I-'
I
k m
'II
9, a m
t
-.i
3PERTUMBUHAN, SINTASAN, PERKEMBANGAN GAMET,
DAN BIOAKTTVITAS EKSTRAK DAN FRAKSI
SPONS
Aapm
aaptosSCHMIDT YANG DJTRANSPLANTASI
PADA LINGKLTNGAN
YANG
BERBEDA
ABDUL EMRlS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANLAN BOGOR
Demgm ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul "Pertumbuhan,
Sintwin, Perkanbangan Garnet, dan Bioaktivitas Ekstrsk dan Fraksi Spons Aaptos
q t o s Schmidt yang Ditramplantasi pada Lingkungan yang Berbedau dalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam
bentuk apapun kepada perguruantinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau &tip
dari
Brarya yang d i t e r b i h maupun tidak d i t e r b i h dari penulis lain telah disebutkm dalam teksABSTRAK
ABDUL
H
ARE. P m b u h a n , Sintasan, Perkembangan Garnet, dan BioaktivitasEkstrak dan Fraksi Spons Aaplos aaplos Schmidt yang Ditransplantasi pada
Lin-gan yang Berbda. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA, NEVIATY PUTRI ZAMANI, JOHN I.PARIWON0, dan RACHMANIAR RACHMAT.
Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahui pertumbuhan dan sintasan
spons Aaptos mptos (AA ) yang ditransplantasi pada lokasi (Pulau Barrang LompotPBL dan Pulau SamalonalPSL) dm habitat (berpasir, rubble, dan berkarang) yang b-
(b)
mengetahui perkernbangan garnet dan bekmpa aspekreproduksi lainnya. Analisis-analisis yang dig& pada penelitian ini
menggunakan Uji-t berpasangan, Uji Mann-Whitney, Uji Kruskal-Wallis, d m secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan nta-mta hgmen spons
AA yang ditransplantasi di PBL (7 mil 1aut dari daratan uhma) tidak berbeda nyata dengan di PSL (3 mil hut dari daratan utama), tetapi sintam
di
PBL lebih tinggi daripada di PSL. Perhmbuhan rata-rata di PBL dm diPSL
pada habitat berkarmg(habitat
BKR)
lebih tinggi daripada di habitat berpasir (habitatBPR)
dm
habitatrubble (habitat
RBL).
Sintasan di PBL pada habitatRBL
lebih tinggi daripada dihabitat
BPR
dan BKR, sedangkan sintasan di PSL pada habitat BPR lebih tinggidaripada di habitat RBL dan habitat BKR.
Tahap perkembangan garnet jantan
dan
betina spons AA masing-masing terbagi atas empat tahap, dan kamkter antara tahap yang satu dengan tahap lainnya mempunyai ciri-ciri tenendiri.Waktu pemdihan siklus reproduksi s p s Adsetelah
ditransplantasi untuk spom jantan tidak membutuhkan w a h , sedangkan spons betina membutuhkan waktu serama satu 7 - 8hrui.
S p n s AA diduga mengeluarkan garnetnya pada semua fase bulan, dm potensi reproduksi spons AAyang ditransplantasi tidak berbeda nyata dengan spons AA yang
dari
dam.Bioaktivitas ekstrak dan fmksi air spons AA yang ditransplantasi (terhadap
Staplylococcus aureus dm Exhrichia coli), yang diambi1 dari PBL tidak hrbeda
nyata dengan yang diarnbil dari PSL. Dari PBL, bioaktivitas e k d spons AA
yang diambil dari habitat RBL (terhadap bakteri Staphylocmcus uureus) lebih
tinggi daripada yang diambil dari habitat BPR dan habitat BKR, sedangkan dari PSL, bioaktivitas ekstrak spons yang diambi1 dari 'habitat BKR lebih tinggi
daripada yang diambil dari habitat
BPR
dm
habitat RBL. Dari PBL d m PSL,bioddvitas ekstrak s p n s AA yang diambil dari habitat RBI, (terhadap bdckri
Escherichia coli) lebih tinggi daripada yang diambi1 dari habitat BPR d m dari
habitat BKR.
Bioaktivitas fraksi air spons AA yang diambil dari PBL (terhadap bakteri
Stap&Iococcus aureus) tidak berbeda nyata dengan yang diambi1 dari PSL, sedangkan bioaktivitas fraksi air spom AA yang diambil dari PSL (terhadap bakteri Escherichia coli) lebih t i n e daripada yang diambil dari PBL. Dari PBL dan PSL, bioaktivitas fraksi air spons AA ymg diambil dari habitat RBL (terhadap bakteri
Staphylococcus nureus dan Escherichia coli) lebih t i n e daripada yang diambil
dari habitat BPR dan habitat BKR
Untuk memperoleh spons AA yang difokuskan pa& penambahm biomassa
yang relatif tinggi, spons AA yang transplantasi sebaiknya diternpatkan pada pulau yang relatif jauh dari daratan utama d m pada habitat berkarang, sedangkan untuk mernperoleh spons AA dengan sifat bioaktiv yang relatif tinggi, spons AA yang
ABDUL HAMS. Growth, Sunival
Rate,
Garnet Development, and Extract and Fraction Bioactivity fkom Sponge Aapfos aaptos Schmidt Transplanted to Different Environment. Advised by DEDI SOEDHARMA, NEVIATY PUTRI ZAMANI,JOHN I.PARIWON0, and RACHMANIAR RACHMAT.
This expahent aimed to (a) examine the growth
and survival
rate
from Aaptos aapfos (AA) sponge transplanted to different location (Barrang b m p o islandPBL dan Samalona islmdlPSL) and to different habitat (sand, rubble,dm
coral); (b) examine the garnet development and some reproductive aspects. Analysis used
in
this experiment were t - P a i d test, Mann - Whitney test, Kruskal-
Wallistesf
and by &ption.The result i n d i d that
the
average growth of AA sponge fragmentbansplanted
to PBL
( 7 mile6om
the continent) were not significant to PSL (3 mile fiom the continent), but the survival rate atPBL
were higherthan
PSL. Average growth at PBL and PSL in coral habitat (BKR habitat) were higher than sand habitat (BPR habitat) and rubble habitat (RBL habitat). S w i v a l rate atPBL
in RBL habitat were higher thanR E L
habitat and BKR habitat.Male
and female gmet development from AA sponge were divided into 4 steps, and the character within each stepshad
their own types. Recovery @ode from AA sponge's reproductive cycle after transplanted formale
sponge was not need time, but female sponge needed ltimes between 7 - 8 days. AA sponge werepresumed expelled their gamet at
all
moon fase, and reproductive potency from AA sponge which lnmplanted, werenot
significant to natural AA sponge.Extract
and
water fraction bioactivity kom AA spongewhich
transplanted (to Stup~iococclrsarrreus
dan Escherichra coli bacteria) collected from PBL, were not significant toAA
sponge collected b m PSL.In
PBL, extract bioactivity AA sponge came from RBL habitat (to S ~ ~ ~ ~ ~ O C O C C ~ C S aureus bacteria) were higher thanBPR
habitat and BKR habitat. Ohenvise, AA sponge collected from PSL indicated a higher e W c t bioactivity to BKR habitat &anBPR
habitat and RBL habitat. FromPBL
and
PSL, exmct bioactivity AA sponge came from RBL habitat (to Escherichia coli bacteria) were higher than BPR habitat and BKR habitat.Water hction's bioactivity AA sponge collected h m PBL (to Slaphylococc$~s aureus bacteria) were not significant to
PSL.
Thence, water fraction's bioactivity AA sponge collected fiom PSL (to Escherichia coli bacteria) were higher than PBL. From PBL and PSL, water fraction's bioadvity AA sponge came fromRBL
habitat (to StaphyIococm arreus dm Escherickia coli bacteria), were higher than BPR habitat and BKR habitat.Hence, in order to get AA sponge faused on relatively higher biomass gains, AA sponge which transplanted, better placed to the island relatively fhr 6om the continent at c o d habitat, but to get relatively higher bioactivity proportion, A4
PERTUMBUHAN,'
SINTASAN, PERKEMBANGAN GAMET,
DAN
BIOAKTWITAS EKSTRAK DAN FRAKSI
SPONS
Aaptos aqtos
SCHMIDT
YANG
DITRANSPLANTASI
PADA LWGKUNGAN YANG BERBEDA
ABDUL HARIS
Disertasi
sebagai d a h satu symt untuk mernperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Ilrnu Kelautan
SEKOLAH PASCASARTANA
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
Ditransplantasi pada Lingkungan yang Berbeda : Abdul Haris
: P27600001
Nama NIM
M D ~ .
