TESIS
Oleh
YULIANTI
087011153/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINJAUAN YURIDIS ATAS KONTRAK PERJANJIAN
PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO,
INDONESIA DI PULAU BATAM
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
YULIANTI
087011153/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : TINJAUAN YURIDIS ATAS KONTRAK PERJANJIAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO, INDONESIA DI PULAU BATAM
Nama Mahasiswa : Yulianti
Nomor Pokok : 087011144
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) Ketua
(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn) Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Dekan
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Tanggal lulus : 12 Agustus 2010
Telah diuji pada
Tanggal : 16 Desember 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
2. Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn
3. Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum
ABSTRAK
Pada zaman sekarang, kebebasan individu yang berdasar atas kebebasan berkontrak merupakan hal yang lazim diterima dalam dunia kontrak internasional baik yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan. Juga, dalam tingkat sumber hukum nasional, terdapat beberapa negara yang peraturan hukum atau kasus hukumna menyatakan dengan tegas adanya kebebasan berkontrak ini, sedangkan yang lainnya tetap memberikan kebebasan kepada pihak-pihak itu sendiri untuk memilih hukum yang akan digunakan dalam kontrak-kontrak mereka.
Penelitian ini memberikan gambaran perjanjian-perjanjian yang multilateral dan hukum nasional yang berhubungan dengan penentuan hukum pada kontrak yang digunakan di PT. Sinbat Precast Teknindo di Batam. Selanjutnya akan berfokus pada pihak (dalam hal ini PT. Sinbat Precast Teknindo) yang menggunakan kontrak
sebagai salah satu sarana dalam melakukan usaha mereka dengan tetap menggunakan pilihan hukum tertentu yang selalu mendasarkan pada adanya kebebasan berkontrak dan kesepakatan. Akhirnya sampai kepada kebutuhan untuk menyeragamkan atau hukum yang berlaku untuk kontrak-kontrak mereka. Meninjau kepastian hukum adalah sangat penting untuk mengembangkan perdagangan internasional dengan tanpa mengabaikan kepentingan mendasar dari Negara dan hal ini sebagai salah satu jalan untuk mencapai tujuan.
Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila pertama-tama dan terutama kontrak dibuat secara sah karena hal ini akan menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya. Hal ini akan membawa suatu tantangan untuk mencari tahu sah atau validnya suatu kontrak. Apa yang kadang-kadang tidak jelas satu hal ini adalah masalah hukum mana yang akan dipakai dan forum apa yang akan digunakan. Dalam bab ini akan melihat point-point dikontrak pada PT Sinbat Precast Teknindo terhadap keabsahan kontrak mereka menurut hukum kontrak Indonesia. Masing-masning kontrak dibuat dalam Bahasa Inggris walaupun kontrak tersebut dibuat dan dilaksanakan di Indonesia.
Selanjutnya adalah menganalisa peran konsep kedudukan posisi tawar yang berperan dalam menentukan isi kontrak. Hukum kontrak tidak boleh mengabaikan ketidakseimbangan posisi tawar para pihak. Ketidaktelitian dalam melihat konteks ketidakseimbangan cepat atau lambat menjadi sulit untuk dibedakan, dan pada tingkat tertentu ketidakseimbangan ini akan melemahkan posisi pihak yang lemah dan
keabsahan yang menjadi akibat dari kedudukan posisi tawar tersebut.
ABSTRACT
At the present time, the individual freedom based upon freedom of contract is widely-accepted norm in the field of international contracts made by both individuals and companies. At the level of national sources of law, this is also true, while the regulations or legal cases in some countries explicity acknowledge the existence of freedom of contract, other countries will continue to grant freedom to the involved parties to choose the type of law which will be used in their contracts.
This research presents a description of multilateral agreements and national laws related to the determination of law in the contracts made by PT. Sinbat Precast Teknindo in Batam. Furthermore, it focuses on the party (in this case PT. Sinbat Precast Teknindo) which will use contracts as a means of doing their business by continuing to use particular legal choices which are always based on the existence of freedom of contract and agreement. This research finally describes the need for law uniformity or at least harmonization in freeing the parties to choose the type of law applicable to their contracts. Reviewing legal certainty is essential in developing international commerce without ignoring the fundamental interests of the country and this function as a means of achieving goals.
Contracts will protect the business process of all parties if contracts are legally made in the first place because this will be a determinant of the subsequent legal relations. This will pose a challenge to find out the legitimacy or validity of a contract. Another thing which calls for clarity in this area is the type of law and forum which will be used. This chapter looks at the validity of in the contract terms made by PT. Sinbat Precast Teknindo in accordance with the Indonesian contract laws. Each contract is written in English although the contract it self is made and implemented in Indonesia.
This research further analyzes the role that the concept of bargaining positions plays in determining the content of the contract. Legal contract should not ignore the power imbalances among parties. Innacuracy in seeing the context of imbalances will, sooner or later, becomes indistinguishable and at certain point this imbalances will weaken position of the weak and contract validity as a result of the bargaining position.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkah dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir berupa Tesis dalam menjalani proses perkuliahan pada Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum USU Medan. Tesis ini berjudul “TINJAUAN YURIDIS ATAS
KONTRAK PERJANJIAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST
TEKNINDO INDONESIA DI PULAU BATAM”.
Pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan Penulis menyampaikan rasa
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus
sebagai Ketua Komisi Pembimbing;
2. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum selaku Anggota Komisi
Pembimbing;
3. Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn selaku Anggota Komisi Pembimbing;
Yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam memperluas
wawasan penulis sejak awal penyusunan prposal penelitian sampai kepada
penyelesaian penulisan ini.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), Selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara beserta seluruh staf atas bantuan, kesempatan
dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis menempuh pendidikan dan
menyelesaikannya pada Program Studi Magister Kenotariatan
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara beserta seluruh staf atas bantuan, kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada Penulis menempuh pendidikan dan
3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum dan Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, MKn
sebagai Dosen pembimbing sekaligus penguji yang telah memberikan arahan dan
koreksi demi penyempurnaan Tesis ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat
Bapak Laurence K, selaku manajemen Perusahaan PT. Sinbat Precast Teknindo yang
telah memberikan kesempatan berharga untuk melakukan penelitian di tempat
perusahaannya, tidak terlupakan Bapak Wike W, yang telah memberikan kesempatan
untuk melakukan wawancara sebagai perbandingan dalam penelitian tesis ini.
Tidak terlupakan, setulusnya rasa terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada suami tercinta, Andrzej Zizlaw Borek, yang telah memberikan
dukungan dari segala arah dengan tetap memberikan semangat ”never give up and
determine your goal” sehingga penulisan tesis ini terselesaikan. Demikian
terimakasih setulusnya juga kepada anak saya tercinta Patrick Alan Borek dan Piotr
Karol Borek atas doa, kasih sayang, waktu dan semangat yang diberikan sehingga
penulisan ini terselesaikan.
Akhirnya, kepada rekan-rekan dan pihak-pihak lain yang belum sempat
penulis sebutkan, ucapan terimakasih selalu ada atas dukungan, masukan dan
informasi yang diberikan sehingga berguna untuk penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini, baik
dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi sempurnanya tesis ini dan
kiranya hasil penelitian tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya
dan akademisi hukum serta praktisi hukum pada khususnya.
