• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Seksual Bebas Remaja Di Kecamatan Medan Tembung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Seksual Bebas Remaja Di Kecamatan Medan Tembung"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

UN

ME

Ye

FAKULT

NIVERSIT

EDAN TE

SKRIP

Oleh

eni Rahmah 1211210

TAS KEP

TAS SUM

MBUNG

PSI

h

h Siregar 060

PERAWA

MATERA

(2)
(3)
(4)

Nim : 121121060 Program : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Perilaku seksual bebas yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat, hasil survei Depkes RI (2008), dari 33 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa 63% remaja pernah berhubungan seks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang perilaku seksual bebas remaja dengan desain deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja di Kecamatan Medan Tembung sebanyak 97 orang. Sampel diambil dengan metode pengambilan data purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku seksual bebas remaja adalah buruk dengan kategori pengetahuan remaja tentang seksual bebas kurang sebanyak 46,4%, sikap remaja tentang seksual bebas buruk sebanyak 58,8%, tindakan remaja tentang perilaku seksual bebas buruk sebanyak 51,5%. Dengan demikian diharapkan kepada pihak sekolah dan orang tua agar lebih aktif mengawasi remaja mencari informasi melalui media masa dan elektronik dan menjelaskan kepada remaja tentang dampak dari perilaku seksual bebas.

(5)

Student Number : 121121060

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Unhealthy free sexual behavior among teenagers especially unmarried teenagers tends to increase, Depkes RI survey (2008), from 33 provinces in Indonesia indicates that 63% of teenagers had had sex. This research aims to describe the free sexual behavior of teenagers with a descriptive design. The samples in this research were teenagers at the Medan Tembung District as many as 97 people. Samples were taken by purposive sampling method of data collection. The result showed that the free sexual behavior of teenagers is bad with the low knowledge category about free sexual as much as 46.4%, teenagers bad attitudes about sexual as much as 58.8%, teenagers action about free sexual behavior is bad as much as 51.5% . It is expected for the school and parents to be more active in monitoring teenagers getting information through the mass media and electronic and explain to teenagers about the effects of sexual behavior.

Keywords:Free Sexual Behavior, Teenager

 

(6)

Assalamu’Alaikum Wr.Wb

Tiada untaian terindah yang paling pantas kita ucapkan, melainkan puji serta syukur yang setinggi-tingginya kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, rezeki, rahmat serta karunianya yang tak terhingga, yang tak mampu penulis bahasakan. Karena atas petunjuk dan bimbingan sehingga penulis dapat menyusun kata demi kata, merangkai kalimat demi kalimat dan akhirnya dikemas menjadi skripsi penelitian. Penyusunan penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana keperawatan. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus - tulusnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns selaku dosen sekaligus pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

atas semangat dan doanya buatku yang yang tidak pernah putus memberikan kasih sayang, doa, dukungan moral dan materil serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.. 7. Teman-teman terbaikku (Lisa, Dana, Adel, Desi, Citra dan Wiwin), dan

teman satu bimbingan (Rheny dan Jupiter) yang selalu memberi semangat satu sama lain. Semoga kita sukses dalam segala cita-cita kita. Amin. 8. Teman-teman seperjuangan Fkep USU Ekstensi angkatan 2012 yang

selalu memberi semangat satu sama lain. Semoga kita semua sukses dan mendapatkan hasil yang terbaik . Amin.

Penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian skripsi penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dari segi isi dan penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi penelitian ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Februari 2014

(8)

Daftar Isi ... iii

2.1.3Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ... 13

2.2 Seksual Bebas ... 14

2.2.1 Defenisi Seksual Bebas ... 14

2.2.2 Tahapan terjadinya perilaku seksual bebas ... 15

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual bebas ... 16

2.2.4 Penyalahgunaan obat-obatan ... 19

2.2.4.1 Jenis-jenis narkoba... 19

2.2.4.2Dampak penyalahgunaan narkoba... 21

2.2.5 Dampak melakukan hubungan seksual bebas ... 23

2.3 Remaja ... 26

2.3.1 Defenisi Remaja ... 26

2.3.2 Ciri-ciri perubahan remaja ... 27

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 29

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 33

(9)

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 47

6.1 Kesimpulan ... 47

6.2 Saran.... ... 47

6.2.1 Saran bagi pelayanan keperawatan ... 47

6.2.3Saran bagi peneliti selanjutnya ... 47

6.2.3Saran bagi instansi terkait ... 48

Daftar Pustaka Daftar Lampiran

1. Lembar Persetujuan menjadi responden 2. Instrumen Penelitian

3. Surat Persetujuan Komisi Etik

4. Izin Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan USU 5. Izin Telah Melaksanakan Penelitian dari Dinas Pendidikan 6. Izin Telah Melaksanakan Penelitian di SMP Negeri 17 Medan 7. Izin Telah Melaksanakan Penelitian di SMA Negeri 11 Medan 8. Surat Persetujuan Uji Validitas

9. Jadwal Tentatif

10.Surat Pernyataan Keaslian Terjemahan dari LBPP LIA 11.Lembar Bukti Bimbingan

(10)

Tabel 5.1.2 Distribusi Freukuensi Karakteristik Responden Remaja di

Kecamatan Medan Tembung... 40 Tabel 5.1.2 Distribusi Freukuensi Pengetahuan Remaja di

Kecamatan Medan Tembung... 41 Tabel 5.1.2 Distribusi Freukuensi Sikap Remaja di

Kecamatan Medan Tembung... 41 Tabel 5.1.2 Distribusi Freukuensi Tindakan Remaja di

(11)

Nim : 121121060 Program : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Perilaku seksual bebas yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat, hasil survei Depkes RI (2008), dari 33 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa 63% remaja pernah berhubungan seks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang perilaku seksual bebas remaja dengan desain deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja di Kecamatan Medan Tembung sebanyak 97 orang. Sampel diambil dengan metode pengambilan data purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku seksual bebas remaja adalah buruk dengan kategori pengetahuan remaja tentang seksual bebas kurang sebanyak 46,4%, sikap remaja tentang seksual bebas buruk sebanyak 58,8%, tindakan remaja tentang perilaku seksual bebas buruk sebanyak 51,5%. Dengan demikian diharapkan kepada pihak sekolah dan orang tua agar lebih aktif mengawasi remaja mencari informasi melalui media masa dan elektronik dan menjelaskan kepada remaja tentang dampak dari perilaku seksual bebas.

