• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYUMBANG TERHADAP PENGEMIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYUMBANG TERHADAP PENGEMIS"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang sama sekali tidak akan bisa terlepas dari orang lain. Sejak dilahirkan sampai akhir hidupnya, manusia akan selalu melakukan interaksi dengan lingkungannya. Seperti halnya, saling kenal antara individu satu dengan yang lainnya; berkomunikasi dan bercanda bersama; tolong menolong; dan interaksi lainnya.

Sikap sosial tersebut terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial tersebut, terjadi hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan individu lainnya.

Selama melakukan proses berinteraksi tersebut, setiap individu dituntut untuk mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat berkembang menjadi manusia yang seutuhnya. Satu-satunya cara, yaitu memahami lingkungan dan situasi sosial itu sendiri, karena setiap individu telah menjadi „psikolog’ amatir ketika mencoba untuk mengenal dan memahami lingkungan sosialnya. Ia mencoba mencari apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana serta respon yang diberikan dalam situasi atau fenomena sosial tersebut.

Salah satu fenomena sosial yang sedang melanda pemerintah Indonesia saat ini adalah semakin banyaknya pengemis. Dimana pekerjaan mengemis atau meminta-minta bukan lagi suatu keterpaksaan melainkan menjadi sebuah pekerjaan tetap. Fenomena ini muncul diindikasikan karena himpitan ekonomi yang disebabkan sempitnya lapangan kerja, sumber daya alam yang kurang menguntungkan dan lemahnya sumber daya manusia (SDM).

(2)

2

mendapatkan belas kasihan dari orang lain yang tanpa memiliki tempat tinggal secara tetap.

Ketika mendengar kata pengemis, maka persepsinya adalah orang yang tua renta atau yang cacat fisik yang penampilannya compang-camping. Namun bagaimana dengan para pengemis yang masih muda dan masih terlihat sehat untuk bekerja selain menjadi pengemis?. Saat ini banyak para pengemis yang masih terlihat muda dan sehat. Namun penampilan merekalah yang membuat orang lain terdorong untuk melakukan perilaku prososial. Seperti halnya para pengemis yang

menggendong bayi atau balita, dengan wajah memelas pengemis itu menyodorkan telapak tangannya kepada para pengguna jalan di perempatan lampu merah.

Bukan rahasia umum lagi, bahwa budaya meminta-minta atau mengemis sedang menjadi tren dalam masyarakat saat ini. Mengemis dianggap menjadi jalan keluar bagi orang atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mengemis dianggap suatu pekerjaan yang semua orang bisa, hanya berbekal keberanian maka mengemis bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun.

Munculnya budaya meminta-minta atau mengemis dalam masyarakat menurut pandangan Budi Rajab Sosiolog Universitas Padjajaran, karena mayoritas penduduk Indonesia hidup dalam keadaan miskin. Selama kemiskinan itu ada di Indonesia maka pengemis itu tidak akan hilang.

Lebih lanjut Rajab mengatakan, bahwa mengemis juga disebabkan oleh budaya masyarakat yang malas. Mereka ingin hidup enak tanpa diimbangi dengan bekerja keras yang akhirnya memunculkan jalan keluar yaitu dengan cara mengemis. Mereka tidak menyadari bahwa mengemis adalah pekerjaan jelek dan masyarakat sangat permisif, sehingga pekerjaan mengemis dianggap sah-sah saja. Untuk itu perlu memberi pendidikan kepada para pengemis sehingga sadar dan

tidak mengemis. Kompas (2004, 18 Desember).

(3)

dimulai dengan cara menarik simpati dengan cara mengiba-iba, kemudian meningkat ke tahapan yang lebih kuat yaitu meminta sambil mendesak, kemudian meningkat lagi dengan cara menekan, menakut-nakuti, bahkan mengancam sampai keinginannya dipenuhi; pintu profesi mengemis terbuka lebar-lebar, sehingga siapapun bisa memasukinya; dengan hanya terjun ke profesi pengemis, tanpa perlu latihan, seseorang dengan cepat bisa mengetahui berbagai cara dan rahasia mengemis; para pengemis biasanya mencari tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang; ada sementara pengemis yang berhasil mendapatkan uang

melebihi kebutuhannya dengan cara yang cepat dan tanpa perlu bersusah payah, seperti yang disebutkan di tadi. Kenyataan inilah yang mendorong mereka untuk tetap setia menekuni profesinya sebagai pengemis. Bahkan mereka rela mempertahankan serta membela mati-matian.

Dari hasil penelitian Rosidah (2007), menjelaskan bahwa faktor penyebab gelandangan pengemis kembali turun ke jalan dikarenakan latar belakang mereka yang umumnya berasal dari desa, mereka menganggap hidup di kota lebih mudah untuk mencari penghasilan, namun mereka tidak mempertimbangkan latar belakang pendidikan mereka yang rendah dan tidak memiliki keahlian khusus untuk bekerja, mereka hanya berbekal kenekatan dengan datang ke kota tanpa ada tujuan dan kepastian untuk bekerja dan di kota mereka tidak memiliki saudara yang bekerja sebelumnya, hingga akhirnya mereka menggelandang tanpa tempat tinggal dan pekerjaan yang jelas.

Selain hal tersebut diatas hasil penelitian Rosidah (2007), juga menjelaskan bahwa kondisi ekonomi keluarga yang kekurangan, anak-anak mereka yang sudah bersekolah dan suami mereka yang tidak memiliki penghasilan cukup, menuntut mereka untuk turut membantu memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya, disamping itu kondisi lingkungan sosial juga turut andil

(4)

4

Pengemis merupakan fenomena yang hampir setiap hari dijumpai dan akrab dengan kehidupan sehari-hari. baik di perkotaan terutama di perempatan jalan, warung, pertokoan, di pedesaan pun juga sangat tidak jauh berbeda. Bahkan jumlahnya pun dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Fenomena gelandangan dan pengemis (gepeng) yang sering menjadi perhatian pemerintah ternyata semakin lama semakin memprihatinkan, meskipun berulang kali pemerintah berusaha melalui SATPOL PP (satuan polisi pamong praja) maupun polisi untuk mengurangi populasi gepeng namun tetap saja

jumlahnya seperti tidak pernah berkurang bahkan cenderung bertambah.

Meskipun belum diakui tersedianya data yang pasti tentang jumlah gelandang dan pengemis, namun populasi tersebut secara fenomenal terus menunjukkan peningkatan terutama pasca krisis. Peningkatan jumlah gelandangan dan pengemis dapat diindikasikan karena ketidakberdayaan dan faktor ekonomi yang rendah.

Menurut Suminar, dkk. (2010), menjelaskan bahwa jumlah pengemis jalanan di Kota Malang setiap tahunnya mengalami peningkatan dikarenakan di kota memiliki struktur sosial, ekonomi, dan administrasi yang lebih kompleks, sehingga para pengemis tertarik untuk datang ke kota untuk mencari uang. Hal ini bisa dilihat dari data yang bersumber dari Dinas Sosial Kota Malang yang menyebutkan bahwa jumlah pengemis anak-anak hingga tua pada tahun 2005 jumlahnya mencapai 277 orang, 2006 berjumlah 302 orang dan 2007 berjumlah 378 orang.

Sedangkan Kepala Rehabilitasi Masalah Sosial, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Sukabumi, Jumhur (2011), mengatakan bahwa dari pemantauan di lapangan, kenaikan jumlah pengemis hingga 50 persen, karena banyaknya pengemis musiman datang menjelang lebaran ini.

(5)

Bahkan yang lebih memprihatinkan Indonesia yang sebelumnya menempati peringkat 15, kini naik menjadi peringkat 5 besar negara dengan jumlah gepang terbesar di Dunia yaitu diperkirakan sekitar 15 juta jiwa.

Menurut beberapa informan mengatakan bahwa tradisi mengemis itu telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, antara tahun 1930 - 1940an. (Hamid, dkk., 2008 : 8). Kegiatan mengemis ini pada awalnya dilakukan oleh masyarakat yang umumnya sudah lanjut usia atau memiliki cacat tubuh untuk dijadikan modal utama untuk mengharapkan belas kasihan dari orang-orang disekeliling mereka.

Namun, fenomena yang terjadi saat ini berbeda dengan apa yang disampaikan sebelumnya, yang menjadi pengemis bukan lagi para lanjut usia atau memiliki cacat tubuh, melainkan orang-orang yang terlihat masih sehat dan kuat. Bahkan anak-anak, dari bayi sampai anak usia sekolah pun turut andil dalam kegiatan tersebut.

Profesi menjadi pengemis saat ini bukan lagi menjadi sebuah keterpaksaan melainkan sudah menjadi adat istiadat. Sedangkan Islam tidak mensyari’atkan meminta-minta dengan cara berbohong dan menipu. Alasannya bukan hanya karena melanggar dosa, tetapi juga karena perbuatan tersebut dianggap mencemari perbuatan baik dan merampas hak orang-orang miskin yang membutuhkan bantuan. Bahkan hal itu telah merusak citra baik orang-orang miskin yang tidak mau minta-minta dan orang-orang yang mencintai kebajikan (Utsaim, 2003).

(6)

6

karena oleh salah satu di antara tiga orang. Pertama, orang yang mempunyai tanggungan. Maka halal baginya untuk meminta-minta. Dan begitu tanggungannya telah lunas ia harus berhenti meminta-minta. Kedua, orang yang ditimpa bencana yang melenyapkan hartanya. Maka ia boleh meminta-minta, sampai ada orang yang memberinya bantuan sehingga ia dapat memenuhi penghidupannya. Dan ketiga, orang yang diimpa kemelaratan sampai ada tiga orang yang berakal dari kaumnya yang memberikan bantuan lalu berkata. „Si Fulan itu ditimpa kemelaratan.’ Maka halal baginya meminta-minta sampai ia mendapati ada orang lain yang memberinya bantuan sehingga ia dapat memenuhi penghidupannya. Meminta-minta tanpa ada ketiga alasan tadi, hai Qabishah, adalah haram dimakan. Dan yang bersangkutan pun haram memakannya.” (Utsaim, 2003).

Utsaim (2003), melanjutkan bahwa adapun orang yang meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan memperkaya diri, atau menjadikan mengemis sebagai suatu profesi dan sumber mata pencaharian, sementara sebenarnya ia masih sanggup bekerja dengan berbagai cara yang halal dan disyari’atkan Islam, maka hal itu hukumnya tidak halal dan tidak boleh. Terdapat beberapa hadist shahih yang mengecam pelakunya, dan menjelaskan hukuman yang akan diterimanya. Di dunia, berkah akan di hapus. Dan di akhirat ia akan disiksa di neraka.

Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim bersumber dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa meminta-minta guna memperkaya diri, sesungguhnya sama halnya ia meminta bara. Oleh karena itu terserah dia, mau mempersedikit atau memperbanyak.” (Utsaim, 2003).

Diriwayatkan oleh Al-bukhari dan Muslim bersumber dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu sesungguhnya Nabi shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Biarkan saja salah seorang dari kalian selalu meminta-minta, sampai ia bertemu dengan Allah dengan wajah tanpa sepotong daging pun.” (Utsaim, 2003).

(7)

perempatan lampu merah. Hal inilah yang tak dapat dielakkan oleh para pengguna jalan di perempatan lampu merah. Namun, ketika melihat fenomena ini, beraneka ragam sikap yang dilakukan. Seperti, ada yang tidak mau melihat nilai uang yang diberikan. Ada juga yang mengibaskan tangan, tanda tidak mau keasyikannya diganggu atau tidak memiliki uang receh. Ada juga yang tak hirau, tidak peduli meski ada pengemis yang datang dan menghampiri.

