LAMPIRAN
Kode
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Silvi Dellani dengan NIM : 091101022 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit ISPA Di Puskesmas Kecamatan Medan Denai”. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana efektivitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Medan Denai dan juga merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur tanpa ada pengaruh dari orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian ini.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/Ibu bebas menerima dan bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, silahkan tandatangani lembar persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara.
Terima kasih banyak atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini. Medan, April 2013
Peneliti Responden
KUESIONER PENELITIAN
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENYAKIT ISPA
DI PUSKESMAS KECAMATAN MEDAN DENAI
Petunjuk Pengisian
Isilah pertanyaan berikut dan berikan tanda (√) pada kotak yang telah disediakan!
A. Data Demografi
1. Usia : tahun
2. Jenis kelamin : Laki -laki Perempuan 3. Status dalam Keluarga: Ayah Lainnya, sebutkan..……
Ibu
4. Agama : Islam Protestan
Hindu Budha
Katolik Lain-lain
5. Suku : Batak toba Jawa
Batak mandailing Melayu
Batak karo Aceh
Minang Lainnya
6. Tingkat pendidikan : S1 SD
SMA/SMU Tidak Tamat
SMP/SLTP
7. Pendapatan Keluarga / bulan: Kurang dari Rp. 1.305.000,- Lebih dari Rp. 1.305.000,- 8. Pernah / Tidak pernah menerima Pendidikan Kesehatan sebelumnya:
B. Kuesioner Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit ISPA
Kode responden (diisi peneliti):
Petunjuk pengisian:
a. Bacalah dengan baik pertanyaan pada setiap soal.
b. Pilihlah salah satu jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai c. Berikan tanda silang pada jawaban Bapak/Ibu.
1. ISPA merupakan singkatan dari : a. Infeksi Saluran Pernapasan Atas b. Infeksi Saluran Pernapasan Akut c. Infeksi Saluran Pencernaan Atas d. Infeksi Saluran Pencernaan Akut
2. Influenza dan batuk pilek termasuk kedalam penyakit? a. ISPA
b. DBD c. TBC d. Demam
3. Seseorang akan lebih rentan untuk terserang penyakit ISPA jika dalam kondisi berikut:
a. Sehat b. Senang c. Sakit d. Bahagia
4. Penyakit ISPA dapat di sebabkan oleh: a. Angin dan Debu
b. Angin dan Virus c. Debu dan Bakteri d. Bakteri dan Virus
5. Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui 2 hal yaitu:
a. Kontak (kontaminasi tangan) dan melalui udara dengan jarak dekat b. Kontak (kontaminasi tangan) dan melalui udara dengan jarak jauh c. Melalui pakaian dan kontak (kontaminasi tangan)
6. Faktor yang dapat menjadi pencetus dalam peningkatan jumlah angka kejadian ISPA yaitu:
a. Air es
b. Mandi air dingin c. Asap rokok d. Debu
7. Gejala yang dapat ditimbulkan pada penyakit ISPA akan bertambah buruk jika anak tidak mendapatkan :
a. Air Hangat b. Susu Formula c. Suplemen d. Imunisasi
8. Asap rokok merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya ISPA karena? a. Menurunkan kemampuan makrofag (sel darah putih) membunuh bakteri
b. Mengiritasi saluran pernapasan c. Membuat batuk
d. Membuat sesak napas
9. Hal yang memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan? a. Kekurangan kekebalan tubuh (antibodi)
b. Kekurangan hormon c. Kekurangan sel d. Kekurangan elektrolit
10. Bila terjadi wabah, maka ISPA sulit di diagnosa karena di sebabkan oleh ? a. Debu
b. Kuman c. Virus d. Udara
11. Berikut adalah gejala yang di timbulkan oleh ISPA yaitu: a. Nyeri tenggorokan, kram, demam dan kaku kuduk
b. Nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, sakit kepala dan demam
c. Batuk-batuk, sakit kepala, kram dan nyeri sendi
d. Demam, kaku kuduk, nyeri sendi, dan nyeri tenggorokan
12. Gejala ISPA seringkali tidak dirasakan penderita sebagai ISPA karena gejala ISPA tersebut?
a. Gejala yang tidak tampak segera dan pemeriksaan diagnosis secara cepat tidak selalu dapat dilakukan
c. Gejala yang tidak tampak segera dan pemeriksaan diagnosis secara cepat selalu dapat dilakukan
d. Gejala yang tampak segera dan pemeriksaan diagnosis secara cepat selalu dapat dilakukan
13. Sewaktu si penderita ISPA batuk, maka orang yang berada di dekatnya? a. Tidak akan tertular
b. Biasa saja
c. Akan terular ISPA
d. Tidak mengalami hal apapun
14. Hal yang dapat dilakukan ketika bersin dan batuk, untuk mencegah penularan ISPA yaitu:
a. Menutup hidung dan mulut b. Menutup hidung dan mata c. Menutup mata dan telinga d. Menutup hidung saja
15.Salah satu penularan ISPA yang sering terjadi yaitu melalui : a. Menangis
b. Berbicara c. Berjabat tangan d. Tertawa
16. Hal-hal berikut yang dapat menularkan agen penyebab ISPA adalah : a. Meludah
b. Menangis
c. Bersentuhan kulit d. Batuk dan bersin-bersin
17. Obat-obatan yang sering digunakan sewaktu menderita ISPA mengandung : a. Obat anti nyeri obat alergi dan obat batuk
b. Obat anti nyeri,obat demam, obat batuk dan obat yang menyebabkan kantuk
c. Obat batuk saja
d. Obat demam dan obat penambah nafsu makan
18. Obat yang juga perlu ditambahkan bila terjadi infeksi bakteri pada ISPA adalah :
a. Vitamin b. Suplemen c. Antibiotik d. Hormon
19. Hal yang tidak seharusnya dilakukan ketika menderita penyakit ISPA yaitu : a. Istirahat
c. Minum obat
d. Di asingkan dari orang lain
20. Upaya pencegahan agar tidak terjadinya penularan penyakit ISPA : a. Mencuci tangan
b. Mandi air hangat c. Pakai sandal d. Mencuci kaki
21. Manfaat mencuci tangan yaitu : a. Agar bersih
b. Menghindarkan dari penularan kuman c. Untuk menghilangkan bau yang tidak enak d. Untuk menghilangkan kotoran
22. Apakah imunisasi penyakit ISPA sudah ada di setiap pelayanan kesehatan ? a. Ada
b. Tidak ada c. Mungkin ada d. Tidak pernah ada
23. Hal lain yang dapat mencegah terjadinya ISPA pada anak adalah : a. Berolah raga
b. Bermain dirumah c. Tidak bersosialisasi
d. Imunisasi dan gizi yang cukup
24. Dengan penanganan yang tidak cepat dan tepat maka akibat fatal yang dapat di sebabkan ISPA yaitu :
Jadwal Penelitian
Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Mengajukan jadwal sidang proposal penelitian Seminar proposal penelitian Revisi proposal penelitian Uji Validitas dan
Reliabilitas instrument Mengajukan izin
melaksanakan pengumpulan data
Penyusunan laporan penelitian Mengajukan jadwal sidang skripsi
Rencana Anggaran Biaya Penelitian
Pembuatan proposal
Biaya print menyelesaikan proposal Rp. 100.000 Foto copy sumber-sumber tinjauan
pustaka
Rp. 100.000
Perbanyak proposal Rp. 100.000
Biaya internet Rp. 100.000
Biaya Sidang Proposal Rp.100.000 Pengumpulan
data
Izin penelitian Rp. 50.000
Transportasi Rp. 300.000
Penggandaan kuesioner Rp. 60.000 Pembelian souvenir Rp. 495.000
Analisis data Biaya print Rp. 200.000
Penjilidan Rp. 200.000
Biaya tidak terduga Rp. 200.000
EXAMINE VARIABLES=Pretes Postes /PLOT BOXPLOT STEMLEAF /COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Notes
Output Created 09-Jul-2013 06:03:03
Comments
Input Data C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data
uji normalitas.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 43
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent
variables are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent variable
or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=Pretes Postes
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:01.014
[DataSet1] C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data uji normalitas.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretes 43 100.0% 0 .0% 43 100.0%
Postes 43 100.0% 0 .0% 43 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Pretes Mean 15.02 .631
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 13.75
Upper Bound 16.30
5% Trimmed Mean 15.13
Median 15.00
Variance 17.118
Std. Deviation 4.137
Minimum 6
Maximum 21
Range 15
Interquartile Range 6
Skewness -.335 .361
Kurtosis -.864 .709
Postes Mean 19.12 .508
Mean Upper Bound 20.14
5% Trimmed Mean 19.35
Median 20.00
Variance 11.105
Std. Deviation 3.332
Minimum 10
Maximum 24
Range 14
Interquartile Range 5
Skewness -1.147 .361
Kurtosis .805 .709
Pretes
Pretes Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
5.00 0 . 68899 12.00 1 . 000012233444 17.00 1 . 55555566777778889 9.00 2 . 000000111
Postes
Postes Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
2.00 Extremes (=<11) .00 1 .
2.00 1 . 23 2.00 1 . 45 5.00 1 . 66777 7.00 1 . 8899999 14.00 2 . 00000001111111 10.00 2 . 2222222233 1.00 2 . 4
Each leaf: 1 case(s)
EXAMINE VARIABLES=Pretes Postes /PLOT STEMLEAF NPPLOT /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Notes
Output Created 09-Jul-2013 06:03:53
Comments
Input Data C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data
uji normalitas.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 43
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent
variables are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent variable
or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=Pretes Postes
/PLOT STEMLEAF NPPLOT
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:02.059
Elapsed Time 00:00:01.825
[DataSet1] C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data uji normalitas.sav
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretes 43 100.0% 0 .0% 43 100.0%
Postes 43 100.0% 0 .0% 43 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Pretes Mean 15.02 .631
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 13.75
Upper Bound 16.30
5% Trimmed Mean 15.13
Median 15.00
Variance 17.118
Std. Deviation 4.137
Minimum 6
Maximum 21
Range 15
Interquartile Range 6
Skewness -.335 .361
Kurtosis -.864 .709
Postes Mean 19.12 .508
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18.09
Upper Bound 20.14
5% Trimmed Mean 19.35
Median 20.00
Std. Deviation 3.332
Minimum 10
Maximum 24
Range 14
Interquartile Range 5
Skewness -1.147 .361
Kurtosis .805 .709
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretes .102 43 .200* .950 43 .058
Postes .186 43 .001 .891 43 .001
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Pretes
Pretes Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
5.00 0 . 68899 12.00 1 . 000012233444 17.00 1 . 55555566777778889 9.00 2 . 000000111
Postes
Postes Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
2.00 Extremes (=<11) .00 1 .
2.00 1 . 23 2.00 1 . 45 5.00 1 . 66777 7.00 1 . 8899999 14.00 2 . 00000001111111 10.00 2 . 2222222233 1.00 2 . 4
RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA
R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR0 0023 VAR00024
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=GUTTMAN
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=MEANS VARIANCE.
Reliability
Notes
Output Created 22-Jul-2013 05:53:58
Comments
Input Data C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\spss
reliabel.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002
VAR00003 VAR00004 VAR00005
VAR00006 VAR00007 VAR00008
VAR00009 VAR00010 VAR00011
VAR00012 VAR00013 VAR00014
VAR00015 VAR00016 VAR00017
VAR00018 VAR00019 VAR00020
VAR00021 VAR00022 VAR00023
VAR00024
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=GUTTMAN
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=MEANS VARIANCE.
Resources Processor Time 00:00:00.078
Elapsed Time 00:00:00.048
[DataSet1] C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\spss reliabel.sav
Warnings
The determinant of the covariance matrix is zero or approximately zero. Statistics based on its
inverse matrix cannot be computed and they are displayed as system missing values.
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Lambda 1 .687
2 .765
3 .717
4 .728
5 .735
6 .