(12)

Student Number : 121121060

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Unhealthy free sexual behavior among teenagers especially unmarried teenagers tends to increase, Depkes RI survey (2008), from 33 provinces in Indonesia indicates that 63% of teenagers had had sex. This research aims to describe the free sexual behavior of teenagers with a descriptive design. The samples in this research were teenagers at the Medan Tembung District as many as 97 people. Samples were taken by purposive sampling method of data collection. The result showed that the free sexual behavior of teenagers is bad with the low knowledge category about free sexual as much as 46.4%, teenagers bad attitudes about sexual as much as 58.8%, teenagers action about free sexual behavior is bad as much as 51.5% . It is expected for the school and parents to be more active in monitoring teenagers getting information through the mass media and electronic and explain to teenagers about the effects of sexual behavior.

Keywords:Free Sexual Behavior, Teenager

 

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Cahyaningsih, 2011).

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, kehidupan yang penuh gejolak ini sering sekali membuat kaum muda terjerumus pada “perilaku seks bebas”. Cinta dan seks merupakan salah satu masalah terbesar dari remaja. Kehamilan remaja, keguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat merupakan akibat buruk dari petualangan cinta dan seks yang salah di saat remaja. (Boyke, 2005).

Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan paerubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional (Larson dkk, 2002).

(14)

mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2005).

Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17-18 tahun (Fuad dkk, 2003). Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari pasangan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2012).

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah remaja usia 10-24 tahun mencapai sekitar 60.901.709 atau 30% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 201.241.999 jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani dan mental spiritual. Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja, pada usia dini sudah terjebak dalam perilaku reproduksi tidak sehat, diantaranya adalah seks pra nikah. (Depkes RI, 2000).

(15)

penyakit menular seksual dari tahun ke tahun terus meningkat terutama HIV/AIDS. Menurut WHO (2007) jumlah penderita HIV/AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di Asia ada sebanyak 4.900.000 kasus. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Departemen Kesehatan Repubilk Indonesia (Depkes RI, 2002) penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditafsir menjadi 270.000 orang. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah perilaku seks bebas yang didominasi oleh kelompok usia remaja (Depkes RI, 2008).Hasil survei dari 33 provinsi di Indonesia pada 2008 menunjukkan bahwa 63% remaja SMP dan SMA pernah berhubungan seks. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu penelitian tahun 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah, sehingga remaja rentan terhadap risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS. Departemen kesehatan tahun 2008 menyebutkan, dari 15.210 penderita HIV/AIDS 54% adalah remaja (Boyke, 2009).

(16)

melakukan aborsi. Persentase remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar, angka itu sempat berada pada kisaran 47,54%. Namun, hasil survei terakhir 2008 meningkat menjadi 63 persen (BKKBN, 2008).

Berdasarkan hasil survei Komnas Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2007 terungkap sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU yang disurvei mengaku pernah melakukan perilaku seksual bebas. Dan, sebanyak 62,7% anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak perawan. Serta 21,2% remaja SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi, 97% pelajar SMP dan SMA yang disurvei mengaku suka menonton film porno (Eman, 2008).

(17)
(18)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimanakah perilaku seksual bebas remaja di Kecamatan Medan Tembung”?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku remaja tentang seksual bebas. 1.3.2 Tujuan Khusus

1 Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang seksual bebas di Kecamatan Medan Tembung

2 Untuk mengetahui sikap remaja tentang seksual bebas di Kecamatan Medan Tembung.

3 Untuk mengetahui tindakan remaja tentang seksual bebas di Kecamatan Medan Tembung.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bidang Pendidikan Keperawatan

(19)

1.4.2 Bidang Pelayanan Keperawatan

Sebagai bahan informasi tentang KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan dapat meningkatkan cakupan remaja untuk memperoleh informasi dan layanan KRR.

1.4.3 Bidang Penelitian Keperawatan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1. Definisi Perilaku

(21)

2.1.2 Domain Perilaku

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2012) domain perilaku terdiri dari tiga bagian yaitu :

A. Pengetahuan

Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Notoatmodjo (2012) tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

(22)

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Apikasi ini dapat dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum - hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatau bentu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

(23)

B. Sikap

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2003). Menurut Notoatmodjo (2012) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbukan atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagi suatu penghayatan terhadap objek.

Menurut Notoatmodjo (2012) sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1) Menerima (receiving)

(24)

2) Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (respondible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

C. Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlikan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain dan praktik ini mempunyai beberapa tingkatan yakni:

1. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.

2. Adopsi (adoption)

(25)

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku a. Susunan saraf pusat

Susunan saraf pusat memgang peranan penting dalam perilaku manusia karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang dihasilkan.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.

c. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak mencapai suatu tujuan tertentu.

d. Emosi

Perilaku dapat tibul karena emosi. Asperk psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan dengan keadaan jasmani.

e. Belajar

Belajar diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktik-praktik dalm lingkungan kehidupan. Barelson dalam knutson Andi L. (1985) dikutip dari Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu. Menurut Notoatmodjo (2012) faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku yakni:

(26)

b. Faktor Ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

2.2 Seksual Bebas

2.2.1 Definisi seksual bebas

Free sex atau seks bebas menurut Sarwono dalam Saraswati, dkk, (2000)

mendefinisikan sebagai perilaku hubungan suami istri tanpa ikatan apa-apa, selain itu suka sama suka, bebas dalam seks. Dapat juga diartikan bagaimana cara berpacaran , pengetahuan tentang alat kelamin dan cara memikat hati pria atau wanita. Hal ini berarti seks: bebas untuk bertukar pasangan dalam berhubungan seksual: hidup bersama diluar nikah dan hubungan yang bebas tanpa nikah.

Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari menunjukkan perhatian dari lawan jenis, pacaran, kemudian melakukan lips kissing (ciuman bibir), genetalia simulation (melakukan rangsangan pada alat

genetal), petting (saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi), kemudian berlanjut pada hubungan seksual (Wijanarko, 1999).

(27)

Saraswati (2002), menjelaskan bahwa perilaku seks bebas adalah hubungan seks secara bebas dan merupakan tindakan hubungan seksual yang tidak bermoral, terang-terangan dan tanpa malu-malu sebab didorong oleh hawa nafsu seks yang tidak terintegrasi, tidak matang, dan tidak wajar. Menurut Depkes (2012) juga mengatakan bahwa Perilaku seksual adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi kedalam vagina. Djubaidah (2001) mengatakan bahwa perilaku seks adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seks atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual.

2.2.2 Tahapan terjadinya perilaku seksual bebas

Menurut Hurlock dalam Liana (2007) perilaku seksual dengan lawan jenis dimulai dari tahap berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat dan bersenggama. Sedangkan menurut Thomburg dalam Liana (2007) perilaku seksual tercermin dalam tahapan sebagai berikut :

a. Berpegangan tangan b. Berpelukan

c. Berciuman d. Bercumbu e. Bersenggama

(28)

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual bebas

Menurut Sarwono (2012) hal-hal yang berpengaruh terhadap perilaku seksual bebas pada remaja adalah :

a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri remaja. Perubahan - perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar remaja.

1) Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun norma sosial yang menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

2) Norma agama yang berlaku melarang perilaku seksual yang bisa mendorong remaja melakukan senggama, seperti berpegangan tangan, berciuman, sendirian dengan pasangan ditempat sepi.

3) Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yaitu dengan adanya teknologi canggih seperti VCD, Internet, majalah, TV, video. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba serta meniru dengan apa yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya mengetahui masalah seksual secara lengkap dari o rang tuanya.

(29)

pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas.

5) Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.

Menurut Hurlock dalam Liana (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja terhadap perilaku seks bebas antara lain:

a. Meningkatnya libido seksualitas

Perubahan hormonal pada remaja yang dapat meningkatkan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu. Bila remaja salah dalam menyalurkan hasrat tersebut dapat terjadi perilaku seks bebas yang

mengakibatkan kehamilan pada remaja perempuan. b. Penundaan usia kawin

Penyaluran ini tidak bisa segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan secara hukum oleh karena adanya UU tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah yaitu sedikitnya usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria.

c. Tabu-larangan

(30)

pranikah, bahkan larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku lain seperti berciuman dan masturbasi. Bagi remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecendrungan untuk melanggar larangan tersebut.

d. Kurangnya informasi tentang seks

Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebab informasi dan rangsangan seks melalui media massa menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang berada dalam periode ini ingin tahu dan ingin mencoba segala sesuatu akan meniru apa yang dilihatnya dan didengarnya, khususnya karena remaja belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap.

e. Komunikasi antara orangtua dan anak

Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya akan pentingnya pendidikan seks kepada anak maupun karena sikapnya yang masih menabukan pembicaraan mengenai masalah seksual dengan anak

cenderung akan membuat jarak dengan anak dalam masalah yang saat ini. Anak juga akan merasa malu bila akan bertanya tentang masalah seks kepada orangtuanya dan mereka akan mencari tahu dari orang lain.

f. Pergaulan yang semakin bebas

(31)

g. Wilayah tempat tinggal

Perubahan di kota yang lebih cepat dari di desa. Cepatnya arus informasi yang diterima juga dapat mempengaruhi banyaknya informasi yang salah juga masuk ke kota.

h. Jenis kelamin

Laki-laki lebih terbuka, lebih serba boleh, lebih ekstrim dalam pendapatnya tentang seksualitas, sedangkan wanita lebih malu-malu, dan lebih tidak tahu menahu.

2.2.4 Penyalahgunaan obat-obatan

Menurut Ayyubamin (2011), Obat adalah adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit.Secara harfiah obat terbagi 2 yaitu Obat yang legal dan obat ilegal (terlarang). Salah satu dari obat terlarang yang populer di masyarakat yaitu NARKOBA. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya. Selain “narkoba” istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

2.2.4.1 Jenis-jenis Narkoba 1 Narkotika

(32)

ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis narkotika adalah:

a) Untuk Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

b) Untuk Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan - sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

c) Untuk Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan - sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

2 Psikotropika

adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang - Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Untuk Sedatin atau pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine.

3 Bahan Adiktif berbahaya lainnya

(33)

dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether, dsb.

Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mental-emosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya.

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba. Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai “pemicu” seseorang dalam penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan faktor kesediaan narkoba itu sendiri.

2.2.4.2 Dampak penyalahgunaan Narkoba

Dampak penylahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat sebagai berikut ini :

1. Dampak Fisik:

(34)

pembuluh darah seperti: infeksi akut otot jantung dan gangguan peredaran darah. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: alergi. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan dan kesukaran bernafas. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

2. Dampak Psikis:

Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang bruta, Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan, Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

3. Dampak Sosial:

(35)

2.2.5 Dampak melakukan hubungan seksual bebas 1. Aspek Medis

Dari aspek medis melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak konsekuensi, sebagai berikut :

a. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada usia muda. Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tentang “bagaimana seorang

perempuan bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30,0% adalah masih remaja, 27,0% belum menikah, 12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Rahmawati, 2009).

b. Aborsi

Dengan status mereka yang belum menikah maka besar kemungkinan kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan aborsi merupakan salah satu alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi 300 tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu.

c. Meningkatkan resiko terkena kanker rahim

(36)

d. Terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, clamidia, trikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS (Windhu, 2009). 2. Aspek Sosial-Psikologis

Dari aspek psikologis, melakukan hubungan seksual pranikah akan menyebabkan remaja memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia (remaja) di masa yang akan datang. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) remaja ini adalah :

a. Kualitas mentalis.

(37)

b. Kualitas kesehatan reproduksi.

Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena kondisi fisik perempuan khususnya. Sedangkan laki –l aki akan memiliki kesehatan

yang rendah.

c. Kualitas keberfungsian keluarga.

Seandainya mereka menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran baru yang disandangnya dalam membentuk keluarga yang sakinah.

d. Kualitas ekonomi keluarga.

Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena terpaksa, tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

e. Kualitas pendidikan.

Remaja yang terlibat perilaku seksual bebas, kemudian menikah, tentunya akan memiliki keterbatasan terhadap pendidikan formal.

f. Kualitas partisipasi dalam pembangunan.

Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, remaja yang terlibat perilaku seksual bebas, tidak dapat berpartisipasi dalam

(38)

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi remaja

Istilah adolescent (remaja) berasal dari bahasa latinadalescere, yang berarti ‘bertumbuh’. Sepanjang fase perkembangan ini , sejumlah masalak fisik, sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, perilaku, dan kebutuhan yang unik (Bobak, 2004)

Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaaan remaja. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri.Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2012).

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan bangsa yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (cahyaningsih, 2011).

(39)

sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang menyolok (Cahyaningsih, 2011).

2.3.2 Ciri-ciri perubahan masa remaja a. Perkembangan non fisik

Masa remaja, menurut Pinem (2009) ciri perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

1) Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain : ingin bebas, lebih dekat dengan sebaya, mulai berfikir abstrak, dan lebi banyak memperhatikan keadaaan tubuhnya.

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas anatara lain : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk ingin berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

b. Perubahan fisik pada masa remaja

Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam kesehata reproduksi karena pada masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat cepat untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu melaksanakan fungsi reproduksi.Perubahan yang terjadi yaitu :

(40)

2) Munculnya tanda-tanda seks sekunder yaitu :

a. Pada remaja laki-laki tumbuhnya jakun, penis, dan buah zakar akan bertambah besar, suara bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, tumbuhnya kumis diatas bibir, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak.

b. Pada remaja perempuan : pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar.

c. Perubahan kejiwaan

Pada masa remaja perubahan terjadi lebih lambat dari fisik dan labil meliputi:

1) Perubahan emosi: sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi.

2) Perkembangan inteligensia: mampu berfikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga mucul perilaku ingin mencoba hal yang baru.

(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmojo, 2010). Kerangka dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap perilaku seksual bebas adalah sebagai berikut:

Skema 1. Kerangka Penelitian Perilaku Seksual Bebas Remaja di Kecamatan Medan tembung.

Perilaku seksual bebas meliputi:

(42)

3.2 Defenisi Operasional

Variabel Subvariabel Defenisi Operasional

2. Sikap Tanggapan remaja

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Arikunto, 2006).Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang perilaku seksual bebas remaja.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi juga diartikan keseluruhan individu yang menjadi acuan hasil-hasil penelitian akan berlaku (Kasjono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di SMP Negeri 11 Medan dan SMA Negeri 11 Medan di Kecamatan Medan Tembung sebanyak 1140 orang.

4.2.2 Sampel

(44)

Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah: 1. Remaja awal yang berusia 10-12 tahun 2. Remaja tengah yang berusia 13-15 tahun 3. Remaja akhir yang berusia 16-19 tahun

4. Remaja yang bersedia menjadi responden yang dinyatakan secara tertulis Maka menurut Dahlan (2010), menghitung jumlah sampel dalam penelitian, dengan Rumus:

Z2 x P x Q

n =

d2

karena belum ada penelitian sebelumnya, maka P sebesar 50%. Nilai dipilih karena perkalian P x Q akan maksimal jika nilai P = 50%, maka alfa sebesar 5% sehingga nilai Z = 1,96, dengan nilai persisi (d) 10%. Dengan demikian besar sampel yang diperlukan adalah:

Z2 x P x Q

n =

d2

(1,96)2 x 0,05 x 0,95 =

0,102

= 96,58 (dibulatkan menjadi 97)

(45)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Medan dan SMA Negeri 11 Medan Kecamatan Medan Tembung selama satu bulan, dari bulan Desember sampai dengan bulan Januari 2014.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian disetujui dan telah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan. Kemudian peneliti mengurus Ethical Clearence , dan setelah selesai barulah peneliti melakukan penelitian. Berdasarkan

(46)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner perilaku seksual bebas berupa angket cheklist. Pada bagian awal berisi kuesioner data demografi yang mencakup usia, jenis kelamin, alamat dan umur responden. Pada bagian selanjutnya berisi tentang pengetahuan, sikap, tindakan perilaku seksual bebas di kalangan siswa.

4.5.1. Kuisioner pengetahuan

Kuisioner pengetahuan ini ada 18 pernyataan dengan menggunakan penilaian skala Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif sebanyak 10 kuisioner pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12 dan 14 dengan jawaban benar (skor 1) dan (salah skor 0). Skor untuk jawaban negatif sebanyak 8 kuisioner pada nomor 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17 dan 18 dengan jawaban Benar (skor 0) dan jawaban salah (skor 1). Total skor diperoleh terendah 0 yang tertinggi 18.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana dalam Sari (2009) adalah: Rentang

p=

Banyak kelas

(47)

4.5.2 Kuisioner sikap

Instrumen penelitian tentang sikap siswa tentang perilaku seksual bebas terdiri dari 22 pernyataan. Penilaian menggunakan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Skor pernyataan negatif yaitu Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak Setuju (3), Sangat Tidak Setuju (4). Untuk pernyataan positif sebanyak 11 kuisioner yaitu pada nomor 4, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21 dan 22dan penyataan negatif sebanyak 11kuisioner pada nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11 dan 19 .Total skor diperoleh terendah 22 dan tertinggi 88.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana dalam Sari (2009) adalah: Rentang

p=

Banyak kelas

(48)

4.5.3 Kuisioner tindakan

Instrumen penelitian tentang tindakan siswa terhadapperilaku seksual bebas terdiri dari 10 pernyataan. Penilaian menggunakan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif yaitu selalu (4), sering (3), kadang (2), tidak pernah (1). Skor pernyataan negatif yaitu sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3), sangat tidak setuju (4). Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 10 dan nilai tertinggi 40

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana dalam Sari (2009)adalah: Rentang

p=

Banyak kelas

Dengan rentang sebesar 30 dan banyak kelas dibagi atas 2 kategori kelas untuk tindakan baik dan tindakan buruk maka diperoleh panjang kelas sebesar 15. Dengan p= 15, dan nilai terendah 10 sebagai batas bawah kelas pertama, tindakan dikategorikan atas kelas interval yaitu 10-25 = tindakan baik dan 26-40 = tindakan buruk.

(49)

4.6 Uji Validitas dan Realibitas

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh Ismayadi, S.kep, Ns, M.kes (Dosen Fakultas Keperawatan USU) dan Lermiana Purba SST, S.pd, M.Psi (Dosen Psikologi Perkembangan di Kesdam Putri Hijau). Setelah kuisioner tersebut di validasi maka kuisioner tersebut layak untuk disebarkan.

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan realibitas karena memilki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya satu kali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi Demssey & Demsey dalam Sari (2009).

Uji Reabilitas dilakukan kepada 30 orang subjek dilaksanakan di tempat melakukan penelitian dan diluar dari subjek penelitian, sesuai dengan kriteria yang ditentukan sebagai subjek studi. Teknik analisa data telah dilakukan dengan menggunakan Kuder Richardson 20 (KR 20) pada instrumen pengetahuan dengan hasil 0,708 dan tindakan 0,783 dan instrumen sikap telah dilakukan dengan rumus alpha dengan hasil 0,908.

(50)

4.7 Proses Pengumpulan Data

Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Kepala Dinas Pendidikan kota Medan, setelah mendapatkan izin peneliti menyerahkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 11 dan SMP Negeri 17 Medan di Kecamatan Medan Tembung, Peneliti akan mencari responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya, apabila peneliti telah menemukan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dan cara pengisian kuisioner, kemudian responden diminta menandatangani surat persetujauan (informed consent) ataupun memberikan persetujuan secara lisan. Selanjutnya peneliti

(51)

4.8 Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah yaitu memeriksa kembali semua kuisioner yang telah diisi responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuisioner telah diisi sesuai dengan petunjuk (editing). Memberikan kode tertentu pada kuisioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (coding). pengolahan dan pengambilan kesimpulan melakukan tabulasi (tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan dan secara komputerisasi.

(52)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan remaja tentang seksual bebas di Kecamatan Medan Tembung, maka hasil penelitian sebagai berikut :

5.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja di Kecamatan Medan Tembung

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentase (%) Umur :

Remaja awal 10-12 tahun Remaja tengah 13-15 tahun Remaja akhir 16-19 tahun

(53)

5.1 2 Pengetahuan Remaja tentang Seksual Bebas

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja tentang Seksual Bebas di Kecamatan Medan Tembung

Pengetahuan Frekuensi Persentase %

Baik 17 17.5

Cukup 35 36.1

Kurang 45 46.4

Total 97 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja tentang seksual bebas mayoritas buruk sebanyak 45 orang (46,4%).

5.1 3 Sikap Remaja tentang Seksual Bebas

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja tentang Seksual Bebas di Kecamatan Medan Tembung

Sikap Frekuensi Persentase %

Baik 40 41.2

Buruk 57 58.8

Total 97 100.0

(54)

5.1 4 Tindakan Remaja tentang Perilaku Seksual Bebas

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi Tindakan Remaja tentang Perilaku Seksual Bebas di Kecamatan Medan Tembung

Tindakan Frekuensi Persentase %

Baik 47 48.5

Buruk 50 51.5

Total 97 100.0

Berdasarkan tabel 5.1.4 di atas dapat dilihat bahwa tindakan remaja tentang seksual bebas mayoritas buruk sebanyak 50 orang (51,5%) dan tindakan baik sebanyak 47 orang (48,5%). Tindakan perilaku seksual adalah responden disebut melakukan tindakan perilaku seksual buruk jika mempraktekkan tindakan-tindakan seksual dengan teman/kekasihnya seperti tindakan-tindakan yang terdapat dalam kuesioner seperti “saya berciuman dengan kekasih saya asal di tempat yang sepi”, sedangkan disebut melakukan tindakan baik adalah tidak melakukan hal diatas.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Remaja Tentang Seksual Bebas

(55)

dipergunakan anak remaja dalam mencari informasi tentang seksual bebas serta faktor - faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan.

Ditinjau dari sumber informasi, hasil analisis data menunjukkan bahwa sumber informasi yang paling banyak dipergunakan adalah media terutama dengan adanya media elektronik seperti Hand Phone dan internet. Informasi tentang dampak seksual bebas ini dapat diberikan oleh guru di sekolah, dan juga orang tua di rumah, akan tetapi baik guru maupun orang tua masih belum memberikan gambaran tentang dampak yang diakibatkan dari seksual bebas, bahkan ada orang tua yang menganggap bahwa berbicara masalah seks itu adalah tabu, karena tidak pantas dibicarakan secara terbuka untuk alasan apapun, sehingga hal ini mengakibatkan remaja tidak mengetahui dampak seksual tersebut. Bila dilihat dari usia remaja yang masih muda, ini juga dapat mempengaruhi perilaku remaja tentang seksual bebas menjadi kurang baik, hal ini terjadi karena di usia remaja yang masih muda ini, mereka ingin mencoba tentang apa yang mereka ketahui seperti halnya seksual bebas. Menurut Sarwono (2012) ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih mentabukan pembicaraan seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak tentang masalah ini akibatnya pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas.

(56)

terbendung lagi. Remaja yang sedang berada dalam periode ini ingin tahu dan ingin mencoba segala sesuatu akan meniru apa yang dilihatnya dan didengarnya, khususnya karena remaja belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap.

5.2 2 Sikap Remaja Tentang Seksual Bebas

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap remaja tentang seksual bebas mayoritas buruk sebanyak 57 orang (58,8%), dibandingkan dengan sikap baik sebanyak 40 orang (41,2%). Sikap buruk maksudnya disini adalah bila responden menjawab pertanyaan yang benar dengan nilai > 30, sedangkan yang dimaksud dengan sikap yang baik bila responden menjawab pertanyaan dengan nilai < 30. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sartika (2008) yang berjudul Pengetahuan, sikap dan informasi remaja tentang perilaku seks bebas di SMU Budi Satrya Bandar Selamat Medan, menunjukkan bahwa dari 40 responden ada 21 responden (52,5%) memiliki sikap yang negatif atau buruk.

(57)

menolak perilaku seks. Hal ini tentu dibekali dengan adanya faktor pengetahuan ataupun pengalaman dari remaja tersebut apabila sikap remaja baik maka pengetahuan dan tindakan remaja pun akan baik. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin tinggi pula rasa keingintahuannya.

5.2.3 Tindakan Remaja tentang Perilaku Seksual Bebas

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tindakan remaja tentang seksual bebas mayoritas buruk sebanyak 50 orang (51,5%), dan tindakan baik sebanyak 47 orang (48,5%). Tindakan perilaku seksual adalah responden disebut melakukan tindakan perilaku seksual buruk jika mempraktekkan tindakan-tindakan seksual dengan teman/kekasihnya seperti tindakan-tindakan yang terdapat dalam kuesioner seperti “saya berciuman dengan kekasih saya asal di tempat yang sepi”, sedangkan disebut melakukan tindakan baik adalah tidak melakukan hal diatas.

(58)

ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), yang mengatakan bahwa keterampilan atau tindakan adalah akhir dari suatu perilaku yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan dan sikap, karena untuk mewujudkan suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. 

Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari pasangan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2012).

(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpuan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku seksual bebas remaja di kecamatan Medan Tembung adalah buruk, yaitu remaja mewujudkan tingkah laku kepada lawan jenis karena adanya faktor yang mendukung yang didorong oleh hasrat seksual dan kondisi yang memungkinkan seperti tempat yang sepi, bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari tertarik dengan lawan jenis, berkencan, beciuman dan bersenggama.

6.2 Saran

6.2.1 Saran Bagi Pelayanan Keperawatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, mayoritas remaja memiliki pengetahuan kurang. Dalam pelayanan keperawatan perlu diadakan penyuluhan atau pemberian informasi tentang dampak perilaku seksual bebas dan mengaktifkan PIK-KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja).

6.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

(60)

6.2.3 Saran Bagi Instansi Terkait

Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat memberikan pelajaran tentang dampak perilaku seksual bebas mengetahui dampak perilaku seksual bebas dan mengawasi para siswa/siswi agar tidak membawa majalah atau VCD dewasa. Diharapkan kepada orang tua remaja agar lebih mengawasi anak-anaknya agar si anak tidak terlalu bebas, serta mendidik remaja tentang dampak seksual bebas.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Asfriyati, dkk. (2004). Perilaku remaja santri di pesantren purba baru tapanuli selatan serta faktor-faktor yang mempenagruhinya. Diambil

tanggal 20 April 2013

http://www.google.com/ur.PERILAKUSEKSUALREMAJA.pdf 

 

Ayyubamin, (2011), Penyalahgunaan Obat-obatan Terhadap Remaja. Diambil

pada tanggal 14 Juli 2013

http://ayyubamin.wordpress.com/2011/12/09/dampak-penyalahgunaan-obat-obatan-terhadap-remaja

Banun.(2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Semester V STIKes X Jakarta Timur 2012.

Diambil pada tanggal 10 Juni 2013. http://www.google.com/url.thamrin.ac.id 

Bobak, . (2005). Buku Ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC, 2004

Cahyaningsih. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: TIM, 2011

Dahlan, Spiyudin, M (2010) Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika, 2010.

Depkes. (2010). Kesehatan Remaja: Problem dan solusinya. Jakarta: Salemba Medika, 2012

Fatur. (2009). Sikap dan perilaku seksual pada masyarakat bali. http://fatur.staff.ugm.ac.id/Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di Bali.pdf   

Kasjono, dkk. (2009). Teknik Sampilng untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.

Kusumastuti. (2010).Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap seksual Pranikah Remaja. Diambil tanggal 20 April 2013 dari http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artikel 

 

(62)

Muhlas. (2013). Dilematik Sex Bebas di Kalangan anak Usia Pelajar. Diambil tanggal 20 April 2013 http://www.google.com/urljournal.unair.ac.id Nufus. (2009). Seks Bebas Menurut Pandangan Islam dan Kesehatan. Diambil

pada tanggal 09 Mei 2013.

http://www.academia.edu/3330717/KTI_Free_Seks

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerpan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2012

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Pinem, (2009). Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: TIM, 2009 Santrock, W. (2007). Remaja.Jakarta: Penerbit Erlangga, (2007).

Sarwono, W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers, 2012

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 2004

Sugiyanto. (2013). Bahaya Seks Bebas Pada Remaja. Diambil tanggal 20 April 2013. http://www.google.com/url Bahaya Seks Bebas Pada Remaja.pdf  Suyanto. (2011). Metodelogi Dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Yogyakarta:

Nuha Medika

Suza, E.(2007). Hubungan Antara Persepsi Tentang Seks dan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 3 Medan. Diambil pada tanggal 10 juni 2013. https://www.google.com/search.pdf

Wahareni. (2008). Pengetahuan dan sikap tentang perilaku seks bebas remaja di SMA Kupang. Diambil pada tanggal 22 Januari 2014. https://www.google.com/url Bahaya Seks Bebas Pada Remaja

Wawan. (2010). Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medica, 2010

(63)

Widyastuti, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Penerbi Fitramaya, 2009

(64)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Saya Yeni Rahmah Siregar adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan USU Medan, yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Prilaku Seksual Bebas Remaja di Kecamatan Medan Tembung”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prilaku seksual bebas remaja di Kecamatan Medan Tembung. Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah bagi pelayanan keperawatan sebagai informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan dan juga petugas kesehatan agar melakukan sosialisasi dan promosi tentang pentingnya mengetahui kesehatan reproduksi remaja, bagi pendidikan keperawatan untuk memberi informasi dan wawasan sehingga nantinya bisa mengaplikasikan teori dan bagi peneliti keperawatan untuk menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini dapat memberi keuntungan kepada remaja di Kecamatan Medan Tembung tentang pentingnya untuk menjaga kesehatan reproduksi agar terhindar dari penyakit.

(65)

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela. Saudara berhak untuk menolak menjadi respoden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang saudara berikan dan informasi yang didapat hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian lembar penjelasan ini saya buat, atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2013

Responden

(66)

KUISIONER PENELITIAN

PERILAKU SEKSUAL BEBAS REMAJA

DI KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

No Responden :

Alamat : Umur : Jenis Kelamin :

Petunjuk Umum Pengisian :

I. Tuliskan tanda ( X ) untuk setiap jawaban yang paling benar, pada pertanyaan

Sumber Informasi

1. Apakah anda memiliki kebiasaan mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan ?

a. ya, alasan... b. Tidak, alasan...

2. Jika ya, topik kesehatan apa saja yang pernah anda dapatkan? (jawaban boleh >1)

Sebutkan... 3. Darimana anda mendapat informasi kesehatan tersebut?

a. Media cetak (majalah/ buku/ surat kabar/ brosur) b. Media elektronik (televisi/ radio)

c. Internet

d. Telepon genggam e. Petugas Kesehatan f. Guru

g. Keluarga

(67)

A. Pernyataan pengetahuan

1. Perilaku seksual bebas adalah

a) Melakukan hubungan suami istri di luar pernikahan

b) Melakukan hubungan pasangan suami istri setelah menikah c) Tidak tahu

2. Berikut ini Yang dilakukan remaja pada perilaku seks bebas tercermin seperti

a) Berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman b) Berdandan, melirik, mengobrol, dan berbagi cerita c) Tidak tahu

3. Salah satu faktor yang menyebabkan remaja melakukan perilaku seksual bebas adalah

a) Pengaruh lingkungan b) Adanya rasa ingin tahu c) Tidak tahu

4. Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri remaja untuk melakukan perilaku seksual adalah

a) Karena adanya perubahan-perubahan hormonal b) Karena adanya dorongan dari teman-teman sebaya c) Tidak tahu

5. Salah satu faktor yang berasal dari luar diri remaja untuk melakukan perilaku seksual adalah

(68)

6. Narkoba adalah

a) obat yang resmi beredar dan boleh digunakan b) obat terlarang dan tidak boleh digunakan c) Tidak tahu

7. Jenis-jenis narkoba adalah

a) alkohohol, lem kambing, rokok, b) Narkotika dan psikotropika c) Tidak tahu

8. Salah satu dampak fisik dari penggunaan narkoba adalah

a) Lamban kerja, ceroboh sering tegang, sulit berkonsentrasi. b) Kejang-kejang, ganguan kesadaran, susah tidur.

c) Tidak tahu

9. Salah satu dampak psikis dari penggunaan narkoba adalah a) Penuh curiga dan hilangnya kepercayaan diri

b) Merepotkan dan menjadi beban keluarga c) Tidak tahu

10. Salah satu dampak sosial dari penggunaan narkoba adalah a) Gangguan mentel, anti-sosial dan asusila

b) Susah tidur, tingkah laku yang brutal dan penuh curiga c) Tidak tahu

11. Salah satu dampak dari segi kesehatan yang diakibatkan karena melakukan perilaku seksual bebas adalah

(69)

12. Salah satu dampak dari segi Psiko-sosial yang diakibatkan karena melakukan perilaku seksual bebas adalah

a) Aborsi b) Depresi c) Tidak tahu

13. Terjadinya kehamilan dini pada remaja adalah salah satu akibat dari .... a) Berpacaran

b) Perilaku seksual bebas c) Tidak tahu

14. Terjadinya aborsi pada remaja adalah akibat dari a) Kehamilan yang tidak diinginkan

b) Penyakit akibat hubungan seksual c) Tidak tahu

15. Seringnya melakukan hubungan seksual di luar pernikahan akan menimbulkan resiko terkena

a) Penyakit kelamin b) Penyakit HIV/ AIDS c) Tidak tahu

16. Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah a) Penyakit keturunan yang dapat menular

b) Penyakit akibat hubungan seksual secara bebas c) Tidak tahu

17. Penularan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan cara a) Berpegangan tangan dan berciuman

(70)
(71)

II. Tulislah jawaban sesuai dengan yang anda ketahui :

No Pertanyaan Jawaban

SS S TS STS

1 Menurut saya, seksual bebas adalah hubungan intim boleh dilakukan siapa saja

2 Menurut saya, seks bebas boleh dilakukan remaja sebelum menikah

3 Menurut saya, perilaku seksual bebas hal yang wajar dilakukan oleh remaja

4 Menurut saya, dalam berpcaran tidak harus melakukan hubungan seksual bebas

5 Menurut saya, berpegangan tangan, berpelukan, bercumbu antar lawan jenis termasuk hal yang wajar dilakukan oleh remaja

6 Menurut saya dalam berpacaran harus melakukan ciuman bibir untuk kehangatan dan keindahan 7 Menurut saya, bersenggama antar lawan jenis

merupakan hal yang wajar untuk dilakukan

8 Menurut saya, melakukan hubungan seks merupakan suatu cara untuk mengungkapkan rasa cinta kepada pacar

9 Menurut saya,alkohol boleh dikonsumsi oleh remaja asalkan tidak berlebihan

10 Menurut saya, merokok adalah hal yang wajar dilakukan oleh remaja

11 Menurut saya, narkoba boleh digunakan untuk menangkan fikiran

12 Menurut saya, narkoba, alkohol dan merokok dapat merusak generasi muda.

(72)

14 Menurut saya, aborsi yang terjadi pada seorang remaja putri bisa memperburuk atau mengganggu kesehatan

15 Menurut saya, cara yang baik untuk menghindari terjadinya kehamilan dini apabila menggunakan kondom dengan tepat dan benar

16 Menurut saya, hubungan seksual yang dilakukan oleh remaja dapat resiko terkena kanker rahim

17 Menurut saya, prilaku seksual bebas terjadi akibat pergaulan remaja yang begitu bebas.

18 Menurut saya penyakit menular seksual adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidaksetiaan dengan pasangan

19 Menurut saya, seksual bebas yang berulang-ulang tidak selamanya menimbulkan PMS

20 Menurut saya, penyakit sipilis, HIV, merupakan kelompok penyakit seksual

21 Menurut saya, HIV/ AIDS hanya dapat ditularkan melalui hubungan kelamin (bersetubuh)

(73)

III. Petunjuk pengisian : Berikanlah tanda silang () pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi yang anda alami, dimana

Ss: Selalu , S:Sering , KK: Kadang-kadang TP: Tidak Pernah

C. Pernyataan Tindakan

No Pernyataan Ss S KK TP

1 Saya mau berciuman dengan pacar atau teman , asal di tempat sepi

2 Saya pernah berciuman dengan pacar saya

3 Seks bebas tetap saya lakukan, meskipun ini dilarang

4 Saya melakukan perilaku seksual bebas seperti berciuman

5 Berciuman ringan dengan pacar/ teman dekat . 6 Saya melakukan hubungan seksual bebas seperti

necking ( bercium sampai daerah dada)

7 Saya melakukan hubungan seksual bebas seperti petting (saling menempelkan alat kelamin)

8 Saya melakukan saling meraba atau diraba payudara dan alat kelamin

9 Saya melakukan bersenggama (melakukan hubungan badan layaknya suami istri)

(74)

Frequencies

Statistics

Umur Jenis Kelamin

Sumber

Informasi Pengetahuan Sikap

N Valid 97 97 97 97 97

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 38 39.2 39.2 39.2

Perempuan 59 60.8 60.8 100.0

(75)

Sumber Informasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 17 17.5 17.5 17.5

Cukup 35 36.1 36.1 53.6

Buruk 45 46.4 46.4 100.0

Total 97 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 40 41.2 41.2 41.2

Buruk 57 58.8 58.8 100.0

Total 97 100.0 100.0

tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 47 48.5 48.5 48.5

Buruk 50 51.5 51.5 100.0

(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama :Yeni Rahmah Siregar

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 18 September 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Jln. Medan Batang Kuis Gg sepakat No 16C

Dusun I : Sei Rotan

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 12 Sidimpuan ( Tahun 1996-2002) 2. SMP Negeri 2 Percut Sei Tuan ( Tahun 2002-2005)

3. SMU Negeri 11 Medan ( Tahun 2005-2008)

Gambar

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja di Kecamatan Medan Tembung
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja tentang Seksual Bebas
Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi Tindakan Remaja tentang Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku seksual pranikah pada remaja merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis yang dilakukan tanpa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan perilaku seksual pranikah adalah faktor internal dan faktor eksternal, factor internal diantaranya

menyimpulkan bahwa remaja adalah individu yang menjadi lebih dewasa. dengan perubahan fisik, sosial, psikologis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh faktor internal (dorongan seksual) dan faktor eksternal (teknologi, orang tua dan konformitas

seksual pada remaja adalah akibat perilaku seks bebas remaja. Menurut

Hubungan Pengetahuan Infeksi Menular Seksual dengan Perilaku Seksual Remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta.. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik

faktor lain yang memdukung perilaku seksual pada remaja adalah perubahan.. hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah: Faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek