PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PERUM PERHUTANI
UNIT II JAWA TIMUR SKRIPSI
Oleh :
D. TIALURRA DELLA NABILA NPM. 0713010012
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ” JAWA TIMUR
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
SURABAYA 2011
hidayah serta karuniaNya, dan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan dan suri tauladan yang baik kepada seluruh umatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Kualitas Produk Terhadap Efisiensi Biaya Produksi pada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur”. Salah satu tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing peneliti, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Sri Trisnaningsih, Msi, Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dra. Ec. Tituk Diah. W. MAks, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sangat banyak memberikan petunjuk, saran, tenaga, dan bimbingannya dalam proses pengerjaan skripsi ini. 5. Drs. Ec. H. Saiful Anwar, Msi, selaku Dosen Wali peneliti yang juga telah banyak
memberikan petunjuk, saran, dan nasihat yang sangat berguna selama masa perkuliahan peneliti.
6. Segenap tenaga pengajar, karyawan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa terutama Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Umu Farochah, SE, MM, selaku Kepala Sub Seksi Umum Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang telah sangat banyak membantu, membimbing, dan mendukung peneliti selama proses penelitian.
11. Suparno dan Susiowati Purnaningrum, selaku orangtua peneliti yang sangat peneliti hormati, sayangi, dan kagumi, terima kasih teramat besar untuk segala limpahan kasih sayang, doa restu, dukungan, tenaga, pikiran, saran, semangat dan perhatian, baik secara moril maupun materiil.
12. Kepada pihak-pihak lain yang peneliti tidak dapat sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dan doanya.
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah. Amin.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan ke depan. Besar harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin Yaa Rabbal ‘Alamin.
Surabaya, Maret 2011
Peneliti
Halaman
KATA PENGANTAR ……….. i
DAFTAR ISI ………. iii
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR GAMBAR ……….... ix
ABSTRAKSI ………. x
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 9
1.3 Tujuan Penelitian ……… 9
1.4 Manfaat Penelitian ……….. 10
BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN PENINJAUAN MODEL 2.1 Penelitian Terdahulu ………... 11
2.2 Landasan Pustaka ……… 15
2.2.1 Arti dan Pentingnya Akuntansi Biaya ……… ……. 15
2.2.2 Pengertian Biaya ……… 16
2.2.3 Klasifikasi Biaya ……….. 17
2.2.6.1 Pengertian Efisiensi ………... 20
2.2.6.2 Efisiensi Biaya Produksi ……… 21
2.2.7 Pengertian Kualitas ……….. 22
2.2.8 Pengertian Kualitas Bahan Baku ……….. 24
2.2.9 Pengertian Kualitas Produk ……….. 25
2.2.10 Pengaruh Kualitas Bahan Baku terhadap Efisiensi Biaya Produksi ……….. 26
2.2.11 Pengaruh Kualitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi ... 27
2.3 Kerangka Konseptual ………..………. 29
2.4 Hipotesis ……….. 30
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….. 31
3.1.1 Definisi Operasional ……….. 31
3.2.2 Sampel ... ... 34
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 35
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... ... 35
3.5.1 Uji Normalitas ... ... 35
3.5.2 Uji Outlier ... ... 36
3.5.3. Uji Asumsi Klasik ……… 36
3.5.4 Regresi Linier Berganda ……… 38
3.5.5 Uji Hipotesis ……….. 39
3.5.5.1 Uji Kesesuaian Model ………. 39
3.5.5.2 Uji Parsial ………. 40
BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sejarah Perum Perhutani Unit 2 Jawa Timur ………. 41
4.3.1. Uji Normalitas ... 55
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ……… 57
4.3.3. Analisis Regresi Linier Berganda ……… 60
4.3.4. Uji Kesesuaian Model ………. 61
4.3.5. Uji Parsial ………... 62
4.4 Pembahasan ……… 63
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ……….. 63
4.4.2. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu .. 65
4.4.3. Keterbatasan Penelitian ……….. 66
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 67
5.2 Saran ……….. 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
GAMBAR 2.1 Kerangka Konseptual ... 31
GAMBAR 4.1 Struktur Organisasi Perum Perhutani Unit 2 Jawa Timur ………. 43
GAMBAR 4.2 Kurva Bahan Baku Yang Dibeli Tahun 2004 – 2006 ... 44
GAMBAR 4.3 Kurva Bahan Baku Baik Tahun 2004 – 2006 ... 45
GAMBAR 4.4 Kurva Kualitas Bahan Baku Tahun 2004 – 2006 ... 47
GAMBAR 4.5 Kurva Produk yang Dihasilkan Tahun 2004 – 2006 ... 48
GAMBAR 4.6 Kurva Produk Baik Tahun 2004 – 2006 ... 50
GAMBAR 4.7 Kurva Produk Baik Tahun 2004 – 2006 ... 51
GAMBAR 4.8 Kurva Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2004 – 2006 ... 54
TABEL 1.1 Data Efisiensi Biaya Produksi Kayu Tebangan ... 7
TABEL 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian Saat Ini ……... 14
TABEL 4.1 Data Bahan Baku Yang Dibeli Tahun 2004 – 2006 ... 44
TABEL 4.2 Data Bahan Baku Baik Tahun 2004 – 2006 ... 45
TABEL 4.3 Data Kualitas Bahan Baku Tahun 2004 – 2006 ... 46
TABEL 4.4 Data Produk yang Dihasilkan Tahun 2004 – 2006 ... 48
TABEL 4.5 Data Produk Baik yang Dihasilkan Tahun 2004 – 2006 ... 49
TABEL 4.6 Data Kualitas produk yang Dihasilkan Tahun 2004-2006 ………… 51
TABEL 4.7 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2004 – 2006 ... 53
TABEL 4.8 Data Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2004 – 2006 ... 54
TABEL 4.9 Hasil Uji Normalitas (1) ... 55
TABEL 4.10 Hasil Uji Outlier ... 56
TABEL 4.11 Hasil Uji Normalitas (2) ………... 57
TABEL 4.12 Hasil Nilai VIF ………. 58
TABEL 4.13 Hasil Uji Rank Spearman ………. 59
TABEL 4.14 Hasil Uji Durbin Watson ……….. 59
Oleh :
D. Tialurra Della Nabila
ABSTRAK
Kualitas produk merupakan keseluruhan karakteristik produk atau jasa dari rancangan sampai pengiriman produk tersebut ke pelanggan sesuai dengan yang diharapkan tanpa melalui pembuatan yang berulang-ulang. Untuk memperoleh produk dengan kualitas sesuai dengan yang distandarkan, perusahaan harus mengadakan pengawasan bahkan sebelum proses produksi dimulai. Kualitas adalah tolak ukur relatif terhadap perbaikan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi dan untuk mengetahui manakah yang paling dominan antara kualitas bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur merupakan populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada data bahan baku, produk jadi biaya produksi dengan data berkala (time series) bulanan, yang diambil tiga tahun mulai Januari 2004 sampai dengan Desember 2006 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan analisis regresi linier berganda.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan lajunya perkembangan dunia usaha, banyak perusahaan baru mulai bermunculan, mulai dari perusahaan kecil, menengah, sampai dengan perusahaan besar. Perusahaan – perusahaan baru menawarkan berbagai macam produk, sehingga tidak terelakkan timbulnya persaingan yang semakin kompetitif. Pada umumnya suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya selalu bertujuan untuk memperoleh laba yang maksimal mungkin sesuai dengan perkembangan perusahaan tersebut dalam jangka waktu tertentu, serta menginginkan produktifitas yang maksimal dalam menjaga dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan, baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan maupun industri. Perkembangan perusahaan itu sendiri dapat dilihat dari aktivitas dibidang produksi dan aktivitas dibidang lain dari bagian perusahaan yang dilakukan dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut.
Perkembangan tenologi industri yang sangat pesat dan persaingan secara global maupun regional memaksa perusahan untuk melakukan tindakan inovatif, hal ini ditandai dengan semakin tingginya tuntutan konsumen terhadap perbaikan kualitas jasa ataupun barang produksinya, akibatnya persaingan dalam arena industri semakin ketat, kecepatan memenuhi permintan pasar dengan kualitas
produk dan harga yang bersaing inilah merupakan salah satu faktor yang menentukan pemenang atas persaingan tersebut.
Meningkatnya persaingan, baik dipasar domestik maupun dipasar global, perusahaan selalu dituntut untuk mempertahankan atau memperoleh keuntungan kompetitifnya dengan cara meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan agar dapat dicapai laba yang dikehendaki sesuai dengan tujuan perusahaan, karena tidak semua perusahaan dapat menghasilkan produk barang atau jasa yang mempunyai kualitas tinggi, lebih – lebih pada perusahaan industri yang proses produksinya masih sederhana dan tradisional dengan kurangnya tenaga kerja yang trampil, mampu dan berpengalaman terutama dalam hal peningkatan kualitas.
Keberhasilan suatu perusahaan tidak dapat dicapai begitu saja tanpa adanya usaha yang maksimal dari usaha perusahaan yang bersangkutan. Usaha yang dapat ditempuh oleh perusahaan antara lain dengan jalan menentukan tujuan yang pasti yang harus ditentukan dengan tepat dan metode pencapaiannya harus direncanakan serta dilakukan dengan semestinya, dengan selalu berubahnya keinginan dan selera konsumen atas barang dan jasa memaksa perusahaan untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan produknya sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen (Tanti Yusif, 2005).
ditentukan dengan cara mengurangi salah satu biaya yaitu biaya kualitas tanpa harus mengurangi kualitas produk yang dihasilkannya. Kualitas yang dimaksud dalam hal ini menekankan pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi jumlah atau kuantitas produk yang baik dan sesuai dengan spesifikasi produk yang diinginkan oleh pemakai produk tersebut dan nantinya diharapkan dapat menarik minat konsumen produk lain yang sejenis untuk beralih ke produk perusahaan yang bersangkutan.
Konsumen akan selalu memilih produk yang memiliki mutu terbaik dan sesuai dengan harapan konsumen serta dapat diperoleh kapan saja dengan harga yang terjangkau, untuk dapat mengembangkan usaha dalam derajat persaingan tersebut, maka pertimbangan konsumen terhadap produk barang atau jasa yang akan dibeli harus diperhatikan, konsumen akan merasa puas bila barang atau jasa yang dibeli sesuai dengan kualitas yang diharapkan (Tanti Yusif, 2005).
Menurut Mulyadi (1981:11), adapun unsur-unsur biaya produksi adalah sebagai berikut:
1. Biaya bahan baku
Adalah harga pokok bahan baku yang diolah di dalam proses produksi. 2. Biaya tenaga kerja langsung
3. Biaya overhead pabrik
Adalah semua biaya produksi, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Pada perusahaan industri ketersediaan bahan baku sangat diperlukan dan menjadi bagian yang penting dalam proses produksi, keberhasilan perusahaan dalam hal pengadaan bahan baku tersebut tergantung dari upaya untuk mencari dan memilih dengan teliti bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi, untuk itu dengan adanya bahan baku dengan kualitas yang baik dan terhindar dari cacat akan memberikan kualitas keluaran produk yang baik pula, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan perlu adanya peningkatan kualitas bahan baku dan kualitas produk, sehingga diperoleh suatu produk yang sesuai dengan standart kualitas yang diharapkan. Kualitas adalah pencegahan artinya pemilihan input yang berkualitas sejak awal perlu dilakukan agar output dijamin bagus serta hemat biaya dan waktu (Iswardono Sardjono, 30:85).
Prestasi perusahaan dapat dipengaruhi oleh kualitas, perusahaan yang berproduksi barang dan jasa tanpa memperlihatkan kualitas produk sama dengan menghilangkan masa depan, oleh karena mengalami masa sulit pemasaran dan tersaingi dengan produk sejenis dari perusahaan lain dengan kualitas yang lebih baik, karena itu perusahaan harus dapat menjaga dan menjamin kualitas bahan baku dan kualitas produknya, untuk dapat mengadakan efisiensi biaya produksi, maka perusahaan harus mampu mengusahakan agar kualitas bahan baku yang akan menjadi bagian dari proses produksi dengan kualitas bahan baku yang sama agar tidak menjadi pengulangan produksi dn kerusakan produk yang mengakibatkan terjadinya pemborosan atau kelebihan biaya produksi, sehingga pihak manajemen dapat mengambil keputusan yang baik untuk periode yang akan datang dan mendapatkan realisasi laba yang diharapkan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zamzani (2002) bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh paling dominan terhadap efisiensi biaya produksi disbanding dengan kualitas bahan baku dikarenakan hasil produk tersebut menjadi patokan sebagai perbaikan yang terus menerus untuk menjadi acuan lebih baik.
melalui PHBM dengan tetap mengupayakan keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian (www.unit2.perumperhutani.com). Produk yang dihasilkan dari perusahaan ini terdiri dari berbagai macam produk kayu dan non kayu. Produk kayu sendiri terdiri dari produk kayu tebangan maupun kayu olahan. Banyaknya pesaing – pesaing yang menghasilkan produk serupa memacu perusahaan ini untuk meningkatkan kualitas, desain, dan efisiensi secara terus menerus.
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur sadar bahwa kualitas produk dipengaruhi banyak hal, salah satunya adalah kualitas bahan baku yang digunakan. Bahan baku disini adalah pohon dan produknya berupa kayu tebangan. Untuk itu pemilihan dan perawatan bahan baku yang berkualitas tinggi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan.
Tabel 1.1 : Data Efisiensi Biaya Produksi Kayu Tebangan
PERIODE ANGGARAN REALISASI SELISIH
TAHUN BULAN (Rp) (Rp) (Rp)
2004 Januari 18.791.107.000 15.449.424.125 3.341.682.875 Februari 16.268.823.000 13.905.398.342 2.363.424.658
Maret 19.165.384.000 15.582.435.552 3.582.948.448
April 15.278.890.000 14.370.450.718 908.439.282
Mei 15.601.835.000 14.996.320.593 605.514.407
Juni 17.698.394.000 16.076.644.511 1.621.749.489
Juli 15.731.971.000 15.033.855.571 698.115.429
Agustus 17.553.619.000 16.139.911.802 1.413.707.198 September 13.590.045.000 12.317.858.018 1.272.186.982 Oktober 16.740.521.000 15.207.797.373 1.532.723.627 November 21.322.892.000 19.612.119.523 1.710.772.477 Desember 18.669.818.000 17.310.026.116 1.359.791.884 2005 Januari 16.441.787.000 16.174.423.836 267.363.164 Februari 15.109.834.000 14.934.567.982 175.266.018
Maret 19.393.556.000 19.030.992.371 362.563.629
April 28.593.322.000 28.369.602.900 223.719.100
Mei 6.915.878.000 6.400.025.293 515.852.707
Juni 9.561.498.000 9.114.890.839 446.607.161
Juli 17.405.236.000 17.275.073.690 130.162.310
Agustus 17.211.877.000 16.911.760.072 300.116.928
September 14.783.334.000 14.570.094.467 213.239.533
Oktober 4.776.685.000 4.571.130.756 205.554.244
November 8.436.338.000 8.093.672.329 342.665.671
Desember 36.900.155.000 36.530.819.088 369.335.912 2006 Januari 12.762.176.000 11.073.549.523 1.688.626.477 Februari 19.332.671.000 15.346.219.632 3.986.451.368
Maret 15.504.731.000 13.512.325.898 1.992.405.102
April 27.698.139.000 26.299.167.104 1.398.971.896
Mei 18.521.994.000 17.845.466.682 676.527.318
Juni 26.956.200.000 25.801.147.727 1.155.052.273
Juli 29.611.037.000 29.342.943.552 268.093.448
Agustus 29.547.007.000 28.996.211.429 550.795.571
September 19.892.147.000 19.646.830.914 245.316.086 Oktober 12.800.556.000 9.438.934.874 3.361.621.126 November 13.659.915.000 14.565.886.839 ‐905.971.839 Desember 72.497.263.000 140.577.261.737 ‐68.079.998.737
Efisiensi biaya produksi dapat diukur dengan cara membandingkan antara anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan dengan realisasi biaya produksi yang digunakan atau terjadi. Jika biaya produksi semakin mendekati anggaran yang ditetapkan maka akan dapat dikatakan bahwa efisiensi biaya produksi telah tercapai (Rosyita Retno Rumsari, 2007). Dari tabel data efisiensi biaya produksi kayu tebangan tahun 2006 diatas tampak terjadi kesenjangan antara anggaran biaya produksi yang ditetapkan dengan realisasi biaya produksi yang digunakan. Dimana kesenjangan itu terjadi karena adanya (1) peningkatan biaya perawatan pohon secara signifikan (2) terjadi penebangan liar dan penggundulan hutan oleh masyarakat sekitar yang memberontak (3) kenaikan biaya bahan bakar. Dampak yang terjadi antara kualitas bahan baku terhadap efisiensi biaya produksi terjadi apabila kandungan kualitas bahan baku tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan sehingga terjadi pengujian atau pengetesan berulang – ulang. Sedangkan dampak yang terjadi antara kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi terjadi apabila hasil produk yang sudah jadi tidak sesuai dengan mutu atau kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan sehingga tidak lolos seleksi dari uji kualitas, otomatis akan meningkatkan biaya produksi dimana hasil produk tersebut harus dilakukan proses pengerjaan ulang ataupun terjadi penurunan harga yang berakibat pemborosan. Sehingga efisiensi biaya produksi tidak dapat ditingkatkan dan sebagai akibatnya profitabilitas perusahaan akan menurun.
“Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Kualitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi pada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah kualitas bahan baku dan kualitas produk berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur?
2. Apakah kualitas bahan baku mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap efisiensi biaya produksi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kualitas bahan baku dan kualitas produk berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
1.Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dalam
menambah wawasan, pengetahuan mengenai kualitas bahan baku, kualitas produk, dan efisiensi biaya produksi serta merupakan kesempatan untuk mempraktekkan teori-teori yang diperoleh dari bangku kuliah.
2.Pembaca
Dapat menambah pengetahuan dan sebagai sumber informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih jelas tentang pengaruh kualitas bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi.
3.Perpustakaan
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh kualitas bahan baku, kualitas produk,
maupun efisiensi biaya produksi pernah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu,
seperti Melia, Ahmad Zamzani, Yosi Afriana, Tanti Yusif dan Rosyita Retno
Rumsari.
Berikut adalah penjelasan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumya beserta hasil dari penelitian yang telah mereka lakukan, antara lain :
1. Melia (2000) dengan judul “Pengaruh kualitas bahan baku dan kualitas
produk terhadap efisiensi biaya produksi pada PT Atak Otomotif Indo Metal”.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kuantitas bahan baku dan kualitas
produk. Sedangkan variabel terikatnya adalah efisiensi biaya produksi. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas bahan
baku dan kualitas produk dalam efisiensi biaya produksi.
2. Ahmad Zamzani (2002) dengan judul “Kualitas Bahan Baku dan Kualitas
Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi pada PT Surya Skti Utama”.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas bahan baku dan kualitas
produk. Sedangkan variabel terikatnya adalah efisiensi biaya produksi. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas bahan
baku dan kualitas produk dalam efisiensi biaya produksi.
3. Yosi Afriana (2004) dengan judul “Kuantitas Bahan Baku dan Jam Tenaga
Kerja Langsung terhadap Efisiensi Biaya Produksi pada PT Sarana Warna
Megah”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kuantitas bahan baku dan
tenaga kerja langsung. Sedangkan variabel terikatnya adalah efisiensi biaya
produksi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara
kuantitas bahan baku dan jam tenaga kerja langsung dalam efisiensi biaya
produksi.
4. Tanti Yusif (2005) dengan judul “Pengaruh kualitas bahan baku dan
kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi pada perusahaan gypsum
Putra Fatiha Karangagung, Palang Tuban”. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah kualitas bahan baku dan kualitas produk. Sedangkan variabel
terikatnya adalah efisiensi biaya produksi. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara kualitas bahan baku dan kualitas produk
dalam efisiensi biaya produksi.
5. Rosyita Retno Rumsari (2007) dengan judul “Kualitas Bahan Baku dan
Kualitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi pada PT Prima Alloy Steel
Sidoarjo”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas bahan baku dan
kualitas produk. Sedangkan variabel terikatnya adalah efisiensi biaya
produksi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
Berikut adalah Tabel 2.1 yang merupakan tabel mengenai perbandingan
antara penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sekarang. Tabel 2.1 berisi nama peneliti, judul
Tabel 2.1 : Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian Saat Ini
No Nama Peneliti Judul Variabel
1 Melia (2000) Pengaruh kualitas bahan baku
dan kualitas produk terhadap
efisiensi biaya produksi pada
PT Atak Otomotif Indo Metal
a. Variabel bebas (X) : - X1 : Kualitas Bahan Baku
- X2 : Kualitas Produk
b. Variabel terikat (Y) : - Y : Efisiensi Biaya Produksi
2 Ahmad Zamzani
(2002)
Analisis Pengaruh Kualitas
Bahan Baku dan Kualitas
Produk terhadap Efisiensi
Biaya Produksi pada PT
Surya Skti Utama
a. Variabel bebas (X) : - X1 : Kualitas Bahan Baku
- X2 : Kualitas Produk
b. Variabel terikat (Y) : - Y : Efisiensi Biaya Produksi
3 Yosi Afriana
(2004)
Analisis Pengaruh Kuantitas
Bahan Baku dan Jam Tenaga
Kerja Langsung terhadap
Efisiensi Biaya Produksi pada
PT Sarana Warna Megah
a. Variabel bebas (X) : - X1 : Kuantitas Bahan Baku
- X2 :Jam Tenaga Kerja
Langsung
b. Variabel terikat (Y) ; - Y : Efisiensi Biaya Produksi
4 Tanti Yusif
(2005)
Pengaruh kualitas bahan baku
dan kualitas produk terhadap
efisiensi biaya produksi pada
perusahaan gypsum Putra
Fatiha Karangagung, Palang
Tuban
a. Variabel bebas (X) : - X1 : Kualitas Bahan Baku
- X2 : Kualitas Produk
b. Variabel terikat (Y) : - Y : Efisiensi Biaya Produksi
5 Rosyita Retno
Rumsari (2007)
Analisis Pengaruh Kualitas
Bahan Baku dan Kualitas
Produk terhadap Efisiensi
Biaya Produksi pada PT
Prima Alloy Steel Sidoarjo
a. Variabel bebas (X) : - X1 : Kualitas Bahan Baku
- X2 : Kualitas Produk
b. Variabel terikat (Y) : - Y : Efisiensi Biaya Produksi
6 D. Tialurra Della
Nabila (2010)
Analisis Pengaruh Kualitas
Bahan Baku dan Kualitas
Produk terhadap Efisiensi
Biaya Produksi pada Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur
a. Variabel bebas (X) : - X1 : Kualitas Bahan Baku
- X2 : Kualitas Produk
b. Variabel terikat (Y) : - Y : Efisiensi Biaya Produksi
2.2. Landasan Pustaka
2.2.1. Arti dan Pentingnya Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya dibutuhkan sebagai alat menejemen untuk merencanakan,
mengendalikan, mengawasi dan mengevaluasi segala kegiatan perusahaan.
Akuntansi biaya diharapkan mampu memberikan informasi tentang biaya
produksi dan biaya non produksi yang dibutuhkan oleh manejemen dalam
mengambil keputusan. Menurut Supriyono (1999:12), bahwa “ Akuntansi biaya
adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manejemen dalam
memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan
informasinya dalam bentuk laporan biaya”.
Menurut Mulyadi (1999: 6), bahwa “Akuntansi biaya adalah proses
pencatatan, penggolonggan, penjelasan dan penyajian biaya pembuatan dan
penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadap
hasilnya “
Peranan akuntansi biaya menurut Matz dan Usry (1999 : 10) adalah:
Pencatatan, pengkajian dan analisis data biaya supaya dapat membantu
manejemen dalam menyelesaikan tugasnya, sebagai berikut:
a. Menyusun dan melaksanakan rencana dan anggaran operasi perusahaan dalam
kondisi ekonomis dan bersaing.
b. Menetapkan metode kalkulasi biaya prosedur yang menjamin adanya
c. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan penetapan harga
dan sewaktu-waktu memeriksa jumlah persediaan dalam bentuk fisik.
d. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode yang lebih singkat.
e. Memilih alternatif terbaik yang bias menaikkan pendapatan atau menurunkan
biaya.
Dengan melihat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Akuntansi Biaya adalah suatu proses
yang secara sistematis tentang pencatatan, penggolongan, penjelasan, penyajian
biaya, pembuatan atau penjualan produk atau jasa sehingga dapat menyajikan
informasi yang berguna bagi manajemen dalam usaha mengelola perusahaan.
2.2.2 Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (1999: 8), biaya adalah : “Pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”
Menurut Hansen dan Mowen (1999 : 36) biaya adalah “ kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberikan manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi
organisasi” dan dikatakan ekuivalen kas, karena sumber nonkas dapat diubah
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka ditarik kesimpulan bahwa
biaya adalah suatu pengorbanaan ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang
dipakai dalam proses kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan barang.
2.2.3. Klasifikasi Biaya
Dalam perusahaan manufaktur, biaya terdiri dari dua kelompok menurut Matz dan
Usry (1990 : 24-26), yaitu:
a. Biaya Pabrik
Biaya Pabrik disebut juga biaya produksi, adalah jumlah jumlah tiga unsur
biaya yaitu : bahan langsung, buruh langsung, dan overhead langsung. Bahan
langsung dan buruh langsung dapat d igabungkan ke dalam golongan biaya utama
(prime cost). Buruh langsung dan overhead pabrik dapat digabungkan ke dalam
golongan biaya konversi (convertion cost), yang mencerminkan biaya pengubahan
bahan langsung menjadi barang jadi.
b. Biaya Komersial
Biaya komersial disebut juga biaya non manufaktur yang dibagi menjadi
dua golongan besar, yaitu: biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
Biaya pemasaran mencakup biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
pemasaran produk, misalnya : biaya iklan, biaya promosi, dan lain-lain. Biaya
administrasi dan umum meliputi biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi
dan pemasaran produk, misalnya : biaya gaji karyawan, biaya foto copy, dan
2.2.4 Biaya Produksi
Untuk dapat menghasilkan suatu barang produksi, perusahaan tidak akan
lepas dari kegiatan produksi diantaranya adalah mengkombinasikan beberapa
faktor produksi yaitu bahan mentah, tenaga kerja, modal dan teknologi. Pada
hakekatnya kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau
penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktorfaktor produksi sehingga
lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia, dalam pelaksanaan produksinya
diperlukan adanya suatu pengorbanan tenaga atau pengorbanan dalam bentuk
lainnya, jika pengorbanan tersebut dinilai dengan istilah biaya.
Menurut Mulyadi (1999), menyebutkan bahwa “biaya adalah pengorbanan
sumber daya yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemunginan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tersebut”, dari pengertian antara biaya
produksi dan biaya tersebut, maka biaya produksi menurut Mulyadi (1999:20)
dapat diartikan : biaya-biaya yang telah terjadi dalam hubungannya dengan proses
penggolongan bahan baku menjadi produk jadi, biaya untuk pengolahan bahan
menjadi produk atau biaya produksi jika digolongkan atas dasar fungsi
produksinya, dapat dibedahkan menjadi :
a. Biaya Bahan Baku.
Bahan dapat digolongkan menjadi bahan baku dan bahan penolong, bahan
baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian dari produk jadi dan nilai
adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian dari produk jadi tetapi nilainya
relatif kecil pada proses produksi.
b. Biaya Tenaga Kerja.
Menurut Supriyono (1999:20), “biaya tenaga kerja adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada
semua karyawan sesuai dengan fungsi karyawan tersebut melaksanakan
tugasnya”. Adapun biaya tenaga kerja dapat dogolongkan sesuai dengan fungsi
produksinya yaitu biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja pemasaran, dan
biaya tenaga kerja administrasi dan umum.
c. Biaya Overhead Pabrik.
Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan kedalam biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tak langsung, penyusutan dan amortisasi aktiva tetap
pabrik, biaya listrik, air dan biaya asuransi pabrik.
2.2.5 Pengertian Biaya Standart
Menurut Mulyadi (1999:415) “ biaya standart adalah biaya yang
ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu,
dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor – faktor lain tertentu.
Sistem biaya standart dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya
standart merupakan alat yang penting didalam menilai kebijakan yang lebih
ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standart ditentukan dengan realistis, hal ini
akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya secara efektif,
karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya
dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya
dilaksanakan.
Sistem biaya stndart memberikan pedoman kepada manajemen berapa
biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu, sehingga
memungkinkan mereka melaksanakan kegiatan tertentu, sehingga memungkinkan
mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi,
pemilihan tenaga kerja dan kegiatan yang lain.
2.2.6 Pengertian Efisiensi dan Efisiensi Biaya Produksi
2.2.6.1 Pengertian Efisiensi
Pengertian efektivitas menurut Horngren (1991:403) adalah “pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”, sedangkan menurut Anthony
(1995:201), “efektifitas mempunyai pengertian yaitu hubungan antara keluaran
suatu pusat pertanggung jawaban dengan sasaran yang harus dicapainya.
Efektivitas lebih mengutamakan keluaran”, sedangkan istilah efisiensi biasanya
digunakan dalam suatu perusahaan untuk meneliti prestasi kerja.
dipergunakan untuk salah satu pusat pertanggung jawaban. Dikatakan lebih
efisien jika :
1. Mempergunakan jumlah input yang lebih sedikit jika dibandingkan jumlah
input yang digunakan dari pusat pertanggungjawaban lain.
2. Bila pertanggungjawaban jumlah unit masukan yang sama dengan pusat
pertanggungjawaban tetapi menghasilakan keluaran yang lebih besar, jadi untuk
pengukuran efisiensi adalah selisih dari masukan yang digunakan dengan keluaran
yang dihsilkan. Semakin besar keluaran yang dihasilkan dibandingkan dengan
masukan yang digunakan, maka tingkat efisiensi yang dituju akan tercapai.
2.2.6.2 Efisiensi Biaya Produksi
Menurut Supriyono (1992:193), “biaya produksi meliputi semua biaya
yang berhubungan dengan produk yaitu biaya dalam rangka pengolahan bahan
baku menjadi produk jadi yang siap jual, sedangkan menurut Mulyadi (1999:193),
“biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam proses pengolahan
bahan baku menjadi suatu produk”, jadi dapat disimpulkan biaya produksi adalah
biaya yang dikeluarkan atau yang digunakan dalam pemrosesan pengolahan bahan
baku sehingga produk tersebut siap untuk dijual.
Pengukuran efisiensi dapat dikembangkan dengan cara membandingkan
antara biaya yang sesungguhnya dipergunakan dengan standart pembiayaan yang
telah ditetapkan, yaitu tentang tingkat biaya tertentu yang dapat mengekspresikan
berapa besar biaya yang dipergunakan untuk dapat menghasilkan jumlah keluaran
didapatkan hasil semaksimal mungkin, jika biaya produksi mendekati standart
yang ditetapkan maka dapat dikatakan efesiensi biaya produksi telah tercapai.
2.2.7. Pengertian Kualitas
Kualitas merupakan senjata yang paling penting bagi perusahan, karena
kualits produk dan jasa dapat meningkatkan daya saing, penjualan pangsa pasar,
produktivitas dan profitabilitas. Menurut Barra (1986), “kualitas merupakan
tingkat kesempurnaan dari suatu produk atau jasa, untuk memberikan kepada
konsumen sesuatu yang dibutuhkan serta sesuai untuk digunakan sedemikian rupa
sehngga setiap tugasnya hanya perlu dikerjakan satu kali tanpa perbaikan
berulang-ulang.
Menurut Hansen dan Mowen (2000:5), yaitu : “Quality is degreeor grade of excellent goodness” yang artinya kualitas adalah tingkat atau derajat kesempurnaan dalam hal ini kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Jadi
kualitas adalah suatu nilai yng lebih yang dimiliki oleh suatu produk, semakin
berkualitas produk yang dihasilkan maka produk tersebut mempunyai nilai jual
tinggi. Kualitas dari produk dan jasa adalah sesuatu yang memenuhi dan melebihi
ekspektasi pelanggan dalam delapan dimensi sebagai berikut:
1. Kinerja (performance) adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk.
2. Estetika (berhubungan dengan penampilan wujud produk misalnya gaya dan
3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (service ability) berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
4. Keunikan (features) adalah karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dari produk-produk sejenis.
5. Realibilitas (realibility) adalah probobilitas produk dan jasa menjalankan fungsi dimaksud dalam jangka waktu tertentu.
6. Durabilitas (durability) adalah unsur manfaat dari fungsi pokok
7. Tingkat kesesuaian (quality of conformance) adalah ukuran mengenai apakah
sebuah produk/jasa telah memenuhi spesifikasinya.
8. Pemanfaatan (fitness for use) adalah kecocokan dari sebuah produk
menjalankan fungsi sebagaimana diiklankan.
Menurut Assauri (1998:205), dalam industri pengolahan, kualitas
merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang
menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang
atau hasil tersebut dibutuhkan. Produk-produk harus dapat memenuhi beberapa
tujuan dan agar supaya produk-produk dapat digunakan untuk mencapai tujuan
ini, maka produk-produk harus memiliki kualitas tertentu.
Kualitas adalah suatu tingkat kesempurnaan dari totalitas bentuk dan
karateristik produk dan jasa yang tergantung pada kemampuan untuk memberikan
memproduksi produk atau menghasilkan sisa tersebut hanya perlu mengerjakan
suatu kegiatan produksi satu kali saja tanpa perlu perbaikan berulang-ulang.
2.2.8 Pengertian Kualitas Bahan Baku
Seluruh perusahaan yang berproduksi untuk menghasilkan satu atau
beberapa produk tentu akan selalu memerlukan bahan baku untuk pelaksanaan
proses produksinya, pada umumnya baik dan buruknya kualitas bahan baku
tersebut menentukan produk dari perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Matz dan Usry (1992:161), “pengolahan bahan (material
manajemen) yang efektif sangat penting bagi perusahaan untuk memberikan
manfaat, antara lain:
a. Memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan.
b. Berproduksi dengan efesiensi semaksimal mungkin.
c. Mengatur jumlah persediaan pada tingkat-tingkat yang telah ditentukan agar
dana yang tertanam dalam keadaan stabil.
Terdapat beberapa hal yang sebaiknya dikerjakan oleh manajemen
perusahaan agar bahan baku yang diterima perusahaan dapat dijaga kualitasnya
yaitu seleksi sumber bahan, pemeriksaan penerimaan bahan dan penjagaan
gudang bahan baku perusahaan, apabila hal ini dilaksanakan dengan baik
kemungkinan perusahaan memperoleh bahan baku dengan kualitas rendah akan
dengan pernyataan sesuai dengan pernyataan yng ditetapkan dalam perusahaan
yang bersangkutan (Ahyari, 1990, 264).
Sejalan dengan pentingnya bahan baku, hal yang perlu ditekankan juga
adalah kejelian dalam memilih pemasok, kualitas bahan baku yang kurang baik
menyebabkan timbulnya scrap (sisa), pengerjaan ulang, tertundahnya pesanan dan
kerugiaan yang besar lainnya. Jika pemasok handal, maka bahan baku yang masuk
dapat ditempatkan langsung pada produksi tanpa pemeriksaan.
2.2.9 Pengertian Kualitas Produk
Produk berkualitas menurut Supriyono (1994:337), apabila produk
tersebut memenuhi kriteria yang diharapkan oleh pelanggan, umumnya ada dua
macam kualitas yang diakui yaitu:
1. Mutu Rancangan (quality of desain).
Mutu rancangan adalah fungsi berbagai spesifiksi produk. Mutu rancangan
ditunjukkan oleh dua hal, yaitu :
a. Tingginya biaya pemanufakturan
b. Tingginya harga jual
2. Mutu Kesesuaian (quality of conformance)
Mutu kesesuaian adalah suatu ukuran mengenai bagaimana suatu produk
memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. Ahyari (1990:127) kualitas
akan mempunyai aspek, dimana antara suatu produk dengan produk yang lainnya
akan mempunyai titik berat yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dari
masing-masing produk tersebut. Jadi kualitas produk adalah sesuai nilai lebih yang
dimiliki oleh suatu produk untuk memenuhi keinginan konsumen.
2.2.10 Pengaruh Kualitas Bahan Baku terhadap Efisiensi Biaya Produksi
Dalam perusahaan industri bahan baku merupakan salah satu input untuk
menghasilkan otput tertentu, dalam teori produksi yang merupakan
pengembangan teori harga oleh Keyness manyatakan bahwa “input
dikombinasikan dengan kuantitas dan kualitas tertentu untuk menghasilkan output
tertentu secara ekonomis dan efisien pada tingkatan teknologi tertentu”. Artinya
semakin maju teknologi yang digunakan akan semakin meningkatkan output yang
diproduksi dan menurunkan biaya produksi.
Ada tiga jenis perubahan teknologi yang cenderung mendominasi produksi
dan biaya, yaitu:
a. Teknik-teknik baru
Sekitar abad ke-20 jalan dan rel kereta api dibangun dengan tenaga kerja
yang sangat banyak dengan peralatan sederhana, dewasa ini bulldozer, sekop uap,
truk raksasa dan peralatan khusus lainnya telah mengantikan kuda menarik bahan
dari lokasi kontruksi dan telah banyak mengantikan buruh kasar. Modal telah
b. Produk baru.
Berbagai jenis barang dan jasa bar uterus diciptakan dan dipasarkan untuk
memenuhi permintaan konsumen.
c. Perbaikan Input.
Input dapat berupa tenaga kerja, bahan baku, dan modal. Perbaikan
kualitas tenaga kerja missal para pekerja dan manajer memiliki tingkat pendidikan
yang lebih baik ketimbang tempo dulu, demikian pula dalam hal perbaikan
kualitas bahan baku karena perbaikan kualitas bahan baku perlu dilakukan karena
dengan adanya bahan baku dengan kualitas yang baik dan terhindar dari cacat
akan memberikan keluaran yang berkualitas juga dan juga akan menghemat biaya
produk karena tidak perlu ada sisa dan pengerjaan ulang. (Iswardono, 1985:30).
2.2.11 Pengaruh Kualitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi
Jumlah produk yang tersedia ditawarkan produsen selama periode waktu
tertentu adalah tergantung pada harga produk itu dan biaya produksi untuk
produsen tersebut. Sesuai dengan hokum penawaran, “jika harga suatu barang
naik/tinggi maka barang yang ditawarkan juga akan semakin banyak”. Barang
yang akan ditawarkan adalah jumlah yang akan ditawarkan perusahaan untuk
dijual, tidak harus merupakan jumlah yang berhasil dijual oleh perusahaan.
Jumlah yang ditawarkan merupakan suatu arus, yaitu banyaknya persatuan waktu.
Seorang produsen berani menawarkan produknya dengan harga yang lebih
berkualitas daripada produk pesaing. Dengan harga yang relatif lebih tinggi maka
dianggap memiliki nilai yang relatif lebih tinggi, nilai relatif lebih tinggi
menghasilkan kenaikan dalam pangsa pasar. Efektivitas ini menghasilkan
penurunaan biaya, yaitu dengan memproduksi produk yng dibutuhkan secara
benar sejak pertama kali. Gabungan dengan keunggulan dibidang harga, pangsa
pasar dan biaya digunakan untuk menciptakan profitabilitas dan pertumbuhan
perusahaan (Nasution, 2001:39).
Banyaknya produk yang tersedia di produksi dan ditawarkan untuk dijual
perusahaan dipengruhi oleh beberapa variabel penting, yaitu:
1. Harga produk itu sendiri.
Tingginya harga produk akan mengakibatkan semakin banyaknya jumlah
produk yang ditawarkan.
2. Harga Input.
Tingginya harga setiap input usaha akan mengakibatkan semakin kecil
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk tersebut, oleh karena itu, kita
dapat memperkirakan bahwa semakin tinggi harga tiap input yang digunakan
perusahaan, semakin rendah jumlah produk yang akan diproduksi dan ditawarkan
oleh perusahaan pada tiap tingkat harga produk itu.
3. Tujuan perusahaan.
perusahaan mengutamakan kualitas produknya dengan begitu perusahaan akan
memperoleh kepercayaan dan citra yang baik dari masyahrakat.
4. Tahap Perkembangan teknologi.
Perubahan teknologi apapun yang menurunkan biaya produksi akan
menaikkan keuntungan yang dapat dihasilkan pada harga tertentu dari produk itu.
Perkembangan teknologi misal dalam perbaikan input, contohnya jenis dan mutu
logam telah berubah. Baja mengantikan besi dan aluminium mengantikan bahan
dalm proses yang membuat kategori statistik seperti “logam utama” tampaknya
tidak memuaskan dan sudah usang. Misal baja dewasa ini sudah semakin ringan,
lebih kuat dan lebih flesibel daripada produk yang dihasilkan 15 thun yang lalu.
Kualitas produk dapat dijelaskan bahwa dengan mengurangi cacat yang
dihasilkan, maka akn menghindari adanya pengerjaan ulang yang berarti adanya
pengerjaan ulang yang berarti adanya penghematan biaya produksi.
2.2.12 Teori yang Melandasi antara Kualitas Bahan Baku dan Kualitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi
Teori Marginal Efficiency of Capital, dikemukakan oleh John. M. Keynes.
Keynes mendefinisikan “Marginal Efficiency of Capital sebagai tingkat diskonto
yang memberikan nilai konstan kepada hasil – hasil yang akan dicapai pada masa
yang akan datang yang sama dengan biaya – biaya produksi benda modal yang
Menurut Keynes dalam Winardi (1975:80), efisiensi marginal modal pada
umumnya adalah tingkatan hasil bersih tertinggi yang diperoleh dari semua benda
– benda modal yang dapat menghasilkan keuntungan.
Keynes dalam Winardi (1975:80), berpendapat ada sebuah dalil penting
yang menyatakan bahwa investasi – investasi akan diperluas sedemikian rupa
sehingga efisiensi marginal modal akan sama dengan suku bunga. Dalil tersebut
didasarkan atas asumsi bahwa para pengusaha serta pemilik harta kekayaan
lainnya akan selalu berusaha untuk mencapai hasil semaksimal mungkin dari
investasi – investasi yang mereka keluarkan.
Maksudnya adalah suatu produk yang telah dinyatakan berkualitas atau
bebas dari catat atau kerusakan pada saat proses produksi dapat dipastikan bahwa
efisiensinya tinggi sehingga produk yang berkualitas tinggi dapat menarik banyak
konsumen untuk membeli produk tersebut. Maka banyak pengusaha akan
menanamkan modalnya yang berupa investasi jika investasi yang ditanamkan
tersebut memiliki efisiensi yang tinggi, sama halnya dengan konsumen yang akan
menanamkan investasinya jika produk yang menjadi investasi tersebut berkualitas
dan memiliki efisiensi yang tinggi. Sesuatu yang efisiensi pasti akan banyak
diminati.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas
maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
1. Bahwa kualitas bahan baku dan kualitas produk mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap efisiensi biaya produksi
2. Bahwa kualitas bahan baku mempunyai pengaruh yang lebih dominan
dibanding kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi. Kualitas bahan baku
(X1)
Kualitas produk
(X2)
Efisiensi biaya produksi
(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasioanal adalah bagaimana menemukan dan mengukur
variabel-variabel tersebut didunia nyata atau dilapangan, dengan merumuskan
secara pendek dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai taksiran ( Nasir, 1999 )
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Kualitas Bahan Baku (X1).
Variabel bebas yang pertama adalah kualitas bahan baku yaitu banyaknya bahan
langsung yang memenuhi standart klasifikasi yang telah ditentukan, ditemukan
sebelum proses produksi.
b. Kualitas Produk (X2).
Variabel bebas yang kedua adalah kualitas produk yaitu produk yang sesuai
dengan yang diinginkan atau sesuai dengan yang dipesan, baik bentuk, spesifikasi,
ukuran dan bebas dari kerusakan.
Variabel terikat dari penelitian ini adalah efisiensi biaya produksi yaitu
menggambarkan beberapa biaya yang diperlukan untuk memproduksi barang
dengan menggunakan biaya seminimal mungkin. Diukur dengan selisih antara
anggaran biaya produksi dengan realisasinya.
3.1.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel-variabel yang diteliti perlu diberikan suatu batasan
serta ditentukan indikatornya sebagai berikut:
a. Kualitas Bahan Baku (X1)
Untuk kualitas bahan baku pengukuran variabelnya mengunakan
pengukuran prosentase :
Bahan yang baik X 100% Bahan yang dibeli
b. Kualitas Produk (X2)
Untuk kualitas produk pengukuran variabelnya mengunakan pengukuran
prosentase yaitu :
Produk yang baik X 100% Produk yang dihasilkan
c. Efisiensi Biaya Produksi (Y)
Untuk Efisiensi biaya produksi pengukuran variabelnya mengunakan
pengukuran prosentase:.
Anggaran biaya produksi – Realisasi biaya produksi X 100%
Anggaran biaya produksi
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Sumarsono (2004: 44), populasi adalah kelompok subyek atau obyek
yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda
dengan kelompok subyek atau obyek yang lain yang akann dikenai generalisasi
dari hasil penelitian.
Populasi obyek penelitian ini adalah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
dengan menggunakan data tahunan, mulai tahun 2004 sampai 2007. Namun
dikarenakan data tahun 2007 tidak diterakan anggaran, maka peneliti hanya
menggunakan data tahun 2004 sampai 2006 saja.
Menurut Sumarsono (2004: 44), sampel adalah bagian dari sebuah populasi,
yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut,
karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi.
Pada penelitian ini metode yang digunnakan adalah purposive sampling yaitu
penarikan sampel dengan tujuan-tujuan tertentu yaitu sampel yang digunakan
dalam penelitian ini difokuskan pada data bahan baku, produk jadi, biaya produksi
dengan data berkala (time series) tahunan, yang diambil 2 tahun mulai 2004
sampai 2006.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di kantor Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada
periode tahun 2004 – 2006.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari perusahaan dengan menggunakan data
berkala yaitu pengambilan waktu tiga tahun dari bulan Januari 2004 sampai
dengan Desember 2006. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh secara
langsung melalui objek yang diteliti tanpa perantara pihak lain (Sumarsono,
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sebaran normal
atau tidak. Untuk mengetahui data sebaran tersebut mengikuti sebaran normal
dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov_Smirnov (Sumarsono, 2004:40).
Ukuran untuk menentukan normalitas adalah :
a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
3.5.2. Uji Outlier
Deteksi adanya outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang
batas yang dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkonversikan nilai data
penelitian ke dalam standart score atau disebut dengan Z-score yang mempunyai
nilai rata-rata nol dan standart deviasi satu. Rumus z-score :
x = Nilai data
= Nilai rata-rata
σ = Standar deviasi
Jika sebuah data outlier, maka nilai Z yang didapat lebih besar dari angka
+1,96 atau lebih kecil dari angka -1,96. Jika dilihat pada tabel z, nilai z = 1,96
sama dengan luas daerah di bawah kurva normal sebesar 97,5%. Hal ini berarti
97,5% dari seluruh nilai data adalah data yang normal atau jika data tersebut
bervariasi dari rata-ratanya, variasi tersebut masih dalam batas normal (Santoso,
2002 : 26).
3.5.3. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan
penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinearitas,
heteroskedastisitas. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Multikolinearitas
Uji mutikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
57). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai toleransi dan nilai VIF. Toleransi
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya, jadi nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai
VIF tinggi (karena VIF = 1/toleransi) dan mmenunjukkan adanya kolinearitas
yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai toleransi 0.10 atau
sama dengan nilai VIF di atas 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat
kolinearitas yang masih dia tolerir (Ghozali, 2001 :57).
2. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Jika varians dari residual dari pengamatan ke pengamatan lain
berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Identifikasi secara
statistik ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
menghitung korelasi Rank Spearman (Gujarati, 1998 : 188).
r
s =1 – 6
Keterangan :
di = Perbedaan dalam rank superman antara residual dengan variabel bebas
N = Banyaknya data
Jika nilai signifikansi koefisien korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari level of significant (0,05)
maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). (Gujarati, 1995:201). Autokorelasi
yaitu keadaan dimana kesalahan pengguna periode lain. Model regresi yang
baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Gujarati, 1995:201). Pendektesian
autokorelasi dalam penelitian ini tidak dilakukan karena data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang tidak berdasarkan waktu urut (time series).
3.5.3 Regresi Linier Berganda
Berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitiann di atas, maka teknik analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan alasan bahwa metode ini
dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap satu satu variabel dependen
dengan beberapa variabel independen dengan persamaan sebagai berikut :
Y =β0 + β1 X1i + β2 X2i + ei
Y = Variabel terikat (Harga Saham)
X1 = Variabel bebas (Earnings Per Share)
X2 = Variabel bebas (Return On Equity)
β1 = Koefisien Regresi Variabel X1
β2 = Koefisien Regresi Variabel X2
ei = Faktor Kesalahan Baku
3.5.4 Uji Hipotesis
3.5.4.1 Uji Kesesuaian Model
Uji kesesuain model digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model
regresi yang dihasilkan, dengan prosedur sebagai berikut :
a. H0 : β1 = β2 = β3 = 0
(Persamaan regresi yang dihasilkan adalah tidak signifikan atau tidak
cocok)
H1 : β1 = β2 = β3 ≠ 0
(Persamaan regresi yang dihasilkan adalah signifikan atau cocok)
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%
c. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
- Jika tingkat signifikan (sig) 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
- Jika tingkat signifikan (sig) 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
3.5.4.2 Uji Parsial
Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual, dengan prosedur sebagai berikut :
a. H0 : βi = 0, dimana i = 1, 2, 3
H1 : βi = 0, dimana i = 1, 2, 3
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%
c. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
- Jika tingkat signifikan (sig) 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
- Jika tingkat signifikan (sig) 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
(Ghozali, 2001 : 48).
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Sejarah Perum Perhutani Unit 2 Jawa Timur
Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dibawah naungan Departemen Kehutanan dan Kementrian
PP No. 2 tahun 1978, pada tahun 1999 dirubah dengan PP No. 36 tahun
1986 dan PP No. 53 tahun 1999.
Tahun 2001 dengan PP No. 14 tahun 2001 Perum Perhutani diubah
menjadi Perseroan Terbatas ( PT ) dan pada tahun 2003 dengan PP No. 30
tahun 2003, Pemerintah mengembalikan bentuk badan hukum Perhutani dari
Perseroan Terbatas ( PT ) Perhutani, berubah kembali menjadi Perum
Perhutani.
Wilayah kerja Perum Perhutani Unit II Jawa Timur meliputi seluruh
hutan negara yang berada di Propinsi Jawa Timur, tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten di Jawa Timur, Madura dan sebagian Jawa Tengah
(sebagian Kabupaten Blora).
Kawasan hutan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur termasuk
wilayah Perlindungan Konservasi Alam (PKA) seluas 1.358.795,8 Ha atau
29,3 % dari total luas wilayah Propinsi Jawa Timur seluas 4.642.857 Ha,
keberadaannya harus dipertahankan, karena sudah berada pada batas
minimal ketentuan luas kawasan hutan, 30 % dari luas luas daratan.
Kegiatan Perum Perhutani dilaksanakan dengan menitikberatkan
pelestarian Sumber Daya Hutan dengan memperhatikan kesejahteraan.
Masyarakat Sekitar Hutan melalui PHBM dengan tetap mengupayakan
keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian.
Oleh karena itu pembentukan desa model PHBM dari tahun ke tahun
terus ditingkatkan, yakni jumlah desa model PHBM yang bekerjasama pada
desa, dan desa hutan wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur sebanyak
1.961 desa, pada saatnya nanti semua menjadi desa model PHBM.
Dampak dari kegiatan pengelolaan hutan antara lain memberikan
kontribusi dalam penyediaan pangan berupa padi, jagung, kacang-kacangan
dan lain-lain, rata-rata 446.620 ton per tahun dan penyerapan tenaga kerja
rata-rata 167.484 orang per tahun dengan total nilai pendapatan rata-rata
Rp.46.704 Milyard per tahun.
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Perum Perhutani Unit 2 Jawa Timur
Sumber : Data Perusahaan
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Kualitas Bahan Baku (X1)
Kualitas bahan baku yaitu banyaknya bahan langsung yang memenuhi
standart klasifikasi yang telah ditentukan, ditemukan sebelum proses
produksi. Kualitas bahan baku pengukuran variabelnya mengunakan
pengukuran prosentase :
Bahan yang baik x 100% Bahan yang dibeli
Berikut ini data kualitas bahan baku dari tahun 2004 sampai dengan
Tabel 4.1 : Data Bahan Baku Yang Dibeli Tahun 2004 – 2006
TAHUN
NO BULAN 2004 2005 2006 1 Januari 31,615 23,970 22,398 2 Februari 28,079 22,268 25,679 3 Maret 34,005 26,007 23,623 4 April 27,319 36,424 29,923
5 Mei 26,992 12,955 25,902
6 Juni 31,002 17,298 26,720 7 Juli 26,782 24,991 30,562 8 Agustus 30,555 24,380 29,561 9 September 24,997 20,473 24,709 10 Oktober 28,653 10,432 19,834 11 November 36,223 14,929 19,992 12 Desember 32,040 37,210 62,950 TOTAL 358,262 271,337 341,853
baku selama tahun 2004 cenderung stabil, jumlah bahan baku tahun selama
2005 berfluktuasi dan jumlah bahan baku selama tahun 2006 cenderung
Total dan rata-rata bahan baku tahun 2004 adalah sebesar 358.262 m
dan 29.855 m mengalami penurunan di tahun 2005 yaitu menjadi 271.337 m
dan 22.611 m, kemudian mengalami kenaikan kembali di tahun berikutnya
yaitu menjadi 341.853 m dan 28.488 m.
Jumlah bahan baku tertinggi yaitu 62.950 m yaitu terjadi pada bulan
Desember 2006 dan jumlah bahan baku terendah yaitu 10.432 m yaitu
terjadi pada bulan Oktober 2005.
Tabel 4.2 : Data Bahan Baku Baik Tahun 2004 – 2006
TAHUN
NO BULAN 2004 2005 2006 1 Januari 31,042 23,607 21,845 2 Februari 27,825 22,005 25,261 3 Maret 33,634 25,837 23,491 4 April 26,940 36,014 29,648
5 Mei 26,734 12,669 25,753
6 Juni 30,420 16,840 26,095 7 Juli 26,083 24,681 29,784 8 Agustus 30,087 23,954 29,047 9 September 24,352 20,179 24,428 10 Oktober 27,883 9,853 19,659 11 November 35,496 14,647 19,588 12 Desember 31,730 36,794 61,714 TOTAL 352,226 267,080 336,313 RATA-RATA 29,352 22,257 28,026 Sumber : Data Perusahaan
0
baku baik selama tahun 2004 cenderung stabil, jumlah bahan baku baik
tahun selama 2005 berfluktuasi dan jumlah bahan baku baik selama tahun
2006 cenderung mengalami kenaikan.
Total dan rata-rata bahan baku baik tahun 2004 adalah sebesar
352.226 m dan 29.352 m mengalami penurunan di tahun 2004 yaitu menjadi
267.080 m dan 22.257 m, kemudian mengalami kenaikan kembali di tahun
berikutnya yaitu menjadi 336.313 m dan 28.026 m.
Jumlah bahan baku baik tertinggi yaitu 61.714 m yaitu terjadi pada
bulan Desember 2006 dan jumlah bahan baku baik terendah yaitu 9.853 m
yaitu terjadi pada bulan Oktober 2005.
Tabel 4.3 : Data Kualitas Bahan Baku Tahun 2004 – 2006
TAHUN
NO BULAN 2004 2005 2006 1 Januari 98.19 98.49 97.53 2 Februari 99.10 98.82 98.37
3 Maret 98.91 99.35 99.44
4 April 98.61 98.87 99.08
5 Mei 99.04 97.79 99.42
7 Juli 97.39 98.76 97.45 8 Agustus 98.47 98.25 98.26 9 September 97.42 98.56 98.86 10 Oktober 97.31 94.45 99.12 11 November 97.99 98.11 97.98 12 Desember 99.03 98.88 98.04 TOTAL 1,179.59 1,177.69 1,181.22
baku selama tahun 2004 cenderung stabil, kualitas bahan baku tahun selama
2005 cenderung mengalami kenaikan dan kualitas bahan baku selama tahun
2006 cenderung mengalami penurunan.
Rata-rata kualitas bahan baku tahun 2004 adalah sebesar 98,30%
mengalami penurunan di tahun 2004 yaitu menjadi 98,14%, kemudian
mengalami kenaikan kembali di tahun berikutnya yaitu menjadi 98,44%.
Kualitas bahan baku tertinggi yaitu 99,44% yaitu terjadi pada bulan
4.2.2. Kualitas Produk (X2)
Kualitas produk yaitu produk yang sesuai dengan yang diinginkan
atau sesuai dengan yang dipesan, baik bentuk, spesifikasi, ukuran dan bebas
dari kerusakan. Kualitas produk pengukuran variabelnya mengunakan
pengukuran prosentase yaitu :
Produk yang baik x 100% Produk yang dihasilkan 1 Januari 31,042 23,607 21,845 2 Februari 27,825 22,005 25,261 3 Maret 33,634 25,837 23,491 4 April 26,940 36,014 29,648
5 Mei 26,734 12,669 25,753
6 Juni 30,420 16,840 26,095 7 Juli 26,083 24,681 29,784 8 Agustus 30,087 23,954 29,047 9 September 24,352 20,179 24,428 10 Oktober 27,883 9,853 19,659 11 November 35,496 14,647 19,588 12 Desember 31,730 36,794 61,714 TOTAL 352,226 267,080 336,313 RATA-RATA 29,352 22,257 28,026 Sumber : Data Perusahaan
Tabel 4.4 dan gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa jumlah produk
yang dihasilkan selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 cenderung
mengalami kenaikan.
Total dan rata-rata produk yang dihasilkan tahun 2004 adalah sebesar
352.226 m dan 29.352 m mengalami penurunan di tahun 2005 yaitu menjadi
267.080 m dan 22.257 m, kemudian mengalami kenaikan kembali di tahun
berikutnya yaitu menjadi 336.313 m dan 28.026 m.
Jumlah produk tertinggi yaitu 61.714 m yaitu terjadi pada bulan
Desember 2006 dan jumlah produk terendah yaitu 9.853 m yaitu terjadi
pada bulan Oktober 2005.
Tabel 4.5 : Data Produk Baik yang Dihasilkan Tahun 2004 – 2006
TAHUN
NO BULAN 2004 2005 2006 1 Januari 28,066 22,520 21,173 2 Februari 26,736 20,941 24,103 3 Maret 32,130 24,678 22,439 4 April 25,743 34,467 28,433
5 Mei 25,560 12,183 24,744
9 September 23,699 19,223 23,390 10 Oktober 26,472 9,462 19,011 11 November 32,123 14,050 18,962 12 Desember 30,555 34,609 57,889 TOTAL 334,254 254,589 321,507
RATA-RATA 27,855 21,216 26,792
Gambar 4.6 : Kurva Produk Baik Tahun 2004 – 2006
Tabel 4.5 dan gambar 4.6 di atas menunjukkan bahwa jumlah produk
baik yang dihasilkan selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2005
cenderung mengalami kenaikan.
Total dan rata-rata produk baik tahun 2004 adalah sebesar 334.254 m
dan 27.855 m mengalami penurunan di tahun 2005 yaitu menjadi 254.589 m
dan 21.216 m, kemudian mengalami kenaikan kembali di tahun berikutnya
yaitu menjadi 321.507 m dan 26.792 m.
Jumlah produk baik tertinggi yaitu 57.889 m yaitu terjadi pada bulan
Desember 2006 dan jumlah produk terendah yaitu 9.462 m yaitu terjadi
Tabel 4.6 : Data Kualitas Produk yang Dihasilkan Tahun 2004 – 2006
TAHUN
NO BULAN 2004 2005 2006 1 Januari 90.41 95.40 96.92 2 Februari 96.09 95.16 95.42
3 Maret 95.53 95.51 95.52
4 April 95.56 95.70 95.90
5 Mei 95.61 96.16 96.08
6 Juni 96.05 95.88 95.91
7 Juli 94.94 95.19 95.74
8 Agustus 97.01 95.25 95.78 9 September 97.32 95.26 95.75 10 Oktober 94.94 96.03 96.70 11 November 90.50 95.92 96.80 12 Desember 96.30 94.06 93.80 TOTAL 1,140.25 1,145.54 1,150.33
RATA-RATA 95.02 95.46 95.86
Sumber : Data Perusahaan
Gambar 4.7 : Kurva Produk Baik Tahun 2004 – 2006
Tabel 4.6 dan gambar 4.7 di atas menunjukkan bahwa kualitas produk
yang dihasilkan selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 cenderung
Rata-rata kualitas produk tahun 2004 adalah sebesar 95,02%
mengalami kenaikan di tahun 2005 dan 2006 yaitu menjadi 95,46% dan
95,86%.
Kualitas produk tertinggi yaitu 97,32% yaitu terjadi pada bulan
September 2004 dan kualitas produk terendah yaitu 90,41% yaitu terjadi
pada bulan Januari 2004.
4.2.3. Efisiensi Biaya Produksi (Y)
Efisiensi biaya produksi yaitu menggambarkan beberapa biaya yang
diperlukan untuk memproduksi barang dengan menggunakan biaya
seminimal mungkin, diukur dengan selisih antara anggaran biaya produksi
dengan realisasinya. Efisiensi biaya produksi pengukuran variabelnya
mengunakan pengukuran prosentase:.
Anggaran biaya produksi – Realisasi biaya produksi X 100% Anggaran biaya produksi
Berikut ini data kualitas produk dari tahun 2004 sampai dengan tahun