• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Reward Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Ips Di Kelas V C Sd Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Reward Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Ips Di Kelas V C Sd Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Anisa Putri Utami

NIM 1112018300015

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan reward dan menganalisis peranan reward untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V C yang berjumlah 18 siswa. Metode pengumpulan data yaitu menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara, tes, angket, dan dokumentasi. Hasil penelitian dengan adanya peranan

reward membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran IPS, siswa menjadi lebih termotivasi, senang, dan lebih percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil angket dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan sebesar 12.4% dimana pada awal pertemuan sebelum tindakan/pra tindakan hasil angket sebesar 53.9% dan pada akhir pertemuan setelah tindakan hasil angket meningkat menjadi 66.3%. Peningkatan juga terjadi pada tes hasil belajar. Peningkatan ini terjadi pada siklus I dan siklus II. Siklus I pada pertemuan pertama dan kedua hasil belajar siswa meningkat sebesar 25%, dimana pada pre-test siklus I hasil belajar siswa mencapai angka 68,3% dan pada post-test siklus I hasil belajar siswa mencapai angka 93,3%. Siklus II pada pertemuan pertama dan kedua hasil belajar siswa meningkat sebesar 23,4%, dimana pada hasil pre-test siklus II adalah 74,4% dan hasil post-tes siklus II adalah 97,8%. Hasil belajar ini juga diperkuat dengan score perhitungan dengan menggunakan rumus N-gain, dimana pada siklus I hasil perhitungan adalah sebesar 0.78 dan pada siklus II hasil perhitungan meningkat menjadi 0.91. Hal ini menandakan bahwa terdapat peranan reward terhadap motivasi dan hasil belajar siswa di kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan.

(7)

ii ABSTRACT

Anisa Putri Utami (1112018300015). The Role Of Rewards to Increase Motivation and Learning Results Social Science In Class V C Harapan Ibu Elementary School of South Jakarta, Department of Teacher Education Madrasah Ibtidaiyah, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2016.

This research aims to know the role of reward to enhance the role of analyzing the motivation and learning outcomes of students in Social Science subjects in class V C Harapan Ibu Elementary School of South Jakarta. This type of research this is a class action research (PTK) which was implemented in two cycles and each cycle consists of two times. This research is carried out through four stages, namely (1) planning, (2) action, (3) the implementation of the observations, and (4) reflection. The subject was a class V C students amounted to 18 students. Method of data collection that is using a sheet of observation, interview, test guidelines, the question form, and documentation. Research results with the role of reward making students become more active in Social Science learning, students become more motivated, excited, and more confident. It can be seen from the increasing results now from the beginning of the meeting until the end of the meeting of 12,4% where at the beginning of the meeting before the actions/pre-action proceeds now amounting to 53.9% and at the end of the meeting after the action result the now increased to 66.3%. The increase also occurred on the test results of the study. This increase occurs on cycle I and cycle II. The cycle of I in the first and second meetings of the learning outcomes of students increased by 25%, which in pre-test cycle I student learning outcomes reach 68.3% and at post-test cycle I student learning outcomes reach 93,3%. Cycle II on the first and second meetings of the learning outcomes of students increased by 23,4%, where as on the results of pre-test cycle II was 74,4% and the results of the post-test cycle II was 97.8%. The results of this study also reinforced with the score calculation by using the formula N-gain, where in the cycle I calculation result is of 0.78 and cycle II calculation result increased to 0.91. This indicates that there is a role of prizes towards motivation and learning outcomes of students in class V C Harapan Ibu Elementary School of South Jakarta.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puja puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul, “Peranan Reward untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS di Kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan” dalam rangka menyelesaikan studi S1 penulis.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik penulis.

4. Takiddin, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah membimbing, memberi masukan, ilmu, dan arahan yang amat bermanfaat kepada penulis.

5. Drs. Mahmudi, selaku kepala sekolah SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan yang telah berbaik hati menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan.

(9)

iv

7. Seluruh dosen dan staf jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Selatan yang telah melimpahkan ilmu dan jasanya kepada penulis.

8. Seluruh guru dan staf SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan yang telah menerima dan membantu penulis dengan baik.

9. Bapakku tersayang, Sardji, dan Ibuku tercinta, Sumarsih, selaku orang tua penulis yang sangat penulis sayangi dan kagumi yang tidak henti-hentinya bersabar, memberikan do’a, semangat, dan dukungannya kepada penulis baik moril maupun materil.

10.Suprihatin dan Sidik Suparno, selaku Tante dan Om penulis yang sudah penulis anggap sebagai orang tua penulis sendiri yang selalu berdoa dan memberikan dukungan untuk penulis.

11.Kakak-kakak kandung ku tercinta, Sapto Pratomo dan Prio Nugroho, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis dengan semangat menyelesaikan skripsi.

12.Prames, Isti, dan Sarah selaku sahabat kecil yang selalu berdoa dan memberikan dukungan untuk penulis.

13.Sahabat-sahabat SMP-ku Annisa Kardina Z. Lubis, Vicianti, Siti Hana, Citra Handini, Dhian Nur Gitayana, Marrisa, dan Tessara Adellia yang selalu berdoa dan memberikan dukungan untuk penulis.

14.Sahabat-sahabat SMA-ku Nurul, Dhea, Tiara, Fira, Sheilla, Shelvia, Candy, Sarah, Ragil, Linda, Silvia, dan Dhena yang selalu berdoa dan memberikan dukungan untuk penulis.

15.Sahabat SAJAK-ku, Saly, Astria, Jingga, dan Kiki yang selalu membantu, berdoa dan memberikan dukungan untuk penulis.

(10)

v

17.Teman-teman skripsi “BIMBINGAN SKRIPSI KITA”, yang senantiasa selalu mengingatkan, membantu, dan memberikan semangat kepada penulis.

18.Teman-teman PGMI 2012 yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

19.Para siswa dan siswi kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan yang selama ini telah bersedia belajar bersama-sama dengan penulis. 20.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat.