N of Items 24
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 .5667 .50401 30
VAR00002 .6000 .49827 30
VAR00003 .9333 .25371 30
VAR00004 .4000 .49827 30
VAR00005 .7333 .44978 30
VAR00006 .4333 .50401 30
VAR00007 .8000 .40684 30
VAR00009 .8333 .37905 30
VAR00010 .5333 .50742 30
VAR00011 .8000 .40684 30
VAR00012 .5667 .50401 30
VAR00013 .6667 .47946 30
VAR00014 .9667 .18257 30
VAR00015 .2333 .43018 30
VAR00016 .9667 .18257 30
VAR00017 .6000 .49827 30
VAR00018 .6333 .49013 30
VAR00019 .8000 .40684 30
VAR00020 .6000 .49827 30
VAR00021 .9000 .30513 30
VAR00022 .3667 .49013 30
VAR00023 .9000 .30513 30
VAR00024 .7667 .43018 30
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range
Maximum /
Minimum Variance N of
Items
Item
Means
Part 1 .603 .033 .933 .900 28.000 .060 12a
Part 2 .700 .233 .967 .733 4.143 .054 12b
Both Parts .651 .033 .967 .933 29.000 .057 24
Item
Variances
Part 1 .191 .033 .257 .224 7.724 .006 12a
Part 2 .166 .033 .248 .215 7.448 .007 12b
Both Parts .179 .033 .257 .224 7.724 .006 24
a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00007,
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range
Maximum /
Minimum Variance N of
Items
Item
Means
Part 1 .603 .033 .933 .900 28.000 .060 12a
Part 2 .700 .233 .967 .733 4.143 .054 12b
Both Parts .651 .033 .967 .933 29.000 .057 24
Item
Variances
Part 1 .191 .033 .257 .224 7.724 .006 12a
Part 2 .166 .033 .248 .215 7.448 .007 12b
Both Parts .179 .033 .257 .224 7.724 .006 24
a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00007,
VAR00008, VAR00009, VAR00010, VAR00011, VAR00012.
b. The items are: VAR00013, VAR00014, VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019,
VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023, VAR00024.
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Part 1 7.2333 5.220 2.28463 12a
Part 2 8.4000 3.490 1.86806 12b
Both Parts 15.6333 13.689 3.69980 24
a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004, VAR00005,
VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009, VAR00010, VAR00011,
VAR00012.
b. The items are: VAR00013, VAR00014, VAR00015, VAR00016, VAR00017,
VAR00018, VAR00019, VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023,
NPAR TEST
/WILCOXON=Pretes WITH Postes (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 09-Jul-2013 07:19:36
Comments
Input Data C:\Users\silvi\Documents\Data Skripsi\data
uji normalitas.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 43
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TEST
/WILCOXON=Pretes WITH Postes
(PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Timea 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Postes - Pretes Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 39b 20.00 780.00
Ties 4c
Total 43
a. Postes < Pretes
b. Postes > Pretes
c. Postes = Pretes
Test Statisticsb
Postes - Pretes
Z -5.461a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Pendidikan Kesehatan tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Waktu Pertemuan : 15 menit
A. Tujuan
1. TIU : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini masyarakat dapat memperoleh informasi dalam hal mencegah dan mengobati dalam penanggulangan ISPA.
2. TIK : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini masyarakat dapat t : 1. Menjelaskan pengertian ISPA
2. Menyebutkan etiologi dari ISPA 3. Menjelaskan pathogenesis ISPA 4. Menyebutkan tanda dan gejala ISPA 5. Menjelaskan cara penanggulangan ISPA
B. Pokok Bahasan : ISPA C. Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian ISPA 2. Etiologi ISPA 3. Pathogenesis ISPA 4. Tanda dan Gejala ISPA
D. Kegiatan Belajar mengajar
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa Media dan Alat Pengajaran
Pendahuluan 1. Memeberikan soal pretes
2. Menjelaskan TIU dan TIK Memperhatikan penjelasan dan tanya jawab
Penyajian 1. Menjelaskan pengertian ISPA 2. Menyebutkan etiologi dari ISPA 3. Menjelaskan pathogenesis ISPA 4. Menyebutkan tanda dan gejala ISPA 5. Menjelaskan cara penanggulangan ISPA
Memperhatikan penjelasan dan tanya jawab
Leaflet
Penutup 1. Menanyakan kesulitan dalam penjelasan yang dilakukan
2. Menyimpulkan hasil belajar 3. Memberikan soal postes
Tanya jawab
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood dan Mukty, H. Abdul. (2002). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press
Aliviana, Rosy., dkk. (2010). Uji Dua Sampel. Di ambil pada 8 Juni 2013 dari
Beck, C. T., Hugler, B. P., & Polit, D. F., (2001). Essential of Nursing Research : Methods, Appraisals, and Utilization. USA : Lippincott
Brown, Kelli McCormack, et al. (2012). 2011 Joint Committee On Health Education And Promotion Terminology Member dalam American Journal of Health Education, March/April, 2012, Vol. 43, No. 2.
Dempsey, Patricia Ann., & Dempsey, Arthur D. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan. Jakarta : EGC
Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Diambil pada 10 Okober 2012
dari
Depkes RI, (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Di ambil pada 18 Oktober
2012 dari http://www.google.com/url?q=http://www.depkes.go.id/downloads/PROFI
L_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf&sa=U&ei= m77sULvMI4HdkAWI04HYDA&ved=0CBQQFjAA&usg=AFQjCNHOi Y2Ozu8wLWKSGwpIDxwrHR-k-w
Huriah, Titin dan Lestari, Ratna. (2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang ISPA terhadap Kemampuan Ibu dalam Perawatan ISPA pada Balita di Dusun Lemahdadi Kasiban Bantul Yogyakarta. Jurnal Saintika Medika, Vol 5, No 10
Julia, Anita. (2011). Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Kepala Keluarga Yang Kebiasaan Merokok Didalam Rumah Dengan Diluar Rumah Dijorongsaroha Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.Padang : Universitas Andalas
Kozier, Barbara., Erb, Glenora., Berman, Audrey., Snyder, Shirlee J., (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Volume 1 Edisi 7 .Jakarta : EGC
Nurhidayah, Rika Endah. (2010). Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan Untuk Perawat. Medan : USU Press
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Imu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Rasmaliah. (2004). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan Penanggulangannya. USU digital library.
Sari Wayuni, Arlinda. (2010). Statistika Kedokteran. ISBN
Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Setiawati, S. dan Dermawan, A.C. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendididkan Kesehatan. Jakarta : Trans Info Media
Suliha, Uha.,dkk. (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan Cetakan I. Jakarta : EGC.
ViAeW7oGIBA&usg=AFQjCNEI_JSGvrD2UhEM5xw1Czeqm-1icA&bvm=bv.48705608,d.aGc
Wardhani,E., Pharmawat,K., Sururi, M.Rangga., Kurniati,N. (2010). Hubungan Faktor Lingkungan,Sosial-Ekonomi, Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Insfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Kelurahan Cicadas Kota Bandung. Seminar Nasional Sains & Teknologi – III.Lembaga Penelitian– Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010 WHO. (2008). Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jenewa : WHO Diambil pada12 Oktober 2012 dari http://www.google.com/url?q=http://www.who.int/csr/resources/publicatio ns/WHO_CDS_EPR_2007_8bahasa.pdf&sa=U&ei=isTsUOfiCseSkwXfp YCYBg&ved=0CBQQFjAA&usg=AFQjCNGqYpzeIAfr3s3G_BmjTPnqg zpKRg
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Medan Denai. Penelitian ini menggunakan satu kelompok intervensi dengan pemberian serangkaian tes atau perlakuan, yaitu pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA.