1r. Dedi Smdharma. DEAKetua
u,
Dr.Ir. Neviaty Putn Zamani, M.Sc.Anggota
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT
atas segdahuniaNya sehingga disertasi yang ber~udul Pertumbuh, Sin-,
Perkembangan Garnet, dm Bioaktivitas Ekstmk dan Fraksi Spons Aaplos aapIos Schmidt yang Dimsplantasi p d a Lingkungan yang Berbeda berhasil
diselesahn.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof.Dr.Ir. Dedi
Soedharma,
DEA., Ibu Dr.Ir. Neviaty PutriZamani,
M.Sc., Bapak Dr.k John I. Pariwono,M.Sc, dan Ibu
Dr.
Rachmaniar Rachmat,APT.
selaku pembimbing, Ungkapanterima
kasih
juga kep& sadam Ridwan,H a ,
Iswan, Ristawati, dm A.Maddusila yang h y a k rnembantu sdama penelitian. Ungkapm ymg sama keprsdst kak Ardbani Mas Malinta,
H.
Akhmad Ridha,SH,
Hj. Jurhana, S.Sos,saudara
Ir. Muh. Hatta, M.Si dan Dr.k ChairRani,
M,Si yang telah m e m mbantuan kepada penulis. Terima kasih yang tak terfiingga kepda omng
tuaku
tercinta, Halide Nur, Hj. Sitti Rajiang Said, Muhammad Asir, BA, Sitti Juana; adik-adikku Wadi, S.Pd., M.Pd., Hasbi, Rotikah, S.Pi., Han&, S.Si., Haryadi,
S-Pd., Raymi,
SH,
Hairil,Dm.
Nurhidayah dan Muhammad KhaIis, ST sertaseluruh
kelumga,
atasdoa
dan
W y a . Terima kasih juga kepda pimpinandm staf
CV.
Dinar Makassar, Laboratorium Fisiologi Hewan Air,
hbmatoriumKimia Oseanografi, dm Laboratorium Mikrobiologi Laut FIKP - UNHAS yang
telah mernfasilitasi penelitian saya. Terima kasih yang tak terhingga juga kepada
istriku tercinta Sitti Mardiah, S.Ag. dan Anakku Ariq Rifqiul Hisyam
dan
AudiRifyal Akbar atas segala ketuIusan, keikhlasan, dm pengorbanannya selama hi.
Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat saya disebutkan satu
mtu, yang tehh Inernbedan bantuamya.
Hampan penulis semoga disertasi ini dapat mernberikan manfaat bagi pembacmya, nmun penulis sadar disertasi ini masih jauh
dari
kesempmaan, olehPendis dilahirkan di Masamba, Kabupaten Luwu U tara, Propinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 9 Desember 1 %5 sebagai anak pertma dari pasangan Halide Nur dan Hj . Sitti Rajiang Said. Pendidikan Taman Kanak-Kanak diselesaikan pada
Taman Kanak-Kanak Muhammadiyah Bustanul Athfal di Masamba pztda tahun 1973, Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada SD Negeri 1 78 Bone-Bone pada
tahun 1979, Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama d i s e l e ~ i k m pada
MsPdrasah Tsanawiyah Muharnmadiyah Bone-Bone pada tahun 1982, Pendid- Sekolah Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan pada SMA Negeri klasamba pada
tahun 1985, Pendidikan Sarjana diselesaikan pada
Jurusan
Perikanan, Fakultas Petemakan, Universitas Hasanuddhpada
tahun 1990, dan Pendidikan MagisterSains diselesaikan pada Program Studi Ilmu K e l a m Institut Pertanian Bogor p&
tahun 2000 melalui beasiswa BPPS-DIKTI.
Pada tahun 1 990 - 1991 penulis bekeqa pa& Proyek Perikanan Terpadu
PT.
Bangun Sejahtera Maluku
di
JailoleTemate, Maluku Utara. Pads tahun 1992sampai sekarang
M e
rja sebagai dosea tetap prtda Jurusan Tlmu Kelautan, FakdtasIlmu Kelautan dm P-an Universitas Hasanddin Makassar dengan bidang
kelektoran Avertebrata Laut.
Pada tanggal 26 Juni 1996 penulis menikah dengan Sitti Mardiah Asir,
S-Ag., an& pasangan Muhammad Asir, B.A dengan Sitti Juana, dm telah
d i k h a i dua orang putm yang bernama Ariq Rifqiul Hisyam (lahir di Makassar
19 September 1997) d m Audi Rify a1 Akbar (lahir di Bogor 6 Mei 200 1 ).
SeIarna mengrkuti program doktor, pendis juga melakukan penelitian yang
didanai oleh Dkti-Depdikms, yaitu Penelitian Dasar yang be judul Konsentrasi dm
Bioaktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar dan Fraksi Spons h u t Kelas Demospongiae
yang Tumbuh pada Habitat dm Lokasi yang Berbeda" (sebagai ketua), Penelitian
Dosen Muda yang ber~udul "Metode Transplantasi Spons Laut Jenis Aaplos aapios
Schmidt dengm Teknlk Fragmentssi" (sebagai anggota), Penelitian Hibah
Kebaharian y ang berjudul "Kajian Potensi Bioaktif Karang Lunak (Octocorallia:
Alcyonacea) di Perairan Kepulauan Seniu, DKI Jakarta" (sebagai anggota). Selain
i t y penulis juga mengkuti pelatihan "Comprehensive Training Course on
GIs
Pendahuluan..
. . .
. . .. . .
. . ..
.. . .
. -. . . 7 1Tujuan Penelitian. . . .
. . .
.. .
. . .. . .
. . ..
.. . .
73Bahan dm Metode.. . .
. . .
..
. . .,
. . .
. ..
. . .. . .
..
. 73Hasil dan Pembahasan.. . .
. . .
..
. . .. . .
. . .. .
76Simpulan
...
935 . BIOAKTIFITAS ANTIBAKTERI EKSTRAW,
DAN
FRAKSI SPONS Aaptos mptos SCHMIDT YANGDITRANSPLANTASI-KAN
PADA HABITAT DAN LOKASl YANG BERBEDA... . . .
. . .. . .
.. . .
. . . 94Pendahduan
...
94Tujuan Peneiitim . .
. . .
. . .. . .
. . .. . .
% Bahandan
Metode.. . .. . . .
.. . . .
. . .. . .
. ..
..
. . .. . .
. - % Hasil danPembahasan.
.. . .
. . ..
.. . .
.. .
. . .. . . ..
10 1 Simpulan... . .
. . ..
.. . .
. . . ..
.. . .
. . - . . .. . .
1236 .
PEMBAHASANtlMUM
... 1257. SIMPULAN M U M DAN SARAN..
. . .
. . .. . .
. . ..
. . . . 130npp
S!g;g;g$
9 2 2 2
a s s
""3 1
3 3 - i ~ ~ a
~ Q Q S
* s s a
s s = r z Q
2
8 9 . 0
~ 6 % :
B e s
z o
:!!!=g.=
S S Q J
Q S . n s
2
9 3
-
ZH
&
2cL--
2
2.
8
;.
?j- 3 s
3
i!j
3 5
5
6 8
r
Q Z E
x
s 3F o -
z
x ?
s
g
.g
x
g
DAFTAR
TABEL
2.1. Senyawa bioaktif yang dihasilkan spons laut menurut Ireland ei.01. (1989)
...
32 2.2. Senyawa bioaktif yang dihasilkan spons laut menurut M m...
et.al.(I 989). 33
2.3. Senyawa bioaktif yang dihasilkan spons laut menurut Soest
dan
Braekman
(1W)...
34....
2.4. Senyawa bioaktif yang dihasilkan spws laut menurut S o d m (1 9%)). 35
...
3.1. Parameter oscamgd fisik dm kimia yang diarnati, 47
5 . I . Bioaktivitas rata-rata ekstrak, W s i air spons AA dari alam
dm
...
amphisilin tribidrat. 10 1
5.2. Bioaktivitas rata-rata ekslmk dan M s i air spons AA yang
...
ditmqlantasi 1%
6.1. Pertumbuhan, sintasm, bioaktivitas ekstrak dm fmksi air,
waktu
pemullhan
SWUS
reproduksi,diameter
dan densitas kanmng sperms dan oosit spons AA yang ditransplantasi pa& lingkungan yangberbeda
...
1. I . Kerangka pendekatan masalah. 7
...
2.1. Spons laut Aaplos m p ~ o s (Schmdt) (AA) di bawah permukaan.. 9
2.2. (a) Ilustrasi diagramatik dinding tubuh sebuah spons; (b) gambaran
...
