• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CHINA TERHADAP MODERNISASI PERTAHANAN MILITER TAIWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CHINA TERHADAP MODERNISASI PERTAHANAN MILITER TAIWAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CHINA TERHADAP MODERNISASI PERTAHANAN MILITER TAIWAN

(2009-2013)

Disusun dan diajukan sebagai persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1 Ilmu Hubungan Internasional

Disusun Oleh:

IKA NUR ANISAH 09260106

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ika Nur Anisah

Tempat, tanggal lahir : Malang, 18 Februari 1991

NIM : 09260106

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

PENGARUH PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CHINA

TERHADAP MODERNISASI PERTAHANAN MILITER TAIWAN

(2009-2013)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya

dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Malang, 9 Mei 2014

Yang menyatakan

(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Ika Nur Anisah

2. Nim : 09260106

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Hubungan Internasional

5. Judul Skripsi : Pengaruh Peningkatan Kapabilitas Militer China Terhadap Modernisasi Pertahanan Militer Taiwan (2009-2013)

6. Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si 2. Hevi Kurnia Hardini, MA.Gov 7. Kronologi Bimbingan :

Tanggal

Paraf Dosen Pembimbing

Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

15 Januari 2013 ACC Judul

3 November 2013 ACC Proposal

28 Oktober 2013 Seminar Proposal

20 Desember 2013 ACC BAB I

16 Januari 2014 ACC BAB II

18 Februari 2014 ACC BAB III

1 April 2014 ACC BAB IV

1 April 2014 ACC Seluruh Naskah

5 April 2014 ACC Abstraksi

Malang, 5 April 2014

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(6)

Ika Nur Anisah, 2014, 09260106, Universitas Muhammadiyah Malang, Jurusan Hubungan Internasional, PENGARUH PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CHINA TERHADAP MODERNISASI PERTAHANAN MILITER TAIWAN (2009-2013), Dosen Pembimbing 1: Ruli Inayah Ramadhoan M.Si, dosen Pembimbing 2: Hevi Kurnia Hardini MA.Gov.

ABSTRAKSI

China modern yang didukung dengan kapabilitas militer yang mengerikan menimbulkan dilema keamanan bagi Taiwan. Konflik sejarah diantara mereka dan keagresifan China dalam mencegah kemerdekaan Taiwan, membuat Taiwan menjadi semakin terancam. Memang, dari segi kuantitas dan kualitas, kapabilitas militer China jauh lebih kuat dari Taiwan. China akan dengan mudah menakhlukkan Taiwan jika terjadi peperangan. Namun Taiwan tetap berupaya untuk memodernisasi pertahanan militernya. Taiwan mengembangkan system C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) dan menambah peralatan militer yang dibelinya dari Amerika Serikat melalui Taiwan Relation Act (TRA). Pada akhirnya, modernisasi pertahanan militer Taiwan ini hanya berujung pada upaya defensive. Hal ini karena kapabilitas pertahanan militer China jauh lebih kuat dibandingkan dengan Taiwan. Oleh karena itu, upaya defensive

menjadi cara paling menguntungkan bagi Taiwan untuk merespon peningkatan kapabilitas militer China yang terus meningkat.

Kata kunci: Dilemma keamanan, kapabilitas militer, defense.

Malang, 5 April 2014 Peneliti

Ika Nur Anisah Mengetahui

(7)

Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si Hevi Kurnia Hardini, MA.Gov

Ika Nur Anisah, 09260106, University of Muhammadiyah Malang, Faculty of Social and Political Sciences, Department of International Relations, THE EFFECT OF AN INCREASE CHINA’S MILITARY CAPABILITY TOWARD TAIWAN’S MILITARY DEFENSE MODERNIZATION, Major- Advisor: Ruli Inayah Ramadhoan S.Sos, M.Si, Co-Advisor: Hevi Kurnia Hardini MA.Gov

ABSTRACTION

Modern China with a dangerous military capability posed a security dilemma for Taiwan. Historical conflict between them and China’s aggressiveness to prevent the independence of Taiwan, making Taiwan became increasingly threatened. Indeed, in term of quantity and quality, China’s military capability is much stronger than Taiwan. China will be easily conquered Taiwan if war has been happened. But, Taiwan still strives to modernize its military defenses. Taiwan is expanding the C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) system and increasing the military equipment that purchased from the United States through the Taiwan Relations Act (TRA). In the end, the

modernization of Taiwan’s military defense only leads defensive effort. This is

because China’s military defense capability is stronger than Taiwan. Therefore, the defensive effort is the most profitable way for Taiwan to respond the increase of China’s military capabilities.

Keyword: Security Dilemma, military capabilities, defense.

Malang, April 5, 2014 Researcher

Ika Nur Anisah

Major-Advisor Co-Advisor

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

karena atas ridho dan rahmat-Nya lah karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh

Peningkatan Kapabilitas Militer China terhadap Modernisasi Pertahanan Militer

Taiwan (2009-2013) ini bisa terselesaikan dengan baik dan lancar.

Karya ilmiah atau skripsi ini merupakan karya tulis pertama yang dikerjakan

secara serius oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu

Politik (Strata-1). Meskipun penulisannya memakan waktu yang lama, namun pada

akhirnya skripsi ini mampu menjadi sebuah wujud hasil jerih payah penulis selama

kurun waktu lebih dari empat tahun sejak terdaftar sebagai mahasiswa Hubungan

Internasional Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2009. Selama perkuliahan,

penulis memang memiliki ketertarikan tersendiri untuk lebih focus pada kajian di

kawasan Asia Timur. Penulispun bisa konsisten dengan kajian yang dipelajari dengan

mengambil tema berdasarkan pada salah satu konflik yang ada pada wilayah tersebut.

Lebih khusus, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang permasalahan

yang muncul antara China dan Taiwan dengan menulis sebuah karya tulis berjudul

“PENGARUH PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CHINA TERHADAP

(9)

Pada halaman sampul memang hanya tertera nama penulis sebagai penulis asli

dari skripsi ini, namun skripsi ini tidak akan tersaji tanpa dukungan dari banyak

pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada

1. Kedua orang tua dan seluruh anggota keluarga yang memberikan dukungan

penuh selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. Berkat dorongan

kedua orang tua, penulis terpacu untuk lebih serius dalam menulis skripsi ini

sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

2. Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji. Penulis memberikan apresiasi dan

terima kasih yang sangat besar kepada Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

dan Ibu Hevi Kurnia Hardini, MA.Gov selaku pembimbing yang telah sabar

dan telaten dalam membimbing penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Havidz Ageng P., MA dan Ibu Demeiati Nur

Kusumaningrum, MA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

kritik membangun yang sangat bermanfaat untuk memperbaiki penulisan

skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

yang telah memberikan banyak ilmu bagi penulis mulai dari masuknya

penulis sebagai mahasiswa HI UMM sampai akhirnya penulis bisa dinyatakan

(10)

4. Lauma Yuda Prasetya dan semua anggota keluarganya. Penulis merasa

bersyukur dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah

sabar untuk terus memberikan dukungan dan menjadi teman, sahabat, dan

keluarga bagi penulis selama lima tahun dan insyaallah akan terus seperti itu

sampai ke tahun-tahun berikutnya.

5. Teman-teman seperjuangan, “rempira” khususnya (Tata, Octa, Intan, Dwi,

Rifan, Risco), terima kasih untuk semuanya. Meskipun ada beberapa konflik

yang mewarnai persahabatan kita, tapi penulis mengucapkan terima kasih

banyak sudah memberikan tambahan warna dalam kehidupan penulis.

Semoga “rempira” bisa lebih bijak dan dewasa dalam menghadapi

permasalahan yang nantinya akan menjadi bumbu pelengkap persahabatan

kita.

6. Teman-teman HI 2009: Ibu negara (mbk Cui), guru spiritual (Kindut), Nicho,

Iwan, Dana, Miftah, Yooko, anak-anak BL dan masih banyak lagi yang

namanya tidak bisa ditulis satu persatu. Penulis mengucapkan terima kasih

karena sudah menjadi teman-teman yang baik bagi penulis selama ini.

7. Teman-teman seatap/kos (yaya, arum, vira, lida, mbk onyek, mbk nina).

Terima kasih karena bisa menghibur penulis ketika penulis merasa jenuh

dalam menghadapi permasalahan dalam proses perkuliahan dan dalam

(11)

8. Adek-adek tingkat yang sama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar

sarjana, Dini, Alin, Syarif, dan masih banyak lagi yang lainnya. Terima kasih

semuanya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak yang telah

mendukung dan memberikan bantuan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan dengan sempurna. Amin. Akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Hubungan Internasional

dan semua kalangan yang tertarik dengan kajian HI.

(12)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Abstraksi ... vi

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2. Manfaat Praktis ... 7

1.5.Penelitian Terdahulu ... 7

1.6.Landasan Teori/Konsep ... 14

1.6.1. Teori Security Dilemma ... 14

1.6.2. Konsep Balance of Power ... 18

1.6.3. Konsep Kapabilitas Militer ... 21

1.7.Metodologi Penelitian ... 23

1.7.1. Tipe Penelitian ... 23

1.7.2. Tingkat Analisa ... 23

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data ... 24

1.7.4. Teknik Analisa Data ... 24

1.8.Ruang Lingkup Penelitian ... 24

(13)

1.8.2. Batasan Waktu Penelitian ... 25

1.9.Hipotesa ... 25

1.10.Sistematika Penulisan ... 26

BAB II PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CHINA DAN MODERNISASI PERTAHANAN MILITER TAIWAN 2.1. Peningkatan Kapabilitas Militer China ... 28

2.1.1. PLA (People of Liberation Army) ... 35

1. PLAN (PLA Navy) ... 37

2. PLAAF (PLA Air Forces) ... 40

3. PLAGF (PLA Ground Forces) ... 43

4. SAF (Second Artillery Forces) ... 44

2.2. Perkembangan Sistem Pertahanan Militer Taiwan ... 48

2.2.1. Modernisasi C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance, dan Recconaisance) ... 49

2.2.2. Kerjasama Militer AS-Taiwan melalui TRA (Taiwan Relation Act) ... 53

BAB III PENGARUH KAPABILITAS MILITER CHINA TERHADAP MODERNISASI PERTAHANAN MILITER TAIWAN 3.1. Peningkatan Kapabilitas Militer China dalam Perspektif Taiwan: Persepsi Ancaman dan Reaksi ... 59

3.1.1. Hubungan Konfliktual Taiwan-China ... 59

3.1.2. Ancaman Militer China terhadap Keamanan Taiwan ... 63

3.1.3. Reaksi Taiwan terhadap Peningkatan Kapabilitas Militer China ... 66

3.2. Tujuan Modernisasi Militer Taiwan ... 72

BAB IV PENUTUP 1.1.Kesimpulan ... 74

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Posisi Penelitian ... 11

Tabel 1.2. Konsep Robert Jervis tentang munculnya Security Dilemma dalam Hubungan Internasional ... 16

Tabel 1.3. Sistematika Penulisan ... 26

Tabel 2.1. PLAGF Force Strength in 2013 ... 38

Tabel 2.2. Size of the PLAN in 2013 ... 43

Table 2.3. The Size of the PLAAF in 2013 ... 44

Tabel 2.4. The Size of the China’s Missile Forces in 2012 ... 46

Tabel 2.5. NASIC Data on the PLA’s Missile Classes ... 47

Tabel 2.6. Taiwanese (ROC) Ministry of Defense Summary of the PRC-ROC Military Balance ... 56

(15)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1. Chinese Real GDP Growth: 1979-2013 (percent) ... 29

Grafik 2.2. Change in China’s Official Defense Budget ... 31

Grafik 2.3. Pertumbuhan Persenjataan Utama China Tahun 1985-2013 ... 40

DAFTAR DIAGRAM

(16)

Daftar Pustaka

Buku

Adi, Rianto. 2004. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit

Art, Robert J. and Robert Jervis. 2007. International Politics: Enduring Concept and Contemporay Issues. edisi 8. Pearson Education, Inc.

Buzan, Barry and Hansein. 2009. The Evolution of International Security Studies.

New York: Cambrigne University Press

Calder, Kent E. 1996. Asia’s Deadly Triangel: How Arms, Energy, and Growth Threaten to Destabilize Asia Pasific. Jakarta: PT. Prenhallindo

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi. Yokyakarta: LP3ES

North, Robert C. 1990. War Peace Survival: Global Politics and Conceptual Synthesis. San Fransisco: Westview Press

Steans, Jill and Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema.

Yokyakarta: Pustaka Pelajar

Sukarnaprawira, Aa Kustia. 2009. China: Peluang atau Ancaman. Jakarta: Restu Agung.

Suryana, Mirza Jaka (et.all). 2009. Refleksi Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke Kontemporer. Yokyakarta: Graha Ilmu

Sumber Lain: Tesis, Skripsi, Jurnal, Berita dan Artikel.

Adeste Adipriyanti dan Tricia Octaviana. 2006. “Hubungan Jepang China Pasca Koizumi”. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3106514.pdf, diakses pada tanggal 15 November 2012

Adiputri, Novi Christiastuti, 2012, “Pertama kali taiwan kerahkan rudal anti china,

detik news.

http://news.detik.com/read/2012/05/28/183124/1926753/1148/pertama-kali-taiwan-kerahkan-rudal-anti-china, diakses pada tanggal 17 Desember 2013 Akba, Aulia, 2013, “Taiwan simulasikan perang melawan china”, Okezone

http://international.okezone.com/read/2013/04/17/413/792787/taiwan-simulasikan-perang-melawan-china, diakses pada tanggal 17 Desember 2013

Anggaran Militer China Terbesar di Asia”,

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/103250, diakses pada tanggal 11 Desember 2012.

Anthony H. Cordesman, Ashley Hess, Nicholas S Yarosh, “Chinese military

modernization and force development,”

(17)

BAB I, “Pendahuluan,”

http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/8/articles/1460/public/1460-4665-1-PB.pdf, diakses pada tanggal 2 Agustus 2013.

Bab II, “Tinjauan Umum Mengenai Peningkatan Hubungan Militer Amerika

Serikat-Taiwan,”http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2521, diakses pada tanggal 20 Agustus 2013.

BAB III, “Kondisi Pertahanan dan Keamanan di Taiwan,

http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2522, diakses pada tanggal 20 November 2013

“Cadangan Devisa China Mencapai 1,95 triliun dolas AS”, 2009, Harian Kompas,

edisi 13 April 2009,

http://lipsus.kompas.com/samsungativ/read/2009/04/13/07560238/cadangan.d evisa.china.195.triliun.dollar.as, diakses pada tanggal 25 Januari 2014.

“China Taiwan History,” Online NewsHour, edisi 7 Maret 2000,

http://www.pbs.org/newshour/bb/asia/china/china-taiwan.html, diakses pada tanggal 29 Mei 2013.

Chinability: GDP Growth in China, 1952-2011”,

http://www.chinability.com/GDP.htm

“Chinese Reactions to Taiwan Arm Sales,” 2012,

http://project2049.net/documents/2012_chinese_reactions_to_taiwan_arms_ sales.pdf, diakses pada tanggal 5 Maret 2013

Claire Taylor dan Tim Youngs, 2008, “China’s Military Posture, Hous of Commons Library 2008, http://www.refworld.org/pdfid/494784d22.pdf, diakses pada tanggal 10 Maret 2013

David Lai, 2010, “Arm Sales to Taiwan: Enjoy The Business While it Last”,

http://project2049.net/documents/2012_chinese_reactions_to_taiwan_arms_sa les.pdf, diakses pada tanggal 3 November 2013

Edward W. Ross, 2009, “Improving Taiwan’s Military Capabilities, C4ISR

Integration, Boars Head Inn Charlottesville, Virginia,”

http://ewrossinternational.com/taiwan_c4isr.pdf, diakses pada tanggal 2 Desember 2013.

Frank S.T. Hsiao, “Taiwan in The Global Economy: Past, Present and Future,”

University Of Colorado.

http://www.colorado.edu/Economics/mcguire/workingpapers/Taiwan-GlobalEconomy.pdf, diskses pada tanggal 20 November 2013.

Gregory C. Chow, 2004, “Economic Reform and Growth in China”. Departement of Economics, Princeton University, USA: Peking University Press.

http://aefweb.net/AefArticles/aef050107.pdf, diakses pada tanggal 25 Oktober 2013.

Gita Virtualis Mundi, “Power, Balance of Power and Hegemonic Stability,”

(18)

Hubungan%20Internasional%20-POWER%20,%20BALANCE%20OF%20POWER%20,%20and%20HEGEM ONIC%20STABILITY.html, diakses pada tanggal 29 September 2013.

(19)

“Hadapi China, Taiwan Buat Rudal Baru,” 2011,

http://tekno.kompas.com/read/2011/09/06/17594293/hadapi.china.taiwan.buat .rudal.baru

Huncovic, Lee J., “The Chinese-Taiwanese Conflict: Possible Future of

Confrontation between China, Taiwan and the United State of America”.

Dalam http://www.lamp-method.org/ecommons/hunkovic.pdf, diakses pada tanggal 29 Mei 2013.

Jervis, Robert. 1978. “Coorperation Under The Security Dilemma”, dalam jurnal World Politics, Volume 30, No 7, Centre of International Studies, New York: Princenton University Press

---. 1978. “Cooperation Under the Security Dilemma,” World Politics,

vol. 30, no. 2, January 1978,

http://slantchev.ucsd.edu/courses/ps143a/readings/Jervis%20-%20Cooperation%20under%20the%20Security%20Dilemma.pdf, diakses pada tanggal 26 November 2013

Jose Migual Alonso Trabanco, 2009, “The Great Dragon Awakens: China

Challenges American Hegemony”, dalam jurnal Centre of Research on

Globalization, edisi 2 Februari 2009,

http://www.globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=11638, diakses pada tanggal 15 November 2012

Maddison, Agus, 2007, “The Organization for Economic Cooperation and

Development, Chinese Economic Performance in the Long Run”, 960-2030,.

http://browse.oecdbookshop.org/oecd/pdfs/product/4107091e.pdf

Marboen, Ade, 2013, “Taiwan gelar system roket multi laras antisipasi china”, http://www.antaranews.com/berita/378717/taiwan-gelar-sistem-roket-multi-laras-antisipasi-china

Mark A Stokes, “Revolutionizing Taiwan’s Security: Leveraging C4ISR for

Traditional and non-traditional challenges,”

http://project2049.net/documents/revolutionizing_taiwans_security_leveragin g_c4isr_for_traditional_and_non_traditional_challenges.pdf, diakses pada tanggal 10 Desember 2013

“Menggeliatnya Kekuatan Militer China”.Tempo, 19 Maret 2013. Dalam

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/19/118468105/Menggeliatnya-Kekuatan-Militer-Cina, diakses pada tanggal 30 September 2013.

“Militer Taiwan: China dapat duduki Taiwan tahun pada 2020”, 2013” Antara

Sumber

http://www.antarasumbar.com/berita/internasional/d/21/314984/militer-taiwan-china-dapat-duduki-taiwan-pada-2020.html

“Militer taiwan gelar latihan pertahanan 2011”, 2011,

http://entertainment.kompas.com/read/2011/01/17/19534482/Taiwan.Gelar.La tmil.Berpeluru.Tajam, diakses pada tanggal 15 Desember 2013

(20)

http://internasional.kompas.com/read/2010/04/29/17294029/Andai.China.Sera ng.Taiwan-5, diakses pada tanggal 15 Maret 2013

Muhammad, Simela Viktor. 2009. “Pengembangan Kekuatan Militer China dan

Dampaknya terhadap Kawasan Asia Timur

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/14309407436_0953-9316.pdf, diakses pada tanggal 15 November 2012

“Peningkatan Kekuatan Militer China”,

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-5-I-P3DI-Maret-2012-69.pdf, diakses pada tanggal 14 Agustus 2013.

“Pertumbuhan ekonomi China dilaporkan 10,1%” dalam China Securities Journal

edisi 18 Januari 2011, http://pacific2000.co.id/research/berita-hong-kong/report-perkembangan-ekonomi-china-dilaporkan-101.php, diakses pada tanggal 15 November 2012.

Peter Paret, “Military Power, Measuring Military Capability,”

http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/MR1110/MR 1110.ch7.pdf, diakses pada tanggal 1 Oktober 2013.

Qomariyah, Nurul, 2011, “Kalahkan Jepang Ekonomi China Kini Terbesar Kedua di Dunia”,

http://detikfinance.com/read/2011/02/14/103031/1570639/4/kalahkan-jepang-ekonomi-china-kini-terbesar-kdedua-di-dunia?992204topnews, diakses pada tanggal 09 Desember 2012.

Shirley A Kan dan Wayne M Morirson, 2013, “US-Taiwan Relationship: Overview of policies issues”, http://fpc.state.gov/documents/organization/170495.pdf, diakses pada tanggal 20 Agustus 2013

“Taiwan akan memproduksi 50 misil jarak menengah”, jurnal pertahanan 2013.

http://internasional.kompas.com/read/2013/03/18/1427413/Taiwan.Arahkan.5 0.Peluru.Kendali.ke.China, diakses pada tanggal 5 November 2013

“Taiwan gelar latihan militer terbesar”, dalam

http://www.beritasatu.com/dunia/108536-taiwan-gelar-latihan-militer-terbesar.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2013

“Taiwan readies mass production of cruise missiles”, 2010,

http://www.turkishdefense.net/taiwan-readies-mass-production-of-cruise-missiles/, diakses pada tanggal 15 Desember 2013

“Taiwan Tingkatkan Kemampuan Jet Tempurnya”, dalam

http://www.antaranews.com/berita/350930/taiwan-tingkatkan-kemampuan-jet-tempurnya, diakses pada tangga; 18 Maret 2014.

The Military Balance in Asia1990-2011 ”,

http://csis.org/files/publication/110516_South_Asia AsiaMilitaryBalance2011.pdf

(21)

Their Contemporary Relevance”, https://getinfo.de/app/Introduction-The-Enduring-Axioms-of-Balance-of/id/BLCP%3ACN053269404, 29 September 2013.

Valentino, Risco, 2014, ”Pengaruh Modernisasi Militer China terhadap

Revitalisasi Kerjasama Jepang dan Amerika Serikat, Skripsi Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Wibisono, Adhe Nuansa, “Peningkatan Militer China dalam Upaya Menjadi

Negara Hegemon di Kawasan Asia”,

http://www.academia.edu/2553830/Peningkatan_Kapabilitas_Militer_China_ Dalam_Upaya_Menjadi_Negara_Hegemon_di_Kawasan_Asia, diakses pada tanggal 30 September 2013.

Yani, Yahyan Muhammad, “Makna Strategis Pembangunan Militer China”,

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/makna_strategis_pembanguan_militer_cina.pdf, diakses pada tanggal 25 Mei 2013.

Yuxian, Geng dan Yu Qian, “Taiwan bangun kekuatan militer untuk menghadapi ancaman china,” 2009, http://erabaru.net/top-news/38-news3/6297-taiwan-bagun-kekuatan-militer-menghadapi-ancaman-china,, diakses pada tanggal 25 Desember 2013

Zulkardi S. 2011. “Pengaruh Pengembangan Militer Republik Rakyat China

terhadap Stabilitas Keamanan Asia Timur”

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asia Timur merupakan kawasan yang menawarkan banyak kajian menarik

dalam studi Ilmu Hubungan Internasional. Kompleksitas hubungan antar negara

menjadikan kawasan ini kaya akan topik bahasan yang bisa memberikan pengaruh

dalam dinamika system global. Kawasan ini mengalami kemajuan pesat dalam hal

ekonomi khususnya di era pasca perang dingin. Terdapat new emerging

economics seperti China, Jepang dan Korea yang mendukung berkembangnya

perekonomian di Asia Timur. China dengan kapasitas penduduk terbesar di dunia

yakni 1.343.239.9231 (tahun 2012) dan dengan peningkatan perekonomian yang

signifikan sehingga mampu mengalokasikan dana yang besar untuk pertahanan

militernya, Jepang dengan kemampuan teknologi, dan Korea utara dengan

kemampuan nuklir serta Korea selatan dengan korean wavenya membuat kawasan

ini semakin menarik untuk dikaji.

