• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN

DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

NAYU NURMALIA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

B

O G O R

IN

ST IT

UT P ERTA

N

I

A

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara”, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang digunakan, diperoleh dari hasil pengumpulan di lapangan melalui kuesioner dan dengan pengamatan langsung di lapangan, serta dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain yang dicantumkan dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagai mana mestinya.

Bogor, Januari 2006

(3)

ABSTRAK

Nayu Nurmalia. Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke Jakarta Utara. Dengan susunan komisi pembimbing. Richard W.E. Lumintang dan Djoko Susanto.

Muara Angke merupakan sentra pengolahan ikan asin di Jakarta. Kegiatan usaha pengolahan ikan asin melibatkan hampir seluruh anggota keluarga, salah satunya adalah wanita. Kontribusi wanita dalam kegiatan usaha pengolahan ikan asin besar, tetapi dalam kegiatan penyuluhan kelompok wanita pengolah jarang dilibatkan secara khusus. Umumnya kegiatan penyuluhan lebih banyak diikuti oleh kaum pria.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara karakteristik internal dan eksternal wanita pengolah ikan asin dengan keterampilannya, serta mengkaji hubungan antara keterampilan wanita pengolah ikan asin dengan produktivitas usahanya.

Populasi penelitian adalah seluruh wanita pengolah ikan asin di Muara Angke Jakarta Utara sebanyak 196 orang. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana (Simple Random Sampling) sebanyak 50 orang wanita

pengolah ikan asin. Analisis hubungan antara variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman.

Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik internal wanita pengolah ikan asin yaitu pendidikan, pengalaman usaha dan motivasi berhubungan nyata dengan keterampilannya. Factor eksternal wanita pengolah ikan asin yaitu materi penyuluhan dan ketersediaan pasar berhubungan nyata dengan keterampilannya. Tingkat keterampilan wanita pengolah ikan asin yaitu melakukan pengolahan ikan asin, pengeringan, pengemasan, administrasi pembukuan dan mencari informasi pasar berhubungan nyata dengan produktivitas usahanya.

(4)

PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN

DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

NAYU NURMALIA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Tesis : Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara

Nama : Nayu Nurmalia NRP : P 051030031

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir.Richard W.E. Lumintang, M.SEA. Prof.Dr.Ign. Djoko Susanto, SKM.,APU.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Penyuluhan Pembangunan,

Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc. Prof.Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 25 Maret 1963, sebagai anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan R. Mohd. Ali (alm) dan R.Hj. Rodiah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bogor pada tahun 1982. Sarjana Pendidikan Biologi penulis peroleh di Universitas Pakuan Bogor pada tahun 1995. Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Bogor sejak tahun 1984, dan sejak tahun 1995 penulis bekerja pada Jurusan Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor.

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rakhmat dan karunia-Nya, sehingga tesis dengan judul: “Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara”, dapat tersusun.

Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada: Bapak Ir. Richard WE. Lumintang, M.SEA., selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM.APU., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan motivasi, pengarahan dan bimbingan dalam peyusunan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Amri Jahi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

2. Ibu Dr. Ir. Alamanda Kartika S., M.Ed., selaku Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor yang telah memberi izin untuk mengikuti Program S2.

3. Bapak Purwanto, selaku Kepala Unit Pelaksana PHPT Muara Angke Pluit Jakarta Utara

4. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB 5. Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dorongan dan pengertian

yang mendalam.

Semoga tesis ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Januari 2006

(8)

I. DAFTAR ISI

Karakteristik Wanita Pengolah Ikan Asin ... 8

Umur ... 9

Pendidikan ... 10

Jumlah Tanggungan Keluarga ... 10

Pengalaman Usaha ... 11

KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 19

Kerangka Pikir ... 19

Hipotesis Penelitian ... 22

METODE PENELITIAN ... 23

Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ... 23

Rancangan Penelitian ... 23

Data dan Instrumentasi ... 24

Pengumpulan Data ... 30

Analisis Data ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

(9)

Faktor Eksternal Wanita Pengolah Ikan Asin ... 41

Hubungan Karateristik Internal dengan Tingkat Keterampilan ... 43

Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Keterampilan ... 51

Hubungan Tingkat Keterampilan dengan Produktivitas Usaha ... 54

(10)

II. DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil Uji Korelasi Antar Pertanyaan Dalam Suatu Variabel ... 26 2. Produksi Ikan Asin di PHPT Muara Angke Tahun 1997-2004 ... 36 3. Distribusi Karakteristik Individu Wanita Pengolah Ikan Asin

di Muara Angke ... 37 4. Distribusi Faktor Eksternal Wanita Pengolah Ikan Asin di

Muara Angke ... 41 5. Koefisien Korelasi Karakteristik Internal dengan Tingkat

Keterampilan Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke ... 44 6. Koefisien Korelasi Faktor Eksternal dengan Tingkat Kete rampilan

Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke ... 51 7. Koefisien Korelasi Tingkat Keterampilan dengan Produktivitas Usaha

(11)

PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN

DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

NAYU NURMALIA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

B

O G O R

IN

ST IT

UT P ERTA

N

I

A

(12)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara”, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang digunakan, diperoleh dari hasil pengumpulan di lapangan melalui kuesioner dan dengan pengamatan langsung di lapangan, serta dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain yang dicantumkan dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagai mana mestinya.

Bogor, Januari 2006

(13)

ABSTRAK

Nayu Nurmalia. Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke Jakarta Utara. Dengan susunan komisi pembimbing. Richard W.E. Lumintang dan Djoko Susanto.

Muara Angke merupakan sentra pengolahan ikan asin di Jakarta. Kegiatan usaha pengolahan ikan asin melibatkan hampir seluruh anggota keluarga, salah satunya adalah wanita. Kontribusi wanita dalam kegiatan usaha pengolahan ikan asin besar, tetapi dalam kegiatan penyuluhan kelompok wanita pengolah jarang dilibatkan secara khusus. Umumnya kegiatan penyuluhan lebih banyak diikuti oleh kaum pria.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara karakteristik internal dan eksternal wanita pengolah ikan asin dengan keterampilannya, serta mengkaji hubungan antara keterampilan wanita pengolah ikan asin dengan produktivitas usahanya.

Populasi penelitian adalah seluruh wanita pengolah ikan asin di Muara Angke Jakarta Utara sebanyak 196 orang. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana (Simple Random Sampling) sebanyak 50 orang wanita

pengolah ikan asin. Analisis hubungan antara variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman.

Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik internal wanita pengolah ikan asin yaitu pendidikan, pengalaman usaha dan motivasi berhubungan nyata dengan keterampilannya. Factor eksternal wanita pengolah ikan asin yaitu materi penyuluhan dan ketersediaan pasar berhubungan nyata dengan keterampilannya. Tingkat keterampilan wanita pengolah ikan asin yaitu melakukan pengolahan ikan asin, pengeringan, pengemasan, administrasi pembukuan dan mencari informasi pasar berhubungan nyata dengan produktivitas usahanya.

(14)

PEMBINAAN WANITA PENGOLAH IKAN ASIN

DI PESISIR MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

NAYU NURMALIA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Tesis : Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara

Nama : Nayu Nurmalia NRP : P 051030031

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir.Richard W.E. Lumintang, M.SEA. Prof.Dr.Ign. Djoko Susanto, SKM.,APU.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Penyuluhan Pembangunan,

Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc. Prof.Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 25 Maret 1963, sebagai anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan R. Mohd. Ali (alm) dan R.Hj. Rodiah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bogor pada tahun 1982. Sarjana Pendidikan Biologi penulis peroleh di Universitas Pakuan Bogor pada tahun 1995. Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Bogor sejak tahun 1984, dan sejak tahun 1995 penulis bekerja pada Jurusan Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor.

(17)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rakhmat dan karunia-Nya, sehingga tesis dengan judul: “Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara”, dapat tersusun.

Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada: Bapak Ir. Richard WE. Lumintang, M.SEA., selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM.APU., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan motivasi, pengarahan dan bimbingan dalam peyusunan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Amri Jahi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

2. Ibu Dr. Ir. Alamanda Kartika S., M.Ed., selaku Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor yang telah memberi izin untuk mengikuti Program S2.

