• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Ipa Pada Konsep Kondisi Lingkungan Terhadap Kesehatan (Penelitian Quasi Eksperimen Di Sekolah Dasar Negeri Sirnagalih 04 Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Ipa Pada Konsep Kondisi Lingkungan Terhadap Kesehatan (Penelitian Quasi Eksperimen Di Sekolah Dasar Negeri Sirnagalih 04 Bogor)"

Copied!
279
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Annisa Nurul Aini Pasaribu NIM 109018300074

JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang konkrit yang banyak ditemukan bahkan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun masih ada saja sebagian siswa yang menganggap mata pelajaran ini sulit. Dalam hal ini guru sebagai pengajar turut memberikan kesan monoton dan kurang kontekstual dalam menyampaikan materinya. Hal ini mengakibatkan rendahnya penguasaan konsep serta penurunan hasil belajar siswa. Maka dari itu diperlukan ide-ide kreatif untuk menciptakan pembelajaran yang tepat dan inovatif. Salah satu ide kreatif dalam pembelajaran yaitu menggunakan media komik. Media komik dapat mempengaruhi pemahaman, minat, dan motivasi belajar siswa dalam belajar sehingga berpengaruh terhdap hasil belajar yang lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas III. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sirnagalih 04 Bogor pada bulan November-Desember 2013. Sampel penelitian kelas A (kelas eksperimen) sejumlah 30 orang siswa dan kelas B (kelas kontrol) sejumlah 30 orang siswa. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan design Non-Randomized Control Group Pretest and Postest Design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kognitif bentuk pilihan ganda dan lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan uji normalitas menggunakan uji Liliefors, uji homogenitas menggunakan uji Fisher, dan dilanjutkan dengan uji signifikansi menggunakan uji “t”. Setelah dilakukan pengujian diperoleh thitung sebesar 2,61. Sedangkan ttabel

pada taraf signifikansi 5 % sebesar 1,67. Dengan kata lain thitung > ttabel. Maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas III. Hal ini diperkuat juga dengan data observasi ketika proses pembelajaran berlangsung. Sebagian siswa terlihat aktif dan termotivasi saat belajar menggunakan media komik.

(6)

ii

and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. 2014.

Science is one of the concrete subjects which can found and be perceived in daily life. However, there are several students assume that science is difficult. In this case, teacher as an instructor also provide the students monotonous and non contextual method in explaining the material. It caused students have low mastery and low achievement. Therefore, creative idea to create the innovative and appropriate learning is needed. Using comic as a media in teaching and learning activity is one of the creative ideas. It can influence students’ understanding, interest, and motivation which can influence their achievement.

This research aim to find out the influence of using comic media toward students’ achievement in science subject of 3rd grade students. This research conducted in SDN Sirnagalih 04 Bogor start from November until December 2013. The sample of the research is 30 students for each experiment class and control class. The writer used quasi-experiment method with non randomized control group pretest and posttest design. The research instrument of the research is cognitive multiple choice and observation sheet to observe the learning process. The writer used liliefors test to find out the normality of the data and used Fisher test to find out the homogeneity of the data, after that to find out the significance of the data the writer used t test. The result showed the score of t0 is 2,61 and the score of ttable

with the significance level 5% is 1,67; It means that t0 >ttable. It can conclude that

there is influence of using comic media toward students’ achievement in science subject of 3rd grade students. This result also reinforced by the data of observation during learning process. Some of the students actively involved and motivated when used comic as a media in learning process.

(7)

iii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yuhan semesta alam, yang berkat rahmat dan kuasa-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Konsep Kondisi Lingkungan Terhadap Kesehatan”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1). Shalawat serta salam teriring kepada Baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah SWT membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, M.A Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Fauzan, M.A., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang senatiasa selalu memberikan arahan, semangat, dukungan dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

(8)

iv

6. Ibu Maryami, S.Pd., selaku Wali Kelas III di SDN Sirnagalih 04 Bogor yang telah memberikan kesempatan dan bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.

7. Seluruh staff jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh staff guru dan karyawan SDN Sirnagalih 04 Bogor yang selalu membantu dan memeberikan arahan selama penulis melakukan penelitian. 9. Teruntuk keluargaku, ayah Anis Jamil Pasaribu dan mama Lilih Milaliah

tercinta yang tiada henti memberikan doa, kasih sayang, dan nasihatnya. Kakak-kakakku tersayang Yeni Hatimulyani Pasaribu dan Syahrul Romadhona Pasaribu yang selalu memberikan motivasi dan bantuan kepada adik cantikmu.

10. Sahabat-sahabat tercintaku Ina Isfarina, Yuni Anggraeni EJ, Ana Mutiah, Sholly Liyutsabita Romli, Anisa Primadini, yang selalu memberikan support kepada penulis. Rike Purnamasari, Dewi Maria, Miftahul Jannah dan semua teman-teman seangkatanku yang telah memberikan bantuan dan semangatnya sehingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Kak Sugih dan Fahmi yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan bekerjasama dalam proses pembuatan komik.

12. Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga segala perhatian, motivasi dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin.

(9)

v

(10)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Deskripsi Teoritik ... 6

1. Hakikat Media Pembelajaran ... 6

a. Pengertian Media ... 7

b. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran ... 7

c. Pemilihan Media Pembelajaran ... 10

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 11

e. Jenis-jenis Media Pembelajaran dan Pengembangannya ... 13

f. Karakteristik Media Visual ... 14

2. Hakikat Media Komik ... 16

a. Definisi Komik ... 16

b. Unsur-unsur Komik ... 18

c. Macam-macam Komik ... 21

(11)

vii

a. Belajar ... 30

b. Hasil Belajar ... 32

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 34

4. Materi Pembelajaran Kondisi Lingkungan Terhadap Kesehatan ... 35

a. Perbedaan Antara Lingkungan Sehat dengan Lingkungan Tidak Sehat ... 35

b. Penyebab Pencemaran Lingkungan ... 37

c. Pengaruh Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesehatan ... 39

d. Cara Menjaga Kesehatan Lingkungan ... 40

B. Hasil Penelitian Relevan ... 41

C. Kerangka Berpikir ... 43

D. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

B. Metode dan Desain Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Kalibrasi Instrumen ... 52

1. Tes ... 52

2. Non Tes ... 57

G. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Hasil Pretest ... 63

2. Hasil Postest ... 64

(12)

viii

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 78 B. Saran ... 78

(13)

ix

Gambar 2.3. Contoh Komik Strip Bersambung ... 22

Gambar 2.4. Contoh Buku Komik ... 23

Gambar 4.1. Diagram Persentase Data Pretest Berdasarkan Jenjang Kognitif ... 67

Gambar 4.2. Diagram Persentase Data Postest Berdasarkan Jenjang Kognitif ... 68

(14)

x

Tabel 3.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 49

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 51

Tabel 3.5. Indeks Reliabilitas ... 54

Tabel 3.6. Indeks Tingkat Kesukaran ... 55

Tabel 3.7. Indeks Klasifikasi Daya Beda ... 56

Tabel 4.1. Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Tabel 4.2. Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 4.3. Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65

Tabel 4.4. Pemusatan dan Penyebaran Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65

Tabel 4.5. Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

(15)

xi

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 137

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 140

Lampiran 5. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 143

Lampiran 6. Instrumen Tes Uji Coba ... 158

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Instrumen Tes Hasil Belajar dengan ANATES ... 165

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen ... 184

Lampiran 9. Soal Instrumen Tes yang Digunakan ... 186

Lampiran 10. Lembar Obsevasi Proses Pembelajaran ... 191

Lampiran 11. Daftar Tes Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen ... 194

Lampiran 12. Distribusi Data Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 195

Lampiran 13. Distribusi Data Postest Siswa Kelas Eksperimen ... 198

Lampiran 14. Daftar Tes Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol ... 201

Lampiran 15. Distribusi Data Pretest Siswa Kelas Kontrol ... 202

Lampiran 16. Distribusi Data Postest Siswa Kelas Kontrol ... 205

Lampiran 17. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 208

Lampiran 18. Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen ... 210

Lampiran 19. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 212

Lampiran 20. Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol ... 214

Lampiran 21. Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest ... 216

Lampiran 22. Uji Hipotesis Data Pretest dan Postest ... 217

Lampiran 23. Skor Kognitif Pretest Kelas Eksperimen ... 218

Lampiran 24. Skor Kognitif Postest Kelas Eksperimen ... 219

Lampiran 25. Skor Kognitif Pretest Kelas Kontrol ... 220

Lampiran 26. Skor Kognitif Postest Kelas Kontrol ... 221

Lampiran 27. Tabel Deskriptif Hasil Belajar Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 222

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Salah satu tahapan pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas manusia adalah Pendidikan Dasar (SD/MI). Pada tingkat inilah mulai diberikan dasar pengetahuan dan keterampilan yang memegang peranan penting dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan dasar dalam Standar Isi Kurikulum Pendidikan Dasar, yaitu “Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.1

Tujuan pendidikan dasar ini dapat dicapai apabila dalam setiap pembelajaran, guru sebagai pendidik menerapkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga akan berdampak pada pemerolehan hasil belajar yang tinggi. Hasil belajar ini diperoleh siswa dengan menempuh beberapa mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan dasar.

Dari beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh siswa pada jenjang pendidikan dasar salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Namun kenyataannya perolehan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kebanyakan siswa masih kurang memuaskan. Berdasarkan fenomena yang ada, penguasaan siswa dalam memahami konsep IPA masih dianggap sulit jika guru dalam menyajikan mata pelajaran masih terkesan monoton, pada akhirnya siswa tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan. Padahal dalam prosesnya pembelajaran IPA harus dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif, dan dapat memberi pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, sehingga tercapailah hasil belajar pelajaran IPA yang diharapkan.

1

http://file.upi.edu/Direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/196111141987031elih_sudiapermana/Tuj uan_Pendidikan_Dasar.pdf

(17)

Hal lain yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar adalah selama ini dalam pembelajaran IPA guru hanya menggunakan buku paket sebagai media pembelajaran. Buku paket dengan penyajiannya yang minim ilustrasi dan warna membuat siswa tidak tertarik untuk membacanya. Hal ini mengakibatkan rasa keingintahuan siswa kurang sehingga motivasi siswa dalam belajar pun rendah.

Kenyataan lain yang ditemukan pembelajaran IPA di sekolah masih terkesan hanya berpusat pada guru (teacher centered) yang menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber utama, sedangkan siswa hanya menerima apa yang diberikan guru. Hakikatnya, peran guru yang utama dalam kegiatan pembelajaran adalah menciptakan lingkungan belajar yang sedemikian rupa sehingga siswa nyaman dalam belajar. Namun masih ada beberapa guru seperti guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja, sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja.2 Untuk mengikuti perkembangan pendidikan saat ini, guru dituntut pandai merancang skenario pembelajarannya, yaitu dengan cara guru tersebut harus pandai dalam memilih metode, pendekatan dan media penunjang yang tepat, sehingga proses pembelajarannya merupakan proses pembelajaran yang berkualitas, efisisen, dan mempunyai daya tarik yang membuat proses pembelajaran tersebut menjadi menyenangkan.

Permasalahan tersebut dapat terjawab bila proses pembelajaran yang digunakan guru dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajarannya. Caranya guru harus menggunakan media yang dapat meningkatkan keaktifan dan keseriusan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan media komik edukatif. Media komik edukatif ini merupakan media yang penyajiannya penuh dengan ilustrasi gambar, membuat orang yang membacanya tidak akan cepat merasa bosan, sementara buku sekolah hanya menyajikan ilustrasi gambar dalam jumlah yang terbatas. Hal ini dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Selain itu, isinya yang diselingi dengan unsur humor juga merupakan keunggulan komik sehingga membacanya menjadi sangat menyenangkan. Jika keunggulan ini dimanfaatkan dalam proses belajar dan pembelajaran, maka komik dapat

2

(18)

membantu menciptakan suasana belajar menjadi lebih kondusif dan menyenangkan.

Menurut Yudhi Munadi, komik dapat dijadikan media pembelajaran karena biasanya komik mempunyai karakter seperti gambar kartun. Ia mempunyai sifat yang sederhana dalam penyajiannya, dan memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna, terlebih lagi dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis.3

Kelebihan komik yang lainnya adalah ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional dan membuat pembaca untuk terus membacanya sampai selesai. Sehingga proses pembelajaran komik sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam membaca, hal ini akan berdampak baik bagi siswa dalam peningkatan pemahaman materi. Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan dari proses pembelajaran tersebut.

Sebenarnya, sekarang ini sudah banyak media online atau media percetakan yang menerbitkan komik-komik edukatif. Namun, apabila tidak disertai dengan pemilihan yang baik, materi yang disajikan tentunya terlalu luas. Bahkan ada beberapa gambar dalam komik tersebut yang tidak sesuai untuk anak-anak. Maka dari itu penulis mempunyai ide untuk membuat sebuah media komik yang akan disesuaikan oleh materi dan perkembangan anak.

Salah satu konsep yang sesuai untuk diterapkan penggunaan media komik edukatif ialah konsep kondisi lingkungan terhadap kesehatan. Pada konsep ini siswa dapat membedakan kondisi lingkungan yang sehat dan tidak sehat. Selain itu siswa juga dapat mengetahui macam-macam pencemaran dan pengaruhnya terhadap kesehatan yang diilustrasikan dalam bentuk gambar, yang dapat memudahkan siswa memahaminya. Dengan penggunaan media komik edukatif ini pembelajaran pun akan lebih menarik, memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan, suasana pun akan lebih kondusif dan bermakna bagi siswa.

3

(19)

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Konsep Kondisi Lingkungan Terhadap Kesehatan”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah yang ada:

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah

2. Materi pelajaran IPA masih dianggap sulit, karena pembelajaran yang terkesan monoton

3. Kreativitas guru dalam memilih media pada proses belajar mengajar masih rendah

4. Pembelajaran IPA masih berpusat pada guru, bukan pada siswa

C.

Pembatasan Masalah

Dari berbagai permasalah yang muncul, dalam hal ini masalah yang akan diteliti dibatasi pada hasil belajar. Hasil belajar yang akan diukur adalah pada ranah kognitif dari tingkat C1 (mengingat), C2 (memahami) dan C3 (menerapkan). Pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah penggunaan media komik dengan konsep kondisi lingkungan terhadap kesehatan.

D.

Perumusan Masalah

(20)

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media komik terhadap hasil belajar IPA pada konsep kondisi lingkungan terhadap kesehatan.

F.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, sekolah, maupun institusi pendidikan lainnya:

1. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta memotivasi guru dalam melakukan pembelajaran yang sejenis untuk materi pelajaran lainnya.

2. Bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pertimbangan dalam pengembangan pembelajaran IPA di MI.

(21)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A.

Deskripsi Teoretik

1. Hakikat Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran.1 Oleh karena itu, guru harus mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah atau bahkan secara kreatif dan inovatif mampu menggunakan alat yang murah dan efisien untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran.2

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.3

Media merupakan bagian dari komponen metodologi pengajaran yang berfungsi sebagai sumber dan membantu metode pengajaran yang sedang dilakukan. Sesuatu dapat dikatakan media pendidikan atau media pembelajaran, apabila media tersebut digunakan untuk menyalurkan/ menyampaikan pesan dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan, seperti dikemukakan oleh Brigs yang dikutip oleh Arif S. Sadiman bahwa “media pembelajaran adalah segala sesuatu alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.”4

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima

1

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2008), h. 2.

2

Kasful Anwar dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung: ALFABETA, cv, 2011) h. 159.

3

Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009)h. 1.

4

Arif S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6.

(22)

komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti „tengah’, „perantara’, atau „pengantar’. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.5

Menurut Gearlach & Ely, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.6

Yudhi Munadi mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan pembelajaran secara efisien dan efektif.7

Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan pesera didik.

b. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran

Sebagai salah satu komponen sumber belajar media pembelajaran adalah alat bantu, baik berupa alat-alat elektronik, gambar, peraga, buku, dan lain-lain yang digunakan guru dalam menyalurkan isi pelajaran. Media pembelajaran dapat bermanfaat untuk:8

a) Memperjelas informasi/pesan

5

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Strategi

Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami), (PT Refika Aditama: Bandung, 2007), h. 65.

6

Azhar Arsyad, op. cit., h. 3.

7

Yudhi munadi, op. cit., h. 7-8

8

(23)

b) Memberikan tekanan pada hal-hal yang penting c) Memberikan variasi

d) Memperjelas struktur pembelajaran e) Meningkatkan motivasi

Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.9

Media pembelajaran juga dapat mempertinggi kualitas hasil belajar yang dicapainya. Alasan media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam pelajaran

4) Siswa banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain10

Seberapa pentingnya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peran guru, karena media hanya berupa alat bantu yang memfasiliatsi guru dalam pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nana Sudjana, yakni:11

9

Azhar Arsyad, op. cit., h. 15.

10

Kasful Anwar dan Hendra Harmi, op.cit., h. 161.

11

(24)

a) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif

b) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru

c) Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi pelajaran

d) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa

e) Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru

f) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar

Levie & Lentz, mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu:

a) Fungsi atensi, media visual meruapakan media inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.

(25)

c) Fungsi kognitif, media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. d) Fungsi kompensatoris, media pengajaran terlihat dari hasil

penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

c. Pemilihan Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu untuk meningkatkan kegiatan proses pembelajaran. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna.

Dalam menggunakan media pengajaran, hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip-prinsip tertentu agar penggunaan media dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip yang dimaksud dikemukakan Nana Sudjana sebagai berikut:12

1) Menentukan jenis media dengan tepat. Artinya, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang diajarkan

2) Menetapkan atau mempertimbangkan subyek dengan tepat. Artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik

12

(26)

3) Menyajikan media dengan tepat. Artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana

4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu tidak setiap saat menggunakan media pengajaran, tanpa kepentingan yang jelas. d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokan dalam dua jenis, yaiu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design).13

Untuk jenis media rancangan (yang dibuat sendiri), pertanyaan yang dijadikan sebagai acuan diantaranya sebagai berikut:14

1) Apakah materi yang akan disampaikan itu untuk tujuan pengajaran atau hanya informasi tambahan atau hiburan? 2) Apakah media yang dirancang itu untuk kepentingan

pembelajaran atau alat bantu pengajaran (peraga)?

3) Apakah dalam pengajarannya akan menggunakan strategi kognitif, afektif dan psikomotorik?

4) Apakah materi pelajaran yang akan disampaikan itu masih asing bagi anak didik?

5) Apakah perlu rangsangan gerak seperti untuk pengajaran seni atau olahraga?

6) Apakah perlu rangsangan warna?

13

Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) h. 83

14

(27)

Setelah tujuh pertanyaan tersebut terjawab, maka guru dapat mengajukan alternatif media yang akan dirancang. Alternatif tersebut mungkin jenis media audio, media visual, atau media audiovisual.

Lebih lanjut, Nana Sudjana & Ahmad Rivai mengemukakan rumusan pemilihan media dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:15

1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur-unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, biasanya lebih mungkin menggunakan media pengajaran

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa

3) Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya mudah dibuat oleh guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya

4) Keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaannya dalam interaksi bagi siswa selama pengajaran berlangsung

5) Sesuai dengan taraf berfikir siswa, memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa. Menyajikan grafik yang berisi data atau angka atau proporsi dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga

15

(28)

diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memilih kadar berfikir yang tinggi.

e. Jenis-jenis Media Pembelajaran dan Pengembangannya

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.

Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.16

1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:

a. Media auditif, media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. b. Media visual, media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula gambar visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun

c. Media audiovisual, media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.

2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:

16

(29)

a. Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama

Contohnya: radio dan televisi

b. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat. Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap c. Media untuk pengajaran individual. Media ini penggunaannya

hanya untuk seorang diri, termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer

3. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:

a. Media sederhana. Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit

b. Media kompleks. Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunannya memerlukan keterampilan yang memadai

f. Karakteristik Media Visual

Karakteristik media visual meliputi:17 a. Pesan visual

Ada 5 jenis yang termasuk pesan visual, yaitu: 1) Gambar

Gambar secara garis besar dapat dibagi pada tiga jenis yaitu, sketsa, lukisan dan photo. Pertama, sketsa atau bisa disebut juga sebagai gambar garis (stick figure). Kedua, lukisan merupakan hasil representasi simbolik dan artistik seseorang tentang suatu objek atau situasi. Ketiga, photo yakni gambar hasil pemotretan atau photografi.

17

(30)

2) Grafik

Grafik adalah gambar yang sederhana yang banyak sedikitnya merupakan penggambaran data kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti 3) Diagram

Sebuah diagram merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta daripada gambar

4) Bagan

Bagan hampir sama dengan diagram. Bedanya, bagan lebih menekankan kepad asuatu perkembangan atau suatu proses atau susunan suatu organisasi

5) Peta

Peta adalah gambar permukaan bumi atau sebagian daripadanya. Secara langsung atau tidak langsung peta mengungkapkan sangat banyak informasi seperti lokasi suatu daerah, luasnya, bentuknya, penyebaran penduduknya, daratan, perairan, iklim, sumber ekonomi, serta hubungan satu dengan yang lain

b. Penyalur Pesan Visual Non Verbal-Nonverbal Grafis

Penyalur pesan visual non verbal-nonverbal grafis terdiri dari 5 jenis, yaitu:

1) Buku dan Modul

Buku merupakan sumber belajar yang dibuat untuk keperluan umum dan biasanya seorang siswa yang membaca buku masih membutuhkan bantuan guru atau orang tua untuk menjelaskan kandungannya. Sedangkan modul adalah bahan belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri dengan bantuan seminimal mungkin.

(31)

Komik juga dapat dijadikan media pembelajaran. Gambar dalam komik biasanya berbentuk atau berkarakter gambar kartun. Ia mempunyai sifat yang sederhana dalam penyajiannya, dan memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna, terlebih lagi ia dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis.

3) Majalah dan Jurnal

Majalah secara umum dapat dimaknai sebagai media informasi dengan tugas utamanya menyampaikan berita aktual. Sedangkan jurnal adalah hasil pemikiran dan penelitian dari sivitas akademika sebuah lembaga pendidikan.

4) Poster

Poster adalah gambar yang besar, yang memberi tekanan pada satu atau dua ide pokok, sehingga dapat dimengerti dengan melihatnya sepintas lalu. Poster yang baik adalah poster yang segera dapat menangkap pandangan orang dan menanamkan kepadanya pesan yang terkandung dalam poster itu.

5) Papan visual

Papan visual, yakni papan yang dapat menyalurkan pesan visual. Papan visual memiliki banyak ragam, diantaranya adalah papan tulis, papan magnetik, papan peraga, papan bulletin, dan papan flanel

2. Hakikat Media Komik a. Definisi Komik

(32)

yaitu komikos. Dalam bahasa Inggris, komik sekali muat atau bersambung dalam penerbitan pers disebut comic strip atau strip cartoon.18

Seperti diketahui, komik memiliki banyak arti dan debutan, yang disesuaikan dengan tempat masing-masing komik itu berada. Secara umum, komik sering diartikan sebagai cerita bergambar. Scout McCloud memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar gambar serta lambang lain yang ter-jukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, utuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur19. Dalam jurnal lain disebutkan komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik memanfaatkan ruang dalam media gambar untuk meletakkan gambar demi gambar sehingga membentuk suatu alur cerita yang utuh. Komik adalah suatu kartun yang mengungkapkan suatu karakter yang memerankan cerita dalam urutan yang erat dan merupakan bentuk berita bergambar, terdiri dari berbagai situasi dan kadangkala bersifat humor.20

Menurut Hamalik, komik adalah gambar atau lukisan bersambung yang merupakan cerita. Singkatnya, komik dapat juga disebut dengan cerita bergambar.21 Komik umumnya berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak, yang keseluruhannya merupakan rentetan satu cerita. Gambar-gambar itu biasanya dilengkapi dengan balon-balon ucapan dan ada kalanya masih disertai narasi sebagai penjelasan.

18 Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran

Matematika di MI”, Jurnal Algoritma Vol. 3, No. 1, Juni 2008, h. 64.

19

Indiria Maharsi, KOMIK Dunia Kreatif Tanpa Bata, (Yogyakarta: KATA BUKU, 2011), h. 4.

20 Eny E. dan Hilma S., “Pengaruh Penggunaan Media Komik”, Jurnal Pendidikan

Matematika dan IPA Vol.1 No.1, Januari 2010, h. 26.

21

(33)

Dari beberapa pengertian komik di atas maka dapat disimpulkan bahwa komik merupakan sajian cerita yang dilengkapi dengan gambar, simbol-simbol, dan balon kata yang berdekatan dalam urutan tertentu untuk menyampaikan informasi.

Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat.22 b. Unsur-unsur Komik

Secara sepintas komik dipandang hanya sebagai media visual yang terdiri dari kumpulan gambar dan tulisan yang terjalin menjadi sebuah cerita. Namun bagi para komikus, komik memiliki unsur-unsur yang terdiri dari sampul depan, sampul belakang, dan halaman isi.

Pada halaman sampul depan sebuah komik biasanya terdapat komponen-komponen sebagai berikut:

1) Judul cerita atau judul serial

Judul biasanya diambil dari tema cerita yang diangkat. Ukuran huruf pada judul dibuat huruf kapital dengan ukuran besar dan mencolok sehingga menarik perhatian dan mudah ditangkap oleh pembaca.

2) Credits

Yaitu keterangan tentang pengarang komik tersebut, seperti penulis skenario, penggambar, dan sebagainya.

3) Indicia

Yaitu keterangan tentang penerbit maupun percetakan lengkap dengan waktu terbit dan pemegang hak cipta.23

22 Heru Dwi Waluyanto, “Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran”,

Jurnal Nirmala Vol.7 No.1, Januari 2005, h. 51.

23

(34)

Sedangkan pada halaman sampul belakang biasanya tertera ringkasan cerita yang terdapat dalam komik tersebut untuk memberikan gambaran umum tentang isi komik kepada pembaca.

Sementara itu halaman isi komik terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

1) Panel

[image:34.595.261.432.387.570.2]

Panel bisa dikatakan frame atau represntasi kejadian-kejadian utama dalam cerita. Menurut McCloud panel berfungsi sebagai ruang tempat diletakannya gambar-gambar sehingga akan tercipta suatu alur cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca. Agar komik dapat tampil menarik dan sesuai alur, maka peralihan antara satu panel dengan panel lainnya harus mampu menuntun alur cerita yang dibawa.24

Gambar 2.1 Contoh Panel

Adapun urutan membaca panel adalah dari kiri ke kanan, atas ke bawah. Urutan pembacaan ini karena pembaca sudah terbiasa membaca dari arah tersebut, searah jarum jam yaitu dari kiri ke kanan.25

24

Indira Maharsi, KOMIK Dunia Kreatif Tanpa Bata, (Yogyakarta: KATA BUKU, 2011), h. 75.

25

Ibid., h.76.

Panel 1

Panel 2

(35)

2) Gang

Gang adalah ruang atau jarak yang menjembatani antara satu panel dengan panel lainnya yang dapat menumbuhkan imajinasi pembacanya, dua gambar yang terpisah dalam panel digubah pembaca untuk menjadi sebuah gagasan yang sesuai dengan interpretasi pembaca itu sendiri.26

3) Narasi

Narasi berfungsi menerangkan dialog, waktu, tempat, kejadian, dan situasi yang digambarkan dalam komik tersebut. Secara umum dipakai untuk pengisahan atau penjelasan naratif non dialog. Biasanya berbentuk kotak dan tersambung di tepi panel. 4) Balon kata

Adalah suatu bulatan dengan garis penunjuk yang di dalamnya terdapat tulisan yang berisi ucapan yang disampaikan oleh tokoh dalam komik tersebut. Balon kata dengan garis penunjuk langsung menunjukan tokoh berbicara, sedangkan garis penunjuk dengan bulatan putus-putus menunjukan tokoh bergumam atau berbicara dalam hati.27

Menurut bonneff balon kata merupakan fungsi bahasa dari komik, fungsi bahasa dalam dialog yang repliknya ditempatkan dalam balon merupakan ungkapan sekaligus monolog batin dari adegan atau ilustrasi yang terdapat dalam panel tersebut.28 5) Efek suara

Atau yang disebut juga Sound Lettering digunakan untuk mendramatisir sebuah keadaan dengan menunjukan suara-suara yang terjadi dalam cerita tersebut, misalnya suara angin, suara ranting patah, suara bel dan sebagainya.29

26

Ibid., h. 88. 27

Zulkifli, Pengaruh Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks, (Jakarta: Skripsi FITK UIN, 2008), hal. 16

28

Indira Maharsi, op. cit,, h. 88

29

(36)
[image:36.595.230.515.113.294.2]

Gambar 2.2 Contoh berbagai bentuk balon kata dan Sound Lettering

c. Macam-Macam Komik

Komik sebagai media massa hadir dengan berbagai jenis dan materi sesuai dengan kebutuhan khalayak atau konsumen. Dalam hal ini komik dibedakan dalam 2 kategori yaitu berdasarkan bentuknya dan berdasarkan jenis ceritanya.

1.

Komik Berdasarkan Bentuknya30 1. Komik Strip (Comic Strips)

Komik ini merujuk pada komik yang terdiri dari beberapa panel saja dan biasanya muncul di surat kabar atau majalah. Komik kenis ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu:

a. Komik Strip Bersambung

Merupakan komik yang terdiri dari tiga atau empat panel yang terbit di surat kabar atau majalah dengan cerita bersambung dalam setiap edisinya.

30

(37)
[image:37.595.226.539.112.295.2]

Gambar 2.3 Contoh Komik Strip Bersambung b. Kartun komik

Kategori ini adalah komik yang hanya terdiri dari tiga atau empat panel yang merupakan alat protes dalam bentuk banyolan. Keduanya memiliki maksud yang sama namun istilah Kartun Komik ini tidak begitu populer dibanding Komik Strip. Pada komik jenis ini memang memerlukan interpretasi yang lebih dari pembaca karena tema yang diangkat berkenaan dengan masalah aktual yang terjadi di tengah masyarakat sehingga komik jenis ini kadang dikatakan sebagai komik intelektual.

2. Buku Komik (Comic Book)

(38)
[image:38.595.207.524.113.326.2]

Gambar 2.4 Contoh Buku Komik

3. Novel Grafis (Graphic Novel)

Novel grafis memiliki tema-tema yang lebih serius dengan panjang cerita yang hampir sama dengan novel dan ditujukan bagi pembaca yang bukan anak-anak.

4. Komik Kompilasi

Komik kompilasi merupakan kumpulan dari beberapa judul komik dan komikus yang berbeda-beda. Cerita yang terdapat dalam komik kompilasi ini tidak berhubungan sama sekali, namun kadang ada juga penerbit yang memberikan tema yang sama walaupun dengan cerita yang berbeda.

5. Web Comic (Komik Online)

(39)

2. Komik Berdasarkan Jenis Ceritanya

Berdasarkan jenis ceritanya komik dibedakan menjadi:31 1. Komik Edukasi

Komik secara nyata memberikan andil yang cuku besar dalam ranah intelektual dan artistik seni. Keragaman gambar dan cerita yang ditawarkannya menjadikannya sebagai alat atau media untuk menyampaikan pesan yang beragam, salah satunya adalah pesan didaktis kepada masyarakat awam. Sehingga hal tersebut menunjukan bahwa komik memiliki dua fungsi sekaligus. Pertama adalah fungsi hiburan dan kedua dapat dimanfaatkan baik langsung maupun tidak langsung untuk tujuan edukatif.

Dengan demikian bisa digarisbawahi bahwa sebetulnya komik berpengaruh sekali dalam memberi pemahaman yang cepat kepada para pembaca tentang suatu hal yang bermuatan edukasi. Bahasa gambar dan teks dalam komik ternyata mampu mentransfer pemahaman atau informasi dengan cepat terhadap suatu masalah dibanding hanya dengan tulisan saja. 2. Komik Promosi (Komik Iklan)

Pangsa pasar komik sangat beragam, komik juga mampu menumbuhkan imajinasi yang selaras dengan dunia anak. Sehingga muncul pula komik yang dipakai untuk keperluan promosi sebuah produk.

3. Komik Wayang32

Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis asli komik Indonesia, apalagi komik ini dimaksudkan untuk menyaingi komik impor di pasar dan membatasi pengaruh negatifnya. Lakon pokok (karakter utama) komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber hindu, yang kemudian

31

Ibid., h. 21. 32

(40)

diolah dan diperkaya dengan unsur lokal, beberapa diantaranya berasal dari Kesusatraan Jawa Kuno seperti Mahabrata dan Ramayana.

4. Komik Silat

Komik silat atau pencak berarti teknik beladiri, sebagaimana halnya karate dari Jepang atau kun tao dari Cina. Komik silat ini banyak mengambil ilham dari seni beladiri dan juga legenda-legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan petualangan para pendenkar dalam membela kebenaran dan memerangi kejahatan, dan kebaikanlah yang akan memenagkannya.

5. Komik Humor

Komik humor dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang lucu dan membuat pembacanya tertawa. Baik karakter tokoh yang biasanya digambarkan dengan fisik yang lucu atau jenaka maupun tema yang diangkat, dan dengan memanfaatkan banyak segi anekdotis, komik humor langsung menyentuh kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan orang untuk memahaminya.

6. Komik Roman Remaja

Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendiri selalu berarti kisah cinta, dan kara remaja digunakan untuk menunjukan bahwa komik ini ditunjukan bagi kaum muda, dimana ceritanya tentu saja harus romantis. Adapun sumber ilhamnya bermacam-macam. Tema-tema yang diambil pun berkisar tentang kehidupan kaum muda dan lika liku kehidupannya.

d. Membuat Komik

(41)

goresan di suatu permukaan dengan menekankan alat pada permukaan tersebut. Alat yang dipakai adalah pensil, kuas, krayon dan lain-lain. Berbeda dengan bantuan computer graphic, ilustrasi yang dibuat memanfaatkan tools yang terdapat dalam beberapa software yang khusus digunakan sebagai program ilustrasi. 33

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media komik dengan cara membuatnya sendiri (Media by Design). Adapun pembahasan yang akan dibahas pada sub bab ini mengenai pembuatan media komik dengan cara manual.

1. Alat yang digunakan34

Alat yang digunakan dalam membuat komik manual adalah sebagai berikut:

1. Pensil

Dipakai untuk sket. Baik sket panel, ilustrasi, maupun teks yang ada dalam tiap panel (caption/narasi, balon teks, dll) 2. Penggaris

Penggaris dipakai untuk membuat garis-garis panel dalam tiap halamannya.

3. Penghapus

Penghapus dipakai untuk menghapus bekas sket pensil sebelum dilakukan finishing.

2. Tahapan proses pembuatan

Adapun proses alur pembuatan komik yang 100% manual adalah sebagai berikut:

1. Lay out panel di kertas dan penentuan serta pengisian teks di dalam balon teks dengan pensil.

Langkah pertama berupa sket-sket kasar dengan menggunakan pensil d atas kerta yang umumnya berukuran A3. Sket kasar ini sebagai acuan awal untuk menentukan

33

Indira Maharsi, op. cit., h. 95.

