PERTUMBUHAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)” (Studi Kasus Di Indonesia Tahun 1985 Hingga 2014)
“ANALYSIS EFFECTS OF GOVERNMENT EXPENDITURE IN HEALTH SECTOR, GOVERNMENT EXPENDITURE IN EDUCATIONAL SECTOR, FOREIGN INVESTMENT AND DOMESTIC INVESTMENT TOWARDS
THE GROWTH OF HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI)” (Study Case Of Indonesia From 1985 To 2014)
Disusun oleh :
KARINA GAMA SOLEHA 20130430122
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ix
rahmat serta kemudahan dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan, Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) Terhadap Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)” (Studi Kasus Di Indonesia Tahun 1985 Hingga 2014).
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Yogyakarta. Penulis memilih topik ini dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep serta pemecahan permasalahan pembangunan manusia di Indonesia. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terumakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
x
4. Ayah dan Ibu, Drs. Kaharuddin HM, M.Si dan Siti Aminah yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian serta do’a kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
5. Saudara-saudaraku tercinta, Addin Gama Bertaqwa S.T., M.T, Dunul Gama Bertaqwa, Adinda Gama Soleha yang selalu meberi dukungan dan do’a. 6. Yang tak terlupakan, keluarga dalam perantauan, teman-teman seperjuangan
yang selalu saling menguatkan. “Kita-Kita”: Kiki, Upeh, Nyak, Momon, Nur, Nia, Nailil, terimakasih banyak atas dukungan dan do’a kalian guys.
7. Wisnu Prambudi Wibowo, teman bertukar fikiran dan selalu mendukung dan mendo’akan penulis dalam menyelesaikan studi.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, serta kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Yogyakarta, 2 Desember 2016
✈
✐
Nama : Karina Gama Soleha
Nomor Mahasiswa : 20130430122
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGARUH
PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG KESEHATAN,
PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)” (Studi Kasus Di Indonesia Tahun 1985 Hingga 2014) tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 2 Desember 2016
✂✄
xi
b. Penanaman Modal Dalam Negeri...23
B. Penelitian Terdahulu ...24
C. Kerangka Berfikir ...30
D. Hipotesis. ...30
xii
F. Metode Analisis ...36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...48
A. Statistik Deskriptif ...48
B. Uji Akar Unit (Unit Root Test) ...50
C. Uji Panjang lag...58
D. Pengujian Stabilitas VAR ...64
E. Uji Kointegrasi Johansen.. ...50
F. Uji Kualitas Granger. ...51
G. Model VECM...53
H. Analisis Impulse Response Function (IRF). ...55
I. Analisis Variance Decomposition...59
J. Pembahasan...60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...66
A. Simpulan ...66
B. Saran ...67
DAFTAR PUSTAKA
☎✆✆✆
Domestic Investment of the growth of Human Development Index (HDI) in Indonesia from 1985 to 2014. The analysis tool used is the vector error correction model (VECM). The results from this study show that the variable of government expenditure in health sector has positive and significant effect on the HDI, government expenditure in educational sector has significant and negative effect on the HDI, foreign investment is a significant and negative effect and domestic investment has positive significant effect on the HDI.
✝ ✞✞
Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan, Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia tahun 1985 hingga 2014. Alat analisis yang digunakan adalah ✟✠✡ ☛☞ ✌ error correction ♠☞ ✍✠ ✎
(VECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan berpengaruh signifikan positif terhadap IPM, Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap IPM, PMA pun berpengaruh signifikan dan negatif dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan IPM.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan didirikannya suatu negara adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, dengan kata lain
melakukan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan
pembangunan manusia, hal ini dicerminkan memalui Indeks Pembanguna
Manusia. Indeks Pembanguna Manusia (IPM) adalah indikator penting
untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup
manusia dan juga dapat menentukan peringkat pembangunan suatu negara
yang di dalamnya terdapat tiga dimensi dasar, yakni umur panjang dan
hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak.
Pembangunan adalah syarat terpenting bagi kehidup suatu negara.
Menciptakan pembangunan yang berkelanjutan adalah hal penting yang
harus dilakukan oleh sebuah negara dengan tujuan untuk menciptakan
kondisi bagi masyarakat untuk dapat menikmati lingkungan yang
menunjang bagi hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan
yang produktif.
Pembangunan manusia merupakan tujuan sentral dari
pembangunan ekonomi di suatu negara. Pembangunan sumber daya
pembangunan. Kapasitas dasar menurut Todaro (2003) yakni tiga
nilai pokok keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kecukupan
(sustenance), jati diri (selfsteem), dan kebebasan (freedom). Kecukupan
dalam hal ini merupakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan,dan
keamanan. Fungsi dasar dari kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah
untuk menyediakan sebanyak mungkin kebutuhan dasar masyarakat, atas
dasar itulah syarat penentu keberhasilan ekonomi adalah membaiknya
kualitas kehidupan seluruh lapisan masyarakat (Ginting, 2008).
Pembangunan manusia dapat dilihat dari Human Development
Index (HDI) atau yang lebih dikenal sebagai Indeks Pembanguan Manusia
yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP).
UNDP menerbitkan laporan tahunan mengenai kerja kinerja IPM pada
Tabel 1.1 Peringkat IPM Negara-Negara Asia
Indonesia di dunia menurun dari 108 ditahun 2013 menjadi urutan ke-110
dari 187 negara, dengan IPM sebesar 0.684. dapat disimpulkan bahwa laju
pertumbuhan IPM Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan
Negara-negara lainnya. Indonesia berada pada peringkat kelima di antara
neraga-negara Asia Tenggara, yakni dibawah Singapura, Brunai
Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Meskipun di Indonesia mengalami
tren positif pada IPM, akan tetapi jika dibandingkan dengan negara
terdekat, kedudukan Indonesia masih tertinggal sangat jauh. Dalam hal ini
banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya tingginya jumlah
penduduk dan faktor luas wilayah (Athar, 2016).
Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah dalam pembangunan
oleh berbagai faktor seperti dalam bidang educational achievement yakni
kurangnya tingkat pendidikan pada masyarakat, dalam bidang kesehatan
yakni angka harapan hidup yang rendah dan dalam access to resource
yakni PDB riil per kapita serta tingkat angkatan kerja yang cukup rendah.
Hal ini merupakan masalah yang sangat penting dalam menciptakan
pembangunan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari tabel berikut :
Sumber: UNDP (2015)
Gambar 1.1
Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 1984-2014
Dari tabel diatas terlihat bahwa indeks pembangunan manusia
Indonesia secara keseluruhan terjadi beberapa kali penurunan, tetapi
penurunan yang paling besar yakni terjadi tahun pada tahun 1985 IPM
0.512 menuju ke tahun 1986 dengan IPM 0.358. Pencapaian Indonesia
dalam IPM tersebut sangat rendah berbanding terbalik dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun ketahun. Produk Domestik
Sumber: BPS DIY, 2016
Gambar 1.2
Laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia Tahun 1985-2014
Gambar 1.2 menunjukkan bahwasanya pertumbuhan ekonomi
Indonesia berfluktuasi. Hal ini berarti bahwa aktifitas perekonomian di
Indonesia tumbuh namun tidak sejalan dengan IPM Indonesia yang masih
tertinggal dibawah pencapaian IPM nasional.
