MATEMATIKA SISWA
Oleh : Tinah (103017027217)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Elaborasi Metode PQ4R Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FTTK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 10 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapat gelar Sarjana Pendidikan SI (S.Pd) dalam bidang pendidikan matematika.
Jakarta, Desember 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Maifalinda Fatra, M.Pd
NIP.:19700528 199603 2 002
...… ...
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Otong Suhyanto, M.Si ……... ...………
NIP.: 19681104 199903 1 001
Penguji I
Drs. M. Ali Hamzah, M. Pd
NIP.: 19480323198203 1 001 ……... ...………
Penguji II
Maifalinda Fatra, M.Pd
NIP.:197005281996032002 ……... ...…………...
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul: “Pengaruh Model Pembelajaran Elaborasi Metode PQ4R Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa” disusun oleh Tinah, Nomor Induk Mahasiswa 103017027217, Jurusan Pendidikan Matematika. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, Desember 2010
Yang Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Mulyono, M.Pd Abdul Muin, M.Pd
NIP:19680919 1993 02 1 002 NIP:19751201 2006 04 1 003
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tinah
NIM :103017027217
Jurusan : Pendidikan Matematika
Alamat : Kp. Muhara Rt. 10/02 Desa Ciladaeun
Kec. Lebak Gedong Kab. Lebak – Banten
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Elaborasi Metode PQ4R Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan:
1. Nama : Mulyono, M.Pd
NIP : 19680919 1993 02 1 002
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
2. Nama : Abdul Muin, M.Pd
NIP : 19751201 2006 04 1003
Dosen Jurusan :Pendidikan Matematika
Demikian surat keterangan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, Desember 2010
Yang menyatakan,
Tinah
ABSTRAK
Tinah (103017027217), Pengaruh Model Pembelajaran Elaborsai Metode PQ4R Terhadapap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, Agustus 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model elaborasi metode PQ4R terhadap hasil belajar matematika siswa, dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only. Penelitian dilakukan di SMP Negeri I Lebak Gedong tahun pelajaran 2009/2010, dengan subjek penelitian 70 siswa yang terdiri dari 35 siswa untuk masing-masing kelas eksperimen dan kontrol yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling pada siswa kelas VII. Instrumen penelitian yang diberikan berupa tes objektif tipe pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai = 2,09 kemudian
dibandingkan dengan pada taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan 68,
diperoleh nilai = 1,661, karena atau 2,09 > 1,661, sehingga
diterima. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model elaborasi metode PQ4R lebih tinggi dari pada rerata hasil belajar yang menggunakan metode konvensional. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan model elaborasi metode PQ4R berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa
hitung
t
tabel
t
tabel
t thitung >ttabel Ha
ABSTRACT
Tinah (103017027217), "The Influence of Learning model Elaboratioan PQ4R Method To Student Mathematical Connection Abilty". Thesis, Thematics Department, Faculty of Education and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta
The Purpose of this reseach is to determine the efect learning of learning model elabortion PQ4R method. This research used a quasi experimental design study with randomized Subject Group Two Posstest Only. This research was conducted at the SMP Negeril I Lebak Gedong 2009/2010 school year. The subject of research are 70 students consisting of 35 students for each class of experiments and controls obtained by random cluster sampling technique in class VII. Instruments used in this reseach objektif test of multiple choice with four options. From result of hypothesis test is got the value thitung = 2.09 compared to the ttabel
at the significant 0.05 and degrees of freedom 68, it is got value ttabel = 1.661,
because thitungt> thitung (2.09> 1.661), then Ho is accepted , is mean average
mathematic study result whit learn using model elaborasie PQ4R method higser than student who learn using convensional learning. It is mean that learning with using model elaborasi PQ4R method to have influence mathematic connection ability.
Key words: Model Elaboration PQ4R method, study results
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kesempatan dan rahmatnya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Qudwah manusia, Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing seluruh umat manusia dari peradaban
yang kelam ke arah kebenaran yang hakiki, amin.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tidak sedikit hambatan dan kendala yang dialami oleh penulis, namun berkat do’a,
ketekunan, kesabaran, kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
penyusunan skripsi ini dapat diselesakan. Oleh sebab itu dengan segala ketulusan
hati ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada
semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis, khususnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yaitu Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A
2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd., ketua Jurusan Pendidikan Matematika
sekaligus dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan dan
bimbingan selama berlangsungnya perkulihan dan selama penyusunan skipsi
3. Otong Suhyanto, M.Si., sekretaris Jurusan Pendidkan Matematika.
4. Bapak Mulyono, M.Pd., dosen pembimbing I yang dengan sabar
membimbing dan memberikan saran, masukan serta mengarahkan dalam
penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Abdul Muin, M.Pd., dosen pembimbing II yang dengan sabar
membimbing dan memberikan saran, masukan serta mengarahkan dalam
penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
mengikuti perkuliahan beserta stap jurusan, semoga ilmu dan bantuan yang
bapak dan ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendidik, mendoakan dan tidak pernah
bosan untuk membantu baik secara moril maupun materil sehingga saya
berhasil menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah membalas dengan
keridhaan-Nya. amin
8. Bapak Yayat Supriatna, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri I Lebak Gedong
yang telah mengiinkan penulis melakukan penelitian skripsi ini, bapak dan ibu
guru SMP Negeri I Lebak Gedong yang selalu mendukung dan memberi
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini
9. Kakak dan Adikku tersayang, Narimah, Amat Syahrudin dan Amaruddin yang
senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis, dan Sahabat-sahabatku (Santi,
Faizah, Atik, Qory, Faizati, Eri, Enjah, Ria, Yuyun, Sugi,…. Dan semua
teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu),
terimakasih atas segala bantuan, waktu, pengertian, serta pikirannya yang
tidak pernah lelah mendampingi penulis, semoga Allah tetap menjaga
kekompakan dan hubungan persahabatan kita ini.
10.Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, jabatan
serta sumbangsihnya, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Hanya do’a yang dapat penulis haturkan semoga semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan dunia pendidikan pada umumnya. Amiin Yaa Rabbal
‘Alamin.
