• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Studi pada PT. Bank Panin (Persero) Tbk. Kcu Pemuda)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Studi pada PT. Bank Panin (Persero) Tbk. Kcu Pemuda)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR (BANK) SEBAGAI PEMEGANG JAMINAN GADAI DEPOSITO BERJANGKA PADA

PERJANJIAN KREDIT BANK (STUDI PADA PT. BANK PANIN (Persero) Tbk, KCU Pemuda)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH :

M. ALWI MAKSUDI NIM : 100200295

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR (BANK) SEBAGAI PEMEGANG JAMINAN GADAI DEPOSITO BERJANGKA PADA

PERJANJIAN KREDIT BANK (STUDI PADA PT. PANIN BANK (Persero) Tbk, KCU Pemuda)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh : NIM : 100200295 M. ALWI MAKSUDI

Diketahui dan Disahkan Oleh : Ketua Departemen Hukum Keperdataan

(

NIP. 196603031985081001 Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum)

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Megarita, SH.CN.M.Hum) (Syamsul Rizal, SH., M.Hum) NIP. 196110111988032001 NIP. 196402161989111001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan rahmat Allah SWT, penulis telah dapat menyusun skripsi yang sederhana ini guna melengkapi persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk memenuhi kewajiban tersebut maka disusunlah skripsi ini yang berjudul “ PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR (BANK) SELAKU PEMEGANG GADAI DEPOSITO PADA PERJANJIAN KREDIT BANK (STUDI PADA PT. BANK PANIN (Persero) Tbk, KCU Pemuda)”.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, namun dengan lapang hati penulis selalu menerima kritik, saran maupun masukan yang bersifat mendidik dan membangun dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH. MH.DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH. M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Megarita, SH, CN. M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis.

7. Bapak Syamsul Rizal, SH., MH. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis.

8. Bapak Edy Yunara, SH., selaku Dosen Wali.

9. Ibu Dr. Chairul Bariah, SH. M.Hum, selaku Dosen yang selalu membantu dan membimbing dalam perkuliahan.

10.Ibu Puspa Melati, SH. M.Hum, selaku Dosen yang selalu membantu dan membimbing dalam perkuliahan.

11.Bang Dedi dan Bang Ari, yang selalu membantu penulis dalam masa perkuliahan.

12.Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

13.Teristimewa persembahan penulis untuk Ayahanda Erwin Iswandi, dan Ibunda Ir.Ernita Safinaz Sabri,MM merupakan orang tua dari penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat tiada henti mulai dari kecil sampai sekarang, serta adik kandung penulis M.Hafiz Maksudi,

(5)

14.kepada keluarga besar penulis, om, tante dan sepupu-sepupu yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

15.Kepada Deliska Anwar, yang selalu memberikan semangat dan kesabarannya dari awal penulisan, makasi ya kak dell.

16.Rekan di Fakultas Hukum USU : Kurnia, akbar, zaki, padel, doni, pajar, yayak, fachreza, amed, hadi putra, rujek, inka, echy, olko, dila, alda, gatha, nisa, fany, dekna, intan, kinan, yati, suman, aceh, dika, depi, apep, bang pinok, cupoy, isak, emje, robby, yessi, ipan gendut, munandar, ferry, hani, bongak, tya, dinda, dan terutama kepada Dandi Anugrah Muchlis, SH., yang selalu membantu dan memberikan saran dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini, makasi banyak ya ne. 17.Beverly Crew : Yoga, mora, faikar apep, mas gugung, ayas, bang epin,

bang panjang, bang wanda, kak dina, deri, wacun, jeber, ika hadhinah, adib, ferry, fadlan, nunuk, eko, torik, latif, riski.

18.LPD : anggik, reyhan, dodi, apes, arep, rizki, adit.

19.Jus Kuphi Part 7 : Bang DK, bang putra, astari, wulan, tria, ucup, samson, prai. Yang telah menyediakan tempat dalam penulisan skripsi bagi penulis.

(6)

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Amin

Medan, 1 JUNI 2015 Penulis,

NIM : 100200295

(7)

ABSTRAK M. Alwi Maksudi*

Dr. Megarita, SH.CN.M.Hum** Syamsul Rizal, SH., M.Hum***

Pelaksanaan pemberian kredit bank dengan jaminan gadai deposito berjangka dapat dilakukan dengan perjanjian kredit yang dilakukan antara kreditur (bank) dan debitur (nasabah). Hal ini dikarenakan deposio berjangka dianggap bentuk jaminan yang likuiditasnya paling likuid. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana deposito berjangka dapat menjadi jaminan gadai dalam perjanjian kredit bank, bagaimana pihak kreditur (bank) dalam menetapkan pihak debitur (nasabah) telah melakukan wanprestasi pada Bank Panin, dan bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur (bank) apabila didalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan gadai deposito berjangka debitur (nasabah) melakukan wanprestasi pada Bank Panin.

Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah normatif. Yang dilakukan melalui penelusuran meliputi inventarisasi hukum positif, asas-asas hukum, hukum klinis, peraturan Perundang-Undangan, menelaah sinkronasi suatu Peraturan Perundang- Undangan, sejarah hukum, dan perbandingan hukum.

Deposito berjangka termasuk sebagai salah satu benda bergerak yang tidak berwujud, dan apabila dijadikan jaminan kredit bank termasuk jenis jaminan tunai. Deposito berjangka merupakan piutang atas nama yang diterbitkan oleh bank, maka menurut hukum deposito berjangka ini termasuk sebagai surat-surat berharga yang dapat menjadi jaminan kredit dan diakui keabsahannya. Debitur dinyatakan telah melakukan wanprestasi apabila tidak melakukan prestasi atau kewajiban sama sekali terhadap Bank Panin sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kredit. Perlindungan hukum yang dilakukan oleh Bank Panin sebagai pemegang jaminan gadai deposito berjangka dalam perjanjian kredit sudah pada prosedur yang benar, yaitu mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012, ayat 31, yaitu sebagai jaminan yang likuid berarti pencairan deposito berjangka dapat dilakukan apabila debitur wanprestasi , hal ini berdasarkan surat kuasa pencairan deposito berjangka yang diserahkan bersamaan dengan bilyet deposito berjangka didalam perjanjian kredit yang menggadaikan deposito sebagai jaminan kredit dibenarkan.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Gadai, Deposito Berjangka * Mahasiswa Fakultas Hukum

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAKS ... viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

... 1 B. Permasalahan

... 8

C. Tujuan Permasalahan

... 9

D. Manfaatan Penulisan

... 10

E. Metode Penelitian ... 11

F. Keaslian Penulisan

... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II : DEPOSITO BERJANGKA SEBAGAI JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN KREDIT

A. Gadai

... 15 1. Pengertian dan Dasar Hukum Gadai ...

15

2. Objek dan Terjadinya Gadai

(9)

3. Hak dan Kewajiban Penerima dan Pemegang Gadai ... 26

4. Hapus dan Berakhirnya Gadai

... 27

B. Pengertian Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian ... 29

C. Perjanjian Kredit Bank dan Perbedaannnya dengan

Perjanjian Pinjam Uang Lainnya ... 35

D. Deposito Berjangka Sebagai Jaminan Kredit Bank ... 38

BAB III : WANPRESTASI GADAI DEPOSITO BERJANGKA PADA PERJANJIAN KREDIT BANK

A. Pengertian dan Fungsi Bank (Kreditur), Serta Pengaturannya Tentang Nasabah Bank (Debitur) ... 45

B. Hubungan antara Bank (Kreditur) dan Nasabah Bank (Debitur), Serta Bank (Kreditur) Sebagai Pemegang Gadai Deposito Berjangka dalam Perjanjian Kredit Bank ... 54

C. Hak dan Kewajiban Bank (Kreditur) dan Nasabah Bank (Debitur)

... 65

D. Wanprestasi Nasabah Bank (Debitur) Deposito Berjangka ... 66

E. Mengatasi Kredit Bermasalah

(10)

B.Deposito Berjangka Sebagai Salah Satu Jaminan Kredit Pada Bank Panin ... 76

C.Mekanisme Pengikatan Jaminan Gadai Deposito Berjangka

Pada Bank Panin ... 78

D.Hal yang Menyebabkan Nasabah (Debitur) Dinyatakan Telah Melakukan Wanprestasi Pada Bank Panin ... 89

E. Eksekusi Deposito Berjangka Sebagai Objek Jaminan Kredit

Bank Panin ... 97

F. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) Sebagai Pemegang Gadai Deposito Berjangka Dalam Perjanjian Kredit Pada Bank Panin ... 100

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

(11)

ABSTRAK M. Alwi Maksudi*

Dr. Megarita, SH.CN.M.Hum** Syamsul Rizal, SH., M.Hum***

Pelaksanaan pemberian kredit bank dengan jaminan gadai deposito berjangka dapat dilakukan dengan perjanjian kredit yang dilakukan antara kreditur (bank) dan debitur (nasabah). Hal ini dikarenakan deposio berjangka dianggap bentuk jaminan yang likuiditasnya paling likuid. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana deposito berjangka dapat menjadi jaminan gadai dalam perjanjian kredit bank, bagaimana pihak kreditur (bank) dalam menetapkan pihak debitur (nasabah) telah melakukan wanprestasi pada Bank Panin, dan bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur (bank) apabila didalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan gadai deposito berjangka debitur (nasabah) melakukan wanprestasi pada Bank Panin.

Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah normatif. Yang dilakukan melalui penelusuran meliputi inventarisasi hukum positif, asas-asas hukum, hukum klinis, peraturan Perundang-Undangan, menelaah sinkronasi suatu Peraturan Perundang- Undangan, sejarah hukum, dan perbandingan hukum.

Deposito berjangka termasuk sebagai salah satu benda bergerak yang tidak berwujud, dan apabila dijadikan jaminan kredit bank termasuk jenis jaminan tunai. Deposito berjangka merupakan piutang atas nama yang diterbitkan oleh bank, maka menurut hukum deposito berjangka ini termasuk sebagai surat-surat berharga yang dapat menjadi jaminan kredit dan diakui keabsahannya. Debitur dinyatakan telah melakukan wanprestasi apabila tidak melakukan prestasi atau kewajiban sama sekali terhadap Bank Panin sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kredit. Perlindungan hukum yang dilakukan oleh Bank Panin sebagai pemegang jaminan gadai deposito berjangka dalam perjanjian kredit sudah pada prosedur yang benar, yaitu mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012, ayat 31, yaitu sebagai jaminan yang likuid berarti pencairan deposito berjangka dapat dilakukan apabila debitur wanprestasi , hal ini berdasarkan surat kuasa pencairan deposito berjangka yang diserahkan bersamaan dengan bilyet deposito berjangka didalam perjanjian kredit yang menggadaikan deposito sebagai jaminan kredit dibenarkan.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Gadai, Deposito Berjangka * Mahasiswa Fakultas Hukum

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara dilaksanakan dalam pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa1. Karakter pembangunan baik arah dan langkah maupun cara manusia memanfaatkannya terutama ditentukan oleh bagaimana suatu negara mengelola investasi sumber dayanya2

Pembangunan dilaksanakan di segala aspek kehidupan, namun pembangunan ekonomi merupakan pendorong yang sangat besar untuk kemajuan dalam bidang - bidang lain dalam keseluruhan hidup bangsa dan negara. Pembangunan ekonomi adalah usaha mentransformasikan kehidupan jutaan manusia diseluruh dunia yang sedang berkembang

. Artinya keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan terutama tergantung pada keberhasilan mengelola sumber dayanya secara optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh manusia.

3

Perkembangan ekonomi yang sangat pesat pada saat ini, memaksa para pelaku kegiatan ekonomi dan pelaku bisnis untuk melakukan kredit. Kredit sangat membantu para pelaku kegiatan ekonomi dan pelaku bisnis dalam keberlangsungan kegiatan usahanya, hal ini dapat dilihat dari banyaknya para

.

1

Indonesia, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, 1999 - 2004

2

Warren C. Baum & Staokes M. Tolbert, Investasi Dalam Pembangunan Pelajaran Dari PengalamanBank Dunia, Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal 5.

3

(13)

pelaku kegiatan ekonomi dan pelaku bisnis yang melakukan kredit. Dasar dari kredit adalah adanya kepercayaan, yaitu pihak yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontraprestasinya4

Bagi masyarakat Bank merupakan suatu lembaga yang berusaha meningkatkan kebutuhan komsumtif atau produktif yang membutuhkan pendanaan, salah satunya dalam bidang perkreditan, agar mampu mencukupi dalam mendukung peningkatan usahanya. Mengingat bahwa agunan tau jaminan merupakan salah satu unsur dalam pemberian kredit yang sangat penting dan sebagai sarana perlindungan bagi keamanan kreditur untuk adanya kepastian atas pelunasan utang debitur, atau untuk pelaksanaan suatu prestasi oleh debitur, maka meskipun berdasarkan unsur - unsur lain telah diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan utangnya, akan tetapi jaminan tambahan masih tetap diminta oleh pihak Bank

.

5

Untuk memberi landasan yuridis bagi kreditur dalam melaksanakan hak dan kekuasaan atas barang jaminan tersebut terlebih dahulu dilakukan pengikatan menurut hukum yang berlaku, misalnya dengan pengikatan Hipotik, Hak Tanggungan, Fidusia, Gadai atau dengan jaminan perorangan (Personal

Guarantee) dan Jaminan Perusahaan (Coorporate Guarantee).

.

4

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 217.

5

(14)

Gadai dapat dijadikan sebagai pengikat jaminan yang sebagaimana diatur dalam Buku II Titel 20 Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1161 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), merupakan salah satu lembaga jaminan khusus yang menjamin perikatan hutang piutang antara kreditur dengan debitur, diluar jaminan umum berdasarkan ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang menetapkan bahwa segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.

Seiring dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan akan selalu diikuti dengan perkembangan kebutuhan akan kredit. Dalam pemberian fasilitas kredit akan selalu memerlukan adanya jaminan, demi keamanan pemberian kredit tersebut dalam arti piutang yang dipinjamkan akan terjamin pelunasannya dengan adanya jaminan (salah satunya jaminan khusus dalam bentuk gadai). Disinilah letak pentingnya lembaga jaminan6

Berdasarkan ketentuan Pasal 1150 KUH Perdata, gadai dirumuskan sebagai suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.

.

6

(15)

Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa yang dinamakan dengan gadai atau hak gadai adalah hak kebendaan yang diberikan sebagai jaminan pelunasan kewajiban atau utang debitur kepada kreditur.

Kata gadai menunjuk pada dua hal yaitu kepada haknya (hak gadai, vide

Pasal 1150 KUH Perdata) dan kepada bendanya (benda gadai vide Pasal 1152 KUH Perdata).

Gadai disebut sebagai jaminan dalam bentuk kebendaan karena secara umum jaminan tersebut diberikan dalam bentuk penunjukkan atau pengalihan atas kebendaan tertentu, yang jika debitur gagal melaksanakan kewajibannya dalam jangka waktu yang ditentukan, memberikan hak kepada kreditur untuk menjual lelang kebendaan yang dijaminkan tersebut secara mendahului dari kreditur-kreditur lainnya (droit de preference).7

Yang dimaksud dengan hak jaminan kebendaan adalah hak yang memberikan kepada seorang kreditur kedudukan yang lebih baik karena kreditur didahulukan dan dimudahkan dalam mengambil pelunasan tagihannya atas hasil penjualan benda tertentu atau sekelompok benda tertentu milik debitur yang dipegang oleh kreditur yang berharga bagi kreditur dan dapat memberikan suatu tekanan psikologis terhadap debitur untuk memenuhi kewajibannya dengan baik terhadap kreditur.

8

Gadai sebagai lembaga jaminan banyak dipergunakan dalam praktik perjanjian pemberian kredit. Hal ini karena kedudukan pemegang gadai lebih kuat

7

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2000, hal. 3

8

(16)

daripada pemegang fidusia. Kedudukan yang lebih kuat tersebut adalah karena adanya syarat inbezitsteling dalam gadai, dimana benda gadai harus keluar dari kekuasaan si pemberi gadai dan benda gadai berada dalam kekuasaan kreditur pemegang gadai atau pihak ketiga yang disetujui oleh para pihak, sehingga lebih aman bagi pihak kreditur.

Mengenai syarat inbezitsteling pada gadai dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1152 KUH Perdata ayat (1) dan ayat (2), yang berbunyi :

a. Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang – piutang bawa diletakkan dengan membawa barang gadainya dibawah kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.

b. Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan si berutang atau si pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan si berpiutang.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka syarat inbezitsteling

merupakan syarat mutlak dan mendasar untuk lahirnya gadai. Gadai menjadi hapus atau batal dengan kembalinya benda gadai kepada si pemberi gadai meskipun atas persetujuan dari pemegang gadai sendiri. Dengan demikian azas umum mengenai bezit yang memperbolehkan adanya penyerahan secara

“constitutum prosessorium” pada gadai menjadi tidak berlaku. Penyerahan

(levering) benda gadai sendiri tidak dimaksudkan sebagai penyerahan dalam arti

yuridis yaitu penyerahan yang menjadikan si penerima gadai menjadi pemilik barang yang digadaikan, melainkan pemegang gadai tetap hanya berkedudukan sebagai pemegang saja bukan sebagai pemilik.

(17)

pemegang gadai atau pihak ketiga yang disetujui tidak untuk dinikmati, dipakai ataupun dimiliki.

Dalam Pasal 1154 KUH Perdata ditegaskan bahwa dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya maka tidak diperkenankan mengalihkan benda gadai menjadi miliknya. Oleh karena itu para pihak juga tidak diperkenankan untuk memperjanjikan sebelumnya bahwa dalam hal debitur wanprestasi maka benda gadai akan langsung dimiliki oleh kreditur pemegang gadai dan janji yang demikian adalah batal demi hukum. Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan debitur yang pada umumnya berada dalam posisi yang lemah dalam perjanjian hutang piutang dengan kreditur sehingga seringkali menyetujui persyaratan yang diajukan oleh kreditur yang pada akhirnya akan dapat merugikan debitur sendiri. Gadai sebagai lembaga jaminan merupakan perjanjian accesoir

dan tidak akan dapat dilepaskan dari perjanjian hutang piutang sebagai perjanjian Dengan kata lain perjanjian gadai mengikuti perjanjian hutang piutang, dimana perjanjian gadai dimaksudkan untuk memberikan jaminan bagi pelunasan hutang debitur kepada krediturnya.

(18)

Deposito berjangka dapat digolongkan sebagai benda bergerak, oleh sebab merupakan perikatan - perikatan dan tuntunan - tuntunan mengenai jumlah - jumlah uang yang dapat ditagih atau yang mengenai benda - benda bergerak9. Oleh karena itu, deposito dapat juga disebut piutang, yaitu merupakan hak untuk menerima pembayaran10

Perjanjian kredit dengan jaminan deposito berjangka ini dapat langsung dicairkan apabila nasabah (debitur) melakukan wanprestasi, ini berdasarkan

. Dalam hal ini deposan berhak atas pembayaran sejumlah dana yang tertera dalam surat deposito tersebut.

Jika deposito berjangka dapat dijadikan jaminan kredit tentunya deposito berjangka mempunyai tata cara dan lembaga tertentu dalam hal pengikatan jaminannya. Dilihat dari pengertian yang diberikan oleh Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Perbankan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Deposito berjangka menurut undang-undang termasuk sebagai salah satu benda bergerak yang tidak berwujud karena dianggap surat yang berharga.

Deposito berjangka merupakan suatu piutang atas nama dilihat dari bukti kepemilikan bilyet deposito berjangka sehingga jika dijadikan jaminan kredit dengan cara digadaikan. Sebab deposito berjangka merupakan jaminan tambahan yang memiliki tingkat kepastian nominal yang sudah pasti dan likuiditasnya paling likuid dibanding jaminan lainnya, selain itu gadai deposito berjangka pada perjanjian kredit ini sangat mudah dan tidak berbiaya besar.

9

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet 25, Pradnya Paramita, Jakarta, 1992, Ps. 511 angka 3

10

(19)

peraturan bank dan perjanjian perjanjian pokok yang telah dilaksanakan antar bank (kreditur) dan nasabah (debitur) dalam upaya pengembalian dana yang telah dipinjam oleh nasabah (debitur).

B. Permasalahan

Dari latar belakang diatas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana deposito berjangka dapat menjadi jaminan gadai dalam perjanjian kredit bank ?

2. Bagaimana pihak kreditur (bank) dalam menetapkan pihak debitur (nasabah) telah melakukan wanprestasi terhadap Bank Panin ? 3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur (bank) apabila

didalam pelaksanaan perjanjian kredit bank pihak debitur (nasabah) melakukan wanprestasi pada Bank Panin ditinjau dalam aspek hukum perbankan?

C. Tujuan Penulisan

Dalam rangka penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan yang hendak di capai, sehingga penulisannya akan lebih terarah serta dapat mengenai sasarannya. Adapun tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana deposito berjangka menjadi jaminan gadai dalam perjanjian kredit bank.

(20)

3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perlindungan hukum terhadap pihak kreditur (bank) apabila pihak debitur (nasabah) melakukan wanprestasi dalam perjanjian kredit bank yang menggadaikan deposito berjangka sebagai jaminan kredit.

Selain tujuan yang dikemukakan diatas, hasil penelitian dan penuisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam pengembangan hukum dagang khususnya mengenai masalah perbankan dan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai strata satu pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis

Manfat teoritis dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk memberikan informasi mengenai aspek hukum dagang dalam rangka pemahaman tentang perbankan

b. Untuk menambah bahan pustaka bagi penelitian di bidang yang sama yakni mengenai perlindungan hukum terhadap kreditur pemegang gadai deposito berjangka dalam perjanjian kredit yang sangat erat dengan hukum perbankan.

2. Manfaat Praktis

(21)

ditujukan kepada kalangan penegak hukum dan masyarakat umum untuk lebih mengetahui bagaimana perlindungan hukum dan tanggung jawab terhadap kreditur (bank) yang melakukan gadai deposito berjangka dalam perjanjian kredit di bank.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan metode Normatif11. Penelitian normatif meneliti :12

1. Penelitian inventarisasi hukum positif. 2. Penelitian asas-asas hukum

3. Penelitian hukum klinis

4. Penelitian hukum yang mengkaji sistematika peraturan perundang-undangan

5. Penelitian yang ingin menelaah sinkronasi suatu peraturan perundang-undangan

6. Penelitian perbandingan hukum 7. Penelitian sejarah hukum

Dalam penulisan skripsi ini juga menggunakan antara lain : Penelitian Kepustakaan

11

Penelitian Hukum Normatif disebut juga sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.

12

(22)

Dalam hal ini penulis menggunakan data yang diperoleh dari literatur-literatur seperti buku, serta media elektronik menyajikan data yang diperlukan dalam bentuk artikel dan peraturan perundang-undang dan dibantu dengan melakukan wawancara dengan pihak PT. BANK PANIN (Persero) Tbk, KCU Pemuda.

F. Keaslian Penulisan

Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini pada dasarnya penulis melakukan pemeriksaan pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi ini belum pernah ditulis sebagai skripsi sebelumnya oleh pihak lain. Dengan demikian, skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggung jawabkan penulis baik secara moral maupun secara akademik karena diperoleh melalui pemikiran, referensi buku-buku, dan perundang-undangan yang berlaku.

G. Sistematika Penulisan

(23)

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang terdiri dari sub bab, yaitu latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian yang penulis gunakan dalam membahas skripsi, keaslian penulisan, dan pada akhir bab ini adalah sistematika penulisan.

BAB II : DEPOSITO BERJANGKA SEBAGAI JAMINAN GADAI DALAM

PERJANJIAN KREDIT BANK

Merupakan pembahasan mengenai pengertian dan dasar hukum gadai, objek dan terjadinya gadai, hak dan kewajiban pemegang dan pemberi gadai, dan hapusnya gadai. Pengertian perjanjian, perjanjian kredit dan perbedaannya dengan perjanjian pinjam uang lainnya, serta deposito berjangka sebagai jaminan kredit bank.

BAB III : WANPRESTASI GADAI DEPOSITO BERJANGKA PADA PERJANJIAN KREDIT BANK

(24)

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR (BANK) SEBAGAI PEMEGANG GADAI DEPOSITO BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PANIN

Merupakan pembahasan tentang Bank Panin secara umum, deposito berjangka sebagai salah satu jaminan kredit pada Bank Panin,

mekanisme pengikatan jaminan gadai deposito berjangka pada Bank Panin, hal yang menyebabkan nasabah (debitur) dinyatakan telah

melakukan wanpretasi pada Bank Panin, eksekusi deposito berjangka sebagai objek jaminan kredit Bank Panin, dan perlindungan hukum terhadap kreditur (bank) sebagai pemegang gadai deposito berjangka dalam perjanjian kredit pada Bank Panin.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

BAB II

DEPOSITO BERJANGKA SEBAGAI JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

A. Gadai

1. Pengertian Gadai dan Dasar Hukumnya.

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atau kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau debitur atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang atau kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang atau kreditur lainnya,dengan perkecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya tersebut harus didahulukan13

Dalam gadai, pihak kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit (pinjaman) kepada pihak lain yang mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa berbentuk badan usaha atau perorangan. Dalam hukum perbankan, bank yang memberikan kredit kepada pihak peminjam merupakan kreditur

.

14

. Sedangkan pihak debitur adalah pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang mendapatkan pinjaman dari pihak lain15.

13

Megarita,Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Saham yang Digadaikan, Medan: USU Press, 2007, hal.28

14

Ismail, Manajemen Perbankan, Kencana, Jakarta, 2010, halaman hal. 94

(26)

Menurut pendapat R. Wiryono Prodjodikoro gadai adalah:

"Suatu hak yang didapat oleh seorang berpiutang suatu benda bergerak yang padanya diserahkan oleh si berutang atau oleh seorang lain atau namanya untuk menjamin pembayaran hutang dan yang memberikan hak kepada si berutang untuk dibayar lebih dahulu dari berpiutang lainnya, yang diambil dari uang pendapatan penjualan barang itu.16

Dari definisi gadai tersebut terkandung adanya beberapa unsur pokok, yaitu

"

17

1. Gadai lahir karena perjanjian penyerahan kekuasaan atas barang gadai kepada kreditur pemegang gadai.

:

2. Penyerahan itu dapat dilakukan oleh debitur atau orang lain atas nama debitur.

3. Barang yang menjadi obyek gadai hanya barang bergerak, baik bertubuh maupun tidak bertubuh.

4. Kreditur pemegang gadai berhak untuk mengambil pelunasan dari barang gadai lebih dahulu daripada kreditur-kreditur lainnya.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata ( Burgerlijk Wetboek ) Buku II Bab 20 Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1161 disebutkan pengertian gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan oleh seorang debitur atau orang lain atas namanya, dan memberi kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dengan mendahulukan dirinya daripada kreditur-kreditur lainnya, dengan pengecualian mendahulukan pembayaran-pembayaran biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang yang digadaikan itu.

16

http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/gadai.html, diakses pada tanggal 2 April 2015.

17

(27)

Gadai merupakan hak kebendaan atau zakelijk recht, artinya hak kebendaan bersifat mutlak, dapat dipertahankan terhadap siapapun juga dan dalam kebendaan memiliki hak yang mengikuti (droit de suit), ini berarti hak tersebut akan terus mengikuti bendanya ditangan siapapun benda tersebut berada. Hak kebendaan yang terjadi lebih dulu memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding hak kebendaan yang terjadi setelahnya, untuk didahulukan (droit de

preference), yaitu seseorang yang memiliki hak kebendaan berhak untuk

memperoleh haknya lebih dahulu dibanding pihak lain. Seseorang yang memiliki hak kebendaan berhak untuk mengajukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu haknya, gugatan ini disebut gugat kebendaan, dan pemilik hak bebas untuk memindahkan hak kebendaannya18

1. Gadai adalah untuk benda bergerak. Artinya obyek gadai adalah benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud (hak tagihan).

. Menurut Badrul Zaman, gadai memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut :

2. Sifat kebendaan. Artinya memberikan jaminan bagi pemegang gadai bahwa dikemudian hari piutangnya pasti dibayar dari nilai barang jaminan. 3. Benda gadai dikuasai oleh pemegang gadai. Artinya benda gadai harus

diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai.

4. Hak menjual sendiri benda gadai. Artinya hak untuk menjual sendiri benda gadai oleh pemegang gadai.

5. Hak yang didahulukan.

6. Hak accessoir. Artinya hak gadai tergantung pada perjanjian pokok.

Dalam buku II titel KUH Perdata secara lebih jelas dijelaskan gadai mempunyai sifat-sifat sebagai berikut19

1. Jaminan gadai mempunyai sifat accessoir (perjanjian tambahan) artinya, jaminan gadai bukan hak yang berdiri sendiri tetapi keberadaannya tergantung perjanjian pokok. yang dimaksud perjanjian pokok adalah

:

(28)

perjanjian kredit yang merupakan perjanjian antara kreditur dan debitur yang membuktikan kreditur telah memberikan pinjaman kepada debitur yang dijamin dengan gadai. jaminan gadai baru lahir setelah ada perjanjian kredit terlebih dahulu.

2. Jaminan gadai memberikan hak preferen. Kreditur sebagai penerima gadai mempunyai hak yang dilakukan (hak preferen) terhadap kreditur lainnya artinya bila debitur dinilai cedera janji atau lalai maka kreditur penerima gadai mempunyai hak untuk menjual jaminan gadai tersebut dan hasil penjualan digunakan terutama untuk melunasi hutangnya. Apabila terdapat kreditur lain yang juga memiliki tagihan kepada debitur tersebut, kreditur belakangan ini tidak akan mendapat pelunasan sebelum kreditur yang pertama mendapat pelunasan.

3. Jaminan gadai mempunyai hak eksekutorial. Pemegang gadai (kreditur) atas kekuasaan sendiri (eigen machtige verkoop) mempunyai hak untuk menjual benda yang digadaikan apabila debitur cidera janji dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk melunasi hutang debitur. Penjualan harus dilakukan di muka umum dengan cara pelelangan. Bila hasil lelang cukup untuk membayar hutang dan terdapat kelebihan maka kelebihan dikembalikan kepada debitur.

4. Hak gadai tak dapat dibagi bagi. Artinya dengan dilunasinya sebagian hutang maka tidak menghapus sebagian hak gadai. Hak gadai tetap melekat untuk seluruh bendanya.

5. Benda gadai dalam kekuasaan kreditur. Benda gadai harus berada diluar atau ditarik dari kekuasaan pemberi gadai (debitur). Hal ini disebut

inbezzitstelling. Dengan kata lain benda yang digadaikan harus dalam

kekuasaan kreditur sebagai penerima gadai.

6. Hak gadai berisi hak untuk melunasi hutang dari hasil penjualan benda gadai. Sifat ini sesuai sifat jaminan pada umumnya yaitu hak yang bersifat memberikan jaminan untuk pelunasan uang apabila si berutang atau debitur cidera janji dengan mengambil pelunasan dari hasil penjualan benda jaminan itu, bukan hak untuk memiliki benda yang dijaminkan. Segala janji memberikan hak kepada kreditur untuk memiliki benda gadai adalah batal demi hukum.

Dari penjelasan diatas maka unsur-unsur atau elemen pokok gadai dapat disimpulkan sebagai berikut20

1. Gadai adalah jaminan untuk pelunasan hutang. :

2. Gadai memberikan hak didahulukan atau hak preferen pelunasan hutang kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lainnya.

3. Barang yang menjadi objek gadai atau barang gadainya hanyalah barang bergerak.

20ibid

(29)

4. Barang bergerak yang menjadi objek gadai tersebut diserahkan kepada kreditur(dalam kekuasaan kreditur). Atau gadai lahir karena penyerahan kekuasaan atas barang gadai kepada kreditur pemegang gadai.

5. Penyerahan itu dapat dilakukan oleh debitur pemberi gadai atau orang lain atas nama debitur.

6. Kreditur pemegang gadai berhak untuk mengambil pelunasan dari barang gadai lebih dahulu daripada kreditur-kreditur lainnya.

Gadai dalam pelaksanaanya memiliki akibat hukum, untuk itu dalam pelaksanaanya harus diketahui yang menjadi dasar-dasar hukum tersebut. Dasar hukum gadai terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 1150 sampai pasal 116021

1. Pasal 1150, yang berisi : .

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh kreditur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dan barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu sebagai gadai dan yang harus didahulukan”.

2. Pasal 1151, yang berisi :

“Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang diperkenankan untuk membuktikan perjanjian pokoknya”.

3. Pasal 1152, yang berisi :

Hak gadai atas barang bergerak yang berwujud dan atas piutang bawa timbul dengan cara menyerahkan gadai itu kepada kekuasaan kreditur atau orang yang memberikan gadai atau yang dikembalikan atas kehendak kreditur. Hak gadai hapus bila gadai itu lepas dari kekuasaan pemegang gadai. Namun bila barang itu hilang, atau diambil dari kekuasaannya, maka ia berhak untuk menuntutnya kembali menurut Pasal 1977 alinea kedua, dan bila gadai itu telah kembali, maka

21

(30)

hak gadai itu dianggap tidak pernah hilang. Hal tidak adanya wewenang pemberi gadai untuk bertindak bebas atas barang itu, tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada kreditur, tanpa mengurangi hak orang yang telah kehilangan atau kecurigaan barang itu untuk menuntutnya kembali.

4. Pasal 1152.bis, yang berisi :

Untuk melahirkan hak gadai atas surat tunjuk, selain penyerahan endosemennya, juga dipersyaratkan penyerahan suratnya.

5. Pasal 1153, yang berisi :

Hak gadai atas barang bergerak yang tak berwujud, kecuali surat tunjuk dan surat bawa lahir dengan pemberitahuan mengenai penggadaian itu kepada orang yang kepadanya hak gadai itu harus dilaksanakan. Orang ini dapat menuntut bukti tertulis mengenai pemberitahuan itu, dan mengenai izin dan pemberian gadainya.

6. Pasal 1154, yang berisi :

Dalam hal debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajiban, kreditur tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan itu menjadi miliknya. Segala persyaratan perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan ini adalah batal.

7. Pasal 1155, yang berisi :

Bila oleh pihak-pihak yang berjanji tidak disepakati lain, maka jika debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, setelah lampaunya jangka waktu yang ditentukan, atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan perjanjian dalam hal tidak ada ketentuan tentang jangka waktu yang pasti, kreditur berhak untuk menjual barang gadainya dihadapan umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat dan dengan persyaratan yang lazim berlaku, dengan tujuan agar jumlah utang itu dengan bunga dan biaya dapat dilunasi dengan hasil penjualan itu. Bila gadai itu terdiri dan barang dagangan atau dan efek-efek yang dapat diperdagangkan dalam bursa, maka penjualannya dapat dilakukan di tempat itu juga, asalkan dengan perantaraan dua orang makelar yang ahli dalam bidang itu.

(31)

Dalam segala hal, bila debitur atau pemberi gadai Ialai untuk melakukan kewajibannya, maka debitur dapat menuntut lewat pengadilan agar barang gadai itu dijual untuk melunasi utangnya

beserta bunga dan biayanya, menurut cara yang akan ditentukan oleh Hakim dalam suatu keputusan, sampai sebesar utang beserta bunga dan biayanya. Tentang penandatanganan barang gadai yang dimaksud dalam pasal ini dan pasal yang lampau, kreditur wajib untuk memberitahukannya kepada pemberi gadai, selambat-lambatnya pada hari berikutnya bila setiap hari ada hubungan pos atau telegram, atau jika tidak begitu halnya dengan pos yang berangkat pertama. Berita dengan telegrap atau dengan surat tercatat dianggap sebagai berita yang pantas.

9. Pasal 1157, yang berisi :

Kreditur bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai itu, sejauh hal itu terjadi akibat kelalaiannya. Di pihak lain debitur wajib mengganti kepada kreditur itu biaya yang berguna dan perlu dikeluarkan oleh kreditur itu untuk penyelamatan barang gadai itu.

10.Pasal 1158, yang berisi :

Bila suatu piutang digadaikan, dan piutang ini menghasilkan bunga, maka kreditur boleh memperhitungkan bunga itu dengan bunga yang terutang kepadanya. Bila utang yang dijamin dengan piutang yang digadaikan itu tidak menghasilkan bunga, maka bunga yang diterima pemegang gadai itu dikurangkan dari jumlah pokok utang.

11.Pasal 1159, yang berisi :

Selama pemegang gadai itu tidak menyalahgunakan barang yang diberikan kepadanya sebagai gadai, debitur tidak berwenang untuk menuntut kembali barang itu sebelum ía membayar penuh, baik jumlah utang pokok maupun bunga dan biaya utang yang dijamin dengan gadai itu, beserta biaya yang dikeluarkan untuk penyelamatan barang gadai itu. Bila antara kreditur dan debitur terjadi utang kedua, yang diadakan antara mereka berdua setelah saat pemberian gadai dan dapat ditagih sebelum pembayaran utang yang pertama atau pada hari pembayaran itu sendiri, maka kreditur tidak wajib untuk melepaskan barang gadai itu sebelum ia menerima pembayaran penuh kedua utang itu, walaupun tidak diadakan perjanjian untuk mengikatkan barang gadai itu bagi pembayaran utang yang kedua.

(32)

Gadai itu tidak dapat dibagi-bagi, meskipun utang itu dapat dibagi antara para ahli waris debitur atau para ahli waris kreditur. Ahli waris debitur yang telah membayar bagiannya tidak dapat menuntut kembali bagiannya dalam barang gadai itu, sebelum utang itu dilunasi sepenuhnya. Di lain pihak, ahli waris kreditur yang telah menerima bagiannya dan piutang itu, tidak boleh mengembalikan barang gadai itu atas kerugian sesama ahli warisnya yang belum menerima pembayaran.

2. Objek dan Terjadinya Gadai

Gadai memiliki objek dalam pelaksanaannya, yang dimaksud dengan objek gadai adalah benda-benda apa saja yang dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak gadai. Benda yang dapat digadaikan adalah semua benda bergerak yang berwujud maupun benda bergerak tidak berwujud.

Benda bergerak berwujud contohnya seperti: Kenderaan bermotor seperti mobil, sepeda motor, mesin-mesin seperti mesin jahit, mesin pembajak sawah, mesin disel atau pembangkit listrik, pompa air dan segala jenis mesin lainnya, lukisan yang berharga, kapal laut yang berukuran dibawah 20 m kubik, persediaan barang

(stock), inventaris kantor atau restoran, barang bergerak lainnya yang memiliki

nilai. Dan benda bergerak tidak berwujud contohnya surat surat berharga seperti: tabungan deposito berjangka, sertifikat deposito, wesel, promes, konosemen, obligasi, saham-saham, resipis, yaitu tanda bukti penyetoran uang sebagai saham,

ceel yaitu tanda penerimaan penyimpanan barang di gudang, piutang.

(33)

Pemberitahuan ini mutlak karena perbuatan hukum dalam menerima gadai piutang baru selesai dengan adanya pemberitahuan kepada cessus. Kalau pemberitahuan belum dilakukan maka hak gadai belum beralih kepada kreditur baru yaitu bank sebagai pemberi kredit.

Untuk terjadinya gadai harus dipenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan sesuai dengan jenis benda yang digadaikan. Adapun cara-cara terjadinya gadai adalah sebagai berikut22

a. Perjanjian gadai antara kreditur dan debitur pemberi gadai. :

1. Gadai benda bergerak berwujud :

b. Penyerahan benda gadainya (syarat inbezitstelling). 2. Gadai piutang atas bawa ( aantoonder) :

a. Perjanjian gadai antara kreditur dan debitur pemberi gadai. b. Penyerahan surat buktinya.

Pasal 1152 ayat (1) KUH Perdata menyebutkan bahwa gadai surat atas bawa terjadi dengan menyerahkan surat itu kedalam tangan pemegang gadai atau pihak ketiga yang disetujui kedua belah pihak. Perlu diketahui bahwa piutang atas bawa (atas unjuk selalu ada surat buktinya), surat bukti ini mewakili piutang. Surat (piutang) atas bawa (atas unjuk) adalah surat yang dibuat debitur, dimana diterangkan bahwa ia berutang sejumlah uang tertentu kepada pemegang surat, surat mana diserahkan kedalam tangan pemegang. Pemegang berhak menagih pembayaran dari debitur dengan mengembalikan surat atas bawa itu kepada debitur.

22

(34)

3. Gadai piutang atas order (aanorder) :

a. Perjanjian gadai antara kreditur dan debitur pemberi gadai. b. Adanya endosemen yang diikuti dengan penyerahan suratnya. Endosemen adalah pernyataan penyerahan piutang yang ditandatangani kreditur (endosen) yang bertindak sebagai pemberi gadai dan harus memuat nama pemegang gadai (geendosseerde).

4. Gadai piutang atas nama (opnaam) :

a. Perjanjian gadai antara kreditur dan debitur pemberi gadai.

b. Adanya pemberitahuan kepada debitur dari piutang yang digadaikan. Dalam memberitahukan ini debitur dapat meminta bukti tertulis perihal penggadaiannya dan persetujuan dari pemberi gadai. Setelah itu debitur hanya dapat membayar utangnya kepada pemegang gadai. Bentuk pemberitahuan ini dapat dilakukan baik secara tertulis maupun secara lisan. Pemberitahuan dengan perantaraan jurusita perlu dilakukan apabila si debitur tidak bersedia memberikan keterangan tertulis tentang persetujuan pemberian gadai itu

Terjadinya gadai yang dimaksud dalam hal ini adalah rangkaian perbuatan hukum dari dibuatnya perjanjiann pokok sampai pembuatan akta gadai23

1. Pembuatan perjanjian kredit atau perjanjian hutang. Undang undang tidak menentukan bentuk formal dari perjanjian kredit itu sehingga kreditur dan debitur bebas membuat perjanjian kredit apakah dengan akta dibawah tangan atau dengan akta notaris. Dalam perjanjian kredit harus dirumuskan hutang yang pelunasannya dijaminkan dengan gadai. Contoh rumusannya sebagai berikut: Untuk lebih menjamin pembayaran kembali pinjaman

:

23ibid

(35)

baik hutang pokok, bunga, denda dan biaya-biaya lainnya oleh debitur kepada kreditur berdasarkan perjanjian kredit ini, termasuk segala perubahannya apabila ada, debitur memberikan jaminan berupa benda bergerak berupa saham-saham yang akan dilakukan pembebanan dengan jaminan gadai. Pembebanan gadai dibuat dengan akta tersendiri yang disebut akta gadai

2. Pembuatan akta gadai. Pembebanan benda dengan jaminan gadai yang ditandai dengan pembuatan akta gadai, ditanda tangani kreditur sebagai penerima gadai dengan debitur sebagai pemberi gadai atau pihak ketiga (bukan debitur) sebagai pemberi gadai. Undang-undang tidak menentukan formalitas atau bentuk tertentu dari akta gadai sehingga akta gadai dapat dibuat dengan akta dibawah tangan atau dengan akta otentik. Dalam akta gadai harus diuraikan mengenai benda yang menjadi objek gadai secara jelas dan rinci meliputi identifikasi benda tersebut mengenai nama perusahaannya, tahun disahkannya perusahaan sebagai badan hukum, apakah PT terbuka atau tertutup, jumlah sahamnya, nilainya dan identifikasi lainnya.

3. Tahap yang paling penting dalam gadai adalah benda yang digadaikan harus24

3. Hak dan Kewajiban Penerima dan Pemegang Pemberi Gadai

Karena benda yang digadaikan itu berada dalam kekuasaan kreditur sebagai pemegang gadai maka menimbulkan hak dan kewajiban dari kreditur sebagai pemegang gadai.

ditarik dari kekuasaan pemberi gadai atau debitur (inbezzitstelling)

dan kemudian benda yang digadaikan berada dalam kekuasaan kreditur sebagai pemegang atau penerima gadai. Gadai tidak sah jika benda yang menjadi objek gadai tidak ditarik dari kekuasaan debitur dan tetap berada dalam kekuasaan pemberi gadai atau debitur. Syarat penarikan benda yang digadaikan ini dari kekuasaan pemberi gadai ini tentu menyulitkan debitur atau pemberi gadai karena benda yang digadaikan itu justru benda yang sangat diperlukan oleh debitur untuk mencari nafkah atau menjalankan usahanya. Jaminan gadai dengan syarat penarikan benda yang digadaikan dari kekuasaan debitur (inbezzitstelling) menyulitkan debitur. Untuk mengatasi kesilitan ini maka timbulah bentuk baru jaminan benda bergerak yang bendanya tidak ditarik dari kekuasaan debitur.

Hak-hak pemegang gadai (kreditur) adalah sebagai berikut25

(36)

1. Kreditur pemegang gadai mempunyai hak untuk menjual benda yang digadaikan bila debitur cidera janji. Hasi penjualan digunakan untuk melunasi hutang debitur. Jika terdapat kelebihan maka dikembalikan kepada debitur tetapi jika hasil penjualn tidak bisa melunasi hutangnya, kekurangannya tetap menjadi tanggung jawab debitur. 2. Kreditur pemegang gadai mempunyai hak untuk mendapatkan

penggantian biaya yang telah dikeluarkan guna menyelamatkan benda yang digadaikan.

Kewajiban- kewajiban pemegang gadai (kreditur) adalah sebagai berikut: 1. Kreditur sebagai pemegang gadai mempunyai kewajiban untuk

menanggung hilangnya atau menurunnya nilai atas benda yang digadaikan jika itu terjadi akibat kesalahan kreditur.

2. Kreditur sebagai pemegang gadai tidak boleh menggunakan benda yang digadaikan untuk kepentingan kreditur. Jika kreditur sebagai pemegang gadai menyalahgunakan wewenang maka pemberi gadai berhak meminta benda itu dikembalikan.

Hak-hak pemberi gadai adalah sebagai berikut26

1. Hak untuk menerima sisa hasil pendapatan penjualan benda gadai setelah dikurangi dengan piutang pokok, bunga dan biaya dari pemegang gadai.

:

2. Hak untuk menerima penggantian benda gadai apabila benda telah hilang dari kekuasaan si pemegang gadai.

Kewajiban-kewajiban pemberi gadai adalah sebagai berikut :

1. Mengasuransikan benda gadai, demi keselamatan benda gadai dari bencana alam (force majeur).

2. Apabila yang digadaikan adalah piutang, maka selama berlangsungnya gadai, pemberi gadai tidak boleh melakukan lx penagihan atau menerima pembayaran dari debiturnya (debitur piutang gadai). Jika debitur piutang gadai telah membayar utangnya kepada pemberi gadai, maka pembayaran itu tidak sah dan kewajibannya untuk membayar kepada pemegang gadai tetap mengikat.

26Ibid

(37)

4. Hapus dan Berakhirnya Gadai

Setiap ada awal pasti ada akhir setiap permasalahan pasti ada penyelesaian. Begitu juga dengan gadai pasti akan ada pula hapus atau berakhirnya hak gadai. Berakhirnya persetujuan gadai adalah merupakan rentetan, setelah terlaksananya persetujuan27

Mengenai cara berakhirnya atau hapusnya suatu gadai menurut KUH Perdata adalah sebagai berikut

.

28

1. Hak gadai hapus apabila hutang telah dibayar oleh si berutang. :

2. Hak gadai hapus apabila barang yang di gadaikan keluar dari kekuasaan si penerima gadai.

3. Apabila sudah dilepaskan oleh penerima gadai melunasi atas dasar atau kemauan sendiri dari penerima gadai maka penerima gadai mengembalikan barang yang digadai pada pemberi gadai.

4. Karena persetujuan gadai bersifat accessoir yang jika perjanjian pokok berakhir maka dengan sendirinya gadaipun berakhir.

5. Bila barang yang digadaikan musnah atau terbakar diluar kehendak atau kemampuan pemegang gadai. Dimana penerima dan pemberi gadai sama-sama mengalami.

6. Barang gadai menjadi milik dari si pemegang gadai atas kesepakatan atau persetujuan dari si pemberi gadai (pengalihan hak milik atas kesepakatan).

Berakhirnya gadai dapat juga berakhir apabila objek gadai musnah karena bencana alam atau lainnya, maka perjanjian gadai berakhir dan pemegang gadai tidak berhak untuk meminta uang gadainya kembali dari penggadai.

Benda gadai dilepaskan dari penguasaan pemberi gadai (debitur), maka benda gadai harus dialihkan dalam penguasaan Perum Pegadaian (kreditur).

Berdasarkan Pasal 1152 ayat (4) KUH Perdata dijelaskan kreditur (pemegang gadai) akan tetap mendapatkan hak gadai tersebut meskipun pemberi

27

http://hamzahaenurofiq.blogspot.com/2014/12/hapusnya-gadai-oleh-hamzah-aenurofiq-a.html, diakses pada tanggal 16 April 2015

(38)

gadai (debitur) bukanlah orang yang memiliki barang tersebut.Dalam kasus ini, pegadaian sebagai pemegang gadai kreditur beritikad baik, sehingga kreditur tersebut yang telah menerima benda gadai orang lain yang berstatus sebagai detentor dari benda yang digadaikan, tetap mendapatkan hak gadai secara sah atas benda itu. Karena kreditur pemegang gadai (pegadaian) dilindungi terhadap pemilik (eigenaar dari benda gadai).

Yang menjadi sebab hapusnya gadai29

B. Pengertian Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian :

a. Karena hapusnya perikatan pokok.

b. Karena benda gadai keluar dari kekuasaan pemegang gadai. c. Karena musnahnya benda gadai.

d. Karena penyalahgunaan benda gadai. e. Karena pelaksanaan eksekusi.

f. Karena kreditur melepaskan benda gadai secara suka rela. g. Karena percampuran

Secara umum perjanjian mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak, termasuk di dalamnya perkawinan, perjanjian kawin dan lain-lain. Sedangkan dalam arti sempit, perjanjian disini hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja seperti yang dimaksudkan dalam buku III KUPerdata. Hukum perjanjian dibicarakan sebagai bagian daripada hukum perikatan, sedangkan hukum

29

(39)

perikatan adalah bagian dari hukum kekayaan, maka hubungan yang timbul antara para pihak di dalam perjanjian adalah hubungan hukum dalam hukum kekayaan.

Karena perjanjian menimbulkan hubungan dalam lapangan kekayaan, maka dapat kita simpulkan bahwa perjanjian menimbulkan perikatan. Itulah sebabnya dikatakan, bahwa perjanjian adalah salah satu sumber utama perikatan, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hakhak dan kewajiban-kewajiban. Ini membedakan dari perjanjian-perjanjian yang lain. Ada beberana pendapat yang dikemukakan oleh para ahli hukum mengenai perjanjian.

Menurut M. Yahya Harahap, pengertian perjanjian adalah :

"Suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang rnemberi kekuatan hak kepada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain tentang suatu prestasi.30

"Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksnakan suatu hal.

'

Berdasarkan pengertian tersebut dapat kita lihat beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain hubungan hukum yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang atau lebih yang memberi hak kepada satu pihak dan kewajiban kepada pihak lain tentang suatu prestasi. Suatu hubungan hukum yang dilakukan berdasarkan tindakan hukum prestasi saja, tidak akan berarti apa-apa bagi hukum perjanjian.

Prof. Subekti memberikan pendapatnya tentang perjanjian sebagai berikut :

31

"Suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dimana suatu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan hal, sedangkan pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan tersebut.

" Berdasarkan pendapat tersebut timbullah suatu hubungan antaradua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya,perjanjian itu berupa suatu rangkaian kata-kata yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan secara lisan atau tertulis.

Sedangkan Wirjono Prodjodikoro, berpendapat bahwa perjanjian adalah :

32

Berdasarkan pendapat para ahli hukum tersebut dapat kita simpulkan bahwa perjanjian itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

"

30

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung, Alumni, 1986, halaman.6.

31Ibid

, hal. 9

32

(40)

a. Ada pihak-pihak, sedikitnya dua pihak. b. Ada persetujuan antara pihak-pihak itu. c. Ada obyek yang berupa benda.

d. Ada tujuan yang bersifat kebendaan. e. Ada bentuk tertentu yaitu lisan/tulisan.

Lain halnya dengan pengertian perjanjian yang diatur dalam KUPerdata dengan menggunakan istilah persetujuan, karena menurut Pasal 1313 KUHPerdata:

“Suatu perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Dalam perjanjian juga terdapat asas-asas perjanjian. Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak para pihak dalam mencapai tujuannya. Asas-asas yang terdapat dalam hukum antara lain sebagai berikut :

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Dengan adanya asas ini dalam hukum perjanjian maka setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian apapun baik yang sudah diatur, maupun yang belum diatur dalam undang-undang. Ketentuan mengenai asas ini dicantumkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi:

"Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya".

Asas kebebasan berkontrak dalam hal ini bukan berarti tidak ada batasannya sama sekali, melainkan kebebasan seseorang dalam membuat perjanjian tersebut hanya sejauh perjanjian yang dibuatnya tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.

2. Asas Konsensuil

Konsensuil berasal dari bahasa latin yaitu consensus yang berarti sepakat. Menurut asas ini, perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai pokok perjanjian. Sejak itu perjanjian mengikat dan mempunyai akibat hukum.

(41)

Perjanjian ini dijelaskan baik dapat dibedakan obyektif. Itikad baik, hal ini dijelaskan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata. Itikad baik dapat dibedakan antara itikad baik subyektif dan obyektif. Itikad baik subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang dalam melakukan suatu perbuatan hukum yaitu yang terletak pada sikap batin seseorang pada waktu dilakukan perbuatan hukum. Sedangkan itikad baik obyektif artinya pelaksanaan suatu perjanjian harus didasarkan pada norma kepatutan atau apa saja yang dirasakan sesuai dengan nilai kepatutan dalam masyarakat.

4. Asas Obligator

Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, bukan memindahkan Hak Milik. Hak Milik baru dapat berpindah bila dilakukan dengan perjanjian yang bersifat kebendaan33

33Ibid

, halaman 18.

.

Perjanjian memiliki unsur-unsur yang dikenal sebagai syarat sah nya perjanjian. Suatu perjanjian jika diamati dan diuraikan unsur-unsur yang ada di dalamnya, maka unsur-unsur yang ada disana dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu :

1. Unsur Essensialia

Unsur Essensialia adalah unsur perjanjian yang selalu harus ada di dalam perjanjian, unsur mutlak, dimana tanpa adanya unsur tersebut, perjanjian tak mungkin ada. Pada perjanjian syarat penyerahan obyek perjanjian riil, syarat penyerahan obyek perjanjian merupakan essensialia dari perjanjian formal.

2. Unsur Naturalia

Unsur Naturalia adalah unsur perjanjian yang diatur oleh undang-undang, tetapi yang oleh para pihak dapat disingkirkan atau diganti. Disini unsur tersebut oleh undang-undang diatur dengan hukum yang mengatur menambah.

3. Unsur Accidentalia

(42)

Dalam perjanjian ada beberapa ketentuan-ketentuan hukum yang harus diperhatikan, yaitu mengenai syarat sahnya suatu perjanjian, agar jangan sampai terjadi suatu perjanjian yang batal demi hukum karena tidak sah menurut undang-undang.

Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, disebut bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri

Artinya para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau saling menyetujui kehendak masing-masing yang dikeluarkan oleh para pihak, baik perjanjian itu dilakukan secara tegas, maupun diam-diam.

Menurut Pasal 1321 KUHPerdata suatu perjanjian dianggap tidak sah bila terdapat unsur paksaan, kekhilafan atau penipuan terhadap kesepakatan yang telah dicapai. Akan tetapi dalam hal-hal tertentu kata sepakat saja belum cukup untuk mengikat perjanjian yang telah dicapai dan disepakati, karena ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

1) Syarat Formil, artinya suatu perjanjian baru mengikat bukan hanya dengan kata sepakat, tetapi perjanjian tersebut harus memenuhi formalitas tertentu yang harus dibuat secara tertulis. Apabila syarat tersebut tidak dipenuhi, maka perjanjian ini dianggap tidak pernah ada.

2) Syarat Riil, artinya penyerahan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi, selain kata sepakat, agar perjanjian mempunyai kekuatan mengikat.

b. Cakap untuk membuat suatu perikatan

Orang dapat dikatakan cakap dalam melakukan perbuatan hukum apabila ia dewasa (21 tahun) atau sudah menikah walaupun usianya masih di bawah 21 tahun. Dalam Pasal 1330 KUHPerdata disebutkan bahwa orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah :

1) Orang yang belum dewasa yaitu belum mencapai usia 21 tahun atau belum menikah (Pasal 1330 KUHPerdata)

2) Orang berada di bawah pengampuan (onder curatele)

(43)

Berbeda dengan KUHPerdata, Pasal 39 ayat (1) huruf a Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menyebutkan bahwa seseorang dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum dalam suatu akta notaris apabila telah berumur 18 tahun atau sudah pernah menikah.

c. Suatu Hal Tertentu Dalam Perjanjian

Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi obyek suatu perjanjian, dimana barang yang menjadi obyek perjanjian harus jelas dan pasti. Menurut Pasal 1333 KUHPerdata bahwa barang yang menjadi obyek suatu perjanjian tersebut harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan jenisnya. Mengenai jumlahnya tidak perlu disebutkan asalkan kemudian dapat dihitung atau dapat ditentukan. Ini berarti bahwa undang-undang tidak mengharuskan bahwa obyek tersebut sudah berada di tangan debitur pada waktu perjanjian dibuat. Dan prestasi arus tertentu, artinya ialah menetapkan hak dan ekwajiban kedua belah pihak, untuk mencegah timbul perselisihan.

d. Suatu sebab (causa) yang halal Pada Pasal 1337 KUHPerdata berbunyi :

”Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.”

Mengenai 4 syarat tersebut di atas, dibagi menjadi syarat subyektif, yaitu syarat pertama dan kedua, dan dua syarat berikutnya merupakan syarat obyektif. Mengenai syarat subyektif, jika tidak dipenuhi maka perjanjiannya dapat dibatalkan oleh hakim yang tidak cakap atau yang memberikan kesepakatan secara tidak bebas.

Hak untuk meminta pembatalan perjanjian ini dibatasi dalam waktu 5 tahun sejak terjadi kesepakatan (Pasal 1454 KUHPerdata), sehingga apabila tidak diminta pembatalannya, perjanjian tersebut tetap mengikat.

(44)

Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara debitur dengan kreditur (dalam hal ini Bank) yang melahirkan hubungan hutang piutang, dimana Debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh Kreditur, dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati oleh para pihak.

Dalam Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan yang khusus mengatur perihal perjanjian kredit. Namun dengan berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas untuk menentukan isi dari perjanjian kredit sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepatutan. Dengan disepakati dan ditandatanganinya perjanjian kredit tersebut oleh para pihak, maka sejak detik itu perjanjian lahir dan mengikat para pihak yang membuatnya sebagai undang-undang.

Dilihat dari pembuatannya, suatu perjanjian kredit dapat digolongkan menjadi34

1. Perjanjian Kredit Di bawah tangan :

yaitu perjanjian kredit yang dibuat oleh dan antara para pihak yang terlibat dalam perjanjian kredit tersebut tanpa melibatkan pihak pejabat yang berwenang atau notaris. Perjanjian Kredit Di bawah tangan ini terdiri dari:

a. Perjanjian kredit dibawah tangan biasa

34

(45)

b. Perjanjian kredit dibawah tangan yang dicatatkan di kantor notaris

(Waarmerking)

c. Perjanjian kredit di bawah tangan yang ditandatangani di hadapan notaris namun bukan merupakan akta notarial (legalisasi)

2. Perjanjian Kredit Notariil.

yaitu perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak di hadapan notaris. Perjanjian notariil merupakan akta yang bersifat otentik yang dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang berwenang atau notaris35

Terdapat beberapa perbedaan antara perjanjian kredit bank dan perjanjian pinjam uang lainnya berdasarkan rumusan Pasal 1754 HUHPerdata, perjanjian pinjam-meminjam mensyaratkan barang yang menjadi obyek perjanjian adalah barang yang dapat habis karena pemakaian. Apabila obyek dalam suatu perjanjian adalah barang yang tidak dapat habis karena pemakaian, maka perjanjian tersebut bukanlah perjanjian pinjam-meminjam melainkan jenis perjanjian lainnya sehingga menimbulkan akibat hukum yang berbeda pula dari perjanjian meminjam. Perbedaan antara perjanjian kredit dengan perjanjian pinjam-meminjam terletak pada beberapa hal, antara lain

.

36

1. Perjanjian kredit selalu bertujuan, dan tujuan tersebut biasanya berkaitan dengan program pembangunan, biasanya dalam pemberian kredit sudah ditentukan tujuan penggunaan uang yang akan diterima. Sedangkan

:

35

Ibid, hal 14. 36

(46)

dalam perjanjian pinjam-meminjam tidak ada ketentuan tersebut dan debitur dapat menggunakan uangnya secara bebas.

2. Dalam perjanjian kredit sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalah bank atau lembaga pembiayaan, dan tidak dimungkinkan diberikan oleh individu. Sedangkan dalam perjanjian pinjam-meminjam pemberian pinjaman dapat diberikan oleh individu.

3. Pada perjanjian kredit telah ditentukan bahwa pengembalian uang pinjaman itu harus disertai bunga, imbalan atau pembagian hasil. Sedangkan dalam perjanjian pinjam-meminjam hanya berupa bunga saja dan bunga ini pun baru ada apabila diperjanjikan

4. Pada perjanjian kredit, bank harus mempunyai keyakinan akan kemampuan debitur untuk melunasi kredit yang diformulasikan dalam bentuk jaminan baik materiil maupun immaterial. Sedangkan dalam perjanjian pinjam- meminjam jaminan merupakan pengamanan bagi kepastian pelunasan hutang dan ini pun baru ada bila diperjanjikan

D. Deposito Berjangka Sebagai Jaminan Kredit Bank

(47)

Deposito merupakan salah satu sarana bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat berharga.

Pengertian deposito menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 ayat (7) adalah:

“Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.”

Pihak-pihak yang terdapat dalam deposito yaitu: a. Deposan :

Kepemilikannya dapat terdiri dari suatu badan atau perseorangan yang ada dalam masyarakat.

b. Depositoris :

Terdiri dari bank-bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Simpanan deposito yang ditempatkan oleh deposan kepada suatu bank berdasarkan hubungan kepercayaan.

Deposito berjangka termasuk jenis-jenis deposito yang bentuk simpanan berjangka penarikannya disesuaikan dengan jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito ini bervariasi antara lain :

1. Deposito Jangka waktu 1 bulan. 2. Deposito Jangka waktu 3 bulan. 3. Deposito Jangka waktu 6 bulan. 4. Deposito Jangka waktu 12 bulan. 5. Deposito Jangka waktu 24 bulan.

(48)

tingkat bunga yang berbeda. Pada umumnya semakin lama jangka waktu deposito berjangka akan semakin besar tingkat suku bunganya37

Bank memberikan imbalan atas penempatan deposito berjangka berupa bunga yang besarnya ditentukan pada saat pembukaan. Bunga tersebut tidak berubah selama jangka waktu yang diperjanjikan. Pembayaran bunga tersebut dilakukan pada tanggal valuta, yaitu tanggal dimana deposito berjangka tersebut dibuka. Pembayaran bunga deposito dapat dilakukan secara tunai, dipindah

.

Deposito berjangka diterbitkan atas nama, baik atas nama perorangan maupun lembaga. Bukti kepemilikan deposito berjangka yang diberikan oleh bank kepada pemegang rekening deposito berjangka berupa bilyet deposito. Didalam bilyet deposito tersebut tertera nama pemiliknya, yang merupakan pemegang hak atas deposito berjangka, yaitu nama perorangan, ataupun lembaga. Pihak yang dapat mencairkan deposito berjangka hanya pihak yang namanya tercantum didalam bilyet deposito berjangka tersebut. Deposito berjangka tidak dapat dipindah tangankan atau diperjual belikan.

Pada saat pembukaan deposito berjangka, dalam formulir isian nasabah diberikan pilihan, yaitu ARO dan non-ARO. ARO (automated roll over), artinya deposito berjangka tersebut apabila telah jatuh tempo dapat diperpanjang secara otomatis oleh bank tanpa harus konfirmasi kepada pemegang deposito berjangka. Nasabah tidak perlu datang ke kantor bank untuk memperpanjang jangka waktu depositonya. Non-ARO artinya deposito berjangka yang tidak dapat diperpanjang secara otomatis, sehingga harus dicairkan pada saat jatuh tempo.

37 Ibid

(49)

bukukan ke rekening lain yang dimiliki oleh nasabah seperti giro atau tabungan, atau langsung dikirimkan ke bank lain.

Pembayaran bunga deposito berjangka dapat diambil secara tunai atau tidak diambil. Apabila nasabah menginginkan agar nilai deposito bertambah, maka bank juga memberikan fasilitas penambahan bunga deposito ke dalam jumlah nominal deposito, sehingga jumlah nominal deposito akan bertambah pada bulan berikutnya38

Bank dalam menarik minat nasabah agar menempatkan dananya dalam jumlah besar ke dalam deposito berjangka, memberikan bonus berupa tambahan bunga. Tambahan bunga tersebut tidak tertera didalam papan pengumuman bank, dan jumlahnya bervariasi. Tambahan bunga yang diberikan oleh bank untuk deposito berjangka dengan jumlah tertentu disebut dengan Special Rate. Special Rate ini diberikan kepada nasabah yang mendepositokan dananya sejumlah tertentu. Kebijakan tentang special rate tergantung pada negosiasi antara bank dengan nasabah

.

39

38

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-jenis-danperkembangan.html,diakses pada 12 april 2015.

39 Ibid

, Hermansyah, halaman 47.

.

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis perbedaan pendapatan dengan menggunakan analisis statistik menguji kesamaan dua rata-rata (uji dua

Pelayanan kesehatan yang ada pada waktu itu adalah klinik umum, klinik spesialis (bedah, kandungan, penyakit dalam dan kesehatan anak), klinik gigi, instalasi gawat darurat,

[r]

Di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Pelayanan Publik, selain kewajiban penyelenggara tersebut di

Hasil penelitian yang dilakukan di bangsal Mawar, Dahlia dan Cempaka RSUD Wonosari dengan jumlah sampel 40 orang perawat, dapat disimpulkan bahwa pengawasan

Khususnya di Indonesia, data Kementrian PUPR menyebutkan bahwa sekitar 9,12% rumah tangga dari 64,1 juta rumah tangga tinggal di dalam kondisi rumah yang tidak layak huni dan

Belum optimalnya kinerja pada kantor camat kecamatan gerunggang, peneliti duga disebabkan sikap kerja, berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pegawai sering kesulitan

Hal ini secara bersamaan pelatihan kerja saling pengaruh mempengaruhi dengan lingkungan kerja dan kepuasan kerja, sehingga saat pelatihan kerja dapat meningkatkan