Berdasarkan skala internasional, capaian IPM dikategorikan
menjadi kategori tinggi (IPM ≥ 80), kategori menengah atas (66 ≤ IPM <
80), kategori menengah bawah (50 ≤ IPM < 66), dan kategori rendah (IPM
< 50). Peringkat tersebut menempatkan Indonesia pada posisi menengah
keatas, akan tetapi relatif jauh untuk dapat mencapai tingkat pembangunan
manusia pada level tinggi.
Disisi lain Presiden Joko Widodo mengarahkan paket kebijakan
ekonomi tahap II nya untuk fokus kepada upaya meningkatkan investasi,
berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk mempermudah
investasi, seperti kemudahan layanan investasi 3 jam, pengurusan tax
allowance dan tax holiday lebih cepat, PPN transpotrasi ditiadakan,
kehutanan baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman
modal asing bukan saja dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi Indonesia melainkan juga pembangunan
manusianya.
Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi
kemajuan suatu negara dimana pembangunan suatu negara tidak bisa
dikatakan berhasil apabila hanya melihat dari besarnya pendapatan
domestik. Oleh karena itu akan dicoba bahas secara mendalam melalui
penelitian, dengan judul “ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN
PEMERINTAH BIDANG KESEHATAN, PENGELUARAN
PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL
ASING (PMA) DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
(PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA (IPM)” (Studi Kasus Di Indonesia Tahun 1985 Hingga
B. Batasan Penelitian
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Indeks
Pembangunan Manusia di Indonesia, maka penelitian hanya membahas,
yakni :
1. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan
indeks pembangunan manusia yang terjadi di Indonesia
2. Data yang digunakan adalah data tahunan dari 1985 sampai dengan
2014 yang terdiri atas:
a. Data pertumbuhan Indeks Pembangunan Panusia (IPM)
b. Data pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan
(PPBK)
c. Data pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah di Bidang Pendidikan
(PPBP)
d. Data pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA)
e. Data pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
C. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan
(PPBK) berpengaruh terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia pada tahun 1985-2014?
2. Apakah pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan
(PPBP) berpengaruh terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan
3. Apakah pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh
terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
pada tahun 1985-2014?
4. Apakah pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
berpengaruh terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di
Indonesia pada tahun 1985-2014?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Bidang
Kesehatan (PPBK) terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia pada tahun 1985-2014?
2. Mengetahui pengaruh pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Bidang
Pendidikan (PPBP) terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia pada tahun 1985-2014?
3. Mengetahui pengaruh pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA)
terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
pada tahun 1985-2014?
4. Mengetahui pengaruh pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep pertumbuhan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran terhadap pemecahan masalah pembangunan manusia di
10 A. Landasan Teori
2.1 Pembangunan
Dari sudut pandang ilmu ekonomi, pembangunan dapat diartikan sebagai upaya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) yang berkelanjutan agar negara dapat memperbanyak outpu yang lebih cepat dibanding laju pertumbuhan penduduk. Terdapat tiga nilai-nilai atau komponen dasar yang berfungsi sebagai pedoman guna memahami arti pembangunan yang sebenarnya. Ketiga nilai ini tersebut adalah:
1. Kecukupan (sustenance), dimana segala sesuatu yang dibutuhkan baik itu sandang, pangan, papan terpenuhi guna mendukung kehidupan manusia pada tingkat yang paling minimum.
2. Harga diri (self-esteem), mengandung atri bahwa masyarakat akan merasa berharga ketika sistem, ekonomi, politik, dan lembaga sosial di negara tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan seperti, martabat, kemandirian, integritas dan kehormatan.
2.2 Pembangunan Manusia
Menurut United Nations Development Programme (1995)
pembangunan manusia adalah proses memperluas pilihan-pilihan manusia,
dalam hal ini yang paling utama dalah mengarah pada tingginya harapan hidup
dan kesehatan,dapat hidup sesuai dengan standar kelayakan hidup dan dapat
mengenyam pendidikan. Pembangunan manusia merupakan hal pokok yang
harus dijunjung tinggi oleh pemerintah dari pada sekedar peningkatan
pendapatan nasional semata. Pada dasarnya pembangunan manusia adalah
pembangunan multi dimensi dalam upaya meningkatkan kemampuan
insaninya menumbuhkan kreatifitas kehidupan yang sejalan dengan kebutuhan
dan minatnya dalam rangka meningkatkan produktifitasnya.
Makna sesungguhnya dari pembangunan manusia menjadi dasar
pemikiran bahwa sumberdaya manusia adalah harta kekayaan negara
sesungguhnya dinama meskipun negara tersebut kaya akan alam dan seisinya
tetapi tidak akan berarti bila tidak dikelola dan dijaga dengan baik oleh
sumberdaya manusianya. Hal ini di sesuai dengan teori klasik Adam Smith
(1729-1790) dimana manusia merupakan faktor produksi utama yang
menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alam (tanah) tidak ada artinya jika
tidak ada SDM yang pandai mengolahnya agar bermanfaat bagi kehidupan.
Kesejahteraan manusia akan selalu meningkat sebagai dampak positif dari
pembagian kerja dan spesialisasi, yang dimaksud dalam teori tersebut adalah
Orang miskin merupakan orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya, meskipun demikian setidaknya mereka memiliki asset berupa
tenaga fisik yang juga merupakan kekayaan negara sesungguhnya. Dengan
tenaga fisik sebagai awalnya potensi sumber daya manusia akan meningkat
bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan, kesehatan serta pendapatan
yang dimilikinya.
Pada tahun UNDP (1990) memberikan laporan yang menegaskan
pentingnya pembangunan manusia (human development) bahwa asset bangsa
yang sesungguhnya adalah manusia. Tujuan pokok dari adanya pembangunan
adalah menciptakan lingkungan yang dapat dinikmati secara utuh di umur
yang panjang, sehat serta melaksanakan kehidupan yang produktif. Tujuan
pokok tersebet merupakan kenyataan yang sederhana tetapi sangat sering
terlupakan oleh manusia dikarenakan kesibukannya dalam jangka pendek.
Dalam laporan UNDP tahun 1996 menjelaskan bahwa pembangunan manusia
merupakan tujuan akhir dari pembangunan (the ultimate end), sedangkan
pertumbuhan ekonomi adalah sarana (the principle means) untuk mencapai
tujuan akhir pembangunan. Dalam rangka mewujudkan tujuan akhir
pembangunana tersebut, ada 4 komponen pokok yang harus diperhatikan
dalam pembangunan manusia, yaitu :
1. Produktivitas (productivity), yang berarti bahwa manusia yang produktif
itu adalah manusia yang berguna mampu memenuhi kebutuhan dirinya
sendiri, keluarga dan bangsanya. Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi
yang nantinya akan berdampak pada indeks pembangunan manusia
(UNDP, Human Development Report, 1995).
2. Keadlian (equality), yang berarti bahwa segala hal yang tidak adil dalam
kehidupan manusia harus di hapuskan seperti praktik monopoli politik
maupun monopoli ekonomi karena manusia merupakan makhluk social
yang setiap individunya diberi kesempatan yang sama untuk menjalankan
hidup yang lebih baik sesuai dengan aturan yang telah ditentukan secara
konstitusional dan demokrstis (UNDP, Human Development Report,
1995).
