LAMPIRAN
Asymp. Sig. (2-tailed) .198
Model Summaryb
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .34 .12 .087 2.95434 2.037
a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Total Asset Turnover, Curent Ratio, Debt to Equity Ratio
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F
Sig
1 Regression 121.231 4 30.308 3.472 .011a
Residual 872.814 100 8.728
Total 994.045 104
a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Total Asset Turnover, Curent Ratio, Debt to Equity Ratio
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.597 .959 5.836 .000
Curent Ratio
.268 .683 .046 .392 .696 .639 1.56
6 Debt to
Equity Ratio
-.486 .177 -.322 -2.746 .007 .638 1.56
7 Total Asset
Turnover
.007 .018 .036 .387 .699 .994 1.00
7 Net Profit
Margin
.017 .041 .039 .417 .678 .988 1.01
DAFTAR PUSTAKA
Angkoso, Nandi, 2006. Teori Keuangan dan Pasar Modal, FE Yogyakarta, Yogyakarta.
Anugrah, Adriyanto, 2014. “Analisis CR, DER, TATO, GPN dan ROE Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ardiatmi, Uliva Dewi, 2014. “Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Firm Size dan Debt Ratio terhadap Profitabilitas (ROE)(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Food and Baverages yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012”, Universitas Diponegoro, Semarang.
Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006. Akuntansi Perbankan, Salemba Empat, Edisi 1 Jakarta.
Cahyaningrum, Ndaru Hesti, 2012. “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 Sampai Dengan 2010)”, Universitas Diponegoro, Semarang.
Chariri, Anis dan Gozali, Imam, 2003. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Djarwanto, 2004. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Erlina, 2011. Metode Penelitian, USU Press, Medan.
Field, A, 2009. Discovering Statistics Using SPSS, 3rd Edition, Sage, London.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
, 2011. AplikasiA nalisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri, 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
http://indonesiacompanynews.wordpress.com/ 2010/04/page/28/.
Juliana, Roma Uly dan Sukardi, 2003. MAnfaat Rasio Keuangan Dalam
Jogiyanto, 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi ketiga, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Raja Wali Pers, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomis, Erlangga, Jakarta.
Meythi, 2005. “Rasio Keuangan yang paling baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan BisnisVol. XI No. 2, September
M. Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, 2005. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Nugroho, Resa Setya, 2013. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Perubahan Laba perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Jasa Dan Perdagangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Universitas Diponegoro, Semarang.
Nurvigia, Thaussie, 2010. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta.
Rahardjo, Budi, 2007. Keuangan dan Akuntansi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE, Yogyakarta.
Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Simamora, Henry, 2000. Akuntansi : Basis Pengambilan Keputusan, Jilid Dua, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesepeluh, CV Alfabeta, Bandung.
, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Supranto, J, 2004. Ekonometri, Buku Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Tesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sjahrial, Dermawan dan Purba, Djahotman, 2013. Analisis Laporan Keuangan, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Stice, Earl K, James D.Stice, Fred Skousen, 2009. Akuntansi Intermediate, Edisi 16, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Syamsuddin, Lukman, 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Takarini, Nurjanti dan Erni Ekawati, 2003. Analisis Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia, Ventura, Vol. 6 No.3
Wahyono, Hadi, 2002. Komperasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi
Empiris di Bursa Efek Jakarta Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen,
Vol. 2 No.2
Wild, John J dan K.R, Subramanyam, 2010. Analisis Laporan Keuangan, Terjemahan Dewi yanti, Edisi Kesepuluh, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal. Menurut Sugiyono
(2007:30) desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisa hubungan
sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan
variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini menguji pengaruh
pertumbuhan rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan situs www.idx.co.id. Periode penelitian dilakukan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional penelitian ini adalah :
a. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
debt to equity ratio, total asset turn over, net profit margin.
Variabel terikatnya adalah pertumbuhan laba.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2007:3) variabel independen adalah variabel
yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen
(variabel terikat). Variabel independen pada penelitian ini adalah rasio
keuangan yang terdiri dari current ratio, debt to equity ratio, total asset
turn over dan net profit margin.
a. Current Ratio
Current ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang
tersedia.
Current Ratio =
x 100%
b. Debt to Equity Ratio
Debt to equity adalah rasio untuk mengukur jumlah aktiva yang dibiayai
oleh utang dan modal sendiri.
Debt to Equity Ratio =
x 1kali
c. Total Asset Turnover
Total asset turnover adalah rasio untuk mambandingkan penjualan bersih
Total asset turover =
x 1kali
d. Net Profit Margin
Net profit margin adalah rasio untuk mengukur keuntungan perusahaan
dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dengan
penjualan.
Net profit margin =
x 100%
3.4.2 Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2007:3) variabel dependen adalah “variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas”. Variabel dependen pada penelitian ini adalah pertumbuhan laba.
