• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Respon Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Dengan Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (Kpi) Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga Dalam Talk Show Mata Najwa Di Metro Tv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Respon Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Dengan Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (Kpi) Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga Dalam Talk Show Mata Najwa Di Metro Tv"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN RESPON MAHASISWA KONSENTRASI

JURNALISTIK DENGAN MAHASISWA KOMUNIKASI

PENYIARAN ISLAM (KPI) TERHADAP CITRA POLITISI

WAKIL ANGEL LELGA DALAM

TALK SHOW

MATA NAJWA DI METRO TV

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Herni Dian Astuti

NIM: 1111051100055

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Herni Dian Astuti, NIM: 1111051100055, Perbandingan Respon Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik dengan Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga Dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV, di bawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si.

Memasuki masa pemilihan umum, partai-partai politik ramai membentuk citra wakil partainya melalui program – program televisi, salah satunya adalah melalui Talk Show Mata Najwa. Dalam edisi “Gengsi Berebut Kursi” membincangkan politisi yang bersaing untuk menduduki kursi legislatif, salah satunya adalah Angel Lelga. Ia termasuk narasumber yang gagal menjawab pertanyaan Najwa Shihab terkait dengan pencalonannya, sehingga membuat Angel lelga mendapat berbagai komentar serta bully di dunia maya.

Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana respon dari jurusan jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah mempelajari Ilmu Jurnalistik dan mata kuliah Komunikasi Politik tentang tayangan Mata Najwa yang mengangkat sosok Angel Lelga sebagai politisi wakil tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden yaitu mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012 dan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2012 dengan jumlah 100 orang.

Teori yang digunakan oleh penulis diantaranya adalah teori mengenai respon yaitu teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R) yang dicetuskan oleh McQuail pada tahun 1994. Teori ini menerangkan bahwa efek yang muncul tergantung pada proses yang terjadi dalam individu, dimana pesan yang tersampaikan mungkin diterima atau ditolak.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif quasi experimental dengan metode survei dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Sampel diambil secara Propotionate Stratified Random Sampling. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan menggunakan microsoft Excel dan SPSS. Uji hipotesis digunakan menggunakan Chi Square.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa politisi wakil Angel Lelga mendapatkan respon tingkat sedang dari mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam. Berdasarkan uji analisis Chi – Square terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa berdasarkan jurusan, keaktifan dalam berorganisasi dan jenis kelaminnya.

(6)

ii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahuwata’ala atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehinga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk

tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallahu‘alaihiwasallam beserta ahlul

bait dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang

sampai saat ini dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru dunia.

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Jurnalistik untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Komunikasi Islam dengan judul skripsi “Perbandingan Respon Mahasiswa

Konsentrasi Jurnalistik Dengan Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)

Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga Dalam Talk Show Mata Najwa Di

Metro TV”.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segala materi, pembahasan

maupun tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis

yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik dan

saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi penulis demi

kesempurnaan skripsi ini.

Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis telah dibantu dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

(7)

iii

1. Dr. Arief Subhan, M.Ag (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi),

Suparto, M.Ed, Ph.D (Wakil Dekan Bidang Akademik), Dr. Roudhonah,

M.Ag (Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum), Dr. Suhaimi, M.Si (Wakil

Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama).

2. Kholis Ridho, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Jurnalistik dan Dra.Hj. Musfirah

Nurlaily, MA sebagai Sekretaris Jurusan Jurnalistik.

3. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi penulis

yang telah membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

penulis dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis dengan berbagai disiplin

ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

5. Orang tua penulis yang telah memberikan doa serta dorongan moril dan

materil yang tak terhingga.

6. My biggest inspiration, Farrel Adriandy Kuswardhono yang telah

memberikan motivasi dan keceriaan di hidup penulis.

7. My best friends, Icha, Sahabat cantik, sholehah & sukses: Eva, Onye and

Gani. Thank you for all supports, times, and friendship. Best wishes for you,

guys!

8. Sahabat laki – laki terdekat penulis, Ibrahim Sharaffdeen, Nanda, Boy dan

Craig Scott. Thank you so much for the support.

9. Teman – teman Jurnalistik angkatan 2011, Intan, Nida, Nada, Ririn yang

(8)

iv citanya.

10. Semua pihak yang berjasa dan banyak membantu baik dalam perjalanan

pendidikan maupun pembuatan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Semoga amal dan usaha yang diberikan dibalas oleh Allah SWT.

Akhirnya, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang

setimpal atas jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah diberikan. Mudah –

mudahan penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, Februari 2016

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………... viii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……… 7

C. Tujuan Penelitian……….. 9

D. Manfaat Penelitian……… 10

E. Teknik Penulisan………... 10

F. Tinjauan Pustaka………... 11

G. Sistematika Penulisan………... 13

BAB II LANDASAN TEORI………... 15

A. Teori Respon………. 15

1. Definisi Respon……… 15

2. Faktor Terbentuknya Respon………... 16

3. Macam – Macam Respon……….. 17

4. Respon dalam Komunikasi……….. 19

5. Respon sebagai Proses Pembentukan Sikap………. 20

6. Teori S – O – R………. 21

B. Citra……….. 23

(10)

vi

C. Politisi Wakil………. 26

D. Talk Show………..……… 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 28

A. Paradigma Penelitian………. 28

B. Pendekatan dan Metode Penelitian………... 28

C. Waktu dan Lokasi Penelitian……… 29

D. Teknik Pengumpulan Data……… 30

E. Populasi dan Sampel………. 30

F. Variabel Penelitian……… 34

G. Operasionalisasi Konsep………... 35

H. Uji Instrumen……… 37

I. Teknik Pengumpulan Data……… 39

J. Teknik Pengolahan Data………... 40

K. Hipotesis Penelitian………... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISA DATA……… 45

A. Profil Angel Lelga………. 45

B. Profil Mata Najwa………. 48

C. Profil Partai Persatuan Pembangunan………... 49

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 56

A. Validitas dan Realibilitas Instrumen………. 56

1. Validitas……….. 56

(11)

vii

B. Karakterisitik Responden………... 61

1. Data Responden Berdasarkan Jurusan……… 61

2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 62

3. Data Responden Berdasarkan Keaktifan dalam Berorganisasi………... 62 C. Respon Mahasiswa terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV……… 63 D. Perbandingan Rata – Rata Skala Respon dan Citra Angel Lelga Sebagai Politisi Wakil dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV………... 70

E. Analisis Chi Square Respon Mahasiswa Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV………. 71

BAB VI PENUTUP……… 81

A. Kesimpulan……….. 81

B. Saran……….. 83

DAFTAR PUSTAKA………..……….. 84

(12)

viii

Tabel 1 Jumlah Mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam

Angkatan 2012……… 32

Tabel 2 Data Alokasi Proporsional Setiap Jurusan……….. 33

Tabel 3 Operasionalisasi Konsep………. 35

Tabel 4 Blue Print Variabel Respon……… 38

Tabel 5 Blue Print Variabel Citra Politisi Wakil………. 38

Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Respon………... 39

Tabel 7 Skala Likert………. 40

Tabel 8 Uji Validitas Respon………... 56

Tabel 9 Uji Validitas Citra Politisi Wakil……… 57

Tabel 10 Realibility Statistics……….. 61

Tabel 11 Data Responden Berdasarkan Jurusan……… 61

Tabel 12 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 62

Tabel 13 Data Responden Berdasarkan Keaktifan Organisasi……….. 62

Tabel 14 Respon Mahasiswa Jurnalistik Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk ShowMata Najwa di Metro TV……… 64

Tabel 15 Respon Mahasiswa KPI Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV………... 65

Tabel 16 Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Menurut Mahasiswa Jurnalistik………. 66

Tabel 17 Citra Politisi Wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Menurut Mahasiswa KPI………... 68

Tabel 18 Perbandingan Rata –Rata Jurnalistik dan KPI………... 70

(13)

ix

Tabel 20 Respon Mahasiswa KPI Terhadap Citra Angel Lelga Dalam Talk

ShowMata Najwa di Metro TV………. 71

Tabel 21 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Jurusan……… 72

Tabel 22 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa Jurnalistik Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Keaktifan

Dalam Organisasi……… 74

Tabel 23 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa KPI Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Keaktifan Dalam

Organisasi……… 75

Tabel 24 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa Jurnalistik Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Jenis

Kelamin……… 77

Tabel 25 Analisis Chi Square Perbedaan Respon Mahasiswa KPI Terhadap

Citra Politisi Wakil Angel Lelga berdasarkan Jenis Kelamin………. 79

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki masa pemilihan umum, partai-partai politik ramai

membentuk citra wakil partainya melalui program – program televisi, salah

satunya adalah melalui Talk Show Mata Najwa. Mata Najwa adalah program

talk show unggulan Metro TV yang dipandu oleh jurnalis senior, Najwa

Shihab. Pada edisi 15 Januari 2014 bertajuk “Gengsi Berebut Kursi” yang

tayang di Metro TV, Talk Show Mata Najwa menghadirkan beberapa

narasumber yang berasal dari kalangan politikus.

Dalam edisi itu, Mata Najwa membincangkan politisi yang bersaing

untuk menduduki kursi legislatif. Beberapa narasumber yang dihadirkan yaitu

Roy Suryo sebagai calon legislatif Partai Demokrat, Marzuki Ali sebagai

calon legislatif Partai Demokrat, Burhanuddin Muhtadi sebagai Direktur

Eksekutif Indikator Politik Indonesia dan Angel Lelga yang menjadi salah satu

calon kandidat DPR-RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).1 Dari

keempat narasumber tersebut, Angel Lelga termasuk narasumber yang gagal

menjawab pertanyaan Najwa Sihab terkait dengan pencalonannya, sehingga

membuat Angel Lelga mendapat berbagai komentar di dunia maya.

Selebrisasi di dunia politik ini merupakan fenomena menguatnya

konvergensi di ranah politik pencitraan antara panggung politik dan panggung

hiburan. Fenomena hijrahnya selebritis panggung hiburan ke panggung politik

1

(15)

2

karena mereka kerap dijadikan vote getter. Banyak politisi yang masuk

langsung melakukan politik pengemasan diri atau personal branding melalui

industri hiburan. Bahkandibanyak kasus, pengemasan diri mereka

menyesuaikan dengan standar profesional dunia hiburan.2

Angel Lelga merupakan selebritas yang terjun ke dunia politik. Ia

dianggap menjadi artis dan politisi yang kontroversial, ini terlihat dari

pemberitaannya menjadi calon legislatif yang beredar di berbagai media cetak,

televisi, maupun online. Ia sebelumnya dikenal sebagai pemain sinetron religi,

pemain film, penyanyi dangdut serta model yang berani berpose terbuka.

Namanya mulai tenar saat diberitakan menjadi istri siri raja dangdut Rhoma

Irama. Ia memutuskan menjadi mulaf setelah pernikahannya dengan Rhoma

Irama. Kini, Angel pun menjelma menjadi artis yang dikenal publik. Tidak

hanya hasil karyanya, namun juga dengan sensasi-sensasinya. Termasuk salah

satunya mengenai pencalegannya untuk masuk menjadi anggota DPR. 3

Berdasarkan tayangan Mata Najwa edisi 15 Januari 2014, Angel Lelga

mengaku menjadi Caleg dalam Pemilihan Umum 2014 setelah bertemu

dengan sejumlah petinggi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di sebuah

acara non formal. Angel Lelga menjadi Caleg nomor satu daerah pemilihan

Jawa Tengah V yang meliputi Surakarta, Boyolali dan Klaten.

Dalam Talk Show Mata Najwa, yang bertemakan “Gengsi Berebut

Kursi”, Najwa Shihab mengatakan bahwa Angel Lelga tidak memiliki

kapabilitas untuk memaparkan visi misinya sebagai calon anggota Parlemen

dan pengetahuan yang cukup akan partai politiknya. Angel bahkan

2

Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Di Era Industri Citra, (Jakarta: PT. Laswell Visitama, 2010), h. 73

3

(16)

menerangkan bahwa kedekatannya dengan para petinggi akan memuluskannya

dalam membawa aspirasi masyarakat. Namun hal tersebut tidak berjalan

semulus rencana Angel. Ia gagal menjadi anggota legislatif.

Pada hakikatnya, politisi dibagi menjadi dua, yaitu politisi ideolog dan

politisi wakil. Politisi ideolog adalah komunikator politik yang menjadi kader

ideologi dan representasi nilai-nilai normatif yang diusung oleh individu atau

kelompok politik berdasarkan sebuah proses kaderisasi yang panjang.4 Salah

satu contohnya ialah Marzuki Ali dari Partai Demokrat. Sementara politisi

wakil ialah politisi yang tidak mengikuti proses kaderisasi namun karena

popularitasnya sehingga dipilih oleh suatu kelompok/partai tertentu untuk

merepresentasikan kelompok tertentu. Seperti selebritas, pengusaha maupun

mantan petinggi militer yang tiba-tiba dipilih menjadi figur politik sebuah

partai.5 Sebagai contohnya adalah Angel Lelga.