Berdasarkan dari survey awal dengan menggunakan wawancara diketahui bahwa banyak alasan dari sikap mereka, yang memberi cenderung beralasan

bahwa mereka kasihan dan ingin membantu, serta ada juga yang beralasan sebagai rasa syukur kepada Tuhan karena telah memberikan rezeki dan memberikannya kepada pengemis, dan alasan lain mereka memberikan sumbangan kepada pengemis adalah karena agar pengemis itu cepat-cepat pergi dari hadapannya atau dari sisinya. Namun bagi mereka yang tidak memberikan sumbangan, menganggap mereka adalah pemalas, dan jika memberi kepada mereka khususnya pengemis maka secara tidak langsung memperkaya ketua-ketua para pengemis khususnya yang terorganisir, sedangkan yang mengemis mendapatkan hasil yang sedikit. Sehingga tidak perlu diberi, dan masih banyak alasan lainnya.

Pada dasarnya setiap orang memiliki perasaan menolong. Perilaku untuk menolong ini biasa disebut dengan perilaku prososial. Mahmudah (2010), mengungkapkan bahwa perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas. Ia dapat mencakup segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Sedangkan menurut William (seperti yang disebut Dayakisni & Hudaniah, 2006), membatasi perilaku prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis.

(8)

8

Perilaku prososial tersebut telah biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya pada saat memberikan uang recehan ataupun ribuan kepada pengemis-pengemis yang berada di jalanan. Baik saat di dalam angkot, naik sepeda motor, maupun sedang naik mobil kendaraan pribadi. Contohnya jika ada seorang pengemis yang menggendong anaknya yang masih bayi, maka ada perasaan iba untuk bisa memberikan bantuan meskipun hanya memberikan uang recehan saja.

Sedangkan Batson, dalam Hogg dan Vaughan (seperti yang disebut

Setiawan, 2010), menjelaskan alasan seseorang melakukan tindakan prososial, dia menyatakan setidaknya ada empat motif dalam perilaku menolong, yaitu egoisme (tindakan prososial memberikan sumbangan bagi kesejahteraan pelaku); altruisme (tindakan prososial memberikan sumbangan bagi kesejahteraan orang lain); kolektivisme (tindakan prososial memberikan sumbangan bagi kesejahteraan kelompok); dan prinsipalisme (tindakan prososial mengikuti prinsip moral seorang tenaga kesehatan itu sendiri).

Dari beberapa ulasan di atas, didapatkan bahwa setiap individu memiliki alasan tertentu untuk memberi bantuan sedekah terhadap pengemis. Dari hasil wawancara ada yang mengatakan bahwa memberi lebih baik daripada menerima, dan merupakan rasa syukur kepada Tuhan dengan cara bersedekah. Ada pula yang mengatakan memberi kepada pengemis adalah tabungan untuk masa depan dan akhirat, karena dengan kita bersedekah walau hanya seratus rupiah dan kita ikhlas, maka Tuhan akan membalas perbuatan baik kita kelak.

Hasil wawancara dan observasi sementara dengan beberapa subjek, didapatkan bahwa kebanyakan dari mereka memberikan sumbangan kepada pengemis yang tua, cacat dan anak-anak tetapi tidak untuk pengemis muda, karena mereka merasa bahwa pengemis tersebut adalah pemalas dan masih bisa untuk

bekerja selain mengemis.

(9)

lima tahun. Sebagai orang normal memang kita pasti akan mengalaminya semua. Namun, dalam pandangan pekerja sosial, memberikan uang sedekah kepada pengemis adalah sama saja dengan melakukan pembodohan terhadap mereka. Itu sama juga menanamkan bibit kemalasan terhadap mereka. Boleh-boleh saja satu atau dua kali memberi kepada mereka, namun efeknya adalah mereka akan terus melakukannya dan berulang.

Dari beberapa pemaparan di atas, tentunya masih ada alasan-alasan lain yang belum terungkap mengenai penyumbang dan pengemis, oleh karena itu

peneliti ingin menggali lebih dalam lagi tentang Faktor-Faktor Penyebab Pelaku Perilaku Prososial Menyumbang Terhadap Pengemis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebakan pelaku berperilaku prososial menyumbang terhadap pengemis?.

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pelaku perilaku prososial menyumbang terhadap pengemis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini nantinya diharapkan memberikan wawasan dalam pengembangan ilmu Psikologi Sosial.

2. Manfaat praktis

(10)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

PERILAKU MENYUMBANG TERHADAP PENGEMIS

SKRIPSI

Oleh :

PUTMARA RIZMA FADHATY 05810140

FAKULTAS PSIKOLOGI

(11)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

PUTMARA RIZMA FADHATY 05810140

FAKULTAS PSIKOLOGI

(12)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Faktor-faktor penyebab perilaku menyumbang terhadap pengemis

2. Nama Peneliti : Putmara Rizma Fadhaty

3. Nim : 05810140

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : 01 April 2012 – 25 Juli 2012 7. Tanggal Ujian : 04 Agustus 2012

Pembimbing I

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

Malang, Agustus 2012

Pembimbing II

(13)

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si ( )

Anggota Penguji : 1. Hudaniah, M,Si., Psi ( )

2. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si ( )

3. Dra. Diantini Viatrie, M.Si ( )

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(14)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putmara Rizma Fadhaty

Nim : 05810140

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyumbang terhadap Pengemis.

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan skripsi/karya ilmiah dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak Bebas Royalti non Eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Ni’matuzahroh, S. Psi., M.Si

Malang, Agustus 2012 Yang menyatakan,

(15)

i

KATA PENGANTAR

Teriring puji syukur alhamdulilahi rabbil al-amien penulis haturkan dengan penuh kepasrahan dan kerendahan pada ALLAH rabbul izzati, Tuhan semua mahluk, maha kuasa atas segala sesuatu. Tuhan Yang Maha Esa tidak ada yang berhaq untuk disembah dan diminta pertolongan selain daripadanya. tidak lain berkat hidayah, inayah dan maunah-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul “ Faktor-Faktor Penyebab Pelaku Perilaku Prososial Menyumbang Terhadap Pengemis.”. karena Dialah segala hal yang penulis miliki ini diarahkan sebagai wujud penghambaan yang sejati, amal shaleh dan dengan penuh ketundukan sebagai khalifah fi al-Ardh. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian program pendidikan Sarjana (S1) pada Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasul Allah Muhammad SAW, Khatamu al Anbiyaa, pembawa risalah pembebasan manusia dari

segala bentuk Tiran, maupun segala bentuk pemujaan yang dzaliem. Penyayang anak yatim, pembela kaum mustadzaafien.

Dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini, perkenankan penulis menyampaikan rangkaian terima kasih sepenuh ketulusan hati kepada:

1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang atas kesempatan yang telah diberikan. 2. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan ibu Hudaniah,

M.Si., Psi selaku dosen pembimbing II. atas kesabaran dan waktu yang telah diluangkan untuk memberikan bimbingan, memberikan masukan dan pengarahan mulai dari awal hingga terselesaikannya karya ini.

3. Ibu Hudaniah, M.Si., Psi selaku dosen wali Psikologi Kelas C angkatan 2005 yang selalu memberikan pengarahan dan motivasi selama awal perkuliahan sampai akhir.

(16)

ii

5. Ayahandaku, Achmad Nurhasan dan Ibundaku, Ida Nuraini, Kakakku, Utami Dini S. dan Adikku, Nanda Triadi N. D yang telah menyayangiku, mendoakanku, dan segala yang terindah. Semoga bukan hanya karya ini yang dapat membahagiakan kalian, tetapi semua yang terbaik dariku, dan semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik pula untuk kalian

6. Sahabatku Shanti, Didik, Miftah, Husej, Halim, Fatim, Yuni, Zainab dan semua yang pernah dekat dan menyayangiku serta teman–teman seperjuangan Psikologi kelas C angkatan 2005, atas persahabatan yang terbina, doa dan Supportnya.

7. Seluruh pihak atas segala bantuan baik berupa pinjaman komputer, sepeda motor, masukan ide, pinjaman buku-buku, sampai ngeprint selama proses penyelesaian Tugas Akhir, tarima kasih banyak untuk bantuannya selama ini.

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan guna menjadikan karya ini dan karya yang lain menjadi lebih baik.

Akhirnya untuk segala yang penulis rasakan, alami dan terima selama ini dengan penuh kesungguhan hati penulis kembalikan kepadaNya untuk segala balasan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, Juli 2012 Peneliti

(17)

iii INTISARI

Fadhaty, Putmara R (2012). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyumbang terhadap Pengemis.. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (1) Dra. Tri Dayakisni, M.Si. (2) Hudaniah, M.Si., Psi.

Kata Kunci : Perilaku Prososial.

Istilah pengemis sudah tidak asing lagi. Pengemis merupakan istilah yang ditujukan kepada seseorang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta dimuka umun dengan berbagai caradan alasan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain yang tanpa memiliki tempat tinggal secara tetap. Fenomena para pengemin ini tidk dapat lepas dari peran pengguna jalan atau pemberi sumbangan. Mereka, khususnya pegemis akan selalu ada di perempatan lampu merah. Hal inilah yang tidak dapt dielakkan oleh para pengguna jalan di perempatan lampu merah. Namun, ketika melihat fenomena ini, beraneka ragam sikap yang dilakukan. Seperti, ada yang tidak mau melihat nilai uang yang di berikan, ada yang mengibaskan tangan, tanda tidak mau keasyikannya diganggu atau tidak memiliki uang receh. Ada juga yang tidak hirau, tidak perduli meski ada pengemis yang datang dan menghampiri. Berdasarkan penjelasan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-taktor penyebab pelaku prilaku prososial menyumbang terhadap pengemis.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif diskriptif. Untuk memperoleh data penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur kepada sembilan subjek. Selanjutnya data yang di peroleh di analisi secara diskriptif dan diuji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber.

(18)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... . i

INTISARI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial … ... 10

1. Pengertian Perilaku Prososial ... 10

2. Perilaku Prososial Ditinjau dari Beberapa Teori ... 11

3. Bentuk-bentuk Perilaku Prososial ... 13

4. Tahapan Perilaku Prososial ... 13

5. Faktor- faktor yang Mendasari Perilaku Prososial ... 14

6. Faktor-faktor Penentu Perilaku Prososial ... 15

7. Motivasi untuk Bertindak Prososial ... 18

8. Orang yang Akan Ditolong ... 20

B. Perilaku Menyumbang ... 21

C. Pengemis ... 22

D. Faktor-faktor Penyebab Pelaku Perilaku Prososial Menyumbang Terhadap Pengemis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 29

B. Batasan Istilah ... 30

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 30

E. Metode Penelitian Data ... 30

F. Instrument Penelitian ... 32

G. Tahap-tahap Penelitian ... 32

H. Analisis Data ... 33

I. Keabsahan Data ... 33

(19)

v

B. Analisis Data ... 47 C. Pembahasan ... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSKATA ... 62

(20)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Baron, Robert A., & Byrne, Donn., Kristiaji, & Medya (Ed.) 2003. Psikologi sosial/edisi kesepuluh/jilid 2. Jakarta : Erlangga

Bungin, M. Burhan. 2010. Penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan ilmu sosial lainnya. Jakarta : Kencana

Emzir, 2010. Metodologi penelitian kualitatif : analisis data. Jakarta : Rajawali Press

Hamid, Nur D., Supianti, & Risnawati. 2008, Pengaruh teknologi informasi dan komunikasi terhadap budaya mengemis. Makalah Tugas Akhir Semester Universitas Negeri Makasar

Hudaniah, & Dayakisni, Tri. 2006. Psikologi Sosial. Malang : UMM Press

Iqbali, S. Studi Kasus Gelandangan-Pengemis (Gepeng) di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem. 27, 07, 2. Diperoleh dari http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/3_%20naskah%20saptono%20iqbali.pdf

Kesuma, A. Nimas. 2010. Banyaknya pengemis dan pengamen jalanan sebagai akibat kemiskinan. Diakses 09 Desember 2011 dari http://animas.blog.fisip.uns.ac.id/2010/12/06/banyaknya-pengemis-dan- pengamen-jalanan-sebagai-akibat-kemiskinan-oleh-a-nimas-kesuma-n-karya-ini-disusun-untuk-memenuhi-tugas-bahasa-indonesia/

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Bandung : Widya Padjadjaran

Mahmudah, Siti. 2010. Psikologi sosial : Sebuah pengantar. Malang : UIN MALIKI press

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remadja Karya

Mustafa, Hasan. Sosialisasi. Diakses 30 Juli 2012 dari home.unpar.ac.id/~hasan/SOSIALISASI.doc

Nashori, H. Fuad. 2008. Psikologi sosial islam. Bandung : Refika Aditama

Rianse, & Usman. 2008. Metodologi penelitian sosial dan ekonomi : Teori dan aplikasi. Bandung : Alfabeta

(22)

63

Salam, Abdus. 2005. Masyarakat pengemis (studi kasus tentang potret budaya masyarakat pengemis di desa pragaan daja kecamatan Pragaan kabupaten Sumenep Madura). Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang

Sarwono, Sarlito W., & Meinarno, Eko A. (Ed.). 2009. Psikologi sosial. Jakarta : Salemba Humanika

Setiawan, Joko. Perilaku prososial terhadap pengemis jalanan. Diakses 20 Juli 2012 dari http://www.scribd.com/doc/16189190/Tugas-UAS-Psikologi-Sosial-Semester-II-STKS-Bandung-Perilaku-Prososial-Terhadap-Pengemis

Setiyawan, Heru. Indonesia masuk 5 besarnegara dengan jumlah gepeng (gelandangan & pengemis) terbesar di dunia. Diakses 28 Juli 2012 dari

http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/10/indonesia-masuk-5besar-negara-dengan.html

Siregar, Fithri Choirunnisa. 2005. Perbedaan perilaku prososial ditinjau dari pola atribusi terhadap pengemis. Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang

Sugiyono, 2012. Memahami penelitian kualitatif (dilengkapi contoh proposal dan laporan penelitian). Bandung : Alfabeta

Suminar, E., Hamim, M., Achmad, F., M., Asep, S., Gumilang, G., & Whindy. 2010. Karakteristik pengemis di kota Malang. Makalah Studi Kasus Universitas Muhammadiyah Malang

Utsaim, Al Shahih bin Abdullah. 2003. Pengemis antara kebutuhan & penipuan. Jakarta : Darul Falah

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana membuat sebuah sistem yang memungkinkan pengguna dapat melakukan pengontrolan dan memonitor intensitas cahaya pada ruangan hanya dengan menggunakan satu media

46 data keuangan untuk pelaporan keuangan secara rutin, (8) membuat tagihan biaya atas penggunaan fasilitas, pembelian, dan sewa bagi pengunjung wisata agro, (9)

A latin szertartású katolicizmus szempontjából az is aggasztó jelenségnek tűnhetett, hogy eredetileg római katolikus templomok kerültek át a görögkatolikusok

Sela Selain in mete meter r pan$ pan$ang ang dapa dapat t diny diny ataka ataka n n deng dengan an cara cara mena menambahk mbahkan an awalan awal an satua satua n,

Secara keseluruhan desain bangunan Design Entrepreneur School Yogyakarta memiliki tujuan memberi wujud yang kreatif dalam wujud bangunan, dengan bentuk fisik bangunan yang

Artikel Bidang Penelitian Budidaya berupa review tentang simulasi Penggunaan Model (program komputer) WaNulCAS untuk Manajemen Tumpang Sari tanaman sela di antara

Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan jika audit kualitas daya listrik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi kualitas tegangan dan atau kualitas pada saat ini serta

Hasil penelitian tentang “ Optimalisasi Distribusi Sayuran dan Buah Pada Sentra Agro Mandiri di Bogor” dapat disimpulkan bahwa (1) Alokasi distribusi yang dilakukan oleh