SKRIPSI
Oleh
SRY KARTINI NIM. 141000320
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
ANALISIS UNIT COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN PEMERIKSAAN GIGI
DI RUMAH SAKIT PTPN IV BALIMBINGAN PEMATANGSIANTAR
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRY KARTINI NIM. 141000320
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
i
ii Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal: 09 Mei 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.
Anggota : 1. Dr. Juanita, S.E., M.Kes.
2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Unit Cost dengan Metode Activity Based Costing pada Pelayanan
Pemeriksaan Gigi di Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar”
beserta seluruh isinya adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Mei 2019
Sry Kartini
iv Abstrak
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit sangat membutuhkan bentuk informasi yang lengkap terutama dalam biaya satuan (unit cost). Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar dalam penentuan tarif masih berdasarkan pada perkiraan, kepantasan dan perbandingan dengan tarif rumah sakit yang sejenis sehingga menimbulkan distorsi dalam penentuan tarif. Jenis pelayanan yang diteliti adalah pelayanan pemeriksaan gigi karena permintaan yang lebih. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tarif pelayanan pemeriksaan gigi pada Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar dengan tarif pelayanan pemeriksaan gigi dengan menggunakan metode Activity Based Costing. Hasil perhitungan tarif Pelayanan Pemeriksaan Gigi dengan menggunakan metode Activity Based Costing di dapatkan persentase pada pelayanan Pencabutan Gigi sebesar 20,25%, Pencabutan Gigi dengan Kelainan 51,66%, Perawatan Post Ekstraksi 11,16%, dan pada Pengambilan Gigi Terpendam 34,90%. Hal ini disebabkan karena metode activity based costing biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver, Sehingga mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap pelayanan pemeriksaan gigi secara tepat berdasarkan konsumsi masing- masing aktivitas. Kesimpulan bahwa hasil perhitungan tarif pelayanan pemeriksaan gigi dengan menggunakan metode Activity Based Costing di dapatkan hasil yang lebih akurat. Saran bagi pihak manajemen Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar mulai mempertimbangkan mengenai perhitungan tarif pelayanan pemeriksaan gigi dengan menggunakan metode Activity Based Costing agar didapatkan tarif yang akurat.
Kata kunci: Activity based costing, pemicu biaya.
v Abstract
Hospital is a health service institution that aims to realize an optimal degree of health for the community. Therefore, hospitals really need a complete form of information, especially in Unit Costs. Hospital PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar in determining rates are still based on estimates, appropriateness and comparison with similar hospital rates thus causing distortion in determining rates. The types of service studied is dental examination because of more demand. This type of research is quantitative which is descriptive comparative. This study aims to compare the rates of dental examination services at hospital PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar with rates for dental examination services using the Activity Based Costing methods. The results of the calculation of dental inspection service rates using the Activity Based Costing method get a percentage of the extraction service of 20,25%, tooth extraction with abnormalities of 51,66%, post extraction treatment of 11,16%, and retrieval of tooth extraction of 34,90%. This is because the Activity Based Costing method of overhead costs for each product is charged to many cost drivers, so that it is able to allocate Activity costs to each dental inspection service appropriately based on the consumption of each activity. The conclusion that the results of the calculation of dental inspection services using the Activity Based Costing method get more accurate results. Suggestions for the management of the hospital PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar began to consider the calculation of rates for dental examination services using the Activity Based Costing method to obtain accurate rates.
Keywords: Activity based costing, cost driver.
vi
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Unit Cost dengan Metode Activity Based Costing pada Pelayanan Pemeriksaan
Gigi di Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D., selaku Ketua Penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Dr. Juanita, S.E., M.Kes., dan Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Penguji I dan Penguji II yang telah memberikan
vii
bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan.
7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan kesehatan.
8. dr. Gunawan, selaku Manager Operasional PT Prima Medica Nusantara yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis.
9. drg. M. Irfan R. Mantondang, selaku Dokter Gigi Rumah Sakit Balimbingan Pematangsiantar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan telah memberikan nasehat serta masukan kepada penulis.
10. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Rahmat Noor dan Mesni yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil, do’a dan kasih sayang kepada penulis selama ini, serta saudara penulis Kiki Kesuma dan Nurul Hidayah.
Penulis menyadari penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Mei 2019
Sry Kartini
viii Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Riwayat Hidup xvii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Tujuan umum 9
Tujuan khusus 9
Manfaat Penelitian 9
Tinjauan Pustaka 11
Rumah Sakit 11
Pengertian rumah sakit 11
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 12
Tugas rumah sakit 12
Fungsi rumah sakit 12
Pelayanan Kesehatan Gigi 12
Administrasi pelayanan 12
Pemeriksaan pengobatan 13
Konsultasi medis 13
Premedikasi 13
Kegawat daruratan oro-dental 13
Pencabutan gigi sulung 14
Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit 14
Obat pasca ekstraksi 14
Tumpatan komposit/gic 14
Skelling gigi 15
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Pemeriksaan Gigi
15
Pencabutan gigi 15
ix
Urutan kerja pencabutan gigi 16
Pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi 16
Pencabutan gigi dengan kelainan 17
Urutan kerja pencabutan gigi dengan kelainan 17 Pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi dengan kelainan 18
Perawatan gigi dengan post ekstraksi 18
Urutan kerja perawatan gigi dengan post ekstraksi 18 Pelaksanaan perawatan gigi dengan post ekstraksi 19
Pengambilan gigi terpendam 19
Urutan kerja pengambilan gigi terpendam 20
Pelaksanaan pengambilan gigi terpendam 20
Biaya 21
Pengertian biaya 21
Klasifikasi biaya 21
Biaya Satuan (Unit Cost) 26
Metode Activity Based Costing (ABC) 26
Pengertian metode activity based costing (ABC) 26 Konsep dasar metode activity based costing (ABC) 27 Struktur sistem activity based costing (ABC) 28 Langkah-langkah Pembebanan Biaya Overhead pada Activity
Based Costing
29
Cost Driver 31
Landasan Teori 32
Kerangka Konsep 33
Metode Penelitian 34
Jenis Penelitian 34
Lokasi dan Waktu Penelitian 34
Variabel dan Definisi Operasional 34
Metode Pengumpulan Data 35
Teknik Pengumpulan Data Metode Pengukuran
35 36
Metode Analisis Data 36
Hasil Penelitian 38
Gambaran Umum Unit Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
38 Gambaran Umum Pelayanan Pemeriksaa Gigi Unit Rumah
Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
38 Penyajian Data Pelayanan Pemeriksaan Gigi Unit Rumah
Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
39 Tarif Produk Pelayanan Pemeriksaan Gigi Unit Rumah Sakit
PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
40 Besaran Kapitasi Klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
pada Fasilitas Kesehatan Gigi dan Besaran Biaya yang Diperoleh Rumah Sakit Balimbingan Pematangsiantar
41
x
Penentuan Harga Pokok Pelayanan Pemeriksaan Gigi Unit Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
41
Data Pendukung Activity Based Costing 42
Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) dengan Metode ABC 42 Mengidentifikasi aktivitas dan driver aktivitas 42 Mengklasifikasi aktivitas berdasarkan tingkat aktivitas 42 Mengidentifikasi sumber daya dan biaya sumber daya 42 Pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas 51
Menghitung tarif aktivitas 52
Pembebanan biaya aktivitas ke produk 52
Perbandingan Tarif Pelayanan Pemeriksaan Gigi Unit Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar dengan Tarif Perhitungan Menggunakan Metode ABC
53
Pembahasan 55
Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost) dengan Metode Activity Based Costing (ABC) pada Pelayanan Pemeriksaan Gigi di Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
55
Keterbatasan Penelitian 60
Kesimpulan dan Saran 61
Kesimpulan 61
Saran 62
Daftar Pustaka 63
Lampiran 66
xi Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Perbedaan dari Setiap Metode Analisis Biaya 25 2 Tarif Produk Pelayanan Pemeriksaan Gigi Unit Rumah Sakit
PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
40
3 Besaran Kapitasi Klaim RJTP pada Fasilitas Kesehatan Gigi dan Besaran Biaya yang Diperoleh Rumah Sakit Balimbingan Pematangsiantar
41
4 Aktivitas dan Driver Aktivitas Pelayanan Pemeriksaan Gigi Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar Tahun 2017
72
5 Klasifikasi Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas Tahun 2017
76
6 Mengidentifikasi Biaya Overhead Pencabutan Gigi Tahun 2017
43
7 Mengidentifikasi Biaya Overhead Pencabutan Gigi dengan Kelainan Tahun 2017
44
8 Mengidentifikasi Biaya Overhead Pencabutan Gigi dengan Kelainan Tahun 2017
45
9 Mengidentifikasi Biaya Overhead Pengambilan Gigi Terpendam Tahun 2017
46
10 Mengidentifikasi Biaya BHP Pencabutan Gigi Tahun 2017 47 11 Mengidentifikasi Biaya BHP Pencabutan Gigi dengan
Kelainan Tahun 2017
47
12 Mengidentifikasi Biaya BHP Perawatan Post Ekstraksi Tahun 2017
48
13 Mengidentifikasi Biaya BHP Pengambilan Gigi Terpendam Tahun 2017
49
14 Mengidentifikasi Biaya Tenaga Kerja Pelayanan Pemeriksaan Gigi Tahun 2017
49
xii
15 Mengidentifikasi Biaya Gedung Pelayanan Pemeriksaan Gigi Tahun 2017
50
16 Mengidentifikasi Biaya Listrik Ruang Poli Gigi Tahun 2017
50
17 Biaya Overhead Pelayanan Pemeriksaan Gigi Tahun 2017 51 18 Pembebanan Biaya Overhead pada Aktivitas Pelayanan
Pemeriksaan Gigi Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar Tahun 2017
78
19 Pembebanan Biaya Tenaga Kerja pada Aktivitas Pelayanan Pemeriksaan Gigi Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
83
20 Hasil Tarif Pelayanan Pemeriksaan Gigi dengan Cost Driver yang Sesungguhnya
52
21 Tarif Akhir Pelayanan Pemeriksaan Gigi Ditambah Laba Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
52
22 Total Biaya Aktivitas Pelayanan Pencabutan Gigi Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar Tahun 2017
92
23 Total Biaya Aktivitas Pelayanan Pencabutan Gigi dengan Kelainan Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar Tahun 2017
92
24 Total Biaya Aktivitas Perawatan Post Ekstraksi Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar Tahun 2017
94
25 Total Biaya Aktivitas Pengambilan Gigi Terpendam Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar Tahun 2017
95
26 Perbandingan Tarif Pelayanan Pemeriksaan Gigi Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar dengan Tarif Perhitungan Menggunakan Metode ABC
53
27 Tarif Aktivitas Pencabutan Gigi Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
96
28 Tarif Aktivitas Pencabutan Gigi dengan Kelainan Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
97
29 Tarif Aktivitas Perawatan Post Ekstraksi Unit RS PTPN IV 98
xiii Balimbingan Pematangsiantar
30 Tarif Aktivitas Pengambilan Gigi Terpendam Unit RS PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar
99
xiv Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka konsep 33
xv
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Permohonan Izin Penelitian 66
2 Izin Penelitian 67
3 Surat Selesai Penelitian 68
4 Dokumentasi Penelitian 69
5 Hasil Penelitian 72
6 Template Perhitungan 100
xvi Daftar Istilah
JKN Jaminan Kesehatan Nasional
PDGI Persatuan Dokter Gigi Indonesia INA-CBG’s Indonesia Case Based Group
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama RJTP Rawat Jalan Tingkat Pertama
RKAP Rencana Kerja Anggaran Perusahaan ABC Activity based costing
SDM Sumber Daya Manusia
BUMN Badan Usaha Milik Negara
SOP Standar Operasional Prosedur APD Alat Pelindung Diri
FASKES Fasilitas Kesehatan
SPI Satuan Pengawas Intern
HRD Human Resources Departement
RAB Rencana Anggaran Pengadaan / Belanja RPK Rencana Pelaksanaan Kegiatan
THT Telinga Hidung Tenggorokan
KB Keluarga Berencana
EKG Elektrokardiogram
USG Ultrasonography
VCT Voluntary Counseliing and Testing
BHP Bahan Habis Pakai
RS Rumah Sakit
xvii Riwayat Hidup
Penulis bernama Sry Kartini berumur 23 tahun, dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 22 Maret 1996. Penulis beragama Islam, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rahmat Noor dan Ibu Mesni.
Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar Negeri Inpress 124397 Pematangsiantar Tahun 2002-2007, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 9 Pematangsiantar Tahun 2007-2011, sekolah menengah atas di SMA Swasta Perguruan Keluarga Pematangsiantar Tahun 2011-2014 selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Mei 2019
Sry Kartini
1 Pendahuluan
Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit). Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Konsep upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif) ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk Rumah Sakit.
Tugas utama dari Rumah Sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Salah satu dari pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan gigi yang meliputi administrasi pelayanan, pemeriksaan, pengobatan, konsultasi medis, premedikasi atau penggunaan obat-obat sebelum induksi anastesi, kegawat daruratan oro-dental/tindakan kedokteran gigi, pencabutan gigi sulung/gigi yang pertama kali tumbuh, pencabutan gigi permanen tanpa penyulit/pencabutan hingga akar gigi tanpa disertai faktor penyulit, obat pasca ekstraksi/obat setelah pencabutan gigi, tumpatan komposit/GIC atau tumpatan dengan warna gigi berbahan plastik bercampur dengan glass (silicon dioxide) dan skeling gigi atau membersihkan karang gigi (Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan).
Dalam hal mewujudkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dengan pertimbangan untuk memberikan jaminan sosial dalam mengembangkan Universal Health Coverage (UHC) untuk seluruh rakyat Indonesia, dan menetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai badan penyelenggara program jaminan kesehatan yang implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014.
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
(PMK No.52 Tahun 2016).
Pelayanan Jaminan Kesehatan (JKN) merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah.
Konsep pelaksanaan Sistem JKN di Indonesia saat ini membagi pelayanan menjadi tiga struktur pelayanan yaitu pelayanan tingkat primer, pelayanan tingkat sekunder dan pelayanan tingkat tersier. Panduan Pelaksanaan Pelayanan Kedokteran Gigi (PDGI) sebagai organisasi profesi bidang kedokteran gigi telah menetapkan bahwa pelayanan gigi berada dalam strata pelayanan tingkat primer dan tingkat sekunder pada Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
Sistem pembayaran yang digunakan dalam sistem JKN untuk pelayanan tingkat primer adalah sistem kapitasi, sedangkan untuk pelayanan tingkat
3
sekunder dengan menggunakan sistem Indonesia Case Based Group (INA- CBG’s). Pelayanan pemeriksaan gigi termasuk dalam pelayanan tingkat primer karena memenuhi syarat diagnosa penyakit yaitu penyakit yang paling sering terjadi, penyakit yang memiliki resiko tinggi, sehingga sistem pembiayaan yang digunakan adalah sistem kapitasi (Panduan Pelaksanaan Pelayanan Kedokteran Gigi).
Pelayanan tingkat primer berfungsi sebagai gate-keeper (mengontrol akses) pada pemberian pelayanan kesehatan gigi yang diharapkan dapat menyelesaikan keluhan masyarakat akan kesehatan gigi sehingga masyarakat tidak perlu mengorbankan sumber daya yang lebih besar untuk mendapatkan perawatan yang sesungguhnya di setiap Rumah Sakit.
Rumah Sakit Balimbingan adalah salah satu dari tiga unit Rumah Sakit di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Selain Rumah Sakit Laras dan Rumah Sakit Pabatu, dibawah koordinasi Direktur SDM dan Umum yang berkedudukan di jalan Gajah Mada No.47 Medan. Rumah Sakit Balimbingan merupakan Rumah Sakit BUMN tipe C. Rumah Sakit Balimbingan memiliki beberapa unit dalam memberikan pelayanan kesehatan. Poliklinik Gigi merupakan salah satu unit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat salah satunya adalah pekerja dan tanggungan, dan pensiunan dari Rumah Sakit Balimbingan. Poliklinik Gigi Rumah Sakit Balimbingan terdiri dari satu Dokter Gigi dan 1 Perawat Gigi (Profil PT. PMN Unit RS Balimbingan).
Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang memiliki unit kerja dengan salah satunya adalah unit kerja
poli gigi yang merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bersifat spesialistik yang terdiri dari Pemeriksaan Gigi, Tambal Gigi, Perawatan Syaraf Gigi, Perawatan Abces/benjolan berisi nanah pada gigi, Pemasangan Gigi Palsu dan Pelayanan Gigi lainnya. Kunjungan terbanyak dari pelayanan ini adalah pelayanan pemeriksaan gigi dengan jumlah pasien pada pencabutan gigi sebanyak 134 orang, pencabutan gigi dengan kelainan 132 orang, perawatan post ekstraksi 26 orang, pengambilan gigi terpendam 5 orang dan dalam setahun (2017) jumlah pasien pelayanan pemeriksaan gigi sebanyak 297 orang sehingga penelitian ini hanya berfokus pada pelayanan pemeriksaan Gigi (data RS Balimbingan).
Pelayanan Pemeriksaan Gigi terdiri dari Pencabutan Gigi, Pencabutan Gigi dengan kelainan, Perawatan Gigi Post Ekstraksi dan Pengambilan Gigi terpendam. Jumlah tarif Pencabutan gigi Rp.60.000, Pencabutan Gigi dengan Kelainan Rp.100.000, Perawatan Gigi Post Ekstraksi Rp.50.000, Pengambilan Gigi Terpendam Rp.720.000. Tarif yang berlaku pada Pelayanan gigi sendiri berdasarkan tarif Pelayanan Gigi yang telah ditentukan oleh unit kerja PT. Prima Medica Nusantara Medan. PT. Prima Medica Nusantara (RS PTPN IV Balimbingan) mempunyai tugas membantu kepala kebun Balimbingan dalam melaksanakan pelayanan manajemen dan pengelolaan di bidang kesehatan.
Pelayanan pemeriksaan gigi menggunakan sistem pembiayaan kapitasi dengan besaran kapitasi klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) adalah Rp.
8.000 - Rp. 10.000 per jiwa sedangkan besaran biaya yang diperoleh dari Rumah Sakit Balimbingan adalah Rp. 20.264 per jiwa. Sehingga diperoleh bahwa Rumah Sakit Balimbingan mendapatkan keuntungan yang besar dari tindakan pelayanan
5
gigi yang dilakukan. Besaran biaya diperoleh dari pendapatan realisasi sebesar Rp. 120.946.176 dikurang dengan pendapatan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau disebut dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar Rp. 103.823.000 sehingga didapatkan hasil akhir sebesar Rp. 17.123.176.
Besaran biaya yang didapatkan kemudian dibagi dengan jumlah pasien keseluruhan poli gigi 845 orang dan didapatkan hasil akhir besaran biaya per pasien sebesar Rp. 20.264. Sistem kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan (Permenkes RI No.59 Tahun 2014).
Pendapatan realisasi lebih besar dibandingkan dengan target RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) yang menghasilkan besaran biaya yang besar bila dibandingkan Besaran kapitasi klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP). Pelayanan pemeriksaan gigi di Unit Rumah Sakit Balimbingan perlu dilakukan peninjauan ulang untuk mendapatkan tarif yang relevan agar tidak merugikan pihak pasien yang menggunakan jasa pelayanan pemeriksaan gigi.
Penentuan tarif jasa pelayanan gigi merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi profitabilitas Rumah Sakit.
Dalam pasal 6 Permenkes RI No. 85 Tahun 2015 tentang pola tarif Nasional Rumah Sakit yang ditetapkan berdasarkan biaya satuan pembiayaan (unit cost) dan dengan memperhatikan kondisi regional. Dari keputusan tersebut, pemerintah, swasta ataupun BUMN yang mendirikan Rumah Sakit harus mulai
sadar akan pentingnya perhitungan tarif yang relevan. Dengan kata lain, pelayanan Rumah Sakit dapat diarahkan ke bentuk upaya kesehatan yang bersifat sosial tetapi berusaha agar bisa mendapatkan surplus keuangan dengan cara pengelolaan yang profesional.
Perhitungan biaya satuan (Unit Cost) bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perencanaan anggaran, pengendalian biaya, penetapan harga, penetapan subsidi serta membantu pengambilan keputusan. Hal ini dapat dilakukan agar keseimbangan antara pendapatan dengan biaya produksi rumah sakit dapat direncanakan dengan sebaik mungkin. Sehingga untuk mengendalikan biaya, pihak rumah sakit memerlukan suatu metode perhitungan biaya yang tepat guna menghasilkan informasi biaya yang akurat yang berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya. Oleh karena itu, rumah sakit memerlukan suatu strategi untuk dapat membantu meningkatkan daya saing yang unggul dan dapat melakukan efisiensi dalam melakukan aktivitasnya.
Sehingga perlu diterapkan sistem penentuan harga pokok produk berdasar- kan aktivitasnya (activity based) atau lebih dikenal dengan nama Activity Based Costing. Activity based costing (ABC) merupakan sebuah sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasikan bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada dari aktivitas tersebut. Activity based costing (ABC) memfokuskan dari biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi, menjalankan, dan mendistribusikan atau untuk menunjang produk yang bersangkutan, artinya ABC menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh
7
aktivitas yang menghasilkan produk sehingga pendekatan ini menggunakan cost driver pada aktivitas yang menimbulkan biaya. Disamping itu dengan menggunakan Activity Based Costing mampu mengukur secara cermat biaya- biaya yang keluar dari setiap aktivitas untuk menghasilkan tarif yang tepat untuk setiap jenis tindakan pelayanan pemeriksaan giginya.
Berdasarkan penelitian terdahulu Jasmaniar (2017) di RSUD Padang Pariaman mengenai perhitungan biaya satuan tindakan gigi dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) ditemukan bahwa tarif tindakan gigi lebih besar yang dihitung dengan menggunakan metode ABC dibandingkan dengan tarif yang berlaku saat ini di RSUD Padang Pariaman.
Berdasarkan penelitian terdahulu Sugiyanti, Nuryadi, Sandra (2013) mengenai perhitungan Unit Cost pada Poli Mata dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC), bahwa diperoleh biaya satuan (Unit Cost) dari setiap jenis pelayanan mata ada yang lebih besar dari tarif yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit dan ada pula tarif yang lebih kecil.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Unit Rumah Sakit Balimbingan Pematangsiantar, peneliti melakukan diskusi langsung dengan Dokter Gigi dan Perawat Gigi bahwa analisis biaya Unit Cost di unit rumah sakit balimbingan belum pernah melakukan perhitungan Unit Cost dengan metode Activity Based Costing (ABC) pada pelayanan pemeriksaan gigi. Penentuan tarif pelayanan pemeriksaan gigi belum pernah dihitung secara benar, karena penetapan tarif lebih berdasarkan pada perkiraan, kepantasan, dan perbandingan dengan tarif rumah sakit lain yang sejenis. Hal ini menyebabkan terjadinya
distorsi dalam penentuan tarif, sehingga kenyataannya menimbulkan perhitungan yang tidak tepat, berbeda jika menggunakan Activity Based Costing yang dapat memperhitungkan biaya dan menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat karena menggunakan lebih dari satu cost driver (suatu kejadian yang menimbulkan biaya).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Unit Cost dengan Metode Activity Based Costing pada Pelayanan Pemeriksaan Gigi di Rumah Sakit PTPN IV
Balimbingan Pematangsiantar”.
Perumusan Masalah
Penentuan tarif pelayanan pemeriksaan gigi belum pernah dihitung secara benar, karena penetapan tarif lebih berdasarkan pada perkiraan, kepantasan, dan perbandingan dengan tarif rumah sakit lain yang sejenis. Hal ini menyebabkan terjadinya distorsi dalam penentuan tarif, sehingga kenyataannya menimbulkan perhitungan yang tidak tepat, berbeda jika menggunakan Activity Based Costing yang dapat memperhitungkan biaya dan menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat karena menggunakan lebih dari satu cost driver (suatu kejadian yang menimbulkan biaya). Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menghitung unit cost dengan metode activity based costing (ABC) pada Pelayanan Pemeriksaan Gigi di Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar?
9
2. Bagaimana perbandingan perhitungan tarif pelayanan pemeriksaan gigi Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar dengan perhitungan menggunakan Activity Based Costing (ABC)?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan biaya satuan (unit cost) dengan metode activity based costing (ABC) pada Pelayanan Pemeriksaan gigi di Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar.
Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hasil perhitungan dari Unit Cost dengan metode Activity Based Costing pada Pelayanan Pemeriksaan Gigi di Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar.
2. Untuk mengetahui perbandingan tarif Pelayanan Pemeriksaan Gigi Rumah Sakit PTPN IV Balimbingan Pematangsiantar dengan perhitungan menggunakan Activity Based Costing (ABC).
Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit Balimbingan, diharapkan dapat membantu Rumah Sakit memberikan masukan informasi mengenai cara perhitungan Unit Cost dengan metode Activity Based Costing (ABC).
2. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi tambahan bagi peneliti lain, dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian yang
terkait dengan perhitungan Unit Cost dengan metode Activity Based Costing (ABC) di Rumah Sakit.
3. Bagi pihak lainnya, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini berguna sebagai bacaan yang berguna untuk menambah pengetahuan dan sebagai panduan bagi penelitan lain yang akan melakukan penelitian pada masalah yang sama.
11
Tinjauan Pustaka
Rumah Sakit
Pengertian Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit).
Pelayanan kesehatan Rumah Sakit terdiri dari berbagai jenis mulai dari yang sederhana sampai yang canggih sesuai dengan kemampuan dan kelas rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Rumah Sakit Publik. Rumah Sakit Publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit Publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit Publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat.
2. Rumah Sakit Privat. Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas Rumah Sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
Fungsi Rumah Sakit. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 rumah sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Pelayanan Kesehatan Gigi
Administrasi pelayanan. Administrasi pelayanan merupakan sistem pelayanan suatu kegiatan yang berhubungan dengan seluruh proses administrasi atau urutan kegiatan pada suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan
13
kemudahan kepada masyarakat yang mempunyai kepentingan dalam organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan pengobatan. Pemeriksaan pengobatan bertujuan untuk memastikan kondisi kesehatan, mengantisipasi gangguan kesehatan yang dapat berkembang menjadi penyakit dan penanganan segera jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suatu kondisi khusus atau penyakit dan gangguan terkait kondisi fisik seseorang.
Konsultasi medis. Konsultasi medis adalah perundingan antara pemberi dan penerima layanan kesehatan yang bertujuan mencari penyebab timbulnya penyakit dan menentukan cara pengobatannya.
Premedikasi. Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik akan menghilangkan rasa sakit. Tujuan dari pemberian premedikasi yaitu:
1. Untuk relaksasi otot sehingga terjadi immobilisasi dan hiporefleksi 2. Untuk memberikan analgesia (menghilangkan rasa sakit)
3. Untuk memperoleh induksi anestesi yang perlahan dan aman, stadium anestesi yang stabil dan pemulihan dari anestesi yang baik dan
4. Untuk mengurangi dosis obat anestesi sehingga efek samping dapat dikurangi.
Kegawat daruratan oro-dental. Kegawat daruratan oro-dental merupakan kejadian yang tidak terduga pada tindakan gigi yang memerlukan penanganan segera secara cepat, tepat dan terarah.
Pencabutan gigi sulung. Pencabutan gigi sulung/gigi susu adalah pencabutan gigi yang pertama kali tumbuh. Gigi sulung yang telah dicabut kemudian akan tanggal dan digantikan dengan gigi permanen.
Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit. Tindakan pencabutan gigi permanen tanpa penyulit adalah tindakan pencabutan pada gigi permanen/dewasa tanpa disertai faktor penyulit berupa gigi impaksi, hipersementosis, akar bengkok, membutuhkan insisi dan pembuangan jaringan tulang atau pasien dengan penyakit sistemik yang menyertai.
Obat pasca ekstraksi. Ekstraksi gigi adalah suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
Obat pasca ekstraksi sendiri merupakan pemberian obat setelah melakukan tindakan pencabutan gigi.
Tumpatan komposit/gic. Komposit adalah bahan tumpatan dengan warna gigi berbahan plastik bercampur dengan glass (silicon dioxide).
Langkah-langkah dalam melakukan tumpatan komposit yaitu:
1. Membuang bagian gigi yang rusak termasuk bial terdapat tumpatan lama dengan menggunakan bor kecepatan tinggi
2. Kemudian dilakukan pembersihan dan pengeringan gigi
3. Meletakkan bahan etsa asam sehingga dapat membantu bahan tumpatan melekat
4. Kemudian bahan diaplikasikan di gigi dan dilakukan penyinaran sehingga bahan tumpatan menjadi keras
15
Skelling gigi. Skelling gigi merupakan proses membuang karang gigi dari
permukaan bagian atas gusi dan bawah gusi yang dapat menyebabkan inflamasi untuk memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Pemeriksaan Gigi
Pelayanan medik gigi dan mulut adalah pelayanan paripurna meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di rumah sakit. Kesehatan gigi dan mulut adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-unsur yang berhubungan dalam rongga mulut, yang memungkinkan individu makan, berbicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Permenkes RI Nomor 89 Tahun 2015).
Pelayanan pemeriksaan gigi memiliki beberapa aktivitas diantaranya yaitu pencabutan gigi, pencabutan gigi dengan kelainan, perawatan gigi dengan post ekstraksi dan pengambilan gigi terpendam.
Pencabutan gigi. Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur pengeluaran gigi dari Alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Tujuannya adalah sebagai pedoman petugas agar dapat melakukan asistensi tindakan Pencabutan Gigi dengan benar. Alat yang digunakan dalam melakukan tindakan pencabutan gigi adalah bein, tang gigi, nierbeken, pinset, kaca mulut. Bahan yang digunakan yaitu kapas, jarum suntik, anastesi, sarung tangan dan masker.
Urutan kerja pencabutan gigi. Adapun urutan kerja pencabutan gigi yaitu sebagai berikut:
1. Pasien datang 2. Pendaftaran pasien 3. Klinik yang dituju 4. Pasien menunggu
5. Pasien dipanggil/dipersilahkan masuk 6. Pencocokan data pasien
7. Pemeriksaan tekanan darah 8. Menyiapkan formulir pasien
9. Melakukan wawancara pasien/keluarga 10. Mengatur posisi duduk pasien
11. Menyiapkan jarum suntik, obat anastesi, kapas dan APD 12. Menyiapkan bein, tang gigi, nierbeken, kaca mulut dan pinset 13. Melakukan tindakan pencabutan gigi
14. Melakukan pencatatan pada buku tindakan 15. Mencuci dan mensterilkan alat
16. Input data
Pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi. Pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi adalah:
1. Pembiusan lokal anastesi pada pasien
2. Melakukan tindakan melonggarkan gigi dari jaringan lunak dan jaringan padat disekitar gigi dengan bein
17
3. Pencabutan gigi dengan tang gigi
Pencabutan gigi dengan kelainan. Pencabutan gigi dengan kelainan merupakan suatu prosedur pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut terdapat kerusakan dan sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
Tujuannya adalah sebagai pedoman petugas agar dapat melakukan asistensi tindakan pencabutan gigi dengan komplikasi dengan benar. Alat yang digunakan yaitu bein, tang gigi, nierbeken, kaca mulut, pinset, bor gigi. Bahan yang digunakan yaitu kapas, jarum suntik, anastesi, sarung tangan dan masker.
Urutan kerja pencabutan gigi dengan kelainan. Adapun urutan kerja pencabutan gigi dengan kelainan yaitu:
1. Pasien datang 2. Pendaftaran pasien 3. Klinik yang dituju 4. Pasien menunggu
5. Pasien dipanggil/dipersilahkan masuk 6. Pencocokan data pasien
7. Pemeriksaan tekanan darah 8. Menyiapkan formulir pasien
9. Melakukan wawancara pasien/keluarga 10. Mengatur posisi duduk pasien
11. Menyiapkan jarum suntik, obat anastesi, kapas dan APD
12. Menyiapkan bein, tang gigi, bor gigi, nierbeken, kaca mulut dan pinset
13. Melakukan tindakan pencabutan gigi dengan kelainan 14. Melakukan pencatatan pada buku tindakan
15. Mencuci dan mensterilkan alat 16. Input data
Pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi dengan kelainan. Pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi dengan kelainan adalah: (1) Pembiusan lokal anastesi pada pasien. (2) Melakukan tindakan melonggarkan gigi dari jaringan lunak dan jaringan padat disekitar gigi dengan bein. (3) Melakukan tindakan separasi/pembelahan pada bagian gigi yang fraktur dengan bor gigi. (4) Pencabutan gigi dengan tang gigi
Perawatan gigi dengan post ekstraksi. Perawatan gigi dengan post ekstraksi adalah perawatan setelah melakukan pencabutan gigi agar tidak terjadi pendarahan, rasa sakit, infeksi dan pembengkakan. Tujuannya adalah sebagai pedoman petugas agar dapat melakukan asistensi tindakan Perawatan Dry Socket dengan benar. Alat yang digunakan adalah sonde, nierbeken, pinset, kaca mulut.
