• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TESIS

DANITA DWITYANA GAMALWAN 20141030049

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA

(2)

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Sebagaian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Manajemen Rumah Sakit

DANITA DWITYANA GAMALWAN 20141030049

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TESIS

DANITA DWITYANA GAMALWAN 2014 103 0049

Pembimbing Tesis,

(4)

HALAMAN MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan. Istiqomah menghadapi cobaan”

“Man Jadda Wa Jadda”

“Hai orang-orang yang beriman. Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al

-Baqarah:153)

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan oleh pihak manapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Yogakarta,26 Juli 2016

Yang Membuat Pernyataan:

(6)

KATA PENGANTAR

Alahamdulillahirobbil‘alamin.Syukur kami panjatkan kehadirat illahi

Robbi, atas segala petunjuk dan pertolongan-Nya sehingga telah terselesaikannya tesis berjudul “Analisis Biaya Satuan Berbasis Metode Activity Based Costing

Pada Pasien Stroke Iskemik Di Bangsal Arafah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta” tepat pada waktunya.

Penulisan tesis ini adalah dalam rangka memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 2 pada Program Studi Manajemen Rumah Sakit Program Pascasarjana UMY. Di sisi lain, penelitian ini juga sebagai sarana melatih kemampuan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran dan manajemen rumah sakit.

Dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik, maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr.dr. Arlina Dewi, M.Kes selaku Kepala Program Studi Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogakarta.

2. Dr. Firman Pribadi, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini.

(7)

4. Mardiyani, SE selaku pembimbing II di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

5. dr. Zamroni, Sp.S dan seluruh jajaran karyawan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu dalam proses penelitian tesis ini.

6. Semua pihak yang terkait yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian Tesis ini.

Besar harapan penulis, tesis ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya kepada seluruh pihak.

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... i2

DAFTAR ISI ... 2v

DAFTAR TABEL ... v2

DAFTAR GAMBAR ... v2ii

DAFTAR LAMPIRAN ... 2x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II ... 12

TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ... 12

B. INA CBGs ... 13

C. Konsep Biaya... 17

D. Activity-Based Costing System ... 27

E. Kerangka Konsep ... 49

BAB III ... 50

METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis dan Rancang Penelitian ... 50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

(9)

D. Variabel Penelitian ... 50

E. Definisi Operasional ... 50

F. Instrumen Penelitian ... 53

G. Analisis Data ... 54

H. Etika Penelitian ... 56

BAB IV ... 57

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A Gambaran Umum Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta ... 57

B. Hasil Penelitian ... 62

C. Pembahasan ... 9Error! Bookmark not defined. BAB V ... 104

SIMPULAN DAN SARAN ... 104

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Clinical Pathway Layaanan Stroke Iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.2 Activity Center di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Rawat Inap RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Biaya Langsung pada Pasien Stroke Iskemik di PKU Muhammadiyah

Yogyakarta...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.4 Biaya Indirect Resource Overhead RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta 2014...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Proporsi pendapatan masing-masing unit di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta tahun 2014 ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.6 Biaya Service Related Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.7 Biaya Direct Resource Overhead Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.8 Biaya Direct Resource Overhead Unit Bangsal Arafah RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.9 Total biaya Overhead RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun

2014 ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.10 Total biaya Overhead Instalasi Gawat Darurat (IGD) per aktivitas di

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11 Total biaya Overhead unit Bangsal Arafah per aktivitas di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.12 Biaya Indirect resource Overhead Perawatan Stroke Instalasi Gawat

Darurat berdasarkan Aktivitas ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.13 Biaya Direct Cost Resource Perawatan Pasien Stroke Iskemik Instalasi

(11)

Tabel 4.14 Biaya Direct Cost Resource Perawatan Pasien Stroke Iskemik Bangsal Arafah berdasarkan Aktivitas ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.15 Rincian Perhitungan Pembebanan Biaya Direct Cost Overhead

Berdasarkan Aktivitas...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.16 Tahap terakhir dari perhitungan biaya satuan (unitcost) dengan metode

Activity Based Costing (ABC) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 ...Error! Bookmark not defined. Tabel 4.17 Tabel tarif INA CBGs kelas III rumah sakit tipe B tahun 2014 .. Error!

Bookmark not defined.

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2. Konsep Dasar Activity-Based Costing ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 1.2 Pembebanan Biaya Overhead dengan Menggunakan Metode ABC ... Error! Bookmark not defined. Gambar 1.3. Two views of costing: Traditional vs ABC ... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 1.4. Cause and Effect in ABC. ... Error! Bookmark not defined. Gambar 1.5. Activity-Based Costing: Cost Assignment View. .. Error! Bookmark

not defined.

Gambar 1.6. Activity-Based Costing: The process View. ... Error! Bookmark not defined.

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Curicculum Vitae ... Error! Bookmark not defined.

(14)
(15)
(16)
(17)

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Danita Dwityana Gamalwan 1, Firman Pribadi 2

1

Mahasiswa Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana,

Universitas Muhammaiyah Yogyakarta, 2 Dosen Program Studi Manajemen Rumah

Sakit, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogakarta

Latar Belakang: Pada pertengahan abad 20, angka kejadian stroke lebih dari 700.000 orang per tahun dan 150.000 orang meninggal karena penyakit stroke (Fagan dan Hess, 2008). Stroke non hemoragik (iskemik) merupakan klasifikasi stroke yang mempunyai angka kejadian yang tinggi. Pengobatan stroke digolongkan sebagai perawatan jangka panjang karena membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh, Pembiayaan perawatan stroke iskemik yang memiliki Length of Stay (LOS) yang lama dan biaya obat yang mahal, namun RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta belum memiliki biaya satuan untuk stroke iskemik yang berbasis aktivitas. Maka untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya satuan pada penyakit stroke berbasis metode Activity Based Costing.

Metode: Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan rancangan studi kasus pada RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kasus yang dipilih adalah kasus dengan diagnosis stroke iskemik tanpa komplikasi penyakit kronis lainnya seperti Diabetes Mellitus.

Hasil dan Pembahasan : Hasil Perhitungan unit cost pasien Stroke Iskemik dengan metode ABC adalah Rp 1.731.117,07, yang terdiri dari biaya langsung yaitu sebesar Rp. 1.289.035 dan biaya overhead sebesar Rp 442.082,07. Hasil perhitungan unit cost dengan menggunakan metode ABC dapat memberikan informasi mengenai perhitungan biaya yang lebih akurat, sehingga dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam menentukan tarif dari produk atau jasa yang ditawarkan oleh rumah sakit, selain itu juga dapat digunakan mengambil keputusan yang akurat dalam penganggaran dan perencanaan biaya.

Kesimpulan dan Saran: Berdasarkan perhitungan unit cost untuk pasien Stroke Iskemik adalah sebesar Rp 1.731.117,07. Terdapat selisih Rp 236.432,93 dengan tarif yang ada di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan selisih sebesar Rp 4.932.482,93 dengan tarif INA CBG’s. Maka dari hal tersebut, manajemen perlu melakukan evaluasi dan efisiensi biaya terutama untuk beban biaya Indirect Resource Overhead dan Direct Resource Overhead. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat mengaplikasikan clinical pathway stroke iskemik tersebut agar RS dapat menggunakan kendali mutu dan kendali biaya.

(18)

ANALYSIS OF UNIT COST BASED ON ACTIVITY BASED COSTING ON ISCHEMIC STROKE PATIENT IN ARAFAH WARD PKU

MUHAMMADIYAH HOSPITAL

Danita Dwityana Gamalwan1, Firman Pribadi 2

1Student of Hospital Management Program, Postgraduate Program, University of Muhammadiyah Yogakarta, 2 Lecture of Hospital Management Program,

PostGraduate Program, University of Muhammadiyah Yogakarta

Background: In the mid-20th century, the incidences of stroke were more than

700,000 people per year and 150,000 of themwere died because of it (Fagan and

Hess, 2008). Non- hemorrhagic (ischemic) stroke is a classification of stroke that has a high attack rate and cost a high amount of money for the treatment. Treatment of stroke is classified as long-term treatment care because it takes a

long time to heal, a long Length of Stay (LOS), and the cost of drugs. PKU

Muhammadiyah hospital doesn’t have a unit cost for ischemic stroke based on

activity.Therefore, this study aims to calculate the unit cost on the stroke -based

method of Activity Based Costing.

Method: The method of this study was descriptive quantitative case study design at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital. The case chosen was the case with the diagnosis of ischemic stroke without the complications of other chronic diseases such as Diabetes Mellitus.

Results and Discussion: The result of the unit cost calculation from Ischemic Stroke patients with the ABC method is Rp 1,731,117.07, which consists of direct cost Rp. 1,289,035 and overhead costs Rp 442,082.07. The calculation of unit cost by using the ABC method provide information about a more accurate calculation of the cost, so that it can be used by hospital’s management to determine the rates of the products or services offered by the hospital, and to take accurate decisions in budgeting and planning cost.

Conclusions and recommendations: Based on the calculation of unit cost, the cost for ischemic stroke patients is Rp 1,731,117.07. There is a difference of Rp 236,432.93 with the existing rate at “MY” Hospital and the difference of Rp 4,932,482.93 with CBG's INA rates. Hospital’s management needs to conduct an evaluation and cost efficiency especially for Indirect Resource Overhead and Direct Resource Overhead. PKU Muhammadiyah Hospital should apply clinical pathway for ischemic stroke so that the hospital can manage quality control and cost control.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia berkembang cukup pesat. Hal ini sesuai dengan kebutuhan akan layanan rumah sakit yang meningkat. Selain sebagai tempat untuk kepentingan sosial yaitu pelayanan di bidang kesehatan pada masyarakat, rumah sakit juga melaksanakan tujuannya sebagai suatu badan usaha (mengembangkan dan memajukan usaha) baik secara material maupun non material (Anton, 2005).

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan yang sehari-hari melakukan kontak dengan pasien. Oleh karena itu sebuah rumah sakit harus mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh pasien sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kelanggengan suatu rumah sakit salah satunya ditentukan dari banyaknya jumlah pasien yang berkunjung ke rumah sakit untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan, semakin meningkatnya jumlah kunjungan pasien maka semakin baik keberadaan rumah sakit tersebut.

(20)

khususnya masyarakat miskin, maka pemerintah telah melaksanakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas (Anonim, 2012).

Pelaksanaan Jamkesmas menggunakan suatu sistem pembiayaan pelayanan yang dikenal dengan sistem INA CBG’s (Indonesian Case Base

Groups) yang pada prinsip nya adalah suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan kesehatan yang ditetapkan berdasarkan pengelompokan diagnosis penyakit sebagai upaya pengendalian biaya tanpa mengesampingkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat efektif dan efisien (Annavi,2011).

Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu yang dinyatakan secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati komitmen global Millenium Development Goals (MDGs) yang menyatakan pembangunan kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktifitas dan kesejahteraan manusia serta Kementerian Kesehatan telah menetapkan visi “Masyarakat Sehat Yang Mandiri Dan Berkeadilan” (Kemen. Kes, 2010).

(21)

waktu yang lama untuk sembuh, apalagi biaya kesehatan yang semakin berat dirasakan oleh masyarakat (Thabrany, 2005).

Mulai bulan September 2008, Departemen Kesehatan melakukan terobosan dengan mengubah model pembayaran pelayanan kesehatan dari pembiayaan fee for service menjadi Prospective Payment System (PPS) berdasarkan paket casemix sistem INA CBGs. Dalam penerapannya, rumah sakit harus mengimplementasikan clinical pathway sebagai perencanaan pelayanan kesehatan terpadu dengan merangkum setiap langkah yang dilakukan pada pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit (Kemen.Kes, 2010).

Salah satu upaya menekan pemerintah menekan anggaran kesehatan pada program Jamkesmas adalah digunakannya sistem pembayaran prospektif yaitu Indonesia Case Base Group (INA CBGs). Pada sistem ini pemberi pelayanan ikut menanggung resiko finansial apabila tidak efisien dalam melaksanakannya. Permasalahan pelaksanaan INA CBGs, diantaranya terdapat selisih negatif pada kasus-kasus tertentu (Ratih P, 2014).

(22)

adalah status kesehatan penduduk daerah tersebut akan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan produktivitas penduduk.

Pembiayaan Jamkesmas akan semakin meningkat karena peningkatan kesadaran penduduk akan kesehatan, peningkatan jumlah penyakit menular yang memakan biaya sangat besar, perekonomian semakin berkembang dan mobilitas horisontal penduduk serta pertambahan penduduk itu sendiri. Di lain pihak, rumah sakit sebagai provider pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas sering mengeluhkan bahwa biaya klaim Jamkesmas masih lebih rendah dibandingkan biaya tarif rumah sakit, sehingga rumah sakit merasa “rugi”

dengan pelayanan Jamkesmas. (Wasis B, 2013)

Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi (Marismiati, 2011).

(23)

perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. Terdapat banyak metode yang digunakan untuk menghitung unit cost dan metode yang banyak digunakan adalah metode Activity Based Costing (ABC). Activity Based Costing merupakan suatu metodologi pengukuran biaya dan kinerja atas aktivitas,sumber daya, dan objek biaya(Adisasmito, 2008). Analisis unit cost (biaya satuan) adalah suatu kegiatan menghitung biaya rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ada, baik secara total maupunper-unit atau per-pasien, dengan cara menghitung seluruh biaya pada unit/pusat biaya/departemen jasa serta mengalokasikan atau mendistribusikan ke unit-unit produksi yang kemudian dibayarkan oleh pasien (Agastya & Arifa’i, 2011).

(24)

yang utama. Stroke merupakan penyebab kematian kedua di dunia dan ketiga di Amerika. Pada pertengahan abad 20, angka kejadian stroke lebih dari 700.000 orang per tahun dan 150.000 orang meninggal karena penyakit ini (Fagan dan Hess, 2008). Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga (setelah penyakit dan kanker) dan penyebab kecacatan nomor satu. Stroke non hemoragik (iskemik) merupakan klasifikasi stroke yang mempunyai angka kejadian yang tinggi. Dibandingkan dengan stroke hemoragik, stroke iskemik lebih sering terjadi yaitu 88% dan 12 % untuk stroke hemoragik (Fagan dan Hess , 2008). Proses pelayanan yang lebih terorganisir terbukti memperbaiki luaran stroke (AHA,2003).

Angka kejadian stroke di Indonesia semakin meningkat dan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Syamsuddin,2012). Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi stroke di Indonesia adalah delapan per seribu penduduk. Berdasarkan data Dinas Kesehatan 2009, prevalensi stroke di provinsi Yogyakarta adalah sebesar 1,46% (Dinkes DIY,2009).

(25)

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai penetapan harga pokok sebagai penentuan biaya satuan perawatan pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan Activity-Based Costing system karena stroke iskemik merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan biaya yang besar karena lama nya Length of Stay (LOS) dan biaya obat yang mahal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa unit cost pasien stroke iskemik yang dihitung dengan menggunakan metode Activity-Based Costing pada RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

2. Apakah ada selisih antara unit cost pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan metode Activity-Based Costing dengan real cost pada pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta?

(26)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk menghitung biaya satuan (unit cost) pada pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk menganalisis unit cost pasien rawat inap Stroke Iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan metode activity based costing.

2. Untuk menganalisis selisih antara hasil perhitungan unit cost pasien rawat inap Stroke Iskemik dengan metode activity based costing dengan tarif yang di terapkan di RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta. 3. Untuk menganalisis selisih antara unit cost pasien rawat inap Stroke

dengan metode activity based costing dengan tarif paket INA-CBG’s.

D. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi sehingga dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman lebih mendalam tentang penentuan unit cost sebagai dasar penerapan tarif rawat inap pasien stroke iskemik yang dihitung dengan menggunakan metode Activity-Based Costing.

(27)

- Sebagai evaluasi selisih biaya satuan (unit cost) rawat inap dengan tarif INA CBGs rawat inap pada pasien stroke iskemik.

- Menjadi acuan seberapa penting Clinical Pathway sebagai acuan untuk kendali mutu dan kendali biaya di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

- Dapat memberikan masukan dan berkaitan dengan faktor faktor yang dapat menekan biaya perawatan pasien stroke sehingga memiliki selisih tarif yang besar dan menguntungkan bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus tentang analisis biaya perawatan pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang merupakan rumah sakit tipe B. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan rancangan studi kasus dan untuk perhitungan analisis biaya menggunakan metode Activity Based Costing System. Sebagai pertimbangan keaslian penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa topik penelitian sejenis, antara lain:

(28)

bertujuan umtuk menentukan unit cost pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakartasedang penelitian Nishi menggunakan Activity Based Costing untuk menentukan unit cost akomodasi ICU di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Rahayu Darmahaeni, 2010. Analisis Biaya Satuan di VIP dan VVIP RSD Bersemah dengan Metode Activity Based Costing (ABC) sebagai Dasar Usulan Tarif RSD Bersemah Kota Pagar Alam. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini menggunakan metode Activity Based Costing yang bertujuan untuk menentukan unit cost pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sedang penelitian Rahayu menggunakan Activity Based Costing untuk menentukan unit cost akomodasi VIP dan VVIP RSD Bersemah Kota Pagar Alam disertai dengan penghitungan ATP dan WTP .

3. Virna Wita , 2010. Perhitungan Biaya Satuan Tindakan Bedah Appendiktomi Akut di Kamar Operasi Rumah Sakit X. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Virna Wita adalah penelitian peneliti menghitung satuan biaya pasien stroke iskemik sedangkan Virna Wita menghitung satuan biaya Appendiktomi Akut. 4. Ketut Anom Ratmaya ,Perhitungan Satuan Biaya Kamar Operasi di

(29)

iskemik sedangkan Ketut Anom Ratmaya menghitung satuan biaya kamar operasi.

5. Anferi Devitra, 2011. Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan INA-CBGs di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi Tahun 2011. Perbedaan penelitian peneliti dengan Anferi Devitra adalah peneliti menilai efektifitas biaya setelah penerapan clinical pathway sedangkan Anferi Devitra menelitii tentang penerapan clinical pathway dari segi masukan, proses, dan keluaran.

6. Tri Damayanti, 2010. Analisi biaya terapi pasien stroke rawat inao di RSUP DR.Sardjito Yogyakarta tahun 2007. Pada penelitian ini menjelaskan bahwa biaya total pasien stroke iskemik kelas III adalah Rp. 2.890.000 dan total paling banyak menghabiskan biaya adalah neuroprotektor dan oksigenasi. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah metode penghitungan biaya.

(30)
(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial

di Indonesia menurut undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba. Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT Askes Indonesia

menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenagakerjaan PT

Jamsostek menjadi BPJS KetenagakerjaanTransformasi PT Askes dan PT

Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, dan memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota.

(32)

mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran. Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bias dimulai secara bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi

Dasar hokum BPJS adalah :

 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

JaminanSosial.

 Undang-UndangNomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52

B. INA CBGs

(33)

2008 pada 15 rumah sakit vertikal, dan pad januari 2009 diperluas pada seluruh rumah sakit yang bekerja sama untuk program Jamkesmas.

Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari INA DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA CBG (Indonesia Case Based Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United Nation University) Grouper. Dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010 sampai Desember 2013, pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Lanjutan dalam Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) menggunakan INA CBG. Sejak diimplementasikannya sistem casemix di Indonesia telah dihasilkan 3 kali perubahan besaran tarif, yaitu tarif INA DRG Tahun 2008, tarif INA CBG Tahun 2013 dan tarif INA CBG Tahun 2014. Tarif INA CBG mempunyai 1.077 kelompok tarif terdiri dari 789 kode grup/kelompok rawat inap dan 288 kode grup/kelompok rawat jalan, menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis serta ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan. Pengelompokan kode diagnosis dan prosedur dilakukan dengan menggunakan grouper UNU (UNU Grouper). UNU-Grouper adalah Grouper casemix yang dikembangkan oleh United Nations University (UNU).

(34)

pembayaran paket seringkali terdapat selisih antara tarif paket dan tarif riil yang sering kali dianggap tidak mencukupi.

C. Stroke Iskemik

a. Definisi stroke iskemik

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkann kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen dijaringan otak. (Caplan, 2000)

b. Klasifikasi stroke iskemik

Menurut modifikasi Marshall:

1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

TIA (Transient Ischemic Attack)

Trombosis Serebri

Emboli Serebri

2. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu:

 TIA (Transient ischemic Attack)

 RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)

(35)

Completed stroke

3. Berdasarkan system pembuluh darah

 Sistem Karotis

 Sistem Vertebrobasiller

c. Etiologi stroke iskemik

Stroke iskemik bisa disebabkan oleh berbagai macam problem yang bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian. Yaitu masalah-masalah pembuluh darah, jantung dan substrat darah itu sendiri.

Kelainan Vaskular:

 Aterosklerosis

 Displasia fibromuskular

 Gangguan inflamasi

 Diseksi Arteri Karotis atau vertebralis

Kelainan Jantung:

 Trombus mural

 Penyakit Jantung Rematik

 Aritmia

(36)

Kelainan Darah:

 Trombositosis

 Polisitemia

 Penyakit sel sikle

 Leukositosis

D. Konsep Biaya

a. Pengertian Biaya

Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Penerapan biaya dapat digunakan dalam membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan manajemen. Akuntansi biaya merupakan alat manajemen untuk merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Biaya merupakan sumber daya yang dikorbankan untuk menjalankan aktivitas untuk memperoleh pendapatan (Supriyono, 1999; Mulyadi, 2007).

(37)

Untuk keperluan analisis, Setiaji (2006) menyatakan bahwa biaya dikelompokkan menurut beberapa kriteria. Pengelompokkan komponen biaya tersebut ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis dan menghasilkan beberapa istilah biaya.

1) Berdasar Pengaruh Pada Perubahan Skala Produksi a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi. Biaya ini harus tetap dikeluarkan terlepas dari persoalan apakah pelayanan diberikan atau tidak. Contoh biaya tetap adalah nilai dari gedung yang digunakan, nilai dari peralatan kedokteran, nilai tanah dan sebagainya. Nilai gedung dimasukkan dalam biaya tetap karena biaya gedung yang digunakan tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat maupun menurun. Demikian juga dengan biaya tensimeter yang relatif tetap untuk memeriksa 5 (lima) maupun 10 (sepuluh) pasien. Artinya biaya tensimeter tetap tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani berubah.

(38)

output, yaitu waktu pengeluarannya yang biasanya lebih dari 1 (satu) satu tahun.

b) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel adalah biaya yang volumenya dipengaruhi oleh banyaknya output (produksi). Contoh yang termasuk dalam biaya variabel adalah biaya obat, biaya makan, biaya alat tulis kantor, biaya pemeliharaan dan sebagainya. Biaya obat dan makan dimasukkan dalam biaya variabel karena jumlah biaya tersebut secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya pelayanan yang diberikan. Karena biasanya besar, volume produksi direncanakan secara rutin maka biaya variabel ini juga direncanakan secara rutin. Oleh sebab itu biaya variabel sering juga disebut sebagai biaya rutin.

Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel atau

total cost = fixed cost + variable cost (TC = FC + VC) 2) Berdasar Lama Penggunaan

a) Biaya Investasi (Invesment Cost)

(39)

Contoh yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan sebagainya.

b) Biaya Operasional (Operasional Cost)

Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan dalam suatu proses produksi dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun). Contoh yang termasuk dalam biaya operasional antara lain biaya obat, biaya makan, gaji pegawai, air, listrik dan sebagainya.

Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan nilai suatu barang investasi agar terus berfungsi. Misalnya biaya pemeliharaan gedung, pemeliharaan kendaraan dan sebagainya. Antara biaya operasional dan pemeliharaan dalam praktek sering disatukan menjadi biaya operasional dan pemeliharaan. Biaya operasional dan pemeliharaan dengan sifatnya yang habis pakai dikeluarkan secara berulang-ulang. Karena itu biaya operasional dan pemeliharaan sering juga disebut sebagai biaya berulang (recurrent cost).

3) Berdasarkan Fungsi / Aktivitas / Sumber

(40)

dan biaya tak langsung (indirect cost) sering digunakan ketika menghitung biaya satuan (unit cost).

a) Biaya Langsung

Biaya – biaya yang dikeluarkan pada unit – unit yang langsung melayani pasien disebut biaya langsung. Di Rumah Sakit, yang termasuk biaya langsung seperti biaya yang dikeluarkan untuk unit rawat inap dan rawat jalan baik berupa gaji pegawai, obat – obatan, gedung, kendaraan dan sebagainya. b) Biaya Tidak Langsung

Biaya yang dikeluarkan di sistem penunjang. Yang termasuk biaya tak langsung misalnya biaya yang dikeluarkan untuk honor satpam, penggunaan listrik, telpon, air, alat tulis kantor, pemeliharaan gedung, alat, kendaraan dan sebagainya. c) Biaya Satuan (Unit Cost)

(41)

d) Biaya Penyusutan (Depreciation Cost)

Biaya penyusutan adalah biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai akibat penggunaan dalam proses produksi. Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami kerusakan fisik. Nilai penyusutan dari barang investasi seperti gedung, kendaraan, peralatan disebut sebagai biaya penyusutan.

b. Biaya Satuan (Unit Cost)

(42)

Menurut Kepmenkes RI No. 560/Menkes/SK/IV/2003, unit cost adalah besaran biaya satuan dari setiap kegiatan pelayanan yang diberikan rumah sakit, yang dihitung berdasarkan standar akuntansi biaya rumah sakit.

Menurut Supiyono (1999), biaya satuan merupakan hasil perhitungan dengan membagi biaya total dengan sejumlah produksi. Pada perhitungan biaya satuan, terdapat 2 macam biaya satuan, yaitu:

1) Biaya satuan normatif, yaitu biaya yang berlaku sesuai dengan peraturan daerah (Perda).

2) Biaya satuan aktual, yaitu hasil perhitungan berdasarkan atas pengeluaran nyata untuk menghasilkan produk pada kurun waktu tertentu. Biaya aktual dapat dijadikan dasar dalam penentuan tarif pelayanan kesehatan namun perlu mempertimbangkan kemampuan membayar (ability to pay) dan kemauan untuk membayar (willingness to pay) dari masyarakat sekitar.

c. Analisis Biaya

(43)

Menurut Mulyadi (2007), ada beberapa metode analisis biaya yaitu:

1) Simple Distribution

Teknik ini sangat sederhana, yaitu melakukan distribusi biaya-biaya yang dikeluarkan di pusat biaya-biaya penunjang, langsung ke berbagai pusat biaya produksi. Distribusi ini dilakukan satu persatu dari masing-masing pusat biaya penunjang. Tujuan distribusi dari suatu unit penunjang tertentu adalah unit-unit produksi yang relevan, yaitu secara fungsional diketahui mendapat dukungan dari unit-unit penunjang tertentu.

Kelebihan dari cara ini adalah kesederhanaannya sehingga mudah dilakukan. Namun kelemahannya adalah asumsi dukungan fungsional hanya terjadi antara unit penunjang dan unit produksi. Padahal dalam praktek kita ketahui bahwa antara sesama unit penunjang bisa terjadi transfer jasa, misalnya direksi mengawasi unit dapur, unit dapur memberi makan kepada direksi dan staf tata usaha dan lain sebagainya.

2) Step Down Method

(44)

lain yang biasanya nomor dua terbesar. Proses tersebut dilakukan sampai semua biaya dari unit penunjang habis didistrubusikan ke unit produksi. Perlu dicatat bahwa dalam metode ini, biaya yang didistribusikan dari unit penunjang kedua, ketiga, keempat daan seterusnya mengandung dua elemen biaya yaitu asli unit penunjang bersangkutan ditambah biaya yang diterima dari unit penunjang lain.

Kelebihan metode ini sudah dilakukan distribusi dari unit penunjang ke unit penunjang lain. Namun distribudi ini sebenarnya belum sempurna, karena distribusi ini hanya terjadi sepihak. Padahal dalam kenyataanya, bisa terjadi hubungan timbal balik. Misalnya, bagian umum melakukan pemeliharaan alat-alat dapur dan sebaliknya bagian dapur mensuplai makanan kepada staf bagian umum.

3) Double Distribution Method

(45)

Metode ini dianggap cukup akurat dan relatif mudah dilaksanakan dan merupakan metode yang terpilih untuk analisis biaya Puskesmas maupun Rumah Sakit di Indonesia.

4) Multiple Distribution

Dalam metode ini distribusi biaya dilakukan secara lengkap, yaitu antara sesama unit penunjang ke unit produksi, dan antara sesama unit produksi. Tentunya distribusi antar unit tersebut dilakukan kalau memang ada hubungan fungsional keduanya. Jadi dapat dikatakan bahwa multiple distribution pada dasarnya adalah double distribution dan alokasi antar sesama unit produksi.

5) Activity Based Costing Method (ABC)

Metode ini merupakan metode terbaik dari berbagai metode analisis biaya yang ada, meskipun pelaksanaannya tidak semudah metode yang lain karena belum semua Rumah Sakit memiliki sistem akuntansi dan keuangangan yang terkomputerisasi.

6) Metode Real Cost

(46)

E. Activity-Based Costing System a. Definisi Activity-Based Costing

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activit-Based Costing. Definisi metode Activity-Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya aktivitas kemudian keproduk (Hansen & Mowen, 1992).

Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi (Marismiati, 2011).

Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan oleh Hansen and Mowen (1999) sebagai berikut :

“Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya

ke aktivitas kemudian ke produk.”

(47)

Activity Based Costing System adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas (Mulyadi, 2007).

Activity Based Costing System adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktifitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk (Marismiati, 2011).

process view

Gambar 1.1. Konsep Dasar Activity-Based Costing ( Hansen dan Mowen, 2005)

Resources

Performances Activities

Cost driver

(48)

c. Analisis Activity-Based Costing

Sebelum sampai pada prosedur pembebanan dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut (Marismiati, 2011):

1) Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.

2) Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.

3) Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat diartikan dengan satu pemicu biaya saja, atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead produk.

Activity based costing akan dihasilkan perhitungan yang lebih akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasikan secara teliti aktivitas-aktivitas yang dilakukan manusia, mesin, dan peralatan dalam menghasilkan suatu produk maupun jasa.

Menurut Warindrani (2006), terdapat dua tahapan pembebanan biaya overhead dengan metode activity based costing yaitu:

(49)

Dalam tahapan ini di perlukan lima langkah yang dilakukan yaitu: a) Mengidentifikasikan aktifitas pada tahap ini harus diadakan

identifikasi terhadap sejumlah aktivitas yang dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi barang atau jasa dengan cara membuat secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejak menerima barang sampai dengan pemeriksaana akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen.

b) Dipisahkan menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan tidak menambah nilai (non added value). Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas. Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi penyebab terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya). Cost driver atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam activity based costing yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.

(50)

d) Menghitung tarif per kelompok aktivitas (homogeny cost pool rate). Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing kelompok dengan jumlah cost driver.

e) Membebankan biaya aktivitas pada produk. Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui maka dapat dilakukan perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk adalah sebagai berikut: Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x jumlah konsumsi tiap produk jika dibuat dalam suatu bagan maka pembebanan biaya overhead dengan menggunakan metode ABC adalah sebagai berikut.

Gambar 1.2 Pembebanan Biaya Overhead dengan Menggunakan Metode ABC

Sumber: Amila, 2006

d. Manfaat Activity-Based Costing

Jika syarat-syarat penerapan sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan menerapkan sistem ABC dan segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut: (Supriyono, 2002)

Biaya Overhead Produksi

Aktivitas Aktivitas Aktivitas

(51)

1) Memperbaiki mutu pengambilan keputusan

Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang tajam.

2) Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Sistem ABC mengakui bahwa tidak semua overhead bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk.

3) Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan.

Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan.

Widjaja (1992) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut:

(52)

meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya.

2) ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan

3) Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar

4) Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah.

5) Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

e. Perbedaan ABC dengan Sistem Akuntansi Tradisional

Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya (Marismiati, 2011).

(53)

tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:

1) Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global.

2) Untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

3) Tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung.

4) Menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.

(54)

6) Menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.

7) Memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertentu dengan menggunakan standar. 8) Tidak banyak memerlukan alat-alat dan teknik yang canggih dalam

sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju. 9) Kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini

dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk

(55)

produk. Metode ABC dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dalam metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat (Marismiati, 2011).

Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain volume produksi (Marismiati, 2011).

f. Activity Based Costing pada Rumah Sakit.

Menurut Baker (1998), Activity-Based Costing (ABC) memiliki dua elemen mayor, yaitu : cost measures dan performance measures. ABC adalah metodologi yang mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas, sumber daya, dan cost objects. Sumber daya yang diberikan untuk aktivitas, dimana aktivitas diberikan untuk cost object berdasarkan penggunanya. ABC mengakui hubungan cost driver terhadap aktivitas. Konsep dasar ABC adalah aktivitas mengkonsumsi sumberdaya untuk memproduksi output.

(56)

menggunakan variabel financial dan nonfinancial yang merupakan dasar dari alokasi biaya.

Adanya kebutuhan ABC di pelayanan kesehatan karena kompetisi di pelayanan kesehatan merupakan penggerak produktivitas dan efisiensi. ABC bisa menyampaikan informasi untuk memaksimalkan sumberdaya dan untuk menghubungkan biaya untuk kinerja dan pengukuran outcome. Pengambil keputusan manajemen dapat menggunakan informasi ABC untuk membuat efisiensi biaya tanpa disertai dampak negatif dari kualitas pelayanan.

Dua keadaan tertentu yang mendorong munculnya pelayanan kesehatan yang membutuhkan konsumsi sumberdaya dan informasi biaya pelayanan, yaitu :

1) Keragaman pelayanan

2) Transisi dalam campuran pembayaran

Saat ini sistem pelayanan kesehatan mencakup keanekaragaman pelayanan. Kompleksitas sistem pelayanan yang bervariasi dapat dengan mudah dikelola dengan ABC.

(57)

Gambar 1.3. Two views of costing: Traditional vs ABC Sumber : Beker, 1998

ABC adalah kausal, berdasarkan sebab dan akibat. Driver adalah penyebab aktivitas dan aktivitas mengungkapkan akibat dari driver.

Gambar 1.4. Cause and Effect in ABC. (Sumber : Beker, 1998)

Sistem penghitungan biaya tradisional sering digunakan sebagai rancangan pembiayaan pekerjaan atau sistem proses pembiayaan. Faktanya, banyak sistem pelayanan kesehatan merupakan kombinasi yang berbeda-beda. ABC bukan alternatif

Services & products

Traditional costing view

Consume resources

Activity-based costing view

Services & products

Consume Activities

Activities

Consume Resources

ABC Cause & Effect

(58)

sistem pembiayaan yang menggantikan biaya pekerjaan atau proses pembiayaan, atau kombinasi yang berbeda-beda. ABC adalah pendekatan untuk mengembangkan jumlah biaya yang digunakan pada pembiayaan pekerjaan atau proses pembiayaan atau sistem pembiayaan kombinasi yang berbeda-beda. Ciri khas ABC adalah fokus terhadap aktivitas sebagai obyek biaya fundamental. Biaya aktivitas ini ditugaskan untuk cost object yang lain, misalnya pelayanan, pasien, atau pembayar.

Sistem biaya tradisional adalah alokasi biaya overhead (indirek) untuk pelayanan individu atau berdasarkan produk pada beberapa pengukuran volume jasa atau produk. Perbedaan paling penting antara metode penghitungan biaya tradisional dan metode ABC adalah ABC bisa mengeliminasi subsidi silang. Dengan ABC memungkinkan biaya pelayanan individu, pasien, atau kontrak, sehingga dapat mengisolasi biaya pelayanan untuk cost object spesifik.

Dua pandangan dasar ABC, yaitu : 1) Cost assignment

(59)

Gambar 1.5. Activity-Based Costing: Cost Assignment View. Sumber : Beker, 1998

Cost assignment terdiri dari dua tahapan, tahapan pertama adalah dari sumberdaya ke aktivitas, tahapan kedua dari aktivitas ke cost object. Sumberdaya merupakan elemen ekonomi yang di aplikasikan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Gaji dan persediaan, sebagai contoh, sumberdaya digunakan dalam kelangsungan aktivitas. Aktivitas adalah pengumpulan tindakan yang dilakukan dalam sebuah organisasi yang digunakan untuk metode ABC. Cost object adalah tiap pasien, produk, jasa, kontrak, proyek, atau unit kerja lain untuk memisahkan pengukuran biaya yang diinginkan.

Pandangan dasar yang kedua adalah proses. Sudut pandang proses memberikan laporan baik apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Definisi dari aktivitas sama dengan cost assignment. Cost driver adalah

Activity-Based Costing Cost Assignment View

Resources

Activities

(60)

tiap faktor yang menyebabkan perubahan di dalam biaya dari suatu aktivitas.

Gambar 1.6. Activity-Based Costing: The process View. Sumber : Beker, 1998

Konsep Activity-Based Management (ABM). ABM memiliki dua elemen dasar, yaitu :

1) Identifikasi aktivitas yang dilakukan di sebuah organisasi 2) Menentukan biaya dan kinerja, baik dari segi waktu dan

kualitas.

Dua elemen dasar tersebut menghasilkan 3 komponen, yaitu :

1) Analisis aktivitas, bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas 2) Analisis cost driver, bertujuan untuk menentukan biaya

3) Analisis pengukuran kinerja, bertujuan untuk menentukan kinerja dan pengukuran yang tepat.