Medan, Desember 2010 Hormat Penulis,
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Yulianti
Tempat, tanggal lahir : Wates, Yogyakarta, 26 Juli 1971
Alamat : 258/258-A Ocean Park, Waterfront City Complex, Sei Temiang, Batam 29422
II. NAMA ORANG TUA
Ayah : M. Sudjan
Ibu : Ny. Sonem
III. KELUARGA
Suami : Andrzej Zizlaw Borek
Anak : - Patrick Alan Borek - Piotr Karol Borek
IV. PENDIDIKAN
SD : SD Inpres Sumberan
SMP : SMP Negeri Sogan
SMA : SMA Negeri II Wates
Strata I : Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam Strata 2 : Program Studi Magister Kenotariatan FH - USU
V. PEKERJAAN
- PT. Sumitomo Wiring System Batam Indonesia - Sahid Rashinta Hotel Batam
- PT EMBEE Indonesia
DAFTAR ISI
BAB II KEDUDUKAN HUKUM KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO BERDASARKAN HUKUM INDONESIA ... 27
A. Hukum Kontrak Indonesia ... 27
B. Asas-asas Perjanjian Dalam KUH Perdata Dan Syarat-syarat Sahnya Perjanjian ... 29
C. Prestasi dan Wanprestasi Dalam Hukum Kontrak Indonesia... 50
D. Kontrak Internasional ... 65
E. Pilihan Hukum Dalam Kontrak Internasional ... 66
F. Kedudukan Hukum Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal Berdasarkan Hukum Indonesia ... 68
A. Keadilan Sebagai Landasan Dalam Kontrak ... 94
B. Makna Asas Keseimbangan Dan Proporsionalitas... 99
C. Kedudukan Para Pihak Dalam Kontrak Perjanjian Perbaikan Kapal Di PT. Sinbat Precast Teknindo... 114
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK PERJANJIAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO... 120
A. Pilihan Hukum (Choice of Law) ... 123
B. Pilihan Forum (Choice of Law)... 131
C. Putusan Arbitrase Asing... 137
D. Penyelesaian Sengketa Dalam Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal Di PT. Sinbat Precast Teknindo... 143
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 145
A. Kesimpulan ... 145
B. Saran ... 147
DAFTAR PUSTAKA ... 150
ABSTRAK
Pada zaman sekarang, kebebasan individu yang berdasar atas kebebasan berkontrak merupakan hal yang lazim diterima dalam dunia kontrak internasional baik yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan. Juga, dalam tingkat sumber hukum nasional, terdapat beberapa negara yang peraturan hukum atau kasus hukumna menyatakan dengan tegas adanya kebebasan berkontrak ini, sedangkan yang lainnya tetap memberikan kebebasan kepada pihak-pihak itu sendiri untuk memilih hukum yang akan digunakan dalam kontrak-kontrak mereka.
Penelitian ini memberikan gambaran perjanjian-perjanjian yang multilateral dan hukum nasional yang berhubungan dengan penentuan hukum pada kontrak yang digunakan di PT. Sinbat Precast Teknindo di Batam. Selanjutnya akan berfokus pada pihak (dalam hal ini PT. Sinbat Precast Teknindo) yang menggunakan kontrak
sebagai salah satu sarana dalam melakukan usaha mereka dengan tetap menggunakan pilihan hukum tertentu yang selalu mendasarkan pada adanya kebebasan berkontrak dan kesepakatan. Akhirnya sampai kepada kebutuhan untuk menyeragamkan atau hukum yang berlaku untuk kontrak-kontrak mereka. Meninjau kepastian hukum adalah sangat penting untuk mengembangkan perdagangan internasional dengan tanpa mengabaikan kepentingan mendasar dari Negara dan hal ini sebagai salah satu jalan untuk mencapai tujuan.
Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila pertama-tama dan terutama kontrak dibuat secara sah karena hal ini akan menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya. Hal ini akan membawa suatu tantangan untuk mencari tahu sah atau validnya suatu kontrak. Apa yang kadang-kadang tidak jelas satu hal ini adalah masalah hukum mana yang akan dipakai dan forum apa yang akan digunakan. Dalam bab ini akan melihat point-point dikontrak pada PT Sinbat Precast Teknindo terhadap keabsahan kontrak mereka menurut hukum kontrak Indonesia. Masing-masning kontrak dibuat dalam Bahasa Inggris walaupun kontrak tersebut dibuat dan dilaksanakan di Indonesia.
Selanjutnya adalah menganalisa peran konsep kedudukan posisi tawar yang berperan dalam menentukan isi kontrak. Hukum kontrak tidak boleh mengabaikan ketidakseimbangan posisi tawar para pihak. Ketidaktelitian dalam melihat konteks ketidakseimbangan cepat atau lambat menjadi sulit untuk dibedakan, dan pada tingkat tertentu ketidakseimbangan ini akan melemahkan posisi pihak yang lemah dan
keabsahan yang menjadi akibat dari kedudukan posisi tawar tersebut.
ABSTRACT
At the present time, the individual freedom based upon freedom of contract is widely-accepted norm in the field of international contracts made by both individuals and companies. At the level of national sources of law, this is also true, while the regulations or legal cases in some countries explicity acknowledge the existence of freedom of contract, other countries will continue to grant freedom to the involved parties to choose the type of law which will be used in their contracts.
This research presents a description of multilateral agreements and national laws related to the determination of law in the contracts made by PT. Sinbat Precast Teknindo in Batam. Furthermore, it focuses on the party (in this case PT. Sinbat Precast Teknindo) which will use contracts as a means of doing their business by continuing to use particular legal choices which are always based on the existence of freedom of contract and agreement. This research finally describes the need for law uniformity or at least harmonization in freeing the parties to choose the type of law applicable to their contracts. Reviewing legal certainty is essential in developing international commerce without ignoring the fundamental interests of the country and this function as a means of achieving goals.
Contracts will protect the business process of all parties if contracts are legally made in the first place because this will be a determinant of the subsequent legal relations. This will pose a challenge to find out the legitimacy or validity of a contract. Another thing which calls for clarity in this area is the type of law and forum which will be used. This chapter looks at the validity of in the contract terms made by PT. Sinbat Precast Teknindo in accordance with the Indonesian contract laws. Each contract is written in English although the contract it self is made and implemented in Indonesia.
This research further analyzes the role that the concept of bargaining positions plays in determining the content of the contract. Legal contract should not ignore the power imbalances among parties. Innacuracy in seeing the context of imbalances will, sooner or later, becomes indistinguishable and at certain point this imbalances will weaken position of the weak and contract validity as a result of the bargaining position.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara internasional, kontrak merupakan inti dari sebuah transaksi atau
perjanjian, oleh karena itu hukum kontrak merupakan hal yang penting untuk
individu ataupun perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kontrak biasanya dimulai
dengan adanya suatu janji, akan tetapi tidak semua janji itu menjadi suatu kontrak.
Atas dasar inilah Subekti mendefinisikan kontrak sebagai peristiwa di mana
seseorang berjanji kepada orang lain di mana orang lain saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu.1 Janji itu mengikat dan janji itu menimbulkan utang yang
harus dipenuhi.2 Untuk menentukan bagaimana kontrak atau janji disusun dan
kontrak manakah yang bisa digunakan sebagai peraturan yang bisa memaksa para
pihak untuk menggunakannya, menjadi lebih sulit jika suatu perjanjian itu sifatnya
internasional yang mana masing-masing negara mempunyai hukum yang
berbeda-beda.
Perdagangan internasional berkaitan dengan berbagai aspek, termasuk hukum
terutama Hukum Perdagangan Internasional. Schmitthoff mendefinisikan hukum
perdagangan internasional sebagai:
1
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984, hlm. 36 2
“…the body of rules governing commercial relationship of a private law nature involving different nations“3 (peraturan-peraturan yang mengatur hubungan komersial dari hukum privat yang menyangkut negara-negara yang berbeda). Dari definisi ini didapatkan unsur-unsur sebagai berikut:
1) Hukum perdagangan internasional adalah sekumpulan aturan yang mengatur hubungan-hubungan komersial yang sifatnya hukum perdata.
2) Aturan-aturan hukum tersebut mengatur transaksi-transaksi yang berbeda negara.4
Cakupan dari hukum ini menurut Schmitthoff meliputi: 1) Jual beli dagang internasional:
(i) pembentukan kontrak;
(ii) perwakilan-perwakilan dagang (agency); (iii) pengaturan penjualan eksklusif;
2) Surat-surat berharga;
3) Hukum mengenai kegiatan-kegiatan tentang tingkah laku mengenai perdagangan internasional;
Adapun prinsip-prinsip dasar (fundamental principles) dari bidang hukum ini
menurut Aleksander Goldstajn ada tiga, yaitu:
(1) Prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak (the principle of the freedom of
contract);
(2) Prinsip pacta sunt servanda; dan
(3) Prinsip penggunaan arbitrase.5
Sumber hukum perdagangan internasional meliputi perjanjian internasional,
hukum kebiasaan internasional, prinsip-prinsip hukum umum, putusan-putusan badan
3
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 4 4
Ibid
5
Freddy Leonardo, Hukum Dagang Internasional:
pengadilan dan doktrin, kontrak-kontrak, dan hukum nasional. Di antara berbagai
sumber hukum tersebut yang terpenting adalah perjanjian atau kontrak yang dibuat
sendiri oleh para pedagang sendiri. Demikian, kontrak tersebut harus memenuhi
beberapa standar internasional, seperti:
a. Kewajiban memenuhi standar kualitas (quality standard),
b. Kejujuran dan keadilan (good faith and fair dealing),
c. Permainan bersih (fair play),
d. Perlindungan pihak lemah (protection for the weak),
e. Pembinaan usaha yang baik (good corporate governance),
f. Persaingan sehat (fair competition), dan
g. Perlindungan konsumen (consumer protection).6
Hukum kontrak pada kenyataannnya sangat beragam karena adanya perbedaan
sistim hukum di masing-masing negara tersebut. Kalaupun ada persamaan, hanya
terkait dengan prinsip-prinsip umum yang diaplikasikan secara nyata sebagai
pedoman dalam pembentukan kontrak internasional yang lingkup obyeknya begitu
luas, sedangkan aturan-aturan yang sifatnya substansif berbeda di masing-masing
negara. Kondisi seperti ini tentunya tidak kondusif bagi aktifitas dunia bisnis
internasional. Adanya perbedaan aturan di masing-masing negara kadang-kadang
menghambat terlaksananya transaksi bisnis internasional yang menghendaki
6
Taryana Soenandar, Prinsip-prinsip Unidroit Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan
kecepatan dan kepastian.7 Kepastian ini akan terdapat hubungan dengan perlindungan
para pihak yaitu adanya penentu proses hubungan hukum selanjutnya.
Aktifitas bisnis pada dasarnya senantiasa dilandasi aspek hukum terkait. Tidak
akan berlebihan jika keberhasilan suatu proses bisnis yang menjadi tujuan akhir para
pihak hendaknya senantiasa memperhatikan aspek kontraktual yang mencakup
aktifitas bisnis tersebut. Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila
pertama-tama dan terutama kontrak tersebut dibuat secara sah karena hal ini akan
menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya.8
Sebagai perwujudan tertulis dari perjanjian, kontrak adalah salah satu dari dua
dasar hukum yang ada selain undang-undang (KUH Perdata Pasal 1233) yang dapat
menimbulkan perikatan. Perikatan adalah suatu keadaan hukum yang mengikat satu
atau lebih subjek hukum dengan kewajiban-kewajiban yang berkaitan satu sama lain.9
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka. Hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Sistem ini melahirkan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of contract) yang membuka kesempatan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk menentukan hal-hal berikut ini. a. Pilihan hukum (choice of law), dalam hal ini para pihak menentukan sendiri
dalam kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap interpretasi kontrak tersebut.
b. Pilihan forum (choice of forum), yakni para pihak menentukan sendiri dalam kontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika terjadi sengketa di antara para pihak dalam kontrak tersebut.
7
Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, Rafika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 29
8
Agus Yudha Hernoko, Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hlm. 136
9
Budiono Kusumohamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak, Gramedia Widiarsana,
c. Pilihan domisili (choice of domicile), dalam hal ini masing-masing pihak melakukan penunjukan di manakah domisili hukum dari para pihak tersebut.10
Pembentukan kontrak komersial yang dilandasi pertukaran hak dan kewajiban
para pihak secara proporsional akan menghasilkan kontrak yang adil (fair). Untuk
itu proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban dapat dicermati dari substansi
klausula-klausula kontrak yang disepakati para pihak.11
Pada tahun 2007 diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2007 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, letak Batam di sisi jalur
perdagangan internasional paling ramai di dunia dan perannya yang demikian penting
sebagai salah satu gerbang dan ujung tombak ekonomi Indonesia merupakan
pertimbangan utama bagi penetapan kawasan Batam sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, selanjutnya Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran mendorong peran pihak swasta dalam mengembangkan potensi maritim
Indonesia, dalam bentuk-bentuk layanan bernilai tambah sehingga dapat memasukkan
devisa bagi negara dan membuka lapangan pekerjaan.
Lokasi yang sangat unik tersebut membuat para investor dari berbagai negara
mulai melirik potensi yang ada di Batam. Sejalan dengan hal itu dalam kurun waktu
kurang dari 10 tahun telah berdiri banyak perusahaan-perusahaan asing yang
menanamkan modalnya di Batam.12 Salah satunya adalah perusahaan galangan kapal
10
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 137
11
Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 177 12
Makmun: Ajun Penelitian Madya Pada Badan Analisa Fiskal Departemen Keuangan,
yang dikonsentrasikan berada di Tanjung Uncang, Batu Ampar, Kabil, Sekupang dan
beberapa tempat lainnya.
Persaingan antar industri galangan kapal tidak hanya dalam menggali potensi
pasar akan tetapi juga bagaimana suatu industri itu mempertahankan loyalitas
konsumen agar tidak direbut oleh perusahaan lainnya. Untuk mendukung strategi
tersebut perlu didukung dengan adanya proses internal dan eksternal yang baik. Salah
satu upaya eksternal yang dapat dilakukan agar konsumen tetap loyal dan sekaligus
memberikan daya tarik bagi calon konsumen yang lain adalah dengan menjaga
reputasi perusahaan di mata konsumen. Namun reputasi yang baik ini tidak dapat
dibangun tanpa dukungan proses internal dari dalam perusahaan. Proses internal yang
sangat berpengaruh dalam hal ini adalah bagaimana menyusun suatu perjanjian atau
kontrak yang dapat memfasilitasi keinginan konsumen dengan baik. Hal ini perlu
menggunakan perhitungan dan pertimbangan yang baik.
PT. Sinbat Precast Teknindo13 merupakan salah satu perusahaan galangan kapal
yang berlokasi di Batam, perlu meningkatkan daya saingnya di pasar internasional
agar dapat menjadi galangan kapal dunia yang dapat diperhitungkan bukan hanya
dalam pasar dalam negeri akan tetapi juga di pasar internasional. Perbaikan dari hal
paling kecil harus tetap diusahakan. Salah satu usaha perbaikan tersebut adalah
melakukan perencanaan penyusunan kontrak perjanjian dengan mengoptimalkan
sumber daya yang ada sehingga mampu menampung seluruh keinginan konsumen
Industri (Studi Kasus Kota Batam),
http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5Cmakmuns-1.pdf, diakses 23 Agustus 2010 13
dengan hasil yang dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan melakukan
perancangan pembuatan kontrak perjanjian yang baik dan benar dengan
memperhitungkan perencanaan yang matang tentang pengetahuan hukum dan
peraturan dari pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Demikian PT. Sinbat Precast
Teknindo Indonesia ini, semenjak didirikan juga menggunakan kontrak untuk
menunjang beroperasinya manajemen perusahaan.
Aktifitas bisnis pada dasarnya senantiasa dilandasi aspek hukum terkait. Maka
tidak akan berlebihan apabila keberhasilan suatu proses bisnis yang menjadi tujuan
akhir para pihak hendaknya senantiasa memperhatikan aspek kontraktual mereka.14
Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila pertama-tama dan terutama
kontrak tersebut dibuat secara sah karena hal ini menjadi penentu proses hubungan
hukum selanjutnya.15
Kontrak-kontrak yang dibuat dan dipergunakan di perusahaan tersebut pada
umumnya adalah kontrak perjanjian pekerjaan perbaikan kapal dan pembuatan kapal.
Kapal dalam hal ini adalah obyek dari perjanjian tersebut jenisnya bervariasi
tergantung dari perjanjian masing-masing. Pada kontrak-kontrak tertentu dibuat
dengan pihak-pihak yang bertaraf internasional dengan arti berkewarganegaraan lain
atau badan hukum yang berasal dari luar Indonesia. Demikian pula jangka waktu
masing-masing kontrak adalah berbeda-beda tergantung atas ruang lingkup pekerjaan.
Selanjutnya bentuk kontrak-kontrak tersebut selalu tertulis, menggunakan Bahasa
14
Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 134 15
Inggris, tidak didaftarkan dan dibuat di bawah tangan. Penggunaan bahasa di sini
selalu digunakan bahasa Inggris yang dianggap sebagai Bahasa Internasional. Para
pihak dianggap telah mengerti dengan benar arti masing-masing klausula dalam
kontrak, apabila tidak maka dalam tahap negosiasi dan penandatangan tetap
dibacakan perpasal dengan jelas sehingga alasan ketidaktahuan mengenai bahasa bisa
dieliminasi dengan jelas. Terjemahan dilakukan apabila dari pihak-pihak tertentu
membutuhkan kontrak tersebut dilakukan dalam bahasa lainnya. Contoh disini adalah
Pihak Berwenang Pelabuhan Batam untuk mengurus Ijin Pelayaran. Walaupun klien
PT Sinbat adalah subyek hukum lokal (berbadan hukum Indonesia) maka bahasa
yang digunakan adalah Bahasa Inggris, akan tetapi dibuat juga dalam Bahasa
Indonesia (apabila dibutuhkan). Pilihan hukum dan pilihan forum yang digunakan
dalam beberapa kontrak tidak selalu menggunakan Pilihan hukum Indonesia
walaupun kontrak tersebut dibuat dan dilaksanakan di wilayah Indonesia. PT. Sinbat
Precast Teknindo ini adalah sebuah perusahaan asing (PMA) akan tetapi didirikan di
bawah hukum Indonesia sehingga secara otomatis tunduk pada hukum Indonesia.
Terjadi berbagai pertanyaan yang timbul terutama atas keabsahan pengaplikasian
kontrak tersebut berdasarkan hukum kontrak di Indonesia.
Melihat pentingnya kajian hukum berdasarkan uraian di atas maka akan
menarik untuk menelaah lebih jauh khususnya mengenai kontrak-kontrak tersebut
dengan cara membahas dan menuangkannya dalam penulisan hukum yang berjudul
”Tinjauan Yuridis Atas Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal Di PT.
B. Perumusan Masalah.
Dengan latar belakang dan alasan-alasan tersebut di atas, penulis tertarik untuk
meninjau secara yuridis permasalahan yang ada yaitu:
1. Bagaimana kedudukan hukum kontrak perjanjian pekerjaan perbaikan kapal di
PT. Sinbat Precast Teknindo berdasarkan hukum Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan para pihak dalam kontrak di PT. Sinbat Precast
Teknindo dilihat dari hak dan kewajiban masing-masing?
3. Bagaimana cara penyelesian sengketa dalam kontrak di PT. Sinbat Precast
Teknindo ?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang dan rumusan permasalahan, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kedudukan hukum kontrak perbaikan kapal di PT. Sinbat
Precast Teknindo berdasarkan hukum Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan para pihak dalam kontrak perbaikan
kapal di PT. Sinbat Precast Teknindo dengan melihat hak dan kewajiban para
pihak.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam menjalankan
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil tinjauan yuridis ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis yaitu:
1. Secara teoritis.
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan perbandingan dan bisa
memberikan bahan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum
pada umumnya dan bidang hukum kontrak atau perjanjian, serta hukum bisnis
pada khususnya.
2. Secara praktis.
Penelitian ini dimaksudkan dapat memberikan kegunaan bagi para pihak yang
terkait yaitu antara lain:
a. Bagi kalangan akademisi yang tertarik untuk mengetahui bahkan untuk
meneliti lebih lanjut mengenai materi permasalahan ini dan dapat
menggunakannya sebagai pedoman bagi penelitian-penelitian yang
berikutnya.
b. Bagi masyarakat umum atau pelaku bisnis lainnya agar lebih mengetahui
dan memahami mengenai perjanjian atau kontrak antara pelaku bisnis
khususnya pada bidang yang sama yaitu bidang perbaikan kapal atau
pembuatan kapal dan bisa memberikan masukan, acuan, perbandingan
atau referensi bagi semua pihak lainnya yang berkepentingan, serta bisa
c. Bagi perusahaan galangan kapal selaku pelaku bisnis agar lebih
memahami mengenai kontrak tersebut khususnya perjanjian-perjanjian
perbaikan kapal dan pembuatan kapal, sekaligus bisa digunakan sebagai
bahan penyempurnaan tentang hukum kontrak dalam ruang lingkup yang
sama.
E. Keaslian Penelitian
Sudah banyak buku-buku hukum, jurnal, penelitian, seminar dan lain
sebagainya yang dilakukan berbagai pihak untuk menyempurnakan bagaimana
kontrak-kontrak yang baik dan benar agar bisa melindungi dan memfasilitasi
keinginan dari masing-masing subyek hukum yang masuk dalam kontrak tersebut,
akan tetapi selama ini (berdasarkan penelitian di perpustakaan di Universitas
Sumatera Utara) tentang tinjauan yuridis atas kontrak perbaikan kapal (terutama di
lingkungan PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia) belum pernah dilakukan, oleh
sebab itu tinjauan yuridis ini bersifat eksploratif dan diharapkan dapat menjadi kajian
yang kritis dan orisinil dari kontrak-kontrak yang telah dibuat tersebut dan juga
memberikan manfaat bagi para pengguna kontrak dan pihak lain yang berhubungan
dengan kontrak. Dari penelusuran kepustakaan tersebut, dengan demikian penelitian
pokok masalah dalam penilitian ini adalah asli serta dapat dipertanggungajawabkan
keasliannya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukum yang sifatnya dinamis mengalami perubahan dan perkembangan. Dalam hubungannya dengan perkembangan tersebut maka timbul teori-teori yang baru. Suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan, dan memberikan taraf pemahaman tertentu.16
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif maka kerangka teoritis
diarahkan secara khas ke dalam ilmu hukum. Kerangka teoritis adalah konsep-konsep
yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan
yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap
dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.
Kerangka teori dalam penelitian ini dimulai dari pembahasan tentang kontrak.
Kontrak sebagai wadah mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain
menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil. Dalam melakukan hubungan
sosial antara subyek hukum satu dengan subyek hukum yang lain yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan maka kontrak atau perjanjian adalah salah satu sarana
yang digunakan sebagai wadah pemenuhan tersebut.
Pengertian tentang kontrak pada umumnya sama akan tetapi berbeda-beda
menurut definisi penekanannya. Beberapa definisi yang diberikan terhadap istilah
kontrak antara lain:
Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih (dalam hal ini subyek
hukum) saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan
tertentu, biasanya secara tertulis.17 Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1984, hlm. 6 17
diperjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan melaksanakannya sehingga perjanjian
tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan (verbintenis).18
Dengan demikian kontrak dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak
yang membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat adalah sumber
hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.19 Dalam Pasal 1313
KUH Perdata menyebutkan:
”Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”
Definisi selanjutnya kontrak adalah suatu janji atau seperangkat janji-janji dan
akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum memberikan pemulihan atau
menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk pelaksanaannya.20
Sedangkan Black’s Law Dictionary mengartikan:
Kontrak sebagai suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan tertentu (“An agreement between two or more persons which creates an obligation to do or not to do a particular thing”)21
Pada prinsipnya kontrak terdiri dari satu atau serangkaian janji yang dibuat para
pihak dalam kontrak. Esensi dari kontrak itu sendiri adalah perjanjian. Atas dasar ini
18
Djunaidi Abdullah, Hukum Perjanjian (Kontrak) Dalam Bisnis, Jurnal Hukum, hlm. 2
19Kontrak Bisnis Perjanjian
(http://yea.co.id/kontrak-bisnis-perjanjian.html), diakses tanggal 2 Agustus 2010
20
Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan
Praktek Hukum Dagang Internasional), Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 29
21
Subekti mendifinisikan kontrak sebagai peristiwa di mana seseorang berjanji kepada
orang lain di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.22
Kedudukan perjanjian atau persetujuan perseorangan dalam kerangka hukum di
Indonesia ada di hukum perdata, tepatnya diatur dalam hukum pribadi dan hukum
harta kekayaan. Dalam sistim dalam KUH Perdata Pasal 1338 ayat (1) menegaskan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang yang
membuatnya. Dalam hubungannya dengan kebebasan berkontrak atau yang sering
disebut sebagai sistim terbuka adalah adanya kebebasan seluas-luasnya yang oleh
undang-undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang
apa saja asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kepatutan
dan ketertiban umum.23
Menurut Mariam Darus Badrulzaman ”semua” mengandung arti meliputi
seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal maupun yang tidak dikenal oleh
undang-undang. Kebebasan berkontrak berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu
kebebasan menentukan ”apa” dan ”siapa” perjanjian itu diadakan.24
Terdapat 3 prinsip dasar dalam Hukum Perdagangan Internasional yaitu prinsip
kebebasan berkontrak, prinsip asas pacta sun servanda (daya mengikat kontrak) dan
prinsip arbitrase.25 Kebebasan berkontrak dalam konteks Hukum Perdata
Internasional diwujudkan dalam berbagai bentuk. Kebebasan untuk memilih isi,
22
Subekti, Hukum Perjanjian, op.cit., hlm. 36 23
Hasanuddin Rahman, Seri Ketrampilan Merancang Kontrak Bisnis, Contract Drafting, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 14
24
Hasanuddin Rahman, op.cit., hlm. 15 25
Dirdjosisworo, Soedjono, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan
pilihan hukum, pilihan forum dan lain sebagainya. Akan tetapi kebebasan tersebut
mempunyai batas-batas. Batas ini dilihat dengan adanya bermacam-macam ketentuan
mengenai kontrak iternasional khususnya dalam kontrak komersial.26
Paradigma baru hukum kontrak timbul dari dua dalil di bawah ini:27
a. Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan adalah sah (geoorloofd);
b. Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan secara bebas adalah adil dan
memerlukan sanksi undang-undang.
Kontrak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak di
mana masing-masing pihak yang ada didalamnya dituntut untuk melakukan satu atau
lebih prestasi. Dalam pengertian demikian kontrak merupakan perjanjian. Namun
demikian kontrak merupakan perjanjian yang berbentuk tertulis.28
Kontrak dalam Hukum Perdata Indonesia yaitu Burgerlijk Wetboek (BW)
disebut overeenkomst yang bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti
perjanjian. Menurut Peter Mahmud Marzuki mengatakan:
”Bahwa suatu perjanjian mempunyai arti yang lebih luas daripada kontrak. Kontrak merujuk kepada suatu pemikiran akan adanya keuntungan komersil yang diperoleh kedua belah pihak, sedangkan perjanjian dapat saja berarti social agreement (kesepakatan umum) yang belum tentu menguntungkan kedua belah pihak secara komersil”29
26
Ak., Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 7 27
Ridwan Khairandi, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Terbitan Pascasarjana FH-UI, Jakarta, 2003, hlm. 81
28
Hikmahanto Juwana, Modul Perlatihan Teknik Pembuatan dan Penelaahan Kontrak Bisnis,
Modul/Makalah Terbitan Pascasarjana FH-UI, Jakarta, 2003, hlm. 1 29
Fungsi kontrak dalam hukum bisnis adalah untuk mengamankan transaksi.
Tidak disangkal bahwa hubungan bisnis dimulai dari kontrak. Menurut Pollock
sebagaimana dikutip oleh P.S Atiyah, a contract is a promise or a set of promises,
which the law will enforce.30 (kontrak adalah suatu janji atau janji-janji dimana janji
tersebut akan dipaksakan oleh hukum).
Pollock menjelaskan bahwa kontrak seperti lazimnya perjanjian akan tetapi
merupakan janji yang diwajibkan atau diatur oleh hukum atau peraturan. Untuk
selanjutnya maka kontrak mengandung 2 elemen yaitu:
a. Perjanjian
b. Perjanjian yang diwajibkan pemenuhannya oleh hukum
Selain pengertian yang diberikan oleh Pasal 1313 KUH Perdata, terdapat
definisi lain tentang perjanjian yaitu sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada orang lain atau di mana dua orang atau lebih itu berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.31 Dengan adanya pengertian ini maka timbul suatu hubungan antara dua
pihak atau lebih yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya perjanjian berupa suatu
rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji yang diucapkan atau ditulis. Jadi
perikatan yang dilakukan dengan suatu kontrak tidak lagi hanya berupa suatu
rangkaian perkataan yang mengandung janji tetapi sudah merupakan perjanjian yang
sengaja dibuat secara tertulis sebagai alat bukti bagi para pihak.
30
P.S Atiyah, An Introduction To The Law of Contract, Oxford: Oxford University Press, USA, 1981, hlm. 28
31
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lainnya
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Dengan kata lain hubungan hukum yang
terjadi karena adanya kontrak (perjanjian tertulis) dikatakan perikatan karena kontrak
tersebut mengikat para pihak yang terlibat didalamnya yaitu hak dan kewajiban yang
timbul didalamnya. Kewajiban-kewajiban yang timbul dari kontrak dapat dipaksakan
secara hukum. Jadi suatu perjanjian yang tidak mengikat atau tidak dapat dipaksakan
adalah bukan perikatan. Bagaimana perjanjian yang dapat dipaksakan? Yaitu
perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian atau kontrak.
Untuk syarat sahnya suatu kontrak diterapkan pasal 1320 KUH Perdata, yang
menyebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 unsur yaitu:32
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subyeknya atau pihak-pihak dalam
melakukan perjanjian sehingga disebut sebagai syarat subyektif, sedangkan syarat
ketiga dan keempat disebut syarat obyektif karena mengenai obyeknya.
Harus dibedakan antara syarat obyektif dan syarat subyektif. Dalam hal syarat obyektif tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak untuk melahirkan perikatan adalah gagal. Dengan
32
demikian maka tidak ada dasar untuk saling menuntut. Perjanjian yang demikian ini disebut perjanjian yang null atau void.33
Dalam hal syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjiannya bukan batal demi hukum, melainkan salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang meminta pembatalan adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas. Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu emngikat juga, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi.34
Selanjutnya dalam syarat kecakapan dalam membuat suatu perikatan harus
dituangkan dengan jelas mengenai jati diri para pihak. Pasal 1330 KUH Perdata
menyebutkan bahwa orang yang tidak cakap untuk membut suatu perjanjian adalah:35
a. Orang-orang yang belum dewasa;
b. Mereka yang di taruh di bawah pengampuan;
c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan
semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
Untuk syarat suatu hal tertentu berkenaan dengan pokok perikatan yang justru
menjadi isi daripada kontrak. Suatu perjanjian harus mempunyai pokok atau objek
tertentu.
Untuk syarat adanya sebab yang halal dapat dikemukakan beberapa pasal,
khususnya Pasal 1336 KUH Perdata yang menyatakan bahwa jika tidak dinyatakan
33Ibid
, hlm. 8 34
Ibid
35
suatu sebab, tetapi ada suatu sebab yang halal ataupun jika ada suatu sebab lain
daripada yang dinyatakan, perjanjian demikian adalah sah.36
Dengan demikian maka dalam kontrak mengandung unsur-unsur: pihak-pihak
yang berkompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, persetujuan timbal
balik, dan kewajiban timbal balik. Ciri kontrak yang utama adalah kontrak tersebut
merupakan satu tulisan yang memuat persetujuan dari para pihak, lengkap dengan
syarat-syarat, serta yang berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya hak dan
kewajiban. Unsur-unsur kontrak seperti dirinci di atas, secara tegas memberikan
gambaran yang membedakan antara kontrak dengan pernyataan sepihak. Akhirnya
secara singkat dapat dikatakan bahwa kontrak adalah persetujuan yang dibuat secara
tertulis yang melahirkan hak dan kewajiban para pihak yang membuat kontrak.
Dalam melakukan kontrak tentunya tidak lepas dari apa yang disebut sebagai
asas-asas kontrak. Asas-asas ini merupakan hal yang penting yang menjadi dasar
kehendak para pihak dalam mencapai tujuan. Asas-asas sebagaimana diatur dalam
KUH Perdata adalah sebagai berikut:
a. Asas kebebasan berkontrak. Dalam Buku III KUH Perdata menganut
sistim terbuka37, artinya hukum memberi kelueluasan kepada para pihak
untuk mengatur diri sendiri pola hubungan hukumnya. Sistim ini
tercermin dari pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan “semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
36
Ibid, hlm. 11
37
mereka yang membuatnya”38 Subekti berpendapat cara menyimpulkan
asas kebebasan berkontrak ini adalah dengan jalan menekankan pada
perkataan “semua” yang ada dimuka perkataan “perjanjian”. Sehingga
dikatakan semua itu dengan maksud kita diperbolehkan membuat
perjanjian apa saja dan hal itu mengikat kita sebagaimana mengikatnya
undang-undang.39
b. Asas konsesualisme. Asas ini mempunyai hubungan erat dengan asas
kebebasan berkontrak. Asas konsesualisme sebagaimana terdapat dalam
pasal 1320 KUH Perdata (ayat 1) di mana menurut asas ini perjanjian
telah lahir cukup dengan adanya kata sepakat.40
c. Asas daya mengikat kontrak (pacta sun servanda). Para pihak yang
berkontrak dapat secara mandiri mengatur pola hubungan hukum di antara
mereka. Kekuatan perjanjian yang dibuat secara sah (Pasal 1320 KUH
Perdata) mempunyai daya berlaku seperti halnya undang-undang yang
dibuat legislator dan karena harus ditaati oleh para pihak, bahkan jika
dipandang perlu dapat dipaksakan dengan bantuan sarana penegakan
hukum. 41
38
Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 94 39
Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1995, hlm. 4-5 40
Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 106 41
Salah satu tujuan dari kontrak adalah mencapai keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri dengan kepentingan terkait dari pihak lawan.42 Perjanjian
yang dari sudut substansi ternyata bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban
umum adalah batal demi hukum (nietig) dan pada prinsipnya hal serupa berkenaan
dengan perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang. Dalam tercipta atau
terbentuknya perjanjian, ketidakseimbangan bisa muncul sebagai akibat perilaku para
pihak sendiri ataupun sebagai konsekuensi dari muatan isi perjanjian atau
pelaksanaan perjanjian.43
Proporsionalitas yang berhubungan dengan hak dan kewajiban para pihak akan
menentukan adanya keseimbangan dalam kontrak. Proporsionalitas ini didasari
adanya kepentingan sosial yang lebih luas yang merupakan keinginan manusia untuk
memenuhinya yang menimbulkan bermacam-macam hubungan untuk kemudian
dituangkan dalam kontrak. Proporsionalitas adalah harus adanya keseimbangan
tertentu antara timbulnya kerugian dan pemberian ganti rugi (pembelaan). Substansi
ganti rugi (pembelaan) ini dapat dijumpai dalam pengaturan Pasal 1132 KUH
Perdata.
Secara umum keseimbangan ini diberi makna sebagai keseimbangan posisi
antara para pihak yang berkontrak.44 Keseimbangan dalam hal ini diartikan adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban yang dituangkan dalam kontrak tersebut.
42
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 310
43
Ibid, hlm. 317
44
Oleh karena itu dalam hal tidak terjadi keseimbangan posisi yang menimbulkan
gangguan isi kontrak diperlukan intervensi otoritas tertentu (pemerintah).
Sebelum menjalin kontrak dengan seseorang atau subyek hukum yang tunduk
pada hukum yang berbeda, terlebih dahulu harus memahami sistem hukum yang
mempengaruhi kontrak di negara tersebut. Juga harus memahami perbedaan sistem
hukum di negara masing-masing. Secara umum sangatlah tidak bijaksana
mendasarkan persyaratan kontrak pada hukum, bahkan hukum internasional
sekalipun.45
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam
penelitian ini untuk menggabungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan
kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang
digeneralisasi dari hal-hal khusus yang disebut definisi operasional.46
Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus
didefinisikan beberapa konsep dasar agar secara operasional diperoleh hasil dalam
penelitian ini. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang yang perlu diamati,
konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya
hubungan empiris.47
45
Karla C. Shippey, Menyusun Kontrak Bisnis Internasional, PPM, Jakarta, 2001, hlm. 3 46
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 3 47
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan
konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu variabel-variabel penting
yang berhubungan dengan permasalahan yaitu:
a. Kontrak; kontrak adalah suatu janji atau seperangkat janji-janji dan akibat
pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum memberikan pemulihan atau
menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk
pelaksanaannya.48
b. Kapal; kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai, dan
sebagainya).49 Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pengertian
Kapal dalam arti luas yaitu termasuk perlengkapannya yang meliputi segala
benda yang bukan bagian dari suatu kapal itu sendiri namun diperuntukan
untuk selamanya dipakai secara tetap pada kapal tersebut (Pasal 309 Kitab
Undang-undang Hukum Dagang)
c. Galangan Kapal yaitu sebuah tempat baik di darat atau di perairan yang
nantinya akan digunakan untuk melakukan proses pembangunan kapal
ataupun proses perbaikan (repair) dan perawatan (maintainance). Proses
pembangunanya meliputi desain, pemasangan gading awal, pemasangan plat
lambung, instalasi peralatan, pengecekan, test kelayakan, hingga klasifikasai
oleh Class yang telah ditunjuk. Sedangkan untuk proses perbaikan /
48
Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan
Praktek Dagang Internasional), Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 29
49
perawatan bisanya meliputi perbaikan konstruksi lambung, perbaikan
propeller sterntube, perawatan main engine (mesin utama) dan peralatan
lainnya.50
d. Pekerjaan; yaitu kegiatan melakukan sesuatu; yang sedang dilakukan.51
e. Perbaikan; yaitu adanya usaha pembetulan; hal (hasil, perbuatan, usaha, dan
sebagainya)52
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistimatika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisanya.53
Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif dimaksudkan di sini untuk
memberikan gambaran tentang pelaksanaan kontrak pekerjaan perbaikan kapal
dengan konsumen yang dalam hal ini adalah end user sendiri, secara khusus dalam
pelaksanaannya di PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia, Jalan R.E. Martadinata
Km.2, Sekupang, Pulau Batam. Pendekatan yang digunakan bersifat yuridis normatif
dengan dukungan data primer dan data sekunder. Pendekatan yuridis normatif adalah
pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer
50
Pengertian Menurut Ilmu Perkapalan Dan Teknologi Kelautan
51Ibid.
52
Ibid.
53
maupun sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari arti
atas peraturan-peraturan tersebut. Hal ini berarti melihat apa yang diinginkan (das
sein) dari peraturan-peraturan tersebut untuk kemudian dibandingkan dengan melihat
kenyataan secara langsung bagaimana yang terjadi dilapangan (das sollen) dari segi
peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian maka lokasi penelitian dilakukan di Batam, yaitu
tepatnya di lokasi Perusahaan PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia, Jalan R.E.
Martadinata Km 2, Sekupang, Batam. Perusahaan ini merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan dan atau perbaikan kapal (Perusahaan
galangan kapal) di Batam.
3. Sumber Data Penelitian
a. Sumber data primer yaitu sumber data penelitian ini diperoleh secara
langsung dari para informan di lapangan dengan melakukan wawancara.
Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan PT. Sinbat
Precast Teknindo dan pihak manajemen perusahaan galangan kapal Mc
Conell Dowell di Pulau Batam.
b. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber lain
yang didapat melalui penelitian kepustakaan berupa peraturan
perundang-undangan, buku-buku, laporan hasil penelitian sebelumnya, dokumen resmi
dan bahasan kepustakaan lainnya yang berbentuk tertulis yang ada
diperoleh dengan mengunjungi perpustakaan Universitas Sumatera Utara,
buku-buku koleksi sendiri dan dokumen-dokumen lain yang berasal dari PT.
Sinbat Precast Teknindo Indonesia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara
kepada pihak manajemen perusahaan terutama pada Legal Departemen, Akunting dan
Operasional yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Jadi tekniknya
adalah penelitan lapangan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini.
5. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah dengan metode induktif yaitu
didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis)
yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti. Proses pembentukan
hipotesis dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diobservasi dan
dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi (induction process) dan
metodenya disebut metode induktif (inductive method) dan penelitiannya disebut
penellitian induktif (inductive research). Dengan demikian pendekatan induksi
mengumpulkan data terlebih dahulu baru hipotesis dibuat jika diinginkan atau
BAB II
KEDUDUKAN HUKUM KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO
BERDASARKAN HUKUM INDONESIA
A. Hukum Kontrak Indonesia
Sumber hukum kontrak di Indonesia yang berbentuk perundang-undangan
adalah KUH Perdata, khususnya buku III. Bagian-bagian buku III yang berkaitan
dengan kontrak adalah sebagai berikut:54
(1)Pengaturan tentang perikatan perdata. Pengaturan ini merupakan pengaturan pada
umumnya, yakni yang berlaku baik untuk perikatan yang berasal dari kontrak
maupun yang berlaku karena undang-undang.
(2)Pengaturan tentang perikatan yang timbul dari kontrak. Pengaturan perikatan yang
timbul dari kontrak ini menurut KUH Perdata diatur dalam Bab II Buku III.
(3)Pengaturan tentang hapusnya perikatan. Pengaturan ini terdapat dalam Bab IV
Buku III.
(4)Pengaturan tentang kontrak-kontrak tertentu. Pengaturan ini terdapat dalam Bab V
sampai dengan Bab XVIII Buku III.
Perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata adalah sebagai berikut: perjanjian
jual beli, tukar-menukar, sewa-menyewa, perjanjian kerja, persekutuan perdata,
perkumpulan, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, bunga tetap dan abadi,
untung-untungan, pemberian kuasa, penanggung utang dan perdamaian. Di luar KUH Perdata
54
dikenal perjanjian lainnya, seperti kontrak joint venture, kontrak production sharing,
leasing, franchise, kontrak karya, beli sewa, kontrak rahim, dan lain sebaginya.55
Secara keseluruhan yang dijadikan sumber-sumber hukum dalam merancang suatu
kontrak atau perjanjian di Indonesia adalah:56
1. KUH Perdata, yang terdiri dari Buku III Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864.
2. Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
3. Pasal 5 sampai dengan Pasal 6 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fiducia mengatur tentang pembebanan Jaminan Fiducia.
4. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata tentang perikatan, khususnya yang
berkaitan dengan kontrak berlaku terhadap:57
1. Kontrak bernama (kontrak khusus), contoh: jual beli, sewa menyewa, hibah,
pinjam pakai, perdamaian, tukar-menukar, dan lain-lain.
2. Kontrak tidak bernama (kontrak umum), contoh: leasing, beli sewa, joint
venture, franchise.
Dalam melakukan kontrak tentunya tidak lepas dari apa yang disebut sebagai
asas-asas kontrak dan syarat-syarat sahnya suatu kontrak. Tentunya dalam tinjauan
yuridis ini adalah sesuai dengan KUH Perdata.
55
Ibid. , hlm.16
56
H.Salim, Abdullah, Wiwiek Wahyuningsih, Perancangan Kontrak & Memorandum Of
Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 3
57
B. Asas-asas Perjanjian Dalam KUH Perdata Dan Syarat Sahnya Perjanjian
1. Asas-asas Perjanjian dalam KUH Perdata.
a. Hukum kontrak bersifat mengatur.58
Sebagaimana diketahui, hukum dibagi 2 yaitu:
i. Hukum memaksa (dwingend recht)
ii. Hukum mengatur (aanvullen recht)
Maka hukum kontrak pada prinsipnya tergolong dalam hukum
mengatur. Artinya bahwa hukum tersebut baru berlaku sepanjang para pihak
tidak mengaturnya lain. Jika para pihak mengaturnya secara lain dari apa
yang diatur dalam kontrak tersebut maka yang berlaku adalah apa yang
diatur sendiri oleh para pihak tersebut. Kecuali undang-undang menentukan
lain.
b. Asas Kebebasan berkontrak.
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat
(1) KUH Perdata, yang berbunyi:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan untuk:59
1) membuat atau tidak membuat perjanjian;
2) memilih dengan pihak siapa ia ingin membuat perjanjian;
3) memilih kausa perjanjian yang akan dibuatnya;
58
Ibid., hlm. 29
59
4) menentukan obyek perjanjian;
5) menentukan bentuk suatu perjanjian dan;
6) menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat
opsional (aanvullen, optional).
Asas kebebasan berkontrak ini sifatnya universal, artinya berlaku juga
dalam berbagai sistem hukum perjanjian yang memiliki ruang lingkup yang
sama.60 Sebagai satu kesatuan yang utuh maka penerapan asas ini
sebagaimana tersimpul dari substansi Pasal 1338 KUH Perdata ayat (1) harus
dikaitkan dengan kerangka pemahaman pasal-pasal atau ketentuan lain
yaitu:61
1) Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian.
2) Pasal 1335 KUH Perdata mengenai pembuatan kontrak dikarenakan
kausa yang legal.
3) Pasal 1337 KUH Perdata mengenai kontrak tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban
umum.
4) Pasal 1338 KUH Perdata yang menetapkan kontrak harus
dilaksanakan dengan itikad baik.
5) Pasal 1339 KUH Perdata yang menunjuk terikatnya perjanjian pada
sifat kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.
60
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hlm. 47
61
6) Pasal 1347 KUH Perdata yang mengatur mengenai hal-hal yang
menurut kebiasaan.
Kebebasan berkontrak harus dibatasi bekerjanya agar kontrak
yang dibuat berlandaskan asas itu tidak sampai merupakan perjanjian
yang berat sebelah atau timpang.62 Hal-hal tersebut diatas yang
membatasi bekerjanya asas ini.
c. Asas Pacta sunt servanda.
Asas pacta sun servanda (daya mengikat) ini mengajarkan bahwa suatu
kontrak yang dibuat secara sah mempunyai ikatan hukum yang penuh.
Asas ini disebut juga sebagai asas kepastian hukum. KUH Perdata
menganut prinsip ini dengan melukiskan bahwa suatu kontrak berlaku
seperti undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (Pasal 1338
KUH Perdata).63
Asas pacta sun servanda pada mulanya dikenal didalam hukum Gereja.
Disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian apabila ada kesepakatan
kedua belah pihak dikuatkan dengan sumpah sehingga dikaitkan dengan
unsur keagamaan. Dalam perkembangannya pacta sun servanda diberi arti
pactum, yang berarti sepakat tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan
tindakan formalitas lainnya.64
62
Ibid., hlm. 16
63
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm.10
64
d. Asas konsensualisme dari suatu kontrak.
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH
Perdata. Pada pasal tersebut terkandung asas yang esensial dari hukum
perjanjian yaitu konsensualisme yang menentukan adanya perjanjian.65 Di
dalam asas ini terkandung kehendak para pihak untuk saling mengikatkan
diri dan menimbulkan kepercayaan (vertrouwen) diantara para pihak
terhadap peleburan perjanjian. Peleburan di sini mempunyai arti adanya
persetujuan untuk melakukan penggabungan atau penyatuan kehendak
yang dituangkan dalam perjanjian. Asas kepercayaan (vertrouwenleer)
merupakan nilai etis yang bersumber dari moral.66 Asas konsensualisme
mempunyai hubungan yang erat dengan asas kebebasan berkontrak dan
asas mengikat yang terdapat dalam pasal 1338 (1) KUH Perdata. Hal ini
sedasar dengan pendapat Subekti67 yang menyatakan bahwa asas
konsensualisme terdapat dalam Pasal 1320 jo. Pasal 1338 KUH Perdata.
e. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang
yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk
65
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 82
66
Ibid., hlm. 108-109
67
kepentingan perseorangan saja.68 Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315
dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata menegaskan:
“Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”
Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian,
orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340 KUH
Perdata berbunyi:
“Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.”
Hal ini mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat oleh para
pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun demikian,
ketentuan itu terdapat pengecualiannya sebagaimana diperkenalkan
dalam Pasal 1317 KUH Perdata yang menyatakan:
“Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.”
Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan
perjanjian/kontrak untuk kepentingan pihak ketiga, dengan adanya suatu
syarat yang ditentukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUH Perdata,
tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, melainkan juga
untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang
memperoleh hak daripadanya.69
68
Salim HS, op.cit., hlm.13 69