supatini tercinta yang selalu
mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta dorongan demi
terselesaikannya skripsi ini.
11. Peserta didik kelas X7, X8, dan X9 SMA Negeri 1 Kragan Rembang yang
telah berkenan membantu penulis dan bersedia menjadi objek dalam
penelitian ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya demi terselesaikannya skripsi ini.
Tidak ada satupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali
untaian doa semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang
sebaik-baiknya dan berlimpah rahmat serta hidayah-Nya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta
menjadi bahan kajian dalam bidang ilmu yang terkait.
Aamiin.
Semarang, 27 November
2015
ABSTRAK
Mualimaturrochmah. 2016. Efektivitas Model Student Teams Achievement
Divisions (STAD) Berbantuan Modul Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Tumbuhan terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dra. Ely Rudyatmi, M.Si.
Kata kunci: hasil belajar, materi tumbuhan, modul berbasis pendidikan karakter, STAD
Berdasarkan hasil observasi di sekolah diketahui bahwa pembelajaran biologi pada materi tumbuhan masih menggunakan model ceramah dan diskusi
kelas. Nilai siswa yang belum mencapai ketuntasan kriteria minimal (KKM) ≥ 75
sebesar 38,04%. Penerapan model student teams achievement divisions (STAD)
berbantuan modul berbasis pendidikan karakter diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini karena pembelajaran dengan model STAD melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar sehingga siswa menjadi aktif. Pembelajaran dengan model STAD ini dibantu dengan modul berbasis pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas model STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Kragan. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian One Shot Case Study. Sampel dalam penelitian adalah kelas X7,
X8, dan X9 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data dalam
penelitian meliputi hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, tanggapan siswa dan guru. Hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan tanggapan siswa dan guru dianalisis secara deskriptif persentase. Hasil penelitian meliputi: ketuntasan hasil belajar kognitif siswa kelas X7, X8, dan X9 sebesar
78.12%, %, 86.67%, dan 83.33%, kelas X8 dan X9 telah melebihi indikator
keberhasilan sedangkan X7belum; hasil belajar afektif (sikap) siswa semua kelas
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PRAKATA ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ... x
HALAMAN GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Penegasan Istilah ... 4
BAB II TINJAUN PUSTAKA ... 8
2.1 Hasil Belajar ... 8
2.2 Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 10
2.3 Modul Berbasis Pendidikan Karakter ... 12
2.4 Materi Tumbuhan ... 14
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan ... 15
2.6 Kerangka Berpikir ... 17
2.7 Hipotesis ... 18
BAB III METODE PENELITIAN... 19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3.2 Populasi dan Sampel ... 19
3.3 Jenis dan Desain Penelitian ... 19
3.5 Data dan Metode Pengumpulan Data ... 20
3.6 Prosedur Penelitian ... 20
3.7 Metode Analisis Data ... 26
3.8 Indikator Keberhasilan ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Hasil Penelitian ... 28
4.2 Pembahasan ... 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1 Simpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Soal ... 22
3.2 Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 23
3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 23
3.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ... 24
3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 24
3.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal... 24
3.7 Daftar Soal yang Digunakan dalam Penelitian ... 25
4.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 28
4.2 Hasil Belajar Afektif (Sikap) ... 29
4.3 Persentase Total Sikap Siswa dengan Kriteria Baik dan Sangat Baik ... 29
4.4 Hasil Belajar Psikomotor Kegiatan Mengamati Ciri-Ciri Tumbuhan ... 30
4.5 Persentase Total Kegiatan Pengamatan Siswa dengan Kriteria Terampil dan Sangat Terampil ... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ... 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran ... 50
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 52
3. Kisi-Kisi Kuis ... 62
4. Soal Kuis ... 64
5. Kunci Jawaban Kuis ... 67
6. Lembar Jawaban Kuis... 70
7. Analisis Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 73
8. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Materi Tumbuhan ... 77
9. Soal Evaluasi Akhir ... 79
10. Kunci Jawaban ... 85
11. Lembar Jawaban Siswa... 86
12. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 88
13. Rubrik Lembar Observasi Penilaian Sikap Siswa ... 89
14. Kisi-kisi Lembar Observasi Penilaian Sikap Siswa ... 92
15. Lembar Observasi Penilaian Sikap Siswa ... 93
16. Rubrik Penilaian Antar Teman Sikap Siswa ... 96
17. Kisi-Kisi Lembar Penilaian Antar Teman Sikap Siswa ... 99
18. Lembar Penilaian Antar Teman ... 100
19. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif (Sikap) ... 103
20. Analisis Hasil Belajar Afektif (Sikap) ... 107
21. Kisi-Kisi Lembar Rubrik Penilaian Keterampilan Mengamati Ciri-Ciri dan Klasifikasi pada Tumbuhan... 110
22. Lembar Penilaian Keterampilan Siswa ... 111
23. Hasil Pengamatan Siswa ... 114
24. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 118
25. Analisis Keterampilan Mengamati Ciri-Ciri Tumbuhan ... 121
26. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa terhadap Model Pembelajaran STAD Berbantuan Modul Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Plantae ... 1213
28. Analisis Angket Tanggapan Siswa ... 127
29. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Guru terhadap Model Pembelajaran STAD Berbantuan Modul Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Plantae... 130
30. Lembar Angket Tanggapan Guru ... 131
31. Dokumentasi Hasil Penelitian ... 132
32. Surat Ijin Penelitian ... 134
33. Sk Pembimbing Skripsi ... 135
1.1 Latar Belakang Masalah
Biologi merupakan salah satu bidang ilmu sains yang mempelajari segala
sesuatu tentang makhluk hidup. Belajar biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta
dan konsep, karena dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang
dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Banyak siswa yang tidak dapat
mengembangkan pemahamannya terhadap konsep-konsep biologi karena
perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik. Jika biologi
hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang memiliki pengetahuan awal
tentang berbagai fenomena biologi tidak dapat menggunakan pengetahuan mereka
selama proses pembelajaran (Saptono, 2011: 11).
Hasil observasi awal yang dilakukan di SMA N 1 Kragan diketahui bahwa
pembelajaran biologi pada materi tumbuhan belum melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi kelas yang masih
berjalan satu arah, serta penggunaan bahan ajar yang hanya berupa buku paket
dan lembar kegiatan siswa (LKS) yang dibeli dari penerbit. LKS tersebut berisi
materi dan latihan soal untuk siswa yang terdiri atas uji kompetensi dan ulangan
harian. Selain itu, pada LKS juga terdapat beberapa kegiatan praktikum, tetapi
kegiatan tersebut kurang mendorong siswa untuk belajar aktif. Oleh sebab itu,
LKS tersebut kurang sesuai dengan fungsinya sebagai lembar kegiatan siswa. Hal
ini menyebabkan siswa cenderung mendengarkan, menghafal, pasif, dan cepat
bosan dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Djamarah & Zain (2010: 20)
bahwa metode ceramah lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa,
sehingga menyebabkan siswa pasif dan lebih banyak menghafal. Akibatnya, hasil
belajar siswa kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 75 yaitu 38,04% siswa.
Hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa materi biologi yang
2
terdapat banyak sub bab materi dan istilah ilmiah serta ada beberapa tumbuhan
yang tidak dapat diamati secara langsung. Materi tumbuhan diajarkan di SMA
kelas X semester genap dengan kompetensi dasar 3.3 (KD 3.3) mendiskripsikan
ciri-ciri divisi dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di
bumi. Berdasarkan KD 3.3 tersebut, siswa dituntut untuk dapat menggolongkan
jenis tumbuhan berdasarkan ada tidaknya pembuluh pengangkut, menyebutkan
dan menjelaskan ciri-ciri tumbuhan, menjelaskan cara reproduksi tumbuhan, serta
mendata tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berperan dalam
kehidupan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi tumbuhan adalah dengan model pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement division (STAD). Menurut Hafid &
Makkasau (2013) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok kecil dengan membagi
kemampuan akademik siswa secara heterogen untuk bekerjasama dalam
menyelesaikan suatu masalah. Menurut Marrysca et al. (2013) STAD merupakan
model pembelajaran kooperatif yang paling baik digunakan untuk guru yang baru
menggunakan model kooperatif. Selain itu, untuk membuat pembelajaran menjadi
efektif dapat digunakan bahan ajar seperti modul. Menurut Shoimin (2014: 189)
kekurangan model STAD adalah dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penerapan
model STAD perlu dipadukan dengan modul.
Modul adalah suatu bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan didesain untuk membantu siswa
menguasai tujuan belajar secara spesifik (Prastowo, 2014:106). Modul yang
digunakan guru harus kreatif, menyenangkan, dan dapat memberikan nilai-nilai
karakter bagi siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang
tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 2 Pasal 1 bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus mampu memberikan nilai-nilai karakter dalam
setiap proses pembelajaran. Oleh karena itu, modul berbasis pendidikan karakter
materi yang diajarkan oleh guru, tugas individu, kinerja ilmiah dan latihan soal
evaluasi. Nilai-nilai pendidikan karakter pada modul tersebut terdapat pada tugas
individu dan kinerja ilmiah. Melalui tugas individu dan kinerja ilmiah diharapkan
siswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter yang
terdapat pada modul ini adalah rasa ingin tahu, mandiri, saling menghormati,
tanggung jawab, dan kerja sama.
Pelaksanaan pembelajaran pada materi tumbuhan perlu dilakukan dengan
kreatif dan inovatif sehingga siswa dapat berperan aktif selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Salah satu caranya dengan penerapan model
pembelajaran STAD yang didukung dengan penggunaan modul. Hasil penelitian
Marrysca et al. (2013) bahwa penerapan model STAD berbantuan LKS
berkarakter dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui penggunaan modul
tersebut siswa akan belajar secara mandiri, sehingga menuntut keaktifan siswa
dan guru hanya berperan sebagai fasilitator selama kegiatan pembelajaran.
Penggunaan modul perlu dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa dan
untuk membentuk karakter siswa. Melalui penggunaan modul tersebut diharapkan
siswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang ada di dalam modul
yaitu sikap rasa ingin tahu, mandiri, saling menghormati, tanggung jawab, dan
kerja sama.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran STAD berbantuan modul
berbasis pendidikan karakter mengutamakan kerja sama antar individu dalam
kegiatan kelompok. Pengkondisian suasana belajar yang menyenangkan dan
bermakna akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat. Selain itu, pengunaan modul pada pembelajaran akan
membantu siswa untuk belajar secara mandiri dan diharapkan dapat membentuk
karakter siswa melalui pengimplementasian nilai-nilai karakter dalam modul.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang “Efektivitas Model Student
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan masalah
sebagai berikut: apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan
modul berbasis pendidikan karakter efektif terhadap hasil belajar siswa pada
materi tumbuhan di SMA N 1 Kragan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menguji efektivitas penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter terhadap
hasil belajar siswa pada materi tumbuhan di SMA N 1 Kragan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa, membantu
siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter, dan membantu
siswa dalam meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.
2. Bagi guru
Menambah kreativitas guru biologi dalam mengadakan variasi model
dan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan
meningkatkan mutu pembelajaran sains khususnya biologi.
1.5 Penegasan Istilah
1.5.1 Efektivitas
Menurut Musfiqon (2014:116) efektitivitas adalah keberhasilan
pembelajaran yang diukur dari tingkat ketercapaian tujuan setelah pembelajaran
selesai. Pembelajaran dikatakan efektif apabila semua tujuan pembelajaran dapat
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tercapai tidaknya
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Tercapainya tujuan pembelajaran
dapat dilihat dari hasil belajar siswa (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor) pada
materi tumbuhan. Hasil belajar dikatakan efektif apabila siswa mencapai
ketuntasan belajar ≥ 75% secara individu dan secara keseluruhan ≥ 80% dengan
KKM ≥ 75 untuk aspek kognitif, sedangkan afektif dan psikomotor secara
keseluruhan ≥ 80% pada kriteria baik dan sangat baik atau terampil dan sangat
terampil.
1.5.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Slavin (2010: 143) model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok kecil dengan
membagi kemampuan akademik siswa secara heterogen dan setiap kelompok
beranggotakan 4-5 individu untuk bekerja sama. Model pembelajaran ini
menuntut siswa untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan demi
kemajuan skor kelompok. Oleh karena itu, setiap individu berusaha memahami
materi yang dipelajari agar dapat mengerjakan kuis individu dengan baik.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu 1) membentuk
kelompok yang heterogen, 2) presentasi guru, 3) diskusi kelompok, 4) kuis, 5)
menghitung skor kemajuan individu dan kelompok, dan 6) memberikan
penghargaan
Model kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran
yang dalam penerapannya dilakukan dengan membagi kelas menjadi kelompok
kecil dengan anggota kelompok terdiri atas 5 individu, setiap anggota kelompok
terdiri atas individu yang heterogen dalam hal kemampuan akademik dan jenis
kelamin. Setiap kelompok harus saling bekerjasama untuk menyelesaikan
permasalahan pada materi tumbuhan yang diberikan oleh guru. Siswa yang sudah
paham mengenai materi tumbuhan dapat membantu teman sejawatnya untuk
memahami materi yang belum dipahami. Langkah-langkah dalam model
pembelajaran tipe STAD ini merujuk pada langkah-langkah pembelajaran yang
disampaikan oleh Slavin, tetapi pada kegiatan diskusi kelompok dilakukan
6
1.5.3 Modul Berbasis Pendidikan Karakter
Menurut Prastowo (2014:106) modul adalah suatu bahan ajar yang disusun
secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan didesain
untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar secara spesifik. Menurut Parmin
& Peniati (2012) modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang
memperhatikan fungsi pendidik.
Modul berbasis pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu modul pembelajaran berbentuk buku yang di dalamnya terdapat nilai-nilai
karakter untuk diaplikasikan siswa. Modul tersebut juga berisi mengenai materi
pembelajaran, tugas individu, kinerja ilmiah dan soal evaluasi akhir. Nilai-nilai
karakter yang ada pada modul ini terdapat pada tugas individu dan kinerja ilmiah.
Nilai-nilai karakter pada modul tersebut adalah sikap rasa ingin tahu, mandiri,
saling menghormati, tanggung jawab, dan kerja sama.
1.5.4 Materi Tumbuhan
Materi tumbuhan merupakan materi yang diajarkan di kelas X pada
semester genap dengan kompetensi dasar 3.3 yaitu mendiskripsikan ciri-ciri divisi
dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi. Materi
tumbuhan yang dimaksud disini meliputi Bryophyta, Pteridophyta, dan
Spermatophyta. Materi tumbuhan ini mencakup ciri-ciri tumbuhan, cara
reproduksi, klasifikasi dan manfaat tumbuhan bagi kehidupan manusia.
1.5.5 Hasil Belajar
Menurut Rusman (2012:123) dan Rohwati (2012) hasil belajar adalah
sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar
yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Rifa‟i & Anni (2012:69) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku dalam
pembelajaran yang harus dicapai siswa dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil akhir yang
diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran yang meliputi aspek kognitif,
dengan skor mulai dari 0-100, sedangkan untuk aspek afektif dinilai dengan
lembar observasi dan penilaian antar teman, menggunakan instrumen berbentuk
check list yang kemudian hasil akhirnya diakumulasikan menggunakan skala lajuan dengan kriteria penilaian menggunakan skala 4. Aspek psikomotor dinilai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar
Menurut Rusman (2012:123), Rohwati (2012) hasil belajar adalah sejumlah
pengalaman yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar yang
mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Rifa‟i
& Anni (2012:69) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku dalam
pembelajaran yang harus dicapai siswa dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa adalah kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain kemampuan intelektual,
minat, dan bakat. Siswa yang mempunyai inteligensi yang tinggi cenderung akan
lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai inteligensi yang rendah. Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa akan
menyebabkan siswa tidak belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik bagi
siswa. Bahan ajar yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena minat
dapat menambah motivasi belajar siswa. Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Seseorang akan berhasil dalam belajar apabila ia belajar sesuai dengan bakat yang
dimiliknya.
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa antara
lain: metode mengajar dan alat pelajaran. Metode guru yang kurang baik dalam
mengajar dapat menyebabkan siswa kurang senang terhadap pelajaran atau
gurunya, sehingga siswa malas untuk belajar. Mengusahakan alat pelajaran yang
baik dan lengkap sangat diperlukan agar guru dapat mengajar dengan baik,
Penilaian hasil belajar siswa di sekolah mencakup tiga aspek, yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan
dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. Ciri-ciri hasil belajar aspek kognitif
akan tampak pada hasil tes siswa. Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan
dengan sikap. Ciri-ciri hasil belajar aspek afektif akan tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku. Aspek psikomotor adalah aspek yang berkaitan dengan
keterampilan yang dimiliki siswa selama proses pembelajaran. Keterampilan
tersebut menunjukkan tingkat keahlian siswa dalam melaksanakan suatu tugas.
Hasil belajar dalam aspek psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan-keterampilan dan kemampuan bertindak siswa (Widoyoko, 2014:19).
Secara garis besar ada sembilan teknik penilaian yang dapat dipilih guru
untuk menilai hasil pembelajaran siswa, yaitu tes, observasi, penilaian diri,
penilaian antar peserta, penilaian kinerja, penilaian portofolio, penilaian projek,
penilaian jurnal, dan penilaian produk. Setiap teknik ini memiliki penggunaan
yang berbeda. Tes lebih cocok digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif.
Observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta, dan penilaian jurnal lebih cocok
digunakan untuk menilai aspek sikap/afektif siswa. Teknik portofolio dan
penilaian produk lebih cocok digunakan untuk menilai aspek psikomotor,
sedangkan kinerja dan penilaian projek dapat digunakan untuk menilai aspek
kognitif dan psikomotor (Widoyoko, 2014:49).
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Hasil
belajar yang dicapai antara siswa satu dengan siswa yang lainnya tidak selalu
sama. Keberhasilan proses mengajar dibagi atas beberapa tingkatan. Tingkatan
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat
dikuasai oleh siswa.
b) Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76% sampai dengan 99%)
bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
c) Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sampai
10
d) Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai
oleh siswa (Djamarah dan Zain, 2013:107).
2.2 Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
Menurut Rofiq (2010) pembelajaran kooperatif merupakan model belajar
yang dilaksanakan dengan bekerja sama antar siswa untuk mencapai kesuksesan
bersama. Menurut Suprijono (2010: 61) model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,
menerima keagamaan, dan pengembangan keterampilan sosial. Model
pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk kerja sama dalam mencapai hasil
belajar.
Hasil belajar dengan pembelajaran kooperatif akan maksimal apabila lima
unsur dalam model pembelajaran kooperatif diterapkan. Adapun lima unsur
tersebut yaitu, 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan,
3) interaksi promotif, 4) komunikasi antar anggota, dan 5) pemrosesan kelompok.
Saling ketergantungan positif merupakan unsur yang menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok, yaitu
mempelajari materi yang ditugaskan dan menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari materi tersebut. Tanggung jawab individual adalah
kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar
bersama. Setelah mengikuti kerja sama kelompok siswa harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama. Interaksi promotif merupakan unsur yang
penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Interaksi
promotif menuntut siswa untuk saling membantu, saling memberi informasi, dan
saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. Komunikasi antar
anggota atau keterampilan sosial harus dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini karena
untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam mencapai tujuan siswa harus
mampu berkomunikasi, saling menerima dan saling mendukung. Pemrosesan
kelompok megandung arti menilai kelompok. Tujuan pemrosesan kelompok
adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap
Menurut Slavin (2010: 143) dan Marrysca et al. (2013) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dan dilakukan secara berkelompok kecil. Model STAD lebih
mengutamakan kerja sama antar anggota kelompok. Model STAD merupakan
model paling baik digunakan untuk guru yang baru menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model
pembelajaran yang cocok diterapkan pada kelas yang mempunyai karakteristik
siswa heterogen, baik dalam hal akademis, jenis kelamin, motivasi belajar dan
lain-lain. STAD akan melatih sikap tanggung jawab siswa karena tanggung jawab
siswa dalam proses pembelajaran lebih tinggi. Hal ini disebabkan siswa tidak
hanya mendengarkan informasi saja tetapi siswa lebih banyak bekerja (Haloho,
2014).