Ciputat, 27 Juni 2016

(11)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... x

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Hasil Belajar ... 6

a. Pengertian Hasil Belajar ... 6

b. Teori Belajar... 7

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 8

2. Motivasi Belajar ... 10

a. Pengertian Motivasi ... 10

b. Teori-teori Motivasi ... 12

c. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 13

(12)

vii

3. IPS ... 17

a. Pengertian IPS ... 17

b. Tujuan IPS ... 18

c. Ruang Lingkup ... 18

4. Reward ... 18

a. Pengertian Reward ... 18

b. Macam-macam Ganjaran ... 20

c. Syarat-syarat Ganjaran ... 23

B. Penelitian yang Relevan... 24

C. Kerangka Berpikir... 24

D. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 27

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 29

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 29

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 31

G. Data dan Sumber Data ... 31

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

I. Teknik Pengumpulan Data ... 33

J. Teknik Pemerikasaan Keterpercayaan Keabsahan Data ... 34

K. Analisis Data dan Intervensi Data ... 35

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ... 37

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 41

(13)

viii

B. Pembahasan Peranan Hadiah untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar IPS di Kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan ... 68

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peneliti menjelaskan materi menggunakan power point ... 43

Gambar 4.2 Siswa memperhatikan soal dan menjawab pertanyaan pada kegiatan TGT ... 43

Gambar 4.3 Peneliti memberikan hadiah kepada kelompok yang menang .. 44

Gambar 4.4 Suasana belajar di dalam kelas ... 55

Gambar 4.5 Presentasi Perwakilan Kelompok ... 56

Gambar 4.6 Nilai Presentasi Tiap Kelompok ... 56

Gambar 4.7 Siswa Menyimpulkan Pelajaran ... 57

Gambar 4.8 Peneliti Membagian Hadiah ... 57

Gambar 4.9 Suasana Belajar di Kelas ... 58

Gambar 4.10 Siswa Menunjuk Tangan ... 59

(15)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 33

Tabel 3.2 Kriteria motivasi belajar siswa ... 36

Tabel 4.1 Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 40

Tabel 4.2 Hasil Observasi Guru Pertemuan ke-1 Siklus I ... 45

Tabel 4.3 Hasil Observasi Guru Pertemuan ke-2 Siklus I ... 46

Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Pertemuan ke-1 Siklus I ... 46

Tabel 4.5 Hasil Observasi Siswa Pertemuan ke-2 Siklus I ... 47

Tabel 4.6 Hasil Angket Pertama ... 50

Tabel 4.7 Hasil Tes Belajar Siswa ... 51

Tabel 4.8 Hasil Observasi Guru Pertemuan ke-1 Siklus II ... 60

Tabel 4.9 Hasil Observasi Guru Pertemuan ke-2 Siklus II ... 61

Tabel 4.10 Hasil Observasi Siswa Pertemuan ke-1 Siklus II ... 61

Tabel 4.11 Hasil Observasi Siswa Pertemuan ke-2 Siklus II ... 62

Tabel 4.12 Hasil Angket Kedua ... 64

Tabel 4.13 Hasil Angket ... 65

Tabel 4.14 Hasil Tes Belajar ... 66

Tabel 4.15 Diagram Hasil Angket ... 69

(16)

xi

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Rpp Siklus I Pertemuan I Lampiran 2 Rpp Siklus I Pertemuan II Lampiran 3 Rpp Siklus II Pertemuan I Lampiran 4 Rpp Siklus II Pertemuan II Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Angket Lampiran 6 Angket Motivasi Belajar Siswa Lampiran 7 Data Hasil Angket

Lampiran 8 Kisi-Kisi Instrumen Soal Tes Lampiran 9 Soal Tes Uji Coba

Lampiran 10 Hasil Perhitungan Instrumen Hasil Belajar Tes Dengan Anates Lampiran 11 Soal Tes Siklus I Pertemuan I

Lampiran 12 Soal Tes Siklus I Pertemuan II Lampiran 13 Kunci Jawaban Soal Tes Siklus I Lampiran 14 Soal Tes Siklus II Pertemuan I Lampiran 15 Soal Tes Siklus II Pertemuan II Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Tes Siklus II Lampiran 17 Data Nilai Hasil Belajar

Lampiran 18 Lembar Observasi Guru

Lampiran 19 Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan I Lampiran 20 Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan II Lampiran 21 Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan I Lampiran 22 Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan II Lampiran 23 Lembar Observasi Siswa

(17)

xii Lampiran 30 Hasil Wawancara Siswa Siklus I Lampiran 31 Hasil Wawancara Siswa Siklus II Lampiran 32 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 33 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi Lampiran 34 Surat Permohonan Izin Penelitian

(18)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak bagi semua orang. Pendidikan juga merupakan permasalahan utama yang terjadi di Indonesia. Masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mengenyam pendidikan padahal pendidikan itu sangat penting dalam pembangunan bangsa Indonesia dan sumber daya manusia di Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berakhlak, berkualitas, mahir, dan harus memiliki

skill apalagi untuk menghadapi era globalisasi sekarang ini. Untuk itu dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah dengan pendidikan.

Mendidik anak bukan lah hal yang mudah dan juga bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Dalam mendidik anak yang perlu diperhatikan adalah cara mengajar dan situasi mengajar di dalam kelas. Belajar dengan cara yang monoton akan membuat siswa/anak-anak mudah merasa bosan. Sedangkan situasi belajar yang tidak efektif dan menyenangkan akan membuat siswa menjadi enggan untuk belajar.

Belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga hasil belajar terlihat dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Menurut James O Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman1 Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia.2 Perkembangan individu merupakan suatu proses perubahan individu menuju ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Hurlock (1980) bahwa manusia tidak statis atau mandek, karena perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas (kemampuan) baik

1

Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 119

2

(19)

yang bersifat biologis atau psikologis.3 Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.4 Secara psikologi, belajar dapat diartikan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.5

Belajar akan banyak melibatkan siswa dan guru. Belajar membutuhkan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Namun tidak hanya itu saja, yang terpenting adalah pada proses belajarnya siswa harus memiliki rasa semangat atau motivasi dalam diri siswa agar tercapai tujuan yang diharapkan sehingga fungsi motivasi adalah sebagai penggerak, pendorong, dan pengarahan

kegiatan-kegiatan siswa dalam belajar. Motivasi dalam belajar sangat diperlukan

karena jika tidak adanya motivasi dalam diri siswa, maka tidak ada kemauan atau

dorongan dari dalam diri siswa untuk semangat belajar. Dengan motivasi, siswa dapat

meningkatkan kemampuan, aktivitas, dan ketekunan dalam belajar. Siswa dengan motivasi/semangat belajar yang tinggi maka hasil belajar nya otomatis akan meningkat.