Pada awal penelitian, penelit memberian pretes dengan sejumlah pernyataan tertentu di kuesioner kepada kelompok intervensi.
Kemudian kelompok intervensi ini diberikan perlakuan yaitu pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA yang meliputi pengertian, pathogenesis,etiologi, tanda dan gejala, penyebaran infeksi, dan penanggulangan penyakit ISPA.
Pada akhir penelitian, peneliti menilai kembali dengan memberikan kuesioner atau tes akhir kepada keluarga di Puskesmas Medan Denai ini, untuk melihat hasil yang diharapkan dari proses pendidikan kesehatan tadi.
Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada sketsa di bawah ini :
Tes Awak
1 2
Efektif
Tidak efektif
Skema 1: Kerangka Penelitian
[image:39.595.106.508.121.466.2]3.2 Defenisi Operasional
Tabel 1: Defenisi operasional variabel pada penelitian efektivitas pendididkan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA
No. Variabel Defenisi Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Variabel Dependen: Pengetahuan Kemampuan individu dalam proses pikir dalam hal mengingat dan mengetahui tentang Menggunakan Kuisioner sebanyak 24 pertanyaan, dengan empat pilihan jawaban Skor Nilai 0-24 dengan kategori: Baik: 17-24 Sedang: 9-Ordinal
Tes Awal (Pretest)
1 Intervensi
Tes Akhir (Postest) 2
Pendidikan Kesehatan tentang ISPA:
- Pengertian penyakit ISPA - Etiologi Penyakit ISPA - Patofisiologi Penyakit
ISPA
- Tanda dan Gejala Penyakit ISPA
penyakit ISPA yang meliputi: pengertian, pathogenesis, etiologi, tanda dan gejala, penyebaran
infeksi, dan penanggulangan penyakit ISPA.
dimana
jawaban yang benar bernlai 1 dan salah bernilai 0
16
Cukup: 0-8
3.3 Hipotesa
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
[image:41.595.106.515.362.405.2]Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu atau quasi eksperimen untuk mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga pada penyakit ISPA di Puskesmas Medan Denai. Dalam hal ini digunakan design 1 kelompok untuk sebelum dan sesudah intervensi (one group pre-post test).
Tabel 2 : Desain penelitian eksperimen semu satu kelompok pre-post tes
Pretes Perlakuan Postes
O1 X O2
Keterangan:
a. O1 adalah pretes, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner tertutup untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA.
b. X adalah intervensi yang dilakukan, yaitu pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA
4.2 Populasi dan sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki penderita ISPA di Puskesmas Medan Denai. Jumlah penderita ISPA selama 2 bulan terakhir berjumlah yaitu 102 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki penderita ISPA di Puskesmas Medan Denai dengan menggunakan Nonprobability sampling yaitu Accidental sampling. Sampel dipilih hanya berdasarkan ketersediaannya, yaitu keluarga yang memiliki penderita ISPA di tempat yang tepat dan di waktu yang tepat sesuai dengan tujuan peneliti. (Dempsey & Dempsey, 2002). Besarnya sampel yang digunakan pada penelititan ini menggunakan Rumus Slovin yang dikutip dalam Notoadmojo (2003) yaitu :
n = N
N. d2+ 1
dimana:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = galat pendugaan
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah keluarga yang memiliki penderita ISPA, di mana data awal yang diperoleh berdasarkan data yang berasal dari Puskesmas Medan Denai . Penelitian dilaksanakan setelah dilaksanakan pada 15 April 2013 sampai 30 Juni 2013.
4.4 Pertimbangan Etik
Peneliti yang bekerja bersama manusia harus selalu ingat bahwa subjek mereka adalah manusia nyata yang memiliki kebutuhan dan keinginannya sendiri, bukan hanya selembar kertas. Sampai saat ini, kode etik untuk riset bersubjek manusia sudah dikembangkan untuk memastikan adanya perlindungan martabat dan keselamatan subjek serta kelayakan riset yang melibatkan manusia sebagai subjek. (Dempsey & Dempsey, 2002)
Human Rights Guidelines for Nurses in Clinical and Other Research rahun 1985, dikeluarkan oleh American’s Nurses Association, berisi tanggung jawab perawat dalam praktik, pendidikan, dan riset bagi perlindungan hak-hak subjek manusia dalam riset. Dokumen ini membahas tiga hak dasar, yaitu:
1. Hak untuk bebas dari resiko cedera instrinsik
2. Hak privasi dan martabat
Peneliti harus melakukan setiap upaya untuk menghindari invasi terhadap privasi subjek dan/atau menempatkan mereka pada situasi yang merendahkan diri atau tidak berkemanusiaan.
3. Hak anonimitas
Identitas subjek yang ikut serta dalam studi jangan diperlihatkan dan jangan disebutkan saat pembahasan atau publikasi hasil peneliti, termasuk foto subjek. (Dempsey & Dempsey, 2002)
Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus dalam ujian proposal penelitian untuk selanjutnya mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Kepala Puskesmas Medan Denai. Dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik penelitian, yaitu : menjelaskan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk menandatangani informed consent ataupun memberikan persetujuan secara lisan.
4.5 Instrumen Penelitian
Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data yang disebut kuesioner. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian pertama adalah kuesioner untuk data demografi (KDD). Sedangkan pada bagian kedua adalah kuesioner untuk pengetahuan terhadap penyakit ISPA.
a. Kuesioner demografi pasien
Kuesioner data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi kode, usia, jenis kelamin, agama, suku, dan tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga serta sudah pernah menerima pendidikan kesehatan atau tidak.
b. Kuesioner pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA
bersifat tegas dan komitmen dengan memberikan hasil jawaban dari pertanytaan: benar dan salah, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila skor salah nilainya 0.
Hasil ukur instrumen penelitian ini akan menentukan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA dengan kriterta:
Baik: 17 - 24 Sedang: 9 - 16 Cukup: 0 - 8
Setelah proses pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner pada responden maka yang dilakukan pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi. Prosesnya meliputi editing, coding, entry dan analisa data. Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data, coding merupakan proses pengkodean data dimana data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer sedangkan entry merupakan proses pemasukan data kedalam program komputer (Sari Wahyuni, 2010)
4.6 Uji Validitas
1. Relevansi isi instrument
Isi instrument harus disesuaikan dengan tujuan penelitian untuk dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya dapat dijabarkan dalam defenisi operasional.
2. Relevansi sasaran subjek dan cara pengukuran
Instrument yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap subjek penelitian. (Nursalam, 2003)
Instrument pada penelitian ini hanya melakukan uji validitas isi (content validity). Pada penelitian ini uji validitas isi pada instrument dilakukan oleh dosen yang ahli dan berpengalaman dalam hal penyakit ISPA yaitu oleh dosen Fakultas Keperawatan. Instrument yang disusun awalnya berjumlah 25 item pertanyaan namun setelah dilakukan validitas isi selama 3 kali berturut-turut maka instrument yang valid berjumlah 24 item pertanyaan.
4.7 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil ukur atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peran yang penting dalam waktu yang bersamaan. (Nursalam, 2003)
Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat reliabilitas dalam pengumpulan data dalam bidang keperawatan, yaitu:
2. Ekuivalen, artinya pengukuran memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama.
3. Homogenitas (kesamaan), artinya instrumen yang dipergunakan herus mempunyai isi yang sama. (Setiadi, 2007)
Uji reliabilitas akan diujikan pada 30 responden di luar populasi yaitu di puskesmas Medan Denai. Analisa data untuk uji reliabilitas menggunakan teknik komputerisasi yaitu SPSS 16 dengan uji analisa datanya dengan menggunakan Kuder Richardson 21 (KR – 21).
Kuesioner pengetahuan keluarga tentang ISPA disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Oleh karena itu penting dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritonga, 2000). Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002).
4.8 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap penetahuan keluarga pada penyakit ISPA. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dengan cara :
1) Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU.
2) Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Dinas Kesehatan Kota Medan.
3) Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Puskesmas Medan Denai.
4) Setelah mendapat izin, kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian bekerja sama dengan Puskesma Medan Denai bagian pengumpulan data ISPA untuk mengetahui berapa jumlah penderita ISPA yang ada pada saat penelitian dilakukan.
5) Mendatangi rumah penderita penyakit ISPA.
6) Menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat penelitian. 7) Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan
menandatangani informed consent.
8) Mengidentifikasi pengetahuan awal keluarga tentang penyakit ISPA (pretest) dengan menggunakan kuesioner selama 15 menit.
materi penyuluhan yang tidak dimengerti atau ada yang ingin ditanyakan mengenai materi penyuluhan tersebut.
10) Mengidentifikasi kembali pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA (posttest) dengan menggunakan kuesioner setelah pendidikan kesehatan minimal satu hari berikutnya dilakukan selama 15 menit.
11) Mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk memeriksa kelengkapan pengisian dan bila ada data yang kurang bisa langsung dilengkapi.
12) Data yang telah terkumpul kemudian diolah/dianalisa.
4.9 Analisa Data
Analisa data penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan berupa pengecekan nama, kelengkapan identitas, dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Data yang diperoleh diidentifikasi dengan mentabulasikan data yang telah terkumpul. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan program komputerisasi untuk mendeskripsikan frekuensi dan persentasi data demografi.
Lazimnya uji ini digunakan untuk kenormalan data. Bila p (signifikansi) >0.05 maka distribusi tersebut normal. Namun kebalikannya bila p (signifikansi) <0.05 maka distribusi tersebut tidak normal. (Wahyuni, Arlinda S, 2010). Berikut merupakan hasil dari uji normalitas yang telah dilakukan.
Tabel 3 : Uji normalitas berdasarkan Uji Kolmogorov Smirnov
Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa data pada pretest terdisdtribusi normal (p value > 0.05) sedangkan data pada posttest tidak terdistribusi secara normal (p value < 0.05).
4.9.1 Analisa Univariat
Analisa univariat menggunakan analisa data demografi, yaitu analisa yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penellitian. Analisa data kategorik (jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, suku, pendapatan keluarga, dan pernah/tidak mendapatkan pendidikan kesehatan) dijelaskan dengan nilai dari jumlah dan hasil presentasi dengan menggunakan tabel. Sedangkan untuk analisa data numerik (usia) dianalisa dengan mean, median, standar deviasi, minimal dan maksimal dengan 95% confident interval mean.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretes .102 43 .200 .950 43 .058
4.9.2 Analisa Bivariat
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan sejak 15 April 2013 sampai 30 Juni 2013 di Puskesmas Medan Denai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden dan perbedaan pengetahuan keluarga tentang ISPA sebelum dan sesudah menerima pendidikan kesehatan.
5.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 4: Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi (n=43)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia
17-28 16 37.2
29-41 16 37.2
42-53 11 25.6
M=33.95; SD=1.02 Jenis Kelamin
Lk 1 2.3
Pr 42 97.7
Status
Ayah 1 2.3
Ibu 31 72.1
Kakak 8 18.6
Nenek 2 4.7
Tante 1 2.3
Agama
Islam 41 95.3
Katolik 2 4.7
Suku
Aceh 5 11.6
Batak 1 2.3
Jawa 18 41.9
Mandailing 9 20.9
Melayu 2 4.7
Minang 8 18.6
Pendidikan Terakhir
PT 5 13.9
SMA 27 62.8
SMP 6 14.0
SD 4 9.3
Pendapatan Keluarga
Kurang dari Rp. 1.305.000,- 15 34.9
Lebih dari Rp. 1.305.000,- 28 65.1
Menerima Pendidikan Kesehatan Sebelumnya
Pernah 11 25.6
5.1.3 Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Keluarga
tentang ISPA
[image:55.595.111.516.339.404.2]Berdasarkan hasil penelitian efektifitas variabel penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang ISPA responden menggunakan uji statistic Wilcoxon test, menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan efektif terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang ISPA ke arah yang lebih positif.
Tabel 7 : Hasil uji statistik Wilcoxon test pengetahuan tentang ISPA sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada responden
Pada tabel 7 tes signifikasi tes wilcoxon menggunakan harga kritik Z, untuk tes dua ekor pada tingkat signifikasi 0.05 atau pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh harga Z kritik sebesar -1.96. Jika harga kritik ini dibandingkan dengan harga Z
perhitungan (-5.461), ternyata harga Z kritik jauh lebih besar daripada harga perhitunganya, oleh karenanya hipotesis nihil yang diajukan ditolak pada taraf signifikasi 0.05%. dan p value < 0.05 ( .000) sehingga dengan demikian hipotesis alternatifnya diterima (Aliviana, dkk. 2010). Dan peneliti dalam hal ini dapat membuat kesimpulan, bahwa ada perbedaan pengetahuan secara signifikan, antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada responden atau dengan artian lain, bahwa pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan.
Variabel Uji Wilcoxon test Postes - Pretes
Pengetahuan Z -5.461
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, dilakukan pembahasan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA di Puskesmas Medan Denai.
Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Keluarga tentang
ISPA
Hasil pengujian bivariat untuk variabel pengetahuan didapatkan perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan (p=0.000). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Titin Huriah dan Ratna Lestari (2009) tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang ISPA terhadap Kemampuan Ibu dalam Perawatan ISPA pada Balita di Dusun Lemahdadi kasiban Bantu Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan kemampuan ibu dalam perawatan ISPA pada balita sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan di defenisikan sebagai proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu menjadi mampu mengenai masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang telah mendapatkan pendidikan kesehatan maka tingkat pengetahuan dan sikap akan meningkat dan diaplikasikan melalui perilkau keluarga dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk melakukan tindakan. Pendidikan kesehatan sangat diperlukan bukan hanya supaya terhindar dari penyakit tetapi juga untuk peningkatan kualitas hidup (Syahrani, dkk. 2011)
Dari hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon test (Z = -5.461) terlihat perbedaan mean yang signifikan antara pengetahuan tentang ISPA sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ISPA dengan taraf signifikansi 0.000 (p<0.05). Data ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian yang menyatakan ada perbedaan pengetahuan tentang ISPA sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ISPA adalah dapat diterima.
positif karena telah menerima informasi yang lebih banyak. Namun hal itu tidak menjadi hal yang utama, dimana pengalaman juga dapat mengubah pengetahuan seseorang. Pada penelitian ini usia rata-rata responden yaitu 34 tahun. Dalam hal ini berarti responden telah memiliki pengalaman dalam mengobati ataupun mencegah jika terjadi suatu masalah kesehatan.
Hasil penelitian ini di dukung oleh pendapat Purwanto (1998) bahwa sikap seseorang termasuk sikap mengenai kesehatan dapat berubah dengan pemberian informasi yang tepat diantaranya melalui penyuluhan. Penyuluhan yang dilakukan dapat mempengaruhi sikap seseorang maupun masyarakat dan disampaikan bahwa penyuluhan juga dapat berfungsi sebagai pendorong terjadinya perubahan perilaku yang dapat menarik perhatian masyarakat terhadap usaha-usaha menuju perilaku hidup sehat (Suliha 2002).
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penelitian yang dilakukan mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi berikut ini :
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran umum usia responden bervariasi yaitu 17-24 tahun (37.2%), 29-41 (37.2%), dan 42-53 (25.6%) dengan usia rata-rata 33.95 tahun. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (97.7%), berstatus sebagai ibu (72.1%), bersuku Jawa (41.9%), beragama islam (95.3%), memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA (62.8%) dan tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan sebelumnya (65.1%).
Berdasarkan hasil penelitian efektifitas variabel penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang ISPA responden menggunakan uji statistic Wilcoxon test, menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan efektif terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang ISPA ke arah yang lebih positif dengan menggunakan harga kritik Z, untuk tes dua ekor pada tingkat signifikasi 0.05 atau pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh harga Z kritik sebesar -1.96. Jika harga kritik ini dibandingkan dengan harga Z perhitungan (-5.461), ternyata harga Z
nihil yang diajukan ditolak pada taraf signifikasi 0.05%. dan p value <0.05 ( .000) sehingga dengan demikian hipotesis alternatifnya diterima.
6.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberikan rekomendasi kepada berbagai pihak antara lain :
6.1.1 Praktek Keperawatan
Dari hasil penelitian didapat bahwa pendidikan kesehatan mengenai ISPA dapat mengubah perliaku kesehatan masyarkat kea rah yang lebih baik yang diawali dari perubahan pengetahuannya, sehingga perawat komunitas dalam hal ini perawat Puskesmas perlu mengaktifkan kembali program pemberikan pendidikan kesehatan secara berkala agar dapat mengubah kesadaran dan pola pikir masyarakat akan pentingnya kesehatan.
6.1.2 Penelitian Selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan
Dalam keperawatan, pendididkan kesehatan erupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mendiri untuk memebnatu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai pendidik.
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO tahun 2012, mendefenisikan pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang secara sadar dibangun kesempatan untuk belajar yang melibatkan beberapa bentuk komunikasi untuk meningkatkan health literacy, termasuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hidupyang kondusif untuk kesehatan individu dan masyarakat.
Sedangkan menurut Brown, dkk (2012) mendefenisikan pendidikan kesehatan merupakan setiap kombinasi pengalaman belajar yang direncanakan dengan menggunakan praktik berbasis bukti dan/atau teori yang memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan dan mempertahankan perilaku sehat.
proses pembelajaran atau pendidikan sistematis yang ditujukan kepada individu, kelompok atau masyarakat yang berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan.
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1954) yang di kutip oleh Notoadmodjo (1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut meliputi:
1. Menjadikan kesehatan individu sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat. 2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan di perinci oleh Wong (1947) yang dikutip Tafal (1984) sebagai berikut:
1. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggungjawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakat.
2. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sekit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.
4. Agar orang mempelajari apa yang dapat ia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan kesehatn yang formal.
(Suliha, 2002)
WHO (2012) juga menyebutkan bahwa tujuan pendidikan kesehatan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku kesehatan pribadi tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan yang menampilkan kelayakan politik dan organisasi dari berbagai bentuk tindakan untuk mengatasi determinan sosial, ekonomi dan lingkungan kesehatan
Dari beberapa uraian tentang tujuan tersebut diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku hidup masyarakat untuk mencapai tujuan hidup yang sehat dengan meningkakkan pengetahuan terlebih dahulu.
2.1.3 Proses Pendidikan Kesehatan
subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan tekhnik belajar, alat bantu belajar, materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran adalah hasil belajar itu sendiri, yaitu berapa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.
Beberapa ahli pendidikan mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni faktor materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi, dan sebagainya. Dalam pendidikan kesehatan subjek belajar ini dapat berupa individu kelompok atau masyarakat.
2.1.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut Setiawati (2008) ruang lingkup pendidikan kesehatan berdasarkan aspek kesehatan yaitu:
1. Aspek Promotif
Sasarannya adalah masyarakat yang ada dalam rentang sehat, sehingga perlu dipertahankan status kesehatannya
2. Aspek preventif - Pencegahan primer
- Pencegahan sekunder
Sasaran dari pencegahan sekunder adalah para penderita yang mengalami pemyakit kronik.
- Pencegahan tersier
Sasarannya adalah penderita yang baru sembuh dari sakitnya.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi. Menurut Notoadmojo (2007) Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi antara lain dimensi sasaran penddikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
Berdasarkan dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni:
1. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu 2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Sedangkan berdasarkan dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya akan berberda pula, misalnya:
1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid 2. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran
keluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya
Dan berdasarkan dimenti tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark, yaitu:
1. Promosi Kesehatan (Health promotion)
Dalam hal ini, pendidikan kesehatan yang di perlukan nisalnya dapat berupa dalam hal peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorangan dan sebagainya.
2. Perlindungan Khusus (Specific protection)
Salah satu contoh pendidikan kesehatan yang dapat di berikan pada tingkat ini misalnya program imunisasi sebagai pelayanan perlindungan khusus terutama di negara-negara berkembang. Hal ini dapat di karenakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anak masih sangat rendah.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prampt treatment) Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa bahkan tidak mau di obati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan di perlukan pada tahap ini.
4. Pembatasan cacat (Disability limitation)
pengobatannya terhadap suatu penyakit sehingga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan akan beresiko menganlami kecacatan atau ketidakmampuan. Sehingga pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, sebagian orang akan mengalami kecacatan. Sehingga untuk memulihkan kekecacatannya diperlukan beberapa latihan-latihan tertentu. Dan juga dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, ia enggan mengikuti latihan-latihan tersebut. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan pada tahap ini untuk orang yang bersangkutan ataupun masyarakat yang terkadang tidak mau menerima mereka sebagai masyarakat yang normal.
2.2 Pengetahuan (Ranah Kognitif)
2.2.1 Tingkatan Perilaku Kognitif 2.2.1.1Pengetahuan
Pengetahuan yaitu kemampuan individu untuk menghapal, mengingat, mendefenisikan, atau mengidentifikasi informasi tertentu, seperti fakta, peraturan, prinsip, kondisi dan syarat yang disajikan selama pendidikan kesehatan. Misalnya untuk topik penyakit ISPA, pada tahap ini msyarakat diharapkan akan mampu menyebutkan pengertian ISPA, atau mampu menyebutkan cara pencegahan penyakit ISPA.
2.2.1.2Pemahaman
Pemahaman yaitu kemampuan individu untuk memperlihatkan suatu pemahaman atau pengertian terhadap apa yang disampaikan dengan cara menafsirkannya ke bentuk lain atau mengenalinya dalam bentuk yang sudah diubah, misalnya menyampaikan kembali gagasan yang sudah di sampaikan dengan kata-kata sendiri. Misalnya pada tahap tentang penyakit ISPA, masyarakan diharapkan akan mampu menjelaskan bahwa pentingnya kebersihan tangan merupakan salah satu pencegahan terhadap penyakit ISPA.
2.2.1.3Penerapan
2.2.1.4Analisa
Analisa yaitu kemampuan individu untuk mengenali dan menyusun informasi dengan cara menguraikannya menjadi bagian—bagian yang lebih terperinci dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
2.2.1.5Sintesa
Sintesa yaitu kemampuan individu untuk menggabungkan bagian-bagian atau unsure-unsur menjadi satu kesatuan dalam bentuk yang lebih sistemtis baik ditulis, diucapkan, digambarkan, dan sebagainya.
2.2.1.6Evaluasi
Evaluasi yaitu kemampuan individu untuk memberikan penilaian dalam bentuk esai, desain, atau tindakan dengan cara menerapkan standar atau criteria yang tepat (Nurhidayah, 2010)
2.3 Keluarga
pada kelompok ini, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik kepada keturunan mereka (Notoadmojo, 2007).
2.3.1 Pengertian Keluarga
Menurut Kozier (2010) mendefenisikan keluarga merupakan unit dasar dari msyarakat. Keluarga terdiri dari beberapa individu, pria dan wanita, muda ataupun tua, terkait secara hukum ataupun tidak, terkait secara genetik maupun tidak, yang dianggap satu sama lain sebagai orang terdekat.
2.4 Penyakit ISPA
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. (WHO, 2008)
2.4.1 Pengertian Penyakit ISPA
Sedangkan menurut WHO (2008), ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia.
2.4.2 Patogenesis Penyakit ISPA
Menurut Alsagaff dan Mukty (2002), saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsure alami yang terdapat pada orang sehat, yaitu:
1. Kebutuhan epitel mukosa dan gerak silia 2. Makrofag alveoli
3. Antibodi setempat
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang epitel-epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu kebutuhan lapisan mukosa dan gerak sila adalah:
1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara 2. Sindroma imotil
3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih)
Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan adalah IgA. Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang terjadi pada anak.
Gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung pada:
1. Karakteristik inokulum
Karakteristik inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi jasad renik yang masuk.
2. Daya tahan tubuh
Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa, gerak mukosilis, makrofag alveoli dan IgA.
3. Umur
Umur memiliki pengaruh yang besar. ISPA yang terjadui pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik bila di bandingkan dengan orang dewasa. Gambaran klinik yang jelek dan tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah.
2.4.3 Etiologi Penyakit ISPA
2.4.4 Tanda dan Gejala Penyakit ISPA
Tanda dan gejala yang dapat diamati pada pendertia penyakit ISPA yaitu: rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis, suhu badan meningkat 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia, dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare (Alsagaff dan Mukty, 2002).
2.4.5 Penyebaran Penyakit ISPA
Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi yaitu: 1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk
2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin. 3. Melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad
renik (hand to hand transmission)
2.4.6 Penanggulangan Penyakit ISPA 2.4.6.1Pengobatan
Terapi/pengobatan di tujukan untuk: 1. Simtomatik dan Paliatif
Obat-obatan yang dapat diberiakan yaitu obat dari golongan antipiretik dan analgetik, antitusif, hipnotika, roboransia,dan istirahat yang cukup.
2. Penyulit
Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada penderita PPOM atau asma bronkian dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta-adrenergik. Antibiotika juga perlu ditambahkan bila terjadi infeksi sekunder bakteri (Alsagaff dan Mukty, 2002).
2.4.6.2Pencegahan
penyebabnya sering tidak langsung diketahui. Selain itu, intervensi farmasi (vaksin, antivirus, antimikroba) untuk ISPA mungkin tidak tersedia.(WHO, 2008)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti Diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), TB paru, malaria, dan Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tingginya kejadian penyakit tersebut antara lain disebabkan masih buruknya keadaan sanitasi lingkungan, bahkan penyakit ISPA merupakan pembunuh utama kematian bayi serta balita di Indonesia. Merujuk konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra, Australia, pada Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun akibat ISPA. Pada akhir 2000, diperkirakan kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia mencapai lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Artinya, pneumonia mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit (Wardhani, dkk, 2010).
Angka penderita ISPA termasuk pneumonia yang meninggal di Sumatera Utara menempati urutan ke 7 dari 33 propinsi yaitu CFR (Case Fatality Rate) balita 0-4 tahun 0.35%. (Depkes, 2012).
Berdasarkan data yang di peroleh langsung ke Puskesmas Kecamatan Medan Denai maka penderita ISPA di bawah 5 tahun pada tahun 2011 berjumlah 632 orang dan pada tahun 2012 berjumlah 648 orang. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan angka kejadian ISPA pada balita.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan agen penyebab penyakit ISPA, salah satunya yaitu kondisi lingkungan yang buruk dapat menjadi media penyebaran berbagai penyakit, hal ini sesuai seperti yang di ungkapkan dalam penelitian Wardhani, dkk (2010). Berkaitan dengan hal ini, peneliti mengobservasi keadaan lingkungan Kecamatan Medan Denai masih terdapat masalah lingkungan seperti: masyarakat masih membuang sampah sembanrangan dengan kondisi beberapa parit yang masih terdapat sampah, kepala keluarga yang dominan menghisap rokok dan daerah yang dekat dengan pasar.
Berkaitan dengan data ini, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yaitu: pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pengendalian penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. (Depkes RI, 2007)
pengetahuan ibu terhadap kejadian penyakit ISPA. Berkaitan dengan hal ini maka langkah yang tepat agar dapat menangani masalah ISPA adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan yang merupakan proses memberikan informasi kepada individu, atau kelompok untuk tujuan adanya perubahan positif pada hubungan kebiasaan dan perilaku hidup sehat. Banyak penyakit dan situasi dapat dicegah dengan sederhana, pendidikan kesehatan menggunakan metode dan paket yang mudah dipahami dan diterima masyarakat. Fokus dari intervensi kesehatan masyarakat adalah untuk mencegah daripada mengobati penyakit, melalui pengawasan kasus dan promosi perilaku hidup sehat. Perilaku sehat dicapai melalui kesehatan pendidikan. Oleh karena itu setiap penyedia layanan kesehatan harus terlibat dalam pendidikan kesehatan dalam memberdayakan masyarakat (E.O, 2011).
melalui pendidikan kesehatan yang diberikan. Namun masyarakat di daerah Kecamatan Medan Denai juga hampir tidak mendapatkan informasi ataupun penyuluhan mengenai penyakit ISPA, mereka hanya sekedar mengetahui bahwa obat-obatan yang dapat digunakan sebagai penanggulangan penyakit ISPA berdasarkan pengalaman mereka sendiri.
Oleh sebab itu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang baik harus dimulai dari keluarga. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam pencegahan suatu penyakit. Orang tua yang memiliki peran yang buruk dalam menjaga kesehatan keluarga akan mempengaruhi angka kesehatan anggota keluarga terutama anggota keluarga yang masih balita (Notoadmojo, 2007).
Keluarga memiliki banyak peran dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya salah satunya keluarga melindungi kesehatan fisik dari setiap anggota keluarganya. Setiap keluarga memiliki nilai dan keyakinan yang unik sesuai dengna budaya asal mereka dan hal tersebut menentukan struktur, metode interaksi, praktik perawatan kesehatan dan mekanisme koping keluiarga. (Kozier dkk, 2010).
Berdasarkan dari masalah inilah, peneliti tertarik melakukan penelitian “Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA”
1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah efektifitas pendididkan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA di Puskesmas Medan Denai?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk pendidikan keperawatan
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada civitas akademika tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan kepala keluarga pada penyebaran penyakit ISPA.
1.4.2 Untuk Praktek keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan pengetahuan kepada perawat khususnya perawat komunitas tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA agar dapat dipraktikkan di masyarakat.
1.4.3 Untuk penelitian selanjutnya
Title : The Effectiveness Of The Health Education To The Family Knowledge About The Acute Infection Of The Respiratory Tract (ISPA) At The Public Health Center In Medan Denai
Name : Silvi Dellani NIM : 091101022 Major : Nursing Year : 2013
Abstract
The existence of the diseases basing on the environment, such as diarrhea, ISPA (the acute infection of the respiratory tract), tuberculosis (TB), malaria and DBD (dengue fever) still becomes a public health problem. The number of ISPA victim, including the pneumonia one who died in North Sumatera, is in the seventh place from the 33 provinces; that is, the CFR (Case Fatality Rate) of the toddler (0-4 years old) reaches 0.35%. ISPA is mainly influenced by mothers’ knowledge about how ISPA occurs. For that reason, there must be some effective steps taken in order to handle ISPA. The steps are by giving a health education which is a process of delivering information to both individuals and groups of people in order to obtain a positive change towards the relationship between the habits/custom and the healthy lifestyle. This research has a goal which is to identify the effectiveness of the health education to the family knowledge related to ISPA (the acute infection of the respiratory tract) in the public health center in Medan Denai. This design of the research is the quasy experiment. The health education to the family knowledge about ISPA in the research was done from the 27th May – 30th June 2013. It is based on the technique of the nonprobability sampling, which is the accidental sample obtaining 43 people as the sample. For these 43 samples, the measurement of their knowledge about ISPA during pre-test and post-test was done. All the data were written on questionnaire sheet of the family knowledge about ISPA. Later on the research data were analyzed by using the descriptive statistical test and the inferential one. Based on the result of the data analysis by using Wilcoxon test, it shows that the knowledge about ISPA during the pre-test is different from one during the post-test (Z=-5.461 p=0.000). this finding shows that there is a significant difference of the knowledge about ISPA after the health education. The conclusion of the finding indicates that the health education is effective to improve the family knowledge about ISPA. Considering the research result, it is recommended to socialize the health education about ISPA for the public, especially for the families, so that they can gather enough information related to ISPA, especially about the way to avoid and the cure ISPA.
Judul : Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Keluarga t