Model pembelajaran STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu a)
kelas, b) kelompok belajar yang heterogen, c) kuis, d) menghitung skor kemajuan
individu dan kelompok, dan e) penghargaan kelompok. Kelas adalah pengajaran
langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin guru. Siswa harus fokus dalam
kelas karena kegiatan ini sangat membantu dalam mengerjakan kuis. Kelompok
belajar terdiri atas 4-5 siswa yang heterogen dalam hal kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Kelompok berfungsi untuk memastikan bahwa
semua anggota kelompok sungguh-sungguh belajar dan mempersiapkan diri untuk
bisa mengerjakan kuis dengan baik. Kuis adalah evaluasi pembelajaran siswa
setelah satu atau dua kali pertemuan. Siswa tidak boleh saling bekerjasama dalam
mengerjakan kuis, sehinga siswa bertanggungjawab untuk memahami materi yang
telah dibahas. Skor kuis tiap individu menentukan skor kelompok mereka. Skor
kemajuan individu adalah skor yang diperoleh dari kenaikan skor kuis
dibandingkan skor evaluasi sebelumnya. Penghargaan kelompok diberikan pada
kelompok yang mendapatkan skor rata-rata yang mencapai kriteria tertentu
(Slavin, 2010:143-146).
Menurut Slavin (2010: 151) langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu, 1) membentuk kelompok dengan anggota kelompok
12
kelompok, 4) siswa mengerjakan kuis-kuis individual, 5) menghitung skor
kemajuan individu dan kelompok, dan 6) memberikan penghargaan.
Menurut Shoimin (2014:189-190)model pembelajaran STAD mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang diperoleh melalui model pembelajaran
STAD antaraa lain: siswa mampu bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan
menjunjung tinggi norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memberi
semangat untuk berhasil bersama, siswa berperan aktif sebagai tutor sebaya untuk
lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, meningkatkan kecakapan individu,
dan meningkatkan kecakapan kelompok.
Kelemahan yang ada pada model pembelajaran STAD antara lain:
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target,
siswa yang mempunyai kemampuan akademik bagus akan merasa dirugikan jika
mendapatkan anggota kelompok yang kemampuan akademiknya kurang, dan
apabila guru tidak bisa mengelola kelas, maka kelas akan menjadi gaduh.
2.3 Modul Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter
Menurut Prastowo (2014:17) bahan ajar merupakan segala bahan yang
disusun secara sistematis dan menampilkan secara utuh kompetensi yang akan
dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Seorang pendidik dituntut
untuk dapat secara kreatif mendesain suatu bahan ajar yang memungkinkan siswa
dapat secara langsung memanfaatkan sumber belajar. Bahan ajar yang disusun
secara kreatif dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan
interaktif.
Bahan ajar yang digunakan pada penelitian ini adalah modul berbasis
pendidikan karakter. Menurut Daryanto (2013:9) dan Prastowo (2014:106) modul
merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Modul memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa
menguasai tujuan belajar yang spesifik serta membantu siswa dalam belajar
Menurut Prastowo (2014:108) tujuan penyusunan modul, yaitu 1) agar
siswa dapat belajar secara mandiri tanpa bimbingan dari guru, 2) agar peran
pendidik tidak terlalu dominan dalam pembelajaran, 3) melatih kejujuran siswa,
4) agar siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasan materi yang telah
dipelajarai, dan 5) mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa.
Sebagai salah satu bentuk bahan ajar, modul memiliki fungsi sebagai
berikut: a) bahan ajar mandiri. Penggunaan modul dalam proses pembelajaran
berfungsi meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung
kepada kehadiran pendidik. b) pengganti fungsi pendidik. Sebagai bahan ajar
modul harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah
dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usia siswa. c) sebagai
alat evaluasi. Siswa dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari (Prastowo, 2014:107-108).
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan. Karakter
seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam
menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain
(Kurniawan, 2014:29).
Nilai karakter yang terdapat pada modul ini yaitu rasa ingin tahu, mandiri,
saling menghormati, tanggung jawab, dan kerja sama. Menurut Kurniawan
(2014:41)rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan luas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan masalah. Saling menghormati adalah sikap dan
tindakan seseorang untuk menghormati apa yang dilakukan oleh orang lain.
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan. Kerja sama adalah sikap dan
14
2.4 Materi Tumbuhan
Materi tumbuhan diajarkan pada kelas X semester genap. Materi tersebut
diberikan berdasarkan standar kompetensi 3 (SK 3) yaitu memahami manfaat
keanekaragaman hayati dengan kompetensi dasar (KD 3.3) yaitu mendiskripsikan
ciri-ciri divisi dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di
bumi. Berdasarkan KD 3.3 tersebut diharapkan siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan yaitu mengetahui ciri-ciri tumbuhan,
mengetahui dan menjelaskan klasifikasi tumbuhan, menjelaskan cara reproduksi
tumbuhan, dan mampu menjelaskan manfaat tumbuhan bagi makhluk hidup di
bumi.
Bab tumbuhan berisi empat sub bab, yaitu 1) Ciri umum tumbuhan, 2)
Tumbuhan lumut, 3) Tumbuhan paku, dan 4) Tumbuhan berbiji. Tumbuhan
(Plantae) adalah organisme yang memiliki sel ekuariotik dan mempunyai kloroplas. Secara garis besar tumbuhan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berpembuluh.
Tumbuhan tidak berpembuluh atau non vaskuler adalah tumbuhan yang
belum memiliki jaringan vaskuler/ pengangkut. Tumbuhan yang termasuk ke
dalam kelompok tersebut adalah tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut belum
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Akar pada tumbuhan lumut masih berupa
rizoid yang berfungsi untuk menempel pada subtratnya dan mengambil nutrisi.
Tumbuhan lumut dikelompokkan menjadi tiga filum yaitu lumut hati
(Hepatophyta), lumut tanduk (Anthocerophyta), dan lumut daun (Bryophyta)
(Campbell, 2008: 171-172).
Tumbuhan berpembuluh atau tumbuhan vaskuler adalah tumbuhan yang
sudah memiliki jaringan vaskuler/ pengangut. Tumbuhan vaskuler memiliki dua
jenis jaringan vaskuler yaitu xilem dan floem. Tumbuhan vaskuler terdiri atas
semua tumbuhan kecuali tumbuhan lumut. Tumbuhan vaskuler dibedakan
menjadi dua yaitu vaskuler tak berbiji, contohnya tumbuhan paku, dan vaskuler
berbiji, contohnya kelompok spermatophyta. Kebanyakan spesies tumbuhan
vaskuler tak berbiji adalah homosporus yaitu tumbuhan yang memiliki jenis
dikelompokkan menjadi empat filum yaitu pterophyta, sphenophyta, psilophyta,
dan lycophyta (Campbell, 2008: 178-181).
Tumbuhan vaskuler berbiji adalah tumbuhan yang sudah memiliki jaringan
vaskuler atau pengangkut dan sudah menghasilkan biji sebagai alat
perkembangbiakannya. Kelompok tumbuhan ini adalah kelompok tumbuhan dari
filum spermatophyta. Spermatophyta atau tumbuhan berbiji dikelompokkan
menjadi dua, yaitu gymnospermae dan angiospermae. Perbedaan dari kedua
tumbuhan tersebut terletak pada bakal bijinya, dimana pada gymnospermae bakal
bijinya tidak terbungkus oleh bakal buah, sedangkan pada angiospermae bakal
bijinya terbungkus oleh bakal buah. Gymnospermae dibedakan manjadi empat
filum yaitu cycadophyta, ginkgophyta, gnetophyta, dan coniferophyta.
Angiospermae diedakan menjadi dua kelas yaitu monocotiledonae dan
dicotiledonae.
Materi tumbuhan adalah materi dengan cakupan materi yang sangat luas
dan terdapat banyak istilah-istilah ilmiah. Oleh karena itu, diperlukan suatu model
pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi
tersebut. Model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami
materi tumbuhan adalah dengan pembelajaran secara berkelompok. Model
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model STAD
berbantuan modul. Penggunaan model STAD bertujuan agar siswa dapat
menemukan sendiri konsep-konsep penting pada materi tumbuhan dengan cara
berdiskusi bersama anggota kelompoknya. Selain itu, dengan bantuan modul
dapat memudahkan siswa dalam memahami istilah-istilah ilmiah dan
memudahkan siswa dalam memahami materi. Menurut Haloho (2014) dan Negara
(2013) penerapan model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Pembelajaran kooperatif STAD telah diteliti pada mata pelajaran Biologi,
Kimia, dan Fisika. Hasil penelitian Haloho (2014) dan Negara (2013)
16
mata pelajaran biologi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil
penelitian Purnomo et al. (2013) menyimpulkan bahwa ada pengaruh dari
penggunaan modul pada materi pencemaran lingkungan terhadap hasil belajar
siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil penelitian A‟yun et al. (2012), Octavianti et al. (2014) dan Widiastiti
et al. (2014) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantuan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran kimia dan IPA. Hasil penelitian Marrysca et al. (2013)
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD berbantuan LKS
berkarakter dapat meningktkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan paparan hasil penelitian terdahulu tentang model pembelajaran
STAD menunjukkan bahwa model STAD memberikan pengaruh positif terhadap
hasil pembelajaran. Model STAD merupakan model pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dan paling baik digunakan oleh guru yang baru
menggunakan model kooperatif. Model tersebut telah banyak digunakan secara
luas pada mata pelajaran fisik, kimia, IPA, dan matematika. Penerapan model
STAD akan lebih optimal jika didukung oleh media lain baik media cetak maupun
media elektronik. Media sangat mendukung dalam penerapan model STAD. Hal
ini karena dalam pelaksanaan model STAD membutuhkan waktu yang sangat
lama, sehingga perlu dibantu dengan media lain agar siswa dapat mencapai semua
tujuan pembelajaran secara keseluruhan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, diketahui bahwa
dalam penerapan model STAD dibantu dengan berbagai media elektronik seperti
media flash dan media audio visual. Selain itu, juga digunakan LKS yang berbasis
karakter. Penelitian ini yaitu tentang efektivitas model pembelajaran STAD
dengan berbantuan modul berbasis pendidikan karakter. Modul digunakan dalam
penelitian ini karena modul memiliki fungsi sebagai bahan ajar mandiri, sehingga
dengan bantuan modul tersebut siswa tetap bisa belajar walaupun tanpa
bimbingan dari guru. Selain itu, dengan penggunaan modul tersebut diharapkan
2.6 Kerangka Berpikir
[image:30.595.60.557.147.605.2]Kerangka berpikir pada penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1. Kerangka berpikir efektivitas model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter
terhadap hasil belajar siswa.
Penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter.
Keunggulan model STAD antara lain:
1. Siswa mampu bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Siswa berperan aktif
sebagai tutor sebaya. 3. Meningkatkan kecakapan
individu dan kelompok. 4. Siswa aktif membantu
teman dan bekerjasama untuk berhasil bersama.
Model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter efektif terhadap hasil belajar siswa pada materi tumbuhan.
1. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi kelas yang masih berjalan satu arah serta bahan ajar yang digunakan hanya berupa buku paket dari penerbit dan lembar kegiatan siswa yang isinya kurang mengajak siswa aktif dalam belajar .
2. Metode ceramah dan minimnya bahan ajar menyebabkan siswa pasif, cepat bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
3. Akibatnya hasil belajar siswa rendah, yaitu sebanyak 38,04% siswa belum mencapai KKM ≥ 75.
4. Materi tumbuhan mencakup banyak sub bab dan istilah ilmiah yang sulit dipahami siswa.
Siswa menjadi pusat pembelajaran
18
2.7 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah penerapan model STAD
berbantuan modul berbasis pendidikan karakter efektif terhadap hasil belajar
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Kragan, dengan alamat Jl.
Pandangan-Kragan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, 59273 Jawa
Tengah. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kragan
yang terdiri atas kelas X-1, X-2, X-3, X-4, X-5, X-6, X-7, X-8, dan X-9. Sampel
penelitian ini adalah kelas X-7 , X-8, dan kelas X-9. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu kelas yang diajar oleh guru sama.
3.3 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre experiment, dengan
bentuk penelitian one shot case study. Menurut Sugiyono (2013:110)pola desain
one shot case study seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Pola Desain One Shot Case Study
Keterangan:
X = Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD
O = Hasil observasi setelah dengan model kooperatif tipe STAD
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis
pendidikan karakter. Variabel terikat adalah hasil belajar siswa SMA N 1 Kragan
kelas X dalam mengikuti pembelajaran dengan model STAD berbantuan modul
berbasis pendidian karakter pada mata pelajaran biologi materi tumbuhan.
20
3.5
Data dan Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Hasil belajar siswa aspek kognitif
Hasil belajar siswa aspek kognitif diperoleh dari nilai tes. Cara pengambilan
nilai tes menggunakan instrumen tes pilihan ganda berjumlah 30 butir, dengan
lima pilihan jawaban (Lampiran 9). Pengambilan nilai tes tersebut dilakukan pada
akhir pertemuan dalam pembelajaran materi tumbuhan.
3.5.2 Hasil belajar siswa aspek afektif
Hasil belajar siswa aspek afektif diperoleh dari hasil observasi dan penilaian
antar teman menggunakan instrumen lembar pengamatan sikap berbentuk check
list. Skor yang diperoleh siswa diakumulasikan dan dikonversi ke dalam bentuk skala lajuan dengan skala 4. Observasi dilakukan oleh observer selama proses
pembelajaran, sedangkan penilaian antar teman dilakukan oleh siswa pada akhir
pembelajaran.
3.5.3 Hasil belajar siswa aspek psikomotor
Hasil belajar siswa aspek psikomotor diamati guru saat praktikum
mengamati ciri-ciri dan mengklasifikasikan tumbuhan. Hasil belajar tersebut
dinilai menggunakan instrumen lembar penilaian rubrik berbentuk skala lajuan
dengan empat aspek penilaian. Penilaian ini dilakukan selama proses
pembelajaran.
3.5.4 Tanggapan siswa dan guru
Tanggapan siswa dan guru terhadap model STAD berbantuan modul
berbasis pendidikan karakter dikumpulkan menggunakan instrumen angket
berbentuk skala likert. Angket tanggapan siswa dan guru terdiri atas dua belas
aspek. Tanggapan siswa dan guru dilakukan pada akhir pembelajaran.
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap penulisan laporan penelitian.
3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian
a. Observasi di lapangan untuk menemukan masalah
c. Menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling.
d. Menyusun modul pembelajaran sebagai bahan ajar untuk mendukung
proses belajar.
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri atas: 1) Silabus kurikulum
satuan pendidikan 2006 (KTSP), (Lampiran 1), 2) Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP) (Lampiran 2), dan 3) Modul pembelajaran.
f. Menyusun instrumen penelitian yang terdiri atas: 1) Kisi-kisi kuis
(Lampiran 3), 2) Soal kuis (Lampiran 4), 3) Kunci jawaban kuis
(Lampiran 5), 4) Kisi-kisi soal evaluasi akhir (Lampiran 8), 5) Soal
evaluasi akhir (Lampiran 9), 7) Kunci jawaban soal evaluasi akhir
(Lampiran 10), 8) Rubrik lembar observasi guru (Lampiran 13), 9)
Kisi-kisi lembar observasi penilaian sikap siswa (Lampiran 14), 10) Lembar
observasi guru (Lampiran 15), 11) Rubrik lembar penilaian antar teman
(Lampiran 16), 12) Kisi-kisi penilaian antar teman sikap siswa
(Lampiran 17), 13) Lembar penilaian antar teman sikap siswa (Lampiran
18), 14) Kisi-kisi lembar rubrik penilaian keterampilan siswa (Lampiran
21), 15) Lembar Rubrik Penilaian keterampilan siswa (Lampiran 22),
16) Kisi-kisi angket tanggapan siswa (Lampiran 26), 17) Lembar angket
tanggapan siswa (Lampiran 27), 18) Kisi-kisi angket tanggapan guru
(Lampiran 28), dan 19) Lembar angket tanggapan guru (Lampiran 30).
g. Melakukan uji coba instrumen
h. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi uji:
1. Uji Validitas Soal Tes
Cara menghitung validitas butir soal tes dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan rumus korelasi product moment dengan
simpangan sebagai berikut (Arikunto, 2013:85).
∑
22
Keterangan: X : skor butir Y : skor total
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
∑xy : jumlah perkalian X dan Y
Harga rxy yang diperoleh dari setiap item kemudian dibandingkan
dengan tabel r product moment dengan taraf kepercayaan 95 %. rhitung ≥
rtabel, item soal dikatakan valid dan sebaliknya dikatakan tidak valid.
Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rekapitulasi hasil analisis validitas soal
Data selengkapnya pada Lampiran 7.
2. Uji Reliabilitas Soal Tes
Uji relibialitas soal dapat dihitung menggunakan rumus Kuder
Richadson 20 (KR-20) sebagai berikut (Arikunto, 2013:115).
[ ∑ ]
Keterangan:
r11 : reliabilitas soal secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item S : standar deviasi
Berdasarkan penghitungan harga r yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan r tabel taraf signifikan 5%. Koefisien korelasi
reliabilitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Kriteria Nomor Soal
Valid 1, 3, 4, 7, 8, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 21, 24, 26, 28, 30,
32, 34, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 47, 49, 50,54, 55, 57 dan 58.
Tidak valid 2, 5, 6, 9, 12, 14, 15, 19, 20, 22, 23, 27, 31, 35, 36, 37,
Tabel. 3.2 Koefisien korelasi reliabilitas
Koefisien Korelasi Kategori
r < 0,2 Sangat rendah
0,2 ≤ r ≤ 0,4 Rendah
0,4 ≤ r ≤ 0,6 Sedang
0,6 ≤ r ≤ 0,8 Tinggi
0,8 ≤ r ≤ 1,0 Sangat tinggi
Sumber: (Widoyoko, 2014: 193).
Hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa harga r11 sebesar
0,983 dengan rtabel 0,361. r11 > rtebal sehingga soal dikatakan reliabel
dengan kategori reliabilitas sangat tinggi. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 7.
3. Uji Daya Pembeda Soal Tes
Daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat diketahui
menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2013: 228).
Keterangan:
D : indeks diskriminasi
: banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah
: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Soal-soal yang digunakan diketahui berdasarkan klasifikasi daya
pembeda soal pada Tabel 3.3.
Tabel. 3.3 Klasifikasi daya pembeda
Nilai Daya Pembeda Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 - 0,40 Cukup
0,41- 0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
[image:36.595.146.419.613.694.2]24
[image:37.595.136.516.162.273.2]Hasil analisis daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda soal
Data selengkapnya pada Lampiran 7.
4. Uji Kesukaran Soal Tes
Tingkat kesukaran soal pilihan ganda dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2013: 223).
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : jumlah seluruh siswa
Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel. 3.5 Klasifikasi tingkat kesukaran soal
Harga Indeks Kesukaran Kategori Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31-0, 70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Sumber: (Arikunto, 2013:225)
Hasil analisis tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran soal
Kategori Nomor Soal
jelek 2, 6, 9, 12, 19, 22, 27, 29, 30, 31, 35, 36, 37, 44, 46, 48, 52,
59, dan 60
Cukup 1, 4, 5, 10, 13, 14, 20, 23, 25, 28, 33, 51, 54, 56, dan 58
Baik 3, 8, 11, 16, 24, 53
Sangat baik
7, 15, 17, 18, 21, 26, 32, 34, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 47, 49, 40, dan 55
Kategori Nomor Soal
Sukar 1, 19, 20, 27, 29, 31, 35, 36, 37, 44, 51, 58, 59, dan 60
Sedang 2, 3, 6, 7, 8, 11, 17, 21, 22, 23, 24, 26, 32, 33, 38, 39, 43,
D
ata selengkapnya pada Lampiran 7.
[image:38.595.138.512.213.353.2]Soal yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Daftar soal yang digunakan dalam penelitian
i. M
e
n
e
n
t
ukan soal-soal yang memenuhi syarat yang dijadikan tes
j. Menyusun soal-soal yang memenuhi syarat yang dijadikan tes
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu
10 x 45 menit. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian yaitu:
a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b. Guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model STAD
berbantuan modul berbasis pendidikan karakter.
c. Observer mengamati jalannya proses pembelajaran menggunakan
lembar observasi sikap.
d. Guru melakukan pengamatan terhadap keterampilan siswa dalam
mengamati ciri-ciri dan mengklasifikasikan tumbuhan.
e. Guru memberikan soal evaluasi akhir pada akhir pembelajaran.
3.6.3 Tahap Akhir
Setelah selesai dilakukan penelitian, dilakukan analisis data terhadap
hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor, kemudian
dilakukan pembahasan untuk mengambil kesimpulan dalam penelitian ini.
Mudah 4, 5, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 25, 28, 30, 34, 40, 41,
42, 48, 49, 53, 54, 56, dan 57
Kategori Nomor Soal
Digunakan 1, 3, 4, 8, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 21, 24, 26, 28, 30,
32, 34, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 47, 49, 50, 54, 55, 57, dan 58
Tidak digunakan
26
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Hasil Belajar Siswa
3.7.1.1 Aspek kognitif
Data hasil belajar kognitif dianalisis secara deskriptif kualitatif. Indikator
keberhasilan hasil belajar siswa dapat dilihat dari persentase ketuntasan klasikal.
Rumus untuk menghitung ketuntasan klasikal dari setiap kelas sebagai berikut.
Keterangan:
nt = jumlah siswa dengan nilai tuntas N = jumlah seluruh siswa
3.7.1.2 Aspek Afektif (Sikap)
Data hasil penilaian sikap siswa (nilai-nilai karakter) dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Sikap siswa yang dinilai yaitu sikap rasa ingin tahu, mandiri,
saling mengormati, tanggung jawab, dan kerja sama. Masing-masing dari sikap
tersebut dihitung skornya kemudian ditentukan persentasenya menggunakan
rumus berikut (Widoyoko, 2014: 255).
Cara menentukan kriteria menggunakan rumus berikut (Widoyoko, 2014:
259)
Interval kelas =
Kriterianya adalah sebagi berikut:
82-100 = Sangat baik (SB)
63 - 81 = Baik (B)
44 - 62 = Cukup (C)
< 43 = Kurang (K)
Data hasil penilaian psikomotor dianalisis secara deskriptif kualitatif
menggunakan rumus sebagai berikut.
Setelah itu, dihitung persentasenya menggunakan rumus sebagai berikut.
Kriterianya adalah sebagai berikut:
82-100 = Sangat terampil (ST)
63 - 81 = Terampil (T)
44 - 62 = Cukup (C)
< 43 = Kurang (K)
3.7.2 Tanggapan Siswa dan Guru tentang Model Pembelajaran STAD Berbantuan Modul Berbasis Pendidian Karakter
Data tanggapan siswa dan guru dianalisis secara deskriptif persentase
dengan menghitung skor yang diperoleh pada indikator dari kuesioner tanggapan
siswa dan guru terhadap pembelajaran menggunakan rumus.
Kriteria tanggapan siswa dan guru terhadap model STAD berbtuan modul
berbasis pendidikan karakter sebagai berikut.
82%-100% = Sangat Baik (SB) 63% - 81% = Baik (B)
44% - 62% = Kurang (K)
< 43% = Sangat Kurang (SK)
3.8
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini efektif jika:
1. Minimal 80% hasil belajar kognitif siswa minimal 75.
2. Minimal 80% hasil belajar afektif siswa minimal baik.
3. Minimal 80% hasil belajar psikomotor siswa minimal terampil
4. Minimal 80% siswa dan guru memberikan tanggapan baik terhadap model
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian dengan menerapkan pembelajaran model STAD berbantuan
modul berbasis pendidikan karakter materi tumbuhan telah dilakukan. Hasil
penelitian ini berupa hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, psikomotor,
tanggapan siswa dan guru.
4.1.1 Hasil belajar kognitif
Hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan model pembelajaran STAD
[image:41.595.111.511.380.516.2]disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil belajar kognitif siswa
No. Hasil Belajar Kelas
X7 X8 X9
1 Nilai tertinggi 90.00 90.00 93.00
2 Nilai terendah 70.00 67.00 53.00
3 Rata-rata nilai posttest 77.66 78.47 76.53
4 Jumlah siswa yang tuntas 25 26 25
5 Jumlah siswa yang tidak tuntas 7 4 5
6 Jumlah seluruh siswa 32 3 30
∑ Siswa yang tuntas (%) 78.12 86.67 83.33
Data selengkapnya pada Lampiran 12.
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar kognitif
siswa pada kelas X8 dan X9 telah melebihi indikator keberhasilan ≥ 80% (86.67%
dan 83.33%). Ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas X7 sebesar 78.12% dan
belum mencapai indikator keberhasilan. Beberapa siswa di semua kelas ada yang belum mencapai nilai KKM ≥ 75.
4.1.2 Hasil belajar afektif
Hasil belajar siswa pada aspek afektif disajikan pada Tabel 4.2 dan sikap
Tabel 4.2 Hasil belajar afektif (Sikap)
Kriteria Persentase Sikap Siswa (%)
Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9
Sangat baik 68.75 53.33 56.67
Baik 31.25 43.33 43.33
Cukup baik 0.00 3.33 0.00
Kurang Baik 0.00 0.00 0.00
Jumlah siswa baik dan
sangat baik 100.00 96.66 100.00
Data selengkapnya pada Lampiran 19.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa persentase total sikap siswa dengan
kriteria baik dan sangat baik pada semua kelas telah melebihi 80%. Semua siswa
memiliki sikap yang baik, tetapi pada kelas X8 terdapat satu siswa yang masih
berada pada kriteria cukup.
Tabel 4.3 Persentase total sikap siswa dengan kriteria baik dan sangat baik pada setiap aspek
No. Sikap
Persentase total sikap siswa dengan kriteria baik dan sangat baik pada setiap aspek (%)
Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9 Rata-rata sikap yang diamati (%)
1 Rasa ingin tahu 93.8 90.0 96.6 94.5
2 Mandiri 100.0 93.3 86.6 93.3
3 Saling
menghormati 100.0 100.0 100.0 100.0
4 Tanggung jawab 96.9 90.0 93.3 93.4
5 Kerja sama 90.7 96.6 90.0 92.4
Data selengkapnya pada Lampiran 20.
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa persentase total sikap siswa yang
baik dan sangat baik untuk setiap aspek telah melebihi 80%. Sikap siswa yang
baik dan sangat baik dengan persentase tertinggi adalah sikap saling
[image:42.595.109.507.426.573.2]30
4.1.3 Hasil belajar psikomotor
Hasil belajar siswa pada aspek psikomotor disajikan pada Tabel 4.4 dan
kegiatan siswa pada setiap aspek pengukuran aspek psikomotor disajikan pada
[image:43.595.110.516.222.363.2]Tabel 4.5.
Tabel 4.4 Hasil belajar psikomotor kegiatan mengamati ciri-ciri tumbuhan
Kriteria
Persentase (%)
Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9
Sangat terampil 75.00 56.67 73.33
Terampil 25.00 43.33 26.67
Cukup terampil 0.00 0.00 0.00
Kurang terampil 0.00 0.00 0.00
∑ siswa terampil dan
sangat terampil 100.00 100.00 100.00
Data selengkapnya pada Lampiran 24.