Process View

Cost Driver Performance Measures

(61)

Gambar 1.7. The Components of Activity-Based Management. Sumber : Beker, 1998

ABC dan ABM berpusat pada aktivitas. Demikian pula, sifat dan spesifisitas ketepatan dan klasifikasi panduan analisis aktivitas dari hasil sistem penghitungan ABC/ABM. Aktivitas merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam sebuah organisasi. ABC atau ABM berfokus pada penghitungan tingkat aktivitas. Aktivitas terkait dengan input dan output. Input (staf, persediaan, peralatan teknis) adalah bersama-sama untuk menghasilkan output (jasa atau produk).

Perhitungan total cost dihubungkan dengan jumlah tenaga kerja langsung yang digunakan dan semua bahan yang digunakan secara langsung, selama peralatan yang dipakai khusus untuk tindakan tersebut. Sebagai tambahan, biaya total prosedur termasuk pembagian biaya proporsi atas biaya untuk tindakan tersebut, misalnya biaya tenaga administrasi sebagai biaya total adalah overhead institusional yang ditambahakan dalam biaya persatuan prosedur (Judith J. Baker, 1998).

Metoda ABC adalah metoda dalam pengukuran cost dan hasil kerja dari suatu aktivitas, sumber daya dan sumber biaya lainnya yang

Performance Analysis Activity-Based Management

Cost Driver Analysis

(62)

digunakan. ABC system menunjukan hubungan kausal antara cost driverdan aktivitas (Judith J.Baker, 1998).

Konsep dasar dari ABC system adalah aktivitas mengkonsumsi sumber daya untuk menghasilkan suatu output. Pembiayaan sebaiknya dipisahkan dan disesuaikan dengan aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. Secara khusus pembiayaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk individual dari suatu layanan atau dibedakan berdasarkan produk yang berbeda, layanan yang berbeda untuk pasien yang berbeda. ABC system adalah merupakan sebuah kebutuhan dalam pelayanan kesehatan dikarenakan kompetisi dalam pelayanan kesehatan, dimana produktivitas dan efisiensi menjadi suatu keharusan. Penekanan pengelolaan pelayanan menghasilkan pembiayaan sesuai dengan permintaan, khususnya sesuai dengan biaya untuk aktivitas dan hasil (outcomes). ABC systemdapat memberikan informasi untuk memaksimalkan sumber daya dan menghubungkan cost dan performance serta pengukuran outcome. Pengambil kebijakan dapat menggunakan informasi ABC system untuk meningkatkan efisiensi tanpa menimbulkan dampak negatif pada kualitas layanan dan dapat pula meningkatkan kualitas layanan berkelanjutan.

(63)

ABC adalah kausatif berdasarakan sebab akibat. Akuntansi pembiayaan tradisional dirancang untuk pembiayaan tenaga kerja atau biaya proses secara terpisah, sedangkan dalam sistem pelayanan kesehatan merupakan kombinasi keduanya. ABC systembukanlah sebuah alternatif dalam sistem penghitungan pembiayaan yang dapat menggantikan pembiayaan tenaga kerja, atau biaya proses produksi atau kombinasi keduanya, namun ABC systemadalah sebuah pendekatan untuk pengembangan dalam pembiayaan dalam pembiayaan tenaga kerja atau biaya proses produksi ataupun keduannya.

Dalam sistem pembiayaan tradisional normalnya mengalokasikan overhead (indirect) cost kepada layanan individual atau produk atas beberapa pengukuran dari layanan dan volume produk. Secara umum pembiayaan tradisional memiliki keterbatasan yang tidak strategis, dimana terjadi subsidi silang antara layanan dan produk. ABC systemmemungkinkan menghitung biaya per-layanan, per-pasien, atau per-kontrak, dan dapat mengalokasikan biaya dari suatu layanan pada biaya yang spesifik.

Metode ABC memiliki tujuh baris item dalam perhitungan, yaitu :

1) Item pertama adalah material dan persediaan, yaitu biaya langsung

(64)

3) Item ketiga adalah pendukung penulisan, merupakan bagian dari departemen overhead

4) Item keempat adalah pengaturan, merupakan bagian dari departemen overhead

5) Item kelima adalah alat-alat dan perlengkapan, merupakan bagian dari departemen overhead

6) Item keenam adalah pemeliharaan, merupakan bagian dari alokasi overhead dari luar departemen

7) Item ketujuh adalah proses persediaan dan distribusi, merupakan bagian dari alokasi overhead dari luar departemen Metode penghitungan tradisional memiliki tiga baris item dalam perhitungan, yaitu :

1. Item pertama adalah material dan persediaan, yaitu biaya langsung

(65)

Tabel 1.1 Cost Assignment Basis for Each Line Item A. Activity Based Costing Method

Direct cost: implementasi sistem ABC, yaitu :

1) Mendefinisikan kegiatan yang mendukung output 2) Mendefinisikan hubungan antara kegiatan dan output 3) Mengembangkan biaya aktivitas

Fokus dari akumulasi biaya manajemen adalah tiga tahap dasar yang digunakan untuk implementasi sistem tanpa memandang unit pelayanan, program, atau pusat pertanggung jawaban. Langkah langkah yang digunakan dalam perhitungan ABC menurut Beker, 1998 yaitu :

1) Activity analysis

(66)

b) Menklasifikasikan aktivitas c) Membuat peta aktivitas d) Melengkapi analisis 2) Activity Costing

Tahapan yang digunakan adalah a) Menentukan Cost Object.

Dapat menggunakan sistim CBGs yang sudah terdapat prosedur pelayanan atau clinical pathway. Aktivitas aktivitas yang terjadi harus tersusun dalam activitycenters. b) Menghubungkan biaya ke aktivitas dengan menggunakan

cost driver

Merupakan konsep dari tracing dan allocating dalam metodologi ABC. Tracing yaitu biaya dibebankan kepada aktivitas yang menunjukkan hubungan sebab akibat (causal relationship) antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas yang bersangkutan. Allocation yaitu biaya dibebankan kepada aktivitas melalui basis yang bersifat sembarang (arbitrary). Hal ini menyebabkan pembebanan biaya tidak akurat.

(67)

driver. First Cost Driver pada direct cost dapat langsung ditelusuri, sedangkan pada indirect cost harus menggunakan alokasi yang bermacam macam. Second stage cost driver digunakan dalam penghitungan biaya tidak langsung termasuk overhead, Second stage cost driver diukur dari banyaknya aktivitas sumberdaya yang digunakan oleh cost object seperti prosedur yang berbeda beda pada setiap pasien. Aktivitas ativitas harus terinci dalam activity centers

c) Penghitungan Biaya

1) Menentukan activity centers pada unit yang terkait. 2) Membebankan Biaya Langsung.

3) Menetukan besarnya konsumsi biaya overhead pada masing-masing aktivitas dengan menggunakan proposi waktu

4) Menentukan aktivitas aktivitas yg terdapat pada Clinial Pathways

5) Membebankan biaya overhead kedalam masing masing aktivitas dalam clinical pathway.

(68)

7) Menjumlahkan biaya sesuai prosedur yang terdapat dalam clinical pathway ke masing masing activity center.

8) Membandingkan biaya yang menggunakan penghitungan ABC dengan biaya yang ditetapkan pemerintah.

F. Kerangka Konsep

Gambar 1.8. Kerangka Konsep Penelitian Pasien Stroke Iskemik

rawat inap

Clinical Pathway

Analisis ABC Tarif INACBGs

(69)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif di sini bertujuan menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap dengan pasien stroke iskemik dengan metode konvensional di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan metode activity based costing.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September-Desember 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 yang berada di jalan KH. Ahmad Dahlan No.20 Yogyakarta

C. Subjek dan Objek Penelitian

(70)

penggantian BPJS adalah kecederaan pembuluh darah otak dengan infark ringan. Objek penelitian ini adalah semua aktivitas yang terjadi pada perawatan pasien rawat inap dengan diagnosis stroke iskemik sampai pasien pulang dari rumah sakit.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien dengan diagnosis stroke iskemik rawat inap pada tahun 2014 2. Pasien merupakan peserta BPJS

3. Pasien merupakan pasien kelas III Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Pasien dengan diagnosis komplikasi Diabetes Mellitus

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel penelitiannya adalah biaya satuan akomodasi perawatan pasien stroke iskemik dan aktivitas di unit gawat darurat, Rawat Inap, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Bagian Keuangan dan kasir.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan sebagai pedoman dalam penelitian. 1. Unit cost adalah biaya satuan yang dikeluarkan untuk menghasilkan

pelayanan stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Stroke iskemik tanpa penyulit didefinisikan sebagai kematian jaringan otak

(71)

3. Clinical pathway adalah pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan dalam jangka waktu selama dilakukan pelayanan stroke iskemik

4. Activity based costing (ABC) adalah metode yang digunakan dalam menghitung biaya.

5. Aktivitas adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan selama pasien stroke iskemik di rawat, dimulai dari pasien masuk rumah sakit sampai pulang yang menimbulkan biaya aktivitas.

6. Biaya langsung adalah biaya yang dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya atau produk: biaya bahan habis pakai, jasa medis dokter specialist dan linen laundry.

7. Overhead adalah biaya yang sulit atau tidak dapat dihubungkan dan dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan secara akurat ditelusuri ke objek biaya. overhead terbagi menjadi dua yaitu: indirect resource overhead dan direct resource overhead.

(72)

9. Direct resource overhead adalah baiya overhead yang secara langsung bersentuhan dengan pasien yaitu: gaji pegawai, biaya pemeliharaan alat dan gedung, biaya pemakaian barang pengadaan, biaya listrik, air, telfon, dan kebersihan ruang IBS.

10.Cost driver adalah cara untuk membebankan biaya pada aktivitas atau produk.

F. Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi langsung dari sumbernya dengan cara wawancara langsung dengan responden dan observasi terhadap aktivitas yang dilakukan. Data sekunder dilakukan dengan penelusuran dokumen berupa distribusi biaya operasional rumah sakit dan rekam medis.

1. Pedoman dokumentasi yaitu rekam medis, clinical pathway yang terkait dengan pelayanan pasien stroke iskemik.

2. Pedoman wawancara.

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung atau berkomunikasi langsung dengan responden untuk memperoleh informasi mengenai isu yang diteliti.

(73)

b. Wawancara mendalam (in-deep interview) dilakukan dalam panduan wawancara yang sudah ditentukan ataupun pertanyaan yang bersifat spontan muncul saat interview berlangsung. Data yang diperoleh berupa gambaran umum mengenai RS PKU Muhammadiyah 1 Yogyakarta, sistem yang digunakan oleh rumah sakit dalam menentukan biaya perawatan pasien stroke dan identifikasi aktivitas yang dilakukan selama pasien dalam perawatan

3. Panduan observasi menggunakan checklist dalam clinical pathway berupa pengamatan secara langsung pada objek penelitian, yaitu aktivitas yang dilakukan selama perawatan

G. Analisis Data

Gambar

Gambar 1.1. Konsep Dasar Activity-Based Costing ( Hansen dan Mowen, 2005)
Gambar 1.2  Pembebanan Biaya Overhead dengan Menggunakan Metode ABC
Gambar 1.3. Two views of costing: Traditional vs ABC
Gambar 1.5. Activity-Based Costing: Cost Assignment View. Sumber : Beker, 1998
+7

Referensi

Dokumen terkait

14 Hubungan antara rasio 2 kanal citra satelit terhadap kedalaman 22 15 Model 3-D batimetri berdasarkan ekstrak citra satelit 22 16 Penampang melintang profil kedalaman transek 1-2

Penggunaan regularisasi dengan persentil L1 dan L2 pada model regresi respons Gamma dapat memprediksi curah hujan ekstrim lebih baik daripada kedua regularisasi itu

Namun, seiring berjalannya waktu persaingan menjadi semakin tajam dan konsumen menjadi lebih selektif dalam memilih tempat berbelanja, pemilik toko pun mulai mengerti

Pengangkutan kayu olahan adalah kegiatan pelaku usaha untuk memindahkan kayu dari tempat pengumpulan sementara di tepi hutan ke tenpat pengolahan kayu atau tempat

Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu bidang yang memberikan sumbangan dalam memacu tingkat pertumbuhan ekonomi, karena daya serap tenaga kerja pada usaha kecil

Masa kerja selama 15 (lima belas) tahun dengan nilai Penian Prestasi Kinerja Pegawai minimal 76 dan tidak pernah turun selama 2 (dua) tahun berturut-turut dan mempunyai

Haris, S.H.,M.Hum (Pembantu Dekan II sekaligus Dosen Pembimbing I), Said Noor Prasetyo, S.H.,M.H (Pembantu Dekan III), terimakasih telah menjadi motivator sekaligus inspirasi bagi

Dengan penerapan teknologi tersebut diharapkan kontaminan logam berat dalam tanali dapat dipindahkan/digerakkan, dipadatkan/dipekatkan oleh elektroda serta diekstraksikan dari