• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara

Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di

Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta

Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang

Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

Diajukan Oleh : ITA FEBRINA SINURAYA

1009220

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Universitas Sumatera Utara

Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di

Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta

Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batukarang

Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

Diajukan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Serjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NAMA: ITA FEBRINA SINURAYA NIM :1009220

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(3)

i Universitas Sumatera Utara LEMBARAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Ita Febrina Sinuraya NIM : 100922020

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Batu Karang Kercamatan Payung Kabupaten Karo

(Studi deskriptif Kualitif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan di terima sebagai bagian persyarakatan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Serjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji……….(tanda tangan) Penguji………(tanda tangan) Penguji Utama………(tanda tangan)

(4)

ii Universitas Sumatera Utara KATA PENGHANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Atas berkat dan kasih-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)”. Penulisan Skripsi dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Serjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

Secara khusus saya menyampaikan rasa terima kasih yang terdalam kepada ayahanda Sahrum Sinuraya, Ibunda Nurlena br Bangun, serta kakak Emra Sinuraya, Iche Sinuraya, Arif Sinuraya, dan Hendra Ginting atas doa, dukungan materi dan moril yang diberikan untuk motivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara. Serta seluruh jajaranya.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing saya.

4. Seluruh Dosen dan Staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing mulai dari semester awal hingga saya menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

(5)

iii Universitas Sumatera Utara 6. Buat temen Ekstensi Komunikasi 2010 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah banyak membantu memberi semangat dan bantuan menyelesaikan skripsi ini.

7. Para informan yang telah bersedia memberikan informasi yang diperlukan serta selutuh pegawai kantor Kepala Desa dan Kecamatan Payung serta masyarakat sekitar.

Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati saya berharap pembaca dapat memberikan saran dan keritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam pengetahuan dan pengalaman saya. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Desember 2013

(6)

iv Universitas Sumatera Utara LEMBARAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebaga citivas akademik Universitas Sumatra Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ita Febrina Sinuraya NIM : 100922020

Departemen : Ilmu Komunikasi

Universitas : Universitas Sumatra Utara Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatra Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ( Non-ekslucive Royalti – Free Righ).

Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Batu Karang Kercamatan Payung Kabupaten Karo ( Studi deskriptif Kualitif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo ).

Berseta perangakat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatra Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan datab (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Yang menyatakan

(7)

v Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan dalam suku Karo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitia n kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.

Peneliti mengunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitiannya yaitu komunikasi, komunikasi kelompok dan komunikasi budaya. Penelitian ini melibatkan Sembilan orang informan yang merupakan Ketua Adat, masyarakat desa Batu Karang, dan pemuda desa Batu Karang yang di peroleh dengan

Purposive Sampling, penelitan kualitatif tetap dihadapkan pada orang-orang yang dapat mengungkapkan informasi dan orang itu bisa sedikit dan bisa banyak, bisa homogen sifatnya dan karakteristiknya, bisa juga berbeda. Hasil penelitian menemukan tentang proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan yang menjadi tradisi dan tetap dilaksankan, tentang sebelum dilaksanakannya Pesta Budaya Tahunan sampai pelaksanannya dalam Guro-guro Aron dan acara silaturahmi keluarga tiap rumah tangga serta memasak lemang sebagai makanan khasnya.

(8)

vi Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI KUALITATIF

HALAMAN JUDUL

LEMBARAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGHANTAR ... i

LEMBARAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv

ABSTAK ... v 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 13

2.2 Kajian Pustaka ... 14

2.3 Model Teoristis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 31

3.2 Objek Penelitian ... 39

3.3 Subjek Penelitian ... 40

3.4 Kerangka Analisis ... 41

3.5 Tehnik Pengumpulan Data (termasuk waktu penelitian) ... 42

(9)

vii Universitas Sumatera Utara 5.3 Saran Akademik/ Teoristis ... 100 5.4 Saran Praktis ... 100

(10)

viii Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMABAR

(11)

ix Universitas Sumatera Utara DAFTAR REFRENSI

LAMPIRAN

- Biodata Penelitian - Daftar Bimbingan Skripsi - Hasil Wawancara

(12)

v Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan dalam suku Karo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitia n kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.

Peneliti mengunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitiannya yaitu komunikasi, komunikasi kelompok dan komunikasi budaya. Penelitian ini melibatkan Sembilan orang informan yang merupakan Ketua Adat, masyarakat desa Batu Karang, dan pemuda desa Batu Karang yang di peroleh dengan

Purposive Sampling, penelitan kualitatif tetap dihadapkan pada orang-orang yang dapat mengungkapkan informasi dan orang itu bisa sedikit dan bisa banyak, bisa homogen sifatnya dan karakteristiknya, bisa juga berbeda. Hasil penelitian menemukan tentang proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan yang menjadi tradisi dan tetap dilaksankan, tentang sebelum dilaksanakannya Pesta Budaya Tahunan sampai pelaksanannya dalam Guro-guro Aron dan acara silaturahmi keluarga tiap rumah tangga serta memasak lemang sebagai makanan khasnya.

(13)

1 Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari komunikasi. Setiap aktivitas yang kita lakukan selalu disertai dengan komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, secara sengaja maupun tidak. Ketika kita berbicara dengan orang lain, berbelanja dipasar, belajar, maupun ketika melakukan tugas lainnya, semuanya dengan dan melalui komunikasi. Melalui komunikasi, kita mampu untuk belajar, memahami sesuatu, bergaul, bermusuhan, dan lain sebagainya.

Sangat penting peranannya komunikasi bagi kehidupan sosial, tradisi, pendidikan, dan politik. Dimana proses komunikasi menjadi dinamika transaksional yang mempengaruhi perilaku, yang mana sumber dan penerimaannya sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan melalui satu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.

Komunikasi juga sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Kebutuhan manusia untuk berhubungan/berkomunikasi dengan sesamanya sudah dimulai sejak zaman Adam dan Hawa. Oleh kerana itu sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Jadi jelaslah bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (sosial).

(14)

mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi, karena itulah dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia dan komunikasi timbul sebagai akibat dari adanya hubungan sosial.

Proses komunikasi itu sendiri pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan antar manusia baik secara kelompok maupun secara individual dari satu pihak kepada pihak yang lain. Dalam proses penyampaian pesan tersebut juga mengandung arti adanya pembagian pesan (sharing of information) yang cenderung mengarah ke pencapaian titik tertentu sampai disepakatinya makna suatu pesan antar pihak-pihak yang berkomunikasi.

Dari sejak awal perkembangannya, para ahli dari berbagai disiplin ilmu turut memberikan sumbangan yang besar terhadap keadaan dan dan definisi ilmu, seperti Hovland (Effendy,1992:10) Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi penyampaian pesan, pembentukan kepercayaan dan sikap, pendapat dan tingkah laku.

(15)

langsung maupun tidak langsung melalui media. Pada saat acara Pesta Budaya Tahunan dalam suku Karo membutuhkan proses komunikasi.

Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya mengerti dan selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dbicarakan.

Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi merupakan hal yang membantu manusia dalam bertumbuh dan berkembang serta menemukan pribadi masing-masing. Ekspresi keinginan maksud, tanggapan serta tujuan manusia disampaikan melalui komunikasi. Komunikasi adalah hal yang menghubungkan interaksi sosial, baik itu secara individu maupun kelompok. Melalui komunikasi anggota kelompok dapat berinteraksi, dan komunikasi efektif adalah prasyarat untuk setiap aspek fungsi kelompok. Ada beberapa bentuk komunikasi yang kita ketahui, salah satu diantaranya adalah komunikasi kelompok.

(16)

yang tengah mengadakan rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antarpesona (Mulyana, 2005:74)

Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduam di antara mereka (Bungin, 2006: 264-265). Komunikasi kelompok (group communication) termasuk komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi tatap muka dan saling melihat.

Menurut Alvin A.Golberg dan Carl E. Larson (1985:6), komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi kepada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Kita dapat mengajukan bermacam-macam pertanyaan yang berhubungan dengan komunikasi kelompok dan jawabannya akan membantu kita memahami lebih baik batas-batas dan atribut-atribut komunikasi kelompok dan pada musyawarah desa juga membutuhkannya.

(17)

mengirmkan pesan “waktunya memilih” untuk membangkitkan respon . “semua yan setuju angkat tangan anda”. Semua tanda yang bertujuan mempengaruhi perilaku orang yang menerima pesan dengan cara apapun adalah komunikasi.

Ketika penerima pesan menafsirkan pesan yang sama dengan pesan yang dimaksud oleh pengirim pesan merupakan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok (Johnson, 2006). Jika John mencoba untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lain bahwa hari ini hari yang indah dan dia merasa senang dengan mengatakan “Hai” sambil tersenyum hangat, dan jika anggota kelompok lain menafsirkan perkataaan “Hai” dan senyuman John tersebut, dengan John berfikir hari ini hari yang indah dan John merasa senang, maka terjadi komunikasi yang efektif. Jika anggota kelompok lain menafsirkan perkataan “Hai” dan senyuman tersebut dengan John ingin mengadakan diskusi kelompok, maka terjadi komunikasi yang tidak efektif.

Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kacil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group communicaton), jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan komunikasi kelompok besar (large group communication) misalnya komunikasi kelompok di pedesaan.

(18)

anggotanya menerima, mengirim, mengartikan, dan menyimpulkan semua pada saat yang bersamaan, komunikasi bukan merupakan serangkaian peristiwa di mana anggota kelompok memikirkan suatu pesan, mengirmkannya dan anggota kelompok lainnya menerimanya. Namun demikian, hakikat komunikasi kelompok yang terjadi pada banyak orang, menjadikannya sulit untuk menciptakan suatu teori komunikasi kelompok.” (Johnson, 2006).

Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan, dan demikian juga antar komunikan. Bentuk komunikasi kelompok kecil, misalnya pertemuan, rapat, dan lain-lain. Komunikasi kelompok kecil pasti melibatkan komunikasi antar pribadi sehingga teori komunikasi antar pribadi juga berlaku disini. Umpan balik yang dapat diterima dengan segera menentukan penyampaian pesan berikutnya. Namun, pesan relatif lebih terstruktur daripada komunikasi antarpribadi, bersifat formal maupun informal. Komunikasi kelompok sering kita temui dalam keluarga, tetangga, teman dan kerabat, atau kelompok diskusi. Komunikasi kelompok dapat terjadi didalam kelompok dan juga antar-kelompok.

Selain komunikasi kelompok, ada juga budaya yang menjadi salah satu bentuk dari komunikasi. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri

(19)

Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas msyarakat desa.

Komunikasi mempengaruhi budaya dimana budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya seseorang. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Hal ini terjadi karena melalui budayalah orang-orang dapat belajar berkomunikasi.

Komunikasi sebagai bagian dari budaya, berperan penting dalam proses komunikasi pada pesta budaya ini. Lewat komunikasi terjadi interaksi-interaksi dari masyarakat sekitar. Tradisi merupakan cara kita menyiapkannya dan mengkonsumsinya. Tradisi yang membuat kita mematuhi peraturan adat istiadat yang ada di tempat kita tinggal contohnya Pesta Budaya Tahunan.

(20)

datang ke kampung bersangkutan yang melakukan Kerja Tahun (Pesta Budaya Tahunan).

Kerja tahun merupakan kesempatan bagi orang yang diperantauan atau dari desa atau dari kota untuk pulang ke kampung karena kekerabatan seperti itu membuat orang lebih dekat hubungannya.

Ada beberapa bentuk kerja Tahun di suku Karo menurut E.P. Gintings (1999:175-176) yaitu:

1. Merdang-merdem (Rebu merdang)

2. Nimpa bunga benih (ngambur-ngamburi)

3. Mahpah

4. Perayaan Nasional 17 Agustus 1945 (hari Kemerdekaan RI)

5. Ngambur-ngamburi

6. Mere man page

7. Ngerires

Nama-nama ini ada variasinya seturut dengan hal-hal apa yang menjadi tekanan suatu perayaannya dan menurut daerahnya masing-masing, dan ada juga disuatu daerah misalnya beberapa dari bentuk dan nama perayaan itu mereka rayakan, yang lainnya tidak.

(21)

panen sesudah panen dan sebagainya, karena dalam paham lama padi itu juga dipahami memiliki roh dan ritus-ritus tersebut dilakukan dalam artian “du et des” Si beru Dayang” dipahamin sebagai dewa yang disuruh “Dibata Kaci Kaci” memberi benih padi dan telah mengajar manusia menanam padi untuk makanannya sehari-hari. Tahap kebudayaan sudah semakin mencerminkan kehidupan berladang dan lebih menetap.

Sehubungan dengan budaya menanam tersebut terdapat “mithe” penanaman padi yang terkait pada saat “merdang” (menanami) saat padi bunting, saat panen dan seterusnya yang harus melihat hari-hari yang baik untuk pekerjaan tersebut agar hubungan makrokosmos dan mikrokosmos tetap langgeng berkesinambungan. Karena “Si beru dayang” tidak selamanya disuruh “Dibata Kaci-Kaci” datang ke dunia ini maka sebagai representasi Allah yang dipahami transenden menjadi immanen dalam diri “kalimbubu” sehingga ia dinamai “Dibata ni idah”, karena “mithe” adalah sejarah yang belum selesai maka “kalimbubu” dalam kaitan musim tahapan menanam padi tersebut diundang atau menjadi tempat meminta benih dan kelanjutannya. Dalam jiwa seperti itulah dibuat pesta-pesta atau dibesarkan menjadi perayaan-perayaan tertentu dan dibuat “gendang aron” dalam “kerja tahun”. Bila menghormati “kalimbubu” berarti menghormati “page” dan juga sebaliknya dan juga sekaligus menghormati “Si beru dayang” dan menghormati benih padi tersebut. oleh karena itu ada beberapa perayaan sehubungan dengan phase pertumbuhan benih tetrsebut antara lain:

Benih padi sewaktu “lebeng” (tanah dilobangi dan ditaruh benih) disebut “Beru Dayang ragun-ragun”.

(22)

Benih menjelang tumbuh disebut “ Beru dayang melembing” Benih sudah mulai berdaun disebut “Beru Dayang meduk-eduk” Benih sudah bunting disebut “Beru Dayang rumencet”

Benih sudah tua (masak, menguning) disebut “Beru Dayang perinte-rinte atau “pedolan-dolan”

Benih menjelang dimasukkan ke lumbung disebut “Beru Dayang pegun-gun”

Pesta tersebut ada hubungannya dengan phase perkembangan “page” (padi) tersebut. Tentu sesudah Kristen tidak secara otomatis semua ritus-ritus lama diangkat dan diteruskan. Hal-hal yang bersifat adat dan dapat mengembangkan kualitas hubungan kasih persaudaraan diteruskan dan unsur-unsur kepercayaan lama di tinggalkan dan di ganti menjadi kesempatan berdoa dan ucapan syukur kepada Allah dalam diri Tuhan Yesus.

Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo” . Pesta tahunan yang diadakan di Desa Batu Karang Kecamatan Payung merupakan suatu perayaan/pesta tahunan yang paling besar dan paling banyak diminati oleh penduduk karena dirayakan bertepatan dengan Tahun baru setiap Tahunnya.

(23)

Untuk itulah disini peneliti ingin memperkenalkan salah satu bentuk dari keanekaragaman yang dimiliki suku Karo, yang merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita dan patut kita lestarikan. Banyak diantara kita mungkin mengetahui sekilas mengenai pesta tahunan, namun tidak mengetahui untuk apa sebenarnya pesta tahunan ini dilakukan.

Bagaimana proses yang harus dilalui sebelum menggelar pesta tahunan ini dan apa manfaat yang bisa diambil setelah dilaksanakannya pesta tahunan tersebut terutama bagi suku karo yang mendiami desa Batu Karang Kecamatan Payung. Hal ini yang memotivasi peneliti untuk mengkaji bagaimana tradisi komunikasi dalam pesta budaya tahunan pada suku batak Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung.

1.2 Fokus masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Penelitian ini menganalisis mengenai proses komunikasi dan bagaimana cara menentukan hari baik, pembentukan panitia, keamanan, hiburan dan hewan yang akan dikurbankan pada Pesta Budaya Tahunan.

2. Penelitian ini menganalisis mengenai apa itu Guro-guro aron pada Pesta Budaya Tahunan.

3. Penelitian ini menganalisis mengenai apa saja makanan khas pada Pesta Budaya Tahunan.

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ada pun tujuan dari penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi pesta budaya tahunan dan komunikasi kelompok untuk menentukan hari baik, pembentukan panitia guro-guro aron, keamanan desa, hewan yang akan dikurbankan dan hiburan pada saat Pesta Budaya Tahuan di desa Batu Karang. 2. Untuk mengetahui proses komunikasi dan komunikasi budaya dalam

Guro-guro Aron pada Pesta Budaya Tahunan di desa Batu Karang. 3. Untuk mengetahui cara makanan khas dan memasak yang menjadi

makanan khas pada Pesta Budaya Tahunan di desa Batu Karang. 1.4 Manfaat penelitian

1 Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU Medan.

2 Secara praktis, penelitian ini diharapkan bagi generasi muda Karo mempelajari serta melestarikan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan.

(25)

13 Universitas Sumatera Utara BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran. Usaha untuk mencari kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian yang berfungsi (perilaku di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu) (Moleong, 2005:49).

Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah deskriptif kualitatif dimana pendekatan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Sementara itu penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik, data hasil penelitian diperoleh secara langsung, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumen sehingga peneliti mendapat jawaban apa adanya dari responden.(Iskandar, 2007:35-37).

(26)

pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat dinterpretasikan dengan berbagai cara. (http://ernams.wordpress.com/2008/01/07/pendekatan-interpretif/ diakses pada tanggal 5 Juli 2012).

Peneliti menggunakan pendekatan interpretif dimana berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. (Neuman, 1997: 68).

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto, 2010:49).

Pencarian dan penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian sangat diperlukan. Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian kekinian sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis oleh peneliti terdahulu. (Danim Sudarwan, 2001:105 dalam Iskandar, 2009:100).

(27)

2.2.1 Komunikasi

Komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Kebutuhan manusia untuk berhubungan/berkomunikasi dengan sesamanya sudah dimulai sejak zaman Adam dan Hawa. Oleh kerana itu sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Jadi jelaslah bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (sosial).

Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi. Karena itulah dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia dan komunikasi timbul sebagai akibat dari adanya hubungan sosial.

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis.

Arti communis disini adalah sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat keasamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Secara trminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.

(28)

sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. (Effendy, 2004: 3-4).

Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. (De vito, 1997:23).

Menurut (liliweri, 2004:5), esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktivitas yang “melayani’ hubungan antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Itulah sebabnya mengapa semua orang pertama-tama tertarik mempelajari komunikasi manusia (human communication), sebuah proses komunikasi yang melibatkan manusia pada kemarin, kini dan mungkin di masa yang akan datang. Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya orang bilang komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan proses yang universal. Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang trampil dari manusia

(communication involves both attitudes and skills). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain. Biasanya dalam kehidupan kita sehari-hari baik di kota maupun di pedesaan.

(29)

menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non verbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan atau kesepakatan bersama.

Selanjutnya Lasswell (Effendy,2006: 9-10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? yakni :

a. Who (sumber, komunikator)

b. Says What (pesan yang disampaikan) c. In Which Channel (melalui apa) d. To whom (kepada siapa, komunikan) e. With What Effect (bagaimana hasil/efeknya)

Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya mengerti dan selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dbicarakan misalnya sama suku atau bahasa persatuan.

(30)

pesan tersebut juga mengandung arti adanya pembagian pesan (sharing of information) yang cenderung mengarah ke pencapaian titik tertentu sampai disepakatinya makna suatu pesan antar pihak-pihak yang berkomunikasi.

Selain itu (Morissan, 2009:11), mengemukakan komunikasi merupakan bentuk interaksi. Komunikasi adalah kendaraan atau alat yang digunakan untuk bertingkah laku dan untuk memahami serta memberi makna terhadap segala sesuatu di sekitar kita. Interaksi akan mengarah pada makna yang dipahami bersama dan sekaligus memperkuat makna bersama itu. Interaksi juga membangun berbagai konvensi yang merupakan standar makna dan tindakan, seperti peraturan, peran orang-orang tertentu, serta norma-norma yang memungkinkan terjadinya interaksi lebih jauh. Teori interaksi dirancang untuk menjelaskan proses sosial dan menunjukkan bagaimana tingkah laku orang dipengaruhi oleh aturan atau norma-norma kelompok.

(31)

2.2.1.1 Karakteristik Komunikasi

Adapun karakteristik dari komunikasi itu sendiri adalah (Fajar, 2009:33-34): 1. Komunikasi suatu proses

Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi. 2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.

3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat.

(32)

sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, misalnya: bahasa.

5. Komunikasi bersifat transaksional

Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu

Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.

2.2.1.2 Saluran Komunikasi

Setelah dikemas, pesan dapat disampaikan melalui saluran (channel) atau media. Pengirim dapat memilih media lisan (oral), tertulis (written), atau elektronik (electronic).

(33)

terjadi saling pengertian diantara kedua belah pihak yang berkomunikasi baik secara individu ataupun kelompok secara verbal maupun non-verbal.

2.2.2 Komunikasi Budaya

Budaya adalah sebuah kata yang mengandung banyak arti. Menurut kamus bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa sansekerta bodhya yang berarti akal budi. Berikut adalah beberapa pengertian ataupun defrenisi budaya menurut beberapa para ahli:

Budaya adalah proses pemahaman bukan hanya untuk memahami alam eksternal atau realitas, melainkan juga sistem sosial dimana proses itu mengambil bagian, serta identitas sosial dan aktivitas sehari-hari manusia di dalam sistem sosial. Pemahaman kita terhadap diri sendiri, terhadap relasi sosial yang kita miliki, dan terhadap realitas merupakan hasil produksi dari proses cultural yang sama (John Fiske, 2012:198-199).

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefenisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makan, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu (Mulyana dan Rahmat, 2005: 18). Menurut Koentjoroningrat budaya adalah “segala hasil daya cipta rasa dan karya manusia yang dijadikan milik diri seseorang dalam masyarakat dengan cara belajar. Kata budaya dipergunakan dalam berbagai diskursus atau pembahasan dan ini dikarenakan luasnya aspek kehidupan yang disentuh.”

(34)

teringkas menjadi delapan aktivitas kehidupan. Kedelapan kategori tersebut adalah:

1 Karakteristik umum 2 Makanan dan pakaian 3 Rumah dan teknologi 4 Ekonomi dan transportasi 5 Aktifitas individual dan keluarga 6 Komunitas dan pemerintahan 7 Kesejahteraan

8 Seks dan lingkungan kehidupan

Daftar kategori diatas secara jelas menunjukkan betapa kompleksnya budaya sebagai sebuah konsep. Budaya menyentuh semua aspek kehidupan kita sebagai mahluk hidup. (http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/11/11/faktor-budaya-dalam-komunikasi/).

(35)

kategorisasi). Dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat kebiasaan, kehidupan keluarga, cara berpakaian, cara makan, agama, falsafah ekonomi, keyakinan dan sistem nilai kehidupan masyarakat dalam interaksinya setiap waktunya.

Unsur-unsur ini tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain tetapi malah saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga terbentuklah suatu sistem kebudayaan tersendiri. Misal, kecenderungan punya banyak anak tidak dapat dijelaskan dari segi adat kebiasaan saja tetapi dapat juga dijelaskan dari segi agama, ekonomi, kesehatan dan mungkin dari segi teknologi dari masyarakat yang bersangkutan. Tetapi di Barat dengan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi, mengecilnya jumlah anak dalam keluarga dipengaruhi oleh kompleksitas segi ekonomi, kondisi sosial serta sikap yang berkaitan dengan pembagian peranan sosial antara pria dan wanita. Inilah penjelasan mengenai kebudayaan itu kompleks dan banyak segi.

Kebudayaan tidak dapat dilihat. Maksudnya, keberadaan kebudayaan dalam kehidupan sedemikian tidak nyata terlihat secara fisik tetapi merasuk dalam segala segi kehidupan, sehingga tidak terperhatikan dan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan eksistensi (keberadaan) kebudayaan baru muncul ketika terjadi :

1. Anggota kebudayaan (subbudaya) melakukan pelanggaran terhadap standar-standar yang berlaku selama ini.

(36)

2.2.2.1 Hakekat Budaya

Kebudayaan, sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu, kebudayaan telah diartikan secara bermacam-macam.

Batasan tentang kebudayaan memang sangat beraneka ragam tergantung dari sudut penglihatan, yang dipengaruhi oleh minat, bidang pengetahuan dan kepentingan masing-masing perumusan batasan. Tetapi dari sekian banyak batasan/rumusan/definisi kebudayaan terdapat suatu kesepakatan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang dipelajari dan kebudayaan menyebabkan orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam serta lingkungan sosialnya, dan oleh sebab itu maka kebudayaan bervariasi.

Pendidikan, bahasa, interaksi dan konteks langsung lingkungan sejak lahir mempengaruhi seseorang individu, maka perilaku seseorang merupakan hasil dari proses belajar. Pada umumnya manusia belajar dalam konteks sosial dalam kehidupan sehari-hari, bukan dalam keterasingan. Oleh sebab itu kebudayaan berorientasikan kelompok. Dalam kelompoklah, individu belajar sesuatu mengenai fenomena sosial melalui contoh-contoh perbuatan serta tingkah laku manusia itu sendiri.

(37)

maupun tidak langsung) mengenai keyakinan, adat kebiasaan dan tingkah laku melalui peniruan dari anggota keluarga lainnya.

Maka individu tersebut tumbuh kembang dengan latar belakang pemahaman mengenai fenomena sosial (dunia dan kehidupannya) dari kacamata keluarganya, yang pada gilirannya mencerminkan sistem kebudayaan yang melingkupi segala aspek masyarakat. (http://pramsky.blogspot.com/2009/12/kaitan-komunikasi-dan-budaya.html).

2.2.3 Komunikasi Kelompok

2.2.3.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Menurut Lubis (2007: 1118-119) didalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli diantaranya:

1. Peter L.Berger (1991)

Komunikasi kelompok merupakan hubungan antar manusia dengan masyarakat secara dialektis dalam ektersnalisasi , objektifitas, dan internalisasi. Eksternalisasi adalah pencurahaan kehadiran manusia, baik dalam aktifitas maupun mentalitas. Melalui eksternalisasi, manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Objektifitas

adalah disandangnya produk-produk aktifitas suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya (manusia) dalam suatu kefaktaan yang eksternal terhadap yang lain, daripada produsennya sendiri.

(38)

2. Elwood Murray

Komunikasi kelompok dapat dikatakan sebagai disiplin karena komunikasi kelompok ini mempunyai ruang lingkup, menunjukkan kemajuann dalam pengembangan teori serta mempunyai metodlogi riset, kritik, dan penerapan.

3. Carl E. Larson dan Alvina A. Goldberg

Komunikasi kelompok adalah salah satu dari sejumlah kecil disiplin ilmu yang mempunyai penerapan dan kritik sebelum mempunyai suatu lingkup yang jelas, teori ataupun metodologi riset.

Komunikasi kelompok dapat juga diartikan sebagai suatu pesan yangdisampaikan oleh seorang anggota kepada satu atau anggota lain dengan tujuan mempengaruhi perilaku orang yang menerima pesan (Jhonson, 1996).

Sendjaja (2002: 33) menjelaskan bahwa Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revision of Approaching Speech/Communication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan atau pemecahaan masalah sehingga semua anggota kelompok dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purposed such that the members are able to

recall personal characteristic of other members accurately). 2.2.3.2 Karakteristik Komunikasi Kelompok

(39)

orang-orang dalam suatu kelompok berhubungandan berperilaku satu dengan yang lainnya. Severin dan Tankard mengatakan norma-norma sosial (social norm) terdiri dari dua jenis yaitu deskriptif dan perintah. Norma-norma deskriptif menentukan apa yang umumnya dilakukan dalam sebuah konteks sedangkan norma perintah (injunctive norm) menentukan apa yang pada umumnya disetujui oleh masyarakat. Keduanya mempunyai dampak pada tingkah laku manusia, namun norma-norma perintah tampaknya mempunyai dampak yang lebih besar (Bungin, 2006:267).

Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan “hukum” (law) ataupun ‘aturan’ (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Ada 3 kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas. Norma sosial bertugas mengatur hubugan diantara para anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat suatu keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan (Sendjaja, 2002:3.6).

(40)

Peran partisipasif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya pada kelompoknya, partisipasi anggota macam ini akan member sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan diri agar member kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat berjalan dengan baik. Dengan cara bersikap pasif, seseorang telah memberikan sumbangan kepada terjadinya kemajuan dalam kelompok atau member sumbangan kepada kelompok agar tidak terjadi pertentangan dalam kelompok karena adanya peran-peran yang kontradiktif (Bungin, 2006:267-268).

Peran juga mencakup tiga hal yaitu: (a) peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, dengan demikian peran berfungsi membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat; (b) peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi; (c) peran juga menyangkut perilaku individu yang paling penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekamto, 2002:244).

2.2.3.3 Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh fungsi-fungsi yang akan dilaksanakan. Fungsi-fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi-fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahaan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi itu di manfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri (Sendjaja, 2002:3.8).

(41)

sosial diantara para anggota seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya melakukan aktifitas yang informal, santai dan menghibur.

Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok. Dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.

Dalam fungsi persuasi seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima para anggota kelompok lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut dan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya di dalam kelompok.

Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan pertemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya. Sedangkan pembuata keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

(42)

anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan diri (self-disclosure). Artinya, dalam suasana mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik, antara anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang member terapi yang akan mengaturnya.

2.3 Model Teoritis

Secara skematis, kajian pustaka peneliti dalam melakukan penelitian ini akan

dibentuk suatu model teoritis sebagai berikut:

Bagan 1.1

Sumber: Modifikasi Peneliti Proses Komunikasi

Pengertian Komunikasi Kelompok

Proses komunikasi kelompok antara kepala desa, ketua adat, badan

(43)

31 Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menentukan atau memperoleh data yang diperlukan (Soehartono, 2008:9) Penelitian ini menggunakan metode etnografi .Menurut Koentjaraningrat dalam (Bungin 2003: 180) Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi. Etnografi merupakan embrio dari antropologi, yaitu lahir pada tahap pertama dari perkembangannya¸ yaitu sebelum tahun 1800-an. Etnografi merupakan hasil-hasil catatan penjelajah Eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut.

Penelitian Etnografi (budaya) menurut Iskandar (2009: 58-59), merupakan metode penelitian yang banyak dilakukan dalam bidang antropologi terutama yang berhubungan dengan setting budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang budaya masyarakat primitif dalam bentuk cara berpikir, cara hidup, adat, berperilakum bersosial.

(44)

menyatakan bahwa budaya mencakup apa yang dilakukan oleh manusia, dan segala sesuatu yang dibuat dan digunakan manusia.

Untuk memahami dan mendeskripsikan budaya dari perspektif ini seorang peneliti harus memikirkan peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena dengan cara¸seorang peneliti etnografi harus menerangkan perilaku manusia dengan menguraikan apa yang mereka ketahui, yang membuat dirinya mampu berperilaku secara sesuai dengan perilaku umum dari masyarakat yang diteliti, keberhasilan seorang peneliti etnografi adalah jika peneliti dapat menginformasikan pada pembaca tentang bagaimana perilaku dari peristiwa-peristiwa dalam setting sosial kultural. Apakah itu di dalam keluarga, dalam kelompok masyarakat tertentu, dalam kantor kepala sekolah, atau dalam suatu organisasi.

(45)
(46)

3.1.1 Metode Deskriptif Kualitatif

Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat

diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif

juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara

mendalam dan grup fokus.

Teknik pengumpulan data kualitatif diantaranya adalah interview

(wawancara), quesionere (pertanyaan-pertanyaan/kuesioner), schedules (daftar pertanyaan), dan observasi (pengamatan, participant observer technique), penyelidikan sejarah hidup (life historical investigation), dan analisis konten

(content analysis). Metode kualitatif yang dipilih adalah metode historis yakni metode yang menggunakan analisa atau peristiwa-peristiwa dalam masa silam kemudian dijadikan sebagai prinsip-prinsip yang bersifat umum, dan metode yang dipergunakan dengan tujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyakarakat objeknya adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga, individu-individu dalam masyarakat. ( Sutopa Mulya, dan Sri. W. 2007)

(47)

memudahkan para peneliti menganalisis fenomena-fenomena yang ada dan tradisi-tradisi adat yang ada di masyarakat.

Metode penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode ini menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi ; menyelidiki dengan teknik survey, interview, angket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional. Bisa disimpulkan bahwa metode deskriptif ini ialah metode yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dalam rapat suatu kelompok masyarakat dan sebagainya.

Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif, membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil bentuk studi komperatif; atau mengukur sesuatu dimensi seperti dalam berbagai bentuk studi kuantitatif, angket, test, interview, dan lain-lain.

(48)

umum. Untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya, seorang penyelidik umumnya mengusahakan agar :

1. Menjelaskan setiap langkah penyelidikan deskriptif itu dengan teliti dan terperinci, baik mengenai dasar-dasar metodologi maupun mengenai detail teknik secara khusus.

2. Menjelaskan prosedur pengumpulan data, serta pengawasan dan penilaian terhadap data itu.

3. Memberi alasan yang kuat mengapa dalam metode deskriptif tersebut penyelidik mempergunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya. (Winarno, 1994)

Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984:5). Penelitian kualitatif yang berakar dari ‘paradigma interpretatif’ pada awalnya muncul dari ketidakpuasan atau reaksi terhadap ‘paradigma

positivist’ yang menjadi akar penelitian kuantitatif. Dipandang dari sudut pendekatan dan proses penelitiannya, penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus sebagai berikut :

1. Bersifat induktif

(49)

2. Melihat pada setting dan manusia sebagai suatu kesatuan

Mempelajari manusia dalam konteks dan situasi dimana mereka berada, manusia dan setting dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan. 3. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri (sudut

pandang yang diteliti). Dilakukan dengan cara melakukan empati pada orang-orang yang diteliti dalam upaya memahami bagaimana mereka melihat berbagai hal dalam kehidupannya.

4. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian.

5. Menekankan pada validitas data sehingga ditekankan pada dunia empiris. 6. Bersifat humanistis: memahami secara pribadi orang yang diteliti dan ikut

mengalami apa yang dialami orang yang diteliti dalam kehidupannya sehari-hari.

7. Semua aspek kehidupan sosial dan manusia dianggap berharga dan penting untuk dipahami karena dianggap bersifat spesifik dan unik. (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2006)

Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry

(inkuiri alamiah). Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar. Karakteristik Penelitian Kualitatif yaitu :

(50)

4. Analisis data secara induktif.

5. Proses lebih berperanan penting daripada hasil. 6. Penelitian dibatasi oleh fokus.

7. Desain penelitian bersifat sementara. 8. Laporan bernada studi kasus.

9. Interpretasi ideografik.

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci; mengidentifikasikan masalah; membuat perbandingan atau evaluasi, dan; menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan dating. (http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id/2012/02/29/deskriptif-kualitatif/).

(51)

suatu tatanan nilai dan norma sosial, suatu produk hukum, suatu kebijakan publik, suatu implementasi kebijakan dan semacamnya. (Bungin, 2011: 69-70).

3.2 Objek Penelitian

Penelitian ini mengenai proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

3.2.1 Pofil Desa Batukarang

Desa Batu Karang yang terletak di kecamatan Payung adalah desa yang sangat strategis tempatnya karena diapit oleh dua sungai Lau Biang dan sungai Lau Borus. Desa Batu Karang telah ada sebelum penjajahan Belanda, dan pada waktu itu dikepalai oleh Raja Uurng. Setelah terbentuknya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia maka raja Uurng diubah menjadi pengulu, dari nama pengulu diubah menjadi Kepala Kampung dan kemudian menjadi Kepala Desa sampai sekarang.

A. Kondisi Umum Geografis

Desa Batu Karang memiliki luas wilayah 1.370 Ha atau 13,70 Km2 dengan perincian sebagai berikut:

1. Luas Permukiman : 14 Ha 2. Luas Lahan Sawah : 415 Ha

3. Luas Tanah Ladang Kering : 351 Ha 4. Pekuburan Umum : 5 Ha

5. Luas Lahan Tidur/Hutan : 585 Ha

(52)

• Sebelah Utara berbatasan dengan Lau Borus • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rimokayu • Sebelah Selatan berbatasan dengan Lau Biang • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jandimeriah

Desa Batu Karang berada pada ketinggian antara + 850 sampai dengan 11.200 meter diatas permukaan laut. Tanah di Desa Batu Karang merupakan tanah gembur yang subur. Dengan demikian lahan di Desa Batu Karang cocok untuk lahan pertanian pangan seperti padi, palawija dan holtikultura. Demikian pula tanah kering perbukitan yang sedikit bergelombang sangat cocok dimanfaatkan sebagai areal perkebunan rakyat seperti kopi,cokelat, jeruk dan lain-lain.

B. Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Batukarang adalah merupakan desa pertanian. Maka kasi/ekonomi warga dan mata pencaharian warga sebagian besar adalah petani. Dari data sensus penduduk 2010, tercatat jumlah penduduk Desa Batukarang sebanyak 4.830 jiwa. Yang terdiri dari 2.482 jiwa laki-laki dan 2.449 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga, Desa Batu Karang dihuni oleh 1.416 Kepala Keluarga.

3.3 Subjek Penelitian

(53)

Subjek penelitian ini adalah ketua adat dan masyarakat karo yang melaksanakan pesta budaya tahunan di desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo. Untuk memperoleh informan, peneliti menggunakan:

1) Purposive Sampling

Penentuan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif sangat tepat jika didasarkan pada tujuan dan masalah penelitian yang dikaji. Adapun pemilihan subjek yang tepat dalam penelitian kualitatif adalah berdasarkan tujuan (purposive sampling). Penentuan subjek berdasarkan tujuan dilakukan untuk meningkatkan kegunaan informasi yang didapatkan dari subjek yang kecil. Peneliti memilih subjek yang mempunyai pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang sedang diteliti. Walau bagaimanapun, penelitan kualitatif tetap dihadapkan pada orang-orang yang dapat mengungkapkan informasi dan orang itu bisa sedikit dan bisa banyak, bisa homogen sifatnya dan karakteristiknya, bisa juga berbeda. (Bungin, 2005:134).

3.4 Kerangka Analisis

Melakukan analisis berarti melakukan kajian untuk memahami struktur suatu fenomena-fenomena yang berlaku di lapangan. Analisis dilaksanakan dengan melakukan telaah terhadap fenomena atau peristiwa secara keseluruhan, maupun terhadap bagian-bagian yang membentuk fenomena-fenomena tersebut serta hubungan keterkaitannya.

(54)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Partisipasi (Participant Observation)

Observasi partipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yan digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. Partisipasi merupakan salah satu bentuk cara mencari data utama atau informasi dalam metode penelitian kualitatif. Cara melakukan pengumpulan data ialah melalui keterlibatan langsung dengan objek yang diteliti. Jika obyek yang diteliti tersebut merupakan masyarakat atau kelompok individu, maka peneliti harus berbaur dengan yang diteliti (immersion) sehingga peneliti dapat mendengar, melihat dan merasakan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh obyek yang sedang diteliti.

b. Wawancara sistematik

(55)

3.5.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Juni 2013. Apabila data yang diperoleh telah cukup, maka penelitian akan dihentikan. Pada saat peneliti terjun langsung ke lapangan, peneliti melihat kegiatan proses Pesta Budaya Tahunan. Dimulai dari rapat pembentukan kepanitian Pesta Budaya Tahunan, keamanan, hewan yang dikurbankan serta penentuan tanggal pelaksanaan Pesta Budaya Tahunan.

3.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, yang membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. (Iskandar, 2009:136). Penelitian ini mengarah pada metodologi penelitian etnografi karena penelitian memberikan gambaran mengenai sentral budaya dalam memahami cara hidup kelompok yang diteliti. Menurut Sugiyono dalam Iskandar (2009:138), “analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan (observasi), wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”. Hal-hal penting bagi peneliti dalam strategi analisis data, sebagai berikut:

(56)

2. Mempresentasikan kejadian-kejadian kritis atau peristiwa kunci, berdasarkan urutan kepentingan kejadian tersebut.

3. Memfokuskan analisis dan presentasi pada individu-individu atau kelompok-kelompok, bila memang individu atau kelompok tersebut menjadi unit analisis primer.

4. Mengorganisir data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi (seleksi, pengambilan keputusan, komunikasi, dll).

5. Memfokuskan pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan akan sejalan dengan upaya menjawab pertanyaan primer.

Menurut Moleong dalam Iskandar (2009: 142), penelitian budaya (etnografi) telah banyak digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan, untuk itu, perlu bagi peneliti memahami tentang analisis data yang digunakan dalam penelitian budaya. Tahapan analisis tersebut dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Adapun tahapan analisis kualitatif dapat berawal dari pelaksanaan penelitian. Adapun tahapan-tahapan penelitian etnografi (budaya), sebagai berikut:

1. Memilih situasi sosial (setting social) tempat, subjek penelitian, aktivitas subjek (place,actor,activity).

2. Melakukan kajian awal (grand tour) di setting sosial di lapangan 3. Melakukan observasi partisipatif, wawancara, dan studi dokumentasi 4. Melakukan analisis domain

5. Melakukan observasi, dan wawancara terfokus 6. Melaksanakan analisis taksonomi

(57)

9. Melakukan analisis tema 10.Menemukan tema budaya 11.Menyusun laporan penelitian

Berdasarkan langkah-langkah penelitian kualitatif di atas, terlihat bahwa proses penelitian kualitatif adalah berangkat dari yang luas, kemudian menemukan fokus kajian, dan meluas lagi. Langkah-langkah penelitian kualitatif di atas dapat digunakan dalam setting sosial budaya. Analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan pada tahapan penelitian, yaitu: (i) analisis domain, (ii) analisis taksonomi, (iii) analisis komponen sosial dan (iv) analisis tema waktu.

Spradley 1980 dalam Sugiyono 2007:345) mengatakan “Domain analysis is the first type of etnographic analysis. In later steps will consider taxonomic analysis,

which involves a search for the way cultural domains are organize, the

componential analysis, which involves a search for the attributes of terms in each

domain. Finally we will consider theme analysis, which involves a search for the

relationship among domain and for how they are linked to the cultural scene as

(58)

keterkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat dimengerti maksud peneliti dan hasil yang jelas.

Analisis data penelitian naturalistic yang dikemukakan oleh Spradley maka analisis data dilakukan dilapangan bersama-sama dengan pengumpulan data. Ada empat tahap analisis data yang diselingi dengan pengumpulan data:

1. Analisis Domain

Analisis domain diperlukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek penelitian atau setting sosial. Dalam analisis domain peneliti menetapkan domain-domain yang akan diteliti melalui fenomena-fenomena lapangan yang berhubungan dengan aktivitas (Place, actor, activity)

tempat, subjek dan aktivitas di lapangan. Pengumpulan data lapangan sangat diperlukan sebagai dasar menjalankan penelitian, semakin banyak yang dipilih maka semakin banyak waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data dan analisi data, sehingga diharapkan mendapat temuan yang baik.

Ada enam tahap yang dilakukan dalam analisis Domain yaitu:

a. Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari sembilan semantik yang tersedia: hubungan, termasuk suatu bagian, sebab-akibat, rasional, lokasi tempat bertindak, fungsi, alat tujuan dan urutan serta memberi alat atribut.

b. Menyiapkan lembaran analisis domain.

c. Memilih salah satu sampel lapangan yang dibuat terakhir untuk memulainya

(59)

e. Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantik hasil.

f. Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasi) (Moleong, 2007:150).

2. Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi merupakan langkah lanjut dari analisis domain, hasil analisis domain tersebut dijabarkan lebih rinci dan lebih terfokus, sehingga nampak secara detail apa-apa yang berhubungan dengan domain-domain tersebut. Analisis taksonomi ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi terfokus, wawancara mendalam, dan studi dokumen yang berhubungan dengan domain-domain yang diteliti. Tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis taksonomi yaitu:

a) Memilih satu domain untuk dianalisis

b) Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan untuk domain itu

c) Mencari tambahan istilah bagian

d) Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis

e) Membentuk taksonomi sementara

f) Mengadakan wawancara terfokus untuk mengecek analisis yang telah dilakukan

Gambar

Gambar 1.2 Model Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Pantai Bali Lestari sebagai salah satu objek wisata alam dengan konsep yang baru yaitu seperti suasana di bali, terletak di Kabupaten Serdang bedagai, memiliki potensi alam yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Peralihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Menjadi Pajak Daerah dengan studi kasus pada Badan

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul EFEK SITOTOKSIK

Tujuan penggunaan seragam adalah untuk membentuk karakter sebagai seorang calon guru yang disiplin, taat dan tertib pada aturan, membentuk kewibawaan melalui pembiasaan

Pada Penulisan Ilmiah ini, penulis memaparkan tentang langkah langkah perancangan sebuah website sederhana dengan menggunakan web programming PHP. Website ini dimodifikasi

Tabel 5 Rata-rata nilai hematokrit tikus putih jantan dengan pemberian bisacodyl dosis 5 mg/ekor dan konsumsi air pada jam ke-6 sampai jam ke-32. Selanjutnya dilakukan uji

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat melalui pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode tipe NHT pada siswa kelas IV SD N