Dibalik perkembangan dan keberagaman kajian di dalamnya, kawasan ini

juga merupakan kawasan yang rentan dengan konflik. Selain warisan sejarah di

masa lalu, letak geografis dari masing-masing negara di kawasan ini juga sering

menimbulkan perseteruan. Sengketa kepulauan Senkaku antara China dan Jepang,

klaim atas Pulau Dokdo (Takeshima) yang terjadi antara Korea Selatan dan

Jepang, dan konflik China-Taiwan yang masih berlanjut sampai saat adalah

1

(23)

beberapa konflik yang terjadi dalam kawasan ini. Bahkan hadirnya China dengan

kapabilitas militer yang sangat tangguh juga mampu membuat kawasan kembali

bergejolak.

China merupakan sebuah negara yang berhasil bereformasi menjadi negara

maju. Perkembangan atau reformasi China tidak bisa dilepaskan dari peran Deng

Xiaoping. Dibawahnya China mencapai keberhasilan dalam pasar bebas dan

kapitalisme. Open Door Policy yang dicetuskan oleh Deng Xiaoping

menggerakkan modernisasi China lewat empat sektor yaitu pertanian, industri dan

teknologi, pendidikan serta pertahanan. Melalui Open Door Policy tersebut, China

menjadi semakin terbuka terhadap kerjasama luar negeri dan membuat

perekonomian China semakin meningkat dari tahun ke tahun.

In 1978, the total volume of its foreign trade, or the sum of the values of its exports and imports, amounted to only 7 percent of its national income. Deng

Xiaoping’s open-door policy encouraged the opening of China to foreign imports

and the promotion of exports. By 1987, the volume of foreign trade increased to 25 percent and by 1998 to37 percent of gross domestic product.2

Salah satu Lembaga Survey bernama Dow Jones Newswires melaporkan

tentang data pertumbuhan ekonomi tahun 2010, PDB (Produk Domestik Bruto)

China meningkat 10,1 persen dibandingkan tahun 2009, atau mencapai 5,98

tryliun dollar AS.3 Kemajuan ekonomi China yang semakin meningkat ini

menjadikan China sebagai negara dengan pendapatan terbesar kedua setelah

2

Gregory C. Chow, 2004, “Economic Reform and Growth in China”. Departement of Economics, Princeton University, USA: Peking University Press. http://aefweb.net/AefArticles/aef050107.pdf, diakses pada tanggal 25 Oktober 2013.

3

Berdasarkan China’s Securities Journal edisi 18 Januari 2011 “Pertumbuhan ekonomi China

(24)

Amerika Serikat dengan PDB sebesar 13,25 tryliun dollas AS, dan mampu

menggeser posisi Jepang.4

Selain ekonomi, pertahanan militer China juga mengalami peningkatan

yang signifikan. Di sector pertahanan, China mengalokasikan dana yang cukup

besar untuk membangun armada militer yang tangguh. Pada tahun 2000 anggaran

belanja militer China berjumlah sebesar 30 juta US Dollar yang kemudian

meningkat tajam pada tahun 2010.5 Bahkan di tahun 2013 ini, anggaran militer

China kembali naik. Ketika Kongres Rakyat Nasional 14 Maret 2013 lalu, Cina

mengumumkan kenaikan anggaran pertahanannya sebesar 10,7 persen menjadi

720.168 miliar yuan (sekitar Rp 115,7 miliar).6

China sekarang tidak hanya maju dalah hal ekonomi. China juga berupaya

untuk meningkatkan kapabilitas militernya. Hasilnya, kapabilitas militer China

mampu meningkat dari tahun ke tahun. Kehadiran Republik Rakyat China (RRC)

dengan kemampuan militer yang terus meningkat ini ternyata mampu

mengundang respon dari negara-negara sekitar. Konflik yang terjadi antar negara

ditambah dengan kemampuan militer China yang terus berkembang membuat

negara-negara sekitar merasa terancam. Ancaman ini juga dirasakan oleh Taiwan

4

Nurul Qomariyah, “Kalahkan Jepang Ekonomi China Kini Terbesar Kedua di Dunia”, dalam

http://detikfinance.com/read/2011/02/14/103031/1570639/4/kalahkan-jepang-ekonomi-china-kini-terbesar-kdedua-di-dunia?992204topnews, diakses pada tanggal 09 Desember 2012.

5

Adhe Nuansa Wibisono, “Peningkatan Militer China dalam Upaya Menjadi Negara Hegemon di

Kawasan Asia”, dalam

http://www.academia.edu/2553830/Peningkatan_Kapabilitas_Militer_China_Dalam_Upaya_Menj adi_Negara_Hegemon_di_Kawasan_Asia, diakses pada tanggal 30 September 2013.

6“Menggeliatnya Kekuatan Militer China”

(25)

sebagai sebuah wilayah yang diakui China tetap menjadi wilayahnya dibawah

One China Policy.7

China dan Taiwan merupakan dua kawasan yang masih terlibat konflik

sampai saat ini. Bermula dari konflik warisan sejarah perang saudara, hadirnya

Amerika Serikat di antara keduanya yang dianggap sebagai pihak yang

mempersulit upaya unifikasi Antara keduanya dan sampai pada adanya upaya

agresif China dalam konfliknya dengan Taiwan. Menurut China, Taiwan adalah

profinsi ke 23 yang terpisah secara administratif memiliki pemerintahan, wilayah,

penduduk sendiri dan mendapatkan kedaulatan sendiri dari beberapa Negara.

China menyatukan Taiwan dalam One China Policy agar Taiwan tetap menjadi

bagian dari China.

Konflik antara China-Taiwan merupakan warisan sejaran perang saudara

antara Partai Nasionalis China (PNC) dan Partai Komunis China (PKC) tahun

1945-1949 di daratan China.8 Pada perang tersebut, pasukan PNC di bawah

komando Chiang Kaishek menderita kekalahan dan mundur ke pulau Formosa

atau yang dikenal sekarang dengan nama Taiwan. Sejak saat itulah China

menempatkan Taiwan sebagai propinsi ke-23 dari wilayahnya. PNC mundur ke

Taiwan kemudian timbul saling klaim wilayah dengan PKC. PNC menyatakan

7

Kebijakan Satu China (One China Policy) merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh China untuk menghindari adanya pengakuan negara lain tentang kedaulatan Taiwan. Kebijakan ini dikeluarkan oleh China pada tahun 1979 sebagai salah satu bentuk antisipasi China terhadap diteruskannya kerjasama militer Amerika-Serikat yang justru mendorong modernisasi militer Taiwan. China menganggap bahwa kerjasama militer tersebut akan menghalangi unifikasi China dengan Taiwan. Lihat BAB III, Kondisi Pertahanan dan Keamanan di Taiwan, dalam http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2522, diakses pada tanggal 20 November 2013

8Lee J. Huncovic, “

The Chinese-Taiwanese Conflict: Possible Future of Confrontation between China, Taiwan and the United State of America”. Halaman 1, dalam

(26)

bahwa dia sebagai pemerintah Republik China yang sah dan berkuasa atas seluruh

daratan China, sedangkan PKC menganggap dirinya adalah pemerintah baru

China yang berkuasa dengan nama Negara Republik Rakyat China (RRC) atau

China dan menempatkan Taiwan sebagai profinsi ke 23 China.

Meskipun keberadaan Taiwan sebagai negara sering tidak diakui oleh

dunia, namun faktanya Taiwan mampu berdiri layaknya sebagai sebuah Negara.

Taiwan memiliki pemerintahan, wilayah, penduduk dan kedaulatan sendiri. Dari

segi ekonomi, Taiwan mengalami kemajuan pesat dengan menjalin kerjasama

internasional dengan banyak negara termasuk China. Pada tahun 1990an Taiwan

terdaftar sebagai New Industrialies Countries (NICs).9 Selain itu Taiwan juga

berperan aktif dalam berbagai kerjasama dunia seperti APEC (Asia-Pasific

Economic Cooperation) dan ADB (Asian Development Bank). Pada tahun 2001

Taiwan juga menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).10

Perekonomian Taiwan mampu mecapai kesuksesan. GNP perkapita Taiwan pada

tahun 1991 mencapai hampir sekitar US $ 9.000 ribu dan merupakan salah satu

yang terbesar di Asia.11

Konflik yang terjadi antara China dan Taiwan seringkali berujung pada

kecurigaan dan penuh ancaman. China mengancam akan menyerang Taiwan jika

sampai Taiwan memproklamasikan kemerdekaannya. Hal ini mengakibatkan

konflik diantaranya sulit untuk terselesaikan. Dalam menghadapi ancaman dari

9

BAB I, Pendahuluan. Halaman 7, dalam

http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/8/articles/1460/public/1460-4665-1-PB.pdf, diakses pada tanggal 2 Agustus 2013.

10 Ibid 11

(27)

China yang memiliki kapasitas dan kualitas pertahanan militer yang jauh lebih

besar, Taiwan tidak hanya berdiam diri saja. Taiwan terus berupaya untuk

memodernisasi pertahanan militernya. Taiwan melakukan modernisasi system

komunikasinya dengan standar C4ISR (Command, Control, Communications,

Computers, Intelligence, Surveillance, dan Recconaisance) agar tercipta system

komunikasi yang canggih dan dilengkapi dengan teknologi modern. Selain itu

Taiwan juga melakukan penambahan infrastruktur perang yang diperolehnya dari

Amerika Serikat melalui Taiwan Relation Act (TRA) yang disepakati mulai tahun

1979. Isi dari Taiwan Realtion Act menegaskan bahwa AS akan berusaha

mendukung Taiwan dalam pengadaan persenjataan dan jasa yang sangat

diperlukan untuk mempertahankan kapabilitas keamanan Taiwan.12

Pesatnya perkembangan kapabilitas militer China yang mengerikan

menimbulkan ancaman tersendiri bagi Taiwan. Oleh karena itu Taiwan merasa

perlu untuk memodernisasi pertahanan militernya untuk memperkuat diri.

Penelitian ini menjadi menarik karena, meskipun secara kualitas dan kuantitas

pertahanan militer China jauh lebih unggul dari Taiwan, namun Taiwan tidak

berdiam diri menanggapi hal tersebut. Meskipun pada akhirnya akan kalah jika

benar terjadi perang, namun Taiwan tetap menolak unifikasi dengan China dan

berusaha untuk melakukan modernisasi pertahanan militernya.

12Bab II, “

Tinjauan Umum Mengenai Peningkatan Hubungan Militer Amerika Serikat-Taiwan”,

(28)

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, dapat ditarik sebuah permasalahan yakni “mengapa

Taiwan melakukan modernisasi pertahanan militernya tahun 2009-2013?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kapabilitas militer China

sehingga mampu memberikan ancaman tersendiri bagi Taiwan.

2. Memberikan penjelasan tentang mengapa Taiwan memodernisasi

pertahanan militernya tahun 2009-2013.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai

referensi dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional. Selain itu penelitian ini juga

diharapkan dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka bagi para akademisi untuk

melihat kompleksitas permasalahan internasional, khususnya yang terjadi di

kawasan Asia Timur.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dimaksudkan agar dapat memperluas kajian ilmu Hubungan

Internasional yang berkaitan dengan modernisasi pertahanan militer Taiwan

seiring dengan peningkatan kapabilitas militer China.

1.5. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan, penulis akan mencantumkan beberapa

(29)

penelitian yang diambil oleh peneliti adalah penelitian yang ditulis oleh Simela

Viktor Muhammad13 dengan judul Pengembangan Kekuatan Militer China dan

Dampaknya terhadap Kawasan Asia Timur dan penelitian yang ditulis oleh Risco

Valentino14 dengan judul Pengaruh Modernisasi Militer China terhadap

Revitalisasi Kerjasama Jepang dan Amerika Serikat.

Keberhasilan perekonomian China berujung pada upaya China untuk

semakin memperkuat pertahanan militernya. Menurut Simela, China sangat

berkepentingan untuk meningkatkan pertahanan militernya. Namun seiring

dengan peningkatan pertahanan militer China tersebut, muncul atmosfir curiga

dari negara-negara di kawasan seperti Jepang, Korea dan Taiwan. Negara-negara

tersebut memilih untuk turut meningkatkan pertahanan militernya untuk merespon

ancaman yang ditimbulkan oleh peningkatan pertahanan militer China. Menurut

Risco, Jepang sebagai salah satu negara yang merasa terancam akibat modernisasi

militer yang dilakukan oleh China. Jepang memilih untuk meningkatkan

kerjasama militernya dengan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan

pertahanan militer China tersebut.

Selain penelitian di atas, penulis juga menambahkan tesis yang ditulis oleh

Fauzan Hisyam15 dan jurnal yang ditulis oleh Dion Maulana Prasetya16 untuk

13

Simela Viktor Muhamad, 2009, “Pengembangan Kekuatan Militer China dan Dampaknya Terhadap Kawasan Asia Timur”, dalam

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/14309407436_0853-9316.pdf diakses pada tanggal, 30 Juni 2012

14

Risco Valentino, 2014, “Pengaruh Modernisasi Militer China terhadap Revitalisasi Kerjasama

Jepang dan Amerika Serikat”, Sripsi Unniversitas Muhammadiyah Malang. 15

(30)

bahan pertimbangan. Tesis yang berjudul Respon Taiwan Terhadap Peningkatan

Kapabilitas Militer China pada Masa Pemerintahan Chen Shui-Bian

(2000-2008), Fauzan Hisyam memberikan penjelasan bahwa modernisasi kapabilitas

militer China yang seharusnya memberikan ancaman bagi negara sekitar ternyata

tidak memberi efek yang signifikan terhadap pertahanan militer Taiwan. Hal ini

disebabkan oleh faktor domestik Taiwan sendiri, yakni kondisi ekonomi yang

tidak memungkinkan dan adanya friksi diantara dua partai politik yang ada di

Taiwan.

Selanjutnya, dalam jurnal yang ditulis oleh Dion Maulana Prasetya,

dengan judul Strategi Defensif China dalam Merespon Kebijakan Amerika Serikat

Atas Taiwan tersebut, Dion memberikan penjelasan bahwa China melihat

kehadiran AS ditengah-tengah upayanya dalam mempertahankan Taiwan menjadi

ancaman tersendiri bagi China. Melihat kemampuan militer AS yang sangat kuat,

China memilih untuk lebih bersikap bertahan dalam konfliknya dengan Taiwan.

Hal ini dikarenakan perang dengan Taiwan akan beresiko tinggi, karena

berhubungan langsung dengan Amerika Serikat. Oleh karena itu, upaya defensif

merupakan upaya yang paling menguntungkan bagi China terkait permasalahan

dengan Taiwan yang dihadapi oleh China.

Keempat penelitian diatas digunakan oleh penulis sebagai bahan

pertimbangan dalam menulis penelitian dengan judul Pengaruh Peningkatan

Kapabilitas Militer China terhadap Modernisasi Pertahanan Militer Taiwan

16

Dyon Maulana Prasetya, 2012, “Strategi Defensif China dalam Merespon Kebijakan Amerika

(31)

(2009-2013). Penelitian ini memperlihatkan tentang peningkatan kapabilitas

militer China. Kapabilitas militer China menjadi semakin kuat dan mampu

memunculkan security dilemma di kawasan, khususnya bagi Taiwan. Tekait

hubungan konfliktual yang berasal dari warisan sejarah dan ditambah lagi dengan

sikap China yang cenderung agresif terhadap Taiwan, peningkatan kapabilitas

China menjadi sebuah ancaman bagi Taiwan. Oleh karena itu, Taiwan perlu

melakukan upaya modernisasi militer untuk mengantisipasinya. Namun,

modernisasi yang dilakukan oleh Taiwan ini cenderung bersifat defensive. Hal ini

mengingat bahwa Taiwan tidak akan mampu melakukan upaya offensive karena

perbedaan kapabilitas militer yang dimilikinya dengan China.

Tabel 1.1. Posisi Penelitian

- Peningkatan ini dilihat dari

Perkembangan angkatan

bersenjata China yang kuat

dan modern sebagai

pengungkit dalam ranah

strategi dan politik baik

untuk kepentingan dalam

negeri maupun

(32)

- Seiring dengan

peningkatan pertahanan

militer China tersebut,

negara sekitar seperti

Jepang, Korea dan Taiwan

merasa terancam.

- Kemudian pada akhirnya,

muncul sikap kritis dari

negara-negara di kawasan

dengan melakukan

peningkatan kemampuan

militernya.

tentang kemajuan ekonomi

dan militer China.

Perkembangan militer

China ini berdampak pada

munculnya persaingan dan

ancaman bagi Jepang.

- Jepang melakukan aliansi

dengan Amerika Serikat

dalam upaya untuk

mengimbangi kekuatan

China tersebut.

- Aliansi Jepang-AS ini terus

mengalami perkembangan

dari waktu ke waktu. Hal

ini sebagai bentuk respon

Jepang terhadap

(33)

3 Fauzan

kapabilitas militer China

yang seharusnya memberi

kekhawatiran tersendiri

bagi negara sekitar, tidak

memberikan pengaruh

yang signifikan bagi

Taiwan. Faktor domestik

Taiwan-lah yang menjadi

penyebabnya.

- Taiwan cenderung

menurunkan kapabilitas

militernya ketika China

meningkatkan kapabilitas

politik yang ada di Taiwan

4 Dyon Maulana

melalui TRA merupakan

hal utama yang digunakan

untuk memahami

hubungan segitiga antara

AS-China-Taiwan.

- Terkait dengan pentingnya

Taiwan bagi China,

(34)

kemampuan militer yang

tangguh membuat China

memilih untuk bersikap

bertahan. Bagi China,

perang dengan Taiwan

akan beresiko tinggi karena

ekonomi dan finansial

dengan Taiwan.

kapabilitas militer China

berdampak pada

munculnya security

dilemma bagi Taiwan.

- Taiwan menganggap

bahwa peningkatan

kapabilitas militer China

tersebut merupakan sebuah

ancaman. Oleh karena itu

Taiwan berupaya untuk

melakukan modenisasi

pertahanan militernya

sebagai bentuk respon

(35)

kapabilitas militer China.

- Modernisasi yang

dilakukan oleh Taiwan ini

lebih bersifat defensive

mengingat kuantitas dan

kualitas pertahanan militer

China jauh lebih besar

dibandingkan dengan

Taiwan.

1.6.Landasan Teori dan Konsep 1.6.1. Teori Security Dilemma

Membahas tentang perngaruh perkembangan kapabilitas militer China

terhadap modernisasi pertahanan militer Taiwan ini tidak bisa dilepaskan dari

kerangka berfikir realisme. Realisme merupakan salah satu kerangka berfikir

dalam ilmu hubungan internasional yang biasa digunakan sebagai acuan untuk

melihat permasalahan keamanan baik di tingkat regional maupun di tingkat

global. Dalam realisme, negara diasumsikan sama sebagai manusia. Setiap

manusia akan terus berusaha untuk mendominasi manusia lain, atau paling tidak

berusaha untuk mempertahankan eksistensi dan keamanan dirinya, begitu pula

dengan negara. Peningkatan pertahanan militer suatu negara guna memperkuat

keamanannya cenderung akan menimbulkan security dilemma seperti yang terjadi

antara Taiwan dan China dalam penelitian ini.

Security dilemma merupakan suatu fenomena aksi dan reaksi antar

beberapa negara. Tindakan suatu negara dalam meningkatkan keamanannya akan

(36)

ketika suatu tindakan pengamanan suatu negara sendiri, disalah artikan oleh

negara lain.17Suatu negara melihat bahwa perkembangan keamanan negara lain

yang semakin meningkat menjadi sebuah ancaman bagi negaranya sendiri. Ketika

suatu negara merasa terancam maka negara tersebut akan berusaha untuk

meningkatkan pertahanan demi menjaga kepentingan nasionalnya.

Menurut Robert Jervis ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh

sebuah negara ketika berada dalam posisi terancam dari segi keamanan. Semua

hal yang dilakukan oleh negara ini akan merujuk pada offensive dan defensive.

Ada dua pertanyaan yang muncul sehubungan dengan hal tersebut yakni, 1)

Whether defense or offense has a advantages? Dan Weapon defensive and

offensive weapons are distinguishable from one another?.18 Setiap negara akan

memilih yang paling menguntungkan diantara keduanya. Berikut adalah analisa

Jervis tentang munculnya security dilemma dalam hubungan internasional.19

17

Robert Jervis. 1978 “Coorperation Under The Security Dilemma, dalam jurnal World Politics”,

Volume 30, No 7, Centre of International Studies, New York: Princenton University Press, halaman 400.

18Robert Jervis, 1978, “World Politics:Cooperation Under the Security Dilemma”

vol. 30 No. 2, halaman 1. Dalam http://www.sscnet.ucla.edu/polisci/faculty/trachtenberg/guide/jervissecdil.pdf diakses pada tanggal 30 November 2013

19

(37)

Tabel 1.2. Konsep Robert Jervis tentang Munculnya Security Dilemma

dalam Hubungan Internasional20 China

Taiwan

Cenderung Offense Cenderung Defense

Sikap bertahan lebih

dominan dari pada memungkinkan adanya agresi. Actor

status quo mampu mengikuti perbedaan

sikap lawan (menunggu stimulus).

Kewaspadaan mutlak diperlukan.

Stabil bagi para actor

(dunia menjadi aman)

Suatu negara akan cenderung offensive ketika dia merasa bahwa kekuatan

pertahannya mampu untuk menghancurkan negara lain. Defensive ketika kapasitas

dan kualitas pertahan militernya tidak memungkinkan untuk melakukan

penyerangan terhadap negara lain yang kekuatannya jauh lebih besar. Sehingga

negara tersebut akan cenderung bertahan. Dalam penelitian ini akan lebih

ditekankan pada upaya defensive suatu negara untuk merespon perkembangan

militer negara lain, seperti yang dilakukan oleh Taiwan. Robert Jervis dalam

Cooperation Under Security Dilemma mengatakan, “ When the defense has the

advantage, it is easier to protect and to hold than it is to move forward, destroy

20

(38)

and take.”21Negara akan cenderung memilih upaya defensive ketika dirasa upaya

tersebutlah yang lebih mendatangkan keuntungan.

Defense dilakukan oleh sebuah negara sebagai bentuk pertahanan untuk

mencegah negara lain meningkatkan pertahanan militernya. Dalam hal ini adalah

lawan yang sudah memiliki kekuatan di atasnya namun terus meningkatkan lagi

kekuatannya akan direspon oleh negara lain dengan menambah kekuatan

negaranya sendiri agar dapat mengimbangi kekuatan lawan. Hal ini muncul

sebagai bentuk kekhawatiran akan adanya dominasi kekuatan lawan yang akan

mengganggu keamanan negaranya.

Penelitian ini menekankan pada upaya defensive Taiwan dalam merespon

peningkatan kapabilitas militer China yang cenderung offensive. Ketika suatu

negara aggressor cenderung melakukan upaya menyerang maka security dilemma

akan sangat berbahaya. Oleh karena itu, dalam menghadapi bahaya yang

ditimbulkan dari peningkatan kapabilitas militer China tersebut, Taiwan perlu

untuk memodernisasi pertahanan militernya. Meskipun masih bersifat defensive

namun modernisasi militer yang dilakukan oleh Taiwan merupakan jalan paling

tepat yang harus diambil oleh Taiwan dalam menghadapi peningkatan kapabilitas

militer China. Hal ini mengingat bahwa kapabilitas militer yang dimiliki oleh

China cenderung lebih kuat dibanding dengan kapabilitas militer Taiwan. Oleh

karena itu sikap defensive lah yang paling memberikan keuntungan bagi Taiwan.

21 Robert J. Art dan Robert Jervis, 2007, “

International Politics: Enduring Concept and

(39)

1.6.2. Konsep Balance of Power

Keamanan nasional merupakan salah satu komponen penting yang

menjadi pertimbangan bagi setiap negara untuk berinteraksi dengan negara lain

dalam system internasional. Seberapa kuat pertahanan suatu negara akan

menentukan sikap negara tersebut dalam menjalin hubungan dengan negara lain.

Keamanan nasional menjadi penting mengingat distribusi kekuatan di dunia yang

tidak merata dan situasi internasional yang rentan konflik. Mau tidak mau negara

akan meningkatkan keamanan nasionalnya dalam menghadapi lingkungan

internasional yang rawan konflik dengan melakukan perimbangan kekuasaan atau

balance of power.

Definisi sederhana dari perimbangan kekuasaan adalah mekanisme yang

bekerja untuk mencegah dominasi dari satu negara manapun dalam system

internasional.22 Suatu negara yang mengalami dilemma keamanan akan cenderung

melakukan balance of power untuk mencegah berbagai ancaman dari negara lain.

Hal ini pula lah yang dilakukan oleh Taiwan terkait ancaman dari peningkatan

kapabilitas militer China. Kerjasama Taiwan dengan Amerika Serikat melalui

Taiwan Relation Act (ART) merupakan upaya Taiwan untuk membendung

kekuatan China, mengingat bahwa kekuatan nasional Taiwan jauh berada di

bawah China.

22

(40)

Balace of Power dapat terjadi karena beberapa hal,23

1. Jika ada negara besar yang menjadi sumber ancaman, maka

kecenderungan negara lain untuk menyelaraskan diri menentangnya

akan semakin besar.

2. Semakin dekat posisi negara besar yang mengancam tersebut maka

semakin besar kecenderungan negara-negara terdekatnya untuk

menentang.

3. Semakin besar kemampuan offense sebuah negara, semakin besar pula

kecenderungan negara lain untuk mengimbanginya dengan membentuk

koalisi yang bersifat defense.

4. Aliansi yang dibentuk lebih diutamakan untuk menangkal ancaman

dan kemungkinan serangan yang terjadi, dan hal itu selesai ketika

sumber ancaman tersebut menghilang.

T. V. Paul membagi tiga bentuk dalam Balance of Power antara lain Hard

balancing, soft balancing dan asymmetric balancing.24Hard balancing merupakan

suatu cara untuk mencapai balance of power dengan mempertahankan dan

menambah kekuatan militer, soft balancing yakni negara menaikkan intensitas

kekuatan bersama dengan negara kuat lain sehingga dapat meredam adanya rising

power baru yang mengancam dan menimbulkan ketakutan. Sedangkan

23Stephen. M. Walt. 1987. “The Origin of Alliances”

dalam Risco Valentino, 2014, “Pengaruh Modernisasi Militer China terhadap Revitalisasi Kerjasama Jepang dan amerika Serikat,” Skripsi HI Univertitas Muhammadiyah Malang, halaman 14.

24

(41)

asymmetric balancing merupakan keadaan dimana adanya usaha yang dilakukan

oleh suatu negara agar bisa mencapai keseimbangan, namun ada gejala tidak

langsung dari actor diluar negara itu sendiri yang dapat mengancam keamanan

seperti teroris.

Upaya penting yang dilakukan Taiwan dalam menghadapi peningkatan

kapabilitas militer China adalah dengan memodernisai kekuatan militer (hard

balancing). Peningkatan kapabilitas militer China, dianggap sebagai sebuah

ancaman yang sewaktu-waktu bisa membahayakan bagi Taiwan. Oleh karena itu

upaya untuk memodernisasi kekuatan militer merupakan upaya yang sudah

sewajarnya dilakukan.

Balace of Power dapat digunakan untuk melihat hubungan Taiwan dengan

Amerika Serikat melalui TRA untuk membendung kapabilitas militer China (soft

balancing). Melalui TRA, secara langsung Taiwan mendapatkan perlindungan

dari Amerika terkait keamanan nasionalnya. Taiwan terus meningkatkan intensitas

hubungannya dengan melakukan pembelian persenjataan modern dari AS. TRA

menjadi sarana penting bagi Taiwan untuk mendapatkan perlindungan dan

dukungan keamanan dari Amerika Serikat dalam menghadapi China. Hal ini

mengingat bahwa, kekuatan militernya jauh berada di bawah China. Oleh karena

itu, TRA dirasa sangat efektif untuk membantu meningkatkan pertahanan

(42)

1.6.3. Konsep Kapabilitas Militer

Konsep kapabilitas militer sangat penting digunakan untuk mengukur

kapabilitas militer China dalam meneliti tentang Pengaruh Peningkatan

Kapabilitas Militer China terhadap Modernisai Pertahanan Militer Taiwan

(2009-2013) ini. Ukuran kekuatan nasional sebuah negara adalah kapabilitas militer

yang dimiliki oleh negara tersebut. Kekuatan militer yang dimiliki oleh satu

negara akan sangat menentukan apakah negara tersebut kuat atau lemah. Menurut

Peter Paret, “military power expresses and implements the power of the state in a

variety of ways within and beyond the state borders, and is also one of the

instruments with which political power is originally created and made

permanent.”25 Kapabilitas militer menjadi kekuatan bagi suatu negara untuk

melindungi diri dari bahaya eksternal maupun internal. Seberapa kuat kapabilitas

suatu negara akan menentukan seberapa mampu negara tersebut menghadapi

ancaman. Ukuran kapabilitas militer dapat dilihat dari beberapa hal,

yakni:26defense budget, manpower, military infrastruktrur, combat RDT&E

institutions, defense industrial base, inventory and support.

Budget menjadi ukuran seberapa mampu suatu negara untuk memperkuat

kapabilitas militernya. Melalui budget tersebut, negara bisa menambah kapasitas

tentara dan menambah serta memperkuat persenjataan menggunakan teknologi

yang modern. Banyaknya budget yang disediakan oleh negara untuk memperkuat

pertahanan militernya menjadi ukuran penting dari kekuatan nasional. Namun

25

Peter Paret, Military Power, dalam Chapter 7, “Measuring Military Capability”, halaman 133, http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/MR1110/MR1110.ch7.pdf, diakses pada tanggal 1 Oktober 2013.

26

(43)

dalam hal ini penting untuk diingat bahwa meskipun GDP/GDP suatu negara

tinggi, namun jika pengalokasian budget untuk pertahanan militernya sedikit

berarti negara tersebut tidak sepenuhnya berkonsentrasi terhadap penambahan

kekuatan. Sehingga kekuatan militernya akan cenderung tidak meningkat.

Sedangkan Manpower adalah hal kedua yang sangat penting dalam menentukan

kapabilitas militer suatu Negara. Ukuran angkatan militer menjadi penting karena

dapat menjadi penunjuk kekuatan militer yang dimiliki oleh suatu negara.Ukuran

dari angkatan militer difokuskan pada total kekuatan, pemisahan antara komponen

aktif dan cadangan, serta distribusi perhitungan tugas.

Kualitas infrastruktur militer (military infrastructure) menjadi hal ketiga

yang juga sangat penting dan dapat mempengaruhi kapabilitas militer.

Infrastruktur disini yang dimaksudkan adalah infrastruktur fisik yang dimiliki oleh

angkatan militer. Penambahan fasilitas infrastruktur militer juga harus

memperhitungkan kualitas tempat pengujian dan pengajaran, fasilitas medis, dan

proyek konstruksi militer yang dapat mendukung jika terjadi peperangan untuk

para angkatan militer. Selain itu, diperlukan pula combat RDT&E institutions

dalam pengukuran kapabilitas militer suatu negara.Terkait isu-isu militer,

perkembangan teknologi dan militer membuat suatu negara mampu untuk

mengembangkan institusi yang secara khusus focus pada aktifitas, research,

develop, test and evaluation (RDT&E) yang digunakan untuk mengukur

kelayakan suatu komponen-komponen militer. Institusi ini secara khusus

melakukan pelatihan angkatan militer dan melakukan pengetesan

(44)

Hal berikutnya adalan defense industrial base. Defense industrial base

suatu negara mencakup perusahaan-perusahaan yang memproduksi teknologi dan

instrumen militer. Dalam memahami kualitas defense industrial base, disediakan

komunitas intelijen untuk menaksir instrumen militer domestic yang dimiliki oleh

suatu negara sekaligus memahami tingkat ketergantungannya. Keberadaan

industry pertahanan ini sangat penting terkait dengan isu-isu konflik yang

memungkinkan negara diserang. Dan yang terakhir adalah warfighting inventory

and support. Persediaan yang mendukung tercapainya keamanan merupakan hal

yang penting untuk dilihat. Ketika dikombinasikan dengan manpower, military

inventorya dan combat support assets, yang dimiliki oleh suatu negara menjadi

ukuran penting dalam menjaga keamanan negara. Begitupula jika dihubungkan

dengan military infrastruktur, defense industrial base dsb. Keseluruhan komponen

militer yang saling mendukung satu sama lain menjadi ukuran kapabilitas militer

suatu negara.

1.7.Metodologi Penelitian

1.7.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian eksplanatif, dimana penelitian

yang ditulis memberikan penjelasan tentang pengaruh peningkatan kapabilitas

militer China terhadap modernisasi pertahanan militer Taiwan tahun 2009-2013.

1.7.2. Tingkat Analisa

Untuk mempermudah dalam memberikan gambaran, penelitian ini dibagi

dalam bentuk variable dan level analisis. Permasalahan tentang pengaruh

(45)

Taiwan ini memiliki variable independen atau unit eksplanasi yaitu peningkatan

kapabilitas militer China (state). Sedangkan variable dependen atau unit

analisisnya adalah modernisasi pertahanan militer Taiwan (state). Menurut

Mohtar Mas’oed jika sebuah penelitian memeliki unit analisa dan unit eksplanasi

berupa state maka penelitian ini memakai model penelitian korelasionis.27

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan sebuah studi pustaka, dimana data yang dicari

berasal dari sumber-sumber sekunder, yaitu data yang telah diolah oleh orang lain

dalam bentuk dokumen baik tulis maupun verbal.28 Data-data jenis ini antara lain

diperoleh melalui jurnal, buku, dan artikel di internet. Dari sumber-sumber

tersebut, data-data dikumpulkan kemudian diolah dan ditempatkan sesuai dengan

sistematika penulisan.

1.7.4. Teknik Analisa Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu

informasi dari fenomena-fenomena yang dikaji bukan dalam bentuk angka, tetapi

dengan menggunakan kata-kata yang mampu memberi gambaran atas fenomena

tersebut.

1.8.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dalam penulisan ilmiah memberikan pengaruh

terhadap pembahasan dari masalah yang dikaji. Ada dua batasan yang akan

27 Mohtar Mas’oed, 1990, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”,

Jakarta: Pustaka LP3ES, halaman 39.

28Rianto Adi. 2004. “Metode Penelitian Sosial dan Hukum”.

(46)

digunakan untuk memperjelas dan tidak keluar dari konteks penulisan

permasalahan ini.

1.8.1. Batasan Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah tentang modernisasi pertahanan militer

Taiwan sebagai suatu bentuk respon terhadap peningkatan kapabilitas militer

China.

1.8.2. Batasan Waktu Penelitian

Batasan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun

2009-2013. Dimana mulai tahun 2009 ini Taiwan pertama kali mempertimbangkan

untuk membangun kekuatan militer melawan China yang tercantum dalam

Taiwan’s white paper 2009.

1.9.Hipotesa

China merupakan negara yang mengalami perkembangan pesat dalam segi

ekonomi dan militer. Seiring dengan peningkatan kapabilits militernya, timbul

security dilemma di kawasan, tidak terkecuali dengan Taiwan. Dalam menanggapi

peningkatan kapabilitas militer China tersebut, Taiwan cenderung melakuan

upaya defense dengan memodernisasi pertahanan militernya. Hal ini dilakukan

karena kemampuan militer Taiwan jauh lebih rendah dari pada kemampuan

(47)

1.10. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

Tabel 1.3. Sistematika Penulisan

BAB Judul Pembahasan

1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1.4.2. Manfaat Praktis

1.5. Penelitian Terdahulu

1.6. Landasan Teori/ Konsep

1.6.1. Teori Security Dilemma

1.6.2. Konsep Balance of Power

1.6.3. Konsep Kapabilitas Militer

1.7. Metodologi Penelitian

1.7.1. Tipe Penelitian

1.7.2. Tingkat Analisa

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

1.7.4. Teknik Analisa Data

1.8. Ruang Lingkup Penelitian

1.8.1. Batasan Penelitian

1.8.2. Batasan Waktu Penelitian

1.9. Hipotesa

1.10. Sistematika Penulisan

2 Peningkatan

Kapabilitas Militer

China dan

2.1.Peningkatan Kapabilitas Militer China

2.1.1. PLA (People of Liberation Army)

(48)

Modernisasi

Pertahanan Militer

Taiwan

2. PLAN (PLA Navy)

3. PLAAF (PLA Air Forces)

4. SAF (Second Artillery Forces)

2.2. Perkembangan Sistem Pertahanan Militer

Taiwan

2.2.1 Modernisasi C4ISR (Command,

Control, Communications, Computers,

Intelligence, Surveillance, dan

Recconaisance)

2.2.2 Kerjasama Militer AS-Taiwan melalui

TRA (Taiwan Relation Act).

3 Pengaruh

Peningkatan

Kapabilitas Militer

China Terhadap

Modernisasi

Pertahanan Militer

Taiwan

3.1 Peningkatan Kapabilitas Militer China dalam

Perspektif Taiwan: Persepsi Ancaman dan Reaksi

3.1.1. Hubungan Konfliktual Taiwan-China

3.1.2. Ancaman Militer China terhadap

Keamanan Taiwan

3.1.3. Reaksi Taiwan terhadap Peningkatan

Kapabilitas Militer China

3.2. Tujuan Modernisasi Militer Taiwan

4 Penutup 1.1. Kesimpulan

Gambar

Tabel 1.1. Posisi Penelitian
Tabel 1.2. Konsep Robert Jervis tentang Munculnya Security Dilemma
Tabel 1.3. Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

(perhatian dari BPN RI dan Kanwil BPN Propinsi Jawa Barat dan kedudukan BPN dalam reforma agraria) [S1,S2,]; 2 terkait kebijakan yang ditempuh (hubungan baik dengan

• Tanda * pada WildCard akan menghasilkan semua karakter, sedangkan pada regex akan menjadi .* yang artinya 0 atau lebih karakter apa saja. One

Henk Sneevliet dan kaum sosialis Hindia Belanda lainnya membentuk serikat tenaga kerja di pelabuhan pada tahun 1914, dengan nama Indies Social Democratic  Association 9

Yang dimaksud ketepatan adalah berkenaan dengan pertanyaan apakah kebijakan tersebut tepat untuk masyarakat. Apakah kebijakan yang telah diimplementasikan pemerintah

Pergeseran penerjemahan (shifts) yang terjadi pada subtitle film tersebut adalah sebagai berikut: berdasarkan hasil analisis pada 7387 kata yang terdapat pada ujaran para

males dewe a (tertawa)” (dengan tetangga sendiri gak ada dibayar. Yang penting kalau ada anak minta diajarai ya diajari saja, tida perlu membayar. Nanti pasti ada

Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri

16 ibid, hlm.. modern untuk dapat mengetahui keadaaan pada masa lalu. Penulisan sejarah berkaca dari kejadian tentang masa lalu juga dapat menjadi pembelajaran tersendiri