Angel Lelga merupakan salah satu politisi wakil yang tidak mengikuti

proses pengkaderan dan kurang menguasai politik. Bahkan respon negatif juga

muncul di berbagai situs internet. Misalnya seperti pemberitaan yang terdapat

di merdeka.com berjudul Angel Lelga, “insyaf” dari artis panas jadi caleg

PPP6, di situs pikiran-rakyat.com memuat berita bertajuk Angel Lelga Sudah Taubat Nasuha, PPP Senang Menjadikannya Caleg7, sertadi situs

4

Gun Gun Heryanto dan Shulhah Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.15

5

Gun Gun Heryanto dan Shulhah Rumaru, Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.15

6

http://m.merdeka.com/peristiwa/angel-lelga-insyaf-dari-artis-panas-jadi-caleg-ppp.html diakses pada 22 September 2015 pukul 19.46

7

(17)

4

mashikam.com juga terdapat artikel dengan judul Mengkritisi kualitas caleg parpol: Angel Lelga di Mata Najwa8.

Meskipun gagal dan memiliki citra yang cenderung negatif, Angel

Lelga saat ini menjabat sebagai Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) Partai

berlambang Ka'bah, PPP kubu Djan Faridz. Angel dinilai sangat memahami

sangat memahami PPP sehingga layak menduduki jabatan Wasekjen.9 Djan

Faridz saat diwawancarai oleh Metro TV mengatakan:

“Begini, pada waktu beliau (Angel) maju sebagai caleg PPP, dia

banyak sekali memahami PPP,”10

Media massa memiliki peran penting dalam penyebaran informasi

karena berfungsi menyampaikan pesan kepada khalayak. Media massa adalah

media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi

secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.11

Karakteristik media massa yaitu bersifat melembaga, satu arah, meluas dan

serempak, memakai peralatan teknis dan mekanis, serta besifat terbuka. Isi

pesan dalam media massa dapat diterima oleh siapa saja, dimana saja, tidak

memperdulikan usia, jenis kelamin dan suku bangsa.12

Televisi kini merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh

dunia, dan sampai sekarang masih terus berkembang. Bila dilihat dari

fungsinya, media massa memiliki empat fungsi, pertama, menghimpun dan

menyebar luaskan informasi bagi khalayak. Kedua, memberikan pendidikan

8

http://www.mashikam.com/2014/01/mengkritisi-kualitas-caleg-parpol-angel.html?m=1 diakses pada 22 September 2015 pukul 19.51

9

http://m.metrotvnews.com/read/2014/12/11/330626/ini-alasan-djan-faridz-pilih-angel-lelga-jadi-wasekjen-ppp diakses pada 30 November 2015 pukul 07.48

10

http://m.metrotvnews.com/read/2014/12/11/330626/ini-alasan-djan-faridz-pilih-angel-lelga-jadi-wasekjen-ppp diakses pada 30 November 2015 pukul 07.48

11

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008), h. 72 12

(18)

bagi khalayak. Ketiga, sebagai media hiburan bagi khalayak. Keempat,

sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.13

Televisi merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk

menyampaikan pesan politik kepada khalayak. Politisi menggunakan media

ini sebagai alat penyampaian citra politik. Citra adalah kecenderungan yang

tersusun dari pikiran, perasaan dan kesudian. Citra seseorang membantu dalam

pemahaman, penilaian, dan pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan, atau

pemimpin politik.14

Citra adalah suatu gambaran tentang realitas, yang mungkin saja tidak

sesuai dengan realitas. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima

melalui berbagai media, baik media massa cetak dan elektronik. Media bekerja

membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra.15Perkembangan

media massa saat ini telah bertransformasi fungsi, menjadi salah satu agen

pembentuk citra.

Talk Show Mata Najwa sebagai salah satu program di televisi menjadi sebuah sarana untuk menyebarkan citra politik dari narasumbernya, termaksud

Angel Lelga. Citra Angel Lelga sebagai salah satu calon anggota legislatif

menjadi negatif lantaran ia tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan pada

Talk Show Mata Najwa dengan baik. Angel dianggap sebagai sosok yang tidak mengetahui seluk beluk dunia politik dan hukum tetapi berani mencalonkan

diri sebagai wakil rakyat. Misalnya, saat ditanya oleh pembawa acara, Najwa

Sihab, soal peraturan dan hukum, visi misi, dan agenda partai, Angel Lelga

13

Zaenuddin HM, The Journalist, (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h.9-10 14

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.7

15

(19)

6

malah memberikan jawaban yang berbelit-belit. Ia selalu menjawab “ kita lihat

saja nanti ” tanpa menerangkan jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan.

Akibat tayangan tersebut, Angel Lelga menjadi objek “bully” di internet.

Tayangan Mata Najwa edisi “Gengsi Berebut Kursi” juga diunggah

oleh akun bernama Manroe di Youtube dengan judul “Jawaban Ngawur Angel

Lelga” Calon Wakil Rakyat di Mata Najwa.16 Video ini berhasil menarik

perhatian masyarakat hingga ditonton sebanyak 1.537.206 kali dengan jumlah

komentar mencapai 3.839. Hampir dari seluruh komentar yang ada

mengandung komentar negatif untuk Angel Lelga. Salah satu komentar dari

akun youtube bernama Sri Andiani mengatakan:

“haha, lucu. Sudah terlalu banyak parpol yang menjadikan public figure sebagai cara untuk menarik masyarakat agar memilih partainya. Padahal untuk menjadi wakil rakyat dibutuhkan orang yang kompeten yang mampu untuk mewakilkan suara rakyat. Kalau orang macam begini yang terpilih, bagaimana Indonesia mau maju coba. Kurang pengalaman dan kurang pengetahuan di bidang politik berani maju jadi

caleg.”17

Media massa sangat berperan dalam menenentukan opini publik. Opini

juga dapat diartikan sebagai suatu respon aktif terhadap stimulus suatu respon

yang dikonstruksi melalui interpretasi pribadi yang berkembang dan

menyumbang citra (image). Sementara, opini publik merupakan kegiatan

untuk mengungkapkan atau menyampaikan apa yang oleh masyarakat tertentu

diyakini, dinilai dan diharapkan oleh seseorang untuk kepentingan mereka dari

situasi tertentu.18

Sehubungan dengan itu, program Talk Show Mata Najwa merupakan

salah satu tontonan yang diminati masyarakat. Hal ini terbukti dengan

16

http://youtu.be/1PAwGi6p3KE diakses pada 22 September 2015 pukul 19.55 17

http://youtu.be/1PAwGi6p3KE diakses pada 22 September 2015 pukul 19.55 18

(20)

beberapa penghargaan yang telah diraih oleh Mata Najwa salah satunya dalam

KPI Award sebagai “Program Talk ShowTerbaik” pada tahun 2014.19

Pada perkembangannya, timbul pertanyaan sesungguhnya Angel Lelga

sebagai tokoh politik menjadi jatuh citranya karena pemberitaanya di televisi.

Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk menyusun sebuah skripsi untuk

mengetahui bagaimana respon dari kalangan aktivis akademik seperti

mahasiswa, terutama jurusan jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam

yang telah mempelajari Ilmu Jurnalistik dan mata kuliah Komunikasi Politik

tentang tayangan Mata Najwa yang mengangkat sosok Angel Lelga sebagai

politisi wakil tersebut. Peneliti ingin menganalisis dan membandingan respon

kedua jurusan tersebut dan melihat apakah mata kuliah Komunikasi Politik

akan berpengaruh pada respon yang ditimbulkan.

Berdasarkan fenomena dan data di atas, maka untuk mengetahui

perbandingan respon mahasiswa Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi

Penyiaran Islam terhadap citra Angel Lelga, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul, “Perbandingan Respon Mahasiswa Konsentrasi

Jurnalistik Dengan Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)

Terhadap Citra Politisi Wakil Angel Lelga Dalam Talk Show Mata

Najwa Di Metro TV”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini penulis batasi pada tingkat respon (tinggi, sedang

dang rendah) mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam

19

(21)

8

terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di

Metro TV edisi “Gengsi Berebut Kursi” tanggal 15 Januari 2014.

Respon yang penulis maksud pada penelitian ini adalah tanggapan,

reaksi atau sikap mahasiswa yang timbul setelah menyaksikan tayangan

Talk Show Mata Najwa” pada episode “Gengsi Berebut Kursi” pada

segmen wawancara Angel Lelga tanggal 15 Januari 2014.

Mahasiswa pada penelitian ini hanya mahasiswa Jurnalistik 2012

dan Komunikasi Penyiaran Islam 2012 dengan alasan hanya mahasiswa

Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam saja yang diajarkan mata

kuliah Ilmu Komunikasi Politik dan Jurnalistik.

2. Perumusan Masalah

Agar pembatasannya lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu

membuat perumusan masalah yang tersusun dalam kerangka pertanyaan

sebagai berikut:

a. Bagaimanakah respon mahasiswa Jurnalistik terhadap citra politisi

wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi 15 Januari 2014?

b. Bagaimanakah respon mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi 15 Januari 2014?

c. Apakah terdapat berbedaan respon antara mahasiswa Jurnalistik

dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap citra politisi

wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada

(22)

d. Apakah terdapat berbedaan respon antara aktivis dan non aktivis

mahasiswa Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa

di Metro TV pada edisi 15 Januari 2014?

e. Apakah terdapat berbedaan respon antara jenis kelamin mahasiswa

Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap

citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi 15 Januari 2014?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengalisis respon mahasiswa Jurnalistik terhadap citra politisi

wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi

15 Januari 2014.

b. Untuk menganalisis respon mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di

Metro TV pada edisi 15 Januari 2014.

c. Untuk membandingkan antara respon mahasiswa Jurnalistik dengan

mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap citra politisi wakil

Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV pada edisi 15

Januari 2014.

d. Untuk membandingkan antara respon aktivis dan non aktivis mahasiswa

Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap citra

politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di Metro TV

(23)

10

e. Untuk membandingkan antara respon berdasarkan jenis kelamin

mahasiswa Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

terhadap citra politisi wakil Angel Lelga dalam Talk Show Mata Najwa di

Metro TV pada edisi 15 Januari 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan

keilmuan, khususnya mengenai teori stimulus respon yang terdapat dalam

mata kuliah riset media dan psikologi komunikasi, serta teori – teori yang

terdapat dalam mata kuliah komunikasi politik.

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

konstribusi pada disiplin ilmu komunikasi untuk pengembangan penelitian.

Penelitian ini berguna untuk memperdalam wawasan pengetahuan yang

telah didapat di bangku perkuliahan, menambah wawasan tentang teori

stimulus respon dan menjadi bahan perbaikan kurikulum.

3. Manfaat Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi

praktisi media khususnya Metro TV dalam menentukan narasumber dan

tidak menyudutkan. Serta dapat dijadikan program evaluasi untuk partai

(24)

E. Teknik Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi

yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and

Assurance) Universitas Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari dari tindakan plagiat, peneliti melakukan

peninjauan terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu dengan

mengunjungi Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta

Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Penulis menemukan

beberapa penelitian mengenai respon, baik respon acara televisi, media

online, cetak dan film. Berikut ini adalah penilitian yang peneliti jadikan

tinjauan pustaka diantaranya:

1) “Respon Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Terhadap Dr.

Arkand Bodhana Zaeshaprajna Pada Talk Show Kick Andy di Metro

TV Mengenai Hubungan Struktur Nama dan Nasib”, karya Radinal

Kharimaputra, skripsi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam tahun 2014. Perbedaan penelitian yang Radinal Kharismaputra tulis

dengan penelitian yang penulis buat terletak pada objeknya. Radinal

menjadikan respon terhadap Dr. Arkand Bodhana Zaeshaprajna,

sedangkan menulis menjadikan respon terhadap citra Angel Lelga. Hasil

dari penelitian ini adalah responden memberikan respon yang cukup

positif setelah menonton talk show tersebut. Kelebihan penelitian Radinal

(25)

12

dari mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam terhadap Arkand Bodhana

Zeshaprajna. Kekurangan pada skripsi Radinal ialah hanya melihat

bagaimana responnya saja tapi tidak membandingkan jenis kelamin

repondennya.

2) “Respon siswa SDN Cipayung 1 Ciputat Terhadap Iklan “Kejujuran

dan Es Krim” di Televisi Edukasi (TVe)”, karya Jojo Septianto,

skripsi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2014.

Perbedaan penelitian Jojo dengan yang penulis buat ada pada

respondennya. Jojo menjadikan kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat.

Sementara penulis menjadi seluruh mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta

angkatan 2012 sebagai populasinya. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa responden mampu memahami isi pesan dalam iklan

tersebut dan memberikan respon afektif yang positif terhadap iklan

tersebut. Kelebihan skripsi ini menganalisis kesesuaian antara pesan dan

respon komunikan baik secara kognitif mapun afektif. Kekurangan

penelitian ini kurang mendeskripsikan iklan tersebut.

3) “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap

Program Damai Indonesiaku di TV One”, karya Ali Uraidi, skripsi

mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2011.

Perbedaan penelitian Ali dengan penelitian yang peneliti buat ada pada

medianya. Ali menjadikan TV One sebagai penelitiannya. Sementara

penulis menjadikan Metro TV. Hasil penelitian ini adalah respon positif

mahasiswa terhadap pengetahuan agama hasilnya tinggi. Kelebihan dari

(26)

media yaitu TV One. Kekurangan penelitian ini ialah tidak menjelaskan

respon yang ingin diteliti dalam batasan masalah.

Melihat dari beberapa judul di atas, dapat terlihat jelas bahwa

penelitian yang penulis angkat memiliki perbedaan dari penelitian

sebelumnya. Perbedaan dapat terlihat jelas dari responden, judul, metodologi

penelitian dan media yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

Untuk gambaran sekilas skripsi yang akan disusun, maka peneliti

membuat sistematika pembahasan yang terdri dari V Bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas tinjauan teoritisyang meliputi

mengenai respon, faktor terbentuknya respon, macam-macam

respon, respon sebagai proses pembentukan sikap, teori

Stimulus Organism Respon (S-O-R), konseptualisasi citra,

proses pembentukan citra, pengertian politisi wakil dan Talk

Show.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang metode penelitian yang

(27)

14

penelitian, populasi dan sampling, sumber data, variabel

penelitian, definisi operasional dan indikator penelitian, teknik

dan instrumen pengumpulan data, teknik pengolahan data, uji

validitas dan uji realibitas, dan hasil uji instrumen.

BAB IV : HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

Dalam bab ini membahas gambaran umum yang berupa profil

Mata Najwa, profil Angel Lelga, dan hasil penelitian yang berisi

tentang respon mahasiswa Jurnalistik terhadap citra Angel Lelga

sebagai politisi wakil pada Talk Show Mata Najwa edisi 15

Januari 2014.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab terakhir ini besisi kesimpulan dan saran dari peneliti

mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh peneliti dalam skripsi

(28)

15

LANDASAN TEORI

A. Teori Respon

1. Definisi Respon

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, respon adalah tangapan,

reaksi, jawaban, terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi20.

Sementara dalam Kamus Lengkap Psikologi definisi respon adalah

sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh satu

perangsang, atau bisa juga diartikan sebagai satu jawaban, khususnya satu

jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner, atau bisa juga berarti

sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah

maupun yang tersembunyi atau tersamar21.

Secara etimologis, menurut Sumaryadi Subrata, “respon adalah

tangapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang

terjadi”. Secara garis besar dan bersifat umum tanggapan ialah gambaran

pengamatan yang tinggal dikesadaran kita sesudah mengamati22.

Ahmad Subandi mengemukakan respon dengan istilah umpan balik

(feed back) yang memiliki perasaan atau pengaruh yang besar dalam

menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi23.

20

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 585

21

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.ke-9, h. 432

22

Sumaryadi Subrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 36

23

(29)

16

Respon diartikan sebagai tanggapan, reaksi dan jawaban. Respon

akan terjadi setelah proses penerimaan pesan dalam suatu rangkaian

komunikasi24. Tanggapan sebagai salah satu jiwa yang pokok, dapat

diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana obyek

yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.25

Terdapat berbagai macam perbedaan redaksi dari para ahli dalam

mendefinisikan respon/tanggapan, namun inti dari respon/tanggapan ialah

adanya sebuah umpan balik (feed back) yang diberikan dari komunikan

terhadap komunikator setelah menerima pesan. Dalam penelitian ini akan

menggunakan respon sebagai tanggapan, reaksi atau sikap mahasiswa

yang timbul setelah menyaksikan tayangan Talk Show Mata Najwa dalam

melihat citra diri Angel Lelga sebagai politisi wakil.

2. Faktor Terbentuknya Respon

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi

faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang

bersangkutan dapat menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya

individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang

ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat

respon individu, sebab individu melakukan stimulus yang ada persesuaian

atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka akan ditanggapi adalah

individu tergantung pada stimulus juga bergantung pada keadaan individu

itu sendiri. 26

24

Poerdawaminta, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), h. 43 25

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), h. 64 26

(30)

Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan

individu akan bergantung pada 2 faktor, yaitu:

a. Faktor Internal: yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu

sendiri dari dua unsur yakni rohani dan jasmani. Seseorang yang

mengadakan tanggapan terhadap stimulus tetap dipengaruhi oleh

eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur

saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda

intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan

berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.

Unsur jasmani atau fisiologis meliputi keberadaan, keutuhan dan cara

kerja atau alat indera, urat syaraf dan bagian-bagian tertentu pada otak.

Unsur-unsur rohani dan fisiologisnya yang meliputi keberadaan dan

perasaan (feeling), akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran,

motivasi, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal: yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini

intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan

faktor stimulus. Bimo Walgito dalam bukunya menyatakan bahwa

faktor psikis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan

stimulus akan mengenai alat indera.27

3. Macam-macam Respon

Suatu kegiatan komunikasi memberikan efek berupa respon dari

komunikasi terhadap pesan yang diberikan oleh komunikator. Menurut

Steven M.Chaffee respon dibedakan menjadi tiga bagian:

27

(31)

18

a. Kognitif : yang dimaksud dengan respon kognitif adalah respon yang

terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,

dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan

dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan,

atau informasi.

b. Afektif : yang dimaksud dengan respon afektif adalah respon yang

timbul bila ada perubahan pada apa yan dirasakan,

disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan

dengan emosi, sikap atau nilai.

c. Konatif : yang dimaksud dengan psikomotorik adalah respon yang

berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi

tindakan atau kebiasaan.28

Adapun menurut Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi

Kepribadian, respon atau tangapan terbagi menjadi:

1. Tanggapan menurut indera yang mengamati yaitu:

a. Tanggapan auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang telah

didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.

b. Tanggapan visual, tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat.

c. Tanggapan perasa, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang dialami

oleh dirinya.

2. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

a. Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang

diingatnya dari masa lalu.

28

(32)

b. Tanggapan fantasi, yaitu tanggapan masa kini atau tanggapan

terhadap sesuatu yang sedang terjadi.

c. Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap masa datang atau

tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.

3. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:

a. Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang

menghampirinya, berada didekatnya atau yang ada disekitarnya.

b. Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan seseorang terhadap ucapan

atau kata-kata yan didengar atau dilontarkan oleh lawan bicara.29

4. Respon Dalam Komunikasi

Tujuan utama dalam komunikasi adalah terjadina respon atau

tanggapan terhadap stimulus/rangsangan. Tanpa adanya suatu respon atau

tanggapan baik secara langsun atau tidak langsung maka dapat dikatakan

bahwa komunikasi tersebut tidak berhasil sesuai tujuannya.30 Respon

sangat erat kaitannya dengan stimulus, karena dengan adanya stimulus

seseorang akan mempunyai persepsi tentang suatu peristiwa yang

membangkitkan respon atau reaksi. Respon dalam proses komunikasi

berfungsi dan disebut dengan istilah umpan balik (feed back), sedangkan feed back dalam proses komunikasi merupakan komponen komunikasi.31

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam

komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau

29

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 64 30

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: Remaja Roesdakarya, 1984), h. 19

31

(33)

20

berhentinya komunikasi yang dilancarkan komunikator. Menurut Ralph

Webb sifat respon dalam komunikasi terdiri dari:32

1. Respon Positif (Positive Feedback)

Respon atau tanggapan yang diterima komunikator dari

komunikan dapat dimengerti dan mencapai saling pengertian, sehingga

komunikan mendukung, menyepakati, mengiyakan, menyetujui pesan

atau bersedia memenuhi ajakan seperti yang termuat dalam pesan yang

diterimanya.

2. Respon Negatif (Negative Feedback)

Respon atau tanggapan dari komunikan kepada komunikator

yang tidak menyenangkan, tidak mendukung, menentang yang berarti

terjadinya protes ketidaksetujuan.33

5. Respon Sebagai Proses Pembentukan Sikap

Menurut H. Harvey dan William P. Smith, sikap adalah kesiapan

merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap

objek/situasi. Sedangkan menurut Doob sikap pada hakekatnya adalah

tingkah laku balasan yang tersembunyi (implicitis response) yang terjadi

langsung setelah adanya rangsangan.34

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa sikap merupakan

produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan

32

T. May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat International, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005), h. 5

33

T. May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat International, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005), h. 5

34

(34)

rangsangan yang diterimanya. Sikap seseorang terhadap obyek dapat

digolongkan menjadi dua bagian:35

1. Sikap Positif

Sikap positif terjadi apabila individu memiliki sikap positif, maka

reaksi yang timbul ia akan siap membantu, memperhatikan, dan

berbuat yang menguntungkan obyek tersebut.

2. Sikap Negatif

Sikap negatif terjadi apabila individu memiliki sikap yang negatif,

maka ia akan mengecam, mencela, tidak menanggapi, menyerang,

bahkan membinasakan obyek tersebut.36

6. Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism

Response ini semula berasal dari psikologi. Menurut Effendy dalam

bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, mengatakan bahwa teori S

– O – R kini menjadi teori komunikasi juga karena objek material dari

psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya

meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan

konasi.37

Teori Stimulus-Respons ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip

belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus

35

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori – Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 11

36

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori – Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 11

37

(35)

22

tertentu. Dengan demikian, seorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat

antara pesan-pesan media dan reaksi audience. McQuail (1994:234)

menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah: (a) pesan

(stimulus); (b) seorang penerima atau receiver (organisme); dan (c) efek

(respon).38

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta

Pengukurannya, mengutip pendapat hovland, Janis, dan Kelley yang

menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable

penting, yaitu: perhatian, pengertian dan penerimaan.39

Gambar 1. Teori S – O – R

Berdasarkan skema gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan

sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Maka dapat

dijelaskan bahwa perubahan sikap bahwa perubahan sikap komunikan

bergantung kepada stimulus dan proses yang terjadi pada komunikan saat

diterpa pesan (stimulus). Pertama, komunikan dihadapkan dengan pesan

(stimulus). Pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin dapat

diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

komunikan. Kemudian komunikan memberikan perhatian kepada pesan

yang membawanya pada tahap pengertian. Lalu dilanjutkan kembali pada

38

Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2013),cet.ke-6,h.281 39

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h.259

Response

(Perubahan Sikap) Organisme:

(36)

tahap penerimaan. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya,

maka komunikan akan memberikan respon berupa perubahan sikap.40

Prinsip stimulus-respons ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massayang sangat berpengaruh. Teori jarum hipodermik memandang bahwa sebuah pemberitaan media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan ke

dalam pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan41.

Dalam masyarakat massa, di mana prinsip stimulus-respons

mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan

didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga

secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar

individu, bukan ditunjukkan pada orang per orang. Kemudian sejumlah

besar individu itu akan merespons pesan informasi itu42.

Penggunaan teknologi telematika yang semakin luas dimaksudkan

untuk reproduksi dan distribusi pesan informasi itu sehingga diharapkan

dapat memaksimalkan jumlah penerima dan respons oleh audience, sekaligus meningkatkan respons oleh audience43.

B. Citra

1. Konseptualisasi Citra

Citra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti gambar.

Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa inggris. Pada hakikatnya citra didefinisikan sebagai

40

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h.259

41

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta :Kencana, 2013). Cet.6. h.281 42

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta :Kencana, 2013). Cet.6. h.281 43

(37)

24

kontruksi atas reprentasi dan persepsi khalayak terhadap individu,

kelompok atau lembaga yang terkait dengan kiprahnya dalam masarakat.

Citra pun diartikan sebagai cara anggota organisasi dengan melihat kesan

atau persepsi yang ada dibenak orang44.

Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa

citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan;

kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang, atau

organisi.45

Citra adalah kecenderungan yang tersusun dari pikiran, perasaan

dan kesudian. Citra seseorang membantu dalam pemahaman, penilaian,

dan pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan, atau pemimpin politik46 .

Citra merupakan gambaran tentang realitas, yang mungkin

sajatidak sesuai dengan realitas. Citra terbentuk berdasarkan informasi

yang diterima melalui berbagai media, utamanya media massa cetak dan

elektronik, yang bekerja membentuk, mempertahankan, atau

mendefinisikan citra47.

Dalam membentuk sebuah citra, tak terlepas dari sebuah proses

yang sering disebut pencitraan. Pencitraan ialah proses pembentukan citra

melalui informasi yang diterima oleh khalayak secara langsung atau

melalui media sosial atau media massa. Dalam pembentukan citra politik

tidak terlepas dari peran media dan para komunikator (politikus). Media

merupakan alat yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan politik yang

44

Siti Nurhayati, Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014), h. 24

45

Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 111

(38)

disampaikan oleh komunikator. Sementara pesan dari komunikator

(politikus) ialah berusaha menciptakan citra melalui komunikasi politik

dengan tujuan memperoleh dukungan publik. Media tidak saja berfungsi

sebagai mediator penyampaian berita, tetapi sebagai sarana pembentukan

citra politik48.

Citra bersifat temporer sehingga perlu strategi yang konsisten

dalam memelihara citra di media. Ada empat tahapan dalam pencitraan

menurut Baudrillard. Pertama, pencitraan adalah refleksi dari realitas

dasar. Kedua, ia menutupi dan menyesatkan realitas dasar. Ketiga,

menutupi ketidakhadiran realitas dasar. Keempat, tidak mengacu atau

memiliki relasi dengan realitas manapun. 49

2. Proses Pembentukan Citra

Selain citra dikenal juga sebagai gambaran mengenai suatu hal.

Penggambaran tersebut juga memiliki proses dalam pembentukannya.

Proses tersebut mengalami 4 tahap, yakni:50

a. Persepsi : Peresepsi disini ialah mengenai memaknakan atau

mengartikan suatu rangsangan berdasarkan

pengalamannya terhadap rangsangan itu sendiri.

b. Kognisi : Setelah suatu individu sudah dapat mengartikan suatu

rangsangan berdasarkan pengalamannya. Maka

selanjutnya terjadi kognisi, dimana individu akan merasa

yakin terhadap stimulus.

48

Siti Nurhayati, Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014), h. 25

49

Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik: Di Era Industri Citra, (Jakarta: PT. Laswell Visitama, 2010), h.52

50

(39)

26

c. Motif : Motif disini bisa diartikan sebagai dorongan seorang

individu untuk melakukan suatu hal tertentu untuk

memenuhi tujuannya.

d. Sikap : Sikap yang dimaksud disini berarti sebuah kecondongan

dalam diri untuk berpikir, bertindak dalam menghadapi

suatu masalah, mengeluarkan suatu ide atau nilai-nilai

yang ada di masyarakat.

3. Politisi Wakil

Politisi dibagi menjadi dua, yaitu politisi ideolog dan politisi wakil.

Politisi ideolog adalah komunikator politik yang menjadi kader ideologi

dan representasi nilai-nilai normatif yang diusung oleh individu atau

kelompok politik berdasarkan sebuah proses kaderisasi yang panjang51.

Sementara politisi wakil ialah politisi yang tidak mengikuti proses

kaderisasi namun karena popularitasnya sehingga dipilih oleh suatu

kelompok/partai tertentu untuk merepresentasikan kelompok tertentu.

Seperti selebritas, pengusaha maupun mantan petinggi militer yang

tiba-tiba dipilih menjadi figur politik sebuah partai52.

Seorang selebritas selain karena kemampuannya dalam bidang

tertentu, juga memiliki wajah yang telegenic atau camera face dalam

televisi. Selebritas dibesarkan oleh citra (Image) yang dibentuk oleh

liputan media. Bagi seorang politisi yang cerdas dan memiliki hubungan

51

Gun Gun Heryanto dan Shulhah Rumaru,Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.15

52

(40)

yang baik dengan wartawan, berpotensi mengeksploitasi media dengan

pernyataan-penyataan politiknya yang menarik untuk dipublikasikan.53

4. Talk Show

Talk Show didefinisikan sebagai keterampilan menyajikan

perbincangan bertopik serius. Konsep talkshow adalah (1) topik yang

dipilih aktual, sedang menjadi sorotan; (2) bersifat analisis, tidak sekedar

deskripsi kasus; (3) terjadi interaksi seimbang diantara narasumber, tidak

dimonopoli satu orang atau satu sudut pandang; (4) terjadi kontroversi,

perdebatan pro-kontra; (5) ada solusi terbuka pada akhir perbincangan.54

53

Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 298

54

(41)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme. Paradigma

positivisme mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses

sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator) untuk

mengubah pengetahuan (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan)

yang pasif (Mulayana, 2000: 58)55. Paradigma Positivisme menempatkan

peneliti memiliki jarak dengan subjek penelitian. Tujuan dari postivis ialah

untuk memberikan penjelasan, prediksi, dan kontrol (dalam hal ini melihat

hubungan ilmu sosial dan ilmu fisik).

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan pendekatan

penelitian kuantitatif. Dimana pendekatan kuantitatif bertujuan untuk

menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena sosial melalui

pengukuran objektif dan analisis numerik terhadap variasi angka-angka.

Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian

yang lebih ditekankan pada data yang dihitung untuk menghasilkan

penafsiran kuantitatif yang kokoh56.

55

Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 87

56

(42)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif quasi experimental,

bentuk desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja,

sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Dengan cara memberikan

perlakuan terhadap satu kelompok responden yang dianggap mewakili.57

Perlakuan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dengan

menayangkan video “Talk Show Mata Najwa edisi Gengsi Berebut Kursi”

secara langsung kepada mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012 dan mahasiswa

Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2012 untuk kemudian diminta

responnya melalui angket yang telah diberikan.

Penelitian eksperimen bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal

yang terjadi atau yang akan terjadi diantara variable-variabel tertentu melalui

upaya manipulasi atau pengontrolan variable-variabel tersebut atau hubungan

diantara mereka, agar ditemukan hubungan, pengaruh, atau perbedaan salah

satu atau lebih variable. Sedangkan penelitian survey dengan cara

membangun hipotesis penelitian dan mengujinya di lapangan.

Penelitian ini membandingan respon mahasiswa Jurnalistik dengan

mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap citra politisi wakil Angel

Lelga dalam TalkShow Mata Najwa

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2015 - Januari

2016. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

berlokasi di Jl. Ir. H. Djuanda No.95 Ciputat.

57

(43)

30

Adapun alasan pemilih lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan

sebagai berikut:

1. Lokasi penilitian sangat mudah dijangkau oleh peneliti.

2. Peneliti adalah mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, sehinga data dapat dengan mudah diakses.

3. Adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data-data yang peneliti gunakan sebagai berikut:

1. Data Primer

Yaitu data yang langsung diterima oleh responden melalui penelitian

lapangan dengan cara menyebarkan angket.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian keperpustakaan, untuk

mencari konsep, teori-teori atau hal-hal yang berhubungan dengan

masalah data pendukung skripsi ini seperti skripsi-skripsi pendahulu,

buku-buku mengenai metode penelitian komunikasi, ilmu komunikasi,

teori komunikasi, psikologi komunikasi, teori citra, komunikasi politik,

kamus, dan artikel-artikel yang ada di internet.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.58 Penentuan

58

(44)

populasi ini menjadi sangat penting karena melalui penentuan populasi

seluruh kegiatan penelitian dapat terarah.

Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

Jurnalistik dan mahasiswa Komunikasi Penyiaran IslamUniversitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012. Penarikan sampel dari

populasi dilakukan secara Propotionate Stratified Random Sampling. Teknik

ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan

berstrata secara proposional. Teknik penarikan sampel tersebut dipilih dengan

tujuan agar hasil penelitian akan lebih sesuai dengan keadaan populasi yang

dalam keadaan tertentu bersifat (misalnya, angkatan) bersifat heterogen.59

Pemilihan subyek tersebut dilakukan dengan pertimbangan peneliti ingin

membandingkan mahasiswa Jurnalistik dengan mahasiswa Komunikasi

Penyiaran Islam dikarenakan:

1. Mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012 diajarkan mata kuliah ilmu

jurnalistik dan komunikasi politik.

2. Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2012 diajarkan mata

kuliah ilmu jurnalistik dan komunikasi politik.

3. Mahasiswa Jurnalistik dan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

angkatan 2012 merupakan mahasiswa yang mengamati perkembangan

media.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 225 orang mahasiswa yang

terdiri dari 58 mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012, dan 167 mahasiswa

Komunikasi Penyiaran Islamangkatan 2012.

