• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Bunyi Ujaran Konsonan Bahasa Indonesia Dengan Bahasa Arab Melalui Bacaan Al-Qur’an Oleh Kelompok Pengajian Anak-Anak Di Masjid Al-Ihsan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Bunyi Ujaran Konsonan Bahasa Indonesia Dengan Bahasa Arab Melalui Bacaan Al-Qur’an Oleh Kelompok Pengajian Anak-Anak Di Masjid Al-Ihsan Medan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN BUNYI UJARAN KONSONAN

BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA ARAB

MELALUI BACAAN AL-QUR’AN OLEH

KELOMPOK PENGAJIAN ANAK-ANAK

DI MASJID AL-IHSAN MEDAN

SKRIPSI Oleh:

MARDIANA

070701027

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERBANDINGAN BUNYI UJARAN KONSONAN

BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA ARAB

MELALUI BACAAN AL-QUR’AN OLEH

KELOMPOK PENGAJIAN ANAK-ANAK

DI MASJID AL-IHSAN MEDAN

OLEH

MARDIANA

070701027

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar

sarjana sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Gustianingsih, M.Hum Drs. Asrul Siregar, M.Hum NIP 19640828 198903 2 001 NIP 19590502 198601 1 001

Departemen Sastra Indonesia

Ketua,

(3)

PERBANDINGAN BUNYI UJARAN KONSONAN

BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA ARAB

MELALUI BACAAN AL-QUR’AN OLEH

KELOMPOK PENGAJIAN ANAK-ANAK

DI MASJID AL-IHSAN MEDAN

MARDIANA

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menganalisis produksi bunyi ujaran konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia melalui bacaan Al-Qur’an oleh kelompok pengajian anak-anak di masjid Al-Ihsan. Penelitian ini terdiri atas dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini bersumber dari tuturan lima orang anak yang sedang membaca Al-Qur’an di masjid Al-Ihsan. Data skunder dalam penelitian ini bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang diperlukan untuk membuat distribusi konsonan dalam bentuk kata dalam bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Arab yang diperlukan untuk membuat distribusi konsonan dalam bentuk kata dalam bahasa Arab. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dengan teknik sadap sebagai teknik dasar. Pada pengkajian data digunakan metode padan dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding membedankan. Disimpulkan bahwa konsonan bilabial terdiri atas konsonan [p], [b], [m] dan [w] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﺏ], [ﻡ] dan [ﻭ] dalam bahasa Arab; konsonan labiodental terdiri atas konsonan [f] dan [v] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﻑ] dalam bahasa Arab; konsonan dental/alveolar terdiri atas konsonan [t], [d], [l], [n], [s], [r] dan [z] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﺕ], [ﻁ], [ﺩ], [ﺽ], [ﻝ], [ﻥ], [ﺙ], [ﺱ], [ﺹ], [ﺭ], [ﺫ], [ﺯ] dan [ﻅ] dalam bahasa Arab; konsonan velar terdiri atas konsonan [k], [g], [q], [x] dan [ŋ] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﻙ], [ﻍ], [ﻕ] dan [ﺥ] dalam bahasa Arab; konsonan palatal : [c], [j], [sy], [y] dan [ň] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﺝ], [ﺵ] dan [ﻱ] dalam bahasa Arab; konsonan glotal terdiri atas konsonan [h] dan [?] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﻫ] dan [ء] dalam bahasa Arab; konsonan faringal terdiri atas konsonan [ﺡ] dan [ﻉ] dalam bahasa Arab. Distribusi bunyi konsonan bahasa Indonesia tidak menduduki semua posisi seperti bunyi [c], [q], [v], [w], [y], dan [x] yang tidak menempati posisi akhir, berbeda halnya dengan distribusi bunyi konsonan bahasa Arab yang menduduki semua posisi.

(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa yang

disajikan dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang

sifatnya membangun.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU beserta

jajarannya.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku Ketua Jurusan Departemen

Sastra Indonesia dan Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP., selaku Sekretaris

Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.

3. Dr. Gustianingsih, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan ilmu, perhatian, dorongan dan kesabaran yang luar biasa dalam

membimbing penulis, memotivasi penulis dan rela meluangkan waktu Beliau

(5)

4. Drs. Asrul Siregar, M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi selama proses penulisan

skripsi ini.

5. Dra. Mascahaya, M.Hum. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

banyak memberi pengarahan dan masukan bagi penulis selama masa

perkuliahan.

6. Para dosen dan staf tata usaha Departemen Sastra Indonesia yang telah

banyak memberikan penerangan dan bantuan kepada penulis selama masa

perkuliahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta penulis, Mahmud dan Sri Indra

Wati yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan baik secara

moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan hingga selesainya

skripsi ini.

8. Adik-adik penulis (Laila Afrianti, Muhammad Indra Yazid, dan Fitri Hayati)

yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa semangat dan

dukungan.

10. Seluruh teman-teman saya khususnya anak stambuk 07 yang telah banyak

memberikan doa, semangat serta dorongan motivasi kepada penulis dalam

(6)

11. Al-ustadz, ustazah dan seluruh peserta didik masjid Al-Ihsan yang telah

banyak membantu penulis dengan memberikan data yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para

pembaca khususnya keluarga besar jurusan Departemen Sastra Indonesia Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2014

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.2 Masalah ... 4

1.2Batasan Masalah... 4

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINAJAUAN PUSTAKA . 7 2.1Konsep ... 7

2.2Landasan Teori ... 8

2.2.1 Fonologi ... 8

2.2.2 Bunyi Bahasa ... 8

(8)

2.2.4 Produksi Bunyi Ujaran ...

... 11

2.2.5 Klasifikasi Bunyi Ujaran (Konsonan) ...

... 13

2.3Tinjauan Pustaka ...

... 19

BAB III METODE PENELITIAN...

23

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...

23

3.1.1 Lokasi Penelitian ...

23

3.1.2 Waktu Penelitian ...

23

3.2 Sumber Data...

23

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...

24

3.4 Metode dan Teknik Analisis data ...

25

BAB IV PEMBAHASAN ...

(9)

4.1 Produksi Bunyi Ujaran Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa

Arab Melalui Bacaan Al-Qur’an Oleh Kelompok Pengajian

Anak-Anak di Masjid Al-Ihsan ...

32

4.1.1 Konsonan Bilabial ...

82

4.1.2 Konsonan Labiodental ...

83

4.1.3 Konsonan Dental/Alveolar ...

83

4.1.4 Konsonan Velar ...

83

4.1.5 Konsonan Palatal ...

84

4.1.6 Konsonan Glotal ...

84

4.1.7 Konsonan Faringal ...

84

4.2 Distribusi Bunyi Ujaran Konsonan Bahasa Indonesia dan

Bahasa Arab ...

(10)

4.2.1 Distribusi Bunyi Ujaran Konsonan Bahasa Indonesia ...

85

4.2.2 Distribusi Bunyi Ujaran Konsonan Bahasa Arab ...

90

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ...

95

4.1 Simpulan ...

95

4.2 Saran ...

96

DAFTAR PUSTAKA ...

97

(11)

PERBANDINGAN BUNYI UJARAN KONSONAN

BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA ARAB

MELALUI BACAAN AL-QUR’AN OLEH

KELOMPOK PENGAJIAN ANAK-ANAK

DI MASJID AL-IHSAN MEDAN

MARDIANA

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menganalisis produksi bunyi ujaran konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia melalui bacaan Al-Qur’an oleh kelompok pengajian anak-anak di masjid Al-Ihsan. Penelitian ini terdiri atas dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini bersumber dari tuturan lima orang anak yang sedang membaca Al-Qur’an di masjid Al-Ihsan. Data skunder dalam penelitian ini bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang diperlukan untuk membuat distribusi konsonan dalam bentuk kata dalam bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Arab yang diperlukan untuk membuat distribusi konsonan dalam bentuk kata dalam bahasa Arab. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dengan teknik sadap sebagai teknik dasar. Pada pengkajian data digunakan metode padan dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding membedankan. Disimpulkan bahwa konsonan bilabial terdiri atas konsonan [p], [b], [m] dan [w] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﺏ], [ﻡ] dan [ﻭ] dalam bahasa Arab; konsonan labiodental terdiri atas konsonan [f] dan [v] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﻑ] dalam bahasa Arab; konsonan dental/alveolar terdiri atas konsonan [t], [d], [l], [n], [s], [r] dan [z] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﺕ], [ﻁ], [ﺩ], [ﺽ], [ﻝ], [ﻥ], [ﺙ], [ﺱ], [ﺹ], [ﺭ], [ﺫ], [ﺯ] dan [ﻅ] dalam bahasa Arab; konsonan velar terdiri atas konsonan [k], [g], [q], [x] dan [ŋ] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﻙ], [ﻍ], [ﻕ] dan [ﺥ] dalam bahasa Arab; konsonan palatal : [c], [j], [sy], [y] dan [ň] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﺝ], [ﺵ] dan [ﻱ] dalam bahasa Arab; konsonan glotal terdiri atas konsonan [h] dan [?] dalam bahasa Indonesia dan konsonan [ﻫ] dan [ء] dalam bahasa Arab; konsonan faringal terdiri atas konsonan [ﺡ] dan [ﻉ] dalam bahasa Arab. Distribusi bunyi konsonan bahasa Indonesia tidak menduduki semua posisi seperti bunyi [c], [q], [v], [w], [y], dan [x] yang tidak menempati posisi akhir, berbeda halnya dengan distribusi bunyi konsonan bahasa Arab yang menduduki semua posisi.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Pengetahuan tentang bunyi merupakan suatu prasyarat untuk dapat

mempelajari dan memahami seluk-beluk bahasa dengan baik. Ilmu yang

mempelajari seluk-beluk bunyi-bunyi bahasa itu disebut fonologi.

Fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan

logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya,

fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa

dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa

memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda

makna atau tidak, sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang

mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai

pembeda makna.

Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa

memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna

atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu,

dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik,

dan fonetik auditoris.

Fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis,

mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam

menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.

(13)

alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya,

intensitasnya, dan timbrenya. Sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana

mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dari ketiga jenis

fonetik ini, yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik

artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana

bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.

Manusia sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi ini memahami

fonetik/fonemik sebagai bahagian dari sebuah bahasa. Bahasa pada dasarnya

adalah suatu sistem atau lambang yang dipakai oleh manusia yang

membedakannya dengan binatang. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota

masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia

(Keraf 1984:16). Dalam kamus umum (KBBI 1990: 66) bahasa diartikan sebagai

sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan

konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan

dan pikiran.

Dari dua makna umum tentang bahasa di atas, ada persamaan yang jelas.

Persamaan itu adalah bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar

manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan

simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau

tanda-tanda berupa tulisan atau bunyi bahasa di Indonesia ini.

Bahasa Indonesia adalah

persatua

(14)

Indonesia adalah salah satu dari banya

dipakai adaldari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia

mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan

administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.

Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkan nya

28 Oktober 1928 untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama

bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa

Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun

hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun

penyerapan dari

Arab.

Bahasa Arab adalah bahasa Al’quran dan bahasa Alhadits, sampai saat ini

masih diakui oleh semua kalangan yang muslim dan non muslim, ilmuan maupun

kaum yang menganggap "bahasa Arab sebagai bahasa yang memiliki standar

ketinggian dan keindahan linguistik yang tinggi yang tiada taranya". (Lagousi

2002) (dalam Razaq 2010 : 2). Bahasa Arab bukan saja sebagai bahasa

komunikasi oleh masyarakat penuturnya, melainkan juga sebagai bahasa

pengantar dalam penyampaian pendidikan khususnya dalam dunia pendidikan

Islam.

Oleh karena itu, hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk meneliti

perbandingan bunyi ujaran konsonan dengan judul penelitian “Perbandingan

Bunyi ujaran Konsonan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Arab pada Kelompok

(15)

1.1.2 Masalah

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana produksi bunyi ujaran konsonan bahasa Arab dan bahasa

Indonesia melalui bacaan Al-Qur’an oleh kelompok pengajian anak-anak di

Masjid Al-Ihsan.

2. Bagaimana distribusi bunyi ujaran konsonan bahasa Indonesia dan bahasa

Arab?

1.2Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan ini sangat

penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut

terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti, serta

tujuan dari penelitian dapat tercapai.

Penelitian ini hanya berfokus pada apa saja yang menjadi perbedaan bunyi

ujaran konsonan berdasarkan daerah artikulasi bahasa Indonesia dan bahasa Arab

pada kelompok pengajian, khususnya pada 5 orang anak, berusia 9 – 10 tahun,

berjenis kelamin 3 perempuan dan 2 laki-laki yang sedang belajar membaca

Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 26 – 38 di Masjid Al-Ihsan, dan perbandingan

distribusi konsonan bahasa Indonesia dengan bahasa Arab.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini hanya berupa bunyi ujaran

konsonan bahasa Arab yang dihasilkan oleh alat ucap anak-anak yang sedang

belajar membaca Al-Qur’an di Masjid Al-Ihsan yang terletak di Jl. Bromo Gg.

(16)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis produksi bunyi ujaran konsonan bahasa Arab dan bahasa

Indonesia melalui bacaan Al-Qur’an oleh kelompok pengajian anak-anak di

Masjid Al-Ihsan.

2. Menganalisis distribusi bunyi ujaran konsonan bahasa Indonesia dan bahasa

Arab.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilaksanakan akan memberi manfaat. Adapun

penelitian ini mempunyai dua manfaat penting:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian

fonologi khususnya lafal bunyi ujaran konsonan bahasa Indonesia dan bahasa

Arab berdasarkan letak artikulasinya.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dalam memahami hasil

penelitian.

3. Menambah sumber referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

dalam bidang fonologi khususnya dalam menganalisis perbandingan bunyi

(17)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti selanjutnya tentang

perbandingan lafal bunyi ujaran konsonan bahasa Indonesia dengan bahasa

Arab berdasarkan letak artikulasinya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan masukan bagi para

pelajar yang sedang belajar membaca Al-Qur’an.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang

perbandingan bunyi ujaran konsonan bahasa Indonesia dengan bahasa Arab di

(18)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut KBBI (2007 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu

objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi

untuk memahami hal-hal lain.

Di dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, terdapat tiga padanan kata yang

mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise

(suara), voice dan sound (Mu’in 2004:47). Di dalam istilah ilmu bahasa

pemakaiannya berbeda-beda. Dari kata lafz dipakai derivasi talafuz yang berarti

pronunciation yakni pengucapan. Noise berarti I’aqah yaitu gangguan bunyi

(bunyi gaduh). Dari kata jahr dipakai derivasi majhur sama dengan voice sound,

yaitu bunyi bahasa yang disertai dengan bergetarnya pita suara atau disebut juga

bersuara.

Menurut Kridalaksana (1984 : 31) bunyi secara umum berarti “kesan pada

pusat saraf sebagai akibat getaran gendangan telinga yang bereaksi karena

perubahan-perubahan dalam tekanan udara.” Sederhananya bunyi adalah suatu

yang terdengar (didengar) atau ditangkap oleh telinga (KBBI 1988 : 138). Adapun

bunyi bahasa (saut lugawi / speed sound) mempunyai pengertian terbatas,

menurut Harimurti bunyi bahasa yaitu satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap

(19)

2.2 Landasan Teori

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai

dengan kenyataan yang ada, baik di lapangan maupun kepustakaan. Selain itu,

landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar

penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

2.2.1 Fonologi

Secara garis besar, Fonologi adalah suatu sub-disiplin dalam ilmu bahasa

atau linguistik yang membicarakan tentang bunyi bahasa. Lebih sempit lagi,

fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi

sebagai unsur-unsur linguistik.

2.2.2 Bunyi Bahasa

Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi

bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan

gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.

Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat,

yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah

getaran. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan

pernapasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan nafas,

paru-paru kita menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Arus udara itu dapat

mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan

atau laring. Arus udara dari paru-paru itu dapat membuka kedua pita suara yang

(20)

Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral;

bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau atau

bunyi nasal. Bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan

sebagain keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan atau dinasalisasi.

Apabila pita suara direnggangkan sehingga udara tidak tersekat oleh pita suara,

maka bunyi bahasa yang dihasilkan akan terasa “ringan”. Macam bunyi bahasa

yang pertama itu umumnya dinamakan bunyi bersuara, sedangkan yang kedua

disebut bunyi takbersuara.

2.2.3 Fonetik Artikulatoris

Seperti sudah disebutkan di muka, fonetik adalah bidang linguistik yang

mempelajari bunyi bahasa tanpa meperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai

fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses

terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik

artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.

Indonesia 2009)

Fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis,

mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam

menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.

Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisi atau fenomena

alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya,

intensitasnya, dan timbrenya, sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana

mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dari ketiga jenis

fonetik ini, yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik

(21)

bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.

Bahasa Indonesia 2009)

Pike (dalam Verhaar 1990 : 13) mengatakan bahwa fonetik artikulatoris

(organis) menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan dengan alat-alat

tertentu. Hal pertama yang perlu diuraikan dalam fonetik artikulatoris ialah

alat-alat bicara.

Di bawah ini disebutkan satu per satu alat ucap manusia yang berguna

(22)

1. paru-paru (lungs)

2. tenggorokan (trachea)

3. pangkal tenggorokan (larynx)

4. pita suara (vocal cords)

5. krikoid (cricoid)

6. tiroid (tyroid) atau gondok laki

7. aritenoid (arythenoid)

8. rongga anak tekak (pharynx)

9. epiglotis (epiglottis)

10.akar lidah (root of tangue)

11.punggung lidah (dorsum)

12.tengah lidah (medium)

13.daun lidah (lamina)

14.ujung lidah (apex)

15.anak tekak (uvula)

16.langit-langit lunak (velum)

17.langit-langit keras (palatum)

18.gusi (alveolum)

19.gigi atas (denta)

20.gigi bawah (denta)

21.bibir atas (labia)

22.bibir bawah (labia)

23.mulut (mouth)

24.rongga mulut (mouth cavity)

25.rongga hidung (nasal cavit

Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama

sesuai dengan nama alat ucap itu. Namun, tidak biasa disebut “bunyi gigi” atau

“bunyi bibir”, melainkan bunyi dental dan bunyi labial, yakni istilah berupa

bentuk ajektif dari bahasa latinnya.

2.2.4 Produksi Bunyi Ujaran

Dalam proses pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat,

yaitu :

1. Sumber tenaga (udara yang dihembuskan oleh paru-paru)

2. Alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru (batang tenggorok,

kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung)

(23)

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses

pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal

tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar,

pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka. Setelah melalui pita suara, yang

merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar, apakah melalui rongga mulut

atau rongga hidung. Kalau udara yang dari paru-paru itu keluar tanpa mendapat

hambatan apa-apa, maka kita tidak akan mendengar bunyi apa-apa, selain bunyi

nafas. Hambatan terhadap udara atau arus udara yang keluar dari paru-paru itu

dapat terjadi mulai tempat yang paling di dalam, yaitu pita suara, sampai pada

tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan bawah.

Dalam proses artikulasi, biasanya, telibat dua macam artikulator, yaitu

artikulator aktif dan artikulator pasif. Yang dimaksud dengan artikulator aktif

adalah alat ucap yang bergerak atau digerakkan, misalnya, bibir bawah, ujung

lidah, dan daun lidah, sedangkan yang dimaksud dengan artikulator pasif adalah

alat ucap yang tidak dapat bergerak atau yang didekati oleh artikulator aktif,

misalnya, bibir atas, gigi atas, dan langit-langit keras.

Agar lebih jelas proses terbentuknya bunyi bahasa, dapat dilihat dalam

(24)

2.2.5 Klasifikasi Bunyi Ujaran (Konsonan)

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa terjadinya bunyi bahasa itu

disebabkan oleh adanya hembusan udara dari paru-paru ke luar. Adapun macam

bunyi bahasa dan sifatnya, pada dasarnya ditentukan oleh ada tidaknya hambatan

di dalam jalannya arus udara, cara dan tempat terjadinya hambatan, dan melalui

rongga mana udara itu mengalir ke luar. Faktor-faktor ini menjadi dasar

(25)

Ada tidaknya hambatan di dalam jalannya arus udara dari paru-paru keluar

merupakan dasar klasifikasi yang pertama. Atas dasar ini, bunyi bahasa dibagi

menjadi tiga macam: vokal, konsonan, dan semi-vokal. Vokal adalah bunyi bahasa

yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat

hambatan/rintangan. Konsonan adalah bunyi bahasa yang terjadi karena udara

yang keluar dari paru-paru mendapat hambatan/rintangan, sedangkan semi vokal

ialah bunyi bahasa yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi hanya karena

waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu

disebut semi-vokal, dan oleh karena itu di dalam pembahasannya masih tetap

masuk dalam kelompok bahasan konsonan.

Konsonan dapat dikategorikan berdasarkan tiga faktor: (1) keadaan pita

suara, (2) daerah artikulasi, dan (3) cara artikulasi.

Bila ditinjau dari faktor keadaan pita suara sebagai alat artikulasi, maka

konsonan dapat diklasifikasikan kepada konsonan bersuara dan konsonan tidak

bersuara. (Cahyono & agus 1995:84-88) dan (Mu’in 2004: 67-71)

a. Konsonan bersuara

Dalam bahasa Arab, konsonan bersuara disebut dengan “ “,

yaitu apabila pita suara turut bergetar pada saat pelafalan. Dalam bahasa

Indonesia, bunyi-bunyi yang termasuk konsonan bersuara adalah: [b], [d], [j],

(26)

b. Konsonan tidak bersuara

Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “ “ yaitu apabila pita suara

tidak turut bergetar ketika bunyi-bunyi itu diartikulasikan. Dalam bahasa

Indonesia, huruf-huruf konsonan yang tidak bersuara dimaksud adalah [p], [t],

[c], [k], [f], [s], [sy], [x], dan [h]. Sementara dalam bahasa Arab konsonan yang

termasuk tidak bersuara ( ) adalah: [ﻁ] / [th], [ﺕ] / [t], [ﻕ] / [q], [ﻙ] / [k], [ﺹ] / [sh], [ﺱ] / [s], [ﻑ] / [f], [ﺙ] / [ts], [ﺵ] / [sy], [ﺥ] / [kh], dan [ﺡ] / [h].

Bila ditinjau dari faktor daerah artikulasinya, konsonan dapat bersifat

sebagai berikut: (Cahyono & Agus 1995:84-86) dan (Mu’in 2004: 67-71)

1. Bunyi bilabial ( / huruf bibir), yaitu bunyi yang dihasilkan

dengan cara mempertemukan antara bibir atas dengan bibir bawah. Kedua

bibir tersebut terkatup rapat sehingga udara dari paru-paru tertahan untuk

sementara waktu sebelum katupan itu dilepaskan. Huruf-huruf yang

dihasilkan adalah: [b], [p], [m], dan [w]. Dalam bahasa Arab adalah

huruf-huruf: [ﺏ] / [b], [ﻡ] / [m], dan [ﻭ] / [w]. Huruf-huruf: [ﺏ], [b], dan [p] dihasilkan melalui penghambatan udara secara sempurna, kemudian

melepaskannya secara tiba-tiba, sehingga ia keluar dengan letupan, hanya

saja huruf [p] tidak bersuara. Sementara bunyi [ﻡ] dan [m] termasuk nasal dan bersuara, yaitu bibir atas dan bawah terkatup rapat, dan udara keluar

melalui rongga hidung.

2. Bunyi labiodental ( ) , yaitu bunyi yang dihasilkan antara

gigi atas dan bibir bawah. Bibir bawah ditekankan pada gigi atas sehingga

terjadi penyempitan udara. Jadi, hambatan udara tidak sempurna. Karena

(27)

melalui lubang-lubang di antara gigi. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi

[v] dan [f]. Dalam bahasa Arab adalah huruf [ﻭ] / [w]. Kosonan [v] diucapkan dengan bersuara, sedangkan [ﻭ] dan [f] tidak bersuara.

3. Bunyi dental/alveolar ( ),yaitu bunyi yang dihasilkan

melalui sentuhan ujung lidah kepada pangkal gigi atas di depan gusi.

Proses artikulasi ini melahirkan beberapa konsonan, dalam bahasa

Indonesia yaitu bunyi [t], [d], [l], [n], [s], [r], dan [z]. Dalam bahasa Arab

dikenal dengan huruf-huruf: [ﺕ] / [t], [ﺙ] / [ts], [ﺩ] / [d], [ﺫ] / [dz], [ﺭ] / [r], [ﺯ] / [z], [ﺱ] / [s], [ﺹ] / [sh], [ﺽ] / [dh], [ﻁ] / [th], [ﻅ] / [z], [ﻝ] / [l], dan [ﻥ] / [n]. Bunyi [t], [d], [ﺩ], dan [ﺽ] termasuk konsonan letup. Sementara [l], [n], [ﺕ], dan [ﻁ] tidak. Proses artikulasi [l] dan [ﻝ] bagian tengah rongga mulut terhalang, dan udara keluar melalui kedua sisi lidah yang

bersentuhan dengan bagain depan gusi. Sementara proses artikulasi [n] dan

[ﻥ] anak tekak dan langit-langit lunak turun menutup udara ke rongga mulut, sehingga udara keluar melalui rongga hidung.

4. Bunyi velar ( حلقي ), adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara

menempelkan belakang lidah (artikulator aktif) pada langit-langit lunak

(artikulator pasif). Dalam bahasa Indonesia, konsonan yang dihasilkan

adalah: [k], [g], [x], dan [kh]. Dalam bahasa Arab adalah bunyi: [ﻙ] / [k], [ﻍ] / [gh], [ﻕ] / [q], dan [ﺥ] / [kh].

5. Bunyi palatal ( حنكي ), adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara

menekan daun lidah pada langit-langit keras. Dalam bahasa Indonesia

lahirlah bunyi/huruf: [c], [j], [y], [sy] dan [ny]. Dalam bahasa Arab

(28)

6. Bunyi glotal ( مزماري ), adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara

merapatkan dua pita suara sehingga udara dari paru-paru yang melewati

antara akar lidah dan dinding belakang rongga kerongkongan terhambat.

Proses artikulasi ini melahirkan huruf [h] dan [?] dalam bahasa Indonesia

dan huruf [ﺡ] / [h], [ﻫ] / [h], [ﻉ] / [?], dan [ء] / [?] dalam bahasa Arab.

Jika dilihat dari sisi cara artikulasi, maka konsonan dapat dibedakan

menjadi: (Cahyono 1995:86-88) dan (Mu’in 2004: 63-65)

1. Hambat (Letupan), ( )

Menurut Marsono (dalam Abdul Muin), konsonan letup adalah:

“Konsonan yang terjadi dengan cara menghambat secara penuh arus udara,

kemudian dilepaskan secara tiba-tiba.”

Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi yang termasuk konsonan letup

adalah: [b], [d], [g], [p], [t], [k], [c], [j], dan [?]. Dalam bahasa Arab yaitu:

[ﺏ] / [b], [ﺽ] / [dh], [ﺩ] / [d], [ﻁ] / [th], [ﻕ] / [q], [ﺕ] / [t], dan [ﻙ] / [k]. 2. Geseran atau frikatif ( )

Yaitu konsonan yang dihasilkan melalui penyempitan jalannya arus udara

yang dihembuskan dari paru-paru, sehingga jalannya udara terhalang, dan

keluar dengan bergeser. Jadi, perbedaannya dengan konsonan letup yaitu,

konsonan letup penyempitan arus udara dilakukan secara sempurna,

sementara pada konsonan geseran penyempitan udara tidak secara

sempurna tetap merenggang.

Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi yang dihasilkan melalui konsonan

(29)

bahasa Arab yaitu: [ﻑ] / [f], [ﺙ] / [ts], [ﺱ] / [s], [ﺵ ] / [sy], [ﺡ] / [h], [ﻫ] / [h], [ﺥ] / [kh], [ﺯ] / [z], [ﺫ] / [dz], [ﻅ] / [zh], [ﻉ] / [?], dan [ﻍ] / [gh].

3. Sengauan atau nasal ( أﻥﻑﻱ )

Menurut Chaer, posisi artikulator di sini menghambat sepenuhnya aliran

udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui ronga hidung

dengan bebas. Dalam bahasa Indonesia bunyi yang muncul adalah [m],

[n]. Sementara dalam bahasa Arab adalah bunyi [ﻡ] / [m] dan [ﻥ] / [n], serta beberapa tanwin: [- ً◌--] / [an], [- ٍ◌--] / [in] dan [- ٌ◌--] / [un].

4. Getaran ( اهﺕﺯاﺯ )

Bunyi getaran terjadi seiring dengan artikulator aktif melakukan kontak

beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi

berulang-ulang. Seperti konsonan [r] dalam bahasa Indonesia, atau

konsonan [ﺭ] / [r] dalam bahasa Arab. 5. Sampingan atau lateral ( ﺝاﻥﺏﻱ )

Bunyi lateral dihasilkan oleh artikulator aktif menghambat aliran udara

pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping

lidah. Seperti konsonan [l] dalam bahasa Indonesia, atau konsonan [ﻝ] / [l] dalam bahasa Arab.

6. Semi vokal ( ﻉﻝةﺡﺭﻑﺵﺏه )

Bunyi ini dihasilkan oleh artikulator aktif dan pasif membentuk ruang

yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi

tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena

itu, bunyi yang dihasilkan sering disebut dengan semi-vokal. Yaitu bunyi

(30)

Peta Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.

Palatal Velar Glotal Faringal

Hambat

(Cahyono 1995:88) dan (Mu’in 2004:74)

Dari tabel di atas dapat diketahui peta persamaan, perbedaan dan

kemiripan antara konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki

atau mempelajari (KBBI 2003 : 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon

(KBBI 2003 : 912).

Bunyi bahasa (speech sound) menurut Kridalaksana (2001:33) adalah

(31)

atau dalam fonologi sebagai fonem. Bunyi-bunyi bahasa ini dipelajari dalam

satuan bidang ilmu, yaitu fonologi. Kridalaksana (2001: 57) menyebutkan bahwa

fonologi merupakan bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi

bahasa menurut fungsinya.

Setiap bahasa mempunyai bunyi-bunyi bahasa yang sangat spesifik.

Dikatakan spesifik karena bunyi bahasa yang ada dalam suatu bahasa belum tentu

dikenal dalam bahasa lain. Oleh karena itu, ada kecenderungan bahwa bunyi

bahasa yang tidak dikenal dalam suatu bahasa oleh bahasa tertentu akan

disesuaikan dengan bunyi bahasa yang dekat dengan bahasanya (Jawat 1999: 45).

Menurut Mu’in (2004), untuk memudahkan penguraian dan penganalisaan

yang tepat, maka dipakai prinsip pembedaan dari segi tempat artikulasi makhraj

sebagai pertama, kemudian dilanjutkan pada cara pengucapan dan berbagai

rinciannya. Makhraj merupakan pembeda yang prinsip, karena apabila dua

konsonan dalam keseluruhan sifatnya memiliki persamaan sedangkan makhrajnya

berbeda atau berjauhan, maka tidak berarti dua konsonan itu sangat bermiripan,

misalnya [z] dengan [ﻉ] / [?]. Tetapi sebaliknya, apabila dua konsonan itu memiliki makhraj yang sama atau berdekatan sekali, maka kemiripan itu dapat

terjadi, misalnya [t], [ﻁ] / [to] dan [ﺩ] / [da], [s], [ﺹ] / [sho], dan [za] atau [ﺱ] / [sa], [ﺙ] / [tsa], dan [z], [ﺫ] / [dza].

Gustianingsih (2009) dalam disertasi yang berjudul “Produksi dan

Komprehensi Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia pada Anak Autistic Spectrum

Disorder : Kajian Neuropsikolinguistik” mengatakan bahwa ternyata anak autis

itu bunyi ujarannya tidak sama dengan bunyi ujaran anak normal, dalam

(32)

bunyi dan metatesis. Ketidaknormalan itu disebabkan karena ada gangguan pada

saraf-saraf bahasa anak tersebut.

Yeni. (2009) dalam skripsi yang berjudul “Interpretasi Lafal Fonem

Bahasa Indonesia Penderita Bibir Sumbing” mengatakan bahwa bunyi vokal pada

PBSB mengalami gangguan, tetapi gangguan itu tidak sampai mengganggu fungsi

fonem vokal tersebut. Gangguan yang dimaksud hanya berupa penambahan bunyi

sengau pada setiap vokal yang ada karena terdapat celah pada rongga hidung

hingga langit-langit, yaitu a, i, u, e, é, o menjadi [ã, õ, ĩ, ũ, e]. Semi vokal /w/ dan /y/ pada PBSB tidak hanya mengalami gangguan karena kerusakan alat ucap

PBSB tidak mempengaruhi bunyi tersebut. Kendala artikulatoris adalah kendala

berupa kerusakan artikulator pada PBSB sehingga tidak dapat menghasilkan

bunyi-bunyi bahasa dengan baik. Kerusakan artikulator yang diderita oleh PBSB

adalah bibir atas (upper lip), rongga hidung (nasal cavity), langit-langit (palate),

dan gigi (teeth).

Lusna. 2004 dalam skripsi yang berjudul “Sistem Vokal Bahasa Melayu

Langkat Dialek Tanjung Pura (Sebuah Studi Generatif).” mengatakan, penerapan

teori Fonologi Generatif (FG) dalam sistem vokal Bahasa Melayu Langkat Dialek

Tanjung Pura (BMLDTP) tingkat presisinya lebih memadai untuk

mengungkapkan berbagai fenomena fonoligis dari pada hasil penelitian sistem

vokal BMLDTP yang pernah diteliti oleh peneliti lain dengan menerapkan teori

struktural. Dalam penganalisisannya pada bab II, BMLDTP memiliki 21 segmen

(33)

belakang, bundar, dan segmen [o:], sedang, belakang, bundar. Selanjutnya,

segmen [ε, ε, ε:] bercirikan rendah, depan, tidak bundar, segmen [a, a, a:] rendah,

tengah, tidak bundar, dan segmen [ɔ, ɔ, ɔ:] rendah, belakang, bundar.

Simanjorang. 2004 dalam skripsi yang berjudul “Refleksi Fonem dan

Leksikon Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Karo” mengatakan PAN

sebagai bahasa asal atau bahasa induk ternyata memiliki banyak perubahan dalam

BK sebagai bahasa tuturannya. Dalam penelitian ini, perubahan tersebut hanya

berkisar pada bidang fonoligi dan leksikonya. Fonem-fonem dalam BK ada yang

merupakan inovasi dan ada juga yang merupakan pewarisan langsung antara lain

adalah /a, u, ǝ/ dan yang mengalami inovasi adalah, *a dan *i. Konsonan yang mengalami pewarisan linear adalah, /b, d, g, k, l, m, p, r, s, t, w, ?, ƞ/, yang

smengalami inovasi antara lain adalah /h, j, n, z, ?/. fonem diftong

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi adalah letak atau tempat (KBBI 2007:680). Lokasi penelitian ini

adalah Masjid Al-Ihsan yang berada di Jl. Bromo Gg. Sukri No.2 Medan.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan 20 Mei sampai 20

Juni 2013.

3.2 Sumber Data

Penelitian ini terdiri atas dua sumber data yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber datanya.

Data primer dalam penelitian ini bersumber dari tuturan lima orang anak yang

sedang membaca Al-Qur’an di masjid Al-Ihsan. Usia sumber data yaitu 8 sampai

9 tahun. Data yang disaring adalah data yang berupa bunyi konsonan bahasa Arab

melalui bacaan Al-Qur’an surat An-Nur ayat 26 – 38.

Data skunder adalah data tambahan yang dibutuhkan dari sumber yang

telah ada. Dalam penelitian ini data skunder bersumber dari Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) yang diperlukan untuk membuat distribusi konsonan dalam

bentuk kata dalam bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Arab yang diperlukan

untuk membuat distribusi konsonan dalam bentuk kata dalam bahasa Arab.

Penelitian ini sendiri termasuk dalam penelitian studi kasus. Studi kasus

(35)

dalam Gustianingsih 2009:67). Ekploratif maksudnya penelitian lapangan dengan

tujuan menambah pengetahuan lebih banyak (KBBI 2007:290). Sebuah studi

kasus merupakan deskripsi dan analisis intensif (berulang-ulang) terhadap subjek

individual (Shanghnessy dan Zechmeister 1994:297-298 dalam Gustianingsih

2009:67). Jadi, ciri khas penelitian studi kasus terletak pada subjek yang diamati

(Gustianingsih 2009:67). Bahasa anak yang diteliti bisa saja sama atau berbeda

dengan anak yang seusianya.

Ketentuan dalam menetapkan subjek ini adalah tiga perempuan, yaitu

Kennysa Nabila (KN) usia 9 tahun, Naurah Khairatunnisa (NK) usia 8 tahun,

Fadilatul Husna (FH) usia 9 tahun, dan dua laki-laki, yaitu Yasfin Halim Ali (YH)

usia 9 tahun, M. Azawi (MA) usia 9 tahun.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian,

sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto 1993:9).

Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan observasi. Hal

ini dilakukan untuk mengamati bunyi ujaran konsonan bahasa Indonesia dan

bahasa Arab pada suatu kelompok pengajian Al-Qur’an. Dalam hal ini metode

yang digunakan dalam pengajaran Al-Qur’an tersebut menggunakan metode

Iqrok.

Kemudian, untuk pengumpulan datanya dilakukan dengan metode simak

atau “penyimakan” yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto 1993:133).

Adapun teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap.

Pada praktiknya, penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan

(36)

orang (Sudaryanto 1993:133). Peneliti melakukan penyadapan pada saat

anak-anak tersebut sedang membaca Al-Qur’an. Setelah itu, dilanjutkan dengan teknik

catat, yaitu dengan cara mencatat data yang telah terkumpul. Data yang telah

terkumpul itu akan diklasifikasikan sesuai klasifikasi bunyi ujaran konsonan

bahasa Indonesia dan bahasa Arab.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan metode padan. Metode padan

artikulatoris adalah sebuah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan

tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan, tetapi artikulatoris yaitu alat

yang menghasilkan bunyi ujaran (Sudaryato 1993:13). Metode ini digunakan

untuk menyeleksi serangkaian bunyi ujaran yang dihasilkan anak-anak dalam

waktu belajar membaca Al-Qur’an. Misalnya, bunyi bilabial [ﺏ], [م], [] dan [b], [p], [m], [w]. Ketika melahirkan bunyi [b], [ﺏ] dan [p] setelah udara dihambat secara sempurna, maka dilepas secara tiba-tiba dan keluar dengan letupan. Bunyi

yang dihasilkan adalah [p] tidak bersuara. Sedangkan bunyi [m] dan [م] adalah

nasal bersuara; jadi pada saat bibir atas dan bawah terkatup rapat, udara mengalir

melalui rongga hidung, dan bunyi [] dan [w] adalah semi-vokal bersuara.

Teknik dasar yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah

teknik pilah unsur penentu yang memiliki suatu alat yaitu daya pilah yang bersifat

mental yang dimiliki oleh peneliti (Sudaryanto 1993:21). Peneliti akan

(37)

Contoh bacaan surat Al-Mu’minun ayat 26 oleh KN:

[qōlarobbi ansurnī bimā kadzdzabūni]

Artinya:

Berdasarkan teori Mu’in, bacaan di atas dapat dipilah menjadi bunyi

konsonan dalam bahasa Arab seperti:

Nuh berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan

aku."

NO. POTONGAN

SURAT BUNYI DAERAH ARTIKULASI

1.

ﻝ اﻕ

[ﻕ]

[ا]

[ﻝ]

Velar – hambat – tidak bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

2.

ﺏ ﺭ

[ﺭ]

[ﺏ]

Dental/Alveolar – getar – bersuara

Bilabial – hambat – bersuara

3.

ﻱﻥﺭﺹﻥا

[ﻥ]

[ﺹ]

[ﺭ]

[ﻥ]

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – frikatif – tidak

bersuara

Dental/Alveolar – getar – bersuara

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

4.

ا ﻡﺏ

[ﺏ]

[ﻡ]

Bilabial – hambat – bersuara

(38)

5.

Velar – hambat – tidak bersuara

Dental/Alveolar – frikatif –

bersuara

Bilabial – hambat – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Setelah itu dilanjutkan dengan teknik lanjutan yaitu teknik hubung

banding membedakan. Yaitu membandingkan ujaran bunyi konsonan pada bahasa

Arab dengan bahasa Indonesia.

NO. POTONGAN SURAT

BAHASA

INDONESIA BUNYI DAERAH ARTIKULASI

1. [kala]

[ﻕ] dalam bahasa Arab akan menjadi [q] / [k] dalam bahasa

Indonesia

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

Velar – hambat – tidak

bersuara

Dental/Alveolar – lateral –

bersuara

2. [robi]

[ﺭ] dalam bahasa Arab akan menjadi [r] dalam bahasa Indonesia

[ﺏ] dalam bahasa Arab akan menjadi [b] dalam bahasa Indonesia

Dental/Alveolar – getar –

bersuara

Bilabial – hambat – bersuara

3. [unsur]

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [ň] dalam bahasa Indonesia

[ﺹ] dalam bahasa Arab akan menjadi [s] dalam bahasa Indonesia

palatal – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – frikatif –

(39)

[ﺭ] dalam bahasa Arab akan menjadi [r] dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia

Dental/Alveolar – getar –

bersuara

Dental/Alveolar – nasal –

bersuar

4. [bima]

[ﺏ] dalam bahasa Arab akan menjadi [b] dalam bahasa Indonesia

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – hambat – bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

5. [kwiz]

[ﻙ] dalam bahasa Arab akan menjadi [k] dalam bahasa Indonesia

[ﺫ] dalam bahasa Arab akan menjadi [z] dalam bahasa Indonesia

[ﺏ] dalam bahasa Arab akan menjadi [b] dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia

[ﻭ] dalam bahasa Arab akan menjadi [u atau w] dalam bahasa

Indonesia

Velar – hambat – tidak

bersuara

Interdental – frikatif –

bersuara

Bilabial – hambat – bersuara

Dental/Alveolar – nasal –

bersuara

Bilabial – semi vokal –

bersuara

Berdasarkan ayat di atas dan ujaran yang digunakan oleh masyarakat

Indonesia, dapat disimpulkan bahwa bunyi konsonan bahasa Indonesia dengan

(40)

Distribusi bunyi konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia, sekaligus

menjawab permasalahan no. 2:

No. Bunyi Bahasa Indonesia Bahasa Arab

Kata Arti Kata Arti

‘kitab suci dari Allah yang diserahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, kitab sucinya umat Islam’

-

-

‘alat penerang dalam kegelapan’

‘sebangsa binatang melata’

‘kawat (penghantar arus listrik) berbungkus karet atau plastik dan sebagainya’

‘tuhanku’

‘kitab suci dari Allah yang diserahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, kitab sucinya umat Islam’

‘sebangsa binatang melata’

‘benda keras yang berasal dari dalam bumi atau planet lain’

‘tuhanku’

‘buku, buku suci (misal Al-Quran, injil dansebagainya)’

(41)

5.

‘beras yang dimasak’

‘organisasi pemuda Islam dalam Nahdatul Ulama (NU)’

‘kitab suci dari Allah yang diserahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, kitab sucinya umat Islam’

‘aku, hamba sahaya, daku, kata ganti orang pertama tunggal’

‘organisasi pemuda Islam dalam Nahdatul Ulama (NU)’

‘isi padi yang terkupas’

‘alat pada indera yang digunakan untuk melihat’

‘alat penerang dalam kegelapan’

‘rasa seperti cuka, nama pohon dan buahnya.

‘buku, buku suci (misal Al-Quran, injil dan sebagainya)’

‘suami, pria’

'kendaraan seperti sepeda beroda tiga untuk memuat penumpang’

‘hewan yang menyerupai kuda, badannya bergaris-garis hitam putih’

(42)

Berdasarkan ayat di atas dan ujaran yang digunakan oleh masyarakat

Indonesia, dapat disimpulkan bahwa distribusi konsonan bahasa Indonesia

terdapat pada semua posisi kecuali konsonan [q] hanya terdapat pada posisi awal

dan konsonan [z] tidak terdapat pada posisi akhir, sedangkan distribusi konsonan

bahasa Arab hanya konsonan [ﺭ] yang terdapat pada semua posisi sedangkan konsonan lainnya hanya terdapat pada posisi awal saja, tengah saja, ataupun akhir

(43)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Produksi Bunyi Ujaran Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab

Melalui Bacaan Al-Qur’an Oleh Kelompok Pengajian Anak-Anak di

Masjid Al-Ihsan

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses

pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal

tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar,

pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka. Dalam proses artikulasi,

biasanya, telibat dua macam artikulator, yaitu artikulator aktif dan artikulator

pasif. Yang dimaksud dengan artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak atau

digerakkan, misalnya, bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah, sedangkan yang

dimaksud dengan artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak dapat bergerak atau

yang didekati oleh artikulator aktif, misalnya, bibir atas, gigi atas, dan

langit-langit keras.

Berikut ini adalah bunyi ujaran bahasa Arab yang dihasilkan oleh alat ucap

anak-anak yang sedang belajar membaca Al-Qur’an di Masjid Al-Ihsan yang

(44)

Bacaan surat An-Nur ayat 32 oleh KN:

[wa’aŋkihul ‘ayāmā miŋkum wasshōlihīna min ‘ibādikum wa’imā’ikum ‘iy

yakūnū fuqorō’a yugnihimullohu minnfadhlihi wallahu wāsi’un ‘alīmun]

Berdasarkan teori Mu’in, bacaan di atas dapat dipilah menjadi bunyi

konsonan dalam bahasa Arab, sebagai berikut:

NO. POTONGAN

SURAT BUNYI DAERAH ARTIKULASI

1.

ا ﻭ ﺡ ﻙ ﻥ ء ﻭ

ا

[ﻭ]

[ء]

[ا]

[ﻥ]

[ﻙ]

[ﺡ]

[ﻭ]

[ا]

Bilabial – semi vokal – bersuara

Glotal – frikatif – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Faringal – frikatif – tidak bersuara

Bunyi vokal

Bunyi vokal

2.

ﻱ ﻡ ﻱ ﻝ ا

ا ا ا ء

[ا]

[ﻝ]

[ا]

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

(45)

[ء]

Glotal – frikatif – bersuara

Palatal – semi vokal – bersuara

Bunyi vokal

Bilabial – nasal – bersuara

Bunyi vokal

Bilabial – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

4.

Bilabial – semi vokal – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Dental/Alveolar – frikatif – tidak

bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Faringal – frikatif – tidak bersuara

(46)

5.

ﻥ ﻡ

[ﻡ]

[ﻥ]

Bilabial – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

6.

ﻡ ﻙ ﺩ ا ﺏ ﻉ

[ﻉ]

[ﺏ]

[ا]

[ﺩ]

[ﻙ]

[ﻡ]

Faringal – frikatif – bersuara

Bilabial – hambat – bersuara

Bunyi vokal

Dental/alveolar – hambat – bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

7.

ﻡ ﻙ ء ا ﻡ ء ﻭ ا

[ﻭ]

[ء]

[ا]

[ﻡ]

[ا]

[ء]

[ﻙ]

[ﻡ]

Bilabial – semi vokal – bersuara

Glotal – frikatif – bersuara

Bunyi vokal

Bilabial – nasal – bersuara

Bunyi vokal

Glotal – frikatif – bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

(47)

8.

Glotal – frikatif – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

9.

Palatal – semi vokal – bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Bunyi vokal

Labiodental – frikatif – tidak

bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Dental/Alveolar – getar – bersuara

Bunyi vokal

Glotal – frikatif – bersuara

11.

ﻡ ﻫ ﻥ ﻍ ﻱ

[ﻱ]

[ﻍ]

[ﻥ]

Palatal – semi vokal – bersuara

Velar – frikatif - bersuara

(48)

[ﻫ]

[ﻡ]

Glotal – frikatif – tidak bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

12.

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Glotal – frikatif – tidak bersuara

13.

[ﻡ]

[ﻥ]

Bilabial – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

14.

Labiodental – frikatif – tidak

bersuara

Dental/Alveolar – hambat -

bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Glotal – frikatif – tidak bersuara

15.

Bilabial – semi vokal – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

(49)

16.

ﻉ ﺱ ا ﻭ

[ﻭ]

[ا]

[ﺱ]

[ﻉ]

Bilabial – semi vokal – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – frikatif – tidak

bersuara

Faringal – frikatif – tidak bersuara

17.

ﻡ ﻱ ﻝ ﻉ

[ﻉ]

[ﻝ]

[ﻱ]

[ﻡ]

Faringal – frikatif – tidak bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Bunyi vokal

Bilabial – nasal – bersuara

Dari data di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Arab bunyi yang

seharusnya dikategorikan sebagai bunyi konsonan bisa menjadi bunyi vokal. Hal

ini dapat kita lihat pada contoh penggalan ayat nomor (1), bunyi [ﻭ] di akhir kata yang berbaris sukun/mati menjadi bunyi vokal [u] dalam bahasa Indonesia. Begitu

(50)

Berikut perbandingan ujaran bunyi konsonan bahasa Arab yang diujarkan

oleh KN terhadap bunyi bahasa Indonesia.

NO. POTONGAN SURAT

BAHASA

INDONESIA BUNYI

DAERAH dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [ŋ ] dalam bahasa Indonesia

[ﻙ] dalam bahasa Arab akan menjadi [k] dalam bahasa Indonesia

[ﺡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [h] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – semi vokal -

tidak bersuara

2. [al’ayāmā]

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ء] dalam bahasa Arab akan menjadi [?] dalam bahasa Indonesia

[ﻱ] dalam bahasa Arab akan menjadi [y] dalam bahasa Indonesia

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

Dental/Alveolar – lateral

- bersuara dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [ŋ] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – nasal –

bersuara

(51)

[ﻙ] dalam bahasa Arab akan menjadi [k] dalam bahasa Indonesia

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

Velar – hambat – tidak dalam bahasa Indonesia

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ﺹ] dalam bahasa Arab akan menjadi [sh] dalam bahasa Indonesia

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ﺡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [h] dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – semi vokal –

bersuara

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Dental/Alveolar –

frikatif – tidak bersuara

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Faringal – frikatif –

tidak bersuara

Dental/Alveolar – nasal

– bersuara

5. [min]

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – nasal –

bersuara

Dental/Alveolar – nasal

– bersuara

6. [‘ibādikum]

[ﻉ] dalam bahasa Arab akan menjadi [?] dalam bahasa Indonesia

[ﺏ] dalam bahasa Arab akan menjadi [b] dalam bahasa Indonesia

[ﺩ] dalam bahasa Arab akan menjadi [d] dalam bahasa Indonesia

(52)

[ﻙ] dalam bahasa Arab akan menjadi [k] dalam bahasa Indonesia

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

Velar – hambat – tidak dalam bahasa Indonesia

[ء] dalam bahasa Arab akan menjadi [?] dalam bahasa Indonesia

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

[ء] dalam bahasa Arab akan menjadi [?] dalam bahasa Indonesia

[ﻙ] dalam bahasa Arab akan menjadi [k] dalam bahasa Indonesia

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – semi vokal – dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia, namun dalam

ujaran ini bunyi [ﻥ] / [n] tidak dalam bahasa Indonesia

[ﻙ] dalam bahasa Arab akan menjadi [k] dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia

Palatal – semi vokal –

bersuara

Velar – hambat – tidak

bersuara

Dental/Alveolar – nasal

(53)

10. [fuqorō’a]

[ﻑ] dalam bahasa Arab akan menjadi [f] dalam bahasa Indonesia

[ﻕ] dalam bahasa Arab akan menjadi [q] dalam bahasa Indonesia

[ﺭ] dalam bahasa Arab akan menjadi [r] dalam bahasa Indonesia

[ء] dalam bahasa Arab akan menjadi [?] dalam bahasa Indonesia

Labiodental – frikatif –

tidak bersuara

Velar – hambat – tidak

bersuara

Dental/Alveolar – getar

– bersuara

Glotal – frikatif –

bersuara

11. [yugnihim]

[ﻱ] dalam bahasa Arab akan menjadi [y] dalam bahasa Indonesia

[ﻍ] dalam bahasa Arab akan menjadi [gh] dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia

[ﻫ] dalam bahasa Arab akan menjadi [h] dalam bahasa Indonesia

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

Palatal – semi vokal –

bersuara

Velar – frikatif –

bersuara

Dental/Alveolar – nasal

bersuara

Glotal – frikatif – tidak

bersuara

Bilabial – nasal –

besuara

12. [allah]

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ﻫ] dalam bahasa Arab akan menjadi [h] dalam bahasa Indoneisa

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Glotal – frikatif – tidak

(54)

13. [minn]

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – nasal –

bersuara

Dental/Alveolar – nasal

– bersuara

14. [fadhlihi]

[ﻑ] dalam bahasa Arab akan menjadi [f] dalam bahasa Indonesia

[ﺽ] dalam bahasa Arab akan menjadi [dh] dalam bahasa Indonesia

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ﻫ] dalam bahasa Arab akan menjadi [h] dalam bahasa Indonesia

Labiodental – frikatif –

tidak bersuara

Dental/Alveolar –

hambat – tidak bersuara

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Glotal – frikatif – tidak

bersuara

15. [wallahu]

[ﻭ] dalam bahasa Arab akan menjadi [w] dalam bahasa Indonesia

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ﻫ] dalam bahasa Arab akan menjadi [h] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – semi vokal –

bersuara

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Glotal – frikatif – tidak

bersuara

16. [wāsi’un]

[ﻭ] dalam bahasa Arab akan menjadi [w] dalam bahasa Indonesia

[ﺱ] dalam bahasa Arab akan menjadi [s] dalam bahasa Indonesia

[ﻉ] dalam bahasa Araba kan menjadi [?] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – semi vokal -

bersuara

Dental/Alveolar –

frikatif – tidak bersuara

Faringal – frikatif –

(55)

17. [‘alīmun]

[ﻉ] dalam bahasa Araba kan menjadi [?] dalam bahasa Indonesia

[ﻝ] dalam bahasa Arab akan menjadi [l] dalam bahasa Indonesia

[ﻡ] dalam bahasa Arab akan menjadi [m] dalam bahasa Indonesia

Faringal – frikatif –

bersuara

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Bilabial – nasal –

bersuara

Jelas tampak di atas bahwa dalam bahasa Arab bunyi [ﻭ] dan [ﻱ] yang dikategorikan sebagai bunyi konsonan [w] dan [y] dalam bahasa Indonesia, tetapi

jika bunyi tersebut dalam bahasa Arab berbaris sukun/mati maka bunyi terebut

dapat dikategorikan sebagai bunyi vokal [u] dan [i] dalam bahasa Indonesia. Hal

ini juga terjadi pada bunyi [ﻉ] dan [ء] bergaris atas (fatah), bawah (kasroh), ataupun depan (dommah) yang merupakan bunyi konsonan dalam bahasa Arab,

tetapi jika ditinjau dari ujaran di atas bahwa [ﻉ] dan [ء] merupakan vokal dalam bahasa Indonesia yang cara pengujarannya terdapat glotalstop. Contohnya bunyi

, [ﻉ] disini jika dibaca [‘i] begitu juga dengan bunyi , [ء] disini jika dibaca [‘a]

Data di atas juga menunjukkan adanya bunyi konsonan bahasa Arab yang

jika berdampingan dengan bunyi konsonan tertentu maka terjadi sedikit

(56)

menyembunyikan bentuk aslinya sehingga terdengar mendengung dengan bacaan dua (2) harakat. Contoh bacaan lainnya pada ayat Al-Qura’an di atas: tidak dibaca [minfadhlihi] melainkan dibaca [minnfadhlihi].

Selain itu ada juga bunyi konsonan bahasa Arab yang dihilangkan dalam bacaannya. Seperti bunyi ,[ﻥ] / [n] dalam bacaan tersebut tidak dibaca [in yakūnū] melainkan [iy yakūnū]. Hal ini dalam bahasa Arab disebut dengan idghom bigunnah, yaitu bila terdapat nun mati [ﻥ] atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ( [ﻱ], [ﻥ], [ﻡ], [ﻭ]), maka hukum bacaannya disebut idghom bigunnah yang artinya mentasydidkan atau memasukkan ke dalam salah satu huruf yang empat itu, dengan suara dengung/nasalisasi. Sehingga [ﻥ] / [n] pada ujaran tersebut seolah tidak diujarkan.

Bacaan surat An-Nur ayat 34 oleh NK:

[walaqodd ‘annzalnā ‘ilaikum ‘āyātim mubaiyinātiw wamatsalam minalladzīna kholau miŋ qoblikum wamau’izotallilmuttaqīn]

NO. POTONGAN

SURAT BUNYI DAERAH ARTIKULASI

1.

ﺩ ﻕ ﻝ ﻭ

[ﻭ]

[ﻝ]

[ﻕ]

[ﺩ]

Bilabial – semi vokal – bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Dental/Alveolar – hambat –

(57)

2.

Glotal – frikatif – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – frikatif - bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Bunyi vokal

Glotal – frikatif – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Bunyi vokal

Velar – hambat – tidak bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

4.

Glotal – frikatif – bersuara

Bunyi vokal

Palatal – semi vokal – bersuara

Bunyi vokal

(58)

5.

Bilabial – nasal – bersuara

Bilabial – hambat – bersuara

Palatal – semi vokal – bersuara

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – hambat – tidak

bersuara

Bilabial – semi vokal – bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – frikatif – tidak

bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Bunyi vokal

Bilabial – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Dental/Alveolar – frikatif –

bersuara

Bunyi vokal

(59)

8.

ا ﻭ ﻝ ﺥ

[ﺥ]

[ﻝ]

[ﻭ]

[ا]

Velar – frikatif – tidak bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Bunyi vokal

Bunyi vokal

9.

ﻡ ﻙ ﻝ ﺏ ﻕ ﻥ ﻡ

[ﻡ]

[ﻥ]

[ﻕ]

[ﺏ]

[ﻝ]

[ﻙ]

[ﻡ]

Bilabial – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Bilabial – hambat – bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

10.

ة ﻅ ﻉ ﻭ ﻡ ﻭ

[ﻭ]

[ﻡ]

[ﻭ]

[ﻉ]

[ﻅ]

[ة]

Bilabial – semi vokal – bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

Bunyi vokal

Faringal – frikatif – bersuara

Dental/Alveolar – frikatif - bersuara

Dental/Alveolar – hambat – tidak

(60)

11.

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Dental/Alveolar – lateral – bersuara

Bilabial – nasal – bersuara

Dental/Alveolar – hambat – tidak

bersuara

Velar – hambat – tidak bersuara

Bunyi vokal

Dental/Alveolar – nasal – bersuara

Berikut perbandingan ujaran bunyi konsonan bahasa Arab yang diujarkan

oleh NK terhadap bunyi bahasa Indonesia.

NO. POTONGAN SURAT

BAHASA

INDONESIA BUNYI

DAERAH dalam bahasa Indonesia

[ﻕ] dalam bahasa Arab akan menjadi [q] dalam bahasa Indonesia

[ﺩ] dalam bahasa Arab akan menjadi [d] dalam bahasa Indonesia

Bilabial – semi vokal -

bersuara

Dental/Alveolar – lateral

– bersuara

Velar – hambat – tidak

bersuara

Dental/Alveolar –

hambat - bersuara

2. [‘annzalnā]

[ء] dalam bahasa Arab akan menjadi [?] dalam bahasa Indonesia

[ﻥ] dalam bahasa Arab akan menjadi [n] dalam bahasa Indonesia

Glotal – frikatif –

bersuara

Dental/Alveolar – nasal

Referensi

Dokumen terkait

Yayun Maryun (2007) Melakukan penelitian tentang Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) di

Tidak seperti di madrasah, kurikulum pembelajaran bahasa Arab yang digunakan di perguruan tinggi Islam agaknya lebih fleksibel, karena pencapaian tujuan

 Kemarin, 25 September 2018, pemerintah berhasil menyerap Rp 20 triliun dana dari investor dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) kemarin dengan tingkat penawaran yang

Sarana, prasarana, dan peralatan rumah sakit yang telah diperbaiki dan kembali berfungsi dengan baik langsung diserahkan kepada pengguna dengan berita

Melalui metode CPM mengasumsikan bahwa kegiatan pelaksanaan proyek dapat dipersingkat atau diperpendek (crashed) dengan menambah sumberdaya, tenaga kerja,peralatan,

Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi atau Rekomendasi Kesehatan adalah Surat Keterangan dari Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang yang menyatakan suatu TPM atau TTU memenuhi syarat hygiene

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi habitat tempat bertelur penyu hijau di Kawasan TWA Sungai Liku masih sangat baik untuk habitat dan tempat bertelur penyu yang dapat

Apabila Kepala KUA Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan atau tidak ada, maka Kepala Seksi yang membidangi tugas Urusan Agama Islam atas nama