• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN MODUL BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN MODUL BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL

STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS

(STAD) BERBANTUAN

MODUL BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PADA

MATERI TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

oleh

Mualimaturrochmah NIM 4401411097

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

(Winston Churchill)

PERSEMBAHAN

Untuk Bapak, Ibu, Dosen Jurusan Biologi

(5)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul Efektivitas Model Student Teams

Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Modul Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Tumbuhan terhadap Hasil Belajar Siswa dapat terselesaikan dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan

kesempatan untuk menyelesaikan studi Strata 1 Universitas Negeri

Semarang.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin

dan kemudahan administrasi dalam melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

4. Prof. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si. yang telah memberikan pengarahan

dan bimbingan serta dorongan dengan penuh kesabaran sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. yang telah memberikan pengarahan dan

bimbingan serta dorongan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Sri Sukaesih, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan saran, masukan dan

pengarahan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Dosen-dosen Jurusan Biologi Fakultas Matekatika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu dan

(6)

Negeri 1 Kragan yang telah memberikan bantuan dan bekerjasama dalam

penelitian ini.

10. Kedua orang tua, Bapak Sumadi dan Ibu Supatini tercinta yang selalu

mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta dorongan demi

terselesaikannya skripsi ini.

11. Peserta didik kelas X7, X8, dan X9 SMA Negeri 1 Kragan Rembang yang

telah berkenan membantu penulis dan bersedia menjadi objek dalam

penelitian ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuannya demi terselesaikannya skripsi ini.

Tidak ada satupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali

untaian doa semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang

sebaik-baiknya dan berlimpah rahmat serta hidayah-Nya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta

menjadi bahan kajian dalam bidang ilmu yang terkait.

Aamiin.

Semarang, 27 November

2015

(7)

ABSTRAK

Mualimaturrochmah. 2016. Efektivitas Model Student Teams Achievement

Divisions (STAD) Berbantuan Modul Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Tumbuhan terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dra. Ely Rudyatmi, M.Si.

Kata kunci: hasil belajar, materi tumbuhan, modul berbasis pendidikan karakter, STAD

Berdasarkan hasil observasi di sekolah diketahui bahwa pembelajaran biologi pada materi tumbuhan masih menggunakan model ceramah dan diskusi

kelas. Nilai siswa yang belum mencapai ketuntasan kriteria minimal (KKM) ≥ 75

sebesar 38,04%. Penerapan model student teams achievement divisions (STAD)

berbantuan modul berbasis pendidikan karakter diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini karena pembelajaran dengan model STAD melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar sehingga siswa menjadi aktif. Pembelajaran dengan model STAD ini dibantu dengan modul berbasis pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas model STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Kragan. Penelitian ini menggunakan

desain penelitian One Shot Case Study. Sampel dalam penelitian adalah kelas X7,

X8, dan X9 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data dalam

penelitian meliputi hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, tanggapan siswa dan guru. Hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan tanggapan siswa dan guru dianalisis secara deskriptif persentase. Hasil penelitian meliputi: ketuntasan hasil belajar kognitif siswa kelas X7, X8, dan X9 sebesar

78.12%, %, 86.67%, dan 83.33%, kelas X8 dan X9 telah melebihi indikator

keberhasilan sedangkan X7belum; hasil belajar afektif (sikap) siswa semua kelas

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... x

HALAMAN GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Penegasan Istilah ... 4

BAB II TINJAUN PUSTAKA ... 8

2.1 Hasil Belajar ... 8

2.2 Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 10

2.3 Modul Berbasis Pendidikan Karakter ... 12

2.4 Materi Tumbuhan ... 14

2.5 Hasil Penelitian yang Relevan ... 15

2.6 Kerangka Berpikir ... 17

2.7 Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 19

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Populasi dan Sampel ... 19

3.3 Jenis dan Desain Penelitian ... 19

(9)

3.5 Data dan Metode Pengumpulan Data ... 20

3.6 Prosedur Penelitian ... 20

3.7 Metode Analisis Data ... 26

3.8 Indikator Keberhasilan ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.2 Pembahasan ... 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Simpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Soal ... 22

3.2 Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 23

3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 23

3.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ... 24

3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 24

3.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal... 24

3.7 Daftar Soal yang Digunakan dalam Penelitian ... 25

4.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 28

4.2 Hasil Belajar Afektif (Sikap) ... 29

4.3 Persentase Total Sikap Siswa dengan Kriteria Baik dan Sangat Baik ... 29

4.4 Hasil Belajar Psikomotor Kegiatan Mengamati Ciri-Ciri Tumbuhan ... 30

4.5 Persentase Total Kegiatan Pengamatan Siswa dengan Kriteria Terampil dan Sangat Terampil ... 30

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ... 17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 50

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 52

3. Kisi-Kisi Kuis ... 62

4. Soal Kuis ... 64

5. Kunci Jawaban Kuis ... 67

6. Lembar Jawaban Kuis... 70

7. Analisis Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 73

8. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Materi Tumbuhan ... 77

9. Soal Evaluasi Akhir ... 79

10. Kunci Jawaban ... 85

11. Lembar Jawaban Siswa... 86

12. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 88

13. Rubrik Lembar Observasi Penilaian Sikap Siswa ... 89

14. Kisi-kisi Lembar Observasi Penilaian Sikap Siswa ... 92

15. Lembar Observasi Penilaian Sikap Siswa ... 93

16. Rubrik Penilaian Antar Teman Sikap Siswa ... 96

17. Kisi-Kisi Lembar Penilaian Antar Teman Sikap Siswa ... 99

18. Lembar Penilaian Antar Teman ... 100

19. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif (Sikap) ... 103

20. Analisis Hasil Belajar Afektif (Sikap) ... 107

21. Kisi-Kisi Lembar Rubrik Penilaian Keterampilan Mengamati Ciri-Ciri dan Klasifikasi pada Tumbuhan... 110

22. Lembar Penilaian Keterampilan Siswa ... 111

23. Hasil Pengamatan Siswa ... 114

24. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 118

25. Analisis Keterampilan Mengamati Ciri-Ciri Tumbuhan ... 121

26. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa terhadap Model Pembelajaran STAD Berbantuan Modul Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Plantae ... 1213

(13)

28. Analisis Angket Tanggapan Siswa ... 127

29. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Guru terhadap Model Pembelajaran STAD Berbantuan Modul Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Plantae... 130

30. Lembar Angket Tanggapan Guru ... 131

31. Dokumentasi Hasil Penelitian ... 132

32. Surat Ijin Penelitian ... 134

33. Sk Pembimbing Skripsi ... 135

(14)

1.1 Latar Belakang Masalah

Biologi merupakan salah satu bidang ilmu sains yang mempelajari segala

sesuatu tentang makhluk hidup. Belajar biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta

dan konsep, karena dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang

dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Banyak siswa yang tidak dapat

mengembangkan pemahamannya terhadap konsep-konsep biologi karena

perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik. Jika biologi

hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang memiliki pengetahuan awal

tentang berbagai fenomena biologi tidak dapat menggunakan pengetahuan mereka

selama proses pembelajaran (Saptono, 2011: 11).

Hasil observasi awal yang dilakukan di SMA N 1 Kragan diketahui bahwa

pembelajaran biologi pada materi tumbuhan belum melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi kelas yang masih

berjalan satu arah, serta penggunaan bahan ajar yang hanya berupa buku paket

dan lembar kegiatan siswa (LKS) yang dibeli dari penerbit. LKS tersebut berisi

materi dan latihan soal untuk siswa yang terdiri atas uji kompetensi dan ulangan

harian. Selain itu, pada LKS juga terdapat beberapa kegiatan praktikum, tetapi

kegiatan tersebut kurang mendorong siswa untuk belajar aktif. Oleh sebab itu,

LKS tersebut kurang sesuai dengan fungsinya sebagai lembar kegiatan siswa. Hal

ini menyebabkan siswa cenderung mendengarkan, menghafal, pasif, dan cepat

bosan dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Djamarah & Zain (2010: 20)

bahwa metode ceramah lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa,

sehingga menyebabkan siswa pasif dan lebih banyak menghafal. Akibatnya, hasil

belajar siswa kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 75 yaitu 38,04% siswa.

Hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa materi biologi yang

(15)

2

terdapat banyak sub bab materi dan istilah ilmiah serta ada beberapa tumbuhan

yang tidak dapat diamati secara langsung. Materi tumbuhan diajarkan di SMA

kelas X semester genap dengan kompetensi dasar 3.3 (KD 3.3) mendiskripsikan

ciri-ciri divisi dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di

bumi. Berdasarkan KD 3.3 tersebut, siswa dituntut untuk dapat menggolongkan

jenis tumbuhan berdasarkan ada tidaknya pembuluh pengangkut, menyebutkan

dan menjelaskan ciri-ciri tumbuhan, menjelaskan cara reproduksi tumbuhan, serta

mendata tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berperan dalam

kehidupan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada materi tumbuhan adalah dengan model pembelajaran

kooperatif tipe student team achievement division (STAD). Menurut Hafid &

Makkasau (2013) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok kecil dengan membagi

kemampuan akademik siswa secara heterogen untuk bekerjasama dalam

menyelesaikan suatu masalah. Menurut Marrysca et al. (2013) STAD merupakan

model pembelajaran kooperatif yang paling baik digunakan untuk guru yang baru

menggunakan model kooperatif. Selain itu, untuk membuat pembelajaran menjadi

efektif dapat digunakan bahan ajar seperti modul. Menurut Shoimin (2014: 189)

kekurangan model STAD adalah dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penerapan

model STAD perlu dipadukan dengan modul.

Modul adalah suatu bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan

bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan didesain untuk membantu siswa

menguasai tujuan belajar secara spesifik (Prastowo, 2014:106). Modul yang

digunakan guru harus kreatif, menyenangkan, dan dapat memberikan nilai-nilai

karakter bagi siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang

tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 2 Pasal 1 bahwa dalam

proses pembelajaran guru harus mampu memberikan nilai-nilai karakter dalam

setiap proses pembelajaran. Oleh karena itu, modul berbasis pendidikan karakter

(16)

materi yang diajarkan oleh guru, tugas individu, kinerja ilmiah dan latihan soal

evaluasi. Nilai-nilai pendidikan karakter pada modul tersebut terdapat pada tugas

individu dan kinerja ilmiah. Melalui tugas individu dan kinerja ilmiah diharapkan

siswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter yang

terdapat pada modul ini adalah rasa ingin tahu, mandiri, saling menghormati,

tanggung jawab, dan kerja sama.

Pelaksanaan pembelajaran pada materi tumbuhan perlu dilakukan dengan

kreatif dan inovatif sehingga siswa dapat berperan aktif selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Salah satu caranya dengan penerapan model

pembelajaran STAD yang didukung dengan penggunaan modul. Hasil penelitian

Marrysca et al. (2013) bahwa penerapan model STAD berbantuan LKS

berkarakter dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui penggunaan modul

tersebut siswa akan belajar secara mandiri, sehingga menuntut keaktifan siswa

dan guru hanya berperan sebagai fasilitator selama kegiatan pembelajaran.

Penggunaan modul perlu dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa dan

untuk membentuk karakter siswa. Melalui penggunaan modul tersebut diharapkan

siswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang ada di dalam modul

yaitu sikap rasa ingin tahu, mandiri, saling menghormati, tanggung jawab, dan

kerja sama.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran STAD berbantuan modul

berbasis pendidikan karakter mengutamakan kerja sama antar individu dalam

kegiatan kelompok. Pengkondisian suasana belajar yang menyenangkan dan

bermakna akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat. Selain itu, pengunaan modul pada pembelajaran akan

membantu siswa untuk belajar secara mandiri dan diharapkan dapat membentuk

karakter siswa melalui pengimplementasian nilai-nilai karakter dalam modul.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang “Efektivitas Model Student

(17)

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan masalah

sebagai berikut: apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan

modul berbasis pendidikan karakter efektif terhadap hasil belajar siswa pada

materi tumbuhan di SMA N 1 Kragan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menguji efektivitas penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter terhadap

hasil belajar siswa pada materi tumbuhan di SMA N 1 Kragan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi Siswa

Membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa, membantu

siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter, dan membantu

siswa dalam meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.

2. Bagi guru

Menambah kreativitas guru biologi dalam mengadakan variasi model

dan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan

meningkatkan mutu pembelajaran sains khususnya biologi.

1.5 Penegasan Istilah

1.5.1 Efektivitas

Menurut Musfiqon (2014:116) efektitivitas adalah keberhasilan

pembelajaran yang diukur dari tingkat ketercapaian tujuan setelah pembelajaran

selesai. Pembelajaran dikatakan efektif apabila semua tujuan pembelajaran dapat

(18)

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tercapai tidaknya

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Tercapainya tujuan pembelajaran

dapat dilihat dari hasil belajar siswa (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor) pada

materi tumbuhan. Hasil belajar dikatakan efektif apabila siswa mencapai

ketuntasan belajar ≥ 75% secara individu dan secara keseluruhan ≥ 80% dengan

KKM ≥ 75 untuk aspek kognitif, sedangkan afektif dan psikomotor secara

keseluruhan ≥ 80% pada kriteria baik dan sangat baik atau terampil dan sangat

terampil.

1.5.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (2010: 143) model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok kecil dengan

membagi kemampuan akademik siswa secara heterogen dan setiap kelompok

beranggotakan 4-5 individu untuk bekerja sama. Model pembelajaran ini

menuntut siswa untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan demi

kemajuan skor kelompok. Oleh karena itu, setiap individu berusaha memahami

materi yang dipelajari agar dapat mengerjakan kuis individu dengan baik.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu 1) membentuk

kelompok yang heterogen, 2) presentasi guru, 3) diskusi kelompok, 4) kuis, 5)

menghitung skor kemajuan individu dan kelompok, dan 6) memberikan

penghargaan

Model kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran

yang dalam penerapannya dilakukan dengan membagi kelas menjadi kelompok

kecil dengan anggota kelompok terdiri atas 5 individu, setiap anggota kelompok

terdiri atas individu yang heterogen dalam hal kemampuan akademik dan jenis

kelamin. Setiap kelompok harus saling bekerjasama untuk menyelesaikan

permasalahan pada materi tumbuhan yang diberikan oleh guru. Siswa yang sudah

paham mengenai materi tumbuhan dapat membantu teman sejawatnya untuk

memahami materi yang belum dipahami. Langkah-langkah dalam model

pembelajaran tipe STAD ini merujuk pada langkah-langkah pembelajaran yang

disampaikan oleh Slavin, tetapi pada kegiatan diskusi kelompok dilakukan

(19)

6

1.5.3 Modul Berbasis Pendidikan Karakter

Menurut Prastowo (2014:106) modul adalah suatu bahan ajar yang disusun

secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan didesain

untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar secara spesifik. Menurut Parmin

& Peniati (2012) modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang

memperhatikan fungsi pendidik.

Modul berbasis pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini

yaitu modul pembelajaran berbentuk buku yang di dalamnya terdapat nilai-nilai

karakter untuk diaplikasikan siswa. Modul tersebut juga berisi mengenai materi

pembelajaran, tugas individu, kinerja ilmiah dan soal evaluasi akhir. Nilai-nilai

karakter yang ada pada modul ini terdapat pada tugas individu dan kinerja ilmiah.

Nilai-nilai karakter pada modul tersebut adalah sikap rasa ingin tahu, mandiri,

saling menghormati, tanggung jawab, dan kerja sama.

1.5.4 Materi Tumbuhan

Materi tumbuhan merupakan materi yang diajarkan di kelas X pada

semester genap dengan kompetensi dasar 3.3 yaitu mendiskripsikan ciri-ciri divisi

dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi. Materi

tumbuhan yang dimaksud disini meliputi Bryophyta, Pteridophyta, dan

Spermatophyta. Materi tumbuhan ini mencakup ciri-ciri tumbuhan, cara

reproduksi, klasifikasi dan manfaat tumbuhan bagi kehidupan manusia.

1.5.5 Hasil Belajar

Menurut Rusman (2012:123) dan Rohwati (2012) hasil belajar adalah

sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar

yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Rifa‟i & Anni (2012:69) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku dalam

pembelajaran yang harus dicapai siswa dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil akhir yang

diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran yang meliputi aspek kognitif,

(20)

dengan skor mulai dari 0-100, sedangkan untuk aspek afektif dinilai dengan

lembar observasi dan penilaian antar teman, menggunakan instrumen berbentuk

check list yang kemudian hasil akhirnya diakumulasikan menggunakan skala lajuan dengan kriteria penilaian menggunakan skala 4. Aspek psikomotor dinilai

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Menurut Rusman (2012:123), Rohwati (2012) hasil belajar adalah sejumlah

pengalaman yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar yang

mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Rifa‟i

& Anni (2012:69) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku dalam

pembelajaran yang harus dicapai siswa dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan

hasil belajar siswa adalah kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal

yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain kemampuan intelektual,

minat, dan bakat. Siswa yang mempunyai inteligensi yang tinggi cenderung akan

lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai inteligensi yang rendah. Minat

adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa akan

menyebabkan siswa tidak belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik bagi

siswa. Bahan ajar yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena minat

dapat menambah motivasi belajar siswa. Bakat adalah kemampuan untuk belajar.

Seseorang akan berhasil dalam belajar apabila ia belajar sesuai dengan bakat yang

dimiliknya.

Faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa antara

lain: metode mengajar dan alat pelajaran. Metode guru yang kurang baik dalam

mengajar dapat menyebabkan siswa kurang senang terhadap pelajaran atau

gurunya, sehingga siswa malas untuk belajar. Mengusahakan alat pelajaran yang

baik dan lengkap sangat diperlukan agar guru dapat mengajar dengan baik,

(22)

Penilaian hasil belajar siswa di sekolah mencakup tiga aspek, yaitu aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan

dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. Ciri-ciri hasil belajar aspek kognitif

akan tampak pada hasil tes siswa. Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan

dengan sikap. Ciri-ciri hasil belajar aspek afektif akan tampak pada siswa dalam

berbagai tingkah laku. Aspek psikomotor adalah aspek yang berkaitan dengan

keterampilan yang dimiliki siswa selama proses pembelajaran. Keterampilan

tersebut menunjukkan tingkat keahlian siswa dalam melaksanakan suatu tugas.

Hasil belajar dalam aspek psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan-keterampilan dan kemampuan bertindak siswa (Widoyoko, 2014:19).

Secara garis besar ada sembilan teknik penilaian yang dapat dipilih guru

untuk menilai hasil pembelajaran siswa, yaitu tes, observasi, penilaian diri,

penilaian antar peserta, penilaian kinerja, penilaian portofolio, penilaian projek,

penilaian jurnal, dan penilaian produk. Setiap teknik ini memiliki penggunaan

yang berbeda. Tes lebih cocok digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif.

Observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta, dan penilaian jurnal lebih cocok

digunakan untuk menilai aspek sikap/afektif siswa. Teknik portofolio dan

penilaian produk lebih cocok digunakan untuk menilai aspek psikomotor,

sedangkan kinerja dan penilaian projek dapat digunakan untuk menilai aspek

kognitif dan psikomotor (Widoyoko, 2014:49).

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Hasil

belajar yang dicapai antara siswa satu dengan siswa yang lainnya tidak selalu

sama. Keberhasilan proses mengajar dibagi atas beberapa tingkatan. Tingkatan

keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat

dikuasai oleh siswa.

b) Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76% sampai dengan 99%)

bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c) Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sampai

(23)

10

d) Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai

oleh siswa (Djamarah dan Zain, 2013:107).

2.2 Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Divisions

(STAD)

Menurut Rofiq (2010) pembelajaran kooperatif merupakan model belajar

yang dilaksanakan dengan bekerja sama antar siswa untuk mencapai kesuksesan

bersama. Menurut Suprijono (2010: 61) model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,

menerima keagamaan, dan pengembangan keterampilan sosial. Model

pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk kerja sama dalam mencapai hasil

belajar.

Hasil belajar dengan pembelajaran kooperatif akan maksimal apabila lima

unsur dalam model pembelajaran kooperatif diterapkan. Adapun lima unsur

tersebut yaitu, 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan,

3) interaksi promotif, 4) komunikasi antar anggota, dan 5) pemrosesan kelompok.

Saling ketergantungan positif merupakan unsur yang menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok, yaitu

mempelajari materi yang ditugaskan dan menjamin semua anggota kelompok

secara individu mempelajari materi tersebut. Tanggung jawab individual adalah

kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar

bersama. Setelah mengikuti kerja sama kelompok siswa harus dapat

menyelesaikan tugas yang sama. Interaksi promotif merupakan unsur yang

penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Interaksi

promotif menuntut siswa untuk saling membantu, saling memberi informasi, dan

saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. Komunikasi antar

anggota atau keterampilan sosial harus dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini karena

untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam mencapai tujuan siswa harus

mampu berkomunikasi, saling menerima dan saling mendukung. Pemrosesan

kelompok megandung arti menilai kelompok. Tujuan pemrosesan kelompok

adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap

(24)

Menurut Slavin (2010: 143) dan Marrysca et al. (2013) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana dan dilakukan secara berkelompok kecil. Model STAD lebih

mengutamakan kerja sama antar anggota kelompok. Model STAD merupakan

model paling baik digunakan untuk guru yang baru menggunakan model

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model

pembelajaran yang cocok diterapkan pada kelas yang mempunyai karakteristik

siswa heterogen, baik dalam hal akademis, jenis kelamin, motivasi belajar dan

lain-lain. STAD akan melatih sikap tanggung jawab siswa karena tanggung jawab

siswa dalam proses pembelajaran lebih tinggi. Hal ini disebabkan siswa tidak

hanya mendengarkan informasi saja tetapi siswa lebih banyak bekerja (Haloho,

2014).

Model pembelajaran STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu a)

kelas, b) kelompok belajar yang heterogen, c) kuis, d) menghitung skor kemajuan

individu dan kelompok, dan e) penghargaan kelompok. Kelas adalah pengajaran

langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin guru. Siswa harus fokus dalam

kelas karena kegiatan ini sangat membantu dalam mengerjakan kuis. Kelompok

belajar terdiri atas 4-5 siswa yang heterogen dalam hal kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Kelompok berfungsi untuk memastikan bahwa

semua anggota kelompok sungguh-sungguh belajar dan mempersiapkan diri untuk

bisa mengerjakan kuis dengan baik. Kuis adalah evaluasi pembelajaran siswa

setelah satu atau dua kali pertemuan. Siswa tidak boleh saling bekerjasama dalam

mengerjakan kuis, sehinga siswa bertanggungjawab untuk memahami materi yang

telah dibahas. Skor kuis tiap individu menentukan skor kelompok mereka. Skor

kemajuan individu adalah skor yang diperoleh dari kenaikan skor kuis

dibandingkan skor evaluasi sebelumnya. Penghargaan kelompok diberikan pada

kelompok yang mendapatkan skor rata-rata yang mencapai kriteria tertentu

(Slavin, 2010:143-146).

Menurut Slavin (2010: 151) langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu, 1) membentuk kelompok dengan anggota kelompok

(25)

12

kelompok, 4) siswa mengerjakan kuis-kuis individual, 5) menghitung skor

kemajuan individu dan kelompok, dan 6) memberikan penghargaan.

Menurut Shoimin (2014:189-190)model pembelajaran STAD mempunyai

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang diperoleh melalui model pembelajaran

STAD antaraa lain: siswa mampu bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memberi

semangat untuk berhasil bersama, siswa berperan aktif sebagai tutor sebaya untuk

lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, meningkatkan kecakapan individu,

dan meningkatkan kecakapan kelompok.

Kelemahan yang ada pada model pembelajaran STAD antara lain:

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target,

siswa yang mempunyai kemampuan akademik bagus akan merasa dirugikan jika

mendapatkan anggota kelompok yang kemampuan akademiknya kurang, dan

apabila guru tidak bisa mengelola kelas, maka kelas akan menjadi gaduh.

2.3 Modul Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter

Menurut Prastowo (2014:17) bahan ajar merupakan segala bahan yang

disusun secara sistematis dan menampilkan secara utuh kompetensi yang akan

dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Seorang pendidik dituntut

untuk dapat secara kreatif mendesain suatu bahan ajar yang memungkinkan siswa

dapat secara langsung memanfaatkan sumber belajar. Bahan ajar yang disusun

secara kreatif dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan

interaktif.

Bahan ajar yang digunakan pada penelitian ini adalah modul berbasis

pendidikan karakter. Menurut Daryanto (2013:9) dan Prastowo (2014:106) modul

merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis

dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Modul memuat seperangkat

pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa

menguasai tujuan belajar yang spesifik serta membantu siswa dalam belajar

(26)

Menurut Prastowo (2014:108) tujuan penyusunan modul, yaitu 1) agar

siswa dapat belajar secara mandiri tanpa bimbingan dari guru, 2) agar peran

pendidik tidak terlalu dominan dalam pembelajaran, 3) melatih kejujuran siswa,

4) agar siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasan materi yang telah

dipelajarai, dan 5) mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa.

Sebagai salah satu bentuk bahan ajar, modul memiliki fungsi sebagai

berikut: a) bahan ajar mandiri. Penggunaan modul dalam proses pembelajaran

berfungsi meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung

kepada kehadiran pendidik. b) pengganti fungsi pendidik. Sebagai bahan ajar

modul harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah

dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usia siswa. c) sebagai

alat evaluasi. Siswa dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat

penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari (Prastowo, 2014:107-108).

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan. Karakter

seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam

menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain

(Kurniawan, 2014:29).

Nilai karakter yang terdapat pada modul ini yaitu rasa ingin tahu, mandiri,

saling menghormati, tanggung jawab, dan kerja sama. Menurut Kurniawan

(2014:41)rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan luas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan masalah. Saling menghormati adalah sikap dan

tindakan seseorang untuk menghormati apa yang dilakukan oleh orang lain.

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan. Kerja sama adalah sikap dan

(27)

14

2.4 Materi Tumbuhan

Materi tumbuhan diajarkan pada kelas X semester genap. Materi tersebut

diberikan berdasarkan standar kompetensi 3 (SK 3) yaitu memahami manfaat

keanekaragaman hayati dengan kompetensi dasar (KD 3.3) yaitu mendiskripsikan

ciri-ciri divisi dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di

bumi. Berdasarkan KD 3.3 tersebut diharapkan siswa dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan yaitu mengetahui ciri-ciri tumbuhan,

mengetahui dan menjelaskan klasifikasi tumbuhan, menjelaskan cara reproduksi

tumbuhan, dan mampu menjelaskan manfaat tumbuhan bagi makhluk hidup di

bumi.

Bab tumbuhan berisi empat sub bab, yaitu 1) Ciri umum tumbuhan, 2)

Tumbuhan lumut, 3) Tumbuhan paku, dan 4) Tumbuhan berbiji. Tumbuhan

(Plantae) adalah organisme yang memiliki sel ekuariotik dan mempunyai kloroplas. Secara garis besar tumbuhan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berpembuluh.

Tumbuhan tidak berpembuluh atau non vaskuler adalah tumbuhan yang

belum memiliki jaringan vaskuler/ pengangkut. Tumbuhan yang termasuk ke

dalam kelompok tersebut adalah tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut belum

memiliki akar, batang, dan daun sejati. Akar pada tumbuhan lumut masih berupa

rizoid yang berfungsi untuk menempel pada subtratnya dan mengambil nutrisi.

Tumbuhan lumut dikelompokkan menjadi tiga filum yaitu lumut hati

(Hepatophyta), lumut tanduk (Anthocerophyta), dan lumut daun (Bryophyta)

(Campbell, 2008: 171-172).

Tumbuhan berpembuluh atau tumbuhan vaskuler adalah tumbuhan yang

sudah memiliki jaringan vaskuler/ pengangut. Tumbuhan vaskuler memiliki dua

jenis jaringan vaskuler yaitu xilem dan floem. Tumbuhan vaskuler terdiri atas

semua tumbuhan kecuali tumbuhan lumut. Tumbuhan vaskuler dibedakan

menjadi dua yaitu vaskuler tak berbiji, contohnya tumbuhan paku, dan vaskuler

berbiji, contohnya kelompok spermatophyta. Kebanyakan spesies tumbuhan

vaskuler tak berbiji adalah homosporus yaitu tumbuhan yang memiliki jenis

(28)

dikelompokkan menjadi empat filum yaitu pterophyta, sphenophyta, psilophyta,

dan lycophyta (Campbell, 2008: 178-181).

Tumbuhan vaskuler berbiji adalah tumbuhan yang sudah memiliki jaringan

vaskuler atau pengangkut dan sudah menghasilkan biji sebagai alat

perkembangbiakannya. Kelompok tumbuhan ini adalah kelompok tumbuhan dari

filum spermatophyta. Spermatophyta atau tumbuhan berbiji dikelompokkan

menjadi dua, yaitu gymnospermae dan angiospermae. Perbedaan dari kedua

tumbuhan tersebut terletak pada bakal bijinya, dimana pada gymnospermae bakal

bijinya tidak terbungkus oleh bakal buah, sedangkan pada angiospermae bakal

bijinya terbungkus oleh bakal buah. Gymnospermae dibedakan manjadi empat

filum yaitu cycadophyta, ginkgophyta, gnetophyta, dan coniferophyta.

Angiospermae diedakan menjadi dua kelas yaitu monocotiledonae dan

dicotiledonae.

Materi tumbuhan adalah materi dengan cakupan materi yang sangat luas

dan terdapat banyak istilah-istilah ilmiah. Oleh karena itu, diperlukan suatu model

pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi

tersebut. Model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami

materi tumbuhan adalah dengan pembelajaran secara berkelompok. Model

pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model STAD

berbantuan modul. Penggunaan model STAD bertujuan agar siswa dapat

menemukan sendiri konsep-konsep penting pada materi tumbuhan dengan cara

berdiskusi bersama anggota kelompoknya. Selain itu, dengan bantuan modul

dapat memudahkan siswa dalam memahami istilah-istilah ilmiah dan

memudahkan siswa dalam memahami materi. Menurut Haloho (2014) dan Negara

(2013) penerapan model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa.

2.5 Hasil Penelitian yang Relevan

Pembelajaran kooperatif STAD telah diteliti pada mata pelajaran Biologi,

Kimia, dan Fisika. Hasil penelitian Haloho (2014) dan Negara (2013)

(29)

16

mata pelajaran biologi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil

penelitian Purnomo et al. (2013) menyimpulkan bahwa ada pengaruh dari

penggunaan modul pada materi pencemaran lingkungan terhadap hasil belajar

siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Hasil penelitian A‟yun et al. (2012), Octavianti et al. (2014) dan Widiastiti

et al. (2014) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantuan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran kimia dan IPA. Hasil penelitian Marrysca et al. (2013)

menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD berbantuan LKS

berkarakter dapat meningktkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan paparan hasil penelitian terdahulu tentang model pembelajaran

STAD menunjukkan bahwa model STAD memberikan pengaruh positif terhadap

hasil pembelajaran. Model STAD merupakan model pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana dan paling baik digunakan oleh guru yang baru

menggunakan model kooperatif. Model tersebut telah banyak digunakan secara

luas pada mata pelajaran fisik, kimia, IPA, dan matematika. Penerapan model

STAD akan lebih optimal jika didukung oleh media lain baik media cetak maupun

media elektronik. Media sangat mendukung dalam penerapan model STAD. Hal

ini karena dalam pelaksanaan model STAD membutuhkan waktu yang sangat

lama, sehingga perlu dibantu dengan media lain agar siswa dapat mencapai semua

tujuan pembelajaran secara keseluruhan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, diketahui bahwa

dalam penerapan model STAD dibantu dengan berbagai media elektronik seperti

media flash dan media audio visual. Selain itu, juga digunakan LKS yang berbasis

karakter. Penelitian ini yaitu tentang efektivitas model pembelajaran STAD

dengan berbantuan modul berbasis pendidikan karakter. Modul digunakan dalam

penelitian ini karena modul memiliki fungsi sebagai bahan ajar mandiri, sehingga

dengan bantuan modul tersebut siswa tetap bisa belajar walaupun tanpa

bimbingan dari guru. Selain itu, dengan penggunaan modul tersebut diharapkan

(30)

2.6 Kerangka Berpikir

[image:30.595.60.557.147.605.2]

Kerangka berpikir pada penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Kerangka berpikir efektivitas model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter

terhadap hasil belajar siswa.

Penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter.

Keunggulan model STAD antara lain:

1. Siswa mampu bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Siswa berperan aktif

sebagai tutor sebaya. 3. Meningkatkan kecakapan

individu dan kelompok. 4. Siswa aktif membantu

teman dan bekerjasama untuk berhasil bersama.

Model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter efektif terhadap hasil belajar siswa pada materi tumbuhan.

1. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi kelas yang masih berjalan satu arah serta bahan ajar yang digunakan hanya berupa buku paket dari penerbit dan lembar kegiatan siswa yang isinya kurang mengajak siswa aktif dalam belajar .

2. Metode ceramah dan minimnya bahan ajar menyebabkan siswa pasif, cepat bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

3. Akibatnya hasil belajar siswa rendah, yaitu sebanyak 38,04% siswa belum mencapai KKM ≥ 75.

4. Materi tumbuhan mencakup banyak sub bab dan istilah ilmiah yang sulit dipahami siswa.

 Siswa menjadi pusat pembelajaran

(31)

18

2.7 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah penerapan model STAD

berbantuan modul berbasis pendidikan karakter efektif terhadap hasil belajar

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Kragan, dengan alamat Jl.

Pandangan-Kragan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, 59273 Jawa

Tengah. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kragan

yang terdiri atas kelas X-1, X-2, X-3, X-4, X-5, X-6, X-7, X-8, dan X-9. Sampel

penelitian ini adalah kelas X-7 , X-8, dan kelas X-9. Pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu kelas yang diajar oleh guru sama.

3.3 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre experiment, dengan

bentuk penelitian one shot case study. Menurut Sugiyono (2013:110)pola desain

one shot case study seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Pola Desain One Shot Case Study

Keterangan:

X = Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD

O = Hasil observasi setelah dengan model kooperatif tipe STAD

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis

pendidikan karakter. Variabel terikat adalah hasil belajar siswa SMA N 1 Kragan

kelas X dalam mengikuti pembelajaran dengan model STAD berbantuan modul

berbasis pendidian karakter pada mata pelajaran biologi materi tumbuhan.

(33)

20

3.5

Data dan Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Hasil belajar siswa aspek kognitif

Hasil belajar siswa aspek kognitif diperoleh dari nilai tes. Cara pengambilan

nilai tes menggunakan instrumen tes pilihan ganda berjumlah 30 butir, dengan

lima pilihan jawaban (Lampiran 9). Pengambilan nilai tes tersebut dilakukan pada

akhir pertemuan dalam pembelajaran materi tumbuhan.

3.5.2 Hasil belajar siswa aspek afektif

Hasil belajar siswa aspek afektif diperoleh dari hasil observasi dan penilaian

antar teman menggunakan instrumen lembar pengamatan sikap berbentuk check

list. Skor yang diperoleh siswa diakumulasikan dan dikonversi ke dalam bentuk skala lajuan dengan skala 4. Observasi dilakukan oleh observer selama proses

pembelajaran, sedangkan penilaian antar teman dilakukan oleh siswa pada akhir

pembelajaran.

3.5.3 Hasil belajar siswa aspek psikomotor

Hasil belajar siswa aspek psikomotor diamati guru saat praktikum

mengamati ciri-ciri dan mengklasifikasikan tumbuhan. Hasil belajar tersebut

dinilai menggunakan instrumen lembar penilaian rubrik berbentuk skala lajuan

dengan empat aspek penilaian. Penilaian ini dilakukan selama proses

pembelajaran.

3.5.4 Tanggapan siswa dan guru

Tanggapan siswa dan guru terhadap model STAD berbantuan modul

berbasis pendidikan karakter dikumpulkan menggunakan instrumen angket

berbentuk skala likert. Angket tanggapan siswa dan guru terdiri atas dua belas

aspek. Tanggapan siswa dan guru dilakukan pada akhir pembelajaran.

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap penulisan laporan penelitian.

3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian

a. Observasi di lapangan untuk menemukan masalah

(34)

c. Menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling.

d. Menyusun modul pembelajaran sebagai bahan ajar untuk mendukung

proses belajar.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri atas: 1) Silabus kurikulum

satuan pendidikan 2006 (KTSP), (Lampiran 1), 2) Rencana Pelaksanaan

pembelajaran (RPP) (Lampiran 2), dan 3) Modul pembelajaran.

f. Menyusun instrumen penelitian yang terdiri atas: 1) Kisi-kisi kuis

(Lampiran 3), 2) Soal kuis (Lampiran 4), 3) Kunci jawaban kuis

(Lampiran 5), 4) Kisi-kisi soal evaluasi akhir (Lampiran 8), 5) Soal

evaluasi akhir (Lampiran 9), 7) Kunci jawaban soal evaluasi akhir

(Lampiran 10), 8) Rubrik lembar observasi guru (Lampiran 13), 9)

Kisi-kisi lembar observasi penilaian sikap siswa (Lampiran 14), 10) Lembar

observasi guru (Lampiran 15), 11) Rubrik lembar penilaian antar teman

(Lampiran 16), 12) Kisi-kisi penilaian antar teman sikap siswa

(Lampiran 17), 13) Lembar penilaian antar teman sikap siswa (Lampiran

18), 14) Kisi-kisi lembar rubrik penilaian keterampilan siswa (Lampiran

21), 15) Lembar Rubrik Penilaian keterampilan siswa (Lampiran 22),

16) Kisi-kisi angket tanggapan siswa (Lampiran 26), 17) Lembar angket

tanggapan siswa (Lampiran 27), 18) Kisi-kisi angket tanggapan guru

(Lampiran 28), dan 19) Lembar angket tanggapan guru (Lampiran 30).

g. Melakukan uji coba instrumen

h. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi uji:

1. Uji Validitas Soal Tes

Cara menghitung validitas butir soal tes dalam penelitian ini

dilakukan menggunakan rumus korelasi product moment dengan

simpangan sebagai berikut (Arikunto, 2013:85).

(35)

22

Keterangan: X : skor butir Y : skor total

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑xy : jumlah perkalian X dan Y

Harga rxy yang diperoleh dari setiap item kemudian dibandingkan

dengan tabel r product moment dengan taraf kepercayaan 95 %. rhitung ≥

rtabel, item soal dikatakan valid dan sebaliknya dikatakan tidak valid.

Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Rekapitulasi hasil analisis validitas soal

Data selengkapnya pada Lampiran 7.

2. Uji Reliabilitas Soal Tes

Uji relibialitas soal dapat dihitung menggunakan rumus Kuder

Richadson 20 (KR-20) sebagai berikut (Arikunto, 2013:115).

[ ∑ ]

Keterangan:

r11 : reliabilitas soal secara keseluruhan

p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item S : standar deviasi

Berdasarkan penghitungan harga r yang diperoleh kemudian

dibandingkan dengan r tabel taraf signifikan 5%. Koefisien korelasi

reliabilitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Kriteria Nomor Soal

Valid 1, 3, 4, 7, 8, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 21, 24, 26, 28, 30,

32, 34, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 47, 49, 50,54, 55, 57 dan 58.

Tidak valid 2, 5, 6, 9, 12, 14, 15, 19, 20, 22, 23, 27, 31, 35, 36, 37,

(36)
[image:36.595.145.418.137.248.2]

Tabel. 3.2 Koefisien korelasi reliabilitas

Koefisien Korelasi Kategori

r < 0,2 Sangat rendah

0,2 ≤ r ≤ 0,4 Rendah

0,4 ≤ r ≤ 0,6 Sedang

0,6 ≤ r ≤ 0,8 Tinggi

0,8 ≤ r ≤ 1,0 Sangat tinggi

Sumber: (Widoyoko, 2014: 193).

Hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa harga r11 sebesar

0,983 dengan rtabel 0,361. r11 > rtebal sehingga soal dikatakan reliabel

dengan kategori reliabilitas sangat tinggi. Data selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 7.

3. Uji Daya Pembeda Soal Tes

Daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat diketahui

menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2013: 228).

Keterangan:

D : indeks diskriminasi

: banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah

: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Soal-soal yang digunakan diketahui berdasarkan klasifikasi daya

pembeda soal pada Tabel 3.3.

Tabel. 3.3 Klasifikasi daya pembeda

Nilai Daya Pembeda Kategori

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 - 0,40 Cukup

0,41- 0,70 Baik

0,71-1,00 Baik sekali

[image:36.595.146.419.613.694.2]
(37)

24

[image:37.595.136.516.162.273.2]

Hasil analisis daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda soal

Data selengkapnya pada Lampiran 7.

4. Uji Kesukaran Soal Tes

Tingkat kesukaran soal pilihan ganda dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2013: 223).

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : jumlah seluruh siswa

Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel. 3.5 Klasifikasi tingkat kesukaran soal

Harga Indeks Kesukaran Kategori Soal

0,00 – 0,30 Sukar

0,31-0, 70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Sumber: (Arikunto, 2013:225)

Hasil analisis tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran soal

Kategori Nomor Soal

jelek 2, 6, 9, 12, 19, 22, 27, 29, 30, 31, 35, 36, 37, 44, 46, 48, 52,

59, dan 60

Cukup 1, 4, 5, 10, 13, 14, 20, 23, 25, 28, 33, 51, 54, 56, dan 58

Baik 3, 8, 11, 16, 24, 53

Sangat baik

7, 15, 17, 18, 21, 26, 32, 34, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 47, 49, 40, dan 55

Kategori Nomor Soal

Sukar 1, 19, 20, 27, 29, 31, 35, 36, 37, 44, 51, 58, 59, dan 60

Sedang 2, 3, 6, 7, 8, 11, 17, 21, 22, 23, 24, 26, 32, 33, 38, 39, 43,

(38)

D

ata selengkapnya pada Lampiran 7.

[image:38.595.138.512.213.353.2]

Soal yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Daftar soal yang digunakan dalam penelitian

i. M

e

n

e

n

t

ukan soal-soal yang memenuhi syarat yang dijadikan tes

j. Menyusun soal-soal yang memenuhi syarat yang dijadikan tes

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu

10 x 45 menit. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian yaitu:

a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model STAD

berbantuan modul berbasis pendidikan karakter.

c. Observer mengamati jalannya proses pembelajaran menggunakan

lembar observasi sikap.

d. Guru melakukan pengamatan terhadap keterampilan siswa dalam

mengamati ciri-ciri dan mengklasifikasikan tumbuhan.

e. Guru memberikan soal evaluasi akhir pada akhir pembelajaran.

3.6.3 Tahap Akhir

Setelah selesai dilakukan penelitian, dilakukan analisis data terhadap

hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor, kemudian

dilakukan pembahasan untuk mengambil kesimpulan dalam penelitian ini.

Mudah 4, 5, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 25, 28, 30, 34, 40, 41,

42, 48, 49, 53, 54, 56, dan 57

Kategori Nomor Soal

Digunakan 1, 3, 4, 8, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 21, 24, 26, 28, 30,

32, 34, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 47, 49, 50, 54, 55, 57, dan 58

Tidak digunakan

(39)

26

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Hasil Belajar Siswa

3.7.1.1 Aspek kognitif

Data hasil belajar kognitif dianalisis secara deskriptif kualitatif. Indikator

keberhasilan hasil belajar siswa dapat dilihat dari persentase ketuntasan klasikal.

Rumus untuk menghitung ketuntasan klasikal dari setiap kelas sebagai berikut.

Keterangan:

nt = jumlah siswa dengan nilai tuntas N = jumlah seluruh siswa

3.7.1.2 Aspek Afektif (Sikap)

Data hasil penilaian sikap siswa (nilai-nilai karakter) dianalisis secara

deskriptif kualitatif. Sikap siswa yang dinilai yaitu sikap rasa ingin tahu, mandiri,

saling mengormati, tanggung jawab, dan kerja sama. Masing-masing dari sikap

tersebut dihitung skornya kemudian ditentukan persentasenya menggunakan

rumus berikut (Widoyoko, 2014: 255).

Cara menentukan kriteria menggunakan rumus berikut (Widoyoko, 2014:

259)

Interval kelas =

Kriterianya adalah sebagi berikut:

82-100 = Sangat baik (SB)

63 - 81 = Baik (B)

44 - 62 = Cukup (C)

< 43 = Kurang (K)

(40)

Data hasil penilaian psikomotor dianalisis secara deskriptif kualitatif

menggunakan rumus sebagai berikut.

Setelah itu, dihitung persentasenya menggunakan rumus sebagai berikut.

Kriterianya adalah sebagai berikut:

82-100 = Sangat terampil (ST)

63 - 81 = Terampil (T)

44 - 62 = Cukup (C)

< 43 = Kurang (K)

3.7.2 Tanggapan Siswa dan Guru tentang Model Pembelajaran STAD Berbantuan Modul Berbasis Pendidian Karakter

Data tanggapan siswa dan guru dianalisis secara deskriptif persentase

dengan menghitung skor yang diperoleh pada indikator dari kuesioner tanggapan

siswa dan guru terhadap pembelajaran menggunakan rumus.

Kriteria tanggapan siswa dan guru terhadap model STAD berbtuan modul

berbasis pendidikan karakter sebagai berikut.

82%-100% = Sangat Baik (SB) 63% - 81% = Baik (B)

44% - 62% = Kurang (K)

< 43% = Sangat Kurang (SK)

3.8

Indikator Keberhasilan

Penelitian ini efektif jika:

1. Minimal 80% hasil belajar kognitif siswa minimal 75.

2. Minimal 80% hasil belajar afektif siswa minimal baik.

3. Minimal 80% hasil belajar psikomotor siswa minimal terampil

4. Minimal 80% siswa dan guru memberikan tanggapan baik terhadap model

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dengan menerapkan pembelajaran model STAD berbantuan

modul berbasis pendidikan karakter materi tumbuhan telah dilakukan. Hasil

penelitian ini berupa hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, psikomotor,

tanggapan siswa dan guru.

4.1.1 Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan model pembelajaran STAD

[image:41.595.111.511.380.516.2]

disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil belajar kognitif siswa

No. Hasil Belajar Kelas

X7 X8 X9

1 Nilai tertinggi 90.00 90.00 93.00

2 Nilai terendah 70.00 67.00 53.00

3 Rata-rata nilai posttest 77.66 78.47 76.53

4 Jumlah siswa yang tuntas 25 26 25

5 Jumlah siswa yang tidak tuntas 7 4 5

6 Jumlah seluruh siswa 32 3 30

∑ Siswa yang tuntas (%) 78.12 86.67 83.33

Data selengkapnya pada Lampiran 12.

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar kognitif

siswa pada kelas X8 dan X9 telah melebihi indikator keberhasilan ≥ 80% (86.67%

dan 83.33%). Ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas X7 sebesar 78.12% dan

belum mencapai indikator keberhasilan. Beberapa siswa di semua kelas ada yang belum mencapai nilai KKM ≥ 75.

4.1.2 Hasil belajar afektif

Hasil belajar siswa pada aspek afektif disajikan pada Tabel 4.2 dan sikap

(42)
[image:42.595.108.511.140.269.2]

Tabel 4.2 Hasil belajar afektif (Sikap)

Kriteria Persentase Sikap Siswa (%)

Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9

Sangat baik 68.75 53.33 56.67

Baik 31.25 43.33 43.33

Cukup baik 0.00 3.33 0.00

Kurang Baik 0.00 0.00 0.00

Jumlah siswa baik dan

sangat baik 100.00 96.66 100.00

Data selengkapnya pada Lampiran 19.

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa persentase total sikap siswa dengan

kriteria baik dan sangat baik pada semua kelas telah melebihi 80%. Semua siswa

memiliki sikap yang baik, tetapi pada kelas X8 terdapat satu siswa yang masih

berada pada kriteria cukup.

Tabel 4.3 Persentase total sikap siswa dengan kriteria baik dan sangat baik pada setiap aspek

No. Sikap

Persentase total sikap siswa dengan kriteria baik dan sangat baik pada setiap aspek (%)

Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9 Rata-rata sikap yang diamati (%)

1 Rasa ingin tahu 93.8 90.0 96.6 94.5

2 Mandiri 100.0 93.3 86.6 93.3

3 Saling

menghormati 100.0 100.0 100.0 100.0

4 Tanggung jawab 96.9 90.0 93.3 93.4

5 Kerja sama 90.7 96.6 90.0 92.4

Data selengkapnya pada Lampiran 20.

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa persentase total sikap siswa yang

baik dan sangat baik untuk setiap aspek telah melebihi 80%. Sikap siswa yang

baik dan sangat baik dengan persentase tertinggi adalah sikap saling

[image:42.595.109.507.426.573.2]
(43)

30

4.1.3 Hasil belajar psikomotor

Hasil belajar siswa pada aspek psikomotor disajikan pada Tabel 4.4 dan

kegiatan siswa pada setiap aspek pengukuran aspek psikomotor disajikan pada

[image:43.595.110.516.222.363.2]

Tabel 4.5.

Tabel 4.4 Hasil belajar psikomotor kegiatan mengamati ciri-ciri tumbuhan

Kriteria

Persentase (%)

Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9

Sangat terampil 75.00 56.67 73.33

Terampil 25.00 43.33 26.67

Cukup terampil 0.00 0.00 0.00

Kurang terampil 0.00 0.00 0.00

∑ siswa terampil dan

sangat terampil 100.00 100.00 100.00

Data selengkapnya pada Lampiran 24.

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa persentase kegiatan siswa yang

terampil dan sangat terampil telah mencapai 80%. Tidak ada siswa yang kurang

terampil pada semua kelas. Jumlah siswa yang sangat terampil dengan persentase

[image:43.595.109.509.523.644.2]

tertinggi adalah kelas X7, sedangkan yang terendah pada kelas X8.

Tabel. 4.5 Persentase total kegiatan siswa dalam melakukan pengamatan dengan kriteria terampil dan sangat terampil pada setiap aspek

No. Aspek Kegiatan yang Dinilai

Persentase total kegiatan pengamatan siswa yang terampil dan sangat terampil (%)

Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9

Rata-rata aspek yang diamati (%)

1 Mengamati 100.0 100.0 100.0 100.0

2 Menuliskan data 100.0 100.0 100.0 100.0

3 Menggambar 81.3 76.7 90.0 81.2

4 Menuliskan kesimpulan 90.6 83.4 100.0 91.2 Data selengkapnya pada Lampiran 25.

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa persentase total kegiatan siswa yang

terampil dan sangat terampil untuk setiap kegiatan pada semua kelas telah

melebihi 80%, kecuali untuk kegiatan menggambar pada kelas X8. Kegiatan

(44)

keberhasilan ≥ 80%. Kegiatan siswa yang terampil dan sangat terampil dengan persentase tertinggi adalah kegiatan mengamati dan menuliskan data yaitu sebesar

100%, sedangkan kegiatan dengan persentase terendah yaitu pada kegiatan

menggambar (81.2%).

4.1.4 Tanggapan Siswa

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan model STAD berbantuan

[image:44.595.110.510.317.444.2]

modul berbasis pendidikan karakter disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Tanggapan siswa terhadap pembelajaran model STAD berbantuan modul

Kriteria Tanggapan Siswa

Jumlah Siswa

Kelas X7 Kelas X8 Kelas X9

∑ Siswa (%) ∑ Siswa (%) ∑ Siswa (%)

Sangat Baik 21 65.7 21 70.0 24 80.0

Baik 11 34.3 9 30.0 6 20.0

Cukup 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Kurang 0 0.0 0 0.0 0 0.0

∑ Baik dan Sangat

Baik 32 100.0 30 100.0 30 100.0

Data selengkapnya pada Lampiran 28.

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa semua siswa pada semua kelas

memberikan tanggapan baik dan sangat baik terhadap penerapan model STAD

berbantuan modul berbasis pendidikan karakter.

4.1.5 Tanggapan Guru

Berdasarkan hasil analisis tanggapan guru diketahui bahwa pembelajaran

model STAD dengan berbantuan modul berbasis pendidikan karakter dapat

membuat siswa merasa senang sehingga siswa tidak merasa bosan. Sebagian besar

siswa termotivasi dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga

berpendapat bahwa bahan ajar yang digunakan dapat membantu siswa dalam

mengintegrasikan nilai-nilai karakter dan dapat memberikan kesempatan bagi

siswa untuk belajar mandiri dalam memahami materi. Kesulitan yang dihadapi

dalam pembelajaran ini yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam mencapai

(45)

32

berlangsung baik dengan bantuan bahan ajar berupa modul. Modul sangat

membantu karena siswa dapat belajar mandiri di rumah, tanpa harus terikat

dengan waktu pembelajaran seperti di kelas sehingga siswa dapat mencapai semua

tujuan pembelajaran.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Belajar

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar kognitif

siswa di kelas X8 dan X9 telah melebihi indikator keberhasilan (≥ 80%) dengan

KKM ≥ 75. Ketuntasan hasil belajar kognitif siswa kelas X7 sebesar 78.12% dan

belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan kurangnya peran aktif

siswa dalam diskusi kelompok. Kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan

kelompok dapat dilihat saat pembelajaran menggunakan model STAD pada

langkah diskusi kelompok. Langkah diskusi kelompok memberikan kesempatan

kepada setiap siswa untuk menyampaikan pendapat dan saling membantu dalam

memahami materi. Siswa melakukan pengamatan terhadap tumbuhan lumut,

paku, dan berbiji yang telah dibawa dari rumah dan saling berdiskusi untuk

menjawab pertanyaan. Hasil pengamatan guru di kelas menunjukkan bahwa

beberapa siswa kelas X7 kurang berperan aktif dalam diskusi kelompok. Beberapa

siswa dalam kelompok tidak ikut berpartisipasi penuh. Siswa hanya ikut

berpartisipasi pada waktu melakukan pengamatan terhadap tumbuhan lumut dan

paku saja, tetapi kurang berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut

terjadi karena kurangnya buku referensi yang digunakan oleh siswa sehingga

siswa cenderung menunggu jawaban dari teman yang lainnya.

Hasil pengamatan guru selama proses pembelajaran di kelas menunjukkan

bahwa beberapa siswa kelas X7 hanya menggunakan satu sumber belajar,

sedangkan kelas X8 dan X9 menggunakan lebih dari dua sumber belajar. Kelas

X8 dan X9 membawa sumber belajar yang beranekaragam seperti, LKS, buku

paket biologi, modul pembelajaran, dan gadget. Kurangnya sumber belajar yang

digunakan kelas X7 menyebabkan siswa kekurangan referensi untuk belajar,

(46)

Syahputri et al. (2013) penggunaan salah satu sumber belajar tertentu saja akan membuat pengetahuan siswa terbatas. Pengetahuan siswa yang terbatas akan

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Oleh

karena itu, penggunaan satu sumber belajar dalam proses pembelajaran

menyebabkan hasil belajar yang didapatkan siswa kurang maksimal. Hasil

penelitian Sandi (2015) menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan

penerapan kolaborasi pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dengan

model pembelajaran inkuiri memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan

hasil belajar siswa.

Ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas X8 dan X9 telah melebihi

indikator keberhasilan. Meskipun demikian, terdapat beberapa siswa yang

nilainya belum mencapai KKM ≥ 75. Siswa yang belum mencapai nilai KKM di

kelas X7 sebanyak 7 siswa, sedangkan di kelas X8 dan X9 sebanyak 4 dan 5

siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa siswa yang

nilainya masih di bawah KKM disebabkan belum membaca lagi materi yang

diujikan. Oleh sebab itu, saat siswa mengerjakan soal evaluasi akhir ada beberapa

konsep yang terlupakan, sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa persentase total sikap siswa yang

baik dan sangat baik di semua kelas telah melebihi indikator keberhasilan ≥ 80%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model STAD berbantuan modul

berbasis pendidikan karakter efektif terhadap hasil belajar siswa. Selama proses

pembelajaran terdapat penanaman nilai-nilai karakter pada siswa. Nilai-nilai

karakter tersebut terangkum dalam modul yang dalam pelaksanaannya dilakukan

dengan bantuan model pembelajaran yang mendukung yaitu model STAD. Sikap

siswa yang sangat baik dengan persentase tertinggi di kelas X

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka berpikir efektivitas model pembelajaran STAD berbantuan modul berbasis pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa.
Tabel. 3.3 Klasifikasi daya pembeda
Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda soal
Tabel 3.7 Daftar soal yang digunakan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

Dakwah islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha

bahwa dalam rangka menyesuaikan nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagaimana diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: ” Analisis Usahatani Perkebunan Kopi Rakyat Di Desa Gombengsari Kecamatan

Dengan kata lain, pembicaraan mengenai hubungan darah dalam konteks wacana kebangkitan adat Ambon sebetulnya mencerminkan hasrat orang Ambon sendiri untuk mau ikut berkuasa dari

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dalam register bidang teknik bangunan di masyarakat Bandung Selatan berkode bahasa daerah; memiliki karakteristik lingual yang