Jakarta, Desember 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR………. iii
DAFTAR ISI………... v
DAFTAR TABEL……….... viii
DAFTAR GAMBAR GRAFIK...………... ix
DAFTAR LAMPIRAN………... x
BAB I : PENDAHULUAN ……… ... 1
A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Identifikasi Masalah……….... 6
C. Pembatasan Masalah………... 6
D. Perumusan Masalah……….... 7
E. Tujuan Penelitian……….... 7
F. Manfaat Penelitian ………... 7
BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS………... 8
A. Deskripsi Teoretik……….. 8
1. Pembelajaran Matematika……….... 8
a. Belajar dan Pembelajaran………... 8
b. Belajar Matematika………... 12
2. Hasil Belajar Matematika………... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Matematika………... 20
4. Pembelajaran Elaborasi Metode PQ4R……….. .. 23
a. Pengertian Pembelajaran Elaborasi.………... 23
b. Metode PQ4R………... 27
6. Penelitian yang Relevan... 37
B. Kerangka Berfikir ………... 38
C. Hipotesis Penelitian……… 40
BAB III : METODE PENELITIAN………. ... 41
A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 41
B. Desain Penelitian………... 41
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel………... 42
D. Instrumen Penelitian………..…….... 43
1. Validitas Instrumen………... 43
2. Tingkat Kesukaran Soal………... 44
3. Daya Pembeda Soal………... 45
4. Uji Reliabilitas………. 46
E. Teknik Analisis Data ………... 47
1. Pengujian Prasyarat Analisis………. 47
a. Uji Normalitas……….. 47
b. Uji Homogenitas……….. 48
2. Pengujian Hipotesi Penelitian………... 49
F. Hipotesis Statistik…………...………... 49
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 50
A. Deskripsi Data………... 50
1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen……….... 51
2. Hasil Belajar Kelas Kontrol………... 53
B. Pengujian Persyaratan Analisis ………... 55
1. Uji Normalitas………... 55
2. Uji Homogenitas……….. 56
C. Pengujian Hipotesis ………... 57
D. Pembahasan ………... 57
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………... 60
A. Kesimpulan………... 60
B. Saran ……….... 60
DAFTAR PUSTAKA………... 62
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rendahnya Nilai Hasil Belajar Matematika ... 2
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Penerapan Metode Belajar PQ4R... 30
Tabel 3. Desain Penerapan Pembelajaran Elaborasi Dengan Metode PQ4R... 34
Tabel 4. Desaian Penelitian... 41
Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji Validitas... 44
Tabel 6. Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran... 45
Tabel 7. Perhitungan Daya Pembeda Instrumen... 46
Tabel 8. Perhitungan Realibilitas... 47
Tabel 9. Data Perhitungan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen... 51
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelas Eksperimen... 52
Tabel 11. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol... 53
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelas Kontrol... 54
Tabel 13. Statistik Deskriptif Hasil Penelitiann ... 55
Tabel 14. Hasil Pengujian Data dengan Menggunakan chi-kuadrat ... 56
Tabel 15. Hasil Pengujian Data dengan Menggunakan Fisher ………. 56
DAFTAR GAMBAR GRAFIK
Grafik 1. Histogram dan Poligon Frekuensi Kelas
Eksperimen ... 52
Grafik 2. Histogram dan Poligon Frekuensi Kelas
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen... 64
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 79
Lampiran 3. Soal-Soal Uji Coba Instrumen Penelitian ... 81
Lampiran 4. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen ... 89
Lampiran 5. Instrumen Penelitian ... 90
Lampiran 6. Kunci Jawaban Instrumen…………... 96
Lampiran 7. Uji Validitas Tes Pilihan Ganda... 97
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Uji Validitas ... 99
Lampiran 9. Perhitungan Validitas Item Uji Coba Instrumen ... 100
Lampiran 10. Indeks Kesukaran ... 102
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Ideks Kesukaran... 103
Lampiran 12 Langkah-Langkah Perhitungan Indeks Kesukaran ... 104
Lampiran 13. Perhitungan Daya Pembeda ... 105
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Daya Pembeda ... . 106
Lampiran 15. Langkah-Langkah Perhitungan Daya Pembeda ... 107
Lampiran 16. Perhitungan Uji Reliabilitas ... 108
Lampiran 17. Hasil Perhitungan Reliabilitas Item Uji Coba Instrument ... 109
Lampiran 18. Langkah-Langkah Perhitungan Uji Reliabilitas... 110
Lampiran 19. Daftar Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 111
Lampiran 20. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen ... 112
Lampiran 21. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol ... 115
Lampiran 22. Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 118
Lampiran 23. Perhitungan Uji Normalitas Kelas control ... 120
Lampiran 24. Perhitungan Uji Homogenitas... 122
Lampiran 25. Perhitungan Pengujian Hipotesis ... 124
Lampiran 26. Daftar A Luas di Bawah Kurva Normal Baku Dari O Ke Z... 126
Lampiran 28. Tabel Nilai Untuk Distribusi t... 131
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangatlah penting bagi setiap kehidupan baik itu
pendidikan umum maupun pendidikan agama, setiap manusia mempunyai
tujuan masing-masing yang ingin dicapai dalam pendidikannya. Seperti
halnya negara kita yaitu negara Indonesia mempunyai tujuan tersendiri dalam
pendidikannya, yaitu melalui tujuan pendidikan nasional, seperti yang
tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Tujuan pendidikan Nasional tersebut masih belum terwujud seutuhnya
karena masih banyak permasalahan yang harus dihadapi, sebagai contoh
rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi tertentu. Permasalahan
yang ada sekarang ini adalah banyaknya siswa yang tidak lulus UAN pada
bidang studi tertentu. Jika dilihat lebih jauh mata pelajaran matematika
mempunyai masalah dengan rendahnya prestasi belajar dibandingkan dengan
bidang studi yang lain.
Rendahnya mutu pendidikan mungkin juga diakibatkan oleh
rendahnya mutu proses pembelajaran. Dalam penelitian yang dilakukan
Blazely dkk diperoleh kesimpulan bahwa: “Pembelajaran di Indonesia
cenderung sangat teoretik dan tidak terkait dengan lingkungan dimana siswa
1
berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang
dielajarinya di sekolah guna memecahkan masalah yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari”2.
Sebagaimana hasil observasi di sekolah SMPN I Lebak Gedong,
menunjukan bahwa rendahnya rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa
kelas dua yang hanya mencapai angka 55 pada tahun 2008 dan 56.25 pada
[image:17.595.108.504.187.728.2]tahun 2009. Rendahnya nilai hasil belajar matematika siswa dapat dilihat pada
tabel nilai siswa semester genap berikut ini:
Tabel 1
Rendahnya Nilai Hasil Belajar Matematika
Nilai 2008 2009
30-39 3 4
40-49 7 4
50-59 18 15
60-69 8 11
70-79 4 6
40 40
Salah satu penyebab rendahnya rata-rata nilai hasill belajar matematika
di atas aadalah kebanyakan guru hanya mengunakan pembelajaran
konvensional yang membuat anak merasa jenuh dan tidak bersemangat untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Hal tersebut juga disebabkan karena setiap
siswa di sekolah tersebut tidak memiliki buku paket sebagai pegangan untuk
mendukung pembelajaran mereka. Siswa hanya mengandalkan materi yang
diberikan oleh guru dalam pembelajarannya, dan buku yang terdapat di
perpustakaan. Bahan bacaan sangatlah penting untuk mendukung
pembelajatran siswa terutama dalam belajar matematika, karena matematika
sifatnya abstrak, sehingga siswa merasa sulit belajar matematika.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Evawati Alisah dan Eko Prasetyo
2
Dharmawan dalam bukunya bahwa salah satu sebab utama dari kesulitan
memahami matematika ialah karena sifatnya yang abstrak”.3
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor-faktor yang
mempengaruhi dari luar yaitu kemampuan yang dimiliki seorang pengajar,
cara yang harus diikuti siswa, situasi pengajaran, dan kondisi lingkungan.
Selain factor yang mempengaruhi keberhasilan siswa ada pula faktor
kesulitan belajar siswa yang menyebabkan keterpurukan prestasi belajar
matematika siswa, seperti yang tercantum dalam buku Muhibin Syah bahwa
faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam,
yang pertama faktor intern siswa meliputi ganguan atau kekurangmampuan
psiko-fisik, yaitu yang bersifat kognitif, afektif, dan bersifat psikomotorik.
Yang kedua adalah faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.4
Faktor lain yang mendukung berhasil tidaknya pengajaran matematika
adalah menguasai teori belajar mengajar matematika dan fasilitas yang
mendukung proses pembelajaran. Dengan menguasai teori belajar mengajar
peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik bahkan dapat memotivasi
anak didik untuk berminat belajar matematika. Teori matematika yang
dikuasai para tenaga pendidik akan dapat diterapkan pada peserta didik jika
dapat memilih strategi belajar mengajar yang tepat, mengetahui tujuan
pendidikan dan pengajaran atau pendekatan yang diharapkan serta dapat
melihat apakah anak/peserta didik sudah mempunyai kesiapan atau
kemampuan belajar. Dengan mengetahui kesiapan peserta didik dalam belajar
matematika, maka pengajaran yang akan disampaikan dapat disesuaikan
dengan kemampuan anak atau peserta didik.
3
Evawati Alisah dan Eko Prasetyo Dharmawan, filsafat Dunia Matematika Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Matematika, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007), cet.I, h.3
4
Dalam proses pembelajaran di kelas terdapat keterkaitan yang sangat
erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai
tugas untuk memilih metode dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Penggunaan metode yang sesuai sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Pada umumnya sekolah hanya megunakan pembelajaran yang hanya
menggerakan atau menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran
seperti itu hanya membuat anak bosan dan jenuh, guru tidak pernah mengajak
siswa belajar sambil bermain yang membuat siswa senang belajar matematika.
Adapun yang menggunakan media di sekolah-sekolah pada umumnya dikelola
secara klasikal, artinya semua siswa diperlakukan sama oleh guru.
Pembelajaran klasikal adalah pembelajaran yang paling disenangi oleh guru
karena pembelajaran cara ini yang paling mudah dilakukan.
Salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilaksanakan para
guru adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa.
Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apapun guru lebih
banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran.
Komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi
dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan
materi,dan pemanfaatan bahan pelajaran dengan baik. Sehingga guru dituntut
untuk dapat memilih metode pembelajaran dan mampu menyusun materi
dengan baik. Pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran termasuk
faktor-faktor yang turut serta dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Apabila pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi
pada peserta didik dengan penyediaan ilmu yang tepat dan latihan
keterampilan serta fasilitas pembelajaran yang mereka perlukan, haruslah ada
ketergantungan terhadap materi pengajaran yang efektif dan tersusun dengan
baik. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat diperlukan peran baru dari
dalam mengajar dengan mengorganisasikan atau menyusun bahan pelajaran
serta menyampaikannya kepada peserta didik di kelas.
Persoalan yang dihadapi oleh para guru dalam mengorganisasikan atau
menyusun materi pembelajaran ialah mereka merasa bahwa materi yang
diberikan terlalu banyak dan waktu yang tersedia kurang cukup untuk
menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan kurikulum. Hal ini biasanya terjadi
pada cara mengajar tradisional yang memusatkan pengajaran pada materi yang
disajikan dan berpusat pada guru.
Menurut konsep pengembangan instruksional, dengan memandang
pengajaran sebagai sistem, maka materi pembelajaran harus dipilih dan
ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk memudahkan
mengkaitkan materi pembelajaran dengan tujuan dapat dilakukan dengan cara
melihat domain kognitif, afektif, psikomotorik. Berdasarkan tujuan yang akan
dicapai tesebut dipilih materi pembelajaran yang relevan. Setelah materi yang
akan diajarkan dapat ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka
langkah selanjutnya yang harus diperthatikan adalah menyusun bahan tersebut
agar dapat disajikan secara efektif. Untuk kepentingan tersebut dapat
dilakukan melaluai berbagai cara dan teori, antara lain dapat dilakukan dengan
pembelajaran elaborasi yang dikembangkan oleh Reigeluth. Dengan
pembelajaran elaborasi pembelajaran matematika dapat diorganisasikan lebih
baik, dan metode PQ4R langkah prosedural untuk mempelajari dan
memahami isi teks dalam buku dan bahan pelajaran lainnya. Menurut peneliti
model pembelajaran elaborasi dengan metode PQ4R sesuai dengan keadaan
sekolah yang akan diteliti.
Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang berkait dengan cara
mengorganisasikan pengajaran pada tingkat struktur isinya. Reigeluth
diorganisasikan mengacu pada teori elaborasi, maka akan menghasilkan
pembelajaran yang lebih bermakna, dengan sintesis yang lebih baik”5.
Dengan memperhatikan semua uraian di atas, penulis tertarik untuk
menggunakan model pembelajaran elaborasi metode PQ4R yang diharapkan
dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, sehingga penulis
mengangkat judul dalam skripsi ini, yaitu: Pengaruh Model Pembelajaran
Elaborasi Metode PQ4R Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas diuraikan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah penggunaan metode pembelajaran yang
tepat dan sesuai. Terdapat dugaan bahwa penggunaan metode pembelajaran
yang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dari permasalahan
tersebut di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalahan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa sajakah yang bisa mempengaruhi hasil belajar siswa?