Alat yang digunakan antara lain kapas, jarum suntik, anastesi, sarung tangan dan masker.
Urutan kerja perawatan gigi dengan post ekstraksi. Adapun urutan kerja perawatan gigi dengan post ekstraksi adalah:
1. Pasien datang 2. Pendaftaran pasien 3. Klinik yang dituju 4. Pasien menunggu
19
5. Pasien dipanggil/dipersilahkan masuk 6. Pencocokan data pasien
7. Pemeriksaan tekanan darah 8. Menyiapkan formulir pasien
9. Melakukan wawancara pasien/keluarga 10. Mengatur posisi duduk pasien
11. Menyiapkan jarum suntik, obat anastesi, kapas dan APD 12. Menyiapkan nierbeken, pinset, kaca mulut dan sonde 13. Melakukan tindakan perawatan post ekstraksi
14. Melakukan pencatatan pada buku tindakan 15. Mencuci dan mensterilkan alat
16. Input data
Pelaksanaan perawatan gigi dengan post ekstraksi. Ada beberapa kegiatan pelaksanaan perawatan gigi dengan post ekstraksi yaitu:
1. Pembiusan lokal anastesi pada pasien
2. Melakukan tindakan pembuatan luka baru pada daerah yang terpapar dry socket
3. Pemberian obat pada jaringan lunak yang terpapar dry socket
Pengambilan gigi terpendam. Pengambilan gigi terpendam yaitu melakukan pembelahan dan mencabut gigi bungsu dengan kemudian melakukan penjahitan pasca pembedahan. Tujuannya adalah sebagai pedoman petugas agar dapat melakukan asistensi tindakan pengambilan gigi terpendam dengan benar.
Alat yang digunakan jarum jahit gigi (suture needle), benang jahit gigi, pinset, bor
gigi, bein, tang gigi, nierbeken, gunting, kaca mulut. Bahan yang digunakan kapas, jarum suntik, anastesi, sarung tangan dan masker.
Urutan kerja pengambilan gigi terpendam. Adapun urutan kerja pengambilan gigi terpendam yaitu sebagai berikut:
1. Pasien datang 2. Pendaftaran pasien 3. Klinik yang dituju 4. Pasien menunggu
5. Pasien dipanggil/dipersilahkan masuk 6. Pencocokan data pasien
7. Pemeriksaan tekanan darah 8. Menyiapkan formulir pasien
9. Melakukan wawancara pasien/keluarga 10. Mengatur posisi duduk pasien
11. Menyiapkan jarum suntik, obat anastesi, kapas dan APD
12. Menyiapkan bor gigi, jarum jahit gigi, benang jahit gigi, gunting, nierbeken, bein dan tang gigi
13. Melakukan tindakan pengambilan gigi terpendam 14. Melakukan pencatatan pada buku tindakan 15. Mencuci dan mensterilkan alat
16. Input data
Pelaksanaan pengambilan gigi terpendam. Terdapat beberapa kegiatan pelaksanaan pengambilan gigi terpendam yaitu:
21
1. Pembiusan lokal anastesi pada pasien
2. Melakukan tindakan pembedahan flap gigi dari jaringan lunak disekitar gigi 3. Melakukan tindakan separasi/pembelahan pada jaringan gigi yang
terpendam
4. Pencabutan gigi dengan tang gigi 5. Penjahitan luka pasca pembedahan Biaya
Pengertian biaya. Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapat barang dan jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi. Menurut Mulyadi (2014), biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Nilai sumber ekonomis yang telah dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya historis, yaitu biaya yang telah terjadi di masa lalu dan nilai sumber ekonomis yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya masa yang akan datang.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa barang dan jasa yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.
Klasifikasi biaya. Kemudahan penelusuran menunjukkan mudah atau tidaknya penelusuran biaya hingga ke objek biayanya. Semakin mudah biaya tersebut ditelusuri ke objek biayanya, semakin akurat pembebanan biaya tersebut
ke objek biayanya. Objek biaya (cost object) adalah segala sesuatu yang akan diukur dan dihitung biayanya (Riwayadi, 2016).
1. Klasifikasi biaya berdasarkan kemudahan penelusuran biaya.
Klasifikasi tersebut terbagi menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi pada suatu segmen dan terjadinya karena adanya segmen tersebut. Biaya ini merupakan biaya yang dapat ditelusuri dengan jelas dan nyata ke bagian segmen tertentu yang akan dianalisis. “Akurat” berarti biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh objek biaya tersebut dapat dihitung secara akurat karena tidak memerlukan “alokasi biaya”.
Biaya yang dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke objek biaya adalah biaya untuk sumber daya (resources) yang semata-mata dikonsumsi oleh objek biaya tersebut. Karena sumber dayanya hanya dikonsumsi oleh objek biaya tertentu, biaya sumber daya tersebut dapat sepenuhnya dibebankan ke objek biaya tersebut.
Biaya langsung meliputi biaya rawat inap pasien per malam, biaya pemeriksaan, konsultasi, penunjang/laboratorium/alat, biaya tindakan medis, obat serta biaya administrasi. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke objek biaya. Hal itu karena biayanya dikonsumsi secara bersama oleh beberapa objek biaya. Biaya tidak langsung disebut juga dengan biaya bersama (common cost). Biaya ini dibebankan kepada produk dengan menggunakan alokasi. Keakuratan pembebanan biaya ke objek biaya sangat dipengaruhi oleh keakuratan pemilihan dasar alokasi. Jika dasar alokasinya tidak akurat, pembebanan biaya ke objek biaya juga tidak akurat. Oleh karena itu, masalah utama dalam perhitungan biaya suatu objek biaya adalah
23
pembebanan biaya tidak langsung, yaitu bagaimana membebankannya kepada produk secara akurat agar tidak terjadi harga pokok produk terlalu tinggi (overcosting) atau terlalu rendah (undercosting).
2. Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi utama organisasi.
Klasifikasi tersebut terdiri dari biaya produksi, beban pemasaran, beban administrasi dan umum. Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi. Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Beban pemasaran (marketing expenses) adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi pemasaran. Contoh beban pemasaran adalah beban gaji karyawan pemasaran, beban iklan, dan ongkos angkut penjualan. Beban administrasi dan umum (administrative and general expenses) adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum. Contoh beban administrasi dan umum adalah beban gaji karyawan departemen personalia, beban penyusutan peralatan departemen akuntansi, dan beban perlengkapan departemen keuangan.
3. Klasifikasi biaya berdasarkan perilaku biaya.
Klasaifikasi tersebut terdiri dari biaya tetap, biaya variabel, biaya semivariabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang totalnya tetap tanpa dipengaruhi oleh perubahan output driver aktivitas dalam batasan relevan tertentu, sedangkan biaya per unit berubah berbanding terbalik dengan perubahan output driver aktivitas. Semakin tinggi output driver aktivitas, semakin rendah biaya per unit. Sebaliknya, semakin rendah output driver aktivitas, semakin tinggi biaya per unitnya. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang totalnya berubah secara
proporsional terhadap perubahan output driver aktivitas, sedangkan biaya per unitnya tetap dalam batas relevan tertentu. Semakin tinggi output driver aktivitas, semakin tinggi total biayanya. Semakin rendah output driver aktivitas, semakin rendah total biayanya. Jika tidak ada aktivitas tidak akan ada biaya. Oleh karena itu, besar kecilnya biaya tergantung output driver aktivitasnya. Biaya semivariabel (semivariabel cost) adalah biaya yang totalnya berubah secara tidak proporsional seiring dengan perubahan output driver aktivitas dan biaya per unitnya berubah berbanding terbalik dengan perubahan output driver aktivitas.
Ada beberapa metode analisis biaya yang dikembangkan yaitu:
a. Sistem Biaya Tradisional
Dalam sistem secara tradisional dapat dilihat bahwa biaya-biaya yang terlibat biasanya hanya biaya langsung saja, yaitu biaya tenaga kerja dan biaya material. Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul biaya-biaya yang bisa digolongkan kedalam biaya langsung. Biaya-biaya tersebut seperti biaya reperasi, perawatan, utilitas, dan lain sebagainnya. Sistem biaya akan membebankan biaya tidak langsung kepada basis alokasi yang tidak representatif.
b. Double Distribution Method
Dalam metode ini pada tahap pertama dilakukan biaya yang dikeluarkan di unit penunjang ke unit penunjang lain dan unit produksi. Hasilnya sebagian biaya unit penunjang sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi sebagian masih berada di unit penunjang. Artinya, ada biaya yang tertinggal di unit penunjang, yaitu biaya yang diterimanya dari unit penunjang lainnya. Biaya yang masih berada di unit penunjang ini dalam tahap selanjutnya didistribusikan ke unit
25
produksi, sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. Karena dalam metode ini dilakukan dua kali distribusi maka metode tersebut disebut metode distrubusi ganda.
c. Activity Based Costing Method (ABC Method)
Metode ini merupakan metode terbaik dari berbagai metode analisis biaya yang ada. Metode ini merupakan alternatif penentuan harga pokok produk atau jasa yang saat ini cukup dikenal dan sangat relevan. Metode ini merupakan suatu sistem informasi pekerjaan atau aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai bagi konsumen.
Tabel 1
Perbedaan dari Setiap Metode Analisis Biaya Sistem Biaya
Tradisional
Activity Based Costing Method
Double Distribution Method
Alokasi biaya overhead berubah-ubah
Menggunakan aktivitas- aktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver akurat
Perhitungannya dilakukan dengan dua kali
pendistribusian Menggunakan satu cost
driver
Menggunakan lebih dari satu cost driver
Lembaga memiliki dua jenis unit yaitu unit penunjang dan unit produksi
Tidak dapat
memberikan gambaran lengkap
Memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu
Memakan waktu yang lama dalam
menganalisa hasil perhitungan
Hasil perhitungan yang didapat lebih akurat
Sulit dalam menelusuri pengeluaran modal
Mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah
Sulit meringkas informasi dengan mudah
Sumber: Riwayadi ( 2016)
Biaya Satuan (Unit Cost)
Unit Cost atau biaya satuan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu produk, dan merupakan biaya rata-rata hasil perhitungan dari biaya total dibagi sejumlah biaya produksi. Menurut Supriyono (2011) biaya satuan (Unit Cost) adalah seluruh biaya yang dibebankan dalam melaksanakan kegiatan produksi atau menghasilkan jasa atau kegiatan tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk atau jasa yang dihasilkan.
Manajemen rumah sakit sangat membutuhkan input dalam bentuk informasi yang lengkap. Hal ini bertujuan agar rumah sakit tetap mampu memberikan pelayanan yang bermutu serta mampu bertahan di tengah-tengah persaingan yang ketat. Salah satu informasi yang sangat diperlukan oleh manajemen rumah sakit adalah sebagai informasi dalam pengambilan keputusan dan menjalankan fungsinya adalah analisis biaya satuan (unit cost).
Metode Activity Based Costing (ABC)
Pengertian metode activity based costing (ABC). Metode Activity Based Costing system (ABC system) adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Metode biaya ABC diterapkan untuk berbagai jenis layanan baik kesehatan, perpustakaan, transportasi, keamanan, lembaga keuangan, logistic, hotel, layanan polisi dan lainnya. ABC System didesain untuk mendapatkan informasi biaya yang lebih akurat dan berlimpah untuk mengelola suatu bisnis agar menjadi lebih baik dan mendapatkan daya saing keuntungan. Metode ABC ini diperlukan manajemen
27
modern untuk meningkatkan kualitas dan output, menghilangkan waktu aktivitas yang tidak menambah nilai, mengefisienkan biaya, mengidentifikasi kegiatan yang mengonsumsi sumber daya dan meningkatkan kontrol terhadap kinerja perusahaan. Dengan ABC, suatu organisasi dapat memperkirakan elemen biaya dari seluruh produk dan layanan dengan baik yang dapat membantu menginformasikan keputusan perusahaan. Mengidentifikasi dan menghilangkan produk dan layanan yang tidak menguntungkan dan menurunkan harga yang terlalu mahal atau mengidentifikasi dan menghilangkan proses produksi atau layanan yang tidak efektif dan mengalokasikan konsep pemrosesan yang mengarah ke produk yang sama dengan hasil yang lebih baik.
Semakin derasnya arus teknologi dan informasi, perusahaan dituntut untuk lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global yang ditentukan oleh penerapan berbagai macam strategi perusahaan. Bervariasinya sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk, maka perusahaan pun harus dapat menggunakan sumber daya tersebut dengan lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. Perhitungan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk pun haruslah akurat, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif di pasar global.
Konsep dasar metode activity based costing (ABC). Activity based costing (ABC) adalah suatu sistem yang terfokuskan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Activity Based Costing menyediakan sebuah informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Dalam sistem Activity Based Costing, biaya ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk serta mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan bukan produk.
Struktur sistem activity based costing (ABC). Desain Activity Based Costing difokuskan pada kegiatan, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja pada peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan merupakan segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka Activity Based Costing System akan dapat menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha. Ada dua asumsi penting yang mendasari mengenai Metode Activity Based Costing, yaitu:
1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya
Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya.
2. Produk atau pelanggan jasa
Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut.
29
Langkah-Langkah Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based Costing
Metode Activity Based Costing akan dihasilkan perhitungan yang lebih akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasikan secara teliti aktivitas- aktivitas yang dilakukan manusia, mesin dan peralatan dalam menghasilkan suatu produk maupun jasa.
Berikut ini langkah-langkah pembebanan biaya overhead pada Activity Based Costing menurut Riwayadi (2016) yaitu:
1. Mengidentifikasi Aktivitas
Fokus perhitungan harga pokok produk berbasis aktivitas adalah aktivitas.
Aktivitas menunjukkan suatu tindakan kerja yang dilaksanakan. Aktivitas diturunkan dari suatu proses, karena untuk melaksanakan suatu proses diperlukan beberapa aktivitas yang saling berurutan.
2. Mengidentifikasi Sumber Daya dan Biaya Sumber Daya
Untuk menghitung biaya aktivitas, terlebih dahulu perlu diketahui sumber daya yang digunakan oleh setiap aktivitas. Setelah mengidentifikasi sumber daya yang digunakan oleh setiap aktivitas, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi macam-macam biaya dan menentukan besar biaya.
3. Mengklasifikasikan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas
Aktivitas dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat aktivitas yaitu aktivitas tingkat unit, aktivitas tingkat batch (kelompok unit), aktivitas tingkat produk, dan aktivitas tingkat fasilitas.
a. Aktivitas tingkat unit (Unit-level activities)
Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dilaksanakan setiap kali suatu unit produk dihasilkan. Biaya yang terkait dengan pelaksanaan aktivitas ini disebut biaya tingkat unit (Unit-level activities).
b. Aktivitas tingkat batch ( batch-level activities)
Aktivitas tingkat batch adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu kelompok unit (batch) produk dihasilkan. Biaya yang terkait dengan pelaksanaan aktivitas ini disebut biaya tingkat batch (batch-level costs).
c. Aktivitas tingkat produk (product-level activities)
Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung masing-masing jenis produk dan tidak terkait dengan batch produk yang dihasilkan atau setiap unit produk yang dihasilkan. Biaya yang terkait dengan pelaksanaan aktivitas ini disebut biaya tingkat produk (product-level cost).
d. Aktivitas tingkat fasilitas (facility-level activities)
Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang dilaksanakan untuk mendukung organisasi secara keseluruhan dan tidak dapat ditelusuri ke masing-masing jenis produk yang dihasilkan. Biaya yang terkait dengan pelaksanaan aktivitas ini disebut biaya tingkat fasilitas (facility-level cost).
4. Pembebanan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas
Pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas dengan tujuan untuk memperoleh biaya setiap aktivitas. Biaya setiap aktivitas dihitung dengan cara mengalikan waktu pelaksanaan aktivitas dengan masing-masing biaya
31
sumber daya. Kemudian untuk memperoleh total biaya aktivitas seluruhnya dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh biaya setiap aktivitas.
5. Menghitung tarif Aktivitas
Tarif aktivitas dihitung dengan membagi total biaya setiap aktivitas dengan kapasitas (konsumsi) driver masing-masing aktivitas.
6. Pembebanan Biaya Aktivitas ke Produk
Pembebanan biaya aktivitas ke produk dilakukan dengan cara menbagi tarif aktivitas dengan jumlah kapasitas driver aktivitas. Kemudian dikalikan dengan cost driver yang sesungguhnya.
Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya (cost driver) untuk setiap aktivitas.
Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
Cost Driver adalah kejadian atau aktivitas yang menyebabkan atau berakibat keluarnya biaya dan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya- biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang menyebabkan biaya dalam aktivitas.
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
1. Cost Driver berdasarkan unit
Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
2. Cost Driver berdasarkan non unit
Cost Driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor penyebab selain yang menjelaskan konsumsi overhead.
Landasan Teori
Activity Based Costing System merupakan salah satu alternatif bagi rumah sakit dalam menentukan tarif pelayanan pemeriksaan gigi. Hal tersebut dikarenakan Activity Based Costing System menggunakan beberapa cost driver yang lebih rinci berdasarkan aktivitas sehingga perhitungan tarif menjadi lebih akurat. Activity Based Costing System juga bermanfaat untuk menyempurnakan perencanaan strategis, meningkatkan kemampuan yang lebih baik untuk mengelola aktivitas-aktivitas, mengarahkan orang agar berorientasi pada aktivitas, dan lain-lain. Sehingga penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi rumah sakit dalam perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan untuk menentukan biaya tarif pelayanan pemeriksaan gigi.
Berdasarkan penelitian terdahulu Jasmaniar (2017) di RSUD Padang Pariaman mengenai perhitungan biaya satuan tindakan gigi dengan menggunakan metode activity based costing (ABC) ditemukan bahwa tarif tindakan gigi lebih
33
besar yang dihitung dengan menggunakan metode ABC dibandingkan dengan tarif yang berlaku saat ini di RSUD Padang Pariaman.
Berdasarkan penelitian terdahulu Sugiyanti, Nuryadi, & Sandra (2013) mengenai perhitungan unit cost pada Poli Mata dengan menggunakan metode activity based costing (ABC), bahwa diperoleh biaya satuan (Unit Cost) dari setiap jenis pelayanan mata ada yang lebih besar dari tarif yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit dan ada pula tarif yang lebih kecil.
Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian Pelayanan Pemeriksaan Gigi
1. Pencabutan Gigi
2. Pencabutan Gigi dengan Kelainan 3. Perawatan Gigi Post Ekstraksi 4. Pengambilan Gigi Terpendam
Metode yang digunakan di RS Balimbingan Pematangsiantar (unit
cost)
Metode Activity Based Costing (ABC)
Membandingkan hasil perhitungan
Unit Cost