Namun berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan dan berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas, diketahui bahwa masih ada guru yang mengabaikan hal-hal kecil yang dapat meningkatkan minat dan semangat belajar siswa. Pada saat pembelajaran IPS berlangsung, guru yang mengajar di kelas kurang inisiatif dan tidak mengembangkan potensi dirinya dalam menciptakan situasi dan kondisi belajar yang aktif dan kondusif. Guru hanya menjelaskan, memerintahkan siswa untuk mencatat, dan memberikan tugas. Siswa yang terlibat dalam pelajaran jadi mengantuk, pasif, jenuh, dan tidak ada motivasi dalam belajar pada pelajaran IPS yang dipelajari. Guru yang seharusnya dapat menciptakan suasana menyenangkan di kelas pada saat belajar malah menjadi pemicu timbulnya kebosanan di dalam kelas.

3

Fadhilah Suralaga, dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 5

4

Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, op. cit., h. 120

5

(20)

Guru tidak inisiatif dalam menciptakan pembelajaran yang lebih aktif yang dapat memicu siswa semangat belajar. Terlihat pada saat pengamatan penulis, siswa yang belajar hanya mengikuti perintah guru untuk menulis atau mencatat, mengerjakan tugas, dan mendengarkan penjelasan guru. Siswa tidak ada rasa keinginan untuk bertanya lebih dalam tentang materi apa yang sedang dijelaskan. Motivasi belajar siswa terlihat sangat kurang yang menyebabkan siswa kurang aktif saat belajar. Ada pula siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru dan sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Motivasi dalam belajar sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas pada saat belajar. Adanya motivasi dalam belajar membuat suasana kelas menjadi lebih aktif dan akan menimbulkan banyak hal positif pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa akan menjadi lebih aktif, antusias, dan tidak bosan pada saat belajar. Motivasi siswa tersebut dapat dimunculkan oleh beberapa faktor. Di dalam kelas, yang dapat memicu motivasi belajar siswa diantaranya adalah guru. Guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan banyak cara sehingga suasana kelas yang aktif dan yang diharapkan dapat tercipta. Dapat dilihat dari penjelasan di atas terdapat persoalan yang sangat menonjol yakni kurangnya motivasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar di kelas.

Banyak cara atau solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali semangat siswa-siswi yang semangat belajar dan hasil belajarnya menurun, bahkan lebih semangat dari sebelumnya dan hasil belajarnya pun meningkat. Salah satu solusi yang menurut peneliti paling tepat untuk dilakukan yakni dengan guru memberikan siswa reward atau ganjaran.

Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan. Jadi, dengan sendirinya maksud ganjaran itu ialah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. 6 Reward dianggap penting karena reward dapat memacu

6

(21)

semangat belajar siswa, karena reward bersifat menyenangkan dan menggembirakan.

Reward dapat berupa pujian, penghargaan, bintang, bahkan berupa barang atau makanan yang dapat menyenangkan hati siswa. Reward membuat siswa menjadi lebih semangat dan termotivasi dalam belajar. Siswa yang termotivasi, maka otomatis hasil belajarnya pun juga akan meningkat. Sehingga kondisi yang seharusnya yakni siswa semangat belajar, hasil belajar siswa meningkat, fokus memperhatikan penjelasan dari guru, aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar, dan kondisi kelas yang menyenangkan pun dapat terwujud.

Berdasarkan solusi di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Peranan Reward untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS di Kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa mudah mengantuk dan bosan pada saat pelajaran IPS berlangsung.

2. Gaya mengajar guru yang monoton.

3. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran IPS.

4. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang rendah. 5. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

(22)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah penelitian adalah: “Bagaimana peranan reward dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan reward dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas maka, manfaat yang dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah perlunya peranan

reward dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan keaktifan siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini akan memberikan efek positif bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

b. Bagi Guru

(23)

6 A. Kajian Teori

1. Hasil dan Motivasi Belajar IPS a. Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan yang keadannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.7

Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie” yang

kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, misalnya belajar. Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar berfungsi untuk mengetahui tingkat kemajuan atau penguasaan yang telah dicapai siswa dalam segala aspek meliputi ranah cipta (prestasi kognitif), ranah rasa (prestasi afektif), dan ranah karsa (prestasi psikomotorik).8

Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam hal yang telah dicapai oleh siswa, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir caturwulan, atau indeks prestasi (IP).9

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan kecakapan atau

7

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), h. 66

8

Syah (1997) dalam Fadhilah Suralaga, dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 94

9

(24)

keahlian yang dinyatakan dalam bentuk skor atau penilaian yang berfungsi untuk mengetahui tingkat kemajuan atau penguasaan yang telah dicapai siswa.

2) Teori Belajar

Para ahli ilmu jiwa, dalam usahanya memahami, menduga, dan mengontrol tingkah laku, terutama pada manusia, telah menghasilkan sejumlah teori belajar. Masing-masing teori saling berbeda dan akibat dari perbedaan ini akan sangat berpengaruh terhadap praktek pendidikan.10

(1) Teori Disiplin Mental

Teori ini berakar dari teori pembelajaran menurut Plato dan Aristoteles. Teori ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa harus didisiplinkan dan dilatih. Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan pengembangan dari kekuatan, kemampuan, dan potensi-potensi tersebut.11

(2) Teori Behaviorisme

Pembelajaran behaviorisme bersifat molekular, artinya lebih menekankan kepada elemen-elemen pembelajaran, memandang kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur seperti halnya molekul. Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar.

Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus (S) dengan respon (R). Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon. Para ahli yang mengembangkan teori ini antara lain E.L. Thorndike, Ivan Palov, B.F. Skinner, J.B. Watson, Clark Hull, dan Edwin Guthrie. Konsep dasarnya, seperti yang dikembangkan oleh Thorndike dan

10

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), h. 75

11

(25)

Watson, seorang behaviorisme murni, belajar adalah proses interaksi antara stimulus atau rangsangan yang berupa serangkaian kegiatan yang bertujuan agar mendapatkan respon belajar dari objek penelitian.12

(3) Teori Kognitivisme

Banyak para ahli dan pemikir pendidikan yang kurang puas terhadap ungkapan para behavioris bahwa belajar sekadar hubungan antara stimulus dengan respon. Menurut mereka, perilaku seseorang selalu didasarkan oleh kognitif, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana perilaku itu terjadi. Istilah kognitif sendiri walau banyak dipopularkan oleh Piaget dengan teori perkembangan kognitifnya, sebenarnya telah dikembangkan oleh Wilhelm Wundt (Bapak Psikologi). Menurut Wundt, kognitif adalah sebuah proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan di dalam memori.13

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Berbicara tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar atau prestasi belajar, maka tidak bisa dilepaskan dari faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor yang mempengaruhi pencapaian akademik dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama, faktor internal atau faktor yang ada dalam diri siswa seperti intelegensi, minat, sikap emosi, motivasi, dan kondisi fisik. Kedua,

faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat serta media.14

Banyak faktor yang mempengaruhi belajar seseorang, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi

(26)

dalam proses belajar individu, sehingga akan menentukan kualitas hasil belajar individu tersebut.15

Pada tulisan ini lebih difokuskan pada faktor-faktor internal yang mempengaruhi belajar yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. Aspek fisiologis lebih bersifat jasmaniah sedangkan aspek psikologis bersifat rohaniah. Aspek psikologis dapat berupa intelegensi, emosi, motivasi, minat, dan sikap.

a) Aspek Fisiologis yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar (1) Keadaan Jasmani

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang sehat dan bugar akan membawa pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sedangkan, kondisi tubuh yang lemah, seperti gejala kepala pusing, dapat menurunkan kualitas koginitif siswa serta akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

b) Aspek Psikologis yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan/intelegensi, emosi, motivasi, bakat, dan lain-lain. Pada pembahasan kali ini kita hanya akan membahas intelegensi dan emosi.

(1) Kecerdasan/Intelegensi

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan/inteligensi (IQ) merupakan salah

15

(27)

satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar pula peluangnya untuk suskes, dan sebaliknya. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan siswa akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada peserta didik.16

(2) Emosi

Emosi berasal dari kata latin motere yaitu suatu kondisi tergerak untuk berbuat sesuatu (a state of being moved and impuls to act). Emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu dan berfungsi sebagai penyesuaian terhadap lingkungan dalam mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.17

b. Motivasi Belajar

1) Pengertian Motivasi

Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin “movere” yang kemudian menjadi “motion”, yang artinya gerak atau dorongan untuk

bergerak. Sedangkan motivasi (motivation) berarti pemberian atau penimbulan motif atau hal menjadi motif. Jadi motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak.18

Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai bidang, termasuk belajar. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajarnya rendah, akibat kemampuan yang dimilikinya tidak atau kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya.19

16

Ibid., h. 96

17

Crow and crow (1985) dalam Fadhilah Suralaga, dan Solicha., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 97

18

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), h. 114

19

(28)

Motivasi merupakan mesin yang menguasai dan mengarahkan perilaku kunci dari mesin itu ada di tangan masing-masing individu. Pada situasi sekolah misalnya: sebagian siswa dapat mengarahkan mesin itu sendiri dengan sangat baik, sementara sebagian siswa yang lain membutuhkan bantuan orang lain. Motivasi merupakan aspek penting dalam belajar.20

Menurut Wingkel, motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.21

Meskipun para ahli mendefinisikannya dengan cara dan gaya yang berbeda, namun esensinya menuju kepada maksud yang sama, ialah bahwa motivasi itu merupakan:

a) Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy); atau,

b) Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, otive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.

Motivasi tersebut timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan: a) Datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik); dan b) Datang dari lingkungan (ekstrinsik)22

Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya dapat menjadi pendorong untuk belajar.23

Dengan demikian, motivasi adalah respons terhadap sesuatu berupa rasa atau feeling yang dibarengi dengan adanya tujuan tertentu yang teraplikasikan melalui perbuatan dan tindakan.

Abin Syamsuddin M., Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 37

23

(29)

2) Teori-teori Motivasi

Dalam usaha menjelaskan motivasi, para ahli ilmu jiwa telah mengajukan berbagai teori, sesuai dengan aliran yang dianutnya. Teori-teori yang dimaksud antara lain:

(1) Teori Insting (instink theory). Teori ini menganggap bahwa semua pikiran dan tingkahlaku kita merupakan hasil dari insting yang dibawa sejak lahir. Tokohnya adalah Willian McDougall (1871-1938).24

(2) Teori reduksi dorongan (drive reduction theory). Sejak tahun 1920-an, teori insting telah diganti oleh konsep dorongan. Teori ini mendasarkan motivasi pada kebutuhan-kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan keadaan ketegangan atau dorongan, kemudian organisme berusaha mereduksi dorongan tersebut dengan melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhan.25

(3) Teori insentif (incentive theory). Sejak tahun 1950-an, para ahli ilmu jiwa mulai mempertanyakan teori reduksi dorongan di atas sebagai penjelasan tentang semua jenis tingkahlaku. Nyatanya kegiatan organisme tidak semata-mata didorong oleh dorongan-dorongan internal, perangsang-perangsang eksternal, yang disebut insentif, juga memainkan peran penting dalam menimbulkan tingkahlaku. Teori insentif ini menekankan pentingan kondisi-kondisi eksternal sebagai sumber motivasi. Insentif dapat menimbulkan tingkah laku dan juga mengarahkannya.26

(4) Teori psikoanalitik (psychoanalytic theory). Teori ini dikemukakan oleh Sigmun Freud (1836-1939), yang menurut anggapannya bahwa semua tindakan kita ditentukan oleh kekuatan dan impuls dari dalam yang sering bekerja pada suatu tingkat yang tak disadari. Freud menganggap bahwa semua tingkahlaku berasal dari dua kelompok insting yang belawanan, yakni insting untuk hidup dan insting untuk

24

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), h. 117

25

Ibid.

26

(30)

mempertahankan kehidupan, yang mendorong individu ke arah yang menghancurkan. Tenaga insting untuk hidup adalah libido, yang terutama mengelilingi kegiatan-kegiatan sekseual. Insting untuk mati dapat diarahkan ke dalam bentuk bunuh diri atau tingkahlaku lain yang menghancurkan diri sendiri atau diarahkan keluar dalam bentuk agresi terhadap orang lain. Oleh sebab itu, teori ini menekankan dua dorongan dasar, yaitu sex dan agresi. Motif-motif ini timbul pada masa bayi, namun kalau kedua orang tua melarang ekspresinya, berarti mereka ditekan itu tetap aktif, sebagai motif yang tak disadari dan mendapatkan ekspresinya dengan cara yang tak langsung atau simbolik.27

(5) Teori belajar sosial (social learning theory). Teori ini menekankan interaksi antara tingkahlaku dan lingkungan, dengan memusatkan pola-pola tingkahlaku yang dikembangkan oleh individu untuk mengatasi lingkungan bukan dipusatkan pada dorongan-dorongan insting.28

3) Jenis-jenis Motivasi Belajar

Para ahli ilmu jiwa telah mencoba mengelompokkan motif dalam berbagai jenis, sesuai dengan sudut tinjauan nya masing-masing. Beberapa diantaranya dapat dikemukakan di bawah ini.

(1) Menurut Woodworth dan Marquis, motif bisa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

(a) Kebutuhan-kebutuhan organis (organic needs), yaitu motif-motif yang didasarkan atas kebutuhan jasmaniah, yang meliputi kebutuhan-kebutuhan untuk: makan, minum, bernafas, seksual, berbuat, dan istirahat.

(31)

(c) Motif-motif obyektif (objective otives), yang mencakup motif-motif untuk melakukan: manipulasi dan menaruh minat. Motif-motif ini diarahkan untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara efektif (sosial dan non sosial).29

(2) Pembagian lain yang didasarkan atas pembentukannya, motif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

(a) Motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari. Misalnya, motif-motif untuk: makan, minum, bekerja, istirahat, sexual. Motif-motif ini sering disebut motif-motif yang diisyaratkan secara biologis.

(b) Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari. Misalnya, motif untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. Motif untuk mengejar suatu kedudukan dalam masyarakat. Motif-motif ini sering disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial atau dalam pergaulan.30

(3) Pembagian lainnya yang didasarkan atas fungsinya, maka motif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

(a) Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang baru berfungsi kalau memperoleh rangsangan dari luar. Misalnya, siswa tekun belajar guna menghindari hukuman, untuk memperoleh reward yang dijanjikan, dan sebagainya. Dengan demikian, motif atau motivasi ekstrinsik dalam kaitannya dengan belajar berasal dari luar diri si pelajar.

(b) Motif-motif instrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tanpa dirangsang dari luar. Jadi, dalam motif jenis ini telah ada kesadaran akan kebutuhan dan berupaya untuk memenuhinya. Sekalipun demikian, pada awal terbentuknya motif-motif intrinsik ini, biasanya orang lain, orang tua, atau guru juga memegang peranan, terutama dalam rangka menyadarkan atau menanamkan kesadaran

29

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), h. 119

30

(32)

itu, hingga timbul minat dan perasaan senang akan kegiatan yang akan dilakukan.31

Kemudian Sardiman mengatakan bahwa jenis motivasi itu sangat bervariasi, yaitu:

(1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a. Motif-motif bawaan adalah motif yang di bawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contoh: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual.

b. Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari. Contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. Dorongan untuk mengajar sesuatu di masyarakat.32 (2) Woodworth dan Marquis mengklasifikasikan motivasi sebagaimana

dijelaskan oleh Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Menurutnya pembagian motivasi sebagai berikut: (1) Motif atau kebutuhan organis. Misalnya: kebutuhan untuk minum,

makan, bernafas, seksual, berbuat, dan kebutuhan untuk beristirahat.

(2) Motif-motif darurat. Misalnya: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. (3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapai dunia luar secara efektif.33

31

Ibid, h. 120

32

Sardiman A., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), cet. 10, h. 86

33

(33)

4) Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Motivasi merupakan hal yang penting dalam belajar. Hasil belajar akan maksimal jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha dan hasil belajar. Sehubung dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi yaitu:34

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yg harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Di samping itu ada juga fungsi-fungsi yang lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapai prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.35

Motivasi jelas memiliki pengaruh kepada tingkah laku seseorang. Ia dapat menjadi pendorong, pemberi semngat untuk meraih sesuatu yang diinginkan dan dicita-citakan, bisa juga jadi pemelihara agar seseorang tidak mudah putus asa dan patah semangat, sehingga dengan gigih dan tekun terus mengusahakan sesuatu yang diinginkan. Dengan motivasi kuat, maka akan muncul mental kerja keras dan tidak mudah putus asa. Secara umum motivasi yang dimilika manusia amat ditentukan oleh tiga determinan pokok, yaitu:

a) Determinan yang berasal dari lingkungan seperti kegaduhan, bahaya lingkungan, desakan guru, dan lain-lain.

