• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Lembar Observasi

Kuesioner Penelitian Pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

No. Urut :

Tanggal Wawancara :

Nama Responden :

Lama Waktu Tinggal di Panti :

Jumlah Lansia dalam 1 kamar :

KARAKTERISTIK LANSIA

1. Umur :

2. Jenis Kelamin :

3. Riwayat Penyakit Terdahulu :

PERSONAL HYGIENE

1. Berapa kali Anda mandi dalam sehari?

a. 2 kali

b. 1 kali

2. Bagaimna cara Anda mandi?

a. Mandi dengan air lalu menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram

dengan air sampai bersih

b. Mandi dengan air tetapi tidak menggosok kulit kemudain seluruh tubuh di

siram dengan air sampai bersih

3. Air apa yang Anda gunakan ketika mandi?

a. air hangat

b. air dingin

4. Sabun apa yang Anda gunakan ?

a. sabun yang halus

(2)

5. Apakah Anda menggunakan handuk sendri saat selesai mandi?

a. Ya menggunakan handuk sendiri

b. Tidak menggunakan handuk sendiri

6 . Berapa kali Anda mencuci rambut dalam seminggu?

a. ≥ 2 kali b. < 2 kali

7. Apakah Anda menggunakan shampoo ketika mencuci rambut?

a. Ya, menggunakan shampoo

b. Tidak menggunakan shampoo

8. Dalam 1 minggu adakah Anda memotong kuku tangan dan kaki?

a. Ya, minimal 1 kali dalam seminggu

b. Tidak ada memotong kuku dalam 1 minggu

9. Berapa kali Anda mengganti pakaian dalam sehari?

a. 2 kali

b. < 2 kali

10. Apakah Anda mencuci tangan pada saat sebelum dan setelah makan?

a. Ya, mencuci tangan dengan menggunakan sabun

b. Ya, mencuci tangan tetapi tidak menggunakan sabun

11. Apakah Anda Mencuci tangan setelah buang air besar dan air kecil?

a.Ya, mencuci tangan dengan menggunakan sabun

b. Mencuci tangan tetapi tidak menggunakan sabun

12.Apakah Anda menyiram sekitar alat genetalia saat mandi dan buang air

kecil?

a. Ya, menyiram sekitar alat genetalia saat mandi dan buang air kecil

b. Tidak, menyiram sekitar alat genetalia saat mandi dan buang air kecil

13. apakah Anda mengganti pakaian dalam setiap selesai mandi?

a. Ya, mengganti pakaian dalam setiap selesai mandi

(3)

PERAN PERAWAT

1. Apakah perawat ikut berperan ketika lansia mandi?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah perawat berperan ketika lansia mencuci rambut

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah perawat berperan ketika lansia mengganti pakaian

a. Ya,

b. Tidak

4. Apakah perawat berperan ketika lansia memotong kuku kaki dan tangan

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah perawat berperan dalam menyapu dan mengepel lantai kamar?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah perawat berperan dalam mengganti seprei tempat tidur

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah perawat berperan dalam menjemur kasur?

a. Ya

(4)

KELUHAN KULIT

Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda mengalami

1. Kulit terasa gatal dengan frekuensi yang berulang-ulang?

a. Ya

b. Tidak

2. Ada bercak-bercak kemerahan pada kulit?

a. Ya

b. Tidak

3. Ada bentol-bentol pada kulit?

a. Ya

b. Tidak

4. Ada kulit yang mengelupas seperti bersisik dan kering ?

a. Ya

(5)

No Kamar : Nama Penghuni Kamar :

Lembar Observasi Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit

No SANITASI KAMAR

PENGAMATAN

YA TIDAK

1 Penyediaan Air Bersih

A. Tersedia air bersih dan sesuai dengan kebutuhan

B. air tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau

C. Sumber air tanah/PDAM

D. Penampungan air/bak dibersihkan sekali seminggu

E. Penampungan air/bak tertutup dan tidak bocor

2 Kamar Mandi

A. Lantai tidak licin dan kedap air

B. Air bekas mandi di alirkan ke septic tank

C. Ventilasi dan penerangan yang memadai

D. Dinding kamar mandi tidak berlumut

E. Tersedia jamaban sebagai sarana pembuangan

kotoran

3 Tempat Tidur dan Seprei

A. Membersihkan dan merapikan tempat tidur setelah

bangun tidur

(6)

C. Menjemur bantal minimal 1 kali dalam seminggu

D. Mengganti Seprei minimal 1 kali dalam seminggu

E. Mengganti sarung bantal 1 kali dalam seminggu

4 Sarana Pembuangan Sampah

A. Tersedia tempat sampah di setiap ruangan

B. Tempat sampah kedap air dan tahan karat

C. Sampah tidak berserakan di depan ruangan

D. Diangkut ke TPS >2 kali/hari dan ke TPA 1 kali/hari

(7)
(8)

Keterangan

Kl1 : Umur responden

Kl2 : Jenis kelamin responden Kl3 : Riwayat penyakit terdahulu Ph 1 : Lansia mandi 2 kali dalam sehari

Ph2 : Cara lansia mandi dengan menggosok kulit kemudian menyiran sampai bersih

Ph3 : Air yang digunakan lansia ketika mandi Ph4 : Sabun yang digunakan lansia

Ph5 : Menggunakan handuk sendiri selesai mandi Ph6 : Mencuci rambut ≥ 2 kali dalam seminggu Ph7 : Menggunakan sampo ketika mencuci rambut Ph8 : Memotong kuku kaki dan tangan minimal 1

kali/minggu

Ph9 : Mengganti Pakaian 2 kali dalam sehari

Ph10 : Mencuci tangan pada saat sebelum dan setelah makan Ph11 : Mencuci tangan setelah buang air besar dan air kecil Ph12 : Menyiram alat genetalia saat mandi, buang air besar

dan kecil

Ph13 : Mengganti pakaian dalam setiap selesai mandi Pp1 : Perawat ikut berperan ketika lansia mandi

Pp2 : Perawat ikut berperan ketika lansia mencuci rambut Pp3 : Perawat ikut berperan ketika lansia mengganti pakaian Pp4 : Perawat ikut berperan ketika lansia memotong kuku Pp5 : Perawat berperan dalam menyapu dan mengepel lantai Pp6 : Perawat berperan dalam mengganti seprei tempat tidur Pp7 : Perawat berperan dalam menjemur kasur

Kk : Lansia mengalami keluhan kulit

Kk1 : Kulit mengalami gatal-gatal dengan berulang Kk2 : Kulit mengalami bercak-bercak kemerahan Kk3 : Kulit mengalami bentol-bentol

Kk4 : Kulit mengelupas seperti bersisik dan kering Skor Ph : Total skor personal hygiene

(9)

Lampiran 3. Output Uji Validitas A. Uji Univariat

a) Karateristik lansia 1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid b 18 58.1 58.1 58.1

a 13 41.9 41.9 100.0

(10)

PH3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid a 31 100.0 100.0 100.0

PH6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid b 17 54.8 54.8 54.8

a 14 45.2 45.2 100.0

(11)

PH9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid a 31 100.0 100.0 100.0

PH13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid a 31 100.0 100.0 100.0

SkorPH1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 18 58.1 58.1 58.1

baik 13 41.9 41.9 100.0

(12)

c) Peran Perawat

PP1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid b 4 12.9 12.9 12.9

a 27 87.1 87.1 100.0

(13)

PP7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 14 45.2 45.2 45.2

baik 17 54.8 54.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

d) Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal 1. Penyediaan Air Bersih

