• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan teknik pola bilangan terhadap hasil belajar matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan teknik pola bilangan terhadap hasil belajar matematika"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ﻳﺤرﻟاﻦ ﺤرﻟاﷲا ﺳﺑ

Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah

memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan

yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa

dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan

para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa,

perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif

dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh

sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran,

bimbingan, waktu, arahan dan semangat dalam membimbing penulis selama

ini.

5. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd., sebagai dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, kesabaran, arahan, waktu dan semangat dalam

membimbing penulis selama ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu

berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

(2)

S.Pd yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan Ciputat, Ibu Lulu, S.Pd yang telah membantu penulis

melaksanakan penelitian di kelas IV-G dan IV-H. Seluruh karyawan dan guru

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan yang telah membantu melaksanakan

penelitian.

9. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur

yang dibutuhkan.

10.Keluarga tercinta Ayahanda Suparno, Ibunda Suryatin yang tak henti-hentinya

mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan

materil kepada penulis. Kakanda tercinta Heru Suparyanto, S.E dan Hetty

Sumayanti, serta semua keluarga yang selalu mendoakan, mendorong penulis

untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

11.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ’06,

kelas A dan B terutama Cucu Suryani, Tri Nopriana, Lidiya Ekawati,

Rahmawati, Desy Bangkit Arihati, Priska Sri Hardiana, Lilis Marina Angraini

dan Isti Pramita

12.Kakak Kelas angkatan ’04, angkatan ’05 khususnya Kak Fajrina, Kak

Sarmadan, Kak Roslani, S.Pd yang membantu dan mempermudah penulis

dalam menyusun skripsi.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan

berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan

doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah

SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.

(3)

yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang

sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, Oktober 2010

Penulis

(4)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II Deskripsi Teoritik, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ... 8

A. Deskripsi Teoritik ... 8

1. Hasil Belajar Matematika ... 8

a. Pengertian Belajar ... ... 8

b. Pengertian Matematika ... ... 10

c. Konsep Pembagian Bilangan cacah ... 11

d. Hasil Belajar Matematika ... 14

2. B. Hasil C. Keran Pola Bilangan ... 17

a. Pengertian Teknik Pola Bilangan ... 17

b. Pembagian Bilangan Cacah dengan Pola Bilangan ... 20

1. Pembagian dengan Satuan ... 20

2. Pembagian dengan Puluhan ... 23

3. Pembagian Bersisa ... 25

Penelitian Relevan ... 27

gka Berpikir ... 27

(5)

BA

DA LA

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Instrumen Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Analisis Instrumen ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 37

1. Uji Prasyarat ... 37

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 39

3. Analisis Deskriptif ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Data ... 42

1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 43

2. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 45

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis ... 50

1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 50

a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 50

b. Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 50

2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 51

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 52

D. Keterbatasan Penelitian ... 62

B V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

FTAR PUSTAKA ... 66 MPIRAN-LAMPIRAN

(6)
[image:6.595.113.513.177.557.2]

Tabel 1 Syarat Suatu Bilangan Habis Dibagi ... 14

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 36

Tabel 3 Katagori Skor Penilaian Hasil Observasi ... 40

Tabel 4 Katagori Jumlah Skor Penilaian Hasil Observasi ... 41

Tabel 5 Rangkuman Skor Akhir Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen .... 43

abel 6 Distribus Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 44

abel 7 Rangkuman Skor Akhir Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 46

Tabel 8 Distribusi Freku atika Siswa Kelas Kontrol ... 47

Tabel 9 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Eksperimen ... 51

abel 11 T T ensi Hasil Belajar Matem dan Kelas Kontrol ... 49

Tabel 10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... T Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 51

Tabel 12 Hasil Uji-t ... 52

Tabel 13 Deskriptor Penilaian Observasi ... 54

Tabel 13 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa ... 55

(7)
[image:7.595.111.513.174.564.2]

ambar 1 Kolom Pola Bilangan Pembagian ... 19

ambar 2 Grafik Pemikiran ... 28

ambar 3 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelompok Eksperimen ... 45

Gambar 4 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelompok Kontrol ... 48

Gambar 5 Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 52

Gambar 6 Pekerjaan Kelompok Pada LKS 3 ... 58

Gambar 7 Pekerjaan Kelompok Pada LKS 4 ... 60

Gambar 8 Perbandingan Hasil Pengerjaan Ujian Postes siswa ... 61 G

G

G

(8)

ampiran 2 RPP Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

ampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 98

ampiran 4 Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Sebelum Validitas ... 138

ampiran 5 Soal Uji Coba Instrumen ... 140

ampiran 6 Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Validitas ... 143

ampiran 7 Soal Instrumen Tes Hasil Belajar ... 145

Lampiran 8 Kunci Jawaban Belajar ... 148

Lampiran 9 Perhitungan Validitas Tes Pilihan Ganda ... 149

Lampiran 10 Perhitungan Reliabilitas Tes Pilihan Ganda ... 150

... 153

dus, bagian L L L L L L Soal Instrumen Tes Hasil Lampiran 11 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Pilihan Ganda ... 151

Lampiran 12 Perhitungan Daya Pembeda Tes Pilihan Ganda ... 152

Lampiran 13 Hasil Perhitungan Validitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes ... Lampiran 14 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians dan Simpangan Baku Kelas Eksperimen ... 157

Lampiran 15 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Mo Varians dan Simpangan Baku Kelas Kontrol ... 161

Lampiran 16 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 165

Lampiran 17 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 166

Lampiran 18 Perhitungan Uji Homogenitas ... 167

Lampiran 19 Perhitungan Pengujian Hipotesis ... 168

Lampiran 20 Meletakkan Hasil Bagi dan Sisa Bagi dengan Menggunakan Teknik Pola Bilangan ... 169

Lampiran 21 Perbandingan Mengerjakan Soal Operasi Pem

Dengan Menggunakan Teknik Pola Bilangan dan Teknik

(9)

x

Lampiran 25 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ... 177 Lampiran 26 Tabel Nilai Kritis Distribusi F ... 179

(10)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap

manusia, karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

dalam menunjang segala aspek di kehidupan manusia. Salah satunya

terlihat dari kemajuan teknologi, sekarang ini penggunaan teknologi

semakin canggih, hal ini tidak terlepas dari peran pendidikan itu sendiri,

yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia.

Kecanggihan teknologi juga memberikan kemudahan pada proses

pembelajaran matematika di sekolah, pada contoh yang sangat real yaitu

hampir keseluruhan proses pembelajaran di sekolah guru menggunakan

laptop dan LCD (liquid crystal display). Bahkan bukan hanya laptop dan LCD (liquid crystal display) saja yang dijadikan alat teknologi dalam proses pembelajaran, tetapi internet adalah kecanggihan teknologi yang

menjadi acuan para guru dalam mengumpulkan atau menilai tugas siswa

dalam pelajaran matematika.

Meskipun kecanggihan teknologi dapat memberikan kemudahan

pada pelajaran matematika, tidak menutupi kemungkinan bahwa beberapa

siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini didukung di

dalam buku Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian, Gunawan

menuliskan, “anak pasti akan berpikir bahwa belajar matematika itu sangat

sulit dan membosankan dan akhirnya dia tidak suka dengan pelajaran

matematika.”1

Dampak dari siswa yang tidak suka dengan pelajaran matematika

dapat dilihat dari hasil belajar matematika. Masalah utama dalam

pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar siswa di sekolah.