34

Sardiman A., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), cet. 10, h. 85

35

(34)

b) Determinan dari dalam diri individu seperti harapan atau cita-cita, emosi, insting, keinginan, dan lain-lain.

c) Tujuan/insentif atau nilai-nilai suatu objek. Ia menyangkut faktor-faktor yang berasal dari dalam individu seperti kepuasan kerja, tanggung jawab, dan lain-lain. Atau dari luar individu seperti uang, status, dan lain-lain.36

c. IPS

1) Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah ”Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.37

Kurikulum 1975 IPS sebagai salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi serta mata pelajaran sosial lainnya. S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.38

36

Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 67

37

Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS (Jakarta: UPI PRESS, 2006), h. 3

38

(35)

2) Tujuan IPS

Sama hanya dengan di tingkat SD/MI, mata pembelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memcahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokasi nasional dan global.39

3) Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat.40

2. Reward

a. Pengertian Reward

Reward merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembali perilaku tersebut. Reward

dapat dilakukan secara verbal ataupun non verbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan dan kebermakanaan.41 Reward ialah respon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.42

Mulyasa, Menjadi Guru Profesioanal Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 77

42

(36)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ganjaran adalah hadiah (sebagai pembalasan jasa), hukuman (balasan). Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ganjaran dalam Bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun yang buruk. Sementara itu dalam Bahasa Arab “ganjaran” diistilahkan dengan tsawab. Kata tsawab juga berarti pahala, upah, dan balasan. Dalam Al Qur’an, khususnya ketika kitab suci ini berbicara tentang apa yang akan diterima oleh seorang baik di dunia maupun di akhirat dari amal perbuatannya.43

Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan. Ganjaran ialah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Ganjaran tidak boleh menjadi bersifat sebagai upah.44 Pemberian reward tidak dilakukan ketika anak didik sedang belajar, tetapi setelah anak didik telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan begitu anak didik dengan semangat yang tinggi berusaha untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa reward merupakan sesuatu yang diberikan kepada orang lain yang dapat menimbulkan rasa senang pada si penerima dan dapat dijadikan alat pendidikan yang dapat meningkatkan motivasi.

Dalam praktik pendidikan, pernah dilakukan eksperimen yang bertujuan membandingkan antara reward dan punishment dalam meningkatkan prestasi belajar. Eksperimen ini dimulai dengan menentukan tiga kelompok yang akan diberi perlakuan pembelajaran dengan metode berupa dibiarkan, diberi reward, dan diberi punishment. Pada awal pembelajaran seluruh subjek mempunyai prestasi belajar yang relatif sama. Setelah diberi perlakuan pada satu semester ternyata kelompok yang diberi

(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 30

43

Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Intermasa, 2002) h. 127

44

(37)

punishment mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding kelompok yang diberi reward, apalagi dengan kelompok yang dibiarkan.45

Hasil penelitian di atas, ternyata membuat penelitinya menjadi heran karena hipotesis yang diajukan tidak sesuai dengan data empirik. Akhirnya, untuk memahami lebih lanjut tentang keadaan ini, maka penelitian dilanjutkan pada semester berikutnya. Hasil yang ditemukan ternyata kelompok yang diberi perlakuan punishment memperoleh prestasi belajar yang jauh lebih rendah dibanding dua kelompok lainnya dan kelompok yang diberi reward memperoleh skor paling tinggi. Pertanyaannya, mengapa

reward lebih efektif dalam meningkatkan prestasi dibanding punishment?46 Secara etimologis bahasa Arab, reward (ganjaran) diistilahkan dengan

tsawab. Kata ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, khususnya ketika membicarakan tentang apa yang akan diterima oleh seseorang, baik di dunia maupun di akhirat dari amal perbuatannya. Seiring dengan hal ini, makna yang dimaksud dengan kata tsawab dalam kaitannya dengan pendidikan islam adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik. Dalam pembahasannya yang lebih luas, pengertian istilah reward dapat diartikan sebagai, alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid dan sebagai hadiah terhadap perilaku yang baik dari anak dalam proses pendidikan.47

b. Macam-macam Ganjaran

Untuk menentukan ganjaran macam apakah yang baik diberikan kepada anak merupakan suatu hal yang sangat sulit. Ganjaran sebagai alat pendidikan banyak sekali macamnya. Sebagai contoh beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi anak didiknya:48

45

Amirulloh Syarbini dan Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), h. 243

46

Ibid.

47

Ibid., h. 244

48

(38)

1) Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan oleh sang anak.

2) Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti, “Rupanya sudah baik pula tulisanmu, Min. kalau kamu terus berlatih, tentu akan lebih baik lagi.”

3) Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh, “Engkau akan segera saya kasih soal lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomor 3 ini rupa-rupanya agak terlalu baik kau kerjakan.”

4) Ganjaran yang ditunjukan pada seluruh kelas sering sangat perlu. Misalnya, “Karena saya lihat kalian telah bekerja dengan baik dan lekas selesai, sekarang saya (guru) akan mengisahkan sebuah cerita yang bagus sekali.” Ganjaran untuk seluruh kelas dapat juga berupa bernyanyi atau berdarmawisata.

5) Ganjaran dapat juga benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak. Misalnya pansil, buku tulis, gula-gula atau makanan yang lain.

Berbagai teknik penggunaan reward yang diajarkan islam di antaranya adalah:49

1) Dengan Ungkapan Kata (Pujian)

Penggunaan teknik ini dilakukan oleh Rasulullah saw, ketika memuji cucunya, al-Hasan dan al-Husein yang menunggangi punggungnya seraya beliau berkata, “Sebaik-baik unta adalah unta kalian, dan sebaik-baik penunggang adalah kalian.” Oleh karenanya orang tua diharapkan

mengikuti cara-cara dalam rangka memberi ganjaran atau pujian yang akan bermanfaat dan lebih menarik perhatian. Ganjaran-ganjaran yang diberikan dengan mudah terhadap suatu perbuatan akan menghilangkan akibat-akibat yang tidak baik. Tetapi, kita pun memuji dengan sewajarnya bila melihatnya berperilaku baik atau bersungguh-sungguh. Hal ini akan

49

(39)

mendorongnya untuk mencintai orang yang mendidiknya. Terbuka pula pikirannya untuk terus belajar.

2) Dengan memberikan suatu materi

Memberikan materi selain untuk menunjukkan perasaan cinta, tetapi juga dapat menarik cinta dari sang anak, terutama apabila hal itu tidak diduga. Rasulullah telah mengajarkan hal tersebut dengan mengatakan, “Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian saling mencintai.”

Memberikan sesuatu yang sifatnya materi kadang menjadi kemestian, sebab anak termasuk pada usia remaja masih memiliki tabiat menyukai hadiah. Anak yang rajin, berakhlak baik, melaksanakan kewajiban shalat atau perbuatan baik lainnya, kemudian mendapat hadiah, akan merasa gembira dan puas dengan apa yang didapatkannya.