SKA1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SKA2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 31 100.0 100.0 100.0

SKA3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 31 100.0 100.0 100.0

SKA4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SKA5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(14)

SkorSKA1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidaksaniter 31 100.0 100.0 100.0

2. Kebersihan Kamar Mandi SKM1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SKM2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 31 100.0 100.0 100.0

SKM3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SKM4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SKM5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SkorSKM1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(15)

3. Kebersihan Tempat Tidur dan Seprei SKT1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SKT2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidaksaniter 3 9.7 9.7 9.7

saniter 28 90.3 90.3 100.0

(16)

4. Sarana Pembuangan Sampah

SKS1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 31 100.0 100.0 100.0

SKS3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SKS4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 31 100.0 100.0 100.0

SKS5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 31 100.0 100.0 100.0

SkorSKS1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 17 54.8 54.8 54.8

ya 14 45.2 45.2 100.0

(17)

bercak2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 25 80.6 80.6 80.6

ya 6 19.4 19.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

bentol2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 28 90.3 90.3 90.3

ya 3 9.7 9.7 100.0

Total 31 100.0 100.0

Sisikkering

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 21 67.7 67.7 67.7

ya 10 32.3 32.3 100.0

Total 31 100.0 100.0

Keluhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 15 48.4 48.4 48.4

ya 16 51.6 51.6 100.0

(18)

B. Uji Bivariat

1. Karateristik Lansia

a) Jenis Kelamin dengan Keluhan Kulit Jenis kelamin * keluhan Crosstabulation

Keluhan

Continuity Correctionb .009 1 .923

Likelihood Ratio .278 1 .598

Fisher's Exact Test .685 .461

Linear-by-Linear Association .269 1 .604

N of Valid Casesb 31

(19)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Jenis kelamin

(pria / wanita) 1.576 .288 8.614

For cohort keluhan = tidak 1.247 .574 2.706 For cohort keluhan = ya .791 .312 2.008

N of Valid Cases 31

b) Umur dengan Keluhan Kulit umur * keluhan Crosstabulation

Continuity Correctionb 4.186 1 .041

Likelihood Ratio 6.201 1 .013

Fisher's Exact Test .023 .019

Linear-by-Linear Association 5.717 1 .017

N of Valid Casesb 31

(20)

Risk Estimate

c) Riwayat Penyakit Terdahulu dengan Keluhan Kulit penyakit terdahulu * keluhan Crosstabulation

% within penyakit terdahulu 66.7% 33.3% 100.0%

% within keluhan 26.7% 12.5% 19.4%

% of Total 12.9% 6.5% 19.4%

Ya Count 11 14 25

Expected Count 12.1 12.9 25.0

% within penyakit terdahulu 44.0% 56.0% 100.0%

% within keluhan 73.3% 87.5% 80.6%

% of Total 35.5% 45.2% 80.6%

Total Count 15 16 31

Expected Count 15.0 16.0 31.0

% within penyakit terdahulu 48.4% 51.6% 100.0% % within keluhan 100.0% 100.0% 100.0%

Continuity Correctionb .295 1 .587

Likelihood Ratio 1.008 1 .315

Fisher's Exact Test .394 .295

Linear-by-Linear Association .963 1 .326

N of Valid Casesb 31

(21)

Risk Estimate

2. Personal Hygiene dengan Keluhan Kulit SkorPH1 * keluhan Crosstabulation

Continuity Correctionb 9.401 1 .002

Likelihood Ratio 12.711 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 11.387 1 .001

N of Valid Casesb 31

(22)

Risk Estimate

3. Peran Perawat dengan Keluhan Kulit SkorPP1 * keluhan Crosstabulation

Continuity Correctionb 3.875 1 .049

Likelihood Ratio 5.594 1 .018

Fisher's Exact Test .032 .024

Linear-by-Linear Association 5.252 1 .022

N of Valid Casesb 31

(23)

Risk Estimate

4. Sanitasi Lingkungan Tempat Tingggal a) Penyediaan Air Bersih dengan Keluhan Kulit

SkorSKA1 * keluhan Crosstabulation

a. No statistics are computed because SkorSKA1 is a constant.

Risk Estimate

Value Odds Ratio for SkorSKA1

(kurang / .) .

a

(24)

b) Kamar Mandi dengan Keluhan Kulit

a. No statistics are computed because SkorSKM1 is a constant.

Risk Estimate

Value Odds Ratio for SkorSKM1

(baik / .) .

a

a. No statistics are computed because SkorSKM1 is a constant.

c) Kebersihan Tempat Tidur dan Seprei dengan Keluhan Kulit

(25)

% within keluhan 20.0% .0% 9.7%

Continuity Correctionb 1.624 1 .203

Likelihood Ratio 4.700 1 .030

Fisher's Exact Test .101 .101

Linear-by-Linear Association 3.429 1 .064

N of Valid Casesb 31

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,45. b. Computed only for a 2x2 table

(26)

d) Sarana Pembuangan Sampah dengan Keluhan Kulit

Continuity Correctionb .915 1 .339

Likelihood Ratio 1.966 1 .161

Fisher's Exact Test .220 .170

Linear-by-Linear

Association 1.860 1 .173

N of Valid Casesb 31

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,39. b. Computed only for a 2x2 table

(27)

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Lansia yang mengalami keluhan kulit

(28)

Gambar 3. Lansia yang mengalami keluhan kulit

(29)

Gambar 5. Lansia yang sedang menggaruk tangannya karena merasa gatal

(30)

Gambar 7. Kondisi kamar lansia

Gambar 7. Kondisi kamar lansia

(31)

Gambar 9. Sarana pembuangan kotoran (jamban)

(32)

Gambar 11. Peneliti sedang mewawancarai responden

(33)
(34)
(35)

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Reny.2014. Personal Hygiene di Rumah Pada Penderita Stroke di Desa

Pekuwon, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto. Skripsi.

Azhara, 2011. Waspada Bahaya Kosmetik. Cetakan Pertama. Penerbit FlashBooks,

Yogyakarta.

Azizah,L.M. 2011. Keperawatan lanjut usia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2014. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama, Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa dan

Tindakan Keperawatan. Jakarta.

Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat

2010. Jakarta

Depkes RI, 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Ekasari,dkk.2008. Mengenal usia lanjut dan perawatanya. Salemba

Medika.Jakarta

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Aditya

Bakti.

Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta : Trans Info Media

Fatimah, Siti.2013. Perbandingan kualitas hidup lanjut usia yang tinggal di panti

jompo dan yang tinggal di rumah di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun

2013. FKM USU MEDAN

Harahap, M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan Pertama, Hipokrates, Jakarta.

(36)

Krisna, Rama. Implikasi Gender Terhadap Kesehatan Lansia 2011. Di akses pada

17 sept 2016.

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Professional.

Jakarta: EGC

Kunoputranto,H, 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat :

Universitas Indonesia. Jakarta.

Lubis, R., Hiswani, Rasmaliah, 2005. Gambaran Lanjut Usia yang Tinggal di

Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Dalam: Info Kesehatan

Masyarakat 09 (2): 109-112.

Marlina, E. 2010. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Dengan

Kebersihan Diri Penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi

Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai Tahun 2010. FKM

USU MEDAN

Maryam, S. dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba

Medika, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. 1999. Persyaratan Rumah Sehat. Keputusan Menteri

Kesehatan RI. No. 829/Menkes/SK/VII/1999.

Mubarak dan Chayatin.2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Salemba Medika.

Jakarta

Noorkasiani, S.2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Selmba medika. Jakarta

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik.EGC. Jakarta

(37)

Peraturan Pemerintah RI No.82. 2011. Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &

Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC

Sajida, Agsa. 2012. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan

Denai Kota Medan. Skripsi.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta. Mitra Cendikia

Press

Soedjadi, K. 2003. Upaya Sanitasi Lingkungan di Pondok Pesantren Ali Maksum

Almunawir dan Pandanaran Dalam Penanggulangan Penyakit Skabies.

Jurnal Kesehatan Lingkungan. Surabaya.

Setiabudhi, T., 2002. Menuju Bahagia di Usia Lanjut. Jakarta: Pusat Kajian

Nasional Masalah Lanjut Usia.

Slamet, J. S. 2009. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Stassi, M. 2005. Dasar-dasar Keperawatan. EGC. Jakarta.

SNI 03-2399-2002. Tata Cara Pembangunan MCK Umum.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Edisi Ketiga, Jakarta: Salemba Medika.

Yulan, S.M.2013. Perbedaan Personal Hygiene Pada Lansia Di Panti Sosial

Tresna Werdha Ilomata Dan Beringin Provinsi Gorontalo. Universitas

(38)

http://bathtubindonesia.com/pengertian-dan-jenis-kamar-mandi/ di akses pada

tanggal 03 September 2016

https://desainrumah.me/2016/02/cara-mewujudkan-rumah-nyaman-untuk-lansia.ht

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan personal

hygiene, karateristik lansia, peran perawat, dan sanitasi lingkungan tempat tinggal

dengan keluhan kulit pada lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun

2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit

Tahun 2016.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari Juli- Oktober 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Jompo PPOS

GBKP Sibolangit yang berjumlah 31 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, dalam penelitian ini besar sampel yang

diambil adalah seluruh populasi (total sampling) lansia Panti Jompo PPOS GBKP

(40)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer berupa personal hygiene, karateristik lansia, peran perawat

dan sanitasi lingkungan tempat tinggal pada lansia di Panti Jompo PPOS GBKP

Sibolangit Tahun 2016 melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di dapat dari dari hasil penelusuran di dokumen dan laporan

data di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah personal hygiene,

karateristik lansia, peran perawat dan sanitasi yang di lihat dari kebersihan kulit,

kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut, kebersihan pakaian, kebersihan

genetalia, umur lansia, jenis kelamin lansia, penyakit terdahulu lansia, sarana air

bersih, kamar mandi, tempat tidur dan seprei , dan sarana pembuangan sampah.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan kulit.

3.5.3 Definisi Operasional

1. Personal hygiene adalah kebersihan pribadi diri seorang individu yang sangat

berpengaruh terhadap kesehatan tubuhnya yang dilihat dari kebersihan kulit,

kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut, kebersihan pakaian, dan

(41)

2. Karateritik lansia adalah ciri khas atau pembeda yang ada pada diri lansia

seperti umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit terdahulu.

3. Peran perawat adalah bentuk pelayanan profesional dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien secara berkesinambungan mulai dari pasien

membutuhkan pelayanan sampai pasien mampu melakukan kegiatan

sehari-hari seperti personal hygiene ( mandi, mencuci rambut, mengganti

pakaian, dan memotong kuku) dan membersihkan kamar Lansia ( menyapu dan

mengepel lantai kamar, menganti seprei, dan menjemur kasur)

4. Sanitasi lingkungan tempat tinggal adalah pengawasan lingkungan fisik

lingkungan yaitu sarana air bersih, kamar mandi, tempat tidur dan seprei , dan

sarana pembuangan sampah.

5. Keluhan kulit adalah adanya salah satu keluhan dari adanya rasa gatal-gatal

pada kulit, bercak kemerahan, bentol-bentol dan kulit yang mengelupas seperti

sisik.

3.6 Aspek pengukuran 1. Personal hygiene

Personal hygiene dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang

telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 13 dengan total skor sebesar 26

dengan kriteria sebagai berikut:

Untuk setiap pertanyaan mempunyai 2 pilihan yaitu:

a. Jawaban a = 2

(42)

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:

a)

Baik, jika responden memberi jawaban yang benar ≥ 80% atau memiliki nilai

skor ≥21 dari seluruh pertanyaan yang ada.

b)

Kurang, jika responden memberi jawaban yang benar < 80% atau memiliki

skor <21 dari seluruh pertanyaan yang ada.

2. Karateristik pada lansia terdiri dari 3 pertanyaan dan tidak di berikan bobot nilai

atau total skor pada pertanyaan.

3. Penilaian peran perawat dapat diukur dengan memberikan skor terhadap

kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 7 dengan total skor

sebesar 14 dengan kriteria sebagai berikut:

Untuk setiap pertanyaan mempunyai 2 pilihan yaitu:

a. Jawaban a = 2

b. Jawaban b = 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:

a)

Baik, jika responden memberi jawaban yang benar 100% atau memiliki nilai

skor ≥14 dari seluruh pertanyaan yang ada.

b)

Kurang, jika responden memberi jawaban yang benar < 75% atau memiliki skor

<14 dari seluruh pertanyaan yang ada.

Peran perawat yang menjadi pengukuran ialah

1. Perawat berperan ketika lansia mandi

2. Perawat berperan ketika lansia mencuci rambut

3. Perawat berperan ketika lansia mengganti pakaian

(43)

5. Perawat berperan dalam menyapu dan mengepel lantai kamar

6. Perawat berperan dalam mengganti seprei tempat tidur

7. Perawat berperan dalam menjemur kasur

4. Penilaian sanitasi lingkungan tempat tinggal terdiri dari 4 observasi sanitasi

kamar , dimana masing-masing kategori dilakukan 5 pengamatan. Setiap

pengamatan jika dijawab ya diberi nilai 1, jika tidak diberi nilai 0. Kemudian

dikategorikan menjadi:

a) Saniter , jika ≥ 75% atau nilai 3-5 b) Tidak Saniter, jika < 75% atau nilai < 3

Adapun komponen yang dinilai dihitung berdasarkan dengan ketentuan sebagai

berikut :

1. Sarana air bersih

2. Kamar mandi

3. Tempat tidur dan seprei

4. Sarana pembuangan sampah

5. Keluhan Kulit

Pengukuran variabel keluhan kulit didasarkan pada skala ordinal dari beberapa

keluhan apabila memiliki salah satu keluhan dengan jawaban “ya” diberi skor 1 dan

apabila semua jawaban “tidak” diberi skor 0.

Keluhan gangguan kulit yang menjadi pengukuran adalah :

a. Adanya kulit yang terasal gatal-gatal

b. Adanya kemerahan pada kulit

(44)

d. Adanya kulit yang bersisik dan kering

Kemudian dikategorikan menjadi :

a) Mengalami keluhan, jika responden mengalami salah satu keluhan gangguan

kulit.

b) Tidak mengalami keluhan, jika responden tidak mengalami salah satu dari

keluhan gangguan kulit.

3.7. Metode Analisa Data 3.7.1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel personal hygiene lansia,

karateristik lansia, peran perawat, dan sanitasi lingkungan tempat tinggal di Panti

Jompo PPOS GBKP yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari

masing-masing variabel independen yaitu personal hygiene lansia, karateristik

lansia, peran perawat, dan sanitasi lingkungan tempat tinggal dengan variabel

dependen (keluhan kulit). Uji analisa dengan menggunakan uji chi-square dan

fisher exact pada taraf kepercayaan 95% sehingga diketahui hubungan antar

variabel penelitian. Jika diperoleh batas kemaknaan p value ≤0,05 berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel bebas dan variabel

terikat dan jika p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit merupakan panti lanjut usia yang

terletak di Jalan Letjen Yamin Ginting, Km.45 Suka Makmur, Kecamatan

Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Panti Jompo ini di bawah naungan

Moderamen GBKP dan didirikan pada 15 Agustus 1991. Daya tampug Panti

PPOS GBKP Sibolangit adalah 50 sampai 60 orang. Jumlah penghuni Panti

Jompo PPOS GBKP Sibolangit sebanyak 31 orang lansia. Dari seluruh penghuni,

jumlah penghuni laki-laki 7 orang dan 24 orang perempuan. Rentang umur

lansia di panti ini adalah 60-90 tahun dan lama waktu tingggal penghuni di

panti adalah 1-14 tahun.

Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit memiliki luas tanah ±1 Hektare yang

terdiri dari 34 unit kamar tidur, 1 unit balai pengobatan, 1 unit ruang makan

penghuni, 1 unit ruang makan umum, 1 unit chapel, 1 unit aula, 1 unit dapur, 1

unit rumah dinas pimpinan dan 1 unit kantor, 4 buah kamar mandi, 1 unit klinik

fisioterapi dan 1 unit gudang.

4.2. Analisis Univariat

Analsis univariat dalam penelitian ini meliputi analisa deskriptif data

karateristik lansia ( jenis kelamin, umur, dan riwayat penyakit terdahulu), personal

hygiene, peran perawat dan sanitasi lingkungan tempat tinggal ( penyediaan air

bersih, kebersihan kamar mandi, tempat tidur dan seprei, dan sarana pembuangan

(46)

4.2.1 Karateristik Lansia

Karatersitik lansia yang menjadi sampel penelitian di Panti Jompo PPOS

GBKP Sibolangit dapat di jelaskan berdasarkan jenis kelamin, umur,dan riwayat

penyakit terdahulu.

Tabel 4.1 Distribusi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin, umur, dan Riwayat Penyakit Terdahulu di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Tidak Ada Riwayat Penyakit Terdahulu

Total

lansia berjenis kelamin perempuan yaitu 24 orang (77,4%) sedangkan berdasarkan

umur jumlah lansia sebagian besar berumur 75-90 tahun (old) yaitu berjumlah 21

orang (67,7%) dan yang berumur 60-74 tahun (elderly) sebanyak 10 orang.

Berdasarkan riwayat penyakit terdahulu, sebagian besar lansia memiliki riwayat

penyakit terdahulu yaitu 25 orang (80,6%)

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar lansia memiliki riwayat

penyakit terdahulu yaitu 25 orang (80,6%) diantaranya adalah pikun, stroke,

(47)

Tabel 4.2 Distribusi Riwayat Penyakit Tedahulu Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016.

No Riwayat Penyakit Terdahulu Jumlah

1 Pikun 12

2 Stroke 5

3 Diabetes 2

4 Hipertensi 2

5 Osteoporosis 2

6 Tunanetra 2

Sumber Data : Poliklinik Sejahtera PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat lansia lebih banyak mengalami riwayat

penyakit terdahulu pikun yaitu 12 orang, dan terbesar kedua adalah stroke yakni 5

orang, dan dilajutkan dengan diabetes, hipertensi, osteoporosis dan tunanetra

yakni masing-masing dialami 2 orang.

4.2.2. Personal Hygiene

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran personal hygiene lansia di

(48)

Tabel 4.3 Distribusi Personal Hygiene Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Personal Hygiene Ya Tidak

n % n %

6. Mencuci rambut ≥ 2 kali dalam seminggu

23 74,2 8 25,8

7. Menggunakan shampoo saat mencuci rambut

12 38,7 19 61,3

8. Memotong kuku 1 kali dalam seminggu 14 45,2 17 54,8

9. Mengganti pakaian 2 kali dalam sehari 1 3,2 30 96,8

10.Mencuci tangan sebelum dan setelah makan dengan sabun

9 29 22 71

11.Mencuci tangan setelah buang air kecil dan besar dengan sabun

17 54,8 14 45,2

12.Menyiram alat genetalia dengan air saat mandi, buang air besar atau buang air kecil

31 100 0 0

13.Mengganti pakaian dalam setiap selesai mandi

31 100 0 0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat dari 31 orang jumlah lansia pada

umumnya lansia tidak mandi 2 kali dalam sehari yaitu 29 orang (93,5%). Dalam

hal mandi lebih banyak lansia mandi dengan air lalu tidak menggosok kulit

yaitu 18 orang (58,1%) dan pada umumnya lansai yang menggunakan air hangat

ketika mandi yaitu 26 orang (83,9%).

Dari 31orang jumlah lansia, pada umumnya yang mandi menggunakan

sabun mandi halus yaitu 26 orang (83,9%) sedangkan dalam penggunaan handuk

setelah mandi seluruhnya lansia menggunakan handuk sendiri yaitu 31 orang

(49)

yang tidak menggunanakan shampoo ketika mencuci rambut yaitu 19 orang

menggunakan sabun yaitu 22 orang (71%). Setelah buang air besar dan buang air

kecil lebih banyak lansia yang mencuci tangan dengan sabun yaitu 17 orang

(54,8%). Lansia yang menyiram alat genetalia dengan air pada saat mandi,

buang air besar dan buang air kecil adalah seluruhnya yaitu 31 orang (100%) dan

seluruhnya lansia mengganti pakaian dalam setiap selesai mandi yaitu 31 orang

(100%).

Berdasarkan perhitungan jumlah skor personal hygiene pada responden, maka

dapat dikategorikan baik dan kurang. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.4

Tabel 4.4 Kategori Personal Hygiene di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.4 lebih banyak lansia yang memiliki personal hygiene

yang kurang di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit yaitu 18 orang (58,1%).

4.2.3 Peran Perawat

Berdasarkan hasil penelitian dapat di peroleh gambaran peran perawat lansia

(50)

Tabel 4.5 Distribusi Peran Perawat di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Peran Perawat Ya Tidak

n % n %

1. Berperan ketika lansia mandi 16 51,6 15 48,4

2. Berperan ketika lansia mencuci rambut

16 51,6 15 48,4

3. Berperan ketika lansia

mengganti pakaian

6. Berperan dalam mengganti seprei dan sarung bantal

27 87,1 4 12,9

7. Berperan dalam menjemur kasur 26 83,9 5 16,1

Berdasarkan tabel 4.5 dapat lihat lebih banyak lansia ketika mandi perawat

ikut berperan yaitu 16 orang (51,6%) dan dalam hal mencuci rambut lansia lebih

banyak perawat ikut berperan yaitu 16 orang (51,6%). Namun, lebih banyak

perawat tidak ikut berperan ketika lansia mengganti pakaian yaitu 16 orang (51,6%)

dan dalam hal memotong kuku kaki dan tangan lansia, sebagian besar di potong

oleh perawat yaitu 24 orang (77,4).

Dari 31 kamar lansia, pada umumnya perawat berperan dalam menyapu dan

mengepel lantai kamar yaitu 29 kamar (93,5%). Selain itu, pada umumnya seprei

tempat tidur lansia di gantikan oleh perawat yaitu 27 tempat tidur (87,1%),

sedangkan dalam hal menjemur kasur pada umumnya kasur lansia yang dijemur

oleh perawat adalah 26 kasur (83,9%).

