• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU MODELING PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU MODELING PADA REMAJA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi, perkembangan dunia yang semakin maju, saat ini banyak cara untuk mendapatkan informasi yang sangat cepat, mudah, dan efektif. Menyimak perkembangan informasi, berita dan hiburan pada media massa adalah salah satu contohnya.

Salah satu media massa yang dapat memberikan informasi dan hiburan yang cepat dijangkau semua lapisan masyarakat adalah televisi. Televisi merupakan alat yang sifatnya dapat menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif banyak secara bersama-sama. Tidak memandang usia, jenis kelamin, jabatan dan sebagainya. Dibanding dengan media komunikasi lain, televisi dapat memberi pengaruh yang lebih kuat dibanding radio, surat kabar ataupun majalah. Televisi juga tidak hanya menjadi cermin masyarakat tetapi juga pembentuk sikap dan perilaku audience (Nurudin 2007).

Semaraknya acara-acara televisi yang disiarkan bagi masyarakat ditandai dengan banyaknya saluran televisi di Indonesia yang berlomba-lomba untuk menarik perhatian penonton dengan menyajikan siaran-siaran yang menarik. Mulai dari sinetron, film, kuis, musik dan sebagainya.

Persaingan media televisi saat ini semakin tinggi guna menarik perhatian khalayak, oleh karena itu tayangan yang menjadi perhatian saat ini adalah Demam Korea dimana-mana. Sehingga Indonesia pun terkena imbasnya, mulai dari trend film-film serial korea, sampai acara musik yang selalu tayang di berbagai stasiun televisi Indonesia.

(2)

2

hari dalam seminggu yakni hari senin sampai jumat pukul 09.30 WIB dan 15.30 WIB. (jadwaltvindonesia, 2011). Meski acara tersebut tidak dikemas “seketat” channel Indosiar.

Acara inipun dimulai bukan tanpa sebab. Sengaja dimulai dan berakhir pada jam-jam sibuk, dimana banyak remaja yang sudah selesai melakukan aktifitas, seperti sekolah maupun bekerja. Saat santai tersebut sengaja “ditangkap” oleh pihak televisi. Sehingga tayangan tersebut menjadi menu yang ditunggu-tunggu oleh pemirsanya. Tayangan korea kini akhirnya menambah durasinya yang pada awalnya hanya tayang pada hari senin hingga jumat mulai pukul 14.00 sampai 18.00 WIB, kini bertambah pada hari sabtu dan minggu pukul 12.00 WIB. Sehingga acara tersebut tayang tujuh hari penuh.

Oleh karena itu, dari sekian banyak stasiun televisi swasta saat ini, yang menayangkan tayangan hiburan korea terdapat dua stasiun televisi yakni Indosiar dan Bchannel, walaupun stasiun televisi lain memungkinkan untuk menayangan tayangan hiburan korea, namun tidak dapat di prediksi penayangannya. Sumbangsih juga muncul pada banyaknya tabloid atau majalah yang membahas tentang Korea. Mulai dari artis, gaya berpakaian atau mode, hingga kuliner. Yakni Gaul, Asian Plus, dan Keren Beken serta My Idol adalah beberapa tabloid yang mengulas budaya Asia khususnya Korea ini terbit setiap minggunya.

Kombinasi antara tayangan audio visual melalui tayangan hiburan korea di televisi dan visual melalui majalah dan tabloid yang mengulas mengenai budaya korea dapat mudah diterima oleh remaja.

Begitu populernya drama korea di Indonesia, mengakibatkan beberapa remaja mulai meniru gaya berbusana aktor dan aktris korea. Mulai dari model baju, sepatu, hingga model rambut. Pernak-pernik seperti aksesoris pun juga tidak ketinggalan. Menurut mereka, gaya berbusana artis-artis korea sangat unik, berani mempadu-padankan warna-warna cerah sehingga dapat menonjolkan apa yang menjadi ciri khas pribadinya.

(3)

3

Yang patut menjadi perhatian adalah remaja, secara psikologis, remaja merupakan orang yang paling mudah menerima sesuatu yang baru, karena secara mental, jiwa yang dimiliki remaja masih labil. Ia cenderung menyukai sesuatu yang baru dan selalu ingin mencoba-coba demi mencari jati diri. Masa remaja sebagai masa transisi (peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, masa mancari jati diri, maka remaja merasa tertantang dan tertarik untuk membuktikan kemampuan intelektualnya.

Mereka umumnya mengidentifikasikan diri pada seorang tokoh yang dianggap sebagai idola atau orang yang dianggap penting, maka mereka berupaya bagaimana dirinya mampu menyerupai tokoh idolanya tersebut. Caranya dengan meniru tingkah laku, kebiasaan, dan apa yang dipakai oleh tokoh idola tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini banyak perilaku model itu diambil dalam bentuk simbolik. Film dan televisi banyak menayangkan contoh-contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi para observernya (penonton).

Bandura dalam (Crain, 2007) berpendapat bahwa didalam situasi-situasi sosial, manusia sering kali belajar jauh lebih cepat hanya dengan mengamati tingkah laku orang lain. Sebagai contohnya, ketika anak-anak belajar lagu-lagu baru atau bermain rumah-rumah rumahan meniru sikap orang tua, maka mereka sering kali mereproduksi secara instan urutan panjang tingkah laku baru. Menurut Bandura, inti dari belajar melalui observasi adalah modeling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulang apa yang dilakukan oleh model (orang lain), tetapi modelling melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, yang melibatkan proses kognitif (Alwisol, 2004). Jelas sekali, bahwa perhatian, pemahaman, informasi, dan memori merupakan unsur-unsur kognitif (Yusuf, 2007). Yang kemudian mengarah pada unsur afeksi, disini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai, adanya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci oleh khalayak. Hingga akhirnya merujuk pada unsur konasi (behavioral) dimana perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2007)

(4)

4

terutama adalah sifat model yang menarik, (2) proses pengingatan (retention); tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasikan dalam ingatan, baik dalam bentuk verbal atau imajinasi, yang kemudian menentukan mana yang dibuang dan mana yang dicoba untuk dilakukan, (3) proses reproduksi motoris; menghasilakan kembali perilaku atau tindakan yang kita amati, mengubah gambaran menjadi tingkah laku, dan (4) proses motivasional; belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya (Alwisol, 2004).

Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi (Alwisol, 2004)

Perilaku remaja yang meniru gaya berpakaian dalam tayangan Korea ini juga menimbulkan sisi negatifnya, karena remaja yang ingin terlihat sama dan menarik seperti apa yang di inginkan itu cenderung menjadi korban mode, sehingga timbul perilaku konsumtif, remaja akan senang membeli segala sesuatu dari apa yang di lihat dan yang di sukai. Karena remaja pada awalnya menyukai mode-mode korea tersebut, tak lain karena memiliki arti khusus dengan tokoh, dan memiliki kesamaan dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilainya, seperti baik, menarik, lucu, modis, energik dan sebagainya. Sehingga remaja mencoba untuk melakukan hal yang sama seperti yang ditonton atau menirunya. Dengan cara ini akan dapat semakin dekat dengan tokoh identifikasinya.

(5)

5

menyenangi, mengaharapkan objek tertentu. Sikap negatif merupakan kecenderungan untuk bertindak menjauhi, memberhentikan dan tidak menyukai objek tertentu.

Belajar melalui observasi terjadi karena respon organisme dipengaruhi oleh hasil observasinya terhadap orang lain, yang disebut model. Beberapa model mungkin lebih berpengaruh dari model yang lainnya. Anak atau orang dewasa cenderung mengimitasi orang (model) yang di senangi karena memiliki daya tarik tertentu (seperti penampilannya, perilakunya, atau kepopulerannya). Proses imitasi ini dipengaruhi oleh adanya kesamaan antara yang mengimitasi dengan model (seperti kesamaan jenis kelamin), atau karena perilaku model itu memberikan dampak yang positif.

Menurut Bandura, melalui teori belajar sosial, model itu memiliki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian. Anak-anak belajar untuk asertif (dituntut untuk jujur dan tegas), percaya diri, atau mandiri melalui observasi kepada orang lain yang menampilkan sikap-sikap seperti itu. Orang lain yang menjadi model anak adalah orang tua, saudara, guru atau teman. Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, banyak perilaku model diambil dalam bentuk simbolik. Film dan televisi menayangkan contoh-contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi pada observer (penonton) (Yusuf, 2007).

(6)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara intensitas menonton tayangan hiburan korea dengan perilaku modeling pada remaja?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas menonton tayangan hiburan korea dengan perilaku modeling pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah dalam pengembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya psikologi perkembangan.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang perilaku modelling pada remaja dan intensitas menonton tayangan hiburan korea, sehingga nantinya remaja dapat memahami dampak-dampak yang ada pada tayangan tersebut baik dari segi positif maupun negatif.

(7)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN

HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU

MODELING PADA REMAJA

SKRIPSI

Oleh:

Ayu Nurvitasari

07810160

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(8)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN

HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU

MODELING PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan Kepala Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu

persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Ayu Nurvitasari

07810160

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(9)
(10)
(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobil’alamin, segala puji syukur bagi Allah SWT, karena dengan segala puji syukur bagi Allah SWT, karena dengan rakhmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Hiburan Korea Dengan Bentuk-Bentuk Perilaku

Modeling Pada Remaja.

Sholawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah senantiasa kita nantikan syafaat serta pertolongannya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, penulis mengharapkan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua dan adik perempun ku tersayang yang telah mendoakan selama ini. Selalu melindungi serta mendukung dalam setiap doanya.

2. Ibu Dra. Cahyaning, M. Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Latipun, M. Kes selaku dosen pembimbing pertama skripsi yang telah banyak membantu dalam memberikan pengarahan, masukan dan dorongan serta waktu bagi peneliti.

4. Ibu Ni’matuzzahro S.Psi M.si juga selaku dosen pembimbing kedua yang juga banyak membantu dalam memberikan pengarahan, masukan dan dorongan. 5. Bapak Yudi Suharsono, M.Si.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan

telah memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

(13)

7. Semua keluarga yang sudah banyak memberikan support moral yang sangat berarti untuk peneliti.

8. Sahabat-sahabat yang sudah banyak membantu dan menyemangatiku diantaranya, Irma, Vivi, Uviet, Riri, Rossy, Widya, Happy, Billy, Kholis, dan semua teman-teman kelas C Psikologi 2007.

9. Teman-teman dari kelas A sampai kelas F Psikologi 2007.

10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segalah kebaikan, dorongan dan doa yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap, semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 7 Mei 2012 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Modeling………..8

3. Bentuk-Bentuk Modeling……….8

4. Proses Penting Belajar Melalui Modeling………9

B. Perilaku Menonton 1. Pengertian Perilaku Menonton………,…….11

2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Menonton………...11

3. Tayangan Hiburan Korea………..12

C. Karakteristik Remaja………...13

D. Kecenderungan Remaja Menonton……….15

E. Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Hiburan Korea Dengan Perilaku Modeling Pada Remaja ……….,,.,,,,,……..17

F. Kerangka Berpikir………...20

G. Hipotesis……….,………...….21

BAB III METODE PENELITIAN ...22

A. Rancangan Penelitian………..22

B. Variabel Penelitian………...23

C. Definisi Operasional ………...23

D. Populasi dan Sampel Penelitian ………. …...25

E. Prosedur Penelitian ……… ………26

F. Jenis Data dan Instrumen Penelitian…… ……… ………..27

G. Validitas dan Reliabilitas……….30

(15)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...37

A. Deskripsi Data……….37

B. Analisis Data………...39

C. Pembahasan……….41

BAB V PENUTUP………45

A. Kesimpulan………..45

B. Saran………45

DAFTAR PUSTAKA………....47

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor untuk jawaban pernyataan pada Skala Likert……… 29

Tabel 2 : Blue Print Skala Intensitas Menonton……….. 29

Tabel 3 : Blue Print Skala Perilaku Modeling………. 29

Tabel 4 : Uji Validitas Item Skala Intensitas Menonton………. 31

Tabel 5 : Blue Print Skala Intensitas Menonton sesudah Try Out……… 31

Tabel 6 : Uji Validitas Item Skala Perilaku Modeling………. 32

Tabel 7 : Blue Print Skala Perilaku Modeling sesudah Try Out………… 32

Tabel 8 : Uji Reliabilitas Skala Intensitas Menonton……….. 33

Tabel 9 : Uji Reliabilitas Skala Perilaku Modeling……….. 34

Tabel 10 : Uji Reliabilitas Keseluruhan………. 34

Tabel 11 : Gambaran umun dan jenis kelamin subjek……….... 37

Tabel 12 : Hasil perhitungan T-Score Intensitas Menonton……….. 39

Tabel 13 : Hasil perhitungan Korelasi Matrik Perilaku Modeling……… 39

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Skala Intensitas Menonton dan Skala Perilaku Modeling

Lampiran II : Hasil Uji Try Out Skala Intensitas Menonton dan Perilaku Modeling

Lampiran III : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Intensitas Menonton dan Perilaku Modeling

Lampiran IV : Hasil Analisa Data Uji T-Score

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan (Pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja) (Cetakan kedua). Bandung : PT. Refika Aditama

Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja - Perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi Aksara

Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian (Cetakan pertama). Malang : UMM Press Armando, N.M. (2010). Kenali alasan anak menonton tv. Media kita, 11-12.

Diperoleh dari http://www.ummi-online.com/berita-75-kenali-alasan-anak-menonton-tv.html di akses pada tanggal 5 Januari 2012

As’ad, M. (1980). Psikologi industry (Ed. Revisi). Yogyakarta: Liberty Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

________.(2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ______________. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Crain, W. (2007). Theories of development: Consept and applications (Third edition) New Jersey

Fakultas Psikologi UMM. (2010). Panduan penyusunan skripsi. Malang : UMMPress.

Feist, J & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian – Theories of personality. Jakarta: Salemba Humanika

Hjelle, L.A. (1987). Personality theories (Basic assumptions research and applications) (Second edition). Singapore : McGraw-Hill Book

Kerlinger, F.N (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Kurniasih, E. (2006). Hubungan antara perilaku menonton tayangan sinetron religious dengan sikap remaja terhadap agama islam (Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor)

Myers, D. G. (1987). Social psychology secong edition. New York: McGraw Hill Book Companies

(19)

Papalia, D.E. & Olds, S.W. (1989). Psychology. New York: McGraw Hill Book Companies

Puspita, M. F. (2010). Hubungan antara intensitas menonton tayangan sinetron kepompong di televisi dengan citra diri pada remaja putri (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Rakhmat, J. (2005). Psikologi komunikasi (Cetakan kedua puluh dua). Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Santrock, J.W. (2002). Perkembangan masa hidup (Cetakan kelima ). Jakarta : Erlangga

Sobur, A. (2003). Komunikasi orang tua dan anak (Cetakan kesepuluh). Bandung : Angkasa

Winarsunu, T. (2007). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan (Cetakan keempat). Malang : UMM Press

Yusuf, S & Nurihsan, J. (2007). Teori kepribadian (Cetakan pertama). Bandung : PT Remaja Rosda Karya

www.jadwaltvindonesia.com yang diakses tanggal 5 desember 2011

Referensi

Dokumen terkait

Rasio Pengembalian Investasi digunakan untuk mengukur seberapa besar hasil yang dicapai dari investasi yang dilakukan. Rasio ini memiliki batas normal minimal 15%. Hasil

Berdasarkan variabel kualitas buah pada indikator kualitas buah pilihan yaitu buah yang tidak rusak maupun busuk ataupun yang tidak tercampur dengan buah yang kurang baik yang

Dalam hal penyelesaian Piutang Negara tidak berhasil, Instansi Pemerintah termasuk Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Lembaga Negara, Komisi

Selain model hasil penelitian diatas yang menjadi inspirasi penulis, masih ada satu hasil penelitian yang merupakan skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

Kompetensi Guru (X3) Terhadap Kinerja Guru (Y). Korelasi Parsial Koef.. Dalam penelitian ini ditemukan korelasi yang signifikan antara kemampuan manajerial kepala sekolah

Hasil pembinaan pada siklus I, menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam membuat RPP berbasis PBL, membuat penilaian, membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi

whatsapp , peserta didik dapat mengidentifikasi pesan yang tersirat dalam lagu dengan teliti secara mandiri. Setelah menyanyikan lagu bersama-sama dalam waktu yang telah

Melihat pola tanam bahwa petani bunga krisan dapat melakukan 3 kali periode tanam dalam 1 tahun, maka dengan asumsi biaya produksi, nilai produksi dan keuntungan yang diperoleh