...
terperinci sebuah c h n q ~ e (Pechenik, 199 1 ). ., 1 2
2.3. Tipe saluran asconoid pada spons (Brusca dan Bmsca, 1890). ... I 4 2.4. Tipe saluran syconoid pada spons (Brusca dan Brusca, 19901.. ... 15
...
2.5. Tipe saluran leucornid pada spns
( B w
dan Brusca, 1990). 162 -6. (a) megasklera tetraaxon;
(b)
megasklera monoaxon...
(Arnir dan Budiyanto, 1 9%). 1 7
2.7. (a) mdcrosklem monoaxon; (b) Illikrosklera bentuk bintang;
...
(c)
rnikrosklera
h t u k sigma(Amir
dan
Budiyanto, 1996). 18 3.1. Lokasi penelitian di PBL dart PSL (tanda panah berwarna kuning)Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan (foto Ivan Firdaus, ti&
...
dipublikasi). 44
3.2. Spons jenis AA (sebelah
kiri
di &lam air dan sebelah kanan di atas ...perrnukaan air). 45
...
3.3. Fragrnen spons AA dilewatkan seutas tali polyetilm ditengahnya 46 3.4. Kemgka besi beton tempt pengikatan h g m e n spons AA yang sudah
...
bertali 46
3.5. Fragmen spons AA yang merekonstruksi bentuk tubuhnya ke bentuk
...
yang agak buiat setelah dipelihara selarna satu bulm.. 49 3.6. PenampiIan wama
dan
bentuk spons AA antara induk (atas) d m...
fragmen spons yang ditransplantasi (bawah). 50 3 -7. Pertumbuhan bulanan dan h aperhunbuhan fiagmen spom AA di
PBL
...
53 3.8. Pmtumbuhan b u l m dan kurva perhunbuhan spons Aa yang.
.
...
ditransplantasl
ih
E L . 533.9. Perhunbuhan rata-rata hwen dan urutan rata-rata s p n s AA yang
...
dibmsplantasi di PBL dan PSL.. 54
3.10. Perhmbuhan rata-mta fragrnen dan urutan
Ma-rata
spons 14.4 pada...
habitat BPR, habitat RBL, dm habitat
BKR
di PBL 563.1 1. Pertumbuhan rata-rata hgmen dan urutan rata-rata spons AA pada
...
habitat BPR, habitat
RBL,
dan habitat BKR di PSL 563.12. Fragmen spons AA yang ditransplantasikan pada habitat Bmdi PBL..
.
59 3.13. Pertumbuhan hgmen spons AA pada habitat BKR di PBL (atas) dan -di PSL (bawah).
...
593.14. Fragmen spons AA yang ditransplantasikan pada habitat
RBL
diPBL..
603.1 5 Pertumbuhan fragmen spons AA pada habitat RBL di PBL (atas) dan
...
di PSL (bawah). 60
.
3.16 Fragmen spons AA yang dilransplantasikan pada habitat
BPR
di PBL.. 6 1 3.17. Pertumbuhan h g m e n spons AA pda habitat BPR di PBL (atas) dan...
di PSL (bawah). 6 1
... 3.18. Sintasan 6agmen spow AA yang dibamplantasi di PBL dan
PSL..
62 3.19. Sintasan hgmen spons AA yang ditranplantasikan pada habitat BPR,...
Sinrasan a k h fragrnen spons AA yang ditransplantasi pada habitat ...
RBL
di PBL (atas) dan di PSL (bawah). 65Sintasan akhir h i p e n spons AA yang dimnsplantasi pada habitat ...
BKR
di
PBL
(atas) dan di PSL(bawah). 66Sintasan akhir fragmen spons AA yang ditransplantasi pada habitat ...
BPR di
PBL
(atas) dan di PSL (bawah). 68Sintasan
d a p bulan hgrnen spons AA yang dimnplantasi pada...
habitat BPR, habitat
RBL,
dm habitat BKRdi
PBL dm PSL.. 69 L o k pengambih sampel spons AA diPBL,
Kepulauan Spemonde,... Sdawesi Selatan (Iswan Ali, 2003; tidak dipubiikasi).. 74 Proses pengeluaran sperma, ferhlisasi, dm pembentukan larva pada
Spons AA (Gambar A & C oleh Brusca
dm
B m ,
1990; GambarB
...
oleh Rupperi dm
Barnes,
1991).Spermatosit tahap 1 di dalam kantong sperma spons AA. KS =
kantong sperma; S = spikuta (Hematoxylin
-
Eosin; 232.83 kali;...
skala50 pm= 1.164 cm) 80
Spermatosit tabap I1 cb dalarn kantong sperrna spons AA . KS =
kantong sperma, S = spikula, MSH- mesuhyI (Hematoxylin
-
Eosin;232.83
k&;
skala 50 pm = 1.164an).
...
80 Spermatosit tahap 111 di dalam kantong specma spons AA K S =h t o n g sperma, S = spikula, MSH= mesohyl,
SF
= sel-selfdicular
(Hematoxylin-Eosin; 1 16.42 mi; skala untuk 50 pm adalah 0.582 an).. 8 1 Spermatosit tahap IV di dalam kantong sperma spons AA
.
KS =kantong sperma, MSH= mesohyl,
SPT
= spamatosit(Wematoxylin-Eosin; 1 16.42 M i ; skda untuk 50 pm adalah 0.582 cm).. 81 Oosit
pada
tahap I spons AA.OT
= oosit; S = spikula, MS =rnikro
simbion (Hematoxylin
-
b s i n ; 232.83 kali; skala 50 pm = 1.164cm)...
83 Oosit pa& tahap 11 spons AA.
OT = msit; S = spikula, IT = inti,MSH = mesohyl ( Wematoxylin-Eosin; 232.83 kali; skala 50 yn =
1.164cm)
...
83 Oosit pads M a p 111 spons AA.
STP = sitoplasma, IT = inti, MSH =mesohyl
(Hematoxylin - Eosin; 232.83 kali; skala 50 pn = 1.164 un)...
84 Oosit pada tahap IV (matang) s p n s AA.OT
= oosit, BL = huhlernak (Hematoxylin-Eosin; 1 16.42 kali; skala 50 prn = 0.582
an).
...
84 Densitas kantong sperma spom AA pada setiap siklus bulanDi
PBL....
90
Densitas oosit spons AA pada setiap siklusbulan
di PBL.....
91 Densitas kantong sperma dan msit spons AA yang ditransplantasi dm yang darialam
di PBL.....
92 Alur W i n a s i ekstrak spons AA secara bertahap.....
98 Diameter wna hambat ekstrak spons AA yang dimbildari
PSL,amphisilin trihidrat (25 pgQO pL blv), d m konml negatif terhadap
bakteri S~apIyImoc~tls aureus.. ... 102 Diameter zona hambat ekstmk spons AA yang diambil dari
PBL,
amphisilin &dudrat, dart kontrol negatif tdtadap bakteri
StaphyIocmcus aurew.
...
1 02 Diameter zona hambat M s iair
s p n s AA yang diambil dari PBLtahadap bakteri St~phyIococms aureus.
...
1 03Diameter zona hambat
Usi
air spons AA yang diambi1 dari PSLtehadap Weri Staplyiococcus aureus..
...
1 03 Diametermna
bambat e k w spons AA yang ditransplantasi di PBLDiameter zona hambat ekstrak spons AA yang ditransplantasi di ...
PBL
terhadap bakteri Escherichia coliDiameter
zona
hambat ekstrak spons AA yang ditransplantasi yang diambil dari PSL terhadap bakteri Escherichia coli.. ... Diameter zona hambat h k s i air spons A4 yang ditmqlantasi pada... habitat RE3L di PBL terhadap bakteri St~hyIococcus aureus..
Diameter zona hambat fraksi air spons AA yang ditmqlantasi
pada habitat BPR di PBL tahadap bakten* StaphyZococcus auras.. ... Diameter zona harnbat h k s i
air
spons AA yang ditmmplantasi pada...
habitat BKR di PBL terhadap bakteri Slaphylococclts aureus.. h e i e r zona hambat h k s i air spans AA ymg ditmsplantasi pada habitat
RBL
di PSL terhadap bakteri Staphylococcus mireus.. ...Diameter zona
hambat
fhksi air spom AA yang ditmsplaneasi pada habitat BPR di PSL terhadap bakteri StaphyIucoccus aureus.....
Diameter zona hambat h k s i air spans M yang ditransphtasi ada habitat
BKR
di
PSL t h a d a p bakteri StaphyIococcus mreus.....
Iliameter mna hambat frrtksi air spom A . yang ditmqlmtasi pada habitat RBL diPBL
terhadap bakteri Escherichia cofi. ...Diameter zma hambat hksi air
spom
AA yang ditnnsp1antasi pada...
habitat BPR di PBL terhadap balderi Escherichia coli..