Untuk menghitung pertumbuhan laba dalam penelitian ini digunakan laba
bersih. Rumus untuk menghitung pertumbuhan laba sesuai dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum (2013) adalah sebagai
berikut : Pertumbuhan Laba
=
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode
sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba
pada periode sebelumnya.
Dari penjelasan variabel tersebut, definisi operasional tiap variabel
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
3.5 Populasi
Dalam penelitian kuantitatif Sugiyono (2010 :72) mengungkapkan
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industry barang dan konsumsi
yang terdaftar di BEI selama periode 2010 dan 2014 yang berjumlah 37
perusahaan.
Pengumpulan data dari pihak luar ini meliputi studi pustaka yaitu
melakukan pengumpulan data pendukung dari buku, internet, dan penelitian
terdahulu.
3.6 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
populasi penelitian (Kuncoro, 2003:107). Sedangkan Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan Purpose Sampling yaitu teknik pengambilan sampel
berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan (Jogiyanto, 2004:79).
Kriteria-kriteria pengambilan sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur tersebut telah terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014.
2. Perusahaan yang secara terus menerus melaporkan laporan keuangan yang
diaudit dari tahun 2010-2014.
Berdasarkan kriteria tersebut terdapat jumlah data yang diobservasi
sebanyak 21 sampel x 5 tahun = 105 data observasi dalam penelitian ini.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki kriteria diatas dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
20 DVLA PT. Darya Varia
28 SQBB PT.Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
Sumber : www.idx.co.id (diolah oleh peneliti)
3.7 Jenis dan Sumber Penelitian
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain.
Sumber data penelitian ini diperoleh laporan keuagan yang telah diaudit pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
Metode dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai
sumber.
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk
memberikan informasi mengenai variabel-variabel penelitian di
dalam suatu penelitian. Analisis statistik deskriptif akan memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum,
maksimum, rata–rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan
dari variabel penelitian.
3.8.2 Pengujian Asumsi Klasik
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah model regresi berganda. Untuk menghasilkan suatu model
yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik
sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik
tersebut meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina (2008:102), tujuan uji normalitas data adalah untuk
residual memiliki distribusi normal”. Dengan melakukan uji Kolmogorav
-Smirnov terhadap model yang diuji, cara ini dapat mendeteksi apakah
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kriteria
pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikan atau probabilitas
> 0,05, maka residual tidak memiliki distribusi normal.
Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melakukan
analisis grafik normal probability plot dan grafik histogram. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005:110)
sebagai berikut :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, mmaka model regresi memenuhi asumsi normalitas
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel independen. Uji
multikolinearitas dapat dilakukan dengan melakukan uji korelasi antara
variabel independen dengan menggunakan tolerance dan varians inflating
faktor (VIF). VIF merupakan suatu jumlah yang menunjukkan variabel
independen dapat dijelaskan oleh variabel independen lain dalam
persamaan regresi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya
multikolinearitas dapat diketahui dengan kriteria berikut ini:
Jika VIF < 10, maka tidak terjadi multikolineritas
Jika tolerance > 0.01, maka terjadi multikolinearitas
Jika tolerance < 0.01, maka tidak terjadi multikolinearitas
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005:105) “uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakan dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot
antara nilai prediksi variabel dependen. Menurut Ghozali (2005:105) dasar
analisis menetukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005:95) “uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya)”. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson.
3.9 Pengujian Hipotesis
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah
regresi untuk menguji hipotesis tersebut dinyatakan dalam bentuk fungsi
pertumbuhan laba.
Keterangan :
Y = pertumbuhan laba
β = konstanta
X1 = current ratio
X2 = debt to equity ratio
X3 = total asset turnover
X4 = net profit margin
β1, β2.... β4 = koefisien regresi
e = error
a. Uji Signifikan Simultan
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Menurut
Ghozali (2005:84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat”. Uji ini
dilakukan dengan membandingkan signifikan Fhitung dengan ketentuan :
Jika Fhitung < F Tabel pada α 0.05, maka H1 ditolak
Jika Fhitung > F Tabel pada α 0.05, maka H1 diterima.
b. Uji Signifikan Parsial
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test.
Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan
signifikan thitung dengan ketentuan :
Jika thitung < ttabel pada α 0.05, maka H1 ditolak
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010-2014. Alasan penggunaan data
mulai tahun 2010 sampai 2014 adalah karena tahun 2010-2014 merupakan data
perusahaan yang dapat memberikan profil atau gambaran mengenai
variabel-variabel yang terkait di dalam penelitian ini. Ada beberapa variabel-variabel yang
membutuhkan data dari tahun sebelumnya (t-1) sehingga peneliti menggunakan
data tahun 2009 untuk melengkapi data tahun 2010. Sektor industri barang dan
konsumsi dipilih karena peneliti terdahulu meneliti perusahaan manufaktur sektor
aneka industri. Untuk itu, penulis memilih untuk meneliti industri lain yaitu sektor
industri dasar dan kimia. Tabel 4.1 berikut menyajikan tahapan seleksi sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Tabel 4.1
Tahapan seleksi sampel dan kriteria
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan manufaktur tersebut telah terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014.