3. Keberlanjutan (sustainability), yang bermakna bahwasanya setiap individu
mempunyai tanggungjawab dalam pembangunan manusia yang
berkelanjutan yang artinya sumber daya yang dapat diperbaharui yang
tersedia saat ini merupakan kekayaan yang nantinya akan diperlukan oleh
generasi yang akan datang yang harus dijaga, sedangkan sumberdaya yang
tidak dapat diperbaharui harus digunakan secara bijak dan mencari
subtitusi sumberdaya alternatif dari sumberdaya tersebut (UNDP, Human
Development Report, 1995).
4. Pemberdayaan (empowerment), kita ketahui bahwa manusia memiliki
keterbatasan masing-masing dalam mensejahterakan kehidupannya,
sehingga perlu diadakannya pemberdayaan optimal agar terwujudnya
pembangunan manusia. Dengan adanya pemberdayaan maka seluruh
mempengaruhi kesejahteraan mereka (UNDP, Human Development
Report, 1995)
2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme
(UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan
tahunan Human Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana
penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Menurut Badan Pusat
Statistik (2015), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup.
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar.Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan
kehidupan yang layak.Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas
karena terkait banyak faktor.Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan
angka harapan hidup waktu lahir.
Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan
gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.Adapun
untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya
beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata
besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang
Umur IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan
dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).IPM
dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.
a. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
Indeks pembangunan manusia memiliki tiga indikator dasar yang
digunakan untuk menghitung indeks manusia suatu negara, yakni:
1. Tingkat kesehatan yang diukur adalah harapan hidup saat lahir
(tingkat kematian bayi)
2. Tingkat pendidikan diukur dengan angka melek huruf (dengan
bobot dua pertiga)
3. Indeks hidup layak yang diukur dengan tingkat pengeluaran per
kapita per tahun.
Dalam mengukur indeks pembangunan manusia menggunakan
rumus sebagai berikut :
IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3) …………. (1)
Dimana:
X1 = Indeks kesehatan
X2 = Indeks pendidikan
Langkah awalnya adalah menghitung terlebih dahulu indeks ketiap
komponen, yang diberi nilai antara 0 (terendah) dan 1 (terbaik) dan dalam
rangka memberi kemudahan dalam menganalisa biasanya indeks ketiga
konponen tersebut dikalikan 100.
b. Komponen-komponen IPM
1. Indeks Harapan Hidup
Indeks harapan hidup menunjukkan banyaknya tahun hidup
yang diharapkan dapat dinikmati oleh penduduk di suatu wilayah
dengan menggunakan angka kemtian dan kelahiran per tahun yang akan
memperlihatkan tingkat hidup sehat dan rata-rata lama hidup. Karena
terdapat kesulitan dalam memperoleh data orang yang meninggal dalam
kurun waktu tertentu, maka digunakan metode tidak langsung dalam
dalam menghitung angka harapan hidup.Data yang digunakan dalam
metode ini adalahrata-rata anak masih hidup dari wanita yang pernah
kawin dan dan rata-rat anak lahir hidup (BPS, 2009).
2. Indeks Pendidikan
Rata-rata lama sekolah/ Mean Years Of Schooling Index(MYS)
dan angka melek huruf / Adult Literacy Rate Index(Lit) adalah dua
indikator pada perhitungan indeks pendidikan. Kedua indikator tersebut
diharapkan dapat menggambarkan tingkat pengetahuan (cerminan
angka Lit) yang merupakan komponen masyarakat yang mampu baca
3. Indeks Hidup Layak
Indeks hidup layak merupakan gambaran daya beli mayarakat.
Menurut UNDP real per capita GDP adjusted / PDB riil per kapita
yang disesuaikan merupakan indicator yang digunakan dalam
menghitung standar hidup layak (daya beli), akan tetapi dalam
perhitungan IPM se-nasional (kabupaten/kota dan provinsi) tidak
menggunakan PDRB perkapita dikarenakan hanya mengukur produksi
suatu wilayah. Sedangkan di Indonesia dalam mengukur standar hidup
layak masyarakat BPS menggunakan data dari Survei Sosial Ekonomi
Masyarakat yakni data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih yang
domonan dikonsumsi masyarakat Indonesia yang sesuaikan dnegan
indeks PPP (Purchasing Power Parity) (BPS, 2009).
c. Manfaat Indeks Pembangunan Manusia
IPM dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal sebagai berikut:
a) Untuk menyadarkan para pengambil keputusan agar lebih terfokus
pada pencapaian manusia, Karena IPM diciptakan untuk menjadi hal
utama dalam pembangunan sebuah negara, bukan pertumbuhan
ekonomi.
b) Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara.
Bagaimana dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama
c) Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara
provinsi-provinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan,
dan kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan
disparitas atau kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut,
maka akan lahir berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk
mencari sumber masalah dan solusinya.
2.4 Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah merupakan lembaga didalam masyarakat yang
tujuannya tidak lain adalah menciptakan masyarakat yang sejahtera.
Dalam rangka memenuhi fungsi dan tugas tersebut maka pemerintah
memiliki hak dalam menggunakan barang dan jasa disuatu negara dalam
berbagai bentuk, salah satunya berupa uang. Ketika pemerintah
menggunakan uang tersebut dalam menjalankan tugas dan fungsinya maka
inilah yang disebut dengan pengeluaran pemerintah.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mangkoesubroto yang
mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah adalah gambaran kebijakan
pemerintah yakni, ketika pemerintah memilih kebijakan untuk membeli
barang dan jasa maka pengeluaran tersebut adalah biaya yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah dalam menjalankan kebijakan tersebut
(Mangkoesubroto, 2000).
Dalam pemerintahan terdapat anggaran belanja yang digunakan
dalam kegiatan pemerintahan salah satunya yang cukup penting adalah
direncanakan pemerintah dalam penyusunan anggaran yang akan
digunakan dalam pelaksaan pembangunan. Anggaran yang tersedia adalah
variabel penting bagi proses pembangunan suatu negara, sehingga alokasi
anggaran tersebut harus dipertimbangkan secara matang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai yang berpegang teguh pada Pancasila, Trilogi
Pembangunan dan Undang-Undang Dasar 1945 (Suparmoko, 1994).
Pada pengeluaran pemerintah dibagi menjadi beberapa sektor
antara lain adalah :
a. Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan
Beberapa ekonom berpendapat bahwa kesehatan adalah fenomena
ekonomi ketika dianggap sebagai sebuah investasi, yang akhirnya
kesehatan menjadi salah satu variable yang dianggap penting untuk
meningkatkan nilai tambah barang dan jasa dalam faktor produksi dan
juga sebagai tujuan masyarakat yang dikenal dengan kesejahteraan.
Sehingga kesehatan dikenal sebagai modal yang positif bagi masyarakat.
Undang-Undang No.36 tahun 2009 yang mengatur tentang dana
kesehatan bahwa minimal anggaran kesehatan dialokasikan sebesar 5
persen dari APBN diluar gaji, dan anggaran kesehatan daerah provinsi dan
kabupaten/kota sebesar 10 persen dari APBD diluar gaji. Oleh sebab itu
sudah sepatutnya pemerintah memberikan layanan publik yang yang
memadai dalam rangka peningkatan kualitas manusia yang selanjutnya
akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Maryani,
b. Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan
Ada beberapa sumber dana pendidikan di Indonesia yaitu anggaran
pemerintah pusat, anggaran pemerintah tingkat provinsi dan anggaran
pemerintah tingkat kabupaten. Pada hal ini akan membahas tentang
anggaran pemerintah pusat dalam bidang pendidikan. Pada dasarnya dana
pendidikan bersumber dari pemerintah pusat baik itu berupa (1) anggaran
rutin seperti membiayai Sekolah Dasar (SD), administrasi sesuai dengan
kegiatan pendidikan, sekolah-sekolah negeri, serta gaji guru. (2) anggaran
kegiatan pengembangan fisik seperti pembangunan gedung, proyek-prokey
perintisan, pengadaan tanah dan sarana penunnjang lainnya.
Dalam pengeluaran pemerintah bidang pendidikan Indonesia harus
mampu membagi dengan baik anngaran, baik untuk anggaran rutin
maupun anggaran pembangunan agar peningkatan pengeluaran pemerintah
dalam pendidikan ini sesuai dengan yang diharapkan, karena pengeluaran
untuk belanja pokok pendidikan lebih kepada mempertahankan fasilitas
pendidikan yang ada dari pada memperluas fasilitas tersebut, padahal di
masih banyak daerah terpencil yang membutuhkan bantuan pembangunan
fasilitas pendidikan, sehingga pendidikan di Indonesia belum berkembang
dengan baik yang akhirnya mempengaruhi IPM di Indonesia.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sukirno (1985) yang menyatakan
salah satu faktor yang nimbulkan hal tersebut adalah kurangnya fasilitas
dan gaji yang relatif rendah yang menurunkan semangat guru-guru dalam
Hal ini menunjukan bahwasanya anggaran pembangunan dari Departemen
Pendidikan Nasional adalah sumber utama dalam memperbaiki mutu
pendidikan.
Menurut Umar Tirtarahardja dan la Sula (1998) permasalahan di
atas dapat diatasi bila :
1. Sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, minimal alokasi
dana pendidikan dari APBN adalah 20 persen dan dari APBD
20 persen.
2. Pemerintah dapat memberikan kesempatan pemerataan
pendidikan, yang berarti bahwa pemerintah dapat menyediakan
tempat untuk melakukan pemerataan tersebut yaitu sekolah.
3. Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu jawaban dari
masalah diatas, artinya seluruh perencanaan dan proses
pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
dirumuskan.
4. Pelaksanaan pendidikan efisien yang sesuai rancangan.
5. Produk bermutu yang relevan, yang mengandung arti bahwa
hasil akhir dari pendidikan sesuai dengan pembangunan dan
2.5 Penanaman Modal / Investasi
Investasi merupakan pembelanjaan penanaman modal guna membeli
barang-barang modal serta perlengkapan produksi untuk meningkatkan
produksi barang dan jasa di dalam perekonomian, sehingga investasi disebut
juga penanaman modal. Menurut Adhisasmita (2005), mengatakan bahwa
perpindahan modal atau investasi merupakan sarana bagi proses komulatif,
baik dilakukan oleh pemerintah maupun swasta yang mengarah kebawah di
daerah bernasib kurang baik dan mengarah keatas di daerah bernasib baik.
Penanaman modal terbagi menjadi dua yakni :
a. Penanaman Modal Asing
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, penanaman modal asing adalah kegiatan
menanam modal yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan modal
dalam negeri. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, modal asing dalam
undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal secara langsung
yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-undang ini
yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti
bahwa pemilik menaggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, Ismail Sunny dan Rudio Rochmat
(1968) berpendapat bahwa pada PMA terdapat tiga unsure pokok, yakni :
2. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan
3. Resiko yang langsung ditanggung oleh pemilik modal
Menurut David K. Eiteman (1989), motif yang mendasari
penanaman modal asing ada tiga yaitu motif strategi, motif perilaku
ekonomi. Pada motif strategis dibesakan dalam mencari pasar, mencari
bahan baku, mencari efesiensi produk, mencari pengetahuan serta
keamanan politik. Sedangkan motif pelaku adalah rangsangan lingkungan
eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan serta
komitmen individu maupun kelompok. Disisi lain motif ekonomi
merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan memaksimalkan
keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan.
b. Penanaman Modal Dalam Negeri
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Pasal 1 Tahun 1968
tentang PMDN mengatakan bahwa bagian dari kekayaan masyarakat
Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki swasta
nasional maupun swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang
disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak
diatur oleh pasal 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang penanaman
modal asing.
Ditinjau dari dampaknya, investasi berpengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat baik itu Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), hal ini
terserap. Pengangguran pun akan mendapat pekerjaan dan pendapatan.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan, maka daya beli masyarakat juga
akan meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pemerataan
pemdapatan akan mengakibatkan peningkatan jumlah IPM bila
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak disertai dengan
pemerataan pendapatan dalam masyarakat (Sumanto, 2012).
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan yang juga mengkaji tentang
Indeks Pembangunan Manusia, baik yang mengambil studi kasus di Jawa
Tengah maupun daerah yang lainnya.
Setiawan dan Hakim (2013) telah melakukan penelitian tentang Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia.Variabel-variabel yang digunakan
adalah Produk Domestik Bruto (PDB), Pajak Pendapatan (PPN), variable
dummy desentralisasi pemerintahan, variabel dummy krisis tahun 1997, dan
variable dummy krisis tahun 2008. Metode yang digunakan adalah Error
Correction Model (ECM). Pada penelitian ini ditemukan bahwa PDB dan PPN
berpengaruh terhadap IPM dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Estimasi model ECM menemukan bahwa krisis ekonomi tahun 2008
berpengaruh terhadap IPM, sementara krisis tahun 1997 dan desentralisasi
pemerintahan berpengaruh negatif terhadap IPM.
Yuliati (2012) dalam kajiannya tentang faktor-faktor yang
Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah perbatasan
mempengaruhu IPM yakni: PDRB per kapita, rasio tenaga pendidikan SMP
dan tingkat pengangguran terbuka,dan Persentase Penduduk Miskin, data
yang digunakan adalah data skunder dari Badan Pusat Statistik dalam kurun
waktu 2007-2010 dan metode analisis yang digunakan adalah menode analisis
regresi data panel. Penelitian ini dilakukan di kabupaten perbatasan darat
sebanyak 16 kabupaten pada 4 provinsi yaitu: Kalimantan Barat 5 kabupaten
(Sambas, Bengkayang, Sintang, Sanggau dan Kapuas Hulu), Kalimantan
Timur 3 kabupaten (Nunukan, Malinau dan Kutai Barat), Nusa Tenggara
Timur 3 kabupaten (Kupang, Belu dan Timor Tengah Utara), dan Papua 4
kabupaten (Merauke, Boven Digoel, Pegunungan Bintang dan Keerom) dan 1
kota yaitu Kota Jayapura. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PDRB
per kapita signifikan bepengaruh positif terhadap IPM, sedangkan persentase
penduduk miskin signifikan berpengaruh negatif terhadap IPM , dan rasio
tenaga pendidikan SMP dan tingkat pengangguran terbuka tidak signifikan
berpengaruh terhadap IPM di Indonesia.
Kajian pembangunan manusia dilakukan oleh Sugiarto Sumas yang
berfokus pada kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatandengan
menggunakan data panel. Hasil analisis dari studi ini adalah sejak tahun 2004
hingga 2008 menunjukan bahwasanya kebijakan fiskal melalui sektor
pendidikan dan sektor kesehatan mempunyai hubungan kausalitas terhadap
indeks pembangunan manusia meskipun dampaknya kecil. Dalam rangka
meninggkatkan IPM di Indonesia maka kebijakan fiscal yang paling efektif
Penelitian tentang Indeks Pembangunan Manusia juga dilakukan Athar
(2016).Penelitian ini mengaitkan Belanja Pemerintah Sektor Pendidikan,
Sektor Kesehatan dan PDRB terhadap Pembangunan Manusia Pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Barat.Studi ini dilakukan di 5
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2006-2013.Alat analisis
yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan teknik estimasi
menggunakan Random Effect Model(REM). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel belanja pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap
IPM.Variabel belanja kesehatan berpengaruh signifikan positif pada terhadap
IPM.Variabel PDRB berpengaruh signifikan positifpada alpha 5 persen
terhadap IPM. Variasi variabel independen dalam model mampu menjelaskan
tingkat pencapaian IPM.
Selain itu, Pimpin Primananda juga meneliti tentang yang berfokus
pada kinerja perekonomian daerah dan desentralisasi fiskal terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) pada 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Alat analisis yang digunakan
adalah analisis regresi data panel.Dari studi ini disimpilkan bahwa
Desentalisasi Fiskal dan Perekonomian daerah berpengaruh signifikan
terhadap IPM (Primananda, 2015).
Royan dkk (2015) juga meneliti tentang IPM yang berfokus pada
pengaruh investasi publik dan swasta terhadap IPM di Jawa Timur.Metode
analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda menggunakan data
menunjukkan bahwa investasi publik dan swasta sama-sama berpengaruh
positif signifikan terhadap peningkatan IPM di Jawa Timur.Peran Publik lebih
besar dibanding swasta hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi yang relatif
besar.Koefisien pada masing-masing kabupaten/kota berbeda, hal ini diduga
karena kurangnya pemerataan investasi pada masing-masing kabupaten/kota
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Judul Penulis Variabel Model Analisis Hasil Penelitian 1 Indeks Pembangunan bahwa PDB dan PPN berpengaruh
terhadap IPM dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Estimasi model ECM menemukan
bahwa krisis ekonomi tahun 2008 berpengaruh terhadap IPM, sementara krisis tahun 1997 dan
desentralisasi pemerintahan
Ambar Yuliati PDRB per kapita, rasio tenaga pendidikan SMP bahwa PDB dan PPN berpengaruh
terhadap IPM dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Estimasi model ECM menemukan
bahwa krisis ekonomi tahun 2008 berpengaruh terhadap IPM, sementara krisis tahun 1997 dan
desentralisasi pemerintahan
Sugiarto Sumas Kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor
kesehatan
Analisis regresi data
panel
Hasil analisis dari studi ini adalah sejak tahun 2004 hingga 2008 menunjukan bahwasanya kebijakan
Indeks Pembangunan positif pada terhadap IPM. Variabel
PDRB berpengaruh signifikan positifpada alpha 5 persen terhadap
IPM.
Dari studi ini disimpilkan bahwa Desentalisasi Fiskal dan
terhadap peningkatan IPM di Jawa Timur. Peran Publik lebih besar
dibanding swasta hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan dalam menentukan faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia,
maka variable-variabel yang akan diteliti adalah pertumbuhan Pengeluaran
Pemerintah Bidang Kesehatan, Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan,
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA)
dalam krangka berfikir sebagai berikut:
D. Hipotesis
Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan dan Pengeluaran Pemerintah
Bidang Pendidikan berpengaruh posisitf signifikan pada IPM, hal ini
menunjukkan bahwa dengan ditingkatkannnya PPBK dan PPBP maka akan
meningkatkan pembangunan manusia. Dengankata lain bahwa PPBK dan PPBP
yamg disalurkan oleh poemerintah dapat meningkatkan komperensi masyarakt Pengeluaran Pemerintah
Bidang Kesehatan
Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan
Penanaman Modal Asing
pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di
Indonesia
serta kesehatannya, karena PPBK dan PPBP merupakan duaindikator penting
dalam pembangunan IPM. sudah sepatutnya pemerintah memberikan layanan
publik yang yang memadai dalam rangka peningkatan kualitas manusia yang
selanjutnya akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Maryani,
2010).
Menurut Pramono dan Rofi (2011) PMA berpengaruh positif terhadap
IPM, hal ini didukung juga oleh Ningrum (2015) bahwasanya investasi baik itu
PMA maupun PMDN berpengaruh positing terhadap Indeks pembangunan
Manusia (IPM). Dengan meningkatnya jumlah investasi maka terjadi
pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan peningkatan IPM.
Berdasatkan konsep, teori yang telah dikemukakan terdahulu dan telaah
pustaka dapat disimpulkan, adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan indeks pembangunan manusia di Indonesia.
2. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah bidang pendidikan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan indeks pembangunan manusia di Indonesia.
3. Pertumbuhan penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan indeks pembangunan manusia di Indonesia.
4. Pertumbuhan penanaman modal dalam negeri berpengaruh positif terhadap
32
❆✏ Obyek dan Subyek Penelitian
1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan
manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif
yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pertumbuhan
Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan dan pendidikan, PMDN serta
PMA terhadap pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
tahun1985 sampai 2014.
2. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan variabel dependen pertumbuhan
indeks pembangungan manusia Indonesia dan variable independennya
adalah pertumbuhan Pengeluaran Pemerintsh Bidang Kesehatan dan
pendidikan, PMDN dan PMA.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa time series dalam bentuk tahunan selama periode tahun
1985 sampai dengan 2014. Data yang digunakan meliputi, pertumbuhan
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, pertumbuhan Pengeluaran
Bidang Pendidikan, pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA)
serta pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari data variable
penelitian dengan kata lain menggunakan metode library research yaitu
penelitian yang menggunakan suber-sumber dari kepustakaan seperti
mengumpulkan catatan-catatan/data-data, artikel, jurnal, laporan ilmiah
yang diperlukan sesuai penelitian yang akan dilakukan dari lembaga
terkait.
D. Sumber Data
Data-data tersebut didapatkan dari sumber-sumber sebagai berikut:
1. Badan Pusat Statistik (BPS)
BPS merupakan lembaga pemerintah non kementrian yang yang
menyediakan data statistic yang berkualitas melalui kegiatan statistic
yang terintegrasi dan berstandar nasional maupun internasional serya
bertanggung jawab langsung kepada presiden (Badan Pusat Statistik,
2016).
2. United Nations Development Programme (UNDP).
UNDP merupakan organisasi terbesar dari PBB yang perannya
penting bagi negara-negara berkembang yang bertujuan untuk
mendukung pemerintahan dengan sistem demokratis, menanggulangi
kemiskinan, perluasan energy dan keseimbangan lingkungan serta
E. Definisi Oprerational Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan variabel dependen
pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan variable
independennya adalah pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), Pengeluaran Pemerintah
Bidang Kesehatan dan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan.
Berikut penjelasan definisi operational masing-masing variabel:
a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
United Nation Development Programme (UNDP)
merupakan bagian dari Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dalam bidang pembangunan menjelaskan Indeks
Pembangunan Manusia sebagai proses memperluas pilihan
manusia dalam hal ini yang diutamakan adalah harapan hidup,
rata-rata lama sekolah dan paritas daya beli yang dilihat dari
pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Data diambil dari data
UNDP Indonesia tahun 1985-2014 dinyatakan dalam bentuk
persen.
b. Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan
Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan adalah pengeluaran yang
dilakukan pemerintah dibidang kesehatan baik itu dalam
memberikatan dana-dana bantuan kesehatan bagi masyarakat
terutama yang tidak mampu dan dan memberikan layanan yang
Badan Pusat Statistik DIY tahun 1958 hingga 2014 dalam bentuk
persen, yang diperoleh dengan rumus:
Pertumbuhan PPBKt=
PPBKt-PPBKt-1 PPBKt-1 x 100
c. Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan
Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan adalah pengeluaran
yang dilakukan pemerintah dibidang pendidkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di guna mencerdaskan kehidupan
bangsa. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik DIY dalam
bentuk persen daritahun 1985-2014 dengan rumus:
Pertumbuhan PPBPt=
PPBPt-PPBPt-1 PPBPt-1 x 100
d. Penanaman Modal Asing (PMA)
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007
menyebutkan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia. data diamnil dari Badan Pusat Statistik
DIY tahun 1985-2014 dalam bentuk persen.
Pertumbuhan PMAt=
PMAt-PMAt-1 PMAt-1 x 100
Penanaman modal dalam negeri adalah penanamn modal yang
dilakukan oleh warga negara ataupun asing yang menetap disuatu
negara. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik DIY dari
tahun 1985-2014 dalam bentuk persen dengan rumus :
Pertumbuhan PMDNt=
PMDNt-PMDNt-1 PMDNt-1 x 100
F. Metode Analisis
Metodeanalisis Vector ❊✑ ✑✒ ✑ ❈✒ ✑ ✓✔✕✖✒ ✗ Model (VECM) dipilih
dalam menganalisis data pada penelitian ini. Analisis VECM digunakan
untuk melihat ❚✑ ✓✗ ✘ statistik dalam data mengindikasikan bahwa ada
komponen long-run (jangka panjang) dan short-run (jangka pendek) dalam
data time series.Penelitian tentang trend stokastik dalam variabel ekonomi
terus berkembang, sehingga pada tahun 1981, Granger mengembangkan
konsep kointegrasi.Pada tahun 1987, Engle bersama Granger
mengembangkan konsep kointegrasi dan koreksi error (error
correction).Kemudian, pada tahun 1990, Johansen dan Juselius mengembangkan konsep VECM. VECM menawarkan suatu prosedur
kerja yang mudah untuk memisahkan komponen jangka panjang
(long-run) dan komponen jangka pendek (short-run) dari proses
pembentukan Metode Estimasi model regresi.
Menrut Gujarati (2003) terdapat keunggulan dalam menggunakan
1. Dapat melihat variable yang lebih banyak dalam menganalisis
ekonomi jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Dapat mengkaji kekonsistennan model empirik dengan teori
ekonometrika
3. Mampu mencarikan pemecahan terhadap variable runtun waktu
yang tidak stasioner dan regresi lancing.
Guna mendapat model yang tepat untuk data pada penelitian ini,
maka ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu :
a. Uji Stasioneritas Data
Uji stasioneritas data atau disebut juga uji akar unit. Uji akar
unit adalah konsep dalam menguji kestasioneran data time series.
Dickey dan Fuller mengembangkan pengujian ini dengan
menggunakan Augmented Dickey Fuller ✙✚✛ ✜ (ADF). Menurut
Rusydiana, (2009) dalam (Basuki,2015) menyatakan bahwa data
ekonomi time series umumnya bersifat stikastik (memiliki trend yang
tidka stasioner/ data memiliki akar unit). Apabila terdapat akar unit
akan menyulitkan dalam mengestimasi suatu model dikarenakan
nilainya cenderung akan berfluktuasi bukan pada nilai rata-ratanya.
Uji stasioneritas yang akan digunakan adalah uji ADF dengan
menggunakan taraf nyata 5%.
Gujarati (2003) meneranggkann persamaan uji stasioneritas
….……….(1)
∆Yt= a0+γ Yt-1+ ∑p
i = 2Yt-i = 1+εt
Yang mana mengikuti proses white noise :εt
γ= -(1
-kecildibanding nilai kritis Mac Kinnon, maka yang terjadi adalah
penerimaan terhadap hipotesis nol. Dengan kata lain, Yt
mengandungsatu akar unit. Seri yang belum stasioner dapat dibuat
menjadi stasioner dengan proses diferensiasi. Deferensiasi Yt pada
tingkatderajat pertama dapat dinyatakan sebagai berikut :
……..……….(4)
∆Yt= a0+β1 ∆Yt-1+εt
Apabila dalam hipotesis nol β1 = 0 ditolak maka dapat
disimpulkan bahwa Yt telah stasioner pada derajat pertama.
b. Uji Panjang Lag Optimal
………..…….(2)
Penentuan jumlah lag (ordo) yang akan digunakan dalam
model VAR dapat ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Akaike Information Criterion (AIC) : -2
(
T1)
+ 2(k + T)……….(1)Schwarz Information Criterion (SIC):-2
(
T1)
+ klog (T)T ……..….(2)Hannan-Quinn(HQ) : -2
(
1T)
+ 2klog(
log (T)T)
…(3)Dimana :
1 : Jumlah Observasi
k : parameter yang diestimasi
Penentuan lag pada model VAR sesuai dengan criteria
informasi yang direkomendasikan oleh Akaike Information Criterion
(AIC),Schwarz Information Criterion (SIC),Hannan-Quinn (HQ) dan
Final Prediction Error (FPE). Kriteria yang memiliki AIC, SIC, HQ
atau FPE paling kecil adalah lag yang akan digunakan. Pengujian lag
ini digunakan agar tidak terdapat permasalahan autokorelasi dalam
sistem (Basuki, 2015).
c. Uji Stabilitas Model VAR
Setelah menentukan kriteria panjang lag untuk estimasi VAR,
langkah selanjutnya adalah pengujian stabilitas VAR menggunakan
Modulus polynomial kurang dari 1 (<1) berarti bahwa variable
tersebut stabil.Uji stabilitas model VAR perlu dilakukan karena
apabila hasil dari estimasi VAR yang digabungkan dengan model
koreksi kesalahan tidak stabil, hal ini akan berdampak pada Impuls
Response Function (IRF) dan Variance Decomposition(VD) menjadi tidak stabil (Basuki, 2015)
d. Uji Kointegrasi
Kointegrasi dilakukan guna menguji ada tidaknya Hubungan
jangka panjang antar variable. Uji kointegrasi yang digunakan adalah
uji kointegrasi Johansen dengan membandingkan ✢✣ ✤✥✦ ❙ ✧✤ ✧★✩ ✧★✥ dan
✪✣★✧★✥ ✤✫ Value 5% dan 1% atau membandingkan maksimum
Eigenvalue dengan Critical Value 5% dan 1%, apabila nilai ✢✣✤✥✦
❙✧✤✧★✩ ✧★✥ dan maksimum Eigenvalue lebih besar dari Critical Value
5% dan 1% maka pada variabel tersebut terdapat kointegrasi,
begitupun sebaliknya.
Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu perlu
dilakukan uji stabilits VAR, untuk melihat baik tidaknya data.Maka
dilakukan uji VAR berupa stability condition chek data VAR stabil
apabila rootsnya memiliki nilai modulus lebih kecil dari satu (<1).
Jika Xt merupakan vertor endogen dalam VAR dengan
………..(1)
Xt= A1Xt-1+ A2Xt-2+…+ APXt-p+βYt+εt
Dimana:
= vektor variabel endogen
Xt
= parameter matriks
AP
= d-vektor dari determinan variabel
βYt
vektorinnovation
εt=
Spesifikasi VAR ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk first
differencesebagai berikut:
∆Xt= IIXt-1+∑p-1 ……….(2)
i = jr1∆Xt+ βYt+εt
II=∑p-1 ……….(3)
i = jAi-I
……….(4)
r1=∑p-1 i = jAj
I = matriks identitas
Apabila terdapat hubungan kointegrasi, maka digunakan
model unrestricted VAR. Apabila terdapat hubungan kointegrasi
maka digunakan ❱ ✬✭✮✯✰✱✰ ✰ ✯✰✲ ✯✰ ✰ ✬✳✮✴✯✵Model (VECM).
Uji kausalitas granger dilakukan untuk mengetahui apakah
diantara variabel memiliki hubungan timbal balik atau tidak, karena
masing-masing variabel dalam penelitian memiliki kesempatan untuk
menjadi variabel eksogen maupun endogen. Pada uji kausalitas ini
mrnggunakan VAR Pairwise Granger Causality ✹✺✻ ✼ dan
menggunakan taraf lima persen. Berikut hasil analisis Pairwise
Granger Causality ✹✺✻ ✼✽
Terdapat tiga interpretasi Granger : pertama ✉✾ ✿❀ ✿❁ ✺❂ ✼✿❃✾ ❄ ❅
❂❄✉✻ ❄ ❅✿✼❝, kedua ❜✿❅❄ ✼✺❁ ❄ ❅ ❂❄✉✻ ❄❅✿✼❝ dan ketiga ✿✾ ❀✺❇✺✾❀✺✾ ❂✺
❂❄✉✻ ❄ ❅✿✼❝.❯✾ ✿❀✿❁ ✺❂ ✼✿❃ ✾❄❅ ❂❄✉✻ ❄❅✿✼❝terjadi jika koefisien lag variabel
dependen signifikan dan seluruh lag variabel independen adalah nol.
❉✿❅❄✼✺❁❄❅ ❂❄ ✉✻❄❅✿✼❝terjadi ketika koefisien lag seluruh variable baik
independen dan depanden signifikan ❋●❍■❏❑❏ ▲▼◆ Ekonometrika ❖❏P❏❑◆
2003).
Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah 5%, artinya
ketika nilai dibawah 5% maka Ha diterima atau dengan kata lain
terdapat pengaruh dari variabel satu ke variabel lain.
f. Vektor Error Correction Model (VECM).
◗✺ ❘ ✼❃ ❁ ❲❁ ❁ ❃❁ ❳❃❁ ❁ ✺❂ ✼✿❃✾ ❨❃❀✺ ❅ (VECM) adalah bentuk VAR
yang terrestriksi karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner
namun terkointegrasi. Spesifikasi VECM merestriksi hubungan
hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan keberadaan
dinamisasi jangka pendek (Basuki, 2015).
Sumber : Gujarati (2004)
Gambar 3.1 Model VAR dan VECM
Level yang digunakan pada penelitian adalah 5%, artinya ketika
nilai yang didapat lebih rendah dari 5% Ha diterima atau dengan kata lain
terdapat pengaruh dari variabel satu ke variabel lain.
g. Analisis Impuls Response Function
Fungsi dari Impulse Response adalah untuk melihat respon variabel
endogen dari waktu ke waktu trehadap guncangan (shock) variabel tertentu
dan berapa lama guncangan tersebut terjadi (Basuki, 2015).
Forecast ❬ ❭ ❭❪ ❭ Variance Decompotition (FEVD) atau dekomposisi
ragam kesalahan peramalan menguraikan inivasi pada suatu variabel
terhadap komponen-komponen variabel yang lain dalam VAR. Informasi
yang disampaikan dalam FEVD ini adalah pergerakan secara berurutan
yang diakibatkan oleh guncangan sendiri serta variabel lain
45 A. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif mewakili seluruh contoh populasi dalam penelitian.
Hal ini menjelaskan mengenai kecenderungan data tengah dan pengukuran
dispersi. Eviews 9 digunakan sebagai alat ekonometrika untuk menganalisis
data. Pada penelitian ini ditemukan statistik desktiptif sebagai berikut :
Table ❦❧♥ Statistik Deskriptif
IPM PPBK PPBP PMA PMDN
Mean 0.632187 19.54880 28.65989 36.15727 28.64490
Median 0.674000 14.23222 15.41574 16.99249 32.76737
Maximum 0.731000 102.7397 390.4988 449.5559 176.4058 Minimum 0.3584 -5176520 -44.80868 -86.52423 -58.89785 Std. Dev 0.102931 36.04140 74.92033 102.3469 58.61636 Skewness -1.377248 0.518209 3.878808 2.632065 0.692408 Observation 30 30 30 30 30
Sumber: Pengolahan Data, Lampiran 1
Tabel 4.1 memperlihatkan statistik deskriptif dari semua variabel yang
berkaitan dengan perubahan pertumbuhan IPM, PPBK, PPBP, PMA dan
PMDN. Dari table diatas dapat dilihat hasil dari nilai Mean, Median,
Maximum dan Minimum IPM masing-masing yakni, 0.632187, 0.674000,
0.731000, dan 0.3584, yang kedua nilai Mean, Median, Maximum dan
Minimum PPBK adalah 19.54880, 14.23222, 102.7397 dan -5176520. Ketiga,
15.41574, 390.4988 dan -44.80868. Selanjutnya nilai Mean, Median,
Maximum dan Minimum dari PMA adalah 36.15727, 16.99249, 449.5559 dan
-86.52423. Terakhir nilai Mean, Median, Maximum dan Minimum dari
PMDN masing-masing adalah 28.64490, 32.76737, 176.4058 dan -58.89785.
Hasil menunnjukkan nilai mean yang positif diseluruh variabel. Nilai
Skewness untuk seluruh variabel positif, selain Skewness dari IPM yaitu
negatif (-1.377248).
B. Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Uji akar unit atau disebut juga dengan uji stasioner yang digunakan
untuk menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious
regression. Jika nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis, data stasioner di
level maka dapat dianalisis menggunakan metode VAR, tetapi jika nilai
t-statistik lebih kecil dari nilai kritis maka data tidak stasioner pada tingkat
level. Uji ADF digunakan untuk memeriksa data stasioner dan panjang lag
dari enam variabel di level dan first difference. Ketika setiap variabel sudah
dinyatakan stasioner maka koefisien dalam model akan menjadi lebih
Table 4.2 Unit Root Test – Augmented Dickey Fuller (ADF-test)
IPM -1.368691 0.5835 Tidak Stasioner -8.222278 0.0000 Stasioner
PPBK -4.541918 0.0012 Stasioner -6.043751 0.0000 Stasioner
PPBP -5.209408 0.0002 Stasioner -5.714227 0.0001 Stasioner
PMDN -6.466452 0.0000 Stasioner -5.576984 0.0001 Stasioner
PMA -5.937230 0.0000 Stasioner -4.998686 0.0005 Stasioner
Sumber : Pengolahan Data, Lampiran 2
Dari table 4.2 diatas memperlihatkan bahwa data pertumbuhan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan
(PPBK), Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan (PPBP), Penanaman
Modal Dalam Negeri (PDMN), dan Penanaman Modal Asing (PMA) telah
stasioner pada first difference. Data dapat dikatakan stasioner ketika ADF
t-statistik ♦Critical Value 5%.Karena kelima variable tersebut stasioner pada
first difference maka nilai didefinisikan dalam persamaan berikut ini :
DIPM1= A0+ A1DPPBKt
merupakan first difference dari IPM, DPPBK merupakan first difference dari
pengeluaran pemerintah bidang kesehatan, DPPBP merupakan first difference
dari pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, DPMDN merupakan bentuk
first difference dari penanaman modal dalam negeri dan DPMA merupakan
C. Uji Panjang lag
Langkah kedua dalam proses ini adalah menentukan panjang lag
optimal untuk sistem VAR guna melihat hubungan jangka panjang antar
variabel. Penentuan lag pada model VAR sesuai dengan criteria informasi
yang direkomendasikan oleh Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz
Information Criterion (SIC), Hannan-Quinn (HQ) dan Final Prediction Error
(FPE). Kriteria yang memiliki AIC, SIC, HQ atau FPE paling kecil adalah lag
yang akan digunakan. Pengujian lag ini digunakan agar tidak terdapat
permasalahan autokorelasi dalam sistem (Basuki, 2015).
Tabel 4.3 Kriteria Panjang Lag
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 s t✇ ①②③ ④⑤ ⑥ NA t② ④⑦ ⑧⑨⑦ ⑦ ⑩⑦ ②③ ⑤ ❶⑩ ④ ⑩⑦ ②⑩✇ ⑤③ ⑦ ⑩ ⑦②①①⑩ ① ❶
1 s t⑩ ①② t①✇ ⑥ ④ ⑥② ⑥✇ ① ❶✇❷ ⑦② ❶ ④⑧⑨⑦⑦❷ ①✇②tt⑩⑩④❷ ⑩ ❶②✇ ⑤ ⑥✇③❷ ①✇②✇ ✇ ④⑩⑤❷
❷ indicates lag order selected by the criterion
❸❹ ❺ sequential modified ❸❹ test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: ❻❼❽❾❿➀ ➁ information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion Sumber : Pengolahan Data, ➂➃➄ ➅➆ ➇➃ ➈ 3
Table memperlihatkan hasil otomatis panjang lag dengan
menggunakan Eview ✇② Hal ini memperlihatkan bahwa nilai dari ❸❹ statistic,
Final Prediction Error (FPE), Akaike information criterion (AIC), Schwarz
Information Criterion (SC), dan Hannan-Quinn Information (HQ) berada
pada lag 1 masing-masing dengan nilai sebesar ④ ⑥②⑥✇①❶✇➉ ⑦②❶④ ⑧⑨⑦⑦➉
①✇ ② t t⑩ ⑩ ④➉ ⑩ ❶②✇ ⑤ ⑥✇③ dan ①✇ ②✇✇④⑩ ⑤② Berdasarkan hasil pengolahan data diatas
D. Pengujian Stabilitas VAR
Setelah menentukan kriteria panjang lag untuk estimasi VAR, langkah
selanjutnya adalah pengujian stabilitas VAR menggunakan Root of
Characteristic Polynomial. Ketika nilai dari Roots dan Modulus polynomial
kurang dari 1 (<1) berarti bahwa variable tersebut stabil.
Tabel 4.4 Root of Characteristic Polynomial
Root Modulus
No root lies outside the unit circle.
Sumber : Pengolahan Data, ↕➙➛ ➜➝ ➞➙ ➟➠
Berdasarkan table ➔➋→ diatas semua nilai dari Roots dan Modulus
kurang dari 1 (<1), dan berdasarkan VAR , telah memenuhi stabilitas kontrol,
yang menyebutkan bahwa ➡ No root lies outside the unit circle ➢ ini berarti
bahwa variabel dapat digunakan pada model VAR.
E. Uji Kointegrasi Johansen
Uji kointegrasi dilakukan dengan memeriksa nilai stasioner dari
masing-masing variabel dalam penelitian ini. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui keberadaan hubungan antar variabel, khususnya dalam jangka
maka sudah pasti terdapat hubungan jangka panjang antar variabel dan dapat
dilanjutkan dengan menggunakan VECM. Namun, apabila tidak terkointegrasi
maka dapat menggunakan model VAR first Difference (FDVAR). Guna
melihat angka integrasinya dengan melihat Trace Statistic dan Maximal Eigen
statistic dan berdasarkan probabilitasnya. Apabila probabilitasnya α➤0.05,
maka tidak terdapat kointegrasi pada variabel. Hasil dari uji kointegrasi
johansen diperlihatkan pada table 4.5 dibawah ini .
Tabel 4.5 Uji Kointegrasi Johansen
Model Hypothesized Trace
Sumber : Pengolahan Data, lampiran 5
Table ➲ ➩➭ diatas menunjukkan hasil dari Johansen Juselius
Co-integration test. P-value dari MacKinnon-Haug-Mihelis adalah 0.000 <α=
0.05, hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain model
signifikan. Pada Trace statistic dapat dilihat bahwa lima variable
terkointegrasi dan pada Max-Eigen statisticterdapat lima variabel yang
terkointegrasi. Dengan kata lain terdapat kointegrasi antara IPM, PPBK,
PPBP, PMA, PMDN pada tahun ➦➳ ➨➭➾➵➸➦➲➩ Berdasarkan pada tes ini terdapat
F. Uji Kualitas Granger
Uji kausalitas granger dilakukan untuk mengetahui apakah diantara
variabel memiliki hubungan timbal balik atau tidak, karena masing-masing
variabel dalam penelitian memiliki kesempatan untuk menjadi variabel
eksogen maupun endogen. Pada uji kausalitas ini mrnggunakan VAR Pairwise
Granger Causality Test dan menggunakan taraf lima persen. Berikut hasil
analisis Pairwise Granger Causality Test.
Tabel 4.6 Hasil Pairwise Granger Causality Test
Variabel Dependen Variabel Independen Probability
IPM PPBK 0.3146
PPBP ➚ ➪➚ ➚➚ ➶ ➹
PMA 0.0610