Diameter zona hambat MSI
air
spom AA yang ditransplantasipada habitat BKR di PBL terhadap bakteri Escherichia mli..
...
Diameter zona hambath k s i
air spons AA yang ditransplantasipada habitat RBL di PSL terhadap Miteri Escherichia coli..
...
Diameter
zonahambat
M s i airspons
M
yang
ditraqlantasi pa& habitat BPR di PSL terhadap bakteri Escherichia coli.....
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman ... Uji Mam-Whitney pertumbuhan spons AA di PBL dan PSL 146 Uji h s k a l Wallis pertumbuhan spons AA pada habitat BPR, habitat
...
RBL,
dan habitat BKR di PBL 146Uji Kruskal
Wallis
pertumbuhanspons
AA pada habitatBPR,
...habitat RBL, dm habitat BKR
di
PSL. 146Parameter litigkungan
perairan
di Puhu BmmgL M n p
dan
Pulau Smaiona dan curah hujan dm penyinaran matahmi di Stasiuu...
Meteurologi dan Geofisika Paoteze, Kota Makassar.. I47
Diameter kantong spemm spons AA yang ditransplantasi dm dari darn 148 Uji K d d WaIlis diameter kantong sperma spons AA yang
...
Dibansplantasi.. 149
Uji Kruskal Wallis diameter kantong y e m a spons AA yang diambil
...
dari alam.. 150
Diameter msit spons AA yang ditmmplantasi dan dari
dm..
...
152 Uji Kruskal Wallis diameter oosit spons AA yang ditransplantasi...
1 53 Uji Kruskal Wallis diameter k tspans AA yang diambil c h i alam.. . 154 Densitas kantong sperma spons AA yang ditmmplantasi dmdari
alam 155Densitas oosit spons AA yang ditransplantasi dan dari
a h .
...
1 56Deskripti
f
dan Uji Kolmogorov Smimov perbedaan densitas kantongsperms spons AA sampling dari
a h
dan kaqlantasi....
157 Deskriptif dm Uji Kolmogomv Smirnov pePbedaan densitas oositspons AA sampling dari alam dan transplantasi..
...
158 Deskriptif statistik dan uji t-berpslsangan bioaktivitas ekstrak sponsAA yang
diambil
di alam dari PBL,PSL,
dan amphisilin &hidratterhadap baktezi S~aphViococcus sum..
...
1 59Dewptif statistik
dan
uji t-berpasangan bioaktjvitas h k s i air spons AA yang diarnbil di alam dari PBL, PSL, dm amphisdin trihidrarterhadap
bakteri
S~aphylococcus aureus....
159 Uji Mann-Whitney bioaktivitas ekstrak spons AA yang ditransplantasidi PBL
dmPSL
terhadap bakteri StuphyIucocms.aureus.....
160Uji Kruskal Wallis bioaktivitas ekstrak spons AA yang ditransplantasi
pada habitat BPR, habitat RBL, dan habitat BKR di
PBL
terhadap...
bakteri Staphyiococcus auras.. i 6 1
Uji Kruskal Walf
is
bioaktivitas ekstrak spons AA yang ditransplantasipada
habitat BPR, habitat RBL, dan habitat BKR di PSL terhadapbakteri StaphyIococms auras..
...
1 6 1 Uji Mann-Whilney bioaktivitas ekstrak spons AA yang ditransplantasi di PBL danPSL
terhadap bakteri Escherichia coli.....
162 Uji Kruskal Wallis bioaktivitasekstmk
spons AA y ang ditransplantasi pada habitatBPR,
habitat RBL, dan habitat BKR di PBL terhadap...
1.1. Latar Belakaog
Spons merupakan Metazoa multiselluler yang tergolong ke dalam Filum Porifera. Filum Porifera terdiri
dan
sekitar 5000 jenis (Minale. 1994) bahkanmencapai 9000 jenis (Harper el aI., 2001) yang dapat dibagi menjadi tiga kelas besar, yaitu: Calcarea, Demospongiae dan HexactineJlida. Demospongiae adalah yang paling banyak ditemukan, tersebar luas, dan merupakan spons yang terdiri dari jenis-jenis yang paling beragam. dan telah mendapat perhatian relatif banyak
dari ahli kimia dan biokimia (Minale, 1994). Hewan ini sangat primitif, fungsi jaringan dan orgamtya masih sangat sederhana. Sebagian besar bidup di laut dan hanya beberapajenis yang hidup di air tawar. Hidupnya menetap pada suatu habitat
pasir, batu-batuan atau juga pada karang-karang di bawab laut Kelompok hewan
ini mempunyai banyak pori-pori dan saturan-saluran. Untuk meneari makan, hewan ini aktif mengisap dan menyaring air yang mela1ui seluruh permukaan tubuhnya (Amir dan Budiyanto, 1996; Romihmohtarto dan Juwana, 1999; Qsinga
et al., 1999).
Spons adalah salah satu bewan laut yang potensial mengandung senyawa
aktif. Beberapa senyawa yang terkandlDlg dalam spons mempunyai persentase
keaktifan yang lebih besar dibanding dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat (Muniarsih dan Rachmaniar, 1999). Hewan laut ini merupakan sumber metabolit sekunder terkaya Dilihat dari banyaknya jenis senyawa bioaktif yang diisolasi, spons menjadi sumber produk alam yang utama sampai saat ini (Proksch, 1999; Romihmobtarto dan Juwana, 1999). Jumlah
struktur senyawa yang telah didapatkan dari spons sampai Mei 1998 menurut Van
Soest dan Braekman (1999) adalah 3500 jenis senyawa, yang diambil dari 475 jenis dari dna kelas, yaitu Calcarea dan Demospongiae. Senyawa tersebut kebanyakan diambil
dan
Kelas Demospongiae terutama dari Ordo Dictyoceratidadan Dendroceratida (1250 senyawa dari 145 jenis), Haplosderida (665 senyawa
dari 85 jenis). Halichondrida (650 senyawa
dan
100 jenis). sedangkan Ordo Astroporida, Lithistida, Hadromerida, dan Poecilosclerida, senyawa yang didapatkan adaIah sedang, dan Kelas Calcarea ditemukan sangat sedikit.2
bahan alam ini banyak dimanfaatkan dalam bidang fannasi, dan harganya sangat mahal dalarn katalog hasillaboratorium (Chanas et 01., QYYVセ@ Pronzato et 01., QYYYセ@
Caralt et 01., 2003). Ekstrak metabolit dari spons mengandung senyawa bioaktif yang diketahui mempunyai sifat aktifitas sepertl: sitotoksik dan antitwnor (Garson
et 01., QYYXセ@ Kobayashi dan Rachmaniar, 1999; Garson et al., 1999), antivirus
(Munro et 01.,1989; Zhang et al., 2002), anti HIV dan antiinflamasi (Proksch, 1999), antibakteri (Ireland et 。ャNLQYXYセ@ Munro et al.,1989; Weiss et al., 1996;
Lozano et 01., 1999; Muniarsih dan Racbmaniar, 1999), antiftmgi (Amade dan Pesando, 1985; Muliani et 01., 1998), antileukemia, (Soediro, 1999). antimalaria (Konig dan Wright,I999), antibiofouling (Swyati et al., 1999; Duque et al., 2001;
Tsoukatou et aI., 2002), Pengbambat aktivitas enzim (Van Soest dan Braekman,l999), ichtyotoksik (McCaffrey, 1985; Parenrengi et 01., 1999; Pawlik et
01.,2002, Bacerro el 01.,2003; Thoms et al., 2004), Algicidal (Weiss et al., 1996).
Selain sebagai sumber senyawa bahan alam, spans juga memiliki manfaat yang
lain, seperti: beberapa jenis spons digunakan sebagai a1at penggosok lD1bJk: mandi
(bath sponge), beberapa jenis spans digunakan sebagai indikator biologi lD1bJk:
pemantauan pencemaran laut (Amir,I991), indikator dalam interaksi komunitas (Bergquist, 1978), dan sebagai hewan penting untuk akuarium laut (Riseley, 1971;
Warren, 1982).
Pemanfaatan spons ,sekarang ini cendenm.g semakin meningkat, terutama unruk mencari senyawa bioaktifbaru dan memproduksi senyawa bioaktiftertentu. Pengumpulan spesimen untuk pemanfaatan tersebut, pada umumnya diambil secara langsung dari alam dan belurn ada dari hasil budidaya. Cara seperti ini, jika dilakukan secara terus menerus diperkirakan dapat mengakibatkan penurunan populasi secara signifikan karena teIjadi tangkap lebih (overjishing), terutama pada jenis-jenis tertentu yang senyawanya diketahui memiliki aktifitas farmakologik dan sulit dibuat sintetisnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan yang berkesinamblUlgan. kelestarian sumber daya ini perlu dijaga dan dipertahankan. Hal-hal yang dapat merusak dan mengancam kelestariannya harns dicegah dan dikendalikan.