34

(42)

posisi balon teks, lay out panel dan kemungkinan-kemungkinan ilustrasi yag terdapat dalam setiap panel. Lalu langkah berikutnya berupa pengisian teks di dalam balon teks yang sudah tersedia. Pengisian teks dialog atau caption ini masih dikerjakan dengan pensil.

2. Sket ilustrasi dengan pensil

Setelah balon teks maupun caption terisi maka sudah bisa tergambar dengan jelas ruang-ruang sisa yang dipakai untuk membuat adegan dalam cerita. Ilustrasi pada tahap ini masih berupa sket dengan menggunakan pensil.

Mengapa teks (balon teks dan caption) dikerjakan terlebih dahulu daripada gambar ilustrasinya dalam membuat komik? Hal ini karena jika dikerjakan ilustrasinya dahulu kadang teks akan dipaksakan untuk masuk dalam panel (apalagi untuk panel yang berisi banyak dialog) sehingga jika dilihat menjadi kurang indah dan menarik.

3. Proses penintaan pada teks dan garis panel

Selanjutnya setelah setiap panel terisi dengan gambar maka langkah selanjutnya adalah penintaan teks dalam balon teks maupun caption. Biasanya penintaan ini dengan menggunakan drawing pen. Hal ini agar posisi atau batas balon teks, caption dengan ilustrasi semakin jelas dan jika dilakukan penintaan pada ilustrasi tidak akan mengganggu posisi balon teks, caption ataupun batas antar panel.

4. Proses penintaan pada ilustrasi

Setelah posisi balon teks, caption dan batas antar panel jelas maka dilakukan penintaan pada ilustrasi yang terdapat dalam panel.

5. Menghapus bekas sket pensil

(43)

semakin memperjelas adanya kemungkinan-kemungkinan melesetnya goresan ataupun tidak penuhnya goresan yang akhirnya nanti bisa ditutupi pada saat finishing dilakukan. 6. Finishing

Dalam tahap finishing dilakukan proses arsir, blok, pendetailan, menutup garis-garis yang keliru dengan tipe-ex atau cat poster warna putih dan juga melanjutkan garis atau goresan yang belum penuh.

e. Kelebihan dan Kekurangan Komik

Sebagai media visual, komik juga mempunyai kelebihan maupun kelemahan dalam pembelajaran. Kelebihan media komik, disamping sifat-sifat komik yang khas, harus diakui efektivitas media dalam pembelajaran merupakan segi yang menguntungkan dalam pendidikan. Menurut Hurlock menjelaskan argumen yang menguntungkan komik adalah:35

a. Komik membekali dengan kemampuan membaca yang menyenangkan

b. Komik dapat digunakan untuk memotivasi siswa mengembangkan keterampilan membaca

c. Prestasi pendidikan yang dicapai siswa yang sering membaca komik hampir identik dengan mereka yang jarang membacanya d. Siswa diperkenalkan dengan kata-kata yang luas, banyak kata

yang dijumpainya lagi dalam bacaan lain

e. Buku komik menyediakan teknik bagus untuk menyebarluaskan propaganda yang menentang prasangka

f. Komik memberi siswa sumber katarsis emosional bagi emosi yang tertahan

g. Siswa mungkin mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh buku komik yang memiliki sifat yang dikaguminya.

35

(44)

Berdasarkan uraian diatas, bahwa komik efektif digunakan oleh siswa, sehingga dapat mengembangkan minat baca dan dapat melatih daya imajinasinya agar kelak menjadi manusia yang kreatif.

Media komik disamping mempunyai kelebihan juga memiliki kekurangan tertentu. Menurut Hurlock menjelaskan argumen yang menentang komik adalah:

a. Komik mengalihkan perhatian anak dari bacaan lain yang lebih berguna

b. Karena gambar menerangkan cerita, anak yang kurang mampu membaca tidak akan berusaha membaca teks

c. Lukisan, cerita dan bahasa kebanyakan komik bermutu rendah d. Komik menghambat anak melakukan bentuk bermain lainnya e. Dengan menggambarkan perilaku anti sosial, komik mendorong

tumbuhnya agresivitas dan kenakalan remaja

f. Komik menjadikan kehidupan sebenarnya membosankan dan tidak menarik36

f. Komik Sebagai Media Pembelajaran

Sebagai media komunikasi visual, komik dapat digunakan sebagai media (alat bantu) pembelajaran yang mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien.37 Komik dapat menjadi pilihan sebagai media pembelajaran karena adanya kecenderungan banyak siswa lebih menyenangi bacaan media hiburan seperti komik dibandingkan dengan membaca buku pelajaran dan menggunakan waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah (PR).38

Berikut beberapa kelebihan penggunaan media komik dalam pembelajaran, yaitu:

a) Komik memiliki sifat yang sederhana dalam penyajiannya

36

Siti Amalia, op. cit., h. 26.

37

Heru Dwi Waluyanto, loc.cit.

38 Syaiful Hadi, “Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik Dengan

Strategi Bermain Peran Pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, h. 6. Dalam

(45)

b) Memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna

c) Diengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis

d) Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal, dapat mempercepat pembaca memahami isi pesan yang dibacanya, karena pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap pada jalurnya.

e) Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional, mengakibatkan pembaca ingin terus membacanya hingga selesai

f) Selain sebagai media pembelajaran, komik juga dapat berfungsi sebagai sumber belajar39

Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran tersebut, dalam hal ini pembelajaran merujuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran atau penulis komik tersebut). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik.40

3. Hakikat Belajar Dan Hasil Belajar a. Belajar

Banyak pengertian belajar telah dikemukakan oleh para ahli. Salah satu diantaranya ialah menurut Gagne, bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.41 Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

Muhammad Ali menyatakan, pengertian belajar maupun yang dirumuskan para ahli antara yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan

39

Zulkifli,op. cit., h. 21.

40

Heru Dwi Waluyanto, op.cit. h. 51-52

41

(46)

maupun teori yang dipegang.42 Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.

Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.43 Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.

Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, seperti yang dikutip Syah diantaranya:44

a. Skinner

Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif

b. Chaplin

Chaplin membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama menyatakan bahwa belajar adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan kedua menyatakan bahwa belajar adalah proses memeroleh respon-respon akibat adanya latihan khusus.

c. Hintzman

Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dalam pandangannya, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

42

Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), cet 3, h. 5

43

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), cet 4, h. 30.

44

(47)

d. Wittig

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman

e. Reber

Reber membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dari pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang kompleks dan merupakan proses berfikir dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Disamping itu, berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga.

b. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.45 Gagne dalam Nana, membagi lima kategori hasil belajar belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.46

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru suatu pencapaian tujuan pengajaran47

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

45

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 22

46

Ibid

47

(48)

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.48

a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni:

1. Gerakan refleks

2. Keterampilan gerakan dasar 3. Kemampuan perseptual 4. Keharmonisan atau ketepatan 5. Gerakan keterampilan kompleks 6. Gerakan ekspresif dan interpretatif

Adapun dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip. Prinsip-prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain:49

a. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian

b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa

48

Nana Sudjana, op. cit., h. 22.

49

(49)

dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.

c. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.

d. Penilaian hasil belajar harusnya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal:50

1. Faktor Internal a. Faktor Fisiologi

Secara umum kondisi fisiologi, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Disamping kondisi tersebut, merupakan hal yang penting juga memperhatikan kondisi panca indra. Bahkan dikatakan oleh Aminudin Rasyad, panca indra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five sense are the golden gate of knowledge). Artinya, kondisi pancra indra tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan panca indra dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimuli dalam proses belajar.

50

(50)

b. Faktor Psikologis

Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar. 2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial baik yang berwujud manusia hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

b. Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumen adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, saran dan fasilitas, dan guru.

4. Materi Pembelajaran Kondisi Lingkungan Terhadap Kesehatan a. Perbedaan Antara Lingkungan Sehat dengan Lingkungan Tidak

Sehat

(51)

Misalnya, manusia hanya dapat hidup di darat, sedangkan ikan hidup di lingkungan perairan, dan sebagainya.

1. Lingkungan Sehat

Lingkungan sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Udara bersih dan segar

b. Tanah yang subur c. Sumber air yang bersih

d. Air sungai yang mengalir terlihat bersih dan jernih e. Sampah tidak berserakan

f. Banyak tumbuhan hijau yang tumbuh dengan subur

Kamu mempunyai kewajiban untuk mewujudkan lingkungan sehat. Lingkungan sehat akan membuat kesehatan kita terjaga dan betah menghuninya.

2. Lingkungan Tidak Sehat

Keadaan lingkungan di sekitar manusia tinggal, ada yang memenuhi syarat kesehatan dan ada pula yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan lingkungan yang tidak sehat. Ciri-ciri lingkungan yang tidak sehat adalah sebagai berikut:

a. Udara kotor karena banyak debu dan asap b. Sampah banyak berterbaran

c. Sumber air tidak bersih

d. Saluran air tidak lancar sehingga air menggenang

e. Tumbuhan tidak bisa tumbuh dengan subur sehingga lingkungan menjadi gersang

(52)

air limbah, tempat pembuangan sampah yang memadai, dan penerangan yang cukup. Jadi, hal-hal yang harus diperhatikan agar kebersihan dan kesehatan masyarakat dapat tercipta dengan baik, antara lain:

a. Mendirikan perumahan sederhana dan sehat yang harganya terjangkau oleh masyarakat

b. Pembasmian hewan-hewan yang dapat menyebarkan bibit penyakit, seperti lalat dan nyamuk

c. Penghijauan di sekitar perumahan agar udara selalu bersih dan segar d. Pengawasan terhadap polusi udara, air, dan tanah

e. Pengawasan terhadap bahaya radiasi dan sisa sisa unsur radioaktif. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi polusi lingkungan, antara lain:

a. Setiap pabrik diharuskan mempunyai sarana penyaringan udara agar udara lingkungan tidak tercemar

b. Setiap pabrik harus mempunyai bak penampungan limbah cair dan mempunyai sarana daur ulang limbah tersebut

c. Menjaga agar daerah perumahan dengan daerah industri memiliki jarak yang cukup jauh

d. Air limbah industri diolah kembali, baik secara biologis ataupun nonbiologis, seperti sedimentasi dan filtrasi.

b. Penyebab Pencemaran Lingkungan

(53)

1. Pencemaran Udara

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh asap pabrik, asap kendaraan bermotor, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan sebagainya. Pencemaran udara terparah di Indonesia terjadi pada akhir tahun 1997. Pencemaran tersebut disebabkan adanya kebakaran hutan di Kalimantan dan Irian Jaya.

2. Pencemaran Air

Pencemaran air disebabkan oleh adanya pembuangan limbah rumah tangga dan limbah pabrik ke dalam lingkungan. Tingkat pencemaran air yang tinggi umumnya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduknya.

3. Pencemaran T

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Panel
Gambar 2.2 Contoh berbagai bentuk balon kata dan
Gambar 2.3 Contoh Komik Strip Bersambung
Gambar 2.4 Contoh Buku Komik
+7

Referensi

Dokumen terkait

tulang rawan epifisis , baik yang bersifat total maupun yang

Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler hoki memiliki dampak yang positif terhadap perkembangan

diidentifikasikan, didiskusikan dan dikembangkan solusi pemecahannya. Metode ini diterapkan pada setiap sesi pertemuan sehingga pemecahan masalah secara substansial dilandasi

Kesimpulan ini, berdasarkan hasil analisis peneliti yang menemukan bahwa struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris yang terdapat dalam konstruksi berita Jawa Pos menjadikan pihak

Bagaimana tindak lanjut kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam pembinaan akhlak mulia siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Langkah- langkah yang tepat dalam penggunaan media benda konkret

[r]

This paper presents a geometric approach for modelling tree roots with different Levels of Detail, suitable for analysis of the tree anchoring, potentially