3) Dengan memberikan senyuman atau tepukan

Senyuman merupakan sedekah sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah, “Senyumanmu terhadap saudaramu adalah sedekah.”

Senyuman sama sekali bukan sesuatu yang berat, tetapi meskipun tidak berat ia mempunya pengaruh yang sangat kuat. Ketika berbicara dengan anak-anak maupun dengan murid-murid hendaknya seorang ayah atau seorang guru membagi senyuman dan pandangannya secara merata kepada mereka semua, sehingga mereka mendengarkannya dengan perasaan cinta dan kasih sayang serta tidak membenci pembicaraannya.

4) Dengan Doa

Semestinya pula kita mampu memberikan motivasi kepada anak kita yang rajin melakukan suatu kebaikan dengan mendoakannya.

5) Menunjukkan Kebaikannya

Ketika anak mampu dengan baik mengerjakan perintah orang tua, rajin menghafal pelajaran, atau rajin beribadah dan membaca Al-Qur’an, kita selaku orang tua bisa menepuk bahunya untuk memotivasinya sambil mengatakan, “Semoga Allah memberi berkah kepadamu!”

(40)

Bila kita ingin memberikan penghargaan pada anak-anak yang memiliki kelebihan, bisa pula dengan menyatakan bahwa kita merupakan bagian dari mereka. Ini akan menjadi penghargaan besar bagi mereka. Rasulullah saw pernah bersabda, ”Seandainya bukan karena hijrah, tentu

aku akan menjadi salah seorang dari kaum Anshar.”(HR. Al-Bukhari)

c. Syarat-syarat Ganjaran

Kalau kita perhatikan apa yang telah diuraikan tentang maksud ganjaran, bilamana dan siapa yang perlu mendapat ganjaran, serta ganjaran-ganjaran macam apakah yang baik diberikan kepada seseorang, ternyata bahwa memberi ganjaran bukanlah soal yang mudah. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh pendidik:50

1) Untuk memberi ganjaran yang pedagogis, perlu sekali guru mengenal betul-betul muridnya dan tau menghargai dengan tepat. Ganjaran dan penghargaan yang salah dan tidak tepat, dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.

2) Ganjaran yang diberikan seorang anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tapi tidak mendapat ganjaran. 3) Memberi ganjaran hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus-menerus

memberi ganjaran dan penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran itu sebagai alat pendidikan.

4) Janganlah memberi ganjaran dengan menjanjikan lebih dulu sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi ganjaran yang diberikan kepada seluruh kelas. Ganjaran yang telah dijanjikan lebih dahulu, hanyalah akan membuat anak-anak berburu-buru dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi beberapa orang anak yang kurang pandai.

50

(41)

5) Pendidik harus berhati-hati memberi ganjaran, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan, diantaranya:

Pertama, Susi Andriani (2013) yang berjudul Penerapan Reward

Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas III A di MIN Tempel Ngaglik sleman. Dalam skripsi yang telah dibuat Susi Andriani menunjukkan bahwa, dengan adanya reward siswa menjadi senang dalam belajar, semangat menjawab pertanyaan dari guru, aktif mengikuti pelajaran dan aktif mengikuti diskusi. Selain itu motivasi belajar siswa dari hasil perhitungan angket dari pra tindakan mencapai presentase 67,85%, dalam siklus I mencapai 72,41%, sedangkan dalam siklus II mencapai 77,31%. Hal tersebut mengalami peningkatan yang signifikan. Dari pra tindakan yang telah dilakukannya menuju siklus pertama presentase mengalami peningkatan yaitu sebesar 4,56%. Sedangkan dari siklus I menuju siklus II mengalami peningkatan 4,90%.

Kedua, Eko Harjono (2012) yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Metode Pemberian Hadiah Dan Hukuman Bagi Siswa Kelas III SDN 01 Puluhan, Jatinom, Klaten Klaten Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian dengan menggunakan strategi pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishman) ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar baik dari aspek kognitif maupun dari aspek afektif. Pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa untuk aktif dalam mengikuti proses belajar.

C. Kerangka Berpikir

(42)

Pernyataan tersebut dapat dilihat dari observasi peneliti yang memperlihatkan bahwa siswa merasa bosan pada saat pelajaran berlangsung, jenuh, tidak antusias mengikuti pelajaran, mengantuk, dan siswa tidak fokus pada penjelasan guru.

Rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS tersebut dapat disebabkan oleh gaya belajar yang monoton, guru kurang memvariasikan metode pembelajaran, semua terpusat pada guru, dan tidak adanya penyemangat dalam belajar.

Siswa sekolah dasar terutama siswa kelas rendah, fokusnya dalam belajar masih sering teralih karena sifat lahiriah dan alamiah mereka yang masih ingin bermain. Maka dari itu, guru harus memiliki strategi khusus untuk menarik perhatian dan semangat siswa agar mau belajar. Strategi yang paling tepat menurut peneliti untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah dengan diberikannya reward. Reward dalam hal ini dimaksudkan dan bertujuan agar keinginan belajar siswa terpancing dan termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran IPS. Karena seperti yang kita ketahui bahwa, anak kecil pasti akan senang bila diberikan reward.

(43)

Dengan pemberian reward seperti yang telah dijelaskan, maka siswa akan terpancing semangat belajarnya dan terfokus perhatiannya pada guru, secara tidak langsung pemberian reward tersebut akan memancing motivasi para siswa dalam belajar yang berdampak pula pada hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Penerapan reward dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS di kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan.

Context

Peranan Reward untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPSdi Kelas V C SD Islam Harapan Ibu

Jakarta Selatan

Input

Menggunakan reward sebagai media pembelajaran IPS

FEEDBACK

Product

Hasil angket, nilai tes, lembar observasi, hasil wawancara,

dan dokumentasi

Process

(44)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan, yang diselenggarakan pada semester genap 2015/2016.

Waktu penelitian dilakukan pada tahun pelajaran 2015/2016.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam satu siklus.51

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut52:

1. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah menyusun rancangan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, Maka rancangan yang akan dilaksanakan adalah mengacu pada penerapan reward. Dalam perencanaan ini peneliti yang akan melakukan tindakan menyusun

51

Kunandar, Langkah Mudah Penelitin Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), h. 45

52

(45)

dan mengembangkan RPP berdasarkan materi pembelajaran yang akan disampaikan saat proses pembelajaran. Selain membuat lembar observasi, pedoman wawancara, jurnal harian, dan angket.

2. Tindakan (acting)

Pada tahap pelaksanaan tindakan, penulis mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode reward untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai yang telah direncanakan.

3. Pengamatan (observing)

Pada proses pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan. Observasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai pengamat atau observer. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan.

4.

Refleksi (reflecting)

(46)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan tahun ajaran 2015/2016.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Pada penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran, yaitu mengajarkan materi dengan metode

reward selama proses pembelajaran.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana reaksi siswa kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada penelitian siklus I terdapat perkembangan maka diberikan pada siklus II lebih diharapkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang dianggap kurang pada siklus I.

1. Penelitian Pendahuluan

a. Observasi kegiatan belajar mengajar

Pada kegiatan ini peneliti mengamati kondisi pembelajaran IPS di kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan.

b. Wawancara dengan siswa

Wawancara dilakukan sebelum melakukan tindakan pada siklus I / pratindakan, siklus I, dan siklus II untuk mengetahui perasaan siswa kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan terhadap pelajaran IPS. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pada saat pelajaran IPS.

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

(47)

b. Tahap Tindakan

1) Pelaksanaan pembelajaran

2) Pembelajaran siklus I terdiri dari dua kali pertemuan

3) Pada saat proses pembelajaran, menggunakan metode tanya jawab, diskusi, dan pemberian reward di akhir pembelajaran untuk siswa tertentu.

4) Pada setiap pertemuan observer melakukan pengamatan dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya. c. Tahap Analisis dan Evaluasi

1) Penyebaran dengan angket dan tes kepada siswa.

2) Penyebaran dengan tes kepada siswa dilakukan sebelum pertemuan I dan setelah pertemuan II dari siklus I selesai dilaksanakan. Sedangkan penyebaran dengan angket kepada siswa dilakukan sebelum pertemuan I pada siklus I.

3) Tujuan dari dengan angket dan tes kepada siswa adalah untuk mengetahui perubahan yang ada pada siswa dari segi keaktifan / motivasi siswa dan hasil belajar siswa dalam belajar IPS. d. Tahap Refleksi

1) Pada tahap refleksi dilakukan analisis kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I

2) Analisis didiskusikan dengan observer, kemudian dibuat perbaikan-perbaikan berdasarkan kekurangan yang ada

3) Hasil analis tersebut akan menjadi acuan baru dalam menyusun RPP baru pada siklus II

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

(48)

b. Tahap Tindakan

1) Pelaksanaan pembelajaran

2) Dalam pelaksanaannya, tindakan kedua ini tidak jauh berbeda dengan tindakan I

c. Tahap Analisis dan Evaluasi

1) Penyebaran dengan angket dan tes kepada siswa untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa dengan membandingkan hasil angket dan tes pada siklus I. Penyebaran angket di siklus II dilakukan pada akhir pertemuan siklus II 2) Hasil angket dan tes kepada siswa dianalisis dengan

menggunakan metode yang sama pada tahap analisis siklus I 3) Menganalisis hasil lembar observasi dan membandingkan

dengan siklus I d. Tahap Refleksi

1) Mengevaluasi perkembangan setelah dilakukan tindakan kedua ini dengan melihat hasil dari lembar observasi, angket, dan hasil tes siswa.

2) Berdiskusi dengan observer terhadap hasil yang didapat dalam setiap instrumen penelitian.

3) Mengidentifikasi penyebab ketidak berhasilan penelitian pada siklus II

4) Membandingkan hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatnya motivasi dan hasil belajar kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan dalam pembelajaran IPS.

G. Data dan Sumber Data

(49)

memperkuat hasil motivasi dari reaksi siswa selama pembelajaran berlangsung. Sumber data penelitian ini adalah guru dan siswa V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen adalah fasilitias yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan sebagai alat pemantau kegiatan guru maupun siswa selama proses pembelajaran IPS. Sebagai alat pemantau kegiatan guru, observasi juga digunakan mengamati dan mencatat setiap tindakan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yang dilakukan melalui metode pemberian reward dalam setiap siklus sehingga kelemahan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

b. Pedoman Wawancara

Wawancara berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada siswa kelas V C SD Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan dengan tujuan untuk mengtahui hal-hal yang kurang jelas pada saat observasi.

c. Tes

(50)

d. Angket

Angket ini digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS. angket ini berupa pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui partisipasi, sikap, dan tanggapan mereka setelah mengikuti pemebelajaran dengan menggunakan metode reward.

Aspek dalam angket ini adalah motivasi siswa. Motivasi siswa dapat dicirikan dengan beberapa indikator, kemudian masing- masing indikator dijabarkan menjadi butir-butir item pernyataan.

e. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengetahui suasana kelas saat proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode

reward. Alat dokumentasi yang dipakai adalah alat tulis untuk mencatat proses berlangsungnya wawancara. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode reward.

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha memperoleh data yang memadai dan akurat, maka ditentukan beberapa teknik. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data

No Instrumen Teknik Pengumpulan Data

1

Gambar

Gambar 4.4 Suasana belajar di dalam kelas .................................................
tabel berikut:
Tabel 3.2 Kriteria motivasi belajar siswa
Tabel 4.1 Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Yang dimaksud dengan “rehabilitasi” adalah pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan atau lingkungan hunian perdesaan melalui perbaikan dan/atau pembangunan

Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 116,

[r]

Pendugaan secara langsung pada area kecil akan menghasilkan nilai varians yang besar jika contoh yang diambil berasal dari survey yang dirancang untuk

63.000.000,00 APBD awal: akhir: Januari Desember Honorarium Pengelola Keuangan Sanggau (Kab.) Sanggau (Kab.). 3 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke

relir K€rojuu Mudr d@ lnu