Untuk melestarikan pemanfaatan spans, terutama sebagai sumber senyawa
bioaktif baru dan memproduksi senyawa bioaktif tertentu, perlu dilakukan upaya pengendalian, terutama yang berhUblUlgan dengan pengembangan budidayanya. Pengembangan budidaya ini diarahkan untuk memproduksi lead compound dan
yang rusak. Pengembangan budidaya untuk memproduksi lead compound
dilakukan dengan mencari suatu teknik budidaya yang dapat menghasilkan ekstrak kasar dan fraksi aktif yang relatif banyak, sedangkan untuk penyediaan bibitlanakan untuk restocking pada kawasan terumbu karang yang
rusak.
dilakukan dengan mencari suatu teknik budidaya yang dapat memberikan pertwnbuhan yang cepat, sintasan yang tinggi, dan masa pemuliban siklus reproduksi yang cepat.Salah satu langkah a1tematif ke arab tersebut adalah peogembangan budidaya melalui metode transplantasi. Metode ini dilakukan dengan jalan melakukan fragmentasi pada induk spons menggunakan pisau. Setelah itu, fragmen-fragmen dengan ukuran tertentu dilekatkan pada suatu substrat, kemudian diletakkan di dasar laut pada keda1aman terrentu untuk. ditumbuhkan dan dipelihara. Untuk menunjang pengembangan budidaya melalui metode transplantasi ini, diperlukan suatu penelitian mengenai beberapa aspek biologi dan
aspek ekologi spans yang ditransplantasi. Penelitian tersebut meocakup pertumbuhan, sintasan, perkembangan gonad dan Bioaktivitas antibakteri ekstrak kasar dan fraksinya, yang dikaitkan dengan parameter lingkungannya
Di Indonesia, upaya transplantasi spons ada1ah hal yang barn dan belum
pernah dilakukan. Penelitian transplantasi spons pemah dilakukan oleh Duckworth
et.al. (1999) di Selandia Barn dan Pronzato et.a!' (1999) di ltalia Duckworth et.al.
(1999) mentransplantasikan spans jenis La.tronculia brevis dan Polymastia croceus
pada substrat jaring dan tali, sedangkan Proozato et.al. (1999) mentransplantasikan spons jenis Spongia officinalis dan Hippospongia communis pada substrat tali ruloD yang dilapisi pipa plastik. HasH penelitian yang dilakukan oleh Duckworth el.al.
(1999) menunjukkan bahwa pertumbuhan spons yang ditransplantasikan, secara umum relatif rendah pada seoma metode dan jenis. Hal ini diakibatkan oleh pendekoya waktu penelitian (95 hari), sedangkan sintasannya secara umum relatif
tinggi pada semua metode, kecua1i pada metode menggunakan tali untuk. jenis
Latnmculia brevis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pronzato et.al. (1999)
menunjukkan bahwa sintasan Spongia officinalis ada1ah 60 % dan Hippospongia
communis adalah 100 %.
Spons Aaptos aaptos (AA) adalah salah satu jenis spons yang perIu
dipertimbangkan dalam upaya pengembangan budidaya mela1ui transplantasi. Spons ini mengandung senyawa alkaloid yang mempunyai sebuah sistem cincin
4
didapatkan dari spons ini adalah Demethylaaptamine dan
Demethyl-(oxy )aaptamine. Senyawa Demethylaaptamine dan Demethyl-( oxy)aaptamine
adalah senyawa yang memiliki aktivitas sitotoksik dan antimikroba (Nakamura el
01., 1982, 1987 dalam Higa ,1991; Muniarsih dan Racbmaniar, 2(01). Penelitian
lain yang dilakukan oleh Rachmaniar (1997), yang mengambil sampel dari
Kepulauan Spennonde. ekstrak kasar spons ini menunjukkan Bioaktivitas terbadap
bakteri patogen Staphylococcus aureus, Bacillus suhtilis, Vibrio elIoT. Spons ini
berpotensi sebagai antimikroba yang dapat diteliti dan dikembangkan lebih lanjut
untuk memperoleh "Lead Compound' untuk menghasilkan senyawa obat-obatan
untuk kebutuhan kesebatan manusia.
Penelitian beberapa aspek biologi dan aspek. ekologi pada spons yang
ditransplantasi
ini.
diharapkan dapat dijadikan dasar untuk pengembangaobudidaya spons di masa yang akan dataog, terntama untuk memproduksi ek:strak
kasar dan fraksi tertentu, dan untuk keperluan restocking pada kawasan terumbu
karang yang mengalami kerusakan. Kemudian dengan adanya upaya
pengembangan budidaya melalui metode transplantasi ini, diharapkan pula aktifi:tas
pengambilan spons secara langsung dari
alam
dapat dikurangi secaraberangsur-angsur, sehingga ke1estarian sumberdaya laut ini <lapat terjaga dan dapat
dimanfaatkan secara terns menerns.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan umum penelitian ini adalah sebagai berikut:
8. Mengetahui tingkat pertumbuhan dan sintasan spons AA yang ditransplantasi
pada lokasi dan habitat yang berbeda.
b. Mengetahui tahap perkembangan gamet, waktu pulihnya siklus reproduksi
spons
AA
yang -ditransplantasi, membandingkan potensi reproduksi spons AAyang ditransplantasi dengan spons AA dari alam, dan memprediksi waktu
pemijahan spans AA berdasarkan fase bulan.
c. Mengetahui bioaktivitas ek.strak dan ftaksi spons AA yang ditransplantasikan
pada lokasi (pulau) dan habitat yang berbeda.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk usaha
pengembangan budidaya spons, terutama untuk: memproduksi senyawa bioaktiv
untuk: keperluan industri farmasi, dan memproduksi amOOm (bibit) untuk keperluan
1.3. Hipotesis
a. Perbedaan habitat dan lokasi penempatan spons AA yang ditransplantasi akan
memperlibatkan perbedaan penumbuhan dan sintasannya
b. Spons AA memiliki tahap-tahap peIk:embangan garnet yang berbeda
karakteristiknya antara tahap satu dengan tahap lainnya; spons AA
membutubkan waktu lDltuk memulihkan siklus reproduksinya setelab ditransplantasi; terdapat perbedaan potensi reproduksi antara spons AA yang ditransplantasi dengan spons AA dari alam; spons AA memijah berdasarkan pada fase bulan.
c. Perbedaan lokasi dan habitat penempatan spons AA yang ditransplantasi akan
memperlibatkan perbedaan bioaktivitas antibakteri ekstrak dan fraksinya.
1.4. Pendekatan Pemecahan Masalah
Spans AA adalah salah satu spons yang memiliki nilai ekonomis. Spons ini diketahui mengandlUlg senyawa alkaloid yaitu., Aaptamin, Demethylaaptamine dan
Demetbyl-{ oxy )aaptamine, 8,9-dibydroxy-l H -benzol de] [1,6]naphthyridine. Senyawa-senyawa ini ada1ah senyawa yang memiliki aktivitas sitotoksik antitumor dan antimikroba (Nakamura et 01 .. 1982, 1987 dalam Higa,1991; Muniarsili dan
Rachmaniar, 2001; Jaspars, 2001; HerIt et 01.,2002).
Di samping memiliki nilai ekonomi, spons ini mengalami ancaman yang cukup serius karena setelah diketahui memiliki sifat-sifat farmakologik, spons ini
banyak dicari dan diambil orang untuk tujuan penelitian, terutama untuk
diekstraksi, difraksinasi, dan diisolasi senyawa yang dikandungnya. Ancaman yang lain adalah semakin terdegradasinya habitat utama spons ini, yaitu terumbu karang. Menurut Moosa dan Suharsono (1995) kondisi ekosistem terumbu karang di Indonesia telah mengalami kerusakan yang culmp serius. Berdasarkan basil kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Oseanologi-LIPI diperoleh gambaran bahwa hampir 43 % terumbu karang di Indonesia sudah rusak herat atau bahkan dapat dianggap berada diambang kepunaban, sedangkan yang masih sangat balk hanya sekitar 6.5 %.
6
vegetatif, melalui metode transplantasi. Untuk mendukung pengembangan budidaya tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai aspek biologi dan ekologi spons yang ditransplantasi.
Infonnasi tentang aspek biologi dan ekologi spons yang ditransplantasi, yang mengkaji mengenai pertLDnbuhan, sintasan, perkembangan gamet, dan bioaktivitas antibakteri ekstrak dan fiaksinya dapat dijadikan dasar untuk
mengembangkan teknologi budidayanya di kemudian hari, terutama untuk
memproduksi lead compound untuk keperluan industri fannasi, dan memproduksi anakan (btbit) untuk keperluan restocking pada kawasan terumbu karang yang rusak (Gambar 1.1).
Penelitian ini diawali dengan melakukan pengambilan sampel spons jenis
AA untuk diekstraksi dan difraksinasi pada dua lonsi yang berbeda yang akan
dijadikan tempat transplantasi. Setelah diketahui ada perbedaan bioaktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi yang dikand\U1gnya, kemndian dilanjutkan dengan melakukan transplantasi pada dua lokasi yang
berbeda.
yaitu Pulau Barrang Lompo (PSL) dan Polau Samalona (PSL) dan tiga habitat yang berbeda, yaitu habitat berpasir (habitat BPR), habitat rubble (habitat RBL), dan habitat berkarang (habitat BKR). Langkah selanjutnya adalah mengamati petkembangan gamet, keterkaitan diameter dan densitas garnet denganrase
bulan, dan kajian-kajian aspek reproduksi lainnya, baik spons AA yang ditransplantasi mauplUl yang hidup di alamo Langkah terakhir adalah melakukan ekstraksi dan fiaksinasi terhadap sponskebutuhan untuk
•
Sintasan pertwnbuban danmeudapatkan lead
•
Perkembangan gamet sintasan yang relatifcompound dan restocking
•
Bioaktivitas ekstrak tinggidan fraksi
Tingkat Mendapetkan
eksploitasinya Pengembangan infonnasi tentaug
semakin meningkat budidaya aspek reproduksi
dan kerusakan ( transplantasi) untuk pengembangan
habitat utamanya
,.
budidayanyaAspek lingkunganlekologi:
Ancaman penunman
•
LokasVpulau dau babitat yaug Mendapetkanpopulasi dan stock berbeda bioakti vitas ekstrak
di 81am
•
Peruijahan dan fase bulan dan fraksi yang relatif•
Poteosi reproduksi yang tinggi [image:22.834.95.716.100.487.2]ditransplantasi dan di alam
Gambar 1.1. Kerangka pendekatau masa1ah
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Hewan Uji
Menurut Bergquist (1968) dan Dawson (1993) klasifikasi spons lant Aaptos
aaplos (AA) adalah sebagai berikut:
Subkingdom: Metazoa
Filum: Porifera
Kelas: Demospongiae
Subkelas: T etractinomorpha
2.2. Deskripsi Hewan Uji
Ordo: Hadromerida (Topsent)
Famili: Suberitidae (Schmidt)
Genus: Aaptos (Gray)
lenis: Aaptos aaptos (Schmidt)
Menurut Bergquist (1968) deskripsi spons laut Aaptos aaptos (AA)
(Gambar 2.1) adaIah sebagai berikut:
a.
Dbneosi: Tinggi 1.0 - 9.0 em, lebar 4.2 - 4.8 em, ketebalan dapatmencapai 1.2 em, diameter tangkai dapat mencapai 1.2 em, oslrula 0.6 - 1.8
IIUIL
b. Wal'll8: Untuk yang hid up, secara ekstemal berwarna IID.gtI
kemerah-merahan dan secara internal laming kecokiat-cokIatan, sedangkan untuk
yang mati berwarna kehijau-hijauan.
c. Tekstur: Kuat tetapi dapat ditekan.
d. Permukaan: Pada spesimen intertidal, permukaannya berisi butiran-butiran yang kecil. berk.util, atau halus. Pada SJ>f?simen sublitoral, dia kelihatan
seperti bongkaban-bongkahan bulat yang tidak beraturan yang disebabkan
oleh pertumbuhan spons yang dikelilingi oleh amphipoda komensalis.
Polycheria antarctica. Amphipoda ini terdapat pada sejumlah besar
spesimen pada AA dan mempunyai semua lengan yang dimodifikasi ke
dalam bentuk cakar untuk memudahkannya memegang pada spons untuk
beberapa waktu sambil mereka menggali lubang kedalamnya atau sampai
spons tumbuh melampauinya. Oskulanya kecil dan melimpah. yang
pada kelompok-kelompok pada sebuah bagian oskula apika! yaog lebill rendah. OskuJanya berdiameter 3.0 -4.0 mm.
e. Rangka: Rangkanya tersusun secara radjal dengan sistem spikula yang
kuat., dan berdiameter 100 - 400 セ@ yang tersuswi dan style. Sistem
im
berakhir pada peogbilangan pada uJruran style tiogkat meoengah yang
terinterdigit8si deDgan sebuah lapisan lebal yang cenderung tersusun secara
radial pada leutit tylostyles kedl . Kulil tylo!J'lyles terbanguo sampai ke ketiga
paojaognya melebihi permukaao.
[image:24.619.81.559.23.797.2]•
Gambar 2.1. Spans lautAaplos aaplOs (Schmidt) (M) di bawah pennukaan taut
2.3. Morfologi Umum
Spons adalah hewan yang tenn8suk Filum Porifera. Filum Porifera tenEri dan tiga kelas, yaitu' Calcarea. Demospongiae, dan Hexactinetlida (Haywood dan
WeUs,1989; Sara, J 992; Amir dan Budiyanto, J996; Rllchmaniar, 1996; RDmi1llohtartu dan Juwana,I999), sedangkan menurut Warren (1982), KozlofT
(1990), Harrison dao De Vas (1991), Ruppert dan Barnes (1991), Pechenik (1991)
Filum Porifera lerWri
dan
empat kelas, yaitu: Calcarea, Demospongiae.HexactinclHda, dan Sclerospongia, dan menurut Hooper (2004) terdapat juga kelas
yang sudab punah yaitu kelasa Archaeocyatha.
Kelas Calcarea adalah kelas spons yang semuanya .hidup di !aut. Spons ini
mernpunyai struktur sederhana dibandingkan dengan yang lainnya. SpilcuJanya
10
kelompok Spans yang paling dominan di antara Porifera masa kini, tersebar luas di
alam dan jenis maupun jumlah bewannya sangat banyak. Spons ini sering
berbentuk masif dan berwama cerah dengan sistem salman yang rumit, dihubungkan dengan kamar-kamar bercambuk kecil yang bondar. Spikulanya ada yang terdiri dari silikat dan beberapa (Dictyoceratida, Denc1roceratida dan
Verongida) spilrulanya hanya terdiri serat spongin. serat kollagen alau spikulanya tidak ada. Kelas HexactineUida merupakan spons gelas. Mereka kebanyakan bidup di laut jeluk dan tersebar luss. Spikulanya terdiri dan silikat dan tidak mengandung spongin (Warren, 1982; Kozlo£( 1990; Ruppert dan Barnes. 1991; Brusca dan
Brusca, 1990; Arnir dan Budiyanto, 1996; Romihmobtarto dan Juwans, 1999). Kelas Sclerospongia merupakan spons yang kebanyakan bidup pada perairan
dalam di terumbu karang atau pada goa-gus, celah-celah batuan bawah laut atau terowongan diterumbu karang. Semua jenis ini adalah bertipe leuconoid yang kompleks yang mempunyai spikula silikat dan serat spongin. Elemen-elemen ini
dikelilingi oleh jaringan bidup yang terd.apat pads rangka basal kalsium karbonat
yang kokoh atau pada mogga yang ditutupi oleh kalsium karbonat (Warren,I982; Kozloff,l990; Harrisoo dan De Vos,l991; Ruppert dan Barnes,I991;
Pechenik, 1991).
Morfologi luar spans laut sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi, dan biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di lingkungan yang terbuka dan
berombak besar cenderung pendek pertumbuhannya atau juga merambat.
Sebalilcnya spesimen dari jenis yang sarna pada lingkungan yang terlindung atau
pads perairan yang Iebih dalam dan berarus tenang, pertumbuhannya cenderung tegak. dan tinggi. Pada perairan yang lebih dalam spons cenderung memiliki tubuh yang lebih simetris dan lebm besar sebagai akihat lingkungan dari lingkungan yang Iebm stabil apabila dibandingkan dengan jenis yang
sarna
yang hidup pada perairan yang dangkal (Bergquist, 1978; Arnie dan Budiyanto, 1996).Spons dapat berbentuk sederhana seperti tablUlg dengan dinding tipis, atau masif bentuknya dan agak tidak teratur. Banyak spons juga terdiri dari segumpal jaringan yang tak tentu bentuknya, membuat kerak pada batu, cangkang, tonggak, atau tumbuh-tumbuhan dan pada benda-benda inilah mereka menempel.
Keiompok spons lain mempunyai bentuk Iebm teratur dan melekat pada dasar
perairan melalui sekumpulan spikula. Bentuk-bentuk yang dimiliki spons dapat
jenis berukuran sebesar kepala jarum pentul. sampai ke jenis yang ukuran garis tengahnya 0.9 m dan tebalnya 30.5 CID. Jenis-jenis spons tertentu nampak berbulu getar karena spikulanya menyembul keluar dari badannya (Romimohtarto dan
luwana, 1999).
8anyak spons berwarna putib atau abu-abu, tetapi lainnya berwarna kuning.
oranye. merah. atau hijau Spons yang berwama hijau hiasanya disebabkan oleh adanya alga simbiotik yang disebut zoochlorellae yang terdapat didalamnya (Romimohtarto dan Juwana, 1999).Wama spons tersebut sebagian dipengaruhi oleh fotosintesa mikrosimbionnya. Mikrosimbion spons umumnya adaIah
cyanophyta (cyanobacteria dan eukariot alga seperti dinoflagellata atau zoozantbella). Beberapa spons memiliki warna yang berbeda walaupun dalam satu jenisnya. Beberapa spons juga memiliki warna daIam tubuh yang berbeda dengan
pigmentasi 1uar tubuhnya. Spons yang hidup di lingkungan yang gelap akan berbeda wamanya dengan spons sejenis yang hidup pada lingkungan yang cerah (Wilkinson, 1980 dalam Amir dan budiyanto, 1996).
2.4. Tipe -Tipe Set pada SPODS
2.4.1. Tipe Sel pada JariDgaD Epitei
Demospongiae dan Calcarea mempuny81 hga lapisan selluler utmna. Lapisan pertama adalah pinacoderm yang terletak di permukaan bagian luar spons yang terdiri dari -satu lapisan sel yang disebut pinacocytes (Gambar 2.2a). Lapisan kedoa adalah choanoderm, tersUSlDl dari sel-sel choanocytes yang mempunyai
sel-selleher (collars) (Gmnbar 2.2a dan 2.2b ). Lapisan yang ketiga adalah mesohyl.
Lapisan ini merupakan soatu matriks protein yang terletak antara pinacoderm dan
choanoderm, di mana bahan rangka ditemukan dengan semua tipe sellainnya.
Pinacocytes di bagian basal mengsekresikan bahan yang melekatkan spans
ke substrat. Pinacoderm adalah suatu lapisan yang selaln berada pada pennukaan luar spons dan juga pada semua deretan salman pemasukan (incurrent canals) dan
saluran pengeluaran (excurrent canal). Pinacocytes yang menyusun lapisan ini
pada umumnya datar, tetapi dia dapat berubah bentuk dan sering tumpang tindih.
Pada bagian dalam salman pinacocytes (endoptnacocytes) biasanya berbentuk lebih
fusiform dan kurang tumpang tindih daripada bagian luar exopinacocytes.
Selanjutnya endopinacoderm bersilia terdapat pada salman pengeluaran besar atau
12
berbentuk buruf "T' dan bertanggung jawab untuk mensekresikan serat kollagen.
Sel-sel1ain yang terdapat pada pinacoderm adalah porocyles (Gambar 2a). Sel ini
berbentuk silindris, mirip donat, dan membentuk ostia. Porocytes adalah kontraktil
dan dapat membuka dan menutup lubang, mengatur diameter ostia. Beberapa dapat
menghasilkan bukaaan ostia yang melintang seperti membran diafragma
sitoplasmik yang mengatur ukuran lubang. Sel-sel porocytes berasal dari lapisan
permukaan spongocoel (Brusca dan Brusca, 1990; Kozloff, 1990; Ruppert dan
Barnes, 1991; Adams et oJ., 1999) (Gambar 2.2a).
pi
- - '
(a)
...
セ@...
Garnbar 2.2. (a) nustrasi diagramatik dinding tubuh sebuah spons; (b) gambaran
terperinci sebuah choanocyte (Pechenik, 1991)
Choanocytes berfungsi untuk membuat arus dan mengarahkan air me1ewati
sistem saluran air pada spons. Choanocytes mempunyai flagella. Flagella ini selalu
dikelilingi oleh sel-sel leber (collars), yang terdiri dari sejumlah pemanjangan
sitoplasmik: yang disebut microv;Jli. Microvilli mempunyai inti mikrofilamen dan
berhubungan satu dengan yang lainnya oleh lendir retikulum. Choanocytes
bersandar pada mesohyl, berpegang pada suatu tempat oleh interdigitasi pennukaan
dasar yang berdekatan. Choanocytes berperan utama pada fagositosis dan
mengelilingi sel-selleher (collars) yang membawa bakteri dan partikel makanan
kecil lainnya terperangkap di dalam vakuolanya (Brusca dan Brusca, 1990;
Kozloff, 1990; Ruppert dan Barnes, 1991). Ummnnya choanocytes pada spons
kelas Calcarea ukurannya lebih besar (8 - 12 J.1IIl) daripada kelas Demospongiae (2
- 3J.1I1l) (Harris, 1988).
2.4.2. Tipe ScI Pembentuk Kerangka
Kerangka berupa serat kollagen dikeluarkan oleh sel yang disebut
collencytes, lophocytes, dan spongocytes. Collencytes secara morfologis hampir
tidak dapat dibedakan dengan pinacocytes, sedangkan lophocytes ukurannya besar,
sel-selnya bergerak cepat, dan dapat dikenali dengan pengikat kollagen yang
secara khas terdapat di belakangnya F\Dlgsi utama kedua tipe sel tersebut adalah
mengsekresikan penyebaran serat kollagen yang terdapat secara interseUuler pada
semua spans. Spongocytes menghasilkan serat pendukung kollagen yang disebut
sebagai spongin. Spongocyles menjalankan fimgsinya dalam kelompok-keJompok
dan biasanya dib\Dlgkus disekehlingnya oleh spikula atau serat kollagen (Brusca
dan Brusca, 1990), sedangkan sel yang bertanggung jawab \Dltuk. \Dltuk.
memproduksi spikula kalkareus dan silikon pada spons adalah slerocytes.
Sclerocytes adalah sel-sel aktif yang memiliki banyak mitokondria, mikrofilamen
sitopiasmik, dan vakuola kecil. Sejwnlah tipe sclerocytes mempunyai gambaran,
yaitu sel-sel ini hancur setelah sekresi spikula selesai, sedangkan yang -bertanggung
jawab lDltuk memproduksi serat spongin adalah spongocytes. Kedua tipe sel ini
berasa1 dari archaeocytes. Sel-se1 archaecytes memp\Dlyai banyak manfaat, selain
memproduksi spikula dan serat spongin, dia juga penting pada dalam
mengidentifikasi jenis, memelihara bentuk spons, dan kemungkinannya mencegah
serangan predator (Brusca dan Brusca, 1990; Pechenik, 1991).
2.4.3. Tipe ScI KontraktiI dan Tipe Sel Lainnya
Tipe sel-sel kontraktil pada spons disebut myocytes. Myocytes biasanya
berbentuk fusiform
dan
berkelompok secara konsentris disekitar oslrula dan saluranutama. Myocytes dapat dikenali karena berisi sejumlah besar mikmtubula dan
mikrofilamen pada sitoplasmanya. Myocytes adalah sarna dengan sel-sel otot balus
pada invertebrata yang lebih tinggi. Myocytes adalah efektor-efektor independen
dengan waktu merespon yang lambat, dan tidak seperti nemon dan serat otot
sebenamya. myocytes tidak smsitif pada rangsangan listrik. Kemudian ada sel-sel
14
yang berukuran lebih besar dari tipe sel lairmya, dan merupakan sel-sel yang
bergerak cepat. Sel-sel ini mempunyai peranan utama pada sistem pencemaan dan pengangkutan makanan. Sel-sel ini memiliki bermacam-macam enzim pencemaan
(seperti asam phosphatase, protease, amylase, lipase) dan dapat menerima bahan
makanan dari choanocytes. Sel-sel ini juga mencema bahan makanan langsung melalui pinacoderm pada saluran air. Sebagai makrofago utama pada spons, sel-sel
archaecytes mempunyai banyak aktifitas pada sistem pencernaan, pengangkutan, dan pengeluaran. Sebagai sel-sel yang mempWlyai potensi maksimum. archaecytes
adalah penting untuk kegiatan perkembangan spons dan berhagai macam
proses-proses aseksual, seperti pembentukan gemmule (Brusca dan Brusca, 1991).
2.5. Sistem Saluran
Sistem salunm ini bertindak seperti balnya sistern sirIruIasi pada hewan
tingkat tinggi. Sistern ini melengkapi jalan bebas nntuk pemasnkan makanan ke
daIam tubnh dan untuk pengangkntan zat buangan ke luar dan tubnh. Ada tiga
rnaeam ripe saluran pada spons, yaitu asconoid (Gambar 2.3), syconoid (Gambar
2.4) dan lenconoid (Gambar 2.5) (Kozlofl; 1990; Brusca dan Brusca, 1990;
Ruppert dan Barnes, 1991; Romimohtarto dan Juwana, 1999; Hooper, 2004). Tipe
[image:29.618.86.469.440.807.2]•
•
,
,
•
, ,
.
,
•
•
•
,
•
•
\'.
•
.
Lセ@ ;'asconoid terdapat dinding tipis menutupi rongga tengah yang disebut atrium 8tall
spongaeoel, yang terbuka ke arab 10M melalui oskulum IWlggal. Bukaan bagian
luar pada saluran porocytes disebut ostium (ostia) atao lubang pemasukan
(incummt pore). Pergerakan air yang melalui spons ripe asconoid, struktumya
adalah sebagai berikut: ostium - spongocoe/ (di atas choanoderm) - oskulum (Gambar 2.3). Tipe syconoid, choanocy/es dibatasinya oleh ruang spesifik atau
dtverUcula atrium yang disebut ruang berflagella (flagell!ate chamber), ruang
choanocytes (choonocytes chamber) atau saluran radial (radial canals). Setiap
ruang choanocytes (choonocytes chamber) terbuka ke arab spongaeoel oleb lubang luas yang disebut apopyle. Spons tipe syconoid dengan ku\it yang tebal memiliki sistem saluran atau incurrent canals yang berasal dari lubang kulit melalui mesohyl ke ruang choanocytes (choanocytes chamber). Bukaan dari saluran ini yang
menuju ke ruang choanocytes (choanocytes chamber) disebutprosopyles.
l
;",- t
1> ..
•
"
Ji",,-______ .
"
..
•
•
,
,
I:•
' .
-.
-•
• •
•
! • npopyle.
,
•
I(:ortex dennalpore incurreDt cRnal Pzセᄋ⦅エNᄋᄋM
.
' セ@ GMMセMN@ ,-- prosopyle I,
CbOBD0C')01e canal
[image:30.620.186.436.361.663.2]incurreDt caDal
Gambar 2.4. Tipe saluran syconoid pada spons (Brusca dan Brusca, 1990)
Spons syconoid, air bergerak dari permukaan spons ke dalam abran tubuh
melalui struktur sebagai berikut: il1CUr7el1t pore - il1current canals -prosopyle
16
(Gambar 2.4). Tipe leueonoid ditemukan suatu peningkatan jwnlah dan
penurunan ukuran ruang choanocytes (choanocyles chamber). yang secara
khusus mengelompok pada rnesohyl yang tebal. Spongocoel berubah ke excurrent
canals yang membawa air dari ruang choanocytes (choanocytes chamber) ke
oskula. AHran air yang melalui spans leuconoid adalah sebagai berikut dermal
pore - incurrent canals -prosopyle -ruang choanocyles (choanocytes chamber)
-apopyle - excurrent canals -oskulwn (Gambar 2.5). Tipe leuconoid adalah eiri
khas kebanyakan spons kelas Calcarea dan semua anggota kelas Demospongiae
(Brusca dan Brusca, 1990).
oskulam ; , _ ._
. '.".:. •
':.:0-:"("
' .
\." -- iDcorreat cll.al
dermal pore
Gambar 2.5. Tipe saluran leuconoid pada spans (Brusca dan Brusca, 1990)
2.6. SistelD Kerangka
Seroua spans. kecuali mereka yang termasuk. ordo kecil Myxospongia,
dilengkapi dengan kerangka. Kerangka ini ada yang terdiri dari kapur karbonat atan
silikon dalam bentuk spikula atau dari spongin dalam bentuk serat. Spikula silikon
tersusun dart opal. yaitu suatu bentuk silika terhidrasi yang sarna dengan kwarsa
dalam reaksi kimianya Spilrula bennacam-macam bentuknya dan karenanya
berguna untuk menyusun spans ini ke dalam kelompok-kelompok. Spongin adalab
[image:31.612.181.454.284.549.2]berbentuk stoples yang dinaniakan spongoblast, yakni sel penghasil spongin.
Spikula tertimbWl dalam sel-sel yang disebut sc/erob/asl. yakni sci spons tempat
berkembangnya spikula, dan lebib dati satu sel dapat mengambil bagian dalam
pembentukan satu spikula. KapUT karbonal dan silikon diekstmk oleh sel-sel dari
air sekitamya. SUSWlan serat-serat spongin dapat diamati dengan mudah dengan
meletakka.n sepolong spoDS mandi (bath sponges) di bawah mikroskop. Spons
masif tak pemah berdiri legak jika tidal< karena adanya spikula alau spongin yang
membentuk kenmgka, yang menopang tubuhnya sehingga dapal berdiri tegak, dan
meneegahnya rontok menjadi seonggok bahan keota! seperti agar-agar yang tidal<
memungkinkan adanya suatu salUTan dan ruang-ruang bertlageUa (Romimohtarto
dan Juwana, 1999).
Spikula adaIah gambnran katal<teristik spons. Spikula dapal berbentuk
kalkarens, silikon atau bahan organik, dan merupakan suatu komposisi kimia yang
dipakai sebagai dasar untuk mengklasilikasi spons. Fungsi utamanya adalah
membentuk rangka pendukung yang meneegab rubuhnya jutaan rongga berflageUa
C·) ャイセ@
-w--.
,
' (''!
j:
il
Ji ' "
I
I
,.,
•
"
セ@
Ji
'i "Ii
,\
"
,! \
If
(I
: i"
i
"II
セ@
II
: '"
\
;U
"
,
|セ@セ@
..
'i II
,
, ,
') J
: i
).
i:
I
i)
i' , : I
,
,
"
II
,
'I
\1 [image:32.618.180.436.401.681.2]0
I,
,
,Gambar 2.6. (a) megasklera letraaxon; (b) megasklera monoaxon
\8
lembut dan saluran air dalam spons. Pada Demospongiae. spikula silikon selalu
menempel atau terta.nam pada spongin, membuatnya lebih kalru, dan pada beberapa
jenis butiran pasir dimasukkan. Sekresi spikula barn atau spongin memungkinkan
secara
relatif perubahan cepat arsitektur pada sistem saluran air untuk meresponperubahan tekanan dan aliran air (Harris, 1988). Pada umumnya setiap individu
spans memiliki lebih dati satu macam bentuk spikula. Menmut Bergquist (1978)
bentuk spikula menurut fungsinya dibagi atas dua kategori, yaitu megasklera
(Gambar 2.6a dan 2.6b) dan mikrosklera (Gambar 2.7a, 2.7b dan 2.7c). Megasklera
adalah komponen dari kerangka primer yang berperan untuk: membentuk spans dan
perkembangan substruktur internal Mikrosklera tidak berfungsi seperti peranan
megasklera, tetapi membentuk kelompok antara kumpulan megasklera atau
tersebar pada permukaan atau membran internal.
(8J
\
'"\ t.
I
i セ@ II ;'1
L! \
Nセ@ ) ,\
, . , u
'=.: 'I 0
BJZxセセセ@
Lセセ@
'·')2JJ<U
$(
-gC
6'
[image:33.612.103.496.329.669.2]:CIC
I :
Gambar 2.7. (a) mikrosklera monoaxon; (b) mikrosklera bentuk bintang;
2.7. Makanan dan Cara Makan
Spons adalah pemakan menyaring (filter feeder) yang menetap. Spons memperoleh makanan dalam bentuk partikel organik: renik, hidup atau tidak, seperti bakteri, mikroalga dan detritus. yang masuk me1alui pori-pori arus masuk (ostia) yang terbuka dalam air, dan di bawah ke dalam rongga lambWlg atau
ruang-ruang berflagella. Arus air yang masuk melalui sistem saluran dari spans diciptakan oleh flagella choanocytes yang memukul-mukul secara terns menerus.
Choanocytes juga mencema partikel makanan, baik disebelah maupun di dalam sel
leber (collars). Sebuah vakuoia makanan terbentuk dan di vakuola ini pencernaan teJjadi. Sisa makanan yang tidak tercerna dIbuang ke Iuar dari dalam sel leher
(collars). Makanan iru dipindahkan dati satu sel ke sellain dan diedaJkan dalam
batas tertenru oleh seI-sei amebocytes yang terdapat di lapisan tengalL Penting bagi
spons untuk hidup da