      

1

Adi W. Gunawan, Cara Genius menguasai Tabel Perkalian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal.7

(11)

Terutama yang paling mencolok adalah rendahnya prestasi siswa dalam

bidang matematika. Padahal jam pengajaran matematika di Indonesia tidak

digolongkan sedikit dari negara-negara lain. Pernyataan ini didukung oleh

hasil penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada

2003, “jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak

dibandingkan Malaysia dan Singapura. Selama satu tahun, siswa di

Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di

Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam.” 2. Walaupun jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dari

negara-negara lain, termasuk negara-negara Malaysia dan Singapura, tetap tidak

menutupi kemungkinan bahwa hasil belajar matematika di Indonesia lebih

rendah dari negara-negara lain, bahkan negara tetangga pun sendiri yaitu

negara Malaysia dan negara Singapura. Peneliti mencari sumber tentang

perbandingan prestasi matematika siswa di Indonesia dan kedua negara

Asia tersebut, yaitu negara Malaysia dan Singapura. Hasil penelitian di

situs internet yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember 2006 itu

menyebutkan, “prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara

tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor

rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 =

rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut).”3. Posisi negara Indonesia dari pernyataan tersebut mengalami prestasi matematika

siswa jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara Malaysia dan negara

Singapura. Maka dapat disimpulkan bahwa waktu yang dihabiskan siswa

Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih, itu

artinya, ada sesuatu dengan metode atau teknik pengajaran matematika di

negara Indonesia yang harus diperbaiki.

      

2

Firman, Syah Noor, Rendah, Prestasi Matematika Indonesia Jumlah Jam Pelajaran dan Prestasi tak Sebanding. Bandung, 2007. Dari

http://www.topix.com/forum/world/indonesia/T36OLENKQ6R3G1130 . Bandung, 2007 akses 18 Agustus 2010 14:27

3

(12)

Salah satu prestasi matematika siswa rendah di Indonesia selain

dari aspek guru yang kurang menggunakan metode dan teknik pengajaran

pada saat proses pembelajaran, yaitu aspek siswa. Siswa cenderung tidak

suka atau bahkan takut terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini bukan

rahasia umum lagi siswa sering kali merasa bosan dan menganggap

matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Padahal

matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting, yang

selalu diberikan kepada siswa mulai dari pendidikan dasar sampai

pendidikan tinggi.

Pertanyaannya adalah mengapa banyak sekali anak Indonesia yang

tidak menyukai pelajaran matematika, padahal pelajaran itu adalah dasar

untuk mempelajari pelajaran lain, misalnya pada pelajaran fisika dan

kimia, sebelum belajar pelajaran fisika dan kimia, siswa harus punya dasar

kemampuan matematika yaitu bagaimana cara mengoperasikan

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Beberapa informasi menunjukkan bahwa kemampuan siswa

Sekolah Dasar (SD) dan sederatnya dalam mengerjakan operasi

pembagian belum memuaskan, bahkan hal tersebut juga dialami oleh

siswa pada tingkat-tingkat kelas yang lebih tinggi. Sekolah Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan sebagai contoh, nilai matematika pada materi

operasi pembagian mempunyai nilai rata-rata 5,28. Rata-rata hasil belajar

matematika yang diperoleh masih kurang dari KKM yang ditentukan,

yaitu 6,50. Keadaan ini sebenarnya tidak boleh terjadi sebab dengan

selesainya siswa mengikuti pelajaran matematika di Sekolah Dasar dan

sederajatnya, mereka harus telah memiliki kemampuan yang cukup dalam

mengerjakan operasi pembagian, karena keterampilan berhitung

merupakan salah satu sasaran pengajaran matematika.

Penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa matematika adalah

suatu mata pelajaran yang membuat banyak anak tertekan bahkan malas

untuk mempelajarinya. Bahkan ini bisa terjadi sampai anak tersebut

(13)

penting. Matematika adalah pintu gerbang menuju ilmu pengetahuan

lainnya, karena itu setiap manusia termasuk siswa perlu menguasai

matematika sebagai bekal hidupnya dalam memasuki era globalisasi ini.

Pembagian merupakan operasi aritmatika yang terbilang sulit

dikuasai oleh siswa. Kemampuan siswa Sekolah Dasar dan sederajatnya

untuk menghafal pembagian hanya sampai pembagian 2 digit dengan

bilangan pembagi 1-9 saja. Penyelesaian pembagian dengan teknik

bersusun seperti yang selama ini digunakan, memerlukan waktu yang

cukup lama untuk mengerjakannya. Siswa seringkali keliru untuk

menempatkan letak angka ratusan, puluhan, atau satuan. Teknik berhitung

cepat yang diajarkan di lembaga-lembaga kursus, juga butuh waktu lama

(sekitar 1 tahun) bagi siswa untuk menguasai pembagian.

Berdasarkan dari kesulitan siswa dalam mengoperasikan

pembagian tersebut maka dengan menggunakan teknik pola bilangan,

siswa dapat mengerjakan operasi pembagian dengan mudah dan cepat.

Pada buku Polamatika, Premadi mengemukakan bahwa:

Penggunaan pola bilangan ini terbukti cukup efektif untuk dipelajari siswa karena sangat mudah dan sangat cepat. Hal ini disebabkan siswa hanya menghafalkan satu pola untuk semua soal pembagian sampai 6 digit (bahkan digit tak terbatas) dengan bilangan pembaginya dari 2-99. Jika pola pembagian ini digunakan untuk bilangan yang pembaginya ratusan (101-999) atau bahkan ribuan (1001-9999), tetap menggunakan satu pola yang sama dengan yang digunakan pada pembagian satuan.4 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

peneliti tertarik untuk menjadikannya sebagai penelitian yang berjudul,

Pengaruh Penggunaan Teknik Pola Bilangan Terhadap Hasil Belajar Matematika.”

      

4

(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah

yang dapat diidentifikasi menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar matematika

siswa?

2. Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan oleh guru untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

3. Apakah penerapan perhitungan biasa (cara bersusun) cukup efektif

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan operasi

pembagian?

4. Apakah penerapan perhitungan dengan teknik pola bilangan cukup

efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan

operasi pembagian?

5. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan

menggunakan teknik pola bilangan pada operasi pembagian terdapat

perbedaan dengan siswa yang diajarkan dengan tidak menggunakan

teknik pola bilangan pada operasi pembagian?

6. Apakah terdapat pengaruh dalam penerapan teknik pola bilangan pada

operasi pembagian terhadap hasil belajar matematika siswa?

C. Pembatasan Masalah

Peneliti berharap agar tujuan penelitian ini menjadi jelas dan

terarah, maka dalam penelitian ini akan difokuskan dan diukur pada ada

atau tidaknya perbedaan hasil belajar matematika siswa, antara siswa yang

diajarkan teknik pola bilangan pada operasi pembagian bilanga cacah

dengan siswa yang diajarkan teknik bersusun pada operasi pembagian

bilangan cacah. Operasi hitung yang dibahas adalah operasi hitung

pembagian satu digit (satuan), dua digit (puluhan), dan pembagian bersisa.

Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

(15)

digit (puluhan), dan operasi pembagian bersisa sesuai dengan kurikulum

dan silabus Sekolah Dasar dan sederajatnya di Kelas IV pada semester

satu tahun ajaran 2010/2011.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi serta pembatasan

masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan masalahnya

sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi kemampuan siswa dalam materi operasi

pembagian bilangan cacah dengan menggunakan teknik pola bilangan?

2. Apakah terdapat pengaruh dalam penerapan teknik pola bilangan pada

operasi pembagian bilangan cacah terhadap hasil belajar matematika

siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kemampuan siswa dalam materi operasi pembagian

bilangan cacah dengan menggunakan teknik pola bilangan.

2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh antara hasil belajar matematika

siswa dengan menggunakan teknik pola bilangan pada operasi

pembagian bilangan cacah terhadap hasil belajar matematika siswa.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa dengan menggunakan teknik pola bilangan pada materi operasi

pembagian bilangan cacah.

2. Bagi guru sebagai alternatif teknik pembelajaran dalam upaya

meningkatkan hasil belajar matematika pada materi operasi pembagian

(16)

3. Bagi pengguna secara umum dapat menambah referensi baru dalam

menggunakan teknik pola bilangan pada materi operasi pembagian

(17)

A. Deskripsi Teoretik

1. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses kegiatan yang bisa dilakukan secara

informal maupun formal. Belajar bukan hanya bisa dilakukan di

sekolah, tetapi bisa juga dilakukan di luar sekolah, seperti di rumah, di

jalan ataupun di sekeliling kita. Belajar adalah suatu proses yang

memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang kita dapat bukan hanya

dari sekolah tetapi di luar sekolah pun pengetahuan bisa didapatkan.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Robbins yang

mendefinisikan bahwa “belajar sebagai proses menciptakan hubungan

antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu

(pengetahuan) baru.”1. Pandangan Robbins dalam pengertian belajar senada dengan yang dikemukakan oleh Brunner bahwa, “belajar adalah

suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk)

pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang

sudah dimilikinya.”2

Pengetahuan yang diperoleh manusia bisa didapatkan dari setiap

jenjang pendidikan, jadi bisa dikatakan bahwa belajar merupakan

proses kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia pada jenjang

pendidikan dasar sampai jenjang perkuliahan. Pernyataan tersebut

sesuai dengan teori belajar yang terdapat di dalam buku Muhibbin yang

mendefinisikan bahwa, “belajar adalah kegiatan yang berproses dan

1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet ke-1, hal 15

2

Trianto, Mendesain Model…, hal 15

(18)

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.”3

Kehidupan seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan

bahwa dalam diri seseorang itu terjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan perubahan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan apa yang

di kemukakan oleh “Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses

adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara

progresif.”4, serta pendapat dari “Morgan mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat

atau hasil dari pengalaman yang lalu.”5

Pengalaman yang lalu pada proses pembelajaran adalah konsep

awal yang sudah dimiliki oleh siswa, dan guru sebagai fasilitator

membantu siswa menanamkan atau menambah pengetahuan baru dari

suatu materi, sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh siswa

berkembang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari teori belajar

bermakna Ausubel yang menyatakan bahwa “belajar bermakna

merupakan proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep

relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.”6

Ausubel menyarankan bahwa guru mencoba mengikatkan

informasi baru ke dalam stuktur yang telah direncanakan di dalam

permulaan pelajaran, dengan cara mengingatkan siswa bahwa rincian

yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang

bersifat umum. Akhir pembelajaran siswa diminta mengajukan

pertanyaan pada diri sendiri mengenai tingkat pemahamannya terhadap

pelajaran yang baru dipelajari, menghubungkannya dengan

pengetahuan yang telah dimiliki dan pengorganisasian materi

pembelajaran dan juga memberikan pertanyaan kepada siswa dalam

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet ke-13. hal 89

4

Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil, (Bandung: Prospect, 2009), Cet ke-5. Hal 3

5

Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran…, hal 4

6

(19)

rangka keluasan pemahaman siswa tentang isi pelajaran. Sesuai

pernyataan Winkel yang menyatakan tentang pembelajaran, yaitu

“pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan

kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian

kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta

didik.”7

Definsi-definisi belajar yang dijelaskan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa teori Ausubel yang lebih tepat dalam proses

pembelajaran matematika, karena jika siswa hanya mencoba-coba

menghafal informasi baru tanpa menghubungkan dengan

konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka dalam hal ini

terjadi belajar hafalan, padahal dalam pembelajaran matematika suatu

konsep yang ada tidak bisa di hafalkan begitu saja, akan tetapi siswa

harus mengetahui struktur dari konsep tersebut.

b. Pengertian Matematika

Penjelasan pengertian matematika tidak dapat dijawab dengan

mudah, karena pasti pandangan masing-masing terhadap matematika

itu berbeda-beda. Seperti yang terdapat pada buku Model Pembelajaran

Matematika yang mengatakan bahwa, “matematika merupakan bahasa

simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah ilmu

yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis,

matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan

struktur, matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan

ilmu yang lain.”8

Pernyataan di atas sudah dijelaskan mengenai pengertian

matematika. Peneliti dalam hal ini peneliti akan mencari tahu asal kata

matematika, di buku Model Pembelajaran Matematika berpendapat

7

Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran…, hal 31

8

(20)

bahwa matematika berasal dari “kata mathein atau mathenein yang

artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka

perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan

berpikir(bernalar).”9

Jadi dari penjelasan di atas bahwa ilmu matematika adalah ilmu

dasar yang sangat penting untuk mempelajari ilmu lain, karena

matematika merupakan ratunya ilmu. Matematika juga merupakan

suatu ilmu yang menggunakan lambang-lambang matematika. Ilmu

matematika bukanlah sekadar berhitung, tetapi matematika merupakan

kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan.

Matematika memiliki simbol, gambar, atau pola yang bersifat efisien

dan padat makna.

c. Konsep Pembagian Bilangan Cacah

Pembahasan matematika tentang angka dan bilangan masih

banyak yang keliru, angka dan bilangan seringkali dianggap dua entitas

yang sama. Mereka pun umumnya menganggap angka dan bilangan

sebagai bagian dari matematika. Padahal sebuah angka digunakan

untuk melambangkan bilangan, sedangkan bilangan adalah suatu

konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran.

Matematika mempunyai bermacam-macam bilangan, seperti yang

telah dijelaskan oleh Ruseffendi, “terdapat bermacam-macam yaitu

bilangan kardinal, bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat,

bilangan rasional, bilangan irrasional, bilangan real, dan bilangan

kompleks.”10. Ensiklopedia Matematika menjelaskan bahwa, “bilangan adalah suatu idea. Sifatnya abstrak. Bilangan bukan simbol atau

9

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran…, hal 3

10

(21)

lambang dan bukan lambang bilangan. Bilangan memberikan

keterangan mengenai banyaknya anggota suatu himpunan.”11

Macam-macam bilangan terdapat salah satu macam bilangan,

yaitu bilangan cacah. Bilangan cacah adalah sub bagian dari bilangan

kompleks, real, rasional serta bilangan bulat, hal ini sesuai dengan

pernyataan di dalam buku Catur Supatmono bahwa, “bilangan cacah

adalah bilangan asli yang ditambah unsur bilangan nol.” 12. Jadi yang termasuk bilangan cacah yaitu 0, 1, 2, 3, dan seterusnya. Pernyataan ini

juga didukung oleh penjelasan dalam Ensiklopedia Matematika bahwa,

“semua anggota himpunan bilangan asli adalah anggota himpunan

bilangan cacah, tetapi tidak semua anggota himpunan bilangan cacah

menjadi anggota himpunan bilangan asli. Satu-satunya anggota

himpunan bilangan cacah yang bukan anggota himpunan bilangan asli

adalah bilangan nol.”13

Tingkat Sekolah Dasar terdapat beberapa operasi hitung

bilangan cacah yang biasa diajarkan, salah satunya adalah operasi

pembagian. Pengertian pembagian dalam ilmu matematika adalah

invers dari perkalian. Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar (SD)

bahwa, “pembagian adalah suatu operasi yang digunakan untuk

menentukan suatu faktor, apabila suatu hasil kali dan satu faktor

diketahui. Atau suatu operasi untuk menentukan banyaknya himpunan

obyek, apabila banyaknya seluruh obyek dan banyaknya obyek dalam

setiap himpunan diketahui atau sebaliknya.”14 Bentuk umumnya adalah

dengan syarat . Dibaca

dibagi sama dengan . Dengan disebut yang dibagi, disebut

11

ST. Negoro, B. Harahap, Ensiklopedia Matematika, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hal 36

12

Catur Supatmono, Matematika Asyik, (Jakarta: PT Grafindo, 2009), hal 77

13

ST. Negoro, B. Harahap, Ensiklopedia…, hal 41

14

(22)

pembagi, dan disebut hasil bagi. Beberapa buku menulis pembagian

dengan

¾ Sifat komutatif tidak berlaku pada pembagian, sebab

, atau . Ada beberapa sifat pembagian, yaitu:

, secara

umum:

tidak berlaku pada pembagian, sebab 8: :

¾ Bilangan bera akan me ¾ Sifat asosiatif

8: : , secara umum: a: b : c a: b: c

papun jika dibagi nol nghasilkan sesuatu

yang tidak terdefinisi. tidak terdefinisi. Dan jika =∞

x x

lim

0

karena tidak ada nilai da

1

lam limit mendekati x=0 dengan fungsi ,

sehingga nilai dari =∞ x

1

lim

Contoh:

x 0

tidak terdefinisi

¾ Nol dibagi berapapun hasilnya selalu nol.

Contoh: ,

a i lis:

, dengan disebut yang dibagi, disebut pembagi, disebut hasil

bagi, disebut sisa.

Contoh:

dan memiliki sisa 3. Jadi 23=(5x4)+3.

Jika s = 0, maka dikatakan habis dibagi , contoh: 110 habis dibagi

11 sebab 110 dibagi 11 akan meghasilkan sisa sama dengan nol. Secara umum, pembagian bersisa dap t d tu

(23)
[image:23.595.112.518.132.581.2]

Tabel 1

Syarat Suatu Bilangan Habis Dibagi

Sebuah bilangan habis

dibagi:

Jika

satuan pada bilangan tersebut

enap (bilangan yang

habis dibagi 2) dan b n 0 2 merupakan bilangan g

Angka

ilanga

3 Jumlah angka-angka tersebut habis dibagi 3

5

Angka yang dibagi mempunyai nilai

satuannya 0 atau 5

9 Jumalah angka-angka tersebut habis dibagi 9

Contoh:

¾ 212 habis dibagi 2 sebab hasil bagi mempunyai nilai satuan

bilangan genap, yaitu 2

126 habis dibagi 3 sebab jumlah angka yang dibagi, yaitu 1+2+6=9,

habis dibagi 3.

bagi 9.

Matematika

ya tujuan pembelajaran, dan tujuan

pem elajaran akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran

pembelajaran yang sudah dicapai dapat

dilihat ¾

dan 9

¾ 2.345 habis dibagi 5 sebab angka yang dibagi mempunyai nilai

satuannya 5.

¾ 2.385 habis dibagi 9 sebab jumlah angka yang dibagi, yaitu

2+3+8+5=18, habis di

d. Hasil Belajar

Proses pembelajaran di kelas, baik guru maupun siswa

bersama-sama menjadi pelaku terlaksanan

b

berjalan secara efektif. Tujuan

dari keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu dilihat dari hasil

belajar siswa. Definisi belajar yang telah dijelaskan oleh Morgan di atas

(24)

pengalaman yang lalu, maka dapat dikatakan bahwa hasil dari belajar

adalah ditandai dengan adanya perubahan yang dicapai. Hasil belajar

dapat dicapai oleh siswa apabila siswa tersebut telah melakukan

kegiatan belajar, hal ini sesuai dengan pendapat dari Abdurrahman

yang menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”15, serta didukung pula dengan pernyataan oleh Sudjana yang menyatakan bahwa, “hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya.”16.

Arifin menjelaskan bahwa “indikator hasil belajar merupakan

uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam

berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk

menilai ketercapaian hasil pembelajaran.”17. Peserta didik diberi kesemp

atan untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan

nilai-nilai yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran dan

dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Menurut

Arikunto, “hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses

belajar dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang

dapat diamati dan diukur.”18. Memperoleh hasil belajar siswa harus dilakukan evalusi atau penilaian guna mengukur tingkat keberhasilan

siswa atau penguasaan siswa, maupun perubahan siswa. Penilaian hasil

belajar siswa bisa mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan, tiga

ranah ini dikenal dengan Taksonomi Bloom. Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau

15

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembeelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), Cet ke-3, hal 14

16

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet XI, hal.22

17

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet I, hal.27

18

(25)

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari

ampuan bertindak. Ada enam

an keterampilan

penge

adalah enam taan ini

diduku

lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kem

aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan releks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerak

kompleks, gerakan ekspresid dan interpretatif. 19

Ranah kognitif yang sudah disebutkan di atas, yaitu,

tahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi

jenis perilaku yang bersifat hierarkis. Pernya

ng di dalam buku Dimyati yang menyatakan bahwa, “perilaku

yang terendah merupakan perilaku yang harus dimiliki terlebih dahulu

sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi.”20Maka dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa

setelah dilakukan proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Juliah yang

menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi

milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.”21 dan Hamalik yang menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta

apersepsi dan abilitas.”22, serta didukung pula dengan peryataan oleh Gagne yang menyatakan bahwa , “meninjau hasil belajar yang harus

dicapai oleh siswa dan juga meninjau proses belajar menuju ke hasil

belajar dan langkah-langkah instruksional yang dapat diambil oleh guru

dalam membantu siswa belajar.”23

19

Nana Sudjana, Penilaian Hasil…, hal.22-23

20

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Rineka Cipta, 2009), Cet IV, hal.2

p Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi…, hal 15

an, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), Cet ke-4, hal

7

21

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi…, hal 15

22

Ase

23

(26)

Jika dikatakan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang

diperoleh oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar,

maka

ang belajar ru tentang

Jad

suatu nilai (angka) yang dicapai oleh siswa setelah melakukan proses

kegiata

2.

a. Pengertian Teknik Pola Bilangan

kita lebih jauh membahas pola bilangan, alangkah

lebih baik jika kita terlebih dahulu mengetahui tentang pola dan

hasil belajar matematika merupakan segala sesuatu yang

diperoleh oleh siswa setelah kegiatan belajar mengajar matematika.

Buku Pengembangan Kurikulum Matematika menjelaskan tentang

belajar matematika yang menyatakan bahwa “belajar matematika

adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang

terdapat di dalam bahasa yang dipelajari serta mencari

hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut.”24 Adapun penjelasan tentang hasil belajar matematika, yaitu:

Hasil belajar matematika di sekolah dasar umumnya dinyatakan dengan nilai (angka), sehingga siswa y

matematika akan mempunyai kemampuan ba

matematika sebagai tambahan dari kemampuan yang telah ada. Hasil belajar matematika adalah tolak ukur keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar matematika dengan tujuan kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan evaluasi.25

i, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah

n belajar matematika dan pengetahuan tentang matematika yang

telah dimiliki oleh siswa akibat dari kegiatan belajar matematika yang

telah dilakukan serta hasil akhir setelah mengalami proses belajar

matematika dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan

yang dapat diamati dan diukur.

Pola Bilangan

Sebelum

24

Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, (Yogyakarta:Multi Pressindo, 2008), Cet-1, hal 176

25

(27)

bilangan. Istilah pola dalam matematika adalah sebuah susunan. Dapat pula di yang diguna gan ditunjukkan dengan yang digunakan adalah nik lain y

ung. Hal ini sesuai dengan

pernya

pola bilangan.”29

nyatakan bahwa pola adalah sebuah susunan yang mempunyai

bentuk yang teratur dari bentuk yang satu ke bentuk berikutnya.

Hudojo menyatakan bahwa “pola adalah suatu sistem mengenai

hubungan-hubungan di antara perwujudan alamiah.”26

Pengertian bilangan dalam matematika adalah sesuatu

kan untuk menunjukkan kuantitas (banyak, sedikit) dan ukuran

(berat, ringan, panjang, pendek, luas) suatu objek. Bilan

suatu tanda atau lambang yang disebut angka.

Pola bilangan menurut Raharjo, adalah “pola bilangan yang

sajiannya dinyatakan dalam lambang-lambang dan angka-angka.”27 Teknik perhitungan pembagian pada umumnya

dengan cara bersusun. Cara bersusun bukanlah satu-satunya cara

dalam menyelesaikan suatu operasi hitung pembagian, tetapi ada tek

ang dapat digunakan dalam menyelesaikan operasi hitung

pembagian, yaitu teknik pola bilangan.

Teknik pola bilangan adalah teknik berhitung cepat dan mudah.

Dengan menggunakan teknik pola bilangan ini, siswa akan lebih mudah

untuk memahami suatu operasi hit

taan dari Premadi yang menyatakan bahwa, “penggunaan pola

bilangan ini terbukti cukup efektif untuk dipelajari siswa karena sangat

mudah dan sangat cepat.”28

“Pola bilangan ini diperlukan kolom bantu. Kolom ini adalah

alat bantu perhitungan operasi hitung, seperti pada operasi pembagian.

Adapun contoh kolom teknik

26

Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang,1990), Cet ke-2

udi Raharjo, Bilangan Asli, Cacah dan Bulat, (Widyaiswara PPPG Matematika Yogyaka

arta: PT Wahyu Media, 2007), Cet ke-1, hal 2 , hal 3

27

Mars

rta: Tidak Diterbitkan), 2004, hal 36

28

Dradjad Premadi, Polamatika, (Jak

29

(28)
[image:28.595.112.505.127.553.2]

Gambar 1

Kolom Pola Bilangan Pembagian

Setiap model pe strategi, metode maupun teknik

pasti punya asing, seperti teknik

pola bi

mempunyai cara yang berbeda dari

meyelesaikan operasi hitung

rasi pembagian, kolom dibentuk kotak-kotak

matematika, bahkan dari sini bisa dijadikan suatu permainan Sisa pembagian

mbelajaran,

kelebihan dan kelemahan masing-m

langan ini, diantaranya:

1. Keunggulan Teknik Pola Bilangan:

a. Teknik pola bilangan

perhitungan cara bersusun dalam

pembagian, sehingga membuat siswa tidak bosan dalam belajar

operasi hitung.

b. Teknik pola bilangan mempunyai kolom untuk menyelesaikan

perhitungan ope

seperti sebuah permainan, dengan hal ini siswa akan senang,

karena ia merasa tidak terbebani dalam situasi belajar a3

a 1

a2

c1

c2

Pemisahan angka yang dibagi

:b

Bilangan pembagi

(29)

operasi pembagian yang menarik dengan alat bantu kolom.

c. Teknik pola bilangan tidak melakukan sistem simpan yang

dilakukan dengan metode bersusun, dengan ini siswa tidak

akan keliru dalam menghitung.

d. Tidak menggunakan alat bantu hitung, seperti sempoa.

2. Kelemahan Teknik Pola Bilangan

a. Teknik ini hanya cocok untuk siswa sekolah dasar dan

g yang

bagi

bagian besar siswa SD, SMP, maupun SMA. Mereka seringkali

, dengan pola

bilanga

dibagi, kemudian

alam kolom pola bilangan.

sedarajatnya, maka tidak bisa dikembangkan ke jenjan

lebih tinggi.

b. Siswa harus hapal perkalian 1 sampai perkalian 10.

c. Siswa harus hapal terlebih dahulu pembagian sampai 100.

b. Pembagian Bilangan Cacah dengan Pola Bilangan

Pembagian bilangan matematika sesuatu yang sulit

se

mengalami kesulitan untuk menyelesaikan pembagian

n, semua persoalan pembagian bilangan akan menjadi mudah.

1. Pembagian dengan Satuan

a. Dengan bilangan pertama bisa dibagi

56 : 2 =…

Langkah pertama

pisahkan angka pada bilangan yang

masukkan d

5 6 : 2 =

(30)

Langkah kedua

¾ Bagilah nilai a1 dengan bilangan pembagi (b)

¾ Tuliskan hasilnya di kolom d dan sisanya di kolom c1

5 : 2 = 2 sisa 1

Lan kah ketiga

¾ c1 dengan kolom sebelahnya (a2).

¾ b.

kem d (sebelah hasil pertama). : 2

5

6

5

: 2

g

Gabungkan kolom

Hasil penggabungan bagilah dengan nilai kolom

udian hasilnya di kolom

Hasil penggabungan 1 dan 6 adalah 16

Sehingga 16 : 2 = 8 1 6

2

5

: 2 1 6

(31)

Langkah keempat

¾ Hasil pembagian dapat diketahui di kolom d, nilainya

adalah 28

Jadi, 56 : 2 = 28

Lan

Pisahkan angka pada bilangan yang dibagi, kemudian

b. Dengan bilangan pertama tidak bisa dibagi

148 : 2 = …

gkah pertama

masukkan dalam kolom pola bilangan.

Catatan : Jika angka hasil pemisahan bilangan tidak dapat

ngan pembagi maka angka tersebut

angkah kedua

Bagilah nilai a1 dengan bilangan pembagi (b)

Tuliskan hasilnya di kolom d dan sisanya di kolom c1.

14 : 2 = 7 sisa 0 dibagi dengan bila

digabung dengan angka sesudahnya.

14 8 : 2 =

a1 a2 b

: 2 14

8

L

¾

(32)

angkah ketiga

Gabungkan kolom c1 dengan kolom sebelahnya (a2).

Hasilnya penggabungan, bagilah dengan nilai kolom b.

kemudian hasilnya tulis di kolom d (sebelah hasil

Langkah keempat

¾ Hasil pembagian dapat diketahui di kolom d, nilainya

adalah 74. Jadi, 148 : 2 = 74.

2. Pembagian dengan Puluhan

te Tahap selanjutnya adalah

mempelajari pembagian dengan puluhan. : 2 14

0

7 8

L

¾

¾

pertama).

Hasil penggabungan 0 dan 8 adalah 08 atau 8.

Sehingga 8 : 2 = 4

14

: 2

Setelah mempelajari pembagian bilangan dengan satuan,

ntunya kita telah menguasainya. 0 8

(33)

672 : 12 =…

Lan

angkah kedua

¾ agilah nilai a1 dengan bilangan pembagi (b)

¾ uliskan hasilnya di kolom d dan sisanya di kolom c1

7 : 12 = 5 sisa 7

angkah ketiga

¾ abungkan kolom c1 dengan kolom sebelahnya (a2).

¾ asil penggabungan bagilah dengan nilai kolom b, kemudian

asilnya tulis di kolom d (sebelah hasil pertama).

an 7 dan 2 adalah 72

gkah pertama

Pisahkan angka pada bilangan yang dibagi, kemudian

masukkan dalam kolom pola bilangan.

L

B

T

6

L

G

H

h

Hasil penggabung

Sehinga 72 : 12 = 6 67 2 : 12 =

a1 a2 b

: 12 67

2

67

: 12 7 2

(34)

L

: 12 67

7

angkah keempat

¾ asil pembagian dapat diketahui di kolom d, nilainya 56.

adi, 672 : 12 = 56

3.

ilkan

sisa hasilkan sisa terjadi jika bilangan tersebut

tidak habis dibagi.

Lan

H

J

Pembagian Bersisa

Pembagian bersisa adalah pembagian yang menghas

. Pembagian meng

89 : 7 =…

gkah pertama

Pisahkan angka pada bilangan yang dibagi, kemudian

masukkan dalam kolom pola bilangan. 2

56

8 9 : 7 =

a1 a2 b

: 7 8

(35)

Langkah kedua

¾ Bagilah nilai a1 dengan bilangan pembagi (b)

¾ Tuliskan hasilnya di kolom d dan sisanya di kolom c1.

8 : 7 = 1 sisa 1

Langkah ketiga

¾ Gabungkan kolom sebelahnya (a2).

¾ mudian

hasilnya tulis di kolom a).

Langkah keempat

¾ Karena bilangan di kolom a (bilangan utama) tidak ada, 8

: 7 1 9

c1 dengan kolom

Hasil penggabungan bagilah dengan nilai kolom b. ke

d (sebelah hasil pertam

an 1 dan 9 adalah 19 Hasil penggabung

Sehingga 19 : 7 = 2 sisa 5

sedangkan di kolom c masih ada sisa, berarti pembagian 1

8

: 7 1 9

5

(36)

tersebut menghasilkan sisa pembagian yaitu 5.

¾ Hasil pembagian dapat diketahui di kolom d, nilainya 12 dan

sisanya 5 atau dapat dituliskan dengan

Jadi, 89 : 7 =

e B. Hasil P

Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh penerapan teknik berhitung

lainnya terhadap hasil belajar matematika siswa, salah satunya adalah hasil

elit ji Gojali tentang Pengaruh Penerapan Teknik Berhitu

ngan pada siswa maka siswa akan cepat dan

udah dalam penggunaan pola bilangan pada penyelesaian soal pembagian,

gan ini terbukti cukup efektif untuk dipelajari

siswa k

dengan bentuk diagram sebagai berikut : nelitian Relevan

pen ian yang dilakukan oleh Pu

ng Perkalian Polamatika Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa teknik polamatika dalam perkalian dapat

memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika

yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan

tersebut disebabkan karena pada saat berlangsungnya proses belajar, kelas

eksperimen menerapkan teknik berhitung perkalian polamatika dengan

menggunakan kolomatika dan kelas kontrol tidak menggunakannya, sehingga

dengan kata lain penerapan teknik berhitung perkalian polamatika mempunyai

pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pola bilangan dalam operasi pembagian

adalah bagian teknik berhitung yang menggunakan kolomatika untuk

menyelesaikan operasi pembagian. Maka penelitian ini relevan dengan penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya.

C. Kerangka Berpikir

Penerapan teknik pola bila

m

sehingga penggunaan pola bilan

arena sangat mudah dan sangat cepat.

(37)

Pengaruh terhadap hasil belajar

matematika Pemahaman siswa terhadap

materi Pembagian Bilangan Cacah

Menggunakan Menggunakan Teknik Pola Bilangan Teknik Bersusun

Pengaruh dalam penggunaan teknik pola bilangan lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan teknik bersusun

[image:37.595.113.505.108.537.2]

terhadap hasil belajar matematika

Gambar 2

Grafik Pemikiran

Maka melalui teknik pola bilangan, siswa diduga dapat meningkatkan

hasil belajar matematika, sehingga hasil belajar matematika siswa dalam

pem elajaran teknik pola bilangan menjadi lebih baik dibandingkan

pembelajaran teknik bersusun.

D. Hipotes

ada

pem tinggi dibandingkan dengan hasil belajar gan, siswa diduga dapat meningkatkan

hasil belajar matematika, sehingga hasil belajar matematika siswa dalam

pem elajaran teknik pola bilangan menjadi lebih baik dibandingkan

pembelajaran teknik bersusun.

D. Hipotes

ada

pem tinggi dibandingkan dengan hasil belajar b

b

is Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

lah “Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan teknik pola bilangan pada

bagian bilangan cacah lebih

is Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

lah “Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan teknik pola bilangan pada

(38)

menggunakan teknik bersusun pada pembagian bilangan

cacah.”

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Pembangunan beralamatkan di Jalan Ibnu Taimia IV Kompleks UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV

semester ganjil tahun ajaran 2010/2011, tanggal 26 Juli 2010 – 18 Agustus

2010.

B. Variabel dan Desain Penelitian

Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan

varibel terikat. Variabel terikatnya adalah hasil belajar, dan variabel

bebasnya adalah teknik pola bilangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

quasi-eksperimen yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan

pengontrolan secara penuh terhadap sampel penelitian. Kelas eksperimen

dalam proses pembelajarannya menggunakan teknik pola bilangan,

sedangkan pada kelas kontrol dalam proses pembelajarannya

menggunakan teknik bersusun (konvensional).

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk

Two Group Randomized Subjek Post Test Only. Rancangan Desain Penelitian

Kelompok Pengambilan Perlakuan Postes

Eksperimen A X O

Kontrol A O

Keterangan:

A = pengambilan sampel secara random/acak

O = postes

X = perlakuan dengan teknik pola bilangan

(40)

C. Populasi dan Sampel

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah

Ibtidaiyah (MI) Pembangunan dan populasi terjangkau dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas IV pada semester Ganjil tahun ajaran

2010/2011 yang terbagi dalam 8 kelas. Jumlah siswa kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan sebanyak 268 siswa yang terbagi atas 8 kelas.

Penempatan siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan dilakukan secara

merata dalam kemampuan, artinya tidak ada kelas unggulan serta

kurikulum yang diberikan juga sama, maka karakteristik antar kelas dapat

dikatakan homogen, sedangkan karakteristik dalam kelas cukup heterogen,

artinya ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Sampel dalam penelitian diambil dari populasi terjangkau.

Berdasarkan karakteristik yang telah dijelaskan maka pemilihan sampel

dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling, dengan mengambil dua kelas secara acak dari 8 kelas yang memiliki karakteristik yang sama.

Satu kelas akan menjadi kelas eksperimen sebanyak 30 orang yang berasal

dari kelas IV–H dengan menggunakan teknik pola bilangan dan satu kelas

menjadi kelas kontrol sebanyak 30 orang yang berasal dari kelas IV–G

dengan menggunakan teknik bersusun (konvensional).

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan hasil

belajar adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 21 soal

yang valid dari 30 soal uji coba, dengan empat pilihan yang mempunyai

skala ukur berupa skor 1 untuk jawaban yang benar dan diberi skor 0

untuk jawaban yang salah. Soal-soal tersebut mengacu pada aspek kognitif

yang meliputi pemahaman dan aplikasi.

Instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu sebelum instrumen

(41)

dapat diketahui dengan melakukan pengujian validitas, daya pembeda

soal, taraf kesukaran dan reliabilitas.

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan untuk melihat proses

pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut:

a. Lembar observasi siswa. Pengamatan yang dinilai meliputi

aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran siswa.

b. Dokumentasi yang meliputi video dan foto.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data tentang hasil belajar

matematika siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan pada

pokok bahasan operasi pembagian.

2. Mengobservasi siswa dengan menggunakan lembar observasi proses

pembelajaran siswa. Pengamatan akan dilakukan pada pertemuan ke–2

dan ke–7 selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Mendokumentasikan proses pembelajaran siswa melalui kumpulan

foto pada pertemuan ke–2 dan ke–7 , dan video pertemuan ke – 3

F. Analisis Instrumen

Instrumen terlebih dahulu diujicobakan sebelum digunakan

sehingga didapatkan instrumen yang baik. Uji coba ini dimaksudkan untuk

memperoleh validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas

instrument.

1. Validitas Instrumen

Menghitung validitas butir digunakan rumus koefisien korelasi

Poin Biserial, yaitu:1

1

(42)

Dimana:

= koefisien korelasi point biserial

= mean (nilai rata-rata) skor peserta tes (testi) yang menjawab

betul item yang dicari korelasinya dengan tes.

= mean (nilai rata-rata) skor total (skor rata-rata dari seluruh

peserta tes)

= Standar deviasi skor total

= proporsi peserta tes yang menjawab betul item tersebut

Kriteria validitas ditentukan berdasarkan .

Jika , maka butir soal dikatakan valid

Peneliti membuat 30 butir soal, ternyata setelah dikoreksi dan

dianalisis dengan perhitungan statistika, soal yang valid adalah 21 soal

yang terdiri dari nomor 2, 4, 5 mewakili indikator menghitung

pembagian bilangan tiga angka dengan bilangan satu angka. Nomor 6,

8, 10 mewakili indikator menghitung pembagian bilangan empat angka

dengan bilangan satu atau dua angka. Nomor 11, 12, 13, 14 mewakili

indikator menghitung pembagian sebuah bilangan tiga angka atau

empat angka dengan dua bilangan satu angka secara berturut-turut.

Nomor 16, 17, 18, 20 mewakili indikator menghitung pembagian

bilangan lima angka dengan bilangan satu angka atau dua angka.

Nomor 21, 22, 24, 25 mewakili indikator menyelesaikan soal cerita

yang mengandung pembagian. Nomor 27, 28, 30 mewakili indikator

menghitung pembagian dengan bersisa. Dapat dilihat dari 6 indikator

terdapat 3 indikator yang diwakili 3 butir soal dan 3 indikator lainnya

(43)

untuk menjadi instrumen, sehingga 21 butir soal yang akan digunakan

menjadi instrumen hasil belajar pada materi operasi pembagian (Lihat

Lampiran 9, hal.149).

2. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran

Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui

kemampuan soal dalam membedakan antara peserta tes yang

berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.

Rumus yang digunakan untuk pengujian daya pembeda adalah sebagai

berikut 2:

DP J J

Keterangan :

,

, ,

, ,

, ,7

,7 ,

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar

= banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

= daya pembeda

Klasifikasi daya pembeda :

: sangat jelek

: jelek

: cukup

: baik

: sangat baik

Instrumen 21 soal yang sudah valid, setelah dikoreksi dan

dianalisis dengan perhitungan statistika, nomor 12 dan 30

2

(44)

diklasifikasikan daya pembeda jelek. Nomor 2, 4, 5, 6, 8, 10 dan 28

diklasifikasikan daya pembeda cukup. Nomor 11, 13, 14, 16, 17, 18,

20, 21, 22, 24 dan 27 diklasifikasikan daya pembeda baik. Nomor 25

diklasifikasikan daya pembeda sangat baik (Lihat Lampiran12,

hal.152).

Uji taraf kesukaran instrumen penelitian dihitung dengan

menghitung indeks besarannya dengan rumus3 :

, ,

, ,7

,7 ,

Keterangan :

= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

= jumlah seluruh siswa peserta tes

= indeks kesukaran

Klasifikasi tingkat kesukaran:

: soal sukar

: soal sedang

: soal mudah

Uji taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui soal-soal yang

sukar, sedang dan mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar, sedang

dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.

Idealnya tingkat kesukaran soal sesuai dengan kemampuan

peserta tes, sehingga diperoleh informasi yang antara lain dapat

digunakan sebagai alat perbaikan atau peningkatan program

pembelajaran.

Instrumen 21 soal yang sudah valid, setelah dikoreksi dan

dianalisis dengan perhitungan statistika, nomor 2, 4, 5, 6 dan 8

diklasifikasikan tingkat kesukaran soal mudah. Nomor 10, 11, 13, 14,

16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 25 dan 28 diklasifikasikan tingkat kesukaran

3

(45)

soal sedang. Nomor 12, 27 dan 30 diklasifikasikan tingkat kesukaran

soal sukar (Lihat Lampiran11, hal.151).

Uji validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dapat

[image:45.595.112.532.238.552.2]

dirangkum pada tabel berikut ini:

Tabel 2

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran

No. Item Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Kesimpulan

2 Valid Cukup Mudah Dipakai

4 Valid Cukup Mudah Dipakai

5 Valid Cukup Mudah Dipakai

6 Valid Cukup Mudah Dipakai

8 Valid Cukup Mudah Dipakai

10 Valid Cukup Sedang Dipakai

11 Valid Baik Sedang Dipakai

12 Valid Jelek Sukar Dipakai

13 Valid Baik Sedang Dipakai

14 Valid Baik Sedang Dipakai

16 Valid Baik Sedang Dipakai

17 Valid Baik Sedang Dipakai

18 Valid Baik Sedang Dipakai

20 Valid Baik Sedang Dipakai

21 Valid Baik Sedang Dipakai

22 Valid Baik Sedang Dipakai

24 Valid Baik Sedang Dipakai

25 Valid Sangat baik Sedang Dipakai

27 Valid Baik Sukar Dipakai

28 Valid Cukup Sedang Dipakai

30 Valid Jelek Sukar Dipakai

3. Reliabilitas Instrumen

Menentukan realiabilitas digunakan rumus Kuder Richardson-20 (KR-Richardson-20), yaitu :4

. ∑ dengan ∑ ∑

Dimana:

= reliabilitas tes secara kesuluruhan

= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= proporsi subjek yang menjawab item yang salah

4

(46)

2

,9 7

= reliabilitas tes secara kesuluruhan

= banyaknya item

= standar deviasi dari tes

Kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:

0,80 < ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat baik

0,60 < ≤ 0,80 Derajat reliabilitas baik

0,40 < ≤ 0,60 Derajat reliabilitas cukup

0,20 < ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,00 < ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas, nilai

berada diantara kisaran mulai 0,80 < ≤ 1,00, maka dari 21 butir soal

memiliki derajat reliabilitas sangat baik (Lihat Lampiran 10, hal.150).

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai

perbedaan dua rata – rata populasi. Uji yang digunakan adalah uji – t.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji

persyaratan analisis, yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan rumus chi square. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut5:

1. Menentukan hipotesis

H0 : data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : data sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

2. Menentukan rata-rata

5

(47)

3. Menentukan standar deviasi

1 3,3log

4. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi espektasi

a. Rumus banyak kelas interval (aturan Sturges)

, dengan banyaknya subjek

b. Rentang = skor terbesar – skor terkecil

c. Panjang kelas interval

5. Cari 2 dengan rumus: Ε Ε

Varians terbesar Varians terkecil

6. Cari dengan derajat kebebasan = banyaknya kelas

dan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan %. 7. Kriteria pengujian:

Jika , maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika , maka H1 diterima dan H0 ditolak

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui

kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas varians

yang digunakan adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai

berikut6: 1. Hipotesis

H0 :

H1 :

2. Cari dengan rumus:

3. Tetapkan taraf signifikan

/

4. Hitung dengan rumus

6

(48)

5. Tentukan kriterian pengujian H0 , yaitu:

Jika , maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika , maka H0 ditolak dan H1 diterima

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a. Uji-t

Apabila asumsi untuk uji-t telah terpenuhi, maka untuk menguji

hipotesis digunakan uji t dengan taraf signifikan α= 0,05.