37
2 Perusahaan yang tidak secara terus menerus melaporkan laporan keuangan yang diaudit dari tahun 2010-2014.
11
3 Perusahaan manufaktur tersebut tidak memiliki laba bersih pada tahun 2010-2014.
15
4 Jumlah perusahaan sampel 21
5 Tahun pengamatan (tahun) 5
Jumlah perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2014
berjumlah 37 perusahaan. Dari 37 perusahaan manufaktur sektor industri barang
dan konsumsi tersebut terdapat 11 perusahaan manufaktur sektor industri barang
dan konsumsi yang tidak secara terus menerus melaporkan laporan keuangan
yang diaudit pada kurun waktu penelitian (tahun 2010-2014), dan 15 perusahaan
manufaktur sektor industry barang dan konsumsi yang tidak memiliki laba bersih
pada kurun waktu penelitian (tahun 2010-2014), sehingga yang dijadikan sampel
adalah sebanyak 21 perusahaan. Sedangkan total pengamatan yang dijadikan
sampel penelitian ini adalah sebanyak 105 pengamatan.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS
(Statistical Package for Social Science). Analisis yang dilakukan yaitu analisis
statistik deskriptif dan analisis regresi berganda.
4.2.1 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata
(mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel pertumbuhan laba, current
ratio, debt to equity ratio, total asset turnover, net profit margin.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif dari Pertumbuhan Laba, Current Ratio,
Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin
Descriptive Statistics
Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai pertumbuhan laba minimum
adalah 0,11 (dalam milyar), sedangkan nilai pertumbuhan laba maksimum
adalah 10818,49 (dalam milyar). Diketahui rata-rata (mean) pertumbuhan
laba dari tahun 2010-2014 adalah 1119,1593 (dalam milyar), dan standar
deviasinya adalah 2223,75435. Perhatikan bahwa nilai standar deviasi
lebih tinggi dari nilai rata-rata, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
besarnya simpangan data menunjukkan tingginya fluktuasi dari data
pertumbuhan laba pada periode tahun 2010-2014.
Diketahui nilai current ratio minimum adalah 0,51, sedangkan
nilai current ratio maksimum adalah 11,74. Diketahui rata-rata (mean)
current ratio dari tahun 2010-2014 adalah 2,95, dan standar deviasinya
adalah 2,05. Perhatikan bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai
menunjukkan tidak terlalu tinggi fluktuasi dari data current ratio pada
periode tahun 2010-2014.
Diketahui nilai debt to equity ratio minimum adalah 0,1,
sedangkan nilai debt to equity ratio maksimum adalah 3,03. Diketahui
rata-rata (mean) debt to equity ratio dari tahun 2010-2014 adalah 0,7285,
dan standar deviasinya adalah 0,53101. Perhatikan bahwa nilai standar
deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata, sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa besarnya simpangan data menunjukkan tidak terlalu tinggi fluktuasi
dari data debt to equity ratio pada periode tahun 2010-2014.
Diketahui nilai total asset turnover minimum adalah 0,07,
sedangkan nilai total asset turnover maksimum adalah 164,92. Diketahui
rata-rata (mean) total asset turnover dari tahun 2010-2014 adalah 3,3572,
dan standar deviasinya adalah 16,07318. Perhatikan bahwa nilai standar
deviasi lebih besar dari nilai rata-rata, sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa besarnya simpangan data menunjukkan tingginya fluktuasi dari
data total asset turnover pada periode tahun 2010-2014.
Diketahui nilai net profit margin minimum adalah 0,00, sedangkan
nilai net profit margin maksimum adalah 73,32. Diketahui rata-rata
(mean) net profit margin dari tahun 2010-2014 adalah 0,7926, dan standar
deviasinya adalah 7,14635. Perhatikan bahwa nilai standar deviasi lebih
besar dari nilai rata-rata, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa besarnya
simpangan data menunjukkan tingginya fluktuasi dari data net profit
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian regresi linier berganda terhadap
hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu
pengkajian untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran terhadap
asumsi-asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis yang baik adalah pengujian
yang tidak melanggar asumsi-asumsi klasik yang mendasari model
regresi linier berganda. Asumsi-asumsi klasik dalam penelitian ini
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas.
4.2.2.1Uji Asumsi Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat
signifikansi yang digunakan . Dasar pengambilan
keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan ketentuan
sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.
Tabel 4.3 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Resi dual
N 105
Kolmogorov-Smirnov Z 1.075
Asymp. Sig. (2-tailed) .198
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: hasil olahan software SPSS
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, diketahui nilai
probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,198. Karena
nilai probabilitas , yakni 0,198, lebih besar dibandingkan tingkat
signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas
terpenuhi.
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 merupakan output dari SPSS.
Perhatikan bahwa kurva pada histogram berbentuk kurva normal,
sehingga disimpulkan bahwa asumsi normalitas error dipenuhi. Di
samping itu pada normal probability plot (Gambar 4.2), titik-titik
menyebar cukup dekat pada garis diagonal, maka disimpulkan
Sumber : hasil olahan software spss
Gambar 4.1
Histogram untuk Pengujian Asumsi Normalitas
Sumber: hasil olahan software SPSS
Gambar 4.2
4.2.2.2Uji Multikolinearitas
Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau
tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai
VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi
multikolinearitas (Ghozali, 2013).
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Current Ratio .638 1.567
Debt to Equity Ratio
.639 1.566
Total Asset Turnover
.994 1.007
Net Profit Margin .988 1.013
Sumber: hasil olahan software SPSS
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.4, nilai VIF dari
variabel current ratio adalah 1,567, nilai VIF dari variabel debt to
equity ratio adalah 1,566, nilai VIF dari variabel total asset
turnover adalah 1,007, dan nilai VIF dari variabel net profit margin
adalah 1,013. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar
dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.
4.2.2.3Uji Asumsi Autokorelasi
Asumsi mengenai independensi terhadap residual
(Field, 2009:220). Nilai statistik dari uji Durbin-Watson berkisar di
antara 0 dan 4. Field (2009:220) menyatakan sebagai berikut.
“Specifically, it (Durbin-Watson) tests whether adjacent residuals
are correlated. The test statistic can vary between 0 dan 4 with a
value 2 meaning that the residuals are uncorrelated".
Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari
1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi. Field
(2009:220-221) menyatakan sebagai berikut.
“The size of the Durbin-Watson statistic depends upon the number of predictors in the model and the number of observations. For
accuracy, you should look up the exact acceptable values in
Durbin and Watson's (1951) original paper. As very conservative
rule of thumb, values less then 1 or greater than 3 are definitely
cause for concern; however, values closer to 2 may stil be problematic depending on your sample and model”.
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 2.037
Sumber: hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.5, nilai dari statistik Durbin-Watson
adalah 2,037. Perhatikan bahwa karena nilai statistik
Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3, maka asumsi non-autokorelasi
terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi yang
4.2.2.4Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot
antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X. (Field,
2009:230). Menurut Ghozali (2011:139) dasar analisis adalah jika
ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Sumber: hasil olahan software SPSS
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.3, tidak terdapat
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4.2.3 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ( ) merupakan suatu nilai (nilai proporsi)
yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel
tak bebas (Supranto, 2005:158). Nilai koefisien determinasi berkisar
antara 0 dan 1. Nilai koefsien determinasi yang kecil (mendekati nol)
berati kemampuan variabel-variabel tak bebas secara simultan dalam
menerangkan variasi variabel tak bebas amat terbatas. Nilai koefisien
determinasi yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel tak bebas.
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .349a .122 .087 2.95434
a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Total Asset Turnover, Debt to Equity Ratio, Current Ratio
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Sumber: hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.6, nilai koefisien determinasi terletak pada
kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar
mempengaruhi variabel pertumbuhan laba sebesar 12,2%, sisanya sebesar
87,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4.2.4 Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji pengaruh simultan bertujuan untuk menguji apakah seluruh
variabel bebas secara bersama-sama atau simultan signifikan atau tidak,
dalam mempengaruhi variabel tak bebas, yakni variabel pertumbuhan laba.
Hipotesis nol menyatakan seluruh variabel bebas secara bersamaan
atau simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik
terhadap variabel pertumbuhan laba pada tingkat signifikansi 5%.
Sedangkan hipotesis alternatif menyatakan paling tidak terdapat satu
variabel bebas yang pengaruhnya signifikan secara statistik terhadap
pertumbuhan laba pada tingkat signifikansi 5%.
Gambar 4.4
Tabel 4.7
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVAb
a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Total Asset Turnover,
Debt to Equity Ratio, Current Ratio
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui nilai F hitung adalah 3,472.
Perhatikan bahwa karena nilai F hitung F tabel, maka disimpulkan
bahwa pengaruh simultan variabel bebas terhadap pertumbuhan laba
signifikan (perhatikan Gambar 4.5).
Gambar 4.5
Daerah Keputusan untuk Uji F
Daerah penerimaan
4.2.5 Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji pengaruh parsial bertujuan untuk menguji signifikansi
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas, yakni
variabel pertumbuhan laba.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh persamaan regresi linear sebagai
berikut berikut
Pertumbuhan laba = 5,597 + 0,268 Current Ratio –0,486Debt to Equity
Ratio + 0,007Total Asset Turnover + 0,017Net Profit Margin
Hipotesis nol menyatakan suatu variabel bebas tidak signifikan
dalam mempengaruhi variabel tak bebas, yakni variabel pertumbuhan
laba. Sementara hipotesis alternatif menyatakan suatu variabel bebas
pertumbuhan laba. Berikut aturan dalam pengambilan keputusan terhadap
hipotesis.
Jika nilai probabilitas (Sig.) 0,05 maka hipotesis nol diterima.
Jika nilai probabilitas (Sig.) 0,05 maka hipotesis alternatif diterima.
Cara lain pengambilan keputusan terhadap hipotesis dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai statistik dari uji ( hitung)
terhadap tabel. Sebelum menghitung nilai tabel, terlebih dahulu
menghitung nilai derajat. Berikut rumus untuk menghitung nilai derajat
bebas.
Perhatikan bahwa menyatakan jumlah elemen dalam sampel
yang diteliti, sedangkan merupakan jumlah variabel. Diketahui jumlah
elemen dalam sampel penelitian ini sebanyak 105 dan jumlah variabel
adalah 5, sehingga derajat bebas adalah . Misalkan
tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5%, sehingga nilai tabel
dengan derajat bebas 100 dan tingkat signifikansi adalah .
Gambar 4.6
Menentukan Nilai Tabel dengan Microsoft Excel
Gambar 4.7
Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis berdasarkan Uji
Daerah penerimaan ,
penolakan (pengaruh
tidak signifikan) Daerah penerimaan
, penolakan (pengaruh
signifikan) Daerah penerimaan
, penolakan
Atau sama saja dengan sebagai berikut.
| | | | | | | |
4.3Pembahasan
4.3.1 Pengujian Pengaruh Current Ratio ( ) Terhadap Pertumbuhan Laba ( )
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai
probabilitas atau Sig. dari variabel current Ratio adalah 0,696. Karena
nilai probabilitas current Ratio, yakni 0,696, lebih besar dari tingkat
signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa pengaruh yang terjadi
antara current Ratio dengan variabel pertumbuhan laba tidak signifikan
secara statistik. Perhatikan juga bahwa nilai | | | |, yakni
| | | |. Hasil dengan pendekatan probabilitas sama dengan
hasil berdasarkan uji .
4.3.2 Pengujian Pengaruh Debt To Equity Ratio ( Pertumbuhan Laba (
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai
probabilitas atau Sig. dari variabel debt to equity ratio adalah 0,007.
Karena nilai probabilitas debt to equity ratio, yakni 0,007, lebih kecil dari
tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa pengaruh yang
signifikan secara statistik. Perhatikan juga bahwa nilai | | | |,
yakni | | | |. Hasil dengan pendekatan probabilitas sama
dengan hasil berdasarkan uji .
4.3.3 Pengujian Pengaruh Total Aseets Turnover ( Pertumbuhan Laba (
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai
probabilitas atau Sig. dari variabel total asset turnover adalah 0,699.
Karena nilai probabilitas total asset turnover, yakni 0,699, lebih besar dari
tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa pengaruh yang
terjadi antara total asset turnover dengan variabel pertumbuhan laba tidak
signifikan secara statistik. Perhatikan juga bahwa nilai | | | |,
yakni | | | |. Hasil dengan pendekatan probabilitas sama
dengan hasil berdasarkan uji .
4.3.4 Pengujian Pengaruh Net Profit Margin (( Pertumbuhan Laba (
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai
probabilitas atau Sig. dari variabel net profit margin adalah 0,678. Karena
nilai probabilitas net profit margin, yakni 0,0,678, lebih besar dari tingkat
signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa pengaruh yang terjadi
antara net profit margin dengan variabel pertumbuhan laba tidak
yakni | | | |. Hasil dengan pendekatan probabilitas sama
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, setelah melalui
tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan yang terakhir
interpretasi hasil analisis mengenai pengaruh current ratio, debt to equity ratio,
total asset turnover,dan net profit margin terhadap pertumbahan laba dengan
menggunakan data yang mendekati distribusi normal, tidak terdapat
mutikolinearitas, bebas autokorelasi dan tidak adanya heteroskedastisitas,
maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Current Ratio (X1) Berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba
(Y) Pada Perusahaan Manufaktur Secara Parsial periode 2010-2014.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Anugrah (2014).
2. Debt to Equity Ratio (X2) Berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba (Y) Pada Perusahaan Manufaktur Secara Parsial
periode 2010-2014. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Cahyaningrum (2012).
3. Total Assets Turnover (X3) Berpengaruh positif terhadap
Pertumbuhan Laba (Y) Pada Perusahaan Manufaktur Secara Parsial
periode 2010-2014. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
4. Net Profit Margin (X4) Berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan
Laba (Y) Pada Perusahaan Manufaktur Secara Parsial periode
2010-2014. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Cahyaningrum (2012) dan Meythi (2005).
5. Curren Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit
Margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
manufaktur secara simultan.
5.2 Saran
Adapun saran- saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
yaitu evaluasi secara terus menerus sebaiknya dilakukan perusahaan
untuk menilai kinerjanya sehingga dapat diketahui adanya kenaikan
atau penurunan dari kinerja perusahaan. Selain itu dengan adanya
evaluasi maka pihak perusahaan dapat mengetahui penyebab
kenaikan atau penurunan kinerjanya sehingga dapat menentukan
kebijakan yang tepat guna mencapai keuntungan yang optimal di
masa yang akan datang.
2. bagi investor
Sebelum mengambil keputusan investasi, para investor sebaiknya
mempertimbangkan analisis rasio keuangan yang dapat
3. Peneliti selanjutnya
a. disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dengan
karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor dan periode
penelitian yang lebih terbaru.
b. Penelitian yang akan datang juga sebaiknya menambah variabel
independen yang masih berbasis pada laporan keuangan selain
yang digunakan dalam penelitian ini dengan tetap berlandaskan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan penelaahan tentang hubungan dan
kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil
usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan.
Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur - unsur laporan
keuangan dan bagaimana perubahan unsur –unsur itu dari tahun ke tahun untuk
mengetahui perkembangannya. (Djarwanto, 2004:59) dan juga analisis laporan
keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam
pengambilan keputusan, serta mengurangi ketidakpastian analisis bisnis.
Menurut Kasmir (2008:66) agar laporan keuangan menjadi lebih berarti
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan
analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama
analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan
perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, akan terlihat pencapai
target yang direncanakan sebelumnya.
Hanafi (2005) mengemukakan bahwa untuk menganalisis laporan
keuangan, seorang analis keuangan harus melakukan beberapa hal:
1. Menentukan tujuan dari analisis keuangan
2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan
3. Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan
tersebut.
Analisis laporan keuangan merupakan kumpulan proses yang merupakan
bagian dari analisis bisnis (Subramanyam, 2010:23). Terdapat lima alat penting
untuk analisis keuangan, yaitu:
1. Analisis laporan keuangan komparatif
Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah laporan posisi keuangan, laporan
laba rugi, atau laporan arus kas yag berurutan dari suatu periode ke periode
berikutnya.
2. Analisis laporan common-size
Menurut Fraser (2008), analisis laporan keuangan common-size adalah analisis
rasio keuangan memperkenalkan perbandingan perusahaan-perusahaan
dengan tingkatan yang berbeda atas penjualan atau total aktiva dengan
memakai suatu penyebut umum.
3. Analisis rasio keuangan
Yang dimaksud rasio dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka
yang menunjukan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam
laporan keuangan (Djarwanto 2004:143). Menurut Kasmir (2008), rasio
keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
4. Valuasi
Valuasi merupakan hasil penting dari berbagai jenis analisis bisnis dan laporan
atau sahamnya dengan dasar present value thoery dari time value of money
yang menyatakan bahwa sebuah entitas lebih menyukai konsumsi saat ini
daripada konsumsi di masa depan (Subramanyam, 2010:47).
5. Analisis arus kas
Analisis arus kas digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dana dan
penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang
bagaimana perusahaaan memperoleh pendanaanya dan menggunakan sumber
dayanya (Subramanyam 2010:47).
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan
analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik memberikan hasil
yang maksimal. Selain itu, pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan
mudah untuk menginterpretasikannya. Pada dasarnya ada beberapa jenis
analisis yang dapat dipakai menurut Djarwanto (2004:61) yaitu sebagai
berikut :
1. Analisis Internal
Analisis Internal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu perusahaan. analisis demikian terutama dilakukan oleh manajemen dalam mnegukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan.
2. Analisis Eksternal
3. Analisis Horizontal (Dinamis)
Analisis Horizontal adalah analisis perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun guna mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan yang bersangkutan.
4. Analisis Vertikal (Statis)
Analisis Vertikal adalah laporan keuangan yang terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja.
2.1.1 Tujuan dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat
sudah pasti memiliki tujuan tertentu. dalam praktiknya terdapat beberapa
tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen
perusahaan. disamping itu, tujuan laporan keuangan disusun guna
memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan. terdapat beberapa tujuan dari analisis laporan keuangan
menurut Harahap (2008:195) yaitu :
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit)
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan sperti prediksi, peningkatan (rating)
1) dapat menilai prestasi perusahaan.
2) dapat memproyeksi keuangan perusahaan.
3) dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu:
a. Posisi keuangan ( Asset, neraca dan modal) b. Hasil usaha perusahaan
c. Likuiditas d. Solvabilitas e. Aktivitas f. Rentabilitas
g. Indikator pasar modal
4) menilai perkembangan dari waktu ke waktu. 5) melihat komposisi struktur keuangan, arus dana.
7. Dapat menetukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan
lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuanga, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10.Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
Analisis laporan keuangan juga memiliki manfaat. Ada beberapa
manfaat bagi perusahaan dalam penggunaan analisis laporan keuangan
menurut Kasmir (2008:68). Secara umum dikatakan bahwa manfaat
analisis laporan keuangan adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
2.1.2 Rasio Keuangan
Rasio Keuangan merupakan bagian dari Analisis Laporan
Keuangan yang sangat erat kaitannya, karena Rasio Keuangan merupakan
alat analisis laporan keuangan yang tergolong pada alat analisis Umum
(Sjahrial, 2013:36) . Berikut ini merupakan bagian dari Alat Analisis
Umum :
1. Analisis Laporan Keuangan Komparatif (Comparative Analysis)
2. Analisis Laporan Keuangan Berukuran Sama (Common Size Analysis)
3. Analisis Rasio (Ratio Analysis)
4. Analisis Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement Analysis)
Analisis Rasio (Ratio Anlysis) merupakan salah satu analisis paling
popular dan banyak digunakan karena sangat sederhana yang
menggunakan operasi aritmatika, namun interpretasinya sangat kompleks
(sjahrial, 2013:36). Menurut kasmir (2008:104) analisis Rasio Keuangan
adalah laporan keuangan melaporakan aktivitas yang sudah dilakukan
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan
dituangkan dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah
maupun mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
menjadi kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja. artinya kita
hanya dapat melihat apa adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih
apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen
lainnya. caranya adalah dengan membandingkan angka -ngka yang ada
perbandingan, dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk
periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen
dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan nama Analisis
Rasio Keuangan.
Rasio keuangan menurut James dalam Kasmir (2008:104)
merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio
keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Jadi Rasio Keuangan merupakan kegiatan membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu
angka dengan angka lainnya. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk
menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target
seperti yang telah ditetapkan, kemudian juga dapat dinilai kemampuan
manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara
efektif.
2.1.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Analisis rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan
menggabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan laba-rugi
dan neraca. Dengan cara rasio semacam itu diharapkan pengaruh
perbedaan ukuran akan hilang. Pada dasarnya analisis rasio dapat
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek (utang lancar) pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar. Dari keterangan diatas dapat diketahui
bahwa dasar perhitungan rasio diperoleh dari aktiva lancar dibandingkan
dengan kewajiban lancar. semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya
aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar yang disebut likuid. akan
tetapi terlalu tinggi rasio ini juga tidak baik karena perusahaan tidak dapat
mengelola aktiva lancar dengan efektif (sjahrial, 2013:37).
Aktiva lancar merupakan sumber daya yang relatif likuid. Aktiva
lancar seperti kas, piutang dagang, persediaan, dan beban dibayar dimuka.
Menurut Simamora (2000:523) untuk memenuhi syarat sebagai aktiva
lancar, suatu aktiva lancar harus bisa dikonversikan menjadi kas dalam
jangka waktu yang relatif singkat, tanpa mengganggu kegiatan-kegiatan
normal perusahaan.
Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi beberapa jenis. jenis-jenis
rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur
kemampuan menurut Kasmir (2008:134) yaitu :
1. Rasio Lancar ( Current Ratio)
2. Rasio Yang Sangat Lancar (Quick Ratio Atau Acid Test Ratio)
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
4. Rasio Perputaran Kas
Rasio yang menjadi variabel dan fokus penelitian ini adalah rasio
lancar (current ratio). Rumus untuk menghitung rasio lancar menurut
Subramanyam (2010:44) adalah :
Current Ratio (Rasio Lancar) =
x 100%
2. Rasio Solvabilitas
Pendanaan perusahaan bersumber dari dua pendanaan yaitu dari
kreditor jangka pendek seperti pemasok dan kreditor jangka panjang
seperti pemegang saham. Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya
(Subramanyam, 2010:46). Menurut Kasmir (2008:157) DER merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berfungsi mengetahui setiap modal yang dimiliki
yang dijadikan untuk jaminan utang dan memberikan petunjuk mengenai
kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Bagi pihak kreditor, semakin
besar rasio solvabilitas akan tidak menguntungkan disebabkan akan
semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin
terjadi diperusahaan. Namun bagi pihak pemegang saham, semakin tinggi
rasio ini akan semakin baik.
Menurut Rahardjo (2008:118) rasio solvabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka
dibandingkan dengan dana yang berasal dari kreditor. Menurut Kasmir
(2008:155) beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan
perusahaan adalah :
1. Debt to asset ratio 2. Debt to equity ratio
3. Long term debt to equity ratio
4. Tangible asset debt coverage
5. Current liabilities to net worth
6. Time interest earned
7. Fixed charge coverage
Pada penelitian ini yang menjadi fokus dan variabel adalah rasio
Debt To Equity Ratio. Menurut Subramanyam (2010:44) rumus untuk
menghitung total utang terhadap ekuitas ( Debt To Equity Rasio)
Debt to Equity Ratio =
x 1kali
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Rasio ini mengukur
tingkat efisensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Terdapat beberapa
jenis rasio aktivitas menurut Kasmir (2008:175) yaitu:
1. Perputaran Piutang Usaha (Account Receveible Turnover) 2. Hari rata-rata penagihan piutang ( Days of receivable) 3. Perputaran persediaan (inventory turnover)
4. Hari Rata-rata penagihan sediaan (days of inventory) 5. Perputaran modal kerja (working capital turnover) 6. Perputaran aktiva tetap (Fix Asset turn over) 7. Perputaran Aktiva (asset turnover).
Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian dan variabel
adalah rasio perputaran total asset (total asset turn over). Rasio ini
memperoleh penjualan yang dilakukan perusahaan. Rumus rasio ini
menurut Subramanyam (2010:45)
Total Asset Turn Over =
x 1kali
4. Rasio Rrofitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini memberi ukuran tingkat
efektivitas manajemen perusahaan. Tujuan perusahaan adalah
mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk tetap bertahan perusahaan
harus mampu untuk menghasilkan laba. Bila perusahaan rugi, pihak
kreditor akan mempertimbangkan untuk tetap memberi pinjaman atau
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Menurut Kasmir
(2008:199) rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :
1. Profit Margin ( profit margin on sales) a. Gross Profit Margin
b. Net Profit Margin 2. Return On Investment (ROI) 3. Return On Equity (ROE) 4. Laba Per Lembar Saham
Pada penelitian ini yang menjadi fokus dan variabel adalah Net
profit margin yang merupakan bagian dari rasio profit margin. NPM yang
merupakan ukuran keuntungan antara laba setelah beban bunga dan pajak
dibandingkan dengan penjualan (Kasmir, 2008:200). Rumus untuk
mengukur NPM menurut Subramanyam (2010:45)
Net Profit Margin =
x 100%
Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Sedangkan pengertian laba menurut IAI
dalam Chariri (2003:213) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi peranan modal. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur
akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran
pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat
bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini
laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak didefinisikan tersendiri secara
ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang (Chariri, 2003:213).
Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam
laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan
pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan
penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam
penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Belkaoui dalam Chariri (2003:214)
menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai
1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.
2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu.
3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam
laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus
kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari
serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah
satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang
dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode
sebelumnya (Takarini, 2003).
Rumus untuk menghitung pertumbuhan laba menghitung pertumbuhan
laba sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum (2012) adalah
sebagai berikut : Pertumbuhan Laba =
2.2.1 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Menurut Hanafi (2005) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba
1. Besarnya perusahaan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3. Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
5. Perubahan laba masa lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.2.2 Analisis Pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso (2006) ada dua macam analisis untuk
menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal.
1. Analisis Fundamental
memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor
2. Analisis Tehnikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan pertumbuhan laba dapat dilakukan dua analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui rasio keuangan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai rasio keuangan terhadap perubahan laba telah
banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
antara lain :
Anugrah (2014) meneliti Analisis CR, DER, TATO, GPM dan ROE
Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER, TATO,
GPM dan ROE Berpengruh positif terhadap pertumbuhan laba CR Berpengruh
negatif terhadap pertumbuhan laba
Ardiatmi (2014) meneliti Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To
Equity Ratio, Total Assets Turnover, Firm Size Dan Debt Ratio Terhadap
Profitabilitas (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa CR, DER, TAT, Debt
Ratio Berpengaruh Positif Terhadap ROE sedangkan Firm Size Berpengaruh
Cahyaningrum (2012) dengan judul Analisis Manfaat Rasio Keuangan
Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Working Capital To Assets , TAT, NPM, Berpengaruh Positif Terhadap
Pertumbuhan Laba sedangkan DER Berpengaruh Negatif Terhadap Pertumbuhan
Laba.
Nugroho (2013) dalam penelitian analisis rasio keuangan untuk
memprediksi perubahanlaba perusahaan (studi empiris pada perusahaan jasa dan
perdagangan yang terdaftar di bursa efek indonesia). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Pemanfaatan
Aktiva, Rasio Kinerja Operasi Berpengaruh Positif Terhadap Perubahan Laba
Perusahaan.
Nurvigia (2010) meneliti Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar Di BEI. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa CR, WCTA, DER, dan NPM Berpengaruh Secara
Simultan Terhadap Pertumbuhan Laba.
Meythi (2005) meneliti Rasio Keuangan yang paling baik Untuk
Memprediksi Pertumbuhan Laba: suatu studi empiris pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bursa efek jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya
ROA yang berpengaruh positif signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba
sedangkan TAT, NPM dan Gross Profit Margin Tidak Berpengaruh Signifikan
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
(Tahun)
Judul Variabel Hasil
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel Independen dengan
variabel dependen. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 2.1
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan
jangka pendeknya. Dari kerangka konseptual diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa CR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
manufaktur secara parsial.
Debt to equity Ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang
mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini sering
digunakan para analis dan para investor untuk melihat seberapa besar hutang
perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para
pemegang saham. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin tinggi penggunaan
hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan
resikoyang cukup besar bagi perusahaan ketika perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban tersebut pada saat jatuh tempo, sehingga akan mengganggu
kontinuitas operasi perusahaan. Selain itu, perusahaan akan dihadapkan pada
biaya bunga yang tinggi sehingga dapat menurunkan laba perusahaan. Dari
kerangka konseptual diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa DER berpengaruh
negative dan signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur
secara parsial.
Total assets turnover merupakan rasio yang menggambarkan perputaran
aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik
yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan
menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam
menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat