• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengeluaran energi pekerja penyadapan kopal di hutan pendidikan gunung walat kabupaten Sukabumi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengeluaran energi pekerja penyadapan kopal di hutan pendidikan gunung walat kabupaten Sukabumi Jawa Barat"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

AVIANTO SUDIARTO

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS.

Kopal merupakan salah hasil hutan non kayu yang berasal dari getah pohon damar (Agathis spp) yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Untuk memungut kopal dari pohon damar diperlukan kegiatan penyadapan terlebih dahulu. Proses penyadapan kopal yang dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) masih dilakukan secara manual yakni menggunakan tenaga manusia. Penggunaan tenaga manusia berhubungan dengan pengeluaran energi manusia. Bila tenaga yang digunakan oleh pekerja berlebihan maka akan menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh pekerja semakin besar. Pengeluaran energi yang besar akan mengakibatkan beban kerja semakin tinggi. Dengan beban kerja yang tinggi akan membahayakan kondisi kesehatan pekerja. Hal ini akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas pekerja di lapangan. Oleh sebab itu dibutuhkan perhatian yang khusus terhadap sumber daya manusianya terutama pada aspek pengeluaran energi pekerjanya.

Penelitian ini mencoba untuk mengukur dan membandingkan besarnya pengeluaran energi pekerja dan tingkat beban kerjanya ketika sedang melakukan penyadapan kopal dengan menggunakan 2 metode penyadapan kopal yang berbeda. Metode penyadapan yang pertama adalah metode koakan (quarre method). Metode ini merupakan metode yang biasa dipergunakan oleh pekerja di HPGW dalam melakukan penyadapan kopal. Metode penyadapan yang kedua adalah metode sayatan (slicing method) dimana metode ini baru diperkenalkan kepada pekerja yang berada di HPGW. Metode sayatan ini terbagi menjadi 2 kegiatan utama yakni kegiatan persiapan dan pembaharuan luka. Selain itu pada penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh kelerengan dan kelas diameter pohon terhadap pengeluaran energi pekerjanya

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan cara mengukur denyut jantung pekerja ketika melakukan penyadapan. Sebelum melakukan penyadapan, pekerja melakukan kegiatan step test dengan menaiki dan menuruni kotak kayu setinggi 30 cm dengan siklus 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 siklus/menit. Tujuan step test ini adalah untuk mengetahui persamaan garis linear antara denyut jantung pekerja dengan siklus step test-nya. Kemudian denyut jantung yang dihasilkan oleh pekerja ketika melakukan penyadapan dimasukkan ke dalam persamaan garis linear tersebut dan akan didapat jumlah step per menit (N). Selanjutnya hasil jumlah step per menit (N) dimasukkan ke dalam persamaan Eg = (0.0163 × W × N × H) + 1.2. Respon pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan dan kelas diameter pohon dihitung secara statistik dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor (faktorial 3 × 4) dan besarnya pengaruh kelerengan dan kelas diameter pohon dianalisa melalui analisis sidik ragam.

(3)

IV secara berturut adalah 7.123 kkal/menit, 7.167 kkal/menit, 7.195 kkal/menit, dan 7.048 kkal/menit. Kemudian pada kegiatan pembaharuan luka memiliki rata-rata pengeluaran energi pekerja sebesar 6.175 kkal/menit dengan tingkat beban kerja sedang. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan datar, sedang dan curam secara berturut adalah 5.286 kkal/menit, 5.517 kkal/menit dan 7.723 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter I, II, III, dan IV secara berturut adalah 5.879 kkal/menit, 6.012 kkal/menit, 6.356 kkal/menit, dan 6.454 kkal/menit.

Pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan dihasilkan rata-rata pengeluaran energi pekerja sebesar 6.471 kkal/menit dengan tingkat beban kerja sedang. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan datar, sedang dan curam secara berturut adalah 5.738 kkal/menit, 6.091 kkal/menit dan 7.583 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter I, II, III, dan IV secara berturut adalah 6.573 kkal/menit, 6.750 kkal/menit, 6.134 kkal/menit, dan 6.425 kkal/menit.

Hasil pengujian analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada kegiatan persiapan, kelerengan dan kelas diameter pohon tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Pada kegiatan pembaharuan luka dinyatakan bahwa kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja dan kelas diameter pohon tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja.

Hasil pengujian analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan, kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja dan kelas diameter pohon tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja.

Berdasarkan nilai rata-rata pengeluaran energi pekerja di atas dapat disimpulkan bahwa penyadapan kopal dengan metode sayatan lebih baik dari pada penyadapan kopal dengan metode koakan terutama ketika akan melakukan pembaharuan luka dimana rata-rata pengeluaran energi pekerja dengan metode sayatan lebih kecil dari pada metode koakan.

(4)

AVIANTO SUDIARTO E 24101040

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : Analisis Pengeluaran Energi Pekerja Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama : Avianto Sudiarto NRP : E24101040 Departemen : Hasil Hutan Fakultas : Kehutanan

Menyetujui, Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS NIP : 131 781 163

Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP : 131 430 799

(6)

Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 21 Oktober 1982. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara Keluarga Bapak Sudiarto dan Ibu Purwati Estuningsih.

Penulis memulai pendidikan formalnya pada tingkat dasar dari tahun 1989-1995 di SDN Semplak II Bogor. Pendidikan lanjutan tingkat pertama ditempuh oleh penulis di SLTPN 4 Bogor dari tahun 1995-1998. Kemudian pendidikan lanjutan tingkat atas penulis tempuh di SMUN 5 Bogor dari tahun 1998-2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Bidang minat yang dipilih oleh penulis adalah analisis pemanenan hutan.

Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti Praktek Pengenalan Hutan di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kamojang serta Cagar Alam Leuweung Sancang di Kabupaten Garut Jawa Barat pada bulan Juni 2004. Kemudian dilanjutkan dengan Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Sumedang PT Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten pada bulan Juli - Agustus 2004. Pada bulan Februari - Maret 2005 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam juga penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia.

Skripsi ini berjudul ”Analisis Pengeluaran Energi Pekerja Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat” merupakan tugas akhir yang dilakukan oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut) di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Terwujudnya skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlimpah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan sebagai masukan yang berharga untuk menyempurnakannya. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.

Bogor, 05 Februari 2007

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Sudiarto dan Ibu Purwati Estuningsih sebagai orang tua dan adikku tersayang, Asmodiwati atas semua doa, cinta dan kasih sayang yang tiada batas menemani penulis selama penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis sejak awal penelitian hingga tersusunnya skripsi ini.

3. Bapak Ir. Supriyanto, DEA selaku direktur Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah memberikan izin tempat penelitian dan kenyamanan kepada penulis selama melakukan penelitian.

4. Kang Udin dan Pak Yaya yang telah memberikan bantuannya kepada penulis selama melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai. 5. Yames Sumitra yang telah banyak membantu penulis selama penyusunan

skripsi ini hingga selesai.

(9)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2 A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 10

C. Pelaksanaan Penelitian ... 10

C.1. Pengumpulan data ... 10

C.2. Analisis data ... 13

C.2.1. Perhitungan pengeluaran energi pekerja ... 13

C.2.2. Rancangan percobaan ... 14

C.2.3. Analisis sidik ragam ... 15

(10)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Lapangan ... 21

B. Step Test ... 21

C. Penyadapan Kopal dengan Metode Sayatan... 23

C.1. Persiapan ... 23

C.1.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja ... 25

C.1.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja ... 26

C.2. Pembaharuan Luka ... 27

C.2.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja ... 29

C.2.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja ... 30

D. Penyadapan Kopal dengan Metode Koakan... 31

D.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja ... 33

D.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja ... 34

E. Perbandingan Metode Sayatan dan Koakan ... 35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(11)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi ... 7 Tabel 2. Tabulasi data rancangan percobaan ... 15 Tabel 3. Analisis sidik ragam rancangan acak lengkap faktorial 3 × 4 ... 15 Tabel 4. Data curah hujan dan jumlah hari per bulan tahun 2003-2004

di HPGW ... 19 Tabel 5. Pengukuran denyut jantung masing-masing pekerja pada saat

step test ... 22 Tabel 6. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan

(kkal/menit) ... 23 Tabel 7. Analisis sidik ragam kegiatan persiapan ... 24 Tabel 8. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan pembaharuan

luka (kkal/menit) ... 28 Tabel 9. Analisis sidik ragam kegiatan pembaharuan luka ... 29 Tabel 10. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan penyadapan

kopal dengan metode koakan (kkal/menit) ... 32 Tabel 11. Analisis sidik ragam kegiatan penyadapan kopal dengan metode

koakan ... 33 Tabel 12. Perbandingan pengeluaran energi pekerja antara metode sayatan

dan koakan ... 35

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengukuran step test pada salah seorang pekerja ... 22

2. Pembersihan kulit pohon damar dengan menggunakan bark shaver ... 24

3. Pembuatan pola sadap pada pohon damar ... 25

4. Pemasangan talang sadap pada pohon damar ... 25

5. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan persiapan ... 26

6. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan persiapan ... 27

7. Pembaharuan luka sadapan berupa sayatan ... 27

8. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan pembaharuan luka ... 30

9. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan pembaharuan luka ... 31

10. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada penyadapan kopal dengan metode koakan ... 34

(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Grafik pengukuran step test masing-masing pekerja ... 42 Lampiran 2. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan

persiapan (kkal/menit) ... 44 Lampiran 3a. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan

pembaharuan luka di kelerengan datar (kkal/menit) ... 45 Lampiran 3b. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan

pembaharuan luka di kelerengan sedang (kkal/menit) ... 45 Lampiran 3c. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan

pembaharuan luka di kelerengan curam (kkal/menit) ... 46 Lampiran 4a. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan

penyadapan kopal dengan metode koakan di kelerengan

datar (kkal/menit) ... 47 Lampiran 4b. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan

penyadapan kopal dengan metode koakan di kelerengan

sedang (kkal/menit) ... 47 Lampiran 4c. Pengeluaran energi masing-masing pekerja pada kegiatan

penyadapan kopal dengan metode koakan di kelerengan

curam (kkal/menit) ... 48 Lampiran 5. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan

persiapan (kkal/menit) ... 49 Lampiran 6. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan

pembaharuan luka (kkal/menit) ... 50 Lampiran 7. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan

penyadapan kopal dengan metode koakan (kkal/menit) ... 51 Lampiran 8. Analisis sidik ragam kegiatan persiapan dengan Minitab 14 ... 52 Lampiran 9. Analisis sidik ragam kegiatan pembaharuan luka dengan

Minitab 14 ... 53 Lampiran 10. Analisis sidik ragam kegiatan penyadapan kopal dengan

(14)

A. Latar Belakang Penelitian

Hasil hutan bukan kayu di Indonesia selama ini hanya dianggap sebagai hasil ikutan setelah kayu sebagai hasil utamanya. Sebenarnya apabila hasil hutan bukan kayu ini dimanfaatkan dengan baik maka akan menghasilkan potensi nilai ekonomis yang tidak kalah tinggi dibandingkan dengan nilai ekonomis kayu itu sendiri. Selain itu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu bila ditinjau dari aspek sosialnya berperan besar dalam usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Salah satu hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan adalah kopal. Kopal adalah sejenis getah yang dihasilkan dari pelukaan kulit pada batang pohon damar (Agathis spp) yang termasuk ke dalam famili Araucariaceae. Whitmore (1977) dalam Hidayati (2005) menjelaskan bahwa kopal merupakan eksudat dari kulit pohon damar yang merupakan cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara. Daerah penyebaran pohon damar secara alami tersebar di beberapa daerah di Indonesia antara lain : Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Adapun kegunaan dari kopal itu sendiri antara lain sebagai bahan cat, vernis, plastik, lak, tinta cetak, cairan pengering, bahan pelapis tekstil, bahan perekat dan bahan pembungkus kabel laut atau darat.

Pada pemungutan kopal perlu dilakukan proses penyadapan terlebih dahulu pada pohon damar agar kopal mudah untuk diambil. Proses penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) masih dilakukan secara manual, yaitu masih menggunakan tenaga manusia. Penggunaan tenaga yang tidak diatur dengan baik selama melakukan penyadapan kopal akan berpengaruh pada besarnya pengeluaran energi pekerja itu sendiri. Pengeluaran energi yang berlebihan akan menyebabkan beban kerja yang diterima oleh pekerja semakin tinggi. Tingkat beban kerja yang tinggi akan membahayakan kesehatan pekerja. Selain itu akan turut mempengaruhi kinerja pekerja dan produktivitas kerjanya.

(15)

2

kopal yang konvensional berupa koakan (quarre method). Penggunaan metode koakan dinilai kurang efektif dan efisien khususnya pada saat melakukan kegiatan pembaharuan luka. Bila ditinjau dari segi pengeluaran energi, maka akan terjadi suatu pemborosan dalam hal penggunaan energi. Penggunaan energi yang tidak diatur dengan benar akan berpengaruh pada pengeluaran energi pekerja yang semakin tinggi. Oleh karena itu diperlukan suatu metode penyadapan kopal yang mampu mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan menggunakan metode sayatan (slicing method). Metoda sayatan ini terbagi menjadi 2 kegiatan utama, yaitu : kegiatan persiapan dan pembaharuan luka.

Penelitian ini mencoba untuk menampilkan besarnya pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan penyadapan kopal dengan menggunakan metode sayatan dan metode koakan yang dipengaruhi oleh perbedaan kelas diameter dan kondisi topografi. Sehingga melalui kedua pengaruh tersebut dapat diketahui perbedaan besarnya pengeluaran energi pekerja dari kedua metode tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui energi yang dikeluarkan pekerja pada penyadapan kopal. 2. Mengetahui pengaruh kelas diameter pohon dan kelerengan lapangan

terhadap pengeluaran energi pekerja pada penyadapan kopal.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk :

1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja penyadapan kopal dengan penggunaan energi yang relatif kecil.

(16)

A. Hasil Hutan Non Kayu

FAO (1995) dalam Hidayati (2005) menyatakan bahwa Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) adalah komoditi baik berupa barang yang diperoleh dari makhluk hidup (terkecuali kayu) maupun jasa yang dihasilkan dari hutan dan lahan lainnya.

Hasil hutan non kayu yang sudah dimanfaatkan sekitar 90 jenis, namun demikian hanya beberapa jenis saja yang sudah dikenal dalam dunia perdagangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri antara lain jenis tanaman dan kelompok tumbuhan tak berkayu, resin dan bahan karet, minyak atsiri, minyak lak dan lain-lain (Departemen Kehutanan, 1991 dalam Hidayati (2005).

B. Damar (Agathis spp)

B.1. Ciri lapangan pohon damar

Agathis dapat mencapai tinggi 55 m dan diameter 200 cm, bentuk batang silindris atau lurus, tidak berbanir, kulit tidak beralur, sedikit mengelupas, mempunyai tebal kulit antara 1-1.5 cm, kulit luar berwarna kelabu sampai coklat, tajuk berwarna hijau dan berbentuk kerucut dengan percabangan melingkar, batang daun berbentuk mata ombak, bulat panjang hingga telur panjang. Panjang daunnya 75 mm - 120 mm dan lebar 20 mm - 35 mm, tangkai daun terlihat jelas, jika kulit bagian dalam dilukai atau dilakukan koakan akan mengeluarkan getah yang lazim disebut kopal (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Setiawan (2003).

B.2. Penyebaran dan tempat tumbuh pohon damar

Daerah penyebaran Agathis di Indonesia meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua (Martawijaya, 1981 dalam Setiawan (2003). Daerah tumbuh Agathis secara alami tersebar di beberapa negara seperti Malaysia, Philipina, Australia, Selandia Baru, Kaledonia Baru, Kepulauan Fuji, Amerika Selatan, dan beberapa negara yang berada di Afrika. Agathis termasuk dalam famili Araucariaceae, maka penyebarannya sama dengan daerah famili tersebut (Partadiredja dan Koamesakh, 1973 dalam Setiawan (1997).

(17)

4

Agathis loranthifolia Salisb membutuhkan iklim basah dengan tingkat curah hujan antara 3000-4000 mm/tahun. Agathis loranthifolia Salisbjuga dapat tumbuh pada tanah yang berpasir dan tanah lempung (liat) karena Agathis loranthifolia Salisb tidak terikat pada formasi tanah tertentu sehingga tidak membutuhkan tanah yang terlalu subur tetapi harus mempunyai sistem drainase yang baik. Di Jawa Agathis loranthifolia Salisb tumbuh optimal pada ketinggian 200-2500 mdpl apabila tumbuh di atas ketinggian tersebut tumbuhnya sudah tidak baik lagi.

C. Kopal

C.1. Pengertian kopal

Dulsalam dan Sumantri (1985) dalam Setiawan (1997) menjelaskan bahwa kopal adalah sejenis getah yang diperoleh dari pelukaan kulit pohon Agathis spp berwarna putih sampai kekuning-kuningan transparan berbentuk gelembung. Whitmore (1977) dalam Hidayati (2005) menyatakan bahwa kopal merupakan eksudat dari kulit pohon damar yang merupakan cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara.

C.2. Nama lain kopal (nama daerah)

Kopal dikenal dengan berbagai nama daerah tergantung daerah asalnya, misalnya saja damar wana (Agathis philippinensis Warb) dan Kao-kao (Agathis hamii M. Dr) di Sulawesi dan damar (Agathis labillardieri Warb) di Irian Jaya (Partadiredja dan Koamesakh, 1973 dalam Setiawan (1997). Departemen Kehutanan (1981) dalam Parno (2003) menjelaskan bahwa ada beberapa nama lokal dari kopal seperti damar sigi atau kayu sigi (Sumatera), kidamar (Jawa), damar bindang atau damar pilau (Kalimantan), damar kapas, damar wana dan hulu sinua (Sulawesi) serta damar puti, damar pepeda, kesi dan kasima (Papua).

(18)

C.3. Jenis-jenis kopal

Partadiredja dan Koamesakh (1973) dalam Setiawan (1997) menjelaskan bahwa kopal menurut asal dan cara dihasilkannya terbagi menjadi 2 jenis yaitu kopal sadap dan kopal galian. Kopal sadap yaitu kopal yang diperoleh dengan cara melukai kulit pohon, sedangkan kopal galian yaitu kopal yang diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari getah yang keluar dari pohon damar yang tertimbun di dalam tanah secara alami tanpa disadap. Yang termasuk dalam jenis kopal sadap adalah kopal loba dan kopal melengket sedangkan yang termasuk dalam kopal galian ialah kopal bua.

Dirjen Kehutanan (1976) dalam Hermansyah (2004) menyatakan bahwa kopal digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Kopal Loba

Kopal yang dipungut dari pohon setelah satu atau beberapa bulan disadap, lebih keras daripada kopal melengket dan kotorannya tidak mudah melengket, berwarna putih kekuning-kuningan sampai kecoklat-coklatan tergantung lama pembersihannya.

2. Kopal Melengket

Kopal yang dipungut dari pohon sekitar dua atau tiga minggu setelah penyadapan, masih lembek dan lengket terhadap kotoran, berwarna putih jernih sampai kekuning-kuningan.

3. Kopal Bua

Kopal yang tidak disadap dari pohon melainkan keluar secara alami setelah bertahun-tahun tertimbun di dalam tanah dan bercampur dengan kotoran sehingga berwarna coklat kehitam-hitaman.

C.4. Penyadapan kopal

Riyanto (1980) dalam Hidayati (2005) menyebutkan bahwa ada 4 macam cara penyadapan kopal, yaitu :

1. Cara Primitif

(19)

6

2. Cara Tradisional

Cara ini dilakukan dengan menggunakan alat sadap berupa kudi (sejenis parang dengan bagian tengahnya membentuk busur), bagian tengah kudi digunakan untuk membuat luka sadapan dengan mencacah secara acak pada keliling pohon setinggi 1-1,5 m. Setelah enam hari kopal mengental dan dipungut sekaligus dilakukan pembaharuan luka. Cara ini dapat meninggalkan bekas callus yang tumbuh tidak teratur dan juga menyebabkan pembusukan dan kanker batang. 3. Cara Menurut PK No.13 /1977 Unit I Jawa Tengah

Cara ini dilakukan pada pohon damar yang telah berumur 35 tahun dengan diameter batang telah mencapai 50 cm. Luka dibuat dengan membagi batang ke dalam dua irisan sadap yang berlawanan arah, irisan pertama dengan lebar 1 cm dan kedalaman sadapan setebal kulit, panjang sadapan sekitar 40 cm membentuk sudut 60° terhadap arah tegak. Irisan kedua dengan lainnya berjarak 15 cm, dimana titik irisan pertama berjarak 60 cm dari permukaan tanah, pembaharuan luka sadapan dilakukan setiap minggu sekali selebar selebar 0,5 cm. Kelemahan metode ini adalah waktu penyadapan yang relatif lebih lama dan menurunnya kualitas hasil kopal yang diperoleh.

4. Cara Koakan

Cara ini telah dilakukan sejak pertengahan tahun 1979 oleh KPH Banyumas Timur dengan maksud untuk dapat meningkatkan produksi kopal secara optimal sambil menunggu penyempurnaan petunjuk kerja penyadapan kopal yang lebih lanjut. Cara ini kemudian diterapkan oleh Perum Perhutani pada tahun 1985. Sistem ini biasa disebut dengan sistem quarre.

C.5. Kegunaan dan peranan kopal

Partadiredja dan Koamesakh (1973) dalam Hidayati (2005) menyatakan bahwa penyadapan pohon Agathis mulai berkembang sekitar tahun 1870 saat industri cat dan vernis mulai berkembang di Eropa dan Amerika.

(20)

D. Energi Manusia

D.1. Pengeluaran energi manusia

Pada dasarnya pengeluaran energi seseorang dapat dibedakan dalam 2 segi, pertama pengeluaran tenaga total tubuh (laju metabolisme) dan yang kedua adalah pengeluaran tenaga mekanis berupa tenaga yang dikeluarkan oleh otot untuk melakukan kerja fisik. Besarnya tenaga mekanis yang dapat dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas kerja tergantung dari lamanya melakukan kerja, usia, jenis kelamin dan ukuran tubuh (Candrarini, 2000).

McCormick (1987) menggolongkan tingkat kerja manusia berdasarkan besarnya pengeluaran energi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi

No Tingkat Kerja Konsumsi Energi (kkal/menit)

Singleton (1972) menjelaskan bahwa semakin berat suatu beban kerja maka akan semakin tinggi energi yang dibutuhkan yang akan mengakibatkan pernapasan semakin cepat dalam rangka memenuhi kebutuhan oksigen yang semakin meningkat.

D.2. Pengukuran energi manusia

Passmore dan Robson dalam Candrarini (2000) mengemukakan ada 2 metode pengukuran energi manusia, yaitu : metode langsung dan metode tidak langsung. Untuk mengetahui lebih lanjut maka diuraikan 2 metode pengukuran energi manusia adalah sebagai berikut :

1. Metoda langsung

(21)

8

Ruangan ini memungkinkan untuk mengukur panas yang dikeluarkan manusia selama penelitian. Panas yang dikeluarkan diserap oleh air yang bersirkulasi dalam pipa-pipa di sekeliling ruangan tersebut. Total panas, konsumsi oksigen dan karbon dioksida yang dihasilkan dapat diukur dengan cermat dan dikonversi menjadi energi yang dibutuhkan saat melakukan kerja di dalam ruangan tersebut. Metode pengukuran langsung ini umumnya hanya digunakan di laboratorium. 2. Metoda tidak langsung

Untuk pengukuran berbagai aktifitas di lapangan, dimana metode langsung tidak dapat dilakukan maka digunakanlah metode tidak langsung ini. Dalam hal ini energi yang dihasilkan diduga dari jumlah konsumsi oksigen yang dibutuhkan dalam melakukan kerja pada kondisi aerobik. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan mengukur jumlah konsumsi oksigen pada saat melakukan kerja selama beberapa waktu melalui pernafasan oksigen dan pembuangan karbon dioksida, pengukuran suhu badan tubuh dan pengukuran denyut jantung.

Menurut McCormick (1970) dalam Candrarini (2000) menyatakan bahwa beban kerja fisik yang dilakukan seseorang dapat diukur berdasarkan 3 variabel, yaitu :

1. Konsumsi oksigen

Oksigen diperlukan untuk mengubah karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi yang lebih. Oleh karena itu konsumsi oksigen dapat dijadikan parameter beban kerja.

2. Suhu tubuh / Temperatur tubuh

Suhu tubuh yang meningkat adalah merupakan efek dari perubahan yang terjadi dalam tubuh. Sekitar 70 - 80 % energi yang terbakar keluar dalam bentuk panas meningkatkan suhu tubuh dan 20 % digunakan sebagai tenaga mekanis. 3. Denyut jantung

(22)

konsumsi oksigen rendah menunjukkan bahwa otot-otot dalam tubuh dalam keadaan lelah.

Suatu pekerjaan di lapangan yang kegiatannya bervariasi, pengukuran energi dapat dilakukan melalui pengukuran denyut jantung.. Pengukuran dengan denyut jantung dinilai lebih praktis dan sampel pekerjaan yang dilakukan dapat terukur sejak dimulai sampai dengan selesai.

E. Step Test

Herodian (1997) dalam Candrarini (2000) menjelaskan bahwa denyut jantung memiliki korelasi yang tinggi dengan penggunaan energi (konsumsi oksigen), tetapi denyut jantung tidak hanya dipengaruhi oleh beban kerja fisik saja melainkan dipengaruhi juga oleh beban kerja mental.

Hal yang dikemukakan di atas berarti untuk mengetahui beban kerja dengan pengukuran denyut jantung dibutuhkan adanya kalibrasi. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung adalah dengan mempergunakan metode step test. Metode ini mempunyai komponen pengukuran yang mudah, selalu tersedia dimana saja dan kapan saja (Hayashi, Moriizumi dan Jin, 1997 dalam Candrarini (2000).

Candrarini (2000) menjelaskan metode step test dapat mengusahakan selang yang pasti dari beban kerja dengan mengubah tinggi ataupun intensitas langkah. Beban kerja dapat diketahui dengan mengkalibrasi kurva antara denyut jantung dan beban kerja yang ditetapkan sebelum bekerja, dengan demikian metode ini dapat menganalisa suatu ketidakstabilan denyut jantung seseorang.

(23)

III. METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dengan waktu penelitian selama 1

bulan pada bulan September 2005.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain :

Heart Rate Monitor

• Kotak kayu setinggi 30 cm • Alat tulis dan tally sheet

• Komputer dan kalkulator. • Interface

• Pohon damar (Agathis spp) • Pekerja yang menyadap

C. Pelaksanaan Penelitian

C.1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 cara, yaitu :

metode tidak langsung dan langsung.

a. Pengumpulan data secara tidak langsung

Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data sekunder yang berupa

kondisi umum lokasi penelitian seperti :

• Letak dan luas lokasi penelitian. • Keadaan lapangan (topografi).

• Keadaan tegakan hutan (vegetasi) dan fauna. • Iklim

(24)

b. Pengumpulan data secara langsung

Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data primer yang berkaitan

dengan hipotesis dan analisis data penelitian antara lain :

• Identifikasi tegakan (kelas diameter) • Kondisi topografi lapangan (kelerengan) • Waktu kerja selama beraktifitas

• Denyut jantung pekerja selama beraktifitas

• Pengeluaran energi pekerja dengan parameter denyut jantung • Berat badan pekerja

Adapun pengamatan dan pengukuran secara langsung yang dilakukan selama

berada di lapangan meliputi :

1. Kegiatan step test

Sebelum melakukan kegiatan penyadapan kopal terlebih dahulu jantung

pekerja dikalibrasi melalui metode step test. Pekerja melakukan kegiatan naik

turun kotak kayu setinggi 30 cm dengan frekuensi langkah 10, 15, 20, 25, 30, 35

dan 40 siklus per menit. Satu siklus ialah sekali naik dan sekali turun kotak kayu.

Pengaturan gerak naik dan turun kotak kayu menggunakan alat metronome.

Masing-masing frekuensi langkah dalam step test dilakukan selama 3 menit

dengan selang istirahat selama 5 menit di setiap frekuensi langkahnya.

2. Kegiatan penyadapan kopal

Kegiatan penyadapan kopal yang dilakukan oleh pekerja menggunakan 2

metode penyadapan yang berlainan antara lain : metoda sayatan (slicing method)

dan metoda koakan (quarre method). Penyadapan kopal tersebut dilakukan pada

berbagai kelerengan dan kelas diameter yang dicobakan.

2.1. Penyadapan kopal dengan metoda sayatan

Kegiatan penyadapan kopal dengan metoda ini memiliki 2 kegiatan utama

yang meliputi kegiatan persiapan dan pelukaan (pembaharuan luka).

2.1.1. Kegiatan persiapan

Kegiatan persiapan adalah suatu kegiatan pendahuluan yang bertujuan

mempermudah pekerja melakukan kegiatan pelukaan selanjutnya (pembaharuan

luka) sehingga efektifitas dan efisiensi kerja terjaga dengan baik. Adapun urutan

(25)

12

• Pembersihan tumbuhan bawah di sekitar pohon yang akan disadap.

• Pembersihan kulit bagian terluar pohon (korteks) dengan menggunakan alat pembersih kulit kayu (bark shaver).

• Pembuatan mal sadap atau pola sadap pada pohon yang akan disadap. • Sadapan awal berupa sayatan dibuat miring (45º) dengan panjang 20 cm,

lebar 2 cm dan kedalaman sebesar 0.3-0.5 cm.

• Pemasangan talang sadap di bagian bawah luka sayatan

• Pemasangan penampung getah dengan jarak 1 cm dari ujung talang sadap • Berjalan menuju pohon yang lain.

2.1.2. Kegiatan pembaharuan luka

Kegiatan pembaharuan luka ini dilakukan karena saluran-saluran resin

(kopal) yang berada di bagian kulit terdalam pohon tersumbat oleh kopal yang

telah mengering pada bekas luka sayatan sebelumnya karena terkena udara luar

sehingga aliran kopal yang keluar dari pohon pun menjadi terhenti. Kegiatan ini

merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan persiapan sebelumnya yang dilakukan

dengan cara membuat pelukaan baru pada pohon yang disesuaikan dengan bentuk

pola dan ukuran sadapan awal yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya berjalan

menuju pohon yang lain untuk dilakukan kegiatan yang sama. Umumnya waktu

pembaharuan luka dilakukan setiap 3 hari sekali.

2.2. Penyadapan dengan metoda koakan

Kegiatan penyadapan kopal dengan metoda ini merupakan yang biasa

dipakai oleh pekerja untuk menyadap kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat

(HPGW) sebelum dicobakannya metode sayatan. Adapun urutan kerja dalam

kegiatan penyadapan dengan metoda ini meliputi :

• Pembersihan tumbuhan bawah di sekitar pohon yang akan disadap • Pembuatan mal sadap atau pola sadap pada pohon yang akan disadap. • Sadapan awal berupa koakan dibuat dengan panjang 10 cm, lebar 10 cm

dan kedalaman 0.5-1 cm dengan menggunakan alat kadukul atau petel.

• Getah yang keluar dibiarkan mengalir dan mengering pada batang pohon. • Berjalan menuju pohon yang lain.

(26)

C.2. Analisis data

C.2.1. Perhitungan pengeluaran energi pekerja

Apabila telah diperoleh data berupa jumlah denyut jantung pekerja pada

saat melakukan kegiatan step test selanjutnya dicari hubungan antara jumlah

denyut jantung pekerja hasil pengukuran step test tersebut dengan jumlah

frekuensi langkah (step) yang dilakukan pekerja sehingga akan diperoleh suatu

persamaan garis linear. Hubungan antara jumlah frekuensi step dengan jumlah

denyut jantung pekerja dapat dibuat dengan model seperti berikut :

y = a + bµ

Di mana :

y = Jumlah frekuensi step (intensitas gerak/menit)

a = Intersep

b = Koefisien korelasi

µ = Jumlah denyut jantung pekerja hasil pengukuran step test (pulse/menit)

Kemudian hasil pengukuran denyut jantung pekerja pada saat melakukan

kegiatan penyadapan kopal baik dengan metoda sayatan ataupun metoda koakan

dimasukkan ke dalam persamaan garis linear di atas sehingga akan diperoleh

jumlah step per menit (N) dari kegiatan penyadapan kopal tersebut. Adapun nilai

N sama dengan nilai y (N = y).

Adapun energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada saat melakukan kegiatan

penyadapan kopal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Hirakawa, 1983 dalam Gandaseca (1998) :

Eg = ( 0.0163 x W x N x H ) + 1.2

Di mana :

Eg = Energi total yang dikeluarkan oleh tubuh (kkal/menit)

W = Berat badan pekerja (kg)

N = Jumlah step per menit (step/menit)

H = Tinggi kotak kayu step test (meter)

1.2 = Energi yang dibutuhkan untuk metabolisme dasar (kkal/menit)

(27)

14

C.2.2. Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam proses pengambilan data

pada kegiatan penyadapan kopal ini menggunakan rancangan acak lengkap

dengan 2 faktor (faktorial 3 × 4). Faktor pertama adalah kelerengan dengan 3 taraf

perlakuan, yakni : datar (0-15 %), sedang (15-25 %) dan curam (25-40 %). Faktor

kedua adalah kelas diameter dengan 4 taraf perlakuan, yakni : kelas diameter I

(30-40 cm), kelas diameter II (41-50 cm), kelas diameter III (51-60 cm) dan kelas

diameter IV (>61 cm). Rancangan percobaan ini menggunakan pohon contoh

(Agathis loranthifolia Salisb) dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga pohon

contoh yang diambil untuk penelitian adalah 3 × 4 × 3 = 36 pohon. Adapun

variabel yang diamati adalah pekerja yang melakukan kegiatan penyadapan kopal

baik dengan metoda sayatan ataupun dengan metoda koakan. Sedangkan respon

yang diukur adalah jumlah energi yang dikeluarkan oleh pekerja saat melakukan

kegiatan penyadapan kopal dengan parameternya berupa denyut jantung.

Adapun model rancangan percobaan yang dipakai adalah sebagai berikut :

Yijk = μ + αi + βj + ( αβ )ij + εijk Di mana :

i = Kondisi topografi (datar, sedang dan curam)

j = Kelas diameter (kelas I, kelas II, kelas III dan kelas IV)

k = Ulangan (1, 2 dan 3)

Yijk = Respon pengeluaran energi pekerja terhadap kelerengan pada taraf ke-i

dan kelas diameter pada taraf ke-j dengan ulangan pada taraf ke - k

µ = Nilai rata-rata pengeluaran energi pekerja

αi = Pengaruh utama faktor kelerengan pada taraf ke-i βj = Pengaruh utama faktor kelas diameter pada taraf ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara faktor kelerengan pada taraf ke-i dan faktor kelas diameter pada taraf ke-j

(28)

Respon pengeluaran energi pekerja saat melakukan kegiatan penyadapan

kopal pada berbagai kelerengan dan kelas diameter dapat dilihat dalam tabel 2

berikut ini :

Tabel 2. Tabulasi data rancangan percobaan

Kelerengan Kelas Diameter Total

(Y…)

C.2.3. Analisis sidik ragam

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kelerengan dan kelas diameter pohon

terhadap pengeluaran energi pekerja harus dilakukan pengolahan secara statistik

yang berupa analisis sidik ragam.

Tabel 3. Analisis sidik ragam rancangan acak lengkap faktorial 3 × 4

Sumber

Langkah-langkah perhitungan analisis dapat diuraikan sebagai berikut :

(29)

16

JKAB = Jumlah kuadrat interaksi faktor A dan B

= JKP – JKA – JKB

JKG = Jumlah kuadrat galat

= JKT – JKP - JKK

Hasil analisis sidik ragam di atas kemudian dilanjutkan dengan pengujian

hipotesis dan pengambilan kaidah keputusan untuk mengetahui besarnya

pengaruh faktor α (kelerengan), faktor β (kelas diameter) dan interaksi antara faktor α dan faktor β terhadap pengeluaran energi pekerja.

Hipotesis

Pengaruh faktor α (kelerengan)

H0 : α1 = … = αa = 0 (kelerengan tidak berpengaruh) H1 : paling sedikit ada satu i dimana αi ≠ 0

Pengaruh faktor β (kelas diameter pohon)

H0 : β1 = … = βa = 0 (kelas diameter pohon tidak berpengaruh) H1 : paling sedikit ada satu j dimana βj ≠ 0

Pengaruh sederhana (interaksi) antara faktor α dengan faktor β

H0 : (αβ)11 = … = (αβ)ab = 0 (Interaksi α dan β tidak berpengaruh) H1 : paling sedikit ada satu pasang (i,j) dimana (αβi j ) ≠ 0

Kaidah Keputusan

Untuk menguji hipotesis yang telah disusun maka dilakukanlah pengujian

(30)

Jika : FhitungAB≤ FtabelAB → maka terima H0AB (tidak ada interaksi antara faktor kelerengan dan faktor kelas diameter pohon

terhadap pengeluaran energi pekerja ).

FhitungAB > FtabelAB → maka terima H1AB (ada interaksi antara faktor kelerengan dan faktor kelas diameter pohon

terhadap pengeluaran energi pekerja ).

Bila hipotesis H0AB diterima maka harus dilakukan pengujian lebih lanjut

terhadap faktor α (kelerengan) dan faktor β (kelas diameter pohon). Kriterium uji yang dilaksanakan adalah :

FhitungA ≤ FtabelA → maka terima H0AB (faktor kelerengan tidak mempengaruhi pengeluaran energi pekerja)

FhitungA > FtabelA → maka terima H1AB (faktor kelerengan mempengaruhi

pengeluaran energi pekerja)

FhitungB ≤ FtabelB → maka terima H0AB (faktor kelas diameter pohon tidak mempengaruhi pengeluaran energi pekerja)

FhitungB > FtabelB → maka terima H1AB (faktor kelas diameter pohon mempengaruhi pengeluaran energi pekerja)

Dengan kata lain :

1. Bila Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf nyata 1 %, dikatakan bahwa

pengaruh perlakuan tersebut sangat nyata (pada Fhitung ditandai dengan tanda

dua bintang : **).

2. Bila Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf nyata 5 % tetapi lebih kecil dari

Ftabel pada taraf nyata 1 % dikatakan bahwa pengaruh perlakuan tersebut

nyata (pada Fhitung ditandai dengan tanda satu bintang : *).

3. Bila Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada taraf nyata 5 % dikatakan bahwa

pengaruh perlakuan tersebut tidak nyata (pada Fhitung ditandai dengan tn atau

tidak nyata).

Apabila H0AB diterima maka perlu dilakukan pembuatan grafik respon

pengeluaran energi pekerja untuk dapat mengetahui besarnya pengaruh dari setiap

taraf perlakuan faktor yang dicobakan dalam mempengaruhi respon pengeluaran

(31)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) secara geografis terletak antara 6°53’35’’– 6°55’10’’ Lintang Selatan dan 106°47’50’’– 106°51’30” Bujur Timur. Secara administratif pemerintahan, HPGW termasuk dalam wilayah Kecamatan Cibadak dan Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Batas wilayah HPGW, yaitu bagian utara (Desa Batununggal dan Desa Sekarwangi), bagian selatan (Desa Hegarmanah), bagian timur (Desa Cicantayan dan Desa Cijati) dan bagian barat (Desa Hegarmanah). Sedangkan secara administratif kehutanan, HPGW termasuk dalam wilayah BKPH Gede Barat, KPH Sukabumi, PT. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.

Areal HPGW dibagi ke dalam 3 blok, yaitu :

1. Blok Tangkalak / Seusepan dengan luas 114 ha yang terletak di bagian tengah dan selatan.

2. Blok Cikatomas dengan luas120 ha yang terletak di bagian timur. 3. Blok Cimenyan dengan luas125 ha yang terletak di bagian barat.

B. Topografi

Keadaan topografi Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) berupa bukit yang memanjang dari arah timur ke arah barat sehingga membelah wilayah HPGW menjadi 2 bagian, yang mengarah ke utara dan ke selatan. Wilayah utara umumnya berlereng curam sedangkan wilayah selatan berupa daerah curam dan landai. Di bagian tengah terdapat puncak dengan ketinggian 676 mdpl. Sebagian besar kawasan HPGW berada pada ketinggian 500 mdpl. Di areal HPGW ini terdapat beberapa aliran sungai yang umumnya mengalir ke arah Selatan dan berair sepanjang tahun seperti anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar.

C. Tanah

(32)

Lipik (litosol). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa tanah di HPGW bersifat heterogen. Jenis tanah yang paling banyak adalah jenis tanah latosol merah kekuningan, sedangkan pada daerah berbatu hanya terdapat tanah latosol dan pada daerah lembah hanya terdapat tanah podsolik.

D. Iklim

Berdasarkan data curah hujan Laboratorium Pengaruh Hutan, Fakultas Kehutanan IPB tahun 2003 - 2004, curah hujan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) rata-rata 178,60 ml/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 9 hari/bulan.

Tabel 4. Data curah hujan dan jumlah hari per bulan tahun 2003-2004 di HPGW Tahun 2003 Tahun 2004 Rata-rata

Rata-rata Curah Hujan 178,60 9

Sumber : Laboratorium Pengaruh Hutan, Fakultas Kehutanan (IPB)

E. Vegetasi

(33)

20

F. Fauna

Jenis satwa liar yang berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) meliputi jenis-jenis mamalia (babi hutan, tupai, rusa, kera, musang, trenggiling dan meong congkok), jenis burung (emprit dan kutilang), jenis reptil (ular dan bunglon) dan jenis ikan (ikan lubang, gabus dan betok).

G. Penduduk

Penduduk di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, pedagang hasil pertanian, pegawai negeri sipil, buruh pabrik dan sektor lainnya seperti industri rumah tangga yang memproduksi gula aren, bilik bambu, tape, arang, meubel/kusen ataupun pada sektor jasa seperti tukang ojek, tukang bangunan dll.

(34)

A. Kondisi Lapangan

Keadaan topografi di lokasi penelitian terbagi menjadi 3 jenis kelerengan antara lain : datar (0-15 %), sedang (15-25 %) dan curam (25-40 %). Masing-masing keadaan topografi memiliki tingkat kerapatan tegakan yang berlainan. Pada kelerengan datar dan sedang, umumnya memiliki tingkat kerapatan tegakan yang relatif rendah dengan sedikit tumbuhan bawah di sekitar tegakan. Hal ini berbeda dengan kelerengan curam yang memiliki tingkat kerapatan tegakan yang relatif tinggi dan banyak terdapat tumbuhan bawah di sekitar tegakan.

Tegakan yang dipilih sebagai bahan penelitian adalah damar (Agathis loranthifolia Salisb). Pemilihan tegakan agathis ini dilakukan secara acak dengan memperhatikan kondisi tegakan itu sendiri. Kondisi tegakan harus dalam keadaan baik dan sehat seperti tidak terserang hama dan penyakit, tidak cacat secara fisik (bengkok, patah dll), tidak terdapat callus (benjolan pada batang pohon) akibat pelukaan sebelumnya yang terlalu dalam dan tidak tersambar oleh petir. Kemudian tegakan dibagi menjadi 4 kelas diameter yaitu kelas I (30-40 cm), kelas II (41-50 cm), kelas III (51-60 cm) dan kelas IV (> 61 cm).

B. Step Test

(35)

22

Gambar 1. Pengukuran step test pada salah seorang pekerja

Hasil pengukuran denyut jantung pekerja pada saat melakukan step test disajikan dalam Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Pengukuran denyut jantung masing-masing pekerja pada saat step test. Frekuensi step test

(step/menit)

Denyut Jantung (denyut/menit)

Jujun Tuhidin Acem

10 82 106 86

15 92 112 91

20 98 119 109

25 106 123 111

30 109 128 114

35 110 132 117

40 112 138 122

Kemudian denyut jantung pekerja yang diperoleh dari hasil pengukuran step test dicari hubungannya dengan beban kerja yang berupa frekuensi langkah (step) sehingga dapat dihasilkan suatu persamaan garis linear. Hasil persamaan garis linear dari ketiga pekerja tersebut adalah :

• Bapak Jujun : y = 0.924 µ - 68.576 • Bapak Tuhidin : y = 0.959 µ - 92.590 • Bapak Acem : y = 0.756 µ - 56.031 Di mana : y = Frekuensi step test (step/menit)

µ = Denyut jantung pekerja saat step test (denyut/menit)

(36)

menghadapi kegiatan step test. Adapun ketidaksamaan ini disebabkan karena kesiapan mental dari masing-masing pekerja berbeda-beda.

Hasil penelitian Mulyana (2002) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi denyut jantung pekerja saat melakukan kegiatan step test, salah satunya adalah kondisi psikologis pekerja. Kondisi psikologis pekerja yang tidak tenang dapat mempengaruhi irama denyut jantung pekerja untuk bekerja lebih cepat.

C. Penyadapan Kopal dengan Metode Sayatan C.1. Persiapan

Kegiatan persiapan dilakukan pada saat pertama kali melakukan penyadapan kopal. Kegiatan ini disebut juga sebagai kegiatan pendahuluan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja penyadapan kopal khususnya ketika akan melakukan kegiatan pelukaan yang baru (pembaharuan luka) sehingga diharapkan pekerja akan bekerja lebih mudah dan pengeluaran energinya relatif kecil. Hasil perhitungan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan persiapan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan (kkal/menit).

Kelerengan Kelas Diameter Total Rataan

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Datar

7.926 7.700 6.570 6.121 28.317 7.079

7.537 6.045 7.029 6.543 27.154 6.789

6.175 6.974 6.974 7.973 28.096 7.024

Sub total 21.638 20.719 20.573 20.637

83.567 6.964

Rataan 7.213 6.906 6.858 6.879

Sedang

5.441 6.570 7.251 7.022 26.284 6.571

6.045 5.548 7.040 6.045 24.678 6.170

8.971 9.770 7.565 8.772 35.078 8.770

Sub total 20.457 21.888 21.856 21.839

86.040 7.170

Rataan 6.819 7.296 7.285 7.280

Curam

6.573 6.796 7.025 6.799 27.193 6.798

7.277 6.532 7.526 6.791 28.126 7.032

8.164 8.572 7.774 7.366 31.876 7.969

Sub total 22.014 21.900 22.325 20.956

87.195 7.266

Rataan 7.338 7.300 7.442 6.985

Total 64.109 64.507 64.754 63.432

256.802 7.133

Rataan 7.123 7.167 7.195 7.048

(37)

24

energi pekerja pada masing-masing kelerengan (datar, sedang dan curam) secara berturut adalah 6.964 kkal/menit, 7.170 kkal/menit dan 7.266 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelas diameter (I, II, III, dan IV) secara berturut adalah 7.123 kkal/menit, 7.167 kkal/menit, 7.195 kkal/menit, dan 7.048 kkal/menit. Berdasarkan tabel tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi (Tabel 1) dapat diketahui bahwa rata-rata energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada kegiatan persiapan sebesar 7.133 kkal/menit termasuk dalam tingkat kerja sedang.

Untuk mengetahui pengaruh kelerengan dan kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan persiapan ini perlu dilakukan pengolahan statistik dan uji-F terhadap pengeluaran energinya. Hasil pengujian analisis sidik ragam (Tabel 7) menunjukkan bahwa pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 %. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung sebesar 0.23 lebih kecil dari nilai Ftabel sebesar 3.40 pada tingkat nyata 5 %. Adapun pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 %. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung sebesar 0.03 lebih kecil dari nilai Ftabel sebesar 3.01 pada tingkat nyata 5 %.

Tabel 7. Analisis sidik ragam kegiatan persiapan Sumber

Keragaman Db JKT KT Fhit

Ftabel

0.05 0.01

Kelerengan 2 0.573 0.286 0.23tn 3.40 5.61

Kelas diameter 3 0.111 0.037 0.03tn 3.01 4.72

Interaksi 6 0.981 0.164 0.13tn 2.51 3.67

Galat 24 30.109 1.255

Total 35 31.773

tn = tidak nyata pada tingkat nyata 5 %

(38)

Gambar 3. Pembuatan pola sadap pada Gambar 4. Pemasangan talang sadap pohon damar pada pohon damar

C.1.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja

Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan dalam kegiatan persiapan adalah kelerengan datar sebesar 6.964 kkal/menit, sedang sebesar 7.170 kkal/menit dan curam sebesar 7.266 kkal/menit. Adapun besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelerengan datar, sedang dan curam termasuk dalam kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya pengeluaran energi pekerja relatif sama di setiap kelerengan.

Hasil analisis sidik ragam (Tabel 7) menunjukkan bahwa kelerengan tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada kegiatan persiapan pengeluaran energi pekerja tidak dipengaruhi oleh adanya kenaikan kelerengan.

Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan datar, sedang dan curam menghasilkan nilai yang berbeda. Namun perbedaan pengeluaran energi pekerja tersebut relatif kecil sehingga pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan menjadi tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena pekerja mengalami kesulitan yang sama saat melakukan kegiatan persiapan pada kelerengan datar, sedang dan curam. Oleh karena itu pada kegiatan persiapan ini perbedaan kelerengan tidak menyebabkan adanya peningkatan pengeluaran energi pekerja yang nyata.

(39)

26

akan mempengaruhi denyut jantung untuk berdetak lebih cepat. Akibatnya energi yang dikeluarkan oleh pekerja ikut bertambah besar. Mulyana (2002) menjelaskan bahwa sistem kerja jantung tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam tubuh manusia itu sendiri seperti emosi. Kondisi emosi yang meningkat menyebabkan energi yang dikeluarkan semakin bertambah besar.

0

Gambar 5. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan persiapan

C.1.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja

Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter dalam kegiatan persiapan adalah kelas diameter I sebesar 7.123 kkal/menit, kelas diameter II sebesar 7.167 kkal/menit, kelas diameter III sebesar 7.195 kkal/menit dan kelas diameter IV sebesar 7.048 kkal/menit. Adapun besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelas diameter I, II, III dan IV termasuk kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya pengeluaran energi pekerja relatif sama di setiap kelas diameter.

Hasil analisis sidik ragam (Tabel 7) menunjukkan bahwa kelas diameter tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada kegiatan persiapan pengeluaran energi pekerja tidak dipengaruhi oleh adanya pertambahan kelas diameter pohon.

(40)

melakukan unsur-unsur kerja kegiatan persiapan yang relatif sama pada kelas diameter I, II, III dan IV sehingga menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh pekerja relatif sama di setiap kelas diameternya. Adapun unsur-unsur kerja pada kegiatan persiapan meliputi pembersihan tumbuhan bawah, pembersihan kulit bagian terluar pohon, pembuatan pola sadap, pembuatan sadapan awal berupa sayatan, pemasangan talang sadap dan pemasangan penampung getah.

0

Gambar 6. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan persiapan

C.2. Pembaharuan luka

Kegiatan pembaharuan luka ini merupakan lanjutan dari kegiatan persiapan sebelumnya dengan melakukan proses pelukaan yang baru pada pohon damar yang disesuaikan dengan bentuk pola dan ukuran sadapan awal yang telah dibuat sebelumnya pada kegiatan persiapan.

(41)

28

Hasil perhitungan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan pembaharuan luka dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini :

Tabel 8. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan pembaharuan luka (kkal/menit).

Kelerengan Kelas Diameter Total Rataan

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Datar

4.042 5.114 5.131 6.078 20.365 5.091 5.598 4.885 5.308 5.864 21.655 5.414 5.282 4.773 5.692 5.667 21.414 5.354

Sub total 14.922 14.772 16.131 17.609

63.434 5.286

Rataan 4.974 4.924 5.377 5.870

Sedang

5.331 3.714 4.095 5.054 18.194 4.549 5.560 5.180 5.977 5.081 21.798 5.450 5.875 6.945 6.922 6.466 26.208 6.552

Sub total 16.766 15.839 16.994 16.601

66.200 5.517

Rataan 5.589 5.280 5.665 5.534

Curam

7.140 8.627 9.595 9.639 35.001 8.750 8.016 7.499 7.767 6.541 29.823 7.456 6.067 7.372 6.717 7.693 27.849 6.962

Sub total 21.223 23.498 24.079 23.873

92.673 7.723

Rataan 7.074 7.833 8.026 7.958

Total 52.911 54.109 57.204 58.083

222.307 6.175

Rataan 5.879 6.012 6.356 6.454

Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan pembaharuan luka adalah 6.175 kkal/menit. Adapun rata-rata pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelerengan (datar, sedang dan curam) secara berturut adalah 5.286 kkal/menit, 5.517 kkal/menit dan 7.723 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelas diameter (I, II, III, dan IV) secara berturut adalah 5.879 kkal/menit, 6.012 kkal/menit, 6.356 kkal/menit, dan 6.454 kkal/menit. Berdasarkan tabel tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi (Tabel 1) dapat diketahui bahwa rata-rata energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada kegiatan pembaharuan luka sebesar 6.175 kkal/menit termasuk dalam tingkat kerja sedang.

(42)

nilai Ftabel sebesar 5.61 pada tingkat nyata 1 %. Adapun pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 %. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung sebesar 0.66 lebih kecil dari nilai Ftabel sebesar 3.01 pada tingkat nyata 5 %.

Tabel 9. Analisis sidik ragam kegiatan pembaharuan luka Sumber

C.2.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja

Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan dalam kegiatan pembaharuan luka adalah kelerengan datar sebesar 5.286 kkal/menit, sedang sebesar 5.517 kkal/menit dan curam sebesar 7.723 kkal/menit. Adapun besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelerengan datar dan sedang termasuk dalam kategori kerja sedang. Sedangkan kelerengan curam termasuk dalam kategori kerja berat. Hal ini menandakan bahwa dengan semakin meningkatnya kelerengan maka pengeluaran energi pekerja akan semakin besar.

Hasil analisis sidik ragam (Tabel 9) menunjukkan bahwa kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada kegiatan pembaharuan luka pengeluaran energi pekerja dipengaruhi oleh adanya kenaikan kelerengan.

(43)

30

Pada kelerengan curam pekerja lebih sulit untuk melakukan kegiatan pembaharuan luka dibandingkan kelerengan datar dan sedang karena kondisi medannya yang terjal dan dalam. Selain itu banyaknya tumbuhan bawah pada kelerengan curam juga ikut mempengaruhi besarnya kesulitan kerja yang dialami oleh pekerja selama melakukan kegiatan tersebut. Mulyana (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyulitkan pekerja dalam melakukan kerja pada kelerengan curam dibandingkan kelerengan lainnya adalah rumput dan alang-alang. Oleh karena kesulitan kerja yang dialami pekerja pada kelerengan curam lebih besar dari pada kelerengan lainnya menyebabkan pengeluaran energi pekerja pada kelerengan curam lebih besar dari pada kelerengan datar maupun sedang.

0

Gambar 8. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan pembaharuan luka

C.2.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja

Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter dalam kegiatan pembaharuan luka adalah kelas diameter I sebesar 5.879 kkal/menit, kelas diameter II sebesar 6.012 kkal/menit, kelas diameter III sebesar 6.356 kkal/menit dan kelas diameter IV sebesar 6.454 kkal/menit. Besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelas diameter I, II, III dan IV termasuk kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya pengeluaran energi pekerja relatif sama di setiap kelas diameter.

(44)

kegiatan pembaharuan luka pengeluaran energi pekerja tidak dipengaruhi oleh adanya pertambahan kelas diameter pohon.

Gambar 9 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter IV lebih besar dari pada kelas diameter I, II dan III. Namun besarnya perbedaan pengeluaran energi pekerja di antara kelas diameter tersebut relatif kecil sehingga pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter menjadi tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena pekerja melakukan unsur-unsur kerja kegiatan pembaharuan luka yang relatif sama pada kelas diameter I, II, III dan IV sehingga menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh pekerja relatif sama di setiap kelas diameternya. Adapun unsur-unsur kerja pada kegiatan pembaharuan luka meliputi pembuatan luka sadap berupa sayatan dengan panjang 20 cm, lebar 2 cm dan kedalaman 0.3-0.5 cm membentuk sudut kemiringan 45°.

0

Gambar 9. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan pembaharuan luka

D. Penyadapan Kopal dengan Metode Koakan

(45)

32

Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan dan kelas diameter dapat dilihat dalam Tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan penyadapan dengan metode koakan (kkal/menit).

Kelerengan Kelas Diameter Total Rataan

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Datar

5.212 4.240 6.003 6.285 21.740 5.435 5.685 5.911 5.289 4.170 21.055 5.264 5.648 7.237 6.173 6.998 26.056 6.514

Sub total 16.545 17.388 17.465 17.453

68.851 5.738

Rataan 5.515 5.796 5.822 5.818

Sedang

3.404 4.512 5.009 7.382 20.307 5.077 5.116 4.966 4.966 7.258 22.306 5.577 7.051 8.036 7.689 7.702 30.478 7.620

Sub total 15.571 17.514 17.664 22.342

73.091 6.091

Rataan 5.190 5.838 5.888 7.447

Curam

10.827 9.210 5.980 5.539 31.556 7.889 7.013 7.833 5.913 5.740 26.499 6.625 9.200 8.801 8.188 6.751 32.940 8.235

Sub total 27.040 25.844 20.081 18.030

Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan adalah 6.471 kkal/menit. Adapun rata-rata pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelerengan (datar, sedang dan curam) secara berturut adalah 5.738 kkal/menit, 6.091 kkal/menit dan 7.583 kkal/menit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelas diameter (I, II, III, dan IV) secara berturut adalah 6.573 kkal/menit, 6.750 kkal/menit, 6.134 kkal/menit, dan 6.425 kkal/menit. Merujuk pada tabel tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi (Tabel 1) dapat diketahui bahwa rata-rata energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan ini sebesar 6.471 kkal/menit termasuk dalam tingkat kerja sedang.

(46)

tingkat 1 %. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung sebesar 6.75 lebih besar dari nilai Ftabel sebesar 5.61 pada tingkat nyata 1 %. Adapun pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 %. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung sebesar 0.36 lebih kecil dari nilai Ftabel sebesar 3.01 pada tingkat nyata 5 %.

Tabel 11. Analisis sidik ragam kegiatan penyadapan dengan metode koakan Sumber

D.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja

Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan dalam kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan adalah kelerengan datar sebesar 5.738 kkal/menit, sedang sebesar 6.019 kkal/menit dan curam sebesar 7.583 kkal/menit. Besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelerengan datar dan sedang termasuk dalam kategori kerja sedang. Sedangkan kelerengan curam termasuk dalam kategori kerja berat. Hal ini menandakan bahwa dengan semakin meningkatnya kelerengan maka pengeluaran energi pekerja akan semakin besar

Hasil analisis sidik ragam (Tabel 11) menunjukkan bahwa kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan pengeluaran energi pekerja dipengaruhi oleh adanya kenaikan kelerengan.

(47)

34

Pada kelerengan curam pekerja relatif lebih sulit untuk melakukan kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan dibandingkan dengan kelerengan datar dan sedang karena kondisi medannya yang terjal dan dalam. Selain itu banyaknya tumbuhan bawah pada kelerengan curam juga ikut mempengaruhi besarnya kesulitan kerja yang dialami oleh pekerja selama melakukan kegiatan tersebut. Oleh karena kesulitan kerja yang dialami pekerja pada kelerengan curam lebih besar dari pada kelerengan lainnya menyebabkan pengeluaran energi pekerja pada kelerengan curam lebih besar dari pada kelerengan datar maupun sedang.

0

Gambar 10. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada penyadapan kopal dengan metode koakan

D.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja

Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter dalam kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan adalah kelas diameter I sebesar 6.573 kkal/menit, kelas diameter II sebesar 6.750 kkal/menit, kelas diameter III sebesar 6.134 kkal/menit dan kelas diameter IV sebesar 6.425 kkal/menit. Besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelas diameter I, II, III dan IV termasuk kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya pengeluaran energi pekerja relatif sama di setiap kelas diameter.

(48)

Gambar 11 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter II lebih besar dibandingkan dengan kelas diameter I, III dan IV. Namun besarnya perbedaan pengeluaran energi pekerja di antara kelas diameter tersebut relatif kecil sehingga pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter menjadi tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena pekerja melakukan unsur-unsur kerja kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan yang relatif sama pada kelas diameter I, II, III dan IV sehingga menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh pekerja relatif sama di setiap kelas diameternya. Adapun unsur-unsur kerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan meliputi pembersihan tumbuhan bawah, pembuatan pola sadap, dan pembuatan sadapan awal berupa koakan dengan panjang 10 cm, lebar 10 cm dan kedalaman 0.5-1 cm.

0

Gambar 11. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada penyadapan kopal dengan metode koakan

E. Perbandingan Metode Sayatan dan Koakan

Perbandingan hasil perhitungan nilai rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode sayatan dan koakan tersaji dalam Tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Perbandingan pengeluaran energi pekerja antara metode sayatan dan koakan Metode

Penyadapan

Pengeluaran energi pekerja (kkal/menit)

Total Persiapan Pelukaan

Sayatan 7.133 6.175 13.308

(49)

36

Pada Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan pelukaan dengan metode sayatan lebih rendah dibandingkan metode koakan. Kegiatan pelukaan dengan metode sayatan menghasilkan nilai rata-rata pengeluaran energi sebesar 6.175 kkal/menit sedangkan pelukaan dengan metode koakan menghasilkan nilai rata-rata pengeluaran energi sebesar 6.471 kkal/menit. Hal ini berarti bila dilihat dari rata-rata pengeluaran energi pekerjanya pelukaan dengan metode sayatan lebih baik dibandingkan pelukaan dengan metode koakan. Namun kegiatan penyadapan kopal dengan metode sayatan ini memerlukan kegiatan persiapan yang menghasilkan rata-rata pengeluaran energi pekerja sebesar 7.133 kkal/menit. Selain itu kegiatan persiapan terdiri banyak unsur kerja yang harus dilakukan pekerja. Akan tetapi kegiatan persiapan ini hanya dilakukan sekali dalam setahun sehingga pada kegiatan pelukaan selanjutnya tidak perlu melakukan kegiatan persiapan kembali. Oleh karena itu kegiatan persiapan ini dinilai dapat membantu untuk mempermudah pekerja melakukan kegiatan pelukaan selanjutnya (pembaharuan luka) sehingga pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan pembaharuan luka relatif lebih kecil.

(50)

A. Kesimpulan

1. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode sayatan adalah untuk kegiatan persiapan sebesar 7.133 kkal/menit yang termasuk dalam kategori tingkat kerja sedang. Sedangkan untuk kegiatan pembaharuan luka sebesar 6.175 kkal/menit yang termasuk dalam kategori tingkat kerja sedang.

2. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan adalah 6.471 kkal/menit yang termasuk dalam kategori tingkat kerja sedang.

3. Kelerengan tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan pada metode sayatan yang diduga karena tingkat kesulitan kerja yang dihadapi pekerja relatif sama di setiap kelerengan yang dicobakan. Sedangkan pada kegiatan pembaharuan luka pada metode sayatan, kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja yang diduga karena tingkat kesulitan kerja yang dihadapi pekerja berbeda di setiap kelerengan yang dicobakan.

4. Pada kegiatan penyadapan kopal dengan metode koakan, kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja yang diduga karena tingkat kesulitan kerja yang dihadapi pekerja berbeda di setiap kelerengan yang dicobakan.

5. Kelas diameter tidak berpengaruh nyata pada kegiatan persiapan, pembaharuan luka dan penyadapan kopal dengan metode koakan. Hal ini diduga karena unsur-unsur kerja yang dilakukan oleh pekerja relatif sama di setiap kelas diameter yang dicobakan.

B. Saran

(51)

38

Gambar

Tabel 1. Tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi
Tabel 2. Tabulasi data rancangan percobaan
Tabel 4. Data curah hujan dan jumlah hari per bulan tahun 2003-2004 di HPGW
Gambar 1. Pengukuran step test pada salah seorang pekerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV pada pokok bahasan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan persepsi mahasiswa yaitu mahasiswa akuntansi strata-1 FEB USU dengan mahasiswa akuntansi FS IAIN SU tentang akuntasi

diatas telah dianulir oleh Surat Mahkamah Agung Nomor : 32/TUADA-AG/III-UM/IX/1993 yang antara lain berisi bahwa ketentuan Pasal 84 ayat (4) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Tahun 2013 Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Wates Kabupaten

Ketidaksesuaian dengan teori disebabkan karena secara teoritis apabila NPL menurun, artinya terjadi penurunan total kredit bermasalah dengan persentase lebih besar

Padang penggembalaan adalah faktor penentu dalam mendukung pengembangan peternakan di Indonesia, yakni sebagai sumber daya dukung pakan ternak berupa hijauan pakan khususnya

selama 15 hari Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan Artemia sp dengan dosis pengayaan Vitamin A yang berbeda tidak memberikan pengaruh

- metronidazole 500mg sehari 2 kali peroral selama 7 hari atau 2 gram peroral dosis tunggal.. - alternative: metronidazole gel 0,75%-1 aplikator