Rumus uji t yang digunakan yaitu:7

2 1 2 1 1 1 n n S X X t gab + −

= di mana

(

)

(

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − = n n S n S n Sgab Keterangan: 1

X : nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen

2

X : nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol

n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen

n2 : jumlah sampel kelompok kontrol

2 1

S : varians kelompok eksperimen

2 2

S : varians kelompok kontrol

b. Hipotesis Statistik

Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai

berikut :

H0 : μ1 ≤μ2

H1 : μ1 >μ2

7

(49)

Keterangan :

=

1

μ rata-rata hasil belajar matematika dengan

menggunakan teknik pola bilangan

=

1

μ rata-rata hasil belajar matematika dengan

menggunakan teknik bersusun

Adapun kriteria pengujian untuk uji t ini adalah:

Terima Ho, apabila thitungt(1−α;n1+n2−2)

Tolak Ho, apabila (1 ; 2 2 1+ − −

> n n

hitung t

t α )

3. Analisis Deskriptif

Analisis untuk data yang diperoleh dari lembar observasi yang

digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Adapun rentang skor penilaian lembar observasi proses

[image:49.595.114.512.112.675.2]

pembelajaran siswa, yaitu:

Tabel 3

Katagori Skor Penilaian Hasil Observasi

Skor Penilaian Katagori

1 Kurang

2 Cukup

3 Baik

4 Sangat Baik

Lembar observasi proses pembelajaran siswa mempunyai rentang

skor penilaian antara 1 sampai 4 dengan tujuh pernyataan, sehingga jumlah

minimum yang diperoleh setiap kali pengamatan adalah 7 dan jumlah

(50)

dilakukan di kelas eksperimen yang menggunakan teknik pola bilangan

pada materi operasi pembagian.

Jumlah skor penilaian dapat ditentukan dengan menjumlahkan skor

penilaian dari masing-masing aspek, yang diperoleh dari pengamatan.

Setelah didapat jumlah skor dari hasil observasi proses pembelajaran

[image:50.595.110.512.155.565.2]

siswa, maka dapat dikatagorikan dari hasil tersebut sebagai berikut:

Tabel 4

Katagori Jumlah Skor Penilaian Hasil Observasi

Jumlah Skor Penilaian Katagori

7 < x ≤ 14 Kurang

14 < x ≤ 21 Cukup

21 < x ≤ 28 Baik

Dari katagori jumlah skor di atas, keaktivan siswa dalam proses

pembelajaran matematika pada materi operasi pembagian menggunakan

teknik pola bilangan dapat ditentukan. Lembar observasi pembelajaran

(51)

A. Deskripsi Data

Penelitian tentang hasil belajar matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan ini dilakukan terhadap dua kelas untuk dijadikan sebagai

sampel penelitian yaitu kelas IV-H sebagai kelas eksperimen, yang terdiri

dari 30 orang siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik pola

bilangan dan kelas IV-G sebagai kelas kontrol, yang terdiri dari 30 orang

siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik bersusun.

Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah operasi

pembagian. Hasil belajar matematika kedua kelas tersebut dapat diukur

setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan teknik pembelajaran

yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka kedua kelas

tersebut diberikan tes berbentuk pilihan ganda. Sebelum tes tersebut

diberikan, terlebih dahulu dilakuan uji coba sebanyak 30 soal, uji coba

tersebut dilakuan pada 33 orang siswa di kelas IV-G angkatan 2009/2010

di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.

Setelah dilakukan uji coba instrumen selanjutnya dilakuan uji

validitas, uji daya pembeda, uji taraf kesukaran dan uji reliabilitas.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh 21 butir soal yang

valid dengan reliabilitas soal sebesar 0,9037. Perhitungan uji daya

pembeda butir soal diperoleh 1 soal dengan kriteria sangat baik, 11 soal

dengan kriteria baik, 7 soal dengan kriteria cukup dan 2 soal dengan

kriteria jelek. Perhitungan uji taraf kesukaran butir soal diperoleh 5 soal

dengan kriteria mudah, 13 soal dengan kriteria sedang dan 3 soal dengan

kriteria sukar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13

hal 153.

Data pada penelitian ini ialah data yang terkumpul dari tes yang

telah diberikan kepada siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Ciputat,

(52)

berupa data hasil tes hasil belajar siswa matematika siswa yang dilakukan

sesudah pembelajaran (posttes).

1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen

Data tes hasil belajar matematika siswa yang diberikan kepada

kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa, maka diperoleh

[image:52.595.112.496.187.540.2]

data sebagai berikut:

Tabel 5

Rangkuman Skor Akhir Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Statistika Skor

Jumlah Siswa (N) 30

Maksimum (Xmax) 100

Minimum (Xmin) 29

Mean (X ) 67,70

Median (Me) 69,64

Modus (Mo) 71,70

Varians (S2 ) 413,96

Simpangan Baku (S) 20,35

Skewnes (Kemiringan) -0,29

Kurtosis (Ketajaman) 1,76

Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 30 siswa di kelas eksperimen

mendapatkan nilai rata-rata 67,70, nilai median 69,64, nilai modus 71,70

dan nilai simpangan baku 20,35. Tingkat kemiringan (sk) -0,29, karena nilai sk < 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kiri atau miring ke

kanan, kurva menceng ke kanan, dan ketajaman/ kurtosis (α4)1,76 yang

berarti kurang dari 3 dengan kurva berbentuk platikurtik (mendatar)

sehingga ni

Gambar

Tabel 1 Syarat Suatu Bilangan Habis Dibagi  ..............................................
Gambar 1
Tabel 1  Syarat  Suatu Bilangan Habis Dibagi
Gambar 1 Kolom Pola Bilangan Pembagian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena pada penggunaan media pembelajaran garis bilangan, peserta didik dituntun secara langsung untuk memahami bilangan bulat, memahami cara

Dari materi sebelumnya telah dipelajari operasi dalam bilangan kompleks (penambahan, pengurangam, perkalian, dan pembagian).. Dipelajari pula bagaimana merubah bilangan kompleks a +

Melalui penjelasan guru tentang operasi bilangan bulat siswa dapat menyelesaikan soal penaksiran perkalian dan pembagian ke ratusan tedekat dengan benar.. Materi Pembelajaran

Faktor penyebab dari semua jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi pola bilangan dilihat dari faktor kognitif adalah siswa

Hal ini disebabkan karena pada penggunaan media pembelajaran garis bilangan, peserta didik dituntun secara langsung untuk memahami bilangan bulat, memahami cara

Namun menurut hasil penelitian Juliant &amp; Noviartati (2016) yang berjudul analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi pola bilangan

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika tipe HOTS materi pola bilangan kelas VIII MTs Nabil Husein

siswa 4 tidak mampu menjawab soal operasi penjumlahan bilangan bulat negatif dan operasi pembagian Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan guru, bahwa guru kesulitan mengenalkan