59

(45)

32

Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2012

No. Jurusan Jumlah

1. Jurnalistik 58

2. Komunikasi Penyiaran Islam 167

Jumlah 225

Sumber: Tata Usaha FDK UIN Jakarta

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara – cara

tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yan

dianggap dapat mewakili populasi. Metode sampling adalah pembicaraan

bagaimana menata berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel

penelitian, bagaimana kita merancang tata cara pengambilan sampel agar

menjadi sampel yang representatif. Dalam penelitian ini rancangan yang

digunakan adalah rancangan sampel probabilitas yang merupakan penarikan

sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.60

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang. Pengambilan

jumlah sampel didasarkan atas perhitungan menggunakan rumus Slovin

dengan taraf kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 90% atau taraf

kesalahan 10%.

Rumus perhitungan besaran sampel:

Keterangan:

n : Jumlah sampel yang dicari

N : Jumlah populasi

60

(46)

e : Batas toleransi kesalahan (error tolerence) dalam penelitian ini

sebesar 0,1

Perhitungan:

n = 37

Jumlah sampel mahasiswa Jurnalistik berjumlah 37 orang.

n = 63

Jumlah sampel mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam berjumlah 63

orang.

Tabel 2. Data AlokasiProporsional Setiap Jurusan

No Jurusan Jumlah

1. Jurnalistik 37

2. Komunikasi Penyiaran Islam 63

Jumlah 100

Sampel dari penelitian ini berjumlah 100 mahasiswa, yang terdiri dari

37 mahasiswa Jurnalistik angkatan 2012, dan 63 mahasiswa Komunikasi

Penyiaran Islam angkatan 2012.

(47)

34

Variabel berakar dari sebuah konsep dan konstruk. Konstruk dapat

berubah menjadi variabel apabila diberikan nilai-nilai tertentu pada sifat

konstruk. Dapat disimpulkan variabel adalah suatu konstruk yang

sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan61. Sebagai contoh, untuk

mengukur konstruk “pemalu” dapat dibuat skala 1 sampai 5, dimana (1)

sangat tidak pemalu (5) sangat pemalu. Inilah mengapa disebut variabel

(dalam bahasa inggris: variable) yang berarti variasi.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang

menggunakan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut

variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah, sehingga akan

muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain sama sekali tidak

muncul62. Variabel bebas dari penelitian ini adalah respon mahasiswa,

dengan sub variabel:

a. Respon positif

b. Respon negatif

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan sejumlah gejala ataupun faktor maupun

unsur yang ada ataupun muncul, dipengaruhi, atau ditentukan oleh adanya

61

Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 20

62

(48)

variabel bebas63. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah citra politisi

wakil Angel Lelga.

G. Operasionalisasi Konsep

Definisi operasional diartikan sebagai sebuah penjelasan istilah-istilah

atau variabel secara rinci agar bisa diamati dan tidak menimbulkan

pemaknaan yang berbeda bagi setiap orang yang membacanya.64

Maka definisi operasional dari variabel yang akan diukur dalam

penelitian ini meliputi:

Tabel 3. Operasionalisasi Konsep

Variabel Sub Variabel

Definisi Operasional Indikator Skala

Respon Positif Tanggapan, reaksi, atau jawaban yang mendukung

Negatif Tanggapan, reaksi, atau jawaban yang tidak

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001), h. 57

64

(49)

36

Variabel Sub Variabel

Definisi Operasional Indikator Skala

Wakil rangsangan berdasarkan Kognisi Merasa yakin terhadap

stimulus

Motif Dorongan seseorang untuk melakukan suatu hal

Sikap Kecondongan dalam diri untuk berpikir, bertindak

(50)

Variabel Sub Variabel

Definisi Operasional Indikator Skala

3. Mendengar prestasi

walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Ini berarti alat ukur

harus mempunyai tingkat akurasi yang tinggi, terutama apabila alat ukur

tersebut digunakan sehingga peneliti akan mendapat data dengan bobot

kebenaran yang tepat. Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila

instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Uji kualitas terhadap instrumen yang dipakai untuk mengukur

(51)

38

instrumen itu valid, maka kriteria yang digunakan batas minimum suatu

instrumen atau angket atau bahan tes dinyatakan valid, atau dianggap

memenuhi syarat koefisien r = hitung > 0,361.

Pada tahap ini peneliti melakukan uji validitas terhadap 30

responden bayangan, yaitu responden yang tidak termasuk dalam sampel

penelitian. Dengan melakukan uji validitas, dapat diketahui apakah

butir-butir pernyataan yang terdapat di kuisioner telah layak dijadikan alat ukur

dalam penelitian ini. Pada awalnya terdapat 45 butir pernyataan,

kemudian diujikan kepada 30 responden bayangan dan hasilnya terdapat 8

butir pernyataan dari masing-masing variabel yang drop atau tidak valid.

Berikut adalah hasil uji validitas yang diolah dengan software Excel 2013:

Tabel 4. Blue Print Variabel Respon

No. Dimensi Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Respon Positif 1,2,3,4,5 - 5

2 Respon Negatif - 8,10 2

Jumlah 7

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Tabel 5. Blue Print Variabel Citra Politisi Wakil

No. Dimensi Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Persepsi 11,12,13,14,15 - 5

2 Kognisi 16,17,18,19 - 4

3 Motif 21,22,23,24 - 4

4 Sikap 26,27,28,30 - 4

5 Popularitas 31,32,34,35 - 4

6 Penampilan Fisik 36,37,39,40 - 4

7 Sifat 41,42,43,44,45 - 5

Jumlah 30

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Gambar

GAMBARAN UMUM DAN ANALISA DATA……………………
Tabel 20 Respon Mahasiswa KPI Terhadap Citra Angel Lelga Dalam Talk
Gambar 1. Teori S – O – R
Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less..

Penelitian ini berjenis deskriptif karena diupayakan untuk mengungkapkan sesuatu secara apa adanya (Sudaryanto, 1992:62). Pada penelitian ini, penelitian dilakukan

Maka kita perlu alat baru untuk meningkatkan level keaamanan di rumah atau gedung kita.. “Alat-alat” baru ini juga sudah mulai diproduksi dan banyak diminati

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V MI Nurul Islam Mirigambar Sumbergempol Tulungagung dalam.. pembelajaran matematika dapat meningkatkan

yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan. Begitu pula pada hasil karya seni batik di Kota Serang

Harus lebih banyak melakukan kegiatan literasi media, Sosialisasi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, serta juga harus lebih aktif dalam membina

Dari hasil dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah mengkudu dapat dibuat dalam bentuk sediaan krim transdermal yang memiliki karakteristik fisik yang baik dicapai

Menurut Sugiyono (2005) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh