PERBANDINGAN RESPON MAHASISWA KONSENTRASI
JURNALISTIK DENGAN MAHASISWA KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM (KPI) TERHADAP CITRA POLITISI
WAKIL ANGEL LELGA DALAM
TALK SHOW
MATA NAJWA DI METRO TV
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Herni Dian Astuti
NIM: 1111051100055
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
ABSTRAK
Herni Dian Astuti, NIM: 1111051100055, Perbandingan Respon Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik dengan Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga Dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV, di bawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si.
Memasuki masa pemilihan umum, partai-partai politik ramai membentuk citra wakil partainya melalui program – program televisi, salah satunya adalah melalui Talk Show Mata Najwa. Dalam edisi “Gengsi Berebut Kursi” membincangkan politisi yang bersaing untuk menduduki kursi legislatif, salah satunya adalah Angel Lelga. Ia termasuk narasumber yang gagal menjawab pertanyaan Najwa Shihab terkait dengan pencalonannya, sehingga membuat Angel lelga mendapat berbagai komentar serta bully di dunia maya.
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana respon dari jurusan jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah mempelajari Ilmu Jurnalistik dan mata kuliah Komunikasi Politik tentang tayangan Mata Najwa yang mengangkat sosok Angel Lelga sebagai politisi wakil tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden yaitu mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012 dan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2012 dengan jumlah 100 orang.
Teori yang digunakan oleh penulis diantaranya adalah teori mengenai respon yaitu teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R) yang dicetuskan oleh McQuail pada tahun 1994. Teori ini menerangkan bahwa efek yang muncul tergantung pada proses yang terjadi dalam individu, dimana pesan yang tersampaikan mungkin diterima atau ditolak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif quasi experimental dengan metode survei dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Sampel diambil secara Propotionate Stratified Random Sampling. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan menggunakan microsoft Excel dan SPSS. Uji hipotesis digunakan menggunakan Chi Square.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa politisi wakil Angel Lelga mendapatkan respon tingkat sedang dari mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam. Berdasarkan uji analisis Chi – Square terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa berdasarkan jurusan, keaktifan dalam berorganisasi dan jenis kelaminnya.
ii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahuwata’ala atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehinga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk
tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallahu‘alaihiwasallam beserta ahlul
bait dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang
sampai saat ini dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru dunia.
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Jurnalistik untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi Islam dengan judul skripsi “Perbandingan Respon Mahasiswa
Konsentrasi Jurnalistik Dengan Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga Dalam Talk Show Mata Najwa Di
Metro TV”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segala materi, pembahasan
maupun tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis
yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik dan
saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi penulis demi
kesempurnaan skripsi ini.
Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis telah dibantu dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
iii
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi),
Suparto, M.Ed, Ph.D (Wakil Dekan Bidang Akademik), Dr. Roudhonah,
M.Ag (Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum), Dr. Suhaimi, M.Si (Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama).
2. Kholis Ridho, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Jurnalistik dan Dra.Hj. Musfirah
Nurlaily, MA sebagai Sekretaris Jurusan Jurnalistik.
3. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi penulis
yang telah membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
penulis dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis dengan berbagai disiplin
ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
5. Orang tua penulis yang telah memberikan doa serta dorongan moril dan
materil yang tak terhingga.
6. My biggest inspiration, Farrel Adriandy Kuswardhono yang telah
memberikan motivasi dan keceriaan di hidup penulis.
7. My best friends, Icha, Sahabat cantik, sholehah & sukses: Eva, Onye and
Gani. Thank you for all supports, times, and friendship. Best wishes for you,
guys!
8. Sahabat laki – laki terdekat penulis, Ibrahim Sharaffdeen, Nanda, Boy dan
Craig Scott. Thank you so much for the support.
9. Teman – teman Jurnalistik angkatan 2011, Intan, Nida, Nada, Ririn yang
iv citanya.
10. Semua pihak yang berjasa dan banyak membantu baik dalam perjalanan
pendidikan maupun pembuatan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Semoga amal dan usaha yang diberikan dibalas oleh Allah SWT.
Akhirnya, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal atas jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah diberikan. Mudah –
mudahan penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, Februari 2016
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………... i
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI………... v
DAFTAR TABEL………... viii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang……….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……… 7
C. Tujuan Penelitian……….. 9
D. Manfaat Penelitian……… 10
E. Teknik Penulisan………... 10
F. Tinjauan Pustaka………... 11
G. Sistematika Penulisan………... 13
BAB II LANDASAN TEORI………... 15
A. Teori Respon………. 15
1. Definisi Respon……… 15
2. Faktor Terbentuknya Respon………... 16
3. Macam – Macam Respon……….. 17
4. Respon dalam Komunikasi……….. 19
5. Respon sebagai Proses Pembentukan Sikap………. 20
6. Teori S – O – R………. 21
B. Citra……….. 23
vi
C. Politisi Wakil………. 26
D. Talk Show………..……… 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 28
A. Paradigma Penelitian………. 28
B. Pendekatan dan Metode Penelitian………... 28
C. Waktu dan Lokasi Penelitian……… 29
D. Teknik Pengumpulan Data……… 30
E. Populasi dan Sampel………. 30
F. Variabel Penelitian……… 34
G. Operasionalisasi Konsep………... 35
H. Uji Instrumen……… 37
I. Teknik Pengumpulan Data……… 39
J. Teknik Pengolahan Data………... 40
K. Hipotesis Penelitian………... 40
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISA DATA……… 45
A. Profil Angel Lelga………. 45
B. Profil Mata Najwa………. 48
C. Profil Partai Persatuan Pembangunan………... 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 56
A. Validitas dan Realibilitas Instrumen………. 56
1. Validitas……….. 56
vii
B. Karakterisitik Responden………... 61
1. Data Responden Berdasarkan Jurusan……… 61
2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 62
3. Data Responden Berdasarkan Keaktifan dalam Berorganisasi………... 62 C. Respon Mahasiswa terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV……… 63 D. Perbandingan Rata – Rata Skala Respon dan Citra Angel Lelga Sebagai Politisi Wakil dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV………... 70
E. Analisis Chi Square Respon Mahasiswa Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV………. 71
BAB VI PENUTUP……… 81
A. Kesimpulan……….. 81
B. Saran……….. 83
DAFTAR PUSTAKA………..……….. 84
viii
Tabel 1 Jumlah Mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam
Angkatan 2012……… 32
Tabel 2 Data Alokasi Proporsional Setiap Jurusan……….. 33
Tabel 3 Operasionalisasi Konsep………. 35
Tabel 4 Blue Print Variabel Respon……… 38
Tabel 5 Blue Print Variabel Citra Politisi Wakil………. 38
Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Respon………... 39
Tabel 7 Skala Likert………. 40
Tabel 8 Uji Validitas Respon………... 56
Tabel 9 Uji Validitas Citra Politisi Wakil……… 57
Tabel 10 Realibility Statistics……….. 61
Tabel 11 Data Responden Berdasarkan Jurusan……… 61
Tabel 12 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 62
Tabel 13 Data Responden Berdasarkan Keaktifan Organisasi……….. 62
Tabel 14 Respon Mahasiswa Jurnalistik Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk ShowMata Najwa di Metro TV……… 64
Tabel 15 Respon Mahasiswa KPI Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV………... 65
Tabel 16 Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Menurut Mahasiswa Jurnalistik………. 66
Tabel 17 Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Menurut Mahasiswa KPI………... 68
Tabel 18 Perbandingan Rata –Rata Jurnalistik dan KPI………... 70
ix
Tabel 20 Respon Mahasiswa KPI Terhadap Citra Angel Lelga Dalam Talk
ShowMata Najwa di Metro TV………. 71
Tabel 21 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Jurusan……… 72
Tabel 22 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa Jurnalistik Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Keaktifan
Dalam Organisasi……… 74
Tabel 23 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa KPI Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Keaktifan Dalam
Organisasi……… 75
Tabel 24 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa Jurnalistik Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Jenis
Kelamin……… 77
Tabel 25 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa KPI Terhadap
Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Jenis Kelamin………. 79
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki masa pemilihan umum, partai-partai politik ramai
membentuk citra wakil partainya melalui program – program televisi, salah
satunya adalah melalui Talk Show Mata Najwa. Mata Najwa adalah program
talk show unggulan Metro TV yang dipandu oleh jurnalis senior, Najwa
Shihab. Pada edisi 15 Januari 2014 bertajuk “Gengsi Berebut Kursi” yang
tayang di Metro TV, Talk Show Mata Najwa menghadirkan beberapa
narasumber yang berasal dari kalangan politikus.
Dalam edisi itu, Mata Najwa membincangkan politisi yang bersaing
untuk menduduki kursi legislatif. Beberapa narasumber yang dihadirkan yaitu
Roy Suryo sebagai calon legislatif Partai Demokrat, Marzuki Ali sebagai
calon legislatif Partai Demokrat, Burhanuddin Muhtadi sebagai Direktur
Eksekutif Indikator Politik Indonesia dan Angel Lelga yang menjadi salah satu
calon kandidat DPR-RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).1 Dari
keempat narasumber tersebut, Angel Lelga termasuk narasumber yang gagal
menjawab pertanyaan Najwa Sihab terkait dengan pencalonannya, sehingga
membuat Angel Lelga mendapat berbagai komentar di dunia maya.
Selebrisasi di dunia politik ini merupakan fenomena menguatnya
konvergensi di ranah politik pencitraan antara panggung politik dan panggung
hiburan. Fenomena hijrahnya selebritis panggung hiburan ke panggung politik
1
2
karena mereka kerap dijadikan vote getter. Banyak politisi yang masuk
langsung melakukan politik pengemasan diri atau personal branding melalui
industri hiburan. Bahkandibanyak kasus, pengemasan diri mereka
menyesuaikan dengan standar profesional dunia hiburan.2
Angel Lelga merupakan selebritas yang terjun ke dunia politik. Ia
dianggap menjadi artis dan politisi yang kontroversial, ini terlihat dari
pemberitaannya menjadi calon legislatif yang beredar di berbagai media cetak,
televisi, maupun online. Ia sebelumnya dikenal sebagai pemain sinetron religi,
pemain film, penyanyi dangdut serta model yang berani berpose terbuka.
Namanya mulai tenar saat diberitakan menjadi istri siri raja dangdut Rhoma
Irama. Ia memutuskan menjadi mulaf setelah pernikahannya dengan Rhoma
Irama. Kini, Angel pun menjelma menjadi artis yang dikenal publik. Tidak
hanya hasil karyanya, namun juga dengan sensasi-sensasinya. Termasuk salah
satunya mengenai pencalegannya untuk masuk menjadi anggota DPR. 3
Berdasarkan tayangan Mata Najwa edisi 15 Januari 2014, Angel Lelga
mengaku menjadi Caleg dalam Pemilihan Umum 2014 setelah bertemu
dengan sejumlah petinggi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di sebuah
acara non formal. Angel Lelga menjadi Caleg nomor satu daerah pemilihan
Jawa Tengah V yang meliputi Surakarta, Boyolali dan Klaten.
Dalam Talk Show Mata Najwa, yang bertemakan “Gengsi Berebut
Kursi”, Najwa Shihab mengatakan bahwa Angel Lelga tidak memiliki
kapabilitas untuk memaparkan visi misinya sebagai calon anggota Parlemen
dan pengetahuan yang cukup akan partai politiknya. Angel bahkan
2
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Di Era Industri Citra, (Jakarta: PT. Laswell Visitama, 2010), h. 73
3
menerangkan bahwa kedekatannya dengan para petinggi akan memuluskannya
dalam membawa aspirasi masyarakat. Namun hal tersebut tidak berjalan
semulus rencana Angel. Ia gagal menjadi anggota legislatif.
Pada hakikatnya, politisi dibagi menjadi dua, yaitu politisi ideolog dan
politisi wakil. Politisi ideolog adalah komunikator politik yang menjadi kader
ideologi dan representasi nilai-nilai normatif yang diusung oleh individu atau
kelompok politik berdasarkan sebuah proses kaderisasi yang panjang.4 Salah
satu contohnya ialah Marzuki Ali dari Partai Demokrat. Sementara politisi
wakil ialah politisi yang tidak mengikuti proses kaderisasi namun karena
popularitasnya sehingga dipilih oleh suatu kelompok/partai tertentu untuk
merepresentasikan kelompok tertentu. Seperti selebritas, pengusaha maupun
mantan petinggi militer yang tiba-tiba dipilih menjadi figur politik sebuah
partai.5 Sebagai contohnya adalah Angel Lelga.
Angel Lelga merupakan salah satu politisi wakil yang tidak mengikuti
proses pengkaderan dan kurang menguasai politik. Bahkan respon negatif juga
muncul di berbagai situs internet. Misalnya seperti pemberitaan yang terdapat
di merdeka.com berjudul Angel Lelga, “insyaf” dari artis panas jadi caleg
PPP6, di situs pikiran-rakyat.com memuat berita bertajuk Angel Lelga Sudah Taubat Nasuha, PPP Senang Menjadikannya Caleg7, sertadi situs
4
Gun Gun Heryanto dan Shulhah Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.15
5
Gun Gun Heryanto dan Shulhah Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.15
6
http://m.merdeka.com/peristiwa/angel-lelga-insyaf-dari-artis-panas-jadi-caleg-ppp.html diakses pada 22 September 2015 pukul 19.46
7
4
mashikam.com juga terdapat artikel dengan judul Mengkritisi kualitas caleg parpol: Angel Lelga di Mata Najwa8.
Meskipun gagal dan memiliki citra yang cenderung negatif, Angel
Lelga saat ini menjabat sebagai Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) Partai
berlambang Ka'bah, PPP kubu Djan Faridz. Angel dinilai sangat memahami
sangat memahami PPP sehingga layak menduduki jabatan Wasekjen.9 Djan
Faridz saat diwawancarai oleh Metro TV mengatakan:
“Begini, pada waktu beliau (Angel) maju sebagai caleg PPP, dia
banyak sekali memahami PPP,”10
Media massa memiliki peran penting dalam penyebaran informasi
karena berfungsi menyampaikan pesan kepada khalayak. Media massa adalah
media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi
secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.11
Karakteristik media massa yaitu bersifat melembaga, satu arah, meluas dan
serempak, memakai peralatan teknis dan mekanis, serta besifat terbuka. Isi
pesan dalam media massa dapat diterima oleh siapa saja, dimana saja, tidak
memperdulikan usia, jenis kelamin dan suku bangsa.12
Televisi kini merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh
dunia, dan sampai sekarang masih terus berkembang. Bila dilihat dari
fungsinya, media massa memiliki empat fungsi, pertama, menghimpun dan
menyebar luaskan informasi bagi khalayak. Kedua, memberikan pendidikan
8
http://www.mashikam.com/2014/01/mengkritisi-kualitas-caleg-parpol-angel.html?m=1 diakses pada 22 September 2015 pukul 19.51
9
http://m.metrotvnews.com/read/2014/12/11/330626/ini-alasan-djan-faridz-pilih-angel-lelga-jadi-wasekjen-ppp diakses pada 30 November 2015 pukul 07.48
10
http://m.metrotvnews.com/read/2014/12/11/330626/ini-alasan-djan-faridz-pilih-angel-lelga-jadi-wasekjen-ppp diakses pada 30 November 2015 pukul 07.48
11
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008), h. 72 12
bagi khalayak. Ketiga, sebagai media hiburan bagi khalayak. Keempat,
sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.13
Televisi merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk
menyampaikan pesan politik kepada khalayak. Politisi menggunakan media
ini sebagai alat penyampaian citra politik. Citra adalah kecenderungan yang
tersusun dari pikiran, perasaan dan kesudian. Citra seseorang membantu dalam
pemahaman, penilaian, dan pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan, atau
pemimpin politik.14
Citra adalah suatu gambaran tentang realitas, yang mungkin saja tidak
sesuai dengan realitas. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima
melalui berbagai media, baik media massa cetak dan elektronik. Media bekerja
membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra.15Perkembangan
media massa saat ini telah bertransformasi fungsi, menjadi salah satu agen
pembentuk citra.
Talk Show Mata Najwa sebagai salah satu program di televisi menjadi sebuah sarana untuk menyebarkan citra politik dari narasumbernya, termaksud
Angel Lelga. Citra Angel Lelga sebagai salah satu calon anggota legislatif
menjadi negatif lantaran ia tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan pada
Talk Show Mata Najwa dengan baik. Angel dianggap sebagai sosok yang tidak mengetahui seluk beluk dunia politik dan hukum tetapi berani mencalonkan
diri sebagai wakil rakyat. Misalnya, saat ditanya oleh pembawa acara, Najwa
Sihab, soal peraturan dan hukum, visi misi, dan agenda partai, Angel Lelga
13
Zaenuddin HM, The Journalist, (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h.9-10 14
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.7
15
6
malah memberikan jawaban yang berbelit-belit. Ia selalu menjawab “ kita lihat
saja nanti ” tanpa menerangkan jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan.
Akibat tayangan tersebut, Angel Lelga menjadi objek “bully” di internet.
Tayangan Mata Najwa edisi “Gengsi Berebut Kursi” juga diunggah
oleh akun bernama Manroe di Youtube dengan judul “Jawaban Ngawur Angel
Lelga” Calon Wakil Rakyat di Mata Najwa.16 Video ini berhasil menarik
perhatian masyarakat hingga ditonton sebanyak 1.537.206 kali dengan jumlah
komentar mencapai 3.839. Hampir dari seluruh komentar yang ada
mengandung komentar negatif untuk Angel Lelga. Salah satu komentar dari
akun youtube bernama Sri Andiani mengatakan:
“haha, lucu. Sudah terlalu banyak parpol yang menjadikan public figure sebagai cara untuk menarik masyarakat agar memilih partainya. Padahal untuk menjadi wakil rakyat dibutuhkan orang yang kompeten yang mampu untuk mewakilkan suara rakyat. Kalau orang macam begini yang terpilih, bagaimana Indonesia mau maju coba. Kurang pengalaman dan kurang pengetahuan di bidang politik berani maju jadi
caleg.”17
Media massa sangat berperan dalam menenentukan opini publik. Opini
juga dapat diartikan sebagai suatu respon aktif terhadap stimulus suatu respon
yang dikonstruksi melalui interpretasi pribadi yang berkembang dan
menyumbang citra (image). Sementara, opini publik merupakan kegiatan
untuk mengungkapkan atau menyampaikan apa yang oleh masyarakat tertentu
diyakini, dinilai dan diharapkan oleh seseorang untuk kepentingan mereka dari
situasi tertentu.18
Sehubungan dengan itu, program Talk Show Mata Najwa merupakan
salah satu tontonan yang diminati masyarakat. Hal ini terbukti dengan
16
http://youtu.be/1PAwGi6p3KE diakses pada 22 September 2015 pukul 19.55 17
http://youtu.be/1PAwGi6p3KE diakses pada 22 September 2015 pukul 19.55 18
beberapa penghargaan yang telah diraih oleh Mata Najwa salah satunya dalam
KPI Award sebagai “Program Talk ShowTerbaik” pada tahun 2014.19
Pada perkembangannya, timbul pertanyaan sesungguhnya Angel Lelga
sebagai tokoh politik menjadi jatuh citranya karena pemberitaanya di televisi.
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk menyusun sebuah skripsi untuk
mengetahui bagaimana respon dari kalangan aktivis akademik seperti
mahasiswa, terutama jurusan jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam
yang telah mempelajari Ilmu Jurnalistik dan mata kuliah Komunikasi Politik
tentang tayangan Mata Najwa yang mengangkat sosok Angel Lelga sebagai
politisi wakil tersebut. Peneliti ingin menganalisis dan membandingan respon
kedua jurusan tersebut dan melihat apakah mata kuliah Komunikasi Politik
akan berpengaruh pada respon yang ditimbulkan.
Berdasarkan fenomena dan data di atas, maka untuk mengetahui
perbandingan respon mahasiswa Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi
Penyiaran Islam terhadap citra Angel Lelga, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “Perbandingan Respon Mahasiswa Konsentrasi
Jurnalistik Dengan Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga Dalam Talk Show Mata
Najwa Di Metro TV”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini penulis batasi pada tingkat respon (tinggi, sedang
dang rendah) mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam
19
8
terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di
Metro TV edisi “Gengsi Berebut Kursi” tanggal 15 Januari 2014.
Respon yang penulis maksud pada penelitian ini adalah tanggapan,
reaksi atau sikap mahasiswa yang timbul setelah menyaksikan tayangan
“Talk Show Mata Najwa” pada episode “Gengsi Berebut Kursi” pada
segmen wawancara Angel Lelga tanggal 15 Januari 2014.
Mahasiswa pada penelitian ini hanya mahasiswa Jurnalistik 2012
dan Komunikasi Penyiaran Islam 2012 dengan alasan hanya mahasiswa
Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam saja yang diajarkan mata
kuliah Ilmu Komunikasi Politik dan Jurnalistik.
2. Perumusan Masalah
Agar pembatasannya lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu
membuat perumusan masalah yang tersusun dalam kerangka pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimanakah respon mahasiswa Jurnalistik terhadap citra politisi
wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi 15 Januari 2014?
b. Bagaimanakah respon mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi 15 Januari 2014?
c. Apakah terdapat berbedaan respon antara mahasiswa Jurnalistik
dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap citra politisi
wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada
d. Apakah terdapat berbedaan respon antara aktivis dan non aktivis
mahasiswa Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa
di Metro TV pada edisi 15 Januari 2014?
e. Apakah terdapat berbedaan respon antara jenis kelamin mahasiswa
Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap
citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi 15 Januari 2014?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengalisis respon mahasiswa Jurnalistik terhadap citra politisi
wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi
15 Januari 2014.
b. Untuk menganalisis respon mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di
Metro TV pada edisi 15 Januari 2014.
c. Untuk membandingkan antara respon mahasiswa Jurnalistik dengan
mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap citra politisi wakil
Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi 15
Januari 2014.
d. Untuk membandingkan antara respon aktivis dan non aktivis mahasiswa
Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap citra
politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV
10
e. Untuk membandingkan antara respon berdasarkan jenis kelamin
mahasiswa Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di
Metro TV pada edisi 15 Januari 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan
keilmuan, khususnya mengenai teori stimulus respon yang terdapat dalam
mata kuliah riset media dan psikologi komunikasi, serta teori – teori yang
terdapat dalam mata kuliah komunikasi politik.
2. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
konstribusi pada disiplin ilmu komunikasi untuk pengembangan penelitian.
Penelitian ini berguna untuk memperdalam wawasan pengetahuan yang
telah didapat di bangku perkuliahan, menambah wawasan tentang teori
stimulus respon dan menjadi bahan perbaikan kurikulum.
3. Manfaat Praktis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi
praktisi media khususnya Metro TV dalam menentukan narasumber dan
tidak menyudutkan. Serta dapat dijadikan program evaluasi untuk partai
E. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari dari tindakan plagiat, peneliti melakukan
peninjauan terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu dengan
mengunjungi Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Penulis menemukan
beberapa penelitian mengenai respon, baik respon acara televisi, media
online, cetak dan film. Berikut ini adalah penilitian yang peneliti jadikan
tinjauan pustaka diantaranya:
1) “Respon Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Terhadap Dr.
Arkand Bodhana Zaeshaprajna Pada Talk Show Kick Andy di Metro
TV Mengenai Hubungan Struktur Nama dan Nasib”, karya Radinal
Kharimaputra, skripsi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam tahun 2014. Perbedaan penelitian yang Radinal Kharismaputra tulis
dengan penelitian yang penulis buat terletak pada objeknya. Radinal
menjadikan respon terhadap Dr. Arkand Bodhana Zaeshaprajna,
sedangkan menulis menjadikan respon terhadap citra Angel Lelga. Hasil
dari penelitian ini adalah responden memberikan respon yang cukup
positif setelah menonton talk show tersebut. Kelebihan penelitian Radinal
12
dari mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam terhadap Arkand Bodhana
Zeshaprajna. Kekurangan pada skripsi Radinal ialah hanya melihat
bagaimana responnya saja tapi tidak membandingkan jenis kelamin
repondennya.
2) “Respon siswa SDN Cipayung 1 Ciputat Terhadap Iklan “Kejujuran
dan Es Krim” di Televisi Edukasi (TVe)”, karya Jojo Septianto,
skripsi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2014.
Perbedaan penelitian Jojo dengan yang penulis buat ada pada
respondennya. Jojo menjadikan kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat.
Sementara penulis menjadi seluruh mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta
angkatan 2012 sebagai populasinya. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa responden mampu memahami isi pesan dalam iklan
tersebut dan memberikan respon afektif yang positif terhadap iklan
tersebut. Kelebihan skripsi ini menganalisis kesesuaian antara pesan dan
respon komunikan baik secara kognitif mapun afektif. Kekurangan
penelitian ini kurang mendeskripsikan iklan tersebut.
3) “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap
Program Damai Indonesiaku di TV One”, karya Ali Uraidi, skripsi
mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2011.
Perbedaan penelitian Ali dengan penelitian yang peneliti buat ada pada
medianya. Ali menjadikan TV One sebagai penelitiannya. Sementara
penulis menjadikan Metro TV. Hasil penelitian ini adalah respon positif
mahasiswa terhadap pengetahuan agama hasilnya tinggi. Kelebihan dari
media yaitu TV One. Kekurangan penelitian ini ialah tidak menjelaskan
respon yang ingin diteliti dalam batasan masalah.
Melihat dari beberapa judul di atas, dapat terlihat jelas bahwa
penelitian yang penulis angkat memiliki perbedaan dari penelitian
sebelumnya. Perbedaan dapat terlihat jelas dari responden, judul, metodologi
penelitian dan media yang diteliti.
G. Sistematika Penulisan
Untuk gambaran sekilas skripsi yang akan disusun, maka peneliti
membuat sistematika pembahasan yang terdri dari V Bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini membahas tinjauan teoritisyang meliputi
mengenai respon, faktor terbentuknya respon, macam-macam
respon, respon sebagai proses pembentukan sikap, teori
Stimulus Organism Respon (S-O-R), konseptualisasi citra,
proses pembentukan citra, pengertian politisi wakil dan Talk
Show.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menjelaskan tentang metode penelitian yang
14
penelitian, populasi dan sampling, sumber data, variabel
penelitian, definisi operasional dan indikator penelitian, teknik
dan instrumen pengumpulan data, teknik pengolahan data, uji
validitas dan uji realibitas, dan hasil uji instrumen.
BAB IV : HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
Dalam bab ini membahas gambaran umum yang berupa profil
Mata Najwa, profil Angel Lelga, dan hasil penelitian yang berisi
tentang respon mahasiswa Jurnalistik terhadap citra Angel Lelga
sebagai politisi wakil pada Talk Show Mata Najwa edisi 15
Januari 2014.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab terakhir ini besisi kesimpulan dan saran dari peneliti
mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh peneliti dalam skripsi
15
LANDASAN TEORI
A. Teori Respon
1. Definisi Respon
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, respon adalah tangapan,
reaksi, jawaban, terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi20.
Sementara dalam Kamus Lengkap Psikologi definisi respon adalah
sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh satu
perangsang, atau bisa juga diartikan sebagai satu jawaban, khususnya satu
jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner, atau bisa juga berarti
sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah
maupun yang tersembunyi atau tersamar21.
Secara etimologis, menurut Sumaryadi Subrata, “respon adalah
tangapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang
terjadi”. Secara garis besar dan bersifat umum tanggapan ialah gambaran
pengamatan yang tinggal dikesadaran kita sesudah mengamati22.
Ahmad Subandi mengemukakan respon dengan istilah umpan balik
(feed back) yang memiliki perasaan atau pengaruh yang besar dalam
menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi23.
20
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 585
21
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.ke-9, h. 432
22
Sumaryadi Subrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 36
23
16
Respon diartikan sebagai tanggapan, reaksi dan jawaban. Respon
akan terjadi setelah proses penerimaan pesan dalam suatu rangkaian
komunikasi24. Tanggapan sebagai salah satu jiwa yang pokok, dapat
diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana obyek
yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.25
Terdapat berbagai macam perbedaan redaksi dari para ahli dalam
mendefinisikan respon/tanggapan, namun inti dari respon/tanggapan ialah
adanya sebuah umpan balik (feed back) yang diberikan dari komunikan
terhadap komunikator setelah menerima pesan. Dalam penelitian ini akan
menggunakan respon sebagai tanggapan, reaksi atau sikap mahasiswa
yang timbul setelah menyaksikan tayangan Talk Show Mata Najwa dalam
melihat citra diri Angel Lelga sebagai politisi wakil.
2. Faktor Terbentuknya Respon
Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi
faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang
bersangkutan dapat menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya
individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang
ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat
respon individu, sebab individu melakukan stimulus yang ada persesuaian
atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka akan ditanggapi adalah
individu tergantung pada stimulus juga bergantung pada keadaan individu
itu sendiri. 26
24
Poerdawaminta, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), h. 43 25
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), h. 64 26
Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan
individu akan bergantung pada 2 faktor, yaitu:
a. Faktor Internal: yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu
sendiri dari dua unsur yakni rohani dan jasmani. Seseorang yang
mengadakan tanggapan terhadap stimulus tetap dipengaruhi oleh
eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur
saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda
intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan
berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.
Unsur jasmani atau fisiologis meliputi keberadaan, keutuhan dan cara
kerja atau alat indera, urat syaraf dan bagian-bagian tertentu pada otak.
Unsur-unsur rohani dan fisiologisnya yang meliputi keberadaan dan
perasaan (feeling), akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran,
motivasi, dan sebagainya.
b. Faktor eksternal: yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini
intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan
faktor stimulus. Bimo Walgito dalam bukunya menyatakan bahwa
faktor psikis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan
stimulus akan mengenai alat indera.27
3. Macam-macam Respon
Suatu kegiatan komunikasi memberikan efek berupa respon dari
komunikasi terhadap pesan yang diberikan oleh komunikator. Menurut
Steven M.Chaffee respon dibedakan menjadi tiga bagian:
27
18
a. Kognitif : yang dimaksud dengan respon kognitif adalah respon yang
terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan,
atau informasi.
b. Afektif : yang dimaksud dengan respon afektif adalah respon yang
timbul bila ada perubahan pada apa yan dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan
dengan emosi, sikap atau nilai.
c. Konatif : yang dimaksud dengan psikomotorik adalah respon yang
berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi
tindakan atau kebiasaan.28
Adapun menurut Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi
Kepribadian, respon atau tangapan terbagi menjadi:
1. Tanggapan menurut indera yang mengamati yaitu:
a. Tanggapan auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang telah
didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.
b. Tanggapan visual, tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat.
c. Tanggapan perasa, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang dialami
oleh dirinya.
2. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:
a. Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
diingatnya dari masa lalu.
28
b. Tanggapan fantasi, yaitu tanggapan masa kini atau tanggapan
terhadap sesuatu yang sedang terjadi.
c. Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap masa datang atau
tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.
3. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:
a. Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang
menghampirinya, berada didekatnya atau yang ada disekitarnya.
b. Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan seseorang terhadap ucapan
atau kata-kata yan didengar atau dilontarkan oleh lawan bicara.29
4. Respon Dalam Komunikasi
Tujuan utama dalam komunikasi adalah terjadina respon atau
tanggapan terhadap stimulus/rangsangan. Tanpa adanya suatu respon atau
tanggapan baik secara langsun atau tidak langsung maka dapat dikatakan
bahwa komunikasi tersebut tidak berhasil sesuai tujuannya.30 Respon
sangat erat kaitannya dengan stimulus, karena dengan adanya stimulus
seseorang akan mempunyai persepsi tentang suatu peristiwa yang
membangkitkan respon atau reaksi. Respon dalam proses komunikasi
berfungsi dan disebut dengan istilah umpan balik (feed back), sedangkan feed back dalam proses komunikasi merupakan komponen komunikasi.31
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam
komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau
29
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 64 30
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: Remaja Roesdakarya, 1984), h. 19
31
20
berhentinya komunikasi yang dilancarkan komunikator. Menurut Ralph
Webb sifat respon dalam komunikasi terdiri dari:32
1. Respon Positif (Positive Feedback)
Respon atau tanggapan yang diterima komunikator dari
komunikan dapat dimengerti dan mencapai saling pengertian, sehingga
komunikan mendukung, menyepakati, mengiyakan, menyetujui pesan
atau bersedia memenuhi ajakan seperti yang termuat dalam pesan yang
diterimanya.
2. Respon Negatif (Negative Feedback)
Respon atau tanggapan dari komunikan kepada komunikator
yang tidak menyenangkan, tidak mendukung, menentang yang berarti
terjadinya protes ketidaksetujuan.33
5. Respon Sebagai Proses Pembentukan Sikap
Menurut H. Harvey dan William P. Smith, sikap adalah kesiapan
merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap
objek/situasi. Sedangkan menurut Doob sikap pada hakekatnya adalah
tingkah laku balasan yang tersembunyi (implicitis response) yang terjadi
langsung setelah adanya rangsangan.34
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa sikap merupakan
produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan
32
T. May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat International, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005), h. 5
33
T. May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat International, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005), h. 5
34
rangsangan yang diterimanya. Sikap seseorang terhadap obyek dapat
digolongkan menjadi dua bagian:35
1. Sikap Positif
Sikap positif terjadi apabila individu memiliki sikap positif, maka
reaksi yang timbul ia akan siap membantu, memperhatikan, dan
berbuat yang menguntungkan obyek tersebut.
2. Sikap Negatif
Sikap negatif terjadi apabila individu memiliki sikap yang negatif,
maka ia akan mengecam, mencela, tidak menanggapi, menyerang,
bahkan membinasakan obyek tersebut.36
6. Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism –
Response ini semula berasal dari psikologi. Menurut Effendy dalam
bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, mengatakan bahwa teori S
– O – R kini menjadi teori komunikasi juga karena objek material dari
psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya
meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan
konasi.37
Teori Stimulus-Respons ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip
belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus
35
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori – Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 11
36
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori – Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 11
37
22
tertentu. Dengan demikian, seorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat
antara pesan-pesan media dan reaksi audience. McQuail (1994:234)
menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah: (a) pesan
(stimulus); (b) seorang penerima atau receiver (organisme); dan (c) efek
(respon).38
Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta
Pengukurannya, mengutip pendapat hovland, Janis, dan Kelley yang
menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable
penting, yaitu: perhatian, pengertian dan penerimaan.39
Gambar 1. Teori S – O – R
Berdasarkan skema gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan
sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Maka dapat
dijelaskan bahwa perubahan sikap bahwa perubahan sikap komunikan
bergantung kepada stimulus dan proses yang terjadi pada komunikan saat
diterpa pesan (stimulus). Pertama, komunikan dihadapkan dengan pesan
(stimulus). Pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin dapat
diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Kemudian komunikan memberikan perhatian kepada pesan
yang membawanya pada tahap pengertian. Lalu dilanjutkan kembali pada
38
Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2013),cet.ke-6,h.281 39
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h.259
Response
(Perubahan Sikap) Organisme:
tahap penerimaan. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya,
maka komunikan akan memberikan respon berupa perubahan sikap.40
Prinsip stimulus-respons ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massayang sangat berpengaruh. Teori jarum hipodermik memandang bahwa sebuah pemberitaan media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan ke
dalam pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan41.
Dalam masyarakat massa, di mana prinsip stimulus-respons
mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan
didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga
secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar
individu, bukan ditunjukkan pada orang per orang. Kemudian sejumlah
besar individu itu akan merespons pesan informasi itu42.
Penggunaan teknologi telematika yang semakin luas dimaksudkan
untuk reproduksi dan distribusi pesan informasi itu sehingga diharapkan
dapat memaksimalkan jumlah penerima dan respons oleh audience, sekaligus meningkatkan respons oleh audience43.
B. Citra
1. Konseptualisasi Citra
Citra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti gambar.
Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa inggris. Pada hakikatnya citra didefinisikan sebagai
40
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h.259
41
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta :Kencana, 2013). Cet.6. h.281 42
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta :Kencana, 2013). Cet.6. h.281 43
24
kontruksi atas reprentasi dan persepsi khalayak terhadap individu,
kelompok atau lembaga yang terkait dengan kiprahnya dalam masarakat.
Citra pun diartikan sebagai cara anggota organisasi dengan melihat kesan
atau persepsi yang ada dibenak orang44.
Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa
citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan;
kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang, atau
organisi.45
Citra adalah kecenderungan yang tersusun dari pikiran, perasaan
dan kesudian. Citra seseorang membantu dalam pemahaman, penilaian,
dan pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan, atau pemimpin politik46 .
Citra merupakan gambaran tentang realitas, yang mungkin
sajatidak sesuai dengan realitas. Citra terbentuk berdasarkan informasi
yang diterima melalui berbagai media, utamanya media massa cetak dan
elektronik, yang bekerja membentuk, mempertahankan, atau
mendefinisikan citra47.
Dalam membentuk sebuah citra, tak terlepas dari sebuah proses
yang sering disebut pencitraan. Pencitraan ialah proses pembentukan citra
melalui informasi yang diterima oleh khalayak secara langsung atau
melalui media sosial atau media massa. Dalam pembentukan citra politik
tidak terlepas dari peran media dan para komunikator (politikus). Media
merupakan alat yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan politik yang
44
Siti Nurhayati, Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014), h. 24
45
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 111
disampaikan oleh komunikator. Sementara pesan dari komunikator
(politikus) ialah berusaha menciptakan citra melalui komunikasi politik
dengan tujuan memperoleh dukungan publik. Media tidak saja berfungsi
sebagai mediator penyampaian berita, tetapi sebagai sarana pembentukan
citra politik48.
Citra bersifat temporer sehingga perlu strategi yang konsisten
dalam memelihara citra di media. Ada empat tahapan dalam pencitraan
menurut Baudrillard. Pertama, pencitraan adalah refleksi dari realitas
dasar. Kedua, ia menutupi dan menyesatkan realitas dasar. Ketiga,
menutupi ketidakhadiran realitas dasar. Keempat, tidak mengacu atau
memiliki relasi dengan realitas manapun. 49
2. Proses Pembentukan Citra
Selain citra dikenal juga sebagai gambaran mengenai suatu hal.
Penggambaran tersebut juga memiliki proses dalam pembentukannya.
Proses tersebut mengalami 4 tahap, yakni:50
a. Persepsi : Peresepsi disini ialah mengenai memaknakan atau
mengartikan suatu rangsangan berdasarkan
pengalamannya terhadap rangsangan itu sendiri.
b. Kognisi : Setelah suatu individu sudah dapat mengartikan suatu
rangsangan berdasarkan pengalamannya. Maka
selanjutnya terjadi kognisi, dimana individu akan merasa
yakin terhadap stimulus.
48
Siti Nurhayati, Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014), h. 25
49
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Di Era Industri Citra, (Jakarta: PT. Laswell Visitama, 2010), h.52
50
26
c. Motif : Motif disini bisa diartikan sebagai dorongan seorang
individu untuk melakukan suatu hal tertentu untuk
memenuhi tujuannya.
d. Sikap : Sikap yang dimaksud disini berarti sebuah kecondongan
dalam diri untuk berpikir, bertindak dalam menghadapi
suatu masalah, mengeluarkan suatu ide atau nilai-nilai
yang ada di masyarakat.
3. Politisi Wakil
Politisi dibagi menjadi dua, yaitu politisi ideolog dan politisi wakil.
Politisi ideolog adalah komunikator politik yang menjadi kader ideologi
dan representasi nilai-nilai normatif yang diusung oleh individu atau
kelompok politik berdasarkan sebuah proses kaderisasi yang panjang51.
Sementara politisi wakil ialah politisi yang tidak mengikuti proses
kaderisasi namun karena popularitasnya sehingga dipilih oleh suatu
kelompok/partai tertentu untuk merepresentasikan kelompok tertentu.
Seperti selebritas, pengusaha maupun mantan petinggi militer yang
tiba-tiba dipilih menjadi figur politik sebuah partai52.
Seorang selebritas selain karena kemampuannya dalam bidang
tertentu, juga memiliki wajah yang telegenic atau camera face dalam
televisi. Selebritas dibesarkan oleh citra (Image) yang dibentuk oleh
liputan media. Bagi seorang politisi yang cerdas dan memiliki hubungan
51
Gun Gun Heryanto dan Shulhah Rumaru,Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.15
52
yang baik dengan wartawan, berpotensi mengeksploitasi media dengan
pernyataan-penyataan politiknya yang menarik untuk dipublikasikan.53
4. Talk Show
Talk Show didefinisikan sebagai keterampilan menyajikan
perbincangan bertopik serius. Konsep talkshow adalah (1) topik yang
dipilih aktual, sedang menjadi sorotan; (2) bersifat analisis, tidak sekedar
deskripsi kasus; (3) terjadi interaksi seimbang diantara narasumber, tidak
dimonopoli satu orang atau satu sudut pandang; (4) terjadi kontroversi,
perdebatan pro-kontra; (5) ada solusi terbuka pada akhir perbincangan.54
53
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 298
54
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme. Paradigma
positivisme mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses
sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator) untuk
mengubah pengetahuan (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan)
yang pasif (Mulayana, 2000: 58)55. Paradigma Positivisme menempatkan
peneliti memiliki jarak dengan subjek penelitian. Tujuan dari postivis ialah
untuk memberikan penjelasan, prediksi, dan kontrol (dalam hal ini melihat
hubungan ilmu sosial dan ilmu fisik).
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan pendekatan
penelitian kuantitatif. Dimana pendekatan kuantitatif bertujuan untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena sosial melalui
pengukuran objektif dan analisis numerik terhadap variasi angka-angka.
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian
yang lebih ditekankan pada data yang dihitung untuk menghasilkan
penafsiran kuantitatif yang kokoh56.
55
Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 87
56
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif quasi experimental,
bentuk desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja,
sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Dengan cara memberikan
perlakuan terhadap satu kelompok responden yang dianggap mewakili.57
Perlakuan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dengan
menayangkan video “Talk Show Mata Najwa edisi Gengsi Berebut Kursi”
secara langsung kepada mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012 dan mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2012 untuk kemudian diminta
responnya melalui angket yang telah diberikan.
Penelitian eksperimen bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal
yang terjadi atau yang akan terjadi diantara variable-variabel tertentu melalui
upaya manipulasi atau pengontrolan variable-variabel tersebut atau hubungan
diantara mereka, agar ditemukan hubungan, pengaruh, atau perbedaan salah
satu atau lebih variable. Sedangkan penelitian survey dengan cara
membangun hipotesis penelitian dan mengujinya di lapangan.
Penelitian ini membandingan respon mahasiswa Jurnalistik dengan
mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap citra politisi wakil Angel
Lelga dalam TalkShow Mata Najwa
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2015 - Januari
2016. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
berlokasi di Jl. Ir. H. Djuanda No.95 Ciputat.
57
30
Adapun alasan pemilih lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan
sebagai berikut:
1. Lokasi penilitian sangat mudah dijangkau oleh peneliti.
2. Peneliti adalah mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, sehinga data dapat dengan mudah diakses.
3. Adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data-data yang peneliti gunakan sebagai berikut:
1. Data Primer
Yaitu data yang langsung diterima oleh responden melalui penelitian
lapangan dengan cara menyebarkan angket.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian keperpustakaan, untuk
mencari konsep, teori-teori atau hal-hal yang berhubungan dengan
masalah data pendukung skripsi ini seperti skripsi-skripsi pendahulu,
buku-buku mengenai metode penelitian komunikasi, ilmu komunikasi,
teori komunikasi, psikologi komunikasi, teori citra, komunikasi politik,
kamus, dan artikel-artikel yang ada di internet.
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.58 Penentuan
58
populasi ini menjadi sangat penting karena melalui penentuan populasi
seluruh kegiatan penelitian dapat terarah.
Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
Jurnalistik dan mahasiswa Komunikasi Penyiaran IslamUniversitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012. Penarikan sampel dari
populasi dilakukan secara Propotionate Stratified Random Sampling. Teknik
ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan
berstrata secara proposional. Teknik penarikan sampel tersebut dipilih dengan
tujuan agar hasil penelitian akan lebih sesuai dengan keadaan populasi yang
dalam keadaan tertentu bersifat (misalnya, angkatan) bersifat heterogen.59
Pemilihan subyek tersebut dilakukan dengan pertimbangan peneliti ingin
membandingkan mahasiswa Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi
Penyiaran Islam dikarenakan:
1. Mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012 diajarkan mata kuliah ilmu
jurnalistik dan komunikasi politik.
2. Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2012 diajarkan mata
kuliah ilmu jurnalistik dan komunikasi politik.
3. Mahasiswa Jurnalistik dan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
angkatan 2012 merupakan mahasiswa yang mengamati perkembangan
media.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 225 orang mahasiswa yang
terdiri dari 58 mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012, dan 167 mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islamangkatan 2012.
59
32
Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2012
No. Jurusan Jumlah
1. Jurnalistik 58
2. Komunikasi Penyiaran Islam 167
Jumlah 225
Sumber: Tata Usaha FDK UIN Jakarta
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara – cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yan
dianggap dapat mewakili populasi. Metode sampling adalah pembicaraan
bagaimana menata berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel
penelitian, bagaimana kita merancang tata cara pengambilan sampel agar
menjadi sampel yang representatif. Dalam penelitian ini rancangan yang
digunakan adalah rancangan sampel probabilitas yang merupakan penarikan
sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.60
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang. Pengambilan
jumlah sampel didasarkan atas perhitungan menggunakan rumus Slovin
dengan taraf kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 90% atau taraf
kesalahan 10%.
Rumus perhitungan besaran sampel:
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang dicari
N : Jumlah populasi
60
e : Batas toleransi kesalahan (error tolerence) dalam penelitian ini
sebesar 0,1
Perhitungan:
n = 37
Jumlah sampel mahasiswa Jurnalistik berjumlah 37 orang.
n = 63
Jumlah sampel mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam berjumlah 63
orang.
Tabel 2. Data AlokasiProporsional Setiap Jurusan
No Jurusan Jumlah
1. Jurnalistik 37
2. Komunikasi Penyiaran Islam 63
Jumlah 100
Sampel dari penelitian ini berjumlah 100 mahasiswa, yang terdiri dari
37 mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012, dan 63 mahasiswa Komunikasi
Penyiaran Islam angkatan 2012.
34
Variabel berakar dari sebuah konsep dan konstruk. Konstruk dapat
berubah menjadi variabel apabila diberikan nilai-nilai tertentu pada sifat
konstruk. Dapat disimpulkan variabel adalah suatu konstruk yang
sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan61. Sebagai contoh, untuk
mengukur konstruk “pemalu” dapat dibuat skala 1 sampai 5, dimana (1)
sangat tidak pemalu (5) sangat pemalu. Inilah mengapa disebut variabel
(dalam bahasa inggris: variable) yang berarti variasi.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang
menggunakan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut
variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah, sehingga akan
muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain sama sekali tidak
muncul62. Variabel bebas dari penelitian ini adalah respon mahasiswa,
dengan sub variabel:
a. Respon positif
b. Respon negatif
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan sejumlah gejala ataupun faktor maupun
unsur yang ada ataupun muncul, dipengaruhi, atau ditentukan oleh adanya
61
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 20
62
variabel bebas63. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah citra politisi
wakil Angel Lelga.
G. Operasionalisasi Konsep
Definisi operasional diartikan sebagai sebuah penjelasan istilah-istilah
atau variabel secara rinci agar bisa diamati dan tidak menimbulkan
pemaknaan yang berbeda bagi setiap orang yang membacanya.64
Maka definisi operasional dari variabel yang akan diukur dalam
penelitian ini meliputi:
Tabel 3. Operasionalisasi Konsep
Variabel Sub Variabel
Definisi Operasional Indikator Skala
Respon Positif Tanggapan, reaksi, atau jawaban yang mendukung
Negatif Tanggapan, reaksi, atau jawaban yang tidak
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001), h. 57
64
36
Variabel Sub Variabel
Definisi Operasional Indikator Skala
Wakil rangsangan berdasarkan Kognisi Merasa yakin terhadap
stimulus
Motif Dorongan seseorang untuk melakukan suatu hal
Sikap Kecondongan dalam diri untuk berpikir, bertindak
Variabel Sub Variabel
Definisi Operasional Indikator Skala
3. Mendengar prestasi
walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Ini berarti alat ukur
harus mempunyai tingkat akurasi yang tinggi, terutama apabila alat ukur
tersebut digunakan sehingga peneliti akan mendapat data dengan bobot
kebenaran yang tepat. Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji kualitas terhadap instrumen yang dipakai untuk mengukur
38
instrumen itu valid, maka kriteria yang digunakan batas minimum suatu
instrumen atau angket atau bahan tes dinyatakan valid, atau dianggap
memenuhi syarat koefisien r = hitung > 0,361.
Pada tahap ini peneliti melakukan uji validitas terhadap 30
responden bayangan, yaitu responden yang tidak termasuk dalam sampel
penelitian. Dengan melakukan uji validitas, dapat diketahui apakah
butir-butir pernyataan yang terdapat di kuisioner telah layak dijadikan alat ukur
dalam penelitian ini. Pada awalnya terdapat 45 butir pernyataan,
kemudian diujikan kepada 30 responden bayangan dan hasilnya terdapat 8
butir pernyataan dari masing-masing variabel yang drop atau tidak valid.
Berikut adalah hasil uji validitas yang diolah dengan software Excel 2013:
Tabel 4. Blue Print Variabel Respon
No. Dimensi Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Respon Positif 1,2,3,4,5 - 5
2 Respon Negatif - 8,10 2
Jumlah 7
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)
Tabel 5. Blue Print Variabel Citra Politisi Wakil
No. Dimensi Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Persepsi 11,12,13,14,15 - 5
2 Kognisi 16,17,18,19 - 4
3 Motif 21,22,23,24 - 4
4 Sikap 26,27,28,30 - 4
5 Popularitas 31,32,34,35 - 4
6 Penampilan Fisik 36,37,39,40 - 4
7 Sifat 41,42,43,44,45 - 5
Jumlah 30
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)