Lampiran 1
Skema Alur Penelitian
KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DENGAN PENAMBAHAN 0,3% , 0,6% DAN 0,9% SERAT
POLIETILEN
Master cast dari logam
Penanaman dalam kuvet
Mold
RAPP tanpa serat RAPP + PE 0,3% RAPP + PE 0,6% RAPP + PE 0,9%
Pengisian RAPP pada mold
Kuvet ditekan dengan pres
Kuring
Polishing
Uji kekuatan impak
Data
Analisis data
Analisis Statistik
*. This is a lower bound of the true significance.
ONE WAY ANOVA
Tanpaserat 10 .0054000 .00071880 .00022730 .0048858 .0059142 .00450 .00650 SeratPolietilen 0,3% 10 .0059500 .00068516 .00021667 .0054599 .0064401 .00450 .00700 SeratPolietilen 0,6% 10 .0071500 .00045947 .00014530 .0068213 .0074787 .00650 .00800 SeratPolietilen 0,9% 10 .0080500 .00043780 .00013844 .0077368 .0083632 .00725 .00850
ANOVA nilai
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .000 3 .000 40.914 .000 Within Groups .000 36 .000
Total .000 39
Test of Homogeneity of Variances nilai
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons nilai
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Lampiran 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Power JM, Sakaguchi RL. Craig’s restorative dental materials. 12th Ed. Missouri: Mosby Company., 2006: 514-9.
2. Mowade TK, Dange SP, Thakre MB, Kamble VD. Effect of fiber reinforcement
on impact strength of heat polymerized polymethyl methacrylate denture base
resin : in vitro study and SEM analysis. J Adv Prosthodont 2012; 4: 30-6.
3. Noort R. Introduction to dental materials. 3rd Ed. London: Mosby Elsevier., 2007: 216-22.
Philadelphia: Lippincott Wiliams and Walkins., 2001: 262-5.
7. Craig RG, Powers JM, Watana JC. Dental material: properties and manipulation.
7th Ed. India: Mosby., 2000: 257-67.
8. Nirwana I. Kekuatan transversa resin akrilik hybrid setelah penambahan glass
fiber dengan metode berbeda. Dent J 2005; 38(1): 16-9.
9. Narva KK, Valittu PK, Helenius H, Yli-Upro A. Clinical survey of acrylic resin
removable denture repairs with glass fiber reinforcement. Int J Prosthodont 2001;
14(3): 219-24.
10. Combe, EC. Sari dental material. Alih Bahasa. Slamat T, Jakarta: Balai Pustaka,
1992: 267-81.
11. Uzun G, Keyf F. The effect of woven, chopped and longitudinal glass fiber
reinforcement on the transverse strength of a repair resin. J Biomater Appl 2001;
15: 351-6.
12. Uzun G, Hersek N, Tincer T. Effect of five woven fiber reinforcements on the
13. Mccabe JF. Applied Dental Materials. 7th Ed. London: Blackwell., 1990: 88-90. 14. Vodjani M, Khaledi AAR. Transverse strength of reinforced denture base resin
with metal wire and e-glass fiber. Dent J 2006; 3(4): 167-71.
15. Matthews FL, Rawlings RD. Composite materials: engineering and science.
London, Woodhead Publishing Limited, 1999: 35-45.
16. Soekobagiono, Santoso WA, Salim S. Kekuatan transversa resin akrilik heat
cured yang ditambah ultra high molecular weight polyethylene fiber. J of
Prosthodont 2012; 3(2): 6-11.
17. Bae JM, Yu SH, Lee Y, OH S, Cho HW, Oda Y. Reinforcing effects of different
fibers on denture base resin based on the fiber type, concentration, and
combination. Dent Mater J 2012; 31(6): 1039-46.
18. Alla RK, Sajjan S, Alluri RV, Ginjupalli K, Upadhya N. Influence of fiber
reinforcement on the properties of denture base resins. J Biomater and
Nanobiotechnology 2013; 4:91-7.
19. Watri D. Pengaruh penambahan serat kaca pada bahan basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak dan transversal.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21739.(7 Juli 2013).
20. Goguta L, Marsavina L, Bratu D, Topala F. Impact strength of acrylic heat curing
denture base resin reinforced woth e-glass fibers. J Timisoara Medical 2006;
56(1): 88-92.
21. Prasad H, Kalavathy, Mohammed HS. Effect of glass fiber and silane treated
glass fiber reinforcement on impact strength of maxillary complete denture.
Annals and Essences of Dentistry J 2011; 3(4): 7-12.
22. Stipho HD. Repair of acrylic resin denture base reinforced with glass fiber. J
Prosthet Dent 1998; 80(5): 546-50.
23. Tacir IH, Kama JD, Zortuk M, Eskimez S. Flexural properties of glass fiber
reinforced acrylic resin polymers. Australian Dental J 2006; 51(1): 52-6.
24. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, et al. Prostodontic treatment for edentulous
patient: complete dentures and implant-supported prostheses. India: Elsevier.,
25. Walls AWG, Mccabe JF. Applied Dental Materials. 9th Ed. Munksgaard: Blackwell.,2008: 110-23.
26. Sadamori S, Ishii T, Hamada T, Razak A. A comparison of three dimensional
change in maxillary complete denture conventional heat polymerizing and
microwave polymerizing techniques. Dent J 2007; 40(1): 6-10.
27. Salim S. Different curing methods on transverse strength of acrylic resin. Dent J
2010; 43(1): 40-3.
28. Mahalistiyani R, Ratwati DF. Pengaruh bahan penguat serat gelas terhadap
kekuatan transversal lempeng akrilik. Maj Ked Gig 2006; 21(4): 140-5.
29. Pirez de Souza F, Panzeri H, Vieira MA, Garcia L, Consani S. Impact and
fracture resistance of an experimental acrylic polymer with elastomer in different
proportions. Mater Res J 2009; 12(4): 415-8.
30. Faot F, Panza LHV, Garcia RCMR, Cury AADB. Impact and flexural strength,
and fracture morphology of acrylic resins with impact modifiers. Dent J 2009; 3:
137-43.
31. Bashi TK, Nema LM. Evaluation of some mechanical properties of reinforced
acrylic resin denture base material an in vitro study. Al-Rafidain Dent J 2009;
1(9): 57-65.
32. Nicholas B. Artificial fibers-polymeric fibers, other synthetic fibers.
<http://science.jrank.org/pages/532/Artificial-Fibers.html> (12 Juli 2013).
33. Kevlar, Spectra. Polymeric reinforcing fibers. Brent Strong/Brigham Young
University. 1-15.
34. Sharma KG. Easily processable ultra high molecular weight polyethylene with
narrow molecular weight distribution. Thesis. Belanda: Universiteit Eindhoven,
2005: 1-33.
35. Fu J, Ghali BW, Lozynsky AJ, Oral E, Muratoglu OK. Ultra high molecular
weight polyethylene with improved plasticity and toughness by high temperature
melting. Elsevier: J Polymer 2010; 51: 2721-31.
37. Kamble VD, Parkhedkar RD. The effect of different fiber reinforcement on
flexural strength of provisional restorative resins: in a-vitro study. J Adv Prost
2012; 4: 1-6.
38. Cheng JJ. Mechanical and chemical properties of high density polyethylene:
Effect of microstructure on creep characteristics. Thesis. University of Waterloo,
2008: 1-43.
39. Galiano R. Polymer Materials. <http://njscuba.net/zzz_artifacts/polymer
moleculepolyethylene.gif> (18 Juli 2013).
40. Anonymous. <http://french.alibaba.com/product-gs/polyethylene-fiber47830874
7.html> (22 Juli 2013).
41. Narva K, Lassila LV, Vallittu PK. The static strength and modulus of fiber
reinforced denture base polymer. Dent Mater J 2005; 21: 421-8.
42. Rahamneh A. Impact strength of acrylic resin denture base material after the
addition of different fibres. Pakistan Oral & Dent J 2009; 29(1): 181-3.
43. Hanafiah KA. Rancangan percobaan: teori dan aplikasi. Edisi 3. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada., 2011: 9-10.
44. Faot F, Costa MA, Cury ADB, Garcia RCM. Impact strength and fracture
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian: Eksperimental laboratorium.
3.2 Desain Penelitian: Post test only with control group design.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Pembuatan Sampel
Laboratorium Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3.3.2 Tempat Pengujian Sampel
Laboratorium Ilmu Dasar dan Umum FMIPA USU.
3.3.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 - Januari 2014
3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian
3.4.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan serat, resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat
polietilen 0,3% , 0,6% dan 0,9%. Master cast yang akan digunakan berukuran 80
mm x 10 mm x 4 mm sesuai dengan Internasional Standards Organization No 806
104 377514 (sitasi dari Goguta L, dkk. Impact Strength of acrylic heat curing denture
base resin reinforced with e-glass fibers. 2006; 56(1): 89) untuk uji kekuatan impak,
3.4.2 Besar Sampel Penelitian
Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan Rumus Frederer
berikut:
Keterangan:
t: Jumlah perlakuan
r: Jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan digunakan t = 4 karena jumlah perlakuan sebanyak
empat perlakuan, yaitu resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, resin
akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 0,3% , 0,6% dan
0,9%. Jumlah ( r ) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut:43 ( t - 1) ( r - 1) ≥ 15
( 4 - 1) ( r - 1) ≥ 15
4 ( r –1) ≥ 15
4r –4 ≥ 15
4r ≥ 19
r ≥ 4,75, r = 5
Berdasarkan hasil perhitungan sampel untuk tiap kelompok sampel adalah
minimal 5 buah, maka peneliti mengambil besar sampel 10 buah untuk tiap
kelompok sampel.
80mm
10mm 4 mm
Gambar 3. Ukuran sampel uji kekuatan impak
3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
3.5.1 Kriteria inklusi
Sampel dengan ukuran sesuai (80 mm x 10 mm x 4 mm).
3.5.2 Kriteria eksklusi Sampel yang poreus.
3.6 Variabel Penelitian
3.6.1 Variabel Bebas
Resin akrilik polimerisasi panas yang penambahan serat polietilen dengan
konsentrasi berbeda (0,3% , 0,6% dan 0,9%).
3.6.2 Variabel Terikat Kekuatan Impak
3.6.3 Variabel Terkendali
1. Ukuran sampel 80 mm x 10 mm x 4 mm (Gambar 3).
2. Perbandingan adonan resin akrilik polimerisasi panas adalah perbandingan
polimer : monomer yaitu 3 gr : 1,5 ml.
3. Bentuk, ukuran dan berat serat polietilen adalah serat polietilen yang
berbentuk potongan kecil ukuran 1 mm yang bermassa molekul sangat tinggi
(UHMWPE) dengan berat 0,3% , 0,6% dan 0,9% dari total berat polimer.
4. Suhu dan waktu kuring.
3.6.4 Variabel Tidak Terkendali
1. Kecepatan pengadukan selama proses pencampuran monomer dan
3. Penyebaran serat polietilen.
4. Temperatur kamar.
5. Tekanan pengepresan.
6. Teknik pemolisan.
3.7 Definisi Operasional
1. Master cast yang akan digunakan berukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm untuk pembuatan sampel.
2. Sampel pada penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan serat dan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat
polietilen 0,3% , 0,6% dan 0,9% berbentuk potongan kecil bermassa molekul sangat
tinggi (UHMWPE).
3. Teknik penambahan serat polietilen adalah serat polietilen dicampur
dengan polimer dan monomer secara bersamaan, lalu diaduk sehingga homogen.
4. Kekuatan impak adalah kekuatan yang diperlukan untuk mematahkan
suatu bahan dengan gaya benturan. Satuan kekuatan impak adalah J/mm2. Alat ukur
yang digunakan Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany.
3.8 Bahan dan Alat Penelitian
3.8.1 Bahan Penelitian
1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20,Dentsply Internasional Inc.,
Chicago, USA)
2. Serat polietilen bentuk potongan kecil ukuran 1 mm (Ribbond, Seattle, Washington USA)
3. Gips keras (Moldano, Germany)
4. Aquadest
5. Vaselin
6. Cold Mould Seal (QC 20, Dentsply Internasional Inc., Chicago, USA) 7. Plastik selopan
8. Kertas pasir waterproof (Atlas) no.600
3.8.2 Alat Penelitian
1. Master cast dari logam ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm sebanyak 3 buah.
2. Kuvet besar untuk menanam model (Smic, China).
3. Rubber Bowl dan spatula.
4. Alat pengaduk resin akrilik dan pot pengaduk porselen.
5. Gelas ukur.
6. Timbangan digital (Electronic Digital Scale).
7. Vibrator. 8. Pres.
9. Waterbath (Memmert, Schwabach W-Germany). Gambar 6. Master Cast
10. Bur fraser.
11. Stopwatch.
12. Lekron (Smic, China).
13. Alat uji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany).
3.9 Cara penelitian
3.9.1 Pembuatan Master Cast
Master cast dari logam stainless steel yang di tempah dengan ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm (Gambar 6).
Gambar 7. Unit kuring waterbath (Memmert, Schwabach W-Germany).
Gambar 8. Alat uji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke GMBH
3.9.2 Pembuatan Sampel
Sampel yang dibuat sebanyak 40 buah :
1. Bahan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen
sebanyak 10 buah.
2. Bahan resin akrilik polimerisasi panas ditambah serat polietilen 0,3%
sebanyak 10 buah.
3. Bahan resin akrilik polimerisasi panas ditambah serat polietilen 0,6%
sebanyak 10 buah.
4. Bahan resin akrilik polimerisasi panas ditambah serat polietilen 0,9%
sebanyak 10 buah.
3.9.2.1Pembuatan Mold
1. Gips keras dicampur dengan perbandingan 300 gr gips keras : 90 ml air
untuk pengisian satu kuvet bawah.
2. Adonan gips keras diaduk dengan spatula selama 15 menit.
3. Adonan gips keras dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah
disiapkan di atas vibrator yang digetarkan.
4. Master cast dari logam dengan ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm diolesi dengan vaselin.
5. Master cast dibenamkan pada kuvet bawah sampai ± setengah tebal master cast permukaan adonan gips keras, satu kuvet berisi 3 buah master cast dan gips keras dirapikan (Gambar 9).
6. Didiamkan selama 15 menit sampai mengeras.
7. Permukaan gips keras diolesi vaselin dan kuvet atas disatukan dengan
kuvet bawah dan diisi adonan gips keras dengan perbandingan 300 gr gips keras : 90
ml air di atas vibrator yang digetarkan.
8. Kuvet atas dan kuvet bawah di pres sampai bertemu.
9. Setelah adonan gips keras, kuvet dibuka dan master cast dikeluarkan dari
Gambar 9. Penanaman master cast pada kuvet
3.9.2.2 Pengisian Akrilik Pada Mold
Permukaan gips keras diolesi dengan cold mould seal.
a. Resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen. 1. Polimer dicampurkan ke dalam monomer yang telah disiapkan di dalam
pot porselen dengan perbandingan 3 gr bubuk : 1,5 ml cairan, lalu diaduk
perlahan-lahan.
2. Setelah adonan mencapai dough stage kemudian adonan dimasukkan ke
dalam mould.
3. Resin akrilik polimerisasi panas ditutup dengan plastik selopan kemudian
kuvet atas dipasangkan, kuvet ditekan perlahan-lahan sehingga besi kuvet bawah dan
atas bertemu, lalu kuvet dibuka. Akrilik yang berlebih dipotong dengan lekron.
4. Kuvet atas ditutup kembali, kemudian dilakukan penekanan pres kembali
sampai kuvet bawah dan atas bertemu.
5. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah
agar beradaptasi dengan baik.
b. Resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat polietilen 0,3%.
1. Serat polietilen 0,3% dengan ukuran 1 mm, ditimbang sebanyak 0,009 gr
dari berat polimer.
Gips Stone
Master Cast
2. Serat polietilen sebanyak 0,009 gr dicampur dengan polimer dan monomer
ditutup dengan plastik selopan kemudian kuvet atas dipasangkan, kuvet ditekan
perlahan-lahan sehingga besi kuvet bawah dan atas bertemu, lalu kuvet dibuka.
Akrilik yang berlebih dipotong dengan lekron.
5. Kuvet atas ditutup kembali, kemudian dilakukan penekanan pres kembali
sampai kuvet bawah dan atas bertemu.
6. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah
agar beradaptasi dengan baik.
c. Resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat polietilen 0,6%.
1. Serat polietilen 0,6% dengan ukuran 1 mm, ditimbang sebanyak 0,018 gr
dari berat polimer.
2. Serat polietilen sebanyak 0,018 gr dicampur dengan polimer dan monomer
dengan perbandingan serat : polimer : monomer = 0,018 gr : 3 gr : 1,5 ml, lalu
diaduk perlahan-lahan.
3. Setelah adonan mencapai dough stage kemudian adonan dimasukkan ke
dalam mold.
4. Resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat polietilen 0,6%
ditutup dengan plastik selopan kemudian kuvet atas dipasangkan, kuvet ditekan
perlahan-lahan sehingga besi kuvet bawah dan atas bertemu, lalu kuvet dibuka.
Akrilik yang berlebih dipotong dengan lekron.
5. Kuvet atas ditutup kembali, kemudian dilakukan penekanan pres kembali
6. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah
agar beradaptasi dengan baik.
d. Resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat polietilen 0,9%.
1. Serat polietilen 0,9% dengan ukuran 1 mm, ditimbang sebanyak 0,027 gr
dari berat polimer.
2. Serat polietilen sebanyak 0,027 gr dicampur dengan polimer dan monomer
dengan perbandingan serat : polimer : monomer = 0,027 gr : 3 gr : 1,5 ml, lalu
diaduk perlahan-lahan.
3. Setelah adonan mencapai dough stage kemudian adonan dimasukkan ke
dalam mold.
4. Resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat polietilen 0,9%
ditutup dengan plastik selopan kemudian kuvet atas dipasangkan, kuvet ditekan
perlahan-lahan sehingga besi kuvet bawah dan atas bertemu, lalu kuvet dibuka.
Akrilik yang berlebih dipotong dengan lekron.
5. Kuvet atas ditutup kembali, kemudian dilakukan penekanan pres kembali
sampai kuvet bawah dan atas bertemu.
6. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah
agar beradaptasi dengan baik.
3.9.2.3 Kuring
Proses kuring dilakukan memakai waterbath (Gambar 7). Pengontrolan waktu
dan suhu dilakukan selama kuring yaitu kuvet dimasukkan ke dalam waterbath yang
berisi air dan dipanaskan dari suhu kamar sampai suhu 70°C dan dibiarkan selama 90
menit. Kemudian temperatur dinaikkan sampai 100°C dan dibiarkan selama 30
menit. Setelah itu temperatur diturunkan, kuvet dibiarkan di dalam waterbath selama
30 menit untuk proses pendinginan. Kemudian kuvet diletakkan di bawah air
3.9.2.4 Pemolisan Sampel
Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu kelebihan akrilik dibuang dan dirapikan
dengan bur fraser untuk menghilangkan bagian yang tajam dan dihaluskan dengan
kertas pasir waterproof nomor 600 sampai diperoleh ukuran yang diinginkan
(Gambar 10).
Gambar 10. Sampel akrilik yang telah dihaluskan dengan kertas pasir (a)Kelompok
kontrol (b)Kelompok serat polietilen 0,3% (c)Kelompok serat polietilen 0,6%
(d)Kelompok serat polietilen 0,9%
3.9.3 Pengukuran Kekuatan Impak
Pengukuran kekuatan impak dengan alat penguji kekuatan impak (Amslerotto
Walpret Werke GMBH, Germany). Sampel diberi nomor pada kedua ujungnya dan
ditempatkan dengan posisi horizontal bertumpu pada kedua ujung alat penguji
kemudian lengan pemukul pada alat penguji dikunci (Gambar 11). Setelah itu, kunci
lengan pemukul dilepaskan dan lengan pemukul membentur sampel hingga patah
(Gambar 13). Energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan
(a) (b)
Gambar 11. (a) Alat uji kekuatan impak tampak samping (b)Sampel akrilik yang
telah diberi nomor dan akan diuji kekuatan impak
(a) (b) (c) (d)
Gambar 12. Patahan sampel akrilik setelah diuji kekuatan impak (a)Kelompok
kontrol (b)Kelompok serat polietilen 0,3% (c)Kelompok serat polietilen 0,6%
(d)Kelompok serat polietilen 0,9%
3.10 Analisa Data
Data nilai uji kekuatan impak akan diuji dengan menggunakan uji One way Anova
dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05).
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Kekuatan Impak
Dari hasil penelitian nilai kekuatan impak yang terjadi pada kontrol (tanpa
penambahan serat polietilen), dengan penambahan serat polietilen 0,3%, 0,6% dan
0,9% dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa Penambahan Serat
dan dengan Penambahan Serat Polietilen (J/mm2)
No
Kekuatan Impak (x 10-3 J/mm2 )
Kontrol Serat Polietilen
0,3% 0,6% 0,9% standar deviasi kekuatan impak kelompok dengan penambahan serat polietilen 0,3%
adalah 5,95 x 10-3 J/mm2 dan 0,68 x 10-3 J/mm2. Rata-rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok dengan penambahan serat polietilen 0,6% adalah 7,15 x
Pada penelitian ini terlihat bahwa nilai kekuatan impak resin akrilik
polimerisasi panas setelah penambahan serat polietilen dengan konsentrasi yang
berbeda 0,3%, 0,6% dan 0,9% mengalami peningkatan dibanding kekuatan impak
resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, seperti terlihat pada gambar
13.
4.2 Analisis Statistik
Dari uji normalitas dan homogenitas data didapatkan bahwa data terdistribusi
normal dan homogen. Oleh karena itu data dapat dianalisis secara statistik dengan uji
One Way Anova dengan derajat kemaknaan (p ≤ 0,05) untuk melihat kesignifikanan hasil penelitian.
Analisis uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai kekuatan impak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan p = 0,0001 (p < 0,05) antar
kelompok kontrol dan kelompok penambahan serat polietilen 0,3%, 0,6% dan 0,9%.
Terlihat signifikansi diperoleh nilai p value = 0,000, dengan demikian hasil yang
diperoleh p < 0,05, maka Ho (hipotesa) ditolak. Sehingga kesimpulan yang diperoleh
5,00
Nilai Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas
terdapat perbedaan kekuatan impak pada tiap rata-rata kelompok perlakuan yaitu
kelompok kontrol, kelompok dengan penambahan serat polietilen 0,3%, 0,6% dan
0,9% (Lampiran 2).
Untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan antar kelompok perlakuan maka
dilakukan uji lanjut menggunakan Least Significant Difference (LSD). Hasil uji LSD
dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 2. Nilai signifikansi perbedaan kekuatan impak antara kelompok
kontrol dengan kelompok penambahan serat setelah dilakukan uji One Way Anova
dengan Post Hoc LSD (p ≤ 0,05)
Kelompok Mean
Difference p Tanpa serat dengan Serat Polietilen 0,3% 0,00055000 0,044* Tanpa serat dengan Serat Polietilen 0,6% 0,00175000 0,0001* Tanpa serat dengan Serat Polietilen 0,9% 0,00265000 0,0001* Serat Polietilen 0,3% dengan Serat Polietilen 0,6% 0,00120000 0,0001* Serat Polietilen 0,3% dengan Serat Polietilen 0,9% 0,00210000 0,0001* Serat Polietilen 0,6% dengan Serat Polietilen 0,9% 0,00090000 0,002* *ada perbedaan yang signifikan dengan uji One Way Anova dengan Post Hoc LSD
(p ≤ 0,05)
Pada tabel 2 dapat dilihat dari hasil perhitungan uji One Way Anova
dengan Post Hoc LSD didapatkan perbedaan rata-rata antar kelompok kontrol
dengan kelompok serat polietilen 0,3% adalah 0,00055% dan nilai p = 0,044 (p ≤
0,05) dimana Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol dengan kelompok serat polietilen 0,3%.
Dari hasil perhitungan uji One Way Anova dengan Post Hoc LSD
didapatkan perbedaan rata-rata antar kelompok kontrol dengan kelompok serat
polietilen 0,6% adalah 0,00175% dan nilai p = 0,0001 (p ≤ 0,05) dimana Ho ditolak
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan
Dari hasil perhitungan uji One Way Anova dengan Post Hoc LSD
didapatkan perbedaan rata-rata antar kelompok kontrol dengan kelompok serat
polietilen 0,9% adalah 0,00265% dan nilai p = 0,044 (p ≤ 0,05) dimana Ho ditolak
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan
kelompok serat polietilen 0,9%.
Dari hasil perhitungan uji One Way Anova dengan Post Hoc LSD
didapatkan perbedaan rata-rata antar kelompok serat polietilen 0,3% dengan
kelompok serat polietilen 0,6% adalah 0,0012% dan nilai p = 0,0001 (p ≤ 0,05)
dimana Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
serat polietilen 0,3% dengan kelompok serat polietilen 0,6%.
Dari hasil perhitungan uji One Way Anova dengan Post Hoc LSD
didapatkan perbedaan rata-rata antar kelompok serat polietilen 0,3% dengan
kelompok serat polietilen 0,9% adalah 0,0021% dan nilai p = 0,0001 (p ≤ 0,05)
dimana Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
serat polietilen 0,3% dengan kelompok serat polietilen 0,9%.
Dari hasil perhitungan uji One Way Anova dengan Post Hoc LSD didapatkan
perbedaan rata-rata antar kelompok serat polietilen 0,6% dengan kelompok serat
polietilen 0,9% adalah 0,0009% dan nilai p = 0,002 (p ≤ 0,05) dimana Ho ditolak
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok serat polietilen
BAB 5 PEMBAHASAN
Kekuatan impak didapatkan dengan cara memberikan energi impak yang
menyebabkan patahnya batang resin akrilik polimerisasi panas dengan bandul yang
berkekuatan 4 Joule yang diayunkan bebas tanpa beban.
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 1 didapatkan rata-rata dan
standar deviasi kekuatan impak pada kelompok kontrol yaitu 5,40±0,71 x10-3 J/mm2. Rata-rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok dengan penambahan serat
polietilen 0,3% yaitu 5,95±0,68 x10-3 J/mm2. Rata-rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok dengan penambahan serat polietilen 0,6% yaitu 7,15±0,45 x10-3 J/mm2. Rata-rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok dengan penambahan serat polietilen 0,9% yaitu 8,05±0,43 x10-3 J/mm2. Dari data tersebut didapatkan rata-rata kekuatan impak yang tertinggi adalah pada kelompok dengan penambahan serat
polietilen 0,9% yaitu 8,05 x 10-3 J/mm2 dan yang terendah yaitu pada kelompok kontrol sebesar 5,40 x 10-3 J/mm2.
Nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas memiliki nilai yang
berbeda setelah penambahan serat polietilen 0,3%, 0,6% dan 0,9%, terlihat pada
penelitian ini, nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas (QC-20,Dentsply
Internasional Inc.,Chicago,USA) yang diperoleh pada kelompok kontrol sebesar 5,40 x 10-3 J/mm2, dimana nilai ini hampir sama dengan nilai resin akrilik polimerisasi panas (Dentsply Internasional Inc.,Chicago,USA) pada penelitian yang dilakukan
oleh Faot F. dkk, (2009) sebesar 5,0 x 10-3 J/mm2 karena proses polimerisasi dilakukan selama 20 menit dengan 100°C dan ukuran sampel yang berbeda 50 mm x
6 mm x 4 mm.30 Namun, Faot F. dkk, (2006) mendapatkan nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas (Lucitone-550, Dentsply Intl, York, Pa) sebesar 3,95
x 10-3 J/mm2.44
Dari hasil pengamatan di atas didapat bahwa terdapat perbedaan kekuatan
yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas (Trevalon, Dentsply Ltd,
Weybridge, UK) dan serat polietilen (Dyneema, DSM High Performance Fiber BV., Heerlen, Holand) bentuk anyaman dengan konsentrasi 3,1% menunjukkan adanya peningkatan kekuatan impak yang signifikan apabila dibandingkan dengan kelompok
kontrolsebesar 18,87 x 10-3 J/mm2.12 Mowade, dkk (2012) menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas (Trevalon, Dentsply, Germany) yang ditambahkan dengan
serat polietilen (Lotus Polytwist P Ltd, Daman, India) bentuk potongan kecil
sebanyak 2% terjadi peningkatan kekuatan impak yang signifikan sebesar 7,58 x 10-3 J/mm2.2
Rahamneh A, (2009) menyatakan bahwa adanya peningkatan kekuatan impak
yang dihasilkan pada resin akrilik polimerisasi panas (Minacry, Minerva Dental Ltd,
Cardif, England) yang ditambah dengan serat polietilen (Connect, SdsKerr, Peterborough, UK) sebesar 19,92 x 10-3 J/mm2.42 Kamble, dkk (2012), Cheng JJ (2008) menyatakan bahwa adanya peningkatan kekuatan impak yang dihasilkan pada
resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah dengan serat polietilen. Hal ini
disebabkan karena adanya transfer beban antara serat polietilen dengan matriks
polimer saat beban diaplikasikan. Transfer beban terjadi melalui adhesi antara
permukaan serat polietilen dengan matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas,
dimana serat polietilen di dalam resin akrilik polimerisasi panas menyerap beban
tersebut sehingga meningkatkan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Nilai rata-rata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa
penambahan serat adalah 5,40 x 10-3 J/mm2, dengan penambahan serat polietilen 0,3% adalah 5,95 x 10-3 J/mm2, dengan penambahan serat polietilen 0,6% adalah 7,15 x 10-3 J/mm2, dengan penambahan serat polietilen 0,9% adalah 8,05 x 10-3 J/mm2.
2. Ada perbedaan kekuatan impak yang signifikan antara kelompok dengan
penambahan serat polietilen 0,3% dan kelompok dengan penambahan serat polietilen
0,6% p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok dengan penambahan serat polietilen 0,3% dan
kelompok dengan penambahan serat polietilen 0,9% p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok
dengan penambahan serat polietilen 0,6% dan kelompok dengan penambahan serat
polietilen 0,9% p = 0,002 (p < 0,05). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah
dengan penambahan serat polietilen 0,3%, 0,6%, dan 0,9% pada bahan resin akrilik
polimerisasi panas akan terjadi peningkatan kekuatan impak yang seimbang sehingga
bahan resin akrilik polimerisasi panas menjadi lebih kuat.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan
serat polietilen terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan lainnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan
serat polietilen terhadap sifat mekanis lainnya pada bahan resin akrilik polimerisasi
panas.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Akrilik
2.1.1 Pengertian
Resin akrilik adalah bahan termoplastik yang padat, keras, dan transparan.
Resin akrilik merupakan bahan yang mengandung resin poli (metil metakrilat).1,4 Pada tahun 1937, resin akrilik dengan cepat menggantikan bahan basis gigitiruan
sebelumnya yang terbuat dari vulkanit, nitroselulosa, fenol formaldehid, dan
porselen.1
2.1.2 Jenis Resin Akrilik
Menurut Combe (1992) dan Philips (2003), resin akrilik dapat dibedakan atas
tiga jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi panas, dan
resin akrilik polimerisasi sinar.4,10
Resin akrilik swapolimerisasi (resin akrilik cold curing atau self curing
autopolymeryzing) adalah resin akrilik yang mengandung aminetersier atau dimetil-para-toluidin di dalam monomernya sebagai akselerator kimiawi dalam proses polimerisasi. Bila dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas, resin akrilik
swapolimerisasi memiliki lebih banyak porositas dan monomer sisa, kekuatan
transversal yang lebih rendah, stabilitas dimensi yang kurang baik dan stabilitas
warna yang buruk.4,6,10
Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin) adalah resin akrilik dalam
bentuk lembaran dan benang atau pasta yang dibungkus dalam wadah kedap cahaya
dan sebagai inisiator polimerisasi ditambah camphoroquinone. Penyinaran resin ini
dilakukan selama 5 menit dengan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm sehingga
memerlukan unit kuring khusus yang menggunakan empat buah lampu halogen
akrilik polimerisasi sinar memiliki kekuatan yang lebih rendah dan permukaan
yang lebih kasar.4,6,10
Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah resin akrilik
yang menggunakan proses pemanasan untuk polimerisasi.4,6,10
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan
polimer yang paling banyak digunakan saat ini dan proses polimerisasinya dengan
pengaplikasian panas. Energi termal (panas) yang diperlukan untuk polimerisasi
bahan tersebut dengan menggunakan pemanasan air di dalam waterbath atau dapat
juga menggunakan pemanasan dalam oven gelombang mikro.4,5
2.2.1 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan.
Unsur-unsur yang terkandung dalam resin akrilik polimerisasi panas antara
lain:1,3,5,10,24
a. Bubuk
Polimer : butiran atau granul polimetil metakrilat
Inisiator : benzoyl peroxide
Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi atau pigmen organik
b. Cairan
Monomer : metil metakrilat
Cross-linking agent : ethyleneglycol dimethylacrylate Inhibitor : hydroquinone
2.2.2 Manipulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat manipulasi resin akrilik
a) Perbandingan bubuk dan cairan
Pencampuran bubuk dan cairan menggunakan perbandingan volume 3 : 1
atau perbandingan berat 2 : 1.3,25
b) Proses pencampuran bubuk dan cairan
Bubuk dan cairan dalam perbandingan yang benar dicampur di dalam tempat
yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai dough stage.5,10 Pada saat pencampuran ada lima stages yang terjadi yaitu:5,10,26
1. Wet sand stage
Polimer secara bertahap bercampur dengan monomer membentuk endapan.
2. Sticky stage
Monomer berpenetrasi ke dalam polimer dan membentuk massa yang lengket
dan berserat ketika disentuh atau ditarik.
3. Dough atau gel stage
Setelah monomer berdifusi ke dalam polimer, terbentuk massa yang halus dan
seperti adonan. Massa ini homogen dan tidak melekat pada dinding wadah sehingga
dapat dimasukkan ke dalam mold.
4. Rubbery stage
Monomer sudah tidak terdapat lagi dalam tahapan ini karena telah menyatu
seluruhnya dengan polimer atau mengalami evaporasi. Massa yang terbentuk pada
tahap ini berbentuk seperti plastik dan tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam mold.
5. Stiff stage
Pada tahap ini massa sudah kaku.
c) Pengisian
Sebelum pengisian, dinding mold diberi bahan separator (Cold Mould Seal)
untuk mencegah merembesnya adonan akrilik ke dinding mold sehingga
menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan tanam (gips) dan
mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.7
Mold dalam kuvet harus diisi dengan cepat pada saat polimerisasi. Untuk
mencegah kelebihan dan kekurangan pengisian, mold diisi secara bertahap. Setelah
agar mold terisi dengan padat. Kuvet dilepaskan dari alat tekan dan dibuka agar
kelebihan resin dapat dibuang kemudian dilakukan tekanan terakhir sampai kuvet
atas dan bawah bertemu, lalu kuvet dikunci.27 d) Kuring
Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath yang berisi air dan dipanaskan dari
suhu kamar sampai suhu mencapai 70°C dan dibiarkan selama 90 menit lalu suhu
dinaikkan sampai 100°C dan dibiarkan selama 30 menit.28 e) Pendinginan
Setelah pemanasan, kuvet dibiarkan di dalam waterbath selama 30 menit
untuk proses pendinginan. Setelah itu kuvet dialiri air selama 15 menit dan dibiarkan
dingin hingga mencapai suhu kamar.5,10
2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas
2.2.3.1Sifat Fisis
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis seperti konduktivitas
termal sebesar 6 x 10-4 cal/sec/cm2 dan koefisien termal ekspansi sebesar 80 ppm/°C.3,7
2.2.3.2Sifat Kemis
Sifat kemis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah
penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2.5
2.2.3.3Sifat Biologis
Sifat biologis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah
biokompatibel yaitu bahan basis gigitiruan resin akrilik panas dapat beradaptasi
dengan baik dengan mukosa rongga mulut, tidak beracun dan tidak larut dalam
saliva. Spesifikasi ADA No. 12 menyatakan bahwa kelarutan bahan basis resin
2.2.3.4Sifat Mekanis
Sifat mekanis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah:4
2.2.3.4.1 Kekuatan Fatique
Kekuatan fatique adalah ukuran kekuatan suatu bahan yang mengalami stress
berulang di atas batas proporsional yang menyebabkan terjadinya patah pada bahan
tersebut.4
2.2.3.4.2 Kekuatan Transversal
Kekuatan transversal atau fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah
benda berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya dan beban tersebut
diberikan ditengah-tengahnya, selama batang ditekan maka beban akan meningkat
secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Hasil diperoleh akan
dimasukkan dalam rumus kekuatan transversal. Kekuatan transversal resin akrilik
polimerisasi panas sebesar 85,47 Mpa.4,29
2.2.3.4.3 Kekuatan Impak
Kekuatan impak adalah ukuran energi yang diabsorpsi sebuah benda ketika
benda tersebut patah atau pecah akibat adanya tekanan secara tiba-tiba.1,3,4 Terdapat dua tipe alat pengujian kekuatan impak yaitu uji Izod dan uji Charpy. Pada alat
penguji Izod sampel dijepit secara vertikal pada salah satu ujungnya, sedangkan pada
alat penguji Charpy kedua ujung sampel diletakkan pada posisi horizontal.10,20
Kekuatan impak yang diperlukan bahan resin akrilik polimerisasi panas
berdasarkan ISO 1567:1999 adalah 2 x 10-3 J/mm2.26 Hasil penelitian Mowade TK, dkk (2012) menyatakan bahwa nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas
(Trevalon, Dentsply, Germany) adalah 4,24 x 10-3 J/mm2.2 Prasad H, dkk (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai kekuatan impak resin akrilik
polimerisasi panas (Trevalon, Dentsply, Germany) adalah 7,52 x 10-3 J/mm2.21 Goguta L, dkk (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai kekuatan impak
Germany) adalah 4,73 x 10-3 J/mm2.20 Souza F, dkk (2009) menyatakan bahwa nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas (Lucitone-550, Dentsply, RJ, Brazil)
adalah 2,88 x 10-3 J/mm2.29 Faot F (2009) menyatakan bahwa kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas (QC-20,Dentsply Internasional Inc.,Chicago,USA) sebesar
5,0 x 10-3 J/mm2.30
Kekuatan impak menggunakan sampel dengan ukuran tertentu yang
diletakkan pada alat penguji dengan lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul
tersebut kemudian diayun dan membentur sampel hingga patah selanjutnya energi
(E) yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan
2.2.5 Kerugian
Kerugian bahan resin akrilik polimerisasi panas adalah:3,8,27 1. Tidak tahan terhadap abrasi
2. Konduktivitas termal rendah
3. Monomer sisa dapat menyebabkan reaksi alergi
4. Kekuatan impak (resistensi terhadap benturan) rendah
2.3 Penguatan Resin Akrilik
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang paling sering
digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan karena memiliki banyak kelebihan.
Namun resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekurangan yaitu mudah patah. Hal
ini berhubungan dengan rendahnya kekuatan impak dan kekuatan transversal yang
dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas. Kekuatan impak resin akrilik
polimerisasi panas hanya sekitar 0,26 (charpy, Nm). Salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk mencegah kepatahan dan meningkatkan kekuatan basis gigitiruan
adalah dengan penambahan serat.3,14,20 Penambahan serat dapat dilakukan dengan
penambahan :
2.3.1 Serat Kaca
Serat kaca adalah bahan anorganik yang dapat ditambahkan ke dalam bahan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Serat kaca merupakan material yang
terbuat dari serabut-serabut yang halus dari kaca. Komposisi utama serat kaca adalah
silikon dioksida (SiO2) yang memiliki sifat kaku sehingga dapat berfungsi sebagai penguat dan digolongkan ke dalam serat penguat yang dominan karena memiliki sifat
mekanis yang baik, tahan terhadap bahan kimia dan memiliki titik leleh yang tinggi.
Namun, serat kaca merupakan bahan yang hidrofobik secara alami dan
memiliki energi permukaan yang relatif rendah. Hal ini menyebabkan serat kaca sulit
beradhesi dengan matriks polimer karena serat kaca sulit menyerap monomer resin
2.3.2 Serat Carbon
Serat carbon dapat memperkuat resin akrilik polimerisasi panas, tetapi saat
ini sudah jarang digunakan karena serat carbon sulit untuk dipolis, estetik yang tidak
baik karena seratnya berwarna hitam dan bersifat toksik.18
2.3.3 Serat Aramid
Nama lain dari serat aramid adalah Kevlar. Serat aramid dapat memperkuat
modulus elastisitas pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Serat
aramid sudah jarang digunakan, karena mempunyai permukaan yang kasar sehingga sulit untuk di polish, adhesi yang kurang baik antara serat dengan resin akrilik.18
2.3.4 Serat Nilon
Serat nilon terbentuk melalui reaksi polimerisasi molekul-molekul kecil
sehingga terbentuk molekul yang besar atau disebut makromolekul, hal tersebut
menyebabkan bahan ini mempunyai berat molekul yang tinggi. Penggunaan serat
nilon pertama kali di kedokteran gigi tidak begitu memuaskan oleh karena memiliki
sifat penyerapan air yang tinggi.
Namun, bahan ini mempunyai fleksibilitas yang tinggi sehingga dapat
meneruskan tekanan yang diterima. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan
dari serat nilon sehingga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap fraktur.18
2.3.5 Serat Polietilen
Serat polietilen adalah bahan termoplastik yang kuat dan memiliki banyak
kelebihan yaitu mempunyai gaya intramolekul yang kuat, kekuatan mekanis yang
tinggi, temperatur lebur yang tinggi 280°C - 320°C, tahan terhadap bahan kimia serta
penyerapan air yang rendah.2,16,32-35
Selama dua dekade terakhir serat polietilen yang memiliki warna yang alami
dan biokompatibilitas yang tinggi, digunakan sebagai penguatan di basis gigitiruan
a. High density / HDPE (Polietilen berdensitas tinggi) yaitu polietilen dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0,94 – 0,965 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki sedikit percabangan dalam struktur molekulnya.
b. Low density / LDPE (Polietilen berdensitas rendah) yaitu polietilen dengan densitas 0,915 – 0,935 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki banyak percabangan pada struktur molekulnya dan memiliki kekuatan yang rendah.
c. Linear low density / LLDPE (Polietilen linear berdensitas rendah) yaitu polietilen dengan densitas 0,91 – 0,94 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki banyak percabangan namun memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari LDPE.
d. Very low density / VLDPE (Polietilen berdensitas sangat rendah) yaitu polietilen dengan densitas 0,88 – 0,89 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki banyak percabangan dan memiliki kekuatan yang sangat rendah.
e. Ultra high molecular weight / UHMWPE (Polietilen bermassa molekul sangat tinggi) yaitu polietilen dengan massa molekul sangat tinggi yaitu
50.000-300.000g/mol. Tingginya massa molekul membuat polietilen jenis ini sangat kuat
dan memiliki aplikasi yang luas.
2.3.5.1Komposisi
Serat polietilen merupakan bahan termoplastik yang terbuat dari polimerisasi
gas etilen yang dapat diperoleh dengan memberi hidrogen gas petroleum pada
pemecahan minyak (nafta), gas alam atau asetilen. Serat polietilen tidak mengandung
gugus kimia seperti ester, amida maupun hidroksil namun mengandung unsur
organik seperti karbon dan hidrogen, yang rumus strukturnya terlihat dalam gambar
1.36 Sifat mekanis yang tinggi yang dimiliki oleh serat polietilen berasal dari gaya intramolekulnya yang sangat kuat. Meskipun ikatan Van Der Wall intermolekul pada
serat polietilen relatif lemah namun rantai molekul-molekul pada serat polietilen
sangat panjang dan gaya intramolekulnya sangat kuat sehingga dapat menutupi
kelemahan ikatan intermolekul tersebut. Derajat kristalisasi pada polietilen bermassa
molekul sangat tinggi adalah sekitar 45-80%. Semakin tinggi derajat kristalisasi serat
2.3.5.2Bentuk
Serat polietilen yang sering digunakan memiliki tiga macam bentuk yaitu
batang, anyaman, dan potongan kecil.2,18,33 Serat polietilen bentuk batang, anyaman dan potongan kecil merupakan tipe yang berbeda. Serat polietilen bentuk anyaman
dan potongan kecil, ukuran yang biasa digunakan ± 1 - 3 mm.
2.3.5.2.1 Anyaman
Serat polietilen bentuk anyaman sesuai sebagai bahan penguat karena
memiliki berbagai macam ukuran. Selain itu, serat polietilen bentuk anyaman dapat
meningkatkan kekuatan resin akrilik polimerisasi panas. Uzun, dkk (1999) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa pada resin akrilik polimerisasi panas (Trevalon,
Dentsply Ltd, Weybridge, U.K.) yang ditambah dengan serat polietilen (Dyneema, Gambar 1. Stuktur kimia polietilen39
(a)
(b)
peningkatan kekuatan impak.12 Narva, dkk (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada kelompok resin akrilik swapolimerisasi (Palapress, Heraeus Kulzer
GmbH & Co. KG, Wehrheim, Germany) yang ditambah serat polietilen (Ribbond Inc., Seattle, USA) bentuk anyaman terjadi peningkatan kekuatan transversal dibandingkan kelompok kontrol.41 Rahamneh A (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas (Minacryl,
Minerva Dental Ltd, Cardif, England) yang ditambah dengan serat polietilen (Connect, SdsKerr, Peterborough UK) bentuk anyaman terjadi peningkatan kekuatan
impak dibandingkan kelompok kontrol.42
2.3.5.2.2Potongan Kecil
Penggunaan serat polietilen bentuk potongan kecil telah banyak dilakukan
dalam penelitian. Serat polietilen bentuk potongan kecil lebih mudah untuk
dimanipulasi dan dicampur ke dalam adonan resin akrilik polimerisasi panas
dibandingkan dengan bentuk anyaman. Ji-myung Bae, dkk (2012) menyimpulkan
bahwa penambahan serat polietilen (PE; P.E., Dong Yang Rope Mfg., Co., Ltd,
Busan, Korea) berbentuk potongan kecil pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas (Vertex RS, Dentimax, Zeist, Netherlands) sebesar 5,3% dan 7,9%
dapat meningkatkan kekuatan transversal dan flexural modulus, sementara
penambahan serat polietilen 5,3% menunjukkan kekuatan yang tertinggi.17 Kamble, dkk (2012) dalam penelitiannya menyatakan adanya peningkatan kekuatan
transversal pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas (DPI Heat cure, Mumbai,
Maharashtra, India) yang ditambahkan dengan serat polietilen (Lotus Polytwist, Daman, India) bentuk potongan kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol.37
Penelitian yang dilakukan oleh Mowade, dkk (2012) menunjukkan bahwa
resin akrilik polimerisasi panas (Trevalon, Dentsply, Germany) yang ditambahkan
dengan serat polietilen (Lotus Polytwist P Ltd, Daman, India) bentuk potongan kecil
sebanyak 2% terjadi peningkatan kekuatan impak yang signifikan bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penambahan
konsentrasi 2% karena akan menurunkan kemampuan pembasahan serat penguat oleh
monomer sehingga mempengaruhi kekuatan yang dihasilkan.2 Soekobagiono, dkk (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada peningkatan signifikan terhadap
kekuatan transversa resin akrilik polimerisasi panas (Vertex Basiq-20, Belanda)
dengan penambahan serat polietilen (UHMWPE, Biodental Tech, Australian) bentuk
potongan kecil sebesar 6%, namun kurang signifikan terhadap penambahan serat
polietilen bentuk potongan kecil sebesar 3% dan 9%.16 Alla, dkk (2013) menyatakan bahwa resin akrilik yang ditambah dengan serat polietilen sebesar 1% dapat
meningkatkan kekuatan impak tetapi bila konsentrasi yang diberikan lebih dari 3%
pencampuran resin akrilik dengan serat tidak dapat bekerja dengan baik.18 Berdasarkan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan serat polietilen
2.4 Kerangka Teori
KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DENGAN PENAMBAHAN 0,3% , 0,6% DAN 0,9% SERAT POLIETILEN
Komposisi Manipulasi Sifat-sifat Keuntungan Kerugian
2.5 Kerangka Konsep
KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DENGAN PENAMBAHAN 0,3% , 0,6% DAN 0,9% SERAT POLIETILEN
Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Serat Polietilen 0,3% , 0,6% dan 0,9%
Penguatan Sifat Mekanis
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sejak ditemukannya resin akrilik atau lebih dikenal dengan nama polimetil
metakrilat (PMMA) pada tahun 1937, bahan ini telah menjadi pilihan utama dalam
pembuatan basis gigitiruan sampai dengan sekarang ini.1,2 Bahan basis gigitiruan dari resin akrilik dapat dibedakan atas resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik
polimerisasi panas dan resin akrilik polimerisasi sinar.3,4
Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan basis gigitiruan polimer yang
paling banyak digunakan saat ini. Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam
bentuk bubuk dan cairan.4-6 Bahan ini mudah dimanipulasi dan direparasi bila terjadi retak dan fraktur serta dapat memenuhi kebutuhan estetis karena sifatnya translusen
dan stabilitas warna yang cukup baik, tidak toksik, tidak larut dalam cairan mulut,
absorpsi relatif rendah dan harganya relatif murah.4-8 Namun resin akrilik mudah patah dan patahnya basis gigitiruan dapat terjadi diluar mulut yaitu jatuh pada tempat
yang keras, maupun patah yang terjadi di dalam mulut dapat disebabkan oleh karena
fatique ataupun occlusal forces.8-10 Narva, dkk (2001) menyatakan bahwa patahnya basis gigitiruan dapat disebabkan oleh adaptasi dari gigi tiruan yang tidak baik, tidak
adanya keseimbangan oklusi, fatique dan jatuh.9
Ketahanan terhadap fraktur dari bahan resin akrilik dilihat dari uji kekuatan
fatique, kekuatan transversal, dan kekuatan impak. Kekuatan impak merupakan energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan dengan gaya benturan.4,11,12 Kekuatan impak yang diperlukan bahan resin akrilik polimerisasi panas berdasarkan
ISO 1567:1999 adalah 2 x 10-3 J/mm2,13
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraktur dan
meningkatkan kekuatan basis gigitiruan adalah dengan penambahan serat.2,3,11,14 Beberapa serat yang dapat ditambahkan ke dalam resin akrilik antara lain serat
rapuh, tahan terhadap air dan bahan kimia, tahan terhadap abrasi dan kelembapan
serta memiliki kekuatan yang tinggi. Serat polietilen memiliki estetik yang lebih baik
dibandingkan dengan serat kaca karena serat polietilen memiliki warna yang semi
transparan yang berasal dari proses polimerisasi pembentukan serat polietilen.2,3,15-17 Namun, ikatan intramolekul yang sangat kuat pada serat polietilen menyebabkan serat
polietilen menjadi sangat sulit menyerap air dan berikatan dengan bahan lain.15,16 Berdasarkan bentuknya, serat polietilen dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu batang,
anyaman dan potongan kecil.14,18
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan serat
terhadap kekuatan bahan resin akrilik. Watri D (2011) menyatakan bahwa
penambahan serat kaca 1% dan 1,5% pada bahan resin akrilik polimerisasi panas
dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal, sedangkan penambahan serat
kaca 2% dapat meningkatkan kekuatan impak namun menurunkan kekuatan
transversal.19 Goguta (2006) menyatakan bahwa serat kaca yang ditambahkan pada
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkatkan kekuatan
impak.20 Prasad (2011) menyatakan bahwa penambahan serat kaca pada basis
gigitiruan resin akrilik dapat meningkatkan kekuatan impak basis gigitiruan.21 Nirwana (2005) dalam penelitiannya yang menggunakan dua metode dalam
pencampuran serat kaca ke dalam resin akrilik menyatakan adanya peningkatan
kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas.8 Uzun (1999) menyatakan bahwa serat kaca berbentuk batang yang ditambahkan pada basis gigitiruan dapat
meningkatkan kekuatan impak dan kekuatan transversal.12 Stipho (1998) menyatakan bahwa penambahan serat kaca pada basis gigitiruan sebesar 1% dapat meningkatkan
kekuatan transversal basis gigitiruan tetapi bila konsentrasi yang diberikan lebih dari
1% dapat melemahkan kekuatan transversal basis gigitiruan.22 Tacir (2006) menyatakan bahwa serat kaca berbentuk potongan kecil sebanyak 2% yang
ditambahkan pada bahan basis gigitiruan dapat meningkatkan kekuatan impak dan
menurunkan kekuatan transversal.23
bahwa resin akrilik yang ditambah dengan serat polietilen sebesar 1% dapat
meningkatkan kekuatan impak tetapi bila konsentrasi yang diberikan lebih dari 3%
pencampuran resin akrilik dengan serat tidak dapat bekerja dengan baik.18 Mowabe, dkk (2012) menyatakan bahwa kekuatan impak yang dihasilkan dari resin akrilik
polimerisasi panas yang ditambah dengan serat polietilen konsentrasi 2% lebih besar
dari kekuatan impak yang dihasilkan dengan penambahan serat kaca.2 Ji Myung Bae, dkk (2012) menyatakan bahwa serat polietilen sebesar 5,3% dapat meningkatkan
kekuatan transversal basis gigitiruan.17 Soekobagiono, dkk (2012) menyatakan bahwa serat polietilen sebesar 6% yang ditambahkan pada bahan basis gigitiruan dapat
meningkatkan kekuatan transversal.16 Oleh karena itu penelitian ini akan melihat penambahan serat polietilen dengan persentase berat dibawah 1% yaitu 0,3% , 0,6%
dan 0,9% apakah dapat meningkatkan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi
panas.
1.2Permasalahan
Apakah ada perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dengan
penambahan serat polietilen 0,3% , 0,6% dan 0,9%.
1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas
dengan penambahan serat polietilen 0,3% , 0,6% dan 0,9%.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dengan
penambahan serat polietilen 0,3% , 0,6% dan 0,9%.
1.5Manfaat Penelitian
1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan di bidang Kedokteran Gigi
2. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut tentang bahan resin
Tahun 2014
Ervina Angelia
Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan 0,3% , 0,6% dan 0,9% Serat Polietilen
xi + 41 halaman
Bahan basis gigitiruan yang umum digunakan adalah resin akrilik
polimerisasi panas. Bahan ini memiliki kekuatan impak yang rendah sehingga mudah
patah. Kekuatan impak dapat ditingkatkan dengan penambahan serat polietilen.
Penambahan serat polietilen pada bahan resin akrilik polimerisasi dengan konsentrasi
yang berbeda kemungkinan dapat memberikan kekuatan impak yang berbeda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan impak dengan penambahan
serat polietilen tersebut pada resin akrilik polimerisasi panas. Rancangan penelitian
ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel resin akrilik polimerisasi panas
dipergunakan sebanyak 10 sampel dengan ukuran sampel 80 mm x 10 mm x 4 mm
untuk setiap kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol, kelompok serat polietilen
0,3%, 0,6% dan 0,9%. Pengukuran kekuatan impak dilakukan pada sampel dengan
menggunakan alat uji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke GMBH,
Germany). Data nilai kekuatan impak kemudian dianalisis dengan uji ANOVA satu arah. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan impak yang signifikan ( p ≤ 0,05 ) dimana terjadi peningkatan kekuatan impak pada resin akrilik polimerisasi panas setelah penambahan serat polietilen dengan 0,3% (p ≤ 0,05), penambahan serat polietilen dengan 0,6% (p < 0,05), penambahan serat polietilen dengan 0,9% (p ≤
0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan serat polietilen
0,3%, 0,6% dan 0,9% pada bahan resin akrilik polimerisasi panas memberikan
peningkatan kekuatan impak sehingga resin akrilik polimerisasi panas yang
dihasilkan menjadi lebih kuat dan tidak mudah patah.
DAN 0,9% SERAT POLIETILEN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
ERVINA ANGELIA
NIM: 100600114
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tahun 2014
Ervina Angelia
Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan 0,3% , 0,6% dan 0,9% Serat Polietilen
xi + 41 halaman
Bahan basis gigitiruan yang umum digunakan adalah resin akrilik
polimerisasi panas. Bahan ini memiliki kekuatan impak yang rendah sehingga mudah
patah. Kekuatan impak dapat ditingkatkan dengan penambahan serat polietilen.
Penambahan serat polietilen pada bahan resin akrilik polimerisasi dengan konsentrasi
yang berbeda kemungkinan dapat memberikan kekuatan impak yang berbeda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan impak dengan penambahan
serat polietilen tersebut pada resin akrilik polimerisasi panas. Rancangan penelitian
ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel resin akrilik polimerisasi panas
dipergunakan sebanyak 10 sampel dengan ukuran sampel 80 mm x 10 mm x 4 mm
untuk setiap kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol, kelompok serat polietilen
0,3%, 0,6% dan 0,9%. Pengukuran kekuatan impak dilakukan pada sampel dengan
menggunakan alat uji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke GMBH,
Germany). Data nilai kekuatan impak kemudian dianalisis dengan uji ANOVA satu arah. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan impak yang signifikan ( p ≤ 0,05 ) dimana terjadi peningkatan kekuatan impak pada resin akrilik polimerisasi panas setelah penambahan serat polietilen dengan 0,3% (p ≤ 0,05), penambahan serat polietilen dengan 0,6% (p < 0,05), penambahan serat polietilen dengan 0,9% (p ≤
0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan serat polietilen
0,3%, 0,6% dan 0,9% pada bahan resin akrilik polimerisasi panas memberikan
peningkatan kekuatan impak sehingga resin akrilik polimerisasi panas yang
dihasilkan menjadi lebih kuat dan tidak mudah patah.
DAN 0,9% SERAT POLIETILEN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
ERVINA ANGELIA
NIM: 100600114
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 28 Januari 2014
Pembimbing : Tanda tangan
1. Astrid Yudhit, drg., M.Si
NIP : 19781130 200501 2 001 ...
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal 28 Januari 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D
2. Rusfian, drg., M.Kes
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua
orang tua tercinta Ayahanda (David Sebayang) dan Ibunda (Thiang Sui Tjing),
Abang (Eric Tannaka), Adik (Willyanata) yang telah membesarkan serta
memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat dan dukungan baik moral
maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes. selaku Ketua Departemen Ilmu Material
dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
3. Sumadhi S, drg., Ph.D dan Astrid Yudhit, drg., M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan
lancar.
5. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp KGA selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sejak awal semester kuliah di
penulis melakukan penelitian.
7. Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku dosen di Fakultas Kesehatan
Masyarakat yang telah banyak mengarahkan dan memberikan masukkan dalam
mengolah data skripsi ini.
8. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Ilmu
Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Cut,
Valentina, Ummi, Febie Lulu, Mutiara, Andreas, Wesley, Vinny, Dedi, Mariatul,
Aflah, Karmiyanti, Fadilla dan Nurain atas bantuan dan dukungan yang diberikan
kepada penulis selama penulisan skripsi ini, semoga tetap semangat dan dapat segera
menyelesaikan penulisan skripsi.
9. Para sahabat penulis Edy, Pheity Laina, Dency Oktasafitri, Fany
Y.Sumartin, Vinny Calyanto, Wesley, Robin, Andreas, Lim Yu Xiang, Wennie
Fransisca, Edwina Chandra, Angela S.Yulita, Dessi, Winnie dan teman-teman
angkatan 2010 serta para senior dan junior atas kebersamaan, dukungan dan doa
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu, masyarakat dan FKG USU.
Medan, 28 Januari 2014
Penulis,
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
2.3.4 Serat Nilon ... 12
BAB 5 PEMBAHASAN ... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Jawaban Pertanyaan Penelitian ... 37 6.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
Tabel Halaman
1 Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa
Penambahan Serat dan Dengan Penambahan Serat Polietilen ... 31
2 Nilai signifikansi perbedaan kekuatan impak antara kelompok
kontrol dengan kelompok penambahan serat setelah dilakukan
Gambar Halaman
1 Struktur kimia polietilen ... 14
Lampiran
1. Skema Alur Penelitian
2. Analisis Statistik