Berdasarkan tabel 4.5 maka skor peran perawat yang ikut berperan dapat di

(51)

Tabel 4.6 Kategori Peran Perawat di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Peran Perawat n %

Baik 17 54,8

Kurang

Total

14

31

45,2

100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat di lihat kategori peran perawat di Panti Jompo

PPOS GBKP Sibolangit, lebih banyak perawat memiliki peran baik dalam

melaksanakan kegiatan lansia yaitu 17 orang lansia (54,8%).

4.2.4 Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal Lansia

Sanitasi kamar lansia terdiri dari penyediaan air bersih, kamar mandi, tempat

tidur dan seprei, dan sarana pembuangan sampah. Berdasarkan hasil penelitian

maka diperoleh gambaran sanitasi kamar lansia di Panti Jompo PPOS GBKP

(52)

Tabel 4.7 Observasi Distribusi Sanitasi lingkungan Tempat Tinggal di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Sanitasi Kamar Hasil Pengamatan

Ya % Tidak %

Penyediaan Air Bersih

1. Tersedia air bersih dan sesuai dengan kebutuhan

2. Air tidak berasa, tidak berwarna,tidak berbau

3. Sumber air tanah/PDAM

4. Penampungan air/bak dibersihkan sekali seminggu

5. Penampungan air/bak tertutup dan tidak bocor

1. Lantai tidak licin dan kedap air

2. Air bekas mandi di alirkan ke septic tank 3. Ventilasi dan penerangan yang memadai 4. Dinding kamar mandi tidak berlumut 5. Tersedia jamban sebagai sarana

pembuangan kotoran

1. Membersihkan dan merapikan tempat tidur setelah bangun tidur

1. Tersedia tempat sampah di setiap kamar 2. Tempat sampah kedap air dan tahan karat 3. Sampah tidak berserakan di depan

ruangan

4. Diangkut ke TPS >2 kali/hari dan ke TPA 1 kali/hari

5. Tempat sampah tertutup

7

Berdasarkan tabel 4.7 seluruhnya kamar lansia yang memeliki ketersediaan

(53)

mempunyai air yang berasa, berwarna,dan berbau adalah seluruhnya yaitu 31

kamar (100%). Berdasarkan sumber air, seluruhnya sumber tidak berasal dari air

tanah/PDAM yaiutu 31 kamar (100%). Selain itu, seluruhnya penampungan air/bak

dibersihkan sekali seminggu di kamar lansia yaitu 31 kamar (100%). Kamar

lansia yang mempunyai penampungan air/bak tidak tertutup dan tidak bocor

adalah seluruhnya yaitu 31 kamar (100%).

Berdasarkan sanitasi kamar mandi lansia, seluruhnya mempunyai lantai tidak

licin dan kedap air yaitu 31 kamar mandi (100%) dan air bekas mandi lansia

seluruhnya tidak di alirkan ke septic tank yaitu 31 kamar mandi (100%). Dalam

hal ventilasi dan penerangan kamar mandi lansia seluruhnya memadai yaitu 31

kamar (100%) dan kamar mandi lansia seluruhnya memiliki dinding tidak berlumut

yaitu 31 kamar mandi (100%). Seluruhnya kamar mandi lansia memiliki jamban

sebagai sarana pembuagan kotoran yaitu 31 kamar mandi (100%).

Tempat tidur lansia yang dibersihkan dan dirapikan setelah bangun tidur

adalah seluruhnya yaitu 31 (100%). Dari 31 kasur lansia lebih banyak yang tidak

menjemur minimal 1 kali dalam seminggu yaitu 16 kasur (51,6%) sama halnya

dengan menjemur bantal lebih banyak yang tidak dijemur minimal 1 kali dalam

seminggu yaitu 16 bantal (51,6%). Pada umumnya kasur yang mengganti seprei

minimal 1 kali dalam seminggu yaitu 29 (93,5%) sedangkan bantal yang mengganti

sarung pada umumnya di ganti minimal 1 kali dalam seminggu yaitu 30 (96,8%).

Dari 31 kamar lansia sebagian besar tempat sampah tidak tersedia di depan

kamar lansia yaitu 24 (77,4%). Seluruhyan tempat sampah tidak kedap air dan

(54)

berserakan di depan kamar yaitu 31 kamar (100%). Sampah yang di angkut ke

TPS>2kali/hari dan ke TPA 1 kali/hari adalah 31 (100%) sedangkan tempat sampah

yang tersedia seluruhnya dalam keadaan tidak tertutup adalah 31 (100%).

Berdasarkan tabel 4.7. maka sanitasi kamar dapat di kategorikan menjadi

saniter dan tidak saniter dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Kategori Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal

n %

Penyediaan Air Bersih

Saniter Sarana Pembuangan Sampah

Saniter

seluruhnya dalam keadaan tidak saniter yaitu 31 (100%) dan kamar mandi lansia

seluruhnya dalam kategori saniter yaitu 31 (100%). Dalam hal tempat tidur dan

seprei pada umunya dalam kategori saniter yaitu 28 (90,3%) sedangkan sarana

pembuaangan sampah di kamar lansai sebagain besar dalam kategori tidak saniter

(55)

4.2.5 Keluhan Kulit

Keluhan kulit yang dialami lansia berupa rasa gatal-gatal pada kulit, adanya

bercak kemerahan pada kulit, adanya bentol-bentol pada kulit, kulit bersisik dan

kering. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh gambaran keluhan kulit yang di

alami lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Keluhan Kulit di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa lebih banyak lansia yang tidak

mengalami kulit gatal-gatal dengan frekuensi yang berulang-ulang yaitu sebanyak

17 orang (54,8%). Lansia pada umunya tidak mengalami kulit bercak-bercak

kemerahan yaitu 25 orang (80,6%). Sedangakan keluhan kulit bentol-bentol

pada umumnya lansia tidak mengalaminya yaitu 28 orang (90,3%) dan lansia

yang tidak mengalami kulit bersisik yaitu 21 orang (67,7%).

Berdasarkan hasil penelitian dalam tabel 4.9 dapat dilihat bahwa keluhan

kulit pada lansia dapat di kategorikan menjadi mengalami keluhan kulit jika

memiliki salah satu keluhan dan tidak mengalami keluhan kulit jika tidak

memiliki salah satu keluhan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.10

Keluhan Kulit

Mengalami Keluhan

Ya Tidak

n % n %

(56)

Tabel 4.10 Kategori Keluhan Kulit Responden di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Keluhan Kulit n %

Mengalami Keluhan 16 51,6

Tidak Mengalami Keluhan 15 48,4

Total 31 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa lebih banyak lansia yang

mengalami keluhan kulit yaitu 16 orang (51,6%).

`4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen yaitu jenis kelamin, umur, riwayat penyakit terdahulu, personal

hygiene, peran perawat, penyediaan air bersih, kebersihan kamar mandi, tempat

tidur dan seprei, dan sarana pembuangan sampah dengan variabel dependen yaitu

keluhan kulit.

4.3.1.Hubungan Karateristik Lansia dengan Keluhan Kulit

Adapun hasil analisis bivariat karateristik lansia dengan keluhan kulit yang

meliputi umur lansia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit terdahulu di lakukan

secara statistik menggunakan uji fisher exact pada taraf kepercayaan 95%

(57)

Tabel 4.11 Hubungan Karateristik Lansia dengan Keluhan Kulit Pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Karateristik

Dari tabel 4.11 dapat di lihat hasil penelitian menunjukkan proporsi jenis

kelamin laki-laki lebih banyak yang tidak mengalami keluhan kulit sebanyak 4

orang (57,1%). Sedangkan lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak

yang mengalami keluhan kulit yaitu 13 orang (54,2%), Berdasarkan uji fisher exact

menunjukkan pada nilai p=0,685, RP= 1,2 menunjukkan jenis kelamin tidak

mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan kulit pada lansia.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi umur 60-74 tahun pada umunya tidak

mengalami keluhan kulit yaitu 8 orang (80). Pada proporsi umur 75-90 sebagian

besar mengalami keluhan kulit yaitu 14 orang (66,7%). Berdasarkan uji fisher exact

menunjukkan pada nilai p=0,023, RP= 2,4 menunjukkan umur mempunyai

hubungan signifikan dengan keluhan kulit pada lansia.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi lansia yang memiliki riwayat

penyakit terdahulu lebih banyak yang mengalami keluhan kulit yaitu 14 orang

(58)

tidak mengalami keluhan kulit yaitu 4 orang (66,7%). Berdasarkan uji fisher exact

menunjukkan pada nilai p=0,394, RP= 1,5 menunjukkan riwayat penyakit

terdahulu tidak mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan kulit pada lansia.

4.3.2. Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan Kulit

Adapun hasil analisis bivariat personal hygiene dengan keluhan kulit yang

di lakukan secara statistik menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95%

disajiakan pada tabel 4.12

Tabel 4.12 Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan Kulit Pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Personal

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat hasil penelitian menunjukkan proporsi

personal hygiene lansia dengan kategori baik pada umumnya tidak mengalami

keluhan kulit yaitu 11 orang (84,6%) sedangkan lansia yang memiliki personal

hygiene dengan kategori kurang sebagian besar mengalami keluhan kulit yaitu 14

orang (77,8%).

Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai p=0,001, RP= 0,26

menunjukkan personal hygiene mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan

(59)

4.3.3. Hubungan Peran Perawat dengan Keluhan Kulit

Adapun hasil analisis bivariat peran perawat dengan keluhan kulit yang di

lakukan secara statistik menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95%

disajiakan pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Hubungan Peran Perawat dengan Keluhan Kulit Pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Peran

Berdasarkan tabel 4.13 hasil penelitian menunjukkan proporsi peran

perawat terhadap lansia dengan kategori baik sebagian besar mengalami keluhan

kulit yaitu 12 orang (70,6%), sedangkan peran perawat terhadap lansia dengan

kategori kurang sebagian besar tidak mengalami keluhan kulit yaitu 10 orang

(71,4%).

Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai p=0,02, RP= 2,429

menunjukkan peran perawat mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan kulit

pada lansia.

4.3.4. Hubungan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Adapun hasil analisis bivariat sanitasi lingkungan tempat tinggal dengan

keluhan kulit yang meliputi penyediaan air bersih, kamar mandi, tempat tidur dan

seprei,dan sarana pembuangan sampah yang di lakukan secara statistik

menggunakan uji fisher exact pada taraf kepercayaan 95% disajiakan pada tabel

(60)

Tabel 4.14 Hubungan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit Pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.14 dapat di lihat hasil penelitian menunjukkan proporsi

penyediaan air bersih kategori tidak saniter lebih banyak lansia yang mengalami

keluhan kulit yaitu 16 orang (51,6%). Berdasarkan uji fisher exact data tidak dapat

di analisis karena bersifat homogen dan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

signifikan antara penyediaan air bersih dengan keluhan kulit.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi kamar mandi kategori saniter pada

kamar lansia lebih banyak yang mengalami keluhan kulit yaitu 16 orang (51,6 %),

Berdasarkan uji fisher exact data tidak dapat di analisis karena bersifat homogen

(61)

mandi dengan keluhan kulit.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi tempat tidur dan seprei pada kamar

lansia dengan kategori saniter lebih banyak yang mengalami keluhan kulit yaitu 16

orang (57,1%), sedangkan proporsi tempat tidur dan seprei pada kamar lansia

dengan kategori tidak saniter seluruhnya tidak mengalami keluhan kulit yaitu 3

orang (100%). Berdasarkan uji fisher exact menunjukkan pada nilai p=0,101, RP=

2,3 menunjukkan tempat tidur dan seprei tidak mempunyai hubungan signifikan

dengan keluhan kulit pada lansia.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi sarana pembuangan sampah pada

kamar lansia dengan kategori tidak saniter lebih banyak mengalami keluhan kulit

yaitu 14 orang (58,3%), sedangkan proporsi sarana pembuangan sampah pada

kamar lansia dengan kategori saniter sebagian besar tidak mengalami keluhan kulit

yaitu 5 orang (71,4%). Berdasarkan uji fisher exact menunjukkan pada nilai

p=0,220, RP= 0,58 menunjukkan sarana pembuangan sampah tidak mempunyai

(62)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Karateristik Lansia dengan Keluhan Kulit

Berdasarkan hasil analisis uji fisher exact antara jenis kelamin dan keluhan

kulit di peroleh nilai p=0,685, yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan

antara jenis kelamin dengan keluhan kulit pada lansia.

Hal ini karena penghuni panti jompo sebagian besar adalah lansia

perempuan, lebih banyak lansia perempuan tidak bisa melakukan kegiatan

sehari-hari dan 4 dari 7 lansia laki-laki masih bisa melakukan personal hygiene

sendiri sehingga lebih baik dalam merawat dirinya. Hasil penelitian Marlina (2011)

tidak ada hubungan jenis kelamin pada lansia di Panti UPTD Dharma Asih Binjai

dengan personal hygiene, dan lebih banyak lansia perempuan yang mempunyai

personal hygiene kurang, dimana personal hygiene yang kurang dapat

menyebabkan keluhan kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis uji fisher exact antara umur dengan keluhan

kulit di peroleh nilai p=0,023, RP= 2,4 yang artinya ada hubungan yang signifikan

antara umur dengan keluhan kulit pada lansia dan umur 60-74 tahun adalah faktor

resiko (RP>1) tidak mengalami keluhan kulit 2,4 lebih besar dibandingkan dengan

umur 75-90 tahun.

Semakin tua seseorang akan mengalami kemunduran fisik sehingga

semakin sulit melakukan aktivitas, hal ini yang dialami oleh lansia di Panti Jompo

PPOS GBKP Sibolangit, sebagian besar lansia tidak bisa melakukan aktivitas

(63)

umur yang semakin tua, oleh karena itu menyebabkan menurunya kemampuan

melakukan aktivitas dan dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan.

Menurut Azizah (2011) semua orang akan mengalami proses menjadi tua

dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Di masa ini

seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap.

Keadaan seperti ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, secara

umum kurangnya kemampuan melakukan personal hygiene sehingga dapat

menimbulkan keluhan kesehatan seperti pada kulit berupa gatal-gatal.

Dalam aspek kesehatan diketahui semakin bertambah tua umurnya, maka

lansia yang mengalami keluhan kesehatan akan semakin banyak. Sebanyak 37,11

persen penduduk pra lansia (45-59 tahun) pernah mengalami keluhan kesehatan

dalam sebulan terakhir, sementara lansia muda (60-69 tahun) sebesar 48,39%,

lansia madya (70-79 tahun) sebesar 57,65%, dan lansia tua (80-89 tahun) sebesar

64,01% yang mengeluhkan kondisi kesehatannya (BPS, 2014).

Berdasarkan haisil analisis uji fisher exact antara riwayat penyakit

terdahulu dengan keluhan kulit di dapat nilai p=0,394, yang artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit terdahulu dengan keluhan kulit

pada lansia.

Riwayat penyakit terdahulu tidak berhubungan dengan keluhan kulit

karena 75% responden memiliki riwayat penyakit terdahulu sehingga data hampir

bersifat homogen dan menyebabkan tidak ada hubungan antara riwayat penyakit

terdahulu dengan keluhan kulit.

(64)

diketahui hal ini disebabkan karena para lansia tidak tahu penyakit terdahulu yang

pernah dialaminya dan pihak panti juga tidak mengetahui penyakit terdahulu

lansia. Maka riwayat penyakit yang digunakan dalam penelitian ini sebagian

merupakan catatan kesehatan lansia tersebut.

Riwayat penyakit terdahulu yang di alami lansia di Panti Jompo PPOS

GBKP merupakan penyakit kronis seperti stroke, pikun, hipertensi, diabetes, dan

osteoporosis. Salah satu riwayat penyakit terdahulu lansia adalah stroke. Penderita

stroke kadang- kadang mengalami kelumpuhan di anggota badannya, hilangnya

sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya oleh karena itu seseorang yang

mengalami stroke terkadang tidak mampu untuk melakukan aktifitas kebersihan

dirinya sendiri atau personal hygiene. Jika personal hygiene kurang pada

penderita stroke akan berdampak pada fisiknya diantaranya gangguan kesehatan

yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan

baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan

fisik pada kuku (Aprilia, 2014). Lansia yang memiliki riwayat penyakit terdahulu

pikun menyebabkan lansia lupa untuk melaksanakan personal hygienenya seperti

mandi, sehingga berdampak pada fisiknya yaitu gangguan integritas kulit.

5.2. Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan Kulit

Berdasarkan hasil analisis uji chi-square antara personal hgyiene dengan

keluhan kulit di peroleh nilai p=0,001, RP =0,26 yang artinya ada hubungan yang

signifikan antara personal hygiene dengan keluhan kulit dan lansia dengan

(65)

terjadinya keluhan kulit 0,26 kali lebih besar di bandingkan dengan lansia dengan

personal hygiene baik.

Personal hygiene meliputi kebersihan kulit, kebersihan pakaian,

keberishan rambut, kebersihan tangan dan kuku,dan kebersihan genetalia.

Dampak dari kurangnya personal hygiene pada lansia di Panti Jompo PPOS

GBKP Sibolangit adalah lansia mengalami keluhan kulit. Kurangnya personal

hygiene pada lansia dapat dilihat dari kebersihan kulit yaitu dari 31 orang lansia,

hanya 2 orang yang mandi 2 kali dalam sehari dan 29 orang (93,5%) mandi 1 kali

dalam sehari. Dalam hal mengganti pakaian hanya 1 orang lansia yang mengganti

baju 2 kali dalam sehari dan pada umumnya yaitu 30 orang (96,8%) hanya 1 kali

mengganti pakaian dalam sehari.

Kurangnya personal hygiene pada lansia di Panti Jompo PPOS GBKP

dipengaruhi oleh umur yang sudah tua sehingga menyebabkan berkurangnya

kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti personal hygiene.

Menurut Tarwoto (2004) tidak terpeliharanya kebersihan perorangan

dengan baik dapat menimbulkan gangguan fisik, gangguan yang sering terjadi

adalah munculnya kutu pada rambut, gangguan integritas kulit, gangguan

membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telingan, dan ganguan fisik pada

kuku. Penelitian Yulan (2013) pada lansia dengan kelompok umur 60-85 tahun

lebih banyak mempunyai masalah kesehatan khususnya yang berhubungan

dengan personal hygine yaitu dari 14 orang lansia, ada 5 orang mempunyai

masalah kesehatan berupa penyakit gatal-gatal pada kulit, sakit gigi, dan gusi

(66)

5.3. Hubungan Peran Perawat dengan Keluhan Kulit Pada Lansia

Berdasarkan hasil analisis uji chi-square antara peran perawat dengan

keluhan kulit di peroleh nilai p=0,02, RP= 2,4 yang artinya ada hubungan yang

signifikan antara peran perawat dengan keluhan kulit pada lansia dan peran

perawat dengan kategori kurang adalah faktor resiko (RP>1) tidak mengalami

keluhan kulit 2,4 kali lebih besar dibandingkan peran perawat dengan kategori

baik.

Peran perawat terhadap lansia meliputi berperannya perawat ketika lansia

mandi, mencuci rambut, mengganti pakaian, memotong kuku, menyapu dan

mengepel lantai, mengganti seprei dan sarung sarung bantal, dan menjemur kasur.

Peran perawat terhadap lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit sebagian

besar dalam kategori baik karena lansia ikut berperan dalam pelaksanaan personal

hygiene lansia tetapi cara pengaplikasiannya yang tidak bagus seperti mengganti

baju lansia hanya 1 kali dalam sehari, memandikan lansia 1 kali dalam sehari dan

tidak menggosok kulit lansia pada saat mandi.

Pelakasanaan personal hygiene yang tidak baik pada lansia memicu

timbulnya keluhan kulit pada lansia. Hal ini juga di pengaruhi oleh kurangnya

keterampilan perawat dan tenaga perawat. Dari 10 orang tenaga perawat di Panti

Jompo PPOS GBKP Sibolangit hanya 4 orang yang khusus merawat bagian

personal hygiene lansia sehingga 1 orang perawat merawat lebih dari 1 orang

lansia.

Tujuan adanya perawat pada lansia di panti jompo tersebut untuk

(67)

pelaksanaan personal hygienenya perawat kurang melaksanakan dengan baik.

Menurut Kusnanto (2004) salah satu peran perawat adalah sebagai

pemberi asuhan keperawatan atau care provider. Peran perawat sebagai care

provider harus dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh, tidak hanya

berfokus pada tindakan promotif tetapi juga pada tindakan preventif seperti

pelaksanaan personal hygiene. Menurut Maryam(2008) salah satu tujuan dari

perawat lansia (perawat gerontik) adalah mempertahankan, memelihara, dan

meningkatkan derajat kesehatan pada lansia dengan taraf setinggi-tingginya dan

memelihara kondisi fisik maupun mental lansia.

5.4. Hubungan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit 5.4.1. Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Keluhan Kulit

Berdasarkan hasil analisis uji fisher exact data tidak dapat di analisis karena

bersifat homogen dan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara

penyediaan air bersih dengan keluhan kulit.

Tidak ada hubungan penyediaan air bersih dengan keluhan kulit pada

lansia walaupun penyediaan air bersih dalam kategori tidak saniter, karena

keluhan kulit yang di alami lansia disebabkan oleh kurangnya personal hygiene.

Penyediaan air bersih bagi lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit

dalam kategori tidak saniter. Dalam ketersediaan air sudah memenuhi kebutuhan,

tetapi yang membuat penyediaan air dalam kategori tidak saniter karena belum

sesuai dengan syarat air bersih. Keadaan air di Panti Jompo PPOS GBKP

Sibolangit berwarna agak kekuningan atau keruh. Menurut Mubarak dan Chayatin

(68)

berwarna, jika berwarna maka mengandung bahan-bahan koloid dan bahan-bahan

yang terlarut dalam air yang berbahaya bagi kesehatan.

Sumber air berasal dari air permukaan yang tidak olah terlebih dahulu.

Menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air, air permukaan pada umumnya mendapatkan pengotoran selama

pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun dan lain

sebagainya oleh sebab itu air permukaan sebaiknya harus di olah terlebih dahulu

sebelum digunakan. Keadaan penampungan air di Panti Jompo PPOS GBKP

Sibolangit tidak tertutup, dan mungkin menjadi tempat berkembangbiaknya bibit

vektor yang dapat menyebabkan penyakit.

Menurut Depkes RI (1990) yang mengatakan secara epidemiologis ada

keterkaitan yang erat antara masalah air bersih dengan penyakit kulit, maka oleh

sebab itu dengan adanya tingkat cakupan air bersih yang tinggi dapat menurunkan

angka penyakit kulit. Hasil penelitian Leo (2013) masyarakat di Kelurahan

Hamdan Medan Maimun yang menggunakan air Sungai Deli yang tercemar

mengalami keluhan kulit berupa gatal-gatal.

5.4.2. Hubungan Sanitasi Kamar Mandi dengan Keluhan Kulit

Berdasarkan hasil analisis uji fisher exact data tidak dapat di analisis karena

bersifat homogen dan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara

sanitasi kamar mandi dengan keluhan kulit.

Keluhan kulit yang dialami lansia tidak ada hubungannya dengan sanitasi

kamar mandi walaupun dalam keadaan saniter karena petugas kebersihan panti

(69)

disebabkan oleh kurangnya personal hygiene lansia.

Jumlah kamar yang dihuni lansia adalah 22 kamar maka jumlah kamar

mandi yang digunakan sebanyak 22 kamar mandi. Jumlah kamar yang

penghuninya hanya 1 orang lansia sebanyak 13 kamar sehingga menggunakan

kamar mandi sendiri dan 9 kamar lainnya masing-masing dihuni 2 orang lansia

sehingga kamar mandi digunakan oleh 2 orang. Dari setiap kamar yang

penghuninya 2 orang jumlah kamar mandi dibuat menjadi 18 kamar mandi

sehingga total kamar mandi menjadi 31. Tujuan dilakukan hal ini agar jumlah

kamar mandi sesuai dengan jumlah sampel sehingga dapat di uji hubungan antara

kamar mandi dengan keluhan kulit.

Sanitasi kamar mandi di panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit dalam

kategori saniter karena kamar mandi sesuai dengan syarat kamar mandi

berdasarkan SNI 03-2399-2002 tentang MCK Umum. Lantai kamar mandi dalam

keadaan tidak licin dan kedap air, dinding tidak berlumut, ventilasi dan

penerangan yang memadai, dan tersedia jamban sebagai sarana pembuangan

kotoran, jamban yang digunakan lansia adalah jamban duduk, walaupun tidak

memenuhi syarat kesehatan tetapi jamban ini baik untuk lansia. Tetapi air bekas

mandi tidak di alirkan ke septic tank, hal ini dapat mencemari sumber air dan

menjadi media penularan penyakit, salah satunya adalah penyakit kulit.

Air buangan dapat menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme

patogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media

transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air

(70)

(Kusnoputranto, 2000).

5.4.3. Hubungan Tempat Tidur dan Seprei dengan Keluhan Kulit

Berdasarkan hasil analisis uji fisher exact menunjukkan pada nilai

p=0,101 menunjukkan tempat tidur dan seprei tidak mempunyai hubungan

signifikan dengan keluhan kulit pada lansia.

Keluhan kulit yang dialami lansia tidak ada hubungannya dengan sanitasi

tempat tidur dan seprei meskipun dalam kategori saniter dan tidak saniter karena

petugas kebersihan yang mengganti seprei, mengganti sarung bantal, menjemur

kasur dan bantal dengan tujuan agar tempat tidur dan seprei tetap saniter. Keluhan

kulit yang dialami lansia disebabkan oleh kurangnya personal hygiene.

Kebersihan Tempat tidur lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit

seluruhnya di bersihkan setelah bangun tidur, tetapi lebih banyak tidak menjemur

kasur dan bantal minimal 1 kali dalam seminggu, hal ini didukung oleh

penelitian Handri (2010) yaitu kasur merupakan salah satu faktor yang

menentukan kualitas tidur. Agar kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman

penyakit maka perlu menjemur kasur 1x seminggu karena tanpa disadari kasur

juga bisa menjadi lembab hal ini dikarenakan seringnya berbaring dan suhu kamar

yang berubah rubah. Dalam hal mengganti seprei dan sarung bantal pada

umumnya di ganti 1 kali dalam seminggu, dengan demikian dapat mencegah

terjadinya keluhan kulit dan mencegah berkembang biaknya kuman penyebab

(71)

5.4.5. Hubungan Sarana Pembuangan Sampah dengan Keluhan Kulit

Berdasarkan hasil analisis uji fisher exact menunjukkan pada nilai

p=0,220 menunjukkan sarana pembuangan sampah tidak mempunyai hubungan

signifikan dengan keluhan kulit pada lansia.

Sarana pembuangan sampah tidak ada hubungannya dengan keluhan kulit

meskipun dalam keadaan tidak saniter karena bukan lansia melainkan petugas

kebersihan panti yang menjaga sarana pembuangan sampah agar tetap saniter.

Keluhan kulit yang dialami disebabkan oleh kurangnya personal hygiene lansia.

Sarana pembuangan sampah di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit

sebagian besar dalam kategori tidak saniter karena tidak di semua ruangan

tersedia tempat sampah, hanya 7 kamar yang tersedia tempat sampah di depan

kamar dan selebihnya tidak terdapat tempat sampah. 7 kamar yang memiliki

tempat sampah ini adalah kamar yang penghuninya 1 orang, lansia tersebut

masih dapat melakukan aktivitas sendiri termasuk aktivitas yang menghasilkan

buangan seperti sampah oleh karena itu membutuhkan sarana tempat sampah.

Tempah sampah yang tersedia dalam keadaan tidak kedap air dan tidak

tahan karat. Tempat sampah juga dalam keadaan terbuka, tempat sampah dalam

keadaan terbuka dapat menimbulkan bau yang tidak enak dari segi estetika.

Tetapi di setiap depan kamar lansia sampah tidak berserakan sehingga panti

kelihatan dalam keadaan bersih dan sampah juga di angkut secara rutin >2

kali/hari ke TPS dan 1 kali/hari ke TPA karena tempah sampah dalam keadaan

kosong.

Gambar

Gambar 7. Kondisi kamar lansia
Gambar  9. Sarana pembuangan kotoran (jamban)
Gambar 11. Peneliti sedang mewawancarai responden
Tabel 4.1 Distribusi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin, umur, dan Riwayat Penyakit  Terdahulu di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, maka peneliti memberi saran kepada perawat panti jompo agar dapat memahami kondisi lansia seandainya mengalami penurunan

skripsi dengan judul “ Gambaran Kebahagiaan (Happiness) Lansia yang tinggal di Panti Jompo (studi kasus di Pondok Lansia Al-Islah Malang) ”, sebagai salah satu syarat

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara serum seng dengan jumlah CD4 pada lansia yang tinggal di Panti Jompo, serta untuk mencari prevalensi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran personal hygiene, sarana sanitasi dasar, serta keluhan kesehatan penyandang disabilitas di Panti Karya Hephata

Penyuluhan ini dilakukan pada semua lansia yang yang tinggal di panti jompo basilam yaitu sebanyak 25 lansia, yang dilakukan selama satu hari dengan menggunakan

Penghuni panti jompo Al-Ishlah; Bapak Nurziyanto terimakasih telah mengijinkan peneliti untuk menimba ilmu disana, mbah-mbah, dan perawat yang ada di panti jompo terima kasih

Tidak semua lansia tinggal dengan keluarga khususnya dengan anak mereka.Hal ini juga terjadi pada kondisi lansia yang tinggal dipanti jompo karena keluarga tak mampu mengurus.Secara

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti dengan judul Hubungan Kecemasan Dengan Insomnia Pada Lansia Di PPOS GBKP Sukamakmur Sibolangit, maka dapat