3. Bapak Purwanto, selaku Kepala Unit Pelaksana PHPT Muara Angke Pluit Jakarta Utara

4. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB 5. Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dorongan dan pengertian

yang mendalam.

Semoga tesis ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Januari 2006

(18)

I. DAFTAR ISI

Karakteristik Wanita Pengolah Ikan Asin ... 8

Umur ... 9

Pendidikan ... 10

Jumlah Tanggungan Keluarga ... 10

Pengalaman Usaha ... 11

KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 19

Kerangka Pikir ... 19

Hipotesis Penelitian ... 22

METODE PENELITIAN ... 23

Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ... 23

Rancangan Penelitian ... 23

Data dan Instrumentasi ... 24

Pengumpulan Data ... 30

Analisis Data ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

(19)

Faktor Eksternal Wanita Pengolah Ikan Asin ... 41

Hubungan Karateristik Internal dengan Tingkat Keterampilan ... 43

Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Keterampilan ... 51

Hubungan Tingkat Keterampilan dengan Produktivitas Usaha ... 54

(20)

II. DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil Uji Korelasi Antar Pertanyaan Dalam Suatu Variabel ... 26 2. Produksi Ikan Asin di PHPT Muara Angke Tahun 1997-2004 ... 36 3. Distribusi Karakteristik Individu Wanita Pengolah Ikan Asin

di Muara Angke ... 37 4. Distribusi Faktor Eksternal Wanita Pengolah Ikan Asin di

Muara Angke ... 41 5. Koefisien Korelasi Karakteristik Internal dengan Tingkat

Keterampilan Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke ... 44 6. Koefisien Korelasi Faktor Eksternal dengan Tingkat Kete rampilan

Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke ... 51 7. Koefisien Korelasi Tingkat Keterampilan dengan Produktivitas Usaha

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya merupaka n upaya mencapai taraf hidup masyarakat yang lebih berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku. Oleh karena itu proses pembangunan menuntut adanya partisipasi masyarakat yang lebih besar agar tujuan pembangunan dapat tercapai. Sumber daya manusia yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan, salah satunya adalah wanita.

Upaya untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki oleh wanita di Indonesia dalam pembangunan diawali dengan kegiatan wanita dalam memperjuangkan harkat, martabat, dan kedudukannya agar wanita dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional. Tjokrowinoto dalam Rini Laili Prihatini (2000:24) mengatakan bahwa perempuan menjadi bagian yang penting dalam pembangunan, hal ini dapat dilihat dari perannya di masyarakat dan kerja ya ng dilakukannya di dalam dan di luar rumah. Perempuan memegang peranan penting dan sentral dalam struktur masyarakat.

Wanita dalam keluarga sebagai anggota dan bagian masyarakat merupakan salah satu potensi penting yang perlu diberdayakan, agar dapat menunjang pendapatan keluarga. Sebagai ujung tombak kegiatan pembangunan, keberhasilan penyuluhan sangat diharapkan utamanya agar dapat merubah perilaku masyarakat sehingga menjadi tahu, mau dan mampu dalam menyelenggarakan kegiatan usaha nelayan/pengolah hasil perikanan secara tepat sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

(22)

produktivitas usaha pengolahan ikan asin di Muara Angke Jakarta Utara merupakan salah satu potensi penting. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan keterampilan wanita pengolah ikan asin sehingga dapat meningkatkan produktivitas usahanya. Berkaitan dengan peningkatan produktivitas, sesuai yang diamanatkan dalam UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 3 bahwa “pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan: f. meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing”.

Kegiatan penyuluhan kepada pengolah ikan asin yang dilakukan di Muara Angke, tidak dikhususkan kepada kelompok wanita pengolah. Kegiatan peningkatan keterampilan tersebut umumnya lebih banyak diikuti oleh pengolah ikan asin pria. Kegiatan untuk peningkatan keterampilan wanita pengolah ikan asin seyogyanya dilakukan melalui penyuluhan dan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan kegiatan usahanya. Hal ini karena keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan dapat dilihat dari terjadinya perubahan perilaku sasaran, antara lain menyangkut aspek keterampilan. Oleh karena itu agar materi yang disuluhkan atau dilatihkan dalam pembinaan sesuai dengan kebutuhan wanita pengolah ikan asin, maka perlu dilakukan penelitian untuk: (1) mengkaji tingkat keterampilan wanita pengolah ikan asin, (2) mengkaji materi pembinaan yang dibutuhkan oleh wanita mengolah ikan asin untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas usahanya.

Masalah Penelitian

(23)

dihasilkan oleh pengolah ikan asin di Muara Angke setiap tahun selalu meningkat, terutama dalam lima tahun terakhir. Hal tersebut merupakan hasil dari usaha yang dilakukan sumberdaya manusia dalam kegiatan pengolahan hasil perikanan. Kegiatan usaha pengolahan ikan asin yang dilakukan di Muara Angke melibatkan seluruh anggota keluarga, terutama suami dan istri (wanita).

Wanita pada keluarga pengolah ikan asin sebagai anggota dan bagian dari masyarakat yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Mengingat pentingnya peran seorang wanita dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, maka perlu adanya upaya-upaya untuk meningkatkan keterampilannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan wanita pengolah ikan asin adalah melalui penyuluhan dan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhannya sebagai pengolah ikan asin.

Kegiatan penyuluhan yang terkait dengan usaha pengolahan hasil perikanan telah dlakukan kepada pengolah ikan asin di Muara Angke. Pada tahun 2004 beberapa kegiatan penyuluhan telah dilaksanakan diantaranya oleh Subdin Bina Mutu DKI Jakarta yaitu sosialisasi rencana pengembangan PHPT dengan materi teknologi sistem pengeringan dengan menggunakan sistem tertutup. Subdin Kesehatan Jakarta Utara melakukan penyuluhan kepada pengolah ikan asin tentang bahan-bahan yang berbahaya dalam pengolahan ikan asin.

(24)

ikan asin diundang oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan untuk diberikan penyuluhan mengenai bahan-bahan berbahaya yang tidak boleh digunakan dalam pengolahan ikan asin yang direkomendasi berdasarkan hasil penelitian. Solusi pengganti formalin dengan menggunakan bahan yang lebih aman yang telah direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1988 yaitu kalsium khlorida (CaCl2), dapat mengeraskan bahan makanan, juga telah

disosialisasikan kepada pengolah ikan asin di Muara Angke.

Kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan kepada pengolah ikan asin tersebut di atas, tidak secara khusus menyentuh kelompok wanita pengolah ikan asin. Hal ini berarti bahwa wanita belum memperoleh kesempatan yang sama dengan pria dalam kegiatan penyuluhan. Menurut Totok Mardikanto (1993:252-253), perumusan strategi penyuluhan pertanian juga harus diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan kaum perempuan dan generasi muda dalam pernyuluhan pertanian. Khusus yang menyangkut peningkatan peran wanita/perempuan dalam penyuluhan pertanian, perlu diperhatikan bahwa:

(1) Kaum perempuan terbukti memberikan kontribusi yang besar dalam pertanian, tetapi masih jarang dilibatkan dalam pertemuan-pertemuan penyuluhan pertanian.

(2) Kaum perempuan belum memperoleh perhatian yang sederajat dengan kaum pria, baik dalam kegiatan penyuluhan maupun dalam pelaksanaan seluruh kegiatan pertanian.

(25)

masih belum memadai, karena selama ini penyuluhan atau pelatihan lebih banyak diikuti oleh kaum pria.

Kontribusi wanita yang cukup besar dalam kegiatan usaha pengolahan ikan asin, sudah seharusnya wanita mendapat kesempatan yang sama dengan kaum pria dalam kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan tersebut dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas usaha wanita pengolah ikan asin, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik wanita pengolah ikan asin. Oleh karena itu yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:

(1) Karakteristik internal apakah yang berhubungan dengan keterampilan wanita pengolah ikan asin?

(2) Faktor eksternal apakah yang berhubungan dengan keterampilan wanita pengolah ikan asin?

(3) Apakah tingkat keterampilan wanita pengolah ikan asin berhubungan dengan produktivitas usahanya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(1) Mengkaji hubungan antara karakteristik internal wanita pengolah ikan asin dengan keterampilannya.

(2) Mengkaji hubungan antara faktor eksternal wanita pengolah ikan asin dengan keterampilannya..

(26)

Manfaat Penelitian

Manfaat atau kegunaan dari penelitian yang dilakukan adalah:

(1) Sebagai informasi untuk penelitian yang lebih luas dalam pengembangan penyuluhan bagi masyaraka t nelayan.

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pembinaan

Pembinaan, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1987) berasal dari kata dasar bina yang berarti bangun (bangunan), sementara pengertian pembinaan itu sendiri adalah pembangunan (negara, dsb.); pembaharuan. Menurut salah seorang ilmuwan sosial di Indonesia Hadad dalam Isbandi Rukminto Adi (2003:3), dari sudut pandang histories, istilah ‘pembangunan’ pada intinya tidaklah berbeda dengan istilah ‘perubahan’. Kedua istilah ini masing-masing mempunyai sisi positif dan negatif, tergantung kepada apa dan siapa yang akan dirubah, dan juga bagaimana perubahan itu akan dilakukan.

Isbandi Rukminto Adi (2003:53-54) mengemukakan bahwa upaya pembangunan sosial pada dasarnya merupakan upaya pemberdayaan masyarakat. Bagi seorang pelaku perubahan, hal yang dilakukan terhadap klien mereka (baik pada tingkat individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas) adalah upaya memberdayakan (mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya)

(28)

Di Indonesia, perkembangan pemberdayaan petani dan nelayan kecil dikenal dengan program penyuluhan.

Menurut Sikhondze dalam Ravik Karsidi (2003:173), orientasi pemberdayaan masyarakat haruslah membantu petani dan nelayan (sasaran) agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang pendekatan metodenya berorientasi pada kebutuhan masyarakat sasaran dan hal-hal yang bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok. Peran petugas pemberdayaan masyarakat sebagai outsider people

dalam hal ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu peran konsultan, peran pembimbingan dan peran penyampai informasi.

Karakteristik Wanita Pengolah Ikan Asin

Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Makna manusia menjadi individu bila tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku massa yang bersangkutan (M. Soelaeman, 1992:55).

(29)

berkarya, aspirasi, fatalisme (tidak adanya kemampuan untuk mengontrol masa depannya sendiri), dan diagnotisme (system kepercayaan yang tertutup).

Menurut A.M.Sardiman (1986), karakteristik individu adalah hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitas dan lingkungan sosialnya, pola aktivitas dalam meraih cita -citanya. Karakteristik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: (1) latar belakang pengetahuan, (2) umur, (3) tingkat kematangan mental, (4) minat, (5) lingkungan social ekonomi, (6) motivasi, (7) prestasi, (8) sikap mental.

Umur

Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur, adalah faktor psikologis. Kemampuan belajar seseorang berkembang secara gradual semenjak lahir sampai menjadi dewasa. dari asumsi ini, dapat diketahui bahwa anak berusia lebih tua, akan belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan retensi dalam jumlah yang besar bila dibandingkan dengan anak yang berusia lebih muda. Kemampuan belajar seseorangpun akan berkurang secara gradual dan terasa sangat nyata setelah berumur 55 atau 60 tahun (Soedijanto Padmowihardjo, 1994:36).

(30)

Pendidikan

Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai ilmu pengetahuan, kebiasaan, dan sikap (Muhibbin Syah, 2003:11). Pendidikan erat kaitannya dengan aspek psikologi, sebab hal tersebut dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran seorang peserta didik. Menurut Mosher (1965:136), pendidikan diperlukan oleh setiap orang untuk mempersiapkan dirinya menghadapi hidup dalam masyarakat yang sedang berkembang.

Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia yang memiliki perilaku, nilai dan norma sesuai system yang berlaku, sehingga terwujud totalitas manusia yang utuh dan mandiri, sesuai tata cara hidup bangsa. Selain, secara mental, pendidikan juga mempersiapkan seseorang menghadapi tantangan hidup yang berubah-ubah (C.R.Semiawan, 1999:36).

.

Jumlah Tanggungan Keluarga

(31)

Pengalaman Usaha

Pengalaman merupakan salah satu cara memiliki pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indera (Jalaludin Rakhmat, 2001:89)

Pengalaman bekerja ada keterkaitan dengan percepatan penerimaan proses adopsi inovasi, umumnya orang yang sudah lama bekerja di bidangnya akan berada pada posisi lebih mudah memahami dan menerima teknologi. Menurut Soerjono Soekanto (2002), pengalaman bekerja merupakan salah satu karakteristik dari seseorang dalam melakukan pekerjaannya.

Motivasi

(32)

Motivasi terdiri dari dua macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri seseorang sehingga melakukan sesuatu hal.

Tingkah laku manusia disebabkan oleh adanya kebutuhan dan ditambah dengan adanya dorongan tertentu. Dengan adanya kebutuhan dan dorongan ini seseorang merasa siap untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Jika keadaan siap mengarah kepada suatu kegiatan konkrit disebut sebagai motif. Selanjutnya usaha untuk menggiatkan motif-motif tersebut menjadi tingkah laku konkrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi.

Manusia akan termotivasi bila didahului keinginan. Keinginan tersebut muncul melalui proses persepsi yang diterima olehnya dengan dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan seseorang untuk kemudian sesuatu yang diterima tersebut diberi arti oleh orang yang bersangkutan menurut minat dan keinginannya. Motivasi yang demikian bersumber kepada faktor psikologis manusia yang menyangkut emosi dan perasaan.

Kebutuhan Informasi

Menurut L. Suhardiyono (1990:24), seseorang dapat didorong untuk belajar, jika ia merasa akan memperoleh kepuasan akan kebutuhan dasarnya melalui proses belajar mengajar tersebut. Kebutuhan dasar manusia tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

(33)

(2) Kebutuhan akan pengalaman ba ru, berupa gagasan baru, kebutuhan baru atau metode baru untuk melakukan suatu pekerjaan.

(3) Kebutuhan akan kasih sayang atau tanggapan, berupa kerjasama dengan orang lain, kebersamaan di dalam masyarakat atau rasa sosial di dalam masyarakat. (4) Kebutuhan untuk dikenal atau diakui eksistensinya yang dapat berupa status

sosial, atau prestasi yang dicapai dan lainnya yang dapat meningkatkan prestise seseorang di dalam masyarakat.

Abraham Maslow dalam Wahjosumidjo (1984:185) dalam bukunya

Motivation and Personality” mengungkapkan lima jenjang kebutuhan pokok

manusia yaitu (1) Kebutuhan mempertahankan hidup, (2) Kebutuhan akan rasa aman, (3) Kebutuhan social, (4) Kebutuhan akan penghargaan , dan (5) Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja.

Seseorang akan dapat bela jar dengan baik apabila: (1) memiliki sasaran dan tujuan yang jelas, (2) memiliki keinginan yang kuat untuk belajar, (3) memperoleh pengalaman baru yang memuaskan dirinya, dan (4) dapat mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu supaya rasa ingin tahunya bisa terpuaskan dapat ditempuh dengan memberikan informasi yang sesuai dengan yang dibutuhkannya.

(34)

Pelatihan adalah proses belajar yang ditujukan pada orang dewasa untuk merubah kinerja orang tersebut dalam melakukan suatu pekerjaan (Hickerson, 1975:4). Menurut E. Susilowati (1996:11), pelatihan merupakan suatu usaha meningkatkan pengetahuan dan keahlian seseorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

Produktivitas usaha

Pengertian produktivitas dalam Kamus Pertanian Umum (1997:400) merupakan jumlah produksi per satuan luas tertentu untuk masa pemeliharaan tertentu dinyatakan dengan satuan kg/ha/musim atau kg/ha/tahun.

Pengertian produktivitas dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1990:404) pada dasarnya adalah rasio atau perbandingan antara output (keluaran) dan input (masukan). Nilai rasio ini menunjukkan jumlah keluaran yang diperoleh dari sejumlah masukan. Makin besar nilai tersebut, berarti produktivitasnya makin tinggi. Secara umum perhitungan tingkat produktivitas hampir selalu dikaitkan dengan produktivitas tenaga kerja.

Produktivitas memegang peranan amat penting, baik secara mikro, dalam tiap organisasi perusahaan, maupun secara makro, yakni pada tingkat nasional, bahkan internasional. Tingkat produktivitas dalam sebuah organisasi tidak hanya menentukan kemampuan organisasi itu menghasilkan laba (profitabilitas), tetapi juga kelangsungan hidupnya

(35)

melibatkan semua masukan sumberdaya yang ada, yakni tenaga kerja, bahan baku, modal, energi, ruang, waktu, dan lain-lain. Salah satu rumus sederhana yang biasa digunakan untuk mengukur perkembangan produktivitas total dari suatu periode ke periode lain, secara sederhana adalah:

Perubahan dalam produktivitas

--- X 100 % Produktivitas tahun sebelumnya

Konsep Pengolahan Ikan Asin

Pengawetan ikan dengan cara penggaraman sebenarnya terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Tujuan utama dari penggaraman yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan. Hasil akhir dari pengawetan dengan proses penggaraman adalah ikan asin, yaitu ikan yang telah mengalami proses penggaraman dan pengeringan.

(36)

Pada saat itulah terjadi pengentalan cairan tubuh yang masih tersisa dan penggumpalan (denaturasi) serta pengerutan sel-sel tubuh ikan sehingga sifat dagingnya berubah (Evi Afrianto dan E. Lina waty, 1989:50-51).

Setelah digarami, ikan segera dijemur di bawah sinar matahari langsung sampai kering. Proses pengeringan untuk membantu menurunkan kadar cairan di dalam tubuh ikan, sehingga aktivitas bakteri dapat dihambat.

Pengeringan merupakan cara pengolahan atau pengawetan ikan yang paling populer di Indonesia. Cara pengolahan dengan pengeringan dikombinasikan dengan penggaraman. Faktor yang menyebabkan pengeringan merupakan cara pengolahan utama produk perikanan di Indonesia (Soen’an Hadi Poernomo, 2002:24) antara lain karena:

- Teknologi yang digunakan sangat sederhana, misalnya dengan menjemur di panas matahari;

- Biaya produksi sangat murah;

- Sangat sesuai dengan daerah tropis yang iklimnya panas;

- Produk akhir tidak memerlukan perlakuan khusus, seperti pendinginan atau pembekuan;

- Produk pengeringan dapat tahan lama;

- Produk pengeringan mudah disimpan dan didistribusikan; - Harga produk murah.

Teknik Pengolahan Ikan Asin

(37)

jenis, tingkat kesegaran dan ukuran ikan. Hal ini dimaksudkan untuk menyeragamkan proses penetrasi pada saat penggaraman berlangsung. Garam yang akan digunakan disiapkan sebanyak 10 – 35% dari berat total ikan yang akan diolah, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Sebaiknya digunakan garam murni agar diperoleh produk ikan asin yang berkualitas baik.

Peralatan yang harus disiapkan adalah bak kedap air, penutup bak dari papan yang dilengkapi dengan pemberat untuk membantu mempercepat penetrasi garam dan pengeluaran cairan dari dalam tubuh ikan, pisau yang tajam untuk membersihkan dan memotong ikan, alat penimbang, keranjang plastik/bambu untuk mengangkut ikan sebelum dan setelah proses penggaraman berlangsung, dan rak-rak penjemuran.

Penyiangan untuk ikan yang berukuran besar (kakap, tenggiri), sisik, insang dan isi perut ikan harus dibersihkan dahulu baru dilakukan pembelahan sepanjang garis punggung ke arah perut, tetapi jangan terbelah dua. Isi perut dikeluarkan dengan cara menarik insang secara perlahan-lahan sehingga seluruh isi perut dapat tertarik melalui rongga insang. Ikan yang berukuran sedang (layang, kembung atau mujair) tidak perlu dibelah, cukup dibuang sisik, serta isi perutnya. Ikan yang berukuran kecil (teri, petek) cukup dicuci dengan air bersih tanpa harus membersihkan sisik, insang dan isi perutnya.

(38)

yang telah ditiriskan ditimbang agar dapat dengan mudah diketahui jumlah garam yang diperlukan dalam proses penggaraman.

Proses penggaraman dapat dilakukan dengan cara penggaraman kering dan penggaraman basah. Menurut R. Moeljanto (1982:2-3), penggaraman kering dilakukan dengan melumuri ikan dengan garam lalu disusun berlapis-lapis, dengan lapisan garam. Penggaraman basah ikan ditumpuk dalam bak yang diisi larutan garam. Larutan garam dibuat terlebih dulu, konsentrasi larutan garam dapat dibuat sesuai keperluan. Larutan garam yang sudah dipakai sebaiknya jangan digunakan lagi.

Ikan yang te lah digarami, dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kemungkinan terdapat kotoran berasal dari garam. Ikan ditiriskan hingga benar-benar kering dan selanjutnya diletakkan pada rak-rak yang telah disediakan untuk menjemur ikan. Bagian tubuh ikan sebaiknya yang dibelah diletakkan menghadap ke atas agar terkena sinar matarhari. Selama penjemuran, ikan harus sering dibolak balik agar proses penjemuran semakin cepat dan hasilnya rata. Pada sore atau malam hari ikan-ikan tersebut sebaiknya diangkat dari jemuran agar tidak menjadi basah oleh air hujan, embun atau udara lembab.

Sinar matahari cukup baik, dalam waktu tiga hari proses pengeringan selesai. Ikan dapat diketahui sudah kering atau belum , dapat dilakukan dengan dua cara (Evi Afrianto dan E. Liviawaty, 1989:62):

1) Tekanlah jari ke tubuh ikan. Apabila penekanan jari tersebut tidak meninggalkan bekas, ikan dapat dianggap cukup kering.

(39)

KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kerangka Pikir Penelitian

Unit terkecil pendukung ketangguhan perekonomian pedesaan adalah rumah tangga, sehingga sudah selayaknya pembinaan kualitas sumber daya manusia penekanannya lebih diarahkan pada pembinaan rumah tangga petani nelayan dan masyarakat yang hidup dan berusaha di sekitar pantai. Masyarakat yang hidup dan berusaha di sekitar pantai salah satunya adalah pengolah ikan asin.

Kegiatan usaha pengolahan ikan asin tidak dilakukan oleh pengolah pria saja, tetapi melibatkan istri pengolah (wanita pengolah). Kegiatan produksi yang dilakukan wanita di dalam keluarganya, merupakan sumber nafkah yang sangat penting. Wanita pengolah ikan asin dapat melakukan kegiatan produksi yang menguntungkan, apabila wanita memiliki keterampilan yang cukup tentang kegiatan usahanya. Hal tersebut selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas usahanya dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Wanita pengolah ikan asin dalam kehidupannya menerapkan pola ganda sebagai strategi ekonomi rumah tangga, padahal wanita pedesaan/masyarakat pantai pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk mengetahui kebutuhan materi penyuluhan untuk meningkatkan keterampilan wanita pengolah ikan asin, untuk itu dibutuhkan adanya tinjauan terhadap apa yang dikerjakan, dan apa yang harus dikerjakan oleh wanita pengolah ikan asin.

(40)

eksternal wanita pengolah ikan asin, dan hubungannya dengan tingkat keterampilan dan produktivitas usahanya.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka penelitian mencoba menggambarkan hubungan beberapa faktor yang diduga mempengaruhi keterampilan wanita pengolah ikan asin dan produktivitas usaha pengolahan ikan asin sehingga da pat diketahui metode dan materi penyuluhan yang dibutuhkan wanita pengolah ikan asin, secara sederhana uraian kerangka pemikiran di atas disajikan pada Gambar 1.

Faktor internal yang diduga mempengaruhi keterampilan wanita pengolah ikan asin adalah umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha dalam pengolahan ikan asin, motivasi dan kesediaan menerima informasi. Faktor eksternal yang diduga mempengaruhi keterampilan wanita pengolah ikan asin adalah materi penyuluhan, ketersediaan pasar, dan curahan waktu tenaga kerja. Curahan waktu yang digunakan untuk kegiatan usaha pengolahan ikan asin oleh setiap anggota keluarga (ayah, ibu dan anggota lain) bervariasi, tergantung dari pembagian tugas dalam keluarga antara wanita/ibu dengan anggota keluarga yang lain.

(41)

Gambar 1. Hubungan Antara Karakteristik Internal Wanita Pengolah Ikan

informasi Metode dan

(42)

Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah :

(1) Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik internal wanita pengolah ikan asin dengan keterampilan dalam mengolah ikan asin.

(2) Terdapat hubungan yang nyata antara faktor eksternal wanita pengolah ikan asin dengan keterampilan dalam mengolah ikan asin.

(43)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi Muara Angke Penjaringan Jakarta Utara. Pemilihan lokasi penelitian diambil secara ‘purposive’ dengan pertimbangan bahwa Muara Angke merupakan sentral pengolahan ikan asin di Kota Jakarta.

Populasi penelitian adalah wanita pengolah ika n asin yang tinggal dan berusaha di pesisir Muara Angke Jakarta yang berjumlah 196 orang. Unit analisisnya adalah wanita/isteri pengolah ikan asin. Sampel diambil dari populasi penelitian ditentukan sebanyak 50 orang atau sebanyak 25 % dari populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Acak Sederhama (Simple Random

Sampling).

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah penelitian yang bersifat deskritif korelasional yaitu suatu rancangan penelitian untuk menentukan tingkat hubungan antar peubah berbeda dalam suatu populasi. Melalui penelitian, dapat dikaji seberapa besar hubungan yang disebabkan oleh satu peubah dengan keragaan yang disebabkan oleh peubah lain.

(44)

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas dua jenis yaitu data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan cara : (1) menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, (2) wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan tanya jawab secara langsung kepada responden terpilih untuk memperoleh data primer, (3) pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kajian-kajian pustaka yang berkaitan dan relevan dengan penelitian ini, dan (4) melakukan observasi yaitu berupa pengamatan langsung di lapangan.

Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan peubah penelitian menurut Ancok (Singarimbun dan Effendi, 1989:122), sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasarannya jika data yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah data yang tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh karena itu agar data yang dipakai untuk menguji hipotesis harus valid (sahih) dan reliabel.

Uji valitiditas (kesahihan) menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi, 1989:124). Alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur (S. Hadi, 1986). Alat ukur dikatakan jitu dan tepat apabila alat ukur tersebut dapat digunakan secara tepat dan jitu mengenai sasaran.

(45)

seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.

Reliabilitas instrumen diuji dengan menggunakan metode ulang, artinya dilakukan dua kali dengan responden yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan pada sampel sebanyak 10 % atau enam orang. Hasil pengukuran pertama dan pengukuran kedua diuji dengan teknik korelasi product

moment, dengan rumus sebagai berikut:

N (ÓXY) (ÓXÓY)

r = --- (NÓX2 – (ÓX)2) (NÓY2 – (ÓY)2)

Keterangan:

r = koefisien korelasi N = banyaknya kasus X = peubah bebas Y = peubah tergantung

Kuesioner yang terandalkan (reliabel) menunjukkan korelasi yang nyata,

yaitu apabila angka korelasi melebihi angka kritik dalam Tabel R pada taraf nyata 0,05 dan 0,01, maka pengukuran pertama dan pengukuran kedua konsisten.

Uji reliabilitas yang telah dilakukan, diolah menggunakan bantuan software

(46)

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Antar Pertanyaan Dalam Suatu Variabel

Variabel Utama Koefisien Korelasi

Karakteristik Internal 1. Umur

2. Pendidikan

3. Jumlah tanggungan keluarga 4. Pengalaman usaha

5. Motivasi

6. Kesediaan menerima informasi

-

3. Tenaga kerja (curahan wa ktu)

0,975** 0,900* 0,889* Keterampilan

1. Mendapatkan bahan baku 2. Melakukan pengolahan ikan asin 3. Melakukan pengeringan

4. Melakukan pengemasan

5. Melakukan administrasi pembukuan 6. Mencari informasi pasar

0,973**

Keterangan : ** menunjukkan taraf sangat nyata pada 0,01 * menunjukkan taraf nyata pada 0,05

(47)

Karakteristik Internal Wanita Pengolah Ikan Asin

Wanita pengolah ikan asin adalah perempuan atau istri pengolah ikan asin yang bertempat tinggal dan berusaha dalam pengolahan ikan asin di pesisir Muara Angke Pluit Penjaringan Jakarta Utara. Faktor internal (karakteristik wanita pengolah ikan asin), peubah-peubah yang diukur yaitu:

(1) Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai dengan saat wawancara dilakukan, diukur dalam data skala rasio yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd) , dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(2) Pendidikan adalah lamanya (tahun) sekolah formal yang pernah diikuti responden sampai dengan saat wawancara dilakukan., termasuk dalam data skala ordinal yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd) , dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(3) Jumlah Anggota Keluarga adalah banyaknya jiwa/orang yang (masih) menjadi tanggungan keluarga, termasuk dalam data skala ordinal yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd) , dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(4) Pengalaman usaha dalam pengolahan ikan asin adalah lamanya (tahun) responden mulai melaksanakan kegiatan usaha pengolahan ikan asin sampai dengan saat wawancara dilakukan, termasuk dalam data skala ordinal yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd) , dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(48)

dorongan dari: saudara, tetangga, teman, petugas penyuluh,diri wanita pengolah ikan asin untuk melakukan kegiatan pengolahan ikan asin, termasuk dalam data skala rasio yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd), dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(6) Kesediaan menerima informasi merupakan tingkat kemampuan responden dalam mendapatkan informasi yang diperlukan berkaitan dengan usaha pengolahan ikan asin, termasuk dalam skala ordinal yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd) , dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

Faktor eksternal

(1) Materi penyuluhan merupakan pokok bahasan pembinaan/penyuluhan dari lembaga terkait terhadap kegiatan produksi para wanita pengolah ikan asin, termasuk dalam skala ordinal yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd) , dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(2) Ketersediaan pasar yaitu potensi pasar ikan asin yang masih dapat dipenuhi, termasuk skala ordinal yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd), dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(49)

Keterampilan Wanita Pengolah Ikan Asin

Keterampilan wanita pengolah ikan asin merupakan tingkat keterampilan responden pada saat penelitian dilakukan yakni terampil dalam hal mendapatkan bahan baku ikan, melakukan pengolahan ikan asin, melakukan pengeringan, melakukan pengemasan, melakukan administrasi pembukuan, dan mencari informasi pasar.

(1) Terampil dalam mendapatka n bahan baku ikan merupakan kecekatan responden dalam mendapatkan bahan baku yang baik, termasuk dalam skala ordinal yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd) , dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(2) Terampil dalam melakukan pengolahan ikan asin merupakan kecekatan responden dalam hal penyiangan (pembelahan, pembuangan isi perut, insang), pencucian dan penggaraman, termasuk dalam skala ordinal yang dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd), dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(3) Terampil dalam melakukan pengeringan merupakan kecekatan responden dalam melakukan pengeringan mencakup alat yang digunakan, tingkat pengeringan, dan proses pengeringan, termasuk dalam skala ordinal dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd), dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(50)

(5) Terampil dalam melakukan administrasi pembukuan merupakan kecekatan responden dalam melakukan administrasi pembukuan keuangan usaha pengolahan ikan asin, termasuk dalam skala ordinal dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd), dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(6) Terampil dalam mencari informasi pasar merupakan kecekatan responden dalam mencari informasi pasar yang lain selain yang telah dilakukan selama ini, termasuk dalam skala ordinal dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd), dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

Produktivitas Usaha Pengolahan ikan asin

Produktivitas usaha dalam pengolahan ikan asin adalah hasil yang diperoleh responden dalam usaha pengolahan ikan asin, terdiri atas:

(1) Volume produksi merupakan jumlah hasil (kilogram) yang diperoleh responden dalam usaha pe ngolahan ikan, termasuk dalam skala ordinal dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd), dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

(2) Keuntungan merupakan besarnya laba (rupiah) yang diperoleh responden dalam mengelola usaha pengolahan ikan asin asin, termasuk dalam skala ordinal dibagi atas tiga kategori yaitu : (1) Rendah X < (X – sd), (2) Sedang (X-sd) <X<(X+ sd), dan (3) Tinggi X>(X+ sd).

Pengumpulan Data

(51)

dengan enumerator, untuk memberikan penjelasan tentang tujuan dilakukan penelitian, sampai dengan cara pengisian kuesioner, agar tidak terjadi kesalah-pahaman terhadap berbagai pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik non-parametrik (korelasi Rank Spearman).

Analisis Data

Keeratan hubungan antara peubah (hubungan antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas) digunakan uji korelasi peringkat Spearman (Siegel, 1997). Nilai-nilai pengamatan dari kedua peubah X dan Y apabila berperingkat (dalam bentuk skala ordinal) dan peringkat-peringkat itu disubstitusikan ke dalam rumus koefisien korelasi (rs), maka akan diperoleh koefisien korelasi non parametrik yang dihitung dengan koefisien korelasi peringkat Spearman. Uji korelasi Spearman dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rs

= korelasi Spearman n = banyaknya pasangan data

di = jumlah selisih antara peringkat bagi

xi

dan

yi

Pengujian signifikansi

r

s pada taraf nyata tertentu adalah dengan

membandingkan nilai Zhitung dengan nilai Ztabel yang ada pada tabel nilai krit is Z

(Walpole, 1995) dengan rumus sebagai berikut: n

6Ódi2

i = 1

r

s = 1 - ---

(52)

Dengan interpretasi sebagai berikut:

• Jika Zhitung < Z0.05, maka korelasi tidak nyata • Jika Z0.05 < Zhitung < Z0.01, maka korelasi nyata • Jika Zhitung > Z0.01,maka korelasi sangat nyata

(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Muara Angke merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Luas wilayah Kelurahan Pluit kurang lebih 771,19 ha, dengan batas wilayah yaitu:

• Sebelah Utara berbatasan dengan pantai Laut Jawa

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Muara Karang dan Pluit Selatan Raya

• Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Cisadane

• Sebelah Timur berbatasan dengan Waduk Pluit Timur

Kawasan perikanan pesisir Muara Angke memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 64,97 ha di delta Muara Angke Penjaringan Jakarta Utara, yang diperuntukkan sebagai: perumahan 21,26 ha, bangunan umum/sosial 6,5 ha, jalur hijau 1,9 ha, jalur pantai 10,51 ha, jalur tegangan tinggi 5,4 ha, jalan dan saluran 10,6 ha, galangan kapal 5,4 ha, dan Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) 4,5 ha. Sarana dan prasarana yang ada di pesisir Muara Angke sebagai berikut:

1. Pemukiman nelayan dan fasilitas umum seperti bangunan SD, SMP, puskesmas, masjid, balai rakyat, pasar Inpres, gedung hiburan, Bank DKI, jalan, saluran air PAM dan sambungan listrik.

2. Tempat Pendaratan Ikan dengan sarana penunjang seperti dermaga, tanggul pemecah gelombang, jalan masuk, sarana pelanggan bahan bakar (bunker), tangki a ir dan gedung pelelangan.

(54)

saluran pembuangan limbah, penampungan sampah, MCK, gedung kantor PHPT dan gedung pertemuan.

4. Tempat Promosi dan Pemasaran Hasil Perikanan, disediakan pada areal seluas 2 ha dan saat ini telah dibangun restoran hasil laut (sea food restaurant) serta pusat pemasaran barang-barang kerajinan laut.

5. Tempat Uji Coba Biota Laut, tempat ini selain bermanfaat bagi masyarakat nelayan Muara Angke, juga sebagai sarana penyuluhan bagi masyarakat DKI Jakarta serta tamu-tamu dari luar DKI Jakarta.

6. Fasilitas Docking (Fasilitas Perbaikan Kapal) meliputi Unit Penyuluhan Modernisasi Bertahap (UPMB), Fan Marine Shipyard, dan PT. Karya Teknik Utama. Fasilitas ini disediakan bagi kapal dengan bobot > 30 GT diarahkan ke Pelabuhan Samudera Muara Baru.

7. Koperasi Perikanan Minajaya, yang didirikan pada tanggal 30 Desember 1974 dengan Badan Hukun No. 471 a/BH/I. Anggotanya adalah nelayan dan pengolah yang berdomisili di daratan/pantai Jakarta dari Kamal sampai Kalibaru.

Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT)

(55)

Pengolah ikan asin yang berada di PHPT Muara Angke setelah ditetapkan sebagai pusat pengolah ikan tradisional adalah pengolah dari Muara Angke dan sebagian pindahan dari Kalibaru, Cilincing, Ancol dan Muara Karang. Daerah Kalibaru dibangun untuk perluasan pelabuhan Pelindo (terminal container), sehingga hanya sebagian kecil pengolah yang masih berdomisili di Kalibaru.

Proyek pembangunan PHPT sebanyak 201 unit dilaksanakan secara bertahap dan dimulai pada bulan Juli 1984 dengan sumber dana berasal dari APBD DKI Jakarta. Pembangunan tahap pertama sebanyak 103 unit dan mulai beroperasi pada tanggal 14 Juli 1984 dengan dasar hukum pengelolaan adalah SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 2263 Tahun 1984. Pembangunan tahap kedua sebanyak 36 unit beroperasi tahun 1988, tahap ketiga sebanyak 38 unit beroperasi tahun 1989, dan tahap keempat sebanyak 24 unit beroperasi tahun 1990.

Pembangunan PHPT sebanyak 201 unit diperuntukkan sebagai: Unit Pengolahan sebanyak 196 unit dan tempat tinggal petugas kebersihan sebanyak 5 unit. Jumlah unit terbanyak adalah unit pengolahan ikan asin dengan 185 unit, sedangkan yang lainnya adalah pengolahan ikan pindang 1 unit, pengolahan terasi 2 unit, pengolahan kulit pari/krupuk kulit 5 unit, dan pengolahan limbah/pakan ternak 3 unit.

Satu unit pengolahan terdiri atas unit kelola berukuran kurang lebih 5 x 4 m2 dan tempat penjemuran 5 x 30 m2. Pemanfaatan tiap unit pengolahan di PHPT Muara Angke dilakukan dengan sistim sewa sebesar Rp. 26.000,- (tahun 1984-1996). Tahun 1996 sampai sekarang biaya sewa sebesar Rp. 50.000,- perbulan dengan rincian sewa tempat Rp. 40.000,- dan biaya pemeliharaan kebersihan Rp. 10.000,-.

(56)

pengolahan ikan asap, pengolahan kerupuk ikan cucut, dan pengolahan pindang tongkol. Bahan baku ikan yang digunakan untuk pengolahan adalah ikan cucut, ikan tenggiri, ikan jambal, ikan pari, ikan tembang, ikan layang, ikan tongkol, ikan Petek, ikan cumi, ikan teri, dan lain-lain. Produksi berbagai jenis ikan asin di PHPT Muara Angke dari tahun 1997 sampai tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Ikan Asin di PHPT Muara Angke Tahun 1997-2004

No. Tahun Volume (Kg) Nilai (Rp)

1. 1997 743.279 19.617.253.100

2. 1998 9.047.474 30.960.712.650

3. 1999 6.050.426 29.949.231.100

4. 2000 5.227.629 46.941.963.000

5. 2001 5.999.699 46.941.963.000

6. 2002 6.415.759 50.400.892.000

7. 2003 7.055.224 59.986.365.000

8. 2004 7.663.785 65.810.592.000

Sumber: Laporan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta Tahun 2004

(57)

Karakteristik Internal Wanita Pengolah Ikan Asin

Karakteristik internal wanita pengolah ikan asin yang berada di pesisir Muara Angke Pluit Penjaringan Jakarta Utara meliputi: (1) umur, (2) pendidikan, (3) jumlah tanggungan keluarga, (4) pengalaman usaha dalam pengolahan ikan asin, (5) motivasi, dan (6) kesediaan menerima informasi. Berdasarkan hasil analisis nilai tengah dan standar deviasi terbagi menjadi tiga kategori, seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Internal Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke

Sedikit (< 5 orang) Sedang (5 – 9 orang)

Sedikit (< 8 tahun) Sedang (8 – 21 tahun) Banyak (> 21 tahun)

2

(58)

tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu muda (< 31 tahun), sedang (31-48 tahun), dan tua (>(31-48 tahun). Hasil penge lompokkan menunjukkan bahwa sebagian besar umur wanita pengolah ikan asin (68%) dalam kategori sedang, yaitu 31 - 48 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa wanita pengolah ikan asin di pesisir Muara Angke tergolong umur yang masih produktif dalam melakukan kegiatan usaha pengolahan ikan asin. Pada kisaran umur tersebut berada pada kondisi yang memungkinkan bekerja lebih lama dibanding pada usia yang lebih tua.

Faktor utama dalam mempengaruhi efisiensi belajar dan minat seseorang terhadap macam pekerjaan tertentu salah satunya adalah umur. Selain itu umur juga mempengaruhi tingkat kematangan seseorang (fisik dan emosional) yang sangat menentukan kesiapannya untuk belajar.

Pendidikan

(59)

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap besarnya kemampuan belajar. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin terlatih dirinya untuk belajar, semakin banyak “trick-trick” belajar yang dimiliki, sehingga semakin besar

pula kemampuan belajarnya (Soedijanto Padmowihardjo, 1994). C.R. Semiawan (1999:36-37) mengemukakan bahwa secara mental, pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan seseorang menghadapi tantangan hidup yang selalu berubah-ubah. Pendidikan dapat mempertahankan stabilitas dan kontinuitas, mendorong menciptakan seseorang ikut menggalakkan dan memilih masa depan yang baik, serta meredam dan mengurangi kemungkinan yang tidak baik.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga wanita pengolah ikan asin di pesisir Muara Angke berdasarkan data yang terkumpul dari 50 responden, bervariasi antara 4 orang sampai 11 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga adalah 6 orang. Jumlah tanggungan keluarga wanita pengolah ikan asin sebagian besar pada kategori sedang (66%) yaitu 5 -9 orang, sedangkan jumlah tanggungan keluarga wanita pengolah ikan asin pada kategori sedikit (< 5 orang) sebanyak 24% dan kategori banyak (> 9 orang) sebanyak 10%. Hal ini artinya bahwa jumlah tanggungan keluarga yang tinggi adalah jumlah tanggungan keluarga dengan kategori sedikit dan sedang (90%).

Pengalaman Usaha dalam pengolahan ikan asin

(60)

menunjukkan bahwa pengalaman usaha wanita pengolah ikan asin dalam pengolahan ikan asin tergolong sudah cukup lama dalam mengelola usaha pengolahan ikan asin.

Menurut Totok Mardikanto dan Sri Sutarni (1981), pengalaman yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi semangatnya untuk belajar. Demikian juga yang disampaikan Soedijanto Padmowihardjo (1994) bahwa semakin banya k pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki semakin mudah untuk belajar. Totok Mardikanto (1993) mengatakan bahwa pengalaman akan dapat menggerakkan perhatian warga belajar kepada minat, kebutuhan, dan masalah-masalah yang dihadapi, sehingga pemahaman terha dap pengalaman masa lampau merupakan awal dari proses belajar.

Motivasi

Sebagian besar (76%) motivasi wanita pengolah ikan asin dalam mengelola usahanya dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sebagai ibu rumah tangga, wanita pengolah ikan asin dalam melakukan kegiatan usaha pengolahan ikan asin mempunyai motivasi yang cukup tinggi untuk bekerja. Motivasi akan timbul didorong oleh adanya kebutuhan, dan kebutuhan yang ada pada diri seseorang akan mendorong seseorang berperilaku, dan sikap perilaku seseorang selalu berorientasi pada tujuan guna terwujudnya kepuasan. Motivasi ini timbul dapat diakibatkan karena adanya tekanan ekonomi keluarga serta semakin tingginya kebutuhan hidup.

Kesediaan Menerima Informasi

(61)

asin. Informasi teknologi yang diberikan oleh instansi terkait umumnya lebih ditujukan kepada kaum pria (suami), sehingga wanita menerima informasi tersebut dari suaminya bahkan kadang-kadang informasi teknologi tersebut tidak sampai kepada istrinya.

Faktor Eksternal Wanita Pengolah Ikan Asin

Faktor eksternal wanita pengolah ikan asin yang berada di pesisir Muara Angke Pluit Penjaringan Jakarta Utara dalam penelitian, meliputi: (1) materi penyuluhan, (2) ketersediaan pasar, dan (3) curahan waktu tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis nilai tengah dan standar deviasi terbagi menjadi tiga kategori, seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Faktor Eksternal Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke

No. Karakteristik

(62)

oleh responden masih sedikit. Materi penyuluhan teknologi pengolahan ikan asin yang diberikan oleh instansi lebih banyak diikuti oleh kaum pria, dan sebagian kecil (sekitar 10 persen) diikuti oleh wanita. Wanita lebih banyak memperoleh informasi tersebut dari suaminya, sehingga informasi tidak diperoleh langsung dari sumbernya. Totok Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa penyuluhan merupakan proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya -upaya perbaikan cara-cara berusahatani, demi tercapainya produktivitas hasil, peningkatan pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian.

Ketersediaan Pasar

Ketersediaan pasar berada pada kategori sedang sebanyak 80%, dan sebanyak 10% pada kategori rendah dan 10% pada kategori tinggi. Hal ini berarti ketersediaan pasar ikan asin cukup tinggi. Wanita pengolah ikan asin tidak mendapat kesulitan dalam memasarkan hasil produknya, bila telah ada kesepakatan harga.

Secara kuantitas pasar relatif cukup, dalam arti produk yang dihasilkan pengolah ikan asin dapat terjual. Namun demikian dari segi harga para pengolah tidak memiliki ‘bargaining position’ yang tinggi. Harga lebih banyak ditentukan

oleh Bandar (konsumen besar/pengepul). Indikator pasar dikatakan cukup, para pengolah ikan asin terus menerus melakukan aktivitas pengolahan ikan asin. Beberapa pengolah dibayar di muka, sehingga tidak dapat melakukan penawaran harga.

Curahan Waktu Tenaga Kerja

(63)

wanita dalam kegiatan usaha pengolahan ikan asin di pesisir Muara Angke cukup tinggi.

Kegiatan mendapatkan bahan baku ikan sebagian besar (76%) dilakukan oleh wanita dengan rata-rata 4 jam dalam sehari dan sebanyak 34 % dilakukan oleh kaum pria (suami) dengan rata-rata 3,8 jam dalam sehari. Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama (wanita dan pria) yaitu dalam melakukan pengolahan ikan asin dengan rata-rata 2 jam per hari.dan melakukan pengeringan dengan rata-rata 1,5 jam per hari. Melakukan administrasi pembukuan sebagian besar (56%) dilakukan oleh kaum pria dan sebanyak 40% dilakukan oleh wanita dan sisanya (4%) dilakukan oleh anggota keluarga yang lain (anak) dengan rata-rata 1 jam per hari. Dalam mencari informasi pasar sebagian besar (70%) dilakukan oleh wanita dan sebanyak 30% dilakukan oleh kaum pria dengan rata -rata 1 jam per hari.

Mencari bahan baku ikan mayoritas dilakukan oleh wanita pengolah ikan asin, hal ini karena wanita dianggap lebih teliti dalam mencari bahan baku ikan yang segar, selain itu wanita lebih ulet, energik dan pintar dalam hal tawar menawar harga. Demikian juga dalam mencari informasi pasar, wanita pengolah ikan asin lebih gesit dibandingkan pria.

Hubungan Karakteristik Internal dengan Tingkat Keterampilan

(64)

Tabel 5. Koefisien Korelasi Karakteristik Internal dengan Tingkat Keterampilan Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke

Tingkat Keterampilan No. Faktor Internal

MBBI MPIA MPng MP MAP MIP

MBBI = mendapatkan bahan baku ikan, MPIA = melakukan pengolahan ikan asin, MPng = melakukan pengeringan, MP = melakukan pengemasan, MAP = melakukan administrasi pembukuan, dan MIP = mencari informasi pasar.

Hubungan Karakteristik Internal dengan Tingkat Keterampilan Mendapatkan Bahan Baku

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengalaman usaha dan motivasi wanita pengolah ikan asin di pesisir Muara Angke berhubungan nyata dengan tingkat keterampilan mendapatkan bahan baku. Pengalaman usaha pengolah ikan asin berhubungan sangat nyata dengan keterampilan dalam mendapatkan bahan baku ikan (0.392**), hal tersebut berarti semakin lama pengalaman usaha wanita pengolah ikan asin, maka semakin terampil dalam mendapatkan bahan baku ikan.

(65)

kegiatan rutin yang sudah biasa dilakukan setiap hari oleh sebagian besar wanita pengolah ikan asin. Wanita pengolah ikan asin yang mempunyai pengalaman usaha cukup lama sangat dinamis dan energik dalam mendapatkan bahan baku ikan, baik di lokasi pelelangan ikan maupun di pelabuhan, serta dalam negosiasi maupun tawar menawar dengan pihak produsen.

Motivasi wanita pengolah ikan asin mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan tingkat keterampilan dalam mendapatkan bahan baku (0.444**). Semakin tinggi motivasi semakin tinggi keinginan dalam mendapatkan bahan baku ikan. Keinginan untuk berbuat menghasillkan ikan asin yang memenuhi syarat dan meningkatkan pendapatan keluarga, memacu wanita pengolah ikan asin untuk meningkatkan keterampilan. Sesuai pendapat Totok Mardikanto (1993) bahwa motivasi seseorang untuk belajar merupakan salah satu karakteristik individu yang merupakan peubah terpenting yang menentukan hasil belajar.

Kegiatan mencari bahan baku ikan selalu ada persaingan dan membutuhkan keberanian dalam tawar menawar untuk menentukan harga. Tingginya motivasi wanita pengolah ikan asin dalam meningkatkan kemampuannya terlihat dari motivasi mereka untuk mendapatkan bahan baku yang baik, karena bahan baku merupakan penentu kualitas ikan asin yang dihasilkan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh L. Suhardiyono (1992) bahwa seseorang dapat didorong untuk belajar, apabila seseorang tersebut akan memperoleh keputusan akan kebutuhan dasarnya melalui kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Siagian (1989:138), motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan.

(66)

nyata dengan tingkat keterampilan mendapatkan bahan baku ikan. Umur muda/tua, pendidikan tinggi/rendah, jumlah tanggungan keluarga banyak/sedikit serta kesediaan menerima informasi tinggi/rendah hubungannya tidak nyata terhadap peningkatan keterampilan dalam mendapatkan bahan baku ikan.

Hubungan Karakteristik Internal dengan

Tingkat Keterampilan Melakukan Pengola han Ikan Asin

Pengalaman menunjukkan kadar interaksi, baik dari segi waktu maupun kualitas kejadian yang dilalui dalam kehidupan seseorang dalam lingkungannya. Melalui pengalaman, seseorang akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan bahkan pemahaman terhadap sesuatu. Kesesuaian antara pengalaman dengan kejadian yang dialami pada masa-masa sebelumnya akan semakin meningkatkan pemahaman tentang sesuatu tersebut (Badrun Susantyo, 2001).

Pengalaman usaha dalam pengolahan ikan asin berhubungan sangat nyata dengan tingkat keterampilan melakukan pengolahan ikan asin (0.475**). Hal ini terjadi karena pada umumnya responden di lokasi penelitian melakukan aktivitas usahanya secara turun temurun. Oleh karena itu tingkat keterampilan yang diperoleh wanita dalam melakukan pengolahan ikan asin tersebut merupakan pengalaman yang diwariskan orang tuanya.

(67)

Karakteristik individu responden yaitu jumlah tanggungan keluarga tidak berhubungan nyata dengan tingkat keterampilan melakukan pengolahan ikan asin. Wanita pengolah ikan asin yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga banyak/sedikit hubungannya tidak nyata terhadap peningkatan keterampilan mengolah ikan asin. Kegiatan melakukan pengolahan ikan asin di pesisir Muara Angke dilakukan secara bersama-sama oleh suami, ibu, anak, dan dibantu oleh tenaga harian yang berasal dari luar keluarga.

Hubungan Karakteristik Internal dengan Tingkat Keterampilan Melakukan Pengeringan

Pengalaman usaha dalam pengolahan ikan asin berhubungan sangat nyata dengan Keterampilan melakukan pengeringan (0.396**). Hal ini artinya bahwa semakin lama pengalaman responden dalam usaha pengolahan ikan asin, maka semakin terampil dalam melakukan pengeringan. Wanita pengolah ikan asin yang mempunyai pengalaman usaha yang cukup lama, sangat terampil menentukan tingkat pengeringan ikan asin yang optimal sehingga layak untuk dijual. Responden dengan mudah dapat menentukan berapa hari ikan asin tersebut kering pada saat sinar matahari cukup, hal tersebut merupakan kegiatan rutin yang selalu dilakukan oleh wanita pengolah ikan asin. Tingkat pengeringan yang kurang optimal akan menyebabkan ikan asin tidak tahan lama disimpan, mudah berjamur, mudah rusak, penyok dan berbau sehingga tidak layak dan kurang laku di pasaran, serta merugikan pengolah ikan asin.

Hubungan Karakteristik Internal dengan Tingkat keterampilan Melakukan Pengemasan

(68)

pengalaman usaha, motivasi dan kesediaan menerima informasi tidak berhubungan nyata dengan keterampilan melakukan pengemasan. Hal ini berarti semakin tinggi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, motivasi, dan kesediaan menerima informasi tidak diikuti tingkat keterampilan dalam melakukan pengemasan yang semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah karakteristik individu (umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, motivasi, dan kesediaan menerima informasi) tidak diikuti dengan semakin rendah tingkat keterampilan melakukan pengemasan. Pengemasan yang dilakukan pengolah dengan cara sederhana yaitu menggunakan kardus -kardus bekas, sehingga tidak memerlukan keterampilan secara khusus.

Hubungan Karakteristik Internal dengan

Tingkat Keterampilan Melakukan Administrasi Pembukuan

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian  ...................................................
Gambar 1.   Hubungan Antara Karakteristik Internal Wanita Pengolah Ikan
Tabel 3.
Tabel  4. Distribusi Faktor Eksternal Wanita Pengolah Ikan Asin di Muara Angke

Referensi

Dokumen terkait

Create merupakan salah satu submenu dari Sketch dimana berisi tools untuk membuat bentuk garis ataupun objek dalam membuat sebuah Sketch.. Berdasarkan tujuan

Dari beberapa definisi yang dibuat oleh para ahli ekonometrika, dapatlah disimpulkan bahwa: Ekonometrika adalah ilmu sosial yang merupakan integrasi dari teori

Saya tidak dapat menerima bila orang lain naik pangkat kerana saya anggap saya lebih layak dari mereka.. Suka memikirkan masalah-masalah yang rumit

Skor rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi pada aspek ketepatan penggunaan bahasa (diksi, kalimat, paragraf dan tanda baca) siswa kelas X SMAN 2 Singingi

Namun katalis basa baik yang homogen maupun heterogen dapat menyebabkan timbulnya reaksi samping penyabunan bila digunakan pada bahan baku yang memiliki kandungan asam lemak

bagi semua jenis struktur kita harus mengetahui perilaku mekanis dari benda tersebut, yaitu dengan menentukan tegangan ( stress ), regangan ( strain ) dan peralihan

This is an open acces article under the CC-BY-SA lisence ( https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ ). Medan menurut yang saya wawancarai saudara Bapak Dicky Himawan

Untuk menguji aktivitas antioksidan pada ekstrak bayam merah ( Alternanthera amoena Voss) varietas Mira segar dan rebus dengan metode DPPH. Manfaat Penelitian.. Manfaat