2. Langkah apa saja yang dapat dilakukan oleh guru agar hasil belajar
matematika siswa mempunyai pengaruh yang positif?
3. Apakah dengan model pembelajaran elaborasi metode PQ4R dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Model Pembelajaran Elaborasi
Model pembelajaran elaborasi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah menambah rincian pada informasi baru dan dapat menciptakan
hubungan dengan pengetahuan sebelumnya. Metode yang digunakan
dalam model pembelajaran elaborasi adalah dengan metode PQ4R.
5
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hanya
pada aspek kognitif, yaitu hasil dari tes akhir. Tes akhir dilakukan setelah
siswa mengikuti pembelajaran model elaborasi metode PQ4R dan
konvesional.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaimana uraian di atas,
maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut: Apakah ada
pengaruh model pembelajaran elaborasi metode PQ4R terhadap hasil belajara
matematika siswa?
E. Tujuan Penelitiana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran elaborasi metode PQ4R terhadap hasil belajar matematika siswa
SMP.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Untuk Guru: guru dalam melaksankan pembelajaran akan memiliki arah
yang jelas dalam membimbing kegiatan siswa secara bertahap
2. Untuk Sekolah: Sebagai bahan informasi perkembangan metode belajar
mengajar.
3. Untuk Siswa: Penerapan model pembelajaran elaborasi metode PQ4R
diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami cara belajar yang
tepat dalam menguasai konsep-konsep tertentu dan membantu siswa
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Pembelajaran Matematika a. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh semua
orang tanpa mengenal tempat dan batas usia, dan untuk selamanya
sejak kita lahir hingga akhir hayat. Masyarakat awam mengartikan
belajar hanya sebagai kegiatan yang dilakukan di sekolah saja, atau
kegiatan yang berkenaan dengan sekolah, padahal belajar itu bukan
hanya di sekolah melainkan usaha yang dilakukan seseorang melalui
interaksi dengan lingkungannya untuk untuk mendapatkan halyang
baru yang sebelumnya belum mereka ketahui dan untuk merubah
perilakunya. Pengertian belajar juga banyak dikemukan oleh para ahli
psikologi dan pendidikan sesuai dengan bidangnya. Menurut rumusan
James O. Whitaker belajar sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.6
Gagne mengatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi
atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Menurut
Travers belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Cronbach mengatakan bahwa “Learning is by a change in behavior as
a result of experien”. Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman. Harold Spears mengatakan “Learning is to observe,
to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction”. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah
tertentu. Menurut Geoch “Learning is change in performace as a
6
result of practice”. Morgan mengatakan “Learning is any relatively
permanent change in behavior that is a result of past experience”.
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai
hasil dari pengalaman.7
Jadi, belajar itu adalah aktivitas atau kegiatan yang
menghasilkan perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman
yang bersifat permanen, belajar juga dapat dilakukan dengan cara
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu. Ngalim Purwanto pun mengatakan hal yang
sama bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari pelatihan atau
pengalaman.8 Hal senada dikemukakan oleh Witting bahwa belajar
adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
nacam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.9
Menurut pandangan Good dan Brophy belajar merupakan
suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam
memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman itu sendiri (belajar).
Menurut Galloway belajar sebagai suatu perubahan perilaku seseorang
yang relatif cenderung tetap sebagai akibat adanya penguatan
(reinforcement).10 Jadi, belajar itu proses usaha atau interaksi yang
dilakukan individu dengan lingkungannya untuk memperoleh sesuatu
yang baru secara keseluruahan dalam bentuk perubahan perilaku yang
dihasilkan dari pengalaman yang relatif cenderung tetap sebagai akibat
adanya penguatan.
7
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Cet. 1, h.2
8
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran berbasis Kompetensi dan kontekstual, (Malang: Bumi aksara, 2007), cet. I, h. 196.
9
Muhibin Syah, Psikkologi Pendidikan…, h.89 10
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks, di
mana setelah belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai, akan tetapi siswa mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan mengembangkan pemikirannya karena belajar proses
kognitif.11 Ini berarti setelah belajar siswa diharapkan mampu untuk
mengembangkan dan mengamalkan apa yang dia dapat dari hasil
belajar dalam lingkungannya.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah aktifitas atau rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang secara sadar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
yang berupa penambahan pengetahuan yang relatif cenderung tetap
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang tidak bisa lepas dari
lingkungan sekitarnya. Aktifitas atau kegiatan belajar tersebut juga
bisa berupa pengamatan, membaca, meniru, melihat, mencoba sesuatu,
mengikuti arah tertentu dengan menggunakan alat indra.
Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang
memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara
optimal. Menurut konsep sosiologi, pembelajaran adalah rekayasa
sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar sehingga tiap
individu yang belajar akan secara optimal dalam mencapai tingkat
kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat.12 Dalam
pembelajaran interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara
fisik melainkan siswa dapat belajar melalui media apa saja.
Pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta
didik.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dan interaksi
antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi
11
Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivisme Implementasi KTSP & UU. No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press), 2008), cet.I, h.131
12
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah bantuan yang
diberikan oleh guru atau pendidik agar dapat terjadi proses perubahan
tingkah laku yang berupa ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran, pembentukan sikap dan kepercayaan, serta terbentuknya
tabiat. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia
serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Dalam pembelajaran guru berperan sebagai komunikator, siswa
sebagai komunikan dan materi yang dikomunikasikan berisikan pesan
berupa ilmu pengetahuan. Komunikasi dalam pembelajaran bisa terjadi
dengan banyak arah, peran-peran tersebut bisa berubah, yaitu antara
guru dengan siswa dan sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa.
Trianto mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan interakasi
antara dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara
keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju
pada suatu target yang ditetapkan sebelumnya.13
Aktivitas dalam proses pembelajaran adalah interaksi belajar
mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar
akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu
tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan intruksional atau
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran.
Proses pembelajaran dikembangkan melalui pola pembelajaran yang
menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran. Menurut Degeng pembelajaran adalah upaya
untuk membelajarkan siswa. Artinya dalam pembelajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai pembelajaran yang diinginkan.14
Dari uraian-uraian pembelajaran di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah kegiatan pengajar secara terprogram dalam
desain intruksional atau proses yang dirancang oleh pendidik agar
13 Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada media Group, 2010), cet.2, h.17
14
tercipta interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa,
sehingga terjadi transfer pengetahuan dan tercapainya tujuan
pembelajaran, serta untuk mengubah perilaku secara keseluruhan yang
dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dengan mengikuti
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara berkesinambungan.
b. Belajar Matematika
Setiap negara mempunyai istilah tersendiri mengenai matematika,
seperti mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique
(Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau
mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin
mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,
mathematike yang berarti “relating to learning”. Perkataan ini
mempunyai akar kata mathema yang berarti pengertahuan atau ilmu
(knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan sangat erat
dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang
mengandung arti belajar (berpikir).15
Mengenai definisi matematika, para ahli belum memiliki
kesepakatan mengenai hal tersebut, namun dari pengertian-pengertian
yang dikemukakan para ahli berikut ini dapat dilihat hakikat
matematika secara umum. Menurut Johnson dan Myklebust
“Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.”16
Menurut Russefendi matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran
manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.17
Menurut Paling ide manusia tentang matematika berbeda-beda,
tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing, ada
15
Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran…, h. 15 16
Mulyono Abdurrahman,, Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 252
17
yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang
mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi; tetapi ada pula yang
melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri an trigonometri.
Selanjutnya, Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu
cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi
manusia. Suatu cara menggunakan informasi, menggunakan
pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan
tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam
diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan
hubungan-hubungan.18
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus
matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui
materi pengukuran, geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika
melibatkan pengamatan, penyelidikan dan keterkaitan dengan
fenomena fisik dan sosial. Menurut Josiah Willard Gibbs mengatakan
matematika adalah sebuah bahasa.19 Hal serupa juga disampaikan oleh
Jhonson dan Rising menyatakan bahwa matematika adalah pola
berpikir, pola pengorganisasian, pembuktian yang logik, matematika
ialah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat,
lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.20
Hamzah B. Uno menyimpulkan bahwa matematika adalah
sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat fikir, komunikasi, alat
untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya
logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisasi dan
individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika,
alajabar, geometri, dan analisis.21 James dan James mengemukakan
18
Mulyono Abdurrahman,, Pendidikan Bagi…, h. 252 19
Evawati Alisah dan Eko Prasetyo Dharmawan, filsafat Dunia…, h.22 20
Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran..., h. 17 21
pula bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan
yang lainya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.22 Dari kedua definisi di
atas ternnyata aritmatika, aljabar, geometri dan analisis adalah bagian
dari bidang matemtika.
Dari beberapa pengertian di atas juga dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah angka-angka perhitungan yang merupakan bagian
dari hidup manusia yang diperoleh dari hasil pemikiran manusia
dengan bernalar. Matematika adalah ilmu yang merupakan alat berfikir
dan sebagai bahasa untuk berkomunikasi dengan simbol-simbol.
Matematika juga membahas faktor-faktor dan hubungan-hubungannya,
serta membahas problem ruang dan waktu dengan menggunakan
bahasa simbol. Matematika terbagi ke dalam beberapa bidang yaitu,
aritmatika, geometi, aljabar, dan analisis.
Dari berbagai definisi yang berbeda matematika memiliki
karateristik, yaitu:
1) Memiliki objek kajian abstrak 2) Bertumpu pada kesepakatan 3) Berpola pikir deduktif
4) Memiliki simbol yang kosong dari arti
5) Memperhatikan semesta pembicaraan (universal) 6) Konsisten dalam sistemnya.23
Unsur pertama dalam pembelajaran matemtika adalah
penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran
suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antar konsep dalam matemtika
bersifat konsisten. Namun materi matemtatika dan penalaran
matematika merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, yaitu materi
22
Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran..., h. 16 23
matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan
dilatihkan melalui belajar materi matematika.
Belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang berkenaan
dengan penyeleksian himpunan-himpunan baru, yang selanjutnya
membentuk himpunan-himpunan baru yang rumit, sehingga dalam
belajar matematika harus dilakukan secara hirarkis. Dengan kata lain,
belajar matematika pada tahap yang lebih tinggi, harus didasarkan
pada tahap yang lebih rendah.Piaget mengemukakan bahwa untuk
memahami konsep matematika dari konsep sederhana menuju konsep
yang lebih tinggi, berjalan seiring dengan perkembangan intelektual
anak yang dipilihnya menjadi empat periode berfikir, yang terdiri dari
periode sensori motor, pra operasional, operasi konkrit, dan periode
operasi formal.24
Menurut Gagne ada dua objek yang diperoleh siswa dalam
belajar matematika. Objek tersebut adalah objek langsung dan objek
tak langsung. Yang termasuk objek langsung adalah kemampuan
menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap
positif terhadap matematika dan mengetahui bagaimana seharusnya
belajar. Objek tak langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan
aturan.25 Selanjutnya Gagne membagi tipe belajar menjadi delapan
macam yang dilakukan secara prosedural dan hirarki dalam belajar
matematika, yaitu belajar sinyal, belajar stimulus respon, belajar
merangkai tingkah laku, belajar asosiasi verbal, belajar diskriminasi,
belajar konsep, belajar aturan, belajar memecahkan masalah.26
Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajarnya siswa
belajar konsep matematika melalui tiga tahap, yaitu Enactive, Ekonik,
dan Simbolik. Enactive yaitu tahap belajar dengan manipulasi benda
atau objek konkrit. Ekonik yaitu tahap belajar dengan menggunakan
gambar. Simbolik adalah tahap belajar matematika melalui manipulasi
24
Hamzah B. Uno, Model…,H.131 25
Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran..., h. 33 26
lambang atau simbol.27 Menurut Russefendi ET bahwa matematika itu
lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika
terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran.28
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
belajar matematika pengalaman belajar siswa sangatlah penting.
Pengalaman tersebut akan membentuk pemahaman apabila ditunjang
dengan alat bantu belajar agar pemahaman matematika tersebut
menjadi kongkrit. Seorang siswa harus belajar secara kontinu, karena
kalau siswa belajar tidak kontinu siswa tidak memahami konsep
matematika berikutnya. Guru seharusnya mengkaitkan suatu konsep
matemtika sebelumnya dengan konsep matematika yang akan
diajarkan. Oleh karena itu pengalaman belajar matematika siswa yang
lalu sangat menentukan untuk memahami konsep matematika yang
baru. Mulyono Abdurahman mengatakan bahwa ada beberapa
pendekatan dalam pengajaran matematika, masing-masing didasarkan
atas teori yang berbeda. Ada empat pendekatan yang berpengaruh
dalam pelajaran matematika: urutan belajar yang bersifat
perkembangan, belajar tuntas, strategi belajar, pemecahan masalah.29
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran
matematika diharapkan berakhir pada sebuah pemahaman siswa yang
secara menyeluruh tentang materi yang telah disajikan. Pemahaman
siswa yang dimaksud tidak sekedar memenuhi tuntutan tujuan
pembelajaran matematika secara substantif saja, namun diharapkan
pula muncul kesadaran dalam diri siswa bahwa terdapat manfaat dari
pembelajaran matematika tersebut, karena matematika sangat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran
27
Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran..., h. 44 28
Erna Suawangsih dan Tiurlina , Modael Pembelajaran Matematika, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006), cet.1, h.3
29
matematika siswa diarahkan untuk memahami dan menguasai konsep,
dalil, teorema, generalisasi dan prinsip-prinsip matematika secara
menyeluruh. Menurut Erna Suwangsih dan Tiurlina ada dua kegunaan
matematika, yaitu matematika sebagai pelayanan ilmu lain dan
matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam
kehidupan sehari-hari.30 Jadi matematika berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari di setiap kehidupan manusia.
2. Hasil Belajar Matematika
Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut
dengan istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat terlihat dari apa yang dapat
dilakukan oleh siswa, yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan
perbuatan.
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan
dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang
dalam selang waktu tertentu setelah melalui proses belajar. Slameto
menyimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang
mempunyai cita-cita.31 Menurut Nasution “hasil belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi pada tingkah laku individu yang belajar bukan saja
perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri
pribadi individu yang belajar”.32 Menurut Reigeluth menyebutkan bahwa
“hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator
tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang
berbeda. 33 Jadi, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan
30
Erna Suawangsih dan Tiurlina , Modael Pembelajaran..,, h.9 31
Darwan Syah, dkk, Strategi Belajar Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009), cet.1, h.43
32
Darwan Syah, dkk, Strategi Belajar.., h.43 33
pengtahuan individu ke arah positif sebagai hasil dari belajar dengan
metode dan kondisi yang berbeda.
Reigeluth juga mengkategorisasikan hasil pembelajaran menjadi
tiga indikator, yakni: keefektifan pengajaran, efisiensi pengajaran, dan
daya tarik pengajaran.”34 Horward Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian,
sikap dan cita-cita.35 Pendapat Reigeluth tersebut hasil belajar lebih
mmenekankan pada proses pengajarannya, yaitu bagaimana pengajaran di
suatu tempat apakah efektif, efisien atau mempunyai daya tarik.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni
informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan
motoris, dan sikap. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan, dimana
kemempuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan
masalah maupun penerapan atruran. Keterampilan intelektual yaitu
kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Strategi kognitif
yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya
sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah. Keterampilan motorik yaitu kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,
sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan
menerima dan menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut.36
Di dalam kegiatan belajar mengajar, informasi verbal dapat dilihat
ketika siswa menyatakan suatu konsep atau pengertian. Intelektual dapat
dilihat ketika siswa menggunakan simbol untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Strategi kognitif digunakan ketika memecahkan suatu masalah
34
Nurdin Ibrahim, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan no.031, tahun ke-7, September 2001. h.448
35
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.22
36
dengan menggunakan cara-cara tetentu. Keterampilan motorik digunakan
ketika menggunakan perkakas atau alat-alat tertentu. Kemudian sikap
digunakan untuk memilih perbuatan atau prilaku tertentu.37
Benyamin Bloom membagi hasil belajar ke dalam 3 ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis dan
evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek,
yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perceptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks,
dan gerakan ekspresif dan interpretative. 38
Menurut Liebeck ada dua macam hasil belajar matematika yang
harus dikuasai oleh siswa, yaitu perhitungan matematis (mathematics
calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning).
Berdasarkan hasil belajar yang dikemukakan Liebeck, maka Lener
mengusulkan bahwa kurikulum bidang studi matemtika hendaknya
mencakup 3 elemen, yaitun konsep, keterampilan, dan pemecahan
masalah.39 Jadi menurut Lener dalam pembelajaran matematika yang
harus dikuasai oleh siswa setelah pembelajaran adalah konsep,
keterampilan, dan pemecahan masalah. Dari ketiga elemen tersebut
termasuk kedalam ranah kognitif.
Jadi matematika sebagai bahan pelajaran yang objeknya berupa
fakta, konsep, operasi, dan prinsip yang kesemuanya adalah abstrak, maka
hasil belajar matematika siswa yang dinilai adalah pada ranah kognitifnya,
penilaiannya dilakukan dengan tes hasil belajar matematika. Hasil belajar
matematika adalah kemampuan kompetensi tentang konsep-konsep dan
37
Hamzah B. Uno, model Pembelajaran…, h.210-211 38
Nana Sudjana, Penilaian Hasil…, h.22-23 39
struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi pembelajaran
matematika, serta kemampuan menghubungkan konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran
amtematika. Hasil belajar matematika siswa tersebut diperoleh dari
kegiatan belajar matematika dengan latihan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan perubahan tingkah
laku atau kecakapan. Berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung
kepada macam-macam faktor. Noeh Nasution, dan kawan-kawan
memandang belajar itu bukanlah aktifitas yang berdiri sendiri. Mereka
berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di
dalamnya, yaitu raw input, learning teaching process, output, inviromental
input, dan instrumental input.40 Dalam proses belajar mengajar turut
berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan, dan sejumlah faktor yang
sengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang tercapainya apa yang
di kehendaki. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: faktor dari dalam,
faktor dari luar, dan faktor pendekatan belajar.41
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni faktor yang berasal
dari diri siswa sendiri. Faktor dari dalam meliputi dua aspek yaitu:
1) Aspek fisiologis (Jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apalagi disertai
pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta
(kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau
tidak berbekas. Kondisi orang-orang khususnya siswa, seperti
40
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar…, h.141 41
tingkat kesehatan indra pendengar dan indera penglihat, juga
sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
2) Aspek psikologis (Rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebgai berikut:
a) Minat, menurut Slameto, adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat.42 Timbulnya minat belajar
disebabkan berbagai hal antara lain karena keinginan yang
kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan
yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat
belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang
tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan
prestasi yang rendah.
b) Kecerdasan/inteligensi
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas
otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya. Tingkat kecerdasan atau intelegensi sangat
menentukan tingkat keberhassilan belajar siswa.
c) Bakat, secara umum adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
42
yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat
dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada
upaya pendidikan dan latihan. Bakat dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya prestasi belajar dalam bidang–bidang
studi tertentu.
d) Motivasi, pengertian dasarnya adalah keadaaan internal
organisme, baik manusia ataupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian
ini, motivasi berarti pemasuk daya untuk bertingkah laku
secara terarah.
e) Sikap, adalah gejala internal yang berdimensi sfektif
berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yng relative tetap terhadap objek orang,
barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa, yang terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
seorang siswa. Masyarakat dan tetangga juga teman-teman
sepermainan di sekitar adalah temasuk faktor lingkungan sosial,
yang lebih banyak berpengaruh adalah orang tua dan keluarga itu
sendiri.
b. Faktor Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan
Faktor approach to learning (faktor pendekatan belajar), yakni
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efesiensi proses belajar
materi tertentu.
4. Model Pembelajaran Elaborasi Dengan metode PQ4R a Pembelajaran Elaborasi
1). Pengertian Elaborasi
Charles Reigeluth merumuskan bahwa elaborasi adalah desain
pembelajaran yang didasari argumen dimana pelajaran harus
diorganisasikan dari materi yan sederhana menuju pada harapan yang
kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang
lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang
terintegrasi.43 Arends menyatakan bahwa: “Elaborasi adalah proses
penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih
bermakna, oleh karenanya membuat pengkodean akan memberikan
kemudahan dan lebih memberikan kepastian.”44
Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan
ide tambahan berdasarkan dengan apa yang seseorang sudah ketahui
sebelumnya. Dengan menggunakan model elaborasi akan lebih
memungkinkan membantu pembelajar dalam pemindahan informasi
baru dari memori jangka pendek terpilih untuk ditransfer ke memori
jangka panjang dengan pengkodean atau dengan perincian informasi,
dan lebih efektif lagi apabila ide baru ditambahkan dengan
penyimpulan. Implikasi dari pembelajaran elaborasi adalah mendorong
siswa untuk menyelami informasi yang didapat. Pembelajarn elaborasi
43
Admin, “Elaborasi, Eksplorasi, dan Konfirmasi”, dari,
http://gurupembaharu.com/peningkatan-mutu/pembelajaran/elaborasi-eksplorasi-dan-konfirmasi/ , (rabu, 14 oktober 2009, 19:30)
44
membantu siswa belajar dan mengingat materi dalam kelas lebih
efektif.
Dalam pembelajaran elaborasi pembelajaran dimulai dari
penyajian isi pelajaran pada tingkat umum bergerak ke tingkat rinci.
Pembelajaran elaborasi dimulai dengan disajikannya gambaran tentang
hal yang paling umum, paling penting, dan paling sederhana dari isi
pelajaran yang akan disampaikan, gambaran umum tersebut disebut
epitome. Epitome adalah sebagian kecil isi pelajaran yang paling
umum dan paling penting. Epitome menyajikan hubungan-hubungan
konseptual isi bidang studi. Dengan cara penyajian epitome tersebut
dapat mempermudah pemahaman siswa, sebab siswa dapat
mengkaitkan setiap isi materi dengan materi lainnya.
Pembelajaran elaborasi yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini adalah pembelajaran elaborasi yang dikembangkan oleh
Reigeluth dan Degeng
2). Komponen Teori Elaborasi
Menurut Reigeluth dan Degeng dalam pembelajaran elaborasi
terdapat tujuh komponen strategi yang diintegrasikan, yaitu: urutan
elaborasi untuk struktur utama pengajaran, urutan prasyarat
pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran), rangkuman,
sintesa, analogi, pengangktif strategi kognitif, dan kontrol siswa.45
Urutan elaborasi untuk struktur utama pengajaran adalah urutan
dari sederhana ke kompleks atau dari umum ke rinci yang memiliki
karateristik khusus. Urutan prasyarat sebagai struktur yang
menunjukkan konsep-konsep yang dipelajari sebelum konsep lain
dipelajari. Rangkuman berfungsi memberikan pernyataan singkat
mengenai isi bidang studi yang sudah dipelajari dilengkapi contoh
acuan yang mudah diingat untuk saetiap konsep. Pensintesis adalah
45
berfungsi menunjukan kaitan di antara konsep, prosedur, atau prinsip
yang diajarkan. Dengan pensintesis akan memberikan pemahaman,
meningkatkan kebermaknaan dengan menunjukan konteks suatu
konsep, memberikan pengaruh motivasional, serta meningkatkan
retensi.
Menurut Reigeluth analogi dibuat untuk memudahkan
pemahaman terhadap pengetahuan yang baru dengan cara
membandingkan pengetahuan yang sudah dikenal oleh siswa.46
Pengaktif strategi kognitif ialah keterampilan mengatur proses
pembelajaran sehingga secara sadar atau tidak dalam diri peserta didik
terjadi proses internal ketika sedang belajar, mengingat, dan berfikir.
Strategi kognitif dapat dan harus diaktifkan selama pembelajaran
berlangsung. Menurut Merrill Kontrol siswa terkait dengan kebebasan
siswa dalam melakukan pilihan dan mengurutkan materi yang
dipelajari, kecepatan belajar, komponen strategi pembelajaran yang
akan digunakan, dan strategi kognitif yang ingin digunakan.47
Sedikitnya terdapat tujuah prinsip dalam pembelajaran elaborasi.
Seperti yang dikembangkan oleh Degeng yakni sebagai berikut:
1. Prinsip pertama adalah penyajian kerangka isi, yakni ditempatkan pada fase yang paling awal dari keseluruhan 2. Prinsip kedua adalah berkaitan dengan tahapan dalam
melakukan elaborasi isi pembelajaran.
3. Prinsip ketiga adalah berkaitan dengan bagian terpentinglah yang harus disajiakan pertama kali. Guna menentukan penting atau tidaknya suatu bagian ditentukan oleh sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi bidang studi.
4. Prinsip keempat berkaitan dengan tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi.
5. Prinsip kelima adalah berkaitan dengan penyajian pensintesis. Penyajian pensintesis dilakukan secara bertahap. Maksudnya pensintesis akan diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi
46
Made Wena, Strategi Pembelajaran…, h.27 47
6. Prinsip keenam adalah berkaitan dengan Penyajian jenis pensintesis, artinya jenis pensintesis akan disesuaikan dengan tipe isi bidang studi
7. Prinsip ketujuh adalah berkaitan dengan tahapan pemberian rangkuman. Rangkuman dimaksud untuk mengadakan tinjauan ulang mengenai isi bidang studi yang sudah dipelajari, dan hendaknya diberikan sebelum penyajian pensintesis .48
3). Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Elaborasi
Keunggulan pembelajaran elaborasi antara lain: (1) penyajian
materi lebih sistematis; (2) pebelajar lebih mudah mengingat informasi
baru yang disampaikan pengajar; (3) Pembelajaran lebih mudah
mengingat konsep, karena dalam penyampainnya diberikan analogi
sehingga lebih konkrit; (4) pemahaman suatu konsep menjadi lebih
dalam, karena semua konsep dipelajari dalam konteksnya dengan
konsep lain yang terkait; (5) pebelajar lebih mudah membuat
klasifikasi materi yang disampaikan.
Menurut Reigeiluth pembelajaran elaborasi mengandung
beberapa nilai lebih, seperti dibawah ini:
a) Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
b) Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengurangi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
c) Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
d) Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.49
Kelemahan dari pembelajaran elaborasi adalah (1)
membutuhkan waktu yang cukup lama, karena pada setiap selesai
penyajian satu materi penting diberikan analogi, sintesis dan
rangkuman; (2) kurang memberikan keuntungan bagi pengajar yang
48
Made Wena, Strategi Pembelajaran…, h.28-30 49
Admin, “Elaborasi, Eksplorasi, dan Konfirmasi”, dari
lebih menekankan pada pencapaian target materi; (3) pengajar lebih
membutuhkan waktu lama untuk mencari analogi yang cocok bagi
setiap materi yang bersifat abstrak.
Menurut Pratiwi pembelajaran elaborasi terdiri dari pembuat
catatan, analogi, dan PQ4R.50 Pembelajaran elaborasi yang telah lama
dikenal adalah metode PQ4R, maka dalam penelitian akan
menggunakan pembelajaran elaborasi metode PQ4R. Metode ini
digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca.
b. Metode PQ4R
Metode PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi
elaborasi. Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat
apa yang mereka baca dan dapat membantu proses belajar mengajar di
kelas yang dilaksanakan dengan kegiatan membaca buku. Aktivitas
membaca yang terampil akan membukakan pengetahuan yang luas,
gerbang kearifan yang dalam, serta keahlian di masa yang akan datang.
Dengan membaca kita dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan
melalui tulisan.
Seperti namanya PQ4R kegiatan ini diawali dengan “P” yang
berarti preview (membaca selintas dengan cepat), Q adalah question
(bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca), reflecty (refleksi),
recite (tanya-jawab sendiri), review (mengulang secara menyeluruh).
Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum
membaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses
pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah
diketahui. Mempelajari judul-judul atau topik-topik utama membantu
pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut, sehingga
memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori
jangka panjang. Resitasi informasi dasar, khususnya bila disertai
50
dengan beberapa elaborasi, kemungkinan sekali akan memperkaya
pengkodean.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode
membaca PQ4R adalah sebagai berikut:
a. Preview
Langkah pertama ini dimaksudkan agar siswa,
membaca selintas dengan cepat sebelum mulai membaca bahan
bacaan siswa yang memuat tentang materi ekosistem peran dan
interaksinya. Preview tugas membaca tersebut. Perhatikan
judul-judul dan topik-topik utama, baca tinjauan umum
(overview) dan rangkuman, ramalkan bacaan tersebut akan
membahas tentang apa.
Siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik, sub
topik utama, judul dan sub judul, kalimat-kalimat permulaan
atau akhir suatu paragraf, atau ringkasan pada akhir suatu bab.
Apabila itu hal tidak ada, siswa dapat memeriksa setiap
halaman dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat di
sana-sini sehingga diperoleh sedikit gambaran mengenai apa yang
akan dipelajari. Perhatikan ide pokok yang akan menjadi inti
pembahasan dalam bahan siswa. Dengan ide pokok ini akan
memudahkan mereka memberi keseluruhan ide yang ada.
b. Question
Langkah kedua adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri untuk setiap pasal yang ada pada
bahan bacaan siswa. Pergunakan “judul dan sub judul atau
topik dan sub topik utama”. Awali pertanyaan dengan
menggunakan kata “apa, siapa, mengapa, dan bagaimana”.
Kalau pada akhir bab telah ada daftar pertanyaan yang dibuat
oleh pengarang, hendaklah baca terlebih dahulu. Pengalaman
telah menunjukan bahwa apabila seseorang membaca untuk
membaca lebih hati-hati serta seksama serta akan dapat
membantu mengingat apa yang dibaca dengan baik.
c. Read
Bacalah bahan tersebut secara aktif, yakni dengan cara
pikiran siswa harus memberikan reaksi terhadap apa yang
dibacanya. Janganlah membuat catatan-catatan panjang.
Cobalah mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan sebelumnya.
d. Reflect
Reflect bukanlah suatu langkah terpisah dengan langkah
ketiga (read), tetapi merupakan suatu komponen esensial dari
langkah ketiga tersebut. Selama membaca, siswa tidak hanya
cukup mengingat atau menghafal, tetapi mencoba memahami
informasi yang dipresentasikan dengan cara:
1) Menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah
diketahui
2) Mengaitkan subtopik-subtopik di dalam teks dengan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip utama
3) Cobalah untuk memecahkan kontradiksi di dalam informasi
yang disajikan
4) Cobalah untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan
masalah-masalah yang disimulasikan dan dianjurkan dari
materi pelajaran tersebut.
e. Recite
Pada langkah kelima, siswa diminta untuk
merenungkan (mengingat) kembali informasi yang telah
dipelajari dengan menanyakan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan. Siswa melihat kembali catatan yang telah dibuat
dan menggunakan kata-kata yang ditonjolkan dalam bacaan.
dan berlandaskan ide-ide yang ada pada siswa, maka mereka
diminta membuat intisari materi dari bacaan.
f. Review
Pada langkah terakhir ini siswa diminta untuk membaca
catatan singkat (intisari) yang telah dibuatnya, mengulang
kembali seluruh isi bacaan bila perlu dan sekali lagi jawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Dari langkah-langkah metode PQ4R yang telah
diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa metode belajar ini dapat
membantu siswa memahami materi pembelajaran, terutama
pada materi-materi yang lebih sukar dan menolong siswa untuk
berkonsentrasi lebih lama. Langkah-langkah pembelajaran
[image:45.595.112.530.193.754.2]dengan penerapan metode PQ4R terdapat pada tabel 2.
Tabel 2
Langlah-Langkah Pembelajaran Dengan Penerapan