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa persentase kegiatan siswa yang
terampil dan sangat terampil telah mencapai 80%. Tidak ada siswa yang kurang
terampil pada semua kelas. Jumlah siswa yang sangat terampil dengan persentase
[image:43.595.109.509.523.644.2]tertinggi adalah kelas X7, sedangkan yang terendah pada kelas X8.
Tabel. 4.5 Persentase total kegiatan siswa dalam melakukan pengamatan dengan kriteria terampil dan sangat terampil pada setiap aspek
No. Aspek Kegiatan yang Dinilai
Persentase total kegiatan pengamatan siswa yang terampil dan sangat terampil (%)
Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9
Rata-rata aspek yang diamati (%)
1 Mengamati 100.0 100.0 100.0 100.0
2 Menuliskan data 100.0 100.0 100.0 100.0
3 Menggambar 81.3 76.7 90.0 81.2
4 Menuliskan kesimpulan 90.6 83.4 100.0 91.2 Data selengkapnya pada Lampiran 25.
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa persentase total kegiatan siswa yang
terampil dan sangat terampil untuk setiap kegiatan pada semua kelas telah
melebihi 80%, kecuali untuk kegiatan menggambar pada kelas X8. Kegiatan
keberhasilan ≥ 80%. Kegiatan siswa yang terampil dan sangat terampil dengan persentase tertinggi adalah kegiatan mengamati dan menuliskan data yaitu sebesar
100%, sedangkan kegiatan dengan persentase terendah yaitu pada kegiatan
menggambar (81.2%).
4.1.4 Tanggapan Siswa
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan model STAD berbantuan
[image:44.595.110.510.317.444.2]modul berbasis pendidikan karakter disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Tanggapan siswa terhadap pembelajaran model STAD berbantuan modul
Kriteria Tanggapan Siswa
Jumlah Siswa
Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9
∑ Siswa (%) ∑ Siswa (%) ∑ Siswa (%)
Sangat Baik 21 65.7 21 70.0 24 80.0
Baik 11 34.3 9 30.0 6 20.0
Cukup 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Kurang 0 0.0 0 0.0 0 0.0
∑ Baik dan Sangat
Baik 32 100.0 30 100.0 30 100.0
Data selengkapnya pada Lampiran 28.
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa semua siswa pada semua kelas
memberikan tanggapan baik dan sangat baik terhadap penerapan model STAD
berbantuan modul berbasis pendidikan karakter.
4.1.5 Tanggapan Guru
Berdasarkan hasil analisis tanggapan guru diketahui bahwa pembelajaran
model STAD dengan berbantuan modul berbasis pendidikan karakter dapat
membuat siswa merasa senang sehingga siswa tidak merasa bosan. Sebagian besar
siswa termotivasi dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga
berpendapat bahwa bahan ajar yang digunakan dapat membantu siswa dalam
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dan dapat memberikan kesempatan bagi
siswa untuk belajar mandiri dalam memahami materi. Kesulitan yang dihadapi
dalam pembelajaran ini yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam mencapai
32
berlangsung baik dengan bantuan bahan ajar berupa modul. Modul sangat
membantu karena siswa dapat belajar mandiri di rumah, tanpa harus terikat
dengan waktu pembelajaran seperti di kelas sehingga siswa dapat mencapai semua
tujuan pembelajaran.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Belajar
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar kognitif
siswa di kelas X8 dan X9 telah melebihi indikator keberhasilan (≥ 80%) dengan
KKM ≥ 75. Ketuntasan hasil belajar kognitif siswa kelas X7 sebesar 78.12% dan
belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan kurangnya peran aktif
siswa dalam diskusi kelompok. Kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan
kelompok dapat dilihat saat pembelajaran menggunakan model STAD pada
langkah diskusi kelompok. Langkah diskusi kelompok memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk menyampaikan pendapat dan saling membantu dalam
memahami materi. Siswa melakukan pengamatan terhadap tumbuhan lumut,
paku, dan berbiji yang telah dibawa dari rumah dan saling berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan. Hasil pengamatan guru di kelas menunjukkan bahwa
beberapa siswa kelas X7 kurang berperan aktif dalam diskusi kelompok. Beberapa
siswa dalam kelompok tidak ikut berpartisipasi penuh. Siswa hanya ikut
berpartisipasi pada waktu melakukan pengamatan terhadap tumbuhan lumut dan
paku saja, tetapi kurang berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya buku referensi yang digunakan oleh siswa sehingga
siswa cenderung menunggu jawaban dari teman yang lainnya.
Hasil pengamatan guru selama proses pembelajaran di kelas menunjukkan
bahwa beberapa siswa kelas X7 hanya menggunakan satu sumber belajar,
sedangkan kelas X8 dan X9 menggunakan lebih dari dua sumber belajar. Kelas
X8 dan X9 membawa sumber belajar yang beranekaragam seperti, LKS, buku
paket biologi, modul pembelajaran, dan gadget. Kurangnya sumber belajar yang
digunakan kelas X7 menyebabkan siswa kekurangan referensi untuk belajar,
Syahputri et al. (2013) penggunaan salah satu sumber belajar tertentu saja akan membuat pengetahuan siswa terbatas. Pengetahuan siswa yang terbatas akan
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Oleh
karena itu, penggunaan satu sumber belajar dalam proses pembelajaran
menyebabkan hasil belajar yang didapatkan siswa kurang maksimal. Hasil
penelitian Sandi (2015) menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan
penerapan kolaborasi pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dengan
model pembelajaran inkuiri memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan
hasil belajar siswa.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas X8 dan X9 telah melebihi
indikator keberhasilan. Meskipun demikian, terdapat beberapa siswa yang
nilainya belum mencapai KKM ≥ 75. Siswa yang belum mencapai nilai KKM di
kelas X7 sebanyak 7 siswa, sedangkan di kelas X8 dan X9 sebanyak 4 dan 5
siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa siswa yang
nilainya masih di bawah KKM disebabkan belum membaca lagi materi yang
diujikan. Oleh sebab itu, saat siswa mengerjakan soal evaluasi akhir ada beberapa
konsep yang terlupakan, sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa persentase total sikap siswa yang
baik dan sangat baik di semua kelas telah melebihi indikator keberhasilan ≥ 80%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model STAD berbantuan modul
berbasis pendidikan karakter efektif terhadap hasil belajar siswa. Selama proses
pembelajaran terdapat penanaman nilai-nilai karakter pada siswa. Nilai-nilai
karakter tersebut terangkum dalam modul yang dalam pelaksanaannya dilakukan
dengan bantuan model pembelajaran yang mendukung yaitu model STAD. Sikap
siswa yang sangat baik dengan persentase tertinggi di kelas X